[SAP 6] TERM, DEFINISI, KATEGORI. Creative and Critical Thinking team UMN 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "[SAP 6] TERM, DEFINISI, KATEGORI. Creative and Critical Thinking team UMN 2011"

Transkripsi

1 [SAP 6] TERM, DEFINISI, KATEGORI Creative and Critical Thinking team UMN 2011

2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK) TIK: (1) Mahasiswa dapat menjelaskan bagan proses memahami, definisi ide dan term, serta perbedaannya (2) Mahasiswa dapat menjelaskan kembali jenis-jenis term (kategorimatis, sinkategorimatis, dll) (3) Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan prinsip intensi dan ekstensi term (4) Mahasiswa dapat menyebutkan jenis-jenis definisi dan perbedaan-perbedaan di antaranya. (5) Mahasiswa dapat merumuskan kembali prinsip-prinsip pembuatan definisi leksikal (6) Mahasiswa dapat menunjukkan pentingnya definisi ketika mendiskusikan isu-isu yang kontroversial (seperti pornografi, hukuman mati, demokrasi, globalisasi, kemiskinan, dst) (7) Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan pengertian pembagian (division), penggolongan (classification), dan kategori (8) Mahasiswa dapat menerapkan sepuluh kategori logika versi Aristoteles untuk menganalisis pernyataan serta kalimat yang sederhana sampai kompleks

3 Bagan Proses Memahami MENANGKAP HAKIKAT SESUATU GEJALA (FENOMENA) PENCERAPAN (PERSEPSI) ABSTRAKSI IDE / KONSEP Eidos (Yunani) Conceptum (Latin) TERM Ide itu abstrak dan universal Term itu konkret, penubuhan dari Ide.

4 Ide dan Konsep Ide berasal dari bahasa Yunani ίδζα idea atau είδος eidos yang berarti penglihatan, persepsi, bentuk, rupa, atau gambar. Konsep berasal dari bahasa Latin conceptus yang dibentuk dari kata conceptum yang berasal dari kata kerja concipio yang berarti mengambil ke dalam dirinya, menerima, mengisap, menampung, menyerap atau menangkap

5 Ide dan konsep (lanjutan) Jadi, konsep dan ide memiliki arti yang sama, yaitu rupa atau gambar, atau bayangan dalam pikiran yang merupakan hasil tangkapan akal budi terhadap suatu entitas (benda/hal) yang menjadi objek pikiran. Dengan kata lain, ide/konsep adalah pengertian yang merupakan representasi universal dari suatu entitas.

6 Tentang term Dalam pengertian umum atau seharihari, term adalah sebuah kata atau kumpulan kata yang digunakan dalam konteks tertentu. (wikipedia) Dalam logika, term adalah unit penyusun paling dasar dari proposisi. Term biasanya diungkapkan dalam kata benda atau frase benda. Dalam bentuk yang paling sederhana, sebuah proposisi mencakup term subjek dan term predikat. Contoh: semua sapi adalah mamalia. Term subjek = sapi ; term predikat = mamalia.

7 Kaitan Ide dan Term Dalam logika, unit perhatian utama bukanlah kata, melainkan term. Karena sifatnya yang abstrak dan hanya ada dalam pikiran, maka ide tidak terlalu berguna jika tidak dinyatakan dan dikomunikasikan (dalam term). Term adalah (1) bunyi yang diucapkan yang berfungsi sebagai suatu tanda konvensional dari suatu ide, (2) pernyataan lahiriah dari konsep/ide. Kaitan term dengan ide : (1) term adalah sarana untuk mewujudkan ide yang terdapat dalam pikiran kita. (2) hanya kata atau kesatuan kata-kata yang menyatakan konsep/ide saja yang dapat disebut sebagai term logika.

8 Pe m b a g i a n te r m : kate gorimatis dan s i n kate gorimatis Dilihat dari isi yang terkandung dalam suatu term, term dibagi menjadi dua buah: term kategorimatis dan term sinkategorimatis. Term kategorimatis adalah term-term yang terdiri atas kata-kata yang telah memiliki pengertian tertentu sehingga dapat digunakan sebagai term tanpa bantuan kata-kata yang lain, seperti: guru, merah, gedung, matahari dan sebagainya. Term sinkategorimatis adalah kata-kata yang jika berdiri sendiri, tidak memiliki pengertian tertentu sehingga tidak dapat digunakan sebagai term tanpa bantuan kata-kata yang lain. Contoh: yang, di, pada, dari, jika

9 Pembagian term: berdasarkan bentuk dan cakupannya Dilihat dari bentuk dan cakupannya, term dibagi menjadi tiga buah, yaitu (1) nama-nama yang tepat (proper names) (2) nama-nama umum (common names) (3) frase-frase deskriptif (descriptive phrases)

10 Tabel pembagian term berdasarkan bentuk dan cakupannya Proper names Common names Descriptive phrases Contoh 1 Rudy Hartono Atlit Pemenang kejuaraan All England sebanyak delapan kali ( , 1976) Contoh 2 Banten Provinsi sebuah provinsi di Pulau Jawa yang tadinya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun dipisahkan sejak tahun Contoh 3 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Lembaga Tinggi Negara Lembaga legislatif yang berfungsi untuk membuat undang-undang dan mengawasi jalannya pelaksanaan undang-undang yang dilakukan oleh pemerintah sebagai lembaga eksekutif. Contoh 4 Lintang Karakter atau tokoh dalam novel dan film Laskar Pelangi Murid cerdas dan penuh semangat mengatasi berbagai rintangan hidup, yang menjadi tokoh kunci dalam novel Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata

11 Kata-kata yang tidak termasuk term berdasarkan tabel di slide sebelumnya 1. Kata kerja: menggambar, menulis, dll. 2. Kata sifat yang non-substantif: cantik, halus, jorok, dst. 3. Kata keterangan: di sana, sesaat lagi, dst. 4. Kata depan: di, ke, dari 5. Kata sandang: Si, Sang 6. Kata hubung atau konyungsi: sehingga, dan, meskipun, dll 7. Semua susunan kata yang non-sintaksis ALASAN: kata-kata di atas tidak dapat berfungsi sebagai subjek

12 Intensi dan ekstensi term Arti intensional dari term disebut juga intensi atau konotasi atau komprehensi. Arti ekstensional dari term disebut juga ekstensi atau denotasi. Arti konotasi dan denotasi dalam logika berbeda dari arti yang digunakan dalam gramatika (tata-bahasa) Dalam logika, intensi/konotasi adalah kualitas, karakteristik, dan keseluruhan arti yang tercakup dalam konsep suatu term. Contoh: term manusia konotasinya: rasional, beradab, berhati nurani, berbudaya, berbahasa, dan sebagainya. Sementara itu, ekstensi merujuk pada luas cakupan, kuantitas, bidang, atau lingkungan konsep dari suatu term. Contoh: ekstensi term manusia adalah semua manusia tanpa terkecuali. Ekstensi term hewan adalah manusia dan binatang. Ekstensi term makhluk hidup adalah tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia.

13 Keterkaitan antara ekstensi (denotasi) dan intensi (konotasi) term PRINSIP Relasi INTENSI dan EKSTENSI: Jika intensi meningkat, ekstensinya berkurang dan apabila intensi berkurang, ekstensi akan bertambah. Artinya: ketika kita menambah intensi atau konotasi sebuah term, kita mengurangi jumlah referennya, dan ketika kita menambah ekstensinya, kita mengurangi ciri-ciri esensialnya. Contoh: intensi term IBU *) seorang wanita yang memunyai anak (intensi ibu) **) seorang wanita Indonesia yang memunyai anak (intesi bertambah namun ekstensinya berkurang karena ibu-ibu yang bukan Indonesia tidak tercakup di dalamnya) ***) seorang wanita Indonesia yang tinggi semampai yang memunyai anak (ekstensinya semakin berkurang lagi karena tidak mencakup ibu-ibu yang tidak tinggi dan tidak semampai) dan seterusnya

14 Intensi dan ekstensi term ~ Definisi Intensi term terkait erat dengan (penambahan / pengurangan) isi dari definisi Ekstensi term terkait erat dengan cakupan dari definisi (berguna untuk klasifikasi )

15 Etimologi Definisi Definisi berasal dari kata Latin definitio (artinya: penentuan arti, pembatasan ) Definisi bertugas menjelaskan arti kata-kata atau termterm yang dipakai dalam berargumen. Definisi = susunan kata yang digunakan untuk menetapkan arti bagi suatu kata atau suatu kelompok kata.

16 Komponen penyusun definisi 1) Definiendum = kata atau kelompok kata yang didefinisikan. 2) Definiens = kata atau kelompok kata yang mendefinisikan. Contoh: Es adalah air yang membeku. Es = definiendum. Air yang membeku = definiens.

17 BEBERAPA MACAM DEFINISI TEORETIS STIPULATIF LEKSIKAL YANG TEPAT PERSUASIF

18 DEFINISI STIPULATIF Tugas = menetapkan arti untuk suatu kata baru dalam khazanah ilmu pengetahuan dan kreasi manusia. Tujuan: (1) mereduksi kompleksitas term yang lama menjadi istilah baru yang lebih sederhana dan mudah diingat (2) [umumnya dalam militer atau security] menetapkan kode-kode atau sandi rahasia agar tidak mudah dikenali oleh pihak lawan / musuh. Kelebihan: mampu menampung perubahan dan dinamika kebaruan kreasi manusia dan atau gejala alam. Kekurangan: *) sifat arbitrernya membuat definisi stipulatif rawan untuk disalahgunakan pihak-pihak tertentu ; **) definisi stipulatif tidak memberikan informasi yang memadai tentang ciri esensial dari definiendum. Contoh definisi stipulatif: democrazy mobokrasi tigon liger Tora Tora Tora fesyen roger alfa charlie romeo

19 DEFINISI YANG TEPAT Tujuan: mengurangi ketidakjelasan arti suatu kata/term dengan menentukan batasan-batasan yang terukur secara objektif. CONTOH Orang miskin adalah orang yang berpenghasilan kurang dari $2 per hari (versi Bank Dunia). World Class University adalah universitas yang masuk dalam peringkat 100 besar universitas dunia sebagaimana diukur Webometrics atau Times Higher Education Supplement.

20 DEFINISI TEORETIS FUNGSI = menetapkan arti bagi suatu kata atau entitas yang ditunjuk oleh kata tersebut dengan cara memberikan kerangka teori yang mendukungnya sehingga dari situ dapat ditarik konsekuensi-konsekuensi deduktif. Contoh: Panas (heat) berarti energi yang dihasilkan oleh gerakan-gerakan acak molekul-molekul suatu substansi. Différance adalah konsep sentral dalam sistem filsafat Jacques Derrida yang mengafirmasi adanya sebuah sistem berdasarkan perbedaan antartanda yang menghasilkan makna lewat perbedaan fonetik dan konseptual alih-alih kesesuaiannya dengan makna yang bersifat transendental dan tetap, atau dengan merujuk pada dunia objek yang independen.

21 DEFINISI PERSUASIF PENGERTIAN: definisi yang bertujuan untuk menggerakkan sikap pro atau kontra dalam diri pembaca atau pendengar menyangkut definiendum dengan cara memasukkan unsur emotif di dalamnya, entah secara terselubung maupun secara terang-terangan. Contoh: [versi kontra] Globalisasi adalah proses kesaling-terhubungan dan kesaling-terkaitan antar manusia dengan segala aktivitasnya yang berlangsung secara serentak di pelbagai belahan bumi namun dalam caracara yang tidak seimbang sehingga terjadilah ketimpangan antara yang mempunyai akses dengan yang tidak mempunyai akses. [versi pro] Globalisasi adalah proses saling mempengaruhi antar manusia dan daerah yang membawa sejumlah kemajuan dan dampak yang positif bagi umat manusia secara keseluruhan seperti kebebasan, kesamaan dan solidaritas.

22 DEFINISI LEKSIKAL Nama lain = definisi diksioner atau definisi yang terdapat dalam kamus dan atau ensiklopedi. Tujuan = mendaftar bermacam-macam arti yang dimiliki suatu kata sehingga ketidakjelasan dan ambiguitas yang mungkin muncul daripadanya sebisa mungkin dapat dihindari. Pada umumnya, definisi leksikal adalah definisi yang paling mudah dan paling sering dijadikan rujukan para pengguna bahasa mengingat tiga sifat dasarnya yaitu ringkas, jelas dan tepat.

23 DEFINISI NOMINAL (VERBAL) Klasifikasi definisi DEFINISI REAL (ANALITIS / EKSPLIKATIF) Definisi Nominal Umum Definisi Nominal Khusus Definisi Esensial D e f i n i s i D e s k r i p t i f Memberi penjelasan ttg suatu kata atau ungkapan dengan sesuatu yg sesuai dengan pemahaman umum dan relatif dapat diterima semua orang Definisi yang bersifat relatif dan acapkali subjektif ; amat tergantung pada konteks penggunaan Fisik Merujuk pada bagian2 yang mewujudkan esensi definiendum. Metafisik Definisi yang paling ideal karena menyebutkan ciri2 esensial dari definiendum yang terdiri dari genus proximum dan differentia specifica. Definisi kausal Sebab-akibat sesuatu Definisi genetik Menjelaskan asalusul atau bagaimana sesuatu terjadi Definisi aksidental Disusun dari genus proximum dan accidentia ; menyebut semua ciri2 aksidental dari definiendum Contoh: hamba adalah budak ; suami adalah pria yang telah menikah ; ibu adalah perempuan yang mempunyai anak. Contoh: term bebas dan kebebasan didefinisikan secara relatif berbeda antara masyarakat Barat dengan Timur. Cth: manusia adalah hewan berakal budi yang terdiri dari tubuh dan jiwa. Manusia adalah hewan berakal budi, berhati nurani dan berkehendak baik. Contoh: pena adalah alat untuk menulis Contoh: awan adalah uap air yang menguap ke udara karena pemanasan laut oleh matahari Gajah adalah hewan berkaki empat yang berbelalai, berkuping dua, berukuran tubuh sangat besar, dst.

24 Keterkaitan antara ekstensi term dengan pembagian dan penggolongan Pembahasan tentang intensi term terkait erat dengan definisi, karena menyangkut ciri khas / karakteristik suatu hal. Sementara itu, pembahasan tentang ekstensi term, terkait erat dengan pembagian dan penggolongan, karena menyangkut entitas apa saja yang tercakup dalam ekstensi suatu term, beserta pendasarannya.

25 Pembagian (division) Tindakan membagi (to divide) berarti memisahkan bermacam-macam bagian dari suatu barang atau hal, atau memecahkan suatu keseluruhan ke dalam bagianbagiannya. Pembagian berarti pemecahan suatu entitas ke dalam bagian-bagian yang merupakan komponen penyusunnya, atau pemecahan suatu klas ke dalam anggota-anggota individualnya Contoh: sebatang pohon dapat dibagi menjadi akar, batang, cabang, daun, bunga, buah.

26 Tipe-tipe pembagian Pembagian fisik (physical division), yaitu pembagian suatu entitas ke dalam bagian-bagian penyusunnya sejauh bisa diindera. Contoh, badan seseorang bisa dibagi menjadi empat sub-bagian, yaitu torso (batang tubuh), tangan, kaki, kepala. Pembagian logis (logical division), yaitu pembagian suatu klas ke dalam sub-klasnya, suatu konsep universal ke dalam sub-konsepnya atau reduksi suatu term pada rujukannya. Contoh: pohon porfirius. Pembagian metafisik (metaphysical division) yaitu pembagian suatu entitas berdasarkan kualitas esensial yang menentukan esensi atau hakikat sesuatu. Contoh: manusia adalah makhluk yang rasional, berperasaan, berjiwa, bertubuh, berhati nurani, dst.

27 Pohon porfirius

28 Beberapa aturan pembagian Dibuat menurut dasar yang sama (misal: ras, status perkawinan, profesi, kewarganegaraan, dst) Harus konsisten (tidak unrelevant atau overlapping) Memadai, proporsional, lengkap. Jelas, terang, dan rapih.

29 Penggolongan (classification) Cara atau sistem untuk mengumpulkan/menyatukan beberapa entitas yang memiliki kemiripan kualitas atau ciri-ciri, dan biasanya diatur dalam bentuk struktur hirarkis yang menyerupai pohon. Penggolongan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penggolongan alamiah (natural classification) dan penggolongan semu (artificial classification).

30 Jenis2 penggolongan menurut wikipedia Library classification Taxonomic classification Biological classification of organisms Medical classification Scientific classification Classification (literature) Supervised learning (see Classification (machine learning)) Statistical classification Document classification Classified information - sensitive information to which access is restricted by law or regulation to particular classes of people. Classification theorems in mathematics. Film classification (see Motion picture rating system) Civil service classification, personnel grades in government Attribute-value system Classification society Railway locomotive classification

31 Etimologis kategori Dari bahasa Yunani κατηγορία kategoria Artinya = penguraian fakta yang dikemukakan seorang penuntut umum terhadap seorang terdakwa di depan mahkamah rakyat (dikasteria) pada zaman Yunani kuno. Dalam konteks Logika, kategoria berarti uraian rinci tentang suatu keberadaan (eksistensi) yang terdiri atas pengertian-pengertian yang sangat umum dan hakiki yang menjadi bentuk dasar pemahaman terhadap sesuatu itu.

32 Kegunaan kategori Proses kategorisasi atau pelabelan adalah proses yang penting untuk memahami dunia (kenyataan) dan memandu cara kita bersikap terhadapnya. Kategori adalah basis pijakan untuk mengambil kesimpulan tentang bagaimana sesuatu/seseorang berperilaku secara umum. Contoh: kategori bayi, anak kecil, remaja, dewasa muda, dewasa, manula, dst. Kategori memudahkan kita berpikir, mengurangi beban kerja ingatan kita, dan memampukan kita memprediksi apa yang akan terjadi berikutnya. Daya prediksi dari kategorisasi adalah sebuah contoh ekonomi kognitif, yaitu suatu proses yang mengurangi beban kerja mental dan membuat aktivitas berpikir jadi lebih mudah dilakukan. Membiasakan diri terlibat dalam proses kategorisasi akan membuat cara berpikir kita menjadi jelas dan terpilah-pilah mengurangi risiko diombang-ambingkan oleh rentetan ketidakpastian dalam situasi-situasi hidup yang nyata.

33 10 kategori menurut Aristoteles 1. Ousia (substansi) 2. Poson (kuantitas) 3. Poion (kualitas) 4. Pros ti (relasi) 5. Pou (tempat) 6. Pote (waktu) 7. Polein (aksi) 8. Paskhein (pasivitas) 9. Keisthai (posisi) 10.Ekhein (kondisi)

34

35 Apa substansinya? (1) substansi Jawab: jenis substansi itu Misalnya: kayu, batu pualam, tanah liat, pasir, dan seterusnya

36 Ada berapa banyak? (2) kuantitas Jawab: jumlahnya (dapat dihitung dan tidak dapat dihitung) Kalau dapat dihitung: satu, dua, tiga, dan seterusnya Kalau tidak dapat dihitung (contohnya: pasir, beras, bintang, debu, air): segenggam, sejumput, dll

37 (3) kualitas Bagaimana mutunya? Jawab: berupa sifat Contoh: indah, baik, halus, kasar, tajam,

38 (4) relasi / hubungan Bagaimana hubungannya? Jawab: berupa keterhubungan Contoh: meja dengan buku (karena meja bisa dijadikan tempat menaruh buku), meja dengan lantai (karena meja terletak di atas lantai), meja dengan jendela (karena meja terletak di dekat jendela)

39 Di mana? (5) tempat Jawab: berupa tempat atau lokasi Contoh: ada di kamar belajar, ada di Serpong, di bawah meja, di dalam lemari, on the wall,

40 Kapan terjadinya? Jawab: waktu (6) waktu Contoh: sekarang, tadi, baru saja, dua jam lalu, akan datang, beberapa tahun lagi

41 (7) aksi/kegiatan/tindakan Apa aksi atau tindakannya? Jawab: berupa aktivitas Contoh: berdiri tegak, duduk, berpikir, kata kerja aktif transitif lainnya

42 Bersemangat atau pasif? Jawab: kepasifannya (8) pasivitas Misal: diam dan tidak bergoyang, kata kerja intransitif lainnya

43 Bagaimana posisinya? (9) posisi Jawab: berupa posisi substansi Contoh: meja berdiri tegak di kamar belajar; buku tergeletak di atas meja; Tono berbaring di atas tempat tidur;

44 (10) kondisi Bagaimana kondisinya? Jawab: berupa kondisi substansi (biasanya kata sifat) Contoh: meja kokoh sehingga bisa ditulisi; berantakan; teratur; layak pakai; memadai;

45 Latihan definisi dan kategori Dari kutipan berita berikut ini, tentukanlah definisi leksikal dan persuasif dari kata tewas, serta buatlah analisis kategori Aristotelian dari paragraf berita berikut! VIVAnews - Pemerintahan transisi di Libya menegaskan bahwa Muamar Khadafi tewas akibat baku tembak antara pejuang Dewan Transisi Nasional (NTC) dengan kelompok pro-khadafi. Penjelasan itu muncul di tengah spekulasi di media massa bahwa diktator yang telah 42 tahun memerintah Libya itu tewas akibat dieksekusi atau dianiaya.

46 Sumber-sumber rujukan (teks) Rafael Raga Maran, Pengantar Logika, Jakarta: PT Grasindo, 2007, hlm Jan Hendrik Rapar, Pengantar Logika: Asas-asas Penalaran Sistematis, Yogyakarta: Kanisius, 1996, hlm Ludger Jansen, Aristotle s Categories, dalam jurnal Topoi (2007), No. 26, hlm

PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM

PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM Pengertian: 1. Kegiatan akal budi yang pertama adalah menangkap sesuatu sebagaimana adanya. 2. Mengerti berarti menangkap inti sesuatu yang dapat dibentuk oleh

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN (1) kegiatan akal budi dalam menggolongkan membagi, dan menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang yang tertentu.

PENGGOLONGAN (1) kegiatan akal budi dalam menggolongkan membagi, dan menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang yang tertentu. PENGGOLONGAN (1) 1. Penggolongan atau Pembagian adalah suatu kegiatan akal budi dalam menggolongkan membagi, dan menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang yang tertentu. 2. Penguraian dan penyusunan

Lebih terperinci

Bahasa dan Logika Ilmiah

Bahasa dan Logika Ilmiah Bahasa dan Logika Ilmiah Bahasa Konsep Simbol Realitas Bhs Sehari-hari & Bhs Ilmiah Bahasa Sehari-hari Tidak bebas nilai Sistem terbuka Subjektif (1) Bahasa Ilmiah Bebas nilai Sistem tertutup Objektif

Lebih terperinci

Modul 2.2. Ilmu Alamiah Dasar Definisi

Modul 2.2. Ilmu Alamiah Dasar Definisi Definisi Tujuan pembelajaran: "Definisi," menjelaskan bagaimana definisi diciptakan dan bagaimana mengkritisinya. Anda perlu dapat menerapkan teknik definisi untuk melakukan analisis sebuah perselisihan.

Lebih terperinci

Logika, dan bahasa. OLEH Doris Febriyanti M.Si UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2016

Logika, dan bahasa. OLEH Doris Febriyanti M.Si UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2016 Logika, dan bahasa OLEH Doris Febriyanti M.Si UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2016 Bahasa : alat untuk mengungkapkan dan mengkomunikasikan pikiran. Hal yang diungkapkan oleh manusia, tidak semuanya

Lebih terperinci

6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS

6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS PENGANTAR SAP 6 Mata Kuliah Critical and Creative Thinking 6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS 6.2 ARGUMENTASI : STRUKTUR DASAR 6.3 PENALARAN INDUKTIF & BENTUK-BENTUKNYA 6.4 PENALARAN DEDUKTIF

Lebih terperinci

BAHASA DAN FUNGSINYA DALAM KOMUNIKASI

BAHASA DAN FUNGSINYA DALAM KOMUNIKASI SAP 5 BAHASA DAN FUNGSINYA DALAM KOMUNIKASI Doni Koesoema A. POKOK-POKOK BAHASAN SAP 5 5.1 BAHASA: ALAT BERPIKIR DAN KOMUNIKASI 5.2 IDE, BAHASA DAN KENYATAAN 5.3 KENYATAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF 5.4 FAKTA

Lebih terperinci

Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : BAB X PENGERTIAN, PENGGOLONGAN DAN DEFINISI Pertemuan 10

Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : BAB X PENGERTIAN, PENGGOLONGAN DAN DEFINISI Pertemuan 10 Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : 2007 BAB X PENGERTIAN, PENGGOLONGAN DAN DEFINISI Pertemuan 10 Tujuan: Mahasiswa mampu menerapkan konsep dan hukum-hukum yang berkaitan dengan Pengertian,

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

PENGERTIAN. 3. Pengertian, adalah tanggapan atau gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu.

PENGERTIAN. 3. Pengertian, adalah tanggapan atau gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu. PENGERTIAN 1. Kegiatan akal budi yang pertama adalah menangkap sesuatu sebagaimana adanya. 2. Mengerti berarti menangkap inti sesuatu yang dapat dibentuk oleh akal budi. Apa yang dibentuk akal budi tersebut

Lebih terperinci

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA P a g e 1 PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA 1. Pendahuluan a. Definisi logika Logika berasal dari bahasa Yunani logos. Logika adalah: ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar ilmu pengetahuan yang mempelajari

Lebih terperinci

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Agus Hasbi Noor Ilmu dan Proses Berpikir Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial yang berlaku umum dan sistematik.

Lebih terperinci

TAHAP I PENALARAN : KONSEP

TAHAP I PENALARAN : KONSEP Pertemuan ke-2 TAHAP I PENALARAN : KONSEP Seperti kita ketahui sebelumnya bahwa Tahap I dalam tindakan akal budi manusia masih merupakan pengertian-pengertian secara sederhana terhadap segala benda atau

Lebih terperinci

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU KELOMPOK 8 A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani logos yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM )

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS 2 SEMESTER I 17 PERHITUNGAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM Nama Sekolah : SD/MI... Kelas/semester : II (Dua)/ 1 (satu)

Lebih terperinci

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN > Pengertian Filsafat Bahasa Filsafat bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat.ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM NOVEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM NOVEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun

Lebih terperinci

ANALITIK (1) Analitik:

ANALITIK (1) Analitik: ANALITIK (1) Analitik: Bahasa dalah alat yang paling penting dari seorang filosof serta perantara untuk menemukan ekspresi. Perhatian ini telah menyebabkan perkembangan semantik atau penyelidikan tentang

Lebih terperinci

SILABUS Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas : II (dua) Semester : 1 (satu)

SILABUS Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas : II (dua) Semester : 1 (satu) SILABUS Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas : II (dua) Semester : 1 (satu) No SK KD Materi Pokok Indikator Pengalaman Be;ajar Alokasi Waktu 1 1. Mengenal 1.1 Mengenal bagian-bagian Bagian-bagian

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LOGIKA. Ruang Lingkup Logika. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat

DASAR-DASAR LOGIKA. Ruang Lingkup Logika. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat Modul ke: 01 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI DASAR-DASAR LOGIKA Ruang Lingkup Logika Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat Dasar-dasar Logika Ruang Lingkup Logika 1. Pengantar 2. Pengertian Logika

Lebih terperinci

PROPOSISI. Novy SetyaYunas. Pertemuan 4

PROPOSISI. Novy SetyaYunas. Pertemuan 4 Pertemuan 4 PROPOSISI Novy SetyaYunas Phone: [+62 8564 9967 841] Email: novysetiayunas@gmail.com Online Course: https://independent.academia.edu/yunaszone KAITAN LOGIKA DAN BAHASA Ada dua aspek penting

Lebih terperinci

Modul Ilmu Mantiq/Logika. Dosen: Ahmad Taufiq MA

Modul Ilmu Mantiq/Logika. Dosen: Ahmad Taufiq MA Modul Ilmu Mantiq/Logika Dosen: Ahmad Taufiq MA B. LOGIKA Bagian 1 LOGIKA, PENALARAN DAN ANALISIS DEFINISI Pengertian Logika Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran,

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I http://herwanp.staff.fisip.uns.ac.id 1 Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme, yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Istilah dan Definisi Pertemuan 03

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Istilah dan Definisi Pertemuan 03 Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Istilah dan Definisi Pertemuan 03 Tujuan 1. Menggunakan sumber istilah dalam penulisan akademis, 2. Mengembangkan definisi operasional menjadi

Lebih terperinci

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses 6 II._TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

Dosen : Nuansa Bayu Segara, M.Pd

Dosen : Nuansa Bayu Segara, M.Pd Mata Kuliah PENGANTAR ILMU SOSIAL Dosen : Nuansa Bayu Segara, M.Pd PERTEMUAN 2 SEJARAH ALAM PIKIRAN MANUSIA Manusia Sebagai Individu JIWA RAGA Manusia Makhluk Berakal Budi Manusia berbeda dengan hewan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi pahan

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Manusia, Sains, Teknologi, dan Seni Drs. Ermansyah, M.Hum. 2014 Manusia makhluk Tuhan yang mempunyai akal. Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi Modul ke: 12 Shely Fakultas PSIKOLOGI Materi Penutup Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Rangkuman Perkuliahan Filsafat Manusia Kompetensi Mahasiswa dapat memahami mengenai manusia

Lebih terperinci

BAB I Pengantar PLSBT. Dosen : Elly M. Setiadi

BAB I Pengantar PLSBT. Dosen : Elly M. Setiadi BAB I Pengantar PLSBT Dosen : Elly M. Setiadi BAB I Pengantar Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT) Bab ini memberikan dasar pemahaman tentang latar belakang lahirnya PLSBT, ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

PERLENGKAPAN LOGIKA BAHAN TIGA DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1

PERLENGKAPAN LOGIKA BAHAN TIGA DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1 PERLENGKAPAN LOGIKA BAHAN TIGA DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1 1 LOGIKA & BAHASA Mulai dari mana logika sebagai ilmu dipelajari? Logika merupakan hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Moral, kebudayaan, kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki ruang lingkup yang luas di kehidupan masyarakat, sebab sastra lahir dari kebudayaan masyarakat. Aspek

Lebih terperinci

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

BAB V METODE-METODE KEILMUAN BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017

SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017 SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017 Kompetensi Yang Diharapkan Mahasiswa dapat menjelaskan sarana berpikir ilmiah : 1.

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat

Lebih terperinci

HAND OUT V KEPUTUSAN atau PROPOSISI

HAND OUT V KEPUTUSAN atau PROPOSISI Pengertian bagian dari Keputusan: HAND OUT V KEPUTUSAN atau PROPOSISI 1. Keputusan adalah suatu perbuatan tertentu dari manusia. Dalam dan dengan perbuatan itu ia mengakui atau memungkiri kesatuan atau

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R.

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R. Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. Verawaty R. Sitorus ABSTRAK

Lebih terperinci

MK Etika Profesi. Pertemuan 5 Ethics, Morality & Law

MK Etika Profesi. Pertemuan 5 Ethics, Morality & Law MK Etika Profesi Pertemuan 5 Ethics, Morality & Law Moralitas Definisi Descriptive: seperangkat aturan yang mengarahkan perilaku manusia dalam memilah hal yang baik dan buruk, contoh: nilai-nilai moralitas

Lebih terperinci

Logika Matematika. Rukmono Budi Utomo Pengampu: Prof. Dr. Taufiq Hidayat. March 16, 2016

Logika Matematika. Rukmono Budi Utomo Pengampu: Prof. Dr. Taufiq Hidayat. March 16, 2016 Logika Matematika Rukmono Budi Utomo 30115301 Pengampu: Prof. Dr. Taufiq Hidayat March 16, 2016 1 Logika Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran. I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan pembelajaran,

Lebih terperinci

Verawaty R. Sitorus. Kata Kunci. Membaca Skema, Paragraf Persuasif, SMA Budi Murni

Verawaty R. Sitorus. Kata Kunci. Membaca Skema, Paragraf Persuasif, SMA Budi Murni Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paraggraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. Verawaty R. Sitorus ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). Suatu karya sastra menampilkan pelbagai permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 1 Ciri makhluk hidup (manusia) 2 Sifat keingintahuan Manusia

Lebih terperinci

JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN Pengetahuan memiliki hubungan erat dengan filsafat. Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang

Lebih terperinci

Telaah Pustaka dan Hipotesis DOSEN : DIANA MA RIFAH

Telaah Pustaka dan Hipotesis DOSEN : DIANA MA RIFAH Telaah Pustaka dan Hipotesis DOSEN : DIANA MA RIFAH Tinjauan/ Telaah Pustaka Merupakan identifikasi dan analisis dari dokumen-dokumen yang berisi informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian

Lebih terperinci

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di

Lebih terperinci

KONSEP BELAJAR DAN KONSEP IDEAL KEALAMAN DAN KEMANUSIAAN

KONSEP BELAJAR DAN KONSEP IDEAL KEALAMAN DAN KEMANUSIAAN DASAR PERANCANGAN DAN REKAYASA TEKNIK Materi I : TKT 100 2 SKS Oleh : Ken Martina Kasikoen KONSEP BELAJAR DAN KONSEP IDEAL KEALAMAN DAN KEMANUSIAAN 1.1. Konsep Belajar di Perguruan Tinggi Kehidupan kemanusiaan

Lebih terperinci

PROGRAM EVALUASI. Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Semester : Ganjil Kelas : II (Dua) Tahun Pelajaran : 2011/2012

PROGRAM EVALUASI. Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Semester : Ganjil Kelas : II (Dua) Tahun Pelajaran : 2011/2012 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Semester : Ganjil GOTONG ROYONG A. Pengertian kerukunan B. Hidup rukun di rumah, sekolah, dan masyarakat C. Menciptakan kerukunan D. Mengamalkan sikap hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa

Lebih terperinci

Dasar Dasar Logika. Oleh: Novy Setya Yunas. Pertemuan 1 dan 2

Dasar Dasar Logika. Oleh: Novy Setya Yunas. Pertemuan 1 dan 2 Pertemuan 1 dan 2 Dasar Dasar Logika Oleh: Novy Setya Yunas Phone: [+62 8564 9967 841] Email: novysetiayunas@gmail.com Online Course: https://independent.academia.edu/yunaszone Konsep.. Konsep bentuk logis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

METODE ILMIAH UNIVERSITAS GUNADARMA : SRI SETIAWATY NPM : DEFINISI METODE ILMIAH

METODE ILMIAH UNIVERSITAS GUNADARMA : SRI SETIAWATY NPM : DEFINISI METODE ILMIAH UNIVERSITAS GUNADARMA NAMA : SRI SETIAWATY NPM : 18211261 KELAS : 3EA27 METODE ILMIAH DEFINISI METODE ILMIAH Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN (PROTA)

PROGRAM TAHUNAN (PROTA) Mata : P Kn Kelas : II (Dua) No 1 2 3 4 GOTONG ROYONG A Pengertian Kerukunan B Hidup Rukun di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat C Menciptakan Kerukunan D Mengamalkan Sikap Hidup Rukun dalam Kehidupan Sehari-Hari

Lebih terperinci

Denies Priantinah, SE., M.Si, Ak, CA

Denies Priantinah, SE., M.Si, Ak, CA Denies Priantinah, SE., M.Si, Ak, CA 1 2 3 Memilih subyek penelitian Mempersempit topik Menyatakan tujuan (tentatif) skripsi Pilih subjek dengan seksama. Ingatlah waktu yang anda miliki untuk menulis skripsi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Manusia merupakan makhluk yang berakal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan, jin bahkan malaikat sekalipun. Dengan akal yang dimilikinya,

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2007 TANGGAL 16 NOVEMBER 2007

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2007 TANGGAL 16 NOVEMBER 2007 SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2007 TANGGAL 16 NOVEMBER 2007 UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL 2008 (SKL UASBN 2008) 1. BAHASA INDONESIA SD/MI 1. Membaca Memahami

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR KLASIK Oleh : Habibi FKIP Universitas Wiraraja Sumenep

TEORI BELAJAR KLASIK Oleh : Habibi FKIP Universitas Wiraraja Sumenep TEORI BELAJAR KLASIK Oleh : Habibi FKIP Universitas Wiraraja Sumenep Teori belajar berkembang dengan pesat setelah psikologi sebagai bidang ilmu terbentuk. Ilmu pengetahuan sendiri benar-benar eksis dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

Metodologi penelitian

Metodologi penelitian Metodologi penelitian Metode Ilmiah Pengertian Metode Ilmiah Definisi-definisi penelitian yang diungkapkan di atas menunjukkan penelitian yang menggunakan metode ilmiah (scientific method). Secara umum

Lebih terperinci

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF UNIVERSITAS GUNADARMA NAMA : SRI SETIAWATY NPM : 18211261 KELAS : 3EA27 BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF A. DEFINISI BERPIKIR (PENALARAN) Berpikir (Penalaran) adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090) Akal dan Pengalaman Filsafat Ilmu (EL7090) EROPA History TEOLOGI ±10 Abad COSMOS RENAISSANCE Renaissance Age ITALY Renaissance = Kelahiran Kembali - TEOLOGIS - Rasionalitas dan Kebebasan Berfikir Martabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan kita akan mencetak manusia yang professional dan handal demi masa depan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL SELEKSI PPG SM3T 2015 BIDANG STUDI: PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KISI-KISI SOAL SELEKSI PPG SM3T 2015 BIDANG STUDI: PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KISI-KISI SOAL SELEKSI PPG SM3T 2015 BIDANG STUDI: PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Standar Guru Inti Guru Guru Mapel Menguasai materi,struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran

Lebih terperinci

Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia Demokrasi Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Matematika Matematika berasal dari perkataan latin mathematica yang berasal dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih (Erman Suherman,

Lebih terperinci

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Nama Mata Kuliah Modul ke: FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Posisi Filsafat dalam ilmu-ilmu 1) Filsafat dapat menyumbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di sekolah, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di sekolah, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang paling esensial yang dapat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di sekolah, oleh karena itu pengembangan pembelajaran terus dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep, Konsepsi, dan Miskonsepsi Konsep menurut Berg (1991:8) adalah golongan benda, simbol, atau peristiwa tertentu yang digolongkan berdasarkan sifat yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI. guru dengan siswa dalam berinteraksi. Misalnya dalam model pembelajaran yang

BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI. guru dengan siswa dalam berinteraksi. Misalnya dalam model pembelajaran yang 7 BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI A. Pembelajaran Inkuiri Menurut Wenning (2011) model pembelajaran berfungsi agar pembelajaran menjadi sistematis. Selain itu, model pembelajaran menyediakan

Lebih terperinci

ONTOLOGI. Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu

ONTOLOGI. Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ONTOLOGI Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut islitah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang

Lebih terperinci

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1).

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan postitivisme yakni memandang dari tanda-tanda yang ada dalam film Bad Teacher. Dimana tanda dari penanda dan petanda yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-

Lebih terperinci