PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN LUAS BANGUN DATAR TAK BERATURAN. Skripsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN LUAS BANGUN DATAR TAK BERATURAN. Skripsi"

Transkripsi

1 PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN LUAS BANGUN DATAR TAK BERATURAN (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang) Skripsi Disusun oleh: IKHSAN SAEFUL MUNIR NIM : JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

2

3

4

5 ABSTRAK IKHSAN SAEFUL MUNIR ( ), Penerapan Pendekatan Open Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Menentukan Luas bangun Datar Tak beraturan (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang), Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mei Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini ialah Penelitian Tindakan Kela (PTK) dengan menggunakan empat tahap antara lain: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus Setiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan. Pada siklus I siswa diajarkan cara menentukan luas bangun datar tak beraturan mengguankan konsep luas persegi panjang, luas persegi, luas segitiga, dan luas jajargenjang. Sedangkan, pada siklus II siswa diajarkan cara menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan persegi dan persegi panjang, luas gabungan persegi dan segitiga, luas gabungan segitiga dan jajargenjang serta luas gabungan persegi panjang dan segitiga. Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui test, wawancara, lembar observasi, dan jurnal harian. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan pendekatan open ended dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan luas bangun datar beraturan dan tak beraturan serta respon positif terhadap pembelajaran matematika. Pada siklus I rata-rata kemampuan siswa menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa ialah 69,84 dan mengalami peningkatan pada siklus II rata-rata kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa menjadi 83,80. Hal ini menunjukan terjadinya peningkatan kemempuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa. Berdasarkan jurnal harian rata-rata persentase tanggapan positif siswa mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 62,90% menjadi 80,65% pada siklus II. Temuan lain pada siklus I yaitu rata-rata nilai kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa ialah 68,52 dan mengalami peningkatan pada siklus II, rata-rata nilai kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa menjadi 85,03. Hal ini menunjukan i

6 ABSTRACT IKHSAN SAEFUL MUNIR ( ), Implementation the open ended approach to improve the student s ability to determine two dimension shapes not role area. A classroom action research at SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang. Skripsi presented the Faculty of Tarbiyah and Teacher s Training of Partial Fulfillmen of the Requirement for the Degree Strata in Mathematics Education, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mei The method used in this study was classroom action research (CAR, the prosedurer of the action research : planning, action, observing and reflecting. Each cycle consist of four meeting. The students was teachable in cycle I why determine two dimension shapes not role area with a concept area a rectangle, square area, triangle area, and parallelogram area. Other than, the students was teachable in cycle II why determine two dimension shapes not role area with a combination concept area square and rectangular, combination area square and triangle, combination area triangle and parallelogram, combination area rectangular and triangle. The research was conducted at SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang in academic year 2010/2011. The study carried out in two cycle. The data in this study collected throught test, interview, observation checklist, and daily journal. The result of the research showed that implementation open ended approach can be increase the student s ability of determine two dimension shapes not role area, the student s ability to determine two dimension shapes role area, and positif responses in learning mathematics. Mean score pretest of the student s ability of determine two dimension shapes not role area student in I cycle is 69,84 climb to 83,80 II cycle, it s indicated of improve the ability of determine two dimension shapes not role area. From the daily journal at student also increasing positif responses at I cycle equal to 62,90% and 80,6% at II cycle. Than, Mean score of student s ability of determine two dimension shapes role area student in I cycle is 68,52 climb to 85,03 II cycle, it s indicated to improve learning the student s ability to determine two dimension shapes role area ii

7 KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim Segala puji hanya bagi allah SWT tuhan SWT tuhan semesta alam yang menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar dan bersyukur atas semua nikmatnya. Shalawat dan Salam senantiasa menyelimuti Rasullah SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama penulisan skripsi yang berjudul Penerapan Pendekatan Open Ended untuk Menyelesaikan Luas Bangun Datar Tak Beraturan penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami. Namun berkat do a dan kerja keras serta dukungan dari berbagi pihak, semua dapat teratasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Kadir, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Gelar Dwirahayu M.Pd, Dosen Pembimbing Akademik peneliti yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam melaksanakan kegiatan perkuliahan. iii

8 6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapat keberkatan dari Allah SWT. Amin. 7. Bapak Drs. Hudaefi Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang yang memberikan izin dan motivasi penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. 8. Bapak Ahmad Ansori, MA. Selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang serta Bapak Ibu Dewan Guru SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang yang memberikan dorongan kepada penulis. 9. Bapak Suswardi S.Pd, S.Pd, MM, Guru Mata Pelajaran Matematika kelas VII yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. 10. Ayah dan bunda, Adik-adiku semua, Nenek, Bibi dan Mamangku tercinta yang banyak memberikan bantuan moril maupun materil dan kasih sayang dan do a untuk penulis. 11. Teristimewa untuk kasihku tercinta disana Novita Sarli Sundari yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. 12. Sahabat-sahabat ku Andi Setiono (Aceng), deni (Abuy), Muhammad Tohari, Satori, Priyogo, Nasrullah, Tuti Alawiyah, serta teman-teman angkatan 06 Jurusan Pendidikan Matematika. Terima kasih atas kebersamaanya selama ini. iv

9 Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudahmudahan bantuan dan bimbingan, dukungan dan do a yang telah diberikan mendapat imbalann dari allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya bagi seluruh pembaca serta lembaga pendidikan sebagai informasi dalam peningkatan mutu pendidikan. Jakarta, Juni 2011 Penulis Ikhsan Saeful Munir v

10 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian... 4 C. Pembatasan Fokus Penelitian... 5 D. Perumusan Masalah... 5 E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian... 6 BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori Pengertian Belajar Pengertian Matematika Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar Tak Beraturan a. Pengertian Ukuran Luas b. Bangun Datar dan Luasnya c. Menentukan Luas Bangun Datar tak Beraturan d. Kemampuan Pemecahan Masalah Pendekatan Open Ended a. Pengertian Pendekatan Open Ended b. Landasan teoritis pembelajaran Open Ended c. Langkah-Langkah Pendekatan Open Ended d. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan open ended vi

11 B. Hasil Penelitian yang Relevan C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan D. Hipotesis Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian C. Subjek Penelitian D. Peran Dan Posisi Peneliti dalam Penelitian E. Tahapan Intervensi Tindakan F. Instrumen Penelitian G. Teknik Pengumpulan Data H. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi I. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Temuan Siklus I a. Tahap Pelaksanaan b. Hasil Observasi c. Kemampuan Menentukan Luas Bangu Datar Beraturan Dan Tidak Beraturan d. Analisis Hasil Respon Siswa terhadap Pendekatan Open Ended (Siklus I) e. Analisis Jurnal Harian f. Refleksi vii

12 2. Temuan Siklus II a. Tahap Pelaksanaan b. Hasil observasi c. Kemampuan Menentukan Luas Bangu Datar Beraturan dan Tidak Beraturan d. Analisis Hasil Respon Siswa terhadap Pendekatan Open Ended (Siklus II) e. Analisis Jurnal Harian B. Interpretasi Hasil Penelitian 1. Analisis Hasil Observasi Analisis Tes Kemampuan menentukan Luas Bangun Datar Beraturan dan Tak Beraturan Analisis Hasil Respon Siswa Terhadap Pendekatan Open Ended Analiasis Jurnal Harian C. Pembahasan Temuan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN viii

13 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Langkah-Langkah Pendekatan Pembelajaran Open Ended Tabel 3.1 : Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan Tabel 3.2 : Tahap Penelitian Siklus I Tabel 3.3 : Tahap Penelitian Siklus II Tabel 4.1 : Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran dengan pendekatan open ended Selama Siklus I Tabel 4.2 : Hasil Kemampuan Luas Bangun Datar Beraturan Siklus I Tabel 4.3 : Hasil Kemampuan Luas Bangun Datar tak Beraturan Siklus I Tabel 4.4 : Tanggapan Siswa Terhadap Tindakan Pembelajaran Siklus I Tabel 4.5 : Permasalahan dan Solusi pada Siklus I Tabel 4.6 : Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran dengan pendekatan open ended Selama Siklus II Tabel 4.7 : Hasil Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar Beraturan Siklus II Tabel 4.8 : Hasil Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar tak Beraturan Siklus II Tabel 4.9 : Tanggapan Siswa Terhadap Tindakan Pembelajaran Siklus II Tabel 4.10 : Perbedaan Rata-rata Aktivitas siswa pada Siklus I dan siklus II Tabel 4.11 : Perbandingan Hasil Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar Beraturan Siswa Tabel 4.12 : Perbandingan Hasil Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar tak Beraturan Siswa Tabel 4.13 : Rata-rata Persentase Tanggapan Siswa ix

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Matematika Sebagai Cara Memecahkan Masalah Gambar 3.1 : Alur Penelitian PTK Gambar 4.1 : Kelompok 1 Sedang Mempresentasikan Hasil Diskusinya Gambar 4.2 : Daun yang Digunakan Sebagai Model oleh Kelompok Gambar 4.3 : Hasil Diskusi Lembar Kerja Kelompok Menentukan Luas Bangun Datar tak Beraturan Kelompok Gambar 4.4 : Beberapa Siswa dari Kelompok 1 sedang Bertanya Gambar 4.5 : Hasil Pekerjaan Lembar PR Kelompok Gambar 4.6 : Kelompok 3 Sedang Berdiskusi Kelompok Gambar 4.7 : Hasil Diskusi Lembar Kerja Kelompok Soal Tipe 1 Kelompok Gambar 4.8 : Grafik Persentase Aktivitas Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended Selama Siklus Gambar 4.9 : Histogram dan Poligon Frekuensi Tes Kemampuan Luas Bangun Datar Beraturan Siswa Gambar 4.10 : Histogram dan Poligon Frekuensi Kemampuan Luas Bangun Datar tak Beraturan Siswa Gambar 4.11 : Rata-rata Persentase Jurnal Harian Siswa pada Tindakan Pembelajaran Siklus I Gambar 4.12 : Siswa sedang Sibuk Melakukan Kerja Kelompok Gambar 4.13 : Hasil diskusi Lembar Kerja Kelompok Gambar 4.14 : Siswa sedang Bertanya kepada Guru Gambar 4.15 : Hasil Diskusi Lembar Kerja Kelompok Gambar 4.16 : Grafik Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended Selama Siklus II Gambar 4.17 : Histogram dan Poligon Frekuensi Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar Beraturan Siswa Gambar 4.18 : Histogram dan Poligon Frekuensi Kemampuan Menentukan Luas tak Bangun Datar Beraturan Siswa x

15 Gambar 4.19 : Rata-rata Persentase Tanggapan Siswa Gambar 4.20 : Hasil Kerja Siswa Menggunakan Persegi Berukura 0,5cm x0,5 cm Gambar 4.21 : Hasil Kerja Siswa Menggunakan Persegi Berukuran 1 cm 1 cm Gambar 4.22 : Hasil Kerja Siswa Menggunakan Persegi Berukuran 2 cm 2 cm Gambar 4.23 : Hasil Hasil Kerja Siswa Menggunakan Persegi Panjang Berukuran 1 cm 0,5 cm Gambar 4.24 : Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Persegi Panjang Berukuran 2 cm 0,5 cm Gambar 4.25 : Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Segitiga Berukuran 1 cm 0,5 cm Gambar 4.26 : Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Segitiga Berukuran 1 cm 1 cm Gambar 4.27 : Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan SegitigaBerukuran 2 cm 1 cm Gambar 4.28 : Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Segitiga Berukuran 1 cm 0,5 cm Gambar 4.29 : Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Segitiga Berukuran 1 cm 1 cm Gambar 4.30 : Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Jajargenjang Berukuran 1 cm 2 cm Gambar 4.31 : Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan JajargenjangBerukuran 1 cm 2 cm xi

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak beberapa tahun terakhir ini dalam dunia pendidikan kita sedang berkembang sebuah paradigma baru yaitu paradigma pembelajaran. Pada awalnya dikenal paradigma mengajar, dimana dalam proses belajar mengajar guru dijadikan sebagai pelaksana utama, keberhasilan pengajaran ditentukan oleh kehadiran pengajar. Paradigma mengajar merupakan paradigma tertua yang menjadikan guru sebagai pelaksana utama dan sentral dalam proses belajar mengajar. Paradigma mengajar ini menyebabkan sikap ketergantungan peserta didik atas kehadiran pengajar. Peran pengajar menjadi sangat dominan dalam proses pembelajaran. Peserta didik akan dapat belajar dengan kehadiran pendidik. Bahkan alat pengajaran disebut sebagai sebagai alat bantu mengajar karena berporos pada kegiatan pembelajaran. Sehubungan dengan kemajuan teknologi, paradigma mengajar ini perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Hal tersebut digantikan dengan paradigma baru yaitu paradigma pembelajaran yang menekankan dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik yang menjadi fokus perhatian (learner centered) dan pengajar hanyalah salah satu faktor eksternal dalam pembelajaran. Hal ini juga dikemukakan oleh Prawidilaga dalam modul Pembaruan Pembelajaran yang menyatakan terjadi peralihan paradigma mengajar ke pembelajaran. 1 Oleh sebab itu siswa harus dapat aktif dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal ini ditegaskan lagi pada PP No. 19 tahun 2005 bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk 1 Dewi Salma Prawidilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cetakan Ke-2, h, 3. 1

17 2 berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, dan kreativitas siswa. 2 Seorang Pakar Pendidikan, Paul Suparno SJ dalam bukunya Reformasi Pendidikan: Sebuah Rekomendasi, menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia dapat dianalogikan sebagai mobil tua yang rewel yang berada dalam arus lalu lintas dijalan bebas hambatan. 3 Sedangkan menurut Sudarminta SJ masalah besar yang ada dalam pendidikan Indonesia tersebut yaitu: 1) Mutu Pendidikan yang masih rendah 2) Sistem pembelajaran disekolah yang belum memadai 3) Krisis moral yang melanda kita. 4 Jika kita tinjau kembali mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini masih sangat memprihatinkan. Menurut hasil survei World Competitiveness Year Book pada tahun 2007 mutu pendidikan Indonesia menempati urutan yang ke 53 dari 55 negara yang disurvei. Sedangkan menurut survey yang dilakukan oleh Asian South Pacific Beurau of Adult Education (ASPBAE) dan Global Campaign for Education. Survei yang dilakukan di 14 negara pada bulan Maret-Juni Jika ditinjau dari mutu pendidikan, Indonesia menempati posisi ke 10 dari 14 negara yang di survei. Rangking pertama diduduki Thailand, kemudian disusul Malaysia, Sri Langka, Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan. Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki rata-rata nilai E. 5 hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dari semua elemen pendidikan agar pendidikan di Indonesia dapat di tingkatkan. Secara mendalam jika kita lihat lebih jauh dalam proses belajar selama ini peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran, sehingga kemampuan pemecahan masalahnya masih kurang dan tidak berkembang. Masih rendah mutu pendidikan merupakan masalah yang selalu menuntut perhatian. Dalam 2 Depdiknas, Panduan Pembinaan Sekolah Standar Nasonal, (Jakarta : Depdiknas), h, 6. 3 Soekarjo dan Ukim Komarudin. Landasan Pendidikan (konsep dan Aplikasinya), (Bandung: Pt. Raja Grafindo Persada, 2009), h, Soekarjo dan Ukim Komarudin. Landasan Pendidikan (konsep dan Aplikasinya), h, Febuari 2011, WIB

18 3 keseluruhan proses pendidikan di sekolah, proses pembelajaran siswa dikelas merupakan salah satu bagian yang perlu mendapatkan perhatian. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan terutama ditentukan oleh pembelajaran yang dialami peserta didik. Peserta didik yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Agar perubahan tercapai dengan baik, maka perlu diterapkan pembelajaran yang efektif. Jika kita lihat lebih jauh dalam proses belajar mengajar yang terjadi disekolah pada kenyataanya sebagian siswa dan orang tua murid memandang bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk dimengerti dan dipahami, sehingga terkadang menjadi sesuatu yang menakutkan dan membosankan untuk dipelajari. Seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1984 : 15) menyatakan Matematika (ilmu pasti ) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan sebagai mata pelajaran yang dibenci. 6 Ini menjadi sebuah tantangan yang harus dipecahkan oleh guru dalam proses pembelajaran matematika yang dilakukan di disekolah. Hal ini tidak dapat dipungkiri, proses pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru disekolah cenderung mengajarkan mengajarkan masalah-masalah matematika yang bersifat tertutup (closed problem). 7 Dimana dalam mencari solusi dari masalah yang disajikan hanya mempunyai satu jawaban yang benar atau satu pemecahan masalah saja. Dalam hal ini pembelajaran dilakukan secara terstruktur dan eksplisit. Proses pembelajaran dimulai dari apa-apa yang diketahui, apa-apa yang ditanyakan, dan apa yang digunakan. Artinya ide-ide, konsep serta pola hubungan matematika dan strategi disajikan secara eksplisit sehingga memungkinkan siswa lebih mudah dalam menjawab solusi yang disajikan. Namun terdapat sisi negatif, siswa di 6 Gusni Satriawati, Pembalajaran Matematika dengan Pendekatan Open Ended pada Pokok Bahasan Dalil Phythagoras di Kelas II SMP dalam Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar. (Jakarta : IISEP, 2007), h, 156 7,Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual Open Ended, oleh Igusti Putu Sudiarta. Dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 38, no 1. Tahun h, 584

19 4 dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran matematika cenderung mengalami kebingungan ketika soal yang diberikan berbeda dari yang selama ini dijelaskan. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru bisa menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa dapat berekplorasi dan mengungkapkan segala kemampuan yang ia miliki dalam proses pembelajaran. Salah satunya dengan melakukan pembelajaran yang berorientas pada masalah matematika yang bersifat terbuka (Contextual open ended problem solving) dengan menerapkan pendekatan open ended dalam pembelajaran metematika. Pendekatan open ended menyajikan satu masalah yang memiliki metode atau penyelesaian yang lebih dari satu jawaban. Sehingga dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan, menemukan, mengenali dan memecahkan masalah yang disajikan. Oleh sebab itu, peneliti mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika yaitu dengan menerapkan pendekatan open ended dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Hal itu dimaksudkan karena dengan pendekatan open ended siswa dapat menjawab permasalahan yang ada dengan banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban (yang benar) sehingga kemampuan intelektual siswa dapat ditingkatkan. Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai Penerapan Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Luas Bangun Datar Tak Beraturan. B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian 1. Identifikasi Area Area penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kelas VII-4 SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang pada tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa dalam penelitian ini ialah 31 orang yang terdiri dari 20 orang siswi dan 11 orang siswa.

20 5 2. Fokus Penelitian Fokus penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah Penerapan pendekatan open ended untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan luas bangun datarberaturan dan tak beraturan. C. Pembatasan Fokus Penelitian Untuk memudahkan penyusunan skripsi dan agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda maka penelitian ini memberi batasan pada halhal sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan di kelas VII-4 SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang semester genap. 2. Luas bangun datar tak beraturan ialah luas bangun datar yang tidak beraturan yang akan diselesaikan dengan menggunakan konsep luas bangun datar beraturan antara lain: luas persegi panjang, luas persegi, luas segitiga, luas jajargenjang serta luas gabungan persegi dan persegi panjang, luas gabungan persegi dan segitiga, luas gabungan segitiga dan jajargenjang serta luas gabungan persegi panjang dan segitiga. 3. Luas bangun datar beraturan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: luas persegi panjang, luas persegi, luas segitiga, luas jajargenjang, luas trapesium, luas layang-layang, luas belah ketupat dan luas lingkaran. 4. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan open ended. Penelitian ini difokuskan pada pendekatan open ended dengan solusi yang beragam cara (multi jawaban, Fluency) yang dilakukan siswa dalam proses penyelesaian masalah. D. Perumusan Masalah Sehubungan dengan peningkatan kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa diajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang akan menjadi sebab untuk meningkatkan kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa antara lain:

21 6 1. Apakah kemampuan menetukan luas bangun datar tak beraturan siswa meningkat setelah diterapkan pendekatan open ended? 2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open ended? 3. Apakah kemampuan menetukan luas bangun datar beraturan siswa meningkat setelah diterapkan pendekatan open ended? E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini antara lain : 1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan luas bangun datar tak beraturan dalam proses belajar matematika. 2. Mengetahui proses pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended. 3. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam suasana belajar-mengajar yang bersifat terbuka dan demokatis. Adapun manfaat penelitian antara lain ialah: 1. Bagi siswa a. Siswa dapat mengenal macam-macam pendekatan pembelajaran sehingga dalam pelaksanaan proses pembelajaran siswa merasa tidak jenuh. b. Keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan, dan saran meningkat. c. Siswa dapat mempunyai kemampuan matematis yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Bagi guru Sebagai salah satu alternatif dalam menyelesaikan persoalan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

22 7 3. Bagi sekolah Menjadi bahan acuan dalam memperbaikan dan meningkatkan kondisi sekolah dan kualitas pembelajaran matematika yang ada.

23 BAB II KAJIAN TEORI PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Sejak lahir manusia sudah melakukan proses belajar. Sejak lahir ia melakukan proses belajar secara bertahap mulai dari duduk, berjalan, makan, mandi dan aktivitas lain sampai ia dapat melakukanya sendiri. Jika ia tidak dibantu oleh orang lain maka binasahlah ia. Benar bahwa bayi yang baru lahir membawa beberapa naluri atau potensi yang dapat berguna bagi kehidupanya. Oleh sebab itu manusia harus dapat belajar. Beberapa pendapat mengenai belajar seperti dikutip beberapa ahli sebagai berikut: 1. Higlar dan Bowler, dalam Buku Theories Of Learning (1975) mengemukakan as the process by which an activity originates or is changed throught responding to a situation. 8 Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan, dan keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya). 2. Gagne dalam buku The Conditional Learning (1977) mengatakan bahwa: belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatanya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kepada setelah ia mengalami situasi tersebut. 9 8 Mulyani, Psikologi Belajar. (Yogyakarta:Bina Aksara, 2005), h, 4 9 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung:Rosda Karya, 2006), h, 84 8

24 9 3. Morgan dalam buku Introduksion to Psycology (1978) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman Zikri Neni Iska mengemukakan bahwa belajar atau disebut learning ialah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada prilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. 11 Dari beberapa definisi diatas dapat dikatakan bahwa belajar ialah suatu proses perubahan yang terjadi pada seseorang yang berlangsung lama sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman. Perubahan tersebut terdapat pada tingkah laku orang tersebut yang berlangsung lama dan menetap pada orang tersebut. 2. Pengertian Matematika Kata matematika berasal dari bahasa latin yaitu manthenein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. 12 Ciri utama matematika ialah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau matematika bersifat konsisten. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan hubungan antara bilangan-bilangan dan prosedur operasi yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. 13 Sedangkan Roy Holland mendefinisikan matematika ialah suatu sistem yang rumit tapi tersusun 10 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan h, Zikri Neni Iska, Pengantar Psikologi Pemahaman Diri, (Jakarta: KIZI BROTHER, 2006), h, Depdiknas, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrastah Tsanawiyah. (Jakarta: Dharma Bhakti,2004), h, Depdiknas, KBBI. (Jakata: Balai Pustaka, 2002).

25 10 sangat baik yang mempunyai banyak cabang. 14 Ebbu dan Straker (1995:10-60) mendefinisikan matematika disekolah yang selanjutya disebut matematika ialah sebagai berikut: 15 1) Matematika ialah kegiatan penelusuran pola dan hubungan. 2) Matematika ialah kegiatan problem solving. 3) Matematika merupakan alat berkomunikasi. 3. Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar Tak Beraturan Luas bangun datar merupakan topik yang merupakan hal penting yang yang harus dipelajari oleh siswa. Siswa sering mengalami kesulitan karena siswa hanya menghapal rumus saja. Hal terpenting yang harus dilakukan siswa ialah menguasai konsep dari luas bangun datar tersebut. Ketika siswa telah memahami konsep luas bangun datar maka siswa akan dapat menerapkan dalam menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan (dalam pemecahan masalah). a. Pengertian Ukuran Luas Luas ialah sesuatu yang menyatakan besarnya daerah lengkungan (kurva) tertutup sederhana, daerahnya ialah kurva tertutup sederhana digabung dengan bagian didalamnya. 16 Sedangkan dalam Ensiklopedi Matematika dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan luas daerah ialah luas suatu bangun tertutup Ialah ukuran daerah datarnya. 17 Luas persegi ABCD dibawah ini misalnya ialah ukuran daerah yang dibatasi oleh persegi itu. Jika daerah yang diarsir pada persegi panjang ABCD merupakan persegi kecil yang disebut persegi satu satuan, maka panjang sisi-sisi dari persegi itu ialah tiga satuan. Maka luas persegi ABCD ialah 3 3 satuan luas yaitu 9 satuan luas. 14 Roy Holland, Kamus Matematika, (Jakarta: Erlangga, 2004), h, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Pedoman Umum Pengujian Berbasis Kemampuan Dasar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. (Jakarta : Dharma Bhakti, 2000), h, Husen Windayana, dkk, Geometri dan Pengukuran. (Bandung : Upi Press, 2008 ), h, ST. Negroho dan B, Harahap. Ensiklopedia Matematika. (Jakarta : PT Ghalia Indonesia, 1999), h, 185.

26 11 A Maka: 1 cm luasnya 1 1 cm = 1 cm 2 B Luas persegi ABCD = cm = 9 cm 2 C D b. Bangun Datar dan Luasnya Berikut ini beberapa luas bangun datar antara lain: 1) Luas daerah persegi panjang Untuk menjelaskan pemahaman mengenai luas persegi panjang kita kembali melihat konsep perkalian. Kita ambil contoh 3 2 cm = 6 cm. Jika diperagakan maka dapat kita gambarkan: Sisi 2 satuan Sisi 3 satuan Sehingga dapat kita buat rumus luas persegi panjang (L) = sisi 3 satuan sisi 2 satuan. Jika sisi 3 satuan sebagai panjang (p) dan sisi 2 satuan sebagai lebar (l). Maka luas persegi panjang dapat kita buat ialah panjang lebar. Luas = Panjang Lebar L = p l 2) Luas daerah persegi Untuk menjelaskan pemahaman mengenai luas persegi kita kembali melihat konsep perkalian. kita ambil contoh 2 2 = 4. Jika diperagakan maka dapat kita gambarkan:

27 12 Sisi 2 satuan Sisi 2 satuan Sehingga dapat kita buat rumus luas persegi ialah sisi 2 satuan sisi 2 satuan. Jika kita nyatakan dengan sisi (s) sisi (s) untuk semua persegi maka kita akan menemukan rumus luas persegi sebagai berikut: Luas = sisi sisi L = s s 3) Luas daerah segitiga Ambil sebuah persegi panjang dengan panjang p dan lebar l l p Kemudian kita bagi dua dengan membagi persegi panjang tersebut pada diagonalnya. Kita lihat daerah segitiga yang diarsir luasnya ialah setengah dari luas persegi panjang. Jika kita uraikan dalam rumus matematika ialah sebagai berikut: Luas segitiga = 1 p l, karena p = alas dan l = tinggi 2 segitiga maka Luas segitiga = 1 2 a t

28 13 4) Luas daerah jajargenjang Perhatikan ilustrasi berikut: t t a a Jika kita bagi daerah jajargenjang tersebut dengan memotong garis putus-putus tersebut maka sepeti pada gambar. Maka akan nampak sebuah persegi panjang yang mempunyai rumus panjang kali lebar. Sehingga dengan asumsi a = p dan t = l maka luas jajargenjang ialah alas (a) kali tinggi (t). L = p l L= a t 5) Luas daerah belah ketupat Perhatikan ilustrasi berikut: I II d 2 d 1 d2 1 2 d 2 d 1 dibawah ini: Jika belah ketupat tersebut kita bagi menjadi seperti gambar I II I II d2 1 2 d 2 d 1 d2

29 14 Belah ketupat yang telah kita bagi tersebut disusun menjadi sebuah persegi panjang. Persegi panjang yang mempunyai ukuran panjang d 1 dan lebar 1 2 d 2. Maka : Luas belah ketupat = 1 2 x d 1 d 2 6) Luas daerah layang-layang A Layang-layang memiliki 2 pasang sisi sama D o d 1 d 2 B panjang dan diagonalnya berpotong saling tegak lurus. AC disebut sebagai diagonal satu = d 1 C BD disebut sebagai diagonal dua = d 2 Dengan demikian jika DB, OA dan OC dipotong dan diletakan sedemikian rupa maka akan terlihat seperti ilustrasi pada gambar disamping. Layang-layang yang telah kita bagi kemudian disusun menjadi bangun persegi panjang. Persegi panjang yang terbentuk mempunyai ukuran panjang = d 1, dan lebar = 1 2 d 2. Sehingga luas belah ketupat sama dengan luas persegi panjang. Luas layang-layang = panjang x lebar Luas layang-layang = d d 2= 1 2 d 1 d 2

30 15 7) Luas daerah trapesium Perhatikan trapesium dibawah ini: Dengan memindahkan segitiga I ke I Sisi a 1 2 t 1 2 t Sisi b II samping kiri bawah dan segitiga II ke samping kanan bawah. Maka kita dapatkan 2 persegi panjang, dengan luasnya yaitu a 1 2 yaitu 1 2 t dan luas lainya t. Sehingga akan didapatkan total luas bangun tarpesium tersebut sama dengan luas persegi panjang atas + luas persegi panjang bawah. luas trapesium = ( a 1 2 t ) + (b 1 2 t) Luas trapesium = 1 2 t(a + b) 8) Luas lingkaran Perhatikan gambar dibawah ini: l = r p = 1 2 K Setelah lingkaran telah dipotong menjadi bangun seperti gambar diatas, hasilnya akan menyerupai bangun persegi panjang. Sehingga untuk mencari luas lingkaran dapat digunakan konsep untuk mencari luas persegi panjang.

31 16 Dengan panjang = setengah keliling lingkaran, dan lebarnya l, sehingga: Luas lingkaran = luas persegi panjang Luas lingkaran = p l Luas lingkaran = 1 2 Luas lingkaran = 1 2 K l 2 π r r Luas lingkaran = π r r Luas lingkaran = π r 2 c. Menentukan Luas Bangun Datar Tak Beraturan Sangat banyak ragam bangun datar, persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajargenjang, trapesium, layang-layang, maupun bangun segi-n lainya yang beraturan atau tidak beraturan. Salah satu cara menentukan luas bangun datar tersebut ialah dengan membuat sekatsekat sehingga dalam bangun tersebut terbentuk beberapa bangun segitiga. a b c Perhatikan gambar dibawah ini: D A E F V C C B

32 17 Untuk memudahkan dalam menghitung luas segitiga tersebut langkah yang kita gunakan dengan membuat dua buah segitiga (segitiga ACD dan segitiga ACB) sehingga kita cukup mengukur alas dan garis tingginya saja. 18 Bangun datar tersebut merupakan bangun datar segi enam tak beraturan. Pada bangun tersebut dapat dibuat sekat-sekat sehingga luas bangun datar tersebut merupakan jumlah dari semua luas segitiga yang membentuknya. 19 A B D L 1 t 1 a 1 t 3 L 3 L 2 t 2 a 2 =a 3 L 4 t 4 a 4 E E F Untuk menghitung luas segi enam tak beraturan diatas, adalah dengan menjumlahkan segitiga-segitiga yang membentuknya. Luas segi enam ABCDEF = L 1 + L 2 + L 3 + L 4 = L ADE + L ABF + L AEF + L BEF = 1 a 2 1t a 2 2t a 2 3t a 2 4t 4 = 1 (a 2 1t 1 + a 2 t 2 + a 3 t 3 + a 4 t 4 ) Untuk segi banyak lainya, yang dibuat sekat-sekatnya menjadi n buah bagian, maka luasnya ialah: Luas segi banyak = L A1 + L A2 + L A3 + +L An = 1 a 2 1t a 2 2t a 2 3t a 2 nt n = (a 1 t 1 + a 2 t 2 + a 3 t a n t n ) 18 Nahrowi Adji dan Deti Rostika, Konsep Dasar Matematika, (Bandung : UPI Press, 2008) h, Nahrowi Adji, Pemecahan Masalah Matematika (Bandung : UPI Press, 2008) h, 323.

33 18 d. Kemampuan Pemecahan Masalah National Council of Teacher of Mathematics (NTCM) pada awal dekade 1980-an menerbitkan berjudul an Agenda for Action recommendation for School Mathematics of 1980 s, rekomendasi pertamanya yaitu menyatakan bahwa: Pemecahan masalah harus menjadi fokus dalam pembelajaran matematika disekolah. 20 Hal ini merupakan dasar bagi pengembangan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika. Pemecahan masalah dijadikan alat dan tujuan pengajaran matematika. Dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya setiap orang akan selalu dihadapkan kepada masalah. Masalah yang dihadapi tersebut akan berbeda sesuai dengan keadaan dan usia individu tersebut. Masalah mengandung arti yang komperhensif. 21 Dalam menyelesaikan masalah seseorang akan memberikan tanggapan yang berbeda sesuai dengan kondisi tertentu. Contohnya, sesuatu yang menjadi masalah bagi anak-anak belum tentu menjadi masalah bagi orang dewasa. Masalah biasanya muncul akibat suatu pekerjaan atau muncul pada hal yang tidak di duga-duga. Masalah tersebut harus kita selesaikan dan jika tidak terselesaikan maka masalah tersebut menjadi masalah yang tak terselesaikan. Untuk menyelesaikan masalah yang muncul maka seseorang harus mengoptimalkan kemampuan yang ada pada dirinya yang telah diperoleh dari hasil belajar. Kemampuan tersebut mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif yang digunakan seseorang dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan taksonomi Bloom yang mencakup: ingatan, pemahamah, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Oleh sebab itu tidak mudah dalam menyelesaikan sebuah permasalahan karena melibatkan kemampuan kognitif seseorang dari tingkat yang rendah sampai tingkat yang lebih 20 Max A Sobel, Mengajar Matematika edisi 3, (Jakarta: Erlangga, 2002), h, Nahrowi Adji, Pemecahan masalah Matematika, h.3

34 19 tinggi (tingkat rendah: ingatan, pemahaman, penerapan dan tingkat tinggi: analisis sintesis dan evaluasi). 22 Selain itu misalnya jika kita akan mengukur luas tanah, kita harus mengetahui tentang bentukbentuk geometris beserta ciri-cirinya, satuan ukur panjang, rumusrumus mencari luas, dan operasi hitung yang terbentuk oleh rumusrumus tersebut. Suatu pertanyaan matematika dapat dikatakan sebagai suatu masalah jika menunjukan suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan dengan prosedur rutin (routine procedure) oleh si pelaku seperti yang di kemukakan oleh Cooney, et. All. (1975: 242) berikut for a question to be a problem, it must present a challenge that cannot to be resolved by some routine procedure know to the student. 23 Masalah dapat kita golongkan menjadi masalah rutin dan non rutin. Contoh masalah rutin misalnya: Budi mempunyai empat buah buku lalu ia dibelikan lagi lima buah buku oleh ayahnya. Berapakah jumlah buku Budi sekarang?. Sedangkan contoh masalah non rutin ialah: Anto mempunyai tanah berbentuk persegi panjang, jika kelilingnya 12 cm dan panjangnya dua kali lipat lebarnya. Berapa luas persegi panjang tersebut?. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan aktivitas-aktifitas yang berhubungan dengan kegiatan yang membutuhkan suatu cara untuk melakukanya membutuhkan penalaran yang melibatkan ilmu matematika. Karena ilmu matematika tumbuh dan berkembang bersadarkan kebutuhan manusia dalam menghadapi persoalan hidup. Oleh karena itu, masalah yang kita hadapi berhubungan dengan masalah translasi, masalah aplikasi, masalah proses dan masalah teka-teki. 24 Masalah translasi ialah masalah dalam kehidupan sehari-hari yang membutuhkan translasi (perpindahan) dari bentuk verbal kebentuk matematika dalam menyelesaiakan masalah tersebut. Dalam 22 Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Pedoman Umum, h, 7 23 Fadjar Shadiq, Penalaran, Pemecahan Masalah dan komunikasi Matematika.(Yogyakarta : Depdiknas. 2004), h,10 24 Nahrowi Adji, Konsep Dasar Matematika. (Bandung:UPI Press. 2006), h. 3

35 20 menyelesaikan masalah ini seseorang membutuhkan kemampuan menafsirkan dan menerjemahkan masalah kedalam kalimat biasa dan simbol matematika yang selanjutkan akan dicari solusi menggunakan aturan yang berlaku. Proses translasi yang dilakukan dapat bersifat sederhana atau kompleks sesuai dengan informasi yang disajikan, konsep matematika yang ada, dan banyaknya operasi hitung yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Contoh berikut bagaimana mentraslasi kalimat verbal kedalam kalimat matematik. Keliling suatu persegi panjang ialah 90 cm, jika lebarnya 15 cm, tentukanlah ukuran panjang persegi tersebut dan luas persegi panjang tersebut!. Pada soal daiatas siswa harus dapat membuat pernyatan tersebut kedalam simbol matematika. Misalnya Panjang = p, lebar= l, keliling = K, dan luas= L, maka diperoleh: K = p + p + l + l K = 2p + 2l 90 = 2p p = p = 60 maka p = 30 Sehingga diperoleh panjang dari persegi panjang tersebut ialah 30 cm. sehingga siswa dapat menentukan luas persegi panjang tersebut yaitu: L = p l = = 450 cm 2 Berikut ini contoh masalah matematika yamg kompleks dan sederhana:

36 21 a. Masalah translasi sederhana Jika alas sebuah segitiga ialah 4 cm dan tingginya 5 cm. hitunglah luas banagun tersebut! b. Masalah translasi kompleks Sebidang tanah berbentuk persegi panjang yang mempunyai panjang dua kali dari lebarnya dan kelilingnya m. Tanah tersebut ditanami kacang tanah yang masing-masing kacang tanah berjarak satu sama lain 10 cm. Pada perbatasan tanah tersebut juga ditanami. Bila satu kg kacang tanah berisi butir kacang tanah, barapa Kg kacang tanah yang dibutuhkan untuk menanami sebidang tanah tersebut. Masalah aplikasi ialah masalah yang merupakan penerapan dari teori/konsep yang telah dipelajari pada matematika. Contohnya: Pak Joko memiliki kebun yang berbentuk persegi panjang berukuran 25 m 16 m. Disekeliling bagian luar kebun tersebut akan ditanami rumput selebar 1 m. jika harga rumput Rp ,00 per m 2., maka biaya yang diperlukan untuk membeli rumput tersebut ialah? Masalah proses ialah masalah yang berhubungan dengan menyusun langkah-langkah merumuskan pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah. Contoh: Luas sebuah trapesium sama dengan luas sebuah jajargenjang. Diketahui jajargenjang tersebut memiliki panjang alas 12 cm dan tinggi 8 cm. Bila trapesium tersebut mempunyai tinggi 8 cm dan panjang salah satu sisi sejajarnya ialah 10 cm, berapakah panjang sis sejajar yang lain? Masalah teka-teki ialah masalah yang dimaksudkan untuk rekreasi dan kesenangan serta alat yang digunakan untuk mencapai alat afektif dalam pembelajaran matematika. Contoh: Masukanlah bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 kedalam kotak-kotak 3 3 sedemikian rupa sehingga jumlah bilangan mendatar, menurun, dan diagonal berjumlah 15.

37 22 Ada beberapa keterampilan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah anta lain: Memahami soal 2. Memilih pendekatan atau strategi pemecahan 3. Menyelesaikan model 4. Menafsirkan solusi Berikut ini diagram alur matematika sebagai cara memecahkan yang dikutif pusat kurikulum Depdiknas (2003). SITUASI MASALAH ATAU SOAL NYATA SOLUSI sederhanaan Pemeriksaan hasil interpretasi transformasi PERUMUSAN MASALAH matematisasi MODEL MATEMATIKA A Matematika Sebagai cara Memecahkan Masalah Gambar 2.1 Matematika Sebagai Cara Memecahkan Masalah Pendekatan Open Ended a. Pengertian Pendekatan Open Ended Pendekatan open ended ialah pembelajaran dengan problem terbuka yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexsibelity) dan solusinya juga beragam cara (multi jawaban, fluency). 26 Sedangkan Shimada berpendapat bahwa pendekatan open 25 Nahrowi Adji, Pemecahan Masalah Matematika, h, Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Mas Media ), h, 62

38 23 ended ialah salah pendekatan dalam pembelajaran yang dilakukan dengan mengkombinasikan antara pemahaman, kemampuan, atau cara berfikir siswa yang telah dipelajari sebelumnya. 27 Sedangkan Sudiarta (Poppy, 2002:2) mengatakan bahwa secara konseptual open ended problem dapat dirumuskan sebagai masalah atau soal-soal matematika yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga memiliki beberapa, atau mungkin banyak jawaban yang benar dan banyak cara untuk mencapai solusi tersebut. 28 Chessman berpendapat (Wakefild dan velardi, 1995:485) pertanyaan open ended memerlukan respon mengenai proses berpikir, kemampuan menyusun generalisasi, dan kemampuan mencari hubungan antara dua konsep. 29 Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kretivitas, kognisi tinggi, komunikasiinteraksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berinprovisasi mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban yang beragam. Selanjutnya siswa diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Sehingga pada ahirnya proses pembelajaran ini mementingkan proses dari pada hasil yang diperoleh. Proses pembelajaran yang dilakukan disekolah biasanya dilakukan dengan menjelaskan konsep-konsep dilanjutkan dengan contoh, lalu dilanjutkan dengan mengerjakan latihan-latihan soal matematika. Pendekatan ini didominasi oleh penyajiaan masalah matematika dalam bentuk tertutup (Closed Problem atau Higly Structured Problem), yaitu permasalahan matematika yang dirumuskan 27 Pembelajaran Dengan Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP oleh Gusni Satriawati dalam ALGORITMA, Vol. 1, No. 1, Tahun 2006, h, muslim.wordpress.com/(posted on April 9, 2010 by arifin Muslim) 15 November 2010, 13:03 WIB 29 Gusni Satriawati, Pembalajaran Matematika dengan Pendekatan open ended pada Pokok Bahasan Dalil Phythagoras di Kelas II SMP dalam Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar. (Jakarta : IISEP, 2007), h, 159.

39 24 sedemikian rupa, sehingga hanya memiliki satu jawaban yang benar dan satu cara pemecahanya. 30 Selain itu pendekatan pembelajaran ini disajikan secara eksplisit dan terstruktur mulai dari apa-apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan metode apa yang digunakan. Artinya, ide-ide serta konsep-konsep, pola-pola hubungan matematika, serta strategi serta teknik, dan algoritma pemecahanya disajikan secara eksplisit sehingga siswa dengan mudah menebak dan mendapat solusi tanpa proses mengerti. Sebaliknya yang menjadi masalah ialah ketika soal matematika yang diberikan sedikit saja diubah, maka siswa akan merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Hal ini mendasari adanya reorientasi pembelajaran matematika yang tidak hanya terbatas pada penyajian matematika tertutup. Pembelajaran matematika yang melatih routin basic skills saja, tetapi harus dikembangkan pembelajaran matematika dengan memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk membangun dan mengembangkan pemahaman konsep matematika secara mendalam (dept understanding). Khususnya dalam mengembangkan konsep matematika siswa dalam menginvestasi dan memecahkan masalah (problem solving & Problem Possing), berargumentasi dan berkomunikasi secara matematika (mathematical reasoning and communication), melakukan penemuan kembali (reventasion) dan membangun (contruction) konsep matematika secara mandiri, berfikir kreatif dan innovativ, yang melibatkan imajinasi dan intuisi, dan mencoba-coba (trial and error), penemuan (discovery), prediksi (prediction), dan generalisasi (generalization), melalui pemikiran divergen dan orisional. Oleh sebab itu maka pembelajaran yang cocok untuk cita-cita ini ialah pembelajaran yang berorientasi pada masalah matematika konstektual terbuka (contextual open ended problem solving). 30 Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual Open Ended oleh I Gusti Putu Sudiarta, h, 584

40 25 b. Landasan Teoritis Pembelajaran Open Ended Pembelajaran open ended mula-mula berkembang di Jepang sejak tahun 70-an berdasarkan penelitian Shimada. Model pembelajaran ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari jenis pembelajaran problem based learning. Perbedaanya terletak pada tuntunanya dan karakteristik dari masalah matematika yang dijadikan bahan pengajaran. Jenis dan karakteristik masalah yang dijadikan fokus masalah ialah masalah yang tergolong il-problem yaitu masalah matematika yang disusun sedemikian rupa sehingga memiliki beberapa jawaban yang masuk akal (multiple reasonable solusion), dan lebih dari satu pemecahan masalah yang masuk akal saja (multiple reasonable algoritm and prosedurer). Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open ended dilakukan dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa diarahkan untuk dapat menjawab permasalahan dengan banyak cara atau bahkan dengan banyak jawaban. Proses pembelajaran ini pada akhirnya dapat memancing siswa untuk dapat meningkatkan potensi intelektual dalam proses menemukan sesuatu yang baru dalam proses pembelajaran. Selain itu menurut Shimada (1997) dalam pembelajaran matematika rangkaian pengetahuan, keterampilan, konsep, prinsip, atau aturan diberikan kepada siswa diberikan langkah demi langkah. Langkah demi langkah tersebut diberikan tidak sebagai hal yang terpisah atau saling lepas, namun harus disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi dengan kemapuan dan sikap dari setiap siswa, sehingga dalam pikiranya akan terjadi pengorganisasian yang optimal. 31 Adapun tujuan pembelajaran open ended menurut Nohda(2000) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir 31 Erman Suherman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Bandung: JICA, 2003), h, 124.

41 26 matematis siswa melalui problem solving secara simultan. 32 Dengan kata lain bahwa kegiatan kreatif dan pola pikir matematika siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin agar siswa dapat berpikir secara bebas sesuai minat dan kemampuan siswa yang nantinya akan memicu kemampuan berfikir tingkat tinggi pada siswa. Pendekatan open ended pada dasarnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih menginvestigasi berbagai masalah yang diberikan mencari solusi yang dilakukan sendiri sesuai kemampuan kognisi yang dimiliki siswa tersebut. Proses pembelajaran memancing interaktif siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan siswa lebih kreatif dalam berfikir dan dapat meningkatkan kemampuan matematika siswa dalam proses balajar mengajar. Adapun pembelajaran matematika yang dilakukan dengan terbuka harus memenuhi tiga aspek sebagai berikut: 1) Kegiatan siswa harus terbuka Dalam proses pembelajaran yang dilakukan harus bersifat terbuka. Proses pembelajaran yang terbuka ialah proses pembelajaran yang mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan siswa tersebut. Misal guru memberikan masalah kepada siswa sebagai berikut: Dengan menggunakan berbagai cara hitunglah jumlah sepuluh bilangan ganjil yang pertama, jika dalam proses pembelajaran guru memberikan pertanyaan seperti itu maka siswa mempunyai kesempatan untuk menjawab permasalahan dengan beragam cara dan pemahaman mereka, sehingga sampailah ia pada pemikiran sebagai berikut: (i) (1 + 19) + (3 + 17) + (5 + 15) + (7 + 13) + ( ) = 20 5 = 100 (ii) (1 + 9) + (3 + 7) + (5 + 5) + (7 + 3) + ( 9 + 1) = (10 5) = Erman Suherman dkk. Strategi Pembelajaran, h, 124.

42 27 (iii) = 4, = 9, 9 + 7= 16, = 25, Dari jawaban (iii) siswa ada yang menemukan pola bahwa, = 2 2, = 3 3, = 4 4,, = 10 10, Artinya, = = 100 (jumlah sepuluh bilangan ganjil yang pertama 10 2 = 100). 2) Kegiatan matematika merupakan ragam berfikir Kegiatan matematika akan mengundang proses manipulasi dan manifestasi dalam dunia matematika. Sebagai contoh, kegiatan matematika adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses pengabstrakan dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari kedalam dunia matematika. Oleh sebab itu, dalam hal ini maka penerapan pendekatan open ended dalam pembelajaran harus dibuat sedapat mungkin sebagai perujuk dan pelengkap dari problem. Pada saat yang bersamaan yang lebih berharga dan kaya dapat berjalan melalui proses tadi. 3) Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan suatu kesatuan Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman siswa, bagaimana memecahkan permasalahan dan perluasan serta pendalaman dalam berfikir matematika sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan masingmasing. Guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran kepada siswa melalui kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang sistematis atau kegiatan matematika yang mendasar untuk melayani siswa yang memiliki kemampuanya rendah. c. Langkah-Langkah Pendekatan Open Ended Pendekatan pembelajaran matematika berorientas pemecahan masalah kontekstual open ended ini terdiri atas lima tahap utama (sintaks) yang dimulai dari guru memperkenalkan kepada siswa suatu

43 28 masalah dan diakhiri dan penyajian serta analisis hasil kerja siswa. Jika masalah yang dikaji sedang-sedang saja, kelima tahapan mungkin dapat diselesaikan dalam satu pertemuan tatap muka. Namun, bila masalahnya kompleks mungkin memerlukan waktu lebih lama. Adapun tahapan-tahapan tersebut antara lain ialah: 33 Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pendekatan Pembelajaran Open Ended Kegiatan Guru Memaparkan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Langkahlangkah utama Tahap 1` Orientasi siswa pada masalah matematika open ended. Kegiatan Siswa Menginventarisasi dan mempersiapkan logistik yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Siswa berada dalam kelompok yang telah ditetapkan. Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan. Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan trial and error/eksperimen untuk mendapatkan suatu pemecahan masalah yang masuk akal, mengulanginya lagi untuk mendapatkan kemungkinan pemecahan dan solusi informasi alternative. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti ringkasan, laporan, model-model pemecahan masalah, dan membantu dalam berbagai tugas dalam kelompok. Tahap 2 Mengorganisasika n siswa dalam belajar pemecahan masalah. Tahap 3 Membimbing penyelidikan baik secara individual maupun didalam kelompok. Tahap 4 Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya. Menginvestigasi konteks masalah, mengembangkan berbagai perspektif dan pengandaian yang masuk akal. Siswa melakuakan inquiri investigasi, dan merumuskan kembali masalah untuk mendapatkan suatu kemungkinan pemecahan dan solusi yang masuk akal. Mengevaluasi strategi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi dan sekaligus untuk meyusun kemungkinan pemecahan dan jawaban alternative yang lain. Menyusun ringkasan atau laporan baik secara individual atau kelompok dan menyajikanya dihadapan kelas dan berdiskusi dalam kelas. 33 Igusti Putu Sudiarta. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual Open Ended, h, 590

44 29 Membantu siswa melakukan refleksi dan mengadakan evaluasi terhadap penyelidikan atau proses belajar mengajar yang mereka gunakan. Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Evaluasi dengan penilaian autentik. Mengikuti assesment dan menyerahkan tugas-tugas sebagai bahan evaluasi proses belajar. d. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Open Ended Ada beberapa keunggulan pendekatan open ended antara lain : 34 1) Siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengekpresikan idenya. 2) Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komperhensif. 3) Siswa dengan kemampuaan matematika dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri. 4) Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan. 5) Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan. Adapun kelemahan dari pendekatan open ended ialah: 35 1) Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah. 2) Menemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaiman merespon permasalahan yang diberikan. 3) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka. 4) Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi. 34 Gusni Satriawati, Pembalajaran Matematika dengan Pendekatan open ended pada Pokok Bahasan Dalil Phythagoras di Kelas II SMP dalam Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar. (Jakarta : IISEP, 2007), h, Erman Suherman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Bandung: JICA, 2003), h, 133

45 30 B. Hasil Penelitian yang Relevan 1) Dhian Desianasari (2007) dalam penelitianya berjudul Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 1 Semarang tahun pelajaran 2006/2007 pada pokok bahasan luas daerah segiempat melalui pembelajaran pendekatan open ended pada hasil penelitianya menyimpulkan penerapan pendekatan open ended dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan luas daerah segiempat siswa kelas VII SMP N 1 Semarang tahun pelajaran 2006/2007. Untuk itu disarankan kepada guru matematika agar menerapkan pembelajaran pendekatan open ended pada pokok bahasan luas daerah segiempat yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 2) Joko Tri Leksono (2005) dalam penelitianya berjudul Berproses pada pembelajaran Pendekatan open ended terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus kelas VIII SMP negeri 4 pati menyimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan kemampuan berproses siswa dengan hasil belajar matematika. 3) M. Ali Yazid dalam penelitianya berjudul Pendekatan open ended dalam Pembelajaran Matematika menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa lebih baik daripada pembelajaran yang menggunakan pendekatan konvensional. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata siswa yang diajar menggunakan pendekatan open ended lebih tinggi dari nilai rata-rata siswa yang menggunakan pendekatan konvensional, dari hasil uji t diperoleh t hitung sebesar pada taraf nyata 5% diperoleh t tabel = , maka terbukti prestasi hasil belajar menggunakan pendekatan open ended lebih baik daripada menggunakan pendekatan konvensional. C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan Proses pembelajaran yang dilakukan harus mengarah kepada perubahan. Hal tersebut berarti bahwa belajar dapat membawa perubahan yang menghasilkan kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena ada usaha sengaja. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus

46 31 dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh kemampuan yang dimiliki oleh siswa dan panca indra yang dimiliki siswa seperti penglihatan, pendengaran dan segala aktifitas siswa dalam kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan juga dapat dilakukan dengan baik oleh guru sebagai fasilitator belajar mengarah kepada siswa dan memberikan pengajaran dan pengarahan secara maksimal kepada siswa sebagai fokus informasi. Pembelajaran yang dilakukan tidak memaksa siswa untuk berfikir searah tetapi memberikan keluesan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuanya. Pendekatan open ended ialah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan bagi siswa untuk melakukan proses berfikir sesuai dengan kemampuan mereka. Hal ini dimungkinkan karena proses pembelajaran dilakukan dengan memberikan kesempatan untuk siswa memberikan jawaban sesuai tingkat kognitifnya. Selain itu, pertanyaan pada pendekatan pembelajaran ini bersifat terbuka, sehingga siswa dapat bereksplorasi sesuai kemampuan yang mereka miliki. Oleh sebab itu diharapkan pendekatan open ended dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan luas bangun datar tak beraturan pada pembelajaran matematika. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dipaparkan diatas maka dapat diduga penerapan pendekatan open ended dapat meningkatkan kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa.

47 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanaka di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang di kelas VII-4 semester II Tahun Ajaran 2010/ Waktu Penelitian Pelaksanaan akan dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai Maret B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian Metode penelitian yang digunakan ialah penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi kelas, atau biasa dikenal dengan Classroom Action Reseach, yaitu penelitian yang dilakuakan dikelas dengan penekanan pada penyempurnaan dan peningkatan proses dan praktik pembelajaran. 36 selain itu menurut Maifalinda fatra dan Abdul Razak penelitian tindakan kelas merupakan kajian refleksi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. 37 Esensi dari Action Reseach ialah adanya tindakan dalam situasi yang alami untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran serta mampu memberi solusi pada masalah yang ada. Prosedur penelitian ini berlangsung secara siklik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu: a. Perencanaan (Planning) Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menyiapkan skenario pembelajaran dan instrument penelitian 36 Dirjen Depdiknas. Lesson study dan Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Depdiknas, 2008), h, 3 37 Maifalinda fatra dan Abd. Razak. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: FITK UIN Jakarta: 2010), h, 21

48 33 yang terdiri atas lembar soal-soal latihan, lembar tes formatif, lembar kerja kelompok, lembar observasi dan lembar wawancara. b. Pelaksanaan (Acting) Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ialah melakukan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu menggunakan pendekatan open ended. penelitian ini dirancang dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari 4 kali pertemuan. Pada siklus I siswa akan diajarkan menghitung luas bangun datar tak beraturan mengguanakn konsep luas persegi panjang, luas persegi, luas segitiga, dan luas jajargenjang. Sedangkan, pada siklus II siswa akan diajarkan menghitung luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan persegi dan persegi panjang, luas gabungan persegi dan segitiga, luas gabungan segitiga dan jajargenjang serta luas gabungan persegi panjang dan segitiga. c. Observasi (Observing) Tahap ketiga dilakukan selama tahap pelaksanaan tindakan. Peneliti dibantu oleh observer mengamati aktivitas dan respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dimaksud sebagai kegiatan mengamati, mengenali dan mendokumentasikan segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran, selain itu juga peneliti mencatat semua hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. d. Refleksi (Reflecting) Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilakukan mencapai tujuan yang

49 34 diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana tindakan siklus selanjutnya. Adapun alur desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan digambarkan sebagai berikut 38 : Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas luas persegi panjang, luas persegi, luas segitiga, luas jajargenjang Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Menentukan luas bangun datar tak beraturan dengan luas gabungan persegi dan persegi panjang, luas gabungan persegi dan segitiga, luas gabungan segitiga dan jajargenjang serta luas gabungan persegi panjang dan segitiga? Gambar 3.1 Alur Penelitian PTK 38 Suharismi Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h, 16

50 35 C. Subjek Penelitian Adapun kelas yang akan dijadikan subjek penelitian adalah kelas VII-4 dengan jumlah siswa 31 orang siswa yang terdiri dari 11 orang siswa dan 20 orang siswi. Pertimbangan dipilihnya kelas tersebut ialah berdasarkan hasil musyawarah dengan guru kelas. D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Peneliti merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh seorang guru yaitu guru mata pelajaran matematika yang bertindak sebagai observer (pengamat). E. Tahapan Intervensi Tindakan Tahap penelitian ini mulai dengan prapenelitian dan akan dilanjutkan dengan siklus I. setelah melakukan analisis dan refleksi pada tahap I, penelitian akan dilakukan dengan siklus II. Berikut akan disajikan bentuk uraian kegiatan penelitian: Tabel 3.1 Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan 1. Analisis kurikulum dan studi pustaka. 2. Observasi ke SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang. 3. Mengurus surat izin Penelitian. 4. Membuat instrument penelitian. 5. Menghubungi kepala sekolah. 6. Wawancara terhadap guru mata pelajaran. 7. Menentukan kelas subjek penelitian. 8. Observasi proses pembelajaran dikelas penelitian. 9. Mensosialisasikan pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended kepada siswa yang menjadi subjek penelitian.

51 36 Siklus I Table 3.2 Tahap Penelitian Siklus I Masalah: Rendahnya kemampuan menentukan luas bangun datar siswa Tahap Perencanaan 1. Membuat rencana pembelajaran. 2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolabolator. 3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan. 4. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, jurnal harian serta keperluan observasi lain. 5. Menyiapkan lembar kerja kelompok untuk setiap pertemuan. 6. Menyiapkan soal akhir siklus. 7. Menyiapkan alat dokumentasi. Tahap Pelaksanaan 1. Pertemuan pertama proses pembelajaran membahas mengenai materi persegi panjang dan menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas persegi panjang. 2. Pertemuan kedua proses pembelajaran membahas mengenai materi persegi dan menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas persegi. 3. Pertemuan ketiga proses pembelajaran membahas mengenai materi segitiga dan menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas segitiga. 4. Pertemuan keempat proses pembelajaran membahas mengenai materi jajargenjang dan menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas jajargenjang. Tahap Observasi Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru (peneliti), guru kolabolator mencatat semua yang terjadi selama proses pembelajaran. Refleksi Analisis observasi dan dan evaluasi pembelajaran siklus I yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya. Siklus II Table 3.3 Tahap Penelitian Siklus II Tahap Perencanaan 1. Membuat rencana pembelajaran. 2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolabolator. 3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan. 4. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan lapangan serta keperluan observasi lain. 5. Menyiapkan media pembelajaran. 6. Menyiapkan lembar kerja kelompok untuk setiap pertemuan. 7. Menyiapkan soal akhir siklus. 8. Menyiapkan alat dokumentasi. Tahap Pelaksanaan 1. Pertemuan kelima proses pembelajaran membahas mengenai materi trapesium dan menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan persegi dan persegi panjang. 2. Pertemuan keenam proses pembelajaran membahas mengenai materi layang-layang dan menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan persegi dan segitiga. 3. Pertemuan ketujuh proses pembelajaran membahas mengenai materi

52 37 belah ketupat dan menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan segitiga dan jajargenjang. 4. Pertemuan keempat proses pembelajaran membahas mengenai materi lingkaran dan menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan persegi panjang dan segitiga. Tahap Observasi Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru (peneliti), guru kolabolator mencatat semua yang terjadi selama proses pembelajaran. Refleksi Analisis observasi dan dan evaluasi pembelajaran siklus II yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya. F. Instrumen Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrument penelitian antara lain: 1. Lembar Soal Tes Lembar soal tes digunakan untuk mengukur kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan dan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. 2. Jurnal Harian Siswa Jurnal harian siswa digunakan mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran pada setiap pengamatan. 3. Lembar observasi Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran dilakukan. 4. Pedoman wawancara Wawancara dilakukan terhadap tiga orang siswa pada akhir siklus pembelajaran. Wawancara menitik beratkan pada tanggapan siswa terhadap matematika, kegiatan diskusi siswa selama proses pembelajaran, serta untuk mengetahui respon siswa terhadap pendekatan open ended. 5. Dokumentasi Dokumentasi digunakan sebagai bukti otentik proses pembelajaran yang dilakukan selama penelitian.

53 38 G. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas, situasi atau kejadian yang berkaitan dengan tindakan penelitian yang dilakukan. Hal ini dimaksud untuk menjawab pertanyaan penelitian. Teknik pengumpulan data ini ialah sebagai berikut: 1. Tes kemampuan siswa dalam menetukan luas bangun datar beraturan dan luas bangun datar tak beraturan yang diperoleh dari hasil tes siswa pada setiap akhir siklus. 2. Observasi proses pembelajaran; data hasil observasi dalam penelitian ini ada dua. Pertama,data hasil observasi terhadap tindakan pembelajaran peneliti yang di isi oleh observer (guru mata pelajaran). Kedua, hasil data observasi proses pembelajaran siswa yang disi oleh observer(guru mata pelajaran). 3. Jurnal harian; siswa mengisi jurnal harian pada setiap akhir proses pembelajaran. 4. Wawancara; peneliti melakukan wawancara kepada guru bidang studi diawal dan dikahir penelitian. Wawancara diawal penelitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menentukan luas bangun datar tak beraturan dan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Sedangkan wawancara diakhir penelitian dilakukan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap penelitian yang dilkasanakan. 5. Dokumentasi; dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang diambil pada saat pembelajaran berlangsung. H. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi Untuk memperoleh data yang valid, yaitu yang objektif, shahih, handal, dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dan saturasi yaitu: 1) Menggali data dari sumber data yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan informasi

54 39 mengenai keaktifan siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa dan untuk mengetahui respon siswa dengan memeriksa jurnal harian siswa. 2) Menggali dari sumber data yang berbeda untuk mendapatkan hasil tentang hal yang sama. Untuk mengetahui tentang kemampuan siswa dalam menentukan luas bangun datar tak beraturan dilakukan dengan memeriksa hasil tes siswa, mengadakan wawancara dengan guru dan melihat hasil observasi guru kolabolator. 3) Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalanya, keaslianya maupun kelengkapanya. 4) Mengulang pengolahan data dan analisis data yang telah terkumpul agar diperoleh data yang valid, instrument tes setiap akhir siklus yang berupa soal diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan realiabilitasnya. a. Validitas Untuk mengukur kevalidan atau keshahihan butir soal, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut. 39 Sehingga akan terlihat besarnya koefisien korelasi antara setiap skor. Rumus korelasi product moment yaitu: r = { N N X iy ( X i )( Y) X i ( X i ) }{ N Yi ( Y) Keterangan: X i = Skor item ke-i dimana i = 1,2,3,4,...k Y = Skor total N = Banyaknya responden r tabel = r (, dk) = r (, n 2) Untuk menentukan kriteria uji instrumen, jika: r hitung r tabel maka butir item tidak valid r hitung > r tabel maka butir item valid 2 } 1998), h, Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

55 40 b. Reliabilitas Setelah dilakukan uji validitas, butir soal yang valid diuji reliabilitasnya. Reliabilitas tes essay dapat diketahui dengan menggunakan rumus alpha, yaitu: 40 r k k S 2 t 2 1 S t Keterangan: r k S i 2 S i 2 = S 2 i = Koefisien reliabilitas skala = Banyaknya item = Varians skor seluruh pernyataan menurut skor siswa perorangan Jumlah varians skor seluruh pernyataan menurut skor pernyataan tertentu r tabel = r (, dk) = r (, n 2) Untuk menentukan kriteria uji instrumen, jika: 1) r hitung r tabel maka butir item tidak reliabel 2) r hitung > r tabel maka butir item reliabel I. Teknik Analisis Data Proses analisis data terdiri dari analisis data pada saat dilapangan dan pada saat data telah terkumpul. Data yang telah terkumpul menggunakan lembar observasi, catatan lapangan, hasil wawancara dan hasil tes siswa dianalisis dengan menggunakan analisis deskriftif. Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data, menyusun dalam satuan-satuan, dan mengkatagorikanya. Data yang diperoleh dalam kalimat-kalimat dan aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna dan alami. 40 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, h, 207

56 41 Proses penelitian ini akan dihentikan jika telah mencapai Kriteria keberhasilan yang ditentukan antara lain: 1. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukan rata-rata persentase kelas mencapai 70%. 2. Dari hasil tes kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan dan tak beraturan siswa menunjukan rata-rata nilai kelas yang diperoleh minimal ialah Dari hasil tanggapan siswa pada jurnal harian siswa menunjukan ratarata persentase kelas mencapai 70%. Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan masih belum mencapai kriteria keberhasilan peningkatan kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan maka akan ditindak lanjuti dengan melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan tindakan.

57 42 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Temuan Siklus I a. Tahap Pelaksanaan Proses pembelajaran disiklus I terdiri dari 4 kali pertemuan. Pertemuan dilakukan setiap hari selasa dan rabu, mulai dari tanggal 26 Januari 2011 sampai tanggal 15 Februari Pada kegiatan ini pembelajaran matematika dilaksanakan dengan pendekatan open ended. Adapun proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan pertama/ Selasa, 26 Januari 2011 Kegiatan belajar matematika dikelas VII-4 pada hari selasa, 26 Januari 2011 dimulai pukul WIB, siswa yang tidak hadir pada pertemuan ini ada 3 orang, satu orang karena izin, dua orang sakit. Guru matematika hadir untuk membantu peneliti dalam pelaksanaan kegitan hari ini. Peneliti masuk kelas pukul WIB dan memulai kegiatan belajar mengajar dengan mengabsen siswa kemudian dilanjutkan dengan melakukan apersepsi dengan mengingat materi persegi panjang yang telah dipelajari disekolah dasar dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat dan kegunaan persegi panjang yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti membimbing siswa menemukan luas persegi panjang, gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. Setelah itu peneliti membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep persegi panjang beserta contohnya. Beberapa orang siswa mengajukan pernyataan mengenai cara menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep persegi panjang. Peneliti

58 43 mengelompokan siswa menjadi 6 kelompok setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Penelitipun mengintruksikan siswa untuk duduk dengan teman kelompoknya masing-masing. Suasana kelas menjadi ramai oleh aktivitas siswa yang mencari kelompoknya dan mengatur posisi duduknya. Kelompok disusun berdasarkan hasil diskusi siswa dengan guru mata pelajaran matematika. Pembagian kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa. Daftar kelompok dan posisi dapat dilihat pada lampiran 23 halaman 294. Setelah siswa duduk dengan teman kelompoknya masingmasing. Peneliti membagikan lembar kerja kelompok kepada setiap kelompok dan meminta setiap kelompok untuk mengerjakan dan mendiskusikan bersama-sama. Selama diskusi berlangsung peneliti berkeliling dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Terdapat beberapa kelompok yang mengalami kesulitan, kelompok tersebut ialah kelompok 1 dan kelompok 3. Kemudian peneliti membantu dengan memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap kedua kelompok tersebut. Peneliti menghampiri kelompok 6 tampak F3, F4 dan F5 siswa yang bercanda dan tidak mau ikut berdiskusi dengan temanya tetapi F1 dan F2 semangat dalam menyelesaikan lembar kerja kelompok yang diberikan. Dua orang siswa tersebut memberitahukan kepada peneliti bahwa ketiga orang teman sekelompoknya hanya bercanda dan tidak mau ikut mengerjakan lembar kerja kelompok kelompok yang diberikan oleh peneliti. Peneliti memberikan bimbingan kepada F3, F4 dan F5 ketiga siswa yang bercanda tersebut untuk bekerja sama dengan anggota yang lain untuk menyelesaikan lembar lembar kerja kelompok yang diberikan. Pada pukul siswa telah selesai melakukan diskusi dalam kelompoknya, kemudian peneliti memberikan waktu 4 menit

59 44 pada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang dilakukan. Peneliti meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Presentasi dimulai dari kelompok 1 dilanjutkan dengan kelompok 2 dan selanjutnya berurutan sampai kelompok 6. Gambar 4. 1 Kelompok 1 Sedang Mempresentasikan Hasil Diskusinya Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, lalu peneliti mempersilakan siswa untuk melakukan tanya jawab. Beberapa orang siswa mengajukan pertanyaan kepada peneliti mengenai hal apa yang belum mereka pahami. Berikut ini gambar daun rambutan yang digunakan siswa dan hasil pekerjaan kelompok 6 dalam menentukan luas daun yang ada di halaman sekolah:

60 45 Gambar 4. 2 Daun yang Digunakan Sebagai Model oleh Kelompok 6 Gambar 4. 3 Hasil diskusi Lembar Kerja Kelompok Menentukan Luas Bangun Datar tak Beraturan Kelompok 6

61 46 Selanjutnya peneliti dan siswa membuat kesimpulan mengenai pelajaran hari ini bahwa dengan menggunakan konsep persegi panjang kita dapat menyelesaikan luas bangun datar beraturan dan tidak beraturan. Sebelum pelajaran diakhiri peneliti memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa dan memberi saran kepada siswa agar mempelajari lagi mengenai materi persegi yang akan dipelajari selanjutnya. 2) Pertemuan Kedua/ Rabu 26 Januari 2011 Proses pembelajaran hari ini, rabu 26 Januari 2011 dimulai pukul WIB. Siswa yang hadir pada pertemuan ini berjumlah 28 orang. Siswa yang tidak hadir berjumlah 3 orang 2 orang karena sakit dan satu orang izin. Pada kesempatan ini guru mata pelajaran matematika hadir bersama peneliti untuk membantu peneliti sebagai observer. Pada pukul WIB peneliti memulai pelajaran dengan mengabsen siswa. Setelah semua selesai peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan pekerjaan rumah (PR) pada pertemuan sebelumnya sambil melakukan tanya jawab terhadap pekerjaan rumah (PR) yang telah mereka kerjakan. Peneliti melakukan apersepsi dengan meminta siswa mengingat kembali materi persegi yang telah mereka pelajari di sekolah dasar (SD) dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran. Setelah itu peneliti memotivasi siswa dengan menjelaskan kegunaan dan manfaat persegi dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti membimbing siswa menemukan luas persegi, gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. Seteleh itu dilanjutkan dengan peneliti membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep persegi beserta contohnya. Setelah penjelasan beberapa orang siswa mengajukan pernyataan mengenai

62 47 cara menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep persegi. Pada pukul WIB peneliti membagikan lembar kerja kelompok kepada setiap kelompok untuk didiskusikan. Setelah mengamati kelompok 5 peneliti melanjutkan pengamatan terhadap kelompok lain, ternyata masih terdapat siswa yang merasa bingung karena pembelajaran tidak dilakukan seperti biasa. Siswa A6 dari kelompok 1 mengajukan pertanyaan kepada peneliti, Pak bagaimana menghitung luas bangun soal tipe 1, apakah dikurangi atau dijumlahkan luas bangun yang sudah kita cari?. Penelitipun menjawab Coba kamu perhatikan gambar, bagian yang diminta untuk dihitung ialah bagian yang diarsir, maka bagian yang tidak diarsir (yang ditengah ini di hilangkan). A6 serentak berkata berarti dikurangi a pak, persegi yang besar dikurangi persegi yang lebih kecil. Setelah peneliti memberikan penjelasan kepada siswa tersebut, mereka kembali dan melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya. Gambar 4.4 Beberapa Siswa dari Kelompok 1 Sedang Bertanya

63 48 Pada pukul semua kelompok telah menyelesaikan diskusi kelompoknya.setiap perwakilan kelompok diberikan waktu sekitar 4 menit untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat perwakilan kelompok 5, A2 mempresentasikan hasil diskusinya salah seorang siswa dari kelompok 3, mengajukan pertanyaan sehingga terjadi tanya jawab diantara siswa dan diantara siswa dan peneliti. Setelah selesai peneliti memberikan penguatan terhadap hasil diskusi pada pertemuan ini. Setelah semua selesai peneliti dan siswa bersama menyimpulkan mengenai pembelajaran hari ini. setelah itu guru membagikan lembar pekerjaan rumah (PR) kepada setiap siswa dan menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan dibahas materi segitiga. 3) Pertemuan Ketiga/ Selasa, 1 Februari 2011 Proses pembelajaran hari ini, selasa 1 Februari 2011 dimulai pukul WIB. Siswa yang hadir pada pertemuan ini berjumlah 30 orang. Siswa yang tidak hadir berjumlah 1 orang karena sakit. Pada kesempatan ini guru mata pelajaran matematika hadir bersama peneliti untuk membantu peneliti sebagai observer. Pada pukul WIB peneliti masuk kelas, terlihat siswa sudah duduk dengan kelompoknya masing-masing. Terdengar beberapa siswa dari beberapa kelompok masih asik bercakap-cakap dengan teman disampingnya. Namun, setelah melihat guru dan peneliti masuk ke kelas spontan mereka terdiam. Dengan menyapa dan mengucapkan salam sebelum pelajaran dimulai guru memperhatikan dan berkeliling kepada setiap kelompok untuk memperhatikan posisi duduk siswa dan kesiapan logistik yang dibutuhkkan siswa dalam proses pembelajaran. Peneliti mengumpulkan pekerjaan rumah dan membahasnya.

64 49 Berikut ini salah satu lembar pekerjaan rumah (PR) yang dikerjakan oleh salah satu siswa pada pertemuan kedua. Gambar 4.5 Hasil Pekerjaan Lembar PR Kelompok 6 Peneliti memulai proses pembelajaran melakukan apersepsi yaitu mengingatkan kembali materi segitiga yang telah dipelajari siswa di sekolah dasar. Peneliti memotivasi siswa dengan menjelaskan manfaat segitiga dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti membimbing siswa menemukan luas segitiga, gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. Setelah itu peneliti membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep segitiga beserta contohnya. Beberapa orang siswa mengajukan pernyataan mengenai cara

65 50 menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep segitiga. Pada pukul WIB peneliti membagikan lembar kerja kelompok untuk didiskusikan dengan teman sekelompoknya selama ± 20 menit. Selama diskusi berlangsung peneliti berkeliling untuk memantau kelompok yang mengalami kesulitan. Salah seorang siswa dari kelompok 3, C3 memanggil peneliti untuk bertanya, Pak apakah hasilnya akan sama ketika kita mengggunakan ukuran segitiga yang berbeda?. Peneliti pun menjawab hasilnya akan mendekati atau bahkan mungkin akan sama jika kita menggambar dan menghitungnya teliti. Gambar 4.6 Kelompok 3 Sedang Berdiskusi Kelompok Setelah siswa selesai mengerjakan lembar kerja kelompok sesuai waktu yang tentukan. Setiap perwakilan kelompok diberikan

66 51 waktu selama 4 menit untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Presentasi kali ini terlihat sudah tidak tegang lagi seperti pada pertemuan sebelumnya karena mereka sudah agak terbiasa dengan hal ini. Berikut ini hasil diskusi kelompok 2 dalam menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan Gambar 4.7 Hasil Diskusi Lembar Kerja Kelompok Soal Tipe 1 Kelompok 2 Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka, peneliti memberikan penguatan materi terhadap materi yang dipelajari. Setelah semua selesai peneliti membagikan lembar pekerjaan rumah (PR) untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.

67 52 Sebelum peneliti mengakhiri pelajaran, guru bersama murid melakukan refleksi tentang materi yang sudah dipelajari dan menyarankan siswa untuk membaca materi mengenai jajargenjang. 4) Pertemuan Keempat/ Rabu, 2 Februari 2011 Proses pembelajaran hari ini, rabu 2 Februari 2011 dimulai pukul WIB. Siswa yang hadir pada pertemuan ini berjumlah 29 orang. Siswa yang tidak hadir berjumlah 2 orang 1 orang karena sakit dan 1 orang izin. Pada kesempatan ini guru mata pelajaran matematika hadir bersama peneliti untuk membantu peneliti sebagai observer. Pada pukul WIB peneliti masuk kelas, terlihat siswa sudah duduk dengan kelompoknya masing-masing. Dengan menyapa dan mengucapkan salam sebelum pelajaran dimulai guru memperhatikan dan berkeliling kepada setiap kelompok untuk memperhatikan posisi duduk siswa dan kesiapan logistik yang dibutuhkkan siswa dalam proses pembelajaran. Peneliti mengumpulkan pekerjaan rumah dan membahasnya. Peneliti memulai proses pembelajaran melakukan apersepsi yaitu mengingatkan kembali materi jajargenjang yang telah dipelajari siswa di sekolah dasar. Peneliti memotivasi siswa dengan menjelaskan manfaat jajargenjang dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti membimbing siswa menemukan luas jajargenjang, gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. Setelah itu peneliti membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep jajargenjang beserta contohnya. Beberapa orang siswa mengajukan pernyataan mengenai cara menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep jajargenjang. Pada pukul WIB guru membagikan lembar kerja kelompok untuk didiskusikan dengan teman sekelompoknya

68 53 selama ± 20 menit. Selama diskusi berlangsung guru berkeliling untuk memantau kelompok yang mengalami kesulitan. Pada pukul WIB setiap kelompok telah selesai melakukan diskusi, kemudian guru memberikan waktu selama 5 menit kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok 3 dan kelompok 4 terlihat malu-malu saat mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok lain terlihat sudah lancar dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi peneliti memberikan pengutan materi yang telah didiskusikan bersama. Sebelum pelajaran diakhiri peneliti dan siswa bersama menyimpulkan mengenai pembelajaran hari ini. setelah itu guru membagikan lembar pekerjaan rumah kepada setiap siswa dan menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan ulangan mengenai materi dari pertemuan pertama (materi persegi panjang) sampai materi hari ini. b. Hasil Observasi Kegiatan observasi pada siklus I pada dasarnya berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika kelas VII-4 sebagai observer. Adapun hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran dengan pendekatan open ended selama Siklus I dapat dilihat dari tabel berikut ini:

69 54 No Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran dengan pendekatan open ended Selama Siklus I Penilaian Aktivitas Siswa P1 P2 P3 P4 1 Menginventarisasi dan mempersiapkan logistik yang diperlukan dalam proses pembelajaran Membaca lembar tugas kelompok Mengidentifikasi masalah yang disajikan Memaparkan hasil diskusi dihadapan kelas Menyusun laporan hasil diskusi dan ringkasan Mengikuti assessment dan menyerahkan tugas kelompok Jumlah Persentase 54,16 58,33 70,83 75 Rata-rata Persentase 64,58 Keterangan : P1, P2, P3, P4 = Pertemuan 1, Pertemuan 2, Pertemuan 3, Pertemuan 4. Berikut ini persentase aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mengguankan pendekatan open ended jika disajikan menggunakan diagram batang:

70 55 Persentase Pertemuan Gambar 4.8 Grafik Persentase Aktivitas Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended Selama Siklus I Dari tabel tersebut menunjukan bahwa persentase aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open ended pada saat berlangsung ialah 64,58%. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas siswa masih kurang baik karena angka tersebut belum mencapai indikator yang ditentukan, walaupun perolehan rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open ended harus ditingkatkan sampai tahap intervensi tindakan yang diharapkan. Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh observer dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 269. Hal ini menunjukan guru melaksanakan aspek pembelajaran dengan baik.

71 56 c. Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar Beraturan Dan Tidak Beraturan Kemampuan siswa dalam menentukan luas bangun datar beraturan yaitu kemampuan siswa menentukan luas bangun datar dan luas gabungan bangun datar beraturan. Selain itu kemampuan ini juga berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan bangun datar. Hal ini dilihat untuk mengukur kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan dengan menerapkan pendekatan open ended dalam proses pembelajaran. Sedangkan kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa ialah kemampuan siswa dalam menyelesaikan luas bangun datar tak berturan menggunakan konsep luas bangun datar beraturan. Kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan selama siklus I yang diperoleh berdasarkan hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2. Adapun perhitungan membuat daftar distribusi kelompok hasil Kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siklus I dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 277. No 1 Tabel 4.2 Hasil Kemampuan Luas Bangun Datar Beraturan Siklus I Interval Batas Bawah Batas Atas Frekuensi Frekuensi Kumulatif ,5 46, ,5 53, ,5 60, ,5 67, ,5 74, ,5 79, Jumlah 31

72 57 frekuensi: Berikut ini penyajian data dalam histogram dan poligon Frekuensi ,5 46,5 53,5 60,5 67,5 74,5 79,5 Nilai Gambar 4.9 Histogram dan Poligon Frekuensi Kemampuan Luas Bangun Datar Beraturan Siswa Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai tertinggi 80, nilai terendah 40, nilai rata-rata (Mean) 68,52, nilai tengah (median) 71,54, modus 74,88, sekwenes - 0,57.dan kurtosis 0,11. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh ialah 68,52 jumlah ini masih kurang karena belum mencapai indikator yang ditentukan yaitu rata-rata kelas memperoleh nilai minimal 70. Adapun nilai tes tes kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siklus I dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 261. Sedangkan hasil kemampuan menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan selama siklus I yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.3. Adapun perhitungan membuat daftar distribusi kelompok nilai bangun datar tak beraturan siklus I dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 281.

73 58 No Tabel 4.3 Hasil Kemampuan Luas Bangun Datar tak Beraturan Siklus I Interval Batas Bawah Batas Atas Frekuensi Frekuensi Kumulatif ,5 62, ,5 67, ,5 72, ,5 77, ,5 82, ,5 87, Jumlah 31 Frekuensi ,5 62,5 67,5 72,5 77,5 82,5 87,5 Nilai Gambar 4.10 Histogram dan Poligon Frekuensi Kemampuan Luas Bangun Datar tak Beraturan Siswa Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai tertinggi 85, nilai terendah 58, nilai rata-rata (Mean) 69,19, nilai tengah (median) 71,67,

74 59 modus 74,87, sekweness -0,72 dan kurtosis 0,39. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh ialah 69,19 jumlah ini masih kurang karena belum mencapai indikator yang ditentukan yaitu rata-rata kelas memperoleh nilai minimal 70. Adapun nilai tes kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siklus I dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 281. Pada siklus I siswa telah dapat memahami soal yang disajikan, hal ini terlihat pada penerapan pendekatan yang dipilih untuk menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas bangun datar beraturan. Dalam menyelesaikan soal luas bangun datar beraturan siswa siswa melakukan identifikasi terhadap masalah yang disajikan. Dalam hal ini siswa memilih pendekatan yang akan digunakan dalam menyelesaiakan permasalahan. Siswa menentukan bangun datar yang akan digunakan yaitu dari ukuran yang akan digunakan. Pada siklus I siswa mengggunakan konsep luas persegi panjang, persegi, segitiga, dan jajargenjang untuk menyeleaiakan luas bangun datar beraturan. Ukuran yang digunakan beragam antara lain: 1. Persegi panjang dengan ukuran 1 cm 0,5 cm, 2 cm 0,5 cm. 2. Persegi dengan ukuran 0,5 cm 0,5 cm, 1 cm 1 cm, dan 2 cm 2 cm. 3. Segitiga siku-siku dengan ukuran 1 cm 0,5 cm, 1 cm 1 cm, 2 cm 1 cm dan segitiga sama kaki dengan ukuran 1 cm 0,5 cm, 1 cm 1 cm. 4. Jajar genjang dengan ukuran 2 cm 1 cm dan 1 cm 0,5 cm. Setelah siswa menentukan bentuk bangun datar yang digunakan siswa menggambar bangun datar tersebut pada bangun datar tak beraturan dan menghitung bangun datar yang terdapat di dalam bangun datar tak beraturan. Setelah itu, siswa menentukan luas bangun datar tersebut kedalam satuan baku. Pada siklus I ternyata

75 60 siswa mentranslasi jawaban tersebut kedalam satuan ukuran luas baku sehingga jawaban yang di peroleh bukan dalam satuan baku (cm 2 ). Pada siklus I siswa telah dapat menyelesaiakan luas bangun datar tak beraturan walaupun siswa belum dapat mentranlasi solusi masalah yang disajikan dalam satuan luas yang baku. Hal ini karena definisi awal yang belum dilakukan oleh siswa terhadap permasalah yang disajikan. Ini menunjukan perlu dilakukan perbaikan pada siklus II agar kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa meningkat. d. Analisis Hasil Respon Siswa terhadap Pendekatan Open Ended (Siklus I) Selain data yang diperoleh dari hasil tes, lembar observasi penelitian ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap tiga orang siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhapadap penerapan pendekatan open ended. Wawancara dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran. Hasil wawancara terhadap 3 siswa yang telah ditentukan setelah tindakan dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 257 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap tiga orang siswa dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open ended menyenangkan karena siswa dapat mengekplorasi sendiri apa yang dipikirkanya dalam jawaban namun tetap sesuai dengan konsep yang yang dibahas. Selain itu proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open ended memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran tidak terpaku pada guru sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pembelajaran. Selain itu penyelesaian yang beragam yang dihasilkan oleh setiap siswa dapat memberikan ruang

76 61 kepada siswa untuk berfikir secara orisinil sesuai kemampuan mereka masing-masing. e. Analisis Jurnal harian Selain lembar observasi peneliti menggunakan lembar jurnal harian untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pendekatan open ended. Lembar jurnal harian diberikan pada setiap akhir pertemuan kepada setiap siswa. Berikut ini hasil yang diperoleh selama siklus I ditunjukan pada tabel berikut ini: Positif Tabel 4.4 Tanggapan Siswa Terhadap Tindakan Pembelajaran Siklus I Tanggapan P1 P2 P3 P4 1 Saya lebih mengerti belajar seperti ini Saya senang belajar seperti ini karena lebih menarik. 3 Saya menjadi lebih semangat dengan belajar seperti ini karena lebih seru Jumlah Persentase (%) 58,04 64,52 61,29 67,74 Rata-rata Persentase Tanggapan Positif 62,90 1 Saya pusing, susah belajar seperti ini kurang menyenangkan Saya menjadi bingung dengan Negatif pembelajaran seperti ini Belajar seperti ini biasa saja kurang menarik Jumlah Persentase (%) 41,93 35,48 38,71 32,25 Rata-rata Persentase Tanggapan Negatif 37,09

77 62 Keterangan : P1, P2, P3, P4 = Pertemuan 1, Pertemuan 2, Pertemuan 3, Pertemuan 4 Dari tabel diatas rata-rata persentase tanggapan siswa selama siklus I diubah dalam diagram lingkaran berikut ini: 46 Tanggapan 37,09%. Tanggapan positif 78 Tanggapan 62,90% Tanggapan Positif Tanggapan Negati Gambar 4.11 Rata-rata Persentase Jurnal Harian Siswa pada Tindakan Pembelajaran Siklus I Berdasarkan tabel dan diagram diatas menunjukan bahwa dalam siklus I yang dilakukan dalam empat kali pertemuan diperoleh tanggapan positif yang diberikan sebanyak 78 tanggapan atau rata-rata persentasenya 62,90% dan tanggapan negatif sebanyak 46 tanggapan atau

78 63 rata-rata persentasenya ialah 37,09%. Jumlah ini masih kurang karena belum mencapai indikator yang ditentukan yaitu memperoleh rata-rata tanggapan positif siswa diatas 70%. Hal ini berarti respon positif siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open ended masih kurang. Ini menunjukan bahwa siswa masih perlu arahan agar respon siswa meningkat terhadap proses pembelajaran menggunakan pendekatan open ended sehingga kemampuan menyelasaikan soal luas bangun datar tak beraturan siswa meningkat. f. Refleksi Setelah peneliti melakukan proses pembelajaran menggunakan pendekatan open ended maka berdasarkan hasil tes siklus I, diperoleh Nilai rata-rata kelas tes menentukan luas bangun datar beraturan yang diperoleh ialah 68,55 jumlah ini masih kurang karena belum mencapai indikator yang ditentukan yaitu rata-rata kelas minimal 70. Sedangkan nilai rata-rata kelas tes kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan yang diperoleh ialah 69,19 Jumlah ini masih kurang karena belum mencapai indikator yang ditentukan yaitu rata-rata kelas minimal 70. Tahap ini dilakukan sebagai bahan perbaikan terhadap proses pembelajaran menggunakan pendekatan open ended pada siklus ke II. Sehingga hasil yang diperoleh meningkat dari siklus sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis diatas ada beberapa faktor yang masih perlu diperbaiki dalam pembelajaran antara lain:

79 64 Tabel 4.5 Permasalahan dan solusi pada siklus I Permasalahan Solusi 1. Siswa masih belum dapat bekerja sama 1. Peneliti dibantu oleh guru memantau dengan teman sekelompoknya, masih banyak siswa yang bercanda saat dan memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa yang belum ikut dalam diskusi kelompok dilaksanakan. diskusi kelompok agar bekerja sama dengan teman sekelompoknya selain itu memindahkan beberapa orang kekelompok lain. 2. Siswa malu untuk mempresentasikan 2. Diberikan arahan, motivasi dan reward hasil diskusi kelompoknya didepan kelas. Hal ini ditandai dengan saling tunjuk antara satu sama lain tentang berupa tambahan nilai bagi siswa yang berani mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. siapa yang akan mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. 3. Siswa masih ragu dan kesulitan dalam 3. Siswa dibimbing peneliti untuk menyelesaikan soal dengan menyelesaiakan soal tersebut, selain itu cara/jawaban yang bervariasi yang peneliti membahas kembali soal-soal diberikan guru. Hal ini ditandai dengan banyaknya siswa yang bertanya bagaina yang belum dimengerti siswa di depan kelas bersama-sama. cara menyelesaikan jawaban soal yang diberikan. 4. Siswa masih belum terbiasa dengan 4. Diberikan penegasan penyelesaian soal proses pembelajaran dengan dengan dua cara dengan lebih dari satu menggunakan pendekatan open ended, penyelesaian. hal ini dapat dilihat dari tidak adanya penyelesaian yang tidak bervariasi. 5. Guru memberikan contoh ukuran 5. Siswa bingung dalam menentukan bangun datar yang digunakan. ukuran bangun datar yang akan digunakan untuk menyelesaian luas bangun datar tak beraturan.

80 Temuan Siklus II a. Tahap Pelaksanaan Proses pembelajaran Siklus II terdiri dari 4 kali pertemuan. Pertemuan dilakukan setiap hari selasa dan rabu, mulai dari tanggal 22 Februari 2011 sampai tanggal 2 Maret Pada kegiatan ini pembelajaran matematika dilaksanakan dengan pendekatan open ended. Adapun proses pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan Kelima/ Selasa, 22 Februari 2011 Proses pembelajaran hari ini, selasa, 22 Februari 2011 dimulai pukul WIB. Siswa yang hadir pada pertemuan ini berjumlah 29 orang. Siswa yang tidak hadir berjumlah 2 orang 1 orang karena sakit dan 1 orang izin. Pada pukul WIB peneliti masuk kelas, siswa sudah duduk dengan kelompoknya masing-masing. Sambil menyapa dan mengucapkan salam sebelum pelajaran dimulai guru memperhatikan dan berkeliling kepada setiap kelompok untuk memperhatikan posisi duduk siswa dan kesiapan logistik yang dibutuhkkan siswa dalam proses pembelajaran. Peneliti mengumpulkan pekerjaan rumah dan membahasnya. Peneliti memulai proses pembelajaran melakukan apersepsi yaitu mengingatkan kembali materi trapesium yang telah dipelajari siswa di sekolah dasar. Peneliti memotivasi siswa dengan menjelaskan manfaat trapesium dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti membimbing siswa menemukan luas trapesium, gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. Setelah itu peneliti membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep gabungan luas persegi dan persegi panjang beserta contohnya. Setelah pejelasan diberikan, beberapa orang siswa mengajukan pernyataan mengenai cara menyelesaikan

81 66 luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep gabungan luas persegi dan persegi panjang. Pada pukul WIB guru membagikan lembar kerja kelompok untuk didiskusikan dengan teman sekelompoknya selama ± 20 menit. Selama diskusi berlangsung guru berkeliling untuk memantau kelompok yang sedang berdiskusi. Saat diskusi berlangsung suasana kelas terasa tenang dan terlihat setiap kelompok sibuk dengan diskusi mereka masing-masing. Gambar 4.12 Siswa sedang Sibuk Melakukan Kerja Kelompok Pada pukul WIB masing-masing kelompok telah selesai melakukan diskusi kelompok, kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Pada pertemuan ini presentasi dilakukan secara acak terhadap setiap kelompok agar setiap kelompok tidak bercanda dan siap ketika sewaktu-waktu kelompok mereka yang mendapat giliran untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Kelompok 3 merupakan kelompok yang pertama melakukan presentasi hasil diskusi mereka kemudian dilanjutkan dengan kelompok lain dan diakhiri dengan presentasi oleh kelompok 1.

82 67 Berikut ini hasil diskusi kelompok 3 mengenai soal tipe 3 yaitu menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan persegi dan persegi panjang. Gambar 4.13 Hasil Diskusi Lembar Kerja Kelompok 3 Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka, kemudian peneliti memberikan penguatan materi pelajaran hari ini. Sebelum peneliti menutup pelajaran peneliti dan siswa membuat kesimpulan mengenai pelajaran pada pertemuan kali ini dan membagikan lembar pekerjaan rumah kepada setiap siswa. Selain itu guru juga menyarankan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu mengenai materi layang-layang.

83 68 2) Pertemuan Keenam/ Rabu 22 Februari 2011 Proses pembelajaran hari ini, rabu, 22 Februari 2011 dimulai pukul WIB. Siswa yang hadir pada pertemuan ini berjumlah 30 orang. Siswa yang tidak hadir berjumlah 1 orang karena sakit. Pada pukul WIB guru masuk kelas. Terlihat siswa sudah duduk dengan kelompoknya masingmasing. Sambil menyapa dan mengucapkan salam sebelum pelajaran dimulai guru memperhatikan dan berkeliling kepada setiap kelompok untuk memperhatikan posisi duduk siswa dan kesiapan logistik yang dibutuhkan siswa dalam proses pembelajaran. Peneliti mengumpulkan pekerjaan rumah dan membahasnya. Peneliti memulai proses pembelajaran melakukan apersepsi yaitu mengingatkan kembali materi layang-layang yang telah dipelajari siswa di sekolah dasar. Peneliti memotivasi siswa dengan menjelaskan manfaat layang-layang dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti membimbing siswa menemukan luas layanglayang, gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. Setelah itu peneliti membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan persegi dan segitiga beserta contohnya. Beberapa orang siswa mengajukan pernyataan mengenai cara menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan persegi dan segitiga. Pada pukul WIB guru membagikan lembar kerja kelompok untuk didiskusikan dengan teman sekelompoknya selama ± 20 menit. Selama diskusi berlangsung guru berkeliling untuk memantau kelompok yang mengalami kesulitan. Kelompok 1 memanggil peneliti untuk bertanya Pak mencari jawaban soal tife 1 ini bagaiman pak dikurangi atau di jumlahkan bangunbangunya bu?. Penelitipun menjawab Coba kamu perhatikan

84 69 gambar daerah yang diarsir ini jika bagian berbentuk bangun datar apa?. Seorang siswa serentak menjawab Trapesium pak teman sekelompoknya pun membenarkan pernyataan siswa tersebut. Setelah itu penelitipun berkata jika jika bangun ini (menunjuk gambar layang-layang pada lembar kerja kelompok 6) dihilangkan maka kamu akan mendapatkan daerah yang diarsir ini siswa lain dalam kelompok tersebut berkata berarti dikurangi a pak guru pun menjawab ya. Gambar 4.14 Siswa sedang Bertanya kepada Guru Pada pukul WIB setiap kelompok telah selesai melakukan diskusi, kemudian guru memberikan waktu selama 5 menit kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok 4 memulai presentasi dilanjutkan dengan kelompok 2 dan di akhiri oleh kelompok 5. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi guru memberikan pengutan materi yang telah didiskusikan bersama.

85 70 Berikut ini hasil diskusi kelompok 5 mengenai soal tipe 4 yaitu menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan persegi dan segitiga. Gambar 4.15 Hasil diskusi lembar kerja kelompok 5 Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, lalu peneliti mempersilakan siswa untuk kembali melakukan tanya jawab. Beberapa orang siswa mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai hal apa yang belum mereka pahami. Selanjutnya peneliti dan siswa membuat kesimpulan mengenai pelajaran hari ini. Sebelum pelajaran diakhiri peneliti memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa dan memberi saran kepada siswa agar mempelajari lagi mengenai materi belah

86 71 ketupat yang akan dipelajari selanjutnya. Selain itu guru memerintahkan kepada setiap kelompok untuk membawa bendabenda yang tidak beraturan yaitu Kelompok 1 dan 2 membawa kunci rumah kelompok 3 dan 4 membawa sandal kelompok 5 dan 6 membawa sendok makan. 3) Pertemuan Ketujuh/ Selasa 1 Maret 2011 Proses pembelajaran hari ini, selasa 1 Maret 2011 dimulai pukul WIB. Siswa yang hadir pada pertemuan ini berjumlah 29 orang. Siswa yang tidak hadir berjumlah 2 orang 1 orang karena saki dan 1 orang tanpa keterangan. Pada kesempatan ini guru mata pelajaran matematika hadir bersama peneliti untuk membantu peneliti sebagai observer. Pada pukul WIB peneliti masuk kelas, siswa sudah duduk dengan kelompoknya masing-masing. Dengan menyapa dan mengucapkan salam sebelum pelajaran dimulai guru memperhatikan dan berkeliling kepada setiap kelompok untuk memperhatikan posisi duduk siswa dan kesiapan logistik yang dibutuhkkan siswa dalam proses pembelajaran. Peneliti mengumpulkan pekerjaan rumah dan membahasnya. Peneliti memulai proses pembelajaran melalakukan apersepsi yaitu mengingatkan kembali materi belah ketupat yang telah dipelajari siswa di sekolah dasar. Peneliti memotivasi siswa dengan menjelaskan manfaat belah ketupat dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti membimbing siswa menemukan luas belah ketupat, gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. Setelah itu peneliti membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan segitiga dan jajargenjang beserta contohnya. Beberapa orang siswa mengajukan pernyataan mengenai cara menyelesaikan luas bangun datar tak

87 72 beraturan menggunakan konsep konsep luas gabungan segitiga dan jajargenjang. Pada pukul WIB guru membagikan lembar kerja kelompok untuk didiskusikan dengan teman sekelompoknya selama ± 20 menit. Selama diskusi berlangsung guru berkeliling untuk memantau kelompok yang sedang berdiskusi. Saat diskusi berlangsung suasana kelas terasa tenang dan terlihat setiap kelompok sibuk dengan diskusi mereka masing-masing. Pada pukul WIB masing-masing kelompok telah selesai melakukan diskusi kelompok, kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Pada pertemuan ini presentasi kembali dilakukan secara acak terhadap setiap kelompok agar setiap kelompok tidak bercanda dan siap ketika sewaktu-waktu kelompok mereka yang mendapat giliran untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Kelompok 1 merupakan kelompok yang pertama melakukan presentasi hasil diskusi mereka kemudian dilanjutkan dengan kelompok lain dan diakhiri dengan presentasi oleh kelompok 6. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka kemudian peneliti memberikan penguatan materi pelajaran hari ini. Sebelum guru menutup pelajaran peneliti dan siswa membuat kesimpulan mengenai pelajaran pada pertemuan kali ini dan membagikan lembar pekerjaan rumah kepada setiap siswa. Selain itu guru juga menyarankan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu mengenai materi lingkaran. 4) Pertemuan kedelapan/ Rabu, 2 Maret 2011 Proses pembelajaran hari ini, rabu, 2 Maret 2011 dimulai pukul WIB. Pada pertemuan ini semua siswa hadir dalam proses pembelajaran. Pada pukul WIB guru masuk

88 73 kelas, terlihat siswa sudah duduk dengan kelompoknya masingmasing. Dengan menyapa dan mengucapkan salam sebelum pelajaran dimulai guru memperhatikan dan berkeliling kepada setiap kelompok untuk memperhatikan posisi duduk siswa dan kesiapan logistik yang dibutuhkkan siswa dalam proses pembelajaran. Peneliti mengumpulkan pekerjaan rumah dan membahasnya. Peneliti memotivasi siswa dengan menjelaskan bahwa dalam kehidupan kita banyak terdapat benda yang berbentuk lingkaran dan manfaat lingkaran dalam kehidupan sehari-hari. Pada pukul WIB guru membagikan lembar kerja kelompok untuk didiskusikan dengan teman sekelompoknya selama ± 20 menit. Selama diskusi berlangsung guru berkeliling untuk memantau kelompok yang mengalami kesulitan, kelompok 1 memanggil peneliti untuk bertanya. Ketika peneliti sedang memantau ternyata masih ada siswa yang sedang bercanda dan mengobrol dengan teman sekelompoknya. Peneliti langsung menegur dan meminta mereka untuk kembali berdiskusi dengan teman kelompok mereka yang lain untuk menyelesaikan lembar kerja kelompok yang telah diberikan. Pada pukul WIB setiap kelompok telah selesai melakukan diskusi, kemudian guru memberikan waktu selama 5 menit kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok 4 memulai presentasi dilanjutkan dengan kelompok 3 dan diakhiri oleh kelompok 1. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi guru memberikan pengutan materi yang telah didiskusikan bersama. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, lalu peneliti mempersilakan siswa untuk kembali melakukan tanya jawab. Beberapa orang siswa mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai hal apa yang belum mereka

89 74 pahami. Selanjutnya peneliti dan siswa membuat kesimpulan mengenai pelajaran hari ini. Sebelum pelajaran diakhiri peneliti memberikan pekerjaan rumah (PR). Selain itu, peneliti menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan ulangan mengenai materi pada pertemuan kelima mengenai dimulai dari materi trapesium sampai materi hari ini. b. Hasil Observasi Berdasarkan pengamatan guru yang dilakukan pada pertemuan kelima sampai ke delapan terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran dengan Pendekatan open ended Selama Siklus II No Aktivitas Siswa Penilaian P5 P6 P7 P8 1 Menginventarisasi dan mempersiapkan logistik yang diperlukan dalam proses pembelajaran. 2 Membaca lembar tugas kelompok Mengidentifikasi masalah yang disajikan Memaparkan hasil diskusi dihadapan kelas Menyusun laporan hasil diskusi dan ringkasan Mengikuti assessment dan menyerahkan tugas kelompok. Jumlah Persentase 70,83 79,16 83,33 87,5 Rata-rata Persentase 80,20 Keterangan : P5, P6, P7, P8 = Pertemuan 5, Pertemuan 6, Pertemuan 7, Pertemuan 8.

90 75 Persentase Pertemuan Gambar 4.16 Grafik Hasil Aktivitas Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended Selama Siklus II Berdasarkan tabel dan grafik diatas menunjukan bahwa persentase aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open ended berlangsung ialah 80,20%. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas siswa dari pertemuan kelima sampai pertemuan ke delapan mengalami peningkatan. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa sudah baik dan sesuai kriteria yang ditentukan yaitu mencapai rata-rata 70%. Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh observer dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 269. hal tersebut menunjukan guru melaksanakan aspek pembelajaran dengan baik.

91 76 c. Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar Beraturan Dan Tidak Beraturan Siswa Hasil tes kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan selama siklus II yang diperoleh hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7. sedangkan perhitungan membuat daftar distribusi kelompok nilai hasil ujian bangun datar beraturan siklus II dapat dilihat pada lampiran 21 halaman 285. Tabel 4.7 Hasil Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar Beraturan Siklus No 1 2 Interval Batas Bawah II Batas Atas Frekuensi Frekuensi Kumulatif ,5 65, ,5 72, ,5 79, ,5 86, ,5 93, ,5 100, Jumlah 31

92 77 Frekuensi ,5 65,5 72,5 79,5 86,5 93,5 100, 5 Nilai Gambar 4.17 Histogram dan Poligon Frekuensi Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar Beraturan Siswa Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai tertinggi 100, nilai terendah 61, nilai rata-rata (Mean) 85,03, nilai tengah (median) 86,89, modus 90,00, sekweness -0,49 dan kurtosis 0,25 Nilai rata-rata kelas yang diperoleh ialah 85,03. Jumlah ini sudah cukup karena telah mencapai indikator yang ditentukan yaitu rata-rata kelas minimal 70. Daftar nilai tes tes kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siklus II dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 261. Sedangkan hasil kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan selama siklus II disajikan dalam tabel 4.8. Sedangkan perhitungan membuat daftar distribusi kelompok nilai hasil ujian bangun datar tak beraturan siklus II dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 289..

93 78 Tabel 4.8 Hasil Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar tak Beraturan No Interval Siklus II Batas Bawah Batas Atas Frekuensi Frekuensi Kumulatif ,5 73, ,5 77, ,5 81, ,5 85, ,5 89, ,5 93, Frekuensi Jumlah ,5 73,5 77,5 81,5 85,5 89,5 93,5 Nilai Gambar 4.18 Histogram dan Poligon Frekuensi Kemampuan Menentukan Luas tak Bangun Datar Beraturan Siswa Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai tertinggi 90, nilai terendah 70, nilai rata-rata (Mean) 83,80, nilai tengah (median) 84,

94 79 modus 83,50, sekweness 0,07 dan kurtosis 0,38. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh ialah 83,80 Jumlah ini sudah cukup karena telah mencapai indikator yang ditentukan yaitu rata-rata kelas minimal 70 Daftar nilai tes tes kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siklus II dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 262. Pada siklus II siswa dapat memahami soal/permasalahan yang diberikan. Siswa telah dapat merumuskan permasalahan yang diberikan untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang disajikan. Permasalahan yang disajikan dalam hal ini ialah masalah aplikasi, yaitu masalah yang merupakan penerapan dari teori atau konsep yang telah dipelajari yakni menentukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan bangun datar beraturan. Siswa dapat menentukan luas bangun datar tak beraturan dengan mengidentifikasi permasalahan yang disajikan yaitu dengan memahami soal luas bangun datar yang disajikan. Dilanjutkan dengan memilih pendekatan atau strategi pemecahan masalah yaitu memilih dan menggunakan bangun datar dalam menyelesaiakan luas bangun datat. Dalam menyelesaikannya siswa menggunakan luas bangun datar beraturan yang bervariasi baik dari ukuran atau bentuk. Pada siklus I satu siswa belum dapat mentranslasi permasalahan kedalam satuan baku. Namun pada siklus II siswa telah dapat mentranslasi solusi tersebut kedalam satuan baku. Siswa menggunakan variasi bentuk bangun datar yang digunakan untuk menentukan luas bangun datar yang akan digunakan seperti pada siklus I. selain itu siswa juga telah dapat membedakan dengan baik bangun datar yang digunakan. Karena bangun datar yang digunakan dalam menyelesaiakan permasalahan pada siklus II yaitu menggunakan luas gabungan bangun datar (luas gabungan persegi dan persegi panjang, luas gabungan persegi dan segitiga, luas gabungan segitiga dan jajargenjang serta luas gabungan persegi panjang dan segitiga).

95 80 d. Analisis Hasil Respon Siswa terhadap Pendekatan Open Ended (Siklus II) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 3 orang siswa setelah siklus II. Siswa menyukai pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open ended karena proses pembelajaran dilakukan tidak seperti biasanya (dapat dilihat pada lampiran 14 hal 259). Siswa di berikan permasalahan berupa soalsoal yang menarik dan menantang untuk diselesaikan dengan menggunakan berbagai cara yang berbeda. Kerja kelompok yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan lembar kerja kelompok memudahkan siswa dalam belajar matematika. Hal karena dengan belajar secara kelompok mereka dapat bekerja sama satu sama lain. Selain itu tanya jawab dan diskusi antara anggota kelompok memberikan kemudahan bagi anggota kelompok yang belum memahami materi dan penyelesaian soal untuk bertanya dengan temanya sehingga ia dapat memahami materi sekaligus dapat menyelesaikan soal yang diberikan dalam lembar kerja kelompok. Siswa mengakui merasa merasa lebih mudah dalam proses pembelajaran terutama dalam melakukan diskusi kelompok dengan teman satu kelompok dalam menyelesaikan lembar kerja kelompok yang diberikan peneliti karena soal yang diberikan lebih variatif dan menuntut penyelesaian yang lebih serius bagi siswa. Pada awal-awal masih terdapat beberapa berapa siswa yang mengandalkan teman sekelompok mereka yang pintar untuk menyelesaikan lembar kerja kelompok yang diberikan sedangkan mereka hanya bercanda dan mengobrol saja. Namun setelah diberikan arahan oleh peneliti pada pertemuan selanjutnya mereka sudah dapat bekerjasama satu sama lain.

96 81 e. Analisis Jurnal Harian Tanggapan siswa terhadap pembelajaran menjadi penting untuk dijadikan sebuah bahan pertimbangan ataupun perbaikan bagi penyusunsn rencana pembelajaran selanjutnya. Pendapan siswa tersebut disusun dalam lembar jurnal harian siswa yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir tindakan pembelajaran. Pendapat siswa yang diberikan beragam, ada yang berkomentar positif, komentar biasa, komentar negatif bahkan ada yang tidak berkomentar. Jurnal harian siswa tersapat 3 buah pertanyaan mengenai penggunaan pembelajaran hasil jurhal harian siswa dirangkum pada tabel berikut. 1 Tabel 4.9 Tanggapan Siswa Terhadap Tindakan Pembelajaran Siklus II Tanggapan P5 P6 P7 P8 Saya lebih mengerti belajar seperti ini Positif 2 Saya senang belajar seperti ini karena lebih menarik Saya menjadi lebih semangat 3 dengan belajar seperti ini karena lebih seru. Jumlah Persentase (%) 67,74 74, Rata-rata Persentase Tanggapan Positif 80,65 1 Saya pusing, susah belajar seperti ini kurang menyenangkan Negatif 2 Saya menjadi bingung dengan pembelajaran seperti ini Belajar seperti ini biasa saja kurang menarik Jumlah Persentase (%) 32,29 25,80 12,90 6,45 Rata-rata Persentase Tanggapan Negatif Keterangan : P5, P6, P7, P8 = Pertemuan 5, Pertemuan 6, Pertemuan 7, Pertemuan 8.

97 82 Pada tabel 4.2 diatas rata-rata persentasenya dikonversi dalam diagram lingkaran berikut ini Rata-rata Persentase Tanggapan Siswa 24 tanggapan 19,36% 100 tanggapan 80,65% 81.40% Tanggapan positif 19.60% Tanggapan positif Gambar 4.19 Rata-rata Persentase Tanggapan Siswa Berdasarkan tabel dan diagram lingkaran diatas menunjukan bahwa jumlah tanggapan positif yang diberikan siswa yang selama siklus II berjumlah 100 tanggapan atau rata-rata persentasenya sebesar 80,65%. Sedangkan tanggapan negatif yang diberikan siswa sebanyak 24 tanggapan atau rata-rata persentasenya ialah 19,36%. Hal ini sudah cukup baik karena telah mencapai indikator yang ditentukan yaitu mencapai diats 70%. Selain itu hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa menyenangi dan memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open ended

98 83 B. Interpretasi Hasil Penelitian 1. Analisis Hasil Observasi Kegiatan observasi dilakukan oleh observer (pengamat) dimaksudkan untuk mengamati dan mencatat aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan open ended. proses pengamatan ini dilakukan pada setiap siklus selama proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open ended dilakukan. Aspek aktivitas yang diamati meliputi: menginventarisasi dan mempersiapkan logistik yang diperlukan dalam proses pembelajaran, membaca lembar tugas kelompok, mengidentifikasi masalah yang disajikan, memaparkan hasil diskusi dihadapan kelas, menyusun laporan hasil diskusi dan ringkasan, mengikuti assesment dan menyerahkan tugas kelompok (dapat dilihat pada lampiran 9). Pada siklus I hasil pengamatan yang dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open ended menunjukan rata-rata 64,58% menunjukan bahwa aktivitas siswa masih kurang karena rata-rata aktivitas siswa tersebut belum mencapai indikator yang ditentukan. Pada siklus kedua rata-rata aktivitas siswa menagalami peningkatan menjadi 80,20%, hal ini juga menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran telah mencapai indikator yang ditentukan karena telah mencapai rata-rata diatas 70. Berikut ini perbedaan persentase rata-rata aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open ended jika disajikan dalam tabel. Tabel 4.10 Perbedaan Persentase Rata-rata Aktivitas siswa pada Siklus I dan siklus II No Siklus Rata-rata aktivitas Kriteria Pencapaian 1 I 64,58% 70% 2 II 80,20% 70%

99 84 2. Analisis Kemampuan menentukan Luas Bangun datar beraturan dan Tak Beraturan Tes kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan dilakukan untuk mengukur kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa dengan menggunakan pendekatan open ended yang dilakukan pada akhir siklus I dan siklus II. Hasil tes kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan mengalami peningkatan cukup baik. Pada siklus I rata-rata nilai kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa ialah 68,52 dan mengalami peningkatan pada siklus II, rata-rata nilai kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa menjadi 85,03. Peningkatan rata-rata nilai kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa sebesar 16,51. Berikut ini secara lebih rinci perbandingan hasil tes kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar Beraturan Siswa Nilai siswa Siklus I Siklus II Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata (Mean) 68,52 85,03 Nilai tengah (median) 71,53 86,89 Modus 74,88 90 Kurtosis 0,11 0,25 Skewness - 0,57-0,49 Sedangkan tes kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan dilakukan untuk mengukur kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa dengan menggunakan pendekatan open ended yang dilakukan pada akhir siklus I dan siklus II. Hasil tes kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan mengalami peningkatan cukup baik. Pada siklus I nilai rata-rata kemampuan siswa

100 85 menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa ialah 69,19 dan mengalami peningkatan pada siklus II. Nilai rata-rata kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa menjadi 83,80. Begitu pula dengan nilai tertinggi, terendah, median dan modus. Berikut ini secara lebih rinci perbandingan hasil tes kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.12 Perbandingan Hasil Kemampuan Menentukan Luas Bangun Datar tak Beraturan Siswa Nilai siswa Siklus I Siklus II Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata (Mean) 69,19 83,80 Nilai tengah (median) 71,67 84 Modus 74,87 83,50 Kurtosis 0,39 0,38 Skewness - 0,72-0,07 Pada siklus I rata-rata nilai kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa ialah 69,19 dan mengalami peningkatan pada siklus II, nilai rata-rata kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa menjadi 83,80. Peningkatan rata-rata nilai kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa sebesar 14,41. Pada siklus I siswa masih belum dapat mamahami soal dengan baik sehingga siswa belum dapat mendefinisikan ukuran luas bangun datar beraturan yang digunakan untuk menentukan luas bangun datar tak beraturan. Selain itu siswa masih belum dapat mentranslasi solusi dari permasalahan yang disajikan dalam satuan baku. Ini menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan masih perlu ditingkatkan. Namun pada siklus II sudah terjadi perubahan,

101 86 siswa telah dapat merumuskan permasalahan yang disajikan mendefinisikan strategi dan pemecahan yang digunakan untuk mencari penyelesaian permasalahan yang disajikan. Selain itu siswa telah dapat mentranslasi solusi permaslahan yang disajikan dalam satuan baku. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan meningkat siswa. 3. Analisis Respon Siswa terhadap Pendekatan Open Ended Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan setelah akhir siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan open ended. Siswa merasa dengan menggunakan pendekatan open ended merasa lebih mudah memahami proses pembelajaran. Selain itu dengan adanya diskusi kelompok yang dilakukan siswa dapat berinteraksi satu sama lain dalam proses pembelajaran dan memudahkan jika ada hal-hal yang belum dipahami. 4. Analisis jurnal harian Pada setia akhir proses pembelajaran menggunakan pendekatan open ended peneliti memberikan jurnal harian yang digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Tanggapan siswa beragam, ada siswa yang memberikan komentar positif, dan ada yang memberikan komentar negatif. Tanggapan tersebut digunakan untuk mengetahui respon siswa dalam proses pembelajaran. Jurnal siswa diberikan setiap akhir proses pembelajaran dilakukan. jurnal harian berisi 3 buah pertanyaan mengenai penggunaan pendekatan open ended dalam proses pembelajaran. Berikut ini hasil jurnal harian selama siklus I dan siklus II dirangkum dalam tabel berikut ini:

102 87 Tabel 4.13 Rata-rata Persentase tanggapan siswa Jenis Komentar Rata-rata Persentase siklus I(%) II(%) Positif 62,90 80,65 Negatif 37,09 19,36 Berdasarakan tabel diatas menunjukan bahwaterjadi penurunan rata-rata persentase tanggapan negatif dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I rata-rata persentase tanggapan negatif siswa sebesar 37,09% menurun menjadi 19,36% pada siklus II. Sedangkan rata-rata persentase tanggapan positif siswa mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 62,90% menjadi 80,65% pada siklu II. Hal ini menunjukan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran menggunakan pendekatan open ended. C. Pembahasan Hasil Penelitian Kegiatan penelitian yang dilakukan dari siklus I sampai siklus II, peneliti menemukan beberapa kejadian yang penting yang dianggap dapat mempengaruhi penelitian atau sebab akibat penelitian, antara lain : 1. Penerapan pendekatan open ended dalam Proses Pembelajaran. Kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan ialah kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan dengan menerapkan konsep luas bangun datar beraturan. Dalam menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan digunakan pendekatan luas bangun datar beraturan yang telah dipelajari, antara lain luas persegi, persegi panjang, segitiga, jajargenjang dll. Untuk memudahkan dalam menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan siswa melakukan definisi terhadap bangun datar yang akan digunakan, misalnya menggunakan persegi satu satuan atau berukuran luas 1 cm 2, dua satuan atau berukuran luas 2 cm 2 dan lain-lain. Setelah melakukan definisi

103 88 terhadap bangun datar yang akan digunakan baru siswa menggambar bangun datar tersebut pada gambar bangun datar tak beraturan yang diberikan pada lembar kerja kelompok. Siswa mengisi semua bagian pada gambar tersebut sampai terisi penuh dengan gambar bangun datar dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya. Siswa menghitung luas bangun datar yang ada dengan ketentuan jika luas bangun datar yang yang di gambar siswa pada bangun datar tak beraturan kurang dari setengah satuan maka luas bangun datar tersebut dianggap nol. Sedangkan jika luas bangun datar tak beraturan siswa lebih dari setengah atau sampai satu satuan maka luas bangun datar tersebut dianggap satu satuan. Dan pada akhirnya siswa mengitung barapa jumlah bangun datar yang ada pada bangun datar tak beraturan dan mengalikanya dengan ukuran luas bangun datar yang telah di definisi diawal yang digunakan siswa (satu satuan, dua satuan dll) sehingga luas bangun datar tak beraturan dapat ditentukan. Dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan dalam lembar kerja kelompok (LKK) setiap kelompok melakukan banyak variasi yang berbeda yaitu satu satuan, dua satuan, tiga satuan dll. Ukuran-ukuran tersebut di gunakan siswa untuk menyelesaikan luas dua buah bangun datar tak beraturan yang sama namun menggunakan ukuran luas bangun datar yang berbeda. Berikut ini beberapa ukuran luas bangun datar yang digunakan siswa antara lain a. Persegi Dalam menyelesaikan soal luas bangun datar yang diberikan ada beberapa ukuran persegi yang digunakan seperti Persegi berukuran 0,5 cm 0,5 cm, 1 cm 1 cm, dan 2 cm 2 cm. 0,5 cm 0,5 cm luas persegi = 0,5 cm 0,5 cm = 0,25 cm 2 Berikut ini hasil pekerjaan siswa menggunakan ukuran tersebut:

104 89 Gambar 4.20 Hasil Kerja Siswa Menggunakan Persegi Berukuran 0,5cm x0,5 cm 1 cm 1 cm luas persegi = 1 cm 1 cm = 1 cm 2 Berikut ini hasil pekerjaan siswa menggunakan ukuran tersebut: Gambar 4.21 Hasil Kerja Siswa Menggunakan Persegi Berukuran 1 cm 1 cm 2 cm 2 cm luas persegi = 2 cm 2 cm = 4 cm 2

105 90 Berikut ini hasil pekerjaan siswa menggunakan ukuran tersebut: Gambar 4.22 Hasil Kerja Siswa Menggunakan Persegi Berukuran 2 cm 2 cm b. Persegi Panjang Dalam menyelesaikan soal luas bangun datar yang diberikan yang diberikan, ada beberapa ukuran persegi panjang yang digunakan seperti persegi panjang berukuran 1cm 0,5 cm, dan 2 cm 0,5 cm. 1 cm 0,5 cm luas persegi panjang = 1 cm 0,5 cm = 0,5 cm 2 Berikut ini hasil pekerjaan siswa menggunakan ukuran tersebut:

106 91 Gambar 4.23 Hasil Kerja Siswa Menggunakan Persegi Panjang Berukuran 1 cm 0,5 cm 2 cm 0,5 cm luas persegi = 2 cm 2 cm = 4 cm 2 Berikut ini hasil pekerjaan siswa menggunakan ukuran tersebut Gambar 4.24 Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Persegi Panjang Berukuran 2 cm 0,5 cm

107 92 c. Segitiga Dalam menyelesaikan soal luas bangun datar yang diberikan yang diberikan, ada beberapa ukuran segitiga yang digunakan seperti berukuran alas tinggi = 0,5 cm 1cm, 1 cm 1 cm, dan 2 cm 1 cm begitujuga dengan bentuknya ada siswa yang menggunakan segitiga siku-siku dan segitiga sama kaki. Segitiga siku-siku 0,5 cm 1 cm luas segitiga = (1 cm 0,5 cm) 2 = 0,25 cm 2 Berikut ini hasil pekerjaan siswa menggunakan ukuran tersebut: Gambar 4.25 Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Segitiga Berukuran 1 cm 0,5 cm 1 cm 1 cm Segitiga siku-siku (1 cm 1 cm) luas segitiga = 2 = 0,5cm 2

108 93 Berikut ini hasil pekerjaan siswa menggunakan ukuran tersebut: Gambar 4.26 Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Segitiga Berukuran 1 cm 1 cm 2 cm 1 cm Segitiga siku-siku (1cm 2 cm) luas segitiga = 2 = 1 cm 2 Berikut ini hasil pekerjaan siswa menggunakan ukuran tersebut Gambar 4.27 Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Segitiga Berukuran 2 cm 1 cm

109 94 0,5 cm 1 cm Segitiga sama kaki (0,5 cm 1 cm) luas segitiga = 2 = 0,25 cm 2 Berikut ini hasil pekerjaan siswa menggunakan ukuran tersebut Gambar 4.28 Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Segitiga Berukuran 1 cm 0,5 cm 1 cm 1 cm Segitiga sama kaki (1 cm 1 cm) luas segitiga = 2 = 0,5 cm 2 Berikut ini hasil pekerjaan siswa menggunakan ukuran tersebut Gambar 4.29 Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Segitiga Berukuran 1 cm 1 cm

110 95 d. Jajargenjang Dalam menyelesaikan soal luas bangun datar yang diberikan ada beberapa ukuran persegi yang digunakan seperti jajargenjang berukuran 2 cm 1 cm dan 1 cm 0,5 cm. 2 cm 1 cm luas Jajargenjang = 2 cm 1 cm = 2 cm 2 Berikut ini hasil pekerjaan siswa menggunakan ukuran tersebut: Gambar 4.30 Hasil Kerja Siswa Pada Tes Siklus I Menggunakan Jajargenjang Berukuran 1 cm 2 cm 1 cm 0,5 cm luas Jajargenjang = 1 cm 0,5 cm = 0,5 cm 2 Berikut ini hasil pekerjaan siswa menggunakan ukuran tersebut:

111 96 Gambar 4.31 Hasil Kerja Siswa Menggunakan Jajargenjang Berukuran 1 cm 0,5 cm Adanya variasi yang digunakan tersebut menunjukan adanya berapa keterampilan siswa dalam melakukan pemecahan masalah seperti yang dikemukakan Nahrowi Adji antara lain: Siswa telah dapat memahami soal yang diberikan yaitu siswa diminta menghitung luas bangun datar tak beraturan. 2. Siswa telah dapat memilih pendekatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal luas bangun datar tak beraturan dengan menggunakan luas bangun datar beraturan. 3. Siswa dapat membuat model yang digunakan untuk menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan dengan membuat gambar bangun datar beraturan pada bangun datar tak beraturan. 4. Pada langkah terakhir siswa dapat menafsirkan solusi yaitu siswa dapat menentukan luas bangun datar tak beraturan berdasarkan luas bangun datar beraturan yang telah didefinisaikan sebelumnya. 41 Nahrowi Adji, Pemecahan Masalah Matematika h, 15

112 97 Pada siklus I siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan, beberapa siswa terlihat masih bingung dalam menentukan dan mendefinisikan luas bangun datar tak beraturan sehingga pada akhirnya hasil yang didapatkan masih belum dalam satuan luas baku/ dalam ukuran satuan luas. Namun pada siklus II siswa sudah dapat mendefinisikan luas bangun datar beraturan, menggunakan ukuran dan variasi bentuk bangun datar, meyelesaiakannya dalam model dan menafsirkanya dalam penyelesaikan masalah dan menentukan luas bangun datar tak beraturan. Selain itu pada siklus I siswa belum dapat mentranslasikan solusi yang diperoleh dalam ukuran satuan baku dan pada siklus II terlihat siswa telah dapat mentranslaskan solusi yang diperoleh dalam satuan ukuran luas. Hal ini pula karena siswa telah mendefinisikan strategi dan pendekatan yang digunakan secara jelas di awal. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa mengalami peningkatan. Selain itu penerapan pendekatan open ended dikelas VII selama kegiatan penelitian dilakukan dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal luas bangun datar tak beraturan siswa. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan mengalami peningkatan cukup baik. Pada siklus I rata-rata kemampuan siswa menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa ialah 69,84 dan mengalami peningkatan pada siklus II rata-rata kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa menjadi 83,80. Peningkatan ratarata nilai kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa sebesar 14,41 Maka dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan open ended dapat meningkatkan kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa.

113 98 2. Respon siswa terhadap pendekatan open ended. Pendekatan open ended ialah pendekatan pembelajaran yang dalam proses pelaksanaanya menggunakan soal-soal yang terbuka. Hal ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan eksplorasi dalam proses pembelajara. Menurut Nohda (2000) tujuan pembelajaran open ended ialah membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematika siswa melalui problem solving secara simultan. 42 Dengan kata lain bahwa kegiatan kretif dan pola pikir matematika siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Yang perlu diperhatikan ialah pemberian kesempatan kepada siswa untuk berfikir secara bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan open ended dapat membuat siswa senang dan bersemangat dalam belajar matematika. Hal ini sesuai dengan pengakuan siswa yang diperoleh dari pendapat siswa dalam jurnal harian dan wawancara yang dilakukan oleh beberapa orang siswa dalam setiap akhir siklus pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada akhir siklus I dan II siswa mengaku senang dengan pembelajaran menggunakan pendekatan open ended karena siswa dapat menyelesaikan soal yang permasalalahan yang diberikan dengan berbagai strategi. Selain itu, siswa dapat berdiskusi dengan teman jika mengalami kesulitan dan suasana dalam proses pembelajaran santai sehingga siswa dapat mengerti materi yang diajarkan karena siswa sendiri yang menyelesaikan permasalahan tersebut. Siswa tidak hanya diam mendengarkan pelajaran yang diberikan oleh guru tetapi siswa dituntut untuk aktif proses pembelajaran dikelas. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap jurnal harian siswa selama siklus I dan siklus II diperoleh bahwa terjadi penurunan ratarata persentase tanggapan negatif dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I rata-rata persentase tanggapan negatif siswa sebesar 37,09% menurun 42 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, h, 123

114 99 menjadi 19,36% pada siklus II. Sedangkan rata-rata persentase tanggapan positif siswa mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 62,90% menjadi 80,65% pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran menggunakan pendekatan open ended. Maka berdasarkan hasil wawancara dan lembar jurnal harian siswa hal ini menunjukan bahwa siswa memiliki respon positif terhadap proses pembelajaran mengggunakan pendekatan open ended. 3. Kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa menggunakan pendekatan open ended. Penerapan pendekatan open ended dikelas VII-4 selama kegiatan penelitian dilakukan dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan luas bangun datar beraturan siswa. Hal ini dapat dilihat peningkatan rata-rata nilai kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan. Nilai rata-rata kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa ialah 68,52 pada siklus I mengalami peningkatan pada siklus II, nilai rata-rata kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa menjadi 85,03. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa sebesar 16,51. Selain itu hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya antara lain oleh Dhian Desianasari (2007) dalam penelitianya berjudul Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 1 Semarang tahun pelajaran 2006/2007 pada pokok bahasan luas daerah segiempat melalui pembelajaran pendekatan open ended pada hasil penelitianya menyimpulkan pembelajaran Pendekatan open ended dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan luas daerah segiempat siswa kelas VII SMP N 1 Semarang tahun pelajaran 2006/2007. Selama proses penelitian berlangsung, siswa selalu hadir dalam setiap pertemuan tidak ada siswa yang bolos dalam proses pemebelajaran walaupun terdapat beberapa orang siswa tidak hadir karena sakit atau izin.

115 100 Selaian itu siswa terlihat sangat antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti, siswa bekerjasama satu sama lain dalam menyelesaikan tugas yang diberikan peneliti, menyelesaikan lembar pekerja rumah (PR) yang diberikan setiap ahir pertemuan. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa meningkat jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional yang dilakukan guru dikelas tersebut. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Joko Tri Leksono (2005) Berproses pada pembelajaran Pendekatan open ended terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus kelas VIII SMP negeri 4 pati. Maka berdasarkan hal tersebut maka penerapan pendekatan pembelajaran open ended dapat meningkatkan kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa.

116 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan dapat disimpulkan halhal sebagai berikut: 1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open ended dapat meningkatkan kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan mengalami peningkatan cukup baik. Pada siklus I nilai rata-rata kemampuan siswa menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa ialah 69,84 dan mengalami peningkatan pada siklus II, nilai rata-rata kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa menjadi 83,80. Peningkatan rata-rata nilai kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa sebesar 14,41. Selain itu peningkatan kemampuan luas bangun datar tak beraturan siswa dapat dilihat dari adanya variasi bentuk dan ukuran bangun datar yang digunakan siswa dalam menyelesaikan luas bangun datar tak beraturan. Peningkatan kemampuan siswa juga dapat dilihat dalam memahami permasalahan yang disajikan, memilih pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan, membuat model terhadap masalah yang disajikan, mentranslasi permasalahan yang disajikan untuk menentukan solusi terhadap masalah yang disajikan. 2. Siswa memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open ended. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa orang siswa yang menyatakan siswa merasa dengan menggunakan pendekatan open ended merasa lebih mudah memahami proses pembelajaran. Selain itu berdasarkan hasil analisis jurnal harian diperoleh bahwa pada siklus I rata-rata persentase tanggapan negatif siswa sebesar 37,09% menurun menjadi 19,36% pada siklus II. 101

117 102 Sedangkan rata-rata persentase tanggapan positif siswa mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 62,90% menjadi 80,65% pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran menggunakan pendekatan open ended. 3. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open ended dapat meningkatkan kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa. Hal ini dapat dilihat peningkatan nilai rata-rata kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan. Pada siklus I nilai rata-rata kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa ialah 68,52 dan mengalami peningkatan pada siklus II, nilai ratarata kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa menjadi 85,03. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa sebesar 16,51. B. Saran Saran yang dapat penulis sumbangkan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai beriku 1. Hendaknya guru menerapkan pendekatan open ended dalam proses pembelajaran matematika terutama pada pokok bahasan segi empat dan menentukan luas bangun datar tak beraturan. 2. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis problem open ended, permasalahan sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. 3. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan open ended diperlukan perhatian khusus dalam merencanakan waktu dan memilih materi yang akan diajarkan sehingga dengan perencanaan yang seksama dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang dan materi yang disampaikan dapat lebih mudah diserap oleh peserta didik. 4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.

118 DAFTAR PUSTAKA Adji, Nahrowi. Pemecahan Masalah Matematika Bandung : UPI Press, dan Deti Rostika, Konsep Dasar Matematika. Bandung : UPI Press, Arikunto,Suharismi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Dirjen Depdiknas. Lesson study dan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Depdiknas Depdiknas. Panduan Pembinaan Sekolah Standar Nasonal. Jakarta : Depdiknas.. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrastah Tsanawiyah. Jakarta: Dharma Bhakti Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakata: Balai Pustaka Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Pedoman Umum Pengujian Berbasis Kemampuan Dasar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta : Dharma Bhakti Fadjar Shadiq, M App, Sc. Penalaran, Pemecahan Masalah dan komunikasi Matematika.(Yogyakarta : Depdiknas) Fatra, Maifalinda dan Abd. Razak. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: FITK UIN Jakarta: 2010 Holland, Roy. Kamus Matematika muslim.wordpress.com/(posted on April 9, 2010 by arifin Muslim) 15 November 2010, 13:03 WIB. malaysia-61/, 12 Febuari 2011, WIB Pedoman Penulisan Skripsi. FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prawidilaga Dewi Salma, Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung:Rosda Karya Satriawati, Gusni. Pembalajaran Matematika dengan Pendekatan open ended pada Pokok Bahasan Dalil Phythagoras di Kelas II SMP dalam 103

119 104 Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar. Jakarta: UIN Press Sobel, Max A. Mengajar Matematika edisi 3. Jakarta Erlangga, Soekarjo, Dr. M dan ukim Komarudin M. Pd. Landasan Pendidikan (konsep dan Aplikasinya), Bandung: Pt. raja Grafindo Persada, Sudiarta, Igusti Putu. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual Open Ended. Dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 38, no 1. Tahun 2005, h, 582. Suherman, Erman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Suyatno. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Mas Media. Windayana, Husen dkk. Geometri dan Pengukuran. Bandung : Upi Press Negroho,ST., dan B, Harahap. Ensiklopedia Matematika. (Jakarta : PT Ghalia Indonesia

120 105 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Program : VII (tujuh) Semester : Genap Tahun Ajaran : 2010 / 2011 Alokasi Waktu : 18 x 45 menit(9 Pertemuan) Pendekatan/Metode : Open-Ended I. Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. II. Kompetensi Dasar : Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. III. Indikator Pembelajaran 1. Menghitung luas persegi panjang. 2. Menggunakan konsep luas persegi panjang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 3. Menghitung luas persegi. 4. Menggunakan konsep luas persegi untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 5. Menghitung luas segitiga. 6. Menggunakan konsep luas segitiga untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 7. Menghitung luas jajargenjang. 8. Menggunakan konsep luas jajar genjang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 9. Menghitung luas trapesium. 10. Menggunakan konsep luas trapesium untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 11. Menghitung luas layang-layang. 12. Menggunakan konsep luas layang-layang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 13. Menghitung luas belah ketupat. 14. Menggunakan konsep luas belah ketupat untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 15. Menghitung luas lingkaran. 16. Menggunakan konsep luas lingkaran untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

121 106 IV. Tujuan pembelajaran Setelah pembelajaran ini siswa diharapkan dapat: 1. Menemukan rumus luas persegi panjang. 2. Menghitung luas persegi panjang. 3. Menggunakan konsep persegi panjang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menemukan rumus persegi. 5. Menghitung luas persegi. 6. Menggunakan konsep persegi untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 7. Menemukan rumus luas segitiga. 8. Menghitung luas segitiga. 9. Menggunakan konsep segitiga untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 10. Menemukan rumus luas jajargenjang. 11. Menghitung luas jajargenjang 12. Menggunakan konsep jajargenjang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 13. Menemukan rumus luas trapesium. 14. Menghitung luas trapesium. 15. Menggunakan konsep trapesium untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 16. Menemukan rumus luas layang-layang. 17. Menghitung luas layang-layang. 18. Menggunakan konsep layang-layang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 19. Menemukan rumus luas belah ketupat. 20. Menghitung luas belah ketupat. 21. Menggunakan konsep belah ketupat untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 22. Menemukan rumus luas lingkaran. 23. Menghitung luas lingkaran. 24. Menggunakan konsep lingkaran untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. V. Materi Pokok : Segitiga dan segiempat VI. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan pertama 1. Pendahuluan (10 menit) Apersepsi : Mengingat kembali tentang pengertian dan sifat persegi panjang.

122 107 Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah seharihari. 2. Kegiatan Inti (70 menit) a) Guru membimbing siswa menemukan luas persegi panjang dan gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. b) Guru membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep persegi panjang beserta contohnya. c) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. d) Guru membagi Siswa dalam enam kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. e) Setiap kelompok mengerjakan Lembar Tugas Kelompok yang telah disiapkan. Setiap kelompok diminta mengejakan soal tife 1, setiap kelompok diminta mengambil sebuah daun yang ada di depan kelas lalu menggambarnya dan menghitung luasnya menggunakan konsep persegi panjang. f) Guru mengamati jalanya diskusi sambil memberikan arahan dan bimbingan kepada setiap kelompok. g) Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain memperhatikan. h) Guru memberikan arahan kepada jawaban yang benar 3. Penutup (10 menit) a) Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman. b) Siswa dan guru melakukan tanya jawab. c) Guru memberikan tugas (LKS-PR-1). Pertemuan kedua 1. Pendahuluan : Apersepsi : Mengingat kembali tentang pengertian dan sifat persegi. Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah seharihari. 2. Kegiatan Inti : a) Guru membimbing siswa menemukan luas persegi dan gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. b) Guru membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep persegi beserta contohnya. c) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. d) Guru membagi Siswa dalam enam kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. e) Setiap kelompok mengerjakan Lembar Tugas Kelompok yang telah disiapkan. Setiap kelompok diminta mengejakan soal tife 1,selain itu kelompok satu dan dua mengerjakan soal tife 2, kelompok tiga dan

123 108 empat mengerjakan soal tife 2, dan kelompok lima dan enam mengerjakan soal tife 3. f) Guru mengamati jalanya diskusi sambil memberikan arahan dan bimbingan kepada setiap kelompok. g) Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain memperhatikan. h) Guru memberikan arahan kepada jawaban yang benar. 3. Penutup : a) Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman. b) Siswa dan guru melakukan tanya jawab. c) Guru memberikan tugas (LKS-PR-2). Pertemuan Ketiga 1. Pendahuluan (10 menit) Apersepsi : Mengingat kembali tentang pengertian dan macam-macam segitiga Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari. 2. Kegiatan Inti (70 menit) a) Guru membimbing siswa menemukan luas segitiga dan gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. b) Guru membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep segitiga beserta contohnya. c) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. d) Guru membagi Siswa dalam enam kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. e) Setiap kelompok mengerjakan Lembar Tugas Kelompok yang telah disiapkan. Setiap kelompok diminta mengejakan soal tife 1,selain itu kelompok satu dan dua mengerjakan soal tife 2, kelompok tiga dan empat mengerjakan soal tife 2, dan kelompok lima dan enam mengerjakan soal tife 3. f) Guru mengamati jalanya diskusi sambil memberikan arahan dan bimbingan kepada setiap kelompok. g) Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain memperhatikan. h) Guru memberikan arahan kepada jawaban yang benar. i) Tes formatif. 3. Penutup (10 menit) a) Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman. b) Siswa dan guru melakukan tanya jawab. c) Guru memberikan tugas (LKS-PR-3). Pertemuan Keempat 1. Pendahuluan (10 menit) Apersepsi : Mengingat kembali tentang materi jajar genjang.

124 109 Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah seharihari. 2. Kegiatan Inti (70 menit) a) Guru membimbing siswa menemukan luas jajar genjang dan gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. b) Guru membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep jajar genjang beserta contohnya. c) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. d) Guru membagi Siswa dalam enam kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. e) Setiap kelompok mengerjakan Lembar Tugas Kelompok yang telah disiapkan. Setiap kelompok diminta mengejakan soal tife 1,selain itu kelompok satu dan dua mengerjakan soal tife 2, kelompok tiga dan empat mengerjakan soal tife 2, dan kelompok lima dan enam mengerjakan soal tife 3. f) Guru mengamati jalanya diskusi sambil memberikan arahan dan bimbingan kepada setiap kelompok. g) Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain memperhatikan. h) Guru memberikan arahan kepada jawaban yang benar. 3. Penutup (10 menit) a) Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman. b) Siswa dan guru melakukan tanya jawab. c) Guru memberikan tugas (LKS-PR-4). Pertemuan kelima 1. pendahuluan (10 menit) Apersepsi : Mengingat kembali tentang trapesium yang pernah dipelajari di sekolah dasar. Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah seharihari. 2. Kegiatan Inti (70 menit) a) Guru membimbing siswa menemukan luas trapesium dan gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. b) Guru membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan persegi dan persegi panjang beserta contohnya. c) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. d) Guru membagi Siswa dalam enam kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. e) Setiap kelompok mengerjakan Lembar Tugas Kelompok yang telah disiapkan. Setiap kelompok diminta mengejakan soal tife 1,selain itu kelompok satu dan dua mengerjakan soal tife 2, kelompok tiga dan

125 110 empat mengerjakan soal tife 2, dan kelompok lima dan enam mengerjakan soal tife 3. f) Guru mengamati jalanya diskusi sambil memberikan arahan dan bimbingan kepada setiap kelompok. g) Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain memperhatikan. h) Guru memberikan arahan kepada jawaban yang benar 3. Penutup (10 menit) a) Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman. b) Siswa dan guru melakukan tanya jawab. c) Guru memberikan tugas (PR). Pertemuan keenam 1. pendahuluan (10 menit) Apersepsi : Mengingat kembali tentang layang-layang yang pernah dipelajari di sekolah dasar. Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah seharihari. 2. Kegiatan Inti (70 menit) a) Guru membimbing siswa menemukan luas layang-layang dan gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. b) Guru membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan persegi dan segitiga beserta contohnya. c) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. d) Guru membagi Siswa dalam enam kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. e) Setiap kelompok mengerjakan Lembar Tugas Kelompokyang telah disiapkan. Setiap kelompok diminta mengejakan soal tife 1,selain itu kelompok satu dan dua mengerjakan soal tife 2, kelompok tiga dan empat mengerjakan soal tife 2, dan kelompok lima dan enam mengerjakan soal tife 3. f) Guru mengamati jalanya diskusi sambil memberikan arahan dan bimbingan kepada setiap kelompok. g) Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain memperhatikan. h) Guru memberikan arahan kepada jawaban yang benar. i) Tes formatif. 3. Penutup (10 menit) a) Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman. b) Siswa dan guru melakukan tanya jawab. c) Guru memberikan tugas (LKS-PR-6).

126 111 Pertemuan ketujuh 1. pendahuluan (10 menit) Apersepsi : Mengingat kembali tentang belah ketupat yang pernah dipelajari di sekolah dasar. Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah seharihari. 2. Kegiatan Inti (70 menit) a) Guru membimbing siswa menemukan luas belah ketupat dan gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. b) Guru membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan segitiga dan jajar genjang beserta contohnya. c) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. d) Guru membagi Siswa dalam enam kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. e) Guru meminta setiap kelompok melakukan percobaan dengan mengambil sebuah daun yang berada di halaman dan menggambarnya lalu menghitunggung luasnya menggunakan konsep luas segita. f) Guru mengamati jalanya diskusi sambil memberikan arahan dan bimbingan kepada setiap kelompok. g) Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain memperhatikan. h) Guru memberikan arahan kepada jawaban yang benar 3. Penutup (10 menit) a) Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman. b) Siswa dan guru melakukan tanya jawab. c) Guru memberikan tugas (LKS-PR-7). Pertemuan kedelapan 1. pendahuluan (10 menit) Apersepsi : Mengingat kembali tentang lingkaran yang pernah dipelajari di sekolah dasar. Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari. 2. Kegiatan Inti (70 menit) a) Guru membimbing siswa menemukan lingkaran dan gabungan luas bangun datar beraturan beserta contohnya. b) Guru membimbing siswa menemukan luas bangun datar tak beratura menggunakan konsep luas gabungan persegi panjang dan segitiga beserta contohnya. c) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. d) Guru membagi Siswa dalam enam kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang.

127 112 e) Setiap kelompok mengerjakan Lembar Tugas Kelompok yang telah disiapkan. Setiap kelompok diminta mengejakan soal tife 1,selain itu kelompok satu dan dua mengerjakan soal tife 2, kelompok tiga dan empat mengerjakan soal tife 2, dan kelompok lima dan enam mengerjakan soal tife 3. f) Guru mengamati jalanya diskusi sambil memberikan arahan dan bimbingan kepada setiap kelompok. g) Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain memperhatikan. h) Guru memberikan arahan kepada jawaban yang benar. 3. Penutup (10 menit) a) Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman. b) Siswa dan guru melakukan tanya jawab. c) Guru memberikan tugas (LKS-PR-8) VII. Media dan Sumber Belajar : a) Media : 1. LCD 2. Bangun segitiga b) Sumber Belajar : - Cholik, M Matematika SMP kelas VII. Jakarta : Erlangga. - Johanes, dkk Kompetensi Matematika. Jakarta: Yudistira. - Depdiknas Pembelajaran Matematika kelas VII. Jakarta: Depdiknas VIII. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar a. Teknik : Tugas kelompok b. Penilaian langsung dari kelompok c. Bentuk instrumen : Lembar Tugas Kelompok (Terlampir) Guru Mata Pelajaran, Mengetahui, Pamulang, januari 2011 Praktikan Suswardi, S. Pd, MM. Ikhsan Saeful Munir

128 Lampiran MATERI 1 PERSEGI PANJANG 1. Pengertian Persegi Panjang perhatikan gambar berikut ini Gambar disamping ialah gambar persegi panjang. Dengan melihat gambar disamping Dapatkah kamu menjelaskan apa itu persegi panjang Maka : a. Sifat-sifat persegi panjang Adapun sifat-sifat persegi panjang ialah: a. Mempunyai empat sisi, dengan sepasang sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. b. Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut sikusiku (90 o ) c. Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan membagi dua sama besar. d. Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara.

129 114 b. Luas persegi panjang Untuk menjelaskan luas pemahaman luas persegi panjang kita kembali melihat konsep perkalian. kita ambil contoh 3 2 = 6. Jika diperagakan maka dapat kita gambarkan: Sisi 2 satuan Sisi 3 satuan Sehingga dapat kita buat rumus luas persegi panjang = sisi 3 satuan x sisi 2 atuan. Jika sisi tiga satuan sebagai panjang dan sisi dua satuan sebagai lebar. Maka luas persegi panjang dapat kita buat = panjang x lebar. Luas = Panjang Lebar L = p l Contoh Hitunglah luas bangun berikut! Jawab Cara 1 Maka kita dapat membagi bangun tersbut menjadi beberapa bagian, seperti berikut:

130 115 I IV II III Maka luas bangun ialah : Luas bangun L = luas I + Luas II +- Luas III + Luas IV = luas persegi + luas Persegi panjang + luas persegi panjang + luas persegi panjang = s s + p l + p l + p l = (3 3 ) + (6 2) + (10 2) + (4 2) = = 49 cm 2 Cara 2 kita dapat membagi bangun tersbut menjadi beberapa bagian, seperti berikut: I IV II III

131 116 Maka luas bangun ialah : Luas bangun L = luas I + Luas II +- Luas III + Luas IV = luas persegi Panjang + luas Persegi + luas persegi panjang + luas persegi panjang = p l + p l + p l + s s = (3 5 ) + (3 4) + (3 2) + (4 4) = = 49 cm 2 Contoh 2 Perhatikan gambar dibawah ini. Perkirakanlah luas bangun dibawah ini dengan menggunakan konsep luas persegi panjang!

132

133 118

134 119 MATERI 2 PERSEGI a. Pengertian Persegi Kalian tentu pernah melihat bentuk-bentuk seperti papan catur, sapu tangan, atau ubin (lantai). Berbentuk apakah bangunbangun tersebut? Bagaimana sisi-sisi bangun tersebut? Bangunbangun yang disebutkan di atas adalah bangun yang berbentuk persegi. Perhatikan gambar persegi disamping! jika kalian mengamatinya dengan tepat, kalian akan memperoleh bahwa: (i) sisi-sisi persegi ABCD sama panjang, yaitu AB = BC = CD = AD; (ii) (ii) sudut-sudut persegi ABCD sama besar, yaitu o ABC = BCD = CDA = DAB = 90. Dari uraian tersebut dapat kita katakan bahwa persegimerupakan persegi panjang dengan sifat khusus, yaitu keempat sisinya sama panjang.

135 120 b. Sifat-Sifat Persegi c. Luas Persegi Untuk menjelaskan luas pemahaman luas persegi kita kembali melihat konsep perkalian. kita ambil contoh 2 2 = 4. Jika diperagakan maka dapat kita gambarkan: Sisi 2 satuan Sisi 2 satuan Sehingga dapat kita buat rumus luas persegi = sisi 2 satuan x sisi 2 atuan. Jika kita nyatakan dengan sisi = 192 cm 2 sisi untuk semua persegi maka kita akan menemukan rumus luas persegi sebagai berikut: Luas = sisi sisi L = s s

136 121 Contoh Perhatikan gambar disamping. Hitunglah luas gambar disamping! Jawab Cara 1 Bagi gambar tersebut menjadi tiga buah persegi seperti gambar diwah ini Maka luas bangun ialah : Laus 3 buah persegi: Luas bangun = 3 s s = = 192 cm 2 Cara 2 Maka luas bangun ialah : L = Luas persegi + Luas persegi panjang L = (s s) + (p l) = (8 8) + (8 16) = = 192 cm 2

137 122

138 123

139 124 Ternyata terdapat 138 buah persegi seperempat satuan yang luasnya 34,5 cm 2, dan 18 buah persegi 1 2 seperempat satuan kurang seperempat satuan yang luasnya 4,5 cm 2. Dan17 buah persegi yang luasnya kurang 1 2 seperempat satuan. Maka luas daerah tersebut ialah 39 cm2.

140 125 MATERI 3 SEGITIGA 1. Pengertian Segitiga

141 2. Macam-Macam Segitiga 126

142 127 Gambar iv iii iv Gambar iv Gambar v v 3. Sifat-Sifat Segitiga a. Sifat-sifat segitiga sama kaki: Dapat dibentuk dari dua buah segitiga siku-siku yang sama Besar dan sebangun; Mempunyai satu sumbu simetri; Mempunyai dua buah sisi yang sama panjang; Mempunyai dua buah sudut yang sama besar; Dapat menempati bingkainya dengan tepat dalam dua cara. b. Sifat-sifat segitiga sama sisi: Mempunyai tiga buah sumbu simetri; Mempunyai tiga buah sisi yang sama panjang; Mempunyai tiga buah sudut yang sama besar (60 o ); Dapat menempati bingkainya dengan tepat dalam enam cara.

143 128 c. Luas Segitiga Ambil sebuah persegi panjang dengan panjang p dan kebar l p l Kemudian kita bagi dua dengan membagi persegi panjang tersebut di diagonalnya. Kita lihat daerah segitiga yang diarsir luasnya ialah setengah dari luas persegi panjang. Jika kita uraikan dalam rumus matematika ialah sebagai berikut: Luas segitiga = 1 2 p l, karena p = alas dan l = tinggi segitiga maka: Luas segitiga = 1 a t 2 Contoh Diketahui bangun-bangun seperti berikut. a. Tentukan luas dari tiap-tiap bangun. b. Bangun manakah yang mempunyai luas terbesar?

144 129 Jawab Luas (a) = 4 luas segitiga tife satu + 2 luas segitiga tife dua +luas persegi panjang + 2 luas persegi = ((4 3 2 : 2) + (2 2 1 : 2) + (4 2} ) = 30 satuan Luas (b) = 2 luas segitiga + 5 luas persegi = (2 2 2 : 2) = 24 satuan Luas (c) = 4 luas segitiga + 3 luas persegi = (4 2 2 : 2) = 20 satuan Maka bangun yang mempunyai luas terbesar ialah bangun A Contoh 2 Perhatikan gambar dibawah ini. Perkirakanlah luas bangun dibawah ini dengan menggunakan segitiga satu satuan! Jawab ]

145 130 Jawab Cara 1 Menggunakan segitiga berukuran 1 cm 1 cm Jika kita gunakan ketentuan: Apabila segitiga dalam bangun tersebut setengah satu satuan maka luanya ialah 0,5 cm 2, dan apabila segitiga didalam bangun tersebut setengah satu satuan dan kurang dari setengah satu satuan maka luas segitiga dianggap 0, 5 cm 2. Apabila luas segitiga dalam bangun tersebut kurang dari 1 setengah satuan maka luas segitiga dianggap 0 2 cm2. Ternyata terdapat buah segitiga setengah satuan yang luasnya cm 2, dan buah segitiga 1 2 setengah satuan kurang satuan yang luasnya cm2. Dan buah segitiga yang luasnya kurang daerah tersebut ialah cm setengah satuan. Maka luas

146 131 Menggunakan segitiga berukuran 1 cm 2 cm Apabila segitiga dalam bangun tersebut satu satuan maka luanya ialah 1 cm 2, dan apabila luas segitiga didalam bangun tersebut 1 2 satu satuan dan kurang dari satu satuan maka luas segitiga dianggap 1 cm 2. Apabila segitiga dalam bangun tersebut kurang dari 1 2 satu satuan maka luas segitiga dianggap 0 cm 2. Ternyata terdapat buah segitiga satu satuan yang luasnya cm 2, dan buah segitiga 1 2 satu satuan kurang satuan yang luasnya cm 2. Dan buah segitiga yang luasnya kurang 1 2 satu satuan. Maka luas daerah tersebut ialah cm2.

147 132 MATERI 4 JAJARGENJANG 1. Pengertian Jajargenjang Agar kalian memahami pengertian jajargenjang, lakukanlah kegiatan berikut ini. Buatlah sebarang segitiga, misalnya ABD. Tentukan titik tengah salah satu sisi segitiga tersebut, misalnya titik tengah sisi BD dan beri nama titik O. Kemudian, pada titik yang ditentukan. 2. Sifat-Sifat Jajargenjang Jajargenjang

148 2. Luas jajargenjang 133

149 134 Contoh soal Hitunglah luas bangun berikut ini! 2 cm 8 cm 4 cm

150 135 Jawab Cara 1 I 9 cm II 8 cm 3 cm 4 cm Maka Luas Bangun Ialah : = Luas segitiga + Luas Persegi panjang I + dan Luas Persegi panjang II + Luas Persegi jajargenjang = 1 2 = 1 2 a x t + p l + p l + (a t) (4 x 3) (8 4) = = 142 cm 2

151 136 V I III 6 cm II 3 cm IV Maka Luas Bangun Ialah : = Luas Persegi Panjang I + Luas Persegi panjang II + Luas Persegi panjang III + Luas jajargenjang + Luas Segitiga = p l + p l + p l + a t a x t = 8 x x 4 = = 142 cm 2 Contoh 2 Hitunglah luas bangun berikut dengan menggunakan konsep luas jajar genjang!

152 137

153 138

154 139 Apabila jajargenjang dalam bangun tersebut satu satuan maka luanya ialah 1 cm 2, dan apabila jajargenjang didalam bangun tersebut 1 2 satu satuan dan kurang dari satu satuan maka luas jajargenjang dianggap 1 cm 2. Apabila jajargenjang dalam bangun tersebut kurang dari 1 2 satu satuan maka luas segitiga dianggap 0 cm 2. Ternyata terdapat 34 buah jajargenjang satu satuan yang luasnya cm 2, dan 17 buah jajargenjang 1 2 dua satuan dan kurang dua satuan yang luasnya 17 cm2. Dan 15 buah jajargenjang yang luasnya kurang tersebut ialah 51 cm dua satuan. Maka luas daerah

155 140 MATERI 5 TRAPESIUM 1. Pengertian trapesium Perhatikan gambar rumah adat di atas! Bentuk atap rumah yang bawah dinamakan trapesium. Sekarang perhatikan sisi-sisi trapesium pada atap rumah tersebut! Apa yang dapat kamu katakan? Tentu kamu mengatakan bahwa sisi-sisi trapesium atas dan bawah sejajar dan sisi yang lain tidak. Berdasarkan hasil pengamatanmu di atas, maka kamu dapat mendefinisikan trapesium sebagai berikut. Trapesium adalah segiempat yang mempunyai tepat sepasang sisi yang Trapesium adalah segiempat yang mempunyai tepat sepasang sisi yang berhadapan sejajar. berhadapan sejajar.

156 141 Segiempat ABCD di bawah adalah trapesium ABCD. Sisi AB dan DC disebut alas trapesium, sisi AB sejajar dengan sisi DC, sedangkan sisi AD dan sisi BC disebut kaki-kaki trapesium. Selanjutnya segiempat ABCD tersebut dinamakan trapesium sebarang. 2. Macam-macam dan Sifat-sifat trapesium Ada 3 macam bentuk trapesium antara lain: a. Trapesium sembarang Trapesium sembarang ialah trapesium yang tidak mempunyai ketentuan dan sifat-sifat istimewa. Seperti gambar disamping b. Trapesium siku-siku Trapesium siku-siku ialah trapesium yang salah satu sudutnya ialah 90 o

157 142 c. Trapesium sama kaki Trapesium siku-siku ialah trapesium yang mempunyai sepasang kaki (sisi yang tidak sejajar) sama panjang. Yaitu sisi AD = BC Secara umum sifat yang dimiliki trapesium ialah Jumlah sudut yang berdekatan di antara dua sisi sejajar pada trapesium adalah 180 o Trapesium sama kaki mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu 1) diagonal-diagonalnya sama panjang; 2) sudut-sudut alasnya sama besar; 3) dapat menempati bingkainya dengan dua cara. 3. Luas Trapesium Perhatikan trapesium dibawah ini: Dengan memindahkan segitiga I ke samping Sisi a kiri bawah dan segitiga II ke saamping kanan bawah. Maka kita dapatkan 2 persegi penjang, I 1 II dengan luasnya yaitu a x 1 2 t dan luas lainya 2 t 1 2 t yaitu x 1 2 t. sehingga akan didapatkan total Sisi b luas bangun tarpesium tersebut sama dengan luas persegi panjang atas + luas persegi panjang bawah. luas trapesium = ( a x 1 2 t ) + (b x 1 2 t) Luas trapesium = 1 2 t(a + b)

158 143 Contoh Contoh 2 Hitunglah luas bangun berikut dengan menggunakan konsep luas gabungan persegi dan persegi panjang satu satuan!

159 144

160 145

161 146 Jika kita gunakan ketentuan: Apabila persegi dan persegi panjang didalam bangun tersebut yaitu persegi satu satu satuan dan persegi panjang dua satuan maka luanya masing-masing ialah 1 cm 2 dan 2 cm 2, dan apabila persegi atau persegi panjang didalam bangun tersebut masing-masing 1 2 dari satu satu satuan kurang dari satu satuan dan 1 2 dari dua satuan kurang dari dua satuan maka luanya dianggap 1 cm 2 dan 2 cm 2, dan apabila persegi atau persegi panjang didalam bangun tersebut masing-masing kurang dari 1 2 dari satu satuan dan kurang dari 1 2 satuan maka luanya dianggap dianggap 0 cm 2. Maka diperoleh: Persegi satu satuan = 13 1 cm 2 = 13 cm 2 Persegi panjang dua satuan = 10 2 cm 2 = 20 cm 2 dari dua Persegi 1 2 satu satuan < satu satuan = 6 1 cm2 = 6 cm 2 Persegi panjang 1 2 dua satuan < dua satuan = 6 2 cm2 = 12 cm 2 Maka luas bangun tersebut ialah 51 cm 2.

162 147 MATERI 6 LAYANG-LAYANG 1. Pengertian Layang-layang

163 Sifat-Sifat Layang-Layang 3. Luas Layang-Layang d1 d2 Layang-layang memiliki 2 pasang sisi sama panjang dan diagonalnya berpotong saling tegak lurus. AC disebut sebagai diagonal satu = d1 BD disebut sebagai diagonal dua = d2 Dengan demikian jika AC dipotong maka akan terlihat seperti ilustrasi dibawah ini

164 149 Layang-layang yang telah kita bagi kemudian disusun menjadi bangun persegi panjang. Persegi panjang yang terbentuk mempunyai ukuran panjang = d1, dan lebar = 1 2 d2. Sehingga luas belah ketupat sama dengan luas persegi panjang. Luas layang-layang = panjang x lebar Luas layang-layang = d1 x 1 2 d2 Luas layang-layang = 1 d1 x d2 2 Contoh Hitunglah luas bangun dibawah ini! 14 cm 8 cm 6 cm 8 cm 12 cm

165 150 Jawab Maka luas bangun tersebut ialah: = luas Layang-layang + luas segitiga + luas persegi = 1 2 d 1 d a t + s s = = = 184 cm 2 Contoh 2 Hitunglah luas bangun berikut dengan menggunakan persegi dan segitiga satu satuan! Jawab Kemungkinan 1 Menggunakan persegi berukuran 0,5 cm 0,5 cm dan segitiga berukuran 0,5 cm 0,5 cm

166 151

167 152

168 153 MATERI 7 BELAH KETUPAT 1. Pengertian Belah Ketupat

169 Sifat-Sifat Belah Ketupat 3. Luas Belah Ketupat Perhatikan ilistarsi berikut: I II d2 d1 d2 1 2 d2 d1

170 155 dibawah ini: Jika belah ketupat tersebut kita bagi menjadi seperti gambar I II I II d2 1 2 d2 d2 d1 Belah ketupat yang telah kita bagi tersebut disusun menjadi sebuah persegi panjang.persegi panjang yang mempunyai ukuran panjang d1 dan lebar 1 d2. Maka : 2 Luas beah ketupat = 1 d1 d2 2 Contoh Tentukanlah luas bangun dibawah ini! 12 cm 12 cm

171 156 Jawab Luas Daerah Arsiran ialah = Luas Persegi Luas Belah Ketupat = s s 1 2 d 1 d 2 = (12 2) - ( ) 2 = = 72 cm 2 Contoh 2 Hitunglah luas bangun berikut dengan menggunakan gabungan segitiga dan jajargenjang satu satuan!

172 157

173 158

174 159 seperdelapan satu satuan dan kurang dari 1 2 dari satu satuan maka luanya dianggap dianggap 0 cm 2. Maka diperoleh: segitig seperdelapan satu satuan = 50 0,125cm 2 = 6,25 cm 2. Jajargenjang satu satuan = 21 1cm 2 = 21 cm 2. Segitiga 1 2 seperdelapan satu satuan < seperdelapan satu satuan = 7 0,125 cm 2 = 0,88 cm 2. Jajargenjang 1 satu satuan < satu satuan = cm2 = 7 cm 2 Maka luas bangun tersebut ialah 35,13 cm 2.

175 160 MATERI 8 LINGKARAN 1. Pengertian Lingkaran

176 2. Unsur-Unsur Lingkaran 161

177 Luas Lingkaran Perhatikan gambar dibawah ini: l = r P = = 1 2 K Setelah lingkaran telah dipotong menjadi bangun seperti gambar diatas, hasilnya akanmenyerupai bangun persegi panjang. Sehingga untuk mencari luas lingkaran dapat dignakan konsep untuk mencari luas persegi panjang. Dengan panjang = setengah keliling lingkaran, dan lebarnaya r, sehingga: Luas lingkaran = luas persegi panjang Luas lingkaran = p x l Luas lingkaran = 1 2 Luas lingkaran = 1 2 K x l x 2 x π x r x r Luas lingkaran = π x r x r Luas lingkaran = π r 2

178 163 Contoh 1 Tentukanlah luas bangun berikut ini! Jawab Luas Wilayah Ialah = Luas Persegi Panjang + :uas Setengah Lingkaran Besar + Luas Lingkaran Kecil = (7 x 14) = , 5 = 213,5 cm ( ) Contoh 2 Hitunglah luas bangun berikut dengan menggunakan gabungan persegi panjang dan segitiga satu satuan!

179 164

180 165

181 166 Persegi panjang satu satuan = 22 1 cm 2 = 22 cm 2. segitiga setengah satu satuan = 50 0,25 cm 2 = 12,5 cm 2. Persegi panjang 1 satu satuan < satu satuan = cm2 = 7 cm 2. Segitiga 1 2 seperempat satu satuan < seperempat satu satuan = 6 0,25 cm 2 = 1,5 cm 2. Maka luas bangun tersebut ialah 43,5 cm 2.

182 Lampiran Lembar Tugas kelompok Pertemuan 1 Nama : Kelas :.. Hari Tanggal :.. Indikator : 1. Menghitung luas persegi panjang. 2. Menggunakan konsep persegi panjang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari TIPE 1 Hitunglah luas penampang melintang dari gambar dibawah ini. 50 mm 5 mm 6 mm 75 mm 70 mm 6 mm Jawab Luas penamapang melintang ialah.. Luas persegi panjang I = = = Luas persegi panjang II = = = Luas persegi panjang III = =

183 168 Luas penamapang melintang ialah = =... =.. Perhatikanlah Langkah-langkah kerja kelompok 1. Kerjakanlah secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. 2. Ambilah sebuah daun yang ada dihalaman sekolah. 3. Gambarlah daun tersebut pada lembar yang telah disiapkan dibawah ini. 4. Coba kalian perkirakan luas daun tersebut: a. dengan menggunakan persegi panjang satu satuan. b. dengan menggunakan persegi panjang dua satuan c. dengan menggunakan persegi panjang satuan 5. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut

184 169 Lembar Tugas kelompok Pertemuan 2 Nama : Kelas :.. Hari Tanggal :.. Indikator : 3. Menghitung luas persegi. 4. Menggunakan konsep persegi untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. TIPE 21 m 21 m 24 m 24 m Jawab Luas penamapang melintang ialah.. Luas persegi I = = = = Luas persegi II = = = = Luas penamapang melintang ialah =. =.... =

185 170 Pehatikan gambar tiga gambar PETA KECAMATAN BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR dibawah ini, kain tersebut ternyata robek. 1. Coba kalian perkirakan luas KECAMATAN dibawah ini: a. Dengan menggunakan persegi satu satuan. b. Dengan menggunakan persegi dua satuan.. b. Dengan menggunakan persegi tiga satuan.. 2. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut. 3. Kerjakanlah secara berkelompok setiap kelompok terdiridari 6 orang TIPE 2 D Jawab

186 171 TIPE 3 Jawab

187 172 TIPE 4 Jawab ###GOOD LUCK##

188 173 Lembar tugas kelompok Pertemuan 3 Nama : Kelas :.. Hari Tanggal :.. Indikator: 5. Menghitung luas segitiga. 6. Menggunakan konsep segitiga untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. TIPE 1 Perhatikan gambar dibawah ini! a Persegi panjang Hitunglah luas daerah yang diarsir! Jawab Luas Bangun Yang diarsir = Luas. luas =..... =. = Pehatikan gambar dibawah ini: 2. Coba kalian perkirakan luas gambar dibawah ini: a. Dengan menggunakan segitiga satu satuan. b. Dengan menggunakan segitiga dua satuan..

189 174 c. Dengan menggunakan segitiga tiga satuan.. 2. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut. 3. Kerjakanlah secara berkelompok setiap kelompok terdiridari 6 orang TIPE 2 D TIPE 3

190 TIPE 4 Hitunglah luas kain yang berwarna putih pada ka bah dibawah ini 175

191 176 Lembar tugas kelompok Pertemuan 4 Nama :.. Kelas :.. Hari Tanggal :.. Indikator : 7. Menghitung luas jajargenjang 8. Menggunakan konsep jajar genjang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. TIPE 1 Perhatikan gambar berikut ini! 12 cm 7 cm 12 cm 5 cm 7ft 7 cm Luas wilayah bangun diatas ialah Jawab.

192 177 Pehatikan gambar tiga gambar dibawah ini : 3. coba kalian perkirakan luas gambar dibawah ini: a. dengan menggunakan jajargenjang satu satuan. b. dengan menggunakan jajargenjang dua satuan. c. dengan menggunakan jajargenjang tiga satuan. 2. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut. 3. Kerjakanlah secara berkelompok setiap kelompok terdiridari 6 orang TIPE 2 D TIPE 3

193 178 TIPE 4 ###GOOD LUCK##

194 179 Lembar tugas kelompok Pertemuan 5 Nama :.. Kelas :.. Hari Tanggal :.. Indikator : 9. Siswa dapat menghitung luas trapesium. 10. Siswa dapat menggunakan konsep trapesium untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. TIPE 1 Perhatikan gambar berikut ini! 16 cm 6 cm 7cm 55 c 4 cm Luas wilayah bangun diatas ialah Jawab

195 180 Pehatikan gambar tiga gambar PULAU dibawah ini, kain tersebut ternyata robek. 4. coba kalian perkirakan luas PULAU dibawah ini : a. Dengan menggunakan gabungan persegi dan persegi panjang satu satuan. b. Dengan menggunakan gabungan persegi dan persegi panjang dua satuan.. b. Dengan menggunakan gabungan persegi dan persegi panjang tiga satuan.. 2. gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut. 3. Kerjakanlah secara berkelompok setiap kelompok terdiridari 6 orang D TIPE 2

196 181 TIPE 3 TIPE 4 ###GOOD LUCK##

197 182 Lembar tugas kelompok Pertemuan 6 Nama :.. Kelas :.. Hari Tanggal :.. Indikator: 11. Siswa dapat menghitung luas layang-layang 12. Siswa dapat menggunakan konsep layang-layang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. TIPE 1 Perhatikan gambar berikut ini! 11 cm 7 cm 22 cm 19 cm Luas wilayah bangun yang diarsir diatas ialah Pehatikan gambar tiga gambar PULAU dibawah ini,

198 coba kalian perkirakan luas PULAU dibawah ini: a. dengan menggunakan gabungan persegi dan segitiga satu satuan. b. dengan menggunakan gabungan persegi dan segitiga dua satuan.. c. dengan menggunakan gabungan persegi dan segitiga tiga satuan.. 2. gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut. 3. Kerjakanlah secara berkelompok setiap kelompok terdiridari 6 orang TIPE 2 TIPE 3

199 184 TIPE 4 ###GOOD LUCK##

200 185 Lembar tugas kelompok Pertemuan 7 Nama Kelas :.. :.. Hari Tanggal :.. Indikator : 13. Menghitung luas belah ketupat 14. Menggunakan konsep belah ketupat untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Soal Tipe 1 Perhatikan gambar, luas daerah yang diarsir ialah cm 3 cm Jawab Luas daerah yang diarsir ialah.. Luas persegi panjang = = = = luas 1 2 lingkaran = = = = = luas Belah Ketupat = = = = =

201 186 Maka, Luas daerah yang diarsir = luas persegi panjang luas 1 lingkaran luas Belah Ketupat 2 = = Perhatikanlah Langkah-langkah kerja kelompok 6. Kerjakanlah secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. 7. Gambarlah permukaan benda yang telah kalian bawa tersebut pada lembar yang telah disiapkan dibawah ini. a. Kelompok 1 dan 2 (Kunci Rumah) b. Kelompok 3 dan 4 (Sandal ) c. Kelompok 5 dan 6 (Sendok makan) 8. coba kalian perkirakan luas bagian luas penamapang daun dibawah ini: a. dengan menggunakan gabungan segitiga dan jajaragenjang satu satuan. b. dengan menggunakan gabungan segitiga dan jajaragenjang dua satuan. c. dengan menggunakan gabungan segitiga dan jajaragenjang tiga satuan. 9. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut ###GOOD LUCK##

202 187 Lembar tugas kelompok Pertemuan 8 Nama : Kelas :.. Hari Tanggal :.. Indikator : 15. Menghitung luas lingkaran. 16. Menggunakan konsep lingkaran untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. TIPE 1 1. Hitunglah luas dari bangun yang diarsir berikut ini: Jawab

203 188 Pehatikan gambar PAGAR DINDING dibawah ini 6. coba kalian perkirakan luas bagian pagar dinding yang mengalami kerusakan dibawah ini: a. dengan menggunakan gabungan persegi panjang dan segitiga satu satuan. b. dengan menggunakan gabungan persegi panjang dan segitiga dua satu satuan. c. dengan menggunakan gabungan persegi panjang dan segitiga satu satuan. 2. gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut. 3. Kerjakanlah secara berkelompok setiap kelompok terdiridari 5-6 orang TIPE 2

204 189 TIPE 3 TIPE 4 ###GOOD LUCK##

205 Lampiran Lembar PEKERJAAN RUMAH 1 Nama :.. Kelas :.. Hari Tanggal :.. Perhatikanlah 1. Perhatikan gambar dibawah ini! 2. Coba kalian perkirakan luas daun tersebut: menggunakan persegi panjang satu satuan. 3. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut. Jawab

206 191 Lembar PEKERJAAN RUMAH 2 Nama :.. Kelas :.. Hari Tanggal :.. Perhatikanlah 1. Perhatikan gambar dibawah ini! 2. Coba kalian perkirakan luas gambar tersebut menggunakan persegi satu satuan. 3. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut. Jawab

207 192 Lembar PEKERJAAN RUMAH 3 Nama :.. Kelas :.. Hari Tanggal :.. Perhatikanlah 1. Perhatikan gambar dibawah ini! 2. coba kalian perkirakan luas gambar tersebut menggunakan segitiga satu satuan. Jawab 3. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut.

208 193 Lembar PEKERJAAN RUMAH 4 Nama :.. Kelas :.. Hari Tanggal :.. Perhatikanlah 1. Perhatikan gambar dibawah ini! 2. Coba kalian perkirakan luas gambar tersebut menggunakan jajargenjang satu satuan. 3. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut.

209 194 Lembar PEKERJAAN RUMAH 5 Nama :.. Kelas :.. Hari Tanggal :.. Perhatikanlah 1. Perhatikan gambar dibawah ini! 2. coba kalian perkirakan luas gambar tersebut menggunakan gabungan persegi dan persegi panjang satu satuan. 3. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut. Jawab

210 195 Lembar PEKERJAAN RUMAH 6 Nama :.. Kelas :.. Hari Tanggal :.. Perhatikanlah 1. Perhatikan gambar dibawah ini! 2. coba kalian perkirakan luas gambar tersebut menggunakan gabungan persegi dan segitiga 3. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut.

211 196 Lembar PEKERJAAN RUMAH 7 Nama :.. Kelas :.. Hari Tanggal :.. Perhatikanlah 1. Perhatikan gambar dibawah ini! 2. coba kalian perkirakan luas gambar tersebut mengunakan gabungan segitiga dan jajaragenjang satu satuan. 3. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut.

212 197 Lembar PEKERJAAN RUMAH 8 Nama :.. Kelas :.. Hari Tanggal :.. Perhatikanlah 1. Perhatikan gambar dibawah ini! 2. coba kalian perkirakan luas gambar tersebut mengunakan gabungan persegi panjang dan segitiga. 3. Gunakanlah penggaris untuk melakukan perkiraaan tersebut.

213 Lampiran KISI- KISI SOAL TES SIKLUS I TES KEMAMAPUAN LUAS BANGUN DATAR BERATURAN Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Bentuk Soal : Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. : Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. : Uraian No Indikator Soal No. Soal Bobot Penilaian Menghitung luas bangun persegi Menghitung luas bangun persegi panjang 2 15 Menggunakan konsep luas bangun persegi panjang untuk menyelesaikan masalah 3 20 yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menghitung luas bangun jajargenjang Menghitung luas bangun jajargenjang Menghitung luas gabungan menggunakan konsep persegi dan segitiga Jumlah 5 100

214 199 KISI- KISI SOAL TES SIKLUS I TES KEMAMAPUAN MENENTUKAN LUAS BANGUN DATAR TAK BERATURAN Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : Meyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan luas bangun datar. Bentuk Soal : Uraian No Indikator Soal No. Soal Bobot Penilaian Menggunakan konsep luas persegi panjang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari Menggunakan konsep luas persegi untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menggunakan konsep luas segitiga untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menggunakan konsep luas jajargenjang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari Jumlah 4 100

215 Lampiran Lembar Tes Siklus I Nama :. Hari Tanggal :. Petunjuk Mengerjakan Soal 1. Berdoalah sebelum menjawab 2. Tuliskan Jawaban pada lembar jawaban yang telah disediakan. 3. Kerjakanlah terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah 4. Periksalah terlebih dahulu sebelum jawaban dikumpulkan. 1. Hitunglah luas daerah persegi yang panjang sisinya 2,5 m. 2. Hitunglah luas daerah persegi yang panjang sisinya 14 cm. 3. Seorang Seorang petani mempunyai sebidang tanah yang luasnya 432 m 2. Jika tanah tersebut berukuran panjang 24 m,tentukan a. lebar tanah tersebut, b. harga tanah seluruhnya apabila akan dijual seharga Rp ,00 per m Hitunglah luas daerah jajargenjang ABCD di bawah ini! 5. Hitunglah luas daerah jajargenjang PQRS di bawah ini!

216 Perhatikan gambar dibawah ini! KLMN adalah trapesium dengan MNOP suatu persegi dan OP = 8 cm. Jika KO = 6 cm, PL = 2 cm, KN = 10 cm, dan LM = 2 17 cm, tentukan a. panjang MN ; b. luas trapesium KLMN.

217 202 LEMBAR JAWABAN TES SIKLUS I 1. a) Dik : s = 2,5 cm Dit : L =.? Jawab L = s s = 2,5 2,5 = 6,25cm 2 2. Dik : s = 14 cm Dit : L =.? Jawab L = s s = = 144 cm 2 3. Dik : Luas Tanah = L = 432 m 2 Dit Jawab a. L = p l l = L p = = 18 m p = 24 m : l =.? Harga tanah tersebut Rp ,00 per m 2 b. Maka harga tanah tersebut ialah 432m Rp ,00 = Rp ,00 4. Diketahui : AB = 12 cm dan tinggi = 6 cm Ditanya : Luas daerah jajargenjang ABCD Jawab : Misal luas daerah jajargenjang L m2, maka L = 12 x 6 = 72 cm 2 Jadi luas daerah jajargenjang ABCD adalah 80 cm2.

218 Diketahui : AB = 6 cm dan tinggi = 5 cm Ditanya : Luas daerah jajargenjang ABCD Jawab : Misal luas daerah jajargenjang L m 2, maka L = 6 x 5 = 80 cm 2 Jadi luas daerah jajargenjang ABCD adalah 30 cm 6. Penyelesaian: Kemungkinan 1 a. Panjang MN = OP = 8 cm Alas = KL = KO + OP + PL = 6 cm + 8 cm + 2 cm = 16 cm b. Luas trapesium KLMN adalah L = 1 2 NM + KL NO = = 96 cm 2 Kemungkinan 2 Luas segitiga OKN = = 24 cm2 2 Luas Persegi OPMN = 8 x 8 =64 cm 2 Luas segitiga PLM = = 8 2 cm2 Luas bangun tersebut ialah = 96 cm 2

219 204 LEMBAR TES SIKLUS 1 Nama :.. Kelas :.. Hari Tanggal :.. Jawablah pertanyaan dibawah ini! 7. Pehatikan bangun dibawah ini, dengan menggunakan penggaris coba kalian perkirakan luas bunga dibawah ini dengan menggunakan konsep luas persegi panjang! 8. Pehatikan bangun dibawah ini, dengan menggunakan penggaris coba kalian perkirakan luas gambar burung dibawah ini dengan menggunakan konsep luas persegi!

220 Pehatikan bangun dibawah ini, dengan menggunakan penggaris coba kalian perkirakan luas gambar dibawah ini dengan menggunakan konsep luas segitiga! 10. Pehatikan bangun dibawah ini, dengan menggunakan penggaris coba kalian perkirakan luas gambar dibawah ini dengan menggunakan konsep luas jajargenjang!

221 206 LEMBAR JAWABAN 1. Kemungkina 1 menggunakan persegi panjang berukuran 2 cm 1 cm Jika kita gunakan ketentuan: Apabila persegi panjang dalam bangun tersebut dua satuan maka luasnya ialah 2 cm 2. Apabila persegi panjang didalam bangun tersebut 1 2 dua satuan kurang dari dua satuan maka luas persegi panjang dianggap 2 cm 2. Apabila persegi panjang didalam bangun tersebut kurang dari 1 dua satuan maka luas persegi panjang dianggap 0 2 cm2. Ternyata terdapat 6 buah persegi panjang dua satuan yang luasnya 12 cm 2, 14 buah persegi panjang 1 2 dua satuan kurang dari dua satuan yang luasnya 28 cm 2, 3 buah persegi panjang yang luasnya kurang dua satuan. Maka luas daerah tersebut ialah 40 cm 2.

222 207 Kemungkinan 2 menggunakan persegi panjang berukuran 2 cm 0,5 cm Jika kita gunakan ketentuan: Apabila persegi panjang dalam bangun tersebut satu satuan maka luasnya ialah 1 cm 2. Apabila persegi panjang didalam bangun tersebut 1 2 satu satuan kurang dari satu satuan maka luas persegi panjang dianggap 1 cm 2. Apabila persegi panjang didalam bangun tersebut kurang dari 1 satu satuan maka luas persegi panjang dianggap 0 2 cm2. Ternyata terdapat 18 buah persegi panjang satu satuan yang luasnya 18 cm 2, 23 buah persegi panjang 1 2 satu satuan kurang dari satu satuan yang luasnya 23 cm 2. dan 41 buah persegi panjang yang luasnya kurang satu satuan. Maka luas daerah tersebut ialah 41 cm 2.

223 Kemungkinan 1 menggunakan persegi berukuran 1 cm 1 cm Jika kita gunakan ketentuan: Apabila persegi didalam bangun tersebut satu satuan maka luasnya ialah 1 cm 2. Apabila persegi didalam bangun tersebut 1 2 satu satuan kurang dari satu satuan maka luas persegi dianggap 1 cm 2. Apabila persegi didalam bangun tersebut kurang dari 1 2 satu satuan maka luas persegi dianggap 0 cm 2. Ternyata terdapat 16 buah persegi satu satuan yang luasnya 16 cm 2, 19 buah persegi 1 2 satu satuan kurang dari satu satuan maka luas 16 cm 2. dan 22 buah persegi yang luasnya kurang satu satuan. Maka luas daerah tersebut ialah 35 cm 2.

224 209 Kemungkinan 2 menggunakan persegi berukuran 0,5 cm 0,5 cm Jika kita gunakan ketentuan: Apabila persegi didalam bangun tersebut seperempat satu satuan maka luasnya ialah 0,25 cm 2. Apabila persegi didalam bangun tersebut 1 2 seperempat satu satuan kurang dari seperempat satu satuan maka luas persegi dianggap 0,25 cm 2. Apabila persegi didalam bangun tersebut kurang dari 1 2 seperempat satu satuan maka luas persegi dianggap 0 cm 2. Ternyata terdapat buah 110 persegi seperempat satu satuan, 42 buah persegi 1 2 seperempat satu satuan kurang dari seperempat satu satuan. Dan 32 buah persegi yang luasnya kurang seperempat satu satuan. Maka luas daerah tersebut ialah 38 cm 2.

225 Kemungkinan 1 menggunakan segitiga siku-siku berukuran 1 cm 1 cm Jika kita gunakan ketentuan: Apabila segitiga di dalam bangun tersebut setengah satu satuan maka luasnya ialah 0,5 cm 2. Apabila segitiga didalam bangun tersebut 1 2 setengah satu satuan kurang dari setengah satu satuan maka luas segitiga dianggap 0,5 cm 2. Apabila segitiga didalam bangun tersebut kurang dari 1 2 setengah satu satuan maka luas segitiga dianggap 0 cm2. Ternyata terdapat 25 buah segitiga setengah satu satuan, 22 buah segitiga 1 2 setengah satu satuan kurang dari setengah satu satuan maka luasnya 11 cm 2, dan 12 buah persegi panjang yang luasnya kurang setengah satu satuan. Maka luas daerah tersebut ialah 23,5 cm 2.

226 211 Kemungkinan 2 menggunakan segitiga sama kaki berukuran 1 cm 1 cm Jika kita gunakan ketentuan: Apabila segitiga di dalam bangun tersebut setengah satu satuan maka luasnya ialah 0,5 cm 2. Apabila segitiga didalam bangun tersebut 1 2 setengah satu satuan kurang dari setengah satu satuan maka luas segitiga dianggap 0,5 cm 2. Apabila segitiga didalam bangun tersebut kurang dari 1 2 setengah satu satuan maka luas segitiga dianggap 0 cm2. Ternyata terdapat 32 buah segitiga setengah satu satuan, 14 buah segitiga 1 2 setengah satu satuan kurang dari setengah satu satuan maka luasnya 7 cm 2, dan buah persegi panjang yang luasnya kurang setengah satu satuan. Maka luas daerah tersebut ialah 23 cm 2.

227 Kemungkinan 1 menggunakan jajargenjang berukuran 2 cm 1 cm Jika kita gunakan ketentuan: Apabila jajargenjang di dalam bangun tersebut dua satuan maka luasnya ialah 2 cm 2. Apabila jajargenjang didalam bangun tersebut 1 2 dua satuan kurang dari dua satuan maka luas jajargenjang dianggap 2 cm 2. Apabila jajargenjang didalam bangun tersebut kurang dari 1 2 dua satuan maka luas jajargenjang dianggap 0 cm 2. Ternyata terdapat 4 buah jajargenjang dua satuan, 12 buah jajargenjang 1 2 dua satuan kurang dari dua satuan maka luas nya 24 cm 2. dan 18 buah jajargenjang yang luasnya kurang dua satuan. Maka luas daerah tersebut ialah 32 cm 2.

228 213 Kemungkinan 2 menggunakan persegi panjang berukuran 2 cm 0,5 cm Jika kita gunakan ketentuan: Apabila jajargenjang di dalam bangun tersebut satu satuan maka luasnya ialah 1 cm 2. Apabila jajargenjang didalam bangun tersebut 1 2 satu satuan kurang dari satu satuan maka luas jajargenjang dianggap 1 cm 2. Apabila jajargenjang didalam bangun tersebut kurang dari 1 2 satu satuan kurang maka luas jajargenjang dianggap 0 cm 2. Ternyata terdapat 17 buah jajargenjang satu satuan, 18 buah jajargenjang 1 2 satu satuan kurang dari satu satuan maka luas nya 18 cm 2. dan 18 buah jajargenjang yang luasnya kurang satu satuan. Maka luas daerah tersebut ialah 35 cm 2.

229 Lampiran KISI- KISI SOAL TES SIKLUS II TES KEMAMPUAN LUAS BANGUN DATAR BERATURAN Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Bentuk Soal : Uraian No Indikator Soal No. Soal Bobot Penilaian Menghitung luas bangun jajargenjang. Menghitung luas bangun trapesium. Menghitung luas bangun layang-layang Menggunakan konsep luas layang-layang yang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah sehari-hari. Menggunakan konsep luas trapesium yang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah sehari-hari 5 25 Jumlah 5 100

230 215 KISI- KISI SOAL TES SIKLUS II TES KEMAMAPUAN MENENTUKAN LUAS BANGUN DATAR TAK BERATURAN Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : Meyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan luas bangun datar. Bentuk Soal : Uraian No Indikator Soal No. Soal Bobot Penilaian Menggunakan konsep luas gabungan persegi dan persegi panjang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari Menggunakan konsep luas gabungan persegi dan segitiga untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menggunakan konsep luas gabungan segitiga dan jajargenjang untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menggunakan konsep luas gabungan persegi panjang dan segitiga untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari Jumlah 4 100

231 Lampiran Nama Lembar Tes Siklus II :. Hari Tanggal :. Petunjuk Mengerjakan Soal 5. Berdoalah sebelum menjawab 6. Tuliskan Jawaban mu pada lembar jawaban yang telah disediakan. 7. Kerjakanlah terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah 8. Periksalah terlebih dahulu sebelum jwawaban sebelum dikumpulkan. 1. Hitunglah luas daerah jajargenjang ABCD di bawah ini! 2. Perhatikan gambar dibawah ini! KLMN adalah trapesium dengan MNOP suatu persegi dan OP = 8 cm. Jika KO = 6 cm, PL = 2 cm, KN = 10 cm, dan LM = 2 17 cm, tentukan c. panjang MN ; d. luas trapesium KLMN. 3. Perhatikan gambar di bawah ini. Jika diketahui XZ = 9, WZ = 9 cm, dan VZ = 24 cm. Hitunglah luas layang-layang VWXY.

232 Danang akan membuat sebuah layang-layang. Ia menyediakan dua potong lidi yang digunakan sebagai kerangka dengan panjang masingmasing 40 cm dan 24 cm. Tentukan luas minimal kertas yang dibutuhkan untuk membuat layanglayang tersebut! 5. Diketahui bentuk atap sebuah rumah terdiri atas sepasang trapesium sama kaki dan sepasang segitiga sama kaki. Pada atap yang berbentuk trapesium panjang sisi sejajarnya masing-masing 5 m dan 3 m. Adapun pada atap yang berbentuk segitiga panjang alasnya 7 m. Tinggi trapesium sama dengan tinggi segitiga = 4 m. Tentukan banyak genteng yang dibutuhkan untuk menutup atap tersebut, jika tiap 1 m 2 diperlukan 25 buah genteng! 3 m 7 m 5 m

233 218 LEMBAR JAWABAN TES SIKLUS II 1. a) Diketahui : alas AB = 12 cm dan tinggi = 9 cm Ditanya : Luas daerah jajargenjang ABCD Jawab : Misal luas daerah jajargenjang L m2, maka L = 12 x 9 = 108 cm 2 Jadi luas daerah jajargenjang ABCD adalah 108 cm 2. b) Diketahui : alas RQ = 6 cm dan tinggi = 11 cm Ditanya : Luas daerah jajargenjang PQRS Jawab : Misal luas daerah jajargenjang L m2, maka L = 6 x = 66 cm 2 Jadi luas daerah jajargenjang ABCD adalah 66 cm2. Penyelesaian: c. Panjang MN = OP = 8 cm d. Kemungkinan 1 Alas = KL = KO + OP + PL = 6 cm + 8 cm + 2 cm = 16 cm Luas trapesium KLMN adalah L = 1 2 NM + KL NO = = 96 cm 2

234 219 Kemungkinan 2 II I Luas bangun ialah = luas segitiga I + luas persegi + luas segitiga II = = (a t) = 96 cm 2 + s s + (a t) Dik : diagonal 1 = d 1 = XZ + VZ = = 33 cm Diagonal 2 = d 1 = WZ = 18 cm Dit = Luas layang-layang = L =.? Jawab Cara 1 L = 1 2 d 1 d 2 = = 297 cm 2 cara 2 Membentuk dua buah segitiga yaitu segitiga WYV dan WYX Maka luas bangun tersebut = luas segitiga WYV + luas segitiga WYX = = (a t) = 297 cm 2 Jadi luas bangun tersebut ialah 297 cm 2. (a t)

235 Dik : lidi 1 = d 1 = 40 cm Lidi 2 = d 2 = 24 cm Dit = Luas minimal kertas yang dibutuhkan = Luas layang-layang = L =.? Jawab L = 1 2 d 1 d 2 = = 240cm 2 5. Dik = Trapesium = t = 4 m a1 = 5 m a2 = 5 m Segitiga = a = 7 cm t = 4 cm Dit = Banyak Genteng Yang dibutuhkan? Jawab Luas Trapesium = 1 t a a 2 = = 16 cm 2 Luas Segitiga = 1 2 a t = = 14 m 2

236 221 Luas Bangun = 2 Luas Trapesium + 2 Luas Segitiga = = 56 m 2 Jika untu Satu m 2 dibutuhkan 25 buah genteng maka genteng yang dibutuhkan ialah 56 x 25 = 1400 buah genteng.

237 222

238 223

239 Kemungkinan 1 224

240 Kemungkinan 2 225

241 Kemungkinan 1 226

242 Kemungkinan 2 227

243 Kemungkinan 1 228

244 Kemungkinan 2 229

245 Kemungkinan 1 230

246 231

247 232

248 233 Lampiran 9 Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Open Ended Siswa Siklus I Pertemuan ke- Sekolah : SMP Muhammadiyah 22 Mata Pelajaran : Matematika Hari/Tanggal :.. Kelas/Semester : VII-4/2 Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas siswa pada pembelajaran Open Ended Berilah penilaian anda dengan memberi tanda pada kolom yang sesuai! No Aktivitas Dilakukan Penilaian Ya Tidak Menginventarisasi dan mempersiapkan logistik yang diperlukan dalam proses pembelajaran 2 Membaca lembar tugas kelompok 3 Mengidentifikasi masalah yang disajikan 4 Memaparkan hasil diskusi dihadapan kelas 5 Menyusun laporan hasil diskusi dan ringkasan 6 Mengikuti assesment dan menyerahkan tugas kelompok Kesan keseluruhan Pedoman pensekoran Butir Item Lembar Observasi Butir Ke Deskriftor 1 1 Tidak menyiapkan sama sekali alat-alat dalam belajar. 2 sebagian siswa saja yang menyiapkan alat-alat logistik yang

249 dibutuhkan untuk belajar. 3 Semua siswa menyiapkan alat tulis yang dibutuhkan, buku paket, LKS, namun tidak menyiapkan ketenagan dan kondisi siswa. 4 Semua siswa menyiapkan alat tulis yang dibutuhkan, buku paket, LKS, posisi duduk siswa, ketenangan dan kesiapan siswa satu persatu sampai siap sebelum pelajaran dimulai. 2 1 Siswa tidak membaca lembar tugas yang diberikan. 2 Hanya beberapa orang siswa membaca lembar tugas kelompok. 3 Sebagian besar anggota kelompok membaca lembar tugas kelompok yang diberikan guru. 4 Semua siswa membaca lembar tugas kelompok yang diberikan oleh guru. 3 1 Siswa tidak melalukan identifikasi terhadap masalah yang disajikan. 2 hanya beberapa siswa dalam kelompok saja yang bekerja sama satu sama lain mengidentifikasi masalah yang disajikan dalam lembar tugas kelompok yang diberikan guru. 3 Sebagian besar siswa dalam kelompok bekerja sama satu sama lain mengidentifikasi masalah yang disajikan dalam lembar tugas kelompok yang diberikan guru. 4 Semua anggota kelompok bekerja sama satu sama lain untuk mengidentifikasi masalah yang disajikan dalam lembar tugas kelompok. 4 1 Tidak ada satu perwakilan kelompok yang memaparkan hasil diskusinya di depan kelas. 2 Hanya beberapa perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusinya di depan kelas. 3 Sebagian besar perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusinya di depan kelas. 4 Semua perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusinya di depan kelas.

250 Tidak ada satu siswa yang menyusun hasil diskusi dan ringkasan. 2 Hanya beberapa siswa yang menyusun hasil diskusi dan ringkasan. 3 Sebagian besar siswa yang menyusun hasil diskusi dan ringkasan. 4 Semua siswa yang menyusun hasil diskusi dan ringkasan Tidak ada satu siswa yang mengikuti assesment dan menyerahkan tugas kelompok. 2 Hanya beberapa siswa yang mengikuti assesment dan menyerahkan tugas kelompok 3 Sebagian besar siswa mengikuti assesment dan menyerahkan tugas kelompok. 4 Semua siswa mengikuti assesment dan menyerahkan tugas kelompok. Keterangan: 1 = Sangat Baik 2 = Baik 3 = Cukup 4 = Kurang Observer Suswardi S.Pd, M.M, NIP.

251 Lampiran Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Open Ended Guru Siklus I Pertemuan ke- Sekolah : SMP Muhammadiyah 22 Mata Pelajaran : Matematika Hari/Tanggal :.. Kelas/Semester : VII-4/2 Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas guru pada pembelajaran Open Ended Berilah penilaian anda dengan memberi tanda pada kolom yang sesuai! No Aktivitas Dilakukan Penilaian Ya Tidak Memaparkan tujuan /indikator pembelajaran, 2 Mengkondisikan kesiapan siswa dan kesiapan kelas dan logistic yang diperlukan dalam belajar, 3 Membangkitkan rasa ingin tahu siswa (motivasi) 4 Mengarahkan siswa dalam mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan 5 Mendorong siswa mengumpulkan informasi untuk pemecahan masalah 6 menyiapkan ringkasan atau laporan 7 Membantu siswa melakukan refleksi 8 Melakukan evaluasi Kesan keseluruhan

252 237 Pedoman pensekoran Butir Item Lembar Observasi: Butir Ke Deskriftor 1 1 Tujuan pembelajaran tidak disampaikan. 2 Tujuan disampaikan secara eksplisit tetapi dengan jelas. 3 Tujuan disampaikan dengan jelas tetapi tidak dikaitkan dengan manfaat pelajaran dan kaitanya dimasa kini dan mendatang. 4 Tujuan disampaikan dengan jelas dan terperinci berkaitan dengan manfaat pelajaran dan kaitanya dimasa kini dan mendatang. 2 1 Tidak mengkondisikan kesiapan siswa dalam belajar. 2 Memberikan instruksi kepada siswa namun tidak memperhatikan satu persatu kesiapan siswa. 3 Mengarahkan siswa untuk menyiapkan alat tulis yang dibutuhkan, buku paket, LKS, namun ketenangan dan kesiapan siswa tidak diperhatikan. 4 Mengarahkan siswa untuk menyiapkan alat tulis yang dibutuhkan, buku paket, LKS, posisi duduk siswa, ketenangan dan kesiapan siswa satu persatu. 3 1 Tidak memberikan motivasi pembelajaran. 2 memberikan motivasi pembelajaran tetapi tidak berkaian dengan materi pelajaran yang akan dipalajari. 3 Memberikan motivasi pembelajaran dan mengaitkan dengan kegunaannya dalam kehidapan sehari-hari. 4 Memberikan motivasi dengan kegunanaan dan manfaat materi yang akan dipelajari dengan kehidupan nyata. 4 1 Tidak mengarahkan siswa. 2 Mengarahkan siswa pada tugas belajara tetapi kurang terperinci. 3 Mengarahkan siswa pada tugas belajar secara rinci. 4 Mengarahkan siswa pada tugas secara rinci dan sistematis. 5 1 Tidak memberikan dorongan siswa untuk melakukan pemecahan

253 masalah. 2 Mendorong siswa untuk melakukan tanya jawab. 3 Mendorong siswa untuk melakukan diskusi dan tanya jawab. 4 Mendorong siswa untuk melakukan trial and error, diskusi, analisis, simulasi dan mendemonstrasikan, dan mengamati masalah yang akan dipecahkan 6 1 Tidak mengarahkan siswa. 2 Mengarahkan siswa untuk mengerjakan tugas dan membuat ringkasan tetapi tidak secara rinci 3 Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan tugas dan membuat ringkasan secara rinci. 4 Mengarahkan dan menyiapkan siswa untuk membuat ringkasan dan menggumpulkan tugas secara rinci dan tepat waktu. 7 1 Tidak melakukan refleksi. 2 Melakukan refleksi bersama dengan siswa. 3 Melakukan refleksi bersama dengan melakukan Tanya jawab. 4 Melakukan refleksi dengan tanya jawab penyampaian saran,atau merenungkan aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan, kaitan dan manfaat materi dalam kehidupan dan melakukan pengecekan terhadap proses pembelajaran untuk perbaikan proses belajar selanjutnya. 8 1 Tidak melakukan evaluasi 2 Melakukan evaluasi dengan bertanya keberapa siswa 3 Melakukan evaluasi dengan memberikan beberapa soal post-test 4 Melakukan evaluasi dengan beberapa pertanyaan dan soal post-test mengenai materi yang telah dibahas

254 Keterangan: 4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang Observer Suswardi S.Pd, M.M, NIP.

255 Lampiran Panduan Wawancara Respon Siswa Wawancara dilaksanakan pada: Hari/tanggal : Responden : Tempat : Tujuan wawancara : Mengetahui respon siswa setelah tindakan Daftar pertanyaan wawancara siswa setelah tindakan 1. Apakah adik merasa senang atau tidak setelah belajar matematika hari ini? Berikan alasanya! 2. Apakah yang adik sukai dari belajar matematika hari ini? 3. Menurut adik, apakah belajar secara berkelompok membuat adik lebih mudah atau tidak dalam belajar? Berikan alasanya! 4. Apakah dalam setiap tugas kelompok adik aktif atau tidak memberikan pendapat,? Berikan alasan! 5. Apakah dalam setiap tugas kelompok adik selalu memperhatikan setiap pendapat yang dikemukakan teman adik? 6. Apakah adik menyukai pelajaran matematika?berikan alasan? 7. Apakah adik selalu mengerjakan atau tidak ketika diberikan tugas oleh guru? 8. Apakah setelah belajar hari ini adik termotivasi untuk belajar matematika?

256 Lampiran Jurnal Harian Siswa Nama: No. Absen :. Apa yang kamu pelajari hari ini?.. Bagaiman pendapat (saran/kritik) kamu tentang pembelajaran hari ini?. Apa yang kamu rasakan setelah belajar matematika hari ini?

257 Lampiran KUTIPAN WAWANCARA DENGAN DENGAN SISWA Tahap : Siklus I Hari/tanggal : Rabu, 2 Februari Apakah adik merasa senang atau tidak setelah belajar matematika hari ini? Berikan alasanya! A1 : Senang, lebih menarik dan lebih santai pak jadi lebih dipahami. A2 : Senang, soal-soalnya menantang. A3 : Biasa saja, sama seperti belajar biasanya pak. 2. Apakah yang adik sukai dari belajar matematika hari ini? A1 : Yang saya sukai saya dapat belajar sambil diskusi dan bekerjasama dengan teman saya. A2 : Soal-soalnya menarik untuk jawab. A3 : Saya bisa belajar sambil bermain. 3. Menurut adik, apakah belajar secara berkelompok membuat adik lebih mudah atau tidak dalam belajar? Berikan alasanya! A1 : Tidak pak, saya lebih senang belajar sendiri. A2 : Ia pak, saya bisa nanya sama temen jika tidak bisa. A3 : Ia pak lebih mudah bisa sharing sama teman jadinya asik pak. 4. Apakah dalam setiap tugas kelompok adik aktif atau tidak memberikan pendapat,? Berikan alasan! A1 : Aktif dong pak, biar bisa berekpresi dan jadi pinter. A2 : Kadang-kadang. Pendapat yang mau disamspaikan kadang sama sama yang diajukan temen saya. A3 : Aktif pak. Mudah-mudahan pendapat saya dapat bermanfaat untuk saya dan teman saya.

258 Apakah dalam setiap tugas kelompok adik selalu memperhatikan setiap pendapat yang dikemukakan teman adik? A1 : Ia pak memperhatikan. A2 : Memperhatikan pak. A3 : Selalu memperhatikan pak. 6. Apakah adik menyukai pelajaran matematika?berikan alasan? A1 : Suka pak. Saya seneng sama hitung-hitungan dari pada menghapal. A2 : Suka pak. Saya senang. A3 : Kurang suka pak. Saya tidak bisa matematika pak. 7. Apakah adik selalu mengerjakan atau tidak ketika diberikan tugas oleh guru? A1 : Selalu mengerjakan pak. A2 : Selalu mengerjakan pak. A3 : Kadang-kadang pak. 8. Apakah setelah belajar hari ini adik termotivasi untuk belajar matematika? A1 : Ia pak, saya semakin senang belajar matematika. A2 : Ia pak, ternyata matematika tidak sesulit yang saya bayangkan selama ini. A3 : Ia pak saya harus bisa pak seperti teman-teman yang lain.

259 Lampiran KUTIPAN WAWANCARA DENGAN DENGAN SISWA Tahap : Siklus II Hari/tanggal : Rabu, 2 Maret Apakah adik merasa senang atau tidak setelah belajar matematika hari ini? Berikan alasanya! A1 : Senang pak, saya bisa belajar matematika tidak tegang lagi. A2 : Senang, belajarnya enak ga ngebosenin pak, bisa paham sama materi. A3 : Biasa saja, sama seperti belajar bisaanya pak. 2. Apakah yang adik sukai dari belajar matematika hari ini? A1 : Saya ga takut lagi belajar matematilka A2 : Bisa berdiskusi dengan teman sekelompok saya. A3 : Belajarnya gak tegang pak. 3. Menurut adik, apakah belajar secara berkelompok membuat adik lebih mudah atau tidak dalam belajar? Berikan alasanya! A1 : Ia pak, bisa bertanya jika saya ga bisa. A2 : Ia pak, saya bisa. A3 : Ia pak lebih mudah saya bisa berbagi dan bertanya dengan teman. 4. Apakah dalam setiap tugas kelompok adik aktif atau tidak memberikan pendapat,? Berikan alasan! A1 : Aktif dong pak, biar bisa berekpresi dan jadi pinter A2 : Aktif pak karna saya ingin bisa pak. A3 : Aktif pak. Agar bisa memenfaatkan ilmu saya. 5. Apakah dalam setiap tugas kelompok adik selalu memperhatikan setiap pendapat yang dikemukakan teman adik? A1 : Kadang-kadang pak, saya memperhatikan.

260 A2 A3 : Selalu memperhatikan pak. : Memperhatikan pak. 6. Apakah adik menyukai pelajaran matematika?berikan alasan? A1 : Suka pak, karena menantang untuk lebih berfikir pak. A2 : Suka pak, karena saya senang belajar matematika A3 : Suka pak, karena mengasah otak saya pak. 7. Apakah adik selalu mengerjakan atau tidak ketika diberikan tugas oleh guru? A1 :Selalu mengerjakan pak A2 : Selalu mengerjakan pak A3 : Kadang-kadang pak. 8. Apakah setelah belajar hari ini adik termotivasi untuk belajar matematika? A1 : Ia pak, saya semakin senang belajar matematika A2 : Ia pak, ternyata matematika itu mudah. A3 : Ia pak.

261 Lampiran NILAI TES LUAS BANGUN DATAR BERATURAN NO NAMA NILAI SIKLUS I NILAI SIKLUS II 1 Aldilla M.W Anastasya Aulia Nissa Andrew Willian Zikrie Astrid Putri Diananda Aufa Afgrynadika Azdra Diya Jannati Bayed Izwah Hurin 'Ien Dovan Pradita Setyo Dwi Dara Nur Fauziyah Dyona Priorita Dwi A Fanisa Pitamouldi Faradilla Lasamnur Halimah Sandra Hanif Raditya Ismail Abwar Awalaman Jehan Putri Maimuna Kevin Alyo Sefringga Lilo Ananda Wiranata M. Zulfikar Alfiasyah Mirrah Afina Nabila Sisinoviola Putri Pandu Rizki Widiantoro Refmon Pahlawan Rimaranda Aulia Shifani Novianti Putri Shira Qudrati Akmal Tieneke Rachmawati Tiffani Noviarachmi Tita Nurul Ugha Shafira Ramadita Yasmin Quita Azzahra 69 72

262 Lampiran NILAI TES LUAS BANGUN DATAR TAK BERATURAN NAMA NILAI SIKLUS I NILAI SIKLUS II Aldilla M.W Anastasya Aulia Nissa Andrew Willian Zikrie Astrid Putri Diananda Aufa Afgrynadika Azdra Diya Jannati Bayed Izwah Hurin 'Ien Dovan Pradita Setyo Dwi Dara Nur Fauziyah Dyona Priorita Dwi A Fanisa Pitamouldi Faradilla Lasamnur Halimah Sandra Hanif Raditya Ismail Abwar Awalaman Jehan Putri Maimuna Kevin Alyo Sefringga Lilo Ananda Wiranata M. Zulfikar Alfiasyah Mirrah Afina Nabila Sisinoviola Putri Pandu Rizki Widiantoro Refmon Pahlawan Rimaranda Aulia Shifani Novianti Putri Shira Qudrati Akmal Tieneke Rachmawati Tiffani Noviarachmi Tita Nurul Ugha Shafira Ramadita Yasmin Quita Azzahra 76 86

263 248

264 249

265 250

266 251

267 252

268 253

269 254

270 Lampiran Perhitungan Membuat Daftar distribusi Kelompok Nilai Hasil Ujian Bangun Datar Beraturan Siklus I 1. Menentukan Distribusi Frekuensi a. Menentukan distribusi frekuensi b. Menentukan banyak kelas Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 31 = 5,92 6 (dibulatkan keatas) c. Menentukan rentang kelas Rentang kelas (r) = Data Terbesar Data Terkecil = = 40 d. Menentukan panjang kelas r Panjang kelas (p) = k = 40 6 = 6,67 7 (dibulatkan keatas) e. Tabel distribusi frekuensi Interval Tepi Tepi Bawah Atas x i 2 x i f i F k f i x i 2 f i x i ,5 46, ,5 53, ,5 60, ,5 67, ,5 74, ,5 79, Jumlah f i x i 2. Mean ( x ) = f i = = 68,52 3. Modus ( M o ) = Tb + = 67,5 + b 1 b 1 + b = 69,5 + 5,39 i.7

271 = 74,88 3. Median ( Me ) = Tb + = 67,5 + = 71, n f k f i Kurtosis(α 4 ) K m = Tb + K 1 = 67,5 + m 4 n F k f i P m = Tb + 7 P 10 = 39,5 + = 68,98 = 46,73 K 3 = 74, Skweness 3 4 (31) P 90 =74,5+ = 76,08 = 79,33 1 α 4 = 2 (K 3 K 1 ) P 90 P 10 Simpangan baku (s) = = 1 2 (76,08 68,98) 79,33 46,73 = 0,11 fx i 2 ( fx i ) 2 /n n 1 m 100 n F k i f (31) (31) α (x mo ) 3 = s ( 68,51 74,88) = 11,22 = 0,57 = = 124,9247 = 11,22 Maka skewness ialah:

272 Lampiran Perhitungan Membuat Daftar distribusi Kelompok Nilai Bangun Datar Tak Beraturan Siklus I 1. Menentukan Distribusi Frekuensi a. Menentukan distribusi frekuensi b. Menentukan banyak kelas Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 31 = 5,92 6 (dibulatkan keatas) c. Menentukan rentang kelas Rentang kelas (r) = Data Terbesar Data Terkecil = = 27 d. Menentukan panjang kelas r Panjang kelas (p) = k = 27 6 = 4,5 5 (dibulatkan keatas) e. Tabel distribusi frekuensi kelompok eksperinen Interval Tepi Tepi Bawah Atas x i 2 x i f i F k f i x i 2 f i x i ,5 62, ,5 66, ,5 71, ,5 77, ,5 82, ,5 87, Jumlah f i x i 2. Mean ( x ) = f i = = 69,19 3. Modus ( M o ) = Tb + = 72,5 + b 1 b 1 + b = 72,5 + 2,37 = 74,87 i.5

273 Median ( Me ) = Tb n f k f = 67,5 + = 71,67 i 1 (31) Kuortosis(α 4 ) K m = Tb + K 1 = 57,5 + m 4 n F k f 1 4 (31) 0 11 i P m = Tb + 5 P 10 = 57,5 + = 61,02 = 58,91 K 3 = 72, (31) ` P 90 =72, 5+ = 75,52 = 77,46 1 α 4 = 2 (K 3 K 1 ) P 90 P 10 = 1 (75,52 61,02) 2 77,46 58,91 = 0,39 m 100 n F k i f (31) (31) Skweness Simpangan baku (s) = fx i 2 ( fx i ) 2 /n n 1 Maka skewness ialah: α 3 = (x mo ) s ( 69,19 74,87) = 7,86 = -0,72 = = 61,83 = 7,

274 Lampiran Perhitungan Membuat Daftar distribusi Kelompok Nilai Hasil Ujian Bangun Datar Beraturan Siklus 2 1. Menentukan Distribusi Frekuensi a. Menentukan distribusi frekuensi b. Menentukan banyak kelas Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 31 = 5,92 6 (dibulatkan keatas) c. Menentukan rentang kelas Rentang kelas (r) = Data Terbesar Data Terkecil = = 40 d. Menentukan panjang kelas r Panjang kelas (p) = k = 40 6 = 6,67 7(dibulatkan keatas) B. Tabel distribusi frekuensi Interval Tepi Bawah Tepi Atas x i x i 2 f i F k f i x i f i x i ,5 65, ,5 72, ,5 79, ,5 86, ,5 93, ,5 100, Jumlah Mean ( x ) = f i x i f i = = 85,03 3. Modus ( M o ) = Tb + = 86,5 + b 1 b 1 + b i.7

275 260 = 86,5 + 3,5 = Median ( Me ) = Tb + = 86,5 + = 86, n f k f i 1 (31) Kuortosis(α 4 ) K m = Tb + K 1 = 72,5 + m 4 n F k f 1 4 (31) 5 3 i P m = Tb + 7 P 10 = 65,5+ = 78,92 = 69,18 K 3 =86, (31) P 90 =93,50+ = 92,92 = 97,40 1 α 4 = 2 (K 3 K 1 ) P 90 P = (92,92 78,92) 97,40 69,18 = 0,25 b. Skweness Simpangan baku (s) = fx i 2 ( fx i ) 2 /n n 1 m 100 n F k i f (31) (31) Maka skewness ialah: α 3 = (x mo ) s (85,03 90) = 10,10 = -0,49 = = 101,8989 = 10,10

276 Lampiran Perhitungan Membuat Daftar distribusi Kelompok Nilai Hasil Ujian Bangun Datar tak Beraturan Siklus II 1. Menentukan Distribusi Frekuensi a. Menentukan distribusi frekuensi b. Menentukan banyak kelas Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 31 = 5,92 6 (dibulatkan keatas) c. Menentukan rentang kelas Rentang kelas (r) = Data Terbesar Data Terkecil = = 20 d. Menentukan panjang kelas r Panjang kelas (p) = k = 20 6 = 3,33 4 (dibulatkan keatas) e. Tabel distribusi frekuensi Interval Tepi Tepi Bawah Atas x i 2 x i f i F k f i x i 2 f i x i ,5 73,5 71, , ,5 77,5 75, , ,5 81,5 79, ,5 85,5 83, ,5 89,5 87, ,5 93,5 91, , Jumlah , Mean ( x ) = f i x i f i 2600,5 = 31 = 83,8 3. Modus ( M o ) = Tb + = 81,5 + b 1 b 1 + b i.4

277 = 81,5 + 2 = 83,5 4. Median ( Me ) = Tb + = 81,5 + = n f k f i 1 (31) Kuortosis(α 4 ) K m = Tb + K 1 = 77,5 + m 4 n F k f 1 4 (31) 2 6 i P m = Tb + 4 P 10 = 69,5+ = 81,33 = 81,9 K 3 = 85, (31) P 90 =85,5+ m 100 n F k i f (31) (31) 20 = 87,13 = 89,45 1 α 4 = 2 (K 3 K 1 ) P 90 P = (87,13 81,33) 89,45 81,9 = 0,38 c. Skweness Simpangan baku (s) = fx i 2 ( fx i ) 2 /n n = , Maka skewness ialah: α 3 = (x mo ) s (83,8 83,5) = 4,54 = 0,07 = = 4.54

278 Lampiran Daftar Kelompok Kelompok 1 Kelompok 2 1. Aufa Afgrynadika (A1) 1. Azdra Diya Jannati (B1) 2. Dovan Pradita Setyo (A2) 2. Anastasya Aulia Nissa (B2) 3. Dyona Priorita Dwi A (A3) 3. Astrid Putri Diananda (B3) 4. Nabila Sisinoviola Putri (A4) 4. Ugha Shafira Ramadita (B4) 5. Rimaranda Aulia (A5) 5. Yasmin Quita Azzahra (B5) 6. Shira Qudrati Akmal (A6) Kelompok 3 Kelompok 4 1. Fanisa Pitamouldi (C1) 2. Faradilla Lasamnur (C2) 3. Mirrah Afina (C3) 4. Tiffani Noviarachmi (C4) 5. Tita Nurul (C5) 1. Hanif Raditya (D1) 2. Ismail Abwar Awalaman (D2) 3. M. Zulfikar Alfiasyah (D3) 4. Pandu Rizki Widiantoro (D4) 5. Refmon Pahlawan (D5) Kelompok 5 Kelompok 6 1. Aldilla M.W. (E1) 2. Bayed Izwah Hurin 'Ien (E2) 3. Halimah Sandra (E3) 4. Shifani Novianti Putri (E4) 5. Tieneke Rachmawati (E5) 1. Jehan Putri Maimuna (F1) 2. Dwi Dara Nur Fauziyah (F2) 3. Andrew Willian Zikrie (F3) 4. Kevin Alyo Sefringga (F4) 5. Lilo Ananda Wiranata (F5)

279 Daftar Kelompok Kelompok 1 Kelompok 2 (A1), (A2), (A3), (A4), (A5), (B1), (B2), (B3), (B4), (B5) (A6) Kelompok 3 Kelompok 4 (C1), (C2), (C3), (C4), (C5) (D1), (D2), (D3), (D4), (D5) Kelompok 5 Kelompok 6 (E1), (E2), (E3), (E4), (E5) (F1), (F2), (F3), (F4), (F5) 3. Posisi Duduk Siswa dalam Kelas Papan tulis Guru Kelompok 2 Kelompok 1 Kelompok 3 Kelompok 5 Kelompok 4 Kelompok 6

280 265 Lampiran 23 N o. Na ma UJI RELIABILITAS Nomor Soal Sko r Tot al Kuad rat Skor A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI

281 266 Jumlah Jumlah Kuadrat S i S i S t r hit 0.754

282 Lampiran 25 UJI VALIDITAS BUTUR ITEM (SETELAH DIUJI COBA) No. Nama x 1 x 2 x 3 x 5 x 7 x 9 x 10 x 11 x 12 x 13 x 14 x 15 x 16 x 17 x A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI r hit r tab Kriteria V V V V V V V V V V V V V V x 2 2 x 3 2 x 5 2 x 7 2 x 9 2 x 10 2 x 11 2 x 12 2 x

283 x 14 x 15 x 16 x 17 y x 1y x 2y x 3y x 5y x 7y x 9y x 10y x 11y x 12y x 13y x 14y x 15y x 16y x 17y y

284

285

286

287

288

289

290

291

PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN LUAS BANGUN DATAR TAK BERATURAN. Skripsi

PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN LUAS BANGUN DATAR TAK BERATURAN. Skripsi PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN LUAS BANGUN DATAR TAK BERATURAN (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang) Skripsi Disusun oleh: IKHSAN

Lebih terperinci

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMPS CENDANA PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMPS CENDANA PEKANBARU 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMPS CENDANA PEKANBARU Utari Ramadhanty 1, Armis 2, Sehatta Saragih 3 utari.ramadhanty@gmail.com,

Lebih terperinci

PENDEKATAN OPEN-ENDED DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MAHASISWA PGMI

PENDEKATAN OPEN-ENDED DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MAHASISWA PGMI 71 PENDEKATAN OPEN-ENDED DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MAHASISWA PGMI Siti Annisah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro Email: annisahsiti_80@yahoo.co.id) Abstract The purpose

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 BATU PADA MATERI SEGI EMPAT

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 BATU PADA MATERI SEGI EMPAT PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 BATU PADA MATERI SEGI EMPAT Rizky Ayu Khalistin *), Erry Hidayanto **) Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMECAHAN MASALAH Fadjar Shadiq, M.App.Sc (Widyaiswara PPPPTK Matematika)

PENTINGNYA PEMECAHAN MASALAH Fadjar Shadiq, M.App.Sc (Widyaiswara PPPPTK Matematika) PENTINGNYA PEMECAHAN MASALAH Fadjar Shadiq, M.App.Sc (Widyaiswara PPPPTK Matematika) A. Pengertian Masalah Berikut ini adalah contoh masalah yang cocok untuk pengayaan bagi siswa SMP dengan kemampuan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. berikut:...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. berikut:... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Beberapa ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun tidak setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang sangat berperan dalam perkembangan dunia. Matematika sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dalam pemecahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara, atau perbuatan memahami.

TINJAUAN PUSTAKA. pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara, atau perbuatan memahami. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman memiliki kata dasar paham, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,2008) paham berarti mengerti dengan benar, tahu benar, sehingga pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP Anggun Rizky Putri Ulandari, Bambang Hudiono, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU 1 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU Oleh: Adillah Harniati 1 Sehatta Saragih 2 Syarifah Nur Siregar 2 flo_anteredium@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan dunia pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan untuk berargumentasi, memberi kontribusi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL Muryatin SDN Pakunden 1, Jalan Bogowonto 48A Kota Blitar E-mail: muryatin2@gmail.com Abstract: Improvement Efforts of Learning

Lebih terperinci

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Alis Suryanti Guru SDN 1 Purwosari Kec. Padangratu E-mail: Alissurnyanti@gmail.com

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SIDOARJO MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SIDOARJO MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SIDOARJO MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED (IMPROVE STUDENT S LEARNING OUTCOMES IN CLASS X SMK PGRI 2 SIDOARJO THROUGH AN OPEN ENDED APPROACH)

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEAKTIFAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University 1 THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL WITH STRUCTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) APPROACH TO IMPROVE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN CLASS VII 3 SMP NEGERI 16 SIJUNJUNG Nadhilah Andriani

Lebih terperinci

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 24 BANJARMASIN MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF QUESTIONS STUDENTS HAVE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA TENTANG KELILING DAN LUAS PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI (PTK pada Siswa

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bappenas (2006) mengemukakan bahwa majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri, karena pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bagian dalam ilmu pengetahuan dengan berbagai peranan menjadikannya sebagai ilmu yang sangat penting dalam pembentukan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik. 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII MTS AMDA PERCUT SEI TUAN T.A. 2014/2015 Pardomuan N.J.M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa depan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada jenjang pendidikan formal dari mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Bahkan dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI METODE COLEGA MEDIASI. Titin Hartini 18

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI METODE COLEGA MEDIASI. Titin Hartini 18 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI METODE COLEGA MEDIASI Titin Hartini 18 Abstract. A "Colega Mediasi" method is a part of cooperatif learning method which uses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah upaya sadar untuk meningkatkan kualitas dan mengembangkan potensi individu yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Salah satu lembaga

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING Rosmawati 1), Sri Elniati 2), Dewi Murni 3) 1) FMIPA UNP, email: ro_se729@yahoo.com 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: Lenni Wulandari A

Diajukan Oleh: Lenni Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (PTK pada Siswa Kelas VIII E Semester Gasal

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED DALAM PEMECAHAN MASALAH

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED DALAM PEMECAHAN MASALAH KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED DALAM PEMECAHAN MASALAH Joko Sulianto IKIP PGRI Semarang, Jalan Lontar 1 Semarang e-mail: jokocakep@yahoo.com Abstract: The Effect

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X.1 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh: WARYANTO K4308061 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematika Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran

Lebih terperinci

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research. 1 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII 6 SMP NEGERI 20 PEKANBARU Andita

Lebih terperinci

JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN :

JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS X-7 SEMESTER 2 SMA 15 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Sri Wigati SMA N 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dapat kita rasakan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP AN NAMIROH PEKANBARU

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP AN NAMIROH PEKANBARU 1 PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP AN NAMIROH PEKANBARU Dian Rifia Syaifudin 1, Armis 2, Zuhri 3 Dianrifia05@gmail.com, armis_t@yahoo.com,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI Disusun oleh: INDAH WAHYU NINGRUM K7109103 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SUTARMI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2016.

SKRIPSI. Oleh : SUTARMI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2016. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 MOJOLABAN PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: SASMITASARI E1R

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: SASMITASARI E1R PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TEKNIK UTAK-ATIK OBYEK MATEMATIKA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-C SMPN 1 SUELA TAHUN

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 3 Tasikmalaya) Mopyani Cahyaty e-mail: mopyani.cahyaty@student.unsil.ac.id

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH 43 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( EFFORTS TO IMPROVE THE ABILITY TO SOLVE MATHEMATICAL PROBLEMS THROUGH PROBLEM-BASED LEARNING

Lebih terperinci

PENERAPAN TAHAPAN NEWMAN

PENERAPAN TAHAPAN NEWMAN PENERAPAN TAHAPAN NEWMAN DENGAN SETTING PEMBELAJARAN MODEL NHT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SPLDV KELAS VIII-E DI MTs N KAUMAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING TAHUN AJARAN 2016/2017 ARTIKEL SKRIPSI BAIQ HIDAYAH E1R113012 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis, Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS), Pembelajaran Konvensional dan Sikap 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika yaitu: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) Yuda Rama Al Fajar Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED SISWA KELAS X SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED SISWA KELAS X SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 2, Juli 2016 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED SISWA KELAS X SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA Firman 1)

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG Widya Danu Fadilah 1, Edrizon 1, Hendra Hidayat 1 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Di samping itu matematika juga merupakan faktor pendukung

Lebih terperinci

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan... 1 Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Kelas VIII C SMP Negeri 13 Jember Semester Ganjil Tahun Ajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan disiplin ilmu yang sifatnya terstruktur dan terorganisasi dengan baik, mulai dari konsep atau ide yang tidak terdefinisi sampai dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah dan merupakan salah

Lebih terperinci

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran PE Premiere Educandum 7(1) 87 94 Juni 2017 Copyright 2017 PGSD Universitas PGRI Madiun P ISSN: 2088-550/E ISSN: 2528-517 Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/pe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar kelak mampu bersaing dan berperan dalam menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadiannya.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK KELAS X TGB.B SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VIII PUTRA SMP IT MASJID SYUHADA Ifut Riati Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING DENGAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PANJER TAHUN AJARAN 2015/2016 Tasirah 1, Wahyudi 2, Imam Suyanto 3 PGSD FKIP

Lebih terperinci

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 MLATI Oleh: Riza Dyah Permata 11144100098 Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam 1 Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam Nuri Wijayanti, Annajmi 1), Arcat 2) 1) 2) Dosen Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X MIPA2 SMA BABUSSALAM PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X MIPA2 SMA BABUSSALAM PEKANBARU 1 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X MIPA2 SMA BABUSSALAM PEKANBARU Ade Nugraheni, Sakur, Kartini Email: ade_nugraheni30@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan sangat mendasar dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan sosial, teknologi,

Lebih terperinci

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD Suciono Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan, kab. Langkat Abstract: This study aims to determine whether

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat. Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : AJENG DEWI WULANDARI ( )

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat. Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : AJENG DEWI WULANDARI ( ) UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THE POWER OF TWO PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI PATIKRAJA SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

Tersedia online di EDUSAINS Website:  EDUSAINS, 7 (2), 2015, Tersedia online di EDUSAINS Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains EDUSAINS, 7 (2), 2015, 202-208 Research Artikel PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIPADU METODE

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 45 PEKANBARU DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PROBLEM SOLVING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 45 PEKANBARU DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PROBLEM SOLVING PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 45 PEKANBARU DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PROBLEM SOLVING Oleh MURWANTO NIM. 10918008760 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Oleh : Fitri Arif Kholidah A

Oleh : Fitri Arif Kholidah A PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING (PTK pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 7 Sukoharjo Tahun 2016/2017) Skripsi Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

p-issn : e-issn :

p-issn : e-issn : PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN EKSPONEN DAN LOGARITMA SISWA KELAS X BKJ1 Setya Prihatiningtyas SMK Negeri 5 Jember setyaprihatiningtyas@gmail.com

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Oleh: HAYATUN NISA

SKRIPSI. Diajukan Oleh: HAYATUN NISA PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 LANGSA SKRIPSI Diajukan Oleh: HAYATUN NISA Mahasiswi Sekolah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANAH MERAH

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANAH MERAH 1 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANAH MERAH Hanifah Amatullah, Sehatta Saragih, Atma Murni Email: hanifahamatullah57@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : JUMAKIR NIM : X

SKRIPSI. Oleh : JUMAKIR NIM : X PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA FLASH CARD BAGI SISWA KELAS V C 1 SDLB KALIWUNGU KABUPATEN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 SKRIPSI Oleh : JUMAKIR

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 680-688 ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika adalah bagian yang sangat dekat dengan kehidupan seharihari. Berbagai bentuk simbol digunakan manusia sebagai alat bantu dalam perhitungan, penilaian,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD Oleh: Liyandari 1, Wahyudi. 2, Imam Suyanto 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PARTISIPASI SISWA KELAS VIII.I SMP NEGERI 3 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Yohana Hiqmawati 1, Imam Suyanto 2, M. Chamdani

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA SEKOLAH DASAR Firmansyah 1), Siti Istiyati 2), Karsono 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh SRIANANINGSIH NIM.

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh SRIANANINGSIH NIM. i PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII D SMPN 1 LABUAPI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PADA PEMBELAJARAN LINGKARAN DENGAN MENERAPKAN MODEL DISCOVERY LEARNING JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Problem Based Learning

Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Problem Based Learning 1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK Eta Karina, Sarson W. Dj. Pomalato, Abdul Wahab Abdullah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL SISWA KELAS VII

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA SISWA SEKOLAH DASAR Hanalia Pertiwi 1), Siti Istiyati 2), Suharno 3) PGSD

Lebih terperinci

: GARNIS AYU AMALIA K

: GARNIS AYU AMALIA K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 2

Lebih terperinci

Wirdah Pramita N. 1, Didik S.P. 2, Arika I.K. 3

Wirdah Pramita N. 1, Didik S.P. 2, Arika I.K. 3 PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH MENURUT POLYA MATERI PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWAKELAS VII B SMP NEGERI 10 JEMBER TAHUN AJARAN 2012/2013 Wirdah Pramita N. 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: JURIT YULIANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2016.

SKRIPSI. Oleh: JURIT YULIANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2016. PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS RANGKUMAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN TEKNIK TUMPAHAN KATA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII G SMP Negeri Kartasura

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PMRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN KELAS VII A MTs HASANUDDIN PONCOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENERAPAN PENDEKATAN PMRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN KELAS VII A MTs HASANUDDIN PONCOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PENERAPAN PENDEKATAN PMRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN KELAS VII A MTs HASANUDDIN PONCOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian pengajaran di sekolah adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis, dan terarah agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT DWI ASTUTI MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT (STAD) Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF FX. Didik Purwosetiyono 1, M. S. Zuhri 2 Universitas PGRI Semarang fransxdidik@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

UPIK MA RIFATUR RIZQI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

UPIK MA RIFATUR RIZQI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO i UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIIIA SMP DIPONEGORO 7 GUMELAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SUHU DAN KALOR SKRIPSI OLEH : FRISKA AMBARWATI K2311029 FAKULTAS

Lebih terperinci