Modul 2.2. Ilmu Alamiah Dasar Definisi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul 2.2. Ilmu Alamiah Dasar Definisi"

Transkripsi

1 Definisi Tujuan pembelajaran: "Definisi," menjelaskan bagaimana definisi diciptakan dan bagaimana mengkritisinya. Anda perlu dapat menerapkan teknik definisi untuk melakukan analisis sebuah perselisihan. Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa seharusnya dapat untuk: 1. Membedakan antara perdebatan yang sungguh-sungguh dan perselisihan yang hanya verbal. 2. Memahami lima jenis definisi, dan penggunaannya. 3. Tahu bagaimana membangun definisi denotatif dan definisi konotatif. 4. Mengidentifikasi variasi dari definisi. 5. Mengaplikasikan lima aturan tradisional definisi berdasarkan jenis dan kelompoknya. A. Pengertian Definisi Kata definisi berasal dari bahasa Latin definitio yang artinya pembatasan. Definisi adalah suatu bagian yang menjelaskan makna sebuah istilah (kata, frase atau simbol). Setiap definisi terdiri dari dua bagian, yaitu definiendum dan definiens. Definiendum adalah kata atau kelompok kata yang didefinisikan. Definiens adalah kata atau susunan kata yang mendefinisikan. Es adalah air yang membeku. Term Es disebut definiendum dan susunan kata-kata air yang membeku disebut definiens. Definisi mempunyai tugas untuk menetukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas dan singkat. Maksudnya menentukan batas-batas pengetian tertentu sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur dan tidak dicampuradukkan dengan pengertian-pengertian lain Definisi merupakan langkah pertama untuk menghindari kekeliruan, terutama kekeliruan yang disebabkan oleh faktor bahasa. Pada hakekatnya, definisi merupakan komponen dari ilmu pengetahuan yang merumuskan dengan singkat dan tepat tentang sesuatu objek. Definisi yang disusun dan disepakati menjadi alat dan prasyarat untuk berfikir dengan logis. Definisi bertugas menetukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas dan singkat. Definisi terdiri atas dua bagian, yaitu definiendum (kata yang didefinisikan) dan definiens (sejumlah kata yang menjelaskan batasannya). Kesulitan utama dalam membuat definisi adalah kebutuhan untuk menggunakan istilah-istilah lain yang telah dipahami atau mudah didapat. Penggunaan istilah dengan contoh sederhana mungkin cukup. Sebaliknya, definisi kamus memiliki rincian tambahan, biasanya termasuk ulasan singkat tentang asal usul kata yang menunjukkan makna sebelumnya dan bahasa turunan. Irving M Copi, menjelaskan ada 5 tujuan membuat definisi, yaitu: 1

2 1. Menambah perbendaharaan kata. Pada hakekatnya bahasa merupakan suatu instrumen yang rumit dan terus berkembang, padahal perannya sangat penting. Berdasarkan hal ini, sangat mungkin sebuah kata akan berkembang mempunyai arti baru atau suatu kejadian akan menimbulkan suatu istilah baru. Istilah baru dibutuhkan untuk satu fenomena baru misalnya. Hal ini memperkaya perbendaharaan bahasa. 2. Menghilangkan kerancuan atau ambiguitas. Tujuan ini sangat penting karena jika berdiskusi dengan kata-kata yang rancu, maka argumen yang dihasilkan juga menjadi rancu. 3. Memperjelas arti suatu kata. Dengan menetapkan definisi, kita menjadi tidak ragu lagi dalam menggunakan kata yang bersangkutan. Hal ini lebih menjamin efektivitas berkomunikasi, di mana argumen yang diproduksi akan lebih tepat dan benar (secara logika). 4. Menjelaskan secara teoritis. Definisi ini merupakan jenis definisi yang khusus dibuat untuk menjelaskan teori yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Penjelasannya tidak semata menarasikan, tapi lebih berteori. 5. Mempengaruhi tingkah laku. Definisi juga dibuat untuk mempengaruhi pikiran, perbuatan atau mengendalikan emosi seseorang. Kembali kepada tiga fungsi bahasa, disini bahasa lebih untuk fungsi ekspresif dibandingkan fungsi informatif. Merujuk pada lima tujuan di atas, ada lima jenis bentuk definisi, yaitu definisi stipulatif, definisi leksikal, definisi ketepatan, definisi teoritis, dan definisi persuasif. Dalam merumuskan definisi suatu istilah perlu diperhatikan beberapa syarat agar definisi yang dirumuskan tersebut secara tepat mengungkapkan pengertian yang didefinisikan sehingga jelas dan mudah dipahami. Seperti kata-kata yang lain, definisi suatu istilah memiliki arti yang agak berbeda dalam konteks yang berbeda. Sebuah definisi dapat menggambarkan sebuah arti yangdigunakan secara umum, atau makna yang sengaja ditentukan langsung oleh pembicara (stipulatif). Misalnya, dalam bahasa formal seperti matematika, sebuah definisi 'stipulatif' akan memberi panduan bagi diskusi tertentu. Deskripsi dari sebuah definisi dapat dikatakan "benar" atau "salah" jika dibandingkan dengan penggunaan umum, tetapi definisi stipulatif hanya bisa dibantah dengan menunjukkan kontradiksi logis. Contoh dari definisi stipulatif, misalnya dalam teka-teki induksi oleh Nelson Goodman, istilah "grue" ditetapkan sebagai "properti dari obyek yang membuatnya tampak hijau jika diamati sebelum beberapa t waktu di masa depan, dan biru jika diamati sesudahnya." Kata "grue" tidak memiliki makna dalam bahasa Inggris standar, karena itu, Goodman menciptakan istilah baru dan memberinya definisi stipulatif. B. Perselisihan, Perselisihan Verbal, dan Definisi Definisi yang baik dapat menjalankan fungsi ekspresif dan sekaligus informatif. Beberapa kekeliruan dapat bersifat verbal, atau karena kekeliruan berbahasa. Bahasa yang buruk bisa menyesatkan dan sekaligus membatasi efektifitas penyampaian. Perselisihan (disputes) misalnya dapat terjadi karena tiga hal, yaitu: 2

3 1. Ketidaksepakatan pada apakah proposisinya benar 2. Istilah yang menimbulkan kebingungan 3. Problem ambiguitas yang tidak berhasil dipecahkan. Dalam bahasa sehari-hari, kita sering menggunakan kata-kata yang ambigu dan juga kata-kata yang tidak jelas, namun kita cenderung membiarkannya. Dalam dunia akademik, kata yang ambigu dan tidak jelas dhihindari, yaitu dengan menetapkan definisi yang jelas dan mudah dipahami. Berdasarkan penyebabnya, perselisihan dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori: 1. Perselisihan sejati (obviously genuine) Dalam perselisihan sejati, pihak-pihak yang terkait secara eksplisit dan jelas menujukkan ketidaksepakatan, baik dalam keyakinan atau sikap. Dengan kata lain, melibatkan ketidaksepakatan tentang apakah atau beberapa proposisi adalah benar. Biasanya orang yang terlibat dalam perselisihan sejati menyetujui makna kata-kata sesuai perspektif masing-masing. Untuk mencapai resolusi dari perbedaan itu, masing-masing dapat mengusulkan dan menilai argumen-argumen secara logis. Sebagai contoh: Anda percaya ada kehidupan cerdas di planet lain tapi saya tidak. Jadi ada peselisihan yang sangat jelas dan bahasa bukanlah merupakan sumber perselisihan kita dalam kasus ini. 2. Perselisihan lisan (verbal) Biasanya perselisihan verbal muncul ketika istilah kunci yang diperselisihkan berdasarkan keyakinan mereka adalah ambigu, atau ketika sebuah frase atau kata yang sentral ditangkap secara berbeda, yang mungkin sama-sama sah tetapi itu seharusnya tidak membingungkan. Sebuah perselisihan verbal akan berakhir jika orang-orang yang terlibat sampai pada kesepakatan tentang arti istilah-istilah mereka. Istilah yang ambigu adalah istilah dengan dua atau lebih makna yang berbeda. Misalnya, kata "man" dalam bahasa Inggris dapat berarti "gender" (laki-laki) atau "spesies" (manusia). Contoh lain adalah kata rasio. Rasio adalah akal sehat yang memungkinkan manusia lebih dari mahluk hidup lainnya. Namun rasio juga bisa berarti pembandingan dua angka yang ada dalam laporan keuangan. Sering terjadi di mana dua orang yang tampaknya tidak setuju secara substansial - tetapi ada perselisihan yang sebenarnya merupakan hasil dari penggunaan istilah ambigu dan jika hal ini terjadi maka disebut perselisihan verbal. 3. Perselisihan nampak seperti verbal tapi sebenarnya sejati (genuine) Jenis perselisihan ini sebagian karena hasil dari bahasa yang ambigu. Namun, meskipun perselisihan verbal diselesaikan, perbedaan nyata dalam kepercayaan atau sikap tetap ada.jadi, nampak seperti perselisihan verbal di permukaan tapi sebenarnya perselisihan 3

4 sejati. Pihak yang terlibat mungkin memang salah paham satu sama lain dalam penggunaan istilah, tetapi pertengkaran mereka melampaui kesalahpahaman ini. Sengketa semacam ini ketiga kadang-kadang juga disebut "criterial" atau beda secara "konseptual." Hal ini nampak dalam kemampuan pihak-pihak yang terlibat dalam perselisihan itu memecahkan setiap problem ambiguitas. Dengan metode penalaran yang tepat, problem ini dapat diselesaikan. C. Jenis-jenis Definsi dan Mengatasi Perselisihan Simbol yang didefinisikan disebut definiendum; simbol atau kelompok simbol yang digunakan untuk menjelaskan makna definiendum disebut definien. Definien adalah simbol lain atau kelompok simbol yang, menurut definisi, memiliki arti yang sama seperti definiendum tersebut. Adalah merupakan kesalahan jika mengatakan bahwa defines adalah arti dari definiendum. Yang benar, antara definiendum dengan definien mempunyai makna yang sama. Bruggink (1996) menyebutnya sebagai definiendum untuk perkataan yang harus didefinisikan dan definiens untuk perkataan-perkataan yang mewujudkan definisi. Selanjutnya Bruggink memberikan batasan yang berkaitan dengan definisi, yaitu : 1. Definiens harus lebih jelas ketimbang definiendum. 2. Definiendum tidak boleh ada dalam definien. Misalnya pelajar sebagai seseorang yang belajar 3. Definiens tidak boleh negatif. Misalnya wanita sebagai seseorang yang adalah bukan pria Definiendum dan definien harus dapat di putar balik. Dengan syarat ini orang memaksudkan bahwa definieum dan definien harus sedemikian identik, sehingga mereka dalam setiap konteks dapat saling menggantikan. Jadi, definien hanya boleh menunjuk pada definiendum dan sebaliknya. Prinisip penggunaan definisi dalam penalaran adalah untuk menghilangkan ambiguitas. Untuk mengatasi ambiguitas, ada dua bentuk definisi yang secara umum digunakan yaitu stipulatif dan leksikal, yang secara efektif dapat menyelesaikan perselisihan verbal. Secara keseluruhan ada lima jenis definisi. 1. Definisi Stipulatif (Stipulative Definitions) Sebuah definisi stipulatif adalah jika sebuah simbol baru atau istilah diperkenalkan dengan pengertian yang ditetapkan secara sewenang-wenang. Definisi ini dibuat bilamana seseorang ingin memperkenalkan konsep yang sama sekali baru. Jadi yang bersangkutan mempunyai kebebasan penuh untuk memberi isi pada simbol tersebut dengan muatan makna atau konsepsi yang dikehendakinya. Sebuah definisi stipulatif adalah tidak benar atau salah, akurat atau tidak akurat. 4

5 Quark: Istilah ini diperkenalkan oleh Murray Gell-Mann setelah dia mendengar bunyi bebek (kwork kwork kwork) dan membaca buku karangan James joyce yang berjudul Finnegans Wake yang didalamnya terdapat kata quark. Arti kata quark adalah inti dari suatu atom yang terkecil. Antibiotika: Istilah antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun Diperkenalkan oleh Selman Waksman, di mana antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari mikroorganisme, dalam larutan encer mereka mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan dan membinasakan mikroba lain. 2. Definisi Leksikal (Lexical Definitions) Sebuah definisi leksikal adalah bentuk definisi yang dapat ditemukan dalam kamus, yang berarti bahwa pengertian dari istilah itu (definiendum) sudah ada. Dengan kata lain, sebuah deskripsi diberikan oleh seorang penutur dengan cara menggunakan istilah tertentu dalam bahasa mereka. Definisi ini dibuat dengan maksud menghilangkan kerancuan atau untuk memperkaya kosa-kata bagi yang menggunakannya. Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi (KBBI) Ateis adalah orang yg tidak percaya akan adanya Tuhan Orang adalah makhluk yg berakal budi. 3. Definisi yang menegaskan (Precising Definitions) Definisi ini berfungsi untuk mengurangi ketidakjelasan, menghilangkan kekaburan, mempertegas dan menjelaskan batas dari muatan makna. Sebuah istilah menjadi ambigu dalam konteks tertentu karena mempunyai lebih dari satu makna dan konteks tidak membuat jelas apa yang dimaksudkan. Definisi jenis ini penting dalam hukum dan undang-undang. Dalam UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE): Orang adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia, warga negara asing, maupun badan hukum. Siang hari adalah waktu antara pukul sampai Definisi Teoritis (Theoretical Definitions) Definisi teoritis sering disebut juga dengan definisi analitis, dibuat dengan maksud untuk mengungkapkan ciri-ciri yang secara teoritis memadai dari sebuah obyek tertentu. Definisi ini mencoba untuk merumuskan deskripsi teoritis yang memadai atau ilmiah yang berguna dari objek yang istilah berlaku. Definisi teoritis berjalan seiring dengan penerimaan kerangka teoritis yang komprehensif untuk memahami materi subjek yang bersinggungan dengan istilah yang dimaksud. 5

6 Logika simbolik adalah ilmu tentang penyimpulan yang sah (absah), khususnya yang dikembangkan dengan penggunaan metode-metode matematika dan dengan bantuan simbolsimbol khusus sehingga memungkinkan seseorang menghindarkan makna ganda dari bahasa sehari-hari (Frederick B. Fitch dalam bukunya Symbolic Logic ). Hidrogen adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dengan nomor atom Definisi Persuasif (Persuasive Definitions) Definisi persuasif adalah definisi yang dirumuskan dan digunakan secara persuasif untuk menyelesaikan perselisihan dengan mempengaruhi sikap atau mengobarkan emosi, sering mengandalkan pada penggunaan bahasa emotif. Dengan kata lain, tujuan dari definisi ini adalah untuk mempengaruhi sikap terhadap suatu konsep tertentu. Ateis adalah seseorang yang masih belum menyadari bahwa Tuhan itu ada. D. Ekstensional dan Intensional Definisi menjelaskan muatan makna (konsepsi dari sebuah simbol). Muatan makna itu dibedakan ke dalam dua jenis, yakni luas/lingkup pengertian (ekstensional) dan isi pengertian (intensional). Luas/lingkup pengertian yaitu semua obyek atau orang yang termasuk dalam pengertian itu disebut ekstensi. Muatan makna ekstensional atau denotatif diberikan atau dilekatkan pada simbol untuk menunjuk obyek atau himpunan obyek. Menunjuk pada gejala yang memenuhi ciri-ciri yang dimaksud dalam terma definiendum atau fakta-fakta yang menjadi anggotanya (makna denotatif). Isi pengertian disebut intensi/konotasi yaitu keseluruhan ciri-ciri yang mewujudkan pengertian itu (dalam bahasa Inggris disebut sense dan dalam bahasa Perancis disebut signification ). Muatan makna tertentu diberikan pada atau diisi ke dalam sebuah simbol untuk memperlihatkan adanya ciri-ciri yang mirip dan unik dari obyek atau himpunan obyek tertentu. Menunjuk pada ciri-ciri dari terma definiendum (makna konotatif atau komprehensif). Sebagai contoh: sebuah definisi intensional dari Perdana Menteri bisa berarti menteri yang paling tinggi dari sebuah kabinet dalam sebuah pemerintahan berdasarkan sistem parlementer. Sementara definisi ekstensional akan bisa dimaknai sebagai sebuah daftar dari seluruh perdana menteri dari masa lalu, sekarang dan masa depan. Setiap istilah umum memiliki baik makna sebuah intensional dan makna ekstensional. Dengan eksistensi kita memaksudkan semua objek atau orang yang termasuk ke dalam pengertian itu. Hubungan antara intensi dan ekstensi pengertian dapat dinyatakan dalam dua dalil. 6

7 Dalil pertama: Intensi menentukan ekstensi, yang berarti bahwa isi sebuah pengertian menentukan keluasan lingkup pengertian. Obyek-obyek atau orang-orang siapa saja yang termasuk dalam suatu pengertian bergantung pada keseluruhan ciri-ciri yang mewujudkan pengertian itu. Dalil kedua: Intensi berbanding terbalik dengan Ekstensi, yang berarti semakin sedikit intensi pengertian memuat ciri-ciri (semakin kurang persis), maka semakin banyak obyek atau orang yang termasuk kedalam ekstensi pengertian itu. Jadi, antara isi dan luas pengertian terdapat suatu hubungan. Sifatnya dapat dijabarkan sebagai berikut: semakin banyak isinya, semakin kecil luas (daerah lingkup)nya. Semakin banyak (besar) isinya hanyalah menyatakan bahwa benda yang ditunjukkan itu menjadi semakin konkret, nyata dan tertentu. Sebaliknya, semakin sedikit isinya, semakin luas lingkungan (daerah lingkupnya). Ini pun hanyalah menyatakan bahwa apa yang ditunjukkan itu menjadi semakin abstrak, tidak (kurang) mendekati kenyataan. Catatan: Definisi sinonim adalah sesuatu yang mendefinisikan kata dengan menyediakan kata lain, yang maknanya sudah dipahami dan memiliki makna yang sama dengan yang pertama. Definisi operasional adalah sesuatu untuk menyatakan istilah yang diterapkan secara benar pada kasus tertentu jika dan hanya jika kinerja operasi tertentu dalam kasus yang menghasilkan akibat spesifik. Ketika definisi sinonim tidak tersedia dan definisi operasional tidak cocok, kita dapat menggunakan definisi berdasarkan genus dan pembeda. Definisi jenis ini paling baik untuk menjelaskan istilah kelas. Kelas adalah definisi abstrak dari sebuah objek. Definisi ini menjelaskan bahwa struktur dan perilaku dari tiap objek tergabung dalam suatu kelas. Kelas adalah kumpulan obyek yang memiliki beberapa karakteristik sama. Banyak kelas dapat dibagi menjadi sub-kelas. Kita menyebut kelas umum sebagai genus dan subclass dengan spesies. Setiap spesies dari genus yang diberikan memiliki karakteristik khusus tertentu yang membedakannya dari semua spesies lain dari genus. Kita dapat mendefinisikan spesies tertentu dari genus dengan bantuan karakteristik khusus (pembeda). Sebagai contoh, kita dapat mendefinisikan segi enam sebagai poligon (genus) dengan enam sisi (pembeda), dan kita dapat mendefinisikan manusia sebagai hewan (genus) yang mampu berpikir rasional (pembeda). E. Aturan merumuskan Definisi berdasarkan Genus dan Pembeda Lima aturan yang berguna untuk mengevaluasi definisi leksikal berdasarkan genus dan pembeda: Aturan 1: Definisi harus mengacu pada atribut esensial yang dimiliki atau terdapat dalam definiendum. Contoh : sepatu tidak dapat didefinisikan hanya dengan menyebutkan bentuk dan bahan pembuatnya tetapi juga harus diungkapkan kegunaannya. 7

8 Aturan 2: Definisi tidak boleh membentuk lingkaran, atau dengan kata lain apa yang didefinisikan tidak boleh masuk ke dalam definisi. Contoh : Logika adalah ilmu yang menerangkan hukum logika Aturan 3: Definisi tidak boleh terlalu luas dan terlalu sempit. Contoh : Merpati adalah burung yang dapat terbang (terlalu luas) dan Kursi adalah tempat duduk yang terbuat dari kayu (terlalu sempit) Aturan 4: Definisi harus jelas, harus menghindari kerancuan dan kesamar-samaran. Contoh : kehidupan adalah sepotong keju atau aluminium adalah satu tipe besi yang ringan. Aturan 5: Definisi tidak boleh dalam bentuk kalimat negatif. Contoh : Keindahan adalah suatu keadaan yang tidak jelek. 8

Penggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran:

Penggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran: Penggunaan bahasa Tujuan pembelajaran: "Penggunaan bahasa" fokus pada bagaimana sebuah pengertian dari fungsi-fungsi bahasa itu penting dalam logika. Bahasa adalah sebuah alat yang kompleks, dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

Bahasa dan Logika Ilmiah

Bahasa dan Logika Ilmiah Bahasa dan Logika Ilmiah Bahasa Konsep Simbol Realitas Bhs Sehari-hari & Bhs Ilmiah Bahasa Sehari-hari Tidak bebas nilai Sistem terbuka Subjektif (1) Bahasa Ilmiah Bebas nilai Sistem tertutup Objektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat

Lebih terperinci

TAHAP I PENALARAN : KONSEP

TAHAP I PENALARAN : KONSEP Pertemuan ke-2 TAHAP I PENALARAN : KONSEP Seperti kita ketahui sebelumnya bahwa Tahap I dalam tindakan akal budi manusia masih merupakan pengertian-pengertian secara sederhana terhadap segala benda atau

Lebih terperinci

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA Wahyudi Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan. Penalaran matematika menjadi pedoman atau tuntunan sah atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Istilah dan Definisi Pertemuan 03

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Istilah dan Definisi Pertemuan 03 Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Istilah dan Definisi Pertemuan 03 Tujuan 1. Menggunakan sumber istilah dalam penulisan akademis, 2. Mengembangkan definisi operasional menjadi

Lebih terperinci

SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017

SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017 SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017 Kompetensi Yang Diharapkan Mahasiswa dapat menjelaskan sarana berpikir ilmiah : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu disiplin ilmu, Matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan struktur yang terorganisasi, sebab ilmu ini berkembang dari unsur yang tidak

Lebih terperinci

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

BAB V METODE-METODE KEILMUAN BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN (1) kegiatan akal budi dalam menggolongkan membagi, dan menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang yang tertentu.

PENGGOLONGAN (1) kegiatan akal budi dalam menggolongkan membagi, dan menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang yang tertentu. PENGGOLONGAN (1) 1. Penggolongan atau Pembagian adalah suatu kegiatan akal budi dalam menggolongkan membagi, dan menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang yang tertentu. 2. Penguraian dan penyusunan

Lebih terperinci

Ilmu Penalaran atau Logika

Ilmu Penalaran atau Logika Ilmu Penalaran atau Logika Logika adalah Ilmu dan Kecakapan Menalar; Berpikir dengan Tepat (the science and art of correct thinking berpikir dimaksudkan kegiatan akal untuk "mengolah" pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian, analisis kelas XI SMK Negeri 1 Sawit disimpulkan sebagai berikut. 1. Bentuk kesalahan penggunaan

Lebih terperinci

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA 0 L E H Dra. SALLIYANTI, M.Hum UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2004 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR....i DAFTAR ISI...ii BAB I. PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

SARANA BERPIKIR ILMIAH

SARANA BERPIKIR ILMIAH SARANA BERPIKIR ILMIAH PENDAHULUAN Ciri Utama Manusia BERPIKIR AKAL BERPIKIR ALAMIAH berdasarkan kebiasaan sehari-hari, dari pengaruh alam sekelilingnya ILMIAH berdasarkan sarana tertentu secara teratur

Lebih terperinci

Modul Ilmu Mantiq/Logika. Dosen: Ahmad Taufiq MA

Modul Ilmu Mantiq/Logika. Dosen: Ahmad Taufiq MA Modul Ilmu Mantiq/Logika Dosen: Ahmad Taufiq MA B. LOGIKA Bagian 1 LOGIKA, PENALARAN DAN ANALISIS DEFINISI Pengertian Logika Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proposisi adalah pernyataan yang dapat ditentukan nilai kebenarannya, bernilai benar atau salah tetapi tidak keduanya. Sedangkan, Kalkulus Proposisi (Propositional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak dapat lepas dari pemakaian bahasa, apalagi dalam kehidupan masyarakat. Peranan bahasa dalam hidup bermasyarakat sangat

Lebih terperinci

Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : BAB X PENGERTIAN, PENGGOLONGAN DAN DEFINISI Pertemuan 10

Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : BAB X PENGERTIAN, PENGGOLONGAN DAN DEFINISI Pertemuan 10 Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : 2007 BAB X PENGERTIAN, PENGGOLONGAN DAN DEFINISI Pertemuan 10 Tujuan: Mahasiswa mampu menerapkan konsep dan hukum-hukum yang berkaitan dengan Pengertian,

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LOGIKA 1

DASAR-DASAR LOGIKA 1 DASAR-DASAR LOGIKA 1 PENGERTIAN UMUM LOGIKA Filsafat dan matematika adalah bidang pengetahuan rasional yang ada sejak dahulu. Jauh sebelum matematika berkembang seperti sekarang ini dan penerapannya menyentuh

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Manusia merupakan makhluk yang berakal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan, jin bahkan malaikat sekalipun. Dengan akal yang dimilikinya,

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sering kali diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1 Pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Matematika Menurut Hamalik (2008:36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih

Lebih terperinci

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik)

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik) Kesalahan Umum Penulisan Disertasi (Sebuah Pengalaman Empirik) Setelah membimbing dan menguji disertasi di sejumlah perguruan tinggi selama ini, saya memperoleh kesan dan pengalaman menarik berupa kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

Logika, dan bahasa. OLEH Doris Febriyanti M.Si UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2016

Logika, dan bahasa. OLEH Doris Febriyanti M.Si UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2016 Logika, dan bahasa OLEH Doris Febriyanti M.Si UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2016 Bahasa : alat untuk mengungkapkan dan mengkomunikasikan pikiran. Hal yang diungkapkan oleh manusia, tidak semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada orang lain. Kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bisa berlangsung secara efektif

Lebih terperinci

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Salliyanti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Tulisan ini membicarakan peranan

Lebih terperinci

Prosedur Penelitian (1)

Prosedur Penelitian (1) HAND OUT MATA KULIAH Prosedur Penelitian (1) Tedi Priatna Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung 1 Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan kenyataan dan harus

Lebih terperinci

Pengenalan Logika. Modul 1 PENDAHULUAN

Pengenalan Logika. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Pengenalan Logika Drs. Noor Muhsin Bakry Sonjoruri Budiani Trisakti, M.A. P PENDAHULUAN erkembangan logika pada saat sekarang ini sangat pesat sekali dan hampir setiap saat ada teori-teori baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi pahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

Dasar-dasar Logika. Definisi & Keputusan

Dasar-dasar Logika. Definisi & Keputusan Dasar-dasar Logika Modul ke: 03 Definisi & Keputusan Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat www.mercubuana,ac,id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc 1.Definisi Pengetahuan yang dibutuhkan manusia

Lebih terperinci

PERLENGKAPAN LOGIKA BAHAN TIGA DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1

PERLENGKAPAN LOGIKA BAHAN TIGA DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1 PERLENGKAPAN LOGIKA BAHAN TIGA DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1 1 LOGIKA & BAHASA Mulai dari mana logika sebagai ilmu dipelajari? Logika merupakan hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

BAHASA DAN FUNGSINYA DALAM KOMUNIKASI

BAHASA DAN FUNGSINYA DALAM KOMUNIKASI SAP 5 BAHASA DAN FUNGSINYA DALAM KOMUNIKASI Doni Koesoema A. POKOK-POKOK BAHASAN SAP 5 5.1 BAHASA: ALAT BERPIKIR DAN KOMUNIKASI 5.2 IDE, BAHASA DAN KENYATAAN 5.3 KENYATAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF 5.4 FAKTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum mendapatkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar. Hal ini diakui oleh banyak orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU KELOMPOK 8 A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani logos yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika

Lebih terperinci

Masalah Induksi : Raven Paradox

Masalah Induksi : Raven Paradox Masalah Induksi : Raven Paradox Ruth Nattassha (13510096) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia ruth.nattassha@students.itb.ac.id

Lebih terperinci

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu kelas 3 SLB Negeri Binjai Oleh: Pendahuluan Anak berkebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketunarunguan merentang dari yang ringan sampai yang sangat berat. Keadaan ini, dalam mengoptimalkan potensinya mengindikasikan perlu adanya suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting dimiliki seseorang. Menulis sendiri bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Artikel, esai, laporan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN 2.1.1 Pengertian Permainan Kartu Bilangan Chalidah menyatakan bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilakukan dengan sukarela dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

BAHASA INDONESIA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH BAHASA INDONESIA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH 1.1 Pengertian Karya tulis akademik dan ilmiah menuntut kecermatan bahasa karena karya tersebut harus disebarluaskan kepada pihak yang tidak secara langsung

Lebih terperinci

Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran

Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran Metode-Metode Penilaian Nah, anda telah merencanakan dengan hati-hati berbagai proyek yang meminta para siswa untuk melatih berbagai macam kecakapan

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Konsep terbaru filsafat abad 20 didasarkan atas dasar fungsi berfikir, merasa, cipta talent dan kreativitas. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar anggota masyarakat.

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris. Disusun oleh : Nama : NPM :

MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris. Disusun oleh : Nama : NPM : MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris Disusun oleh : Nama : NPM : Program Studi Fakultas Universitas 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari A. Metode Diskusi BAB II KAJIAN PUSTAKA Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari bahasa Yunani (metha), yang berarti melalui atau melewati. Secara umum metode atau

Lebih terperinci

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman Abstrak Dalam seni bina, pembinaan, kejuruteraan, dan pembangunan harta tanah, bangunan merujuk kepada mana-mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan diperuntukkan bagi semua warga negara, hal ini sesuai dengan UU RI nomor 20 tentang Sisdiknas pasal 5 ayat 1 mennyatakan bahwa Setiap warga negara mempunyai

Lebih terperinci

: SRI ESTI TRISNO SAMI

: SRI ESTI TRISNO SAMI By : SRI ESTI TRISNO SAMI 08125218506 / 082334051324 E-mail : sriestits2@gmail.com Bahan Bacaan / Refferensi : 1. F. Soesianto dan Djoni Dwijono, Logika Matematika untuk Ilmu Komputer, Penerbit Andi Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN SOAL- SOAL LOGIKA

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN SOAL- SOAL LOGIKA ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN SOAL- SOAL LOGIKA Yulia Romadiastri Dosen Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang ABSTRAK Logika adalah salah satu materi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab I Logika Manusia

Pendahuluan. Bab I Logika Manusia Bab I Pendahuluan 1.1. Logika Manusia Manusia, diantara makhluk yang lain, merupakan pengolah informasi. Kita membutuhkan informasi mengenai dunia dan menggunakan informasi ini untuk kepentingan yang lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar Matematika Belajar merupakan proses berpikir seseorang dalam rangka menuju kesuksesan hidup, perubahan aspek kehidupan dari taraf tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

PEMBUATAN USUL PENELITIAN KUANTITATIF. Tri Nugroho Adi,M.Si. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman

PEMBUATAN USUL PENELITIAN KUANTITATIF. Tri Nugroho Adi,M.Si. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman PEMBUATAN USUL PENELITIAN KUANTITATIF Tri Nugroho Adi,M.Si. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman Apa dan bagaimana harus memulai? 1. Kuantitatif or Kualitatif? Jawab : KUANTITATIF!!!

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian bunyi yang memiliki makna tertentu. Rangkaian bunyi tersebut kita

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian bunyi yang memiliki makna tertentu. Rangkaian bunyi tersebut kita 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahasa menurut Kosasih (2004: 18-19) dapat diartikan sebagai rangkaian bunyi yang memiliki makna tertentu. Rangkaian bunyi tersebut kita kenal sebagai kata. Pola-pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling sulit (Mulyono, 1999:25). Meskipun demikian, semua orang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling sulit (Mulyono, 1999:25). Meskipun demikian, semua orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit (Mulyono, 1999:25). Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena

Lebih terperinci

HAKEKAT PENELITIAN PENDIDIKAN

HAKEKAT PENELITIAN PENDIDIKAN 6Pertemuan 1: HAKEKAT PENELITIAN PENDIDIKAN Tujuan : Setelah perkuliahan ini anda diharapkan mampu untuk: Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan penelitian pendidikan dan memberi dua contoh tentang

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS BAHASA INDONESIA Modul ke: KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id A. Pengertian Bahasa 1. Bloch & Trager Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Ilmu Komunikasi Sistem Komunikasi

Ilmu Komunikasi Sistem Komunikasi Bahasa Indonesia UMB Modul ke: Kalimat Efektif Fakultas Ilmu Komunikasi Kundari, S.Pd, M.Pd. Program Studi Sistem Komunikasi www.mercubuana.ac.id Standar Kompetensi : Pembaca dapat memahami dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Linguistik merupakan dasar dalam mempelajari keahlian berbahasa, atau biasa disebut dengan ilmu bahasa. Linguistik berasal dari kata Latin Lingua yang artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase, klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah & kalimat merupakan tataran tertinggi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Hasil Belajar Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan hidup secara alami. Sedangkan

Lebih terperinci

Pengenalan Logika Informatika. Pertemuan 1 Viska Armalina, ST.,M.Eng

Pengenalan Logika Informatika. Pertemuan 1 Viska Armalina, ST.,M.Eng Pengenalan Logika Informatika Pertemuan 1 Viska Armalina, ST.,M.Eng Pendahuluan Asal kata Logika Logic (Bahasa Inggris) Logos (Yunani) Arti : dalam bahasa Inggris : Word, Speech, what is spoken, thought,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan pribadi seseorang yang membentuk manusia dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari kebodohan menjadi kepintaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu budaya manusia yang sangat tinggi nilainya karena dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA DAN KEBENARAN KALIMAT

HUBUNGAN MAKNA DAN KEBENARAN KALIMAT HUBUNGAN MAKNA DAN KEBENARAN KALIMAT Mahriyuni Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kajian ini mengidentifikasi sejumlah hubungan semantik yang ada diantara kalimat, sinonim, memerlukan

Lebih terperinci

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses.

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses. Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA Clara Ika Sari Budhayanti Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan baik di bidang aritmatika, aljabar, geometri dan pengukuran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia terdapat berbagai ragam bahasa daerah. Bahasa daerah hidup berdampingan dengan bahasa Indonesia. Semua bahasa daerah yang dipakai penuturnya dilindungi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi pembelajaran BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Intelektual Dalam proses belajar mengajar yang menekankan konstruksi pengetahuan, kegiatan utama yang berlangsung adalah berpikir atau mengembangkan keterampilan intelektual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diisyaratkan pada sebuah sistem simbol (Santrock, 2011:187). Menurut Vygotsky

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diisyaratkan pada sebuah sistem simbol (Santrock, 2011:187). Menurut Vygotsky BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi yang diucapkan, ditulis, atau diisyaratkan pada sebuah sistem simbol (Santrock, 2011:187). Menurut Vygotsky (dalam Santrock, 2011:255)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi siswa maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa, karena manusia diberikan akal dan pikiran. Jika manusia tidak memiliki akal dan pikiran maka dalam menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

(universal) sehingga dapat dipahami oleh orang lain.

(universal) sehingga dapat dipahami oleh orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan, yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan lainnya, seperti ilmu alam, sosial dan teknologi. Matematika erat

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan Pemasok Dalam kamus istilah keuangan dan perbankan disebutkan bahwa : Consgnment

Lebih terperinci

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA P a g e 1 PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA 1. Pendahuluan a. Definisi logika Logika berasal dari bahasa Yunani logos. Logika adalah: ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar ilmu pengetahuan yang mempelajari

Lebih terperinci

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan alat untuk mengkomunikasikan berbagai ide, gagasan, dan pendapat secara jelas (Sutama, 2014: 142). Matematika tidak hanya sebagai ilmu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pendidikan tidak dapat diragukan lagi. akan pola-pola penggunaan bahasa dalam interaksi belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pendidikan tidak dapat diragukan lagi. akan pola-pola penggunaan bahasa dalam interaksi belajar mengajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem komunikasi paling efektif untuk mengungkapkan pemikiran, baik bentuk lisan maupun tulisan, baik berupa ide, penemuan, pendapat, inspirasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan kaum waria seakan penuh dengan nilai-nilai negatif dalam pribadi seseorang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya,

Lebih terperinci