BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Bersuci (thaharah) merupakan syarat sah suatu ibadah (Al-Bugha, 2007).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Bersuci (thaharah) merupakan syarat sah suatu ibadah (Al-Bugha, 2007)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Bersuci (thaharah) merupakan syarat sah suatu ibadah (Al-Bugha, 2007). Bersuci terbagi menjadi dua bagian yaitu bersuci dari kotoran (najis jasmani) dan bersuci dari hadas (najis ruhani). Bersuci dari kotoran adalah menyucikan tubuh atau pakaian dari kencing, berak, darah, mani, bangkai dan sebagainya. Bersuci dari hadas menjadi syarat sahnya ibadah, seperti wudhu, mandi, dan tayamum (Bayrak & Muthahhari, 2007). Najis mughalladzah adalah najis yang tergolong berat (Al-Mahfani, 2008) dan dapat menghalangi syarat untuk menjalankan ibadah. Semua yang berasal dari air liur maupun sentuhan babi dan anjing merupakan najis berat. Cara menyucikan najis ini yaitu dengan mencucinya dengan air sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan tanah (Abatasa, 2012). Cara tersebut merupakan hal yang kerap dilakukan oleh masyarakat dalam penyucian diri dari najis berat. Sabun merupakan suatu sediaan yang kini menjadi kebutuhan pokok manusia sebagai pembersih yang selalu digunakan pada kehidupan sehari-hari. Sabun dibuat dalam dua jenis yaitu sabun batang dan sabun cair. Sabun batang dari tanah sebagai alternatif untuk menyucikan diri dari najis mughalladzah sudah pernah diformulasikan oleh Anggraeni (2014). Untuk lebih memudahkan dalam membersihkan diri dari najis tersebut, akan dibuat inovasi baru yaitu sabun dalam 1

2 2 bentuk cair. Pada masa kini, sabun cair telah banyak digunakan. Alasan masyarakat memilih sabun cair karena lebih terjamin higenisitasnya. Sabun cair biasanya dikemas dalam botol, maka tiap orang yang akan menggunakan tidak secara langsung memegang sabun seperti pada sabun batang yang secara bergantian bisa disentuh secara langsung oleh pemakainya. Selain itu sabun cair mudah digunakan dengan cara dituang ke tangan, mudah dibawa kemana-mana, mudah disimpan, tidak mudah rusak atau kotor, dan penampilan kemasan yang eksklusif dalam berbagai bentuk dan desain (Soebagio dkk., 1998). Bahan baku yang digunakan untuk membuat sabun cair adalah minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, kemudian ditambahkan alkali berupa kalium hidroksida agar terjadi reaksi penyabunan dan terbentuk sabun. Tiap-tiap minyak memiliki kandungan asam lemak dominan yang berbeda. Minyak kelapa banyak mengandung asam laurat yang memberikan sifat pembusaan pada sabun (Ketaren, 1986). Sedangkan minyak kelapa sawit mengandung asam palmitat yang berpengaruh pada tekstur sabun (Miller, 2003) dan stabilitas emulsi sabun (Suryani dkk., 2002). Kedua komponen minyak tersebut dioptimasi menggunakan Simplex Lattice Design untuk mendapatkan sabun cair yang berkualitas secara fisika dan kimia. Tanah bentonit digunakan sebagai agen penyuci najis mughalladzah. Bentonit adalah jenis lempung yang terdiri dari 80% lebih mineral monmorilonit (Sukandarrumidi, 1999). Bentonit memiliki daya pengembang dan daya serap yang tidak dimiliki oleh jenis mineral lain, sehingga bentonit banyak

3 3 dimanfaatkan dalam dunia industri, minyak nabati, kosmetik dan farmasi (Anonim, 2005). B. Rumusan Masalah 1. Apakah bentonit dapat diformulasikan ke dalam sediaan sabun cair sebagai penyuci najis mughalladzah? 2. Bagaimana pengaruh kombinasi minyak kelapa dan minyak kelapa sawit terhadap sifat fisika dan kimia sabun cair bentonit? 3. Berapakah perbandingan kadar minyak kelapa dan minyak kelapa sawit dapat memberikan sifat fisika dan kimia sabun cair bentonit yang optimum dengan metode Simplex Lattice Design? C. Pentingnya Penelitian Diusulkan Sebelumnya telah dibuat sabun batang bentonit yang merupakan suatu terobosan baru untuk menghilangkan najis mughalladzah (Anggraeni, 2014). Pada penelitian ini akan dibuat sabun bentonit dalam bentuk cair. Diharapkan formulasi sabun ini dapat mempermudah dalam membersihkan najis mughalladzah dengan penggunaan yang lebih praktis dibanding sabun batang. Selain itu juga dapat diperoleh kombinasi kadar minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang optimum untuk diformulasikan ke dalam sabun cair bentonit agar menghasilkan sifat fisika dan kimia yang baik. Dalam bidang ilmu pengetahuan, formula optimum yang diperoleh dapat diacu sebagai pengembangan penelitian selanjutnya sehingga diciptakan produk yang berkualitas.

4 4 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Membuat sediaan sabun cair yang mengandung tanah bentonit sebagai penyuci najis mughalladzah. 2. Tujuan Khusus a. Memformulasikan bentonit ke dalam bentuk sabun cair yang memenuhi persyaratan sebagai penyuci najis mughalladzah. b. Mengetahui pengaruh kombinasi minyak kelapa dan minyak kelapa sawit terhadap sifat fisika dan kimia sabun cair bentonit. c. Mengetahui perbandingan kadar minyak kelapa dan minyak kelapa sawit agar dapat diperoleh formula sabun cair bentonit yang optimum dengan metode Simplex Lattice Design. E. Tinjauan Pustaka 1. Najis Najis menurut bahasa adalah segala sesuatu yang kotor dan menjijikkan (Al-Mahfani, 2008). Sedangkan menurut istilah, najis adalah kotoran yang wajib dihindari dan dibersihkan oleh setiap muslim manakala terkena olehnya (Al-Qahthani, 2006). Najis dibagi ke dalam tiga bagian : a. Najis Mukhaffafah adalah najis ringan yang berupa air kencing bayi lakilaki yang hanya mengonsumsi air susu ibunya. Cara membersihkannya adalah dengan memercikkan air secara merata ke tempat yang terkena najis tersebut (Al-Mahfani, 2008).

5 5 b. Najis Mutawasithah adalah najis sedang. Adapun yang termasuk ke dalam najis tersebut adalah segala sesuatu yang keluar dari qobul dan dubur manusia seperti air kencing (yang dimaksud adalah air kencing bukan najis mukhaffafah sebagaimana di atas) (Sumaji, 2008), tahi, darah haid, dan nifas. Cara membersihkan najis ini harus dicuci sehingga hilang rasa, bekas, dan baunya (Al-Mahfani, 2008). c. Najis Mughalladzah merupakan najis berat (Al-Mahfani, 2008). Yang termasuk najis ini adalah air liur anjing dan babi. Cara membersihkannya adalah terlebih dahulu dihilangkan wujud benda najis tersebut, kemudian dibasuh dengan air sebanyak tujuh kali sampai bersih dan salah satunya memakai tanah (Sumaji, 2008). 2. Thaharah Thaharah secara bahasa berarti nuzhafah yang berarti kebersihan atau bersih dari kotoran. Menurut istilah, thaharah adalah menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi kotoran berupa hadas atau najis dengan menggunakan air, debu maupun tanah (Sumaji, 2008). Thaharah dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama yaitu menggunakan air. Yang kedua dengan menggunakan debu yang suci. Hal ini dilakukan sebagai ganti apabila tidak tersedia air atau takut karena bahaya yang ditimbulkan apabila menggunakan air (Al-Qahthani, 2006), sehingga thaharah ini dapat digunakan sebagai cara untuk menghilangkan najis-najis yang telah dijelaskan di atas.

6 6 3. Sabun Cair Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci yang komponennya asam lemak rantai karbon C16 atau lebih (biasanya C16 dan C18) dan basa. Reaksi kimia sabun terjadi antara asam lemak dari minyak nabati maupun hewani dengan basa natrium atau kalium (Qisti, 2009). Di pasaran telah beredar berbagai jenis sabun dalam bentuk yang bervariasi, seperti sabun mandi, sabun cuci, sabun tangan, sabun pembersih peralatan rumah tangga dalam bentuk krim, padatan atau batangan, bubuk dan bentuk cair (Ari dan Budiyono, 2004). Sabun dibuat secara kimia melalui reaksi saponifikasi atau disebut juga reaksi penyabunan. Sabun merupakan garam alkali karboksilat (RCOONa/K). Gugus R bersifat hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa/K bersifat hidrofilik (polar) (Girgis, 2003). Alkali yang digunakan adalah NaOH untuk sabun padat dan KOH untuk sabun cair. Bahan lain yang digunakan untuk membuat sabun adalah trigliserida berupa minyak atau lemak, misalnya minyak kelapa sawit, minyak biji katun dan minyak kacang (Oluwatoyin, 2011) atau bisa juga menggunakan minyak biji wijen (Warra, 2013). Minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Sabun tersebut kemudian akan diolah lagi untuk menyempurnakannya hingga bisa digunakan. Saat ini ada dua jenis sabun yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair (Hambali dkk., 2005). Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil melainkan larut dalam bentuk

7 7 ion. Dalam sabun terdapat zat aktif yang di sebut surfaktan seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Monomer surfaktan yang membentuk misel. Lingkaran hitam merupakan kepala surfaktan bersifat hidrofilik. Garis hitam adalah ekor surfaktan yang bersifat hidrofobik (Yagui, 2005). Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Bagian nonpolar akan larut dalam minyak, sedangkan bagian polar akan larut dalam air, sehingga menyebabkan sabun memiliki daya pembersih. Ketika mandi dengan menggunakan sabun, gugus nonpolar dari sabun akan menempel pada kotoran dan bagian polarnya akan menempel pada air. Hal ini akan mengakibatkan tegangan permukaan air akan semakin berkurang, sehingga air akan mudah menarik kotoran dari kulit. Sabun cair mampu mengemulsikan air dan minyak serta efektif untuk mengangkat kotoran yang menempel pada permukaan kulit baik yang larut air maupun larut lemak. Permintaan konsumen terhadap sabun cair cenderung meningkat dibandingkan dengan sabun batang. Menurut Watkinson (2000) perbandingan pasar sabun cair:sabun padat adalah 60:40 pada Juli 2000, hal ini mengalami

8 8 peningkatan dibanding pada tahun 1994 yang hanya 20:80. Menurunnya permintaan terhadap sabun batang dikarenakan persepsi konsumen bahwa sabun cair lebih higenis, lebih praktis serta ekonomis. Sabun cair memiliki manfaat yang kurang lebih sama dengan sabun batang, hanya bentuk fisiknya yang berbeda, namun cara mengaplikasikannya hampir sama yaitu dengan cara menambahkan sedikit air pada sabun agar dapat merata ke sasaran yang dibersihkan dan dapat menghasilkan buih yang maksimal. 4. Metode Pembuatan Sabun Cair Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses netralisasi dan proses saponifikasi. Proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali yang menghasilkan produk samping berupa gliserol (Spitz, 1996). Proses saponifikasi terjadi pada suhu o C, dengan reaksi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 sebagai berikut: H 2 C CH H 2 C O O O O C R O C R C O R O + 3KOH 3R C + OK H 2 C CH H 2 C OH OH OH Trigliserida Basa Sabun Gliserol Gambar 2. Reaksi saponifikasi pada sabun (Mitsui, 1997) Berikut ini Gambar 3 menunjukkan reaksi kimia proses netralisasi: O R COOH + KOH HC + H 2 O OK Asam Lemak Basa Sabun Air Gambar 3. Reaksi netralisasi pada sabun (Mitsui, 1997)

9 9 Pembuatan sabun cair pada penelitian ini menggunakan penangas air sebagai pengontrol kondisi suhu. Alat yang digunakan adalah stirer yang berfungsi untuk menghomogenkan campuran bahan pembuat sabun. 5. Komponen Sabun Cair Sabun terbentuk dari reaksi antara lemak dengan alkali sebagai komponen utama, dan bahan-bahan lain yang sering ditambahkan seperti pengontrol ph, surfaktan, pelembut, pembentuk busa, antioksidan, pengental dan parfum (Wasitaatmaja, 1997). Bahan yang ditambahkan dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimia sabun cair. Berikut merupakan bahanbahan yang digunakan untuk membuat sabun cair. a. Minyak kelapa Menurut Woodroof (1979), minyak kelapa diperoleh sebagai hasil ekstraksi kopra atau daging buah kelapa segar. Daging kelapa segar mengandung 35-50% minyak dan jika dikeringkan (dijadikan kopra), kadar minyaknya akan naik menjadi 63-65%. Minyak kelapa mengandung asam lemak yang bobot molekulnya rendah, diantaranya adalah asam laurat dan miristat. Menurut Ketaren (1986), minyak kelapa memiliki sekitar 90% kandungan asam lemak jenuh. Minyak kelapa memiliki sifat mudah tersabunkan dan mudah menjadi tengik. Selain itu minyak kelapa sebagai salah satu jenis minyak dengan kandungan asam lemak yang paling kompleks (Shrivastava, 1982).

10 10 Asam lemak yang paling dominan dalam minyak kelapa adalah asam laurat (C 12 H 24 O 2 ). Asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang memiliki sifat pembusaan yang baik dan sering digunakan dalam pembuatan sabun. Penggunaan asam laurat sebagai bahan baku akan menghasilkan sabun dengan kelarutan yang tinggi dan karakteristik busa yang baik. b. Minyak kelapa sawit Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya merupakan bahan yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalah trigliserida dan nontrigliserida. Minyak kelapa sawit adalah lemak dengan komposisi yang tetap. Kandungan asam lemak yang dominan pada minyak kelapa sawit adalah asam palmitat yang dapat menyebabkan sifat keras pada sabun. Semakin banyak minyak kelapa sawit yang digunakan, semakin keras sabun yang terbentuk (Miller, 2003). Minyak kelapa sawit dapat menjaga stabilitas emulsi pada sabun karena jumlah asam lemak yang tinggi (Suryani dkk., 2002). Selain itu juga berpengaruh terhadap stabilitas busa (Merrill, 1943). c. Minyak zaitun Minyak zaitun atau Olive Oil adalah sebuah minyak buah yang didapat dari zaitun (Olea europaea) (Orey, 2008).. Minyak zaitun terdiri dari zat-zat minyak yang disebut trigliserida dengan persentase 97% dan

11 11 zat-zat minyak lainnya. Minyak zaitun juga mengandung berbagai vitamin, zat-zat pewarna, serta berbagai zat aromatik yang menimbulkan aroma dan rasa yang khas. Kandungan asam oleat pada minyak zaitun sebesar 80% yang dapat menjaga elastisitas dan mengenyalkan kulit. Minyak zaitun dapat digunakan dalam masakan dan berkhasiat untuk perawatan kecantikan. Minyak zaitun kaya vitamin E yang dapat mencegah penuaan dini dan bermanfaat untuk menghaluskan dan melembabkan permukaan kulit tanpa menyumbat pori serta dapat melepaskan lapisan sel-sel kulit mati (Surtiningsih, 2005). d. Kalium hidroksida Dalam penelitian ini dibuat sabun cair, maka digunakan KOH sebagai alkali yang akan bereaksi dengan asam lemak dari minyak. Kalium hidroksida merupakan basa kuat. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. KOH berbentuk padatan yang higroskopis, mudah meleleh apabila terkena udara luar. Perlu perhatian dalam pengguanaan KOH karena memiliki titik leleh yang tinggi sehingga menimbulkan panas jika dilarutkan dalam air. Jika konsentrasi KOH yang digunakan terlalu kecil maka sabun akan cair dan tidak dapat membersihkan lemak atau tidak berfungsi sebagai emulgator dengan baik karena kelebihan fase minyak (Purwanto, 2015) dan apabila penambahan dalam konsentrasi besar maka akan berpengaruh pada ph sabun yang tinggi sehingga dapat berakibat kasar dan mengiritasi kulit.

12 12 e. Asam stearat Asam stearat merupakan campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat dan asam heksadekanoat (Anonim, 1979). Asam lemak ini termasuk asam lemak jenuh, wujudnya padat pada suhu ruang. Asam stearat diproses dengan lemak hewan dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini juga dapat diperoleh dari hidrogenasi minyak nabati. Dalam bidang industri, asam stearat dipakai sebagai bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet (Anonim, 2010). Pemerian asam stearat berupa zat padat keras mengkilat dan menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin. Asam stearat memiliki titik lebur 54 o C dan titik didih 384 o C, sangat sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol, benzena, kloroform, aseton, karbon tetraklorida, karbon disulfida, amil asetat dan toluen (Anonim, 1976). f. Asam sitrat Pemerian asam sitrat berupa serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak berbau, rasa sangat asam. Asam sitrat mudah larut dalam air dan etanol, namun sukar larut dalam eter (Anonim, 1995). Asam sitrat dapat membantu menurunkan ph pada sabun agar tidak mengiritasi kulit. Oleh karena itu, asam sitrat digunakan sebagai pengontrol ph (Wasitaatmaja, 1997).

13 13 g. Sukrosa Sukrosa disebut juga sakarosa merupakan gula dengan rumus kimia C 12 H 22 O 11, dapat diperoleh dari Saccharum officinarun Linne., Beta vulgaris Linne. dan sumber-sumber lain. Sukrosa ini tidak mengandung bahan tambahan. Pemeriannya berupa massa hablur, tidak berwarna, berbentuk serbuk, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara, larutannya netral terhadap lakmus. Sukrosa sangat mudah larut dalam air, terutama air mendidih, sukar larut dalam etonol serta tidak larut dalam kloroform dan eter (Anonim, 1995). Pada sabun, sukrosa bersifat humektan dan dapat membantu dalam menghasilkan busa (Priani, 2010). h. Gliserin Gliserin adalah polisakarida kental manis yang larut dalam air dan alkohol, merupakan produk sampingan dari proses saponifikasi. Gliserin merupakan humektan (menarik uap air dari udara ke kulit) dan sering ditambahkan ke lotion dan produk perawatan kulit untuk melembabkan. Nama kimia gliserin adalah propan-1,2,3-triol, dengan rumus empiris C 3 H 8 O 3 dan bobot molekul 92,09. Gliserin memiliki beberapa manfaat antara lain sebagai pengawet, antimikroba, kosolven, emolien, humektan, pelarut, pemanis, plasticizer, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan higroskopis serta rasa yang manis. Sebagai humektan dan emolien, gliserin digunakan dalam formulasi sediaan topikal dan kosmetik. Konsentrasi sebagai emolien kurang dari 30%.

14 14 Sebaiknya, gliserin disimpan dalam wadah kedap udara pada tempat dingin dan kering (Nunez & Medina, 2009). i. Lanolin Lanolin merupakan emolien yang digunakan untuk menjaga kulit tampak lunak, halus, licin, lembut serta sebagai pelembab. Lanolin dapat meminyaki kulit sehingga dapat melembabkan. Selain itu lanolin juga bisa membentuk sabun yang lunak dan menstabilkan busa (Wasitaatmaja, 1997). Lanolin berasal dari lemak bulu domba yang dimurnikan. Pemerian lanolin yaitu massa seperti salep berwarna kekuningan serta lengket di tangan. Lanolin akan meleleh pada suhu o C (Greenberg, 1954). Lanolin digunakan secara luas dalam sediaan topikal dan kosmetik. Fungsinya sebagai agen pengemulsi dan basis (Booner, 2009). j. Sodium lauril sulfat Sodium lauril sulfat (C 12 H 25 SO 4 Na) disebut juga texapon. Texapon adalah surfaktan buatan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sabun cair, sampo, dan pasta gigi. SLS merupakan detergen yang baik, karena garamnya berasal dari asam kuat, larutannya bersifat netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam larutannya, sehingga dapat digunakan dengan air lunak atau air sadah. SLS berfungsi sebagai penambah busa pada sabun.

15 15 k. Coco Dietanolamida (Coco-DEA) Coco DEA dibuat dengan mereaksikan dietanolamina dengan asam lemak. Dietanolamin dibuat dengan mereaksikan etilen oksida dan amonia. Hal ini digunakan sebagai pendorong pengental, emulsifier dan busa. Bahan ini memiliki kekurangan yaitu akan berbahaya apabila digunakan dengan jumlah yang banyak. Penggunaan yang lebih dari 4% dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Rowe, 2009). Cocomide DEA dapat memecah dan membuat nitrosamin karsinogenik. l. Butil hidroksitoluen Sediaan berbahan dasar minyak rentan terhadap bau tengik. Hal ini menyebabkan masalah pada sediaan sehingga bisa rusak. BHT berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menghilangkan bau tengik tersebut. BHT dapat ditambahakan pada jumlah kecil yaitu 0,02-0,1%. m. Parfum Parfum atau pewangi berfungsi sebagai penambah daya tarik produk agar disukai oleh pelanggan. Banyak varian pewangi yang ditawarkan, biasanya beraroma bunga dan buah. Pewangi dipilih berdasarkan selera pembeli asalkan tidak berbau ekstrim. Pewangi juga bisa berasal dari bahan alkohol, kresol, piretrum dan sulfur (Levenspiel, 1972).

16 16 6. Bentonit Dalam formulasi sabun cair ini, tanah yang digunakan sebagai penyuci najis mughalladzah adalah bentonit. Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mengandung monmorilonit dan termasuk kelompok dioktohedral (Sukandarrumidi, 1999). Berdasarkan kandungan alumunium silikat hydrous, bentonit dibedakan menjadi 2 golongan yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi 2 yaitu Na-bentonit dengan ph 8,5-9,8 yang dapat mengembang dengan baik di dalam air, dan Ca-Bentonit yang memiliki ph 4-7 namun daya mengembangnya kurang baik (Herlina, 1999). Rumus kimia umum bentonit adalah Al 2 O 3.4SiO 2.H 2 O (Megawati Aviantari, 2008). Sifat fisik bentonit dalam keadaan kering berupa butiran halus, berwarna coklat, terasa licin bila diraba dan bisa menyerap air. Kenampakan bentonit terlihat pada Gambar 4 sebagai berikut. Gambar 4. Bentonit yang digunakan dalam penelitian (Brataco) Bentonit mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 80% dan sisanya adalah kaolit, illit, feldspar, gypsum, abu vulkanik, kalsium karbonat, pasir kuarsa dan mineral lainnya

17 17 (Gunister et al., 2004). Bentonit dapat digunakan sebagai penyangga katalis, sedangkan bentonit yang telah dimodifikasi dapat digunakan sebagai katalis (Riyanto, 1992). Bentonit memiliki kemampuan untuk mengembang dan membentuk koloid jika dimasukkan ke dalam air. 7. Syarat Mutu Sabun Cair Syarat mutu sabun cair diambil dari Standar Nasional Indonesia dengan nomor yang masuk dalam klasifikasi sabun mandi cair. Penyusunan standar tersebut bertujuan untuk melindungi konsumen maupun produsen dari segi kesehatan dan keselamatan (SNI, 1996). Ada dua jenis bahan dasar yang digunakan untuk membuat sabun mandi cair yaitu sabun dan deterjen, namun pada penelitian ini digunakan bahan dasar sabun. Adapun kriteria yang harus dipenuhi antara lain: keadaan yang meliputi bentuk, bau dan warna, ph, alkali bebas, bahan aktif dan bobot jenis. Persyaratan sabun cair bisa dilihat pada Tabel 1. Tabel I. Syarat Mutu Sabun Mandi Cair Menurut SNI No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan Jenis S Jenis D 1. Keadaan : - Bentuk Cairan Cairan homogen homogen - Bau Khas Khas - Warna Khas Khas 2. ph, 25 o C Alkali bebas (dihitung % Maks. 0,1 Tidak sebagai NaOH) dipersyaratkan 4. Bahan aktif % Min. 15 Min Bobot jenis, 25 o C 1,01 1,10

18 18 8. Sifat Fisika dan Kimia Sabun Cair a. Organoleptik Penilaian terhadap produk sabun cair dapat dilihat secara organoleptik antara lain dari segi bentuk, bau dan warna. Tidak ada perbedaan antara bahan dasar jenis sabun maupun deterjen, antara lain: 1. Bentuk : kedua jenis sabun harus berbentuk cairan 2. Bau : memiliki bau yang khas, sesuai dengan pewangi yang ditambahkan pada sabun. 3. Warna : dilihat secara mata telanjang, sabun juga memiliki warna yang khas. Pewarna yang ditambahkan juga sesuai dengan keinginan produsen (SNI ). b. Daya dan Stabilitas Busa Sabun yang bagus menurut konsumen biasanya terlihat dari banyaknya busa yang dihasilkan. Semakin banyak busa maka konsumen akan semakin tertarik. Oleh karena itu busa merupakan parameter penting dalam pembuatan sabun. Busa juga dapat membantu membersihkan serta mendistribusikan bau yang wangi pada kulit (Langingi, 2012). c. Viskositas Tingkat kekentalan pada sabun cair sangat beragam. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai macam produk yang sudah beredar di pasaran. Tingkat kekentalan bisa dibuat tergantung kehendak dari produsen. Hal

19 19 terpenting adalah sabun dapat digunakan dengan mudah berapapun tingkat kekentalannya. Semakin besar viskositas maka sabun sukar mengalir sehingga mempengaruhi saat dituang. Perubahan temperatur juga dapat mempengaruhi viskositas, yang mana semakin tinggi temperatur, maka viskositas akan menurun. (Sinko, 2006). Satuan internasional untuk viskositas adalah pascal-second (Pa.s) atau cukup dengan satuan poise (P). 1 Pa.s = 10 P. d. Bobot Jenis Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan yang tergantung pada suhu untuk padat, cair dan gas yang homogen, merupakan hubungan dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya (Voigt, 1984). Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah bobot jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Bobot jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain (Martin, 1993). Prinsip kerja piknometer didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang yang ditempati cairan ini. Untuk itu dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambahan hingga mencapai nilai optimum tertentu

20 20 dengan bertambahnya volume piknometer yang terletak pada sekitar isi ruang 30 ml (Roth dkk., 1998). e. ph Salah satu sifat fisik yang penting adalah derajat keasaman atau ph, sebab dalam formulasi ph dapat mempengaruhi kelarutan obat, aktivitas, absorbsi, stabilitas dan kenyamanan pasien (Allen dkk., 2005). Pengaturan ph dapat mempengaruhi keberterimaan sediaan dan stabilitas formula (Lachman dkk., 1986). ph ynag terlalu tinggi dalam sabun dapat meyebabkan kulit menjadi kering. f. Alkali Bebas Alkali bebas merupakan alkali dalam sabun yang tidak diikat sebagai senyawa. Kelebihan alkali bebas pada sabun dapat disebabkan karena konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih pada proses penyabunan. Sabun yang mengandung alkali tinggi biasanya digunakan untuk sabun cuci. g. Uji Bahan Aktif (Asam Lemak Jumlah) Uji ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak zat aktif yang terdapat dalam sabun cair, yaitu asam lemak jumlah. Semakin banyak jumlah asam lemak, maka daya pembersih sabun semakin baik.

21 21 9. Simplex Lattice Design Metode Simplex Lattice Design dapat digunakan untuk menentukan formula yang optimum pada berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan yang dinyatakan dalam beberapa bagian, yang mana jumlah totalnya dibuat tetap yaitu sama dengan satu bagian. Suatu formula dapat dikatakan optimum jika susunan komponennya baik dilihat dari sisi kualitatif maupun kuantitatifnya. Implementasi Simplex Lattice Design adalah dengan cara menyiapkan bermacam-macam formulasi yang mengandung kombinasi yang berbeda dari variasi bahan. Kombinasi disiapkan dengan suatu cara yang mudah dan efisien sehingga data percobaan dapat digunakan untuk memprediksi respon yang berada dalam ruang simplex. Hasil eksperimen digunakan untuk membuat suatu persamaan yang bisa untuk memprediksi profil respon melalui persamaan Simplex Lattice Design (Bolton, 1997). 10. Design Expert Design Expert adalah perangkat lunak yang digunakan untuk optimasi produk maupun optimasi proses. Software ini dapat digunakan dalam desain produk, analisis data dan tampilan hasil analisis dalam bentuk grafik secara tepat (Anonim a, 2011). 11. Spektrofotometri Serapan Atom Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam (Ca, Fe, Mg, dan Na). Pada prinsipnya, SSA

22 22 dapat menganalisis kandungan suatu sampel yang mengandung atom suatu unsur, pengukurannya berdasarkan jumlah energi yang diserap atau diabsorbsi oleh atom dalam nyala pada panjang gelombang tertentu, atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al., 2000) Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dari unsur-unsur di dalam sampel, diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung unsur-unsur yang di analisis. Analisis bentonit dengan menggunakan SSA dilakukan untuk mengetahui kandungan Na, Ca, Mg dan Fe yang terdapat dalam bentonit. Hasil pengukuran memenuhi persamaan hukum Lambert Beer sebagai berikut: lt = lo.e -(ɛbc), atau A = -Log lt/lo = ɛbc Keterangan: Lt = Intensitas sinar yang diteruskan Lo = Intensitas sumber sinar ɛ = Absortivitas molar b = Panjang medium c = Konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar A = Absorban Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989). Besarnya kosentrasi masing-masing atom yang dianalisis akan diketahui dengan melihat absorbansi atom-atom yang dianalisis pada panjang gelombang tertentu dari masing-masing atom sesuai dengan persamaan hukum Lambert Beer.

23 23 F. Landasan Teori Najis mughalladzah merupakan najis berat yang disebabkan apabila bersentuhan dengan anjing atau babi dan terkena air liurnya. Cara membersihkan najis tersebut adalah dengan membasuh air sebanyak tujuh kali dan salah satunya menggunakan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sabun yang berfungsi sebagai salah satu alternatif pembersih najis mughalladzah. Sabun bentonit merupakan sabun yang dibuat dari reaksi penyabunan antara minyak dan alkali. Dalam sabun tersebut diberi agen pembersih najis yaitu bentonit. Bentonit (clay) adalah salah satu jenis tanah liat. Pada penelitian ini, bentonit akan diintegrasikan ke dalam sediaan sabun cair. Sabun cair dibuat dari kombinasi minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang kemudian dicampur dengan basa KOH agar membentuk sabun melalui proses saponifikasi. Masing-masing minyak akan memberikan sifat yang berbeda terhadap sabun, sehingga dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimia sabun cair bentonit. Optimasi dilakukan dengan menggunakan Simplex Lattice Design untuk mendapatkan formula yang optimum dari kombinasi minyak kelapa dan minyak kelapa sawit. Sabun cair bentonit yang dibuat diharapkan menghasilkan sabun berkualitas serta dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif membersihkan najis mughalladzah.

24 24 G. Hipotesis 1. Bentonit dapat diformulasikan ke dalam bentuk sabun cair yang memenuhi persyaratan sebagai penyuci najis mughalladzah. 2. Kombinasi minyak kelapa dan minyak kelapa sawit berpengaruh terhadap sifat fisika dan kimia sabun cair bentonit. 3. Diketahui perbandingan kadar minyak kelapa dan minyak kelapa sawit agar dapat memperoleh formula sabun cair bentonit yang optimum dengan metode Simplex Lattice Design.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak,

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Lebih terperinci

BAB II: METODOLOGI PENELITIAN...25 A. Bahan...25 B. Alat...25 C. Jalannya Penelitian Formula Sabun Cair Bentonit Formulasi Sabun Cair

BAB II: METODOLOGI PENELITIAN...25 A. Bahan...25 B. Alat...25 C. Jalannya Penelitian Formula Sabun Cair Bentonit Formulasi Sabun Cair DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAN...iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v KATA PENGANTAR...vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii INTISARI...xv

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan pada produk sabun transparan yang dihasilkan berasal dari

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sabun Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, (C 17 H 35 COO Na+).Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan melalui kekuatan pengemulsian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di khasanah dunia ilmiah dikenal adanya produk yang disebut dengan synthetic detergent yang disingkat dengan istilah syndent. Kata synthetic (sintetik) sepertinya memberi

Lebih terperinci

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C Lipid Sifat fisika lipid Berbeda dengan dengan karbohidrat dan dan protein, lipid bukan merupakan merupakan suatu polimer Senyawa organik yang terdapat di alam Tidak larut di dalam air Larut dalam pelarut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. salah satu syarat sahnya ibadah (Mughniyah, 2002). Selain menggunakan air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. salah satu syarat sahnya ibadah (Mughniyah, 2002). Selain menggunakan air 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menyucikan diri dari kotoran dan najis biasa disebut dengan istilah thaharah. Thaharah sangat diperhatikan dalam ajaran Islam karena merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN 5.1. Tujuan Percobaan Memahami reaksi penyabunan 5.2. Tinjauan Pustaka Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserida, kedua istilah ini berarti triester dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu unsur penting dalam industri pengolahan makanan. Dari tahun ke tahun industri pengolahan makanan semakin meningkat sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

SABUN MANDI. Disusun Oleh : Nosafarma Muda (M0310033)

SABUN MANDI. Disusun Oleh : Nosafarma Muda (M0310033) SABUN MANDI Disusun Oleh : Winda Puspita S (M0307070) Arista Margiana (M0310009) Fadilah Marsuki (M0310018) Hartini (M0310022) Ika Lusiana (M0310024) Isnaeni Nur (M0310026) Isya Fitri A (M0310027) Nosafarma

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar penyakit kulit dengan manifestasi klinik berupa abses pada kulit, nanah dan bisul. Infeksi pada kulit

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KULIT KAPUK SEBAGAI SUMBER BASA DALAM PEMBUATAN SABUN LUNAK TRANSPARAN

PEMANFAATAN KULIT KAPUK SEBAGAI SUMBER BASA DALAM PEMBUATAN SABUN LUNAK TRANSPARAN PEMANFAATAN KULIT KAPUK SEBAGAI SUMBER BASA DALAM PEMBUATAN SABUN LUNAK TRANSPARAN Eka Kurniasih Staf Pengajar ABSTRAK Sabun transaparan atau juga disebut juga sabun gliserin adalah jenis sabun mandi yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Madu

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Madu TINJAUAN PUSTAKA Madu Madu merupakan cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN SNI (1994) mendefinisikan sabun sebagai pembersih yang dibuat melalui reaksi kimia antara basa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak

Lebih terperinci

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan Tania S. Utami *), Rita Arbianti, Heri Hermansyah, Wiwik H., dan Desti A. Departemen Teknik

Lebih terperinci

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud CLEANSING CREAM Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud perawatan kulit agar kulit menjadi bersih dan sehat terlindung dari kekeringan~an sengatan cuaca, baik panas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sabun Transparan

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sabun Transparan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sabun Transparan SNI (1994) menjelaskan bahwa sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan mereaksikan secara kimia antara basa natrium atau basa kalium dan asam lemak yang berasal

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL Praptanti Sinung Adi Nugroho Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta Abstrak Sabun merupakan

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK 090324 Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP. 19530226 198502 2 001 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 I.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN SABUN CAIR DARI CAMPURAN MINYAK GORENG BEKAS DAN MINYAK KELAPA

PROSES PEMBUATAN SABUN CAIR DARI CAMPURAN MINYAK GORENG BEKAS DAN MINYAK KELAPA PROSES PEMBUATAN SABUN CAIR DARI CAMPURAN MINYAK GORENG BEKAS DAN MINYAK KELAPA A. Rasyidi Fachry *, Anggi Wahyuningsi, Yuni Eka Susanti *Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pembuatan sabun telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Metode pembuatan sabun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat spreads, yang kandungan airnya lebih besar dibandingkan minyaknya. Kandungan minyak dalam

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Fanny Siti Khoirunisa NRP : 123020228 Kel / Meja : H / 10 Asisten :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR Gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar dengan katalis KOH merupakan satu fase yang mengandung banyak pengotor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon I PENDAHULUAN Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diesterifikasi dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diesterifikasi dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lemak dan Minyak Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol.

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sereh adalah tanaman rempah yang keberadaannya sangat melimpah di Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian 200 800 dpl. Sereh memiliki nama familiar

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari x BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lipid Pengertian lipid secara umum adalah kelompok zat atau senyawa organik yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari zat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na + BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan koloidal tinggi.

Lebih terperinci

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. Mengetahui dan memahami cara menentukan konsentrasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK METIL ESTER SULFONAT (MES) Pada penelitian ini surfaktan MES yang dihasilkan berfungsi sebagai bahan aktif untuk pembuatan deterjen cair. MES yang dihasilkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang sering ditemui di dalam masyarakat adalah acne vulgaris atau biasa disebut dengan jerawat. Jerawat adalah suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar

Lebih terperinci

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK 8 LEMAK DAN MINYAK A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK Lipid berasal dari kata Lipos (bahasa Yunani) yang berarti lemak. Lipid didefinisikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia ISOLASI BAHAN ALAM Bahan kimia yang berasal dari tumbuhan atau hewan disebut bahan alam. Banyak bahan alam yang berguna seperti untuk pewarna, pemanis, pengawet, bahan obat dan pewangi. Kegunaan dari bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) sering disebut tanaman kehidupan karena bermanfaat bagi kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak sereh merupakan salah satu komoditas minyak atsiri Indonesia dengan total luas lahan sebesar 3492 hektar dan volume ekspor mencapai 114 ton pada tahun 2004 (Direktorat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN KELOMPOK 1 SHIFT A 1. Dini Mayang Sari (10060310116) 2. Putri Andini (100603) 3. (100603) 4. (100603) 5. (100603) 6. (100603) Hari/Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

APLIKASI DIETANOLAMIDA DARI ASAM LAURAT MINYAK INTI SAWIT PADA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN ABSTRACT

APLIKASI DIETANOLAMIDA DARI ASAM LAURAT MINYAK INTI SAWIT PADA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN ABSTRACT E. Hambali, T. K. Bunasor, A. Suryani dan G. A. Kusumah APLIKASI DIETANOLAMIDA DARI ASAM LAURAT MINYAK INTI SAWIT PADA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN Erliza Hambali, Tatit K Bunasor, Ani Suryani dan Giri Angga

Lebih terperinci

PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK

PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK Tuti Indah Sari, Julianti Perdana Kasih, Tri Jayanti Nanda Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Abstrak Minyak jarak merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan (surface active agent) adalah senyawa amphiphilic, yang merupakan molekul heterogendan berantai panjangyang memiliki bagian kepala yang suka air (hidrofilik)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Asam Asetat 1. Definisi Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum, akan tetapi di kalangan masyarakat asam asetat biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I- 1. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN I- 1. Bab I Pendahuluan I- 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan utama manusia adalah sabun, karena hampir semua manusia di seluruh dunia memakai sabun untuk keperluan hidupnya, diantaranya adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I- 1. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN I- 1. Bab I Pendahuluan I- 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan berkaitan dengan kebersihan, mulai dari kebersihan individu hingga kebersihan lingkungan. Kebersihan individu, harus selalu dijaga dengan melakukan beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah cairan kental yang diambil atau diekstrak dari tumbuhtumbuhan. Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam lemak, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sabun merupakan produk yang dihasilkan dari reaksi penyabunan asam lemak dengan alkali. Minyak yang umum digunakan dalam pembentukan sabun adalah trigliserida (Bunta,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar

Lebih terperinci

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak A. Pengertian Lemak Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak (asam karboksilat pada suku tinggi) dan dapat larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

Lebih terperinci

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

SKRIPSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI BIJI DURIAN MENGGUNAKAN H 2 SO 4 DAN H 2 C 2 O 4 DISUSUN OLEH : ANDI TRIAS PERMANA

SKRIPSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI BIJI DURIAN MENGGUNAKAN H 2 SO 4 DAN H 2 C 2 O 4 DISUSUN OLEH : ANDI TRIAS PERMANA SKRIPSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI BIJI DURIAN MENGGUNAKAN H 2 SO 4 DAN H 2 C 2 O 4 DISUSUN OLEH : ANDI TRIAS PERMANA 0831310060 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Arang Aktif Arang adalah bahan padat yang berpori dan merupakan hasil pembakaran dari bahan yang mengandung unsur karbon. Sebagian besar dari pori-porinya masih tertutup dengan

Lebih terperinci