ABSTRACT PENDAWULUAN. Keeerdasall sehagai salall satu faktor yang menenttlkan kualitas sumberdaya rnanusia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRACT PENDAWULUAN. Keeerdasall sehagai salall satu faktor yang menenttlkan kualitas sumberdaya rnanusia"

Transkripsi

1 Prosiding Sc~~rinnr Tekir. Partgat7 I997 PENGARUM KONSUMSI SUMBER PROTEIN (KASEIIN, TEPUNG TERlGU BERPROTEIN TINGGI DAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI) TERW ADAP KOMPBSISI ASAM LEMAK DAN ASAM AMINO OTAK SEKTA KEMAMBUAN BELAJAR TIKUS PEWCOBAAN. lbcddy ~uchtadi"), Made ~stawan"', dam Retncl ~alu~i'' ABSTRACT ($!he coi~szo~lption rfproteiil sottrces of7 the hruiti.filtt~~ trc.itls crrld trttrirto LIC~C~S an(/ 017 /he learning nhili~. of' rcrrs ware evultrnted by zrsing caseiti. high prorcit7 rc*llec?crl,flozrr. (NP CVK) trrfcl sc!\.heun p-oleiii isokalc. (SPI) ns proteiiz sorirces. Each diet cor7ttritl.sc!i.heczrl oil (30%) c!f./otal cncru, it7 the di~>i) asfd SOII~~C. DCJNIS )4J~>rr divided irlto 3 grotips ciud.fid ctd lihilzml hy 1l7e crppr.y7ridc c/i<~t zrt~til inctaiiort period Tltc.rr1ecining rats were fed with the sun?< cliei h?. ~wirzg prrirrfeedit<q control,y~zvlenr. The kcur/ling ~~hililj, of ~('c'~litii?g rcll.~ I~~LIS el'cf/tr~led bv.food relriet~~/ lest me~hod ul 3 d#ier.etzr linlcv (23 lli!r:v. 46 tk!iy.v cmtl6y tity>.v r!j'ug~). The lcnrnirzg ~lhiliti. ~f c~isein grc~zip t11~1.s ~i,~~~tfi('(rnt/v hi,ghrr. 1kur7 til'll'f irrlil SPI ~roq>s. Tlzis t.~~.vrrl/ ~.n.r szipportcd b?. hri?ii7ju/g. ucitls clnd trt~ritio licitlv of'/17e CCI.SC~II gt.otrp. ~c.hich contuitt hicqhcr DN,.l.!I*I.OSIIIC and g!vcine tj7c~n I!IC' ofher ~I.OII/?.Y. Lecw)ti~g uhili(~' o/~spi grotip W'C"S rt'lalil.e!l. higho. lhtrr7 NI'N'F grortp. hrri there 1%-cis rio sigt7~fis<r1?1lr. drffircr7c.e hcrnlccn fhcnm. This rcvidl w8.v.stti~[?or./c~d hj. hrcri~i,firftl? ucids and un7ino r~citfs (!fspi groztj?. whic.11 contuin tiiot.c 1)JfA irrd.d A ~htm NP WF ~t.o1rp, nnii cdso conlain higher 1r.gtrr.tic ac.i~l trncl gfzi~rrrrzic trc.i~/ than cc~.rc~in ~tnd N P WF groarp. PENDAWULUAN Keeerdasall sehagai salall satu faktor yang menenttlkan kualitas sumberdaya rnanusia sangat dipngan~hi oleh status gizi i~ldividu itt~ sendiri pada periode kehamilan hil~gga usia 3 tahun. Selan~a proses tulllbuh kc~nbang otak, kebutuhan zat-zat gizi esensial hngi iuhuh ihu harnil dan rneny~asui serta bayi harus terpenuhi, agar otak berkelnbang seeara sempurna baik dalarn jumfah maupun kelelagkapan sel-sel otaknya. Zat gizi makromolekul yang sangat berperan dalam proses tumbuh kernbang otak adalah lemak dan protein. ifiasil penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa asarn le~~iak dokosaheksaenoat (Dl IA) dan asam arakidonar (AA) adaiah asam lemak yang berperan penting dala~n perkembangan otak (Simopuulos, 1989). Kedua asan1 lemak tersebut terlibat dalam sistern kerja saraf pusat. Konsumsi asani linolenat (n-3) dalam mahanan, oleh tubuh dapat di~netabolislne tnegjadi EI'A dan DIiA melalui proses elongasi (perpa~~jangan rantai) dan desaturasi (pembentukan ikatan rangkap). Sedangkan konsumsi asaln linoleat (0-6) dimetaboiisme meqjadi AA meialui proses yang satna (Sinclair, 1903). Peranan protein " Staf Pengajar dan Peneliti di Jurusari Teknologi Pangan dan Gizi, FATETA-IPB, Bogor

2 antara laill terlibat dalani pembentukan neurotransmitter (terutama terhe~rttlk dari asarli amino triptofan dan tirosin) serta sintesa mielin. Beberapa asarn a~lii~ro berti~r~gsi larigsung srhagai neurotraua~~itter seperti asam aspartat, asain glutamat dan glisin. BAWAN DAN METODE Baban dan AIat Tikus yang digunakan adalah jenis Wistar Rultcs norvegiczr,~ usia 2 huh. Ransum yaog diberikan sesilai yang direkotnendasikan oleh AOAC (1984) rneliputi sr~itiher protein. skrlnber minyak. pati. seltdosa. multivitamin, nlulti 111 ineral da~r air. M irvak kedelni dengall ~nerk Happy Salad Oil digunakan sebagai somber minyak. Untkrk sunther protein digunakan isolat protein kedelai (IPM) dari Linited Ckeniical. Jakarta, tepung terigu hcr-proteirt ~i~iggi (TTBT) da~i kasein sehagai kontrol dari PT Nestle Indonesia. Alat-alat yang digunakan adalah ph-meter, sentrifuse, oven. Inilur. mibrok~jeldnh1. soshlet. rotary evaporator. mikroskop, WPLC, gas kromatogral?, buret, petlpcrir~g cirrlrn. peralarar~ hedah. dan nlat ar~alisis lainnya. Metode Pada penelitia~~ pendahuluau dilakukara pembuatan TTBI', analisis proksimat terlradap s~liliber protein, petllbuatan ransttm tikus dengan inemodifikasi kacfar lemak dari 8%) ~nctljadi 14.1 % dari rota! berat rarrsurn, penentiban jenis protein railskin\ yang palitlg tidal\ disr~hai ulell tlkus percobaan, pemberian makanan pada induk tiktts se-jak masa kor~sepsi Ringga masa t~~enyusui secara crcl" lihillii~?. Itlduk tikus dikelompokkan nrel?jadi 3 kelornpok (kaseirl.?'i 131' dan IPK). Skema pembuatan TTBT dilakukan dengan memodifikasi ~netode tlanren et aj ( 198 l ) d jjelaskan dalarn Garilbar l. Pada penelitian utanta dilakukan pemberian ransum terhadap anak tikus yang telah disapili (usia hari) dengarl jenis ransum yang ses~lai derlgan kelompok perlakuar~ induknya secara pcrir.fcd coirfroi (Astawan et al., 19961, penguknran kemampuatl belajar amk tikus pada usia 23, 46 da1-r 69 hari, penimbangan berat badail setiap 7 hari sekali. analisis asam amino dan asam lernak otak serta l~istologi jaringan otak. Ekstraksi le~~iak dari jaringan otak diiakukan herdasarkan wetode Folsch et al. (1957), analisis asam lemak otak dilakukan dengan tiletode kro~natografi gas (GG), sedangkan analisis asam amino otnh menggurtakan inetode kromatografi cair kilietja tinggi (HPLG).

3 Dedujv Mtrchludi, el al. Susper~si tepung terigu 10% ( lo0 g dilarutka~~ dafaln 1000 ml air) 4 Gelatlg~isasi pada suhu 95 C seiarna 4 mea~ir & Suspensi didinginkan llirlgga siihu 37 C 1 Penamballan lart~tan huff'er asetat ph 5.5 sebesar 4 ml dao petlambahan enzim a-lnilase sehesar 0.25 mi (untuk setiap 1000 mi suspensi) 1 Hidrolisa oleh er~zim a-milase (suhrs dipertal~ar~kan 50 C i 2 C (setama 80 menit).1 Sentrifi~gasi pada kecepatar~ 3000 rprn selaarla 15 sttenit.1 Superlaatan dipisallkari dan endapar~ dikeringkan dengati pcngering drum 4, Hasil pengeringan dihaltrskan dengar1 blender Gamhar 1. Skelllia pe~~~betatall tepung terigu berprotein tinpgi (Mctt>de li4anst.n ct a!.. IC)R I yaq dil~~odifikasi dari tepung beras herprotein tiilgpi) Analisis Praksiinrat Sampel Protein NASlL DAN PEMBAHASAN Analisis proksilnai yat~g dilakukala hert~cuan tintuk pcnentrrit~t konlposisi ransitm yang akan dibrikan kepada tikus percobaan. Hasil arlalisis tersehut disatikan pada I'abel 1, sedangkan komposisi rallsulaa rrntuk tiap kelompok rikus disajikan pada 'l'ahel 2. 'I'abel 1. Masir a~~alisis proksimat terhadap san~pel pmtein dalavn peneiitiaij IPK : lsolat Protein Kcdclai

4 Tabel 2. Komposisi ransum untuk tiap kelompok tikus Analisis Kom~osisi Asarn Lemak Ssam~el Wasil arlalisis terhadap sampel minyak kedelai yaog digtioakall dalam penelitian ditu~!jukkan daiam Tabel 3. Hasil tersebut menu~~jukkan bahwa 13% dari iota1 asam lenlak dalam minqah hedelai tersebut adaiah asarn lemak jenttlt (AI,.I) datl 87% merupaka~t asaw lemak tak jenuh (ALI'J). Dari keseluruliari ALTJ tersebut yang rnerrlpakan Al 1.1 janiak mcncapai 65.6'6 darl sisanqa adalah ALTJ titaggal. Kandungan asam tinoleat dttla~n 111inqak kedelai ini n~encapai 55% dari total asam lemak. sedangkan kandungon axam cx-lirioleilnt sehesar 10.5% dari total asam lemak. Tabel 3. ttasil analisis kor~iposisi asam lemak minyak kedelai yang digunakatl dalaln penelitian Analisis Kam~osisi Asam Amino Ssmpel Protein Hasii analisis komposisi asam amino terhadap tiga jenis protein (kasein, 'l'l'rt dan IPK) yang digunakan ditul!iukkan dalarn Tabel 4. Hasil tersebut menut~ukkan bahwa unruk 100 gram protein ( 16 g N) jumlah tertinggi ilrituk sebagian besar asaln amino yarlg teranalisa ditur~jukkan ole11 tepung Lasein. Asam-asam atnino tersebt~t adalall treonin, gliqin, valin, metionin, tirosin, lisin dan arginin. Hal ini sesuai dengan literatur yang menii~?jukka~i bahwa untuk senlua jenis asam amino tersebut lebih tinggi jumlahnya dalam kasein dibanclingkan dalari~ jenis protein lainnya (Craig et al., 1978).

5 Hasil perhitutlgan skor killlia untrtk ketiga jenis protein sanipel disajikall pada Tabel 5. Tabel tersebut menunjukkan bahwa jenis protein yang met~ut~jukkan kk~alitas terbaik adalah tepung kasein dengan skor kimia sebesar 93 dan leusin sebagai asam alnino pembatas. TfBT Tabel 4. Komposisi asam alnino dari ketiga jenis protein sampel dan IPK memifiki kt~alitas protein yang rendah, karena kedtla jenis protein tersebut banyak met~gandt~r~g asam amirlo non esensiai. Skor kimia untuk 'TTBT dan 1PK nlasing-masing sebesar 41 darl20 dengar1 asam amitlo pembatas masing-masing adalah lisin dan valin. Tabel 5. Skor asanl amino satnpel protein dengan referensi FA0 (1973) Penentuan Jenis Protein vane Tidak Disukai Percobaari dilakukan selama 15 hari dengall menggunakal-i induk tikus. Kelonipok dengan jenis protein yaug paling tidak disukai digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah 149 Surnber t'rotein dun Kemmilpuun Bclqjc~r

6 makanar~ yang harus diberika?~ pada kefotnpok lain selama pcrcohaan. Penelitian Pel~tfahuluan menursjukkan bahwa TTBT adatah jenis protein yang paling tidak disukai. Penparub Konsumsi Ransum terhadar, Perkembanpan Rerat Badan Penelitian utama dilaktikan terhadap anak tikus hingga usia 69 llari..lnmlal~ lliakalla~t yang diberikarn pada tiga kelompok anak tikus dihitung dengan metode pctw fid c.onrvol herdasar pada kelornpok TTBT. Sehingga jumlah ransum jang dikonsumsi oleh ketiga kelonnpok akanl sama. Ilasil penimhangan berat badan disajikan pada grafik pet-kernhangall berat badan seperti tertera dalain Ganlbar 2. Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa bila dibandingkan dengan kontrol, kelo~npok TTBT rnenur~-iiihhan perkembag~gan herat hadan yang paling rendah, ~neskipt~n jutn2lah konsurnsi ri~akanan salna antar helo~npt~h. Pada petlin~~bai~gall berat badan anak tikus di usia 21 hari. kelorllpok T1'B'I' juga menul~iukkan berat badan yarig paling rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa selama masa kehamilan dan menyusui kelompok TTB7' tidak r~lemperoleh st~plai asan) aminlo yaug c~kup dibandingkan dengan kontrol dan kelompoh IPK. sehingga herat hadan yang dieapai oleh anak tikus setelah disapih lebih rendah dibandingkan dengan knntrol dan kelolnpok IPK. Lalnptey dan Walker (1 976) serta Suprijana ( 1992) dalanl penelitiannya melaporkan1 hallwa tidak ada pengaruh yang konsisten dari jenis minyak dalam ranstlm lerhadap berat badan tikus. Dengan demikian hasil perkembangan berat badari yang berbeda pada tiga keloilipok anak tikirs tersebut dapat dihubungkan dengan kiralitas dari jenis protein ylmg dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yarlg dilaporkan oleh Yokogoshi et a!. (1992) yang menul~jukkan bahwa berat badan lang dicapai oleh tikus dengarr konst~tnsi kaseirl lebih tin~ggi dari tikr~s dengan kon~sumsi terigu. Penparub Konsumsi Protein dalm Minvak Kedelai terhadar, Komnosisi Asam Eernak Otak Hasil analisa komposisi asam lei-nak otak dari tiga kelompok anak tikits tlisajikan pada Tabel 6. Kelompok TTBT men~ui~jukkan jurnlah Slang terendah dari sebagiali besar asam lemak, kecuali asam ie~nak 18:2n-6. Pada kelompok TTBT, jumlali A1,T.l jamak lehih banyak didotnit~asi oleh asam temak ni-6. Hal ini dapat dilihat dari rasio yang dihasilkani dan presentasi asam lemak linoleat dari keloinpok TTBT yang palilig tinggi diantara kelompok

7 Dcddy Muchtudi, c/ ul TTBT * IP -. Gambar 2. Grafrk gerkmbmsan berat badao dari tiga kelompk tikus %lama I'abel 6. Komposisi asam lemah otak dari tiga kelompok tikus Jenis Assrn L,emak 16:O 18:O 18:l 18: :4n-6 22:6n-3,Jurnlah asarn lernak otak kelampok tikaas (mg asarn lernamioo g otak) Kasein TTRT IPK ,2 288, ,8 183.; 2 16,8 184, 'fabel 7. I'ersentasi asanl lirloleat, DHA dan AA terhactap total asanl lemak otak tikus, percoba;tn,leeis Asaln Lernak Perselmtasi asann len~ak dari kelanlpok tikirs Kasein TTRT IPK 18:2n ,7 3,2 AA 13,O 12,O 14,O IIEIA 17,5 16, Kasio 11-6 / I.O 0,9

8 Si~n~opoulos (1989) menyatakan bahwa asarn lemak yarlp herperail pe~ttitlp dalaitl perkernbangan otak adalah asam arakidonat (20:4n-6) dar? DilA (22:bn-3). llasil analisa penelitian irli menuri+iukkan bahiva konsentrasi ALTJ ja~nak dalanl ntak terhesar hcdua sctclah DHA adalall AA. Konsentrasi DMA dan AA dalaln otak ariak tik~is palir~g rendah ditirnjiikkan oleh kelon;pok TTBT. sedallgkan konsentrasi paling tinggi dito~\iukh;ln oleh kelolnpok k;iseia. Hasil ir~i sarigat berhubungan deugan kemampuan belajar dari tiga keloinpok tikus fer\ehut (seperli yang dijelaskatl pada sub bab Hasil Pengukuran Kemainpuan 13elajar). Anderson dan Connor ( 1988) menyatakan bahwa tinpkar her?lampiian helaiar liewan percohaan herhubungan dengan rasio dalam otah. Senlakin tiliggi kaildtrngari asam 1emak n-3 dalarn otak, niaka akan semakitl nleningkatkan kentn~npuan hela-jar ilewarn percohaan. Pada pcnelitian ini rasio n paling baik ditii~!jukl\a~n ole11 kelonlpok k;)sein, diikr~ti oleh kelompok IPK darl TTBT. Hasil tersebut berhaitan dengan kemampua~~ belajar dari hetiga heltlmpok tikus. Pen~srruh Monsumsi Protein terhadap Konmeosisi Asam Amino Otak Hasil aoalisa koin~posisi asam arnino otak dari tiga kelompok tikus percohaan disqjikan pada Tabel 8. Tahcl tersebut menui?jukkan bahwa liampir 90% dari asam amino yatlg terkaindung dalanl otak, jtrnllah terendah ditiiinjukkan oleh kelon~pok 'I"I'B'1'. Spence datl Mas011 ( 1985) menyatakan bahwa asam amino yailg berfungsi sehagai ~ieurotransmitter otak adalah tirosin, glisin. asarll aspal-tat dan asam glutamat. Tirosin dan glisirl otak paling tinggi ditu~!jukkan oleh kelompok tikus kasein. sedangkan aspartat dan glutamat otak tertiilggi ditul?iukkan oleh kelompok tikus IPK. Hal ini sangat berhubungan dengan kemampuan helajar dari tiga kelot~~pok tik~ls tcrseb~rt (seperti yailg dijelaskall pada srib hab ttasil Ikegukuran Kemampuan Refajar). Nasil Pengukuran Berat dan Volume Otak Hasil pengukuran berat dan volume otak dari ketiga kelo~npok tikus percobaan disa-iikan pada dalain Tabel 9. Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa kelompok TTBT menun-jukkan berat dan voliune otak terkecil diantara dim kelompok lainnya, sedangkan herat dan volume terbesar dittrl?i ttkkan oleh kelom pok kasein.

9 Jenis Asarn Amino Asarll Aspartat Tseonin Serin Asam Glutamat Glisin Alanin Valiii Metionin Isoletrsing Leusin Tirosin i.'cnilalanin \.isin [listidin Tabel 8. Komposisi asarn amino otak dari tipa kelonapok tikw Sumlab ssarn amino otak kelornpok aikus (g asarn amino1100 g otak) Kasein I TTBT 1 IPK Pengukraran Il'nhel9. Rata-rata berat dan volume otak dari tiga kelolnpok tiktls I I Kasef n Berat Otak (g) Vol. Otak (mm') Kelon~pok tikus I I I 1.19" 1220" TTRT 0.98' 980" IPK 1. I 0" 1050" a dali h : hunrf yang sama menandakan hasil u.ji statistik yarig tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 Berat dan volume otah yang scmakin besar n~enuti.jukkan jumlah sel-sel dalarn otak senlakin banyak pula. Jumlalt sel otak tersebut termasuk di dalarnrlya adalah sel neuron dan scl-sel glia (sel pentu~jang). Maricb (1988) menyatakan bahwa sel-sel glia tidak bertanggung.jawah langsung telhadap fi~ngsi kecerdasan. Sehitlgga dalam lial ini, se~nakin besar berat dan volunle otak tidah dapat dihubungkan langsung dengan semakin ~neningkatnya kema~npitan belni;ir tikus pcrcoboaii, sehah mungkin saja hesarnya volume dan berat otak tersebut disebabkan olch bnr~ynk~lya junllah sel-sel glia dibandingkan sel neuron.

10 Wasil Penplrkuran Kemampuan Belaiar Masil rata-rata i?ji kemampuan belajar dari tiga hclo~npoh anah tihus p;ttl:l i~sirt dal~ 6Whari disa-jikan pnda 'Tabel 10. Pada metode ini. scmahin ccpat \snhfu Jang ditcn.tptlh oleh tikus dari posisi awal hingga posisi akhir. mcnur?julhau kcnnnnlpuan hela.inr yang semakin haik. IJ-ji statistik pada pengukuran hari ke-23, met?ui~jukka~~ hahna kelolnpok IPK memiliki wakttl iemptlh yang paling cepat. Namun pada pengukuran hnri he-46. kelomlx)k kasein ~nenui~jukkan perkembangan pesat dengan wakttl tempiih paling ccpat diantara ketiga kelolnpok anak tikus. I>emikian pula halnya pada penguhuran liari Le-69. Perkembangan kemnmpuan belajar \-ang cepnt pada helnn~poh kazew dapat dihuhut~gkan detlgan hasil analisa Aolnposisi asam amino otah (I'abel 8) I iasrl arnalisa tersebtrt menuti-iukkan hahwa dalam otak kelompok kasein men_gandung tirosin deltgan -jurn.tlah!;trig jauh lehih tinggi chi dua kelompok tikus lainnla. certa glisin clcirgnn j~rn1lal.t!any ctrhup tinggi. Kedtra asam anlillo tersebut berperarl periting dalam pernbc~ltuhit~l i~curotrnnsmittcr otak..l';iht.l 10. I-litsil rata-rata uii kemampuan belajar dari tiga kelompok tihus I Waktu (detik dari keliomnok tikus) 1 kemampuan belajar pada liari tersebut tidak berbeda nyata (taraf'0.05) p dan q : huruf yang sarna pada koloun yang sama menandakan hasil uji stat~stik terhadap pengukuran kel~lampuan belajar dalarn satu kelompok perlakuan tidak berbeda nqata (taraf 0.05) Spaglee dan Mason (1985) i~~el~jelaskan bahwa asam amino tirosin lnerupakan prekttsor petnhentukan DOPA, Dopamin, epinefrin da norepinefrin yang semuanya berfittlgsi sebagai neurotransm itler. Reeds dan Mutcl~ens ( 1994) nlengatakan baliwa beherapa asarm allii8oo berperarl penting dalaln ~i~etabolis~ne fisiologis, yait~i sebagai prekursor yang tnenghasilkarl produk akhir yang berhubungan dengan fi~ngsi otak. Diantaranya adalah asam glutalnat dan glisin yang tl~ertipakali prekusor glutamat otak dan glisi~i otak yallig berfilngsi sebagai neurotransmitter otak. Kelompok IPK memiliki kentan~puan belajar yang relatif lebih baik dari kelompok TTBT serta sedikit di bawall kelompok kasein. Hal ini dapat dihubungka~i dengal? jumlah ass111 glutamat dan asall) aspalfat dalam otak yang tinggi. Spe~lce dan Mason (1985)

11 mengatakan bahwa asaln amino lain yang telah diketahui berperan penting sebagai neurotransmitter otak adalah asam aspartat. La~~lptey dan Walker ( 1976) serta Bourre et a[. ( 1989) melaporkart hahwa deiisielisi asalrl lenlak 11-3 rnerlyebabka~~ menurunnya kemampuan belajar pada hewan percobaan. Selnin ittt dilaporkan jttga bahwa ke~nampuan belajar pada hewan percobaar~ tergantung pada rasio ALTJ jan~ak jellis n-6 terlladap 11-3 dalam otak (S~rprijana, 1992 dan Anderson et a!., 1988). Bila ltasil trji kernainprlarli belajar pada penelitian ini dihubungkan del~gan kofnposisi asam lernak otak (Tabel 9 dan 10). maka dapat dilihat bal~wa kemampuan bela-jar yang baik pada kelonipok kasein dapat dil~rthutlgka~l dcngan persentasi kandungan asam lemak Dl!A terhadap total asam lenxak otak yaug lebih tinggi dihandingkan kelomwk I[%'. ddan 1 fb'i. Bile hasil e!i keunampuan belajar iili dihubungkan deilgan besan~ja rasio Al,.1'.1 jamak ienis n-din aka \Ir\ttan llnsil uji kernampuan bela-iar yang hail sectmi dengan i~rutaii hesarllya rasio a-6/n-3 yaitrl kelompok kasein. IPK dall -l'f'r7'. Sewskit) t.eiidali rasio n-6,'n-j dalaiil otak menurljukkan junllall asatn lernak jer~is 13-3 riak kin tinggi ciihandinghan dengat] jilmllah asam lernak jenis n-6. Wktologi Ja~neam Otak Tahap ini dilakukat~ hert~iuan untuk menghituiig jumlah sel lletlroii dalain otak besar da81 otak keeil dari masing-masing kelornpok pertakuan. Nasil perhitungail tersebut disajikan dalam Tabei I I. Msil perhilungan scl tersebur dinyatakan sebagai persen neuron per bidang pandang. sehab jumlah sel rleilron berhubungan erat dellgar1 kera~ampiiatl hefajar. Somakin banyak sel tleumn dala~n otak, rliaka aka0 semakin haik tiugkat kemampuan belqjarnya, sehab dengan deillikia~~ anakin bailyak memori yang tersirnpan, selair~ itu impuls-in~pttls saraf dapat disampaikarli dalat~~ waktu yang relatif lehil~ cepat. 'Tahel I I. Jumlah scl neuron dalarn otak besar dan otak kecil dari tiga kelompok tikus Marieh (1988) meny;ltahan ballwa jaringan saraf tersusuti dari drra tipe sel yaitil sel neuron datl neuroglia (se! penu~ljang). Secara timum, i~euroglia bcrtiir~gsi untuk menu~ijang darl melindungi sel neuron. Marieb (1988) me~ljelaskan lebih larljut bahwa sel glia terdiri dari 1 55 Sumher Protein da17 Kc~mutnpuut7 Belajar.

12 tiga lnacam sel yaitu oligodendrolia, ~nikroglia dan astrosit. Oligodenrlrolia ii~erupakan deposit le~r~ak yang berfiingsi menyeliputi serabut-serabut neuron. Mikroglia berperan scbagai fagosit yang memakan kembali sisa-sisa sel otak yang telah mati atau bakteri-baktel-i. Asfrosit berfungsi sebagai,ft.rrirr- cr1l.s yang rnerniliki kaki-kaki untuk niernbentuk barrier antara lperbroi? dasl kapiler darah. Barrier tersebut merupakari ternpat pertukaran darah yarlg akan inasilk ke neuron atau sebaliknya. Sisten~ tersebut men~ungkinkar~ untuk melindungi neuron dari sumber- sumber bahaya (misalnja penyakit) yang terkandung dala~n darah. Kesemua sel glia tersebut ridak dapat menyampaikan impuls-impuls saraf seperti yang dilakukan oleln neuron (Marieb. 1988). Bailey (1989) mengatakan bahwa otak besar bertanggui.lg jawah langsung terhadap kecerdasan. sedangkan otak kecil bertanggung jawab terhadap fiingsi keseimbangau tuhuh. Hal illi sesuai dengan hasif perhitungan jumlah neuron dalarn otak kecil dari tiga keloinpok perlalitrail yang tidak r?ienu~?juhkan adanya pengaruh yang berbeda nyata..lumiah sel-sel glia dalarli otak kecil ang jauh lebih besar dari jilmlah sel neuron, juga ~nembrtktika~t hallwa otak kecil tidak bertatlggung jawab langsung terl~adap fungsi kecerdasan. I-listologi dari tiga kelompok perlakuan tidak rnen~riljukkan adanya keanehan dalam struktur otak besar mailpun otak kecil. Hal ini berarti bahwa tiga perlakuan tersebut tidak mernberikal~ pengaruh yang berbeda terhadap struktur sel otak besar dali otak kecil, dan Iianya herpengenik pada jumlaln sel neuroii dala~n otak besar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Konsumsi kasein se.jak janin tikus dala~n kandungan hingga ~~sia 70 hari melnberikau. ketnampiian bela.jar, ka~adtungan DWA, tirosin dan glisin otak yang lebih baik dibandingkan konsumsi isolat protein kedelai dan tepung terigi~ berproteirl tinggi. Wasil analisa komposisi asarn len~ak otak menuqiukkan kandungan DHA daii AA olak kelompok kasein sebesar 17.5% dan 13.00% dari total asam lemak otak, kelompok IPK sebesar 17,2% dan 14,0% serta kelompok TTBT sebesar 16.7% dan 12,0%. I-lasil analisa komposisi asam amino otak kelompok kasein menug~jukkan kandunga~~ tirosin dari glisin yang lebih tinggi dari dua kelv~npok lainnya yaitu sebesar 3,49 g1100 g otak dan 0,81 g/100 g otak, sedangkan komposisi asam amino otak kelompok ipk rneli~iii~jiikkan kandungan asam glutainat (2.1 5 g1100 g otak) dan asam aspartat (0,76 g/100 g otak) paling tinggi dibalidi~igkan

13 Deddy h#tcchtadi, et d kelolnpok lainnya. Jumlah sebagian besar asam lemak dan asair1 amino otak kelompok TTRT paling rendah dibandingkan kelognpok IPK dan kasein. Wasil tersebut menu~gang hasil pengukuraii kemampuan belajar kelompok kasein yang paling baik, diikllti ole11 kelompok IPK dan TTBT. Uji statistik ~nenur?jukkan kemainpuan belaiar kelompok IPK sama dengan ketornpok kasein. Secara statistik. kemampuan belajar keloinpok TBBT lebih rendah dari kelompok kasein namun sama dengan kelorllpok IPK. Hasil kemampuan bela-jar tersebt~t juga ditunjang ole11 jurnlah sel neuron dalam otak besar dari kelornpok kasein, IPK dan T'I'BT secara berturut-turut adalal~ 28.63% % dan 18,15% per hidallg pandang. Saran Perkembangan otak yang baik ditur!jang oleh masukan niltrisi (Icmak daii proteit~) ymg baik pula selama mass keharnilan hingga anak berusia tiga tat~un. Oteh kar-ena it~i diai?jurkan agar ~~~engkonsumsi protein hewani. sepei-ti sirstt. dalam.iurnlall jang ctrkup selama Inasa ke11;lnlilan llii~gga bayi her~isia 2 tahun. dan dila~?jutl\an llir~gga anal\ hert~sia 5-7 tahun. DAFTAR BUSTAKA Anderson, 6. D.. Ahokas. R. A., Lipshitz. J. dan Dilts. R. V., Jr Effect of rnateral dietary restrictioli during pregnancy on maternal weight gain and fetal birth weight in the rat. J. Nutr. 1 10: Anderson. 6. J. dan Connor, W.E Uptake of fatty acids by developir~g rat brain. Lipids. 23: AOAC Of't?cial Metliode of Analysis. Associatiori of Official Analytical Chemist. Ptibl., Washington, DC. Astawan, M., Mita W. A., darl Kawata, T Pengaruh defisiensi vitamiit R12 terhadap peinallfaatarl proteill di dalam tubuh tikus percobaan. Bul TIP VI1 (1): Bailey, i-1.r Pcrnnan Otak. Tira Pustaka, Jakarta. Bourre, J. M., Francois, M., Youyou. A,, Dumont. 0.. Piciotti, M., Pascal, G, dan Durand, G The effects of dietary a-iiiiolenic acid on the composition of ilerve me~nbranes. Enzymatic activity, amplitude of electrophisiological parameters, resistance to poisons arid performance of learning task in rats..l. Nutr. 119: Craig. T.W., tluslonn. R. I,., Jonas, J. J., Marth, E.H., Speckmaon, E. W., Steiner, T. F., dan Wcisbel-g, S. M Protein from dairy product. Didalarn M Miiner., N. S. Scriinshaw, dan

14 D.I.C. Wat~g (ed). Protein Resources alld Technoiogy: Stalkis aud Research Needs. AVl Pobl. Co. Inc., Wesport Cot~necticut. Crawford. M. A Tile role of essential fatty acid in neural development:!t~~plicat ion Lb perinatal nutrition. Am. J. Clin. Nt~tr. 57(s): 703S-710s. Folsch. 5.. Lees. M.. Sloane-Stanley, G.M A simple methodc for the isolation and purification or total lipid from animal tissues. J. Biol. Chem. 226: Hansen, I,.P.. r. Iiosek, M. Caltan dan E. T. Jones The developlnent of high protein rice llotir for early childhood feeding. Food Tech. Lamptey. M. S. dan Walker. B. L Possible essential role of dietary linolenic acid in the development of the young rat. J. Nutr. 106: Marieb. E. N. R. N Essential of Human Anatomy and Phisiology. l'he Berljaniin/Cummiugs Pub!. Co. Inc. Menlo Park, Califonlia. Reeds. P.J. dan Hutchen. T.W Proteiti requirements: From nitrogen halance to ft~nctionaimpact. J. Nrrtr. 121: 1754s-1764s. Si~nopoulos. A. P Strnlinaq of the NATO advanced research worksl~op on diel:iq r1)-3 and (0-6 t'rltty acids: bioiogical effects and nutritional essentiality. J. Ntitr Sinclair. A. J The Nutritional significance of ornega-3 polyitnsaturated t'atty acids for humans. ASEAN Food.l. Vol. 8 No. 1. Spence. A. P. dan Mason, E.B Human Anatomy atld Physiology. The Beqjal~~in/Cun~mings Puhl. Co. tnc., Menlo Park, California. Suprijana Effects of the Type of Fat in the Diet on!,earning Ahiiity and Brain Fatty Acid Composition in Rat. Dissertation. Universitas Indolzesia, Jakarta. Yokogoshi, H., Hayase, K. dari Yoshida, A The qi~ality and quantity of dietary proleit1 effect on brain protein synthesis in rats. J. Nutr. 122:

PENGARUEl SUMBER PROTEIN TERaADAP KOMPOSISI ASAM LEMAK DAN ASAM AMJNO OTAK SERTA KEMAMBUAN BELAJAR TIKUS BERCOBAAN YANG DIBERI MIBWAK KEIPELAI.

PENGARUEl SUMBER PROTEIN TERaADAP KOMPOSISI ASAM LEMAK DAN ASAM AMJNO OTAK SERTA KEMAMBUAN BELAJAR TIKUS BERCOBAAN YANG DIBERI MIBWAK KEIPELAI. "')?!:* >+;-I PENGARUEl SUMBER PROTEIN TERaADAP KOMPOSISI ASAM LEMAK DAN ASAM AMJNO OTAK SERTA KEMAMBUAN BELAJAR TIKUS BERCOBAAN YANG DIBERI MIBWAK KEIPELAI. S-SI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

tercermin oleh besarnya potensi lestari sumberdaya perikanan Indonesia Dari tingkat produksi perikanan yang telah dicapai atau telah

tercermin oleh besarnya potensi lestari sumberdaya perikanan Indonesia Dari tingkat produksi perikanan yang telah dicapai atau telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya terdiri dari lautan, berpotensi besar dibidang hasil perikanan. Potensi yang besar ini tercermin oleh besarnya potensi

Lebih terperinci

INSTITC[T PERTANIAN BOGOR

INSTITC[T PERTANIAN BOGOR PENGARUH KONSUIVISI SUitlBER PROTEIS (K;\SEIN, TEPUNG TERICU BERPROTEIN TINCGI, DAK ISOLAT PROTEI\ KEDELAI) TERHADAP KOLMPOSISI ASAhl LEhlAK DAN ASAM AMINO OTAK SERTA KEMAMPUAN BELAJAR TIKUS PERCOBAAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

Asam amino merupakan komponen utama penyusun

Asam amino merupakan komponen utama penyusun ANALISIS ASAM AMINO DALAM TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI Saulina Sitompul Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial.

Lebih terperinci

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI Nurhidajah 1, Syaiful Anwar 2, Nurrahman 2 Abstrak Pengolahan pangan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang disuplai dari makanan pokok tidak terpenuhi. Suplemen di pasaran dapat dibedakan berdasarkan kategori penggunaannya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan

Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan PROTEIN Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan tubuh Fungsi khas: membangun & memlihara sel2 &

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

PROFIL PT CARMELITHA LESTARI

PROFIL PT CARMELITHA LESTARI PROFIL PT CARMELITHA LESTARI Jl. Raya Dramaga Km.8, Taman Dramaga Hijau, Blok I No.9, Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8622090, email: carmelitha_lestari@yahoo.com PROFIL PT CARMELITHA LESTARI Sejarah

Lebih terperinci

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 99 204 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 99 PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DENGAN TEPUNG BUNGKIL KOPRA DALAM PAKAN IKAN BERONANG, Siganus guttatus

SUBSTITUSI TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DENGAN TEPUNG BUNGKIL KOPRA DALAM PAKAN IKAN BERONANG, Siganus guttatus 737 Substitusi tepung bungkil kedelai... (Neltje Nobertine Palinggi) SUBSTITUSI TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DENGAN TEPUNG BUNGKIL KOPRA DALAM PAKAN IKAN BERONANG, Siganus guttatus ABSTRAK Neltje Nobertine Palinggi

Lebih terperinci

protein PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE

protein PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE protein A. PENGERTIAN PROTEIN PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE ARTINYA : TERUTAMA ATAU PENTING G. MULDER MENEMUKAN BAHWA SENYAWA INI DITEMUKAN PADA SEMUA ORGANISME

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANAN PENAMBABAN DBA (DOCOSAHEXANOIC ACID) PADA FORMULA SUSU BAYI ( STUDI PUSTAKA )

ABSTRAK PERANAN PENAMBABAN DBA (DOCOSAHEXANOIC ACID) PADA FORMULA SUSU BAYI ( STUDI PUSTAKA ) ABSTRAK PERANAN PENAMBABAN DBA (DOCOSAHEXANOIC ACID) PADA FORMULA SUSU BAYI ( STUDI PUSTAKA ) Mayke Rosalina Rompas, 2002, Pembimbing : Lusiana Darsono, dr, M.Kes. Latar Belakang : Otak merupakan organ

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.

Lebih terperinci

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme Protein Tenaga Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme protein Tenaga Pendahuluan Metabolisme protein dan asam amino Klasifikasi asam amino Katabolisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang umumnya terjadi pada usaha peternakan di negara-negara tropis seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini berdampak langsung

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN 7 2013, No.709 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pangan terdapat banyak sekali bahan tambahan pangan (BTP). Salah satu BTP yang paling sering dijumpai di masyarakat adalah bumbu penyedap rasa berbentuk blok.

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Gaplek Terfortifikasi. Identifikasi Asam Amino Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Preparasi Sampel. Gaplek Terfortifikasi. Identifikasi Asam Amino Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 19 Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian Preparasi Sampel Pembuatan Gaplek Pembuatan Tepung Gaplek Terfortifikasi Penentuan Kadar Protein Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Metode Biuret Identifikasi Asam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Pembiakan Kultur Tahap pertama dari penelitian ini adalah pembiakan kultur bakteri asam laktat hasil isolat dari daging sapi. Bakteri asam laktat yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) OLEH: DWI SEPTIANI PUTRI L221 07 004 Pembimbing Utama Pembimbing

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar penilaian uji skoring bau KPI lele dumbo afkir. Nama : Tanggal : Sampel : Konsentrat protein ikan lele dumbo afkir

Lampiran 1 Lembar penilaian uji skoring bau KPI lele dumbo afkir. Nama : Tanggal : Sampel : Konsentrat protein ikan lele dumbo afkir LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar penilaian uji skoring bau KPI lele dumbo afkir Nama : Tanggal : Sampel : Konsentrat protein ikan lele dumbo afkir Sampel diuji secara berurutan dari kiri ke kanan. pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN. 1.1 Ketentuan ini berlaku untuk Formula Lanjutan dalam bentuk cair atau bubuk.

PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN. 1.1 Ketentuan ini berlaku untuk Formula Lanjutan dalam bentuk cair atau bubuk. 7 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA LANJUTAN PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI

KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.net KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI Oleh: C. Budimarwanti Staf Pengajar Jurdik Kimia FMIPA UNY Pendahuluan Susu adalah

Lebih terperinci

Bahan BAHAN DAN CARA KERJA Larutan HCI 6N, HCl 0,11N, Larutan penyangga tri-sodium sitrat 2H 2 0 dengan 3 variasi ph yang tertentu yaitu ph 3,25 (0,2

Bahan BAHAN DAN CARA KERJA Larutan HCI 6N, HCl 0,11N, Larutan penyangga tri-sodium sitrat 2H 2 0 dengan 3 variasi ph yang tertentu yaitu ph 3,25 (0,2 KOMPOSISI ASAM-ASAM AMINO DARI BIJI-BIJIAN DAN KACANG-KACANGAN Saulina Sitompul Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Daging, ikan, susu, telur, biji-bijian dan kacang-kacangan

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 4 1.1 Ikan Teri Galer (Stolephorus indicus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Lintah laut yang digunakan pada penelitian ini adalah Discodoris sp. yang berasal dari kepulauan Belitung. Lintah laut yang digunakan berupa lintah laut

Lebih terperinci

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vo.1, No.1, April 2005 Performans Ayam Broiler yang Diberi Berbagai Tingkat Protein Hewani Dalam Ransum (Performance of Broiler Applied by Various Levels of Animal Protein

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAN KOMPONEN BIOAKTIF SOTONG (Sepia recurvirostra) SUHANA SULASTRI

KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAN KOMPONEN BIOAKTIF SOTONG (Sepia recurvirostra) SUHANA SULASTRI KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAN KOMPONEN BIOAKTIF SOTONG (Sepia recurvirostra) SUHANA SULASTRI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN

PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi merupakan produk pangan yang banyak dikonsumsi dan disukai oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai anak-anak hingga orang dewasa. Mi

Lebih terperinci

NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN

NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN Oleh Rizka Apriani Putri, M.Sc Jurdik Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta Email : rizka_apriani@uny.ac.id Makalah

Lebih terperinci

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein II. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menganalisis unsur-unsur yang menyusun protein 2. Uji Biuret pada telur III. DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin

Lebih terperinci

Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH

Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH Purwati, Hartiwi Diastuti Program Studi Kimia, Jurusan MIPA Unsoed Purwokerto ABSTRACT Oil and fat as part

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggandaan dan penyediaan asam amino menjadi amat penting oleh karena senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad hidup untuk membentuk

Lebih terperinci

PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L))

PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L)) PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L)) Glycine Max Yohanes Martono, Lucia Devi Danriani, Sri Hartini Email:

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 25 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Gizi dan Non Gizi Tepung Tempe Komposisi Proksimat Hasil analisis komposisi proksimat tepung tempe kedelai grobogan, PRG, non PRG dan kasein terlihat pada Tabel 6 (Lampiran

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan bioteknologi dewasa ini telah membuka peluang untuk

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan bioteknologi dewasa ini telah membuka peluang untuk BAB PENDAHlJLUAN I BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bioteknologi dewasa ini telah membuka peluang untuk menghasilkan bahan-bahan bemilai tinggi. Salah satu bahan tersebut adalah minyak

Lebih terperinci

Brain Booster (Nutrisi Pengungkit Otak)

Brain Booster (Nutrisi Pengungkit Otak) Brain Booster (Nutrisi Pengungkit Otak) Otak yang ukurannya kira-kira seperlima puluh bagian tubuh manusia merupakan bagian paling penting yang membutuhkan relatif banyak energi - yang diperoleh dari nutrisidibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula, dan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS

PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS Secara garis besar kompartemen tubuh terdiri atas massa bebas lemak atau fat free mass (FFM) dan massa

Lebih terperinci

Asam Amino dan Protein

Asam Amino dan Protein Modul 1 Asam Amino dan Protein Dra. Susi Sulistiana, M.Si. M PENDAHULUAN odul 1 ini membahas 2 unit kegiatan praktikum, yaitu pemisahan asam amino dengan elektroforesis kertas dan uji kualitatif Buret

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan: 1. Pakan Buatan dalam Industri Akuakultur: Pengenalan 2. Nutrisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Status gizi yang baik pada masa bayi dapat dipenuhi dengan pemberian ASI secara eksklusif

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Merah Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah atau kacang jogo ini mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis, yaitu Phaseolus vulgaris

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJAR DAN MEMORI MENCIT BETINA GALUR Swiss Webster DENGAN MAZE LEARNING TEST

ABSTRAK. PENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJAR DAN MEMORI MENCIT BETINA GALUR Swiss Webster DENGAN MAZE LEARNING TEST ABSTRAK PENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJAR DAN MEMORI MENCIT BETINA GALUR Swiss Webster DENGAN MAZE LEARNING TEST Vina C, 2008 Pembimbing Utama : Pinandojo Djojosoewarno,

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein 59 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengujian peran sorbet buah naga yang ditambahkan isolat protein Spirulina platensis pada perubahan kadar gula darah. Pengujian dilakukan uji in vivo menggunakan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini, ada kecenderungan penambahan asam lemak essensial

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini, ada kecenderungan penambahan asam lemak essensial BAB PENDAHULUAN I BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, ada kecenderungan penambahan asam lemak essensial terutama Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) pada produk pangan seperti produk susu formula.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

PERANAN ZAT GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK Glutamat Sebagai Neurotransmitter

PERANAN ZAT GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK Glutamat Sebagai Neurotransmitter PERANAN ZAT GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK Glutamat Sebagai Neurotransmitter Oleh: Dr. Bernatal Saragih Disampaikan pada Seminar Nasional Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Kerjasama dengan PT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi diikuti dengan keseimbangan antara jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi diikuti dengan keseimbangan antara jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah menetapkan rencana aksi pembinaan gizi yang sangat erat kaitannya dengan status gizi masyarakat karena dengan status gizi yang baik akan menghasilkan manusia

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU 1 Taufik Rahman, 2 Agus Triyono 1,2 Balai Besar

Lebih terperinci

PENGARUH CAMPURAN KONSENTRAT PROTEIN JAGUNG DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP ANGKA LEMPENG TOTAL MI TAPIOKA

PENGARUH CAMPURAN KONSENTRAT PROTEIN JAGUNG DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP ANGKA LEMPENG TOTAL MI TAPIOKA PENGARUH CAMPURAN KONSENTRAT PROTEIN JAGUNG DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP ANGKA LEMPENG TOTAL MI TAPIOKA Nanda Triandita Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Universitas Garut E-mail

Lebih terperinci

Asam Amino, Peptida dan Protein. Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes

Asam Amino, Peptida dan Protein. Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes Asam Amino, Peptida dan Protein Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes Pendahuluan Protein adalah polimer alami terdiri atas sejumlah unit asam amino yang berkaitan satu dengan yg lainnya Peptida adalah oligomer

Lebih terperinci

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) Oleh : MARSAID/ 1409.201.717 Pembimbing: Drs.Lukman Atmaja, M.Si.,Ph.D. LATAR BELAKANG PENELITIAN GELATIN Aplikasinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yoghurt merupakan salah satu produk minuman susu fermentasi yang populer di kalangan masyarakat. Yoghurt tidak hanya dikenal dan digemari oleh masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kegiatan belajar, mengingat dan mengenal sesuatu. Belajar merupakan proses mendapatkan informasi yang memungkinkan

Lebih terperinci

Peluang Aplikasi Mikroenkapsulat Vitamin A dan Zat Besi sebagai. Chance of Microencapsulat Application of Vitamin A and Iron as

Peluang Aplikasi Mikroenkapsulat Vitamin A dan Zat Besi sebagai. Chance of Microencapsulat Application of Vitamin A and Iron as Peluang Aplikasi Mikroenkapsulat Vitamin A dan Zat Besi sebagai Chance of Microencapsulat Application of Vitamin A and Iron as D ABSTRAK Vitamin A dan zat besi termasuk salah satu zat gizi mikro yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Peranan asam lemak omega-3 (n-3), yakni EPA (Eicosapentaenoic acid) Banyak hasil penelitian telah membuktikan adanya pengaruh EPA dan DHA

Peranan asam lemak omega-3 (n-3), yakni EPA (Eicosapentaenoic acid) Banyak hasil penelitian telah membuktikan adanya pengaruh EPA dan DHA I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan asam lemak omega-3 (n-3), yakni EPA (Eicosapentaenoic acid) dan DHA (Dmsahexaenoic acid) terhadap kesehatan telah banyak diketahui. Banyak hasil penelitian telah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menyusutnya luas lahan pertanian karena sudah beralih hngsi menjadi kawasan

PENDAHULUAN. menyusutnya luas lahan pertanian karena sudah beralih hngsi menjadi kawasan PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk meningkatkan produksi daging sapi dalam upaya mencukupi kebutuhan protein hewani secara nasional, di samping kualitas yang baik juga diperlukan kontinuitas ketersediaan

Lebih terperinci

2ooG KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI

2ooG KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI 2ooG 0 17 KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

ANALISA NILAI GIZI SERTA KOMPONEN ASAM AMINO DAN ASAM LEMAK DARI NUGGET IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DENGAN PENAMBAHAN TEMPE

ANALISA NILAI GIZI SERTA KOMPONEN ASAM AMINO DAN ASAM LEMAK DARI NUGGET IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DENGAN PENAMBAHAN TEMPE Chem. Prog. Vol. 6 No.1. Mei 2013 ANALISA NILAI GIZI SERTA KOMPONEN ASAM AMINO DAN ASAM LEMAK DARI NUGGET IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DENGAN PENAMBAHAN TEMPE Siti Aisa Liputo 1*, S. Berhimpon 1 dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSlSl KlMlA DAN UJI ORGANOLEPTIK TELUR AYAM MERAWANG DENGAN PEMBERIAN PAKAN BERSUPLEMEN OMEGAS

KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSlSl KlMlA DAN UJI ORGANOLEPTIK TELUR AYAM MERAWANG DENGAN PEMBERIAN PAKAN BERSUPLEMEN OMEGAS KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSlSl KlMlA DAN UJI ORGANOLEPTIK TELUR AYAM MERAWANG DENGAN PEMBERIAN PAKAN BERSUPLEMEN OMEGAS [Physical Characteristic, Chemical Composition and Organoleptic Test of Merawang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014),

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014), dari 241.000.000 orang penduduk Indonesia, Prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahu, merupakan salah satu makanan yang digemari oleh hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia, selain rasanya yang enak, harganya pun terjangkau oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewaspadaan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia agar dapat melaksanakan kegiatannya sehari-hari dengan baik (Guyton & Hall, 2007). Kewaspadaan adalah

Lebih terperinci

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) Quality of Noodle with Substitution of Kluwih (Artocarpus communis G. Forst) Seed Flour Agustina Arsiawati Alfa Putri

Lebih terperinci

WYLIS: PENENTUAN KUALITAS PROTEIN JAGUNG. Penentuan Kualitas Protein Jagung dengan Metode Protein Efficiency Ratio.

WYLIS: PENENTUAN KUALITAS PROTEIN JAGUNG. Penentuan Kualitas Protein Jagung dengan Metode Protein Efficiency Ratio. Penentuan Kualitas Protein Jagung dengan Metode Protein Efficiency Ratio Ratna Wylis Arief Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. ZA Pagar Alam No. IA Rajabasa, Bandar Lampung ABSTRACT. Protein

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

Karakteristik Endapan Cairan Rumen Sapi asal Rumah Potong Hewan sebagai Feed Supplement

Karakteristik Endapan Cairan Rumen Sapi asal Rumah Potong Hewan sebagai Feed Supplement Karakteristik Cairan Rumen Sapi asal Rumah Potong Hewan sebagai Feed Supplement Agus Budiansyah 1, Resmi 1, Nahrowi 2, Komang G. Wiryawan 2, Maggy T. Suhartono 3 dan Yantyati Widyastuti 4 1) Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG ASAM LEMAK OMEGA-3 DARI BAGIAN-BAGIAN TUBUH IKAN KEMBUNG LAKI-LAKI ( Rastrelliger kanagurta )

STUDI TENTANG ASAM LEMAK OMEGA-3 DARI BAGIAN-BAGIAN TUBUH IKAN KEMBUNG LAKI-LAKI ( Rastrelliger kanagurta ) STUDI TENTANG ASAM LEMAK OMEGA-3 DARI BAGIAN-BAGIAN TUBUH IKAN KEMBUNG LAKI-LAKI ( Rastrelliger kanagurta ) Ella Salamah *, Hendarwan ** dan Yunizal *** Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial PROTEIN KEGUNAAN 1. Zat pembangun dan pengatur 2. Sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N 3. Sumber energi Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino

Lebih terperinci

TASAR. Mempelajari Mutu Protein Beras Semi Instan yang Diperkaya Isolat Protein Kedelai. Di bawah bimbingan Hadi Riyadi dan Rizal Damanik.

TASAR. Mempelajari Mutu Protein Beras Semi Instan yang Diperkaya Isolat Protein Kedelai. Di bawah bimbingan Hadi Riyadi dan Rizal Damanik. TASAR. Mempelajari Mutu Protein Beras Semi Instan yang Diperkaya Isolat Protein Kedelai. Di bawah bimbingan Hadi Riyadi dan Rizal Damanik. Makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang diberikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang PENDAHULUAN Latar Belakang Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang cenderung mengkonsumsi makanan-makanan cepat saji dengan kadar lemak yang tinggi. Keadaan ini menyebabkan munculnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan satu faktor (Single Faktor Eksperimen) dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yaitu penambahan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran dan Bobot Ikan Patin Ikan patin yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kolam budidaya, Dramaga, Bogor. Ikan patin yang digunakan berupa sampel segar utuh

Lebih terperinci

BAB III KOMPOSISI KIMIA DALAM SEL. A. STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa diharapkan Mampu Memahami Komposisi Kimia Sel.

BAB III KOMPOSISI KIMIA DALAM SEL. A. STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa diharapkan Mampu Memahami Komposisi Kimia Sel. BAB III KOMPOSISI KIMIA DALAM SEL A. STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa diharapkan Mampu Memahami Komposisi Kimia Sel. B. KOMPETENSI DASAR 1. Mahasiswa dapat membedakan komposisi kimia anorganik dan organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terjadi pada 2-3% anak di seluruh dunia. 4 Angka kejadian ASS di. mengenai topik ini belum begitu banyak dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terjadi pada 2-3% anak di seluruh dunia. 4 Angka kejadian ASS di. mengenai topik ini belum begitu banyak dilakukan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi susu sapi (ASS) didefinisikan sebagai reaksi hipersensitivitas akibat respon imunologis spesifik yang berulang setiap mengonsumsi protein susu sapi atau derivatnya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu tantangan paling berat di bidang peternakan adalah pencegahan penyakit. Daya tahan tubuh ternak merupakan benteng utama untuk mencegah terjangkitnya penyakit. Daya

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 24 Sesi NGAN Review IV A. KARBOHIDRAT 1. Di bawah ini adalah monosakarida golongan aldosa, kecuali... A. Ribosa D. Eritrosa B. Galaktosa E. Glukosa C. Fruktosa

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Metode yang akan digunakan untuk pembuatan monogliserida dalam penelitian ini adalah rute gliserolisis trigliserida. Sebagai sumber literatur utama mengacu kepada metoda konvensional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun tahun 1997

PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun tahun 1997 PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun tahun 1997 mernberikan dampak terhadap peningkatan populasi dan produksi peternakan. Ditinjau dari sea popuiasi ternak ayam ras petelur antara

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I UJI ASAM AMINO UJI MILLON UJI HOPKINS-COLE UJI NINHIDRIN Oleh LUCIANA MENTARI 06091010033 PROGRAM PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci