Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "616.39 Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2011"

Transkripsi

1 Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2011

2

3 CETAKAN KEENAM 2011 (EDISI REVISI)

4 Sumber Foto : Training course on the Management of Severe Malnutrition WHO Foto no : 26, 27, 28, 29

5 KATA PENGANTAR Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada anak balita dari 5,4% tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun Meskipun terjadi penurunan, tetapi jumlah nominal anak gizi buruk masih relatif besar, oleh karena itu diperlukan tenaga yang mampu mengatasi kasus gizi buruk secara cepat, tepat dan profesional yang diikuti dengan penyiapan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk menyiapkan tenaga kesehatan terampil seperti yang diharapkan selain memberikan peningkatan kapasitas juga diperlukan panduan tatalaksana gizi buruk yang akan digunakan tenaga kesehatan dalam melakukan penanggulangan gizi buruk oleh tim asuhan gizi (dokter, perawat, dan ahli gizi). Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam menangani kasus gizi buruk telah disusun pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk yang terdiri dari 2 buku, yaitu: Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I) dan Petunjuk Teknik Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku II) yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi tenaga kesehatan, dalam penanggulangan kasus gizi buruk di Indonesia. Dalam Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I) dijelaskan tentang alur pelayanan dan tindakan kepada kasus gizi buruk secara berurutan yang merupakan rujukan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Selain 10 Langkah Tatalaksana Gizi Buruk, dalam buku bagan ini juga diperkenalkan 5 Langkah Rencana Pengobatan Anak Gizi Buruk. Sedangkan dalam Buku Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku II) menjelaskan lebih rinci tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengobatan (asuhan medik) dan perawatan (asuhan keperawatan) serta terapi gizi medis (asuhan gizi). Kedua buku tersebut disusun lebih praktis berupa prosedur pelayanan, sehingga diharapkan lebih mudah dipahami. Walalupun kedua buku tersebut di desain untuk pembelajaran mandiri, namun untuk menerapkan tatalaksana anak gizi buruk secara baik dan benar dianjurkan untuk menyelenggarakan pelatihan bagi dokter, perawat/bidan dan nutrisionis. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I) dan Petunjuk Teknis Anak Gizi Buruk (Buku II) dicetak pertama kali pada tahun 2003, kemudian dicetak ulang pada tahun 2005, 2006, 2007, 2009 dan cetak ulang kembali pada tahun 2011 setelah diadakan revisi. Pada cetakan ke 6 ini, Buku I dan Buku II dilengkapi dengan standar, modul TOT Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Semoga buku ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan khususnya yang bekerja di Rumah Sakit, Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lain. Jakarta, 2011 Direktur Bina Gizi Dr. Minarto, MPS DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK i

6 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Alur pemeriksaan anak gizi buruk... iii Alur Pelayanan Anak gizi buruk di Rumah Sakit/Puskesmas Perawatan... 1 Penentuan Status Gizi Anak... 2 Jadwal Pengobatan dan Perawatan Anak Gizi Buruk... 3 Hal-hal Penting Yang Harus di Perhatikan... 4 Hasil Pemeriksaan dan Tindakan pada Anak Gizi buruk DAFTAR RENCANA Rencana I : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Renjatan/Syok dan Muntah/Diare/Dehidrasi) Rencana II : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Letargis dan Muntah/Diare/Dehidrasi) Rencana III : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Muntah dan atau Diare atau Dehidrasi) Rencana IV : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Letargis) Rencana V : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Penderita Gizi Buruk tidak menunjukkan tanda bahaya atau tanda penting tertentu) Pemberian Cairan dan Makanan untuk Tumbuh Kejar (Fase Transisi dan Rehabilitasi) Petunjuk Pemberian Antibiotika untuk Anak Gizi buruk Dosis untuk Kemasan Khusus Antibiotika Berdasarkan Berat Badan Anak Gizi Buruk Stimulasi Sensorik dan Tindak Lanjut di Rumah Bagi Anak Gizi Buruk Kriteria Pemulangan Anak Gizi Buruk dari Ruang Rawat Inap Monitoring Tumbuh Kembang Anak DAFTAR TABEL Petunjuk Pemberian F-75 untuk Penderita Gizi Buruk tanpa Edema Petunjuk Pemberian F-75 untuk Penderita Gizi Buruk yang Edema Berat Petunjuk Pemberian F-100 untuk Penderita Gizi Buruk Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Laki-Laki dan Perempuan Menurut Berat Badan dan Tinggi Badan / Panjang Badan (BB/TB-PB) Daftar Istilah Alur Pelayanan DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK ii

7 ALUR PEMERIKSAAN ANAK GIZI BURUK Pemeriksaan Klinis, BB/PB, LiLA di Poskesdes/Pustu/Polindes/Puskesmas Anak dengan satu atau lebih tanda berikut : Terlihat Sangat Kurus Edema pada seluruh tubuh BB/PB atau BB/TB < -3 SD LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) dan salah satu atau lebih dari tandatanda komplikasi medis berikut : anoreksia pneumonia berat anemia berat dehidrasi berat demam sangat tinggi penurunan kesadaran Anak dengan satu atau lebih tanda berikut : Terlihat sangat kurus Edema minimal, pada kedua punggung tangan / kaki BB/PB atau BB/TB <-3SD LILA <11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan dan Nafsu makan baik Tanpa komplikasi medis Anak dengan satu atau lebih tanda berikut : Terlihat sangat kurus BB/PB atau BB/TB < - 3SD LILA <11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan dan Nafsu makan baik Tanpa komplikasi medis Bila LILA > 11,5 cm < 12,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) (BB/TB < -2 SD s.d -3 SD) tidak ada edema dan nafsu makan baik klinis baik Gizi buruk Dengan Komplikasi Gizi buruk Tanpa Komplikasi Gizi kurang Rawat Inap di RS/Pusk RI/TFC Rawat Jalan PMT Pemulihan iii BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

8 ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT/PUSKESMAS PERAWATAN RAWAT INAP ANAK Datang Sendiri Dirujuk - MTBS - Non MTBS YANKES RUJUKAN Periksa klinis dan antropometri Berat Badan dan Tinggi Badan Gizi Buruk dengan Komplikasi Gizi Buruk Tanpa Komplikasi Gizi Kurang Penyakit Berat Penerapan 10 langkah dan 5 kondisi Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Rawat Jalan RAWAT INAP Obati Penyakit Penambahan Energi dan Protein % di atas AKG (Angka Kecukupan Gizi) PULANG P U S K E S M A S POSYANDU atau Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat RUMAH TANGGA RAWAT JALAN MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit Gizi Kurang Penyakit Ringan Obati Penyakit Penambahan Energi dan Protein % di atas AKG (Angka Kecukupan Gizi) Catatan : Alur ini dapat dipakai juga di Puskesmas tanpa perawatan pada anak gizi buruk yang dirawat jalan, bilamana kondisi anak memungkinkan. DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 1

9 PENENTUAN STATUS GIZI ANAK KLINIS ANTROPOMETRI (BB/TB-PB) *) Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh Tampak kurus Tampak sehat Tampak gemuk < -3 SD **) - 3 SD < - 2 SD - 2 SD 2 SD > 2 SD Penentuan status gizi secara Klinis dan Antropometri (BB/TB-PB) *) Tabel BB/TB-PB dapat dilihat pada halaman **) Mungkin BB/TB-PB > -3 SD bila terdapat edema berat (seluruh tubuh) 2 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

10 JADWAL PENGOBATAN DAN PERAWATAN ANAK GIZI BURUK No I TINDAKAN PELAYANAN Mencegah dan mengatasi hipoglikemia FASE STABILISASI FASE TRANSISI FASE REHABILITASI FASE TINDAK LANJUT *) H 1-2 H 3-7 Minggu ke 2-6 Minggu ke Mencegah dan mengatasi hipotermia 3 Mencegah dan mengatasi dehidrasi 4 Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit 5 Mengobati infeksi 6 Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro 7 Memberikan makanan untuk stabilisasi & transisi Tanpa Fe Dengan Fe 8 Memberikan makanan untuk tumbuh kejar 9 Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang 10 Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah *) Pada fase tindak lanjut dapat dilakukan di rumah, dimana anak secara berkala (1 minggu/kali) berobat jalan ke Puskesmas atau Rumah Sakit. DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 3

11 HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN 4 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

12 HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN PADA ANAK GIZI BURUK TANDA BAHAYA dan TANDA PENTING (A) PERAWATAN AWAL PADA FASE STABILISASI (B) PERAWATAN LANJUTAN PADA FASE STABILISASI (C) PERAWATAN PADA FASE TRANSISI (D) PERAWATAN PADA FASE REHABILITASI (E) DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 5

13 HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN PADA ANAK GIZI BURUK (A) TANDA BAHAYA & TANDA PENTING TANDA BAHAYA & TANDA PENTING Renjatan (syok) Letargis (tidak sadar) Muntah/Diare/Dehidrasi 1 II III IV V Ada *) Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada KONDISI Tidak ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (B) PERAWATAN AWAL PADA FASE STABILISASI Pemeriksaan Berat badan Suhu tubuh (aksila) Tindakan Memberikan oksigen Menghangatkan tubuh Pemberian cairan dan makanan sesuai dengan : Antibiotika sesuai umur *) + Rencana I hal Rencana II hal Rencana III hal Rencana IV hal Rencana IV hal (C) PERAWATAN LANJUTAN PADA FASE STABILISASI Anamnesis Lanjutan Konfirmasi kejadian Campak dan TB Paru Panjang badan/ Tinggi badan Dada (thorax) Perut (abdomen) Otot Jaringan lemak Pemeriksaan Fisik Umum Khusus Labarotorium Pemeriksaan mata Pemeriksaan kulit Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT) Pemeriksaan Tindakan Kadar gula darah Hemoglobin Vitamin A Asam folat Multivitamin tanpa Fe Pengobatan penyakit penyulit Stimulasi (D) PERAWATAN LANJUTAN PADA FASE TRANSISI Berat Badan Pemeriksaan Tindakan Makanan tumbuh kejar Multivitamin tanpa Fe Stimulasi Pengobatan penyakit penyulit (E) PERAWATAN LANJUTAN PADA FASE REHABILITASI Monitoring tumbuh kembang Makanan tumbuh kejar Multivitamin dengan Fe Pengobatan penyakit penyulit Persiapan ibu Stimulasi *) Catatan : Ingat setiap di temukan Renjatan (Syok) anak harus diberi Oksigen melalui kanul atau nasal kateter 1-2 L/menit. 6 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

14 HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN PADA ANAK GIZI BURUK KONDISI : 1 Jika Ditemukan : Renjatan (syok) Letargis Muntah dan atau diare atau dehidrasi Berikan cairan dan makanan menurut Rencana 1 pada halaman : 8-9 KONDISI : II Jika Ditemukan : Letargis Muntah dan atau diare atau dehidrasi Berikan cairan dan makanan menurut Rencana II pada halaman : 10 KONDISI : III Jika Ditemukan : Muntah dan atau diare atau dehidrasi Berikan cairan dan makanan menurut Rencana III pada halaman : 11 KONDISI : 1V KONDISI : V Jika Ditemukan : Letargis Berikan cairan dan makanan menurut Rencana 1V pada halaman : 12 Jika Tidak Ditemukan : Renjatan (syok) Letargis Muntah / diare / Dehidrasi Berikan cairan dan makanan menurut Rencana V pada halaman : 13 DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 7

15 RENCANA 1 PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI (Renjatan/Syok, Letargis dan Muntah/Diare/Dehidrasi) SEGERA : 1) Pasang oksigen 1-2L/menit 2) Pasang infus Ringer Laktat dan Dextrosa/Glukosa 10 % dengan perbandingan 1 : 1 (RLG 5 %) 3) Berikan glukosa 10% intra vena(iv) bolus, dosis: 5 ml/kgbb bersamaan dengan 4) ReSoMal 5 ml/kgbb melalui NGT (Naso Gastric Tube) Jam 1 Teruskan pemberian cairan RLG 5% diatas sebanyak 15 ml/ kg BB selama 1 jam, atau 5 tts/menit/kgbb/(infus tetes makro 20cc/menit) Catat nadi dan frekuensi nafas setiap 10 menit, selama 1 jam (Tabel 1). Jam II Bila nadi menguat & frekuensi nafas turun, infus diteruskan dengan cairan dan tetesan yang sama selama 1 jam. Bila rehidrasi belum selesai dan anak minta minum berikan ReSoMal sesuai kemampuan anak. Catat nadi dan frekuensi nafas setiap 10 menit, selama 1 jam ke II (Tabel 1). Jam II denyut nadi tetap lemah dan frekuensinya tetap tinggi serta pernafasan frekuensinya tetap tinggi. Teruskan pemberian cairan intra vena dengan dosis diturunkan menjadi 1 tts makro/menit/kgbb (4 ml /kgbb/jam). Bila tidak mampu melakukan transfusi segera rujuk ke RS. 10 jam berikutnya Catat denyut nadi, frekuensi nafas tiap 1 jam Bila pemberian cairan intra vena selesai (jangan dulu dicabut). Berikan ReSoMal dan F-75 (Tabel 2.). Selama 10 jam berikutnya, secara berselang seling setiap 1 jam. ReSoMal : dosis 5 _ 10 ml/ kgbb/pemberian F-75 : dosis menurut BB (Tabel F-75 dengan edema dan tanpa edema Buku 1 hal ). Bila anak masih menetek, berikan ASI setelah pemberian F-75. Di RS Perhatikan tanda-tanda gagal jantung. Bila ada Bila tidak ada Berikan Furosemid dosis 1 mg/ kgbb secara IV. bila darah siap diberikan. (Hati-hati pada penderita malaria) Jangan diberikan furosemid sebelum transfusi. Transfusikan segera packed red cells. Bila tidak ada packed red cells, dapat ditransfusikan darah segar. Bila sudah Rehidrasi : Diare (-) : hentikan ReSoMal teruskan F 75 setiap 2 jam (Tabel 3.B.) Catat denyut nadi, frekuensi nafas tiap 1 jam Perhatikan over rehidrasi yang dapat menyebabkan gagal jantung Diare (+) : Setiap diare berikan ReSoMal * Anak < 2 th : ml/setiap diare * Anak > 2 th : ml/setiap diare Bila anak masih menetek beri ASI setelah F75 Transfusikan packed red cells, 10 ml/kgbb/3 jam atau 1tts makro/kgbb/ menit. Selama transfusi hentikan cairan oral dan intra vena. Transfusikan darah segar, 10 ml/kgbb/3 jam atau 1tts makro/kgbb/ menit. Selama transfusi hentikan cairan oral dan intra vena. Ukur dan catat denyut nadi dan frekuensi nafas setiap 30 menit dengan menggunakan (Tabel 3A) Setelah selesai transfusi darah, segera berikan F-75 setiap 2 jam (tanpa ReSoMal, lihat Tabel 3.B.), dosis menurut BB (Tabel F-75 Buku 1 Hal ). Bila anak masih menetek, berikan ASI setelah pemberian F-75. Bila diare / muntah berkurang dan anak dapat menghabiskan sebagian besar F-75, Berikan F75 tiap 3 jam (sisanya diberikan lewat NGT) Bila masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75. Bila tidak ada diare / muntah dan anak dapat menghabiskan F-75 ubahlah pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam, Bila masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75 8 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

16 RENCANA 1 (Lanjutan) PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI Renjatan (syok), Letargis dan Muntah/Diare/Dehidrasi Tabel I. : Monitoring Pemberian Cairan Intra Vena (IV) MONITORING Jam pertama Jam kedua Awal Waktu (contoh) 9.00 Pernafasan Denyut Nadi Tabel 2 : Monitoring Pemberian Cairan ReSoMal dan F-75 (Lanjutan Tabel I) MONITORING PERIODE 10 JAM Jam ke Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Produksi Urine : ada tidak Frekuensi BAB Frekuensi Muntah Tanda Rehidrasi Asupan ReSoMal (ml) Asupan F-75 (ml) Tabel 3. A : Monitoring Pemberian Transfusi Darah (Segar atau Packed Red Cells) MONITORING Jam pertama Jam kedua Jam ketiga Awal Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Tabel 3.B : Monitoring Pemberian F-75 Tanpa ReSoMal (Lanjutan Tabel 2) MONITORING PERIODE 10 JAM Jam ke Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Asupan F-75 (ml) Catatan : Hentikan pemberian SEMUA CAIRAN IV bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5) Evaluasi setelah 1 jam bila membaik lanjutkan Rencana 1 sampai selesai, diteruskan Pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh kejar, lihat Buku I hal 14. bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau rujuk. Bila renjatan/ syok sudah teratasi, usahakan pemberian ReSoMal dan F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian Tabel, lihat Buku II hal (sesuai dengan kondisi anak). DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 9

17 RENCANA 1I PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI (Letargis dan Muntah/Diare/ Dehidrasi) Segera berikan bolus glukosa 10% intra vena, 5 ml / kgbb Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml 2 jam pertama * * Berikan ReSoMal secara Oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5 ml / kgbb setiap pemberian. Catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit (Tabel 4). Membaik Memburuk (Renjatan/Syok) Segera infus lihat RENCANA I Tanpa pemberian bolus glukosa 10 jam berikutnya : Teruskan pemberian ReSoMal berselang seling dengan F75 setiap 1 jam ReSoMal : 5-10 ml /kgbb / setiap pemberian (Tabel 4). F-75 setiap 2 jam dosis menurut BB (Tabel F-75 dengan/tanpa edema Buku I hal ). Catat denyut nadi, frekuensi nafas setiap I jam Bila sudah Rehidrasi : * Diare (-) : Hentikan ReSoMal teruskan F75 setiap 2 jam (Tabel 3.B). * Diare (+) : Setiap diare berikan ReSoMal * Anak < 2 th : ml/setiap diare * Anak > 2 th : ml/setiap diare Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75 Diare dan muntah berkurang, anak mampu menghabiskan sebagian besar F-75, berikan F-75 tiap 3 jam Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F-75 Bila tidak ada diare / muntah dan anak dapat menghabiskan F-75, ubah pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam, Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75 Tabel 4 : Monitoring Pemberian Cairan ReSoMal dan F-75 MONITORING 2 jam pertama Jam ke (10 jam berikutnya) Awal Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Produksi Urine : ada tidak Frekuensi BAB Frekuensi Muntah Tanda Rehidrasi Asupan ReSoMal (ml) Asupan F-75 (ml) Catatan : Hentikan pemberian SEMUA CAIRAN Oral/NGT bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5) Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan Rencana II sampai selesai, Teruskan pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh kejar, lihat Buku I hal 14. Bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau rujuk. Bila anak sudah sadar usahakan pemberian ReSoMal dan F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian tabel, lihat Buku II hal. 47. (sesuai dengan kondisi anak) 10 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

18 RENCANA 1II PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI (Muntah dan atau Diare atau Dehidrasi) Segera berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% (Oral/NGT) 2 jam I : * * Berikan ReSoMal secara Oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5 ml / kgbb setiap pemberian. Catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit (Tabel 4). Membaik Memburuk (Renjatan/Syok) Segera infus lihat RENCANA I Tanpa pemberian bolus glukosa 10 jam berikutnya : Teruskan pemberian ReSoMal berselang seling dengan F75 setiap 1 jam ReSoMal : 5-10 ml / kgbb / setiap pemberian. F-75 setiap 2 jam dosis menurut BB (Tabel F-75 dengan/tanpa edema Buku I hal ). Catat denyut nadi, frekuensi nafas (Tabel 4). Bila sudah Rehidrasi : * Diare (-) : Hentikan ReSoMal teruskan F75 setiap 2 jam * Diare (+) : Setiap diare berikan ReSoMal * Anak < 2 th : ml/setiap diare * Anak > 2 th : ml/setiap diare Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75 Bila diare / muntah berkurang, dapat menghabiskan F-75, ubah pemberian F-75 menjadi setiap 3 jam, Bila tidak ada diare dan anak dapat menghabiskan F-75 ubah pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam, Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75 Tabel 4 : Monitoring Pemberian Cairan ReSoMal dan F-75 MONITORING 2 jam pertama Jam ke (10 jam berikutnya) Awal Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Produksi Urine : ada tidak Frekuensi BAB Frekuensi Muntah Tanda Rehidrasi Asupan ReSoMal (ml) Asupan F-75 (ml) Catatan : Hentikan pemberian SEMUA CAIRAN Oral/NGT bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5) Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan Rencana II sampai selesai, Teruskan pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh kejar, lihat Buku I hal 14. Bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau rujuk. Usahakan pemberian ReSoMal dan F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian tabel, lihat Buku II hal. 47. (sesuai dengan kondisi anak) DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 11

19 RENCANA IV PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI (Letargis) Segera berikan bolus glukosa 10% intra vena, 5 ml / kgbb lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml 2 jam I : * Berikan F-75 setiap 30 menit, I / 4 dari dosis untuk dosis untuk 2 jam dengan berat badan (NGT) * Catat nadi, frekuensi nafas (Tabel 5) Bila belum sadar (masih letargis) Bila sudah sadar (tidak letargis) 2 jam II : Ulangi pemberian F-75 setiap 30 menit, I/4 dari dosis untuk 2 jam sesuai dengan berat badan (NGT) seperti langkah diatas. Pikirkan penyebab lain. Catat nadi, pernafasan kesadaran dan masukkan F-75 setiap 30 menit (Tabel 5) Bila sudah sadar (tidak letargis) 10 jam berikutnya : Lanjutkan F-75 dosis setiap 2 jam (oral/ngt) Catat nadi, pernafasan dan kesadaran setiap 1 jam Bila masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75 Bila anak dapat menghabiskan sebagian besar F-75, ubah pemberian menjadi setiap 3 jam Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75 Bila anak dapat menghabiskan F-75, ubahlah pemberian menjadi setiap 4 jam. Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75 Tabel 5 : Monitoring Pemberian F-75 MONITORING Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Kesadaran : Letargis tdk letargis Asupan F-75 (ml) Awal 00 2 jam pertama 2 jam kedua Jam ke (10 jam berikutnya) Catatan : Kurangi pemberian F-75 sesuai dengan kebutuhan kalori minimal pada fase stabilisasi (Tabel F-75 dengan atau tanpa edema pada Buku I hal ), bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5) Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan Rencana IV sampai selesai, diteruskan pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh kejar, (lihat Buku I hal 14.) bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau rujuk. Bila anak sudah sadar, usahakan pemberian F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian tabel, lihat Buku II hal. 48. (sesuai dengan kondisi anak) 12 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

20 RENCANA V PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI (Penderita Gizi buruk tidak menunjukkan tanda bahaya atau tanda penting tertentu) Segera berikan 50 ml glukosa/larutan gula pasir 10% oral Catat nadi, pernafasan dan kesadaran (Tabel 6) 2 jam pertama : Berikan F-75 setiap 30 menit, 1/4 dari dosis untuk 2 jam sesuai berat badan ( Tabel F-75 dengan atau tanpa edema pada Buku I hal ) Catat nadi, pernafasan, kesadaran dan asupan F-75 setiap 30 menit (Tabel 6) 10 jam berikutnya : Teruskan pemberian F-75 setiap 2 jam (Tabel F-75 dengan/ tanpa edema pada Buku I hal ) Catat nadi, frekuensi nafas dan asupan F75 (Tabel 6) Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F75 Bila anak dapat menghabiskan sebagian besar F75, ubah pemberian menjadi setiap 3 jam Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F75 Bila anak dapat menghabiskan F75, ubah pemberian menjadi setiap 4 jam, Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F75 Tabel 6 : Monitoring Pemberian F-75 MONITORING 2 jam pertama Jam ke (10 jam berikutnya) Awal Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Asupan F-75 (ml) Catatan : Kurangi pemberian F-75 sesuai dengan kebutuhan kalori minimal pada fase stabilisasi (Tabel F-75 dengan atau tanpa edema pada Buku I hal ), bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5) Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan Rencana V sampai selesai, diteruskan Pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh kejar, (lihat Buku I hal 14.) bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau dirujuk. Usahakan pemberian F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian tabel, lihat Buku II hal. 49. (sesuai dengan kondisi anak) DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 13

21 FASE TRANSISI DAN REHABILTASI PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK TUMBUH KEJAR Pada Tahap Akhir Fase Stabilisasi Bila setiap dosis F-75 yang diberikan dengan interval 4 jam dapat dihabiskan, maka: *) CATATAN : Sebelum pemberian F-100, berikan dulu I hari F-100 dengan volume seperti F-75 Lihat kondisi anak apakah sudah stabil F-75 diganti dengan F-100, diberikan setiap 4 jam, dengan dosis sesuai BB seperti dalam tabel F-75 pada Buku I Hal , dipertahankan selama 2 hari. Ukur dan catat nadi, pernafasan dan asupan F-100 setiap 4 jam (tabel 7). Berikan ASI antara pemberian F-100 Pada hari ke 3, mulai diberikan F-100 dengan dosis sesuai BB dalam tabel F- 100 pada Buku I Hal. 25 Pada 4 jam berikutnya, dosisnya dinaikkan 10 ml, hingga anak tidak mampu menghabiskan jumlah yang diberikan, dengan catatan tidak melebihi dosis maksimal dalam tabel F-100. FASE TRANSISI Pada hari ke 4 diberikan F-100 setiap 4 jam, dengan dosis sesuai BB berkisar antara dosis minimal dan dosis maksimal dengan ketentuan tidak boleh melampaui dosis maksimal dalam tabel F-100. Pemberian F-100 dengan dosis seperti ini dipertahankan sampai hari ke 7-14 (hari terakhir fase transisi) sesuai kondisi anak. Selanjutnya memasuki fase rehabilitasi dengan menggunakan F-100 dan makanan padat sesuai dengan BB anak. Kriteria pulang dari rumah sakit (halaman 18) Bila BB < 7 kg Bila BB > 7 kg Berikan F-100 ditambah dengan makanan bayi/ lumat dan sari buah Berikan F-100 ditambah dengan makanan anak/ lumat serta buah FASE REHABILITASI Terus berikan makanan tahap rehabilitasi ini sampai tercapai : BB/TB-PB > -2 SD Standar WHO 2005 (kriteria sembuh) Tabel 7 : Monitoring Pemberian F-100 Pemberian F-100 Interval Monitoring : Tiap 4 jam Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Asupan F-100 (ml) *) Catatan : Kurangi pemberian F-100 bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5) Evaluasi setelah 1 jam, lanjutkan pemberian cairan makanan sampai selesai. Usahakan pemberian F-100 secara Oral, Cara pengisian Tabel, lihat Buku II hal BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

22 PETUNJUK PEMBERIAN ANTIBIOTIKA DOSIS PEMBERIAN ANTIBIOTIKA BERDASARKAN BERAT BADAN Tidak ada komplikasi Komplikasi (renjatan, hipoglikemia, hipotermia, dermatosis dengan kulit kasar/infeksi saluran nafas atau infeksi saluran kencing atau letargis/ tampak sakit). BERIKAN : *) Kotrimoksasol per oral (25 mg sulfametoksasol + 5 mg trimetoprim /kgbb) Setiap 12 jam selama 5 hari Gentamisin IV atau IM (7,5 mg/kgbb) setiap hari sekali selama 7 hari, ditambah : Ampisilin IV atau IM (50 mg/kg) setiap 6 jam selama 2 hari Ikuti dengan Amoksisilin oral (15 mg/kg), setiap 8 jam selama 5 hari Amoksisilin Ampisilin Bila tidak membaik dalam waktu 48 jam tambahkan Kloramfenikol IV atau IM (25 mg/kg), setiap 8 jam selama 5 hari (beri setiap 6 jam bila diperkirakan meningitis) Bila ada infeksi khusus yang membutuhkan tambahan antibiotik, beri Antibiotik khusus seperti tercantum pada halaman 16 I 2 Jika anak tidak kencing, Gentamisin akan menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan tuli, jangan diberi dosis kedua sampai anak bisa kencing Jika Amoksisilin tidak tersedia, beri Ampisilin 50 mg/kg peroral setiap 6 jam selama 5 hari *)untuk mudahnya, perhitungan dosis menurut BB **) Pada pemberian kloramfenikol, hati-hati bila penderita anemia berat. Sebaiknya diberikan transfusi. DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 15

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

MAKANAN FORMULA WHO. dr. Benny Soegianto, MPH KONSUMEN DARI MAKANAN FORMULA WHO. Anak Gizi Buruk

MAKANAN FORMULA WHO. dr. Benny Soegianto, MPH KONSUMEN DARI MAKANAN FORMULA WHO. Anak Gizi Buruk MAKANAN FORMULA WHO dr. Benny Soegianto, MPH KONSUMEN DARI MAKANAN FORMULA WHO Anak Gizi Buruk 1. Tahap Stabilisasi 2. Tahap Transisi 3. Tahap Rehabilitasi (Tumbuh Kejar) 1 KRITERIA GIZI BURUK (WHO-1998)

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

PPG ( PUSAT PEMULIHAN GIZI )

PPG ( PUSAT PEMULIHAN GIZI ) PPG ( PUSAT PEMULIHAN GIZI ) TFC ( Therapeutic Feeding Centre ) / PPG ( Pusat Pemulihan Gizi ) Balita yang sehat dan cerdas adalah idaman bagi setiap orang. Namun apa yang terjadi jika balita menderita

Lebih terperinci

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh MALNUTRISI Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh Apa itu malnutrisi? Kebutuhan tubuh akan makronutrien (lemak, karbohidrat dan protein) tidak terpenuhi Penyebab : Asupan makanan kurang Penyakit Klasifikasi

Lebih terperinci

Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2011

Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2011 66.9 Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 0 CETAKAN KEENAM 0 (EDISI REVISI) Sumber Foto : Training course on the

Lebih terperinci

TFC ( Therapeutic Feeding Centre ) / PPG ( Pusat Pemulihan Gizi )

TFC ( Therapeutic Feeding Centre ) / PPG ( Pusat Pemulihan Gizi ) TFC ( Therapeutic Feeding Centre ) / PPG ( Pusat Pemulihan Gizi ) Balita yang sehat dan cerdas adalah idaman bagi setiap orang. Namun apa yang terjadi jika balita menderita gizi buruk?. Di samping dampak

Lebih terperinci

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN DI RUMAH: BERI CAIRAN TAMBAHAN a. Jelaskan kepada ibu: - Pada bayi muda, pemberian ASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pernah tuntas ditanggulangi di dunia. 1 Organisasi kesehatan dunia memperkirakan bahwa sekitar

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program

Lebih terperinci

MATERI 7 PEMBAHASAN MASALAH

MATERI 7 PEMBAHASAN MASALAH MATERI 7 PEMBAHASAN MASALAH POSYANDU Manjilala www.gizimu.wordpress.com TUJUAN BELAJAR Peserta dapat menjelaskan pengertian / masalah kebutuhan Peserta dapat menyebutkan masalah-masalah yang sering ditemukan

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok masa yang dianggap kritis sekaligus masa keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila ditinjau dari kesehatan

Lebih terperinci

DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA Mandi dg 1% DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA Mandi dg 1% DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA Buku 1 hal. 23) Nama : Nama Orang tua : Jenis Kelamin

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6 MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6 TINDAK LANJUT Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 5 Diare Catatan untuk instruktur Fabian adalah anak usia 2 tahun yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari desa terpencil dengan diare dan tanda dehidrasi berat. Selama

Lebih terperinci

Pola buang air besar pada anak

Pola buang air besar pada anak Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya

Lebih terperinci

KLASIFIKASI : KEP RINGAN KEP SEDANG KEP BERAT

KLASIFIKASI : KEP RINGAN KEP SEDANG KEP BERAT Gizi Buruk adalah suatu keadaan yang ditandai dengan berat badan menurut tinggi/panjang badan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV

BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV Anak dengan pajanan HIV Penilaian kemungkinan infeksi HIV Dengan memeriksa: Status penyakit HIV pada ibu Pajanan ibu dan bayi terhadap ARV Cara kelahiran dan laktasi

Lebih terperinci

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN MUSLIM, MPH Akademi Kebidanan Anugerah Bintan Tanjungpinang Kepulauan Riau Pemantauan Status Gizi Dalam membahas observasi/pemantauan

Lebih terperinci

Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat (KMS) Kartu Menuju Sehat (KMS) Fungsi: Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian

Lebih terperinci

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat Yusi Meilia, S.ST, M.Kes Halaman : 1 / 5 NIP A. Pengertian Buang air besar yang frekuensi, lebih sering dari biasnya pada umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair berlangsung < 7 hari

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah

Lebih terperinci

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE No. Dokumen SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE No. Revisi : Halaman 79 /A/P2M/2013 Tanggal Ditetapkan : Disusun oleh : 1 Ditetapkan KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGETAN Pengertian Tujuan Kebijakan

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman :

PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPTD PUSKESMAS PAUH SOP PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : dr. Hj. Nurlia, MM NIP.197306162006042011 1. Pengertian Buang air besar yg frekwensinya, lebih sering dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada anak masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Salah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Berat Badan Balita Gizi Kurang 1. Pengertian Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan merupakan pengukuran

Lebih terperinci

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE 79 /A/P2M/203 Salah satu elemen yang sangat penting untuk mendapat gambaran dan informasi program pengendalian penyakit diare Tujuan. Mendapatkan informasi hasil pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang. KERANGKA ACUAN KEGIATAN SWEEPING PELAKSANAAN BPB, PENIMBANGAN BULANAN DI POSYANDU DAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI DAN BALITA UPT PUSKESMAS LOSARANG TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Kegiatan Bulan Penimbangan

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 17 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) DENGAN BENTUK MAKANAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT PENDAHULUAN Ibu telah diberitahu kapan harus kembali untuk kunjungan ulang sesuai dengan klasifikasi (misalnya dalam waktu 2 hari atau 5 hari). Sebagian

Lebih terperinci

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian DR. ESI EMILIA, MSI Gizi Kurang Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian Daya tahan rendah Absensi meningkat Produktivitas rendah Pendapatan rendah Tumbuh kembang otak tidak optimal Gangguan kecerdasan &

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESEHATAN R I TAHUN 2008 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 76 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 76 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 76 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) DENGAN BENTUK MAKANAN LOKAL BAGI BALITA GIZI BURUK DAN GIZI KURANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PELATIHAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

PELATIHAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT PELATIHAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT K ematian ibu, bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesehatan suatu negara. MDG s dalam goals 4 dan 5 mengamanatkan bahwa angka kematian balita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria-kriteria

Lebih terperinci

PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE

PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE No. Dokumen: SOP No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1/1 UPT PUSKESMAS DLINGO II dr. Sigit Hendro Sulistyo NIP. 198111262009031006 1. Pengertian Salah satu elemen yang

Lebih terperinci

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan Mengapa Terjadi Kurang Gizi di Indonesia? Hanya 36% balita 6-23 bulan yang mengkonsumsi asupan makanan berkecukupan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk hidup. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016

LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016 LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016 Nama : dr. Adinda Ferinawati Tanggal Orientasi : 16 Januari 2017-23 Januari 2017 Tempat Orientasi : Puskesmas Sidorejo

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 1

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 1 MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 1 PENGANTAR Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi atau jumlah makanan (zat gizi) yang dikonsumsi dengan jumlah

Lebih terperinci

Prinsip Umum Kegawadaruratan Maternal Neonatal. Sendy Firza Novilia T, S.S.T.Keb

Prinsip Umum Kegawadaruratan Maternal Neonatal. Sendy Firza Novilia T, S.S.T.Keb Prinsip Umum Kegawadaruratan Maternal Neonatal Sendy Firza Novilia T, S.S.T.Keb ANGKA KEMATIAN IBU DI KAB. WONOSOBO ANGKA KEMATIAN BAYI Th. 2012 (12.98/1.000 KH) 15.35 15.84 13.47 13.67 12.98 13.1 TARGET

Lebih terperinci

TATALAKSANA DAN ASUHAN GIZI PADA BALITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) Rifka Laily Mafaza

TATALAKSANA DAN ASUHAN GIZI PADA BALITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) Rifka Laily Mafaza TATALAKSANA DAN ASUHAN GIZI PADA BALITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) Rifka Laily Mafaza A. Kekurangan Energi Protein (KEP) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS copyright@saricipta KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS Keadaan keseimbangan antara ASUPAN

Lebih terperinci

Apa dan Mengapa Tentang

Apa dan Mengapa Tentang KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Apa dan Mengapa Tentang DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA DIREKTORAT BINA GIZI 2 0 1 3 Apa dan Mengapa Tentang 1 Cetakan Pertama Tahun 2012 Cetakan Kedua Tahun

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT A. KONSEP DASAR MTBS Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh ISPA, diare,

Lebih terperinci

DAN KMS] [STATUS GIZI [GIZI KESEHATAN MASYARAKAT] Andi Muh Asrul Irawan K Gizi A. Tugas Gizi Kesmas

DAN KMS] [STATUS GIZI [GIZI KESEHATAN MASYARAKAT] Andi Muh Asrul Irawan K Gizi A. Tugas Gizi Kesmas [STATUS GIZI KMS] DAN [GIZI KESEHATAN MASYARAKAT] Andi Muh Asrul Irawan K21109002 Gizi A Tugas Gizi Kesmas Status Gizi Dalam Hubungannya dengan KMS 1. KMS Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Untuk hidup dan meingkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan Mineral) dalam jumlah yang cukup,

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 8 Anak menderita HIV/Aids Catatan untuk fasilitator Ringkasan Kasus: Krishna adalah seorang bayi laki-laki berusia 8 bulan yang dibawa ke Rumah Sakit dari sebuah

Lebih terperinci

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: Ditetapkan Kepala UPTD Puskesmas Kampar Kiri dr. Pasniwati Nip. 19750805 200904 2 001 PEMERINTAH KABUPATEN KAMPAR DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS

Lebih terperinci

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA I.Upaya Promosi Kesehatan A. Penyuluhan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Rumah Tangga : Rumah di Periksa : 1050 Target : 75 % x 1050 = 788 2. Institusi Pendidikan sekolah

Lebih terperinci

Sumber: https://www.dropbox.com/s/dkbpm4ypy01l3yj/sop GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

Sumber: https://www.dropbox.com/s/dkbpm4ypy01l3yj/sop GIZI CEPER 2013.docx?dl=0 PROGRAM GIZI 1.Tujuan Sebagai pedoman Petugas Gizi Puskesmas dalam pengolahan data bulanan dari desa untuk mendapat data yang valid, akurat dan tepat waktu. Pengelolaan data adalah kegiatan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

KURANG ENERGI PROTEIN

KURANG ENERGI PROTEIN MAKALAH GIZI KESEHATAN MASYARAKAT KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) OLEH: IRNA DEWI YUNINGSI (K21111011) PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak

Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak Kajian teoritis dan implementatif M I N A R T O 27-08-2016 - Konsep/teori - Praktik/implementasi - Masalah dan solusi Pendekatan komprehensif

Lebih terperinci

MATERI PENYEGARAN KADER

MATERI PENYEGARAN KADER MATERI PENYEGARAN KADER 1. Topik : KMS a. Pengertian Kartu Menuju Sehat (KMS) KMS adalah kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi lain mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian balita (AKABA) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals (MDG s), sampai dengan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pasien yang berobat ke rumah sakit memiliki status gizi berbeda-beda, ada yang sangat kurus, kurus, normal hingga pasien yang berbadan gemuk. Pada umumnya,

Lebih terperinci

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG 2 0 1 5 BAB I DEFINISI Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian KMS Balita KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan neonatal dan bayi muda infeksi

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan neonatal dan bayi muda infeksi Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 3 Permasalahan neonatal dan bayi muda infeksi Rangkuman Kasus 3 Bayi Bambang berusia 1 minggu, dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari desanya, dengan riwayat demam

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien KONSULTASI GIZI.. A. PENGERTIAN Serangkaian proses komunikasi dua arah untuk mengembangkan pengertian dan sikap positif terhadap makanan agar dapat membentuk dan memiliki kebiasaan makanan yang baik dalam

Lebih terperinci

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI GANGGUAN NAPAS PADA BAYI Dr R Soerjo Hadijono SpOG(K), DTRM&B(Ch) Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi BATASAN Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MALNUTRISI PADA ANAK

EPIDEMIOLOGI MALNUTRISI PADA ANAK EPIDEMIOLOGI MALNUTRISI PADA ANAK Oleh: R. Dwi Budiningsari Garis Besar Topik: 1. Distribusi dan Determinan Masalah Malnutrisi Pada Anak. 2. Penyebab Masalah Malnutrisi Pada Anak. 3. Implikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/ PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/ PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/ PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Dari hasil anamnesa yang dilakukan kepada pasien pada tanggal 05 Maret 2014 didapatkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas dalam pemeliharaan status kesehatan holistik manusia telah dimulai sejak janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Dalam setiap tahapan dari siklus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Konsumsi gizi yang baik merupakan modal utama bagi kesehatan individu yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Individu dengan asupan gizi yang tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS GEMAHARJO

PEDOMAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS GEMAHARJO PROGRAM GIZI PUSKESMAS GEMAHARJO KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena rahmad dan hidayahnya, akhirnya penyusunan buku pedoman Program Gizi Puskesmas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Ruang Lingkup. Gizi Bagi Pekerja. Kebutuhan Gizi Pekerja. ASI di Tempat Kerja 31/03/2014 2

Pokok Bahasan. Ruang Lingkup. Gizi Bagi Pekerja. Kebutuhan Gizi Pekerja. ASI di Tempat Kerja 31/03/2014 2 Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Kesehatan Kerja Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS JAMBI 31/03/2014

Lebih terperinci

Buku Saku Petugas Kesehatan

Buku Saku Petugas Kesehatan Buku Saku Petugas Kesehatan Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011 Publikasi ini dibuat oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan dukungan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 I. PENDAHULUAN A. PENGERTIAN 1. Posyandu adlh salah satu bentuk UKBM yg dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta Purnomo, S.KM Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta OLEH: TUJUAN PENGELOLAAN DM SECARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 16 TAHUN 2014

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 16 TAHUN 2014 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 16 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN DENGAN BENTUK MAKANAN LOKAL DAN BENTUK PABRIKAN BAGI BALITA GIZI BURUK

Lebih terperinci

KASUS GIZI BURUK. 1. Identitas. a. Identitas Balita. : Yuni Rastiani. Umur : 40 bln ( ) Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya,

KASUS GIZI BURUK. 1. Identitas. a. Identitas Balita. : Yuni Rastiani. Umur : 40 bln ( ) Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, KASUS GIZI BURUK 1. Identitas a. Identitas Balita Nama : Yuni Rastiani Umur : 40 bln (29-06-2009) Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 29-06-2009 Alamat Agama Suku : Bojong Kaum

Lebih terperinci

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS persisten, RCT 2. Zn + Vit,mineral 3. plasebo, durasi 6 bln BB KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BB, PB Zn dan Zn + vit, min lebih tinggi drpd plasebo Kebutuhan gizi bayi yang tercukupi dengan baik dimanifestasikan

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan. Faktor pencetus

Lebih terperinci