Oleh: MUHAMMAD ABU TOLHAH NIM:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: MUHAMMAD ABU TOLHAH NIM:"

Transkripsi

1 PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: MUHAMMAD ABU TOLHAH NIM: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1442 H/2021 M

2 PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: MUHAMMAD ABU TOLHAH NIM: Di Bawah Bimbingan HOTNIDAH NASUTION M.A NIP PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1441 H/2020 M i

3

4 LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama Lengkap : MUHAMAD ABU TOLHAH NIM : Tempat, Tanggal Lahir : Sumedang, 11 Oktober 1995 Prodi/Fakultas : Hukum Keluarga Alamat : Dusun Leuwiliang RT 01/07 Desa Sindulang Kec. Cimanggung. Kab. Sumedang No. Handphone : Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia untuk menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 19 Maret 2021 Muhamad Abu Tolhah NIM iii

5 ABSTRAK Muhamad Abu Tolhah NIM PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 1441 H/ 2020 M, xi + 87 Halaman Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi meningkatnya angka permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tahun Penelitian ini termasuk penelitian library research dan field research. Library research yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. 1 Kepustakaan dilakukan dengan menggunakan bukubuku, kitab-kitab fiqh, perundang- undangan, dan yurisprudensi yang berhubungan dengan skripsi ini. Sedangkan jenis data yang digunakan adalah data kualitatif yaitu dengan melakukan field research. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab meningkatnya permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan adalah faktor agama, ekonomi, dan hamil diluar nikah. Dampak pemberian Dispensasi Nikah dalam aspek Yuridis dan Sosiologis adalah semakin meningkatnya kesadaran hukum masyarakat terhadap aturan yang ada. Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta selatan selalu mempertimbangkan hal-hal yang telah diatur Perma No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin. Selain itu juga mempertimbangkan kesiapan orang tua dan anak yang hendak menikah, baik dari aspek ekonomi maupun kesehatan Kata Kunci : Dispensasi Nikah, Pengadilan Agama, Jakarta Selatan Pembimbing : Hotnidah Nasution, M.A. Daftar Pustaka : Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet. Ke-8, (Jakarta: RajaGrafindo Persada 2004), h. 13 iv

6 KATA PENGANTAR ب س م هللا الر ح من الر ح يم Alhamdulillah Rabbil Alamin, Segala puji, syukur dan sujud kehadirat Allah Subhanahu wa Ta ala, yang selalu melimpahkan rahmat, hidayah, serta keberkahan-nyalah sehingga penulis diberikan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam senantiasa kepada sebaik-baik tauladan kita, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam, semoga kelak kita mendapatkan syafa atnya di akhirat. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Hukum Program Studi Hukum Keluarga pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini penulis persembahkan seutuhnya kepada motivator terhebat dan tercinta sepanjang perjalanan hidup penulis, terkhusus kedua orang tua tercinta, bapak tercinta H. Suryana dan mama Hj. Siti Hapsoh dan kakak-kakak terhormat serta adik-adik tersayang yang tidak pernah lelah selalu memberikan semangat, motivasi, bimbingan dan dukungan, kasih sayang, doa serta keluangan waktu yang diberikan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta ala senantiasa memberikan rahmat, keberkahan dan kasih sayang kepada mereka semua. Aamiin. Selama proses penulisan skripsi ini, sedikit banyak hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, atas berkat rahmat dan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta ala diberikan kemudahan dalam mengerjakannya. Serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada para pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. v

7 2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, SH., MH., MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Mesraini, M.Ag, selaku ketua Program Studi Hukum Keluarga dan Ahmad Chairul Hadi, M.A, sekretaris Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. 4. Dr. H. Muchtar Ali M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan nasihat dan motivasi untuk mahasiswa-mahasiswinya. 5. Hotnidah Nasution M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan nasihat, motivasi, serta perbaikan-perbaikan selama penyusunan skripsi ini, terimakasih banyak atas arahan, masukan dan koreksi skripsinya yang bersifat membangun, semoga Allah Subhanahu wa Ta ala senantiasa membalas semua kebaikan Ibu. 6. Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan Bapak Dr, H. Andi Akram, S.H., M.H. dan Wakil Ketua Elvin Nailana, S.H., M.H. Serta seluruh jajaran di pengadilan agama Jakarta selatan saya ucapkan terimakasih banyak telah memberikan kesempatan untuk memberikan informasi serta telah bersedia menjadi obyek penelitian ini. 7. Pimpinan Perpustakaan, Pengelola Perpustakaan, Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan. 8. Terima kasih kepada kawan kelas HK 15 kelas A terkhusus Ilham Ramdani Rahmat, Irwan Hidayat, Lutfi Zakaria, Lutfi Abdul Latif, Ikbal Ibnu Ansor yang membantu saya dalam penyusunan skripsi ini. 9. Terima kasih kepada abang Muhammad Abu Dzar Al-gipari S. Hum, yang telah banyak memberikan nasihat, motivasi, dan ilmu kepada penulis. 10. Kepada Sahabat-Sahabat penulis, Apipudin, Anjar Jamaludin, Alfi Rijalul Awal, Ikhdan, Irsyadul Ibad, Muhammad Farhan, rizki Ikhwani, Wahyu Erlangga, Mukhlis, Imam Nawawi, Khamdi Alfan Maulana, yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi yang penulis tempuh. vi

8 11. Terimakasih kepada Rizki Ikhwani S. sos yang telah memberikan do a dan bantuan dalam pengerjaan skripsi ini, semoga kita dapat selalu berproses bersama-sama menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 12. Teman-teman Hukum Keluarga angkatan 2015, pesantren sabilussalam, IMM cabang ciputat, KSE UIN Jakarta, PSM UIN Jakarta yang selalu memberikan banyak perubahan buat hidup saya. 13. Terima kasih sahabat-sahabat kuncen secret KSE yang telah menemani penulis dari awal masuk kuliah hingga sekarang serta telah memberikan motivasi dan semangat yang luar biasa dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. 14. Teman seperjuangan selama 1 (satu) bulan di pangkal jaya, naggung Bogor Kuliah Kerja Nyata (KKN) Muara, yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. 15. Terima kasih sahabat-sahabat dari KSE Entrepreneur Academy batch 3, khususnya rony, taufiq, aqil, ato, dan yang lainnya atas motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. 16. Terima kasih teman-teman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Syari ah dan Hukum (IMM PKSH) yang selalu memberikan motivasi, semangat dan pembelajaran kepada penulis. 17. Serta teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas doa-doa terbaiknya. Semoga Allah memberikan ampunan, rahmat, dan balasan pada setiap kebaikan yang telah diberikan untuk penliti. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum keluarga. Jakarta, 19 Maret 2021 M 05 Sya ban 1442 H Penulis vii

9 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... i LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iiv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Pembatasan Masalah... 4 D. Perumusan Masalah... 4 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 4 F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu... 5 G. Metode Penelitian Pendekatan Pendekatan Jenis Penelitian Sumber Data Metode Pengumpulan Data Analisis Data Teknik Penulisan... 8 H. Rancangan Sistematika Penelitian... 8 BAB II KAJIAN TEORI... 9 A. Pernikahan Pengertian Pernikahan Dasar Hukum Pernikahan Rukun dan Syarat Pernikahan Tujuan dan Hikmah Pernikahan Pencegahan atau Larangan dalam Pernikahan viii

10 BAB III BAB IV B. Dispensasi Nikah C. Pembatasan Usia Menikah Usia Menikah Menurut Hukum Islam Usia Menikah Menurut Hukum Positif D. Dampak Pernikahan Usia di bawah umur Dampak Negatif Dampak Positif E. Pandangan Maqasid Syariah Terhadap Pembatasan Usia Perkawinan PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN DAN DISPENSASI NIKAH A. Gambaran Umum Tentang Pengadilan Agama Jakarta Selatan B. Gambaran Umum Tentang Dispensasi Nikah pada Tahun di Pengadilan Agama Jakarta Selatan C. Tata Cara Pengajuan Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama FAKTOR PENYEBAB MENINGKATNYA ANGKA DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN A. Faktor Penyebab Meningkatnya Permohonan Dispensasi Nikah Faktor Agama Faktor Ekonomi Faktor Hamil Diluar Nikah B. Dampak Pemberian Dispensasi Nikah Dalam Aspek Yuridis dan Sosiologis Aspek Yuridis Aspek Sosiologis C. Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta selatan dalam memberikan Dispensasi Nikah ix

11 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN x

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan yang merupakan suatu ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita diharapkan dapat membentuk sebuah keluarga yang bahagia, sejahtera, kekal dan abadi berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa. Perkawinan merupakan sunahtullah yang berlaku umum kepada semua makhluk ciptaan Allah SWT, baik pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dengan bertujuan lain sebagai jalan bagi makhluknya untuk berkembang baik serta melestarikan hidupnya. 2 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah mengesahkan Revisi Undang- Undang tentang Perkawinan menjadi Undang-Undang pada rapat paripurna. DPR dan pemerintah menyepakati perubahan Pasal 7 Ayat 1 dalam RUU tentang Perkawinan terkait Ketentuan batas usia menikah laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, batas usia menikah menjadi 19 tahun. 3 Revisi Undang-undang tentang Perkawinan merupakan tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi yang memberikan tenggat waktu tiga tahun kepada DPR RI untuk mengubah ketentuan batas usia menikah yang diatur dalam pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan. Hal diatas tentunya berimplikasi pada hukum perkawinan di Indonesia. Jika sebelumnya seorang perempuan di perbolehkan jika menikah di umur 17 tahun, maka sekarang tidak di izinkan jika belum mendapatkan putusan dispensasi nikah dari Pengadilan Agama setempat. 2 Tihami dan Sohari, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap, (Jakarta : Rajawali pers, 2014), h diakses pada hari senin, 23 Desember 2019, pukul WIB. 1

13 2 Maksud dan tujuan pemerintah mengubah ketentuan pada pasal 7 ayat (1) ini adalah salah satunya untuk menekan angka pernikahan usia di bawah umur di Indonesia. Hal ini dikarenakan pernikahan usia di bawah umur memiliki banyak dampak negatif yang akan ditimbulkan kepada kedua belah pihak. Dari aspek kesehatan beresiko terhadap berbagai penyakit seperti kanker serviks, kanker payudara, pendarahan, keguguran, mudah terjadi infeksi saat hamil maupun setelah hamil, anemia saat hamil, risiko terkena pre-eklampsia dan persalinan yang lama dan sulit. Sedangkan dampak pernikahan dini pada bayi berupa kemungkinan lahir belum cukup umur, berat badan bayu rendah (BBLR), cacat bawaan hingga kematian bayi. 4 Dimaksudkan penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini pasca disahkannya revisi Undang-undang Perkawinan adalah pihak wanita belum genap umur 19 tahun dan pria belum genap 19 tahun. Sedangkan yang dimaksud Pengadilan yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita adalah bagi yang beragama Islam harus mengajukan permohonan dispensasi ke Pengadilan Agama dan bagi yang beragama Kristen mengajukan ke Pengadilan Negeri. Sekalipun terbuka jalan untuk diberikan dispensasi perkawinan bagi anak yang masih di bawah umur, namun ketentuan Pasal 7 ayat (2) tidak mengatur secara tegas dan rinci alasan-alasan pemberian dispensasi. 5 Permohonan Dispensasi nikah di Provinsi DKI Jakarta masih berada pada angka yang cukup tinggi. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari Laporan Tahunan Pengadilan Agama yang ada di Provinsi DKI Jakarta, ditemukan bahwa Pengadilan Agama Jakarta selatan merupakan Pengadilan yang perkara Permohonan Dispensasi Nikahnya selalu mengalami peningkatan di tiap tahunnya. Total pengajuan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tahun 2017 adalah sebanyak 29 Perkara, tahun 2018 adalah sebanyak 32 Perkara, dan tahun 2019 adalah sebanyak 53 Perkara Manuba, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta: EGC, Edisi 2 5 Marilang, Dispensasi Kawin Anak di Bawah Umur, Al-Daulah Vol 7 No. 1 Juni 2018, h. 2

14 3 Berdasarkan data dispensasi nikah diatas maka penulis dapat memberikan analisa bahwa sejak tahun permohonan Dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan selalu mengalami kenaikan di tiap tahunnya. Jika penulis membuat sebuah grafik, maka gambarnya adalah sebagai berikut: Beranjak dari latar belakang masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk menulis skripsi dengan judul Permohonan Dispensasi Nikah Agama Jakarta Selatan. B. Identifikasi Masalah Dari beberapa permasalahan yang ditemukan dalam judul ini antara lain ialah sebagai berikut : 1. Apa yang menyebabkan tingginya angka permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan? 2. Bagaimana perbandingan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan sebelum dan sesudah revisi Undang-undang Perkawinan? 3. Bagaimana kesadaran hukum masyarakat dalam menanggapi revisi Undangundang Perkawinan? 4. Apakah revisi Undang-undang Perkawinan menekan angka pernikahan usia di bawah umur? 5. Bagaimana implikasi hukum dari revisi Undang-undang Perkawinan? 6. Bagaimana implikasi sosial dari revisi Undang-undang Perkawinan? 3

15 4 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini terbatas pada perkara permohonan dispensasi nikah pada Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam kurun waktu tahun D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari identifikasi dan pembatasan masalah diatas, selanjutnya penulis menemukan masalah pokoknya yaitu: Peningkatan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun Dari masalah pokok tersebut penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa faktor yang menyebabkan tingginya angka permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan? 2. Bagaimana dampak dari adanya pemberian Dispensasi Nikah dalam aspek Yuridis dan Sosiologis? 3. Bagaimana pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta selatan dalam memberikan Dispensasi Nikah? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ditetapkan sesuai dengan rumusan masalah adalah : 1. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan tingginya angka permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. 2. Untuk mengetahui dampak dari adanya pemberian Dispensasi Nikah dalam aspek Yuridis dan Sosiologis. 3. Untuk mengetahui pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta selatan dalam memberikan Dispensasi Nikah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 4

16 5 1. Memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan dalam perkembangan ilmu hukum perkawinan. 2. Memahami dan mengkaji tentang perkembangan hukum pasca revisi Undang-undang Perkawinan. 3. Memberikan informasi tentang tingkat kesadaran masyarakat terkait perkawinan. 4. Menjadi rujukan bagi akademisi tentang bagaimana analisa secara mendalam mengenai Dispensasi nikah. F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu Dari hasil penelusuran pada karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan harta bersama ternyata memiliki sejumlah bahasan yang berbeda. Baik itu secara tematik serta objek kajian yang diteliti. Adapun kajian terdahulu yang penulis temukan diantaranya. Ilham Ramdani Rahmat (2019) dalam skripsi Pernikahan Usia dini dan Hak Anak (Studi di Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat) Membahas mengenai penyebab dan faktor pernikahan usia di bawah umur, serta implikasinya terhadap hak-hak anak. 6 Nurmilah Sari (2011) dalam skripsi Dispensasi Nikah di Bawah Umur (Studi Kasus di Pengadilan Agama Tangerang Tahun ). Skripsi tersebut mengkaji mengenai permasalahan dispensasi nikah pada Pengadilan Agama Tangerang dan Pertimbangan Hukum tentang Permohonan dispensasi nikah oleh Pengadilan Agama Tangerang. 7 Faraid Hika (2017) dalam Skripsi Pembatasan Usia Pernikahan Menurut Hukum Islam (Studi Putusan Mahakamah Konstitusi No. 30/PUU-XII/2014). Skripsi ini membahas mengenai bagaimana tidak adanya batasan usia pernikahan 6 Ilham Ramdani Rahmat, Pernikahan Usia Dini dan Hak Anak (Studi di Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum tahun Nurmilah Sari, Dispensasi Nikah di Bawah Umur (Studi Kasus di Pengadilan Agama Tangerang Tahun , Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum tahun

17 6 namun dalam Hukum Islam sendiri para ulama sepakat bahwa aqil baligh adalah hal yang diharuskan dalam usia pernikahan. 8 G. Metode Penelitian Dalam membahas penelitian ini, diperlukan suatu penelitian untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dibahas dan gambaran dari masalah tersebut secara jelas, tepat dan akurat. Ada beberapa metode yang akan penulis gunakan, antara lain: 1. Pendekatan Penelitian Penelitian hukum ini menggunakan metode pendekatan normatifempiris yakni penulis tidak saja berusaha mempelajari pasal-pasal perundangundangan, pandangan pendapat para ahli dan menguraikan dalam skripsi atau karya penelitian ilmiahnya, tetapi juga menggunakan bahan-bahan yang sifatnya normatif itu dalam rangka mengolah dan menganalisis data-data dari lapangan yang disajikan sebagai pembahasan. 9 Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yakni data-data yang disusun dalam kata-kata atau kalimatkalimat. Metode ini bertujuan untuk memberi gambaran secara sistematis yang berupa fakta dan karakteristik obyek dan subyek yang diteliti secara tepat. 2. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian ini termasuk penelitian library research dan field research. Library research yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. 10 Kepustakaan dilakukan 8 Faraid Hika, Pembatasan Usia Pernikahan Menurut Hukum Islam (Studi Putusan Mahakamah Konstitusi No. 30/PUU-XII/2014, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum tahun Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas atau Skripsi Ilmu Hukum, (Bandar Lampung: Mandar Maju, 1995), h Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet. Ke-8, (Jakarta: RajaGrafindo Persada 2004), h. 13 6

18 7 dengan menggunakan buku-buku, kitab-kitab fiqh, perundang- undangan, dan yurisprudensi yang berhubungan dengan skripsi ini. Sedangkan jenis data yang digunakan adalah data kualitatif yaitu dengan melakukan field research. 3. Sumber Data a. Data Primer dalam penelitian ini adalah berkas-berkas yang berkaitan dengan 30 penetapan Dispensasi Nikah yang terdapat pada Tahun Selain itu penulis juga melakukan Wawancara terhadap Salah satu hakim di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. b. Data Sekunder, untuk melengkapi data primer diperoleh dari studi kepustakaan dengan mengkaji dan menelusuri literatur yang relevan baik berasal dari buku-buku, kitab fiqh, majalah, jurnal-jurnal, dan lain-lain yang berkaitan dengan pembahasan yang di kaji. 4. Metode Pengumpulan Data a. Studi kepustakaan untuk mendapatkan teori-teori dan konsep yang berkenaan dengan metode keputusan hakim dalam memberikan izin dispensasi nikah melalui berbagai buku dan literatur yang dipandang mewakili dan berkaitan dengan obyek penelitian. b. Studi dokumenter yaitu menelaah bahan-bahan yang diambil dari dokumentasi dan berkas yang mengatur tentang pemeriksaan putusan Dispensasi Nikah serta putusan hakim yang menyangkut Dispensasi Nikah. 5. Analisis Data Bahan yang diperoleh, lalu dianalisis secara kualitatif yang dilakukan terhadap data yang diolah dengan menggunakan uraian-uraian untuk memberi 7

19 8 gambaran, sehingga menjadi sistematis dan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Data yang ada dianalisis sehingga dapat membantu sebagai dasar aturan dan pertimbangan hukum yang berguna dalam menganalisis Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. 6. Teknik Penulisan Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang di terbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum tahun H. Rancangan Sitematika Penelitian Penelitian skripsi ini terdiri dari 5 (lima) Bab, dimana masing-masing Bab berisikan pembahasan yang berkesinambungan sebagai berikut: Bab I Berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang yang menjadi dasar mengapa penulisan ini diperlukan, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Berisi mengenai Pengertian Dispensasi Nikah, dasar hukum Dispensasi Nikah, Aturan Sebelum dan sesudah direvisinya Undang-undang Perkawinan, Kemudian dilanjutkan dengan faktor penyebab banyaknya Dispensasi Nikah pada Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Bab III Memaparkan Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan beserta statistik perkara Dispensasi Nikah pada tahun Bab IV Merupakan bab inti yaitu bahasan utama dalam skripsi ini. Yaitu analisis faktor penyebab meningkatnya angka permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Bab V Merupakan bab penutup pembahasan yang berupa kesimpulan hasil penelitian ini secara keseluruhan beserta saran-saran 8

20 BAB II KAJIAN TEORI A. Pernikahan 1. Pengertian Pernikahan Kata Pernikahan berasal dari kata Nikah atau Zawaj yang dari bahasa Arab dilihat secara bahasa berarti berkumpul atau dengan ungkapan lain bermakna Akad atau Bersetubuh yang secara syara berarti akad Pernikahan. Secara terminologi (istilah) Nikah atau Zawaj, yakni Akad yang mengandung kebolehan memperoleh kenikmatan biologis dari seorang wanita dengan jalan ciuman, pelukan dan bersetubuh atau sebagai akad yang ditetapkan Allah SWT bagi seorang laki-laki atas diri seorang perempuan atau sebaliknya untuk dapat menikmati secara biologis antara keduanya. Akad nikah yang telah dilakukan akan memberikan status kepemilikan bagi kedua belah pihak (suami-isteri), dimana status kepemilikan akibat akad tersebut bagi si lelaki (suami) berhak memperoleh kenikmatan biologis dan segala yang terkait itu secara sendirian tanpa dicampuri atau diikuti oleh lainnya yang dalam ilmu fiqh disebut milku alintifa yakni hak memiliki penggunaan atau pemakaian terhadap suatu benda (isteri), yang digunakan untuk dirinya sendiri. 1 Dalam Bahasa Indonesia kata perkawaninan berasal dari kata kawin yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelaminan atau bersetubuh. 2 Dalam Al-Qur an dan Hadist Rasulullah SAW, pernikahan disebut dengan An-Nikah dan Az-Zawaj, yang artinya berkumpul dan saling memasukkan. Kata Nikah yang terdapat dalam Surah Al-Baqarah (2) ayat 230, yang berbunyi: 1 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan: Analisis Perbandingan antar Mazhab, t.tp., PT.Prima Heza Lestari, 2006, h.1. 2 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Nikah, cet.ii, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, h.32. 9

21 10 Artinya: Maka Jika Suami menolaknya (sesudah talak dua kali), maka perempuan tidak boleh dinikahinya hingga perempuan itu kawin dengan lakilaki lain. (QS. al-baqârah [2] ayat : 230). Pendapat Ahli Ushul, mengartikan arti nikah, sebagai berikut: a. Ulama Syafi iyah, berpendapat: Kata nikah, menurut arti sebenarnya (hakiki) berarti akad, dan dalam arti tidak sebenarnya (majazi) arti nikah berarti bersetubuh dengan lawan jenis. b. Ulama Hanafiyah, berpendapat: Kata nikah, menurut arti sebenarnya (hakiki) berarti bersetubuh, dan dalam arti tidak sebenarnya (majazi) arti nikah berarti akad yang menghalalkan hubungan kelamin antara pria dan wanita. Pendapat ini sebaliknya dari pendapat ulama Syafi iyah. c. Ulama Hanabilah, Abu Qasim al-zajjad, Imam Yahya, Ibnu Hazm berpendapat bahwa kata nikah untuk dua kemungkinan tersebut yang disebut dalam arti sebenarnya sebagaimana terdapat dalam kedua pendapat diatas yang disebutkan sebelumnya 3, mengandung dua unsur sekaligus yaitu kata nikah sebagai Akad dan Bersetubuh. 4 Adapun menurut Ahli Fiqh, nikah pada hakikatnya adalah akad yang diatur oleh Agama untuk memberikan kepada pria hak memiliki dan menikmati faraj dan atau seluruh tubuh wanita itu dan membentuk rumah 2007), h Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Di Indonesia, cet.ii, ( Jakarta: Prenada Mulia, 4 Chuzaimah Tahido Yanggo dan Hafiz Anshary AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer Buku Pertama (Jakarta: LSIK, 1994), h

22 11 tangga. 5 Menurut para Sarjana Hukum ada beberapa pengertian perkawinan sebagai berikut, yakni: a. Scholten yang dikutip oleh R. Soetojo Prawiro Hamidjojo mengemukakan arti Perkawinan adalah hubungan suatu hukum antara seorang pria dan seorang wanita untuk hidup bersama dengan kekal yang diakui oleh Negara. b. Subekti mengemukakan arti perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama, c. Wirjono Prodjodikoro mengemukakan arti perkwinan adalah suatu hidup bersama dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam peraturan tersebut baik Agama maupun aturan hukum Negara. 6 Dari pengertian perkawinan di atas, dapat disimpulkan beberapa unsur-unsur dari suatu perkawinan, yaitu: a. Adanya suatu hubungan hukum b. Adanya seorang pria dan wanita c. Untuk membentuk keluarga (rumah tangga) d. Untuk waktu yang lama e. Dilakukan menurut Undang-undang dan aturan hukun yang berlaku. Abu Yahya Zakariya Al- Anshary 7, memberikan arti Nikah menurut istilah Syara ialah aqad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafadz nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya. 5 Chuzaimah Tahido Yanggo dan Hafiz Anshary AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer Buku Pertama (Jakarta: LSIK, 1994), hal Eoh, O.S., Perkawinan Antar Agama Dalam Teori dan Praktek, cet.ii, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h h Abu Yahya Zakariya Al-Anshary, Fath al-wahhab (Singapura: Su laiman Mar iy, t.t), 11

23 12 2. Dasar Hukum Pernikahan Pada dasarnya arti Nikah adalah Akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong menolong antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dalam pertalian suami-istri. 8 Islam menganjurkan dengan beberapa cara, dimana salah satunya adalah mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan firman Allah SWT Surat Ar- Ra ad (13) ayat 38 yang berbunyi: و ل ق د أ ر س ل ن ار س ا لم نق ب ل ك و ج ع ل ن ال ه م أ ز و ا جاو ذ ر ي ا ة و م اك ان ل ر س ول أ ني أ ت ى ب اي ة إ ل ب إ ذ ن ٱ لل ل ك ل أ ج ل ك ت ااب Artinya: Dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunannya. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul ayat (mu jizat) melainkan dengan izin Allah SWT. Bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu). (QS. Ar- Râd [13] ayat : 38). Salah satu tanda kekuasaan Allah SWT terhadap orang yang ragu untuk melakukan akad atau Nikah, maka Allah SWT menjanjikan suatu hal untuk memberikan kepadanya penghidupan yang berkecukupan, dan menghilangkan kesulitan-kesulitan dan memberikan kekuatan yang mampu mengatasi kemiskinan, dan apabila keraguan menghilang dan timbul sifat positif dan keberanian, maka Allah SWT akan kabulkan yang mempunyai nilai yang baik dan pantas menurut Allah SWT. 3. Rukun Dan Syarat Pernikahan Rukun dan Syarat pernikahan dalam Islam merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Karena kebanyakan aktifitas ibadah yang ada dalam Agama Islam senantiasa ada yang namanya rukun dan syarat, sehingga sedikit bisa dibedakan dari pengertian keduanya 8 Chuzaimah Tahido Yanggo dan Hafiz Anshary AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer Buku Pertama (Jakarta: LSIK, 1994), h

24 13 yakni syarat merupakan suatu hal yang harus atau dipenuhi sebelum perbuatan dilaksanakan. Sedangkan rukun adalah hal yang harus ada dalam suatu akad atau perbuatan. Lebih jelasnya, akan dipaparkan, sebagai berikut: a. Rukun Pernikahan Dalam Islam pernikahan tidaklah semata-mata sebagai hubungan atau kontrak keperdataan biasa akan tetapi mempunyai nilai ibadah dan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2 ditegaskan bahwa pernikahan merupakan akad yang sangat kuat, hal tersebut dilakukan untuk mentaati perintah Allah SWT dan dengan melaksanakannya merupakan suatu nilai ibadah kepada Allah SWT. 9 Karena perkawinan yang syara akan ibadah dan tujunan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah, Warahmah, perlu diatur dengan syarat dan rukun tertentu agar tujuan disyaratkannya perkawinan tercapai. Dalam Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam untuk melaksanakan perkawinan dalam rukun nikah harus ada: 1) Calon Suami 2) Calon Istri 3) Wali Nikah 4) Dua Orang Saksi dan 5) Ijab dan Kabul. 10 Kaitannya pada bidang perkawinan adalah bahwa rukun perkawinan merupakan sebagian dari hakikat perkawinan, seperti keharusan atau kewajiban kedua calon mempelai baik laki-laki dan perempuan, ijab-kabul serta dua orang saksi ), h Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, cet.iv, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 10 Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Perwakafan, cet. II, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2008), h. 5 h Slamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 13

25 14 b. Syarat Pernikahan Beberapa pendapat diantara para Mazhab Fiqh mengenai syarat sah suatu perkawinan. Pada garis besarnya pendapat tentang syaratsyarat sahnya perkawinan ada dua: 1) Calon mempelai perempuannya halal dikawini oleh laki-laki yang ingin menjadikannya istri; 2) Akad harus disaksikan oleh saksi. 12 Sedangkan menurut Ulama Hanafiyah, mengatakan bahwa sebagian syarat-syarat pernikahan yakni berkaitan atau berhubungan dengan Akad serta sebagian lainnya berkaitan dengan saksi. 13 1) Shigot yaitu ibarat ijab qabul dengan syarat sebagai berikut: a) Menggunakan lafaz tertentu, baik dalam lafaz Sarih misalnya Tazwij atau Nikah. Maupun lafaz Kinayah, seperti saya sedekahkan anak saya kepada kamu dan sebagainya. b) Ijab qabul dilakukan di dalam satu majelis c) Sighat didengar oleh orang-orang yang menyaksikan d) Ijab qabul tidak berbeda maksud dan tujuan 2) Akad dapat dilaksanakan dengan syarat apabila kedua calon pengantin berakal, baligh dan merdeka. 3) Saksi harus terdiri atas dua orang. Maka tidak sah apabila akad nikah hanya disaksikan oleh satu orang saksi. Dan syaratsyaratnya adalah: a) Berakal b) Baligh c) Merdeka d) Islam 12 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 6, cet.vii, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1990), h Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, cet.iv, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h

26 15 e) Kedua orang saksi mendengar. 14 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan syarat-syarat perkawinan disebutkan dalam pasal 6: 1) Perkawinan harus didasarkan pada persetujuan kedua calon mempelai; 2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin orang tua; 3) Dalam hal orang tua yang telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya maka izin yang dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya; 4) Dalam hal orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan keatas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya. 5) Dalam hal ada perbedaan antara orang-orang yang disebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dalam memberikan ijin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat dan pasal ini. 6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya 14 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, cet.ii, (Jakarta: Kencana, 2006), h

27 16 itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain. 15 Dalam melangsungkan dan mengurus administrasi pernikahan dan kantor urusan agama (KUA) mengacu kepada aturan hukum yakni berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ayat (4) dan hal-hal yang berkenan dengan perkawinan dapat diatur di Pengadilan Agama sebagaimana Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama pada pasal 1 ayat (1) yang menegaskan bahwa Peradilan Agama adalah Peradilan bagi orang-orang yang beragama Islam. 16 Sedangkan dalam prosedurnya Pernikahan bagi Warga Negara Indonesai yang beragama Non Muslim, maka perkaranya akan dilangsungkan di Kantor Catatan Sipil. Syarat merupakan suatu hal yang mesti dijalani dalam perkawinan. Apabila syarat tidak dipenuhi maka bisa menimbulkan pencegahan terhadap perkawinan, yakni keterangan terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 60 ayat (1) yaitu pencegahan perkawinan bertujuan untuk menghindari suatu perkawinan yang dilarang hukum Islam dan Peraturan Perundang-udangan. Pada ayat (2) yaitu pencegahan perkawinan dapat dilakukan bila calon suami dan istri yang akan melangsungkan perkawinan tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan menurut hukum Islam dan Peraturan Perundangan-undangan Tujuan Dan Hikmah Perkawinan a. Tujuan Perkawinan Merujuk pada Al-Qur an Surat Ar-Rum ayat 21, Pasal 3 KHI menyebutkan bahwa Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan 15 Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Perwakafan cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008), h Djalil Basiq, Peradilan Agama Di Indonesia: Gemuruhnya Politik Hukum (Hukum Islam, Hukum Barat, Hukum Adat), cet. I, (Jakarta: Kencana, 2006 ). h ), h Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 16

28 17 kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. 18 Masalah perkawinan yang di atur sedemikian rupa dan diberlakukan bagi manusia sebagai makhluk hidup yang berakal memiliki beberapa tujuan. Diantara tujuan-tujuan perkawinan ialah sebagai berikut: 1) Mentaati perintah Allah SWT. 19 2) Menghalalkan hubungan seksual untuk memenuhi kebutuhan biologis 3) Menjaga manusia dari kejahatan dan kerusakan karena perzinaan. 20 4) Menumbuhkan kesungguhan untuk berusaha mencari rezeki, serta meningkatkan rasa dan sikap tanggung jawab. 21 5) Melestarikan keturunan. 6) Mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. 22 7) Membentuk keluarga yang kekal. 23 Menurut Asaf A.A. Fyzee, tujuan nikah dapat dilihat dari tiga aspek yaitu: 1) Aspek Agama (Ibadah): Memperoleh keturunan. Perkawinan merupakan salah satu Sunnah Nabi Muhammad SAW. Perkawinan mendatangkan Rezeki dan menghilangkan kesulitan. 2) Aspek Sosial (Masyarakat): Memberikan perlindungan kepada kaum wanita yang secara umum dinilai fisiknya yang lemah karena setelah 18 Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan (Undangundang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan), Cet.5 (Yogyakarta: Liberty, 2004), h Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Cet. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2002), h Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

29 18 pernikahan si isteri akan mendapat perlindungan dari suaminya, baik masalah nafkah atau gangguan orang lain serta mendapat pengakuan yang sah dan baik dari masyarakat. Mendatangkan sakinah (ketentraman bathin), menimbulkan mawaddah dan mahabbah (cinta kasih) serta rahmah (kasih sayang) antara suami isteri, anak-anak dan seluruh anggota keluarga. 3) Aspek Hukum (Negara): Perkawinan sebagai akad, yaitu perikatan dan perjanjian luhur antara suami dan istri untuk membentuk rumah tangga yang bahagia. Dengan akad yang sah di mata Agama dan Negara, maka akan menimbulkan hak dan kewajiban suami istri serta perlindungan dan pengakuan hukum baik Agama maupun negara. 24 b. Hikmah Perkawinan Allah SWT telah menjadikan makhluk-nya berpasangpasangan. Dengan kata lain, ketika manusia dijadikan makhluk Allah SWT yang paling sempurna dan kesempurnaannya dapat dilihat dari kehidupan manusia yang saling berpasang-pasangan dari lawan jenis kamu. Perkawinan dalam Islam menurut Abdurrahman Wahid bukan sekedar akad nikah, melainkan memiliki dimensi lain yang tidak boleh hilang yaitu cinta dan kasih sayang (Mawaddah Warahmah), dengan menjadikan ikatan yang kokoh. Rahman disini bukan berarti kesejahteraan saja, melainkan pengikat dengan dimensi fisik termasuk biologis seperti reproduksi. 20 Menurut beberapa para pakar hukum, perkawinan adalah suatu ikatan atau perjanjian lahir batin antara kedua 24 Chuzaimah Tahido Yanggo dan Hafiz Anshary AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer Buku Pertama (Jakarta: LSIK, 1994), h

30 19 pasangan hingga penjaminan suatu hal ataupun perbuatan yang bisa menjadikan perbuatan hukum. Antara lain hikmah yang dapat dilihat dalam perkawinan itu ialah menghalangi umat dari hal-hal atau perbuatan yang tidak diizinkan syara dan menjaga kehormatan diri dari kerusakan seksual Pencegahan atau Larangan dalam Pernikahan Larangan perkawinan dalam aturan perdata di Indonesia di atur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dalam Pasal 13 yang berbunyi Perkawinan dapat dicegah apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan. 26 Tidak memenuhi persyaratan seperti yang dimaksudkan dalam ayat di atas mengacu kepada dua hal, yakni: Pertama; Persyaratan Administrasi, dan Kedua; Persyaratan Materil. Persyaratan Administrasi berhubungan dengan Administrasi Perkawinan. Adapun Syarat Materil menyangkut hal-hal yang mendasar seperti larangan perkawinan. Misalnya, Perkawinan yang tidak dapat dilaksanakan apabila salah satu atau kedua calon mempelai belum mencapai umur 19 Tahun sebagaimana yang tercantum di dalam Undangundang Perkawinan, sehingga perlu mendapatkan izin Dispensasi Nikah dari Pengadilan Agama. Larangan kawin BAB VI Pasal 39 dalam Kompilasi Hukum Islam, Larangan melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita disebabkan sebagai berikut: 27 a. Karena pertalian nasab: 1) Dengan seorang wanita yang melahirkan atau yang menurunkannya atau keturunannya; 25 Amir Syarifuddin, Garis- Garis Besar Fiqih (Jakarta : Prenada Media, 2003), h Aulia Nuansa, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Perwakafan,cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008), h Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Perwakafan, h

31 20 2) Dengan seorang wanita keturunan ayah atau ibu; 3) Dengan seorang wanita saudara yang melahirkannya. b. Karena pertalian kerabat semenda: 1) Dengan seorang wanita yang melahirkan istrinya atau bekas istrinya; 2) Dengan seorang wanita bekas istri orang yang menurunkannya 3) Dengan seorang wanita keturunan istri atau bekas istrinya, kecuali putusnya hubungan perkawinan bekas istrinya itu qobla dukhul; 4) Dengan seorang wanita bekas istri keturunanya. c. Karena Pertalian Sesusuan: 1) Dengan wanita yang menyusui dan seterusnya menurut garis lurus keatas; 2) Dengan seorang wanita sesusuan dan seterusnya menurut garis lurus kebawah; 3) Dengan saudara wanita sesusuan dan kemenakan sesusuan ke bawah; 4) Dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan ke atas; 5) Dengan anak yang disusui oleh istrinya dan keturunannya. Adapun mekanisme yang ditempuh dari pihak-pihak yang akan melakukan pencegahan adalah dengan cara mengajukan pencegahan perkawinan ke Pengadilan Agama dalam daerah hukum dimana perkawinan dilangsungkan dan diberitahukan kepada pegawai pencatat nikah atau KUA (Kantor Urusan Agama). Pasal 14 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi: 28 a. Yang dapat mencegah perkawinan ialah para keluarga dalam garis lurus ke atas dan kebawah, saudara, wali nikah dari salah satu calon 28 Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Perwakafan, h

32 21 mempelai dan pihak-pihak yang berkepentingan. b. Mereka yang tersebut pada ayat (1) pasal ini juga berhak mencegah berlangsungnya perkawinan apabila salah seorang calon mempelai berada dibawah pengampuan, sehingga dengan perkawinan tersebut mengakibatkan kesengsaraan bagi calon mempelai yang lainnya, yang masing-masing mempunyai hubungan dengan orang-orang seperti dalam ayat (1) Pasal 1. Pasal 15 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan: Barangsiapa karena perkawinan dirinya masih terikat dengan salah satu dari kedua belah pihak dan atas dasar adanya perkawinan dapat mencegah perkawinan yang baru dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 3 ayat (2) dan pasal 4 Undang-undang ini. 29 Pasal 16 Undang-undagng Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan perkawinan. Dan pada ayat (1) yakni Pejabat yang ditunjuk berkewajiban mencegah berlangsungnya perkawinan apabila ketentuan-ketentuan dalam pasal 7 ayat (1) Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 12 Undang-undang ini tidak dipenuhi. Dan pada ayat (2) yakni mengenai pejabat yang ditunjuk sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini diatur lebih lanjut dalam peraturan perundangundang. Pasal diatas dipertegas kembali dengan Undang-undang perkawinan Nomor 1 tahun 1974 pasal 20 yaitu: Pegawai pencatat perkawinan tidak diperbolehkan melangsungkan atau membantu melangsungkan perkawinan bila ia mengetahui adanya pelanggarab dalam Pasal 7 ayat (1), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 12 Undang-undang ini meskipun tidak ada pencegahan perkawinan. 29 Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Perwakafan, h

33 22 B. Dispensasi Nikah Pernikahan di bawah umur atau dispensasi nikah ialah pernikahan yang terjadi pada pasangan atau salah satu calon yang ingin menikah pada usia di bawah standar batas usia nikah sudah ditetapkan oleh aturan hukum perkawinan. Perkawinan di bawah umur tidak dapat dizinkan kecuali pernikahan tersebut meminta izin nikah atau dispensasi nikah oleh pihak Pengadilan Agama untuk bisa disahkan pernikahannya di Kantor Urusan Agama (KUA) dan sebelum mengajukan permohonan izin menikah di Pengadilan Agama terlebih dahulu calon pasangan yang ingi menikah harus mendapatkan izin dari kedua orang tua. Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pada Bab II pasal 7 disebutkan bahwasannya perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur sekurang-kurangnya 19 tahun, dan pihak wanita sudah mencapai umur sekurang-kurangnya 16 tahun. Dalam batas usia pernikahan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) sama dengan Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 15 ayat 2 menegaskan bahwa untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai batas usia 21 tahun harus mendapati izin sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 ayat (2), (3), (4) dan (5) Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun Penjelasan umum Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dijelaskan sebagai berikut: Prinsip Undang-undang ini bahwa calon (suami isteri) itu harus siap jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Dari sisi lain, perkawinan juga mempunyai hubungan dengan masalah kependudukan. Terbukti bahwa batas umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk menikah, mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batas umur seseorang yang menikah pada usia yang lebih matang atau usia yang lebih 22

34 23 tinggi. 30 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam tidak ada aturan hukum yang menjelaskan batasan minimal usia bagi para pelaku nikah dibawah umur, sehingga dalam hal ini Hakim mempunyai Ijtihad atau pertimbangan hukum sendiri untuk bisa memutuskan perkara permohonan nikah di bawah umur dan Hakim mempunyai wewenang penuh untuk mengabulkan sebuah permohonan baik mengabulkan maupun menolak sebuah permohonan penetapan nikah di bawah umur tersebut. 31 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam hal ini menyimpulkan pendapat bahwa hal ini menjadi suatu kelemahan terhadap Undangundang Perkawinan itu sendiri. Dan ditafsirkan bahwa pemberian dispensasi nikah di bawah umur untuk putusan sepenuhnya diserahkan kepada pejabat yang berwenang yaitu Hakim dalam Peradilan Agama setempat. 32 Menurut Abdul Rahim Umran, batasan usia nikah dapat dilihat dari beberapa arti sebagai berikut: Biologis, secara biologis hubungan kelamin dengan istri terlalu muda (yaitu belum dewasa secara fisik) dapat mengakibatkan penderitaan bagi istri dalam hubungan biologis. Lebih-lebih ketika hamil dan melahirkan. 2. Sosio-Kultural, secara sosio-kultural pasangan suami isteri harus mampu memenuhi tuntutan sosial, yakni mengurus rumah tangga dan mengurus anakanak. 3. Demografis (kependudukan), secara demografis perkawinan di bawah umur merupakan salah satu faktor timbulnya pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi. h K. Wancik Saleh, Hukum Perkawinan Di Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1976), 31 Abdul Manan, Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan (Jakarta: Kencana, 2007), h Suparman Usman, Perkawinan Antar Agama dan Problematika Hukum Perkawinan di Indonesia (Serang: Saudara Serang, 1995), h Abdurrahim Umran, Islam dan KB (Jakarta: Lentera Batritama, 1997), h

35 24 Untuk menentukan kedewasaan dengan umur terdapat beberapa pendapat diantaranya: Menurut Abu Hanifah, kedewasaan itu datangnya mulai usia 19 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi wanita. Sedangkan Imam Malik menetapkan 18 tahun, baik untuk pihak laki-laki maupun untuk perempuan. 2. Menurut Syafi i dan Hanabillah menentukan bahwa masa untuk menerima kedewasaan dengan tanda-tanda di atas, tetapi karena tanda-tanda itu datangnya tidak sama untuk semua orang, maka kedewasaan ditentukan dengan umur. Disamakannya masa kedewasaan untuk pria dan wanita adalah karena kedewasaan itu ditentukan dengan akal, dengan akallah ada taklif dan karena akal pula adanya hukum. 3. Yusuf Musa mengatakan bahwa usia dewasa itu seteah seorang berumur 21 tahun. Hal ini dikarenakan pada zaman modern ini orang memerlukan persiapan matang. C. Pembatasan Usia Menikah 1. Usia menikah menurut Hukum Islam Pembatasan usia perkawinan dalam hukum Islam bersifat fleksibel, maksudnya adalah dikondisikan dengan keadaan calon suami dan istri yang telah mengindikasikan bahwa ia memang telah siap lahir dan batin ketika dilakukan pencatatan perkawinan atau saat pra-perkawinan. 35 Konvergensi usia perkawinan dalam pelaksanaan sistem hukum Islam dengan kebijakan tasyrik, taklif dan tatiq berlangsung secara gradual. Prinsipnya, kebijakan tasyrik merupakan kebijakan pengundangan suatu aturan hukum yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat. 36 Meskipun tidak terdapat regulasi dalam hukum Islam terhadap batas 34 Helmi Karim, Kedewasaan Untuk Menikah Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam Studi Perbandingan Kalangan Ahlu Sunnah dan Negara-Negara Islam, (Bulan Bintang, Jakarta, 1998), h Eddy Rudiana Arief, Hukum Islam di Indonesia: Perkembangan dan Pembentukan, (Remaja Rosdakarya: Bandung, 1991), h

36 25 usia nikah bagi calon suami, demikian juga halnya terhadap batas usia bagi calon istri yang juga tidak ditegaskan adanya ketentuan tersebut. Akan tetapi, terdapat sumber hukum yang merujuk pada pernikshsn Rasulullah SAW dengan Aisyah r.a, sebagaimana Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, yang artinya: 37 Dari Aisyah r.a, sesungguhnya Nabi SAW telah menikah dengannya pada saat ia berumur enam tahun dan ia diserahkan kepada Nabi Muhammad SAW pada usia sembilan tahun. Menurut ulama ushul fiqh, bahwa yang menjadi ukuran dalam menentukan seseorang telah memiliki kecakapan bertindak hukum adalah setelah anak tersebut akil baligh (mukallaf) dan cerdas, sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut: 38 و اب ت ل واال ي ت ام ى ح ت ى إ ذ اب ل غ واالن ك اح ف إ ن آن س ت م م ن ه م ر ش د اف اد ف ع واإ ل ي ه م أ م و ال ه م Dan ujilah anak sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka lebih cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya Berdasarkan paparan diatas maka dapat kita kelompokkan untuk menentukan batasan usia nikah bisa dikembalikan kepada tiga landasan, yaitu: a. Usia kawin yang dihubungkan dengan usia dewasa (baligh) b. Usia kawin yang didasarkan kepada keumuman arti ayat Al-Quran yang menyebutkan batas kemampuan untuk menikah. c. Hadis yang menjelaskan tentang usia Aisyah waktu nikah dengan Rasulullah SAW. Pada prinsipnya antara Agama dan negara tidak sependapat tentang pernikahan anak di bawah umur. Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimal Undang-undang Perkawinan, secara hukum kenegaraan tidak sah tanpa adanya dispensasi nikah dari Pengadilan. Istilah pernikahan menurut negara dibatasi dengan umur. Sementara dalam kacamata agama, pernikahan 37 Imam Abi Muslim al-hijaj, Shohih Muslim, (Dar al-fikr: Beirut, 1992), h Q.S. An-Nisa (4) ayat 6 25

37 26 dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh Usia menikah menurut Hukum Positif Batas usia nikah ialah suatu batasan umur untuk menikah atau kawin. Batasan usia nikah disini menurut aturan hukum yaitu berkaitan dengan perkara atau masalah perkawinan, seperti pengajuan permohonan nikah dibawah umur, penulis akan paparkan batas usia nikah di bawah ini menurut hukum positif, yaitu sebagai berikut: a. Batas usia nikah menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, terdapat dalam BAB II syarat-syarat Perkawinan pasal 6 ayat (2) yaitu Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapatkan izin kedua orang tua. Sedangkan pada pasal 7 ayat (1) Undang-undang Perkawinan hanya di izinkan jika pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Dan pada ayat (2) Dalam hal penyimpangan terhapat ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi nikah kepada Pengadilan Agama atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita. Dan pada ayat (3) Ketentuanketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tua tersebut dalam pasal 6 ayat (3), dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (6). 40 b. Batas Usia Nikah menurut Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 15 ayat (1), yaitu: Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 39 Mardi Candra, Aspek Perlindungan Anak Indonesia: Analisis tentang Perkawinan di Bawah Umur, (Jakarta: Kencana, 2018), h Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Perwakafan, h

38 27 1 tahun 1974 yakni calon suami berumur sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang- kurangnya berumur 16 tahun. Dan pada ayat (2), bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapati izin yang sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 ayat (2), (3), (4), dan (5) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. 41 c. Sedangkan batasan usia nikah menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer), BAB IV perihal Perkawinan pasal 29, yakni: Lakilaki yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun penuh dan perempuan yang belum mencapai umur 15 (lima belas) tahun penuh, tidak diperkenankan mengadakan perkawinan. Namun jika ada alasanalasan penting, pemerintah berkuasa menghapuskan larangan ini dengan memberikan Dispensasi. 42 D. Dampak Pernikahan Usia di bawah umur Dampak dari para pelaku pernikahan di bawah umur, sebagian besar keburukan yang akan timbul dalam beberapa masalah setelahnya, dan dampak atau akibat yang sering timbul karena faktor belum matang usia maupun kedewasaan para pelaku nikah di bawah umur, sehingga dampak negatif yang terlihat sangat jelas, seperti di bawah ini: 1. Dampak Negatif a. Peningkatan perceraian akibat pernikahan di bawah umur; b. Pernikahan di bawah umur mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tingginya kematian ibu dan anak; c. Secara medis penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang menikah usia muda, dengan berhubungan seks lalu menikah, dan kemudian hamil dalam kondisi yang tidak siap maka dampak negatif yang sering 41 Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Perwakafan, h Penghimpun Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana, dan Perdatah (Jakarta: Visimedia, 2008), h

39 28 akan timbul, seperti terkenanya kanker rahim atau cancer cervix karena hubungan seks secara bebas ataupun berhubungan intim dengan berganti-ganti pasangan; d. Sementara itu, sikap pro terhadap pernikahan di bawah umur beralasan bahwa nikah usia muda menjadi suatu hal kebiasaan dan tradisi yang telah membudidaya dibeberapa masyarakat. 2. Dampak Positif a. Memperjelas status perkawinan; b. Memperjelas nasib anak yang membutuhkan sosok atau figur bapak; c. Mendapat pengakuan yang baik dari lingkungan; d. Terjaga dari pandangan-pandangan atau nilai moral baik dari masyarakat; e. Menjaga dari Perbuatan zina yang tidak terkendali; Sebagaimana Firman Allah yang mengharamkan hubungan zina dan keterangannya dalam Surat Al-Isra (17) ayat 32, yang berbunyi: و ل ت ق ر ب واالز ن ا إ ن ه ك ان ف اح ش ة و س اء س ب ي ل Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jaln yang buruk. (Q.S. Al- Isra [17] ayat: 32). E. Pandangan Maqasid Syariah Terhadap Pembatasan Usia Perkawinan. Pemerintah melarang pernikahan usia di bawah umur adalah dengan berbagai pertimbangan, sedangkan agama membolehkan pernikahan dini juga dengan mempertimbangkan mashlahah. Kedua hal ini merupakan permasalahan yang cukup dilematis. Melihat hal itu dari kacamata ushuliyin (pakar hukum Islam), menegaskan bahwa untuk melahirkan sebuah undang-undang atau fatwa hukum, maka seorang mujtahid (penggali hukum) harus memperhatikan maqashid syari ah (tujuan pembuatan hukum). Karena memang syari ah diturunkan untuk 28

40 29 mengujudkan kemaslahatan umat manusia, termasuk juga dalam persoalan pernikahan. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dengan mengeluarkan Undangundang yang melarang pernikahan usia di bawah umur atau dengan kata lain membatasi usia minimal perkawinan haruslah sesuai dengan maqasid asy-syariah. Jangan sampai penetapan undang-undang mengalahkan ketentuan agama. Padahal diketahui bahwa manusia mempunyai kemampuan yang terbatas untuk bisa menerawang kedepan guna menentukan apa yang terbaik bagi diri mereka. Jangan hanya karena tuntutan emansipasi wanita dari beberapa organisasi komnas perempuan dan atau hanya karena mengatas namakan komnas perlinduingan anak, hukum harus menginjak norma agama yang sudah ditetapkan oleh sang pembuat hukum Allah SWT melalui Nabi SAW, karena belum tentu anak yang melakukan pernikahan dibawah umur akan mendapatkan banyak dampak sebagaimana dibayangkan banyak orang. Adanya konsesi bagi calon mempelai yang kurang dari sembilan belas tahun boleh jadi didasarkan kepada nash hadis di atas. Kendati pun kebolehan tersebut harus dilampiri izin dari pejabat untuk itu. Ini menunjukkan bahwa penanaman konsep pembaharuan hukum Islam yang memang bersifat ijtihadi, diperlukan waktu dan usaha terus-menerus. Ini dimaksudkan, pendekatan konsep maslahah mursalah dalam hukum Islam di Indonesia, memerlukan waktu agar masyarakat sebagai subyek hukum dapat menerimanya dan menjalankannya dengan suka rela tanpa ada unsur pemaksaan. Oleh karena itulah, pentingnya sosiologi hukum dalam upaya mengintrodusir pembaharuan hukum, mutlak diperlukan. Imam Jalal ad-din Abd ar-rahman bin Abi Bakar as-suyuthi menjelaskan di dalam kaidah fiqhiyah dijelaskan: Imam Jalal ad-din Abd ar-rahman bin Abi Bakar as-suyuthi, al-asybah wa an-nazhair, (Semarang : Maktubah wa Mathbu ah Thoha Putera, [t.th]. ), h

41 30 1. ( ) artinya bahaya itu harus dihilangkan dalam artian mencegah kawin muda disebabkan dampak yang membahayakan kepada pasangan suami isteri yang telah diuraikan di atas. 2. ( ) artinya tidak boleh membuat mudharat pada diri sendiri dan tidak pula mudharat pada orang lain. Contoh kawin muda akan membuat dampak negatif terhadap fisik dan psikologi laki-laki dan perempuan dan implikasinya akan terpenetrasi kepada dampak sosial masyarakat. 3. ( ) artinya menghindarkan kerusakan didahulukan atas menarik kemashlahatan. Walau pun dampak positifnya ada, namun dampak negatifnya jaul lebih besar, maka mendahulukan membuang dampak negatif lebih diutamakan dalam Agama daripada mengambil dampak positifnya. Di sini jelas sekali penerapan maqashid asy-syari ah, karena pembatasan umur seperti yang terdapat dalam KHI dan beberapa Undang-undang adalah sebagai langkah antisipasi atau pencegahan agar implikasi negatif dapat dielaminisir dan diminimalisasi dalam rangka menjaga rusaknya eksistensi jiwa, keturunan, dan akal dalam tingkat dharuriyah dan hajjiyah. Apabila hal ini diabaikan akan berdampak buruk terhadap kedua pasangan suami isteri dan anakanak secara fisik, psikologi dan sosiologis, sehingga menimbulkan problem sosial yang pada akhirnya akan menjadi penyakit masyarakat dan bahkan dapat mengganggu stabilitas masyarakat dan negara. Maka dari itu, pasal-pasal tersebut dibuat dan dapat ditetapkan dengan pertimbangan demografis, sosiologis, budaya dan agama karena ada kemashlahatan yang ingin dicapai. Agaknya materi Undang-undang tentang pembatasan umur ini lebih bersifat sebagai aturan tambahan karena tidak ada nash yang mengaturnya secara tegas serta aturan ini menyalahi apa yang berlaku dalam kitab-kitab fiqh mana saja, namun jika dianalisa secara lebih mendalam pembatasan umur tersebut akan dapat diterima karena baik secara langsung atau tidak, ada ulama (pendapat pribadi mujtahid) yang mengakuinya. Seperti Ibn Syubramah dan al-buti yang berpendapat tentang tidak sah (terlarang) mengawinkan perempuan di bawah umur 30

42 31 bahkan akad yang dilangsungkan oleh walinya dipandang batal dan tidak berpengaruh. Pendapat ini dilontarkan oleh keduanya karena tidak ada hikmah tasyri yang ingin dicapai pada perkawinan anak yang dibawah umur bahkan mudharat yang terkandung dalam akadnya lebih banyak. Karena mereka (anak kecil belum sampai umur) tersebut merasa terpaksa untuk mengadakan perkawinan. 44 Masalah penentuan umur dalam Undang-undang Perkawinan maupun dalam KHI, memang bersifat ijtihadiyah, sebagai usaha pembaharuan pemikiran fiqh yang lalu. Namun demikian, apabila dilacak reverensi syar i nya mempunyai landasan kuat. Misalnya isyarat Allah SWT dalam surat an-nisa ayat 9: Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Ayat tersebut memang bersifat umum, tidak secara langsung menunjukkan bahwa perkawinan yang dilakukan oleh pasangan usia muda- dibawah ketentuan yang diatur Undang-undang No.1 tahun 1974 akan menghasilkan keturunan yang dikhawatirkan kesejahteraannya. Akan tetapi berdasarkan pengamatan berbagai pihak, rendahnya usia kawin, lebih banyak menimbulkan hal-hal yang tidak sejalan dengan misi dan tujuan perkawinan, yaitu terwujudnya ketenteraman dalam rumah tangga berdasarkan kasih dan sayang. Tujuan ini tentu akan sulit terwujud, apabila masing-masing mempelai belum matang jiwa dan raganya. Kematangan dan integritas pribadi yang stabil akan sangat berpengaruh di dalam menyelesaikan setiap problerm yang muncul dalam menghadapi liku-liku dan badai rumah tangga. 44 Mustafa as-siba i, al-mar ah bain al-fiqh wa al-qur an, (Damsyik: Maktabah al- Kitab, [t.th.]), h

43 32 Banyak kasus menunjukkan bahwa banyaknya perceraian cenderung didominasi karena akibat kawin dalam usia muda. Pada dasarnya ketentuan tentang batas umur minimal perkawinan tidak ditentukan secara tegas dalam literatur Hukum Islam. Ketentuan ini hanya dibicarakan dalam syarat-syarat perkawinan. Namun, untuk menegakkan prinsip yang lima (ad-daruriyyah al-khams) serta mewujudkan maqasid asy-syari'ah maka pembatasan umur dalam perkawinan dipandang perlu dan diatur dalam undangundang yang legal agar dapat ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. 32

44 BAB III PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN DAN DISPENSASI NIKAH A. Gambaran Umum Tentang Pengadilan Agama Jakarta Selatan Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan surat keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun Pada mulanya Pengadilan Agama di wilayah DKI hanya terdapat tiga kantor Cabang yaitu: 1. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara; 2. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Tengah; 3. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai induk; Semua Pengadilan Agama tersebut diatas termasuk Wilayah Hukum Cabang Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Kemudian setelah berdirinya Cabang Mahkamah Islam Tinggi Bandung berdasarkan surat keputusan Menteri Agama Nomor 71 tahun 1976 tanggal 16 Desember Semua pengadialn Agama Propinsi Jawa Barat termasuk pengadilan Agama yang berada di Daerah Ibu Kota Jakarta Raya berada dalam Wilayah Hukum Mahkamah Islam Tinggi Cabang Bandung. Dalam perkembangan selanjutnya istilah Mahkamah Islam Tinggi menjadi Pengadilan Tinggi Agama (PTA). 1 Pengadilan Agama Jakarta Selatan sebagai salah satu instansi yang melaksanakan tugasnya, memiliki dasar hukum dan landasan kerja sebagai berikut: 2 1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24; 2. Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009, tentang Kekuasaan Kehakiman; 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974; 1 Sayed Usman, Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, artikel diakses pada 22 Februari 2020 dari diakses pada tanggal 26 Februari 2020, pukul WIB 33

45 34 4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana diubah dengan Undangundang Nomor 50 Tahun 2009, tentang perubahan kedua atas Undangundang Nomor 7 Tahun 1989, tentang Peradilan Agama 5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975; 6. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 69 Tahun 1963, tentang Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan; 7. Peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan Tata Kerja dan Wewenang Pengadilan Agama; Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1985 Pengadilan Tinggi Agama Surakarta di pindah di Jakarta, akan tetapi realisasinya baru terlaksana pada tanggal 30 Oktober 1987 dan secara otomatis Wilayah Hukum Pengadilan Agama diwilayah DKI Jakarta adalah menjadi Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Agama Jakarta. 3 yaitu: 4 Pengadilan Agama Jakarta Selatan memiliki 5 tujuan yang hendak dicapai 1. Pencari keadilan merasa kebutuhan dan kepuasannya terpenuhi. 2. Peradilan yang transparan dan mudah diakses. 3. Percepatan penyelesaian dalam upaya hukum. 4. Kualitas putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang dikuatkan oleh peradilan di atasnya. 5. Publik percaya bahwa Pengadilan Agama Jakarta Selatan memenuhi butir 1 dan 2 di atas. Adapun sasaran strategis yang hendak dicapai Pengadilan Agama Jakarta Selatan adalah sebagai berikut: 1. Terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel. 2. Peningkatan efektifitas pengelolaan penyelesain perkara dengan indikator kinerja. 3 Sayed Usman, Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, artikel diakses pada 29 Februari 2020 dari 4 Laporan Pelaksanaan KegiatanPengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2019, h

46 35 3. Meningkatnya akses peradilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan. 4. Meningkatnya kepatuhan terhadap putusan pengadilan dengan indikator kinerja. 5. Meningkatnya kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi, dengan indikator kinerja Dalam mencapai 5 (lima) sasaran strategis tersebut merupakan arahan bagi Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan dan membuat rincian program dan kegiatan pokok yang akan dilaksanakan sebagai berikut: 1. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Mahkamah Agung RI. 2. Program peningkatan manajemen peradilan agama. 3. Program peningkatan sarana dan prasarana Pengadilan Agama Jakarta Selatan Dari program dan kegiatan tersebut, Pengadilan Agama Jakarta Selatan melayani masyarakat pencari keadilan yang berada pada yurisdiksi Pengadilan Tinggi Agama Jakarta, memiliki wilayah hukum yang terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan dan 65 (enam puluh lima) kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai 145,75 Km², berbatasan dengan: 1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kota Administrasi Jakarta Pusat 2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kota Administrasi Jakarta Timur 3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kotamadya Depok 4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kota Administrasi Jakarta Barat Pengadilan agama Jakarta selatan dari masa ke masa terus mengalami perkembangan, hal ini sebagaimana sejarah yang penulis uraikan dibawah ini: 1. PA Jakarta Selatan Berkantor di Serambi Masjid ( ) Terbentuknya kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan merupakan jawaban dari perkembangan masyarat jakarta, yang ketika itu pada tahun 35

47 merupakan cabang dari Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya yang berkantor di jalan Otista Raya Jakarta Timur. Sebutan pada waktu itu adalah cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk dan bertambahnya pemahaman penduduk serta tuntunan masyarakat Jakarta Selatan yang diwilayahnya cukup luas. Untuk itu keadaan kantor ketika itu masih dalam keadaan darurat yaitu menempati gedung bekas Kantor Kecamatan Pasar Minggu di suatu gang kecil yang sampai saat ini dikenal dengan gang Pengadilan Agama Pasar Minggu Jakarta Selatan, pimpinan kantor dipegang oleh H. Polana. 5 Penanganan kasus-kasus hanya berkisar perceraian kalaupun ada tentang warisan masuk kepada Komparisi itu pun mulai tahun 1969 kerjasama dengan Pengadilan Negeri ayng ketika itu dipimpin oleh Bapak Bismar Siregar,S.H. Sebelum tahun 1969 pernah pula membuat fatwa waris akan tetapi hal itu ditentang oleh pihak keamanan karena bertentangan dengan kewenangannya sehingga sempat beberapa orang termasuk pak Hasan Mughni ditahan karena penetapan Fatwa Waris sehingga sejak itu Fatwa Waris ditambah dengan kalimat Jika ada harta peninggalan. 6 Pada tahun 1976 gedung Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke Blok D Kebayoran Baru Jakarta Selatan dengan menempati serambi Masjid Syarief Hidayatullah dan sebutan Kantor Cabang pun dihilangkan menjadi Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan pada masa itu diangkat pula beberapa Hakim honorer yang antaranya adalah Bapak H. Ichtijanto, S.A., S.H. Penunjukan tempat tersebut atas inisiatif Kepala Kandepag Jakarta Selatan yang waktu itu dijabat oleh Bapak Drs. H. Muhdi Yasin. Seiring perkembangan tersebut diangkat pula 8 karyawan untuk menangani tugas- tugas kepaniteraan yaitu Ilyas Hasbullah, Hasan Jauhari, 5 Sayed Usman, Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, artikel diakses pada 29 Februari 2020 dari 6 Sayed Usman, Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, artikel diakses pada 29 Februari 2020 dari 36

48 37 Sukandi, Saimin, Tuwon Haryanto, Fathullah, Hasan Mughni, dan Imron, keadaan penempatan Kantor diserambi Masjid tersebut bertahan sampai pada tahun Pengadilan Agama Jakarta Selatan Berkantor di Gedung Sendiri a. Pada bulan September 1979 Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke gedung baru di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang dengan menempati gedung baru dengan tanah yang masih menumpang pada areal tanah PGAN Pondok Pinang dan pada tahun 1979 pada saat pengadilan Agama Jakarta Selatan dipinpim oleh Bapak H. Alim diangkat pula Hakim-hakim honorer untuk menangani perkara- perkara yang masuk, mereka diantaranya: KH. Ya kub, KH. Muhdats Yusuf, Hamim Qarib, Rasyid Abdullah, Ali Imran, Drs. H. Noer Chazin. 8 b. Pada perkembangan selanjutnya yaitu semasa berkepimpinan Drs. H. Djabir Manshur, S.H., Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke Jalan Rambutan VII No. 48 Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan dengan menempati gedung baru. Di gedung baru ini meskipun tidak memenuhi syarat untuk sebuah Kantor Pemerintah setingkat Walikota, karena gedungnya berada di tengah-tengah penduduk dan jalan masuk dengan kelas jalan III C. Namun sudah lebih baik ketimbang masih di Pondok Pinang, pembenahan- pembenahan fisik terus dilakukan terutama pada masa kepemimpinan Bapak Drs. H. Jayusman, S.H. Begitu pula pembenahan- pembenahan administrasi terutama pada masa kepemimpinan Bapak Drs, H. Ahmad Kamil, S.H. pada masa ini pula Pengadilan Agama Jakarta Selatan mulai mengenal 7 Sayed Usman, Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, artikel diakses pada 29 Februari 2020 dari diakses pada 21 Februari

49 38 komputer walaupun hanya sebatas pengetikan dan ini terus ditingkatkan pada masa kepemimpinan Bapak Drs, Rif at Yusuf. 9 c. Pada masa perkembangannya selanjutnya tahun 2000 ketika kepemimpinan dijabat oleh Bapak Drs.H. Zainuddin Fajari, S.H. pembenahan-pembenahan semua bidang, baik fisik maupun non fisik diadakan sistem komputerisasi dengan online computer, dan ini terus dibenahi sampai sekarang oleh ketua pengadilan Agama Bapak Drs H. Syed Usman, S.H. yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan dan menciptakan peradilan yang mandiri dan berwibawa. d. Perkembangan selanjutnya tahun ketika kepemimpinan dijabat oleh Bapak Drs. H. A. Choiri, S. H., M.H. pembenahanpembenahan semua bidang, baik fisik maupun non fisik sudah terintegrasi dengan online komputer, pada periode ini juga Pengadilan Agama Jakarta Selatan berhasil pengadaan tanah untuk bangunan gedung baru seluas 6000 yang terletak di Jl. Harsono RM, Ragunan, Jakarta Selatan. e. Selanjutnya sejak tahun 2008 telah dibangun gedung baru sesuai dengan purwarupa Mahkamah Agung RI. Pembangunan dilaksanakan 2 tahap pertama tahun 2008 dan tahap kedua tahun 2009 pada saat itu Pengadilan Agama Jakarta Selatan diketuai oleh Bapak Drs. H. Pahlawan Harahap, S.H.,MA f. Selanjutnya pada akhir April 2010, gedung baru Penagdialn Agama Jakarta Selatan diresmikan bersama-sama dengan gedung-gedung baru lainnya di Pontianak (Kalimantan Barat) oleh Ketua Mahkamah Agung RI. Kemudian pada awal Mei 2010 diadakan tasyakuran dan sekaligus dimulainya aktifitas perkantoran di gedung baru tersebut, pada saat itu 9 diakses pada 23 Februari

50 39 Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan dijabat oleh Drs. H. Hamid, S.H. g. Sejak menempati gedung baru yang cukup megah dan representative tersebut di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dilakukan pembenahan dalam segala hal, baik dalam hal pelayanan terhadap pencari keadilan maupun dalam hal peningkatan T.I. (Teknologi Informasi) yang sudah semakin canggih disertai dengan program-program yang menunjang pelaksanaan tugas pokok, seperti program SIADPA (Sistem Informasi Administrasi Perkara Pengadilan Agama) Yang sudah berjalan dan terintegrasi dengan TV Media Center, Touch Screen (KIOS-K) serta beberapa fitur tambahan dari Situs Web Anggaran pembangunan Gedung Pengadilan Agama Jakarta Selatan a. Tahun 2007 s/d/ 2008: pengadaan tanah untuk bangunan gedung baru seluas ± 6000 m2 yang terletak di jalan Harsono RM Ragunan, JAkarta Selatan dengan anggaran Rp (sembilan belas milyar tiga ratus lima puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah) yang berasal dari DIPA PTA Jakarta. b. Tahun 2008: tahap pertama pembangunan gedung baru sesuai dengan purwarupa Mahkamah Agung RI dengan anggaran Rp (tujuh milyar tiga ratus sembilan puluh tiga juta dua ratus tujuh puluh ribu rupiah) yang berasal dari DIPA Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Tahun 2009: tahap kedua pembangunan gedung baru dengan anggaran Rp (empat belas milyar seratus seupuluh juta delapan ratus dua puluh ribu rupiah) yang berasal dari DIPA Pengadilan Agama Jakarta Selatan. 10 Media Informasi dan Transfaransi Agama Jakarta Selatan, Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, diakses pada tanggal 23 Februari 2020 melalui 39

51 40 B. Gambaran Umum Tentang Dispensasi Nikah pada Tahun di Pengadilan Agama Jakarta Selatan 1. Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Pada Tahun 2017 Total pengajuan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tahun 2017 adalah sebanyak 29 Perkara. 40

52 41 2. Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Pada Tahun

53 42 Total pengajuan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tahun 2018 adalah sebanyak 32 Perkara. 3. Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Pada Tahun

54 43 Total pengajuan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tahun 2019 adalah sebanyak 53 Perkara. C. Tata Cara Pengajuan Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Dalam hal permohonan dispensasi nikah ke pengadilan agama ini diajukan oleh orang tua dari pihak pria atau wanita di wilayah tempat tinggalnya (permenag No. 3 Tahun 1975 pasal 13 ayat 1) Adapun syarat syarat yang harus di penuhi untuk mengajukan dispensasi nikah adalah sebagai berjikut : 1. Surat permohonan 2. Surat pengantar desa atau lurah 3. Surat penolakan dari dari KUA, bermaterai Rp ,- 4. Fotokopi KTP pemohon 5. Fotokopi akte kelahiran mempelai bermaterai Rp ,- 6. Fotokopi KTP mempelai bermaterai Rp ,- 7. Fotokopi surat nikah ayah mempelai bermaterai Rp ,- Pengajuan permohonan dispensasi nikah ini dilakukan setelah mendapatkan surat penolakan untuk menikah dari KUA. Surat penolakan tersebut di jadikan dasar untuk mengajukan dispensasi ke pengadilan agama. Pengadilan agama yang akan 43

55 44 memberikan suatu penetapan tentang permohonan dispensasi tersebut setelah di lakukan pemeriksaan dalam persidangan dan berkeyakinan bahwa terdapat hal-hal yang memungkinkan untuk melangsungkan perkawinan. Adapun prosedur pengajuan permohonan dispensasi nikah ke pengadilan agama adalah sebagai berikut: 1. Para pihak mengajukan pernikahan terlebih dahulu ke kantor KUA setempat. 2. KUA akan memberikan formulir untuk diisi yang kemudian diajukan ke pengadilan agama, berupa surat penolakan pelaksanaan perkawinan dari KUA 3. Selanjutnya pengajuan permohonan dispensasi ke pengadilan agama. Pengajuan permohonan dispensasi nikah ini sama dengan mekanisme pengajuan perkara gugatan lain. Langkah-langkahnya sebagai berikut; a. Prameja b. Sebelum mengajukan permohonan, pemohon ke prameja untuk memperoleh penjelasan tentang tata cara berperkara, cara membuat surat permohonan, dan disini pemohon juga bisa meminta tolong untuk dibuatkan surat permohonan. i. Meja I Surat permohonan yang telah dibuat dan ditandatangani diajukan pada sub kepaniteraan permohonan, pemohon menghadap pada meja pertama yang akan menaksir besarnya panjer biaya perkara dan menuliskannya pada surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Ketentuan perhitungan jumlah biaya perkara diatur dalam pasal 90 UU. No. 7 tahun 1989 yaitu; 11 ii. Biaya kepaniteraan dan biaya materia yang diperlukan untuk itu. iii. Biaya untuk para saksi, saksi ahli, penerjemah, dan biaya pengambilan sumpah yang diperlukan dalam perkara itu. 11 Yahya harahap, kedudukan kewenangan dan acara peradilan agama UU No. 7 tahun 1989, (Jakarta, sinar grafika, 2009),

56 45 iv. Biaya yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan setempat dan tindakan lain yang diperlukan oleh pengadilan dalam perkara itu. v. Biaya pemanggilan, pemberitahuan, dan lain lain vi. Pemohon ke kasir dengan menyerahkan surat permohonan dan surat kuasa untuk membayar (SKUM), kemudian kasir bertugas; 12 a) Menerima uang tersebut dan mencatat dalam jurnal biaya perkara, menandatangani dan memberi nomor perkara dan tanda lunas b) Mengembalikan surat permohonan dan SKUM pada pemohon vii. Meja II Pemohon kemudian menghadap pada meja II dengan menyerahkan surat permohonan dan SKUM yang telah dibayar. Kemudian meja II bertugas sebagai berikut: 13 a) Memberi nomor pada surat permohonan sesuai dengan nomor yang diberikan oleh kasir, kemudian ditandatangani b) Menyerahkan surat permohonan yang telah terdaftar dan SKUM kepada pemohon. Selanjutnya setelah ketua majlis hakim menerima berkas perkara dan mempelajari berkas perkara, kemudian menetapkan hari dan tanggal serta jam pelaksanaan persidangan perkara serta memerintahkan agar para pihak dipanggil untuk datang menghadap pada hari, tanggal, dan jam yang telah ditentukan. Para pihak juga diberitahukan bahwa mereka dapat mempersiapkan bukti-bukti yang diajukan dalam persidangan. 12 Mukti arto, Praktik perkara perdata pada pengadilan agama, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 1996), Ibid.,

57 46 Dalam proses persidangan ketua majlis hakim membacakan surat permohonan yang telah didaftarkan di kepaniteraan. Selanjutnya ketua majlis hakim memulai pemeriksaan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pemohon. Kemudian ketua majelis hakim melanjutkan pemeriksaan bukti-bukti surat yang diserahkan oleh pemohon, diantaranya: 1. Fotokopi surat kelahiran atas nama anak pemohon yang dikeluarkan oleh kepala desa atau kelurahan 2. Fotokopi kart keluarga atas nama pemohon 3. Surat pemberitahuan adanya kekurangan persyaratan perkawinan yang dikeluarkan oleh kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil setempat model N-8 4. Surat pemberitahuan penolakan melangsungkan pernikahan model N-9 yang di keluarkan oleh kantor urusan agama. Selanjutnya ketua majelis menyatakan siding diskors untuk musyawarah. Kemudian pemohon diperintahkan ke luar dari ruang persidangan. Setelah musyawarah selesai, skors dicabut dan pemohon dipanggil kembali masuk ke ruang persidangan, kemudian dibacakan penetapan yang amarnya sebagai berikut: 1. Mengabulkan permohonan pemohon 2. Menetapkan memberi dispensasi kepada pemohon untuk menikahkan anaknya 3. Membebankan biaya kepada pemohon sebesar Rp.. Kepada pemohon. Setelah membacakan penetapannya, ketua majelis menyatakan sidang ditutup. Jika pemohon tidak puas dengan penetapan hakim, pemohon bisa langsung kasasi, bukan banding. 14 Sesuai Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Pasal 7 Tentang Pernikahan, Dispensasi Umur Pernikahan atau Dispensasi Kawin, ialah permohonan dispensasi bagi calon 14 Department agama RI, Bahan penyuluh hukum (Jakarta: derektorat jenderal pembinaan kelembagaan agama islam, 1999),

58 47 mempelai yang belum memenuhi ketentuan batasan usia minimal pernikahan, yakni kurang dari 19 Tahun untuk pria dan kurang dari 19 Tahun untuk wanita. Jika salah satu calon mempelai atau keduanya belum memenuhi batasan usia tersebut maka diwajibkan memiliki surat Dispensasi Perkawinan dari Pengadialan Agama setempat. Setelah mengajukan permohonan Dispensasi Nikah, orang tua atau dalam hal ini Pemohon beserta anaknya akan hadir dipersidangan untuk ditanyakan mengenai permohonannya. Majelis hakim setidaknya akan melakukan beberapa pertimbangan sebelum diberikannya izin dispensasi nikah kepada pemohon dalam hal ini orang tua untuk menikahkan anaknya di usia di bawah umur. Berdasarkan Perma No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin, Pasal 2 menyebutkan bahwa Hakim dalam mengadili permohonan Dispensasi Kawin harus berdasarkan asas: 1. Kepentingan terbaik bagi anak; 2. Hak hidup dan tumbuh kembang anak; 3. Penghargaan atas pendapat anak; 4. Penghargaan atas harkat dan martabat manusia; 5. Non-diskriminasi; 6. Kesetaraan gender; 7. Persamaan di depan hukum; 8. Keadilan; 9. Kemanfaatan; dan 10. Kepastian hukum Selain itu pada pasal 3 disebutkan bahwa pedoman mengadili permohonan Dispensasi Kawin bertujuan untuk: 1. Menerapkan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2; 2. Menjamin pelaksanaan sistem peradilan yang melindungi hak anak; 3. Meningkatkan tanggung jawab Orang Tua dalam rangka pencegahan Perkawinan Anak; 47

59 48 4. Mengidentifikasi ada atau tidaknya paksaan yang melatarbelakangi pengajuan permohonan Dispensasi Kawin; 5. Mewujudkan standardisasi proses mengadili permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan; Dengan adanya pedoman tersebut hakim akan menanyakan secara rinci bagaimana kesiapan orang tua dan anaknya yang hendak menikah. Pada praktiknya hakim selalu menanyakan mengenai apa yang menyebabkan pemohon dalam hal ini orang tua anak hendak menikahkan anaknya di usia di bawah umur. Selain itu kesiapan ekonomi akan ditanyakan oleh majelis hakim kepada calon mempelai lakilaki, karena nantinya dia lah yang akan menjadi tulang punggung bagi keluarganya setelah menikah. Majelis hakim juga akan menanyakan persoalan kesiapan aspek kesehatan dari para calon mempelai dengan mewajibakan kepada pemohon untuk melampirkan surat keterangan sehat dari dokter yang menunjukkan bahwa calon mempelai yang hendak menikah dalam keadaan sehat. Selain itu juga hakim akan menanyakan pertanggung jawaban orang tua dari calon mempelai jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dari pernikahan anak-anaknya. Jika pertimbanganpertimbangan tersebut dirasa cukup oleh majelis hakim, maka nantinya hakim akan memberikan izin dispensasi nikah dengan mengeluarkan sebuah putusan. Putusan hakim menurut Sudikno Mertokusumo adalah suatu peryataan yang oleh hakim, sebagai pejabat Negara yang diberi wawenang untuk itu, diucapkan dipersidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa yang terjadi antara para pihak. Bukan hanya diucapkan saja yang disebut putusan, melainkan juga pernyatan dalam bentuk tertulis kemudian diucapkan oleh hakim dipersidangan. Konsep putusan yang bebentuk tertulis tidak menpunyai kekuatan sebagai putusan sebelum diucapkan dipersidangan oleh hakim. Ini berarti putusan yang diucapkan (Uitspraal), harus sama dengan yang tertulis (Vonis). Bila putusan diucapkan berbeda dengan yang ditulis, maka yang 48

60 49 sah adalah yang diucapkan didepan persidangan. Putusan akhir disini adalah putusan yang mengakhiri suatu perkara dalam tingkat peradilan tertentu. 15 Hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi umur perkawinan bagi yang akan melangsungkan perkawinan, harus mempetimbangkan asas keadilan, asas kepastian hukum, dan asas keamanfatan terhadap putusan-putusan hukum yang akan ia buat, apabila hakim mengabulkan dispensasi umur perkawinan berdasarkan kemaslahatan, maka hakim berhak mengabulkan pemohon dan mengizinkan perkawinan itu dilaksanakan. Pemberian dispensasi umur perkawinan dalam kondisi yang sangat mendesak dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyrakat dalam kasus dispensasi umur perkawinan. Setelah mendapatkan putusan dari Pengadilan Agama terkait izin dispensasi nikah, maka orang tua anak harus melampirkan putusan tersebut sebagai kelengkapan administrasi bagi seseorang yang hendak menikah dibawah umur Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Libery, Yogjakarta, 1998, Hal, 49

61 BAB IV FAKTOR PENYEBAB MENINGKATNYA ANGKA DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN A. Faktor Penyebab Meningkatnya Permohonan Dispensasi Perbedaan batas usia anak di dalam beberapa peraturan perundangundangan menimbulkan ketidakpastian hukum dalam pengertian anak itu sendiri. Hal ini terjadi karena perbedaan pemahaman di tiap rumusan Undang-undang tentang kapan seseorang dikatakan sebagai anak. Dari segi perkawinan, kesehatan maupun perlindungan anak itu sendiri masih memiliki perbedaan tentang pengertian anak. Batas usia minimal menikah menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 di dalam Pasal 7 ayat (1) dijelaskan bahwa bagi laki-laki adalah 19 tahun dan bagi perempuan adalah 16 tahun. Sedangkan Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa anak adalah yang masih dalam kandungan hingga umur 18 tahun. Hal ini menimbulkan ketidakpastian hukum terkait pengertian anak, karena menurut Undang-undang Perkawinan jika telah memenuhi syarat umur yang telah ditentukan maka ia tidak bisa dikatakan sebagai anak. Namun menurut Undang-undang Perlindungan Anak, jika sudah berumur 18 tahun maka ia masih dikatakan sebagai seorang anak meskipun telah mencapai persyaratan 16 tahun bagi perempuan. Baru-baru ini Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan sebagian gugatan uji materil Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, terkait batas usia perkawinan. Dalam pertimbangannya, MK menyatakan perbedaan batas usia perkawinan antara laki-laki dan perempuan menimbulkan diskriminasi. 1 Hal ini tentunya memberikan harapan lebih terhadap upaya pengurangan praktik pernikahan dini di Indonesia. 1 diakses pada tanggal 29 Februari 2020, pukul WIB 50

62 51 Pengadilan Agama Jakarta selatan merupakan salah satu pengadilan agama yang memiliki angka permohonan dispensasi nikah yang tinggi di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Menariknya permohonan dispensasi nikah yang terdapat di Pengadilan Agama Jakarta selatan meningkat setiap tahunnya ( ). Hal ini sebagaimana data yang didapatkan penulis pada Laporan Tahunan (LAPTAH) Pengadilan Agama Jakarta selatan yang menunjukkan bahwa pada tahun 2017 terdapat 29 permohonan Dispensasi Nikah. Pada tahun 2018 pengajuan Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengalami peningkatan yaitu sebanyak 32 Permohonan. Pada tahun 2019 Permohonan Dispensasi Nikah kembali meningkat dengan pesat yaitu sebanyak 53 permohonan. Adapun data yang penulis dapatkan adalah sebagai berikut: 1 Nomor Perkara 019/Pdt.P/2017/PA.JS Pemohon Pemohon merupakan orang tua dari anak yang masih dibawah umur yang hendak menikah Alasan Keduanya telah menjalin hubunngan yang lama ( ) sehingga pihak keluarga sangat khawatir jika tidak segera dikawinkan sekarang, akan tetap berkelanjutan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak diperbolehkan agama Islam Pertimbangan Apabila dispensasi nikah tidak diberikan Hukum dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif yang tidak dinginkan oleh kedua belah pihak pada masa yang akan datang, maka Majelis Hakim berpendapat solusi hukum yang terbaik adalah memberikan dispensasi nikah kepada ANAK PEMOHON dan permohonan Pemohon untuk diberikan dispensasi nikah kepada anak kandungnya telah beralasan dan sejalan dengan ketentuan Pasal 7 ayat 2 Undang-undang Nomor 1 51

63 52 tahun 1974 jo. Pasal 8 Peraturan Menteri Agama RI Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah Amar Mengabulkan permohonan para pemohon Penetapan 2 Nomor Perkara 021/Pdt.P/2017/PA.JS Nama Pihak Orang tua dari laki-laki,dan pemohon perempuan Alasan Mengandung 3 bulan Pertimbangan Hukum A dan B sama-sama beragama Islam, sama-sama saling mencintai dan menyayangi, sama-sama sudah mempunyai pekerjaan tetap dan bahkan calon isterinya tersebut sekarang sudah hamil 3 bulan yang dihawatirkan akan berbuat dan berakibat yang lebih membahayakan dan memadaratkan yang lebih besar untuk masa depan dan kehidupan keduanya dan dianggap telah memenuhi ketentuan pasal 7 ayat 1 dan 2 Undangundang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jo. Pasal 15 Kompilasi Hukum Islam Amar Mengabulkan permohonan pemohon Penetapan 3 Nomor Perkara 035/Pdt.P/2017/PA.JS Pemohon Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Keduanya telah menjalin hubunngan yang sangat dalam sehingga untuk mengantisipasi kesulitan kesulitan administratif yang mungkin timbul di kemudian hari apabila tidak segera dinikahkan Pertimbangan Hukum Berdasarkan pertimbangan pertimbangan hukum di atas, Majelis Hakim menilai bahwa syarat-syarat untuk melakukan pernikahan telah terpenuhi, dan permohonan Pemohon untuk diberikan dispensasi 52

64 53 nikah kepada anak kandungnya telah beralasan dan sejalan dengan ketentuan Pasal 7 ayat 2 Undangundang Nomor 1 tahun 1974 jo. Pasal 8 Peraturan Menteri Agama RI Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah Mengabulkan permohonan para pemohon 4 Nomor Perkara 049/Pdt.P/2017/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Keduanya telah menjalin hubungan yang sangat dalam serta untuk mengantisipasi kesulitankesulitan administratif yang mungkin timbul di kemudian hari apabila tidak segera dinikahkan Pertimbangan Apabila dispensasi nikah tidak diberikan Hukum dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif yang tidak dinginkan oleh kedua belah pihak pada masa yang akan datang, maka Majelis Hakim berpendapat solusi hukum yang terbaik adalah memberikan dispensasi nikah kepada ANAK PEMOHON dan Majelis Hakim menilai bahwa syarat-syarat untuk melakukan pernikahan telah terpenuhi, dan permohonan Pemohon untuk diberikan dispensasi nikah kepada anak kandungnya telah beralasan dan sejalan dengan ketentuan Pasal 7 ayat 2 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 jo. Pasal 8 Peraturan Menteri Agama RI Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah Amar Putusan Mengabulkan Permohonan pemohon 5 Nomor Perkara 055/Pdt.P/2017/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon suami pemphon 53

65 54 Alasan Keduanya telah menjalin hubungan yang sangat dalam sehingga untuk mengantisipasi kesulitankesulitan administratif yang mungkin timbul di kemudian hari apabila tidak segera dinikahkan Pertimbangan Apabila dispensasi nikah tidak diberikan Hukum dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif yang tidak dinginkan oleh kedua belah pihak pada masa yang akan datang, maka Majelis Hakim berpendapat solusi hukum yang terbaik adalah memberikan dispensasi nikah kepada ANAK KANDUNG PEMOHON dan permohonan Pemohon untuk diberikan dispensasi nikah kepada anak kandungnya telah beralasan dan sejalan dengan ketentuan Pasal 7 ayat 2 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 jo. Pasal 8 Peraturan Menteri Agama RI Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 6 Nomor Perkara 058/Pdt.P/2017/PA.JS Nama Pihak Ibu pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Amar Putusan Mengabulkan Permohonan Pemohon 7 Nomor Perkara 080/Pdt.P/2017/PA.JS Nama Pihak Ibu pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Antara anak Pemohon dengan calon isterinya telah bergaul rapat dan sulit dipisahkan karena calon isterinya telah hamil Pertimbangan Hukum Jika kondisi demikian tidak diteruskan ke jenjang pernikahan dikhawatirkan akan terjerumus kepada perbuatan zina terus menerus. Sedangkan mendekati zina saja dilarang oleh ajaran Islam, 54

66 55 karena itu termasuk dosa besar, apalagi sampai melakukannya, sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al Isra ayat 32 dan majelis hakim perlu menyatakan kaidah fiqhiyah yang berbunyi artinya: Menghindari mafsadat (kerusakan) harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan Amar Putusan Mengabulkan Permohonan Pemohon 8 Nomor Perkara 0167/Pdt.P/2017/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon suami pemohon Alasan Mengandung 3 bulan Pertimbangan Hukum ANAK PEMOHON sedang hamil tiga bulan, serta ayah kandung dari ANAK PEMOHON di muka sidang telah menyatakan bersedia menjadi wali dalam menikahkan ANAK PEMOHON dengan CALON SUAMI ANAK KANDUNG PEMOHON. Dalam kondisi demikian, jika menunggu sampai ANAK PEMOHON cukup umur sebagaimana ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tersebut di atas, akan menimbulkan mudharat bagi ANAK PEMOHON dan CALON SUAMI ANAK KANDUNG PEMOHON serta keluarga masingmasing. Hukum Islam menentukan bahwa menolak mafsadat harus didahulukan dari mengharap kemaslahatan, sesuai dengan kaidah fiqhiyah, sebagai berikut: 55

67 56 artinya: Menghindari mafsadat (kerusakan) harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 9 Nomor Perkara 0194/Pdt.P/2017/PA.JS Nama Pihak Ibu pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Hubungan keduanya sudah sangat erat, calon istri sudah hamil hasil dari hubungan dengan CALON SUAMI ANAK KANDUNG PEMOHON Pertimbangan Hukum Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus tidak diikat dalam sebuah tali perkawinan dikhawatirkan akan terjadi hal-hal negatif, fitnah yang tidak diinginkan, maka untuk menghindarkan fitnah dan terjadinya kerusakan yang lebih buruk lagi, kedua anak tersebut sebaiknya segera untuk dinikahkan, hal ini didasarkan kaidah ushul fiqh yang artinya Menolak kerusakan didahulukan dari pada mendatangkan kemaslahatan juga hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Bukhari Muslim yang artinya Wahai para pemuda, jika sudah ada kesanggupan untuk menikah, maka menikahlah ; Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 10 Nomor Perkara 0207/Pdt.P/2017/PA.JS Nama Pihak Ibu pemohon, pemohon, dan calon Suami pemphon Alasan Calon Isteri telah lama menjalin hubungan dengan calon suaminya (CALON SUAMI ANAK PEMOHON) dan telah berketetapan hati mau melanjutkan kepada jenjang pernikahan karena hubungan mereka selama ini telah melahirkan seorang anak 56

68 57 Pertimbangan Hukum Meskipun anak Pemohon tersebut masih di bawah umur untuk perkawinan yang diijinkan dan demi menjaga kemashlahatan dan menghindarkan halhal yang lebih buruk lagi untuk masa yang akan datang sudah selayaknya antara keduanya untuk segera dinikahkan sesuai qaidah fiqhiyyah, yang artinya sebagai berikut : Menghindarkan kemafsadatan ( kerusakan ) lebih diutamakan dari pada menarik kemashlahatan Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 11 Nomor Perkara 023/Pdt.P/2018/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Keduanya telah menjalin hubungan sejak bulan Februari tahun 2014 sampai sekarang serta untuk mengantisipasi kesulitan-kesulitan administratif yang mungkin timbul dikemudian hari apabila tidak segera dinikahkan Pertimbangan Apabila dispensasi nikah tidak diberikan Hukum dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif yang tidak dinginkan oleh kedua belah pihak pada masa yang akan datang, maka Majelis Hakim berpendapat solusi hukum yang terbaik adalah memberikan dispensasi nikah kepada ANAK KANDUNG PEMOHON Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 12 Nomor Perkara 024/Pdt.P/2018/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Mengandung 5 Bulan Pertimbangan Hukum Permohonan Pemohon tersebut telah memenuhi ketentuan pasal 7 ayat 1 dan 2 Undang-undang 57

69 58 Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jo. Pasal 15 Kompilasi Hukum Islam Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 13 Nomor Perkara 024/Pdt.P/2018/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Telah menjalin hubungan sejak lama serta untuk mengantisipasi kesulitankesulitan administratif yang mungkin timbul dikemudian hari apabila tidak segera dinikahkan; Pertimbangan hukum Permohonan Pemohon tersebut telah memenuhi ketentuan pasal 7 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jo. Pasal 15 Kompilasi Hukum Islam Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 14 Nomor Perkara 064/Pdt.P/2018/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Mengandung 7 bulan Pertimbangan Hukum Dispensasi nikah yang diberikan Pengadilan Agama kepada pencari keadilan adalah untuk menghindari terjadinya mudharat yang lebih besar daripada mashlahatnya, sesuai dengan kaidah fiqih yang selanjutnya diambil alih sebagai pertimbangan hukum sebagai berikut: Artinya : Mengantisipasi dampak negatif harus diprioritaskan daripada mengejar kemashlahatan (yang belum jelas). Apabila berlawanan antara satu mafsadat dengan mashlahat, maka yang 58

70 59 didahulukan adalah mencegah mafsadatnya.; Al- Asybah Wa An-Nazhoir (halaman 62) Artinya : Mencegah yang membahayakan itu lebih diprioritaskan daripada meraih keuntungan. ( Abdul Wahhab Khollaf, Ilmu Ushul al- Fiqh,1977, hal. 208 ) Artinya : Apabila dua mafsadat bertentangan, maka yang harus diperhatikan mana yang lebih besar mafsadatnya, dengan memilih yang lebih ringan mafsadatnya; Al-Asybah Wa Al-Nazhoir(Halaman 62; Artinya : Sesuatu yang membahayakan (kemudhorotan) itu sedapat mungkin harus dihindarkan; Permohonan Pemohon untuk diberikan dispensasi nikah kepada anak kandungnya telah beralasan dan sejalan dengan ketentuan Pasal 7 ayat 2 Undangundang RI. Nomor 1 tahun 1974 jo. Pasal 8 Peraturan Menteri Agama RI Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah; Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 15 Nomor Perkara 0101/Pdt.P/2018/PA.JS Nama Pihak Ibu pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon 59

71 60 Alasan Pertimbangan hukum Mengandung 3 Bulan Jika kondisi demikian tidak diteruskan ke jenjang pernikahan dikhawatirkan akan terjerumus kepada perbuatan zina terus menerus. Sedangkan mendekati zina saja dilarang oleh ajaran Islam, karena itu termasuk dosa besar, apalagi sampai melakukannya, sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al Isra ayat 32 yang artinya Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk artinya: Menghindari mafsadat (kerusakan) harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 16 Nomor Perkara 0159/Pdt.P/2018/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Telah menjalin hubungan sejak 9 (Sembilan) bulan sampai sekarang serta untuk mengantisipasi kesulitankesulitan administratif yang mungkin timbul dikemudian hari apabila tidak segera dinikahkan; Pertimbangan hukum artinya: Menghindari mafsadat (kerusakan) harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 17 Nomor Perkara 0173/Pdt.P/2018/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon 60

72 61 Alasan Pertimbangan hukum Mengandung 4 bulan Dispensasi nikah yang diberikan Pengadilan Agama kepada pencari keadilan adalah untuk menghindari terjadinya mudharat yang lebih besar daripada mashlahatnya, sesuai dengan kaidah fiqih yang selanjutnya diambil alih sebagai pertimbangan hukum sebagai berikut: Artinya : Mengantisipasi dampak negatif harus diprioritaskan daripada mengejar kemashlahatan (yang belum jelas). Apabila berlawanan antara satu mafsadat dengan mashlahat, maka yang didahulukan adalah mencegah mafsadatnya.; Al- Asybah Wa An-Nazhoir(halaman 62 Artinya : Mencegah yang membahayakan itu lebih diprioritaskan daripada meraih keuntungan. ( Abdul Wahhab Khollaf, Ilmu Ushul al- Fiqh,1977, hal. 208 Artinya : Apabila dua mafsadat bertentangan, maka yang harus diperhatikan mana yang lebih besar mafsadatnya, dengan memilih yang lebih ringan 61

73 62 mafsadatnya; Al-Asybah Wa Al-Nazhoir (Halaman 62; Artinya : Sesuatu yang membahayakan (kemudhorotan) itu sedapat mungkin harus dihindarkan; Permohonan Pemohon untuk diberikan dispensasi nikah kepada anak kandungnya telah beralasan dan sejalan dengan ketentuan Pasal 7 ayat 2 Undangundang RI. Nomor 1 tahun 1974 jo. Pasal 8 Peraturan Menteri Agama RI Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah; Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 18 Nomor Perkara 0183/Pdt.P/2018/PA.JS Nama Pihak Ibu pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Mengandung 3 bulan Pertimbangan Hukum Jika kondisi demikian tidak diteruskan ke jenjang pernikahan dikhawatirkan akan terjerumus kepada perbuatan zina terus menerus. Sedangkan mendekati zina saja dilarang oleh ajaran Islam, karena itu termasuk dosa besar, apalagi sampai melakukannya, sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al Isra ayat 32 yang artinya Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk 62

74 63 artinya: Menghindari mafsadat (kerusakan) harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 19 Nomor Perkara 0174/Pdt.P/2018/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Mengandung 6 bulan Pertimbangan hukum artinya: Menghindari mafsadat (kerusakan) harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 20 Nomor Perkara 0247/Pdt.P/2018/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Mengandung 6 bulan Pertimbangan Apabila dispensasi nikah tidak diberikan hukum dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif yang tidak dinginkan oleh kedua belah pihak pada masa yang akan datang, maka Majelis Hakim berpendapat solusi hukum yang terbaik adalah memberikan dispensasi nikah kepada ANAK KANDUNG PEMOHON. Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 21 Nomor Perkara 0260/Pdt.P/2018/PA.JS Nama Pihak Ibu pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Keduanya telah menjalin hubungan yang sangat dalam sehingga untuk mengantisipasi kesulitankesulitan administratif yang mungkin timbul di kemudian hari apabila tidak segera dinikahkan Pertimbangan hukum 63

75 64 artinya: Menghindari mafsadat (kerusakan) harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 22 Nomor Perkara 076/Pdt.P/2019/PA.JS Nama Pihak Ibu pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Mengandung 6 bulan Pertimbangan hukum artinya: Menghindari mafsadat (kerusakan) harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 23 Nomor Perkara 0112/Pdt.P/2019/PA.JS Nama Pihak Ibu pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Sudah mengandung Pertimbangan Apabila dispensasi nikah tidak diberikan hukum dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif yang tidak dinginkan oleh kedua belah pihak pada masa yang akan datang, maka Majelis Hakim berpendapat solusi hukum yang terbaik adalah memberikan dispensasi nikah kepada ANAK KANDUNG PEMOHON Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 24 Nomor Perkara 0206/Pdt.P/2019/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Anak kandung Pemohon tersebut telah lama menjalin hubungan cinta dan sudah melakukan hubungan intim sehingga calon suami istri telah siap dalam membangun hidup berumah tangga Pertimbangan hukum 64

76 65 artinya: Menghindari mafsadat (kerusakan) harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 25 Nomor Perkara 0220/Pdt.P/2019/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Mengandung 2 bulan Pertimbangan permohonan para Pemohon tersebut telah hukum memenuhi ketentuan pasal 7 ayat 1 dan 2 Undangundang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jo. Pasal 15 Kompilasi Hukum Islam Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 26 Nomor Perkara 0274/Pdt.P/2019/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Sudah mengandung Pertimbangan Pernikahan/perkawinan bagi umat muslim Hukum merupakan hak asasi yang mengandung nilai ibadah, maka oleh karenanya sepanjang niatnya suci, hak tersebut harus diberikan kepada yang memerlukannya demi menegakkan sunnah Rasul Muhammad Saw. Hal tersebut juga tertuang dalam Al Qur an surat An Nur ayat 32 yang berbunyi: Amar Putusan Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-nya, dan Allah Maha luas (pemberian-nya) lagi Maha mengetahui Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 65

77 66 27 Nomor Perkara 0308/Pdt.P/2019/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Tjahyono (Alm) Alasan Mengandung 5 bulan Pertimbangan hukum Permohonan Pemohon untuk diberikan dispensasi nikah kepada anak kandungnya telah beralasan dan sejalan dengan ketentuan Pasal 7 ayat 2 Undangundang Nomor 1 tahun 1974 jo. Pasal 8 Peraturan Menteri Agama RI Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 28 Nomor Perkara 0315/Pdt.P/2019/PA.JS Nama Pihak Ibu pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Mengandung 5 bulan Pertimbangan hukum artinya: Menghindari mafsadat (kerusakan) harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 29 Nomor Perkara 0359/Pdt.P/2019/PA.JS Nama Pihak Ibu pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Mengandung 2 bulan Pertimbangan hukum artinya: Menghindari mafsadat (kerusakan) harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan Amar Putusan Mengabulkan Permohonan dari Pemohon 30 Nomor Perkara 0470/Pdt.P/2019/PA.JS Nama Pihak Ayah pemohon, pemohon, dan calon isti pemphon Alasan Hubungan keduanya sudah sedemikian eratnya, sehingga Pemohon sangat khawatir akan terjadi 66

78 67 Pertimbangan hukum Amar Putusan lagi perbuatan yang dilarang oleh ketentuan hukum Islam apabila tidak segera dinikahkan Permohonan Pemohon untuk diberikan dispensasi nikah kepada anak kandungnya telah beralasan dan sejalan dengan ketentuan Pasal 7 ayat 2 Undangundang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan jo. Pasal 8 Peraturan Menteri Agama RI Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah Mengabulkan Permohonan dari Pemohon Faktor meningkatnya kasus dispensasi kawin karena adanya revisi mengenai batas usia minimal pernikahan di UU No 1 Tahun 1974 yang awalnya 16 tahun menjadi 19 tahun di UU No 16 Tahun Penelitian ini dilakukakan berdasarkan data sebelum tahun 2019 dan dibandingkan dengan pengajuan permohonan dispensasi nikah pada tahun Sejak bulan Januari 2021 hingga tanggal 24 April 2021 telah terjadi pengajuan permohonan dispensasi nikah sebanyak 23 permohonan yang apabila diperbandingkan sudah hampir 50% dari pengajuan dispensasi nikah di tahun Berdasarkan data dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan ( ) dan wawancara penulis terhadap hakim di Pengadilan Agama Jakarta Selatan setidaknya terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi meningkatnya Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Faktor Agama 2 Data ini penulis dapatkan berdasarkan data pengajuan permohonan dispensasi nikah pada Pengadilan Agama Jakarta Selatan di tahun 2021 dengan rincian sebagai berikut: Perkara nomor 78/Pdt.P/2021/PA.JS, 69/Pdt.P/2021/PA.JS, 51/Pdt.P/2021/PA.JS, 44/Pdt.P/2021/PA.JS, 21/Pdt.P/2021/PA.JS, 3/Pdt.P/2021/PA.JS, 9/Pdt.P/2021/PA.JS, 10/Pdt.P/2021/PA.JS, 138/Pdt.P/2021/PA.JS, 120/Pdt.P/2021/PA.JS, 115/Pdt.P/2021/PA.JS, 101/Pdt.P/2021/PA.JS, 88/Pdt.P/2021/PA.JS, 161/Pdt.P/2021/PA.JS, 158/Pdt.P/2021/PA.JS, 159/Pdt.P/2021/PA.JS, 146/Pdt.P/2021/PA.JS, 153/Pdt.P/2021/PA.JS, 250/Pdt.P/2021/PA.JS, 216/Pdt.P/2021/PA.JS, 215/Pdt.P/2021/PA.JS, 205/Pdt.P/2021/PA.JS, dan 204/Pdt.P/2021/PA.JS 67

79 68 Agama merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi banyaknya Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Hal ini dikarenakan pemikiran orang tua yang lebih memilih menikahkan anaknya di usia di bawah umur dibandingkan terjadi perzinahan yang akan berakibat pada sebuah aib bagi keluarga. Seorang anak yang sudah memiliki hubungan yang sangat kuat dengan lawan jenisnya sudah sewajarnya dikhawatirkan oleh orang tua, karena dengan perkembangan zaman saat ini sangat rentan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan seperti perzinahan. Agama akan selalu dijadikan alasan religius bagi orang tua maupun seorang anak mengajukan Permohonan Dispensasi Nikah atau untuk menikahkan anaknya di usia di bawah umur. Sering kali perkataan yang selama ini kita dengar seperti Dari pada berbuat zina lebih baik dikawinkan yang selalu menjadi acuan bagi para orang tua untuk menikahkan anaknya walaupun di usia di bawah umur. Akan tetapi, perlu sekiranya penulis garis bawahi bahwa persoalan agama kembali lagi kepada individu masing-masing. Jika pendidikan agama yang ditanamkan baik oleh orang tua maupun seorang guru terhadap seorang anak tersebut kuat, maka anak tersebut tidak akan melakukan perzinahan. Jadi orang tua tidak perlu mengawinkan anaknya di usia muda. Namun hal inilah yang menjadi permasalahan dan perlu diselesaikan dengan memberikan pemahaman yang lebih mendalam terkait Agama dalam mengatur pernikahan Faktor Ekonomi Menikahkan anak di usia di bawah umur ataupun memutuskan untuk menikah di usia di bawah umur seringkali dijadikan alasan orang tua ataupun seorang anak sebagai solusi untuk meringankan beban ekonomi keluarga 3 Dari 30 Putusan yang penulis jadikan objek penelitian, seluruhnya mempertimbangkan agama karena hubungan yang sudah terlalu dalam antara calon suami dan calon isteri sehingga ditakutkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bahkan sudah ada yang hamil diluar nikah akibat hubungan yang terlalu dalam tersebut. 68

80 69 dengan harapan anaknya atau dirinya bisa memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang lebih baik Faktor Hamil di Luar Nikah (Married By Accident) Married By Accident atau yang biasa kita kenal hamil diluar nikah sering kali menjadi penyebab yang mendorong seorang untuk menikah di usia di bawah umur. 5 Meskipun pada kenyataannya anak tersebut atau orang tuanya tidak menginginkan terjadinya pernikahan itu, namun karena accident yang didapat pada anaknya maka dengan mau tidak mau harus di nikahkan pada usia di bawah umur. Hamil diluar nikah adalah kehamilan di luar pernikahan resmi yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang masih dibawah umur, atau laki-laki sudah cukup umur akan tetapi si perempuan masih di bawah umur lantaran sebuah ikatan asmara sebagaimana yang terjadi di dalam interaksi sosial dan pergaulan muda-mudi sudah sangat terbuka bebas. Apabila orang tua tersebut tidak menikahkan anaknya, maka nantinya akan menjadi sebuah aib bagi sebuah keluarga. Kejadian seperti ini tidak jarang terjadi dikalangan masyarakat baik di perdesaan maupun di perkotaan. Pergaulan bagi remaja diikuti oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat, hal ini menjadikan akses bergaul begitu mudah antara satu dengan yang lain. Kemudahan akses dalam pergaulan ini membuat orang tua merasa khawatir kepada anak-anaknya. Hamil di luar nikah tentunya akan dihadapkan pada dua pilihan yang sulit yaitu antara mengawinkan sang pelaku (perempuan dengan laki-laki yang menghamili) atau melakukan jalan pintas dengan aborsi. Memang tidak mudah bagi orang tua terlebih bagi perempuan dan anak yang ada di dalam kandungannya. Mereka biasanya mendapatkan stigmatisasi, negative stereotype dan bahkan sanksi sosial. Sehingga status suci (fitrah) sebagai anak 4 Wawancara pribadi penulis dengan hakim pengadilan agama Jakarta Selatan pada tanggal 23 Juni 2020 pukul WIB 5 Dari 30 putusan yang penulis jadikan sebagai data primer terdapat 19 putusan yang diajukan dengan alasan ini 69

81 70 seakan ternodai oleh hukum-hukum sosial yang terus muncul kapan pun masyarakat menghendaki. 5 Kurangnya kasih sayang dan perhatian dalam keluarga juga menjadi salah satu penyebab anak terjerumus dalam seks diluar nikah. Anak remaja yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian, apabila tidak ditopang dengan keluarga yang harmonis maka anak akan mudah melampiaskan dengan melakukan perbuatan yang di langgar oleh norma dan Agama, seperti hubungan seks di luar nikah. Dari 30 penetapan yang penulis jadikan objek penelitian, 19 diantaranya menerangkan bahwa mereka telah hamil di luar nikah bahkan sudah ada yang melahirkan dari hamil diluar nikah tersebut. Dari pemaparan diatas maka dapat kita pahami bahwa pernikahan usia di bawah umur dapat terjadi karena berbagai faktor. Faktor ekonomi akan berpengaruh terhadap faktor agama dan hamil di luar nikah, begitu juga faktor keduanya akan berpengaruh terhadap faktor ekonomi tersebut. Sehingga ketiga faktor di atas saling memengaruhi dan berkaitan satu sama lain. AGAMA EKONOMI MBA B. Dampak Pemberian Dispensasi Nikah Dalam Aspek Yuridis dan Sosiologis 1. Aspek Yuridis Ketentuan Undang-undang perkawinan yang merubah batasan usia minimal menikah pada pasal 7 ayat 1 yang menyebutkan bahwa Perkawinan 5 Mukti Ali, dkk, Fikih Kawin Anak Membaca Ulang Teks Keagamaan Perkawinan Usia Anak-anak,t.tp, Cet. I, Rumah Kitab, 2015, h

82 71 hanya diizinkan apabila pria dan wanita mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun, namun didalam undang-undang ini terdapat klausul yang dapat mengesampingkan aturan ini. Sebagaimana yang tercantum pada pasal 7 ayat 2 bahwa dalam hal terjadi penyimpangan terhadap ketentuan umur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), orang tua pihak pria/atau orang tua pihak wanita dapat meminta dispensasi kepada pengadilan dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang cukup. Ketentuan ini seperti memperlihatkan kurang tegasnya pelarangan pernikahan dibawah umur dengan melakukan pembatasan minimal usia menikah. Namun dalam hal ini pemerintah hanya bisa memperketat ketentuan pernikahan dibawah umur dengan memberikan persyaratan seperti surat keterangan sehat dari keduabelah pihak, surat pernyataan komitmen orang tua yang akan bertanggung jawab atas pernikahan anaknya yang masih dibawah umur, keharusan seorang calon mempelai laki-laki yang mempunyai pekerjaan atau usaha yang dapat menopang ekonomi keluarganya nanti, dan pernyataan dari saksi-saksi yang setidaknya menyebutkan bahwa kedua calon mempelai sudah siap secara fisik maupun mental untuk membangun rumah tangga. Dengan adanya UU tentang batas usia perkawinan dan dispensasinya itu menjadikan hal tersebut menjadi bias dikarenakan adanya kontra produktif. UU menyatakan batas usia perkawinan adalah 16 tahun dan sekarang 19 tahun sedangkan ada dispensasi usia perkawinan menjadikan meningkatnya angka pernikahan dinawah umur. Namun dengan meningkatnya permohonan dispensasi nikah ini juga memperlihatkan tingkat kesadaran hukum masyarakat yang semakin tinggi, sehingga aturan tidak hanya menjadi aturan yang ditulis dan disahkan oleh pemerintah melainkan dapat dijalankan dan dipatuhi dengan baik oleh masyarakat. 71

83 72 2. Aspek Sosiologis Pemberian dispensasi nikah kepada seseorang yang hendak menikah dibawah umur selalu menjadi dilema bagi hakim yang memeriksa. Hal ini dikarenakan ketika tidak diberikan dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif yang tidak dinginkan oleh kedua belah pihak pada masa yang akan datang, maka Majelis Hakim berpendapat solusi hukum yang terbaik adalah memberikan dispensasi nikah berdasarkan hasil kesimpulan wawancara penulis dengan seorang hakim 23 Juni 2020 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Kemaslahatan selalu dikedepankan dengan mengacu pada kaidah fiqhiyyah yaitu Menghindarkan kemafsadatan (kerusakan) lebih diutamakan dari pada menarik kemashlahatan. Keputusan suatu hukum tentunya akan berdampak secara langsung baik dari aspek yuridis ataupun sosiologis, tak terkecuali pada pemberian dispensasi nikah kepada seorang anak yang hendak menikah dibawah umur. Dengan adanya permohonan Dispensasi Nikah yang diajukan oleh orang tua yang hendak menikahkan anaknya dibawah umur tentunya ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah sadar hukum khususnya dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Apabila permohonan dispensasi umur perkawinan tidak dikabulkan maka dampak yang akan ditimbulkan akan sangat besar, salah satunya dalam aspek sosiologis. Maka disinilah peran hakim dan sekaligus hukum dibutuhkan oleh masyarakat dalam memberikan kemudahan dan jalan keluar yang terbaik atas persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri, karena bilamana tidak dikabulkan maka pihak orang tua akan merasa malu melihat anak-anaknya telah menghamili gadis sebelum menikah atau orang tua laki-lakinya telah menghamili perempuan yang bukan istrinya, sedangkan usia mereka masih dibawah umur yang ditetapkan Undang- Undang maka pihak orang tua akan mendapatkan tekanan dan gunjingan dari orang-orang sekitar karena tidak mampu mendidik anaknya. Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut hakim tetap memberikan izin dispensasi nikah kepada pemohon untuk menikahkan 72

84 73 anaknya dengan calon suami/istrinya, hal ini dikarenakan hakim menilai bahwa masyarakat sedikit banyaknya sudah sadar hukum untuk menempuh proses persidangan bagi seseorang yang hendak menikah dibawah umur dan menghindari kemudharatan yang mungkin terjadi apabila permohonan dispensasi nikah tersebut ditolak. Menurut penulis, hakim sudah tepat dalam mempertimbangkan aspek-aspek sosiologis maupun yuridis dalam memberikan izin kepada anak pemohon untuk menikah dengan calon suami/istrinya. Mengingat pergaulan anak remaja yang kian hari rentan terjadi hamil diluar nikah, maka sudah sewajarnya hakim memberikan dispensasi nikah dengan syarat tentunya mempertimbangkan hal-hal yang dirasa penting. Adapun dampak positf yang bisa didapatkan dari aspek sosiologis adalah adanya kesadaran masyarakat terhadap dilarangnya pernikahan dibawah umur dengan pertimbangan dampak yang terjadi setelahnya seperti perceraian dini yang disebabkan belum siapnya kedua calon untuk menikah baik dari aspek ekonomi, mental dsb, kehamilan premature yang disebabkan belum siapnya fisik dari calon perempuan untuk mengandung seorang anak. C. Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan Dalam Memberikan Dispensasi Nikah. Nomor putusan Pertimbangan Hakim 019/Pdt.P/2017/PA.JS Hamil diluar Nikah, khawatir terjadi perzinahan dan hal-hal yag dilarang oleh Agama islam dan Telah siap secara mental. 02/Pdt.P/2017/PA.JS Hamil diluar nikah, Secara fisik sudah siap dan sudah mampu secara finansial karena sudah memiliki pekerjaan 73

85 74 35/Pdt.P/2017/PA.JS 49/Pdt.P/2017/PA.JS 55/Pdt.P/2017/PA.JS 80/Pdt.P/2017/PA.JS Hamil duluar nikah, Telah siap secara mental dan saling mencintai serta memiliki hubungan yang sudah sangat erat Siapa secara mental, dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif yang tidak dinginkan Siap secara metal, Khawatir terjadi perzinahan.dan saling mencintai Hamil diluar nikah, dikhawatirkan terus menerus melakukan perbuat zina yang dilarang berdasarkan Surat Al-Isra ayat 32 dan menghindari mafsadah yang akan datang berdasarkan Kaidah fikih: Dar ul Mafasidi Muqaddamun Ala Jalbil Masalih. (Mendahulukan kerusakan harus didahulukan daripada meraih masalah) 167/Pdt.P/2017/PA.JS Hamil diluar nikah dan menghindari kerusakan (Mafsadah) 194/Pdt.P/2017/PA.JS Telah siap secara fisik dan mental, telah Saling mencintai, Khawatir terhadap perzinahan dan telah sesuai dengan Hadits nabi yang artinya: Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang mampu untuk menikah maka, hendaklah menikah. Apabila tak mampu maka, hendaklah berpuasa karena hal itu dapat memajmkan mata dan menjaga kemaluan 207/Pdt.P/2017/PA.JS Sudah memiliki anak dan Menghindarkan dari mafsadahyang lebih besar dimasa yang kakan datang 23/Pdt.P/2018/PA.JS 24/Pdt.P/2018/PA.JS Telah saling mencintai, telah siap secara mental. Hamil diluar nikah, Siap dan dewasa dalam bersikap, Sudah saling mencintai dan memiliki hubungan yang 74

86 75 sangat erat sehingga khawatir terjerumus pada perbuatan-perbuatan yang dilarang agama. 64/Pdt.P/2018/PA.JS Hamil diluar nikah, Sudah siap secara mental, secara finansial sudah berkecukupan karena sudah bekerja dan agar terhindar dari mafsadah. 101/Pdt.P/2018/PA.JS Hamil diluar nikah, dan untuk menghindari dari perbuatan zinah yang terus menerus. 159/Pdt.P/2018/PA.JS Telah siap secara mental, kedua pasangan saling mencintai dan telah menjalin hubungan yang sangat erat dan dalam dan untuk menghindari mafsadahah. 173/Pdt.P/2018/PA.JS Hamil diluar nikah, Telah siap secara mental dan menghindari banyak mafsadah yang akan datang dimasa mendatang. 174/Pdt.P/2018/PA.JS Hamil diluar nikah, telah siap berumah tangga dan terhindar dari mafsadah yang akan datang. 183/Pdt.P/2018/PA.JS Hamil diluar nikah, sudah saling mencintai dan menghindari perbuatan zina terus menerus. 247/Pdt.P/2018/PA.JS Siap secara mental, Saling mencintai dan khawatir terjerumus pada perzinahan 260/Pdt.P/2018/PA.JS Sudah saling mencintai dan dan menghindari perbuatan dosa seperti perzinahan dan hal-hal yang dilarang agama 76/Pdt.P/2019/PA.JS Hamil diluar nikah, sudah siap dan khawatir menimbulkan mafsadah yang lebih besar 112/Pdt.P/2019/PA.JS Saling mecintai. Siap secara mental dan dewasa dalam bersikap dan khawatir zina 75

87 76 206/Pdt.P/2019/PA.JS Siap secara mental, saling mencinta, khawatir berbuat dosa terus-menerus. 220/Pdt.P/2019/PA.JS Saling mencintai sehingga telah berhubungan secara erat dan dalam, Sudah siap dan secara finansial telah memiliki pekerjaan 274/Pdt.P/2019/PA.JS Hamil diluar nikah, Pernikahan adalah hak asasi dan menghindari dari perbuatan zina yang terus menerus sesuai surat Al-Nur ayat 308/Pdt.P/2019/PA.JS Sudah siap secara mental. 2. Saling mencintai. Takut terjadi hal-hal negative. 315/Pdt.P/2019/PA.JS Hamil diluar nikah, Sudah terjadi hubungan yang erat seolah tidak dapat dipisahkan, menghindarkan dari mafsadah yang lebih besar 359/Pdt.P/2019/PA.JS Hamil diluar nikah, sudah saling mencintai dan memiliki hubungan yang sangat erat dan dalam dan Menolak mafsadah yang akan datang yang lebih besar. 470/Pdt.P/2019/PA. Sudah salingmencinai tdan terjalin hubungan yang sangat dalam dan erat, telah siap dan khawatirkan terjerumus pada perbuatan dosa. Dari tabel diatas secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pertimbangan hakim dalam penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan (PA Jaksel) tentang dispensasi nikah adalah karena calon pengantin telah memiliki hubungan yang sangat erat dan dalam sehingga adanya kekhawatiran terjerumus pada perbuatan-perbuatan dosa dan mafsadah yang akan timbul dikemudian hari. Apalagi 15 diantara 30 putusan tersebut diakibatkan oleh kehamilan di luar nikah yang membuat hakim tidak memliki pilihan lain selain harus mengabulkan permohonan tersebut. 76

88 77 Majelis hakim dalam hal ini tentunya akan dihadapkan kepada dua pilihan yang sulit yaitu memberikan izin dispensasi nikah guna menghindari sebuah fitnah yang kelak mungkin terjadi atau menolak izin dispensasi nikah dengan tujuan memberikan hikmah atau pelajaran bagi seluruh masyarakat agar sebisa mungkin menjaga pergaulan guna menghindari marriage by accident yang marak terjadi. Dalam hal ini majelis hakim lebih melihat terdapat kemaslahatan yang lebih besar dengan memberikan izin dispensasi nikah kepada pemohon dengan mempertimbangkan kaidah Menghindari mafsadat (kerusakan) harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan. 77

89 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan yang terdapat pada beberapa bab sebelumnya maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut, diantaranya: 1. Faktor-faktor pengajuan dispensasi nikah kepada Pengadilan Agama Jakarta Selatan yakni (1) Faktor Agama, (2) Faktor Ekonomi, dan (3) Faktor Hamil diluar nikah (Married by Accident). Pemberian dispensasi umur perkawinan tersebut juga diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, sehingga dapat memberikan kemudahan dan jalan keluar bagi persoalan-persoalan yang terjadi. 2. Dampak pemberian Dispensasi Nikah dalam aspek Yuridis dan Sosiologis adalah semakin meningkatnya kesadaran hukum masyarakat terhadap aturan yang ada, sehingga masyarakat merasa memiliki kewajiban untuk mentaati aturan tersebut. 3. Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta selatan selalu mempertimbangkan hal-hal yang telah diatur Perma No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin. Selain itu majelis hakim juga akan menanyakan secara rinci bagaimana kesiapan orang tua dan anak yang hendak menikah, baik dari aspek ekonomi maupun kesehatan. B. Saran 1. Bagi lingkungan Peradilan khususnya Hakim di dalam memberikan dispensasi kawin hendaknya lebih memperketat kembali dalam menanyakan kesiapan orang tua maupun anak yang hendak menikah demi tujuan mengurangi angka pernikahan usia di bawah umur di Indonesia umumnya dan wilayah Jakarta Selatan khususnya. 2. Bagi Mahasiswa hukum keluarga yang mempunyai tugas sebagai agen perubahan dan bagian dari masyarakat, sebaiknya ikut berkontribusi secara langsung untuk memberikan pengajaran dan pembelajaran terkait pernikahan 78

90 usia di bawah umur, regulasi permohonan dispensasi kawin dan bahaya pernikahan usia di bawah umur. 79

91 DAFTAR PUSTAKA Al-Quran dan Terjemahan, Departemen Agama RI. Abi Muslim al-hijaj, Imam, Shohih Muslim, Dar al-fikr: Beirut, Abidin, Slamet dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat, Bandung: CV. Pustaka Setia, Ali, Mukti, dkk, Fikih Kawin Anak Membaca Ulang Teks Keagamaan Perkawinan Usia Anak-anak,t.tp, Cet. I, Rumah Kitab, as-siba i, Mustafa, al-mar ah bain al-fiqh wa al-qur an, Damsyik: Maktabah al-kitab, [t.th.], Aulia, Nuansa, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Perwakafan, Aziz Dahlan, Abdul, Ensiklopendi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, Cet. 1. Candra, Mardi, Aspek Perlindungan Anak Indonesia: Analisis tentang Perkawinan di Bawah Umur, Jakarta: Kencana, Daly, Peunoh, Hukum Perkawinan Islam Studi Perbandingan Kalangan Ahlu Sunnah dan Negara-Negara Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1998 Daud Ali, Mohammad, Hukum Islam dan Peradilan Agama, Jakarta: RajaGrafindo Persada Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Nikah, cet.ii, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Djalil, Basiq, Peradilan Agama Di Indonesia: Gemuruhnya Politik Hukum (Hukum Islam, Hukum Barat, Hukum Adat), cet. I, Jakarta: Kencana, Eoh, O.S., Perkawinan Antar Agama Dalam Teori dan Praktek, cet.ii, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Hadikusuma, Hilman, Metode Pembuatan Kertas atau Skripsi Ilmu Hukum, Bandar Lampung: Mandar Maju, Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun

92 81 Jalal ad-din Abd ar-rahman bin Abi Bakar as-suyuthi, Imam, al-asybah wa an- Nazhair, Semarang : Maktubah wa Mathbu ah Thoha Putera, [t.th]. Karim, Helmi, Kedewasaan Untuk Menikah Problematika Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: Pustaka Firdaus, Laporan Pelaksanaan KegiatanPengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2019 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun Manan, Abdul, Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan Jakarta: Kencana, 2007 Manuba, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta: EGC, Edisi 2 Marilang, Dispensasi Kawin Anak di Bawah Umur, Al-Daulah Vol 7 No. 1 Juni 2018, Media Informasi dan Transfaransi Agama Jakarta Selatan, Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, diakses pada tanggal 23 Februari 2020 melalui jakartaselatan.go.id/v2/index.php/tentangkami/sejarah.html Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Libery, Yogjakarta, Penghimpun Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana, dan Perdatah Jakarta: Visimedia, Q.S. An-Nisa (4) ayat 6 Rahman Ghazaly, Abdul, Fiqh Munakahat, cet.ii, Jakarta: Kencana, Ramulyo, Moh. Idris, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undangundang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Cet. 1, Jakarta: Bumi Aksara, Rofiq, Ahmad, Hukum Islam Di Indonesia, cet.iv, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Rudiana Arief, Eddy, Hukum Islam di Indonesia: Perkembangan dan Pembentukan, Remaja Rosdakarya: Bandung, Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah 6, cet.vii, Bandung: PT. Al-Ma arif, Saleh, K. Wancik, Hukum Perkawinan Di Indonesia Jakarta: Ghalia Indonesia, 1976

93 82 Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet. Ke-8, Jakarta : RajaGrafindo Persada Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan (Undangundang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan), Cet.5 Yogyakarta: Liberty, Soerjono, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia, Sudirman Abbas, Ahmad, Pengantar Pernikahan: Analisis Perbandingan antar Mazhab, t.tp., PT.Prima Heza Lestari, Syarifuddin, Amir, Garis- Garis Besar Fiqih Jakarta : Prenada Media, Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Di Indonesia, cet.ii, Jakarta: Prenada Mulia, Tahido Yanggo, Chuzaimah dan Hafiz Anshary AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer Buku Pertama Jakarta: LSIK, Tihami dan Sohari, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap, Jakarta : Rajawali pers, Umran, Abdurrahim, Islam dan KB (Jakarta: Lentera Batritama, 1997 Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974.Jakarta: PT Tintamas Indonesia, Usman, Sayed, Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, artikel diakses pada 29 Februari 2020 dari Usman, Suparman, Perkawinan Antar Agama dan Problematika Hukum Perkawinan di Indonesia Serang: Saudara Serang, Zakariya Al-Anshary, Abu Yahya, Fath al-wahhab, Singapura: Su laiman Mar iy, t.t. WEBSITE diakses pada tanggal 24 Februari diakses pada 21 Februari 2020.

94 83 diakses pada 23 Februari diakses pada tanggal 29 Februari 2020, pukul WIB diakses pada hari senin, 23 Desember 2019, pukul WIB. diakses pada tanggal 26 Februari 2020, pukul WIB

95 LAMPIRAN-LAMPIRAN 84

96 85

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6 BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia di dunia ini yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik antara satu dengan

Lebih terperinci

Perkawinan dengan Wali Muhakkam

Perkawinan dengan Wali Muhakkam FIQIH MUNAKAHAT Perkawinan dengan Wali Muhakkam Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568 Email : sumarto.manajemeno@gmail.com

Lebih terperinci

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan dan kemudian dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar supaya saling kenal-mengenal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena ia tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami isteri saja tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan wadah penyaluran kebutuhan biologis manusia yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon) Dimana memiliki sifat yang saling membutuhkan, karena sejak lahir manusia telah dilengkapi dengan

Lebih terperinci

DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR

DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Tangerang Tahun 2009-2010) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM 62 BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM CUKUP UMUR DI DESA BARENG KEC. SEKAR KAB. BOJONEGORO Perkawinan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki Perkawinan atau pernikahan merupakan institusi yang istimewa dalam Islam. Di samping merupakan bagian dari syariah Islam, perkawinan memiliki hikmah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan untuk berpasang-pasangan, manusia pun tak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Seperti yang telah dikemukakan oleh Aristoteles, seorang filsuf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dilahirkan manusia telah dilengkapi dengan naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama dengan orang lain mengikatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia sendiri diciptakan berpasang-pasangan. Setiap manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki kedudukan mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling berhubungan antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. DAMPAK PEMBATALAN PERKAWINAN AKIBAT WALI YANG TIDAK SEBENARNYA TERHADAP ANAK DAN HARTA BERSAMA MENURUT HAKIM PENGADILAN AGAMA KEDIRI (Zakiyatus Soimah) BAB I Salah satu wujud kebesaran Allah SWT bagi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia diciptakan oleh sang kholiq untuk memiliki hasrat dan keinginan untuk melangsungkan perkawinan. Sebagaimana

Lebih terperinci

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974 IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974 Samuji Sekolah Tinggi Agama Islam Ma arif Magetan E-mail: hajaromo@yahoo.co.id Abstrak Perkawinan di bawah tangan

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA) Sumber: LN 1974/1; TLN NO. 3019 Tentang: PERKAWINAN Indeks: PERDATA. Perkawinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia diatas permukaan bumi ini pada umumnya selalu menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi miliknya. Sesuatu kebahagiaan itu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan. BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN Dalam memahami batasan usia seseorang mampu menikah menurut Undang- Undang No.1 Tahun 1974 dan Mazhab Syafi i, maka harus diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu amalan sunah yang disyari atkan oleh Al- Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, segala sesuatu

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup. Hidup bersama di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

Lebih terperinci

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten) PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat guna Mencapai Derajad Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 2.1 Pengertian Perkawinan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH A. Isbat Nikah 1. Pengertian Isbat Nikah Kata isbat berarti penetapan, penyungguhan, penentuan. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: ANDRIYANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai kodratnya, manusia mempunyai hasrat untuk tertarik terhadap lawan jenisnya sehingga keduanya mempunyai dorongan untuk bergaul satu sama lain. Untuk menjaga kedudukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH A. Analisis Status Perwalian Anak Akibat Pembatalan Nikah dalam Putusan Pengadilan Agama Probolinggo No. 154/Pdt.G/2015 PA.Prob Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi di kalangan manusia,

Lebih terperinci

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT menciptakan manusia laki-laki dan perempuan yang diciptakan berpasang-pasangan. Maka dengan berpasangan itulah manusia mengembangbiakan banyak laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo BAB I 1. LATAR BELAKANG Salah satu kebutuhan hidup manusia selaku makhluk sosial adalah melakukan interaksi dengan lingkungannya. Interaksi sosial akan terjadi apabila terpenuhinya dua syarat, yaitu adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mîtsâqan ghalîdhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan manusia di dunia ini, yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan) secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan

Lebih terperinci

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik 2 Perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik dalam bentuk penglihatan maupun dalam bentuk perzinaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

al-za>wa>j atau ahka>m izwa>j. 1

al-za>wa>j atau ahka>m izwa>j. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mensyariatkan perkawinan adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai ibadah dan untuk memadu kasih sayang serta untuk memelihara kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat

Lebih terperinci

Dengan adanya masalah pokok diatas maka dapat pula dikemukakan dua sub masalah, yaitu :

Dengan adanya masalah pokok diatas maka dapat pula dikemukakan dua sub masalah, yaitu : Pembatalan Perkawinan Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 (Studi Kasus di Pengadilan Agama Tana Toraja) A. Latar Belakang Hampir semua mahluk ciptaan Allah swt, di atas dunia ini bila hendak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN 1. Pengertian Perkawinan Dalam ajaran Islam sebuah perkawinan merupakan peristiwa sakral bagi manusia, karena melangsungkan perkawinan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu hal yang terpenting di dalam realita kehidupan umat manusia. Perkawinan dikatakan sah apabila dilaksanakan menurut hukum masingmasing agama

Lebih terperinci

Penyuluhan Hukum Hukum Perkawinan: Mencegah Pernikahan Dini

Penyuluhan Hukum Hukum Perkawinan: Mencegah Pernikahan Dini Penyuluhan Hukum Hukum Perkawinan: Mencegah Pernikahan Dini Oleh: Nasrullah, S.H., S.Ag., MCL. Tempat : Balai Pedukuhan Ngaglik, Ngeposari, Semanu, Gunungkidul 29 Agustus 2017 Pendahuluan Tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan kepada umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai salah satu asas hidup yang utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna bahkan Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menikah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk menikah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dispensasi kawin adalah untuk perkawinan yang calon mempelai lakilaki ataupun perempuannya masih di bawah umur dan belum diperbolehkan untuk menikah sesuai dengan peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, dalam perkawinan akan terbentuk suatu keluarga yang diharapkan akan tetap bertahan hingga

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1 Abstrak Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perkawinan di bawah tangan masih sering dilakukan, meskipun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur 69 BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur 1. Faktor-Faktor Kawin di Bawah Umur Penyebab terjadinya faktor-faktor

Lebih terperinci

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Program Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL 57 BAB IV ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL A. Analisis Dasar Hukum Majelis Hakim dalam Menetapkan Penolakan Permohonan Dispensasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Rahman I. Doi, penjelasan lengkap hukum-hukum allah (syariah), PT Raja Grafindo persada, Jakarta, 2002, hal.

BAB I PENDAHULUAN. A.Rahman I. Doi, penjelasan lengkap hukum-hukum allah (syariah), PT Raja Grafindo persada, Jakarta, 2002, hal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hal yang paling sakral dalam hidup ini.pernikahan ataupun Nikah merupakan sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Allah baik itu

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita, yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah mempunyai daya tarik antara satu dengan yang lainnya untuk membina suatu hubungan. Sebagai realisasi manusia dalam membina hubungan

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

PENDAPAT ULAMA DI DESA BOJA TERHADAP PENGUCAPAN TALAK DI LUAR PENGADILAN

PENDAPAT ULAMA DI DESA BOJA TERHADAP PENGUCAPAN TALAK DI LUAR PENGADILAN PENDAPAT ULAMA DI DESA BOJA TERHADAP PENGUCAPAN TALAK DI LUAR PENGADILAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 033/Pdt.G/2012/PA.DGL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 033/Pdt.G/2012/PA.DGL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA 1 Salinan P U T U S A N Nomor : 033/Pdt.G/2012/PA.DGL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Donggala yang mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016 KEDUDUKAN ANAK AKIBAT BATALNYA PERKAWINAN KARENA HUBUNGAN DARAH MENURUT HUKUM POSITIF 1 Oleh: Afrince A. Fure 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan hukum

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H Status Perkawinan Orang Murtad (Studi Komparatif Mazhab Syafi'i dan KHI) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Fakultas Syari'ah/Jurusan Ahwal Asy-Syakhsiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta Islam mengatur hubungan manusia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan. Sarana bagi terciptanya kerukunan dan kebahagiaan. Tujuan ikatan perkawinan adalah untuk dapat membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian tentang perkawinan di Indonesia tercantum dalam Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, disana dijelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan yang indah ini, Allah SWT menciptakan makhluknya berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan berkasih-kasihan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia karena dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan kelangsungan generasinya. Pengertian Perkawinan

Lebih terperinci

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASUWITAN SEBAGAI LEGALITAS NIKAH

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASUWITAN SEBAGAI LEGALITAS NIKAH PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASUWITAN SEBAGAI LEGALITAS NIKAH (Studi Kasus di Masyarakat Suku Samin Desa Baturejo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung jawab.

Lebih terperinci

Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Terhadap Ketentuan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Perkawinan.

Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Terhadap Ketentuan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Perkawinan. Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Terhadap Ketentuan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Perkawinan Oleh: Pahlefi 1 Abstrak Tulisan ini bertujuan membahas dan menganalisis apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini dikarenakan pada hakikatnya kehidupan setiap manusia diawali dengan perjanjian dengan-nya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah SWT yang pada hakikatnya sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah SWT yang pada hakikatnya sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan Allah SWT yang pada hakikatnya sebagai makhluk sosial, dalam kehidupanya tersebut manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya, dari interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Agama adalah salah satu dari peradilan Negara Indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, berwenang dalam jenis perkara perdata Islam tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan makhluk hidup berpasang-pasangan seperti laki-laki dan perempuan, tapi manusia tidak samadengan makhluk lain nya, yang selalu bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya. Secara mikro, hidup bersama itu dimulai dengan

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS PEMBATALAN PENETAPAN ITSBAT NIKAH JURIDICAL STUDY OF LEGALIZATION MARRIAGE CANCELLATION SKRIPSI DIKRI AMRULLAH NIM

KAJIAN YURIDIS PEMBATALAN PENETAPAN ITSBAT NIKAH JURIDICAL STUDY OF LEGALIZATION MARRIAGE CANCELLATION SKRIPSI DIKRI AMRULLAH NIM KAJIAN YURIDIS PEMBATALAN PENETAPAN ITSBAT NIKAH (Studi Putusan Pengadilan Agama Lumajang Nomor 2686/Pdt.G/2009/PA.Lmj) JURIDICAL STUDY OF LEGALIZATION MARRIAGE CANCELLATION (Religious Court of Lumajang

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP ALASAN MEMPELAI MEMILIH PENGHULU SEBAGAI WAKIL WALI NIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN KLOJEN KOTA MALANG SKRIPSI.

KAJIAN TERHADAP ALASAN MEMPELAI MEMILIH PENGHULU SEBAGAI WAKIL WALI NIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN KLOJEN KOTA MALANG SKRIPSI. KAJIAN TERHADAP ALASAN MEMPELAI MEMILIH PENGHULU SEBAGAI WAKIL WALI NIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN KLOJEN KOTA MALANG SKRIPSI Oleh: ARINA NIM. 07120001 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. 2

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa perkawinan yang oleh masyarakat disebut sebagai peristiwa yang sangat penting dan religius. Arti perkawinan sendiri ialah ikatan lahir batin antara seorang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 98 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang penulis paparkan dapat disimpulkan: 1. Konsep batasan usia perkawinan menurut Fiqh dan UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974. a. Konsep batasan usia perkawinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. Perkawinan yang dalam istilah agama disebut nikah ialah melakukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. Perkawinan yang dalam istilah agama disebut nikah ialah melakukan 18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. Pengertian Perkawinan Perkawinan yang dalam istilah agama disebut nikah ialah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan melihat kepada hakikat perkawinan itu merupakan akad yang membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan, maka

Lebih terperinci

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN 1 TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN (Studi Komparatif Pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi i dalam Kajian Hermeneutika dan Lintas Perspektif) Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencatatan perkawinan dalam pelaksanaannya diatur dengan PP No. 9 Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II Pasal 2 ayat (1) PP

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 A. Pengertian Perkawinan Nafsu biologis adalah kelengkapan yang diberikan Allah kepada manusia, namun tidak berarti bahwa hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup saling berdampingan dengan manusia yang lain sebagaimana sifat manusia sebagai makhluk sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Allah S.W.T yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, namun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan

Lebih terperinci