ISOLASI PEPTIDA ANTI HIPERTENSI DARI PROTEIN SUSU. Isolation of Anti Hypertensive Peptides from Milk Protein (Abubakar)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISOLASI PEPTIDA ANTI HIPERTENSI DARI PROTEIN SUSU. Isolation of Anti Hypertensive Peptides from Milk Protein (Abubakar)"

Transkripsi

1 ISOLASI PEPTIDA ANTI HIPERTENSI DARI PROTEIN SUSU (Isolation of Anti Hypertensive Peptides from Milk Protein) A. Abubakar Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh ABSTRAK Protein whey dicerna dengan 7 jenis enzim protease pada temperatur 37 o C ( tripsin, protease-k, aktinase- E, termolisin dan papain) atau pada temperatur 25 o C (pepsin dan kimotripsin) selama 24 jam. Sampel tersebut selanjutnya dilakukan pengujian terhadap aktivitas penghambat enzim pengubah angiotensin dan pengukuran tekanan darah sistolik pada tikus percobaan ( spontaneously hypertensive rats, SHR) setelah pemberian sampel secara gastrik inkubasi. Penurunan tekanan darah sistolik yang sangat tajam (-55 mmhg) terdapat pada sampel protein whey yang dilakukan pencernaan dengan enzim proteinase-k. Hasil analisis dengan menggunakan kromatografi, terdapat 6 jenis peptida yang mempunyai kemampuan anti hipertensi. Urutan asam amino dari masing-masing peptida tersebut adalah sebagai berikut : Val-Tyr-Pro- Phe-Pro-Gly (b-casein:f59-64), Gly-Lys-Pro (b 2 -microglobulin:f18-20), Ile-Pro-Ala (b-lactoglobulin:f78-80), Phe- Pro (Serum albumin:f , b-casein:f62-63, f: , f ), Val-Tyr-pro (b-casein:f59-61), dan Thr-Pro- Val-Val-Val-Pro-Pro-Phe-Leu-Gln-Pro (b-casein:f80-90). Selanjutnya ke 6 jenis peptida tersebut diberikan kepada tikus SHR. Dari hasil pengujian tersebut ternyata tripeptida Ile-Pro-Ala menunjukkan hasil yang sangat kuat mempunyai kemampuan anti hipertensi (-31 mmhg). Kata kunci : peptida anti hipertensi, protein whey, isolasi ABSTRACT Whey protein was digested with 7 types of proteases at 37 o C (trypsin, proteinase-k, actinase-e, thermolysin and papain) or at 25 o C (pepsin and chymotrypsin) for 24 hr. Digested samples then were assayed for angiotensin converting enzyme inhibitory activity and systolic blood pressure (SBP) in spontaneously hypertensive rats (SHR) after gastric incubation. The strongest depressive effect on SBP (-55 mmhg) was observed at 6 hr after gastric incubation of whey protein digested by proteinase-k. Finally, six peptides were chromatographically isolated from the proteinase-k digesta by a combination of hydrophobic reverse phase high performance liquid chromatography and gel filtration. The amino acid sequences and their origins were clarified as follows: Val-Tyr-Pro-Phe-Pro-Gly (b-casein:f59-64), Gly-Lys-Pro (b 2 -microglobulin:f18-20), Ile-Pro- Ala (b-lactoglobulin:f78-80), Phe-Pro (Serum albumin:f , b-casein:f62-63, f: , f ), Val-Tyrpro (b-casein:f59-61), and Thr-Pro-Val-Val-Val-Pro-Pro-Phe-Leu-Gln-Pro (b-casein:f80-90). Chemical synthesis of the above six peptides confirmed that all peptides, except an undecapeptide, have antihypertensive activity in SHR. The synthetic tripeptide Ile-Pro-Ala, originating from b-lactoglobulin, showed the strongest antihypertensive activity (-31 mmhg). Keywords : anti hypertensive peptides, whey protein, isolation Isolation of Anti Hypertensive Peptides from Milk Protein (Abubakar) 121

2 PENDAHULUAN Suatu penelitian terapan dilakukan untuk mengisolasi peptida anti hipertensi yang terkandung dalam protein susu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur kimia spesifik dari masingmasing peptida tersebut, sehingga akan mempermudah dalam membuat formulasi suatu produk dalam penerapannya kepada konsumen. Berbagai penelitian sudah dilakukan untuk mencari komponen bioaktif yang terkandung dalam berbagai bahan pangan, diantaranya dari ikan (Astawan et al., 1995), kasein manusia (Kohmura et al., 1990) dan sumber bahan pangan lainnya (Abubakar et al., 1996; Abubakar et al., 1996; Masuda et al., 1996; Meisel et al., 1997; Takahashi et al., 1997; Yamamoto, 1997). Namun demikian sampai penelitian ini dilakukan, penemuan peptida anti hipertensi yang diperoleh dari protein susu khususnya protein whey masih sangat terbatas informasinya. Protein whey adalah produk sampingan dari industri pembuatan keju, mudah didapat dan murah harganya. Didukung pula oleh tersedianya peralatan yang memadai dan metoda yang tidak begitu rumit dalam melakukan percobaan. Bahkan dipandang dari aspek kepentingan Nasional, penelitian ini akan membawa manfaat yang sangat besar bagi kemuslihatan ummat manusia. Berbagai penelitian pendahuluan telah dilakukan untuk membuktikan adanya peptida anti hipertensi yang terkandung dalam protein whey, dan sampai pada tahap penelitian ini kami telah dapat mengekstraksi sejumlah peptida yang berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah tinggi. MATERI DAN METODE Tepung whey didapatkan dari Snow Brand Milk Products Co., Ltd. (Tokyo, Jepang). Tujuh jenis enzim pencernaan yaitu pepsin (EC ), tripsin (EC ), kimotripsin (EC ), proteinase-k (EC ), papain (EC ), termolisin (EC ) dan aktinase-e diperoleh dari Wako Pure Chemical Co., Ltd (Osaka, Jepang). Enzim pengubah angiotensin (EC ) dan substrat hippurylhistidyl-leucine (HHL) yang dibeli pada Sigma Chemical Co., Ltd. (St. Louis, USA). Enam jenis peptida sintetis yang diperoleh dari Jerman via Sawaday Technology (Tokyo, Jepang). Tiga puluh ekor tikus SHR (Spontaneously Hypertensive Rats), berumur 12 minggu dengan kisaran berat badan antara g diperoleh dari Charles River Jepang Inc. (Kyoto, Jepang). Pencernaan Protein Whey dengan Menggunakan 7 Jenis Enzim Tujuh jenis enzim pencernaan (pepsin, tripsin, kimotripsin, proteinase-k, aktinase-e, termolisin dan papain) digunakan untuk mencernakan protein whey dengan kondisi optimal terhadap bufer, ph dan suhu (Tabel 1). Protein whey (10 mg) dilarutkan kedalam masing-masing bufer enzim (10 ml) dan ditambahkan pepsin dan kimotripsin dalam perbandingan protein dan enzim adalah 100 : 5, selanjutnya diinkubasi pada suhu 25 o C selama 24 jam. Pencernaannya dengan menggunakan 5 jenis enzim lainnya dilakukan pada suhu 37 o C selama 24 jam. Setelah inkubasi, masingmasing sampel segera dipanaskan pada suhu 98 o C Tabel 1. Kondisi Optimal Bufer, ph dan Temperatur terhadap 7 Jenis Enzim Pencernaan Enzim Bufer ph Temperatur ( o C) Pepsin 0,05N HCL 2,0 25 Tripsin 0,02M Tris-HCL* 8,0 37 Kimotripsin 0,02M CH 3 COONH 4 8,0 25 Proteinase-K 0,02M Tris-HCl 7,5 25 Aktinase-E 0,02M Tris-HCl* 8,0 37 Termolisin 0,02M Tris-HCl* 8,0 37 Papain 0,02M Sodiumphosphate 7,5 37 HCL:asam khlorida; Tris: trishydroxymethyl amino methane; CH 3COONH 4: amonium asetat; *mengandung 10mM of CaCl J.Indon.Trop.Anim.Agric.29 (3) September 2004

3 Ilustrasi 1. Kemampuan Anti hipertensi Protein Whey yang telah Dicernakan dengan Enzim Proteinase-K dan Fraksi yang telah Diperlakukan dengan Resin dan Metanol. A (Pencernaan protein whey dengan proteinase-k); B (10%); C (20%); D (30%); E (40%); F (50%); G (60%); H (70%); I (80%); J (90%) metanol. Angka di atas diukur setelah 6 jam pemberian sampel dengan dosis 8 mg/kg berat badan SHR. selama 10 menit untuk menghentikan reaksi enzimatis. Pengujian Aktivitas Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin (in vitro) Pengujian aktivitas penghambat enzim pengubah angiotensin dilakukan menurut metoda Yamamoto (1997; Tabel 2). Larutan sampel (30ml) ditambahkan dengan 20ml substrat HHL dan 2ml larutan enzim pengubah angiotensin. Campuran larutan sampel tersebut diinkubasi pada suhu 37 o C selama 60 menit, dan reaksi dihentikan dengan menambahkan 50ml larutan 0,5N HCl. Kandungan asam hippuric yang dibebaskan dari HHL oleh reaksi enzim pengubah angiotensin diukur dengan menggunakan Spektrofotometrik pada panjang gelombang 228 nm. Konsentrasi penghambat enzim pengubah angiotensin yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas enzim pengubah Tabel 2. Metoda Pengukuran Aktivitas Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin R e a g e n As 1 Ac 2 Ab 3 Larutan sampel 30 Air destilasi Larutan substrat Larutan enzim pengubah angiotensin Larutan stop reaksi* 50 Inkubasi (37 o C selama 1 jam) Larutan stop reaksi Total volume absorban sampel; 2 absorban kontrol; 3 absorban blank; *0,5N HCl. Isolation of Anti Hypertensive Peptides from Milk Protein (Abubakar) 123

4 Ilustrasi 2. Fraksinasi Lanjutan Fraksi E dalam Ilustrasi 1. dengan Menggunakan Persentase Metanol dan Pengujian Pengaruh Anti hipertensi pada SHR. 1 (fraksi E dalam Ilustrasi 1, 40% metanol); 2 (E-40.30%); 3 (E %); 4 (E-40.36%); 5 (E-40.39%); 6 (E-40.42%) metanol. Kondisi lain sama seperti yang terdapat pada Ilustrasi 1. angiotensin, didefinisikan sebagai nilai IC 50 ( 50% inhibitory concentration ). Pengujian Penurunan Tekanan Darah pada Tikus (in vivo) 'Spontaneuously hypertensive rats' (SHR) dimasukkan kedalam sangkar dan ditempatkan dalam ruangan penelitian dengan 12 jam siklus cahaya terang dan gelap. Suhu dan kelembaban ruangan dikontrol berturut-turut pada 24 ± 1 o C dan 60 ± 3%. SHR diberi makanan standar dan air minum secara tak terbatas. Masing-masing sampel disuntik langsung kedalam lambung dengan dosis 8 mg/kg berat badan SHR. Pengukuran tekanan darah SHR diukur pada 3, 6, 9, 12 dan 24 jam setelah dilakukan penyuntikan sampel. Preparasi Sampel Peptida Anti hipertensi Protein whey (10g) dilarutkan ke dalam 1L bufer Tris-HCl (ph 7,5), selanjutnya diinkubasi dengan enzim proteinase-k pada suhu 37 o C selama 24 jam. Setelah 24 jam inkubasi, larutan sampel tersebut segera dipanaskan pada suhu 98 o C selama 10 menit untuk menghentikan reaksi enzimatik. Larutan tersebut disentrifusi pada kecepatan rpm selama 30 menit, supernatan dipisahkan melalui Tabel 3. Seleksi Sampel yang Berpengaruh terhadap Aktifitas Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin dan Aktivitas Anti hipertensi setelah Dilakukan Pencernaan dengan Enzim Sampel Aktifitas enghambat enzim pengubah angiotensin (%) Penurunan tekanan darah sistolik (mmhg) Protein whey (kontrol) 0,0-38 Pepsin 83,7-47 Tripsin 56,7-51* Kimotripsin 76,0-40 Proteinase-K 95,7-55** Aktinase-E 55,7-55** Termolisin 98,6-42 Papain 86,5-47 *P < 0,05; **P < 0, J.Indon.Trop.Anim.Agric.29 (3) September 2004

5 Ilustrasi 3. Penampilan Kromatogram Peptida Anti hipertensi dari Fraksi nomor 5 dengan Menggunakan Kromatografi Cairan. Kolom: Superiorex ODS (4.6 x 150 mm); Reagen A (0.05% TFA dalam 10% acetonitrile) dan reagen B (0.05% TFA dalam 60% acetonitrile); Suhu (40 o C); Deteksi (220 nm). penyaringan dengan menggunakan kertas saring No.5C. Supernatan yang diperoleh, diaduk dan dikocok dengan menggunakan resin kromatografi LiChroprep RP-18 agar peptida yang terkandung dalam supernatan tersebut akan terikat dengan resin. Resin yang mengandung peptida tersebut sedikit demi sedikit dilepaskan kembali dengan menggunakan pengenceran metanol dari 0-90% dengan interval 10%. Sepuluh jenis sampel yang diperoleh dari perlakuan di atas, siap untuk diberikan kepada SHR, dan hasilnya tercantum pada Ilustrasi 1. Selanjutnya fraksi E pada Ilustrasi 1 yang diseleksi sebagai sampel utama untuk tahapan penelitian selanjutnya akan diperlakukan dengan resin kembali seperti yang telah diterangkan sebelumnya, dan kali ini enceran metanol digunakan dari 30% - 42% dengan interval 3%. Masing-masing sampel tersebut (5 sampel) masih diberikan kepada SHR untuk menyelidiki fraksi sampel yang berpengaruh kuat terhadap penurunan tekanan darah pada SHR, dan hasilnya tercantum pada Ilustrasi 2. Isolation of Anti Hypertensive Peptides from Milk Protein (Abubakar) 125

6 Analisis Kimia Kandungan protein sampel ditentukan dengan menggunakan metoda Folin-Lowry (Lowry et al., 1950). Analisis komponen peptida yang ada dalam sampel dengan menggunakan kromatografi cairan (Ilustrasi 3), masing-masing fraksi pada Ilustrasi 3 ditampung, dan kemurnian hasil tampungan tersebut diuji dengan menggunakan kolom yang sama (Ilustrasi 4) dan gel filtrasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Seleksi Sampel yang Berpengaruh terhadap Anti hipertensi Delapan jenis sampel yaitu protein whey (kontrol) dan tujuh jenis sampel protein whey yang masing-masing dicernakan oleh enzim pepsin, tripsin, kimotripsin, proteinase-k, aktinase-e, termolisin dan papain, diuji aktivitas penghambat enzim pengubah angiotensin (secara in vitro) dan kemampuan penurunan tekanan darah pada SHR (secara in vivo), hasilnya tercantum pada Tabel 3. Dari Tabel 3 terlihat bahwa protein whey (kontrol) menunjukkan hasil 0% pada pengujian secara in vitro dan pengujian secara in vivo ternyata dapat menurunkan tekanan darah SHR sampai -38 mmhg. Disini terbukti bahwa sampel yang tidak diperlakukan dengan enzim pencernaan dan diberikan langsung kepada SHR, dapat menurunkan tekanan darah SHR. Hal tersebut terjadi karena di lambung SHR terdapat berbagai enzim yang dapat mencerna sendiri sampel yang disuntikkan langsung kedalam lambung, dan dapat menurunkan tekanan darah sampai mencapai -38 mmhg. Sampel lain pada Tabel 3 terlihat bahwa ada sampel yang secara in vitro dapat menunjukkan kemampuan aktifitas penghambat enzim pengubah angiotensin yang tinggi, akan tetapi menunjukkan hasil yang rendah setelah dicobakan secara in vivo. Sebaliknya hasil yang rendah pada percobaan in vitro menunjukkan hasil yang tinggi pada percobaan in vivo. Hanya terdapat satu sampel yang dapat menunjukkan hasil yang tinggi baik pada perlakuan secara in vitro maupun secara in vivo yaitu sampel yang dicernakan dengan menggunakan enzim proteinase-k, yang memiliki aktifitas penghambat enzim pengubah angiotensin sampai mencapai 95,7% dan pengaruh penurunan tekanan darah SHR sampai mencapai -55 mmhg. Oleh karenanya sampel ini digunakan sebagai sampel dasar yang digunakan untuk perlakuan berikutnya. Isolasi Peptida Anti hipertensi Berdasarkan hasil seleksi sampel protein whey yang dicernakan dengan enzim proteinase-k, selanjutnya diperlakukan dengan menggunakan resin LiCroprep RP-18 dan metanol, seperti yang telah dijelaskankan dalam metoda dan hasilnya tercantum pada Ilustrasi 1. Dari hasil perlakuan sampel tersebut diperoleh 10 jenis sampel yaitu A (0%), B (10%), C (20%), D (30%), E (40%), F (50%), G (60%), H (70%), I (80%) dan J (90%) metanol. Masing-masing sampel tersebut diberikan kepada SHR dan pengaruhnya terhadap penurunan tekanan darah diamati setelah 6 jam pemberian sampel dengan dosis 8 mg/kg berat badan SHR. Dari Ilustrasi 1 terlihat bahwa fraksi A (kontrol) adalah protein whey yang dicernakan dengan enzim proteinase-k (pada Tabel 2) dapat menurunkan tekanan darah SHR sebesar 55 mmhg. Selanjutnya diikuti oleh fraksi E (40% metanol) dan B (10% metanol) berturut-turut -54 mmhg dan - 53mmHg. Di lain pihak, sampel lain mempunyai kemampuan yang rendah dibandingkan dengan kedua fraksi sampel E dan B. Fraksi E pada Ilustrasi 1 yang dipilih sebagai sampel seleksi awal yang akan digunakan untuk percobaan berikutnya, selanjutnya diperlakukan lagi dengan menggunakan resin LiCroprep RP-18 dan metanol seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk tahap ini hanya menggunakan persentase metanol yaitu 30%, 33%, 36%, 39% dan 42%, dengan demikian jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 5 buah. Untuk melihat kemampuan anti hipertensi dari masing-masing sampel tersebut, maka ke 5 sampel tersebut masih diberikan kepada SHR dan penurunan tekanan darah diukur setelah 6 jam pemberian sampel. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada Ilustrasi 2. Kelima fraksi sampel yang dimaksud adalah No.2 (30%), No.3 (33%), No.4 (36%), No.5 (39%) dan No.6 (42%) metanol, sedangkan No.1 adalah kontrol (dari fraksi E pada Ilustrasi 1). Dari 126 J.Indon.Trop.Anim.Agric.29 (3) September 2004

7 Tabel 4. Struktur Peptida Anti hipertensi dan Aktifitas Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin Sampel Sekuen Original SBP 1 (mmhg) BM 2 (Da) 3 IC 50 (µm) a Val-Tyr-Pro-Phe-Pro-Gly β-cn:f59-64e -22* 678, b1 Gly-Lys-Pro β 2 -m:f * 300, b2 Ile-Pro-Ala β-lg:f ** 299, c2 Phe-Pro SA:f * 262, d Val-Tyr-Pro β-cnd:f * 377, f Thr-Pro-Val-Val-Val-Pro-Pro- β-cnd:f , Phe-Leu-Gln-Pro 1 Tekanan darah sistolik; 2 Berat molekul; 3 Konsentrasi peptida yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas enzim pengubah angiotensin; β-cn:β-casein; β 2-m:β2-microglobulin; β-lg:β-lactoglobulin; SA: Serum albumin. Ilustrasi 2 terlihat bahwa fraksi No.3 dan No.5 hasilnya hampir tidak berbeda nyata, oleh karenanya untuk tahapan penelitian berikutnya hanya menggunakan fraksi No.5 (39% metanol) dengan kemampuan penurunan darah tinggi sebesar - 46mmHg. Analisis dengan menggunakan kromatografi cairan dari sampel fraksi No.5 pada Ilustrasi 2 dapat dilihat hasil kromatogramnya yang tercantum pada Ilustrasi 3, dimana terdapat 6 fraksi peptida anti hipertensi yaitu fraksi a, b, c, d, e dan f. Masingmasing fraksi peptida tersebut ditampung cairannya melalui kromatografi cairan dan selanjutnya hasil tampungan tersebut diuji kembali kemurniannya untuk tahap pertama dengan menggunakan kolom yang sama. Hasil penampungan dari masing-masing peptida anti hipertensi tersebut dianggap seluruhnya sudah murni, karena terbukti hanya satu pik saja yang muncul dari hasil uji tersebut. Struktur Kimia Peptida Anti hipertensi Sekuen asam amino dari 6 buah peptida anti hipertensi seperti yang tercantum pada Tabel 4 adalah sebagai berikut: a (Val-Tyr-Pro-Phe-Pro-Gly), b1 (Gly- Lys-Pro), b2 (Ile-Pro-Ala), c2 (Phe-Pro), e (Val-Tyr- Pro) dan f (Thr-Pro-Val-Val-Val-Pro-Pro-Phe-Leu-Gln- Pro). Sebagai usaha akhir untuk mengetahui fraksi diantara 6 peptida di atas yang mempunyai kemampuan tinggi terhadap penurunan tekanan darah, adalah dengan cara memesan peptida sintesis dari Belanda (via Sawaday Technology, Tokyo) dan dilakukan pengujian ulang pada SHR. Hasil pengujian tersebut dapat terlihat pada Tabel 3. Peptida sintesis b2 (Ile-Pro-Ala) dengan berat molekul 299,39 Da dan nilai IC mm, dapat menunjukkan kemampuan yang tinggi terhadap penurunan tekanan darah SHR sampai mencapai angka -31mmHg. Suatu hal yang sangat menarik yang tersaji pada Tabel 3 adalah keenam sampel tersebut mengandung residu Prolin (Pro) dalam rantai peptidanya. Peptida a dan b2, mengandung residu prolin yang terdapat pada posisi tengah rantai peptidanya, sedangkan peptida lainnya terdapat residu prolin pada posisi ujung C-terminal dari rantai peptidanya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil yang telah ditemukan oleh beberapa peneliti lain diantaranya melaporkan bahwa terdapatnya satu atau beberapa residu prolin dalam rantai peptidanya (10-12). Bahkan Maeno et al. (1996) mengemukakan bahwa apabila dalan rantai peptidanya terdapat residu prolin, akan mempunyai aktifitas anti hipertensi yang lebih baik dibandingkan dengan rantai peptida yang sama sekali tidak mengandung residu prolin. KESIMPULAN Enam jenis peptida anti hipertensi yang telah dapat diisolasi dalam protein whey susu yaitu petida a (Val-Tyr-Pro-Phe-Pro-Gly), b1 (Gly-Lys-Pro), b2 (Ile- Pro-Ala), c2 (Phe-Pro), d (Val-Tyr-Pro) dan f (Thr- Pro-Val-Val-Val-Pro-Pro-Phe-Leu-Gln-Pro). Keenam peptida anti hipertensi tersebut, setelah diberikan kepada SHR dengan dosis 8mg/kg berat badan, dan tekanan darah diukur setelah 6 jam pemberian sampel, hanya peptida b2 (Ile-Pro-Ala) yang dapat menunjukkan kemampuan yang tinggi terhadap penurunan tekanan darah pada SHR yaitu sampai mencapai-31mmhg. Isolation of Anti Hypertensive Peptides from Milk Protein (Abubakar) 127

8 DAFTAR PUSTAKA Abubakar, A., T. Saito., M.A. Aimar, and T. Itoh New derivation of the inhibitory activity against angiotensin converting enzyme from sweet cheese whey. Tohoku J. Agric. Res. 47 : 1-8. Abubakar, A., T. Saito., T. Itoh., I. Arai, and M.V. Aimar Development of a new type of fermented cheese whey beverage with inhibitory effects against angiotensin converting enzyme. Tohoku J. Agric. Res. 48 : Astawan, M., M. Wahyuni., T. Yasuhara., K. Yamada., T. Todokoro, and A. Maekawa Effects of angiotensin I-converting enzyme inhibitory substances derived from Indonesian driedsalted fish on blood pressure of rats. Biosci. Biotech. Biochem. 59 : Kohmura, M., N. Nio., K. Kubo., Y. Minoshima., E. Munekata and Y. Ariyoshi Inhibition of ACE by synthetic peptide fragments of human k-casein. Agric. Biol. Chem. 54 : Lowry, O.H., N.J. Resebrough., A.L. Farr and R.J. Randall Protein measurement with the folin phenol reagent. J. Biol. Chem. 193 : proteinase from Lactobacillus helveticus CP790. J. Dairy Sci. 79 : Masuda, O., Y. Nakamura and T. Takano Antihypertensive peptides are present in aorta after oral administration of sor milk containing these peptides to spontaneously hypertensive rats. Am. Institute of Nutr. 12 : Meisel, H., A. Goepfert and S. Gunther ACE inhibitory activi- ties in milk products. Milchwissenschaft 52 : Takashashi, M., S. Moriguchi., T. Minami., H. Suganuma., A. Shiota., Y. Takenaka., F. Tani., R. Sasaki and M. Yoshikawa Albutensin A, an ileum-contracting peptide derived from serum albumin, acts through both receptors for complements C3a and C5a. Letters in Peptide Science. 4 : 1-7. Yamamoto. N Antihypertensive peptides derived from food proteins. Biopoly. 43 : Yamamoto, N., A. Akino and T. Takano Antihypertensive effects of the peptides derived from casein by an extracellular proteinase from Lactobacillus helveticus CP790. J. Dairy Sci. 77 : Maeno, M., N. Yamamoto and T. Takano Identification of an antihypertensive peptide from casein hydrolysate produced by a 128 J.Indon.Trop.Anim.Agric.29 (3) September 2004

DAFTAR ISI.. HALAMAN SAMPUL... HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI. PERNYATAAN. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.

DAFTAR ISI.. HALAMAN SAMPUL... HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI. PERNYATAAN. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI. PERNYATAAN. PRAKATA. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. INTISARI...

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

6 FRAKSINASI DAN ISOLASI PROTEIN WHEY SUSU KUDA SUMBA

6 FRAKSINASI DAN ISOLASI PROTEIN WHEY SUSU KUDA SUMBA 29 6 FRAKSINASI DAN ISOLASI PROTEIN WHEY SUSU KUDA SUMBA Abstract The aims of this study were to fractionate and to isolation antimicrobial activity of Sumba mare s milk protein against causative agent

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi) 76 Lampiran Prosedur uji aktivitas protease (Walter 984, modifikasi) Pereaksi Blanko (ml) Standard (ml) Contoh ml) Penyangga TrisHCl (.2 M) ph 7. Substrat Kasein % Enzim ekstrak kasar Akuades steril Tirosin

Lebih terperinci

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984) LAMPIRAN Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984) Pereaksi Blanko (µl) Standar (µl) Sampel (µl) Penyangga Tris HCl (0.2 M) ph 7.5 Substrat kasein for biochemistry (1 %) Ekstrak kasar

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ZnSO 4 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN

PENGARUH PENAMBAHAN ZnSO 4 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN Pengaruh Penambahan ZnSO 4 (Kirana Kristina M ) 105 PENGARUH PENAMBAHAN ZnSO 4 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN THE EFFECT OF ZnSO 4 ADDITION ON TRYPSIN S ACTIVITY Kirana Kristina Mulyono dan Eddy Sulistyowati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, IPB, dari bulan Oktober 2011 Mei 2012. Bahan Isolasi untuk memperoleh isolat B. thuringiensis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium sulfat dalam menghasilkan enzim bromelin dan aplikasinya sebagai koagulan pada produksi keju. 3.1

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Januari 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Januari 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 - Januari 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, dan Laboratorium Terpadu Universitas

Lebih terperinci

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Analisa Protein Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar berbagai metode analisa protein Mahasiswa mampu memilih metode yang tepat untuk mengukur

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α AMILASE DARI Aspergillus niger DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAMPURAN ONGGOK DAN DEDAK

ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α AMILASE DARI Aspergillus niger DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAMPURAN ONGGOK DAN DEDAK ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α AMILASE DARI Aspergillus niger DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAMPURAN ONGGOK DAN DEDAK Firman Sebayang Departemen Kimia FMIPA USU Abstrak Telah dilakukan ekstraksi enzim

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Kerja Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.), Pengambilan Sampel Darah, Penetapan Profil Urea Darah (DAM) dan Penentuan Profil Asam Urat Darah (Follin-Wu)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi 12 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2010 di Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (DIPTP), Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

Lampiran 1 Rancangan penelitian

Lampiran 1 Rancangan penelitian LAMPIRAN 18 19 Lampiran 1 Rancangan penelitian Cacing tanah E. foetida dewasa Kering oven vakum (Setiawan) Tepung cacing kering Ekstraksi buffer dan sentrifugasi Ekstrak kasar protease Salting-out dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian aktivitas enzim (Grossowicz et al., 1950) (a). Reagen A 1. 0,2 M bufer Tris-HCl ph 6,0 12,1 gr

Lampiran 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian aktivitas enzim (Grossowicz et al., 1950) (a). Reagen A 1. 0,2 M bufer Tris-HCl ph 6,0 12,1 gr 46 47 Lampiran 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian aktivitas enzim (Grossowicz et al., 1950) (a). Reagen A 1. 0,2 M bufer Tris-HCl ph 6,0 12,1 gr Tris base dilarutkan dalam 200 ml akuades, kemudian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Abomasum dan Rennet Ekstrak Kasar Hasil penimbangan menunjukkan berat abomasum, fundus, serta mukosa fundus dari kedua sampel bervariasi (Tabel 1). Salah satu faktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Akar Nanas Kering dan Hidroponik Akar nanas kering yang digunakan dalam penelitian ini merupakan akar nanas yang tertanam dalam tanah, berwarna coklat dan berupa suatu

Lebih terperinci

KANDUNGAN KOMPONEN BIOAKTIF DALAM PROTEIN SUSU, HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN

KANDUNGAN KOMPONEN BIOAKTIF DALAM PROTEIN SUSU, HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SYIAH KUALA KANDUNGAN KOMPONEN BIOAKTIF DALAM PROTEIN SUSU, HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN Pidato Pengukuhan Dalam Jabatan Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi guna menunjang

Lebih terperinci

PENGARUH DEGRADASI ENZIM PROTEOLITIK TERHADAP AKTIVITAS ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME INHIBITOR BEKASAM DENGAN Lactobacillus plantarum B1765

PENGARUH DEGRADASI ENZIM PROTEOLITIK TERHADAP AKTIVITAS ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME INHIBITOR BEKASAM DENGAN Lactobacillus plantarum B1765 PENGARUH DEGRADASI ENZIM PROTEOLITIK TERHADAP AKTIVITAS ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME INHIBITOR BEKASAM DENGAN Lactobacillus plantarum B1765 The Effect of Degradation of Proteolitic Enzyme on Angiotensin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium 28 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang tanah, oat, dan wortel yang diperoleh dari daerah Bogor. Bahan kimia yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

Analisis kadar protein

Analisis kadar protein LAMPIRAN Lampiran 1 Bagan alir penelitian Biawak air bagian duodenum, jejenum, ileum, kolon Cuci dengan akuades dan kerok lapisan atasnya (mukosa Ekstraksi enzim protease Analisis kadar protein Pencirian

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL TERHADAP STABILITAS ph ENZIM PROTEASE DARI Bacillus subtilis ITBCCB148

PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL TERHADAP STABILITAS ph ENZIM PROTEASE DARI Bacillus subtilis ITBCCB148 J. Sains MIPA, Desember 2010, Vol. 16, No. 3, Hal.: 149-154 ISSN 1978-1873 PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL TERHADAP STABILITAS ph ENZIM PROTEASE DARI Bacillus subtilis ITBCCB148 Yandri*, Milya Purnamasari,

Lebih terperinci

ISOLASI, PEMURNIAN DAN KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE TERMOSTABIL DARI BAKTERI ISOLAT LOKAL Bacillus subtilis ITBCCB148

ISOLASI, PEMURNIAN DAN KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE TERMOSTABIL DARI BAKTERI ISOLAT LOKAL Bacillus subtilis ITBCCB148 J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 27, Vol. 3, No. 2, Hal.: - 6 ISSN 978-873 ISOLASI, PEMURNIAN DAN KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE TERMOSTABIL DARI BAKTERI ISOLAT LOKAL Bacillus subtilis ITBCCB48 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit LAMPIRAN 10 11 Lampiran 1 Skema metode Bernfeld (1955) 1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS Dididihkan 5 menit Didinginkan 5 menit Absorbansi diukur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hijau yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara Gunung Mas di Bogor. Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

1. Filtrat enzim mananase didapatkan dari hasil produksi kapang Eupenisilium javanicum pada substrat bungkil kelapa 3%. 2. Pereaksi yang digunakan ada

1. Filtrat enzim mananase didapatkan dari hasil produksi kapang Eupenisilium javanicum pada substrat bungkil kelapa 3%. 2. Pereaksi yang digunakan ada PERSYARATAN BATAS WAKTU PENYIMPANAN SUBSTRAT PENENTUAN AKTIFITAS ENZIM 0- MANANASE Emma Ludia Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Enzim mananase merupakan suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

Dari uji kompetisi, persentase penghambatan dengan rasio inokulum 1:1 sudah cukup bagi Bacillus sp. Lts 40 untuk menghambat pertumbuhan V.

Dari uji kompetisi, persentase penghambatan dengan rasio inokulum 1:1 sudah cukup bagi Bacillus sp. Lts 40 untuk menghambat pertumbuhan V. 27 PEMBAHASAN Dari tiga isolat sp. penghasil antimikrob yang diseleksi, isolat sp. Lts 40 memiliki aktivitas penghambatan paling besar terhadap E. coli dan V. harveyi dengan indeks penghambatan masing-masing

Lebih terperinci

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret V.1 HASIL PENGAMATAN 1. TELUR PUYUH BJ = 0,991 mg/ml r 2 = 0,98 VOLUME BSA ( ml) y = 0,0782x + 0,0023 KONSENTRASI ( X ) 0,1 0,125 0,010 0,2 0,25

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Alat Alat yang digunakan adalah akuarium berukuran 40 X 60 X 60 cm 3 dan ketinggian air

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN

PENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN Jurnal Sains Kimia Vol.8, No.1, 2004: 26-28 PENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN Daniel S Dongoran Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No.

Lebih terperinci

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006) LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006) Prosedur pengujian daya serap air: 1. Sampel biskuit dihancurkan dengan menggunakan mortar. 2. Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Spektrofotometer Genesis II keluaran Milton Roy Co., USA (No. Catalog 4001/4 ); Waterbadi Termostat WK-24 (Sibata Scientific Technology Ltd); Kertas

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah proteas Bacillus subtilis diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L))

PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L)) PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L)) Glycine Max Yohanes Martono, Lucia Devi Danriani, Sri Hartini Email:

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan uruturutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrien,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA 15 BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA 3.1 BAHAN Lactobacillus acidophilus FNCC116 (kultur koleksi BPPT yang didapatkan dari Universitas Gajah Mada), Bacillus licheniformis F11.4 (kultur koleksi BPPT yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat Penambahan Berbagai Level Zeolit Sumber Nitrogen Slow Release pada Glukosa Murni secara In Vitro

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Aging Keju. Keju terbuat dari bahan baku susu, baik susu sapi, kambing, atau kerbau. Proses pembuatannya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ii iv vii viii ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kelarutan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kelarutan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul kelarutan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan daun kelor (Moringa oleifera) di dalam rumen secara in vitro dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilakukan di kandang pemeliharaan hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto Lampiran 2. Pembuatan Media dan Reagen 2.1 Pembuatan Media Skim Milk Agar (SMA) dalam 1000 ml (Amelia, 2005) a. 20 gram susu

Lebih terperinci

ENZIM PENCERNAAN : GETAH LAMBUNG

ENZIM PENCERNAAN : GETAH LAMBUNG ENZIM PENCERNAAN : GETAH LAMBUNG Muhammad Alwin Azhari (G84130075) 1, Rachmat Saputra Biki 2, Syaefudin 3 1 Mahasiswa Praktikum, 2 Asisten Praktikum, 3 Dosen Praktikum Metabolisme Departemen Biokimia Fakultas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA

PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA Abstrak Khairi Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah Banda Aceh, 23111 Telah dilakukan analisis urea

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein

LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein 49 7. LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein 1.1. Pembuatan Reagen Bradford Commasive Blue sebanyak 0,01 gram dilarutkan ke dalam 5 ml etanol 95% kemudain ditambah asam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor selama 3 bulan, terhitung

Lebih terperinci

PENENTUAN DAYA CERNA PROTEIN IN VITRO DAN PENGUKURAN DAYA CERNA PATI SECARA IN VITRO

PENENTUAN DAYA CERNA PROTEIN IN VITRO DAN PENGUKURAN DAYA CERNA PATI SECARA IN VITRO Laporan Praktikum Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan PENENTUAN DAYA CERNA PROTEIN IN VITRO DAN PENGUKURAN DAYA CERNA PATI SECARA IN VITRO Dosen: Dr. Ir. Endang Prangdimurti, Msi dan Ir. Sutrisno Koswara,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

KEJU. Materi 14 TATAP MUKA KE-14 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

KEJU. Materi 14 TATAP MUKA KE-14 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK PENGOLAHAN SUSU KEJU Materi 14 TATAP MUKA KE-14 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Keju

Lebih terperinci

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN Senyawa metabolik sekunder yang bersifat toksik dan karsinogenik Dihasilkan: Aspergilus flavus & Aspergilus parasiticus Keduanya tumbuh pada biji-bijian, kacang-kacangan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Alat dan Bahan. B. Metode Penelitian. 1. Persiapan Sampel

METODE PENELITIAN. A. Alat dan Bahan. B. Metode Penelitian. 1. Persiapan Sampel III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Sampel yang digunakan untuk pengukuran ripitabilitas yaitu isolat protein kedelai, kedelai yang ditambahkan dekstrin, dan kacang kedelai, sedangkan untuk pengukuran

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI K E L O M P O K 4 PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI L/O/G/O www.themegallery.com Pend. Kimia Rombel 3 1 2 Vepy Iandasari 46 Gustiyani Eka. S 48 3 4 Anggun Dwi Astiningsih 49 Nurul Anggi Ayuningtias

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENELITIAN

BAB IV. HASIL PENELITIAN 21 menit pada temperatur ruang. Setelah diinkubasi ditambahkan 200 µl Folin, kemudian campuran dinkubasi selama 30 menit pada temperatur ruang, kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis

Lebih terperinci

Kata kunci: fasa gerak, asam benzoat, kafein, kopi kemasan, KCKT. Key word: mobile phase, benzoic acid, caffeine, instant coffee package, HPLC

Kata kunci: fasa gerak, asam benzoat, kafein, kopi kemasan, KCKT. Key word: mobile phase, benzoic acid, caffeine, instant coffee package, HPLC PENGARUH KOMPOSISI FASA GERAK PADA PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT DAN KAFEIN DALAM KOPI KEMASAN MENGGUNAKAN METODE KCKT (KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI) Auliya Puspitaningtyas, Surjani Wonorahardjo, Neena

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005)

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005) 36 LAMPIRAN 37 Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005) Nilai toksisitas Non-Manusia : Rat LD50 oral 5,3 g / kg; Mouse LD50 oral 2 g / kg; Ip Mouse LD50 0,9-1,3 g / kg; LD50

Lebih terperinci

Asam amino merupakan komponen utama penyusun

Asam amino merupakan komponen utama penyusun ANALISIS ASAM AMINO DALAM TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI Saulina Sitompul Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan

Lebih terperinci

Evaluasi Proses Hidrolisis Enzimatis Protein Daging Rusa Sambar (Rusa unicolor) Menggunakan Enzim Pepsin dan Tripsin

Evaluasi Proses Hidrolisis Enzimatis Protein Daging Rusa Sambar (Rusa unicolor) Menggunakan Enzim Pepsin dan Tripsin Evaluasi Proses Hidrolisis Enzimatis Protein Daging Rusa Sambar (Rusa unicolor) Menggunakan Enzim Pepsin dan Tripsin Arif Ismanto 1 1 Department of animal science, Agriculture Faculty of Mulawarman University,

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH Dian Pratiwi, Lasmaryna Sirumapea Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang ABSTRAK

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan Bahan penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan Bahan penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan 3.1.1 Bahan penelitian Cacing tanah P. excavatus diperoleh dari peternakan cacing milik Ir. Bambang Sudiarto. Substrat koagulan darah diambil dari darah milik S. Krisnawati

Lebih terperinci

AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN

AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN Muhamad Yamin *), Neltje N. Palinggi *), dan Rachmansyah *) *) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN SPESIFIK TEMBAKAU SRINTHIL. Disusun oleh : Nama : Slamet Haryono NIM :

ANALISIS PROTEIN SPESIFIK TEMBAKAU SRINTHIL. Disusun oleh : Nama : Slamet Haryono NIM : ANALISIS PROTEIN SPESIFIK TEMBAKAU SRINTHIL Disusun oleh : Nama : Slamet Haryono NIM : 412000011 FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2004 1. PENDAHULUAN Tembakau srinthil merupakan

Lebih terperinci

2. ANALISIS PROTEIN. 1. Pendahuluan

2. ANALISIS PROTEIN. 1. Pendahuluan 2. ANALISIS PROTEIN 1. Pendahuluan Protein merupakan polimer asam amino. Ada puluh asam amino yang berbeda merupakan penyusun protein alami. Protein dibedakan satu sama lain berdasarkan tipe, jumlah dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Metode analisis kolesterol, asam lemak dan Vitamin A A. Metode Analisis Kolesterol (Kleiner dan Dotti 1962).

Lampiran 1. Metode analisis kolesterol, asam lemak dan Vitamin A A. Metode Analisis Kolesterol (Kleiner dan Dotti 1962). Lampiran 1. Metode analisis kolesterol, asam lemak dan Vitamin A A. Metode Analisis Kolesterol (Kleiner dan Dotti 1962). Diambil sampel dua telur pada setiap ulangan. Delapan belas sampel dianalisis kolesterolnya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS. i ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenaipenentuan aktivitas enzim amilase dari kecambah biji jagung lokal Seraya (Zea maysl.). Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui waktu optimum dari

Lebih terperinci

PEMBUATAN PEPTON DARI KHAMIR DENGAN ENZIM PAPAIN UNTUK MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI

PEMBUATAN PEPTON DARI KHAMIR DENGAN ENZIM PAPAIN UNTUK MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Vol. 1 No.1, Juni 3 ISSN 1693-248X PEMBUATAN PEPTON DARI KHAMIR DENGAN ENZIM PAPAIN UNTUK MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI (Peptone Production From Yeast By Papain Enzyme For

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan yaitu umbi garut kultivar creole berumur 10 bulan yang diperoleh dari kebun percobaan Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu

Lebih terperinci