Kaitan Pekerjaan dengan Permukiman Nelayan
|
|
- Suhendra Atmadjaja
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Kaitan Pekerjaan dengan Nelayan Idawarni Lab. dan Perumahan, Program Studi Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Abstrak Pekerjaan merupakan hal yang penting bagi seseorang untuk dapat mempertahankan hidupnya dan keluarganya. Pekerjaan dapat menentukan letak permukiman, permukiman yang baik adalah yang dapat mengakomodir pekerjaan masyarakat yang berdiam di dalamnya. Permasahan yang banyak terjadi saat ini adalah ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan lokasi dan bentuk permukiman sehingga menyebabkan permukiman tersebut ditolak dan ditinggal. Tujuan yang ingin diperoleh dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui sejauhmana peran pekerjaan dalam menentukan lokasi dan bentuk permukiman bagi masyarakat nelayan Aeng Batu. Dalam penulisan ini menggunakan pendekatan positivistik. Dalam pendekatan positivistic dapat digunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Utama dan kualitatif sebagai penunjang. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara wawancara, bservasi lapangan, dan penyebaran kuesioner. Metode analisi data dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif menggunakan statistik deskriptif, kualitatif dengan interpretatif. Luaran memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara pekerjaan t dengan lokasi permukiman dan bentuk serta orientasi permukiman. Kata kunci : pekerjaan, permukiman, nelayan Pendahuluan Pekerjaan adalah hal yang penting bagi seseorang untuk dapat mempertahankan hidupnya dan keluarganya. Pekerjaan dapat menentukan letak permukiman, permukiman yang baik adalah yang dapat mengakomodir pekerjaan masyarakat yang berdiam di dalamnya. Turner (1972) berpendapat bahwa dengan memilih lingkungan yang sesuai, manusia berharap dapat melakukan proses bermukim dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Di lingkungan pantai Galesong terdapat banyak komunitas nelayan yang bermukim, diantaranya di kampung nelayan Aeng Batu. Sebagai kampung nelayan, masyarakat di kampung tersebut menjadikan laut sebagai tempat mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga. Letak dan bentuk permukiman desa Aeng Batu dipengaruhi oleh jenis pekerjaan penghuninya, sesuai dengan pernyataan Mardanas (1985) bahwa perkampungan di desa ada yang dua, yaitu kampung pakkaja (nelayan) dan kampung pallaon (petani). Permasalahan yang banyak terjadi saat ini adalah pembangunan permukiman baru yang letaknya jauh dari pekerjaan dengan bentuk permukiman yang tidak mewakili profesi penghuni, akibatnya banyak terjadi penolakan dan ditinggal penghuninya. Kajian Pustaka dan Teori Konsep tentang permukiman juga diutarakan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan, bahwa permukiman merupakan sekumpulan perumahan, dan rumah-rumah tersebut merupakan bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal layak huni, sarana membina keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuni, serta asset bagi pemiliknya Pola Spatial Ruang Pesisir Dahuri dkk. (1996) menjelaskan bahwa pola spatial ruang pesisir harus merupakan bagian integral dan tidak bertentangan dengan proses dan fenomena ekologis pesisir secara menyeluruh. Hal yang prinsip adalah bahwa kebutuhan akan permukiman menuntut pengaturan tata Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 F - 13
2 Kaitan Pekerjaan dengan Nelayan ruang permukiman di wilayah pesisir secara terpadu yang berwawasan lingkungan. Tata ruang lingkungan pesisir yang kacau dan tidak berwawasan lingkungan akan menyebabkan terjadinya degradasi mutu lingkungan yaitu erosi, sedimentasi, pencemaran lingkungan dan banjir. Salah satu bentuk identifikasi potensi lokal yang disebut diatas yaitu pada permukiman di wilayah pesisir yang dideskripsikan oleh Kusnadi (2003) berdasarkan hasil penelitiannya, bahwa karakteristik permukiman nelayan yang ada di wilayah pesisir adalah, rumah-rumah cenderung menghadap kejalan-jalan utama desa dan gang-gang sempit, jalan-jalan dan gang-gang sempit berubah menjadi halaman rumah, jarak antar rumah saling berhimpitan satu sama lain, rumah-rumah yang didirikan di pinggir jalan utama rata-rata memiliki kondisi cukup baik. Nelayan Kawasan pesisir biasanya dihuni oleh masyarakat yang pekerjaannya sebagai nelayan, suatu kelompok yang hidupnya tergantung langsung pada hasil laut (Mulyadi, 2007). Mereka umumnya tinggal di pingiran pantai, sebuah lingkungan yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Sujarto (1977) melihat pentingnya keberadaan lingkungan permukiman bagi masyarakat nelayan dan menyatakan bahwa dalam menempati wilayahnya, masyarakat pesisir tidak berbeda dengan masyarakat yang hidup dalam konsentrasi-konsentrasi lingkungan yang lain, yang akan menuntut tiga kebutuhan utama, yaitu: (a). suatu tempat untuk hidup, yang dapat terlindungi dari gangguan alam sekitar; (b). Tempat untuk melaksanakan kegiatan kerjanya untuk mencari nafkah guna menjamin eksistensi kehidupannya; dan (c). tempat-tempat yang dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya seharihari. Ditjen Perumahan dan Depkimpraswil (2002) menyebutkan bahwa kelompok nelayan menghuni perumahan-perumahan pada suatu kawasan dengan luas tertentu, yang sebahagian besar mempunyai mata pencaharian menangkap ikan minimal 60% dari jumlah penduduk yang ada di desa tersebut. Nelayan tersebut selain menangkap ikan, juga mengolah F - 14 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 dan selanjutnya menjual ikan hasil tangkapan. Kawasan perumahan nelayan ini dilengkapi dengan prasarana, sarana yang memadai untuk kelangsungan kehidupan dan penghidupan para nelayan dan keluarga. Kehidupan sosial ekonomi masyarakar nelayan digambarkan oleh Arifin (2006) dan Kusnadi (2003) bahwa masyarakat nelayan tradisional merupakan masyarakat yang secara ekonomi tergolong miskin secara struktural. Masyarakat miskin, secara eksplisit mereka digolongkan sebagai kelompok berpenghasilan rendah. Kaitan antara nilai sosial masyarakat ber-penghasilan rendah dengan permukiman diutarakan oleh Soebroto dalam Budiharjo (2006) bahwa nilai sosial yang berlaku pada masyarakat berpenghasilan rendah adalah keakraban yang besar diantara mereka, sehingga kedekatan fisik bangunan meninggalkan kesan perasaan bersatu dan jarak bangunan yang terlalu dekat menimbulkan kesan yang ramai. Selain itu masih adanya atau tingginya semangat gotong royong di antara masyarakat, sistem kekeluarga besar (big family) dan extended family tidak dapat dihindari, akibatnya penghuni berjejal-jejal dalam satu rumah serta ikatan kekeluargaan yang erat membentuk pola tersendiri dalam cara bermukim. Tujuan Tujuan yang ingin diperoleh dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui sejauhmana peran pekerjaan dalam menentukan lokasi dan bentuk permukiman bagi masyarakat nelayan Aeng Batu. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan positivistik. Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada pendekatan konsep dasar yang kemudian digunakan sebagai sarana analisis (Prasetyo dan Jannah, 2008). Positivistik sering juga disebut dengan kuantitatif. Dalam pendekatan positivistik, metode kuantitatif dan kualitatif dapat digunakan secara bersama-sama, namun metode kualitatif hanya
3 Idawarni sebagai penunjang, dalam hal ini sebagai fasilitator bagi metode kuantitatif (Prasetyo dan Jannah, 2008). Metode penelitian kuantitatif merupakan metode yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan menggunakan datadata numerik. Penelitian ini umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representative, proses penelitian bersifat deduktif, analisis menggunakan statistic deskriptif, sampel diambil secara random. Kesimpulan hasil penelitian kuantitatif dapat digeneralisasikan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Sementara untuk metode kualitatif penjaringan datanya menggunakan teknik purposive (Sugiyono, 2011). Penjaringan data melalui wawancara, pencatatan lapangan, gambar, atau foto, dan analisis yang digunakan adalah interpretative (Moleong, 2009). Dalam penelitian ini, karena menggunakan pendekatan positivistik, maka digunakan metode kuantitatif sebagai metoda utama dan kualitatif sebagai penunjang. Pengambilan data dan penyajian data dilakukan sesuai dengan teknik masing-masing metode. Metode pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara: Wawancara Elite interviewing. Interview. Elite interviewing dilakukan secara mendalam dengan cara wawancara tidak terstruktur. Oservasi lapangan Bentuk observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi non partisipan. Dalam hal ini peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Metode analisis data Analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisis data kuantitatif menggunakan statistik deskriptif. Penyajian data dalam teknik statistik deskriptif menggunakan tabel dan grafik. Selain itu teknik statistik deskriptif juga dapat digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi. Kondisi Saat Ini Desa nelayan Aeng batu terletak di wilayah pesisir barat kabupaten Takalar yang berbatasan langsung dengan Teluk Makassar. Desa tersebut juga berbatasan dengan Kota Madya Makassar. Berikut Gambar 1 memperlihatkan peta kabupaten Takalar, Kecamatan Galesong Utara, dan desa nelayan Aeng Batu. Gambar 1. Peta Kabupaten Takalar, Kecamatan Galesong Utara dan Desa Aeng Batu Sedang Gambar 2 memperlihatkan bentuk permukiman desa Aeng Batu dengan jarak antar rumah sangat dekat dan tidak dilakukan pemagaran pada halaman rumah, kecuali pada rumah yang letaknya berbatasan langsung dengan jalan desa. Halaman rumah dijadikan sebagai jalan pintas, baik bagi manusia maupun perahu. Rumah-rumah yang terletak berbatasan dengan jalan desa memiliki kondisi yang lebih baik dari yang lainnya. Kuesioner Pengambilan data menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup (tidak berkembang), dimana peneliti mengharapkan jawa-ban singkat dari responden dengan cara memilih salah satu dari beberapa jawaban dari setiap pertanyaan yang telah disiapkan. Gambar 2. Kondisi Perumahan Desa Nelayan Aeng Batu Berikut Tabel 1, yang memperlihatkan pekerjaan utama kepala rumah tangga di desa nelayan Aeng Batu. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 F - 15
4 Kaitan Pekerjaan dengan Nelayan Tabel 1. Pekerjaan Utama Suami Pekerjaan Utama Kepala Jumlah % Rumah Tangga Palele Nahkoda kapal Buruh pabrik Karyawan PNS Petani Nelayan dengan perahu dan sawi Jualan ikan Tukang Ustas Jualan bahan campuran Sopir Data menunjukkan 81% masyarakat bekerja di bidang perikanan seperti nelayan, penjual ikan, nahkoda, dan juragan/palele/ponggawa. Table 2., menyajikan data tentang alasan bermukim di area sekitar pantai. Tabel 2. Alasan Penempatan Lokasi di Area Pantai Alasan Penempatan Lokasi di Area Pantai Jumlah % Kemudahan mencapai tempat kerja Kemudahan mengontrol properti di pantai Kemudahan mengawasi anggota keluarga yang berangkat/pulang kerja Kemudahan mengontrol kondisi pasang surut air laut Kemudahan dalam sanitasi Analisis dan Interpretasi Kaitan antara pekerjaan dengan lokasi hunian Data lapangan memperlihatkan bahwa 81% masyarakat desa Aeng Batu bekerja di bidang perikanan seperti nelayan, penjual ikan, nahkoda, dan juragan/palele/ponggawa. Kelompok masyarakat yang berdiam di desa tersebut dapat dikategorikan sebagai kelompok nelayan sesuai dengan yang tercantum dalam Ditjen Perumahan dan Depkimpraswil (2002) bahwa kelompok nelayan menghuni perumahanperumahan pada suatu kawasan dengan luas tertentu, yang sebahagian besar mempunyai mata pencaharian menangkap ikan minimal 60% dari jumlah penduduk yang ada di desa tersebut. Selain itu, kelompok ini juga dapat disebut sebagai kelompok masyarakat bahari, karena sesuai dengan pernyataan Mulyadi (2007), bahwa masyarakat bahari adalah suatu kelompok yang hidupnya tergantung langsung pada hasil laut, bekerja sebagai nelayan penangkap ikan, penjual ikan, pembudidaya rumput laut, dan pengering ikan, umumnya tinggal di pinggiran pantai sebuah lingkungan yang dekat dengan lokasi kegiatan. Masyarakat yang demikian ini disebut masyarakat bahari. Berikut table korelasi yang memperlihatkan hubungan antara pekerjaan dengan lokasi hunian. Tabel 3. Korelasi Antara Pekerjaan dengan Lokasi Pekerjaan Utama Lokasi Pearson Correlation.253(**) Sig. (2-tailed).008 N 109 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tiled). Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variable pekerjaan utama sebagai nelayan dengan variable lokasi hunian sebesar Korelasi sebesar mempunyai maksud hubungan antara kedua variable kuat dan searah. Korelasi kedua variable bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar < Analisis korelasi memperlihatkan hubungan yang kuat, searah dan bernilai positif antara pekerjaan utama dengan lokasi permukiman. Ini menunjukkan bahwa masyarakat yang bekerja sebagai nelayan menempatkan lokasi permukimannya di dekat laut atau pantai. Berdasarkan data lapangan dan analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapar hubungan yang sangat signifikan antara pekerjaan dengan lokasi permukiman. Hal ini ditunjang oleh pendapat Mardanas (1985) bahwa, perwujudan kampung masa lalu banyak terikat oleh pekerjaan sehingga dikenal pada masa tersebut kampung F - 16 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
5 Idawarni Pakkaja (kampung nelayan) dan kampung Pallaon (kampung petani), dan sebaik-baik kampung ialah yang berdekatan dengan tempat kerja. Mulyadi (2007), bahwa nelayan umumnya tinggal di pingiran pantai, sebuah lingkungan yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Konsep tribina dari Depkimpraswil (2001) menyatakan bahwa penempatan lahan harus menjamin masyarakat dekat ke tempat kerja. United Nations in Centre for Human right (1996) fact sheet no, 21 (hal. 20) juga menjelaskan adanya kaitan antara jarak permukiman dengan pekerjaan, pusat pelayanan sosial, pusat pelayanan terhadap anak-anak, dan fasilitas sosial lainnya. Dengan demikian, pekerjaan merupakan faktor yang sangat penting bagi seseorang untuk memilih lokasi permukiman. Bagi nelayan di permukiman tradisional, seperti Aeng batu, terdapat beberapa poin penting yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih lokasi bermukim : 1. Kesesuaian lokasi permukiman dengan pekerjaan utama. Lokasi permukiman memiliki karakter khusus, seperti berbatasan langsung dengan pantai. 2. Jarak dari permukiman ke tempat kerja. memiliki jarak yang dekat dari lokasi penangkapan ikan, demikian pula jarak lokasi penangkapan ikan ke fasilitas ekonomi seperti TPI dan pasar (yang berada diluar lingkungan permukiman). 3. Tersedia fasilitas ekonomi dalam permukiman (TPI, dermaga) yang dapat memperlancar pekerjaan nelayan. Kaitan Pekerjaan dengan Orientasi Selain lokasi permukiman, jarak, dan fasilitas penunjang pekerjaan nelayan, hal yang juga patut dipertimbangkan adalah orientasi permukiman. Orientasi permukiman tradisional nelayan Aeng Batu adalah terhubung langsung dengan jalan dan unsur air. Orientasi yang demikian sesuai dengan teori Rapoport (1977), bahwa terdapat tiga macam orientasi permukiman yaitu : (1) permukiman mengelilingi central space, (2) orientasi permukiman menyusuri jalan/along the streets. Ada dua macam organisasi dalam orientasi permukiman tersebut, yaitu rumah berada di sepanjang jalan dan berseberangan dengan rumah lain atau rumah berada di sepanjang jalan dan berseberangan dengan unsur air (waterfront), (3) orientasi ke arah dalam (insideout). Orientasi ini memiliki domain privat-publik. Dwelling surrounding the centralspace Street related housing (kiri) dan waterfront housing (kanan) Orientasi kearah dalam (inside-out). Gambar 3. Karakter Dilihat Dari Organisasi Ruang (Rapoport,1977). Bentuk orientasi permukiman yang dijelaskan di atas bila dikaitkan dengan pekerjaan nelayan Aeng Batu dan bentuk permukimannya, maka orientasi waterfront, yaitu orientasi permukiman yang terhubung langsung dengan jalan dan unsur air sangat mendukung pekerjaan nelayan. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan orientasi tersebut sesuai dengan tabel 2, yaitu adanya kemudahan mencapai tempat kerja, kemudahan mengontrol kapal dan perahu serta properti di pantai, kemudahan mengawasi anggota keluarga yang berangkat/pulang kerja, kemudahan mengontrol kondisi pasang surut air laut sebelum berangkat ke laut, dan kemudahan dalam sanitasi. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 F - 17
6 Kaitan Pekerjaan dengan Nelayan Kesimpulan Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan memiliki kaitan yang erat dengan lokasi permukiman dan bentuk serta orientasi permukiman. Daftar Pustaka Dahuri, Rokhmin dkk (1996), Pengelolaan Sumber DayaWilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, P.T., Pradnya Paramitha, Jakarta. Departemen dan Prasarana wilayah Direktorat Jenderal Perumahan dan (2001), Petunjuk Pelaksanaan Peremajaan Lingkungan Kumuh di Perkotaan dan Perdesaan dengan Konsep TRIDAYA, Jakarta. Idawarni Tradisional Suku Makassar Yang Berbasis Budaya Dan Gaya Hidup Sebagai Dasar Konsep Resettlement Di Wilayah Pesisir. Disertasi ITS. Unpublish. Surabaya. Mardanas, Izarwisma dkk. (1985), Arsitektur Tradisional daerah Sul-Sel, Dep. P dan K, Jakarta. Moleong,J., Lexy (2009), Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung. Mulyadi (2007), Ekonomi Kelautan, PT Raja Graffindo Persada. Jakarta Prasetyo, Bambang dan Jannah LM (2005), Metode Penelitian Kuantitatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Rapoport, Amos (1977), Human aspect of Urban Form, Pergamon Press, Oxford, New York, Toronto, Sydney, Paris, Frankfurt. Sugiyono (2011), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D Alphabeta, Bandung. United Nations (1996), The Human Right To Adequate Housing, Fact Sheet no 21. Printed at United National, GE May ISSN Geneva, Zwitzerland. F - 18 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas Laut 3,1 juta km2. Konvensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.
Lebih terperinciKajian Tingkat Kepuasan Penghuni terhadap Kualitas Lingkungan Rusunawa
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kajian Tingkat Kepuasan Penghuni Kualitas Lingkungan (Studi Kasus: Kota Makassar) Suci Anugrah Yanti (1), Mimi Arifin (1), Mukti Ali (2) (1) Lab. Perumahan Permukiman, Program Studi
Lebih terperinciPERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH
PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki wilayah perairan lebih luas dibanding daratan. Secara fisik luas daratan di Indonesia ± 1,9 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada
BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah di kawasan permukiman tepi laut akibat reklamasi pantai. Kawasan permukiman ini dihuni oleh masyarakat pesisir
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Permukiman tradisional nelayan suku Makasar dengan permukiman resettlement Untia memiliki banyak perbedaan dibanding persamaan ditinjau dari aspek budaya dan gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir
Lebih terperinciIDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA
IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA Vippy Dharmawan 1, Zuraida 2 1+2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Struktur penelitian ini berhubungan dengan ekologi-arsitektur yaitu hubungan interaksi ekosistem mangrove dengan permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang
Lebih terperinciPENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR
PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Sarjana Teknik Perencanaan
Lebih terperinciKajian Potensi Sungai Tallo Kota Makassar sebagai Daya Tarik
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kajian Potensi Sungai Tallo Kota Makassar sebagai Daya Tarik Wisata dengan Konsep Revitalisasi Mukti Ali (1), Muhammad Adhim Arasy (2), Andi Risdayanti (2), Tristania Agatha K. (2)
Lebih terperinciKARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI NELAYAN PADA KAWASAN WISATA PANTAI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN
KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI NELAYAN PADA KAWASAN WISATA PANTAI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN studi kasus : Permukiman Nelayan Kenjeran - Surabaya Wiwik Widyo W. Jurusan Teknik Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian pula dari lingkungan hidup. Menyadari adanya hubungan timbal balik antara permukiman
Lebih terperincipenelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.
8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang
Lebih terperinciEKISTICS DALAM PERMUKIMAN NELAYAN PESISIR PANTAI SINDULANG SATU
EKISTICS DALAM PERMUKIMAN NELAYAN PESISIR PANTAI SINDULANG SATU Oleh : Claudia Talita Dariwu (Mahasiswa Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, Manado, claudiatalitadariwu@yahoo.co.id)
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2011. Kecamatan Semarang Tengah Dalam Angka 2010. Semarang : BPS Semarang. BPS. 2011. Kecamatan Semarang Utara Dalam Angka 2010. Semarang : BPS Semarang. BPS. 2011. Kota Semarang Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah
1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperhatikan arti penting permukiman yang tidak dapat dipisahkan dari ruang yang harus dimanfaatkannya, maka lingkup permukiman meliputi masalah-masalah yang menyangkut
Lebih terperinciHubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Tamiya Miftau Saada Kasman Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur,
Lebih terperinciKAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH
Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah
Lebih terperinciPersepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai
TEMU ILMIAH IPLBI 0 Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai Binar T. Cesarin (), Chorina Ginting () () Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nelayan merupakan suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian mayarakat Indonesia yang hidup dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir,
Lebih terperinciIdentifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang
TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Kota Palembang Wienty Triyuly, Fuji Amalia Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balikpapan merupakan salah satu kota yang terletak di pulau Kalimantan, tepatnya di provinsi Kalimantan Timur. Balikpapan terdiri dari 5 kecamatan, diantaranya kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Terdapat dua faktor yang mempengaruhi anak untuk bersekolah, yaitu faktor internal (dalam diri) dan faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH TEPIAN SUNGAI KECAMATAN KOLAKA, SULAWESI TENGGARA
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH TEPIAN SUNGAI KECAMATAN KOLAKA, SULAWESI TENGGARA Nurmaida Amri Fak. Teknik Jur. Arsitektur Universitas Hasanuddin email: Nurmaida@gmail.com Abstrak Tumbuhnya
Lebih terperinciMOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciKonsep Penataan Permukiman Produktif Berbasis Industri Rumput Laut (Desa Lamalaka, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten)
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Konsep Penataan Permukiman Produktif Berbasis Industri Rumput Laut (Desa Lamalaka, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten) Desi I. Purnamasari, Shirly Wunas, Mimi Arifin Labo.Perumahan dan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Medan merupakan suatu permukiman yang berada di daerah pesisir. Sebagian besar
BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kampung Nelayan Belawan merupakan suatu permukiman tidak terencana yang terletak di Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara.
Lebih terperinciFaktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-148 Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran Dira Arumsani dan Adjie Pamungkas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu kota industri terbesar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kegiatan perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah yang sekaligus memiliki potensi sebagai kota pesisir yang terletak di tepian Laut Jawa. Potensi pesisir tersebut berimplikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%
Lebih terperinciMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPermasalahan pemanfaatan ruang terbangun di kawasan pesisir Kota Manado antara lain adanya pembangunan
ANALISIS PEMANFAATAN RUANG TERBANGUN DI KAWASAN PESISIR LOKASI STUDI KASUS: SEPANJANG PESISIR KOTA MANADO Pricilia Jeanned Arc Valensia Mogot 1, Sonny Tilaar 2, & Raymond Tarore 3 1 Mahasiswa S1 Program
Lebih terperinciPenentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan
C1 Penentuan Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan Dwi Putri Heritasari dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan Wilayah dan Kota,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan
Lebih terperinciPenilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-65 Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan Yani Wulandari dan Rulli Pratiwi
Lebih terperinciMELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara
MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara PEMBUKAAN PSB KOTA SURABAYA Oleh: Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M TUJUAN PROGRAM Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat Daerah. Mempertahankan
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL Ingerid Lidia Moniaga & Fela Warouw Laboratorium Bentang Alam, Program Studi Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciGeo Image (Spatial-Ecological-Regional)
Geo Image 2 (2) (2013) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG BENCANA ABRASI DENGAN PENANGGULANGANNYA DI DESA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut 2/3 dari total seluruh luas negara Indonesia. Luas wilayah laut Indonesia
Lebih terperinciPENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar nomor 4 di dunia terdiri dari sekitar 17.000 pulau. Terdapat ± 8.090 desa pesisir tersebar di 300 kabupaten/kota pesisir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup orang harus melakukan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan. Kegiatan
Lebih terperinciArahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi
Sidang Tugas Akhir Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Mia Ermawati (3610100035) Dosen Pembimbing: Ema Umilia, ST., MT Hertiari Idajati, ST. MSc Isi Presentasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Mengacu pada diskusi pada bab sebelumnya, dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: Kesimpulan Pertama, Nilai-nilai sosio-kultural masyarakat Bugis secara umum tertuang
Lebih terperinciKimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut
Lebih terperinciPEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG
PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG Jesieca Siema, Michael Tedja, Indartoyo Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480,
Lebih terperinciLingkungan Rumah Ideal
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Lingkungan Rumah Ideal Aria Adrian Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK),ITB. Abstrak Rumah membuat penghuninya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau dan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang mengelilinginya,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA ANAK DI KOTA TANJUNGBALAI
BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA ANAK DI KOTA TANJUNGBALAI Kota Tanjungbalai merupakan salah satu daerah yang berada di Pantai Timur Sumatera Utara, secara geografis Kota Tanjung Balai berada pada 2 58 00
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan pembenahan sebuah kota sekarang ini tidak hanya berfokus pada daerah pusat kota saja, hal ini disebabkan tanah kosong di pusat perkotaan sudah mulai
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR
STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR Oleh : ASTRI WIDHIANINGTYAS L2D 004 301 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Berdasarkan hasil analisa serta pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa perpindahan rumah di dalam kota atau disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinciIdentifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok
1 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok Fachrul Irawan Ali dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Lebih terperinciSabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN
Sabua Vol.7, No.2: 429-435 Oktober 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MERAH KOTA BITUNG Gerald Mingki 1, Veronica Kumurur 2 & Esli
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air telah berabad-abad menjadi sumber kehidupan-memberi pengharapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air telah berabad-abad menjadi sumber kehidupan-memberi pengharapan untuk pengairan, perhubungan, ataupun makanan. Banyak kebudayaan yang tercipta ketika manusia mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kekayaan sumber daya alam yang begitu besar, seharusnya Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara garis besar merupakan negara kepulauan yang luas lautnya mencapai 70% total wilayah. Kondisi laut yang demikian luas disertai dengan kekayaan
Lebih terperinciArsitektur Hijau pada Morfologi Permukiman Tepi Sungai Tallo
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Arsitektur Hijau pada Morfologi Permukiman Tepi Sungai Tallo Edward Syarif (1), Nurmaida Amri (2) (1) Lab Perumahan dan Permukiman, Morfologi Permukiman, Departemen Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciPROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KEL. MALALAYANG 1 TIMUR KEC. MALALAYANG KOTA MANADO
PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KEL. MALALAYANG 1 TIMUR KEC. MALALAYANG KOTA MANADO Oleh Reifan A.H Chorneles Abstrak : Sesuai dengan Misi
Lebih terperinciKajian Housing As A Process pada Perumahan Perumnas Study Kasus Perumahan Perumnas Poasia Kota Kendari
Kajian Housing As A Process pada Perumahan Perumnas Study Kasus Perumahan Perumnas Poasia Kota Kendari Pembimbing : Ir. MUHAMMAD FAQIH, MSA, PH.D Co. Pembimbing : Ir. PUTU RUDY SATIAWAN, MS LATAR BELAKANG
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. I dan desa Muara II. Desa Muara I masuk kedalam areal kawasan kabupaten
BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Desa Muara-Binuangeun adalah salah satu desa pesisir yang ada di kabupaten Lebak, provinsi Banten. Desa ini dibagi menjadi dua yaitu desa Muara I dan desa Muara II. Desa
Lebih terperinciTranformasi Ruang Awa bola Pada Rumah Tradisional Nelayan Di Pesisir Pantai Kabupaten Bone
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Tranformasi Ruang Awa bola Pada Rumah Tradisional Nelayan Di Pesisir Pantai Kabupaten Bone Syahriana Syam 1 (1), (1) Lab. Sejarah Dan Teori Arsitektur/Departemen Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciKAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR
KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR Oleh: RINA AFITA SARI L2D 306 021 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAKSI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Mobilitas Sosial Mobilitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai gerakan berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara etimologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan disampaikan kesimpulan akhir dan saran dari hasil pembahasan-pembahasan pada Bab V sebagai berikut : Kesimpulan secara umum menggambarkan bagaimana pola spasial
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah
Lebih terperinciRekayasa Lingkungan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Pelabuhan Paotere Makassar
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Rekayasa Lingkungan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Pelabuhan Paotere Makassar M. Yahya Laboratorium Perencanaan dan Perancangan Lingkungan, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan
Lebih terperinciPLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT
BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1. ekonominya. RT. 37 ini merupakan salah satu kantong "PAKUMIS" (Padat, Kumuh, Miskin) dari seluruh kawasan Kelurahan Basirih yakni pada RT. 37 ini pula yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian inii dilakukan di Kawasan Wisata Ujung Genteng, Sesuai
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian inii dilakukan di Kawasan Wisata Ujung Genteng, Sesuai dengan data Profil Desa Ujung Genteng Tahun 2008, Ujung Genteng merupakan daerah pesisir
Lebih terperinciSTUOI KEGIATAN NELAYAN PADA PERMUKIMAN Dl PANTAI KENJERAN-SURABAYA SEBAGAI. BabI (pendahiluan... BAB I PENDAHULUAN
STUOI KEGIATAN NELAYAN PADA PERMUKIMAN Dl PANTAI KENJERAN-SURABAYA SEBAGAI STUDI KEGIATAN 1-11 _tudi Kasus Permukiman ttelavgn^rj^ji^pesjijte^awanjgr ^ BabI (pendahiluan... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik sebesar 1,49% pada tahun 2015 dengan
Lebih terperinciINERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan
Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan Afif Bizrie Mardhanie Staff Pengajar Politeknik Negeri Samarinda Jurusan teknik Sipil fifa_yudhistira@yahoo.com
Lebih terperinciPOLA PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG
Oleh : Devy Sarah Sahambangun ( Mahasiswa Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ) Fella Warouw ( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik / Prodi Magister Arsitektur
Lebih terperinciPenambahan Fungsi Ruang Kolong dan Pengaruhnya pada Penggunaan Material
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Penambahan Fungsi Ruang Kolong dan Pengaruhnya pada Penggunaan Material Studi Kasus: Desa Nelayan Pantai Bahari, Kecamatan Bangkala,Jeneponto, Sulawesi Selatan Idawarni Asmal Dosen,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG
PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TATA KOTA, PERTAMANAN, DAN PEMAKAMAN KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan lingkungan yang melimpah. Indonesia juga terkenal sebagai negara maritim dan merupakan
Lebih terperinci