Pengembangan Pariwisata untuk Destinasi Terpilih di Indonesia Flores Tanjung Puting Toraja Wakatobi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Pariwisata untuk Destinasi Terpilih di Indonesia Flores Tanjung Puting Toraja Wakatobi"

Transkripsi

1 Wisata II Pengembangan Pariwisata untuk Destinasi Terpilih di Indonesia Flores Tanjung Puting Toraja Wakatobi

2 Daftar Isi Kawah danau Kelimutu, Flores Swisscontact dan SECO Kerjasama Pengembangan di Indonesia Apakah manfaat dari mendukung pengembangan pariwisata? 4 Destinasi sasaran WISATA II 5 Program Swisscontact WISATA II Manajemen & Pemasaran Destinasi Keterlibatan Masyarakat Pengembangan Bisnis Pendidikan & Pelatihan Pariwisata Dukungan Pemerintah Apa hasil yang telah dicapai?

3 Swisscontact dan SECO Kerjasama Pengembangan di Indonesia Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, yang membentang lebih dari pulau, dengan keragaman budaya serta perbedaan ekonomi yang luar biasa. Perbedaan antara wilayah geografis terlihat dalam kondisi kehidupan dari hampir 250 juta orang. Terutama di daerah timur, terdapat kesenjangan besar antara mayoritas penduduk yang hidup dalam kemiskinan dengan sedikit pemilik usaha yang telah mencapai keberhasilan ekonomi. Apakah manfaat dari mendukung pengembangan pariwisata? Selain pertanian, perikanan dan pertambangan, pariwisata merupakan salah satu industri penting yang menghasilkan pendapatan di Indonesia. Interaksi dengan budaya dan masyarakat lokal telah menjadi hal yang lebih penting bagi wisatawan, mendorong minat yang lebih besar yang juga mendorong masyarakat untuk melestarikan nilai-nilai budaya lokal dan tradisi. Selain obyek wisata, destinasi juga membutuhkan pemasaran yang profesional, kualitas layanan yang tinggi, produk yang kompetitif serta infrastruktur yang memadai. Namun, hal ini sering tidak tersedia di daerah terpencil. Aspek tersebut diatasi melalui pekerjaan pengembangan di Indonesia: Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) mendukung proyek-proyek yang berbeda guna untuk meningkatkan daya saing serta integrasi negara ini ke dalam ekonomi dunia. Swisscontact adalah organisasi pengembangan dari Swiss dengan lebih dari 40 tahun pengalaman di daerah tersebut, yang telah berhasil melaksanakan berbagai proyek pada bidang yang berbeda-beda. Kedua organisasi mengejar sasaran untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup melalui kerja sama langsung dengan instansi pemerintah dan masyarakat setempat. Pariwisata adalah industri jasa yang padat karya dengan potensi yang besar untuk menciptakan lapangan kerja dan peluang bisnis baru. Penduduk lokal dapat menuai manfaat ekonomi jika aktif terlibat. Hal ini dimungkinkan dengan berbagai cara, misalnya sebagai karyawan dari usaha pariwisata, produsen menjual kerajinan sebagai suvenir, atau secara tidak langsung, dengan menjual produk pertanian lokal untuk hotel atau restoran. Melalui pengelolaan yang tepat dari destinasi, industri pariwisata dapat mendorong perekonomian dan lingkungan seiring dengan memfasilitasi kemajuan sosial yang lebih lanjut. Lokasi program Swisscontact WISATA di Indonesia Destinasi Sasaran WISATA II Lokasi-lokasi program dipilih secara bersamasama dan sesuai dengan program nasional Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Indonesia. Keempat destinasi ini merupakan bagian dari rencana Kemenparekraf untuk mendukung pariwisata di 15 destinasi prioritas di Indonesia melalui pengembangan organisasi tata kelola destinasi (DMO). Destinasidestinasi dalam program dipandang memiliki potensi khusus untuk pengembangan pariwisata karena karakteristiknya unik serta prasyarat dalam penerimaan pengunjung. Selain keempat destinasi pariwisata, program ini juga mendukung tiga sekolah pariwisata di daerah resapan destinasi. Lokasi-lokasi dari Program ditunjukkan di dalam peta. Ukiran rumah tradisional Tongkonan, Toraja 04 05

4 Flores Tanjung Puting Toraja Wakatobi Saat ini terdapat ketimpangan besar dalam industri pariwisata Indonesia. Pulau ternama internasional, Bali, menarik hampir 3 juta pengunjung setiap tahun sedangkan provinsi timur Nusa Tenggara Timur, yang juga dikenal sebagai Kepulauan Sunda kecil, jarang dikunjungi. Salah satu pulau yang lebih besar dari wilayah ini adalah Flores: terletak di sebelah timur kepulauan, pulau ini menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan di darat dan di bawah air termasuk hutan, gunung berapi, danau, air terjun, pantai yang unik dan kehidupan laut yang mempesona. Kekayaan budaya dari pulau ini serta ragam etnis minoritasnya sangat luar biasa. Sawah berbentuk jaring laba-laba, rumah keluarga tradisional, Caci seni bela diri dengan cambuk dan ritual spiritual merupakan semua elemen yang berakar dalam budaya. Atraksi lain yang unik adalah komodo: kadal hidup terbesar, di habitatnya di pulau Komodo dan Rinca, di lepas pantai barat Flores. Rute dan atraksi lain membuatnya menjadi destinasi yang ideal untuk petualang, pecinta alam, penyelam dan mereka yang tertarik dalam memperkaya budaya. Tanjung Puting adalah sebuah taman nasional yang terletak di provinsi Kalimantan Tengah, yang merupakan bagian dari Borneo Indonesia. Daerah yang dicakup oleh Tanjung Puting adalah sekitar hektar dan telah diklasifikasikan sebagai Cagar Biosfer UNESCO. Yang terdiri dari padang rumput tropis dan rawa gambut serta jaringan kanal sungai yang khas dan karenanya hanya dapat diakses dengan perahu. Taman nasional ini terkenal dengan populasi orangutannya. Tanjung Puting adalah destinasi yang sempurna bagi wisatawan yang ingin melihat alam dan satwa liar, terutama orangutan. Orangutan tidak hanya dapat dilihat di kamp-kamp rehabilitasi tetapi juga di alam liar selama perjalanan di sungai dengan perahu tradisional lokal atau perahu cepat (speedboat). Selain unsur alam, daerah ini juga menawarkan beberapa atraksi budaya, seperti budaya tradisional Dayak, yang merupakan elemen menarik di luar wilayah taman nasional. Wilayah Toraja terletak di Sulawesi Selatan dan mencakup dua kabupaten, yaitu Tana Toraja dan Toraja Utara. Hal utama yang menarik bagi wisatawan di Toraja adalah budaya yang unik. Desa-desa tradisional dengan arsitektur unik mereka, upacara budaya (pada umumnya upacara pemakaman) dan kuburan unik (peti mati di guagua dan tergantung di dinding batu kapur) adalah salah satu atraksi yang paling banyak dikunjungi. Berjalan di sekitar kuburan terasa menakutkan namun juga menarik pada saat yang bersamaan dan pengunjung adalah tamu yang disambut dengan upacara adat. Kerajinan tradisional, seperti tenun masih dipraktekkan oleh banyak desa. Rumah-rumah kaya dekorasi juga menunjukkan tradisi yang bertahan lama dalam hal ukiran kayu. Produk lokal yang paling terkenal adalah kopi Toraja, yang terkenal di seluruh Indonesia. Lanskap batu kapur dengan banyak bukit dan vegetasi hijau subur memberikan pemandangan yang menakjubkan. Daerah ini memiliki banyak potensi untuk menggabungkan elemen petualangan lainnya dalam penawaran wisata, memberikan wisatawan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang baru dan unik. Mendaki dan bersepeda adalah kegiatan yang dapat dieksplorasi di daerah ini. Pulau-pulau Wakatobi terletak di lepas pantai Sulawesi Tenggara. Wilayah ini mendapatkan namanya dari empat pulau utamanya, yaitu Wangiwangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Taman nasional laut adalah bagian dari Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) di Asia Tenggara yang mengisyaratkan pemandangan laut yang unik dapat ditemukan di sekitar pulau-pulau tersebut. Selain menjadi taman nasional laut, wilayah tersebut juga dinyatakan sebagai Cagar Biosfer UNESCO pada awal tahun Wakatobi merupakan destinasi muda, terutama dikenal untuk atraksi bawah lautnya, yang membuatnya menjadi tempat yang sempurna untuk menyelam dan snorkeling. Selain daya tarik utama tersebut, pulau ini juga menawarkan banyak kesempatan untuk eksplorasi di darat. Bahkan dengan melihat penduduk setempat, banyak yang tinggal di rumah-rumah kayu yang berdiri di atas tiang beberapa meter dari pantai, bepergian ke dan dari rumah mereka dengan menggunakan perahu-perahu kecil adalah hal yang lumrah. Selain itu, banyak perempuan di pulau masih mempraktekkan tradisi mereka dalam menenun, terutama perempuan yang lebih tua, dengan masih menggunakan metode pewarnaan dan menenun tradisional untuk membuat kain lokal yang natural. Komodo, Flores Orangutan, Tanjung Puting Ketekesu, Toraja Panorama bawah laut, Wakatobi 06 07

5 Program Swisscontact WISATA II Manajemen & Pemasaran Destinasi Organisasi Tata Kelola Destinasi Pemasaran Program WISATA yang didanai oleh Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) awalnya dimulai pada tahun 2009 dan hanya mencakup pulau Flores. Karena keberhasilannya di tahap pertama, diputuskan bahwa tahap kedua dari program harus dimulai pada bulan Juni 2014, yang meliputi tiga destinasi tambahan. Melalui tahap kedua ini, pendekatan yang berhasil dikembangkan dan diterapkan di Flores disebarluaskan. WISATA, sebagai tonggak program, dilaksanakan dalam kerjasama yang erat dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Tujuan utama dari program ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi melalui pariwisata yang berkelanjutan, yang menciptakan lapangan kerja dan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Untuk mencapai tujuannya, program bekerja pada beberapa bidang utama, seperti yang dijelaskan di bawah ini: Tata Kelola, Pemasaran, dan Jejaring Destinasi Keterlibatan Masyarakat Pengembangan Bisnis Pendidikan & Pelatihan Pariwisata Dukungan Pemerintah Pusat Informasi Turis di Labuan Bajo, Flores Area intervensi utama dari program adalah untuk mendukung pembentukan Organisasi Tata Kelola Destinasi (DMO). Hal ini dilakukan sejalan dengan program nasional Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. DMO adalah badan independen yang anggotanya terdiri dari berbagai lembaga, tergantung pada destinasi-nya. Dapat terdiri dari bisnis, asosiasi, serta individu sebagai anggotanya. DMO dapat mengambil berbagai bentuk, mulai dari badan hukum hingga forum diskusi pemangku kepentingan. Selain fungsinya sebagai pelaku yang memayungi serta platform untuk diskusi, DMO juga dapat mengambil peran mediasi antara mitra dan pemerintah serta mempromosikan destinasi di pasar pariwisata nasional dan internasional. Salah satu fokus utama DMO adalah meningkatkan kesadaran mengenai destinasi melalui pemasaran. Dengan mengembangkan citra yang unik, hal ini tidak hanya dapat membantu menyatukan para pemangku kepentingan, tetapi juga mencitrakan destinasi agar dapat dikenali di pasar pariwisata. Sebagai penyokong DMO, terdapat satu kantor penghubung di Bali untuk membangun jaringan bisnis dengan operator tur. Untuk memperkuat hubungan ke pasar, DMO juga menghadiri pameran perdagangan nasional dan internasional. Selain itu, program juga mendukung DMO mengembangkan materi promosi yang menarik serta alat-alat penting untuk menarik konsumen yang potensial. Untuk mendukung kegiatan promosi, pencitraan Flores dikembangkan dengan memberikan tampilan yang kuat dan dikenali pasar. Ini digunakan pada semua materi promosi yang disajikan pada pameran perdagangan. Selain alat-alat promosi, tiga buku panduan dengan tema tertentu (people & culture, diving, trekking) serta peta pariwisata mendukung promosi yang menarik. Hubungan Flores DMO mempromosikan destinasi DMO Flores terdiri dari anggota dari sektor swasta dan berlokasi di pusat pulau, yaitu di kota Ende. Selain DMO regional, dikarenakan penyebaran wilayahnya yang luas di Flores, Organisasi Tata Kelola Pariwisata lokal (TMO) ada di masingmasing delapan kabupaten di Flores. TMO bertanggung jawab untuk mewakili kepentingan para pemangku kepentingan lokal di kabupaten terhadap DMO dan pemerintah daerah. Pada tingkat destinasi, DMO bekerja sama dengan pemerintah daerah. Tujuannya untuk menciptakan kondisi yang lebih baik bagi sektor pariwisata melalui kolaborasi di antara para pemangku kepentingan. Contohnya adalah dengan konsultasi para pelaku untuk perbaikan infrastruktur. Melalui keterlibatan DMO, perubahan positif dapat dicapai dengan cepat. Hal ini menyebabkan penerimaan yang lebih luas di antara para pemangku kepentingan industri yang menyadari manfaat memiliki organisasi semacam itu, yang secara langsung berdampak peningkatan pariwisata. Keberadaan DMO membantu sektor swasta dan publik untuk membentuk platform diskusi dan kerja sama umum, sehingga meningkatkan kerjasama yang lebih kongruen dan berkelanjutan

6 Keterlibatan Masyarakat Rantai Pasokan Pertanian Produksi Kerajinan Tangan Sebuah aspek penting untuk Swisscontact adalah pendekatan inklusif untuk pengelolaan pariwisata yang melibatkan masyarakat setempat. Melalui partisipasi langsung masyarakat dalam setiap inisiatif, memungkinkan penduduk setempat untuk membentuk pengembangan pariwisata dan mendapatkan keuntungan. Di masa depan, semakin banyak masyarakat yang bisa saling belajar dan meningkatkan produk dan proses mereka untuk menghasilkan pendapatan yang memadai. Tata Kelola Atraksi Salah satu contoh keterlibatan masyarakat adalah jika mereka didorong untuk mengelola obyek pariwisata. Adalah penting bahwa hal ini dilakukan dengan cara yang dapat memenuhi harapan tamu internasional, sementara pada saat yang sama juga dapat melestarikan alam dan budaya dari destinasi. Hal ini di satu sisi dapat menjadi atraksi pariwisata berbasis masyarakat, seperti desa-desa tradisional yang menawarkan homestay atau pertunjukan budaya. Di sisi lain masyarakat lokal dapat didorong untuk mengelola wisata alam dengan menjaganya agar bersih dan terawat dengan mendapatkan ganti berupa tiket masuk yang terjangkau. Fokusnya dengan menempatkan cara yang tepat untuk berhubungan dengan wisatawan, serta meningkatkan kualitas produk dan jasa secara berkelanjutan. Kursus Bahasa Inggris Dasar menjadi penting bagi warga desa agar dapat mengelola kunjungan wisatawan dengan lebih mudah. Bena adalah sebuah desa tradisional yang sering dikunjungi, terkenal karena arsitektur, budaya dan gaya hidupnya. Masyarakat didukung berkaitan dengan pengelolaan yang tepat dari pariwisata, termasuk dampak positif serta negatifnya. Fokus lain adalah untuk membuat masyarakat sadar bahwa melestarikan adat istiadat setempat, seperti kerajinan tangan tradisional, dapat lebih berkontribusi untuk mata pencaharian mereka. Masyarakat sekarang memiliki pengetahuan yang cukup untuk terus mempertahankan dan merancang tawaran pariwisata mereka sendiri. Hortikultura sering menjadi cara untuk menghubungkan masyarakat lokal secara tidak langsung dengan pariwisata. Biasanya prasyarat untuk pertanian ada tetapi petani lokal kurang pengetahuan untuk menjangkau pasar pariwisata. Mereka dapat difasilitasi dengan pelatihan di bidang pertanian. Beberapa topik sentral misalnya produksi bahan organik dan identifikasi klien. Sebuah elemen penting adalah mendukung produsen agar terhubung dengan perusahaan untuk menjamin akses ke pasar baru. Bergantung pada produk, kemasan dan desain yang sesuai merupakan unsur yang dapat dimasukkan dalam pelatihan. Untuk mengeksploitasi sinergi, petani dihubungkan ke desa-desa masyarakat pariwisata yang tidak dapat menghasilkan cukup pangan untuk melayani pelanggan yang menginap. Dua tahun lalu sebagian besar produk pertanian di Labuan Bajo diimpor dari luar pulau. Sekarang, kelompok tani lokal menghasilkan lebih dari 10 jenis sayuran organik, yang dijual langsung ke bisnis pariwisata lokal. Program lain yang didukung adalah petani kopi di Ngada dengan meningkatkan desain kemasan serta membangun jaringan pasar di Labuan Bajo. Petani mampu memperluas jalur penjualan dan mengamankan pembelian bulanan. Di Indonesia, seni memproduksi kerajinan berakar mendalam ke dalam tradisi lokal. Oleh karena itu, ini adalah cara lain untuk menghubungkan masyarakat ke pasar pariwisata, sekaligus menjaga tradisi lokal tetap hidup. Sebagai salah satu contoh, tenun dipraktekkan di banyak daerah. Wisatawan sangat senang untuk membeli produk lokal tenun sebagai suvenir, jika sesuai dengan harapan mereka. Oleh karena itu, Program mendukung kelompok penenun lokal di desa-desa dengan memfasilitasi pelatihan. Topiknya meliputi pengembangan produk, pengelolaan keuangan dan fokus untuk terus menggunakan metode menenun dan pencelupan tradisional. Melalui hal ini, produk dapat dibuat menjadi lebih kompetitif dan produsen kerajinan terhubung dengan lebih erat dengan perdagangan pariwisata. Tenun ikat oleh Biliran Sina, Flores Desa Bena, Flores Petani sayuran organik Tekstil tenun yang terkenal di Flores disebut Ikat. Setelah mengikuti pelatihan, kelompok tenun Sanggar Bliran Sina di Kabupaten Sikka telah menjadi pelatih lokal mandiri dan karenanya mampu menyebarkan pengetahuan mereka kepada kelompok tenun lainnya di Flores, meningkatkan kualitas dan berbagai produk Ikat keseluruhan

7 Pengembangan Bisnis Meningkatkan Kualitas Layanan Pendidikan & Pelatihan Pariwisata Pendidikan Tinggi Kualitas tinggi dari layanan yang ditawarkan oleh usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan faktor kunci untuk destinasi yang sukses. Hal ini adalah aspek, yang sering masih kurang pada destinasi yang lebih kecil, kurang berkembang. Melalui pengembangan pelatihan lokal dan jasa konsultasi serta masukan untuk asosiasi bisnis, perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan profesionalisme mereka. Ketika usaha kecil dapat menyediakan layanan berkualitas tinggi, daya saing destinasi secara keseluruhan akan sangat meningkat. Asosiasi Bisnis & Perusahaan Swisscontact memiliki tujuan untuk mendukung berbagai usaha pariwisata dan individu terkait, seperti pemandu wisata, hotel, restoran, serta operator selam dan tur, dalam meningkatkan kualitas layanan mereka. Hal ini dilakukan melalui dukungan secara sistematis kepada asosiasi terkait dalam membangun kapasitas mereka untuk memberikan layanan kepada anggotanya. Dikarenakan oleh karakteristik dan keberadaannya pada destinasi, asosiasi-asosiasi yang paling utama didukung adalah asosiasi pemandu wisata, hotel & restoran. Kegiatan khusus dari program berfokus pada penciptaaan struktur yang layak serta tugas-tugas yang berorientasi hasil yang memungkinkan asosiasi untuk menjadi titik fokus yang kuat sebagai tempat rekomendasi yang kompeten untuk anggota saat ini dan masa depan. Sebuah asosiasi pemandu wisata di Flores meminta dukungan dari proyek untuk menghasilkan sebuah buku saku. Hal ini untuk disebarluaskan di antara pemandu wisata untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang destinasi, tetapi juga kemampuan bahasa, karena informasi yang diberikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Agar usaha kecil lokal paham mengenai pentingnya kualitas yang memadai serta keberadaan dan pentingnya meningkatkan kualitas layanan, asosiasi didukung untuk mengembangkan piranti kerja (toolkit) untuk berbagai bidang kerja pada hotel dan restoran serta untuk pemandu wisata. Toolkit didasarkan pada standar kerja nasional saat ini (SKKNI) dan disesuaikan dengan kebutuhan kontekstual tertentu pada destinasi. Seperangkat instrumen berisi alat-alat seperti petunjuk praktis, contoh-contoh, daftar periksa dan formulir evaluasi, membuat informasi tersebut mudah diakses oleh pengguna akhir. Masalah mengenai kualitas layanan terdapat di semua lokasi Program dan oleh karena itu inisiatif mengenai toolkit dapat direplikasi pada tiga destinasi baru untuk mendorong kualitas pelayanan yang lebih tinggi. Pelatihan penggunaan Toolkit, Flores Di Flores, delapan toolkit dikembangkan, untuk tingkat manajemen bisnis (manajemen keuangan, pemasaran & penjualan, sumber daya manusia), housekeeper, resepsionis, pramusaji, juru masak dan pemandu wisata. Beberapa bisnis mendapatkan toolkit dan menggunakan-nya untuk secara internal mengadaptasi prosedur operasi untuk meningkatkan kualitas layanan-nya. Jika mereka memerlukan bantuan lebih lanjut untuk melakukan hal ini, mereka dapat meminta dukungan dari kelompok ahli DMO - sekelompok profesional dari industri pariwisata Flores yang bertindak sebagai pelatih resmi untuk bisnis. Sebuah pendidikan pariwisata yang berorientasi formal dan industri sangat penting bagi kompetensi tenaga kerja dalam memberikan kualitas pelayanan yang optimal. Dengan demikian, perbaikan pada peningkatan standar pelayanan adalah penting untuk memulai intervensi yang berfokus pada peningkatan kapasitas baik pada sekolah kejuruan maupun lembaga pendidikan tinggi. Sekolah Menengah Kejuruan Di Indonesia, sekolah kejuruan untuk pariwisata disebut SMK Pariwisata (Sekolah Menengah Kejuruan). Program SMK, seperti perhotelan atau tur dan perjalanan wisata (tour dan travel), berfokus pada pendidikan yang berorientasi praktik kepada siswa. Namun, beberapa isu penting umum terjadi di SMK di daerah terpencil, seperti kurangnya kompetensi guru atau fasilitas yang sesuai serta kurikulum yang memadai sesuai dengan kebutuhan industri. Hal ini berakibat pada lulusan SMK yang sulit diserap oleh pasar pariwisata, dengan banyak yang menganggur atau membutuhkan pelatihan ulang secara menyeluruh oleh pelaku bisnis pariwisata. Program memiliki tujuan untuk mendukung SMK terpilih pada destinasi untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Fokus utama adalah pada kapasitas guru, termasuk pengembangan bersama bahan ajar, dan perbaikan dan pemeliharaan sarana yang berkaitan dengan pariwisata. Penekanan khusus ditujukan pada pembentukan hubungan yang kuat antara SMK dan industri pariwisata guna meningkatkan kualitas dan relevansi dari pengalaman praktis yang siswa bisa dapatkan tidak hanya melalui sekolah tetapi juga melalui program magang. Di bidang peningkatan kapasitas lembaga pendidikan tinggi, program memilih tiga universitas pariwisata publik, yaitu STP Bali, STP Bandung dan AKPAR Makassar. Universitas-universitas tersebut menawarkan program diploma dalam manajemen destinasi atau program yang terkait dengan bidang tersebut. Fokus dukungan terletak pada keahlian dalam kurikulum dan pengajar, sebagaimana manajemen destinasi adalah bidang studi yang relatif baru. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk menghubungkan universitas terpilih dengan universitas mitra nasional maupun internasional Swiss atau lainnya untuk merangsang pertukaran pengetahuan dan membangun keahlian. Program dapat berkisar mulai dari saling memberikan kuliah tamu hingga berpartisipasi dalam acara dan seminar nasional dan internasional. Dengan mendorong aspek-aspek ini, program memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas keseluruhan dari program studi yang berkaitan dengan manajemen destinasi, yang mengarah kepada lulusan yang kompeten dengan keterampilan manajemen yang meningkat untuk destinasi wisata di Indonesia. Siswa SMK mempraktekkan penyajian makanan dan minuman 12 13

8 Dukungan Pemerintah Pemerintah daerah memainkan peranan penting untuk pengembangan pariwisata di daerah mereka. Terutama terkait dengan lingkungan bisnis yang memadai, yang disajikan dalam rencana dan peraturan yang berlaku. Aspek penting lainnya yang terhubung ke topik bahasan ini adalah untuk melestarikan daya tarik alami dari destinasi, yang sangat penting untuk mempertahankan minat wisatawan yang mencari destinasi tanpa cela. Perencanaan Daerah Untuk memastikan lingkungan yang dikelola dengan baik untuk industri pariwisata dengan juga memperhitungkan konteks lokal, sangatlah penting bahwa pemerintah secara tepat membuat rencana pengembangan destinasi. Adalah penting bahwa aspek keberlanjutan, misalnya mengenai daya dukung atau dampak sosial diperhitungkan ketika mengembangkan rencana induk pariwisata. Seringkali, terutama pada destinasi kecil, otoritas pariwisata tidak memiliki pengetahuan tentang perencanaan pariwisata serta sumber daya untuk mendapatkan keahlian yang dibutuhkan. Oleh karena itu, Program menawarkan dukungan kepada pejabat pada bidang ini dengan menyediakan konsultan lokal dan internasional. Proyek mendukung penyusunan Rencana Induk Pariwisata Flores, untuk memastikan bahwa arah pengembangan pariwisata di pulau dikonseptualisasikan. Berdasarkan permintaan dari otoritas lokal, proyek juga bekerja pada tingkat yang lebih rendah untuk membantu penyusunan rencana yang lebih rinci untuk tingkat kabupaten. Pengelolaan Limbah Padat Program tidak akan bekerja dengan lingkup dan kegiatan yang sama dalam hal pengelolaan sampah pada semua destinasi, sehingga kegiatan akan beragam. Contoh untuk intervensi adalah: mendukung pemerintah dengan pengelolaan limbah padat, inisiatif untuk pengurangan plastik, serta pendidikan masyarakat setempat dan wisatawan mengenai penggunaan sumber daya. Banyak isu mengenai sampah di lingkungan berasal dari plastik yang tertinggal selama kunjungan ke situs wisata. Salah satu bidang di mana program memiliki maksud untuk lebih ditekankan adalah untuk memperkenalkan kode etik di mana misalnya turis membawa sampahnya kembali ke akomodasi mereka setelah kunjungan harian mereka ke situs alam atau desa. Hal ini dapat sangat mengurangi limbah yang tertinggal di sepanjang jalan atau di lokasi dan karenanya dapat meningkatkan baik pengalaman wisata maupun kebersihan dari destinasi. Apa hasil yang telah dicapai? Prestasi yang dapat dilaporkan sampai saat ini adalah dari tahap pertama program Swisscontact di Flores. DMO berhasil dibentuk dan telah berfungsi dengan baik. Meskipun sebagai organisasi muda, pemangku kepentingan mengenali DMO sebagai organisasi yang memiliki dampak positif pada industri pariwisata di Flores. Tahap pertama dari program mampu mendongkrak sektor pariwisata Flores yang mengarah pada peningkatan yang signifikan dari pendapatan bagi ratusan keluarga. Saat ini, lebih banyak orang mengunjungi pulau indah ini dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Sejak awal program, jumlah pengunjung internasional telah meningkat dengan angka sekitar 20% dan domestik dengan 85%. Pengunjung tinggal lebih lama dan penghasilan yang dihitung dari pengunjung telah meningkat hampir 50%. Flores berfungsi sebagai contoh positif bagi daerah lain di Indonesia. Pengalaman berharga yang dipelajari di sana sekarang dapat diteruskan ke daerah lain, di satu sisi melalui fase kedua dari program ini, di sisi lain melalui pertukaran pengetahuan dengan destinasi lain. Keberhasilan program di Flores menunjukkan bahwa dampak positif yang sama dapat dicapai pada tiga destinasi tambahan yang ditargetkan. Pada masing-masing destinasi, program akan mengadaptasi pendekatan dan desain kegiatan sebelumnya disesuaikan dengan konteks lokal untuk memastikan manfaat tertinggi di setiap destinasi. Cara pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam dan budaya sementara juga berkelanjutan secara ekonomi - ini adalah visi yang SECO dan Swisscontact niatkan untuk dikejar bersama dengan para pemangku kepentingan lokal. Banyak masyarakat di daerah sasaran, hidup dalam kemiskinan, namun kesempatan mereka untuk memperoleh pendapatan yang cukup dapat ditiingkatkan secara substansial melalui inisiatif ini. Di Labuan Bajo, inisiatif untuk mengurangi sampah plastik termasuk di antaranya produksi tas belanja yang dapat digunakan kembali, botol air yang dapat digunakan kembali (terbuat dari stainless steel) dan stasiun air isi ulang. Ini dilaksanakan oleh perusahaan yang menyediakan dan menjual produk-produk ini. Terutama operator selam yang bersemangat untuk berpartisipasi dan menggunakan botol yang dapat digunakan kembali dan stasiun isi ulang. Inisiatif pengelolaan sampah di Labuan Bajo, Flores Penduduk lokal dan tamu di puncak Kelimutu, Flores 14 15

9 We Create Opportunities Swisscontact WISATA Jl. Batur Sari 20SB Sanur Denpasar, Bali Indonesia Tel Publishing Information: Layout and texts: Swisscontact WISATA Photos: Swisscontact WISATA, Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi Swiss NPO-Code: The structure and management of Swisscontact conforms to the Corporate Governance Regulations for Non-Profit Organisations in Switzerland (Swiss NPO-Code) issued by the presidents of large relief organisations. An audit conducted on behalf of this organisation showed that the principles of the Swiss NPO-Code are adhered to. ZEWO-Seal of Approval: Swisscontact was awarded the Seal of Approval from ZEWO. It is awarded to non-profit organisations for the conscientious handling of money entrusted to them, proves appropriate, economical and effective allocation of donations and stands for transparent and trustworthy organisations with functioning control structures that uphold ethics in the procurement of funds and communication. Swisscontact is regularly audited on the adherence to these criteria. (Source: ZEWO) Société Général de Surveillance (SGS): Swisscontact has been awarded the Certificate of the International Inspection Agency Société Générale de Surveillance (SGS) within the NGO Benchmarking Program. Agustus 2014

RESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan

RESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan ABSTRAK Upaya Swisscontact yang dilakukan di dalam negeri, bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat lokal melalui pengembangan infrastruktur, pemberdayaan sumber daya manusia, dan mensosialisasikan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam struktur ekonomi dan proses pembangunan negara. Hal ini disebabkan karena pariwisata dapat meningkatkan

Lebih terperinci

Profil. Yayasan Swiss untuk kerjasama Teknis

Profil. Yayasan Swiss untuk kerjasama Teknis Profil Yayasan Swiss untuk kerjasama Teknis Siapa Kami Nilai Nilai Kami Swisscontact adalah sebuah yayasan swasta Swiss dan beroperasi secara independen untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya alam maupun kebudayaan unik dan tidak dimiliki oleh Negara lain. Oleh karena itu, Indonesia menjadi

Lebih terperinci

Profil. Yayasan Swiss untuk Kerja Sama Teknis

Profil. Yayasan Swiss untuk Kerja Sama Teknis Profil Yayasan Swiss untuk Kerja Sama Teknis Siapa kami Nilai - nilai kami Swisscontact adalah sebuah yayasan swasta dari Swiss yang beroperasi secara independen untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata mempersiapkan 10 destinasi wisata unggulan yang akan menjadi prioritas kunjungan wisatawan di tahun 2016, dan Flores

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA NAMA NIM KELAS : HANDI Y. : 11.02.8010 : D3 MI 2C SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI

Lebih terperinci

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand). GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 24 Sesi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG : 2 A. PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG Negara berkembang adalah negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi rendah, standar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D 605 199 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta penggerak ekonomi masyarakat. Pada tahun 2010, pariwisata internasional tumbuh sebesar 7% dari 119

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu sektor andalan perolehan devisa negara di Indonesia. Tercatat pada tahun 2014 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 10,69 atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata JOKO PRAYITNO Kementerian Pariwisata " Tren Internasional menunjukkan bahwa desa wisata menjadi konsep yang semakin luas dan bahwa kebutuhan dan harapan dari permintaan domestik dan internasional menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh : GRETIANO WASIAN L2D 004 314 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor jasa terutama pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar mengakibatkan banyak

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan tersebar dari pulau Sumatera sampai ke ujung timur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara pada saat ini lebih fokus berorientasi kepada industri non migas seperti industri jasa yang didalamnya termasuk industri pariwisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata, wisata dan wisata alam Pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya dan menetap sementara waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan dan prioritas pengembangan bagi sejumlah Negara, terlebih bagi Negara berkembang seperti Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA NAMA : ISMAWATI NIM : 10.02.7842 KELAS : D3 MI 2C SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.1.1. Kelayakan. Saat ini kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia pada umumnya, yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masingmasing

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu Provinsi yang memiliki banyak potensi wisata. Kepariwisataan di Nusa Tenggara Timur sudah ditetapkan sebagai destinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua Asia dan Autralia serta antara Samudera Pasifik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, yang dihuni oleh bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Letaknya berdekatan dengan tempat wisata makam raja-raja Mataram. Menurut cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan perekonomian. Hal ini karena Pariwisata merupakan ujung tombak dan kemajuan perekonomian suatu

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata diposisikan sebagai sektor yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi salah satu sumber devisa. Sektor ini perlu dikembangkan karena

Lebih terperinci

Kita tentunya tidak ingin kota Jakarta menjadi sepi wisatawan hanya karena sulitnya mendapatkan informasi dan sedikitnya fasilitas yang membantu merek

Kita tentunya tidak ingin kota Jakarta menjadi sepi wisatawan hanya karena sulitnya mendapatkan informasi dan sedikitnya fasilitas yang membantu merek Project Review and Selection Project Name: JAKARTA TOURISM INFORMATION AND GUIDANCE SYSTEM Project Originator: Wiratna Sari Wiguna (1200001094) Program Manager Approval: Date: 11 Oktober 2002 Contact Phone

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

LaporanPerancangan Gedung Convention Centre di Kawasan Wisata Pantai Senggigi Lombok

LaporanPerancangan Gedung Convention Centre di Kawasan Wisata Pantai Senggigi Lombok LaporanPerancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep 1.1.1. Kebutuhan Akan Wadah Informasi Aktivitas suatu kota yang diwarnai oleh berbagai macam kegiatan masyarakatnya akan menuntut adanya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Obyek Wisata Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan ( something to see).

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi pada saat ini menjadi bagian yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Hal tersebut didasarkan pada perkembangan jaman menuju arah yang lebih

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam mendongkrak pendapatan di sektor usaha atau pendapatan daerah. Dunia pariwisata saat ini sudah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata di Indonesia tetap bertumbuh walaupun pertumbuhan perekonomian global terpuruk, pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia tahun 2014 mencapai 9,39 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika dilihat secara nyata, saat ini pembangunan yang terjadi di beberapa kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi daya tampung dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memang diberkahi kekayaan potensi pariwisata yang luar biasa. Menyebar luas dari Sabang sampai Merauke, keanekaragaman potensi wisata Indonesia bisa

Lebih terperinci

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Pariwisata di Indonesia Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan terbesar di sekitar garis khatulistiwa. Indonesia terdiri lebih dari 17.508

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri jasa yang memiliki pertumbuhan paling pesat dan merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Pariwisata merupakan ujung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena memberikan manfaat ekonomi, termasuk Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia berlomba mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya adalah wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata belanja, dan masih banyak lagi. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang salah satunya dikenal dengan bila diterapkan di alam, merupakan sebuah peluang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan bentang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. segenap potensi yang dimiliki daerah untuk membangun dan memajukan

BAB I PENGANTAR. segenap potensi yang dimiliki daerah untuk membangun dan memajukan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Di era otonomi daerah, semua daerah tingkat dua perlu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki daerah untuk membangun dan memajukan daerahnya. Oleh karena itu, menjadi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut. a. Strategi penguatan kelembagaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut beberapa data statistik dan artikel di berbagai media, pariwisata di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan kurang dikenal di mancanegara, maupun di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah realisasi atas tujuan akhir dari integrasi ekonomi sebagaimana telah disertakan dalam visi 2020 yang berdasarkan atas

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan integral pembangunan yang semakin dipertimbangkan oleh negara-negara di seluruh dunia. Pengaruh pembangunan pariwisata terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian bangsa-bangsa di dunia. Hal ini terwujud seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan berbagai suku dan keunikan alam yang terdapat di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisatawan yang cukup diminati, terbukti

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RESORT HOTEL DI KAWASAN WISATA BAHARI LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT Dengan Penekanan Desain Arsitektur Organik Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional maupun daerah. Seperti yang dituangkan dalam konsep Masterplan Percepatan

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata. Perkembangan industri pariwisata Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan kekayaan keindahan alam yang beraneka ragam yang tersebar di berbagai kepulauan yang ada di Indonesia dan

Lebih terperinci