APAKAH HUKUM KITA MENINGKATKAN KESETARAAN GENDER?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APAKAH HUKUM KITA MENINGKATKAN KESETARAAN GENDER?"

Transkripsi

1 APAKAH HUKUM KITA MENINGKATKAN KESETARAAN GENDER? BUKU PEGANGAN UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW

2 UN Women adalah Badan Perserikatan Bangsa Bangsa yang berdedikasi untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Sebagai organisasi terdepan untuk perempuan dan anak perempuan di tingkat global, UN Women didirikan untuk mempercepat kemajuan dalam pemenuhan kebutuhan perempuan dan anak perempuan di seluruh Indonesia. Pandangan yang diungkapkan dalam penerbitan ini adalah pandangan para penulis, dan tidak harus mewakili pandangan UN WOMEN, Perserikatan Bangsa-Bangsa atau organisasi terafiliasi lainnya. Buku Pegangan untuk Tinjauan Hukum berbasis CEDAW Do our Laws Promote Gender Equality? A Handbook for CEDAW-based Legal Reviews Copyright United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women Tanggal Penerbitan: Juni 2010 UN WOMEN East and Southeast Asia Regional Office UN Building 5th Floor, Rajdamnern Nok Ave. Bangkok Thailand Tel: Fax: Website: Ditulis oleh Rea Abada Chiongson Disunting oleh Sarah Fortuna Penerjemah ke Bahasa Indonesia Sonya Sondakh Editor Penerjemahan Lily Puspasari

3 APAKAH HUKUM KITA MENINGKATKAN do KESETARAAN our LAWs PromotE GENDER? gender EquALity? BUKU PEGANGAN UNTUK TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW A HAndbook for CEdAW-bAsEd LEgAL reviews

4

5 PENGANTAR Dalam tiga dasawarsa terakhir sejak Sidang Umum PBB mengadopsi Konvensi untuk Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) negara-negara di wilayah Asia Tenggara telah mengesahkan banyak UU yang menetapkan standar kesetaraan gender dan menjamin kesetaraan gender dan non-diskriminasi. Banyak penetapan dalam UU yang diskriminatif terhadap perempuan telah dihilangkan, dan UU baru yang memajukan hak-hak perempuan dan memerangi pelbagai kekerasan berbasis gender, sering kali dengan cara-cara terobosan, telah diadopsi di semua wilayah. Di seluruh dunia, UN WOMEN telah mendukung advokasi kesetaraan gender dalam Pemerintahan dan organisasi-organisasi masyarakat madani dalam melakukan tinjauan hukum atas hukum nasional agar sejalan dengan CEDAW dan mengupayakan reformasi hukum yang memajukan kesetaraan gender. Di Asia Tenggara saja, pada lima tahun terakhir, tinjauan semacam itu didukung melalui Program CEDAW Asia Tenggara di Kamboja, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Viet Nam. Pengalaman-pengalaman ini telah menyumbang pengembangan badan pengetahuan tentang keadaan de jure kesetaran gender. Bahkan jauh lebih penting lagi, pengalaman-pengalaman itu juga telah mengarah, di antara banyak langkah lainnya, ke adopsi UU Kesetaraan Gender di Vietnam, Magna Carta Perempuan di Filipina, dan amandemen UU tentang Partai Politik dan UU tentang Pemilihan Umum di Indonesia dan UU Pidana dan Perdata Thailand. Masih tersisa cukup contoh UU yang secara eksplisit melakukan diskriminasi terhadap perempuan karena jenis kelamin mereka. Banyak Pemerintah percaya bahwa UU yang netral gender memberi keuntungan yang setara bagi laki-laki dan perempuan, sementara sebenarnya karena halangan struktural, institusional, sosial, dan budaya yang berakar dalam bagi perempuan hal sebaliknya kerap kali justru yang merupakan kebenaran. Kegagalan mempertimbangkan dan menangani perbedaan-perbedaan gender dalam UU bertanggung jawab atas ketidaksetaraan gender. Karena itu, pelaku advokasi untuk kesetaraan gender harus gigih dalam mengupayakan usaha identifikasi peraturan/perundang-undangan yang tidak konsisten terhadap CEDAW, mengusulkan perbaikan yang diperlukan, dan membantu menciptakan kerangka hukum untuk kesetaraan gender. Untuk mendukung berbagai tugas ini, UN WOMEN telah menyusun sebuah buku pegangan Apakah UU kita mempromosikan kesetaraan gender? Do Our Laws Promote Gender Equality? untuk tinjauan hukum berbasis CEDAW, menyediakan pedoman praktis, langkah demi langkah mengenai tinjauan kritis UU negara, dan mengikutsertakan seperangkat indikator yang dikembangkan dan diuji melalui tinjauan hukum sesungguhnya Dengan tulus saya berharap bahwa buku pegangan ini akan bermanfaat bagi pelaku advokasi hak-hak perempuan dalam upaya mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan baik dalam hukum maupun hidup keseharian. Moni Pizani Regional Programme Director UN WOMEN East and Southeast Asia Regional Office i

6 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis sangat berterima kasih kepada UN WOMEN karena telah memberi kesempatan untuk menjadi bagian dalam penyusunan buku pegangan ini. Secara khusus, terima kasih untuk Shoko Ishikawa, Amarsanaa Darisuren, Vu Ngoc Binh, Vanny Prok, Syafirah Hardani, dan Pannin Laptaweesath untuk bantuan dan arahan yang tidak ada hentinya. Sebagai penilaian, kerangka dalam buku pegangan ini sudah diujikan dalam empat lokakarya percontohan yang diselenggarakan di Indonesia dan Kamboja, penulis sangat berterima kasih kepada para penyelenggara dan peserta lokakarya, terutama Yang Mulia Chan Sotheavy, Menteri Negara Kementerian Kehakiman Kamboja dan staf-nya; Ly Vichuta; Musdah Mulia; Rena Herdiyani; dan para anggota Prakarsa Gelompok Kerja CEDAW. Penulis juga berterima kasih kepada staf UN WOMEN Cina dan para peserta Training on Assessing Compliance of National laws with CEDAW yang diselenggarakan pada April 2009, Beijing, Cina, yang komentarnya telah memberi sumbangan untuk lebih mempertegas kerangka penilaian. Penghargaan juga harus disampaikan kepada mereka yang telah memberi komentar berharga terhadap naskah buku pegangan ini, khususnya Usa Lerdsrisuntad, Direktur Program Foundation for Women. Pengarang juga berterima kasih kepada Sarah Fortuna untuk pekerjaan penyuntingan dan tata letak yang cermat untuk terbitan ini. Terakhir, terima kasih khusus kepada Ricardo, Erlinda, Richelle dan Rolica Chiongson, serta Emmett Cunningham untuk semua dorongan dan dukungan. Rea Abada Chiongson, Februari 2010 TENTANG PENULIS Rea Abada Chiongson adalah pengacara dan bekerja untuk Fakultas Hukum Universitas Ateneo de Manila, Filipina. Ia memperoleh gelar sarjana dalam ilmu politik dan hukum (B.A dan J.D) dari Universitas Ateneo de Manila, Filipina dan mendapat gelar master hukum (LLM) dalam bidang Hukum Internasional dari Universitas Columbia, New York, AS. Rea adalah pakar terkenal dalam bidang Konvensi untuk Penghapusan atas Segenap Bentuk Kekerasan terhadap Perempuan (CEDAW) dan standar internasional lain yang menyangkut kesetaraan gender dan hak asasi manusia, serta implementasinya pada tingkat negara. Ia bekerja sebagai konsultan di sejumlah negara, termasuk persiapan UU kesetaraan gender, menyusun laporan Negara dan ORNOP untuk CEDAW, menyusun strategi nasional tentang kesetaraan gender, melakukan penilaian gender atas UU dan kebijakan, memasukkan gender ke dalam litigasi dan bantuan hukum, dan program-program pelatihan tentang kesetaraan gender untuk pemerintah, pakar, ORNOP, dan pelaku advokasi. Saat ini, ia bekerja sebagai konsultan untuk UN WOMEN untuk memberi bantuan teknis dalam menilai kepatuhan UU nasional terhadap CEDAW, menyiapkan UU kesetaraan gender, dan mengembangkan kemampuan nasional dalam hal kesetaraan gender di wilayah Asia Tenggara. ii

7 DAFTAR ISI Pengantar Ucapan Terima Kasih Tentang Pengarang i ii ii Pendahuluan 1 BAGIAN SATU CEDAW dan tinjauan hukum 3 Tinjauan Hukum 3 CEDAW sebagai kerangka dalam tinjauan hukum 3 Pentingnya menggunakan CEDAW sebagai kerangka tinjauan hukum 3 BAGIAN DUA Apa yang perlu Anda ketahui sebelum membuat tinjauan hukum berbasis CEDAW 7 CEDAW dan prinsip-prinsip kunci-nya 7 Pasal-pasal CEDAW Situasi de facto perempuan dan kesetaraan gender 15 UU dan pembuatan UU 16 Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan tentang hukum dan pembuatan hukum 19 BAGIAN TIGA Merencanakan tinjauan hukum berbasis CEDAW 23 BAGIAN EMPAT Kerangka kerja untuk tinjauan hukum berbasis CEDAW 27 Kerangka tinjauan hukum berbasis CEDAW (kerangka penilaian) 28 Mengembangkan indikator hukum CEDAW 30 Menentukan kepatuhan/kesesuaian dan rekomendasi 45 BAGIAN LIMA Menggunakan tinjauan hukum berbasis CEDAW 57 Dari tinjauan ke reformasi 57 Menggunakan tinjauan hukum berbasis CEDAW 58 iii

8 LAMPIRAN I Daftar indikator hukum CEDAW 61 LAMPIRAN II Konvensi untuk Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) 71 LAMPIRAN III Sumber daya CEDAW yang disarankan 81 Acuan 84 iv

9 PENDAHULUAN Dasar Pemikiran Konvensi untuk Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) merayakan 30 tahun kehadiarannya pada tahun 2009, setelah diadopsi oleh Sidang Umum pada 18 Desember Terhitung 1 Agustus 2009, 186 Negara telah meratifikasi CEDAW, yang mencerminkan konsensus global dari Negara-Negara untuk mengambil langkah konkret demi mencapai kesetaraan gender dan menghapus diskriminasi dalam segala bentuknya. CEDAW memberikan kerangka menyeluruh untuk peningkatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak perempuan. Khususnya, prakarsa ini mewajibkan Negara untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan di semua bidang, tanpa penundaan, dan dengan semua cara yang sesuai, termasuk peraturan/perundangan. Akan tetapi, meskipun ada kewajiban-kewajiban yang dituntut oleh CEDAW, diskriminasi terus ada di semua bidang, termasuk bidang hukum. UU yang diskriminatif terus membatasi, melarang, atau menafikan hak-hak perempuan, dan menimbulkan pembebasan dari hukuman untuk sejumlah pelanggaran. UU ini menghalangi perempuan untuk menikmati HAM mereka dan perkembangan penuh sebagai manusia. Komite CEDAW, dalam Pengamatan Akhir mereka baru-baru ini, mendesak Pihak-pihak Negara untuk membuat UU mereka sesuai dan patuh pada Konvensi. Negara-negara sangat didorong untuk memastikan bahwa CEDAW dapat diterapkan dalam sistem hukum dan penetapannya sepenuhnya digabungkan dengan UU nasional. Tujuan Buku pegangan ini disusun untuk memandu para praktisi dalam pemerintahan, ORNOP, lembaga akademik, badan pengembangan, dan kelompok-kelompok perempuan untuk menilai kepatuhan UU negara terhadap CEDAW dan memberi rekomendasi yang tepat untuk kesesuaian melalui tinjauan hukum berbasis CEDAW. Pedoman ini melakukan hal ini dengan mengajukan kerangka untuk menilai kepatuhan/kesesuaian hukum (kerangka penialian). Kerangka penilaian membangun kapasitas praktisi untuk mengidentifikasi kewajiban-kewajiban menurut CEDAW, menyusun indikator-indikator hukum, mengidentifikasi pengaturan hukum yang diskriminatif, mengusulkan UU, revisi atau amandemen yang mempromosikan kesetaraan gender, dan memberi rekomendasi lainnya untuk memastikan kesesuaian hukum dengan Konvensi. Buku pegangan ini terutama ditujukan untuk para praktisi di Asia Tenggara. Akan tetapi, pedoman ini juga dapat dipakai di wilayah lainnya. Metodologi Kerangka penilaian disusun pada 2007 dan digunakan untuk meninjau UU Vietnam. Tinjauan hukum Vietnam mengidentifikasi sejumlah 117 indikator dan 34 sub-indikator yang dibagi menjadi bidang-bidang berikut: 1. Penjaminan kesetaraan dan diskriminasi 2. Pelarangan diskriminasi 3. Perlindungan hukum untuk perempuan 4. Lembaga-lembaga untuk implementasi dan pemantauan/monitoring 5. Penggabungan dan penerapan perjanjian-perjanjian 6. Kekerasan berbasis gender 7. Langkah-langkah khusus sementara 8. Pola perilaku sosial dan budaya 9. Perdagangan dan eksploitasi prostitusi 10. Kehidupan politik dan publik 1

10 11. Kewarganegaraan 12. Pendidikan 13. Ketenagakerjaan 14. Kesehatan 15. Kehidupan ekonomi dan sosial 16. Perempuan pedesaan 17. Kesetaraan di hadapan hukum 18. Perkawinan dan keluarga Kerangka penilaian dipertajam sejak Juni 2008 hingga Februari 2009 melalui penggunaannya dalam tinjauan hukum Indonesia dan Kamboja yang mencakup empat lokakarya 1 guna memberikan bantuan pakar kepada kelompok-kelompok lokal dalam menyusun tinjauan hukum nasional. Bantuan teknis berkesinambungan dan diskusi yang terus terjadi untuk memfasilitasi penyusunan tinjauan hukum juga disediakan. Tinjauan Indonesia menilai UU Perkawinan (UU No.1 tahun 1974) Indonesia. Kelompok kerja antar-sektor yang dipimpin oleh Prakarsa Kelompok Kerja CEDAW (CEDAW Working Group Initiative-CWGI) sedang menulis tinjauan tersebut. Tinjauan hukum Kamboja mengevaluasi kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan dan eksploitasi seksual, ketenagakerjaan dan pekerja rumah tangga, serta perkawinan. Kementerian Kehakiman Kamboja sedang memimpin prakarsa ini. Kedua tinjauan hukum itu masih sedang difinalisasikan. Kerangka penilaian juga semakin dipertajam selama Pelatihan untuk Menilai Kepatuhan/Kesesuaian UU Nasional pada CEDAW yang diselenggarakan pada April 2009 di Beijing, Cina yang diadakan oleh Fasilitas Gender PBB Cina. Buku pegangan ini juga memakai sejumlah prakarsa berkaitan dengan CEDAW dan peraturan/perundangan sebelumnya termasuk: a) Kajian bersama UN WOMEN dan UNDP-Pasifik sejak 2007 Menerjemahkan CEDAW ke dalam Hukum: Kepatuhan Hukum CEDAW di Sembilan Negara Kepulauan Pasifik yang mengidentifikasi sejumlah 113 indikator legislatif khusus yang merangkum persyaratan untuk UU negara agar sepenuhnya sesuai dengan CEDAW; 2 b) Publikasi UN WOMEN Asia Tenggara dan Pusat untuk Penelitian Perempuan (CENWOR) berjudul CEDAW Indicators for South Asia: An Initiative Indikator-indikator CEDAW untuk Asia Selatan: Sebuah Prakarasa 3 yang mendaftar indikator-indikator yang diusulkan dalam bidang hukum, pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, dan perempuan di sektor pedesaan; dan c) Buku pedoman UNDP yang disebut Menyusun Legislasi Sadar Gender: Bagaimana Mempromosikan dan Melindungi Kesetaraan Gender di Eropa Tengah dan Timur dan di Negara-Negara Persemakmuran Merdeka 4 yang menyediakan pedoman tentang memasukkan standar nasional ke dalam UU negara. Meskipun dipersiapkan secara khusus untuk wilayahnya masing-masing, prakarsa-prakarsa ini memberi sumbangan kepada penyusunan buku pegangan ini. 1 Keempat lokakarya adalah sebagai berikut: 1) Lokakarya tentang Menilai Kesesuaian UU Indonesia untuk Perkawinan dan Keluarga dengan Konvensi untuk Penghapusan Segenap bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, Jakarta, Indonesia, 30 Juni-3 Juli 2008; (b) Lokakarya Validasi tentang Tinjauan Hukum atas UU Perkawinan No.1/1974, Jakarta, Indonesia, September 2008; (c) Menilai Kepatuhan UU Kamboja pada CEDAW, 8012 September Siem Reap, Kamboja; (d) Lokakarya tentang Penyebarluasan Hasil penelitian tentang Kepatuhan UU Nasional kepada CEDAW, Phnom Penh, Kamboja, 5 Februari Lokakarya di Kamboja ini diselenggarakan oleh Kementerian Kehakiman, sementara yang di Indonesia diselenggarakan oleh CWGI (Prakarsa Kelompok Kerja CEDAW). 2 UN WOMEN dan UNDP Pusat Pasifik. nd UNDP Pacific Centre. Menerjemahkan CEDAW ke dalam Hukum: Kepatuhan Legislatif CEDAW di Sembilan Negara Kepulauan Pasifik. Suva, CENWOR and UN WOMEN. Indikator-indikator CEDAW untuk Asia Selatan: Sebuah Prakarasa. Sri Lanka UNDP. Drafting Gender-Aware Legislation: How to Promote and Protect Gender Equality in Central and Eastern Europe and in the Commonwealth of Independent States (CIS), Bratislava, UNDP,

11 1 CEDAW DAN TINJAUAN HUKUM BAGIAN SATU

12 1

13 BAGIAN SATU: CEDAW DAN TINJAUAN HUKUM Dalam bagian ini: Apakah tinjauan hukum? CEDAW sebagai kerangka untuk tinjauan hukum TINJAUAN HUKUM Tinjauan-tinjauan hukum mengungkap kesenjangan dalam UU tertentu dan mengusulkan caracara bagaimana kesenjangan ini dapat dijembatani. Tinjauan hukum memberi rekomendasi untuk kemungkinan solusi hukum seperti amandemen, revisi, atau penundaan UU yang ada atau penciptaan UU baru. CEDAW SEBAGAI KERANGKA DALAM TINJAUAN HUKUM Sebuah tinjauan hukum yang menggunakan kerangka CEDAW mengevaluasi UU melalui lensa standar kesetaraan gender yang diterima secara internasional. CEDAW menawarkan beberapa keuntungan sebagai kerangka untuk tinjauan hukum. Sebagai perjanjian hak asasi manusia HAM), konvensi ini sangat memajukan pendekatan berbasis hak demi menuntut hak-hak. Ia menekankan dinikmatinya HAM. Ia juga menyoroti antar-keterkaitan dan status setara semua hak asasi manusia (apakah hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya), seperti dijamin oleh perjanjian HAM lainnya. Sebagai perjanjian kesetaraan, CEDAW: mempertimbangkan konstruksi sosial gender; memberi jaminan kesetaraan yang menyeluruh dalam semua bidang sipil, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain; memandatkan tidak hanya kesetaraan dalam hukum tetapi juga, lebih penting lagi, kesetaraan dalam hasil-hasil (kesetaraan de facto atau yang sesungguhnya); menyediakan sebuah definisi diskriminasi yang menangani semua bentuk, khususnya diskriminasi tidak langsung; dan berfokus pada kewajiban Negara-negara untuk memastikan hak asasi perempuan dan kesetaraan. PENTINGNYA MENGGUNAKAN CEDAW SEBAGAI KERANGKA TINJAUAN HUKUM Hukum menerjemahkan prinsip-prinsip CEDAW ke dalam pelayanan hukum konkret yang dapat dengan mudah diakses dan dinikmati pada tingkat negara. Tinjauan hukum yang menggunakan kerangka CEDAW memfasilitasi proses ini. Secara khusus, kerangka CEDAW: mengidentifikasi diskriminasi gender dalam UU; menyoroti kewajiban Negara pada bidang-bdang hukum tertentu; mengungkap kesenjangan atau kelemahan dalam hukum dalam mencapai kesetaraan gender; menunjukkan perubahan-perubahan yang perlu terjadi untuk membuat UU yang pekagender dan tanggap; dan memberi rekomendasi tentang bagaimana diskriminasi dapat ditangani. 3

14 1BAGIAN SATU: CEDAW DAN TINJAUAN HUKUM Tujuan Tinjauan Hukum Berbasis CEDAW Dalam sebagian besar kasus, tinjauan hukum yang menggunakan kerangka CEDAW dilakukan sebagai langkah awal menuju reformasi hukum. Tujuan langsung melaksanakan tinjauan tersebut kemungkinan adalah untuk: Menyoroti dimensi gender dalam bidang-bidang hukum tertentu; Mendokumentasi kemajuan ke arah kesetaraan gender (termasuk menyusun daftarnya); Menyelaraskan ketidakajegan (inkonsistensi) dalam berbagai bidang hukum melalui penerapan standar kesetaraan gender (misalnya, di Vietnam, menyusul adopsi Hukum tentang Kesetaraan Gender pada 29 November 2006, Petunjuk untuk UU Kesetaraan Gender yang dikeluarkan pada 3 Mei Petunjuk tersebut menyatakan bahwa pemerintah harus membuat tinjauan atas dokumen-dokumen hukum normatif yang ada untuk mengevaluasi kebutuhan untuk amandemen, revisi, atau pencabutan, atau diundangkannya UU baru. Untuk membantu pemerintah, dilakukanlah tinjauan hukum independen); 5 Mengidentifikasi apakah UU, peraturan administratif atau praktik-praktik sosial-budaya mengurangi kekuatan jaminan atas kesetaraan dan non-diskriminasi; Meminta pertanggungjawaban Negara untuk memastikan kesetaraan; Mengidentifikasi rekomendasi untuk UU yang peka-gender dan tanggap; Membandingkan kemajuan antar-negara dan di antara Negara-negara (misalnya, di Pasifik, tinjauan dua meja didukung oleh UN WOMEN Pasifik dan UNDP Pusat Pasifik untuk menilai kepatuhan legislatif pada CEDAW dari sembilan negara Pasifik: 6 negaranegara Federasi Mikronesia, Fiji, Kiribati, Kepualauan Marshall, Papua New Guinea, Samoa, Kepulauan Solomon, Tuvalu, dan Vanuatu. Tinjauan menggunakan indikator yang sama dan memfasilitasi perbandingan Sembilan negara yang ditinjau); Menilai kesesuaian UU dengan komitmen internasional, termasuk CEDAW; Memulai pelaksanaan rekomendasi dari badan-badan internasional tentang kesetaraan gender, termasuk Komite CEDAW. 5 Tinjauan hukum diberi judul CEDAW and the Law: A Gendered and Rights-based Review of Vietnamese Legal Documents through the Lens of CEDAW. UN WOMEN CEDAW SEAP, Laporan tinjauan tertulis dipublikasikan sebagai Translating CEDAW into Law: CEDAW Legislative Compliance in Nine Pacific Island Countries (Menerjemahkan CEDAW ke dalam Hukum: Kepatuhan Legislatif CEDAW di Sembilan Negara Kepulauan Pasifik) 4

15 1 PArt OnE: CEDAW AnD legal reviews CEDAW DAN TINJAUAN HUKUM 1 BAGIAN SATU: The CEDAW Committee and Legal Reviews Komite CEDAW dan Tinjauan Hukum The CEDAW Committee recognizes legal reviews as an important tool for CEDAW compliance. Komite CEDAW mengakui tinjauan hukum sebagai perangkat penting untuk kepatuhan pada It CEDAW. strongly Komite encourages ini sangat review mendorong of legislation tinjauan in all countries legislasi di to facilitate semua negara law reform untuk and memfasilitasi the implementation reformasi hukum of CEDAW. dan implementasi The image below CEDAW. presents Gambar some di examples bawah memberi of the CEDAW contoh-contoh Committee s rekomendasi recommendations Komite CEDAW yang relating berkaitan to legal dengan reviews. tinjauan hukum. Thailand The Komite committee mengkhawatirkan is concerned bahwa that tidak not all semua UU discriminatory diskriminatif telah laws diamandemen have been amended untuk memastikan to ensure that bahwa the Konvensi Convention dan and ketetapannya its provisions menjadi become fully applicable sepenuhnya in berlaku the domestic dalam legal sistem system hukum (CEDAW domestik. Concluding (Komentar akhir Comments CEDAW on tentang Thailand, Thailand, 2006, 2006, par. 13) ayat 13) The Komite Committee merekomendasikan recommends bahwa that the Pihak State Negara Party secara systematically sistematis meninjau review all semua legislation legislasi so as untuk to achieve mencapai full kepatuhan compliance penuh with the pada provisions ketetapan of the Convention Konvensi. Komite The Committee memperlihatkan points out bahwa that adalah it is the kewajiban obligation pihak of the Negara State untuk party memastikan to ensure that bahwa the Convention Konvensi menjadi becomes sepenuhnya fully applicable berlaku in dalam the domestic legal sistem system hukum (CEDAW domestik Concluding (Komentar Comments Akhir CEDAW on Thailand, tentang Thailand, 2006, par. 2006, 14) ayat 14). Kamboja Cambodia [Komite (The CEDAW] Committee) mendorong encourages Pihak Negara the State untuk Party memanfaatkan to take advantage proses reformasi of the ongoing hukum legal yang reform sedang process berjalan to achieve untuk the full mencapai compatibility kesesuaian dan and kepatuhan compliance penuh of all laws semua with UU the pada provisions ketetapan-ketetapan of the Convention Konvensi (CEDAW (Komentar Concluding Akhir Comments CEDAW on tentang Cambodia, Kamboja, 2006, par. 2006, 12) ayat 12). Filipina Philippines Komite The Committee merekomendasikan recommends bahwa that the Pihak State Negara Party undertake melakukan a peninjauan systematic review sistematis of all atas legislation semua legislasi and initiate dan all memprakarsai necessary revisions semua revisi so as yang to achieve diperlukan full compliance untuk mencapai with the provisions kepatuhan of penuh the pada ketetapan Convention Konvensi. (CEDAW(Komentar Concluding Akhir Comments CEDAW on tentang Philippines, Filipina, 2006, 2006, par. 12) ayat 12). Indonesia Komite The Committee menyambut welcomes upaya Pemerintah the Government s untuk mengidentifikasi efforts to identify UU genderbiased gender laws dan and untuk to initiate memulai revisions to pada those UU laws.the itu Namun, Committee Komite is mengkhawatirkan concerned, however, bahwa that revisions belum have dilakukan not been pada undertaken 21 UU semuanya on all of the yang telah 21 laws diidentifikasi that the Government Pemerintah has sebagai identified diskriminatif, as discriminatory, dan bahwa and beberapa that some amandemen, of the amendments, meskipun while memperlihatkan demonstrating kemajuan progress menuju towards kesetaraan, equality, are masih still discriminatory diskriminatif to terhadap wards women perempuan. (CEDAW (Komentar Concluding Akhir CEDAW Comments tentang on Indonesia, 2007, ayat par. 10). Komite mendesak pihak negara untuk memberi prioritas tinggi kepada proses The Committee reformasi urges hukum the dan State untuk party mengamandemen, to give high priority tanpa to penundaan its law dan di reform dalam process kerangka and waktu to amend, yang jelas, without UU delay diskriminatif and within dan an membuat clear time semua UU frame, itu sejalan discriminatory dengan laws Konvensi. and regulations (Komentar and Akhir bring CEDAW them tentang in line with Indonesia, the 2007, Convention ayat 11). (CEDAW Concluding Comments on Indonesia, 2007, par. 11) ü See Part 2. what You should know Before Doing a cedaw-based Legal review for more information Lihat Bagian on the 2. Apa CEDAW yang Committee Perlu Anda Ketahui Sebelum Melakukan Tinjauan Hukum Berbasis CEDAW untuk informasi lebih lanjut tentang Komite CEDAW. Apakah Hukum Kita Meningkatkan Do Our Laws Kesetaraan Promote Gender Gender? Equality? Buku Pegangan untuk Tinjauan A Handbook Hukum for CEDAW-Based Berbasis CEDAW Legal Reviews 5 5

16 1PArt OnE: CEDAW AnD legal reviews 1BAGIAN SATU: CEDAW DAN TINJAUAN HUKUM CATATAN: 6 6 Do Our Laws Promote Gender Equality? A Handbook for CEDAW-Based Legal Reviews

17 2 APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW BAGIAN DUA

18 2

19 BAGIAN DUA: APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW Dalam bagian ini: CEDAW dan prinsip-prinsip kuncinya Pasal 1-30 CEDAW Situasi de facto perempuan dan kesetaraan gender Hukum dan pembuatan hukum Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan tentang hukum dan pembuatan hukum Tinjauan hukum berbasis CEDAW dibangun di atas pengetahuan dan pemahaman yang rinci tentang: 1. CEDAW; 2. Situasi de facto perempuan dan kesetaraan gender; dan 3. UU dan pembuatan UU. Perlu diingat bahwa tiga hal ini sangat penting. CEDAW DAN PRINSIP-PRINSIP KUNCINYA CEDAW berupaya menghapus diskriminasi terhadap perempuan dalam segala bentuk dan perwujudannya kerap diacu sebagai peraturan internasional untuk hak-hak asasi perempuan. Konvensi ini diadopsi oleh Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 18 Desember 1979 dan diberlakukan pada 3 September CEDAW memiliki 186 Negara dan membuat konvensi ini salah satu dari perjanjian hak asasi manusia internasional yang paling banyak diratifikasi. Konvensi ini tersusun atas Preambul dan 30 pasal. Prinsip-prinsip CEDAW CEDAW memiliki tiga prinsip kunci: Kesetaraan substantif; Non-diskriminasi; dan Kewajiban Negara. Prinsip-prinsip ini membungkus kerangka konseptual di balik CEDAW. Tanpa memahami prinsip-prinsip ini, CEDAW tidak dapat diterapkan dengan benar. Ketiga prinsip CEDAW ini menekankan bahwa kesetaraan harus dinikmati dalam kenyataan, bukan hanya di atas kertas. Tidaklah cukup hanya menyiapkan UU dan kebijakan jika perempuan tidak merasakan kesetaraan itu hari per hari. Kesetaraan Substantif Standar kesetaraan CEDAW adalah kesetaraan substantif. Ditafsirkan oleh Komite CEDAW untuk bermakna kesetaraan de facto (kesetaraan sebagai fakta atau kesetaraan sesungguhnya) atau kesetaraan dalam hasil. Namun, pencapaian kesetaraan substantif mensyaratkan bahwa perempuan diberi kesempatan yang sama, akses yang sama terhadap kesempatan, dan lingkungan yang memberi kemungkinan pada pencapaian hasi-hasil yang setara. 7

20 2BAGIAN DUA: APA YANG PERLU ANDA KETAHUI SEBELUM MELAKUKAN TINJAUAN HUKUM BERBASIS CEDAW Kesetaraan substantif mencari lebih jauh dari sekadar jaminan hukum untuk perlakuan yang setara, dan mencermati ke dalam dampak intervensi. Sebagai contoh, sebuah UU mungkin memberi kesempatan setara untuk perempuan dan laki-laki untuk mengakses kredit jika mereka dapat menyediakan jaminan (garansi atau keamanan). Akan tetapi, jika dalam kenyataan, perempuan tidak dapat mengendalikan, mengelola, atau mewarisi properti, maka besar kemungkinan mereka tidak akan mampu menyediakan jaminan dan karena itu tidak dapat mengakses kredit. Tanpa langkahlangkah mengamankan realisasi kesetaraan yang praktis, tidak akan ada kesetaraan substantif. UU harus menciptakan kesetaraan substantif untuk sejalan dengan CEDAW. Tantangan terhadap Kesetaraan Substantif Kendati prinsip kesetaraan diakui secara luas dalam UUD dan UU, ada banyak contoh penafsiran kesetaraan yang tidak menghasilkan kesetaraan substantif. Komite CEDAW menyatakan dalam Rekomendasi Umum 25 bahwa: pendekatan yang murni hukum formal atau programatis tidak cukup untuk mencapai kesetaraan de facto perempuan terhadap laki-laki, yang oleh Komite ditafsirkan sebagai kesetaran substantif. Selain itu, Konvensi menuntut bahwa perempuan diberi awal yang setara dan bahwa mereka diberdayakan oleh lingkungan yang memberi kesempatan untuk mencapai kesetaraan hasil. Tidak cukup menjamin perlakuan terhadap perempuan yang identik dengan perlakuan terhadap laki-laki saja, tetapi juga perbedaan yang terbangun secara sosial dan budaya antara perempuan dan laki-laki harus dipertimbangkan. Dalam situasi tertentu, perlakuan non-identik pada perempuan dan laki-laki akan diperlukan untuk menangani perbedaan-perbedaan seperti itu. Mencapai tujuan kesetaraan substantif menyerukan strategi efektif yang ditujukan untuk mengatasi kurang keterwakilan perempuan dan distribusi kembali sumber daya dan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan. (a) Kesetaraan formal. Kesetaraan kerap dipahami sebagai memberi perlakuan yang sama kepada setiap orang. Ini adalah kesetaraan formal. Dalam pendekatan ini, laki-laki dan perempuan dilihat sebagai serupa dan karena itu mereka akan diberi perlakuan yang sama. Akibatnya, perbedaan-perbedaan berdasarkan biologi, seperti kehamilan atau menjadi ibu, tidak diperhatikan. Perbedaan-perbedaan sosial dan budaya persepsi sosial tentang perempuan yang lemah, bergantung secara ekonomi, dan terikat di rumah dan dampak mereka terhadap perempuan juga tidak diabaikan. Dengan mengabaikan perbedaanperbedaan ini, kebutuhan-kebutuhan khusus perempuan tidak ditangani. (b) Pendekatan proteksionis/melindungi. Pendekatan proteksionis terhadap kesetaraan berasumsi bahwa perempuan lebih lemah dari laki-laki dan oleh sebab itu memerlukan perlindungan. Pilihan-pilihan perempuan dibatasi dan hak-hak mereka diabaikan untuk membuat mereka aman. Contoh-contoh pendekatan proteksionis mencakup larangan tentang perempuan bekerja malam hari (misalnya, Pasal 130 UU Perburuhan Filipina), atau larangan perempuan bekerja untuk pekerjaan berbahaya (misalnya, Pasal 113 UU Perburuhan Vietnam dan ketetapan hukum tambahan). Dalam semua kasus ini, perempuan dilihat sebagai masalah dan bukan lingkungan yang tidak aman, yang tetap tidak mendapat penanganan. Perempuan dipersalahkan lebih karena seharusnya mereka tidak mampu untuk melindungi diri sendiri ketimbang karena kegagalan aturan publik dan langkah-langkah keamanan atau kurangnya langkah kesehatan dan keamanan terkait pekerjaan yang tepat. Namun demikian, laki-laki dilihat sebagai tidak menuntut perlindungan dari bahaya atau pekerjaan berbahaya. Dalam kebanyakan kasus, lingkungan itu berbahaya baik untuk laki-laki maupun perempuan. Pendekatan yang proteksionis menghukum perempuan untuk kelemahan mereka yang sudah dibayangkan sebelumnya. Alih-alih menangani lingkungan berbahaya dan memudahkan 8

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 2 R-111 Rekomendasi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 K-158 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Oleh Agung Putri Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Implementasi

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

Discrimination and Equality of Employment

Discrimination and Equality of Employment Discrimination and Equality of Employment Pertemuan ke-3 Disusun oleh: Eko Tjiptojuwono Sumber: 1. Mathis, R.L. and J.H. Jackson, 2010. Human Resources Management 2. Stewart, G.L. and K.G. Brown, 2011.

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

MULAI BERLAKU : 3 September 1981, sesuai dengan Pasal 27 (1)

MULAI BERLAKU : 3 September 1981, sesuai dengan Pasal 27 (1) Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan Ditetapkan dan dibuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan disetujui oleh Resolusi Majelis Umum 34/180 pada 18 Desember 1979

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 K 182 - Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak 2 Pengantar

Lebih terperinci

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Diambil dan terbuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan diaksesi oleh resolusi Mahkamah Umum 2200A (XXI) pada 16 Desember 1966, berlaku

Lebih terperinci

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA 1 K 100 - Upah yang Setara bagi Pekerja Laki-laki dan Perempuan untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya 2 Pengantar

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Diskriminasi dan kesetaraan: 4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Mengidentifikasi kebijakan dan tindakan

Lebih terperinci

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Oleh: Antarini

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting

Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar 1. Menguraikan tentang konsep dan

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada

Lebih terperinci

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK A. KONDISI UMUM Dalam rangka mewujudkan persamaan di depan hukum, penghapusan praktik diskriminasi terus menerus dilakukan, namun tindakan pembedaan

Lebih terperinci

Mudjiati Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik indonesia

Mudjiati Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik indonesia MEMBANGUN PERSPEKTIF GENDER DALAM MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Mudjiati Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik indonesia Jakarta, 26 Juni 2012 1 Apa Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK 2012, No.149 4 PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai

Lebih terperinci

Perempuan Diberdayakan Perempuan dalam Parlemen di Afrika Selatan 1

Perempuan Diberdayakan Perempuan dalam Parlemen di Afrika Selatan 1 S T U D I K A S U S Perempuan Diberdayakan Perempuan dalam Parlemen di Afrika Selatan 1 MAVIVI MYAKAYAKAYA-MANZINI Kebebasan tidak akan dapat dicapai kecuali kalau perempuan telah dimerdekakan dari segala

Lebih terperinci

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 Latar belakang dan konteks Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 AIPP bekerja untuk mempromosikan hak-hak masyarakat adat. Hak-hak masyarakat adat adalah bagian dari kerangka kerja hak-hak asasi

Lebih terperinci

Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952

Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952 Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952 Komperensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional, Setelah disidangkan di Jeneva oleh

Lebih terperinci

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa Kedelapan Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap Pelaku Kejahatan Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7 September

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 MUKADIMAH Negara-Negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan

Lebih terperinci

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL 1 K-144 Konsultasi Tripartit untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar-Standar Ketenagakerjaan Internasional

Lebih terperinci

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia

Lebih terperinci

DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN: KONVENSI DAN KOMITE. Lembar Fakta No. 22. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN: KONVENSI DAN KOMITE. Lembar Fakta No. 22. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN: KONVENSI DAN KOMITE Lembar Fakta No. 22 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia 1 Hak asasi perempuan dan anak perempuan merupakan bagian yang melekat, menyatu dan tidak

Lebih terperinci

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya (Konvensi Migran 1990) KOMNAS PEREMPUAN KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Mengenal

Lebih terperinci

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN RESUME RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Apa latar belakang perlunya parameter gender dalam pembentukan peraturan perundangundangan. - Bahwa masih berlangsungnya

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN 1 K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan

Lebih terperinci

KONVENSI-KONVENSI ILO TENTANG KESETARAAN GENDER DI DUNIA KERJA

KONVENSI-KONVENSI ILO TENTANG KESETARAAN GENDER DI DUNIA KERJA KONVENSI-KONVENSI ILO TENTANG KESETARAAN GENDER DI DUNIA KERJA Kantor Perburuhan Internasional i ii Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja Pengantar Kaum perempuan menghadapi beragam

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 2 K-95 Konvensi Perlindungan Upah, 1949 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia 23 Oktober 2017 Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Setelah mengikuti siklus ketiga Tinjauan Periodik Universal (Universal Periodic Review - UPR) Indonesia, saya menyambut

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Mukadimah Negara-negara Pihak Kovenan ini, Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang diumumkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women Stand Alone Goal Prinsip Stand Alone Goal: 1. Kesetaraan Gender 2. Hak-hak perempuan sebagai hak asasi manusia. 3. Pemberdayaan

Lebih terperinci

2. Konsep dan prinsip

2. Konsep dan prinsip Diskriminasi dan kesetaraan: 2. Konsep dan prinsip Kesetaraan and non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar 1. Menganalisa definisi diskriminasi di tempat kerja

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi

Lebih terperinci

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin Bahan Bacaan: Modu 2 Pengertian Anak Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin A. Situasi-Situasi yang Mengancam Kehidupan Anak Sedikitnya

Lebih terperinci

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI 1 K 87 - Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

Konvensi ILO No. 189 & Rekomendasi No. 201

Konvensi ILO No. 189 & Rekomendasi No. 201 Konvensi ILO No. 189 & Rekomendasi No. 201 KERJA LAYAK bagi PEKERJA RUMAH TANGGA Irham Ali Saifuddin Capacity Building Specialist ILO Jakarta PROMOTE Project 1 DASAR PEMIKIRAN Pengakuan nilai sosial dan

Lebih terperinci

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 1 K177 - Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN A. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1. Sejarah Convention on the Elimination of All Discrimination Against

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Majelis Umum, Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993 [1] Mengikuti perlunya penerapan secara

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Menetapkan konsep

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI)

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K187 Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 K187 - Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISBN 978-92-2-xxxxxx-x Cetakan Pertama, 2010

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Diskriminasi merupakan bentuk ketidakadilan. Pasal 1 ayat 3 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, menjelaskan bahwa pengertian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES (KONVENSI MENGENAI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri

Lebih terperinci

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA PRINSIP Kaukus Perempuan Asia Tenggara tentang ASEAN1, yang juga dikenal sebagai Kaukus Perempuan, berkomitmen untuk menegakkan

Lebih terperinci

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 K-173 Konvensi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia Tujuan 8: Mempromosikan keberlajutan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan yang produktif dan menyeluruh, serta perkerja layak bagi semua Hak untuk Bekerja sebagai Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

KONVENSI PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN

KONVENSI PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN KONVENSI PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan keseluruhan mempunyai struktur sebagai berikut : Pertimbangan Pasal-pasal

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi

K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi 1 K 150 - Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi 2 Pengantar Organisasi Perburuhan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional

PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA Organisasi Perburuhan Internasional Agenda Kerja Layak ILO untuk Pekerja Rumah Tangga Penyusunan Standar untuk Pekerja Rumah Tangga 2 I. DASAR

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA

LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA KOMITE PEREMPUAN IndustriALL Indonesia Council 2014 1 LAPORAN HASIL SURVEY

Lebih terperinci

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah

Lebih terperinci

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai

Lebih terperinci

K19 PERLAKUKAN YANG SAMA BAGI PEKERJA NASIONAL DAN ASING DALAM HAL TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA

K19 PERLAKUKAN YANG SAMA BAGI PEKERJA NASIONAL DAN ASING DALAM HAL TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA K19 PERLAKUKAN YANG SAMA BAGI PEKERJA NASIONAL DAN ASING DALAM HAL TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA 1 K-19 Perlakukan Yang Sama Bagi Pekerja Nasional dan Asing dalam Hal Tunjangan Kecelakaan Kerja 2 Pengantar

Lebih terperinci

Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja. Law Reform Commission of Thailand (LRCT)

Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja. Law Reform Commission of Thailand (LRCT) Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja Law Reform Commission of Thailand (LRCT) Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan

Lebih terperinci

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan menjamin hak asasi manusia dalam proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara serta memberikan

Lebih terperinci

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 2 R-90 Rekomendasi Pengupahan Setara, 1951 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja

K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja 1 K 122 - Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981

K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 2 K-156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Konvensi mengenai Kesempatan

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ANTI KORUPSI, 2003) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Annex 5: Panduan Maastricht mengenai Pelanggaran Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Annex 5: Panduan Maastricht mengenai Pelanggaran Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Annex 5: Panduan Maastricht mengenai Pelanggaran Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya I. Signifikansi hak-hak ekonomi, sosial dan budaya 1. Sejak Prinsip Limburg diadopsi pada tahun 1986, kondisi ekonomi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA 1 K-88 Lembaga Pelayanan Penempatan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi

Lebih terperinci

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA 1 K 29 - Kerja Paksa atau Wajib Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci