UNJUK KERJA MESIN PENGERING SURYA HYBRID ICDC TIPE RESIRKULASI 1)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNJUK KERJA MESIN PENGERING SURYA HYBRID ICDC TIPE RESIRKULASI 1)"

Transkripsi

1 UNJUK KERJA MESIN PENGERING SURYA HYBRID ICDC TIPE RESIRKULASI 1) Kamaruddin A, Yendi E, Yefri C. dan Aep Saepul Uyun Departemen Teknik Mesin/Laboratorium Teknik Konversi Energi Surya Fakultas Teknik, /Program Studi Energi Terbarukan Universitas Darma Persada Abstrak Protoype mesin pengering surya hybrid ICDC tipe resirkulasi dengan ukuran panjang 3m, lebar 3 m dan tinggi 3 m telah berhasil dirancang dan di fabrikasikan. Mesin ini terdiri atas beberapa komponen utama yaitu, ruang pengering yang juga berfungsi sebagai pengumpul panas tenaga surya, konveyor pneumatic, distributor, vortex, hopper dan pemanas tambahan. Konveyor pneumatik selain berfungsi sebagai alat angkut dengan menggunakan kipas sentrifugal juga berfungsi sebagai tempat proses pengeringan yang berlangsung secara turbulen. Keunggulan dari sistem pengering yang sedang diteliti ini terletak pada bentuk dan konfigurasi rancangan yang memungkinkan terjadinya, proses pengeringan serentak pada tiga komponen mesin yaitu selain dalam konveyor, juga terjadi pada ruang pengering utama, dan pada ruang di atas hopper dan terjadinya proses tempering pada setiap siklus pengeringan. Hasil unjuk kerja untuk mengeringkan gabah menghasilkan kesimpulan dimana dengan beban 200 kg dengan kadar air awal 26%bb menjadi 14% bb memerlukan lama pengeringan jam, dengan laju rata-rata pengeringan sebesar 1.17%/jam pada suhu pengeringan di konveyor antara o C dan suhu ruang pengering antara o C. Hasil pengeringan menunjukkan kualitas hasil yang cukup baik dimana butir gabah yang retak hanya 2%. Daya kipas konveyor penumatik selama pengeringan relatip konstan pada 500 W dengan konsumsi listrik 5.11 kwh, dimana energy spesifik proses pengeringan terhitung kwh/kg air yang diuapkan atau setara dengan 0,695 MJ/kg air yang diuapkan. Mesin pengering ini dapat di terapkan di daerah penghasil beras, seperti Jawa, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan di DME (Desa Mandiri Energi)/E 3i yang mempunyai PLTMH atau di pembangkit energy panas bumi, dan untuk meningkatkan keuntungan ekonominya perlu digabung dengan mesin penampi (winnower) dan penggiling padi dalam bentuk Unit Pengolahan Skala Kecil (UPSK) Kata kunci: pengering surya hibrid, tipe resirkulasi, konveyor pneumatik, unjuk kerja, UPSK, DME/Desa E 3i. 1) Makalah disampaikan pada KIPNAS X,LIPI, Jakarta, 8-10 November 201, Merupakan bagian dari hasil penelitian Hibah Kompetensi DIKTI,tahun 2011, No.

2 I. Pendahuluan Dalam Buku Putih Kementrian Negara Riset dan Teknologi tahun 2006 telah dirumuskan peta jalan (road map) energi surya termal, dimana mulai pada tahun 2011 sudah dapat dihasilkan produk seperti alat pengering dengan energi surya yang mempunyai kapasitas yang sesuai untuk kegiatan produksi masyarakat pengguna sehingga mampu menghasilkan keuntungan penggunanya. Salah satu penerapan dari hasil penelitian surya termal ini nanatinya adalah pemanfaatannya pada UPSK di berbagai DME, apalagi saat ini beberapa PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) dengan kapasitas kw yang dibangun diberbagai DME hanya digunakan untuk penerangan malam hari sedangkan siangnya dibiarkan mubazir. Pada masingmasing DME umumnhya sudah tersedia pengelola unit pembangkit energi ditingkat desa. Hal ini akan sangat menguntungkan apabila hasil penelitian ini dapat diintegrasikan dengan sistem pemanfaatan listrik dari PLTMH karena telah tersedia tenaga penuh waktu (full timer ) untuk mengelola penerapan hasil penelitian ini di lokasi DME. Program DME ini sebenarnya sejalan dengan konsep desa E 3i (Energy, Economy, Environment) yang diajukan oleh penulis tahun 2007 dalam seminar nasional dan pelatihan pemanfaatan sumber energy terbarukan setempat. Mesin pengering dengan tenaga surya yang di sampaikan dalam makalah ini menggunakan konveyor pneumatic karena dari hasil penelitian sebelumnya berhasil mengangkut bahan granular seperti gabah (Hosokawa, dkk, 1980, Bala,1997, Hanafi,2006). Makalah ini bertujuan untuk mengenalkan teknologi pengering energy surya hybrid yang diharapkan mampu memanfaatkan listrik PLTMH yang nantinya dapat diintegarsikan dengan mesin pengolahan lain dalam bentuk Unit Pengolahan Skala Kecil (UPSK, Kamaruddin 2007) untuk memacu terjadinya proses industrialisasi di DME /Desa E 3i II. Cara kerja pengering surya ICDC hibrid tipe resirkulasi Cara kerja sistem pengering surya ICDC hibrida tipe resirkulasi secara lengkap dapat diterangkan dengan menggunakan Gbr. 5. Mesin pengering ini mempunyai ukuran panjang 3 m, lebar 3 m dan tinggi total 3 m juga. Komponen utama terdiri atas kolektor yang juga berfungis sebagai ruang pengering (3), hopper (5), konveyor pneumatic (8), distributor (2), vortex (1) dan tungku biomassa (7). Bahan granular seperti gabah, jagung pipil, lada, kopi, kedele, dll. pertama-tama dimasukkan kedalam hopper (5) melalui pintu transparan (4).Pintu dibuat transpan dimaksudkan agar tenaga matahari dapat masuk kedalam hopper (5) sehingga akan terjadi

3 pemanasan/pengeringan pendahuluan dari gabah. Bagian bawah hopper (5) mengerucut dengan sudut dengan bidang datar >30 derajat dan bersambung dengan pipa konveyor pneumatik (8) dengan pipa (9), sehingga gabah dalam hopper akan jatuh secara gravitasi kedalam pipa konveyor (8).Udara panas dari tungku pemanas (7) disalurkan melalui pipa pemanas (6) masuk ke pipa konveyor (8) melalui pipa pemasok (10). Gabah akan terdorong dan terangkut melalui pipa konveyor (8) akibat dorongan kipas sentrifugal (11), Gabah akan terdistribusi dalam distributor (2) dan disebarkan secara merata kedalam kolektor surya-ruang pengering (KSP) (3). Gabah yang tersebar kedalam KSP ini akan jatuh secara gravitasi kedalam hopper (5) dan untuk seterusnya secara garavitasi masuh ke pipa konveyor melalui pipa (9) mengulangi siklus resirkulasi. Gambar 1. Diagram skematis pengering surya hibrida ICDC tipe resirkulasi Dalam KSP ini terjadi proses pengeringan dimana udara pengering masuk dari pintu (12) berbentuk segi empat yang akibat pemanasan oleh kolektor surya akan bergerak keatas disebabkan karena kerapatannya menjadi ringan disamping daya hisap dari vortex (1) yang terletak diatas distributor (2).Udara panas dari pipa pemanas (6) juga memasok udara panas kotak penukar panas yang terletak di bagian bawah KSP (3) untuk memasok panas saat cuaca buruk atau saat matahari tidak ada. Udara panas ini akan terbuang keluar dari cerobong dekat dibagian atas KSP (3)dibawah distributor. Sumber panas dapat dipasok dari tungku pemanas (7) dengan bahan bakar arang, limbah biomassa, batu bara, uap dari pembangkit panas bumi ataupun kompor minyak BBN ataupun LPG. Pada saat jatuh secara gravitasi pada ruang pengering ICDC (3) bahan akan menggelinding secara turbulen yang menyebabkan proses pengeringan menjadi merata. Uap air hasil pengeringan akan terbuang melalui bukaan sepanjang ruang pengering yang diberi kawat kasa (lihat Gbr 4) untuk menghindari jatuhnya bahan ke luar ruang. Setelah keluar dari ruang pengering bahan akan jatuh ke hopper untuk mengulangi siklus pengeringan. Begitu seterusnya sampai bahan menjadi kering sempurna. Sistem pengering surya seperti pada Gbr.3 ini merupakan desain baru dan letak keistimewaannya adalah bahwa sistem pengering ini mengintegrasikan fungsi kolektor surya sebagai pembangkit udara panas dengan ruang pengering

4 sehingga biaya konstruksi menjadi lebih murah. Selain itu proses pengeringan dapat berlangsung di tiga tempat dalam mesin pengeringan secara berurutan dimulai pada hopper, dilajutkan pada konveyor pneumatik, dan berakhir pada ruang pengering ICDC. Proses pengeringan berlangsung secara kontinyu serta mengalir secara turbulen dan teraduk merata sehingga akan mempercepat proses pengeringan dan menghasilkan kadar air akhir yang relatip homogen. Gambar 2. Potret dari mesin pengering hybrid ICDC tipe re-sirkulasi III. Percobaan 3.1. Besaran yang diukur dan instrumentasi Mesin pengering yang digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Gbr. 2 dan telah diterangkan sebelumnya mengenai cara kerjanya. Pada saat akan memulai percobaan semua sensor untuk mengukur suhu, RH,daya kipas, iradiasi surya,penurunan tekanan dipasang pada masing-masing lokasi yang tepat untuk menentukan: a) Energi pengeringan pada konveyor dan ruang pengering dengan memasang termokopel cc, pada masing-masing pintu masuk udara pengering pintu masuk dan pintu keluar pipa konveyor ruang pengering, yang kemudian masing-masing dihubungkan dengan termometer dijital merek Lutron tipe TM-903A dengan skala 0,1 0 C. b) Penurunan tekanan dua-fase, dengan memasang sensor berupa pipa kecil dikedua ujung pipa konveyor pneumatic, dan diantara belokan untuk kemudian di sambung dengan pipa plastic transparan dan dihubungkan dengan manometer pipa U alkohol. c) Pasokan energi dari radiasi surya menggunakan piranometer digital merek Tenmarr tipe TM-206 skala 1 W/m 2 d) RH udara luar (lingkungan) dan RH diatas hopper dengan mengukur bola basah dan bola kering dengan alat ukur merek Lutron tipe BG-UT-02P skala 1 %

5 e) Daya kipas dengan menggunakan Volt dan amper meter dengan merek Lutron tipe DW-6060 dengan skala 0,1 volt dan 0,1 ampere f) Perubahan kadar air dengan menggunakan moisture tester merek Crown tipe TA-5 dan perubahan massa gabah sebelum dan sesudah proses pengeringan dengan timbangan analog merek Henherr Tipe H5-K dengan skala 0,5 kg 3.2. Prosedur percobaan Gabah yang baru dipanen dengan kadar air awal 26%bb, didapatkan dari petani sejumlah 200 kg. Gabah kemudian sekaligus dimasukkan kedalam hopper melalui jendela transparen (4) yang diberi louver (celah udara masuk) yang juga berfungsi jalkan masuk sinar matahari dan udara luar agar diatas hopper dapat terjadi pemanasan dan pengeringan awal gabah. Jendela ini terletak pada kiri kanan, bagian samping mesin pengering (4) pada Gbr 2. Tungku kemudian dioperasikan sampai tercapai suhu udara yang dalam pipa tungku berada meningkat mencapai suhu dan RH yang sesuai untuk proses pengeringan pada kondisi gabah mengalir dalam kondisi mengalir. Suhu dan RH dipertahankan pada kondisi mantap (steady state). Setelah itu klep pipa penghubung hopper dan pipa konveyor pneumatik dibuka. Gabah akan jatuh secara gravitasi kedalam konveyor penumatik yang kemudian dihembuskan oleh kipas sentrifugal menuju distributor. Pada saat jatuh dan masuk kedalam pipa konveyor pneumatik gabah akan bercampur dengan udara panas dengan RH rendah yang dihembuskan dari tungku biomassa. Udara panas ini selain bertindak sebagai pengangkut (carrier) gabah juga memanaskan seluruh permukaan gabah yang mengalir secara turbulen sehingga terjadi perpindahan massa dan kalor yang intens. Akibatnya air yang terdapat dalam gabah akan ditingkatkan energinya sehingga dapat keluar dari dalam gabah dan terjadilah proses pengeringan tahap kedua. Uap yang terjadi dihembuskan kepintu keluar pipa konveyor pneumatic untuk dibuang keluar mesin pengering melalui vorteks (1) yang berada diatas distributor. Dari distributor gabah akan disebarkan secara merata ke seluruh permukaan ruang pengering-kolektor surya (KSP) dan jatuh secara gravitasi kembali kedalam hopper. Pada saat jatuh, gabah juga mengalir secara turbulen seperti yang terjadi dalam pipa konveyor pneumatic. Kondisi ini akan menyebabkan proses perpindahan massa dan kalor terjadi secara intens dan merata. Uap yang terjadi kemudian akan terhisap keatas melalui distributar dan vorteks sehingga akhirnya terbuang keluar mesin. Proses semacam ini berlangsung dalam beberapa siklus sampai kadar air gabah mencapai 14%bb. Percobaan tahap awal dilakukan dengan beban 200 kg gabah dilakukan dua tahap karena dimulai pada sore hari. Tahap pertama proses pengeringan berlangsung menurunkan kadar air dari 26% bb menjadi 19.6% bb.selama 4 jam 22 menit, kemudian diteruskan untuk mencapai kadar air akhir 14%bb selama 6 jam.

6 IWaktu IV. Hasil dan pembahasan 4.1. Data percobaan Gambar 3, 4, 5 dan 6 menunjukkan hasil percobaan pertama dengan beban 200 kg dan kadar air awal 26%, dengan kebutuha daya rata-rata 500W dan laju gabah 583.5kg/jam. Gbr 3 adalah perubahan iradisi surya, pada 4 jam 22 menit pertama dari percobaan pengeringan untuk mencapai kadar air akhir 19.6%. Pada kondisi tsb.iradiasi surya berfluktuasi anatara 50 W/m W/m 2, dengan persentasi iradiasi dibawah 500 W/m 2 sangat tinggi yaitu mencapai 78.3 %. Gbr. 4 ditunjukkan perubahan suhu udara yang keluar dari tungku pemanas T stove, dan perubahan suhu ruang diatas hopper selama proses pengeringan. Suhu keluar tungku yang paling tinggi mencapai suhu 80 o C, tetapi kemudian menurun selama pengeringan pada tingkat suhu antara 50 o C 60 o C. Pada beberapa grafik berikut data percobaan sengaja disambung untuk dapat dengan mudah mengikuti kecenderungan perubahan dan bukan hasil pengukuran yang kontinyu Irad/10 (W/m2) (WIB) Gambar 3. Perubahan iradiasi surya selama percobaan pengeringan 4 jam dan 22 menit pertama dengan kadar air awal 26%bb. Terlihat pada Gbr. 3 kondisi cuaca saat percobaan pengeringan berada dalm kondisi mendung dan berfluktuasi sehingga masukan energi matahari berkurang. Walaupun demikian suhu udara pengeringan dapat dipertahankan tetap tinggi dengan dioperasikannya tungku biomassa. Hal ini terlihat lebih jelas lagi pada Gbr. 5, dimana suhu udara pengeringan pada pintu masuk dan keluar pipa konveyor dapat dipertahankan stabil pada suhu sekitar 40 o C-50 o C, walaupun pada awalnya mengalami fluktuasi. Perbedaan suhu pada pintu masuk keluar bervariasi antara derajat Celcius.

7 1TWaktu (WIB) 1KWaktu-WIB 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Suhu udara keluar tungku- Tstove-oC Suhu ruang-tc (oc) Gambar 4. Perubahan suhu ruang dan suhu udara dari tungku pada 4 jam 22 menit percobaan pengeringan dengan kadar air awal 26%bb. 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Suhu Pipa masuk,tpi (oc) 1SWaktu (WIB) Gambar 5. Hasil percobaan 4 jam 22 menit pertama perubahan suhu udara masuk dan keluar dari pipa konveyor pneumatik. 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 Kadar air (%bb) Gambar 6. Hasil percobaan penurunan kadar air setelah berjalan 4 jam dan 22 menit.

8 WIBI Gambar 6, menunjukkan perubahan kadar air dari 26%bb menjadi 19.6% bb, yang berlangsung antara jam 11:10 16:10 WIB dengan waktu istirahat jam 30 menit antara jam 13:00-13:30. Karena itu total waktu pengeringan efektip tahap pertama adalah 4 jam 22 menit. Gbr. 7 dan 8, adalah hasil percobaan ke dua dengan kadar air awal 19.5%bb dan beban 192 kg. Pada Gbr.7, ditunjukkan perubahan iradiasi surya selama percobaan dan seperti pada percobaan sebelumnya berada pada kondisi mendung. Iradiasi surya pada saat percobaan tahap kedua ini berkisar diantara 50 W/m W/m 2, dimana iradisasi >500 W/m 2 mendominasi dengan nisbah sebesar 78.9%. Gbr 7 dan 8, adalah hasil percobaan ke dua dengan kadar air awal 19.5%bb dan beban 192 kg. Pada Gbr.7, ditunjukkan perubahan iradiasi surya selama percobaan dan seperti pada percobaan sebelumnya berada pada kondisi mendung. Iradiasi surya pada saat percobaan tahap kedua ini berkisar diantara 50 W/m W/m 2, dimana iradisasi >500 W/m 2 mendominasi dengan nisbah sebesar 78.9%. Dengan mengoperasikan tungku biomassa suhu udara dalam pipa keluar tungku biomassa sudah dapat menunjukkan kondisi yang lebih stabil pada suhu sekitar 65 o C, walaupun masih berfluktuasi, bervariasi, begitu juga dengan suhu ruang diatas hopper berada pada tingkat suhu yang relatip konstan pada kisaran 40 o C -50 o C W/m2 Gambar 7. Perubahan iradiasi surya pada 4 jam pertama dari percobaan kedua dengan kadar air awal 19.5%bb, dan beban 192 kg. Gbr. 8, menunjukkan perubahan suhu pada pintu masuk dan keluar dari pipa konveyor yang bervariasi sekitar antara o C pada pintu masuk dan antara o C pada pintu keluar dengan perbedaan keduanya berkisar antara derajat Celcius. Gbr 9 menunjukkan perubahan kebutuhan daya angkut konveyor pneumatik selama percobaan ke-2 hari pertama. Besarnya daya relatip konstan sebesar 500 W dan total konsumsi energi listrik selama 2 hari percobaan adalah 5.75 Wh.1

9 WIBT 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 pipe in pipe out Gambar 8. Perubahan suhu udara masuk dan keluar dari pipa konveyor pneumatik.. Gbr. 9 berikut menunjukkan perubahan kadar air dari kondisi awal 19.5% bb menjadi 14% basis basah serta perbandingannya dengan hasil perhitungan, dengan total lama pengeringan 7 jam. Dari jumlah siklus resirkulasi sebesar 20 siklus dapat dihitung lama pengeringan yaitu 20 (siklus) x (jam/siklus) = 6.94 jam, sesuai dengan pengamatan. Dengan demikian total lama pengeringan untuk 200 kg dan 26%bb menjadi 11 jam 22 menit. Umumnya para petani memerlukan lebih dari satu hari untuk mendapatkan kadar air 14% bb. Selain itu petani biasanya menjemur gabah diatas hamparan yang relatip luas untuk beban yang sama dengan beban yang digunakan pada penelitian ini. 0,3 0,2 0,1 KJumlah siklus Data(%wb) Gambar 9. Perubahan kadar air pada pengeringan tahap kedua Energi spesifik Energi spesifik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses penguapan air dari bahan yang dikeringkan. Dari hasil percobaan dapat dihitung nilai energi spesifik berdasarkan energi listrik yang dipakai atau energi biomassa yang digunakan yang merupakan energi komersial. 1

10 Untuk nilai energi spesifik berdasarkan energi listrik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut. Es Pw t D ( X i X f / (1 W f ) W } ) (1) Dari data percobaan diketahui jumlah air yang diuapkan adalah kg sedangkan jumlah energi listrik yang dikonsumsi adalah 5.75 kwh sehingga nilai energi spesifik menjadi Es = kwh/kg air yang diuapkan (setara dengan MJ/kg air yang diuapkan) dan bila diperhitungkan konsumsi energi tungku maka energi spesifik mesin pengering menjadi kj/kg air yang diuapkan Kualitas hasil pengeringan Dari 100 sampel gabah hasil pengeringan telah terdeteksi hanya dua gabah yang retak atau masing-masing satu dari dua kumpulan 10 sampel atau setara dengan 2% retak. Pada sisa 80 sampel gabah lainnya ternyata tidak terdeteksi adanya beras retak. 5. Kesimpulan 1) Sebuah prototype mesin pengering hybrid bertenaga surya sudah berhasil diuji untuk mendapatkan unjuk kerjanya. 2) Pengeringan dengan beban 200 kg gabah, 26% bb. Memerlukan waktu 11,22 jam untuk mencapai kadar aiar akhir 14%bb dengan kebutuhan daya 500W untuk menggerakkan konveyor pneumatik (setara dengan energy 5,75 kwh). 3) Energi spesifik pengeringan adalah kwh (0.695 MJ)/kg air yang diuapkan. Kepustakaan Akira Hosokawa, et.al, Nosan Kikai Gaku.(Agricultural Process Engineering and Machinery) BunkoDo.Japan. Bala,B.K, Drying and storage of cereals, Oxford and IBH, Publishing Co.PVT, LTD. Hanafi, Skripsi, Jurusan Teknik Pertanian, Fateta, IPB Kamaruddin, 2007.Teknologi berbasis sumber energy terbarukan untuk pertanian.creata-ipb.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PHPT, Muara Angke, Jakarta Utara. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April sampai September 2007. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. MEODOLOGI PENELIIAN A. EMPA DAN WAKU PENELIIAN Penelitian ini dilakukan di Lab. E, Lab. Egrotronika dan Lab. Surya Departemen eknik Mesin dan Biosistem IPB, Bogor. Waktu penelitian dimulai pada bulan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura HUMAIDILLAH KURNIADI WARDANA 1) Program Studi Teknik Elektro Universitas Hasyim Asy Ari. Jl. Irian Jaya

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung B. Alat dan Bahan Alat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai September 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian dan di Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penurunan Kadar Air Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu ruang pengeringan sekitar 32,30 o C, suhu ruang hasil pembakaran 51,21 0 C dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kalibrasi Kalibrasi dilakukan untuk termokopel yang berada pada HTF, PCM dan permukaan kolektor. Hasil dari kalibrasi tiap termokopelnya disajikan pada Tabel 4.1,

Lebih terperinci

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Pemberitahuan Pelaksanaan IbM kepada Mitra Pelaksanaan kegiatan ipteks IbM Kelompok Tani Kopi Pemanfaatan Energi Surya dan Limbah Biomassa untuk Pengeringan dimulai setelah

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Oleh : DAVID TAMBUNAN

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW Oleh : Ai Rukmini F14101071 2006 DEPATEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERANCANGAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION IGNB. Catrawedarma Program Studi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Banyuwangi Email: ngurahcatra@yahoo.com Jefri A Program Studi Teknik

Lebih terperinci

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT Oleh : M. Yahya Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Padang Abstrak Provinsi Sumatera Barat memiliki luas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA KMT-8 Marwani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang Prabumulih

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK Volume Nomor September MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK Kurniandy Wijaya PK Purwadi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Indonesia Email : kurniandywijaya@gmail.com

Lebih terperinci

PEMODELAN PEMANASAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR DATAR UNTUK PENGERINGAN GABAH

PEMODELAN PEMANASAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR DATAR UNTUK PENGERINGAN GABAH Seminar Nasional PERTETA, Bandung 6-8 Desember 2011 PEMODELAN PEMANASAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR DATAR UNTUK PENGERINGAN GABAH Frima Agung Nitipraja dan Leopold O. Nelwan Alumni Departemen Teknik Pertanian

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal Karakteristik Pengeringan Biji Kopi dengan Pengering Tipe Bak dengan Sumber Panas Tungku Sekam Kopi dan Kolektor Surya Characteristic Drying of Coffee Beans Using a Dryer with the Heat Source of Coffe

Lebih terperinci

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10) RANCANG BANGUN DAN KAJI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA PENGERING SURYA TERINTEGRASI DENGAN TUNGKU BIOMASSA UNTUK MENGERINGKAN HASIL-HASIL PERTANIAN Muhammad Yahya Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Ikan Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika kandungan

Lebih terperinci

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO Oleh M. Yahya Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Abstrak Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UJI PERFOMANSI ALAT PENGERING RUMPUT LAUT TIPE KOMBINASI TENAGA SURYA DAN TUNGKU BERBAHAN BAKAR BRIKET

UJI PERFOMANSI ALAT PENGERING RUMPUT LAUT TIPE KOMBINASI TENAGA SURYA DAN TUNGKU BERBAHAN BAKAR BRIKET UJI PERFOMANSI ALAT PENGERING RUMPUT LAUT TIPE KOMBINASI TENAGA SURYA DAN TUNGKU BERBAHAN BAKAR BRIKET ABSTRAK Diini Fithriani *), Luthfi Assadad dan Zaenal Arifin **) Telah dilakukan uji perfomansi terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB No. 31 Vol. Thn. XVI April 9 ISSN: 854-8471 PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB Endri Yani Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Azridjal Aziz Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Lab. EEP dan Ergotronika, Departemen Teknik Pertanian IPB, Bogor dan Desa Cijulang Kec. Cikembar Kab. Sukabumi sebagai lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR Budi Kristiawan 1, Wibowo 1, Rendy AR 1 Abstract : The aim of this research is to analyze of rice heat pump dryer model performance by determining

Lebih terperinci

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu Technical Paper Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu Performance of Cassava Chip Drying Sandi Asmara 1 dan Warji 2 Abstract Lampung Province is the largest producer of cassava in Indonesia. Cassava has a

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hardware Sistem Kendali Pada ISD Pada penelitian ini dibuat sistem pengendalian berbasis PC seperti skema yang terdapat pada Gambar 7 di atas. Pada sistem pengendalian ini

Lebih terperinci

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D. ANALISIS KENERJA OVEN PENGERING JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN VERIASI KEMIRINGAN SUDUT ALIRAN DALAM OVEN Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH 2108 030 022 Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR Ahmad MH Winata (L2C605113) dan Rachmat Prasetiyo (L2C605167) Jurusan Teknik Kimia, Fak.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA KMT-3 RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA Ismail Thamrin, Anton Kharisandi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya Jl.Raya Palembang-Prabumulih KM.32. Kec.

Lebih terperinci

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta Vol. IV, No., April 208, hal. 34-38 FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepagejurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN

Lebih terperinci

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN. ISSN : ; e-issn

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN. ISSN : ; e-issn JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : 2085-2614; e-issn 2528 2654 JOURNAL HOMEPAGE : http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/rtp Modifikasi Dan Uji Kinerja Alat Pengering Energi Surya-Hybrid Tipe Rak Untuk Pengeringan

Lebih terperinci

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan MEKANISME By : Dewi Maya Maharani Pengeringan Prinsip Dasar Pengeringan Proses pemakaian panas dan pemindahan air dari bahan yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan Konduksi media Steam

Lebih terperinci

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen

Lebih terperinci

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA R. Dure 1), F. Wenur 2), H. Rawung 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian UNSRAT 2)

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG Oleh: ANANTA KURNIA PUTRA 107.030.047 Dosen Pembimbing: Ir. JOKO SASETYANTO, MT D III TEKNIK MESIN FTI-ITS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Sartono Putro, Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ELWINSYAH SITOMPUL

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA Edvin Priatna 1, Ade Maftuh 2, Sujudi 3 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) dan Laboratorium Surya Departemen Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN KULIT MANGGIS DENGAN ALAT PENGERING HIBRID TIPE RAK. (Mangosteen Peel Drying Characteristics by Hybrid Rack Dryer)

KARAKTERISTIK PENGERINGAN KULIT MANGGIS DENGAN ALAT PENGERING HIBRID TIPE RAK. (Mangosteen Peel Drying Characteristics by Hybrid Rack Dryer) KARAKTERISTIK PENGERINGAN KULIT MANGGIS DENGAN ALAT PENGERING HIBRID TIPE RAK (Mangosteen Peel Drying Characteristics by Hybrid Rack Dryer) Rofandi Hartanto 1), Warji 1) dan Wahyu Rusdiyanto 2) 1) Dosen

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Perancangan 4.1.1. Identifikasi Kebutuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Singkong atau ketela pohon pada umumnya dijual dalam bentuk umbi segar oleh petani. Petani jarang mengeringkan singkongnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik AHMAD QURTHUBI ASHSHIDDIEQY

Lebih terperinci

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus 3, Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN

RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN Oleh : FARIZ HIDAYAT 2107 030 011 Pembimbing : Ir. Joko Sarsetyanto, MT.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263 3 3 BAB II DASAR TEORI 2. 1 Bahan Bakar Cair Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam tanah dengan jalan mengebornya di ladang-ladang minyak, dan memompanya sampai ke atas

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN KOLEKTOR SURYA SATU LALUAN TERHADAP WAKTU PROSES PENGERINGAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN KOLEKTOR SURYA SATU LALUAN TERHADAP WAKTU PROSES PENGERINGAN TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN KOLEKTOR SURYA SATU LALUAN TERHADAP WAKTU PROSES PENGERINGAN OLEH : ALDO NURSATRIA ( 2108 030 084 ) DOSEN PEMBIMBING : Ir.JOKO SARSETYANTO,MT PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jagung Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, menurut Purwono dan Hartanto (2007), klasifikasi dan sistimatika tanaman

Lebih terperinci

TEST OF PERFOMANCE ERK HYBRID DRYER WITH BIOMASS FURNACE AS ADDITIONAL HEATING SYSTEM FOR NUTMEG SEED (Myristica sp.) DRYING

TEST OF PERFOMANCE ERK HYBRID DRYER WITH BIOMASS FURNACE AS ADDITIONAL HEATING SYSTEM FOR NUTMEG SEED (Myristica sp.) DRYING Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 183-194 UJI KINERJA ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) HYBRID DENGAN TUNGKU BIOMASSA SEBAGAI SISTEM PEMANAS TAMBAHAN UNTUK PENGERINGAN BIJI PALA (Myristica

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan energi pun terus meningkat Untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS Ayu Wardana 1, Maksi Ginting 2, Sugianto 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Dosen Bidang Energi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENGENTASAN KEMISKINAN KELOMPOK NELAYAN PANTAI CAROCOK KECAMATAN IV JURAI, PAINAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN USAHA TEPUNG IKAN

PENGENTASAN KEMISKINAN KELOMPOK NELAYAN PANTAI CAROCOK KECAMATAN IV JURAI, PAINAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN USAHA TEPUNG IKAN PENGENTASAN KEMISKINAN KELOMPOK NELAYAN PANTAI CAROCOK KECAMATAN IV JURAI, PAINAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN USAHA TEPUNG IKAN Sandra (Fak.Teknologi Pertanian, Univ. Andalas, 08121856240,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan akibat aktivitas biologis

Lebih terperinci

Desain Sistem Kendali untuk Pengering Gabah dengan Kolektor Surya dan Penyimpan Panas

Desain Sistem Kendali untuk Pengering Gabah dengan Kolektor Surya dan Penyimpan Panas , April 2016 Tersedia online OJS pada: Vol. 4 No. 1, p 87-96 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtep P-ISSN 2407-0475 E-ISSN 2338-8439 DOI: 10.19028/jtep.04.1.87-96 Technical Paper Desain Sistem Kendali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan utama setiap manusia. Energi memainkan peranan penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Semua kalangan tanpa terkecuali bergantung

Lebih terperinci

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1 By The Nest We do you Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1. Sebuah benda diukur menggunakan termometer Celcius menunjukan 20 o C jika diukur menggunakan termometer Fahrenheit menunjukan.

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor 2 2016 ISSN 1412-7350 INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN PK Purwadi*, Wibowo Kusbandono** Teknik Mesin Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN AIR PANAS BUMI UNTUK ALAT PENGERING GABAH DI BUKIT KASIH KANONANG

PEMANFAATAN AIR PANAS BUMI UNTUK ALAT PENGERING GABAH DI BUKIT KASIH KANONANG PEMANFAATAN AIR PANAS BUMI UNTUK ALAT PENGERING GABAH DI BUKIT KASIH KANONANG Glendi Umbas 1), Frans P. Sappu 2), Tertius V. Y. Ulaan 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi 1,2,3) 2014 ABSTRACT

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA

KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA Tio Vani Nesri 1, Azridjal Aziz 1 dan Rahmat Iman Mainil 1 1 Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses

I. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peralatan pengering berlangsung seiring dengan tuntutan tingkat performansi alat yang tinggi dengan berbagai faktor pembatas seperti ketersediaan sumber

Lebih terperinci

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis PEMODELAN PADA PROSES PENGERINGAN MEKANIS TEPUNG KASAVA DENGAN MENGGUNAKAN PNEUMATIC DRYER: HUBUNGAN FINENESS MODULUS DENGAN VARIABEL PROSES PENGERINGAN Modelling on Mechanical Cassava Flour Drying Process

Lebih terperinci

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah Adjar Pratoto*, Endri Yani, Nural Fajri, Dendi A. Saputra M. Jurusan Teknik Mesin, Universitas Andalas Kampus Limau Manis, Padang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER Endri Yani* & Suryadi Fajrin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas Kampus Limau Manis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP Disusun oleh : SUMARWAN NIM : D200 080 060 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Permasalahan bila padi tidak segera dikeringkan ialah : 1. Secara teknis apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi kerusakan pada butir

Permasalahan bila padi tidak segera dikeringkan ialah : 1. Secara teknis apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi kerusakan pada butir 1.1 latar Belakang Gabah dikenal dengan nama latin ORYZA SATIVA adalah famili dari rumput rumputan (GRAMINEAE) merupakan salah satu bahan makanan dari biji bijian tertua didunia yang dikonsumsi sebagian

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK 112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Bahan Eksperimen Dalam penelitian ini yang menjadi sampel eksperimen atau bahan penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang merupakan ikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK BIJI PALA (Myristica sp.) SELAMA PROSES PENGERINGAN DENGAN MENGGUNAKAN ERK HYBRID

KARAKTERISASI FISIK BIJI PALA (Myristica sp.) SELAMA PROSES PENGERINGAN DENGAN MENGGUNAKAN ERK HYBRID 167 KARAKTERISASI FISIK BIJI PALA (Myristica sp.) SELAMA PROSES PENGERINGAN DENGAN MENGGUNAKAN ERK HYBRID PHYSICAL CHARACTERISATION OF NUTMEG SEED (Myristica sp.) DURING DRYING PROCESS USING ERK HYBRID

Lebih terperinci