PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN I 2002

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN I 2002"

Transkripsi

1 PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN I 2002 Perkembangan Ekonomi Dunia Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas Perkembangan Kerja Sama Internasional Artikel DIREKTORAT RISET EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER BANK INDONESIA

2 PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN I 2002 Perkembangan Ekonomi Dunia Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas Perkembangan Kerja Sama Internasional Artikel Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia i

3 Tulisan dalam Tinjauan Triwulanan Perkembangan Ekonomi, Keuangan, dan Kerja Sama Internasional ini bersumber dari berbagai publikasi dan pendapat pribadi para penulis dan bukan merupakan pendapat dan kebijakan Bank Indonesia. Pengutipan diizinkan dengan menyebutkan sumbernya. Redaksi sangat mengharapkan komentar, saran, dan kritik demi perbaikan terbitan ini. Redaksi juga mengharapkan sumbangan artikel, karangan, atau laporan untuk dapat dimuat dalam terbitan ini. Alamat Redaksi: Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Gedung B, Lantai 20 Jalan M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Telepon: (021) , , ; Faksimili: (021) ; difi@bi.go.id ii

4 Pengantar Redaksi Perekonomian global dalam triwulan I 2002 mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang ditandai oleh membaiknya kondisi dua kekuatan ekonomi dunia yaitu ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara Euro. Kombinasi antara kebijakan moneter dan fiskal yang sangat ekspansif serta rendahnya harga minyak dunia sepanjang tahun 2001 telah memberikan stimulus terhadap bangkitnya ekonomi Amerika Serikat. Sementara itu, bangkitnya kembali perekonomian Amerika Serikat telah membantu pulihnya kondisi ekonomi Euro antara lain melalui pangsa ekspor Euro di Amerika Serikat. Sementara itu, ditengah membaiknya kinerja ekonomi di Amerika Serikat dan Euro, kondisi ekonomi Jepang masih dihadapkan ketidakpastian menyusul kontraksi yang terjadi pada tiga triwulan terakhir tahun Kendati perekonomian Jepang pada tahun 2001 masih tumbuh positif sebesar 0,4%, namun kontraksi yang mulai terjadi sejak triwulan II 2001 terus meningkat hingga triwulan IV 2001 dan diperkirakan akan terus berlangsung hingga triwulan I Sejalan dengan membaiknya ekonomi Amerika Serikat dan Euro, perekonomian negaranegara di Asia dan Amerika Latin juga memperlihatkan kondisi yang semakin membaik, kecuali Argentina. Di negara-negara Asia terutama yang terkena imbas oleh melemahnya perekonomian global, indikasi pemulihan semakin terlihat terutama pada sektor industri elektronik yang mengalami rebound, yang ditunjang oleh kebijakan moneter dan fiskal yang longgar. Sementara itu, perekonomian di negara-negara Amerika Latin, khususnya Meksiko, Brazil dan Chili juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang disebabkan oleh meningkatnya ekspor negara tersebut ke Amerika Serikat selama dua bulan pertama tahun Dapat ditambahkan bahwa sebagian besar ekspor Meksiko, Brazil dan Chile ditujukan ke Amerika Serikat. Berbeda dengan negara-negara Amerika Latin lainnya, kontraksi yang terjadi di Argentina pada triwulan IV 2001 diperkirakan akan terus berlanjut hingga triwulan I Perubahan kepemimpinan yang terjadi pada bulan Januari 2002 yang mendevaluasi mata uang peso sebesar 29% dan mengakhiri sistem Currency Board System (CBS) telah menimbulkan ketidakpastian terhadap perekonomian Argentina. Selanjutnya Bab II akan membahas dampak perkembangan ekonomi dan kebijakan ekonomi terhadap pasar uang, pasar valuta asing, pasar saham dan pasar obligasi. Selain itu, v

5 Bab II juga mengulas perkembangan harga komoditas internasional terutama minyak dan emas. Mulai pulihnya perekonomian dunia yang ditopang oleh kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif yang diterapkan sebelumnya di berbagai negara telah menyebabkan stance kebijakan moneter dan fiskal di berbagai negara bergeser dari longgar menjadi lebih netral. Namun, pelaku pasar ternyata memberikan reaksi yang berlainan di berbagai negara terhadap pergeseran stance kebijakan tersebut. Dalam Bab III, dibahas hasil sidang pada berbagai lembaga dan fora regional dan internasional. Sepanjang triwulan I 2002, Indonesia telah menghadiri berbagai forum internasional mengenai kerja sama ekonomi, moneter, dan keuangan internasional; kerja sama pembangunan ekonomi regional/internasional; dan integrasi perekonomian dan perdagangan internasional. Kerja sama ekonomi, moneter, dan keuangan internasional dalam periode tersebut telah dibahas dalam forum SEACEN dan EMEAP. Kerja sama pembangunan ekonomi regional/ internasional dibahas dalam Konferensi Financing for Development. Sementara integrasi perekonomian dan perdagangan internasional dibahas dalam forum APEC Economic Committee dan G-15 Expert Group. Bab terakhir (Bab IV) menyajikan beberapa artikel yang berjudul Fostering Sustained Growth, Melemahnya Yen Serta Dampaknya Terhadap Ekonomi Asia, dan Tinjauan Umum Dampak the New Basel Accord Terhadap Perekonomian. Dalam kesempatan ini tim penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak khususnya rekan-rekan di Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter-Bank Indonesia, mahasiswi dari Universitas Sam Ratulangi Menado, Sdri. Christine Henny Lydia Pepah dan Sdri. Indira Maya Kader, dan Direktorat Luar Negeri serta satuan kerja lain yang telah membantu dan berperan serta dalam penyusunan laporan PEKKI triwulan I Tim Penyusun vi

6 PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA PENDAHULUAN Lesunya perekonomian dunia yang terjadi sejak pertengahan tahun 2000 mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Perkembangan ini ditandai dengan mulai membaiknya kondisi dua kekuatan ekonomi dunia yaitu ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara Euro. Sejalan dengan membaiknya ekonomi Amerika Serikat, perekonomian negara-negara Amerika Latin kecuali Argentina dan beberapa negara Asia juga semakin memperlihatkan kondisi yang membaik. Sinyal membaiknya perekonomian dunia juga ditandai oleh menguatnya kembali harga saham dan komoditas dalam skala global. Sementara itu, di tengah membaiknya kinerja ekonomi di berbagai kawasan, kondisi ekonomi Jepang masih dihadapkan ketidakpastian menyusul kontraksi ekonomi yang terjadi pada triwulan IV Mulai terlihatnya indikasi pemulihan ekonomi dunia pada triwulan laporan terutama merupakan dampak positif dari ditempuhnya kebijakan moneter dan fiskal yang sangat ekspansif di berbagai kawasan terutama di Amerika Serikat dan beberapa negara industri baru di Asia. Ruang gerak bagi ekspansi kebijakan makroekonomi tersebut semakin terbuka karena beberapa indikator memperlihatkan kondisi yang kondusif seperti, inflasi yang rendah, posisi fiskal yang kuat, serta berkurangnya tingkat kerentanan (vulnerability). Kondisi tersebut telah memungkinkan otoritas moneter dan fiskal melakukan respon terhadap situasi yang sangat sulit khususnya paska tragedi 11 September Pada tahun 2001, perekonomian dunia tumbuh sebesar 2,5%, dimana negara-negara maju sebagai penyumbang utama mengalami pertumbuhan sebesar 1,1%. Sementara itu, negara-negara berkembang mengalami pertumbuhan sebesar 4,0%. Selanjutnya, pada tahun 2002 perekonomian dunia diperkirakan akan terus membaik dengan tumbuh sekitar 2,7%. Dalam hal ini, negara-negara industri maju diperkirakan akan tumbuh sekitar 1,4%, sementara negaranegara berkembang diperkirakan akan tumbuh sekitar 4,3%. Di negara-negara industri maju, kebijakan moneter dan fiskal diperkirakan masih akan diarahkan guna mempertahankan kesinambungan pemulihan ekonomi. Perkembangan Ekonomi Dunia 1

7 Kendati mulai memperlihatkan Pertumbuhan Ekonomi Dunia perbaikan, po- tensi risiko (downside risk) Proyeksi yang dihadapi perekonomian dunia masih tetap perlu Output Dunia 3,6 4,7 2,5 2,7 4,1 Negara Industri Maju Jepang Perancis Inggris 3,0 0,8 3,0 2,3 3,5 2,2 3,4 3,0 1,1 0,4 2,0 2,4 1,4 1,0 1,3 2,0 2,8 0,8 3,0 2,8 Amerika Serikat Jerman Italia Kanada 4,1 1,8 1,6 5,1 4,1 3,0 2,9 4,4 1,2 0,6 1,8 1,5 2,3 0,7 1,2 2,0 3,4 2,7 2,8 3,8 diwaspadai 1. Pertama, masih terjadinya ketimpangan (economic imbalance) dalam perekonomian global yang Negara Berkembang 3,9 5,7 4,0 4,3 5,7 terutama ditandai dengan Afrika 2,5 2,9 3,7 3,4 4,2 Asia 6,1 6,7 5,6 5,8 6,6 masih tingginya defisit transaksi China 7,1 8,0 7,3 7,0 7,8 Laju Inflasi India Negara Maju 6,8 1,4 5,4 2,3 4,1 2,2 5,1 1,2 5,5 1,8 ASEAN-4 Negara Berkembang 2,8 6,8 5,0 6,1 2,5 5,7 3,1 5,7 4,4 4,6 berjalan dan rendahnya saving rate di Amerika Serikat, nilai tukar US dollar Volume Perdagangan Dunia 5,3 12,4 0,3 2,1 6,6 yang overvalue dan nilai Impor Negara Berkembang 2,1 15,9 3,2 6,0 7,9 Negara Maju Ekspor 7,7 11,6-1,1 1,9 6,4 tukar euro yang undervalue, serta tingginya tingkat utang Negara Maju 5,0 11,7-1,1 0,6 6,2 Negara Berkembang 4,6 15,2 3,0 4,4 7,0 rumah tangga dan korporasi Sumber : World Economic Outlook (Maret 2002) di sejumlah negara. Dengan mulai pulihnya ekonomi Amerika Serikat, kondisi ketimpangan tersebut dalam jangka pendek diperkirakan akan semakin melebar. Oleh karena itu, diperlukan berbagai langkah struktural dan kerjasama internasional guna mengatasi ketimpangan tersebut sehingga dapat mempertahankan kesinambungan pemulihan ekonomi global. Kedua, menyusul terjadinya rebound sejak akhir tahun 2001, harga saham secara global memperlihatkan kembali gejala ke arah overpricing atau dihargai terlalu tinggi sebagai akibat terjadinya ekspektasi yang berlebihan terhadap kemungkinan peningkatan laba yang diraih perusahaan-perusahaan di sejumlah negara. Apabila realisasi perolehan laba perusahaanperusahaan tersebut mengecewakan, maka sangat besar kemungkinan terjadi kemerosotan kepercayaan di pasar keuangan yang sangat tajam, yang pada gilirannya akan kembali menimbulkan negative wealth effect secara mendadak. Hal ini karena di negara-negara industri, harga asset khususnya harga saham semakin berperan penting sebagai determinan pengeluaran 1 Lihat World Economic Outlook Maret Perkembangan Ekonomi Dunia

8 konsumsi. Di sejumlah negara maju, perkembangan harga saham tersebut semakin memegang peranan penting dalam perumusan kebijakan makroekonomi. Ketiga, risiko regional dan global yang timbul karena dampak negatif (adverse effect) dari kesulitan ekonomi yang masih dihadapi Jepang dan Argentina, meskipun masing-masing tengah menghadapi permasalahan ekonomi yang berbeda. Melemahnya yen secara berkelanjutan sebagai respon terhadap resesi ekonomi yang dihadapi Jepang semakin mengurangi daya saing produk beberapa negara industri baru di Asia. Pada triwulan laporan, perekonomian Amerika Serikat sebagai lokomotif ekonomi dunia mulai memperlihatkan indikasi pemulihan yang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini terlihat dari semakin menguatnya kepercayaan dunia usaha dan konsumen (business and consumer confidence) serta pasar modal, meningkatnya konsumsi rumah tangga secara signifikan, meningkatnya kembali penyerapan tenaga kerja, serta semakin stabilnya kinerja produksi industri sektor manufaktur. Kombinasi antara kebijakan moneter dan fiskal yang sangat ekspansif serta rendahnya harga minyak dunia sepanjang tahun 2001 telah memberikan stimulus terhadap bangkitnya ekonomi Amerika Serikat tersebut. Sebagaimana diketahui, kebijakan moneter yang ekspansif tersebut ditempuh dengan penurunan suku bunga Fed Fund oleh Federal Reserve sepanjang tahun 2001 dari 6.5% menjadi 1.75%. Sedangkan, kebijakan fiskal yang ekspansif ditempuh antara lain melalui penurunan pajak. Meskipun berbagai indikator dalam perekonomian Amerika Serikat mulai membaik, kewaspadaan masih diperlukan terhadap kemungkinan timbulnya beberapa risiko yang dapat membuat proses pemulihan ekonomi Amerika Serikat terganggu (unsustainable). Hal ini terutama apabila perolehan laba perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat tidak setinggi dari yang diharapkan, ekses kapasitas produksi yang dapat menimbulkan hambatan terhadap peningkatan investasi, serta kesinambungan peningkatan harga saham tidak dapat dipertahankan. Menyikapi kondisi ekonomi seperti itu, Federal Reserve diperkirakan akan tetap menempuh kebijakan moneter yang cenderung netral sampai terlihat perbaikan kondisi ekonomi cukup sustainable. Sementara itu, kebijakan fiskal dipekirakan akan lebih dititik beratkan pada upaya untuk mencapai keseimbangan fiskal dalam jangka menengah dan mengatasi tekanantekanan yang berasal dari sistem jaminan sosial. Di kawasan Euro, tanda-tanda perbaikan ekonomi terlihat dari tingkat kepercayaan dunia usaha yang mulai menguat dan produksi sektor industri yang mulai memperlihatkan Perkembangan Ekonomi Dunia 3

9 peningkatan. Pada triwulan I 2002 pertumbuhan ekonomi kawasan Euro meningkat sebesar 0,7%, jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan kontraksi sebesar 0,2% yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Menyikapi perkembangan situasi ekonomi terakhir, stance kebijakan moneter bank sentral Eropa (ECB) dalam beberapa bulan mendatang diperkirakan akan tetap neutral bias dengan tetap mempertahankan suku bunga pada tingkat 3,25% sementara menunggu arah perkembangan ekonomi selanjutnya. Di sisi fiskal, negara-negara yang mengalami defisit diperkirakan akan berupaya untuk memperkuat posisi fiskal pada saat pemulihan ekonomi semakin kuat. Hal ini ditempuh guna menyediakan ruang gerak agar proses automomatic stabilizer dapat berfungsi ketika perekonomian kembali mengalami perlambatan. Berbeda dengan membaiknya kondisi perekonomian di dua kekuatan ekonomi dunia di atas, kinerja perekonomian Jepang justru semakin terpuruk, menyusul kontraksi sebesar 2,2% pada triwulan IV 2001, yang ditandai dengan semakin melemahnya tingkat kepercayaan dan memburuknya kondisi sektor perbankan. Kemajuan restrukturisasi sektor perbankan dan perusahaan tetap menjadi kunci utama bagi pemulihan kepercayaan dan terciptanya prospek pertumbuhan ekonomi Jepang yang sustainable. Dalam skala makro, kemerosotan ekonomi Jepang disebabkan oleh masih lemahnya permintaan baik domestik maupun eksternal. Melemahnya permintaan domestik tersebut antara lain tercermin dari perkembangan retail sales yang mengalami kontraksi dalam kurun waktu satu tahun terakhir, dimana kontraksi terbesar terjadi pada bulan Februari 2002 sebesar 6,8%. Melemahnya permintaan domestik tercermin pula pada kecenderungan deflasi yang hingga kini masih terus berlangsung. Kondisi ini tidak mendorong sektor produksi untuk meningkatkan produksinya. Disisi lain, kemerosotan ekonomi Jepang juga diakibatkan oleh melemahnya permintaan dunia terhadap produk Jepang, yang pada gilirannya mengakibatkan penurunan surplus neraca perdagangan Jepang secara terus menerus dalam dua tahun terakhir. Mulai membaiknya kondisi ekonomi di negara-negara industri maju berperan besar dalam menopang kegiatan ekonomi di negara-negara berkembang, sejalan dengan berbagai langkah yang terus ditempuh guna memperkuat struktur fundamental ekonomi, mengurangi kerentanan terhadap kejutan (shock), serta meningkatkan produktivitas. Tanda-tanda pemulihan ekonomi semakin tampak di beberapa negara Asia, seperti Cina, Korea Selatan dan beberapa negara ASEAN. Selain itu, beberapa negara di kawasan Amerika Latin seperti Chili, Brazil dan Meksiko juga menunjukkan perkembangan positif. Demikian pula dengan Rusia, Australia dan Selandia Baru yang memperlihatkan kinerja ekonomi yang mulai membaik. 4 Perkembangan Ekonomi Dunia

10 Di negara-negara Asia terutama yang terkena imbas oleh melemahnya perekonomian global kecuali Cina dan India, indikasi pemulihan ekonomi semakin terlihat terutama pada sektor industri elektronik yang mengalami rebound, yang ditopang dengan kebijakan moneter dan fiskal cukup longgar di sejumlah negara. Hal yang paling menonjol dari kondisi perekonomian Asia adalah semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi Cina yang mengalami pertumbuhan spektakuler yakni sebesar 7,5% pada triwulan laporan, menyusul ekspansi sebesar 6,6% pada triwulan IV Kendati demikian, kekhawatiran mulai merebak di dalam negeri Cina sehubungan dengan masuknya Cina menjadi anggota organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization) yang diperkirakan akan meningkatkan jumlah pengangguran karena meningkatnya tuntutan efisiensi, yang pada gilirannya akan berdampak pada rendahnya pengeluaran konsumen. Sementara itu, sejalan dengan mulai membaiknya perekonomian Amerika Serikat sebagai tujuan utama ekspor, sejumlah negara Amerika Latin juga menunjukkan perbaikan, kecuali ekonomi Argentina yang pada tahun 2002 diperkirakan masih akan mengalami kontraksi. Dampak penularan (contagion effect) akibat krisis ekonomi yang mengguncang Argentina terhadap perekonomian negara-negara di kawasan Amerika Latin dan kawasan lainnya dalam kenyataannya sangat terbatas. Perekonomian Meksiko dan Brazil yang memiliki hubungan perdagangan yang sangat erat dengan Amerika Serikat memperlihatkan kinerja mulai membaik. Pada tahun 2002, perekonomian Meksiko dan Brazil masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar 1,7% dan 2,5%. Sedangkan perekonomian Argentina diperkirakan masih akan mengalami kontraksi sebesar 8,4%, setelah berturut-turut mengalami kontraksi sebesar 0,8% dan 3,7% pada tahun 2000 dan Dalam pada itu, perekonomian di negara-negara Oceania khususnya perekonomian Australia dan Selandia Baru juga memperlihatkan perbaikan melalui pertumbuhan yang sama sebesar 2,4%. Membaiknya perekonomian Australia pada triwulan laporan terutama sebagai akibat meningkatnya permintaan domestik yang ditopang oleh tingkat suku bunga yang sangat rendah. PERKONOMIAN NEGARA-NEGARA INDUSTRI MAJU Amerika Serikat Perekonomian Amerika Serikat (AS) pada triwulan pertama tahun 2002 diperkirakan tumbuh sebesar 5,0% (q-o-q), pertumbuhan tertinggi selama dua tahun terakhir. Pertumbuhan Perkembangan Ekonomi Dunia 5

11 ekonomi tersebut meningkat lebih pesat Grafik PDB, Inflasi dan Tingkat Pengangguran AS (%) dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2001 yang mencapai 1,7% (q-o-q). Hal 10 tersebut didukung oleh kebijakan moneter 8 dan fiskal yang ekspansif, yang mendorong 6 pengeluaran konsumsi masya rakat, investasi, dan ekspor. Peningkatan kegiatan investasi ini terlihat terutama di sektor manufaktur dan pendukungnya. PDB Inflasi Tingkat Pengangguran Fenomena ini di dukung pula oleh penurunan inventory yang lebih kecil yang mengindikasikan pulihnya aktivitas bisnis setelah pada triwulan IV 2001 mengalami stagnasi. Pada triwulan II 2002, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tetap tumbuh tinggi sebesar 5,0% (q-o-q). Walaupun dalam triwulan III dan IV 2002 laju pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan, pengeluaran konsumen diharapkan masih akan meningkat pada paruh kedua tahun 2002 seiring dengan meningkatnya lapangan pekerjaan dan pendapatan masyarakat. PDB, Inflasi, Tingkat Pengangguran Laju inflasi - Indeks Harga Konsumen (IHK)- pada triwulan I 2002 diperkirakan mencapai 1,3% (y-o-y), lebih rendah dibanding inflasi pada triwulan IV 2001 yang naik sebesar 1,9% (y-o-y). Inflasi ini merupakan terkecil sejak tahun Untuk tahun 2003, inflasi -IHKdiprakirakan akan mengalami kenaikan sebesar 2,5%. Sementara itu, indeks Grafik Perkembangan Indeks PMI di AS (%) harga produsen diperkirakan akan meningkat sebesar 0,7% (m-o-m) di bulan Maret 2002 melesat tajam dibandingkan 50 bulan Desember 2001 yang mengalami 40 deflasi sebesar 0,6% (m-o-m). Peningkatan harga pada bulan Maret tersebut terutama dipengaruhi oleh melonjaknya 10 0 harga minyak mentah seiring dengan situasi yang memanas antara Palestina dengan Israel. Selain itu, peningkatan Jun-90 Jun-90 Apr-91 Mar-91 Feb-92 Des-91 Des-92 Sep-92 Jun-93 Okt-93 Mar-94 Ags-94 Des-94 Jun-95 Sep-95 Apr-96 Jun-96 Feb-97 Mar-97 Des-97 Des-97 Sep-98 Okt-98 Jun-99 Ags-99 Mar-00 Jun-00 Des-00 Apr-01 Sep-01 Feb-02 6 Perkembangan Ekonomi Dunia

12 harga juga dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas dan perkiraan menguatnya permintaan. Pengeluaran masyarakat pada triwulan I 2002 terlihat meningkat cukup tajam dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun kembali menunjukkan penurunan terutama menjelang akhir bulan Maret 2002 akibat naiknya harga minyak mentah dunia dan perkiraan naiknya suku bunga seiring dengan menguatnya tekanan inflasi. Namun demikian pengeluaran konsumsi masyarakat yang merupakan dua pertiga dari perekonomian Amerika Serikat diharapkan masih akan cukup baik seiring dengan tetap tingginya keyakinan akan pemulihan ekonomi Amerika Serikat mulai triwulan I Di sisi tenaga kerja, kondisi pada bulan Maret 2002 masih belum menggembirakan karena tingkat pengangguran masih mencapai level 5,7% dari jumlah angkatan kerja atau tidak berubah dibandingkan bulan Desember Kondisi ini diperkirakan berada pada posisi yang sama pada bulan April sampai Juni 2002 dan selanjutnya akan membaik dalam bulanbulan berikutnya. Di sisi eksternal, posisi neraca berjalan Amerika Serikat untuk tahun 2002 diperkirakan masih mengalami defisit sebesar 4,0%, sedikit lebih baik dari tahun 2001 yang mengalami defisit sebesar 4,1%. Meskipun ekonomi dunia yang mulai membaik pada triwulan I 2002 akan mendorong peningkatan ekspor Amerika Serikat, di sisi lain impor di Amerika juga akan meningkat tajam. Pola ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun Jika kondisi ini menjadi kenyataan, maka diperkirakan defisit neraca berjalan mencapai US$ 413 miliar pada tahun 2002 (sama dengan level pada tahun 2001) dan terus meningkat menjadi US$ 477 miliar pada tahun 2003 (4,2% dari nilai PDB). Dengan memperhatikan recovery ekonomi yang masih berlangsung, dan Persen Jan Sep-92 4/30/1999 Mei-93 Grafik Neraca Perdagangan AS Jan-94 Sep-94 Mei-95 Jan-96 Sep-96 Mei-97 Jan-98 Sep-98 Mei-99 Grafik Suku Bunga Fed Fund April Maret 2002 Fed Fund Effective 6/30/1999 8/31/ /10/99 12/31/1999 2/29/2000 4/28/2000 Fed Fund Target 6/30/2000 8/31/ /31/ /30/2000 2/28/ /04/01 29/06/01 Jan-00 31/08/01 Sep-00 31/10/01 Mei-01 31/12/01 Jan-02 28/02/02 Perkembangan Ekonomi Dunia 7

13 diwarnai oleh angka pengangguran yang masih tinggi, maka hingga pertengahan tahun 2002 ini diperkirakan Fed Res masih belum menaikkan suku bunga Fed Fund yang saat ini mencapai 1,75%. Fed Res diperkirakan akan mempertimbangkan kenaikan Fed Fund sebesar 25 bp pada FOMC tanggal 27 Juni 2002 mendatang untuk mencegah perekonomian mengalami overheating. Eropa Barat Negara-negara Euro Pada triwulan laporan, kinerja ekonomi negara-negara yang tergabung dalam Euro mulai menunjukkan perbaikan ditandai oleh ekspansi sebesar 0,7%, setelah kontraksi sebesar -0.2% pada triwulan IV Membaiknya kondisi ekonomi Euro tidak terlepas dari bangkitnya kembali perekonomian Amerika Serikat, yang pada dasarnya merupakan negara tujuan ekspor utama sebagian besar negara-negara Euro, yaitu menyerap sekitar seperlima ekspor Euro. Tanda-tanda perbaikan ekonomi terlihat dari kepercayaan dunia usaha dan konsumen yang menguat, yang salah satunya tercermin dari peningkatan German IFO index secara berturutturut dalam empat bulan sejak Desember Secara keseluruhan tahun 2002 perekonomian Euro diperkirakan tumbuh sebesar 1,2%, lebih rendah dibanding tahun 2001 yang tumbuh sebesar 1,5%. Pada tahun 2003 perekonomian diperkirakan akan mengalami percepatan dengan laju pertumbuhan sekitar 2,3%. Membaiknya perekonomian Euro terutama pada pertengahan tahun 2002 ditopang oleh kebijakan moneter yang longgar dan kondisi eksternal yang menguntungan. Meskipun stimulus kebijakan moneter dalam perekonomian Euro tidak sebesar perekonomian Amerika Serikat, perekonomian Euro secara umum menghadapi ketimpangan makroekonomi yang lebih ringan sehingga risiko yang dapat mengganjal proses pemulihan ekonomi yang sustainable diperkirakan relatif akan lebih kecil. Sementara itu tingkat profitabilitas perusahaan-perusahaan di Euro relatif lebih kuat dibandingkan di Amerika Serikat, yang pada gilirannya diperkirakan akan menjadi penopang bangkitnya kembali kegiatan investasi. Kendati demikian, beberapa risiko diperkirakan berpotensi menghadang proses pemulihan ekonomi seperti, kemungkinan tertundanya kebangkitan ekonomi Jerman, serta berbagai kelemahan struktural terutama di pasar tenaga kerja. Sementara itu tekanan laju inflasi tampak masih cukup kuat. Dalam tiga bulan pertama tahun 2002, laju inflasi masih tetap bergerak di atas ceiling rate yang ditetapkan bank sentral 8 Perkembangan Ekonomi Dunia

14 Eropa sebesar 2,0% (y-o-y). Pada Grafik bulan Januari 2002 laju inflasi PDB, Inflasi dan Tingkat Pengangguran Kawasan Euro (%) mencapai 2,7% (m-o-m), yang merupakan level tertinggi sejak bulan Juni Tingginya laju inflasi tersebut terutama disumbang oleh meningkatnya pajak, harga makanan, serta harga barang dan jasa yang terkait dengan pemanfaatan momentum PDB Inflasi Tingkat pengangguran pengenalan penggunaan uang kertas Euro, seperti harga makanan di restoran dan tiket bioskop. Pada bulan Februari 2002, inflasi mengalami penurunan menjadi 2,4%, dan selanjutnya meningkat kembali mencapai 2,5% pada bulan Maret 2002, sebagai akibat melonjaknya harga minyak sebesar 38%. Secara keseluruhan, laju inflasi diperkirakan akan mencapai 1,5% (y-o-y) pada tahun 2001 dan akan menurun menjadi 1,2% (y-o-y) pada tahun Menyikapi kegiatan ekonomi yang mulai membaik dan tekanan laju infalsi yang masih kuat, bank sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga pada tingkat 3,25% dalam triwulan II Peningkatan suku bunga diperkirakan akan terjadi apabila harga minyak terus melambung. PDB, Inflasi Sep-96 Mar-97 Sep-97 Mar-98 Sep-98 Mar-99 Sep-99 Mar-00 Sep-00 Mar-01 Sep-01 Mar-02 Perekonomian Jerman pada tahun 2001 mengalami ekspansi sebesar 0,6%, yang merupakan pertumbuhan ekonomi terendah sejak tahun Pada tahun 2002, perekonomian diperkirakan akan tetap melaju lambat pada tingkat sekitar 0,75%. Pemulihan ekonomi diharapkan akan terjadi mulai semester kedua tahun 2002, sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi pada tahun 2003 yang diperkirakan akan tumbuh 2,2%. Salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan ekonomi tahun 2002 ini adalah merosotnya manufacturing order yang dipicu oleh lemahnya permintaan factory dan demand goods. Sementara itu, laju inflasi di Jerman pada bulan Januari 2002 memperlihatkan tekanan, mencapai 2,2% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan bulan Desember 2001 yang mencapai 1,5% (y-o-y). Tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari kondisi cuaca yang mempengaruhi harga buah dan sayur. Untuk tahun 2003, tingkat inflasi diperkirakan akan sedikit mengalami peningkatan menjadi 1,5%. Tingkat Pengangguran Perkembangan Ekonomi Dunia 9

15 Grafik Produksi di Sektor Industri Kawasan Euro (%) 31/01/02 31/05/01 30/09/00 31/01/00 31/05/99 30/09/98 31/01/98 31/05/97 30/09/96 31/01/96 31/05/95 30/09/94 31/01/94 31/05/93 30/09/92 31/01/92 Tingkat pengangguran di Jerman diperkirakan mengalami penurunan pada bulan Maret 2002, pertama kalinya dalam 15 bulan terakhir. Penurunan tingkat pengangguran disebabkan oleh antisipasi perusahaanperusahaan terhadap kemungkinan pulihnya ekonomi. Jumlah penganggur turun sebanyak orang, menjadi 4,16 juta orang. Keyakinan makin menurunnya tingkat pengangguran juga diperkuat dengan semakin membaiknya business confidence di Jerman. Tingginya business confidence ini didorong oleh semakin membaiknya perekonomian Amerika Serikat yang merupakan 10% pasar ekspor Jerman. Perekonomian Perancis pada tahun 2001 hanya tumbuh 2%, selanjutnya untuk tahun 2002 diperkirakan tumbuh sebesar 1,5%, yang merupakan pertumbuhan paling lambat sejak tahun Sementara itu, pada triwulan I 2002, ekonomi Perancis diperkirakan tumbuh 0,3%, dan pada triwulan II 2002 diperkirakan tumbuh sebesar 0,5%. Sementara itu, pada tahun 2001 laju inflasi mencapai 1,6%. Laju inflasi diperkirakan menurun menjadi 1,4% pada tahun 2002 dan meningkat lagi menjadi 1,8% pada tahun Di sektor eksternal, setelah mengalami penurunan drastis sejak tahun 1998, neraca perdagangan Perancis pada tahun 2001 mengalami surplus dan diperkirakan akan terus berlanjut. Bahkan untuk periode , surplus tersebut diperkirakan akan meningkat seiring dengan membaiknya terms of trade. Sementara itu, surplus neraca transaksi berjalan diperkirakan akan tetap berlangsung, didukung oleh surplus pendapatan jasa dan investasi. Surplus transaksi berjalan Perancis diperkirakan mengalami kenaikan dari 2% (dari PDB) pada periode , menjadi 2,7% pada tahun Pada tahun 2002 perekonomian Italia diperkirakan hanya akan tumbuh 1,2%, dan selanjutnya akan meningkat menjadi 2,8% pada tahun Sedangkan pada tahun 2000 dan 2001, perekenomian Italia tumbuh masing-masing sebesar 2,9% dan 1,8%. Penyebab utama melambatnya pertumbuhan ekonomi pada perode , yaitu lesunya perekonomian 10 Perkembangan Ekonomi Dunia

16 Grafik Consumer Confidence Kawasan Euro (%) dunia dan lambatnya pertumbuhan investasi akibat belum jelasnya insentif yang diberikan oleh pemerintahan baru. Sementara itu, permintaan domestik tetap ditopang oleh peningkatan konsumsi swasta, akibat naiknya tingkat penyerapan tenaga kerja dan dampak pemotongan pajak oleh pemerintah. Jan-02 May-01 Sep-00 Jan-00 May-99 Sep-98 Jan-98 May-97 Sep-96 Jan-96 May-95 Sep-94 Jan-94 May-93 Sep-92 Jan-92 Pada bulan Maret 2002, laju inflasi Italia mencapai 2,6% (y-o-y) dan 0,2% (m-o-m), meningkat dari 2,5% (y-o-y) pada bulan Februari. Tekanan inflasi terutama bersumber dari melonjaknya harga minyak, harga makanan, serta pengenalan mata uang Euro. Kendati demikian, untuk keseluruhan tahun 2002 laju inflasi diperkirakan akan mencapai 2,1%, lebih rendah dari tahun 2001 yang mencapai 2,7%. Defisit perdagangan Italia untuk Januari 2002 mencapai 1,643 miliar euro, naik dari posisi 1,143 miliar euro pada bulan Januari Sementara itu, surplus transaksi berjalan untuk tahun 2001 mencapai 0,3%, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 0,6% pada tahun Pada tahun 2001 perekonomian Belgia melambat menjadi 1,1% dan diperkirakan akan terus melambat mencapai 0,7% pada tahun Melambatnya ekonomi Belgia salah satunya merupakan akibat melemahnya kinerja sektor perdagangan di mana surplus transaksi berjalan tahun 2001 mengalami penurunan menjadi 3,8% dari PDB, dibandingkan dengan surplus tahun 2000 yang mencapai 4,6%. Di pihak lain, tekanan laju inflasi terus meningkat, mencapai 2,4% pada tahun Sementara itu, sejalan dengan melonjaknya harga minyak dan makanan, tekanan laju inflasi diperkirakan akan terus menguat pada tahun Tingkat pengangguran di Belgia pada bulan Maret 2002 mencapai 10,8%. IMF telah mendesak pemerintah Belgia untuk berusaha mengurangi tingginya tingkat pensiun awal dan memastikan bahwa program tenaga kerja pemerintah tidak merugikan program tenaga kerja sektor swasta. Perkembangan Ekonomi Dunia 11

17 Pada tahun 2001, perekonomian Belanda tumbuh 1,1% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 1,4% pada tahun Meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 ditopang oleh kemungkinan perbaikan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa. Rendahnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2001 terutama akibat dari biaya upah yang tinggi dan resesi dunia yang menyebabkan berkurangnya permintaan untuk barang dan jasa Belanda. Sementara itu, laju inflasi Belanda pada tahun 2001 mencapai 5,1%, namun diperkirakan akan menurun menjadi 2,7% pada tahun Sumber utama penyebab inflasi adalah melonjaknya harga minyak dan tingginya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Belanda. Sementara itu, tingkat pengangguran tahun 2001 berada pada level 2% dan diperkirakan akan terus mengalami kenaikan, mencapai 2,4% untuk tahun Inggris Dalam triwulan I 2002, perekonomian Inggris mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan, terutama sejak bulan Februari Hal ini tercermin dari pertumbuhan produksi industri manufaktur yang mulai tercatat positif (0,4%) pada bulan Februari Kenaikan di bulan Februari ini adalah awal kenaikan tingkat produksi yang selama lima bulan terakhir ini mengalami penurunan terus-menerus. Hal tersebut disebabkan semakin banyaknya perusahaan di Inggris memproduksi bahan kimia dan komputer. Produksi bahan kimia mengalami kenaikan sebesar 2,4% pada bulan Februari Tanpa kenaikan tersebut, keuntungan keseluruhan untuk manufaktur hanya mencapai 0,1%. Sementara itu produksi komputer dan peralatan proses informasi (information-processing equipment) lainnya mengalami pertumbuhan 1,7% untuk Februari 2002 (m-o-m). Kondisi ini meningkatkan optimisme produsen atas Grafik PDB dan Inflasi Inggris (%) pemulihan ekonomi yang lebih cepat. PDB Jan-02 Sep-01 Mar-01 Sep-00 Mar-00 Sep-99 Mar-99 Sep-98 Mar-98 Sep-97 Mar-97 PDB Inflasi Inflasi Dengan perbaikan produksi pada beberapa sektor penting, terutama produksi bahan kimia, dan information related equipment, laju pertumbuhan PDB pada triwulan I 2002 diperkirakan sebesar 0,2% (q-o-q). Pelaku usaha optimis bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan II akan lebih baik, seiring dengan 12 Perkembangan Ekonomi Dunia

18 kecenderungan perbaikan perekonomian dunia, khususnya Amerika Serikat yang akan mendorong kenaikan permintaan terhadap barang-barang produksi Inggris. Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor utama Inggris yang menyerap 14% dari ekspor Inggris. Amerika Serikat juga merupakan investor asing terbesar di Inggris. Dengan perkembangan yang menggembirakan ini, Bank of England memprediksi bahwa perekonomian Inggris akan tumbuh sekitar 2% dalam paruh pertama tahun Tanda-tanda percepatan pertumbuhan ekonomi Inggris meningkatkan ekspektasi bahwa BOE akan meningkatkan suku bunga benchmark-nya dalam tahun ini, setelah sejak bulan November 2001 hingga akhir Maret 2002 suku bunga benchmark Inggris bertahan pada tingkat 4%. Sementara itu, laju inflasi tahunan Inggris dalam triwulan I 2002 cenderung lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada bulan Januari dan Februari 2002 masingmasing sebesar 2,6% (y-o-y) dan 2,2% (y-o-y), mendekati target laju inflasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 2,5% (y-o-y). Jepang Perkembangan ekonomi Jepang masih belum menunjukkan tanda-tanda menggembirakan, bahkan nampaknya semakin memburuk. Kondisi perekonomian Jepang semakin menurun sejak pertengahan tahun 2000, bahkan dalam tiga triwulan terakhir tahun 2001 terusmenerus mengalami kontraksi. Kontraksi terbesar terjadi dalam triwulan IV 2001 yang mencapai -2,2% (y-o-y) setelah dalam dua triwulan sebelumnya berturut-turut mengalami kontraksi sebesar -0,4% (y-o-y) dan -0,5% (y-o-y). Dengan demikian, sepanjang tahun 2001 ekonomi Grafik Jepang mengalami kontraksi sebesar - PDB, Inflasi dan Tingkat Pengangguran Jepang (%) 0,4%. Kontraksi ekonomi Jepang semakin 6 5 diperparah dengan berlanjutnya kecenderungan deflasi yang dalam bulan Januari dan Februari 2002 masing-masing mencapai 0,8% (y-o-y), sedikit membaik dibandingkan dengan bulan Desember sebesar 0,9% (y-o-y). Mar-97 Sep-97 Mar-98 Sep-98 Mar-99 Sep-99 Mar-00 Sep-00 Mar-01 Sep-01 Jan-02 Memburuknya perekonomian Jepang terutama disebabkan oleh rendah- PDB Inflasi Tingkat Pengangguran Perkembangan Ekonomi Dunia 13

19 /06/1997 Grafik Tankan Manufacturing Survey Index 31/12/ /06/ /12/ /06/1999 nya permintaan domestik. Melemahnya permintaan domestik antara lain tercermin dari pertumbuhan retail sales yang terusmenerus mengalami kontraksi dalam kurun waktu satu tahun terakhir, dimana kontraksi terbesar terjadi dalam bulan Desember 2001 dan Februari 2002 masing-masing sebesar -6,8% (y-o-y). Dalam hal ini, terdapat beberapa faktor penyebab masih lemahnya permintaan domestik. Pertama, fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya pulih. Terhambatnya fungsi intermediasi perbankan disebabkan oleh besarnya kredit bermasalah yang mengakibatkan bank-bank mengalami kerugian besar sehingga memaksa mereka lebih bersikap hati-hati dalam menyalurkan kreditnya. Tahun lalu, perbankan dan pemerintah Jepang telah menghapusbukukan kredit bermasalah sekitar 70 triliun yen atau 12% dari PDB Jepang sehingga posisinya tinggal 33 triliun yen per 31 Maret Kedua, beban utang baik utang swasta maupun utang pemerintah masih cukup besar. Kelesuan ekonomi membuat dunia usaha semakin sulit untuk mengembalikan utang kepada perbankan sehingga meningkatkan jumlah kredit macet. Sementara itu, utang pemerintah juga semakin bertambah guna membiayai ekspansi fiskal dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Besarnya utang tersebut menyebabkan dunia usaha dan pemerintah lebih bersikap hati-hati dalam mengalokasikan pengeluarannya. Dengan pembatasan utang pemerintah sebesar 30 triliun yen untuk tahun fiskal 2002/2003 yang Grafik Pertumbuhan Retail Sales Jepang ditetapkan oleh Menteri Keuangan Jepang, April Februari 2002 (%YoY) maka total outstanding utang pemerintah pada bulan Maret 2003 diperkirakan mencapai 693 triliun yen atau lebih dari 40% PDB Jepang. Ketiga, kondisi ketenagakerjaan kian memburuk. Resesi ekonomi berkepanjangan telah menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran sehingga menurunkan potensi pendapatan sektor rumah tangga. Hal ini pada gilirannya 30/04/ /08/ /12/ /04/ /08/ /12/ /04/ /08/ /12/ /04/ /08/ /12/ /04/ /08/ /12/ /12/ /06/ /12/ /06/ /12/ Perkembangan Ekonomi Dunia

20 menurunkan daya beli masyarakat dan selanjutnya berdampak pada menurunnya tingkat konsumsi yang menyumbang 60% terhadap PDB Jepang. Dari sisi sektor produksi, merosotnya perekonomian Jepang dipicu oleh melemahnya aktivitas produksi industri teknologi informasi dan industri manufaktur yang berorientasi ekspor. Penurunan aktivitas di kedua sektor industri tersebut menimbulkan dampak negatif berantai terhadap kinerja sektor-sektor lainnya terutama industri nonmanufaktur. Implikasi selanjutnya adalah menurunnya pendapatan dunia usaha, menurunnya pengeluaran investasi, meningkatnya pengangguran, berkurangnya pendapatan pekerja, dan akhirnya tingkat konsumsi juga mengalami penurunan. Dunia usaha nampaknya masih pesimis terhadap prospek ekonomi Jepang. Hal ini terlihat dari hasil survei Tankan dalam bulan Maret 2002 yang menghasilkan indeks 38, tidak berubah dibandingkan bulan Desember 2001 dan merupakan indeks terendah dalam 3 tahun terakhir. Selain melemahnya permintaan domestik, menurunnya permintaan luar negeri juga berdampak buruk terhadap perekonomian Jepang. Menurunnya permintaan luar negeri terhadap produk-produk ekspor Jepang terlihat dari pertumbuhan surplus neraca perdagangan Jepang yang masih mengalami kontraksi dan mencapai 11,3% (y-o-y) dalam bulan Februari Penurunan permintaan tersebut merupakan dampak dari kondisi ekonomi dunia yang sedang lesu khususnya ekonomi Amerika Serikat dan Eropa Barat sebagai pasar terbesar produkproduk ekspor Jepang. Namun demikian, melihat trend pertumbuhan surplus neraca perdagangan Jepang sejak awal tahun 2001 yang menunjukkan kecenderungan kontraksi yang mengecil, ke depan nampaknya dimungkinkan untuk tumbuh positif. Hal ini sejalan dengan mulai pulihnya perekonomian Amerika Serikat, Eropa, dan beberapa negara emerging lainnya dalam triwulan I 2002 Grafik Pertumbuhan Neraca Perdagangan Jepang April Februari 2002 (%) sehingga kinerja sektor eksternal Jepang diharapkan terus membaik. Berbagai kebijakan telah ditempuh baik oleh Pemerintah maupun Otoritas Moneter Jepang dalam rangka membawa Jepang keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dari sisi fiskal, pemerintah terus-menerus melakukan ekspansi melalui /04/ /07/ /10/ /02/ /05/ /08/ /11/ /02/ /05/ /08/ /11/ /02/ /05/ /08/ /11/ /02/ /05/ /08/ /11/2001 Perkembangan Ekonomi Dunia 15

21 paket stimulus fiskal yang dibiayai dengan penjualan obligasi pemerintah. Akibatnya, defisit fiskal terus membengkak dan menempatkan Pemerintah Jepang sebagai pengutang terbesar di dunia sehingga peringkat obligasi Pemerintah Jepang terancam turun. Dari sisi moneter, Bank of Japan juga telah berupaya menempuh kebijakan moneter yang longgar dengan menurunkan official discount rate menjadi 0,1%, sementara suku bunga antarbank diarahkan mendekati level 0% (near-zero interest rate policy). Namun, berbagai langkah kebijakan tersebut nampaknya belum mampu mengeluarkan Jepang dari krisis ekonomi sehingga Pemerintah Jepang mencanangkan program reformasi secara menyeluruh dari mulai sektor fiskal, keuangan, dunia usaha, dan birokrasi. PDB Grafik PDB dan Inflasi Cina (%) Des-00 Mar-00 Jun-99 Sep-98 Des-97 Mar-97 Jun-96 Sep-95 Des-94 Mar-94 PDB Inflasi Mar-02 Sep Inflasi PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASIA (NON-JEPANG) C i n a Perekonomian Cina negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia diperkirakan akan mengalami kenaikan cukup signifikan pada triwulan I 2002, sehingga target pertumbuhan sebesar 7% sepanjang tahun 2002 akan terpenuhi. Pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan I 2002 tersebut diperkirakan akan mencapai 7,5% (y-o-y), naik dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2001 yang mencapai sebesar 6,6%. Membaiknya pertumbuhan ekonomi Cina terutama didorong oleh membaiknya kondisi perekonomian Amerika Serikat, serta meningkatnya investasi asing yang masuk ke Cina setelah negara tersebut masuk dalam keanggotaan World Trade Organization. Selain kedua aspek tersebut, tingginya pertumbuhan ekonomi Cina pada triwulan I 2002 juga didukung oleh relatif tingginya pengeluaran pemerintah dan masyarakat. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang mengesankan tersebut nampaknya masih belum cukup besar untuk menyerap seluruh tenaga kerja. Seiring dengan membaiknya perekonomian, tingkat pengangguran di Cina juga menunjukkan peningkatan 16 Perkembangan Ekonomi Dunia

22 cukup signifikan. Pemerintah Cina mencatat kenaikan pengangguran di perkotaan sebesar 3,6% pada akhir tahun Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah Cina untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan menurunkan suku bunga pada bulan Februari Penurunan tingkat suku bunga tersebut merupakan yang pertama kalinya, setelah lebih dari dua setengah tahun, dalam rangka meningkatkan pengeluaran dan investasi pada paruh kedua tahun Membaiknya kondisi perekonomian Amerika akhir-akhir ini berdampak cukup signifikan terhadap kinerja ekspor Cina. Pada dua bulan pertama triwulan I 2002, ekspor Cina tumbuh pesat. Pada periode Januari-Februari 2002, ekspor mengalami pertumbuhan sebesar 14,1% dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, pada periode yang sama impor tumbuh 3,2%, jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 8,2%. Dengan perkembangan ekspor dan impor tersebut, surplus neraca perdagangan Cina pada triwulan I 2002 tercatat sebesar USD 6 milyar. Kenaikan ekspor tersebut diperkirakan akan mendorong kenaikan tingkat harga akibat berkurangnya kelebihan supply yang dapat dijual di pasar lokal. Problem deflasi yang selama beberapa periode dialami Cina, nampaknya masih akan terjadi pada triwulan I 2002, bahkan pada bulan Januari 2002, Indeks Harga Konsumen turun sebesar 1%, yang merupakan penurunan terbesar dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Kecenderungan turunnya harga tersebut berlanjut pada bulan kedua triwulan I 2002, Laju inflasi di Cina, pada awal triwulan I 2002 menunjukkan penurunan dibanding tahun sebelumnya. Kecenderungan turunnya indek harga konsumen tersebut tidak berlanjut pada bulan Februari, sebagai dampak naiknya permintaan konsumen berkaitan dengan perayaan tahun baru. Namun, untuk bulan-bulan selanjutnya Cina diperkirakan masih akan dilanda deflasi sejalan dengan kecenderungan masyarakat untuk meningkatkan tabungan dan mengurangi konsumsi menyusul masuknya Cina dalam WTO, serta meningkatnya jumlah pengangguran. Sebagai ilustrasi, Cina Petroleum & Chemical Corp. atau Synopec, telah merencanakan untuk mem-phk-kan sekitar 37,000 pekerja pada tahun 2002, Province Liaoning di Cina akan mem-phk-kan lebih dari separuh pegawai sipil (540,000 pekerja) akibat ditutupnya perusahaan metal dan tambang. Kondisi tersebut diperburuk dengan tindakan dunia usaha menurunkan tingkat harga untuk mempertahankan daya saing produk mereka. Upaya meningkatkan pengeluaran masyarakat untuk menahan meningkatnya pengangguran dan mengatasi pertumbuhan ekonomi yang menurun telah mendorong anggaran Pemerintah Cina kemungkinan mencatat defisit sebesar 19% menjadi 309,8 miliar yuan pada Perkembangan Ekonomi Dunia 17

23 tahun laporan. Pemerintah pusat Cina merencanakan akan melakukan pengeluaran sebesar 1,37 triliun yuan pada tahun 2002 atau 10,1% lebih besar dari tahun Penerimaan pajak diharapkan tumbuh sebesar 7,7% menjadi 1,06 triliun yuan, melambat dari 21% kenaikan pada tahun lalu. Penerimaan pajak Pemerintah Cina pada dua bulan pertama 2002 tercatat meningkat 13% menjadi 266 miliar yuan ($32 miliar). Selama dua bulan pertama, Pemerintah Cina telah menerima 18,8 miliar yuan dari pajak pendapatan perorangan, lebih besar 29,3% dari tahun lalu dan, sebesar 11,9 miliar yuan dari pajak pendapatan perusahaan, lebih besar 45,9% dari tahun lalu. Menyadari bahwa akan terjadi kelebihan penawaran di pasar, maka dalam rangka mendorong pengeluaran, Pemerintah Cina akan terus menaikkan gaji pegawai berpendapatan rendah dan para petani. Disamping itu upaya Pemerintah Cina untuk mendorong permintaan domestik juga dilakukan dengan menambah uang di proyek-proyek publik dan kesejahteraan masyarakat. Konsekuensi utama dari kebijakan tersebut adalah membesarnya defisit anggaran pemerintah, yang diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 19% dari tahun sebelumnya, hingga mencapai USD37,4 miliar, senilai 3% dari PDB. Hong Kong Setelah mengalami kinerja yang buruk dalam dua triwulan terakhir tahun 2001, kinerja ekonomi Hong Kong pada triwulan I 2002 tampaknya belum menunjukkan perkembangan yang signifikan, meskipun tanda-tanda pemulihan ekonomi mulai terlihat di Hong Kong. Hal tersebut antara lain di tandai oleh belum pulihnya kinerja ekspor dan consumer PDB Grafik PDB dan Inflasi Hong Kong (%) Mar-02 Sep-01 Mar-01 Sep-00 Mar-00 Sep-99 Mar-99 Sep-98 Mar-98 Sep-97 Mar-97 Sep-96 PDB Inflasi Inflasi spending, yang mendorong tertahannya pemulihan ekonomi Hong Kong pada triwulan I Namun, munculnya tanda-tanda pemulihan ekonomi di Hong Kong terutama pada bulan terakhir triwulan I 2002 dan membaiknya perekonomian global tahun ini tampaknya telah mendorong keyakinan pemerintah bahwa ekonomi Hong Kong akan tumbuh 1% tahun 2002, 18 Perkembangan Ekonomi Dunia

24 lebih tinggi dari angka pertumbuhan tahun lalu sebesar 0,1%. Tanda pemulihan ekonomi tersebut dicerminkan antara lain oleh membaiknya beberapa indikator ekonomi seperti membaiknya aktivitas bisnis, maupun mulai meningkatnya output, order dan purchasing. Dari sisi domestik, kegiatan ekonomi yang menurun yang dialami Hong Kong selama tiga triwulan terakhir tahun lalu serta melemahnya domestic demand yang terus berlangsung sampai dengan triwulan I 2002, mendorong tingkat harga di Hong Kong kembali mengalami penurunan. Setelah mengalami periode deflasi sejak tahun 1998, pada bulan Februari tahun 2002 Composite Price index (CPI) masih menunjukkan kecenderungan menurun dan mencapai -2,3 % (y-o-y) pada periode tersebut. Kecenderungan menurunnya tingkat harga tersebut tidak terlepas dari semakin memburuknya kondisi lapangan kerja seiring dengan penurunan kegiatan ekonomi selama ini. Meningkatnya angka pengangguran, yang pada dua bulan pertama tahun 2002 mencapai angka tertinggi yakni 6,7% dan 6,8% pada bulan Januari dan Februari 2002, serta melemahnya permintaan terhadap sektor properti telah mendorong domestic demand di Hong Kong semakin melemah. Sementara itu, di sisi eksternal, kinerja ekonomi Hong Kong yang belum membaik pada triwulan I 2002 tercermin pada kinerja ekspor yang belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Sampai dengan bulan Februari tahun ini, ekspor Hong Kong masih terus mengalami penurunan meskipun sedikit melambat dan mencatat penurunan 9,1% (y-o-y) pada periode tersebut. Penurunan ekspor pada bulan tersebut merupakan penurunan terendah sejak bulan Agustus tahun lalu. Namun demikian, membaiknya kondisi ekonomi global tahun ini diharapkan akan mendorong ekspor Hong Kong semakin membaik. Di sisi lain, dalam bulan yang sama, impor mencatat penurunan sebesar 19,8% dibanding periode yang sama tahun lalu didorong oleh menurunnya permintaan konsumen menyusul tingginya angka pengangguran di Hong Kong. Dengan perkembangan tersebut, defisit perdagangan Hong Kong pada bulan Februari mencapai HK$2,8 miliar, menurun dari HK$17,6 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Menurunnya ekspor Hong Kong yang terus berlangsung saat ini, diperkirakan tidak akan berpengaruh signifikan terhadap neraca transaksi berjalan. Salah satu penyebab kecilnya pengaruh tersebut adalah struktur ekspor Hong Kong yang sebagian besar merupakan import-dependent. Dengan kondisi tersebut, neraca pembayaran diperkirakan akan tetap mengalami surplus sebesar 2,6% tahun 2002 dan sedikit menurun menjadi 2,1% pada tahun Perkembangan Ekonomi Dunia 19

25 Sementara itu, seiring dengan kegiatan ekonomi yang menurun, defisit anggaran pemerintah Hong Kong terus meningkat hingga mencapai dua puluh kali lebih besar dari perkiraan semula. Dalam tahun anggaran yang berakhir tanggal 31 Maret 2002, defisit anggaran mencapai HK$65,6 (USD8,4 miliar) atau mencapai 5,2% dari PDB. Angka tersebut membengkak dari defisit tahun fiskal sebelumnya yang hanya mencapai HK$7,8 miliar. Diperkirakan defisit anggaran akan terus berlangsung dalam tahun-tahun mendatang setelah pemerintah mengisyaratkan akan menunda kenaikan pajak sampai dengan tahun 2006 seiring dengan kegiatan ekonomi yang masih melemah dan angka pengangguran yang tinggi. Dalam rangka memperkecil defisit anggaran, selain menerapkan kenaikan pajak, pemerintah juga telah merencanakan untuk : (i) memotong pembayaran pegawai sipil sebesar 4,75% pada 1 Oktober 2002, (ii) menaikkan pajak minuman keras, (iii) menghapus duty-free pada tembakau dan minuman keras lainnya, serta (iv) mengenakan pajak HK$18 bagi mereka yang datang maupun pergi dari wilayah kepabean Hong Kong. Dengan kebijakan tersebut, pemerintah mengharapkan dapat memperkecil defisit sampai dengan HK$45,2 miliar pada tahun anggaran 2002/2003. Korea Selatan Perekonomian Korea menunjukkan pertumbuhan yang semakin membaik. PDB triwulan IV 2001 tumbuh sebesar 3,7% (y-o-y), jauh di atas laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 1,8%, sehingga sepanjang tahun 2001 PDB tumbuh sebesar 3%. Walaupun pertumbuhan PDB Korea melambat, setelah pada tahun 2000 mampu tumbuh sebesar 9,3%, namun perekonomian Korea termasuk salah satu yang dapat survive di tengah terjadinya global economic slowdown. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2001 tersebut didorong oleh pengeluaran domestik yang kuat, termasuk pengeluaran pemerintah, sehingga secara agregat pengeluaran domestik mampu mengkompensasi penurunan ekspor yang terjadi pada periode yang sama. Perkembangan ekonomi Korea pada triwulan I 2002 diwarnai oleh penurunan aktivitas perdagangan internasional. Nilai ekspor Korea sepanjang triwulan I 2002 kembali terkontraksi walaupun dengan laju yang melambat, yaitu sebesar 10,4% (y-o-y), sementara impor terkontraksi 11,4% (y-o-y). Dengan perkembangan tersebut surplus neraca perdagangan Korea pada 2 bulan pertama triwulan I 2002 mencapai US$760,3 juta. Setelah menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2001, angka penjualan retail dan wholesale mengalami penurunan pada 2 bulan pertama triwulan I Perkembangan Ekonomi Dunia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Tinjauan Terkini TINJAUAN UMUM: HINGGA SEPTEMBER Daftar Isi. Tinjauan Umum Hingga September 2010 Pemulihan Ekspor Indonesia

Tinjauan Terkini TINJAUAN UMUM: HINGGA SEPTEMBER Daftar Isi. Tinjauan Umum Hingga September 2010 Pemulihan Ekspor Indonesia Tinjauan Terkini Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 9, Nopember 2010 Perdagangan Indonesia Volume 9, Nopember 2010 Daftar Isi Tinjauan Umum Hingga September 2010 Pemulihan Ekspor Indonesia Pengarah

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012) Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 30 April-4 Mei 2012

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 30 April-4 Mei 2012 HIGHLIGHT PEREKONOMIAN GLOBAL Optimisme pemulihan perekonomian Amerika Serikat (AS) yang terjadi sejak awal tahun tampaknya akan memudar. Saat ini pasar mengkhawatirkan bahwa pemulihan ekonomi telah kehilangan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian -

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - Analisa Fundamental I. Fundamental Forex I.1 Faktor penggerak pasar Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - kejadian yang secara langsung maupun

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global 2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kompleknya keterkaitan dan hubungan antarnegara didalam kancah internasional menyebabkan pemerintah juga ikut serta dalam hal meregulasi dan mengatur

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN II 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN II 2002 PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN II 2002 Perkembangan Ekonomi Dunia Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas Perkembangan Kerja Sama Internasional Artikel Bagian Studi Ekonomi

Lebih terperinci

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2 LPEM FEB UI LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2 Highlight ŸPertumbuhan PDB 2016Q2 sekitar 5.0% (yoy) dan PDB 2016 diprediksi akan tumbuh pada kisaran 5.0-5.3% (yoy) ŸPertumbuhan didominasi oleh

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan

Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan 1 2 Siklus Ekonomi 3 Sumber: BI Ekonomi Domestik Beberapa Risiko Ekonomi Global Meningkatnya ketidakpastian yang dipicu oleh ekspektasi kenaikan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 2010 Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan sebesar 6,1%. Inflasi berada pada kisaran 6,1-6,5% Perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik, kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau harga mata uang domestik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara masih menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi perekonomian negara dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 2010 Inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan berada pada kisaran 5,1-5,5%. Mayoritas responden (58,8%) optimis bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

MARKET OUTLOOK Pengaruh Pengurangan Stimulus The Fed Pada Ekonomi Global

MARKET OUTLOOK Pengaruh Pengurangan Stimulus The Fed Pada Ekonomi Global MARKET OUTLOOK Pengaruh Pengurangan Stimulus The Fed Pada Ekonomi Global Bulan Mei 2013 lalu market dikejutkan oleh pernyataan dari ketua The Fed Ben Bernanke, mengenai kelangsungan dari program quantitative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

Surplus Neraca Perdagangan September 2010 Melonjak 68 Persen Mencapai US$ 2,5 Miliar

Surplus Neraca Perdagangan September 2010 Melonjak 68 Persen Mencapai US$ 2,5 Miliar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Surplus Neraca Perdagangan September 2010 Melonjak

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen) 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini pertumbuhan ekonomi dunia mengalami

Lebih terperinci

3. Analisis Eksternal

3. Analisis Eksternal 3. Analisis Eksternal 3.1. Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi Dunia Ekspansi ekonomi dunia diperkirakan tetap berlanjut meski tidak merata. Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju diperkirakan terbatas,

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2002 2004 Bab perkembangan ekonomi makro tahun 2002 2004 dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai prospek ekonomi tahun 2002 dan dua tahun berikutnya.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Pada awal triwulan III/2001 perekonomian membaik seperti tercermin dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% BII (TD)

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

PROSPEK EKONOMI INDONESIA 2014

PROSPEK EKONOMI INDONESIA 2014 KOMITE EKONOMI NASIONAL PROSPEK EKONOMI INDONESIA 214 Tantangan Ekonomi di Tengah Tahun Politik i PENGANTAR Ketua Komite Ekonomi Nasional Assalamu alaikum Wr. Wrb Untuk mengendalikan tekanan inflasi sekaligus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci