PERUBAHAN BENTUK KATA DALAM BAHASA ARAB (Suatu Analisa Hubungan Antara Tashrif dan Morfologi)
|
|
- Ade Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERUBAHAN BENTUK KATA DALAM BAHASA ARAB (Suatu Analisa Hubungan Antara Tashrif dan Morfologi) Oleh: Dr. H.A. Gani, S.Ag, SH, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung ABSTRACT Through correlative analysis, this article explores the nature of morphology in Arabic language. The mastery of Arabic morphology or Shorf is quite important in Arabic learning. Since, it plays determinant role for understanding the changing of its forms as well as its meaning. Keywords: Shorf, I rab, fi il Pendahuluan Sudah merupakan suatu hal tidak perlu diragukan lagi bahwasanya bahasa Arab adalah merupakan bahasa yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin mempelajari ajaran agama islam dari sumber aslinya. Hal ini karena sumber dari seluruh ajaran agama islam adalah tertulis dalam bahasa Arab (Al-Qur an dan Al- Hadis). Begitu pentingnya bahasa Arab, sehingga selain sebagai suatu bahasa yang digunakan oleh negara-negara Arab, bahasa Arab juga secara resmi di pakai oleh konfrensi Negara-negara Islam (OKI). Lalu pada akhir tahun 1973, perserikatan bangsa-bangsa pun mengakuinya sebagai salah satu diantara bahasa resmi dalam organisasi tersebut (Al-Qasimi, 2007: 40 ). Oleh karena itu, sudah sepatutnya bagi setiap muslim untuk mempelajari dan menguasai ilmu-ilmu yang berkaita dengan bahasa Arab. Sehubungan dengan hal ini, Syaikh Musthafa al-ghulayani menyebutkan ada tiga belas ilmu yang tercakup dalam bahasa Arab, yautu: Ilmu shorof, I rob, rasam, ma ani, bayan, ba di, arudi, qawafi, qardlussyi ri, insya, khitobah, tarikh, adab dan matan al- Lughoh (al-ghulaiyaini, 1984: 4). Dari kesemuanya itu, menurut beliau sharaf dan i rob
2 sebagai ilmu yang terpenting. Sependapat pula dengan pernyataan ini, ada sebagian Ulama yang menyatakan bahwa sharaf sebagai ibunya ilmu dan nahwu sebagai bapaknya (Muhammad, 1963: 1). Lalu bila kita mengkaji dan membandingkan pendapat para ulama di atas dengan pandangan para ahli bahasa modern, ternyata ada kesamaanya dari segi cabang ilmu yang di prioritaskan. Mereka pada umumnya membagi. Sudaryanto dan Mansoer Pateda misalnya, membagi unsur-unsur bahasa menjadi ilmu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Sedangkan Dr. Verhaar membaginya menjadi ilmu fonetik, fonologi, morfologi dan sintaksis dengan lebih memebrikan penekanan terhadap bidang morfologi dan sintaksis (shorof dan nahwu ) di bandingkan dengan dua cabang ilmu lainya (Sudaryanto, 2002: 52; Pateda, 2005: 67). Selanjutnya secara lebih khusus, Jonathan Owens dalam bukunya The Fondation of Grammar menyatakan bahwa: Kajian tentang kata dalam bahasa Arab terbagi menjadi dua bagian pokok, yaitu tentang harokat akhir dari suatu kata tentang perubahan bentuknya. Bagian pertama dibahas dalam ilmu nahwu ( sintaksis ) dan yang kedua tercakup dalam ilmu shorof (morfologi) (Owen, 99). Kemudian sebagai suatu cabang ilmu bahasa Arab, shorof adalah ilmu yang mempelajari tentang segala peraturan yang berhubungan dengan pemebentukan kata-kata Arab yang bukan merupakan i rob dan bina, sedangkan objek pembahasanya adalah mengenai isim-isim yang mutamakkinah dan fi il-fi il yang mutasharrifah. Kedua objek pembahasani ini, tentunya tidak terlepas dari pembicaraan tentang kata dan segala yang berhubungan dengannya, seperti asal-usul kata, pemecahan kata perubahan bentukbentuk kata. Memang kata dalam bahasa Arab memegang kunci yang sangat penting, apalgi sebagai salah satu bahasa yang cukup luas wilayah pemakaiannya di dunia, bahasa Arab memiliki banyak sekali akar kata. Dalam kamus mu jam Lisanul Arab karangan Ibnu Manzur, terdapat akar kata. Kalau separuh dari akar kata asal kata bisa diubah bentuknya, maka jumlah pecahannya menjadi kata lebih. Kajian tentang hal ini menjadi lebih menarik untuk dikembangkan, karena salah satu diantara segi pembahasan kata dalam bahasa Arab adalah mengenai perubahan bentuknya. Disamping itu, perubahan bentuk kata dalam bahasa Arab tentunya akan memabawa perubahan pada segi makna. Berdasarkan dari pemikiran di atas, penulis mencoba untuk menulis tentang Suatu hubungan Antara Tashrif dan Morfologi.
3
4 Pembahasan A. Tashrief 1. Pengertian Sebelumnya kita akan membahas terlebih dahulu tentang pengertian dari ilmu sharaf. Secara atimologi, kata sharaf berasal dari bahasa Arab sharafa berasal dari bahasa Arab sharafa-yashrifu-sharafan ( صر ف-يصرف-صرفا ) yang berarti radda wa dafa a ( رد -يرد -رد ا ) yaitu Mengembalikan, menolak. Sharaf juga berarti penukaran, pengembalian dan pemindahan. Adapun secara terminologi, sharaf menurut Lois Ma luf, adalah ilmu yang membahas tentang bentuk-bentuk kata Arab dan keadaanya yang bukan merupakan i robb dan bina (Louis Ma luf, 1986: 422). Menurut Syaikh Muhyiddin al-khiyath, sharaf merupakan ilmu yang memabahas tentang perubahan bentuk-bentuk kata dari satu bentuk ke bentuk kata yang lain (al-khiyat: 11). Adapun mengenai pengertian tashrif, secara etomologi adalah merupakan abentuk mashdar dari kata sharrafa yusharrifu sharafan ( صر ف-يصر ق-تصريفا ) yang semakna dengan kata ghoyyara yugghoyyiru taghyiran (غي ر-يغي ر-تغييرا) (al- Ghulaiyaini: 212). Berarti pengubahan atau perubahan. Sedangkan secara terminologi, tashrif menurut Syaikh Musthafa al-ghulayaini adalah suatu ilmu yang membahas tentang hukum-hukum bentuk kata dan hal-hal yang berkaitan dengan hurufnya, seperti mengenai asalnya, tambahnahnya, shahih-nya, i lal-nya, ibdal-nya dan yang serupa dengan itu. Tashrif juga berarti pengubahan bentuk kata (shighoh) bahasa Arab (Abu Bakar, 1995: 1). Di samping beberapa penegrtian sharaf dan tashrif yang dikemukakan diatas, Majdi Wagbah dan Kemil Muhadas dalam kitabnya Mu jamul Ishthilahat fi al-lughoh wal Adab secara implisit menyatakan bahwa tashrif ( pada fi il dan isim ) adalah merupakan bagian kajian dari ilmu sharaf. Menurut beliau: Sharaf adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan bentuk-bentuk kalam dan apa yang taerambil (berasal) darinya, seperti bab tentang kata kerja dan tashrifnya, tashrif pada kata benda, asal pengambilan kata ( fi il mashdar ), mashdar dengan macam-macamnya, bentuk-bentuk sifat musyabbahah, af al tafdlil, isim zaman, isim alat dan tashghir. Dengan berdasarkan pada pengertian ini, maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa syaraf menunjuk kepada suatu ilmu yang membahas tentang
5 perubahan bentuk kata secara umum, sedangkan tashrifnya secara lebih khsus mengkaji perubahan bentuk-bentuk yang terjadi pada kata, baik pada kata benda maupun pada kata kerja. 2. Sebab-sebab Terjadinya Perubahan Bentuk Kata dan Macam-macam nya Sebagai suatu bahasa yang secara struktur morfologisnya bertife fleksi ( infleksi ), suatu kata dalam bahasa Arab dapat menagalami perubahan bentuk dengan suatu sebab atau alasan tertentu. Kata qotala ( قتل ) = Membunuh misalnya, dapat diubah atau ) اقتل ( membuuh, ) sedang يقتل ( yaqtulu, dibentuk menjadi sejumlah kata baru seperti :Bunuhlah, qatlan قتلا) ) : Pembunuhan, qatil ( قاتل ) Pembunuh, maqtul ( (مقتول = Orang ) مقتل ( Miqtak = Waktu / tempat terjadinya pembunuhan. (مقتل ( maqtalun yang dibunuh, ) تقاتل ( taqotala ) dapat pula diubah menjadi قتل ( qotala = Alat untuk membunuh. Kata dengan menambahkan awalan ta dan memanjangkan qa pada akar kata kerja yang berarti saling membunuh, atau diubah menjadi qottala ( قت ل ) dengan mengadakab ta yang berarti berbubuh-bunuhan. Di samping itu, kata yang sama juga dapat menjadi qotalat قتلت) ) = Dua orang laki-laki membunuh. Jadi, sebuah kata dasar dapat mengalami beberapa perubahan bentuk, sebuah kata dasar dapat mengalami beberapa perubahan bentuk, sesuai dengan sebab yang melatar belakanginya. Berkaitan dengan hal ini, Imam Bawani menyebutkan bahwa ada tiga penyebab terjadinya perubahan bentuk kata, yaitu : Perubahan bentuk kata ditinjau dari asal-usul terciptanya kata, perubahan bentuk kata karena penambahan jumlah hurufnya, perubahan bentuuk kata karena perbedaan pelakunya ( jumlah dan jenis person yang terkadung dalam bunyi suatu lafadz) (Bawani, 2006: 140). Sejauh mana penjabaran dari ketiga penyebab terjadinya perubahan bentuk kata ini, maka dalam uraian berikut akan dibicarakan satu persatu. 1). Perubahan Bentuk Kata Ditinjau dari Asal usul Terciptanya Kata Telah diterangkan bahwa dari kata dasar qotala ( قتل ) dapat diciptakan sejumlah. مقتل, مقتل, مقتول, قاتل, قتلا, اقتل, يقتل : seperti bentuk kata baru,
6 Bentuk bentuk kata semacam ini, dalam pengertian bisa dipecah-pecah menjadi berbagai macam bentuk baru, biasa disebut dengan kata musytaq ( مشتق ).Dalam hubunganya dengan asal-usul terciptanya kata, mustaq atau isytiqoq mempunyai penegrtian sebagai berikut : Secara etimologi, istiqoq bearti mengambil suatu kata dari kata lainnya, dengan adanya kesesuaian diantara keduanya dari segi lafadz, makna dan susunan hurufnya serta diikuti dengan perubahan bentuknya. Isytiqoq jenis ini, disebut dengan isytiqoq shaghir. Dua jenis isytiqoq lainnya adalah isytiqoq kabir, yaitu adanya kesesuaian dalam lafadz dan makna, seperti kata bahasa ( ) serta terakhir isytiqoq akbar, yaitu adanya kesamaan dari segi جذب ( jazaba dan (جبذ makhorijul huruf seperti pada kata nahiqa ( نهق ) dan na iqa ( نهق ). Dari ketiga jenis isytiqoq tersebut, hanya isytiqoq shafhir yang masuk dalam pembahasan ilmu sharaf. Kemudian dari segi susunan hurufnya, kalimah hmusytaqqah ( kata yang dapt ditashrif ) terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang tersusun dari tiga huruf atau sulasi dan tersusun dari empat huruf atau ruba i. Kedua kata secara sekilas sduah disinggung pada bab II dan akan dibicarakan lebih lanjut mendalam pada bab IV. 2). Perubahan Bentuk Kata Karena Penambahan Jumlah Hurufnya Pada bab II sudah dinyatakan bahwa ditinjau dari aslinya atau tidaknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua, yaitu kata yang masih asli dan belum mendaptkan tambahan oleh huruf apapun. Disebut kalimah mujarradah serta kata yang sudah tidak asli lagi dalam arti sudah mengalami perubahan dengan mendapatkan tambahan huruf, baik diawal, tengah maupun akhir dari rangkaian huruf pada kata tersebut,kata semacam ini disebut dengan kalimah mazidah. Kata kata semacam,ضرب, نصر,فتح dan علم adalah termasuk golongan kata mujarrad, karena susunan huruf-hurufnya masih asli, baik terdiri atas tiga huruf, اعلم, افتتح, ضارب, انتصر : seperti maupun empat huruf. Sebaliknya, kata-kata adalah termasuk golongan kata mazid, karena susunan huruf-hurufnya sudah tidak asli lagi dan sudah mendaptkan huruf tambahan pada huruf asalnya. Perubahan bentuk kata karena penambahan jumlah hurufnya ini, disamping mambawa perubahan pada struktur hurufnya, juga membawa perubahan pada struktur hurufnya, juga
7 membawa perubahan pada segi makna/arti yang ditimbulkanya. Suatu pembahasan yang lebih mendalam mengenai hal ini, akan diulas pada bab tersendiri nantinya. 3). Perubahan Bentuk Kata Karena Perbedaan Pelakunya Selain dari sebab perubahan bentuk kata diatas, sebab lainnya yang juga membawa perubahan bentuk kata dalam bahasa Arab adalah dikarenakan perbedaan si pelakunya, baik dilihat dari segi pelakunya, baik dilihat dari segi jumlahnya maupun dari segi jenis pelakunya. Kedua segi ini dalam linguistik biasa disebut dengan bagian dari kategori gramatikal suatu bahasa. Kata nashara ( نصر ) misalnya, yang berarti dua orang laki-laki menolong akan berubah bentuknya manjadi nasharah ( ) نصرن ( nashara Dua orang laki-laki menolong serta berubah menjadi (نصرا mereka ( semua ) perempuan menolong, bila yang memberikan pertolongan tersebut lebih dari orang perempuan. Jadi, perubahan pertama dari nashara ( نصر ) menjadi nashara ( (نصرا menunjuk kepada perubahan kata karena perbedaan pelaku dilihat dari segi jumlahnya, serta perubahan kedua dari segi dua bentuk tersebut menjadi nashara maenunjuk kepada perbedaan pelaku dilihat dari segi jumlah dan jenis (نصرن ( kelaminya.di samping itu, sebab perubahan bentuk kata karena perbedaan pelaku ini erat pula kaitanya dengan perubahan bentuk pada kata ganti ( dlomir ), atau dengan perbedaan lain bahwa perubahan bentuk kata pada kata pengganti ( dlomir ) dalam suatu lafadz, akan membawa perbedaan pada di pelakunya. Pada contoh diatas misalna, kata nashara ( نصر ) Dia laki-laki menolong, secara eksplisit menyimpan kata ganti orang ketiga laki-laki tunggal, yaitu huwa ( هو ), lalu pada kata nashara ( نصرا ) terdapat kata ganti orang ketiga laki-laki ganda yaitu huma ( ). Secara eksplisit menyimpan kata ganti نصرن ( nashara kemudian pada kata,(هما orang ketiga perempuan jamak yaitu hunna ( هن ). Demikian pula sebaliknya,, انتما, انت, انت, هي menjadi,,هو bahwa perubahan bentuk kata pada kata ganti نصرت, akan membawa perubahan bentuk kata pada kata menjadi نحن, انا, انتم, انتن ( تصرتم (nashartuma), نصرتما ), (nasharati نصرت ), naharta ( نصرت ), nasharat ( nashartum ), ( nashartunna ), نصرتما ( nashartu ) dan نصرن ( nasharna ). Kemudian, apa sajakah macam perubahan bentuk kata? Untuk menjawab pertanyaan ini, bila mentela ah dan memperhatikan kitab al-amsilah Attashrifiyah
8 karangan Syaikh Ma shum bin Ali (Al-Amsilah Al-Tashrifiyyah:. 8), suatu kitab yang secara lengkap memuat masalah pentashrifan, menyebutkan bahwa ada dua macam bentuk tashrif, yaitu tashrif ishthilahi dan tashrif lughowiy. Tashrif ishthilahi adalah satu deret perubahan bentuk kata secara horizontal (mendatar) yang mengakibatkan terjadinya perbedaan kelas kata, dari kelas kata kerja (madli, mudlori, nahi dan amr) ke kelas kata benda / isim ( mashsar, isiim fa il, isim ma ful, isim zaman dan isim makan ). Menegenai urutan perubahan dalam mentashrif suatu kata secara isththilahi ini, pada dasarnya tidak ditemukan suatu perbedaan yang prinsipil. Umumya perubahan dimulai berturut-turut dari fi il madli-mudlori -isim mashdasr-isim fa il isim ma ful, kemudian fi il amr-fi il nahi, selanjutnya isim zaman,isim makan dan isim alat. Untuk model seperti ini akan kita jumpai dalam kitab amsilah attashrifiyah. Model ini terlihat tidak secara konstan mengurutkan perubahan, yaitu berawal dari fi il berubah ke isim, lalu beralih ke fi il untuk kemudian beralih kembali ke isim. B. MORFOLOGI 1. Pengertian dan Obyek Morfologi Secara Etimologi, morfologi berasal dari bahasa Grieka, yaitu morf ( bentuk ) dan logos ( ilmu ). Berpandanan dengan kata bahasa Jerman formenlehre (the studi of form) (Pateda: 71). Dan dengan kata bahasa Inggris Morfhology ( ilmu bentuk kata-kata). Adapun secara terminologi, morfologi menurut Mansoer Pateda ialah ilmu yang mempelajari bentuk, bentuk kata dan perubahan bentuk kata serta makna yang muncul akibat dari perubahan bentuk kata itu. Menurut Ramlan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau me,mpelajari seluk beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Berdasarkan dari pengertian ini, maka ada tiga hal objek yang dipelajari dalam morfologi, yaitu: Bentuk, bentuk kata dan perubahan bentuk kata, dan makna yang muncul akibat perubahan bentuk kata. 2. Morfem dan Pembagiannya Berbagai pengertian terhadap morfem dikemukakan oleh para Linguis. C.F.Hocket misalnya, tokoh linguistik Amerika memberikan definisi morfem sebagai berikut:
9 morphemes are the smallest individually meaningful elements in the ulterances of alanguage (morfem adalah unsur-usnur yang terkecil yang masing-masing mempunyai makna dalam tutur bahasa) (Parera, 2008: 15) Sedangkan Ramlan mengatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil, satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Serta masih banyak lagi definisi lain yang dikemukakan oleh para ahli. Namun secara sederhana morfem dapat didefinisikan sebagai satuan bentuk terkecil yang mempunyai arti. Suatu contoh misalnya, kata helful (bahasa Inggris) terdiri dari dua morfem, yaitu helf dan ful, dimana keduanya adalah dua bentuk yang mempunyai arti. Kemudian dari definisi morfem yang dikemukakan oleh Ramlan, kita dapat memberikan contoh dalam bahasa Indonesia pada bentuk kata dilepas, yang terdiri dari dua morfem yaitu di dan lepas, karena setelah di- tidak ada lagi bentuk yang lebih kecil. Demikian pula setelah bentuk lepas tidak ada lagi bentuk yang lebih kecil. Kita tidak dapat mengatakan bahwa bentuk lepas terdiri dari le + pas. Kemudian, apa yang membedakan dengan kata menurut Ramlan, kata adalah satuan bebas yang paling kecil atau dengan kata lain, setiap satu satuan bebas adalah merupakan kata. Jadi satuansatuan rumah, duduk, penduduk, kependudukan, negara, negarawan, pemimpin, kepemimpinan, berkepimpinan, ruang, ruangan, buku, ketidakadilan, mencampuradukan, pertanggungjawaban dan sebagainya, masing-masing merupakan satu satuan bebas. Bagi Ramlan, ciri utama untuk menyatakan satu bentuk adalah kata atau tidak, yakni sifat kebebasanya. Sependapat dengan Ramlan, Mansoer Pateda juga mengatakan bahwa ciri kebebasanlah yang membedakan kata dengan morfem, meskipun diakuinya bahwa ada morfem yang disebut dengan morfem bebas, yang kemudian dapat pula disebut dengan kata. Kemudian, terlepas dari adanya perbedaan antara kata dan morfem, berdasarkan distribusinya, morfem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: 1). Morfem bebas, ialah morfem yang dapat berdiri sendiri. Setiap morfem bebas sudah disebut kata. Misalnya : / kata /, /jalan /, /rumah/, / buku/, / mandi/ dsb. 2). Morfem terikat, ialah morfem yang tidak dapt berdiri sendiri, kehadiranyya bersama-sama dengan morfem yang lain. Misalnya /-an/, / do-/, / ber-/, / me-n/ (Suparno, 2007: 102 ).
10 Di samping itu, selain dari dua macam pembagian morfem diatas, suatu pembagian yang ada kaitanya dengan perubahan bentuk adalah pembagian morfem ke dalam derivasi dan infeleksi ( deivational and infleksional ). Deviasi adalah suatu bentuk perubahan yang bergeda distribusinya dengan bentuk dasarnya dan mengakibatkan terjadinya perubahan kelas kata. Sebagai contoh misalnya derivsi dalam bahasa Biak, berikut: Kata Kerja Kata Benda Wos ( berkata Wawos ( perkataan ) Fir ( berrfikir ) Fakir ( pikiran ) Ker ( menanam ) Kaker ( tanaman ) Fau ( maengetahui ) Fafau ( pengetahuan ) Sedangkan infleksi tidak berubah jenis asal kata menjadi jenis kelas kata lain, melainkan hanya memodifikasikan tanda-tanda gramatik seperti jumlah, pelaku, jenis kelamin dsb. Suatu contoh infleksi dalam bahasa Inggris, mengutip dalam buku Linguistik suatu pengantar, karangan Chaidar Alwasilah hal. 102 yang diambil dari buku the way of language, hal.112 adalh sbb : I carry I Will carry We carry You carry You will carry You carry 3. Proses Morfologis Menurut Ramlan (2000: 7), proses morfologis adalah proses pembentukan katakata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Sedangkan menurut Jos Daniel Parera, proses morfologis sebagai sebetuan lain dari proses-proses morfemis adalah merupakan proses pemebntukan kata bermorfem jamak, baik derivatif maupun inflektif. Proses ini disebut morfemis karena proses ini benrmakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikaln yang dimiliki oleh sebuah bentuk dsar. Menurut beliau, pada umunya morfemis dapat dibedakan atas: 1). Proses morfemis afikasasi, 2). Proses morfemis pergantian/perubahan internal,
11 3). Proses morfemis pengulangan, 4). Proses morfemis zero, 5). Proses morfemis suplisi dan, 6). Proses morfemis suprasegmental. a. Proses morfemis afikasasi Merupakan suatu proses yang paling umum terjadi dalam suatu bahasa. Proses ini terbentuk bila sebiah morfem terikat dibubuhkan atau dilekatkan pada sebuah morfem bebas, dengan perkataan lain, proses ini terjadi dengan cara menambahkan afiks pada bentuk daar. Afiks ini dapat dibedakan atas imbuhan awalan ( prefiks ), sisipan ( infiks ), akhiran ( sufiks ), dan imbuhan terbagi ( konfiks ). b. Proses Pergantian / Perubahan Internal Adalah suatu proses berupa perubahan unsur di dalam bentuk dasar atau di dalam tubuhnya sendiri, disebut juga perubahan internal. Berupa adanya pergantian salah satu fonemnya, baik konsonan, vokal maupun ciri ciri suprasagmentalnya. Contoh dalam bahasa Inggris : Foot = kaki ( tunggal ), feet = kaki = ( jamak ). c. Proses Pengulangan / Duplikasi Adalah proses berupa pengulangan kata dari kata dasarnya. Contoh : Oleh :oleh oleh. d. Proses Zero Adalah proses morfologis dimana morfem-morfemnya tidak mengalami perubahan. Contoh ( bahasa Inggris ) : Sheep ( tunggal ) Shepp ( jamak ) Deer ( Tunggal Deer ( jamak ). e. Proses Suplisi Adalah proses morfologis dimana morfem-morfemnya tidak mengalami perubahan. Contoh ( bahasa Inggris ) :Good Best. Dan Go Went f. Proses Morfemis Suprasegmental Adalah suatu proses morfologis yang didasarkan atas sifat morfemis suatu bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris yang mengenal proses morfemis tekanan. Dari semua proses morfologis di atas, suatu bahasa belum tentu mengenal keenam macam tersebut. Sebagai contoh misalnya dalam bahasa Indonesia, dimana hanya
12 mengenal tiga macam proses, yaitu afikasi dan duplikasi serta ditambah satu lagi, namun tidak termasuk dalam enam macam di atas yaitu kata majemuk. Lalu bagaimana halnya proses morfologis yang terjadi dalam bahasa Arab? Sejauh ini, penulis belum menemukan suatu kajian yang secara khusus membahas tentang hal tersebut. Namun, penulis melihat bahwa proses afikakasasi sebagai suatu proses yang umum terjadi pada suatu bahasa, juga terjadi dalam bahasa Arab, aganya bentuk proses-proses morfologis yang lain, perlu diadakan duatu penelitian lebih lanjut guna memastikan berlaku atau tidaknya proses-proses morfologis tersebut dalam bahasa Arab. 3. Proses Morfologis dan Makna Di muka kita telah membicarakan tentang morfem bebas dan morfem terikat. Kita juga telah membicarakan tentang proses morfemis derivasional dan infleksional, dalam pengertian bahwa derivasi dan infleksi di sini dibatasi pada proses afikasi. Lalu, apa kaitan semua hal tersebut terhadap makna? Sebelum menjawab kalau kita memahami terlebih dahulu, bahwa pada umunya para ahli bahasa membagi makna menjadi dua, yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna dasar dari sebuah kata yang memiliki arti seperti dujelaskan dalam kamus, sedangkan makna gramatikal adalah makna pelengkap dari sebuah makna leksiakal. Berangkat dari pembagian ini, maka dalam hubunganya dengan makna sebuah morfem bebas memiliki makna leksikal dan sebuah morfem terikat mempunyai makna gramatikal. Atau dengan perkataan lain, morfem terikat adalah unsur yang ikut mendukung makna. Demikian pula keadaanya pada proses morfologis afikasi yang tidak bisa terlepas kaitanya dengan morfem bebas dan morfem terikat ini. Suatu kata dengan adanya proses afikasi mengalami perubahan makna, baik secara leksikal maupun secra gramatikal. Kata dasar misalnya, melalui proses afikasi dengan afikasi ke-an, akan berubah menjadi kelaparan dimana morfem bebas lapar menagandung makna leksikal, dan morfem tareiakat ke-an mengandung makna gramatikal, tentunya hal yang sama juga terjadi pada bentuk afiks yang lainnya. Ringkasnya bahwa ada hubungan antara proses morfologis disatu pihak dan makna dipihak lainnya, baik pada makna leksikal maupun pada makna gramatikalnya.
13 C. Hubungan antara Tashreif dengan Morfologi Dengan memperhatikan pembahasan pada bidang / bagian tashrif dan morfologi di muka, baik dari segi pengertian dan macam-macamnya, maka kita melihat adanya kemiripan diantara keduanya. Bahakan Drs. Chaedar Alwasilah dalam bukunya Lingusitik Suatu Pengantar mengatakan bahwa : Dalam lingusitik bahasa Arab, morfologi adalh tashrif, yaitu perubahan (asal) kata menjadi bermacam bentuk untuk mendaptkan makna yang berbeda, yang tanpa perubahan ini, makna yang berbeda tak akan terlahirkan. Di samping itu, Jonathan Owens dalam bukunya The Foundations of Grammar menyatakan hal yang hampir sama. Menurut beliau: The core of Arabic morfology revolves around the conceps of tashrif whish can be broadly translated as morfhology (bahwa inti dari morfologi dalam bahsa Arab adalah sekitar konsep dari Tashrif, yang secara luas diartikan sebagai morfologis. (Owens, 1989: 98) Selanjutnya, sebagimana dimaklumi bahwa dalam tashrif dikenal adanya pembedaan antara tashrif inshthilahi dan tashrif lughowi. Dua macam tashrif tersebut bila kita bandingkan dengan pembagian morfem secara derivasional dan inflesional, juga menujukan hal yang hampir sama. Dimana tashrif isnthilahi identik dengan derivasi dan tashrif dan tashrif lughowi identik dengan infleksi. Kemudian mengenai penggunaan morfem bebas dan morfem terikat, dalam bahasa Arab biasanya mengenal adanya perbedaan anatara kalimah mujarradah dan kalimah mazidah. Kalimah mujarradah untuk menyebutkan kata dasar ( baik sulasi maupun ruba i sedangkan kalimah mazidah untuk menyebutkan kata yang mendapatkan imbuhan pada kata dasarnya. Dalam bahasa Arab huruf imbuhan biasa disebut dengan huruf ziyadah. Adapun jumlahnya adalah sepuluh huruf, yang terangkum dalam perkataan saaltumuniha, yaitu huruf sin ( س ), hamzah ( ء ), lam ( ل ), ta ( ت ), mim ( ). ا ( alif ) dan ها ( ha ), ي ( ya ), ن ( nun,(و ( wawu,(م Kemudian, dikaitkan dengan proses morfologis afikasi dalam suatu bahasa, ternyata bahwa penambahan huruf-huruf ziyadah pada suatu kata dasar dalam bahasa Arab ( sehingga terjadi perubahan dari kata mujarrad menajdi kata mazid ) menagrah ke hal tersebut, dalam arti bahwa dalam bahasa Arab juga terdapat proses morfologis afikasi
14 dalam kasus yang ditunjukkan oleh huruf ziyadah. Disamping itu, seperti umumnya proses morfologis afikasasi mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk dan arti suatu kata, maka penambahan satu dua atau tiga huruf pada kata dasar dalam bahasa Arab pun menunjukkan hal yang sama. Penutup Pada dasarnya terdapat cara yang digunakan dalam proses perubahan bentuk kata kerja dalam bahasa arab,yang dikenal dengan mentashrief. Bahasa Arab dapat dipahami dengan baik dan benar apabila cara mentashrief ini dapat dipahami dengan baik. Cara mentashrief ini biasanya dengan menambahkan atau memberi imbuhan satu, dua, tiga huruf ziyadah. Dalam tashrief perubahan bentuk kata ditinjau dari asal-usul terciptanya kata, perubahan bentuk kata karena penambahan jumlah hurufnya, perubahan bentuuk kata karena perbedaan. Dalam morpologi perubahan bentuk kata adalah pembagian morfem ke dalam derivasi dan infeleksi (deivational and infleksional). Deviasi adalah suatu bentuk perubahan yang bergeda distribusinya dengan bentuk dasarnya dan mengakibatkan terjadinya perubahan kelas kata. adanya kemiripan diantara tashrief dan morfologi. dalam tashrif dikenal adanya pembedaan antara tashrif inshthilahi dan tashrif lughowi. Dua macam tashrif tersebut bila kita bandingkan dengan pembagian morfem secara derivasional dan inflesional, juga menujukan hal yang hampir sama. Dimana tashrif isnthilahi identik dengan derivasi dan tashrif dan tashrif lughowi identik dengan infleksi.
15 Daftar Pustaka Ali Muhammad Al-Qasimi, Ittihat fi Ta limi al-lhogah al-arabiyah (Mekkah: Al-Riyad, 2007) Ahmad Fauzan Zein Ali Muhammad, Qawa id al-shorofiyyah (Semarang: Menara Kudus, 1963) Ali Ma sum, Al-Amsilah Al-Tashrifiyyah (Se,marang: Pustaka al-alawiyah, t.t) Jonathan Owen, The Fundations of Grammer and Intrucrion ti Medeivel Arabic Gramatical Theory (Amsterdam: Benyamin Publishing Company) John M.Echols, Kamus inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1999) Louis Ma luf, Al-Munjid Fi Al-Lughah wa al- alam (Beirut: Makatabah al- Syarikah,1986), p. 422 Mansoer Pateda, Linguistik Sebuah Pengantar (Bandung: Angkasa, 2005) M.Ramlan, Morfologi (Yogyakarta: Cv Karyono, 2000), Syaikh Muhammad Musthafa al-ghulaiyaini, Jami al-durui Al- Arabiyyah (Beirut: Maktabah al-misriyyah, 1984) Sudaryanto, Metode Linguistik (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 2002) Syaikh Muhyidin al-khiyat, Durus Al-Sharfi wa al-nahwi (Jeddah: Al-Haramin, t.t)11 Suparno, Dasar-dasar Lingusitik (Yogyakarta: Mitra Gamma Widya, 2007)
16
Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI
Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI
BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK
Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak
Lebih terperinciLINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI
Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal
Lebih terperinciPembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B )
Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B ) Faculty of Education Department of Islamic Education Darussalam Institute of Islamic Studies Gontor Ponorogo Email: tadib.isid@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk
Lebih terperinciINFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU
INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU Oleh: Ida Satriyani Kasran Ramsi ABSTRAK Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apa sajakah afiks infleksi dalam bahasa Kulisusu, dalam hal ini meliputi pembagian afiks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa merupakan alat komunikasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi
Lebih terperinciAL-NAKIRAH WA AL-MA RIFAH
Volume III, Nomor 2, Januari-Juni 2015 7 AL-NAKIRAH WA AL-MA RIFAH Hamka Ilyas Dosen pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Abstrak: Dalam pembahasan tentang isim, maka akan ditemukan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
Lebih terperinciBAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).
BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahasiswa dalam berbahasa Perancis yang baik dan benar. Selayaknya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Perancis, mahasiswa banyak disuguhkan beranekaragam pengetahuan dasar mengenai pembelajaran bahasa Perancis. Pengetahuan dasar tersebut
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dengan adanya bahasa manusia dapat menyampaikan tujuan mereka kepada orang lain dengan mudah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut
Lebih terperinciTINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA A. Deskripsi Mata Kuliah Dalam perkuliahan dibahas pengertian morfologi dan hubungannya dengan cabang ilmu bahasa lain, istilah-istilah teknis dalam morfologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa di dunia memiliki keunikan tersendiri antara satu dengan lainnya. Di dalam setiap bahasa selalu terdapat pola pembentukan kata yang secara sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu penelitian, maka dibutuhkan sebuah metode penelitian. Metode ini dijadikan pijakan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis. Bahasa pada dasarnya adalah sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat pemakainya dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan sistem, yaitu seperangkat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Morfologi Morfologi merupakan suatu cabang linguistik yang mempelajari tentang susunan kata atau pembentukan kata. Menurut Ralibi (dalam Mulyana, 2007: 5), secara
Lebih terperinciKUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM
MODUL PENGENALAN KAIDAH BAHASA ARAB DASAR BAHASA ARAB KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM Diterbitkan oleh: MA HAD UMAR BIN KHATTAB YOGYAKARTA bekerjasama dengan RADIO MUSLIM YOGYAKARTA 1 ال م ف ر د ات (Kosakata)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh
Lebih terperinciPengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya
Modul 1 Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya B PENDAHULUAN Drs. Joko Santoso, M.Hum. agi Anda, modul ini sangat bermanfaat karena akan memberikan pengetahuan yang memadai mengenai bentuk, pembentukan
Lebih terperinciAFIKS PEMBENTUK VERBA BAHASA BUGIS DIALEK SIDRAP Masyita FKIP Universitas Tadulako ABSTRAK Kata kunci: Afiks, Verba, Bahasa
AFIKS PEMBENTUK VERBA BAHASA BUGIS DIALEK SIDRAP Masyita FKIP Universitas Tadulako Masyita.laodi@yahoo.co.id ABSTRAK Kata kunci: Afiks, Verba, Bahasa Bugis, Sidrap. Fokus permasalahan penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Salah satu alat komunikasi adalah melalui bahasa. berbicara, pada hakikatnya ia masih juga memakai bahasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia juga perlu berkomunikasi dengan sesamanya.
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : Sharaf I Kode Mata Kuliah : AR 106 Bobot SKS : 2 SKS Semester : 2 Prasyarat : - Penanggung jawab : Dr. H. Mamat Zaenuddin, MA. Anggota : Drs. H. Masor Pertemuan I:
Lebih terperinciBab II. Mengenal Macam-macam Isim
8 Bab II Mengenal Macam-macam Isim Alokasi Waktu Materi : 120 menit :- Pembagian Isim Ditinjau dari Bilangannya - Pembagian Isim Ditinjau dari Perubahannya - Beberapa Contoh Isim lainnya ISIM bilangannya
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010
ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI DALAM SKRIPSI MAHASISWA PBSI IKIP PGRI MADIUN TAHUN AKADEMIK 2013/2014.
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI DALAM SKRIPSI MAHASISWA PBSI IKIP PGRI MADIUN TAHUN AKADEMIK 2013/2014 Nia Binti Qurota A yuni 1), Agus Budi Santoso 2), Dwi Rohman Soleh 3) 1,2,3)
Lebih terperinciSATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.
SATUAN GRAMATIK Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi. Pengertian Satuan Gramatik Bentuk Tunggal dan Bentuk Kompleks Satuan Gramatik Bebas dan Terikat Morfem, Morf, Alomorf,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1.1 Simpulan Berikut ini disajikan simpulan dari seluruh rangkaian kegiatan studi tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya terhadap
Lebih terperinciProses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu
Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu Eighty Risa Octarini 1, I Ketut Darma Laksana 2, Ni Putu N. Widarsini 3 123 Program Studi Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciPenggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2
Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemikiran Keberadaan buku teks di perguruan tinggi (PT) di Indonesia perlu terus dimutakhirkan sehingga tidak dirasakan tertinggal dari perkembangan ilmu dewasa ini.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar
Lebih terperinciBAB II LEKSIKOGRAFI ARAB
BAB II LEKSIKOGRAFI ARAB 1.1. Pengertian Leksikografi Arab Leksikografi adalah bidang linguistik terapan yang mencakup metode dan teknik penyusunan kamus. Maksudnya adalah bagaimana caranya menyusun leksikon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan suatu ide, gagasan, pikiran, perasaan, pengalaman dan pendapat. Oleh karena itu bahasa
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman
PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : KOSAKATA BAHASA
Lebih terperinciKATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL
KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita (sumber: wikipedia.com). Penulis novel disebut novelis. Kata novel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa di dunia beserta
Lebih terperinciMAKALAH ALIF LAYYINAH DI TENGAH KATA
MAKALAH ALIF LAYYINAH DI TENGAH KATA Disusun guna memenuhi tugas Qowa idul Imla yang diampu oleh : Bapak Muhammad Mas ud M.Pd.I. Oleh : 1. Umi Mahmudah / 111-13-040 2. ShintaYuniati / 111-13-052 SEKOLAH
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 24431109 KEGIATAN LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA MAHASISWA SEMESTER IVA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel
BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan Dengan maksud merangkum seluruh uraian yang terdapat pada bagian pembahasan, pada bagian ini dirumuskan berbagai simpulan. Simpulan yang dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan
Lebih terperinciJurnal Sasindo Unpam, Volume 2, Nomor 2, Juli Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif)
Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif) Muhamad Romli, S.S. 1 M. Wildan, S.S., M.A. 2 ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tentang persamaan dan perbedaan afikasasi yang
Lebih terperinciURUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA
URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA. PENDAHULUAN bahasa adalah salah satu cara manusia untuk dapat menguasai dan menggunakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata-kata Bahasa Indonesia kaya akan imbuhan. Kurang lebih ada sekitar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kata-kata Bahasa Indonesia kaya akan imbuhan. Kurang lebih ada sekitar 35 imbuhan resmi yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Imbuhan-imbuhan ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 2008: 24). Menurut Baalbaki (1990: 272), bahasa adalah sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,
Lebih terperinciJurnal Sastra Indonesia
JSI 2 (1) (2013) Jurnal Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA Miftahur Rohim, Suprapti
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana
Lebih terperinciMAKALAH. Hamzah di Akhir Kalimat. Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I.
MAKALAH Hamzah di Akhir Kalimat Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Hamidah Nur Vitasari 111-13-262 Lailia Anis Afifah 111-13-264
Lebih terperinciMAKALAH. MENAMBAH ALIF dalam KALIMAT. Disusun guna memenuhi tugas Qowa idul Imla yang diampu oleh : Muhammad Mas ud M.Pd.i. Oleh :
MAKALAH MENAMBAH ALIF dalam KALIMAT Disusun guna memenuhi tugas Qowa idul Imla yang diampu oleh : Muhammad Mas ud M.Pd.i. Oleh : 1.Ali Faqih Syarifuddin 111-13-078 2.Denny Arizal.R 111-13-091 3.Muhammad
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1
ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS
Lebih terperinciDESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A
DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A MTsN POPONGAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi
Lebih terperinciMenurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd
KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata merupakan salah satu unsur penting dalam pembetukan suatu bahasa salah satunya dalam suatu proses pembuatan karya tulis. Kategori kata sendiri merupakan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk mengekspresikan perasaan atau emosi.
Lebih terperinciBaca Tulis Qur an (BTQ) Kelas 2
Baca Tulis Qur an (BTQ) Kelas 2 Penulis : Tim Penulis (SD UNGGULAN USWATUH HASANAH) 1. Agus Salim, S.Pd.I 2. Fayumi, M.Pd 3. Neng Tati, S.Pd.I 4. Syarifudin, S.Hum Editor Design & Layout : Syarifudin,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian dalam bidang morfologi memang telah banyak dilakukan oleh para linguis. Hal ini membantu penelitian ini sehingga dapat membuka
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR TRANSLITERASI... x
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR TRANSLITERASI... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS PADA TERJEMAHAN AYAT-AYAT AL QUR AN YANG MENGGAMBARKAN KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD SAW NASKAH PUBLIKASI
PROSES MORFOLOGIS PADA TERJEMAHAN AYAT-AYAT AL QUR AN YANG MENGGAMBARKAN KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD SAW NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajad Sarjana S-1 Progdi Pendidikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000,
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA
Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Afiks dan Afiksasi Ramlan (1983 : 48) menyatakan bahwa afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antar anggota masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antar anggota masyarakat. Bahasa juga merupakan sebuah alat untuk komunikasi, yang berupa rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.
BAB 4 PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya dan sebagai langkah akhir pada Bab 4 ini, dikemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran. Berikut ini diuraikan secara
Lebih terperinciMAKALAH QOWAIDUL IMLA AZ-ZIYADAH ALIF PENAMBAHAN ALIF )
MAKALAH QOWAIDUL IMLA AZ-ZIYADAH ALIF PENAMBAHAN ALIF ) Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Qowaidul Imla Masita Mulyaningtyas 111-13-283 Nur Azizah 111-13-298 Aisah Umi Zar I 111-13-302
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan
191 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap verba berafiks bahasa Jawa dalam rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Proses
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman BAB II STUDI TOKOH. A. Pengertian Studi Tokoh B. Profil Tokoh... 30
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENGESAHAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TRANSLITERASI...
Lebih terperinciVERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008
VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata
Lebih terperinciTATARAN LINGUISTIK (2) MORFOLOGI
Disusun Oleh Nama : Agesti Purnaning Putri NIM : 140.240.8184 TATARAN LINGUISTIK (2) MORFOLOGI 1. MORFEM 1.1 Identifikasi Morfem Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan,kita harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menelanjangi aspek-aspek kebahasaan yang menjadi objek kajiannya. Pada akhirnya, fakta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari bahasa secara umum maupun khusus. Penyelidikan dan penyidikan dalam linguistik memiliki tujuan untuk menguak dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian terhadap ilmu-ilmu bahasa Arab tidak terhenti pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian terhadap ilmu-ilmu bahasa Arab tidak terhenti pada menghasilkan teori-teori saja, akan tetapi berlanjut secara terus menerus mengikuti perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,
Lebih terperinciMASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI
MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI Problem in Preparing Sentence Morphological Class of 10 High School Students Wahidiyah Kediri Oleh: FITRIANA HARIYANTI
Lebih terperinciSILABUS NAHWU 1 AR 105. Dr. Maman Abdurrahman M. Zaka Alfarisi, S. Pd.
SILABUS NAHWU 1 AR 105 Dr. Maman Abdurrahman M. Zaka Alfarisi, S. Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA SAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 40 1. Identitas Mata Kuliah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Wacana 1. Pengertian Wacana Wacana adalah paparan ide atau pikiran secara teratur, baik lisan maupun tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal.
Lebih terperinci