RENCA NA PENYEDIAN TENAGA LISTRIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCA NA PENYEDIAN TENAGA LISTRIK"

Transkripsi

1 Prosiding Perlemuan Ilmiah Sains Materi III Serpong, Oktober 1998 ISSN Q ABSTRAK RENCA NA PENYEDIAN TENAGA LISTRIK Eden N apitupulu Direktur Divisi Perencanaan PT. PLN (persero) Pusat, Jakarta PLN RENCANA PENYEDJAN TENAGA LISTRIK PLN. Makalah ini disusun sebagai tinjauan terhadap perencanaan tenaga listrik di Indonesia hingga tahun 2003 dengan telah mempertimbangkan kondisi perekonomian hingga akhir semester II Sedangkan prediksi perekonomian masa mendatang didasarkan pada asumsi makro ekonomi yang disampaikan sewaktu peluncuran Kebijakan Restrukturisasi Sektor Ketenagalistrikan pada akhir Agustus 1998 yang lalu. Krisis ekonomi telah mendorong Pemerintah untuk lebih mempercepat proses restrukturisasi sektor ketenagalistrikan, yaitu beralih dari regulated sector ke competitive power market, yang secara tentatif akan dimulai bertahap berupa simplified energy bidding pada tahun 1999 hingga tahapan kompetisi penuh di tingkat retailer pada tahun Dengan menggunakan simulasi dynamic programing pada regulated sector telah disusun perencanaan penyediaan tenaga listrik untuk seluruh Indonesia sampai dengan tahun 2003.Pada sektor ketenagalistrikan yang berorientasi pasar bebas tidak akan ada lagi perencanaan ketenagalistrikan yang terpusat karena arah perkembangan sistem akan dipicu keseimbangan supply and demand dengan penekanan kepada kesehatan aspek finansial dari para pelaku sektor tersebut. PENDAHULUAN Adanya krisis modeler di Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 telah membuat penunll1an pertumbuhan ekonomi yang drastis, yaitu dari rata-rata sebesar 7, 1% pertahun selama Repelita VI menjadi -15% pada RAPBN , telah pula mengakibatkan penumnan peftumbuhan kebutuhan listrik dan tarif dasar listrik dalam nilai riil. Sebagai konsekuensi dari krisis ekonomi telah membuat pernbahan yang tajam dari kondisi keuangan PLN. Tahun 1996 masih menciptakan keuntungan, tetapi sebaliknya saat ini PLN mengalami kesulitan keuangan yang sangat berat. Pertumbuhan PLN yang terns berlanjut dad strnkturnya yang monolitik (regulated industry) pada mulanya berjalan baik, Damon pada beberapa tahun terakhir kemampuan PLN merespon kenaikan peianggan melamban dad kurang mampu berantisipasi dalam meningkatkan efisiensi yang diperlukan dalam wilayah yang beragam yang hams dilayani. Untuk mengatasi permasaiahan tersebut, pemerintah akan melakukan upaya-upaya pernbahan pada sektor ketenagalistrikan, yang pada pokoknya terdiri dari empat hal : (i) pemulihan kelayakan keuangan sektor ketenagalistrikan sehingga mengakhiri krisis keuangan yang terjadi. (ii) untuk membuat sektor lebih efisien dan lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen dengan cara manambah jumlah perusahaan dalam sektor, memperkenalkan kompetisi, sefta memperkuat pengaluran (iii) meningkatkan partisipasi swasta yang transparan dad kompetitif (iv) mengurangi pecan pemerintah dari sektor ini dan memisahkan misi sosial dan misi komersial. Ahir-ahir ini di banyak negara sedang berkembang proses restrukturisasi Sektor Ketenagalistrikan, yaitu di Eropa: Inggris, Scotland, Spanyol, Swedia, Norwegia, Hungary, CIS dll; di Amerika: US, Canada, Argentina, Chile dli; di Australia: Victoria dad Asia: Singapore, Philippine dan lain-lain. Sesungguhnya pemerintah dan PLN sudah Cukup lama memulai pemikiran untuk adanya restrukturisasi sektor ketenagalistrikan. Hal itu sudah disebut dalam Rencana Perusahaan Lima Tahun (Rensalita) pada tahun 1994, dad juga berbagai studi konsultan seperti Coopers& Lybrand (1996), Nera (1996) dad Nomura & OECF (1996). Krisis ekonomi yang terjadi sekarang ini memepercepat pelaksanaan restrukturisasi sektor ketenagatistrikan yang pada pokoknya adaiah merupakan perubahan dari regulated market menuju competitive market. Salah satu ciri dari regulated maji{et yang selarna ini dilakukan oleh PLN dan pemerintah ialah adanya perencanaan terpadu (integrated resource planning) untuk memanfaatkan somber daya alarn memenuhi kebutuhan tenaga listrik dengan memperhatikan juga indikator makro ekonorni Indonesia. Hal ini menyebabkan besarnya resiko business yang dipikul PLN terhadap ketidakpastian perekonomian masa depan karena fasilitas ketenagalistrikan itu umumnya bersifat padat modal dan membutuhkan waktu panjang membangunnya. Competitive market bersifat lebih menekankan pada keadaan jangka pendek serta tidak mengenal adanya perencanaan terpadu yang umurnnya bersifat jangka panjang dan sentralistik. Pola penyediaan dad pola pemakaian akan ditentukan oleh mekanisme pasar sehingga kebutuhan tambahan pembangunan fasilitas sektor ketenagalistrikan akan sangat ditentukan oleh signal harga listrik yang berlaku. Tujuan akhir dari restrukturisasi sektor ini akan menciptakan bentuk mekanisme pasar ketenagalistrikan barn yang bentuk akhirnya berrnuara pada mekanisme multi buyers multi sellers. Bentuk pasar seperti ini mempunyai ciri antara lain pengoperasian unit-unit 32 Eden Napitupulu

2 ] Prosiding Perlemuan Ilmiah Sains Materi III Serpong, Oktober 1998 ISSN pembangkit didasarkan kepada harga penawaran termurah dalarn lelang periodik real time. Lelang tersebut diselenggarakan dalam suatu pasar yang menerapkan persaingan bebas, sehingga indikator harga merupakan faktor utarna tanpa mempersoalkan bentuk energi primer yang dipergunakan. PERENCANAAN DALAM REGULATED SECTOR Dari sisi PLN, krisis ekonomi dan moneter berdampak kepada pertumbuhan kebutuhan listrik (demand side) dan penyediaan tenaga listrik (supply side). Dampak tersebut adalah berupa timbulnya resiko ketidakpastian yang meliputi berbagai aspek ekonomi, moneter dan politik. I. Pertumbuhan ekonomi yang positip berkaitan erat. karena dianggap kurang tanggap terhadap pembahan pasar. Penurunan beban puncak sistem interkoneksi Jawa- Bali. Pengaruh kontraksi ekonomi yang sedang berlangsung telah terlihat pada sistem Jawa-Baii. Pada bulan Nopember 1997 beban puncak sudah mencapai tingkat MW, namun pada bulan Januari 199R turun menjadi MW lihat gambar-i. Pertanyaan yang muncul dari observasi ini adalah bagaimana korelasi antara pertumbuhan GDP dengan pertumbuhan listrik. Indeks elastisitas sekitar yang diamati selama PJP-I hanya berlaku untuk pertumbuhan ekonomi yang positif dan belum temji untuk kontraksi ekonomi. Dalam keadaan kontraksi ekonomi konsumen cendemng akan melaksanakan konservasi sehingga Ic : I I r I,! &' i f R f Garnbar I. Perkembangan beban puncak Jawa-bali 1997 dan 1998 i dengan pertumbuhan kebutuhan listrik, dan berdasarkan data beberapa tahun terakhir mempunyai elastisitas Namun hubungan elastisitas tersebut tidak dapat dipastikan akan tetap demikian dalam pertumbuhan ekonomi yang negatip, misalnya dati % dalam beberapa tahun terakhir menjadi- 15% pada APBN , sehingga hat itu akan menimbulkan resiko ketidak pastian pertumbuhan kebutuhan listrik. 2. Aspek moneter yang menyangkut resiko nilai tukar valas dan inflasi akan mempengaruhi meningkatnya kewajiban hutang dan biaya operasi yang membutuhkan pembiayaan dalam valas, sedangkan di lain pihak penerimaan PLN semakin mengecil daya beli efektifnya karena hyperinflasi. 3. Sebagaimana diatur dalam undang-undang ketenagalistrikan(uuno.15tahun 1985)bahwapenetapan tarif juallistrik PLN ke masyarakat dilakukan oleh Pemerintah. Hal itu berarti tarif tersebut lebih merupakan keputusan politik yang mempunyai cakupan sosial yang luas dan menimbulkan resiko tarif hubungan ekonomi dan listrik akan menjadi tidak linier. Prakiraan Pertumbuban Listrik Pembuatan prakiraan kebutuhan energi listrik yang lebih mutahir perin dilakukan untuk reoptimisasi perencanaan penyediaan tenaga listrik sebagai antisipasi terhadap perubahan makro ekonomi yang drastis ini. Kesulitan yang dihadapi dalarn membuat prnkiraan ini antara lain adalah karena tidak adanya acuan yang bersifat makro dad jangka panjang sebagai pengganti Repelita. Demikian pula dinarnika perubahan yang berlangsung sangat cepat yang secara eksplisit ditandai oleh penurunan beban puncak sistem tenaga listrik yang coram seperti yang dilladapi sekarang, membuat kurva pertumbuhan menyerupai suatu kurva discountinue sehingga pendekatan-pendekatan statistik dalam prakiraan pertumbuhan kebutuhan listrik seperti selama ini diterapkan menjadi tidak dapat dipergunakan lagi. Adanya antusiasme terhadap pertumbuhan kebutuhan listrik yang tinggi pada masa lalu dapat terlihat pada Gambar-2. Dari empat buah prakiraan Eden Napitupulu 33

3 yang Prosiding Pertemuan llmiah Sains Materi III Serpong, Oktober 1998 ISSN beban yang pemah ada menunjukkan bahwa realisasi pertumbuhan selalu lebih kecil dari perkiraan. Namun demikian di dalam g-g prdkirdan tersebut target kebutuhan listrik akhir Repelita VII tetap, dad senantiasa diupayakan akselerasi pertumbuhan untuk mengejar target tersebut. Hal itu dipengarohi kenyataan pertumbuhan listrik selama PJP-I dan awal Repelita VI berlangsung terns dengan laju yang tinggi. Proyeksi pertumbuhan kebutuhan total Indonesia sampai dengan tahun 2003 dad asumsi makro ekonomi adalah seperti diberikan pada Tabel I. Terlihat '. I t f--c = _UKN.9' _RUKN-94 _RVPTL-.' -.. R'.."', Beban Jawa-S_1I Puncak System tinggi dan terns menems selama 27 tahun terakhir.ditambah pula oleh project cycle yang panjang dan contingency terhadap project slippage di Indonesia yang relatif lebih lambat. Berdasarkan pengaiaman PLN kelambatan pelaksanaan proyek rata-rata sekitar 10 bulan untuk proyek pembangkit dad 13 bulan untuk transmisi. Pendekatan under-rlanning Pada pendekatan perencanaan yang underplanning secara prinsip dilakukan dengan menyusun pengembangan sistem berdasar prakiraan beban yang 22000, "-.-.' : T.hun Garnbar 2. Beberapa skenario pertumbuhan Tabel I. Asumsi makro ekonomi dan proyeksi penjualan listrik Tabun Pertumbuhan P D B (00) -IS Inflasi (%) Kurs RpUS$!OOOO Pertumbuhan Listrik (%) ,3 6.S 8,1 Kebutuhan Listrik (TWh) 64,3 64, , ,0 dari Gambar-2, perkiraan beban puncak sistem Jawa-Bali telah mengaiami penunman yang drnstis dari MW pada tabun 2003, menjadi hanya MW. Pendekatan Perencanaan Dari peristiwa krisis ekonomi yang dialami, dapat dipetik pelajaran bahwa pertumbuhan berkesinarnbungan sewaktu-waktu bisa terganggu. Untuk menghindari dampak finansial bagi PLN, perlu dilakukan tinjauan ulang terhadap pendekatan perencanaan. Pendekatan over-qlanning Sejak semula pendekatan perencanaan yang dilakukan PLN adalah Over-Planning, dad hal itu dilatarbelakangi oleh pertumbuhan kebutuhan listrik paling pesimis. Jadi dengan perkataan lain pendekatan perencanaan dari bawah. Sebagai contingency terhadap perencanaan ini digunakan crash program. Jadi program pengembangan akan berisi proyek-proyek investasi yang selanjutnya akan disebut sebagai proyek inti (core plan), yang diharapkan kelangsungannya akan lebih mutus, karena tidak terlalu dipengaruhi oleh keadaan perekonomian. Perangkat Analisis Teknis Analisis prakiraan beban dilakukan dengan menggunakan model yang dikembangkan sesuai kebutuhan PLN yang disebut Model DKL 3.0. Model statistik tersebut mengakomodasi 3 penggerak pertumbuhan listrik. yaitu: (i)pertumbuhan ekonomi,

4 ! Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi II Serpong, Oktoher 1998 ISSN (ii)program elektrifikasi daerah belurn berlistrik, dan (iii) pengambilaalihan captive power. Dalam model tersebut kebutuhan energi listrik dibagi dalam 4 sektor, yaitu: (i)mrnah tangga, (ii)industri, (iii)komersial, dan (iv)sosial. cummulant daiam perhitungan beban. Dalam tahap perencanaan pada umumnya keandalan suatu sistem tenaga listrikan diukur dengan jumlah kemungkinan timbulnya kekurangan pembangkit yaitu 1 haritahun Tabel 2. Penambahan kapasitas pembangkit (MW) JENIS PLTA PLill PLTGI a S ISO [ PLTGUI PLTMI PLTP I PLTU I Total 2S13 I I Load Duration Curw SistemJAWA BALI 1 R.TAA.lnOff -Nm Al\I -R. 1U ffim -R. TG ffim -Bebar _RlU Batlba-a _R. mu BOO RmEBG RmEBM R1F c==:j RlU EBG R lgu BBIJ1 -R;TA 8e-banP\.r., Gambar 3. Kurva lama pernbebanan sitem Jawa-Bali Dalam melakukan analisis jaringan, seperti analisa load flow, hubung singkat dad stabilitas sistem, dipergunakan software standar yang banyak dipakai oleh utility listrik, yaitu Power System Simulator Electric (PSSE) yang dikeluarkan oleh Power Technologies Incorporation (PTI). Kriteria contigencyyang digunakan n-1 dan kualitas tegangan 5% dari tegangan nominal. Analisis pengembangan sistem pembangkit dilakukan dengan menganut metoda least cost. Untuk analisis ini PLN menggunakan inhouse software yang dinamakan PPLN. Paket PPLN ini menggunakan metode dynamic programing dalam menentukan kebutuhan pembangkit yang akan dibangun untuk mengantisipasi kebutuhan beban dengan menggunakan met ode untuk sistem Jawa-Bali dad 3-5 haritabun untuk sistem luar Jawa. Rencana Penyediaan Sarana Kelistrikan Kebutuhan tambahan sarana pembakit guna memenuhi kebutuhan listrik ditunjukkan pada Tabel-2. Gambar-3 menunjukkan komposisi pemakaian energi dalam satu tahun dari pembangkit yang ada pada sistem Jawa-Bali. Dari kurva tersebut kebutuhan beban dasar berkisar % dati beban puncak. Sedangkan kebutuhan tambahan sarana penyaluran yaitu trafo-trafo tenaga pada gardu induk dan saluran transrnisi, ditunjukkan pada Tabel-3. Eden Napitupulu 35

5 Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi III Serpong, Oktober 1998 ISSN Tabel 3. Kebutuhan tambahan sarana penyaluran r Trafo (MVA] Jawa-Bali Luar Jawa-Bali Indonesia I Transmisl (kmi) Jawa-Bali I Luar Jawa-Bali Indonesia SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DA- LAM INDUSTRI BAKU (COMPETITIVE MARKET) Latar Belakang Dalam restrukturisasi sektor ketenagalistrikan menuju persaingan pasar, perlu diperhatikan beberapa pertimbangan yang mempengaruhi bentuk kompetisi dan kebutuhan kelembagaan terdiri dari tiga faktor utama : (i) apakah ada pemisahan pengendali dan pemilik dari jaring transmisi (ii) kompetisi yang dibentuk apakan mandatory atau voluntary bagi semua pelaku pasar, (iii) berapa luas kompetisi yang dilakukan, apakah hanya pada tingkat pembangkit saja atau sampai tingkat retail. Perlu dijabarkan model pasar tenaga listrik yang sesuai dengan perilaku para pelaku pasar serta kondisi spesifik Indonesia. Karena jaringan transmisi dad disbibusi yang secara alamiah sifatnya monopolistik maka mekanisme niaga yang menyangkut jaringan transmisi dan distribusi masih bersifat regulated. Selama ini hanya dikenal hanya satu BUMN yang khusus dibentuk untuk menyediakan tenaga listrik di Indonesia, yaitu PLN. Dengan akan dimulainya proses restrukturisasi sektor ketenagalistrikan, di Jawa-Bali akan dilakukan pemecahan (unbundling) sesuai denganjenis usaha yang diperlukan, yaitu akan ada (i)beberapa pemsahaan pembangkitan, (ii)satu perusahaan transmisi yang pada tahap awal akan berfungsi sebagai single buyer dad kemudian juga mungkin akan sebagai pengelola pool market, (iii)beberapa perusahaan distribusi yang selanjutnya juga akan dibagi kepada pemsahaan jaringan distribusi (wire company) dad perusahaan retailer. Di loaf Jawa-Bali masih akan diberlakukan satu pemsahaan listrik yang terintegrasi mengelola seluruh fungsi pembangkitan, transmisi dan distribusi. Bentuk terintegrasi ini tetap dipertahankan karena secara keekonomian belum layak untuk diberlakukan mekanisme niaga yang sehat secara finansial, artinya tanpa subsidi pemerintah. Perencanaan Sektor Tenagalistrik Dengan akan diterapkanya market model yang berorentasi kompetisi pasar bebas pada sektor kctenagaiistrikan, maka nantinya tidak akan ada lagi perenamaan terpadu dad terpusat. Di Sistem Jawa-bali, Pemerintah masih akan menyelenggarakan perencanaan somber-somber energi jangka panjang ( Long Term Energy Resources Planning). Keputusan implementasi proyek-proyek barn pembang-kit dan transmisi sepenuhnya diserahkan kepada pelaku pasar ataupun kepada pengembang swasta lain yang berminat. Agar menjamin terciptanya fairness, data dad informasi tentang kebutuhan demand dad harga listrik wajib disajikan secara terbuka kepada umwn. Pada sistem Luar Jawa-Bali masih tep dipertahankan sistem ketenagalistrikan yang regulated karena tingkat keekonomian sektor tenaga listriknya masih belurn memadai. Dengan demikian pada daerah ini masih dimungkinkan untuk diterapkan mekanisme subsidi pada daerah-daerah khusus, serta sistem perencanaan ketenagalistrikan terpusat yang didasarkan kepada integrated resource planning. Stmktur Industri Pengenalan kompetisi dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal akan diberlakukan model single buyer yang berkadar kompetisi masih terbatas tetapi secara bertahap akan ditingkatkan ke arab kompetisi yang lebih tinggi, yaitu rti pada model multi buyers- multi sellers. -Single Buyer; direncanakan untuk diberlakukan pada pertengahan tahun Kompetisi pada sisi pembangkit lisrik baik pada pengadaan proyek baru maupun pada pengoperasian pembangkit. Semua produksi listrik dibeli oleh single buyer (yang biasanya dirangkap oleh perusahaan transmisi) sebagai pengelola pool kemudian disalurkan ke perusahaan-perusahaan distribusi. -Wholesale Competition; direncanakan diberlakukan pada tabun Kompetisi tidak lagi hanya pada sisi

6 Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi III Serpong, Oktober 1998 ISSN pembangkit tetapi juga pada sisi distribusi. Pada tahap ini perosahaan distribusiretailer berhak untuk membeli listrik langsung dari perusahaan pembangkit atau melalui pool market. Konsumen besar juga berhak untuk membeli langsung dari pemsahaan pembangkit. Pemsahaan transmisi hanya akan menerima fee dari pelaku pasar lainnya atas pemanfaatan fasilitas open access dari jaringan transmisi yang dimilikinya..retail Competition; diperkirakan dimulai pada tabun Pada saat ini pemsahaan distribusi hams sudah terpsah yaitu berupa perusahaan retailer dad perusahaanjaringan (wire company). Kadar kompetisi pada tahap ini makin meningkat karena konsumen dapat memilih perusahaan pembangkit dan perusahaan raailer. Aspek Legal yang Mendukung Undang-undang Ketenagalistrikan yang Barn. Agar struktur industri ketenagalistrikan yang berbentuk pasar dengan tingkat persaingan yang tinggi seperti dalam bentuk multi buyers -multi sellers dapat terselenggara diperlukan adanya perubahan UU no tentang ketenagalistrikan antara lain :.Aspek perencanaan perluasan sistem yang bersifat terpadu dad sentralistik, diganti dengan bentuk perluasan yang berorientasi pasar..perlunya pembentukan Regulator dalam sektor ketenagalistrlkan sebagai suatu badan yang mandiri serta bertanggungjawab secara jelas kepada pemerintah, para pelaku sektor ketenagalistrikan dan konsumen..tarif dasar listrik yang uniform ditetapkan oleh pemerintah dianggap tidak relevan lagi untuk mengantisipasi mekanisme niaga baik pada sisi pembangkit maupun sisi retail..membuat peraturan-peraturan yang diperlukan, termasuk pool rules dan grid codes yang mendukung. ReJrulator Dada sektor ketenawistrikan Pembentukan regulator yang didasarkan kepada perundangan sangat penting agar legitimasinya menjadi kuat, sehingga dapat bersikap transparan dan beroleh otonomi yang luas dalam menyelenggarakan pengaturan kompetisi pasar tenagalistrik. Beberapa togas regulator antara lain adalah :.Mengupayakan penyedian tenagalistrik yang cukup untuk pemenuhan kepentingan konsumen..mengupayakan peningkatan efisiensi dan keekonomian sektor ketenagalistrikan melalui kompetisi pasar..melindungi kepentingan konsumen terhadap kesewenangan monopoli penyedia tenagalistik, terutama bagi listrik desa atau tempat-tempat terpencil lainnya..menjamin bahwa perusahaan tenaga listrik yang telah beroleh ijin akan dapat sehat secara finansial..mentransformasikan keinginan konsumen dad konsumen industri besar dalam kebijakan yang akan ditempuh..menjamin bahwa industri ketenagalistrikan ill aman, baik bagi pengguna maupun pekerja di industri tersebut. Periiinan dan Kode yang rlukan Guna mendukung mekanisme bisnis bagi para pelaku pasar pada tiap tahapan restrukturisasi di atas diperlukan perijinan dan Kode sebagai berikut :.IUKU ( Ijin Usaha Ketenagalistrikan bagi kepentingan Umum) bagi kegiatan-kegiatan ; pembangkitan, transmisi, distribusi dan retailer..kode Perencanaan dan Pengadaan, kode ini diperiukan pada tahap single buyer dimana perencanaan serta pengadaan pembangkitan dan transmisi harus lebih transparan..kode Jaringan, merupakan persyaratan teknis yang perlukan bagi perencanaan dad operasi sistem transmisi serta menjabatkan hubungan antara pemakai danjaringan transmisinya..kode Tarif, menjabarkan penerimaan yang diijinkan bagi setiap pelaku di sektor ketenagalistrlkan. Restrukturisasi Sektor Energi Primer Keberhasilan restrukturisasi sektor ketenagalistrikan akan juga ditentukan oleh adanya deregulasi sektor energi primer, yaitu transparansi ketersediaan energi primer dan harga energi primer yang menunjukkan nilai keekonomiannya. KESIMPULAN Ketidakpastian kondisi perekonomian nasional masa yang akan datang berpengarnh luas kepada masa depan sektor ketenagalistrikan. Pembahan tersebut akan meliputi juga kepada restrukturisasi sektol ketengalistrikan, yang pada intinya beralih dati regulated sector ke competitive market, diharapkan dapat merupakan jalan keluar dalam menghadapi persoalanpersoalan ekonomi dan finansial yang ada. Regulated sector yang pada pokoknya melakukan perencanaan secara terpadu dan terpusat memperkirnkan bahwa beban puncak di sistem Jawa-Bali akan mencapai MW, yang akan terdiri dati pembangkit pemikul beban dasar sebesar 60%. Akurasi dari perencanaan penyediaan tenagalistrik ini sangat ditentukan oleh asurnsi makro ekonomi yang diambil, yang hingga saat ini belurn dikeluarkan secara resmi oleh Pemerintah. Pada sektor ketenagalistrikan yang berorientasi kepada pasar bebas, yang sesuai Kebijakan Restrukturisasi Sektor Ketenagalistrikan yang sudah diluncurkan Pemerintah pada bulan Agustur 1998, akan Eden Napitupulu 37

7 IH.NI 1:-F I!'JW: low: Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi III Serpong, Oktoher 1998 ISSN Irnplikasi Restrukturlsasi Sektor Ketenagalistrikan SInidu" I\:IaramII liirif Tefp.BIt I -SeIt'FnIrIx:I-Slim ' -MVDIIre -l!bi -SImti IUUxm I1.N 11d1 JW ljw I SIiRti (s'dtln ) -l.1h1 -Slim (s'd dn 3XXJ) -Sel'Fn.m I Nat UiiJIm <ki2tiiaai RN I SiT1*' juw :-:r- -&rf -StiRi 1- Sei"F -ljdi -SH:FI-Slim Nootkibm N I liilklkh IJW IMii UW bi)eis.ms -M:km6n:IIa- -TeIPHJti. - Tahap awal Non Unifu:>m -M:IaItBIr. PISI -M:IaIIBre ditentld<an Regtdator 1- F"nII:e -SHF -SlJmI -SelF -llmii SElFI: Slim I'=rn:IICIh Tailap Kon1Jetilif Rrl Prix:, IiIp jlln I }11m umm ff.n I11d1 Single -Buyer Multi Buyer -Multi Seller IPPs "'" [gnrln. P" IPLN-GenCOa --- Tr8nsco I -')- payment -Energy Sal Energy Sates I reverse payment terjadi perubahan mendasar dad radikal dari aspek perencanaan. Masing-masing pelaku pasar beroleh hak untuk menentukan sendiri keputusan implementasi projek tenaga listrik yang didasarkan kepada supply - demand serta indikator harga juallistrik yang diberikan. Oleh karena itu tidak lagi memperhatikan kepada jenis bahan bakar tetapi lebih memperhatikan aspek financial. Dengan demikian pada sektor ketenagalistrikan yang berorientasi pada pasar bebas tidak diperlukan lagi perencanaan yang menggunakan integrated resource planning yang terpusat, dad implementasi proyek lebih menekankan kebutuhan jangka pendek serta mengurangi proyek yang bersifat infrasuktur. Keberhasilan dari restrukturisasi sektor ketenagalistrikan dalam mencipkan persaingan pasar bebas barns didukung oleh terciptanya perangkat regulasi yang baik dan badan regulator yang mandiri dad otoritas yang luas, serta telah dilakukannya restrukturisasi sektor energi primer. 38 Eden Napitupulu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyumas khususnya kota Purwokerto dewasa ini banyak melakukan pembangunan baik infrastuktur maupun non insfrastuktur dalam segala bidang, sehingga kebutuhan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007, (http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html)

Lebih terperinci

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI 1. Kondisi Kelistrikan Saat Ini Sistem Jawa-Bali merupakan sistem interkoneksi dengan jaringan tegangan ekstra tinggi 500 kv yang membentang

Lebih terperinci

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat 37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sumber-sumber energi primer di Indonesia yang terutama meliputi

Lebih terperinci

Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan

Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN () Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan Ruang Samaun Samadikun Lt.

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi

Lebih terperinci

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN a. Pada akhir Repelita V tahun 1994, 36% dari penduduk perkotaan Indonesia yang berjumlah 67 juta, jiwa atau 24 juta jiwa, telah mendapatkan sambungan air

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN UMUM Bahwa tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi yang mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan reaktif) untuk keadaan tertentu ketika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

Paket Kebijakan Ekonomi 9: Pemerataan Infrastruktur Ketenagalistrikan dan stabilisasi harga daging hingga ke desa

Paket Kebijakan Ekonomi 9: Pemerataan Infrastruktur Ketenagalistrikan dan stabilisasi harga daging hingga ke desa Paket Kebijakan Ekonomi 9: Pemerataan Infrastruktur Ketenagalistrikan dan stabilisasi harga daging hingga ke desa Pemerintah baru saja mengeluarkan paket kebijakan ekonomi IX. Fokusnya mempercepat pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik untuk Kabupaten Kulon Progo disuplai melalui sistem distribusi energi listrik Provinsi DIY. Di mana sistem ketenagalistrikan di DIY merupakan bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar tidak diragukan lagi adalah merupakan salah satu variabel ekonomi yang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Perbedaan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Adanya modal dalam sebuah perusahaan menjamin berlangsungnya proses

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu aspek yang sangat penting dan bahkan menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik pada suatu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin maju dan persaingan dunia kerja yang semakin ketat menuntut para lulusan perguruan tinggi untuk menguasai bidangnya. Penguasaan

Lebih terperinci

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015 PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015 PENJUALAN TAHUN 2014 Pada tahun 2014 Perusahaan membukukan penjualan sebesar Rp. 2.384 milyar, turun sebesar 7% dari penjualan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No. 19 Tahun 2017) Direktur Pembinaan

Lebih terperinci

RANCANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002

RANCANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002 Draft 7 Maret 2003 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002 TENTANG JUAL BELI, SEWA JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Lokasi PLTU Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Lokasi PLTU Cilacap BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PLTU Cilacap yang merupakan objek dari proyek akhir ini adalah merupakan satu satunya pembangkit yang beroperasi di Pulau Jawa bagian Selatan dan terinterkoneksi dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan strategi bisnisnya. Strategi bisnis sebelumnya mungkin sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap bangsa dan negara. Indonesia sebagai negara yang berkembang sangat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit

Lebih terperinci

STRATEGI REGULASI. Maintenance & Operation Management System

STRATEGI REGULASI. Maintenance & Operation Management System STRATEGI REGULASI Maintenance & Operation Management System Regulasi Infrastruktur/Utilitas di Indonesia Apa itu regulasi infrastruktur? Mengapa perlu regulasi sekarang? Dasar-dasar desain Regulasi Peran

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan tenaga listrik dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan ekonomi dan penduduk di Indonesia. Kebutuhan tenaga listrik meningkat setiap tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN www.detik.com I. PENDAHULUAN Dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang pesat, Indonesia membutuhkan energi yang sangat besar untuk

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan. No.274, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terus menerus dilaksanakan melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala aspek. Salah satu

Lebih terperinci

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025 Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025 Disajikan oleh: Roy Bandoro Swandaru A. Pendahuluan Pemerintah telah berkomitmen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kebijakan Manajemen Energi Listrik Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta giriwiyono@uny.ac.id KONDISI ENERGI SAAT INI.. Potensi konservasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Permintaan energi listrik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Dalam rangka

Lebih terperinci

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi di Indonesia Tahun 1977-2007 SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Jenjang Strata I Jurusan Ilmu Ekonomi

Lebih terperinci

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian -

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - Analisa Fundamental I. Fundamental Forex I.1 Faktor penggerak pasar Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - kejadian yang secara langsung maupun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi DASAR HUKUM UU No. 22/2001 PP 36 / 2004 Permen 0007/2005 PELAKSANAAN UU NO. 22 / 2001 Pemisahan yang jelas antara

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY

KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY Abstraksi Berdasarkan data realisasi subsidi APBN, selama ini meningkatnya angka subsidi APBN di-drive oleh, salah satunya

Lebih terperinci

2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi

2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1151, 2015 KEMEN-ESDM. Ketenagalistrikan. Rencana Umum. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan manusia yang harus terpenuhi. Hampir setiap aktivitas manusia membutuhkan energi. Berbagai bidang pembangunan yang mendukung perkembangan

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015

Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015 Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015 Mengacu Permen ESDM No. 09 Tahun 2015, Permen ESDM No: 31 Tahun 2014 & Permen ESDM No. 33 Tahun 2014 P T P L N ( P e r s e r o ) J l. T r u n o j o y o B l

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu sama lain mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1% dan akan. mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,2% pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1% dan akan. mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,2% pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lingkungan bisnis di Indonesia yang semakin pesat setiap tahun menjadi salah satu faktor untuk memicu peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika perekonomian suatu negara mengalami depresiasi mata uang, maka bisa dikatakan

Lebih terperinci

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA?

KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA? KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA? verina J. Wargadalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007-2020 Tadjuddin Hamdany Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: ophadhanny@yahoo.co.id Abstract The study is devoted

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN , antara tahun 2008 dan 2012,

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN , antara tahun 2008 dan 2012, BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kebutuhan listrik masyarakat Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN 2013-2022, antara tahun 2008 dan 2012, penjualan listrik meningkat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang memegang peranan yang sangat penting di sepanjang kehidupan manusia. Uang digunakan sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum, yang dimana alat tukarnya

Lebih terperinci

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010 PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life Jakarta, Mei 2010 Beberapa Regulasi yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penentuan Jasa Konsesi UU No 30 2009 (Menggantikan UU 15 1985) Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan

Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan 1. Pendahuluan Geografis (Harry) Kota Tarakan adalah salah satu pemerintah daerah yang saat ini berada pada provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 2013

Tanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 2013 Tanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 20 Pada 20, PLN merencanakan meningkatkan kemampuan menjual listrik hingga 182 TWh guna mendorong pergerakan perekonomian dan memungkinkan lebih dari 2,5 juta pelanggan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN

BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN 28-217 Analisa keterjaminan aliran daya dan biaya produksi listrik di PLN Sub Region Bali tahun 28-217 dilakukan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis yang paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha.

Lebih terperinci

PENENTUAN KAPASITAS TRANSFORMATOR DAYA PADA PERENCANAAN GARDU INDUK (GI) SISTEM 70 KV (STUDI KASUS PEMBANGUNAN GARDU INDUK ENDE - ROPA MAUMERE)

PENENTUAN KAPASITAS TRANSFORMATOR DAYA PADA PERENCANAAN GARDU INDUK (GI) SISTEM 70 KV (STUDI KASUS PEMBANGUNAN GARDU INDUK ENDE - ROPA MAUMERE) ABSTRAK PENENTUAN KAPASITAS TRANSFORMATOR DAYA PADA PERENCANAAN GARDU INDUK (GI) SISTEM 70 KV (STUDI KASUS PEMBANGUNAN GARDU INDUK ENDE - ROPA MAUMERE) Agusthinus S. Sampeallo Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020

PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020 PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020 Moch. Muchlis dan Adhi Darma Permana ABSTRACT Electricity demand will increase every year to follow population growth, prosperity improvement, and economic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan listrik telah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia saat ini. Kebutuhan energi listrik suatu daerah semakin tahun terus bertambah

Lebih terperinci

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D 306 025 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 Moh. Sidik Boedoyo ABSTRACT Jamali or Jawa, Madura and Bali is a populated region, in which about 60% of Indonesia population lives in the region,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dewasa ini, listrik menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Listrik

I. PENDAHULUAN. Pada dewasa ini, listrik menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Listrik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini, listrik menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Listrik menentukan strategis perekonomian negara selain bahan bakar dan tenaga kerja, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberlangsungan hidup manusia di masa ini semakin produktif. Setiap orang melakukan aktivitas dan rutinitas setiap harinya. Kegiatan sehari-hari tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional guna memenuhi kebutuhan energi dan bahan baku industri, menggerakkan roda

Lebih terperinci

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA ABSTRAKS Ketidakpastian perekonomian global mempengaruhi makro ekonomi Indonesia. Kondisi global ini ikut mempengaruhi depresiasi nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara terus-menerus dalam rangka mencapai kesejahteraan bagi masyarakatnya. Pencapaian kesejahteraan tersebut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN, JARMAN. DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN LAKIN 2015 i

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN, JARMAN. DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN LAKIN 2015 i LAPORAN KINERJA KATA PENGANTAR Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya kami Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan dapat menyelesaikan Laporan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika 128 Lampiran I Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika Jakarta, 17 April 2009 Kepada Yth : PT Rekadaya Elektrika Jakarta Dengan Hormat, Sehubungan dengan adanya analisis

Lebih terperinci

PLN Dari 1973 Sampai 2005

PLN Dari 1973 Sampai 2005 PLN Dari 1973 Sampai 25 Sudaryatno Sudirham Tulisan ini dibuat pada waktu penulis masih aktif sebagai Tenaga Ahli Teknik Dewan Komisaris PT PLN (Persero) 1. Pendahuluan Berikut ini disajikan rangkuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam tesis ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian dimana akan dibahas mengenai potensi sumber daya panas bumi di Indonesia, kegiatan pengembangan panas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja

APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja Keynote Speech APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja Disampaikan oleh: Menteri Keuangan Republik Indonesia Yth. Pimpinan Badan Anggaran DPR-RI, Yth. Wakil Menteri Keuangan dan Para Pejabat

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi dalam suatu negara tidak terlepas dengan peran perbankan yang mempengaruhi perekonomian negara. Segala aktivitas perbankan yang ada di suatu negara

Lebih terperinci

RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto

RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) 2015-2024 DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT 35.000 MW Arief Sugiyanto Divisi Perencanaan Sistem, PT PLN (Persero) arief.sugiyanto@pln.co.id S A R I Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tri Fani, 2014 Studi Pengaturan Tegangan Pada Sistem Distribusi 20 KV Menggunakan ETAP 7.0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tri Fani, 2014 Studi Pengaturan Tegangan Pada Sistem Distribusi 20 KV Menggunakan ETAP 7.0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, energi listrik menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Kebutuhan energi listrik semakin meningkat dari tahun ke tahun untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan suatu sistem transmisi listrik perlu diperhatikan masalah ketersediaan kapasitas daya yang dibangkitkan untuk memenuhi kebutuhan pusat-pusat beban

Lebih terperinci