SANSIOTTE SAMPATE-PATE SEBAGAI SUATU REFLEKSI TEOLOGI KONTEKSTUAL DALAM MISI GEREJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SANSIOTTE SAMPATE-PATE SEBAGAI SUATU REFLEKSI TEOLOGI KONTEKSTUAL DALAM MISI GEREJA"

Transkripsi

1 SANSIOTTE SAMPATE-PATE SEBAGAI SUATU REFLEKSI TEOLOGI KONTEKSTUAL DALAM MISI GEREJA Setiawan Majusip Institut Agama Kristen Manado ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran dan fungsi gereja dalam hubungannya dengan kebudayaan suatu daerah, secara khusus kebudayaan sansiotte sampate-pate, untuk dijadikan sebagai suatu refleksi teologi kontekstual. Tulisan ini menggunakan pendekatan kebudayaan khususnya sansiote sampate-pate yang mempunyai peran, nilai-nilai dan relevansi nilai dari budaya sansiotte sampate-pate dalam kehidupan gereja. Gereja dalam misi pelayanannya harus mampu berbuat sesuatu dalam tugas misinya untuk melestarikan dan mengoperasionalkan nilai budaya sansiotte sampate-pate, agar dipakai sebagai sarana misi pemberitaan Injil untuk terciptanya teologi yang kontekstual. Kata Kunci : Sansiotte Sampate-pate, Teologi Kontekstual, Gereja PENDAHULUAN Dari sekian unsur kebudayaan lokal Talaud yang dikaji secara sistematis hanyalah unsur nilai budaya sansiotte sampate-pate, sebab Sansiotte sampatepate sebagai unsur dan nilai luhur adat budaya masyarakat Talaud, yang merupakan konteks tersendiri daripada kerja teologi dan misi gereja Tuhan yang ada di Talaud yang ditekuni dalam tulisan ini. Disadari atau tidak, bahwa kehidupan Gereja di Talaud berada ditengah-tengah budaya lokal tersebut. Walaupun sebutan sansiotte sampate-pate telah banyak dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan resmi gereja (liturgy, khotbah, nyanyian dan doa kristen). Namun demikian warga jemaat belum dapat mengkomunikasikan atau merelevansikan nilai budaya tersebut dengan hidup keberimanannya. Sebab nilai kebersamaan kerja budaya sansiotte sampate-pate tidak dapat dilaksanakan secara tuntas sebagai sarana penyembahan kepada Tuhan dan sarana pelayanan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sebagai warga gereja. Oleh karena itulah, pergumulan maksud dalam tulisan ini ialah memahami persoalan bahwa sementara masyarakat gereja pada era modernisasi dewasa ini mulai diingatkan dengan digembor-gembornya praktek hidup nilai budaya sansiotte sampate-pate, sementara itu pula gereja tidak tuntas atau masih belum maksimal berbuat sesuatu dalam tugas misinya untuk melestarikan dan mengoperasionalkan peran dan nilai-nilai budaya sansiotte sampate-pate dalam hidup masyarakat ber gereja. Konteks pelayanan dan teologi gereja seperti itulah yang memotivasi pemunculan judul budaya dalam tulisan ini. Judul dalam tulisan ini dimaksud sebagai upaya bagaimana berteologi gereja dapat berurusan dengn situasi manusia dalam segala keutuhannya. Atau sebagai upaya menterjemahkan dan menafsirkan kehadiran Tuhan Allah atau Injil kerajaan-nya dalam konteks orang-orang 1

2 Talaud, sehingga mereka dapat berjumpa dengan Tuhannya dalam identitasnya. Dalam kerangka berpikir kontekstual inilah gereja secara sadar berusaha mengakar ulangkan iman Kristen kedalam nilai luhur setiap kebudayaan dan merumuskan ulang teologi Kristen kedalam cara berpikir dari setiap kebudayaan. Scheiter mengatakan, yang ideal untuk berteologi yang sungguh-sungguh kontekstual ialah bahwa proses teologi harus dimulai dengan membuka budaya. Hanya melalui usaha mencoba dan menangkap suatu budaya secara holistik dengan seluruh kompleksitasnya maka kita akan berada dalam posisi untuk mengembangkan suatu teologi lokal yang benar- benar tanggap. 1 Demikian kepedulian pendayagunaan dan pemberian arti, peranan secara positif, kritis dan dinamis terhadap unsur budaya sansiotte sampatepate yang menjadi acuan dalam karya tulisan ini. METODE Adapun motivasi untuk melaksanakan tulisan ini adalah kemauan ingin tahu tentang pandangan hidup budaya Sansiotte Sampate-pate dan minat untuk memberi peran positif, dinamis pada nilai budaya lokal tersebut dalam kehidupan masyarakat bergereja, dalam kerangka berpikir teologi kontekstual dan relevansi Misi Gereja. Sebab gereja yang di tempatkan dalam keragaman budaya dunia selalu dituntut menjabarkan tugas Misinya dengan berbagai pendekatan untuk menjawab kebutuhan umatnya. Oleh karena itu, mengenai kontekstualisasi, Robert Schreiter mengajukan sebuah pola interaksi antara 1 Robert Schreiter, Rancang Bangun Teologi Lokal (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), p. 47. tiga hal yakni injil, gereja dan budaya. Injil berarti kabar baik Yesus Kristus dan keselamatan yang Allah kerjakan melaluinya. Injil mencakup konteks peribadatan komunitas lokal dan mencakup aspek praksis komunitas yang memberitakan kabar baik itu. Gereja adalah sebuah komunitas dimana injil menjadi hidup, sedangkan budaya adalah cara hidup komunitas dalam jangka waktu tertentu yang penuh nilai, lambang dan makna. 2 Sebab itu, dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip oleh Moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 3 Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan, partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, 2 Robert, Rancang Bangun Teologi Lokal, p Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2021), p. 4. 2

3 diminta memberikan data, pendapat, pemikiran dan persepsinya. 4 Untuk lebih memperoleh pemahaman secara teoretik yang konseptual mengenai substansi sansiotte sampate-pate suatu refleksi teologi kontekstual, maka penulis melakukan juga pendekatan studi literatur atau kepustakaan. Adapun tahapan-tahapan dalam menyelesaikan tulisan ini adalah penulis melakukan kajian literatur dari berbagai macam buku dan jurnal, dengan gambaran yang jelas serta sistematis, tentang sansiotte sampate-pate sebagai suatu refleksi teologi kontekstual yang kemudian direlevansikan dalam misi gereja. Selanjutnya, penulis melakukan penyimpulan secara teoritis terkait relevansi hasil penelitian dan kehidupan bergereja pada jemaat di Talaud. HASIL DAN PEMBAHASAN Kebudayaan Kobong mengatakan, kebudayaan adalah pola hidup manusia dalam kelompok yang dihayati dan didiamkan dalam hubungan dengan sesama anggota kelompok atau komunitas. 5 Sebagai warisan manusia di setiap tempat dan waktu yang diberikan kepada kita secara teratur dan melalui kerja keras orang lain. Bentuk dan nilai budaya apapun dari hasil prestasi manusia yang bukan ciptaan alamiah semuanya dirancang untuk suatu atau beberapa tujuan akhir dunia kebudayaan, yaitu pembentukan nilai-nilai kehidupan manusia. Kebudayaan sebagai hasil prestasi manusia selalu berhubungan dengan 4 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), p Th. Kobong, Iman Dan Kebudayaan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), p. v. prestasi-prestasi material atau moral pada masa lampau. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kebudayaan adalah tradisi sosial yang harus dilestarikan dengan perjuangan yang sungguh dan kritis dalam kehidupan dan nalar manusia. Kebudayaan hendaknya selalu berupaya untuk mengkombinasikan damai dengan kesejahteraan, keadilan dengan ketertiban, kebenaran dengan kemakmuran, kebenaran dan keindahan, ilmu dengan hal moral serta ketrampilan teknis dengan ketrampilan praktis yang tepat guna dalam kehidupan masyarakat. Apa yang patut kita lakukan adalah melihat kebudayaan dalam berbagai pranata adatnya sebagai ekspresi konprehensip dari dinamika kreatif lepas dari asal usulnya. Untuk itu secara sederhana kebudayaan dapat didefinisikan sebagai hasil prestasi karya manusia dalam perjalanan sejarahnya demi kelestarian, keutuhan dan kesejahteraan hidup manusia dan mahkluk ciptaan lainnya. Atau kebudayaan adalah tanda ketaatan iman manusia kepada perintah Allah untuk mengolah bumi demi kelestarian, keindahan, ketertiban dan kesejahteraan hidup segala mahkluk. Sansiotte Sampate-Pate Dalam sejarah kehidupan masyarakat atau suku di Talaud, ada suatu kebudayaan yang dijadikan falsafah yang masih dipegang sampai sekarang ini sebagai pemersatu rakyat, dan juga merupakan dasar identitas masyarakat Talaud, falsafah tersebut yakni sansiotte sampate-pate. Adapun sebutan sansiotte sampatepate dalam bahasa Talaud berarti : sansiotte = sama-sama kerja sedangkan sampate-pate = sama-sama istirahat. Sebutan tersebut dalam semantik tata bahasa Indonesia dan sifat ungkapan sastra bahasa Talaud tidak dapat 3

4 dipisahkan satu sama lain. Sebab kedua suku kata tersebut berpadanan membentuk satu arti dalam ungkapan sansiotte sampate-pate. 6 Awal historisnya sebutan Sansiotte sampate-pate diangkat dari kebiasaan kerja para leluhur, yaitu : Membuat, menaikkan dan menurunkan perahu dari laut ke darat dan sebaliknya dari darat ke laut. Dengan kumando atau ajakan Sansiotte sampate-pate : orangorang siap serentak menarik dan mendorong perahu supaya tidak miring ke laut dan mundur ke laut. Dengan demikian kumando sansiotte sampate-pate menunjuk pada etos kebersamaan dan tanggung jawab kerja bagi masyarakat tradisional di Talaud dengan makna Berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Demikian pula, sansiotte sampatepate, sebagai nilai budaya lokal merupakan tradisi sosial yang masih tetap dipertahankan, karena sosialnya amat dinamis dan relevan dengan nilai kebersamaan kerja pengembangan sumber daya manusia pada era sekarang ini, dengan aplikasinya pengetasan kemiskinan, keterbelakangan dan keterpencilan umat Tuhan di Talaud. Sansiotte sampate-pate, dengan demikian, merupakan suatu konsep abstrak dari nilai-nilai budaya dan pengalaman hidup masyarakat Talaud, dengan demikian menjadi gambaran identitas masyarakat Talaud. Teologi Kontekstual Pada waktu dahulu, kegiatan berteologi di Asia selalu berkiblat ke Eropa, daerah asal dari para pekabar injil Barat. Tetapi sampai dengan tahun Tingginehe, R.R. dkk. Sastra Lisan Talaud, Hasil Proyek Penelitian Bahasa Dan Sastra Indonesia Dan Daerah Sulawesi Utara (Manado, 1986/1987), p. 9. an, kiblat ini mulai bergeser, karena munculnya kesadaran berteologi secara kontekstual. Dalam rangka itu, para teolog kontekstual Asia mulai memperhatikan tradisi-tradisi nenek moyang, hikmat lokal, cerita lisan, tidak ketinggalan juga mitos, sebagai sumbersumber untuk berteologi. 7 Kontekstual mempunyai kata dasar konteks dari bahasa Latin yaitu con yang berarti bersama-sama menjadi satu dan textus yang berarti tersusun atau terjalin, jadi secara harafiah bisa berarti yang terjalin atau tersusun bersama-sama menjadi satu kesatuan. 8 Teologi Kontekstual adalah suatu cara berteologi yang di dalamnya seseorang mengindahkan roh dan Pewartaan Injil, Tradisi orang Kristen, kebudayaan di mana ia sedang berteologi, dan perubahan sosial di dalam kebudayaan tersebut. 9 Terutama disini bagaimana Injil yang sempurna diwartakan menjadi garam, terang bagi konteks manusia penerima Injil. Sehingga refleksi teologis si penerima Injil baik pribadi maupun kelompok benar-benar muncul dari dirinya yang utuh. Dengan demikian Injil Yesus Kristus yang diberitakan tidak mubazir atau kadaluwarsa pada konteks masyarakat yang terus-menerus mengalami perubahan sosialnya. Pada teologi kontekstual pendekatan misiologi haruslah terarah pada pendekatan misi yang menciptakan 7 Emannuel Gerit Singgih, Dari Israel Ke Asia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), p Martinus Mawene, Perjanjian Lama Dan Teologi Kontekstual (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), p Steven B. Bevans, Berteologi, Model-Model Teologi Kontekstual (Maumere: Lembaga Pendidikan Berlanjut, 2000) p. 3. 4

5 orang Kristen berteologi didalam konteksnya. Kebutuhan akan kontekstual dimaksud timbul dari kesadaran, bahwa kehidupan gereja tidak atau kurang terintegrasi dan mensosialisasi dengan kehidupan luas di sekitarnya. Kontekstual sebagai usaha refleksinitas iman dalam situasi kongkrit memahami hakekat gereja secara dinamis, bahwa gereja adalah terang dunia (Mat. 5:14), garam dunia (Mat. 5:13) dan roti hidup (Yoh. 6:35). Namun sering gereja dalam misinya memisahkan diri atau menjadi lain dari dunia. Padahal gereja sebagai terang, garam dan roti kehidupan dunia perlu hadir dan terbuka dengan misinya. Teologi kontekstual amat erat keterkaitannya dengan kebudayaan terutama dengan hubungan masa kini, sebab mengaitkan tiga matra budaya yang harus dikaji, yaitu: konteks budaya pemberita Injil, konteks budaya Injil (Hebraic - Hellenistic) dan konteks budaya penerima Injil. Pada fungsi lain, kontekstual adalah suatu usaha mengsingkronkan iman Kristen dan kebudayaan setempat dengan pengaruhpengaruh teknologi dan sekularisasi. Olehnya, kontekstual bersifat dinamis dan berorientasi ke masa depan sebagai upaya memahami budaya dan menanggapi Injil. Interaksi tersebut menyebabkan orang mulai mengkaji kembali nilai-nilai yang sudah dianggap mapan, terbuka terhadap gejala kehidupan pemahaman baru atau lahirnya nilai-nilai baru. Dalam kerangka berpikir teologi kontekstual inilah sansiotte sampate-pate di tempatkan pada nilai kebersamaan persaudaraan, kerukunan saling menolong dalam praktek hidup jemaat pertama (Maz. 133; Kis. 2:41-47; 4:32-37; Fil. 2:2,3; 2Kor. 8:13-15; Gal. 6:2). Orang mengumpul banyak tidak berkelebihan sedangkan orang yang mengumpul sedikit tidak berkekurangan. Makna budaya dan teologi kontekstual seperti itulah nilai budaya Talaud yang mapan dan relevan dengan konteks masyarakat yang sedang mengalami proses perubahan sosial modernisasi diangkat kepermukaan, sebagai ramuan berteologi di Talaud. Sebab dengan demikian Yesus Kristus diterima sebagai Tuhan, gereja diterima sebagai milik orang-orang Talaud secara utuh. Atau bagaimana mensosialisasikan Injil Yesus Kristus dalam kehidupan masyarakat Talaud. Hubungan Misi dan Kebudayaan Sebagai Suatu Refleksi Teologi Kontekstual Misi dan kebudayaan memiliki suatu hubungan yang erat. Hal ini dikarenakan misi gereja adalah suatu tugas yang datangnya dari Allah (Bapa) kepada Anak (Yesus Kristus) dan dari Anak kepada Gereja yang adalah orangorang percaya untuk memberitakan kabar keselamatan dan kerajaan Allah baik ditengah-tengah lingkungan di mana kita berada maupun sampai ke seluruh bangsa yang memiliki beragam adat dan budaya. Perbedaan adat dan budaya inilah yang mengharuskan para utusan atau misionaris yang ditugaskan untuk menyampaikan kabar sukacita, keselamatan dan kerajaan Allah harus terjun langsung dalam budaya dengan tujuan untuk menjadi pelajar sehingga ketika menyampaikan Injil Kristus di tengah-tengan masyarakat dan budaya itu Injil itu dapat lebih mudah dimengerti. Venema mengatakan bahwa Injil Kristus, harus dibawah dan dilayankan kepada manusia dalam keadaannya yang konkrit sebagaimana adanya. Setiap orang mempunyai pola dan wujud hidupnya. Adalah mustahil memisahkan seseorang dari budayanya. Dengan hal ini, maka tugas utama dari seorang utusan Injil di tengah-tengah ladang misi yang baru adalah menjadi seorang pelajar dari 5

6 budaya setempat di mana Injil itu akan diberitakan yaitu bagaimana manusia mengatur dunianya. 10 Dengan menjadi pelajar dari budaya, maka para utusan Injil dapat menyampaikan pesan Injil dengan konteks budaya setempat sehingga tidak terjadi keterasingan dalam menerima dan mengenal akan Injil itu. Ketika Injil disampaikan sesuai dengan konteks budaya setempat, maka apa yang disebut dengan teologi kontekstual dapat terwujud. Peran Budaya Sansiotte Sampate-Pate Dalam Kehidupan Gereja Dalam kerangka pemikiran teologi kontekstual dan relevansi misi gereja, maka pada bagian berikut ini secara khusus akan diuraikan peran dan relevansi budaya lokal tersebut dalam kehidupan masyarakat yang pada umumnya merupakan anggota warga gereja, antara lain yakni: (1) keaktifan masyarakat gereja mengikuti atraksi/kegiatan budaya sansiotte sampate-pate; (2) manfaat atraksi/kegiatan budaya sansiotte sampate-pate dalam kehidupan bergereja; dan (3) peranan gereja dalam mengikuti atraksi/kegiatan budaya sansiotte sampate-pate. 1. Keaktifan masyarakat Gereja mengikuti atraksi/kegiatan budaya Sansiotte Sampate- Pate Keaktifan masyarakat gereja mengikuti atraksi/kegiatan budaya 10 Fransiskus Irwan Widjaja, Papua Dan Panggilan Macedonia Di Zaman Millennium Baru, DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol. 2, no sansiotte sampate-pate, dapat dilihat dalam keikut sertaan mereka pada kegiatan kegotong-royongan, seperti mendirikan rumah, membuat kebun, melaksanakan ibadah syukuran panen, peran serta pada pelaksanaan pesta kawin adat, dan kerja bakti masyarakat. Adapun keaktifan masyarakat mengikuti atraksi/kegiatan budaya tersebut, dimotivasi oleh empat hal utama, yaitu : Rasa religiunitas, mereka memahami melalui keaktifan dalam kegiatan kebersamaan akan mendapat berkat Tuhan. Sebab kehidupan sansiotte sampate-pate adalah hidup bermasyarakat, saling menolong merupakan perbuatan yang dikehendaki dan dituntut oleh Tuhan. Rasa sosialisasi, mereka merasa berhutang kepada masyarakat sekitar bila tidak mengambil bagian dalam kegiatan atau pekerjaan kebersamaan (kegiatan keluarga, kegiatan masyarakat/gereja). Di pihak lain masyarakat sekitar akan melihat sinis atau menyisihkan mereka yang tidak mau ikut dalam kegiatan, pergaulan kebersamaan masyarakat. Rasa hormat dan nama baik kekeluargaan, mereka terikat pula oleh rasa kekeluargaan. Sebab diantara anggota keluarga khsusnya yang dipertua atau masing-masing anggota rumpun anggota kekeluargaan saling mengingatkan keaktifan mereka dalam pekerjaan kegotong-royongan masyarakat. Sebab ketidak aktifan mereka akan menodai nama baik kekeluargaan sepanjang sejarah. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa dengan adanya beberapa relevansi atau peran budaya lokal tersebut dalam kehidupan bergereja, maka ternyata nilai budaya sansiotte sampate-pate masih sangat relevan dalam kehidupan masyarakat bergereja. 6

7 2. Manfaat atraksi/kegiatan budaya Sansiotte Sampate- Pate dalam kehidupan Gereja Manfaat utama yang dapat dilihat dari pelaksanaan atraksi/kegiatan budaya sansiotte sampate-pate dalam kehidupan bergereja, yaitu : Lebih menciptakan disiplin dan etos kerohanian yang tinggi dari anggota gereja untuk lebih aktif dalam kegiatan persekutuan ibadah dan kegiatan diakonia. Sebab mereka merasa berdosa dan akan mengalami kesulitan hidup bila tidak berperan dalam kegiatan kebersamaan jemaat. Lebih menciptakan etos kerja sama dan persekutuan yang nyata dalam jemaat, karena melalui kegiatan kebersamaan mereka dapat saling menyapa, saling memaafkan dan menjalin rasa keakraban kekeluargaan. Melalui kegiatan kebersamaan persekutuan ibadah, persekutuan kerja dan persekutuan kekeluargaan mereka dapat mendengar, menerima nasihat dan belajar dari pengalaman sipentua tentang pengalaman hidup. Melalui kegiatan nilai budaya sansiotte sampate-pate (pertemuan rukun keluarga), persoalan-persoalan kekeluargaan atau kemasyarakatan dan keagamaan dapat diselesaikan melalui peran para tua-tua dalam keluarga. Pekerjaan berat dan besar menjadi ringan karena ditangani bersama oleh kelompok kerja masyarakat dan keluarga yang tercipta sewaktu-waktu. Rasa musyawarah mufakat dapat diciptakan dimana satu sama lain dapat menghargai dan saling mendengarkan. Tentang manfaat budaya sansiotte sampate-pate dalam kegiatan kehidupan bergereja atau berjemaat, dilihat masih sangat bermanfaat untuk memotivasi menata hidup persekutuan gereja. Sebab masyarakat gereja umumnya masih menerima positif dan melaksanakan aktif kegiatan kebersamaan nilai budaya lokal tersebut. Ini menunjukan, bahwa sebagian besar warga gereja tidak memisahkan secara fanatis kehidupan gereja dan duniawi. 3. Peranan Gereja dalam mengikuti atraksi/kegiatan budaya Sansiotte Sampatepate Kenyataan yang ada cukup memperlihatkan tentang peran serta gereja dalam atraksi/kegiatan budaya lokal tersebut dalam kegiatan masyarakat budaya. Kegiatan gereja terutama nampak dalam perannya ikut serta pada atraksi/kegiatan syukuran adat-budaya. Gereja selalu mengambil bagian dalam proses acaranya terutama dalam berkhotbah, berdoa dan memberi sambutan. Sedangkan dalam kegiatan praktis kerja sama gotong royong (mengerjakan kebun, mendirikan rumah, kerja bersama masyarakat umum) gereja baru sampai dalam tahap memberi motivasi pada kesempatan persekutuan ibadah-ibadah. Hal tersebut membuat sebagian anggota jemaat melihat bahwa gereja belum terlalu berperan menunjang pelaksanaan kegiatan kebersamaan budaya sansiotte sampate-pate. Rupanya hal tersebut disebabkan karena dalam pengalaman pelayanannya gereja terlalu sibuk dengan tugas rutin organisasinya ditambah lagi dengan paham pietisme tradisional khusus dalam pengertian, bahwa mereka melihat pekerjaan kemasyarakatan adalah urusan duniawi atau urusan pemerintah. Kemudian sejak tahun 1989/1990, gereja secara resmi mulai memberi peran secara positif dalam kehidupan berjemaat melalui pembicaraan resmi gereja seperti, berkhotbah, liturgi, doa-doa dan lagulagu gereja. 7

8 Nilai-Nilai Budaya Sansiotte Sampate-pate Dalam Kehidupan Gereja Di Talaud Untuk memberikan pemikiran menuju teologi kontekstual memerlukan suatu orientasi yang dalam tentang situasi dan bertelogi yang berkembang dari basis jemaat dan untuk kepentingan basis jemaat itu sendiri. Sebab sebenarnya teologi itu adalah refleksi dari pada setiap orang Kristen dalam konteks hidup budayanya atas Injil Yesus Kristus. Atau secara sederhana dapat dikatakan, bahwa teologi adalah upaya untuk merumuskan penghayatan iman Kristiani pada konteks, ruang dan waktu yang tertentu dari pada orang beriman setempat. 11 Adapun kehidupan jemaat di Talaud dipengaruhi oleh unsur-unsur teologi misi masa pengkristenan, pertemuan-pertemuan resmi gereja, seperti melalui praktek peribadatan gereja khususnya dalam liturgi, khotbah, lagulagu gerejawi dan doa. Oleh karena itu, maka secara berturut-turut pada bagian ini akan dibahas beberapa pokok, yaitu : (1) sansiotte sampate-pate dalam liturgi; (2) sansiotte sampate-pate dalam khotbah gereja; (3) sansiotte sampate-pate dalam lagu-lagu gerejawi; dan (4) sansiotte sampate-pate dalam doa orang kristen. 1. Sansiotte Sampate-Pate dalam Liturgi Ibadah Pengungkapan sebutan budaya sansiotte sampate-pate dalam liturgi ibadah gerejawi dimaksud adalah wujud atraksi/kegiatan, tata cara penyembahan manusia dalam eksistensi keberimanannya. Liturgi menunjukkan pula cara penyembahan dalam arti orang 11 Eka Darmaputera, Konteks Berteologi Di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), p. 9. setempat berhubungan secara ritual dengan Tuhannya, melalui sarana hasil cipta, rasa dan karsa manusia setempat, yaitu unsur budaya setempat sansiotte sampate-pate. Oleh karena itu, falsafah sansiotte sampate-pate dalam penggunaannya di liturgi diberi arti sebagai suatu kerja sama iman (kebersamaan Tuhan dan manusia dalam pujian dan sembah), yaitu warga jemaat dapat sama-sama menyembah, memuja dan memohon berkat serta mengharapkan kehadiran Tuhan diantara umat Tuhan. Penempatan semboyan sansiotte sampate-pate dalam liturgi gerejawi sebagai tanda, bahwa hidup persekutuan atau hidup kebersamaan manusia dengan Tuhan telah menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan religiunitas orang Talaud. 2. Sansiotte Sampate-Pate dalam Khotbah Gereja Sebutan sansiotte sampate-pate dalam penyampaian khotbah gereja dimaksudkan sebagai sarana pemberitaan untuk mengajar dan mendidik dalam menghadapi dan menuruti kehendak firman-nya. Sebutan tersebut dalam khotbah dipahami dan dimanfaatkan sebagai sarana atau media perbandingan, penafsiran arti dan makna hidup persekutuan dalam konteks budaya manusia dan dalam teks Alkitabiah. Sansiotte sampate-pate sebagai nilai luhur budaya diterima sebagai buah pekerjaan Rohkudus. Sebab sansiotte sampate-pate diterjemahkan dengan persekutuan atau kebersamaan dalam versi Filipi pasal 2 dan Kisah Rasul pasal 2 dan 4, yaitu hidup sehati, sepikir, sejiwa, setujuan dan sepenanggungan. Ooleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa nilai-nilai budaya sansiotte sampate-pate dalam khotbah tersebut diberi arti dan peran secara khusus sebagai kebersamaan kerja untuk saling membagi rasa dan membagi hasil kerja, 8

9 kebersamaan untuk menyambut Tuhan bekerja sama dan menerima anugerah- Nya dan kebersamaan kerja untuk mendapatkan hak milik bersama. Semua ini dimaksudkan untuk memperlihatkan suatu pola hidup kerja sama sepenanggungan, yaitu kerja sama untuk menangani kesulitan dan kebutuhan pokok sandang, pangan dan papan dari masyarakat. 3. Sansiotte Sampate-Pate dalam Lagu-Lagu Gerejawi Lagu dan syair nyanyian gereja adalah ungkapan rasa seni tarik suara umat Tuhan untuk memuji dan mengagungkan kemuliaan karya Tuhan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, lagu-lagu gerejawi merupakan refleksi daripada iman umat Tuhan pada suatu konteks budayanya. Sehingga munculnya sebutan sansiotte sampate-pate dalam syair lagu gerejawi merupakan usaha pemanfaatan nilai budaya lokal dalam pujian dan sembah umat kepada Tuhannya. Demikianlah kerja sama sansiotte sampate-pate didasarkan pada rasa saling mengasihi dalam kebersamaan, sebab Allah adalah Tuhan yang mengasihi. Itulah sebabnya dalam pola hidup sansiotte sampate-pate dipantangkan untuk hidup egoisme, bercerai berai, percecokan dan perkelahian. Tetapi orang Kristen haruslah hidup dalam kebersamaan kerja dan sepenanggungan dalam kehidupan setiap hari dan dalam sembah bakti bagi Tuhan. 4. Sansiotte Sampate-Pate dalam Doa orang Kristen Dimaksudkan dengan doa orang Kristen disini adalah, komunikasi manusia dengan Tuhannya untuk menyampaikan syukur, sukacita, permohonan, perlindungan, bimbingan dan pergumulannya kepada Tuhan demi kebutuhan dan keselamatan hidup. Demikian halnya, pencantuman sebutan sansiotte sampate-pate dalam doa itu berarti bahwa soal kebersamaan kerja merupakan kebutuhan utama bagi hidup persekutuan gereja di Talaud. Demikianlah penggunaan sebutan sansiotte sampate-pate di dalam doa orang Kristen berperan untuk mengungkapkan pergumulan iman dan kehidupan dari warga gereja sebagai suatu persekutuan kerja kepada Tuhan sebagai sumber kehidupan manusia dan persekutuan masyarakat. Relevansi Nilai Budaya Sansiotte Sampate-Pate Dalam Praktek Pelayanan Gereja Dengan menyimak dan mengkaji secara seksama tentang peran budaya sansiotte sampate-pate dalam kehidupan jemaat di Talaud, melalui implikasi perjumpaan nilai budaya sansiotte sampate-pate dalam hidup jemaat, maka terdapat beberapa hal yang dapat dirumuskan dalam beberapa relevansi nilai budaya lokal tersebut yaitu : (1) relevansi teologis; (2) relevansi eklesiologis; dan (3) relevansi misiologis. 1. Relevansi Teologis Nilai budaya sansiotte sampate-pate sebagai hasil prestasi manusia Talaud mendapat landasan teologis dari gereja yang secara khusus dapat menjadi sarana pemujaan, pengajaran, nasihat dan sarana puji-pujian bagi Tuhan dalam kegiatan persekutuan kerja menyembah. Sebab nilai budaya sansiotte sampate-pate di satu pihak sebagai hasil prestasi manusia, tetapi dipihak lain sebagai hasil kerja Allah. Oleh karena itu budaya sansiotte sampate-pate sebagai hasil prestasi orang-orang Talaud perlu dipakai dan dipahami sebagai bagian hasil kerja sama antara Allah dengan manusia setempat. 2. Relevansi Eklesiologis 9

10 Nilai persekutuan pelayanan dewasa ini ternyata tidak lepas daripada pengaruh pengembangan unsur-unsur nilai budaya sansiotte sampate-pate yang memahami bahwa gereja adalah persekutuan yang harus bekerja, bukan hanya sebagai persekutuan yang beribadah yang dipahami dan dipraktekkan oleh sebagian jemaat. Sebab ternyata unsur-unsur nilai budaya sansiotte sampate-pate dalam sifat dan fungsinya sejajar dengan persekutuan kerja. Sebab dalam sansiotte sampate-pate kerja itu adalah ibadah dan ibadah itu adalah kerja. Oleh karena itu sebenarnya tidak ada hari khusus (hari minggu) hanya untuk beribadah sebagai hari kudus dan hari lain sebagai hari kerja, tetapi semua hari adalah hari ibadah dan hari kerja (Luk. 13:15; 14:5). Karena itu persekutuan dalam sansiotte sampate-pate sebagai suatu persekutuan kerja diakonia karitatif dengan semangat sepenanggungan, persekutuan kerja koinonia kedalam dengan semangat kekeluargaan, kekerabatan dan suatu persekutuan kerja marturia dengan semangat saling menasehati, saling mengajar dan saling mendoakan. Disinilah nilai budaya sansiotte sampate-pate mendapat kesejajarannya dengan nilai persekutuan jemaat mulamula di mana mereka hidup sehati sepikir, sejiwa dan setujuan. Mereka hidup dengan pola sepenanggungan pemerataan saling mencukupkan menurut kebutuhan hidup masing-masing untuk mennciptakan keseimbangan hidup (Kis. 2:41-47; 4:32-37; 2Kor. 8:14,15; Fil. 2:2,3; Gal. 6:2; Maz. 133:1-3). 3. Relevansi Misiologis Nilai budaya sansiotte sampate-pate dapat dikembangkan menjadi sarana pewartaan Injil dan sarana pemujaan/penyembahan, sarana pengajaran, nasehat dan sarana pelayanan persekutuan kerja praktis kemasyarakatan. Sebagai ciri khas dan kesejajaran serta kekuatan sarana misiologis sansiotte sampate-pate ini adalah sistem pelayanan yang didasarkan pada semangat kekeluargaan, kekerabatan, rasa sepenanggungan dan semangat juang untuk berjalan maju bersama dalam mengemban tugas pelayanan misi gereja. KESIMPULAN Semangat kebersamaan kerja nilai budaya sansiotte sampate-pate yang bertujuan menciptakan kesejahteraan manusia secara bersama dalam sistem keseimbangan, perubahan pada era baru, seperti reformasi gereja, modernisasi, ilmu teknologi dan pendekatan dialogis. Semuanya harus menjadi sarana untuk menciptakan kesejahteraan, ketentraman dan keutuhan ciptaan secara seimbang. Sebab dalam sistem keseimbangan Allah yang bekerja dengan manusia, gereja sebagai persekutuan kerja dan misi keutuhan ciptaan bertujuan memanusiakan manusia seutuhnya. Dalam kebersamaan dan keseimbangan mereka saling mencukupkan, yang kuat dan pandai membantu yang lemah dan bodoh, agar ada keseimbangan dalam hidup kebersamaan. Sehingga mereka dapat mengembangkan diri sebagai sumber daya insani dan dapat mandiri. Gereja akan selalu berusaha mencari makna eksistensi dirinya untuk mendasari model misi yang relevan sesuai konteksnya. Melalui konsep sansiotte sampate-pate yang merupakan nilai-nilai kebudayaan daerah Talaud, gereja dapat memaknai kehadirannya sebagai suatu komunitas yang selalu ingin membangun persekutuan dan bekerja sama dengan orang atau pihak lain dalam rangka memanusiakan orang ataupun pihak lain demi suatu kebaikan bersama. 10

11 Sansiotte sampate-pate sebagai suatu refleksi teologi kontekstual dalam misi gereja merupakan upaya merelevansikan nilai budaya sama-sama bekerja pada era baru yang telah berubah sistem sosialnya karena perkembangan ilmu dan teknologi. Doktrin maupun teologi gereja perlu lebih dikaji secara realistis dan dinamis mengenai kehadirannya di dunia, sebagai suatu persekutuan yang bekerja dan menyembah. Hal tersebut sangat mendesak adanya reformasi dalam misi serta pelayanan gereja untuk membaharui yang tidak relevan lagi, sehingga gereja tidak kehilangan fungsi dan perannya, tetapi mampu berperan memberi arti dan makna pada modernisasi. Mampu menciptakan kerukunan umat beragama dalam Negara yang pluralistis agama sebagai pengejawentahan kerukunan kekeluargaan, kekerabatan nilai budaya sansiotte sampate-pate dalam hidup kerukunan sesama ciptaan. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Tingginehe, R.R. dkk. Sastra Lisan Talaud, Hasil Proyek Penelitian Bahasa Dan Sastra Indonesia Dan Daerah Sulawesi Utara. Manado: 1986/1987. Widjaja, Fransiskus Irwan. Papua Dan Panggilan Macedonia Di Zaman Millennium Baru DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol. 2, no DAFTAR RUJUKAN Bevans, Steven B. Berteologi, Model- Model Teologi Kontekstual. Maumere: Lembaga Pendidikan Berlanjut Darmaputera, Eka. Konteks Berteologi Di Imdonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia Kobong, Th. Iman Dan Kebudayaan. Jakarta: BPK Gunung Mulia Mawene, Martinus. Perjanjian Lama Dan Teologi Kontekstual. Jakarta: BPK Gunung Mulia Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Schreiter, Robert. Rancang Bangun Teologi Lokal. Jakarta: BPK Gunung Mulia Singgih, E.G. Dari Israel Ke Asia, Jakarta: BPK Gunung Mulia

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Level 2 Pelajaran 4 PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai pentingnya gereja Kristus. Saya ingin bacakan ayat dari Ibrani 10:25. Ayat itu berkata, Janganlah kita menjauhkan

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. yang bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri (internal) tetapi juga bagi

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. yang bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri (internal) tetapi juga bagi BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Gereja adalah alat untuk melaksanakan misi Allah di dunia ini. Gereja bukan ada untuk dirinya sendiri. Tapi gereja lebih secara fungsional sebagai suatu komunitas yang hidup, yang

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini Catatan: Bahan ini diambil dari http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=47, diakses tanggal 3 Desember 2012. Selanjutnya mahasiswa dapat melihat situs www.sabda.org yang begitu kaya bahan-bahan

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 24 JUNI 2018 (MINGGU BIASA - HIJAU) DALAM BADAI TUHAN BERTINDAK

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 24 JUNI 2018 (MINGGU BIASA - HIJAU) DALAM BADAI TUHAN BERTINDAK TATA IBADAH MINGGU, 24 JUNI 2018 (MINGGU BIASA - HIJAU) DALAM BADAI TUHAN BERTINDAK Latihan Lagu-lagu dan doa persiapan Pnt. : Selamat pagi/sore Jemaat yang terkasih di dalam Yesus Kristus, kita akan bersama-sama

Lebih terperinci

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Gereja Tubuh Kristus GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151 Faks.

Lebih terperinci

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD 25. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I 1. menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 1.1 menerima dan mensyukuri dirinya sebagai ciptaan 1.2 menerima dan

Lebih terperinci

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic BAB II SIFAT SIFAT GEREJA A. KOMPTENTSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

Kami datang kepada-mu, kami datang kepadamu Bersyukur sebulat hati, kar na kasihmu besar

Kami datang kepada-mu, kami datang kepadamu Bersyukur sebulat hati, kar na kasihmu besar TATA IBADAH PERSIAPAN - Doa pribadi warga jemaat - Prokantor mengajarkan jemaat menyanyikan lagu-lagu baru - Para pelayan berdoa di konsistori UCAPAN SELAMAT DATANG P2 : Presbiter bertugas mengucapkan

Lebih terperinci

Pdt Gerry CJ Takaria

Pdt Gerry CJ Takaria KESATUAN ALKITAB DAN GEREJA ATAU JEMAAT Roh Kudus merupakan kekuatan penggerak di belakang kesatuan Jemaat (Ef. 4:4-6). Dengan memanggil mereka dari pelbagai suku-bangsa, Roh Kudus membaptiskan mereka

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH Latihan Lagu-Lagu. Penayangan Warta Lisan. Saat Hening A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt. : Jemaat terkasih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL VISI : Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama MISI : Menjangkau jiwa dengan Injil, membina hingga dewasa didalam Kristus dan melayani

Lebih terperinci

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017 Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017 h a l, 1 PERSIAPAN Doa pribadi warga jemaat Pengenalan lagu-lagu yang akan dinyanyikan dalam

Lebih terperinci

PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa

PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa Tujuan: Jemaat memahami bahwa pemberian (sumber daya, ide, waktu, dana, dan materi) merupakan salah satu wujud perbuatan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan hakekat keberadaan Gereja sebagai yang diutus oleh Kristus ke dalam dunia, maka gereja mempunyai hakekat yang unik sebagai berikut

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan

Lebih terperinci

1) Hai mari sembah Yang Mahabesar, nyanyikan syukur dengan bergemar. Perisai umat-nya Yang Maha Esa, mulia nama-nya, takhta-nya megah!

1) Hai mari sembah Yang Mahabesar, nyanyikan syukur dengan bergemar. Perisai umat-nya Yang Maha Esa, mulia nama-nya, takhta-nya megah! TATA IBADAH MINGGU, 06 NOVEMBER 2016 (MINGGU BIASA) IBADAH PENGAJARAN DENGAN TEMA : KEMATIAN DAN KEBANGKITAN DALAM PERSPEKTIF GKI PERSIAPAN Saat Teduh/Doa Pribadi Latihan Lagu & Pembacaan Warta Lisan Saat

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat Dikutip dari buku: UCAPAN PAULUS YANG SULIT Oleh : Manfred T. Brauch Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara - Malang - 1997 Halaman 161-168 BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat Sama

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS EKARISTI

SPIRITUALITAS EKARISTI SPIRITUALITAS EKARISTI SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI RITUS PEMBUKA LITURGI SABDA LITURGI EKARISTI RITUS PENUTUP RITUS PEMBUKA Tanda Salib Salam Doa Tobat Madah Kemuliaan Doa Pembuka LITURGI SABDA Bacaan I

Lebih terperinci

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH TATA IBADAh HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH Minggu 14 Mei 201 TATA IBADAH PERSIAPAN - Memastikan kesiapan; semua yang akan melayani - Prasarana ibadah ( P1 ) - Doa pribadi warga jemaat - Prokantor mengajarkan

Lebih terperinci

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran Pernahkah saudara melihat seekor induk burung yang mendesak anaknya keluar dari sarangnya? Induk burung itu memulai proses pengajaran yang akan berlangsung terus sampai

Lebih terperinci

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA 1. PENGANTAR Keluarga Kristiani dipanggil untuk menjadi rasul kehidupan Setiap pasangan suami-istri dipanggil oleh Tuhan untuk bertumbuh dan berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH Minggu ke-3, ARTI DAN HAKIKAT PENYELAMATAN ALLAH 19. Pert : Apakah yang dimaksud dengan penyelamatan Allah? Jwb : Penyelamatan Allah adalah tindakan Allah melepaskan manusia

Lebih terperinci

TATA IBADAH HARI MINGGU. Minggu Pemuliaan Kristus

TATA IBADAH HARI MINGGU. Minggu Pemuliaan Kristus TATA IBADAH HARI MINGGU Minggu Pemuliaan Kristus 13 Mei 2018 TATA IBADAH PERSIAPAN Pengenalan / Latihan lagu-lagu untuk beribadah Doa para Presbiter di Konsistori Ucapan Selamat Datang P.2 Jemaat yang

Lebih terperinci

I. MENGHADAP TUHAN. NYANYIAN UMAT : MAZMUR 98 : 1, 3 & 4 (do=g) Kantoria

I. MENGHADAP TUHAN. NYANYIAN UMAT : MAZMUR 98 : 1, 3 & 4 (do=g) Kantoria TATA IBADAH HARI MINGGU XIV SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 18 JUNI 2017 (MINGGU BIASA) BERSEDIA DIPILIH DAN DIUTUS

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 18 JUNI 2017 (MINGGU BIASA) BERSEDIA DIPILIH DAN DIUTUS TATA IBADAH MINGGU, 18 JUNI 2017 (MINGGU BIASA) BERSEDIA DIPILIH DAN DIUTUS Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt. : Jemaat terkasih,

Lebih terperinci

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus Dalam pelajaran dua kita melihat pentingnya mengajar, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Sejarah pengajaran dalam Alkitab merupakan pedoman bagi

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan MUSIK DAN MISI Oleh Florentina Wijayani Kusumawati 21 Pendahuluan Tidak dapat disangkal bahwa musik merupakan bagian integral dalam ibadah Kristen. Peranan dan pengaruh musik dalam ibadah tidak dapat disepelekan.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

---saat teduh--- AJAKAN BERIBADAH P2 Jemaat. Marilah berdiri untuk menyambut Firman Tuhan hadir di tengah-tengah persekutuan kita.

---saat teduh--- AJAKAN BERIBADAH P2 Jemaat. Marilah berdiri untuk menyambut Firman Tuhan hadir di tengah-tengah persekutuan kita. TATA IBADAH MINGGU XVIII SESUDAH PENTAKOSTA Minggu, 08 Oktober 2017 ----------------------------------------------------- PERSIAPAN *. Sebelum ibadah dimulai mohon HP di non aktifkan *. Doa Pribadi Warga

Lebih terperinci

itu dijadikan sebagai panglima yang mengatur dan mengontrol kehidupan bersama.

itu dijadikan sebagai panglima yang mengatur dan mengontrol kehidupan bersama. Ebenhaizer Nuban Timo manusia yang berbhineka dan terus berubah itu tanpa merusak atau menghancurkan budaya-budaya itu, tetapi pada saat yang sama membawa pembaharuan dan perubahan terhadap budaya-budaya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dilihat secara objektif, gereja merupakan suatu institusi yang di dalamnya terjadi perjumpaan antara manusia dengan Allah. Manusia berjumpa dengan keselamatan

Lebih terperinci

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) 13 Agustus 2017 Jemaat GIDEON Kelapadua Depok Jl. Komjen Pol M. Jasin Kelapadua, Pasirgunung Selatan Ksatrian Amji Atak (Komp. BRIMOB POLRI) Kelapadua-

Lebih terperinci

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th. Dasar Kebersatuan Umat Kristen Efesus 2:11-22 Pdt. Andi Halim, S.Th. Bicara soal kebersatuan, bukan hanya umat Kristen yang bisa bersatu. Bangsa Indonesia pun bersatu. Ada semboyan Bhineka Tunggal Ika,

Lebih terperinci

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan Rencana Allah untuk Gereja Tuhan Yesus berkata, "Aku akan mendirikan jemaatku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Matius 16:18). Inilah janji yang indah! Ayat ini memberitahukan beberapa hal yang penting

Lebih terperinci

BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA

BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Allah Ingin Berbicara kepada Saudara Allah Berfirman dalam Berbagai-bagai Cara Bagaimana Kitab Allah Ditulis Petunjuk-petunjuk

Lebih terperinci

Tata Ibadah Adven III

Tata Ibadah Adven III Tata Ibadah Adven III Minggu, 11 Desember 2016 Persiapan (Latihan lagu-lagu). Pembacaan warta lisan dan saat hening. Penyalaan 3 lilin Adven.» B e r h i m p u n «Ajakan Beribadah / umat duduk Menanti adalah

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP 32. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

Kolose. 1 1 Dari Paulus, rasul* Kristus Yesus

Kolose. 1 1 Dari Paulus, rasul* Kristus Yesus 296 Kolose 1 1 Dari Paulus, rasul* Kristus Yesus sesuai dengan kehendak Allah dan dari Timotius, saudara kita dalam Kristus. 2Kepada umat Allah, saudara-saudara yang setia dalam Kristus, yang tinggal di

Lebih terperinci

TATA IBADAH Minggu Adven I

TATA IBADAH Minggu Adven I TATA IBADAH Minggu Adven I PERSIAPAN Doa Konsistori dan Doa Pribadi Saat Teduh UNGKAPAN SITUASI P.2. Saudara - saudara yang terkasih dalam Yesus kristus Minggu, 29 Nopember 2015 kita memasuki minggu Adven

Lebih terperinci

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 Tata Ibadah Minggu GKI Kebayoran Baru 27 AGUSTUS 2017 PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Situasi kritis merupakan situasi yang biasa dijumpai dalam kehidupan manusia. Meski tidak setiap saat dialami namun biasanya situasi ini sangat menentukan berhasil

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit Surat-surat Am DR Wenas Kalangit 22 Januari 2008 Jakarta 1 Surat-surat Ibrani dan Am Catatan Umum Delapan surat terakhir dalam PB disebut juga dengan nama: Surat-surat Am atau Umum. Disebut demikian karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

TATA IBADAH HARI MINGGU I SESUDAH EPIFANIA PERSIAPAN

TATA IBADAH HARI MINGGU I SESUDAH EPIFANIA PERSIAPAN TATA IBADAH HARI MINGGU I SESUDAH EPIFANIA PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua

Lebih terperinci

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB TEMA : CERDAS DAN KREATIF DI DALAM KRISTUS Minggu, 03 Juli 2016 Persiapan

Lebih terperinci

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA MTPJ 13-19 Juli 2014 TEMA BULANAN: Berdemokrasi Dalam Ekonomi Yang Berkeadilan TEMA MINGGUAN : Kejujuran Sebagai Senjata Melawan Korupsi Bahan Alkitab: Keluaran 22:1-5; Kisah Para Rasul 5:1-11 ALASAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Alangkah Baik dan Indahnya KMM 81:1-3. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Alangkah Baik dan Indahnya KMM 81:1-3. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan) PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng berbunyi. d. Penyalaan Lilin Kristus dan Pembacaan Pokok-pokok Warta Jemaat Berdiri 1. MAZMUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

Seruan pastoral Paulus. Galatia 4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara jadilah sama seperti aku sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu

Seruan pastoral Paulus. Galatia 4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara jadilah sama seperti aku sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu Lesson 9 for August 26, 2017 Seruan pastoral Paulus. Galatia 4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara jadilah sama seperti aku sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu Mengingat permulaan. Galatia

Lebih terperinci

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah Apayang Dilakukan oleh Gereja Iuhan untuk Allah Dalam pelajaran 6, kita telah belajar bagaimana orang Kristen saling menolong dalam tubuh Kristus. Dalam Pelajaran 7, kita melihat beberapa kewajiban kita

Lebih terperinci

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) 01 OKTOBER 2017 emaat GIDEON Kelapadua Depok l. Komjen Pol M. asin Kelapadua, Pasirgunung Selatan Ksatrian Amji Atak (Komp. BRIMOB POLRI) Kelapadua- h

Lebih terperinci

TATA IBADAH HARI MINGGU III PRAPASKAH

TATA IBADAH HARI MINGGU III PRAPASKAH PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU III PRAPASKAH Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari Minggu

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 31 Januari 2016 TATA IBADAH MINGGU IV SESUDAH EPIFANI

GPIB Immanuel Depok Minggu, 31 Januari 2016 TATA IBADAH MINGGU IV SESUDAH EPIFANI PERSIAPAN : TATA IBADAH MINGGU IV SESUDAH EPIFANI Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari Minggu

Lebih terperinci

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH PERSIAPAN - Umat bersaat teduh - Lonceng berbunyi - Penyalaan Lilin JEMAAT BERHIMPUN PANGGILAN

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P Kesimpulan. Keseimbangan dan keselarasan hubungan dalam keseluruhan tata nilai

BAB V P E N U T U P Kesimpulan. Keseimbangan dan keselarasan hubungan dalam keseluruhan tata nilai BAB V P E N U T U P 5.1. Kesimpulan Keseimbangan dan keselarasan hubungan dalam keseluruhan tata nilai tercermin dalam kehidupan bersama dalam mengangkat tugas dan tanggung jawab pelayanan secara bersama.

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 18 Juni 2017 TATA IBADAH MINGGU I SESUDAH PENTAKOSTA

GPIB Immanuel Depok Minggu, 18 Juni 2017 TATA IBADAH MINGGU I SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : TATA IBADAH MINGGU I SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di Minggu

Lebih terperinci

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) 20 Agustus 2017 Jemaat GIDEON Kelapadua Depok Jl. Komjen Pol M. Jasin Kelapadua, Pasirgunung Selatan Ksatrian Amji Atak (Komp. BRIMOB POLRI) Kelapadua-

Lebih terperinci

Pnt. : Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan? J : TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan! Sela

Pnt. : Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan? J : TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan! Sela TATA IBADAH MINGGU, 09 JULI 2017 (MINGGU BIASA) TERBUKA PADA CARA KERJA ALLAH Latihan Lagu-Lagu. Penayangan Warta Lisan. Setelah Penayangan Warta Lisan, Penatua mengajak Jemaat bersaat teduh dan mendaraskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

TEMA : JADILAH TELADAN DAN TERANG

TEMA : JADILAH TELADAN DAN TERANG Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) TEMA : JADILAH TELADAN DAN TERANG 17 September 2017 Jam 19.00 WIB Jemaat GIDEON Kelapadua Depok Jl. Komjen Pol M. Jasin Kelapadua, Pasirgunung Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Paulus merupakan seorang tokoh Alkitab yang mempunyai peranan cukup penting dalam sejarah kekristenan. Tulisan-tulisan (surat-surat) Paulus bisa dikatakan

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 30 April 2017 TATA IBADAH MINGGU II SESUDAH PASKAH

GPIB Immanuel Depok Minggu, 30 April 2017 TATA IBADAH MINGGU II SESUDAH PASKAH PERSIAPAN : TATA IBADAH MINGGU II SESUDAH PASKAH Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari Minggu

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

Bulan Keluarga 2017 Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Kebun Anggur Tuhan

Bulan Keluarga 2017 Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Kebun Anggur Tuhan Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Kebun Anggur Tuhan Adalah baik jika dalam ibadah ini keluarga duduk bersama-sama. Keterangan : Pnt. : Penatua

Lebih terperinci

Status Rohani Seorang Anak

Status Rohani Seorang Anak Status Rohani Seorang Anak PENDAHULUAN Kita yang melayani anak-anak di gereja atau di yayasan gerejawi perlu memiliki keyakinan tentang status rohani seorang anak di hadapan Tuhan, berdasarkan Firman Tuhan.

Lebih terperinci