KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KUTA : STUDY TENTANG STRATEGI ETNIS TIONGHOA DALAM MENCIPTAKAN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KUTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KUTA : STUDY TENTANG STRATEGI ETNIS TIONGHOA DALAM MENCIPTAKAN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KUTA 1969-2014"

Transkripsi

1 KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KUTA : STUDY TENTANG STRATEGI ETNIS TIONGHOA DALAM MENCIPTAKAN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KUTA Oleh: Ni Made Anggi Septiarana ( ) JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

2

3 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-nya karya tulis yang berjudul Ketahanan Sosial Budaya Masyarakat Kuta : Study Tentang Strategi Etnis Tionghoa Dalam Menciptakan Ketahanan Sosial Budaya Masyarakat Kuta dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun material sehingga karya tulis ini dapat tersusun dengan baik, terutama kepada dosen pembimbing penulis yaitu, Dr. Nyoman Wijaya, M.Hum. yang selalu membimbing dan mengoreksi semua yang dilakukan penulis sehingga terwujudlah sebuah karya tulis ini. Penulis menyadari bahwa apa yang telah dipaparkan pada karya tulis ini masih jauh dari tingkat sempurna baik menyangkut isi, teknis, maupun bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan karya tulis ini. Walaupun banyaknya kekurangan itu, penilaian sepenuhnya diserahkan kepada para pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat sehingga dapat disimak dalam bentuk bahan bacaan. Denpasar, 4 Juni 2015 I Ni Made Anggi Septiarana

4

5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI. ii RINGKASAN. iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Tinjauan Pustaka Metodologi sejarah Kerangka Teoritis Kerangka Konseptual Metode penelitian dan sumber BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Geografis Wilayah Kuta Gambaran Umum Masyarakat Tionghoa di Kuta. 20 BAB III PERBEDAAN KEBERTAHANAN ETNIS TIONGHOA DI KUTA SEBELUM DAN SESUDAH TAHUN BERTAHANNYA ETNIS TIONGHOA DI KUTA Dikeluarkannya peraturan pertama pemerintah tahun Kerjasama Antara Pemerintah Indonesia Dengan Pemerintah Cina. 26 II

6 3.2 BERTAHANNYA ETNIS TIONGHOA DI KUTA TAHUN Kebijakan Dalam Bidang Agama.. 27 BAB IV ETNIS TIONGHOA MASIH TETAP BERTAHAN UNTUK TINGGAL DI KUTA 4.1. ETNIS TIONGHOA MASIH TETAP BERTAHAN UNTUK TINGGAL DI KUTA Sistem Kepercayaan Sistem kekerabatan Sistem ekonomi yang kuat. 31 BAB V BAB VI INTERAKSI YANG TERJALIN ANTARA ORANG TIONGHOA DENGAN ORANG BALI LOCAL DI KUTA 5.1 WUJUD INTERAKSI YANG TERJALIN ANTARA ORANG TIONGHOA DENGAN ORANG BALI LOCAL DI KUTA Interaksi dalam bidang keagamaan Interaksi dalam bidang kesenian. 36 PENUTUP 6.1 Kesimpulan. 38 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.. 42 III

7 Ringkasan Interaksi merupakan salah satu yang terpenting didalam kehidupan individu. Tanpa adanya interaksi kehidupan tidak akan harmonis bahkan memicu konflik sosial. Interaksi yang terjalin selama berpuluh-puluh tahun lamanya antara etnis tionghoa dengan masyarakat lokal bali di kuta mengakibatkan terjadinya akulkturasi kebudayaan. Awal kedatangan etnis tionghoa yaitu sebagai pedagang, menyebar ke suluruh wilayah yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah Bali. Wilayah kuta merupakan salah satu wilayah pelabuhan yang dalam sejarah banyak di masuki oleh kapal-kapal asing. Arus perdagangan yang bebas mengakibatkan banyak masuknya etnis cina pelarian yang berdagang di kuta. Awal kebertahanan etnis tionghoa di kuta yang tidak bertahan lama oleh karena goncangan yang berasal dari dalam Negara saat itu mengakibatkan berkurangnya etnis tionghoa di indoensia. Khususnya di bali kebertahanan etnis tionghoa awal tahun 1959 mulai menurun dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah yang melarang selain orang pribumi untuk tinggal di Indonesia. Namun awal tahun 1999 oleh karena adanya ketetapan oleh presiden yang mencabut peraturan pemerintah yang melarang komunisme untuk tinggal di Indonesia memberikan nafas baru bagi etnis cina yang saat itu memilih menjadi warga Negara Indonesia. Di bali khususnya di wilayah kuta yang terkenal banyak etnis tionghoa menjadi bagian desa pekraman. Dibangunnya banjar dharma semadi sebagai wadah sosial untuk masyarakat etnis tionghoa dikuta awal pembangunananya yaitu tahun IV

8 Kebertahanan etnis tionghoa di kuta saat ini tidak lepas dari adanya pengaruh dari dalam, yaitu faktor kekerabatan, faktor ekonomi dan faktor keagamaan. Selain dari interaksi yang terjalin dalam bentuk sosial dan budaya serta kesenian menyebabkan hubungan ini seakan tidak akan pernah lekang oleh waktu. Kata kunci : interaksi sosial sosial, kebertahanan, monoritas. V

9 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi dengan umat beragama lain adalah sesuatu yang tidak dapat di hindari, demikian halnya yang terjadi di kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Masyarakat Kuta dapat dikatakan bersifat Plural, terutama di era globalisasi sekarang ini. dikatakan demikian karena masyarakat kuta saat ini senantiasa masih terlihat berinteraksi dengan komunitas atau etnis lain. Penelitian ini menyoroti kebertahanan masyarakat Tionghoa dalam interaksinya dengan masyarakat bali local di kuta. Sebagian besar masyarakat tionghoa menganut kepercayaan Buddha. Agama Budha telah memperlihatkan tingkat toleransi dan keluesan yang luar biasa dalam sejarah penyebarannya. Tidak seperti penyebaran agama-agama lain, penyebaran agama budha di capai lebih melalui penyebaran gagasan dari pada migrasi orang. Arnold Toynbee yakin bahwa konteks Hindu yang di dalamnya agama Budha muncul sekurang-kurang ikut menyebabkan adanya (toleransi kaum budha). Toynbee memuji toleransi kaum hindu dan kaum budha ini sebagai prototip dari sikap keagamaan yang diperlukan untuk perdamaian dalam dunia yang pluralistic seperti dewasa ini. 1 Sekalipun Kawasan lainnya yaitu kuta selatan yang merupakan daerah pariwisata tidak mampu untuk menggeser kehidupan masyarakat tionghoa saat ini Dengan berkembangnya perekonomian di kuta. Sebagian besar masyarakat tionghoa bekerja di kuta saat ini seperti membuka usaha ketering, bekerja di hotel dan beberapa usaha lainnya. Beberapa bentuk system perdagangan ini merupakan salah satu sifat yang di wariskan oleh para leluhur mereka. Dan 1 Harold Coward, Pluralisme tantangan agama-agama (Kanisius : Yogyakarta, 1989), p

10 2 adanya system kepercayaan yang kuat membuat masyarakat tionghoa untuk tetap bertahan di kuta. Suatu bentuk kepercayaan masyarakat Buddha yaitu Fengshui merupakan alat bantu untuk dapat membuat keputusan yang memiliki argumentasi pembenaran yang mendekati pasti, dalam lingkungan kehidupan nyata yang hanya terdiri dari variable ketidak pastian. Dalam hal ini feng-shui merupakan suatu kepercayaan kuno yang digunakan dan dipercaya oleh orang Tionghoa dalam menentukan arah pembangunan dalam hal ini terkait dengan pola arsitektur rumah. Namun kepercayaan feng-shui ini menjadi salah satu alasan utama orang tionghoa masih bertahan di suatu daerah. Karena orang tionghoa percaya jika leluhurnya telah menentukan tempat untuk mereka hidup dan berkembang dan membawa keberuntungan bagi mereka semua. 2 Selain kepercayaan tersebut beberapa bentuk komunikasi yang terjalin harmonis dengan masyarakat bali local juga sangat berpengaruh. Menurut buku karangan Alo Liliweri, Komunikasi dan Kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat kebertahanan suatu kebudayaan di wilayah tertentu terletak pada langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal maupun nonverbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi. Dengan demikian, komunikasi lintas budaya sangat penting artinya dalam meningkatkan pemahaman makna kebudayaan masing-masing daerah untuk meningkatkan kebertahanan suatu kebudayaan yang hidup dan berkembang di suatu wilayah di Indonesia. 3 2 Sugiri Kustedja, Antariksa Sudikno., et. al. Feng-shui : Elemen Budaya Tionghoa Tradisional (Melintas : Yogyakarta, 2012), p Alo Liliweri. Prasangka dan konflik : komunikasi lintas budaya masyarakat multicultural (LKiS : Yogyakarta, 2005), p

11 3 Sesuai dengan adanya pemekaran wilayah Kuta menjadi beberapa lingkungan. Pemekaran ini tentu berdasarkan dari segi jumlah penduduk, luas wilayah serta sarana dan prasarana yang ada di Kuta. Pemekaran yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan pariwisata di kuta. Kaitannya dengan tionghoa yang sudah lama tinggal di kuta yang sebelumnya ada di setiap lingkungan desa kuta, hingga akhirnya di lakukan pemekaran lingkungan oleh kelurahan memutuskan masyarakat tionghoa untuk di tempatkan di satu lingkungan banjar yang ada di kuta. Keputusan yang di keluarkan oleh kelurahan kuta ini merupakan salah satu upaya untuk dapat mengumpulkan masyarakat Tionghoa yang tinggal menyebar di setiap lingkungan desa di kuta dan. Akhirnya pada saat acara kuta carnival yaitu pada tahun 2007 diresmikannya banjar dharma semadi sebagai salah satu banjar yang masuk di dalam lingkungan desa adat kuta. Salah satu bukti perkembangan agama budha di kuta yaitu adanya suatu bangunan vihara dharmayana, keberadaan vihara dharmayana sebagai vihara orang cina atau Tionghoa dapat dijadikan bukti sejarah bahwa daerah kuta yang mayoritas beragama Hindu mampu disentuh oleh agama budha. Ajaran atau aliran budha di vihara dharamayana yang menganut aliran dharamayana. Interaksi tidak hanya terbatas pada suatu ikatan ekonomi dan sosial, namun interaksi menyangkut berbagai aspek kerukunan umat manusia seperti agama, suku bangsa dan adat istiadat. Budha lahir dalam sebuah masyarakat Hindu, budha hidup pada masa agama hindu yang ditandai oleh pluralisme filsafat dan praktek keagamaan. Bentuk interaksi organisasi yang sudah lama terbentuk dalam etnis tionghoa yang saat ini ada di kuta, yang ditunjukkan dalam kegiatan desa pakraman yang khususnya menangani di bidang adat dan agama. Tindakan ini merupakan salah satu bentuk kontribusi orang tionghoa terhadap desa pakraman tidak lepas dari upaya mereka untuk mempertahankan identitas mereka yang berbasis symbol keagamaan berupa tempat ibadah dan pemakaman mereka yang ada di wilayah desa pakraman. Banjar dharma semadi

12 4 merupakan sebuah banjar yang dibangun sebagai bentuk upaya pelestarian tradisi leluhur mereka sebagai mana mereka telah memakai kebersamaan mereka dalam desa pakraman sehingga karakteristik dan acuannya menjadi stabil. Orang tionghoa dalam hal ini bukan hanya mereka yang telah tercatat menjadi warga desa pakraman, melainkan juga mereka yang juga tidak menjadi anggota desa pakraman. Interaksi lainnya yaitu terlihat saat adanya upacaraupacara keagamaan umat hindu begitu pula sebaliknya dilakukan oleh umat hindu untuk orang-orang tionghoa yang tercermin saat adanya upacara keagamaan. Interaksi ini akan terus terjalin harmonis jika kedua bentuk kebudayaan yang berbeda ini bisa saling duduk berdampingan tanpa adanya unsur saling mendominasi yang dapat menimbulkan kehancuran. Konflik dan integrasi merupakan dua hal yang esensial dalam kehidupan manusia, terlebih-lebih dalam masyarakat yang plural. Oleh sebab itu acuan motifasi orang tionghoa dan orang bali di atur oleh awig-awig (peraturan) desa pakraman. Berdasarkan data maupun pengamatan peneliti maka tampak bahwa sekalipun adanya peluang untuk tinggal di tempat lain namun kebertahanan masyarakat tionghoa masih tetap terjaga dengan orang bali local lainnya. Namun yang menjadi penekanan disini yaitu adanya bentuk system kepercayaan dan kekerabatan yang terkait dengan upaya kebertahanan orang tionghoa dengan orang bali local di kuta. Adanya upaya-upaya atau bentuk interaksi yang dapat dilihat akibat adanya akulturasi di antara dua kebudayaan tersebut dan terbentuknya banjar dharma semadi sebagai bentuk untuk memaknai kebersamaan mereka dalam desa pakraman.

13 5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diangkat sebuah rumusan permasalaha yakni, adanya korelasi sebab akibat antara kuatnya hubungan sistem kepercayaan dan system kekerabatan yang baik menyebabkan masyarakat Tionghoa bertahan di Kuta. Oleh karena itu formulasi permasalah tersebut di atas dijabarkan melalui 3 buah pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana perbedaan kebertahanan etnis tionghoa di Kuta sebelum dan sesudah tahun 1969? 2. Mengapa Etnis tionghoa masih tetap bertahan untuk tinggal di Kuta? 3. Apakah wujud interaksi yang terjalin antara orang Tionghoa dengan orang Bali local di Kuta saat ini? 1.3 Tujuan Penelitian Pemikir Yahudi Amerika modern yaitu Jacob Agus mengartikan pluralisme sebagai pemahaman akan kesatuan dan perbedaan yaitu kesadaran mengenai suatu ikatan kesatuan dalam arti tertentu bersama-sama dengan kesadaran akan keterpisahan dan perpecahan kategori. Keunikan setiap agama memberikan kesaksian tentang keanekaragaman tanggapan yang mungkin terhadap Yang Kuasa. Keanekaragaman di anggap bernilai karena memperkuat seluruh komunitas rohani yang pluralistic. Oleh sebab itu suatu yang dianggap memperkuat akan menjadikan suatu agama bertahan di suatu wilayah yang dianggapnya memiliki suatu kekuatan atau keberuntungan. Inilah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat tionghoa yang ada di Kuta saat ini. kebertahanan mereka membawa penelitian ini untuk menguak suatu peristiwa sejarah budaya yang perlu untuk di lestarikan. Oleh sebab itu atas dasar pemahaman diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

14 Mengetahui alasan orang tionghoa masih tetap bertahan untuk tinggal di Kuta Mengetahui wujud integrasi kebudayaan masyarakat tionghoa di Kuta Mengetahui wujud interaksi yang terjalin antara orang Tionghoa dengan orang Bali local di Kuta saat ini 1.4 Manfaat penelitian Secara akademis menambah substansi sejarah local khususnya sejarah kebudayaan Memberikan sumbangan kepada para sejarawan mengenai tulisan sejarah yang menggunakan pendekatan ilmu budaya dalam penulisan sejarah kebudayaan Membuktikan penggunaaan pendekatan ilmu budaya mampu membuka lebih jauh tema-tema sejarah kebudayaan yang masih tersembunyi di masyarakat

15 7 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan beberapa sumber pustaka yaitu pertama dalam buku Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia : sebuah bunga rampai, yang ditulis oleh Leo Suryadinata, dalam buku tersebut Leo menjelaskan Keragaman multietnis di Indonesia yang adalah aset kekayaan bangsa Indonesia. Salah satunya Etnis Tinghoa adalah salah satu ras yang menghiasi keberagaman etnis di Indonesia. Selai itu dalam buku ini juga menjelaskan Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesiamenyajikan potret dinamika kehidupan orang Tionghoa dari awal abad ke-20 di Indonesia. Disamping menyajikan dinamika kehidupan kaum Tionghoa di Indonesia, buku ini juga memaparkan pendapat penulisnya mengenai kemerdekaan Indonesia. Lahirnya bangsa Indonesia merupakan suatu kebetulan sejarah, yakni akibat dari penjajahan Belanda dan pergerakan nasional merupakan buah dari hasil didikan Belanda pada pemuda-pemuda Indonesia. Ciri khas pergerakan itu terbagi menjadi bersifat sekuler (duniawi) dan juga bersifat Islam. Kedua, di dalam buku Negara Dan Etnis Tionghoa Kasus Indonesia yang dikarang oleh Leo Suryadinata Buku ini menjelaskan mengenai masalah etnis Tionghoa yang ada di Indonesia dan perkembangannya dari Jaman kolonialisme sampai dengan era reformasi. Buku ini menggambarkan tentang perjalanan etnis Tionghoa dari segi ekonomi, politik dan kebudayaan dalam konsep nasional. Dalam buku ini juga membahas tentang etnis Tionghoa di Asia Tenggara, yang mengkaji berbagai Konsep nation atau bangsa yang dianut Negara serta kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Dalam hal ini, bisa dilihat bahwa banyak Negara memiliki Konsep bangsa yang sempit, sering menimbulkan masalah terhadap etnis Tionghoa. Terbaur atau tidaknya etnis Tionghoa di Asia Tenggara

16 8 sebagian tergantung pada Konsep bangsa yang dianut oleh Negara tersebut Ketiga, di dalam buku Integrasi Budaya Tionghoa ke Dalam Budaya Bali dan Indonesia (Sebuah Bunga Rampai) yang di karang oleh Tim penulis Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan (KDT), bahwa dalam buku ini Terbentuknya kelompok multikultural di Bali tidak dapat dilepaskan dari adanya migrasi kelompok pendatang yang berasal dari berbagai daerah. Tantangan terbesar untuk menciptakan masyarakat multikultural yang harmonis memerlukan upaya keras, kesulitan yang paling besar adalah menciptakan harmonisasi masyarakat multikultural di daerah seperti Kota. Warga kota cenderung memiliki sifat individualisme dan sukar menjalin komunikasi. Hal ini hanya dapat dilaksanakan apabila terdapat pemberdayaan kelompokkelompok adat untuk ikut membantu terciptanya sebuah ruang komunikasi, sehingga para pendatang akan memahami bagaimana budaya Bali dan bagaimana masyarakat Bali selama ini hidup. Pembangunan berkebudayaan juga menghendaki terciptanya masyarakat multikultural yang harmonis antara masyarakat Bali dengan kaum pendatang. kaum pendatang tersebut salah satunya Komunitas Tionghoa yang ada di bali Keempat, di dalam buku Dari Tatapan Mata Ke Pelaminan Sampai di Desa Pakraman yang di karang oleh Ni Luh Sutjiati Beratha, I Wayan Ardika dan I Nyoman Dhana menjelaskan bagaimana Keberadaan orang Cina di Bali ternyata tidak mengalami pertentangan. Hubungan orang Cina dan orang Bali cukup harmonis. Terlebih lagi, ada banyak pasangan dari kedua etnis ini yang akhirnya menikah. Perkawinan antar etnis ini bukan sesuatu yang mudah, karena pada dasarnya masing-masing etnis telah menetapkan aturan untuk memilih pasangan dari etnis yang sama. Namun, pasangan-pasangan ini mampu menjalani perkawinan antar etnis dengan mencapai integrasi sosial yang kuat di Desa Pakraman. Namun,

17 9 sayang judul buku yang baik tidak sejalan dengan penataan sampul dan isi bukunya. Sampul buku yang didominasi warna merah dan gambar Klenteng memang mencirikan orang Cina sebagai salah satu informan. Namun, tampilan kedua orang dalam buku ini tidak akan cukup mencerminkan adanya hubungan orang Bali dan orang Cina. Kelima, di dalam buku Pluralisme tantangan bagi agama-agama, karangan Harold Coward bahwa agamaagama di dunia saling bertemu dan jika suatu agama menolak keberadaan masyarakat yang pluralism aka telah menghukum diri masuk ke dalam isolasi yang kecil sebab dengan adanya masyarakat yang manusiawi dengan menyeluruh maka di tuntut pula adanya pluralitas tingkat pemikiran, pilihan etika, kreativitas budaya dan perseptif agama. Dari sejumlah bahan pustaka tersebut di atas, maka pada penulisan penelitian ini akan dibahas mengenai kepercayaan Tionghoa yang berpengaruh kepada kebertahanan dengan masyarakat local di kuta dan adanya bentuk komunikasi lintas budaya yang baik menyebabkan terciptanya interaksi yang baik. 1.6 Metodologi sejarah Metodologi sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi sejarah Lisan. Hal terpenting dari sejarah lisan adalah untuk mencari informasi-informasi yang luput atau lolos dari sumber tertulis. Banyak pembicaraan yang tidak terekam dalam sumber tertulis. Thompson memulai bukunya dengan mengkaitkan sejarah dengan masyarakat, dan kaitan sejarah lisan dalam mendorong proses pembentukan sejarah yang tidak terbatas pada peristiwa dan tokoh besar. Sejarah lisan adalah sejarah pertama sebelum tulisan ditemukan. Kenyataan historis menujukkan masih banyak masyarakat yang menyimpan informasi tentang peristiwa sejarah

18 10 dalam ingatan. Oleh sebab itu untuk menutupi kekurangan dokumen tertulis yang tidak mengarsipkan keseluruhan kejadian, dibutuhkan sumber lisan yang tersimpan dalam memori manusia. 4 Perkembangan teknologi sangat menunjang terhadap perkembangan sejarah lisan. Penemuan teknologi tersebut seperti ditemukannya alat perekam (phonograph) pada tahun Perkembangan alat perekam pada tahun 1960, dengan ditemukannya tape recorder, semakin memudahkan untuk menyimpan data atau sumber lisan. 5 Sejarah lisan tidak didapatkan tetapi dicari dengan kesengajaan melalui teknik wawancara. Sebagai sebuah metode terhadap pengumpulan dokumen sejarah lisan sudah lama dilakukan. Ada beberapa hal atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian sejarah lisan sebagai metode. Perencanaan wawancara yang baik akan menghasilkan pengumpulan sumber lisan yang sangat baik. Oleh sebab itu, perencanaan wawancara harus benar-benar diperhatikan oleh orang-orang yang akan melaksanakan wawancara lisan. Langkah pertama dalam perencanaan adalah menetapkan orang yang akan kita wawancarai. Agar wawancara itu berjalan dengan lancar sebaiknya sebelum wawancara mempelajari latar belakang dari orang tersebut. Selain itu seorang pewancara harus menguasai materi yang akan ditanyakan. Untuk menguasai materi yang akan ditanyakan, sebaiknya pewancara terlebih dahulu membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan materi pembicaraan. Kedua, sebelum kita melakukan wawancara langsung, sebaiknya orang yang akan kita wawancarai dihubungi terlebih dahulu dan mengadakan perjanjian kapan wawancara itu dilakukan. Langkah ketiga ialah menetapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan kita 4 Paul Thompson, Suara Dari Masa Silam: Teori dan metode sejarah lisan (Ombak : Yogyakarta, 2012), p Ibid., hal

19 11 tanyakan dan yang terakhir Menyiapkan alat perekam atau tape recorder. Pelaksanaan wawancara, dalam melaksanakan wawancara sebaiknya pewawancara mampu menciptakan situasi yang kondusif. Wawancara yang dilakukan bukanlah suatu dialog. Dalam dialog biasanya terjadi interpretasi terhadap fakta, baik yang dilakukan oleh pewancara maupun informan. Hal yang harus diperhatikan dalam wawancara adalah mendapatkan kisah pengalaman dari orang yang sedang diwawancarai. Pewancara berbicara hanya sebatas mengarahkan pertanyaan yang diajukan kepada informan. Jangan sampai pewancara banyak berbicara dan menggurui informan. Dalam rekaman sebaiknya suara yang banyak terekam adalah suara informan, bukan pewancara. Apabila suara informan banyak terekam, maka akan memberikan fakta sejarah yang cukup banyak. Orang yang diwawancarai, Orang yang kita wawancarai seharusnya orang yang langsung menyaksikan peristiwa yang diteliti. Hal ini perlu dilakukan agar informasi yang diberikan lebih akurat. Banyak orang yang di wawancarai akan tergantung pada kebutuhan informasi yang di perlukan, bisa individu maupun kelompok. Jika menulis sebuah peristiwa mewawancari orang yang lebih banyak. Serta Materi Wawancara sangat penting dalam sebelum wawancara di mulai.tema penelitian menjadi hal penting dalam menetapkan materi yang akan kita tanyakan kepada informan. Oleh sebab itu, materi harus disesuaikan dengan informan, artinya informan yang kita cari adalah orang yang mengetahui materi yang akan kita tanyakan. 1.7 Kerangka Teoritis Adapun teori-teori yang digunakan adalah Fungsional Structural Talcott Parson. Fungsional Structural Parson merupakan fase kedua dalam perkembangan intelektualnya. Struktur dalam pandangan Parson bersifat

20 12 fungsional. Teori ini ada hubungannnya dengan proses integrasi yang terjadi di antara dua kebudayaan yang berbeda. Hal inilah yang dijelaskan pada teori Agil (adaptation, goal attainment, integration, laten pattern maintenance) yang meliputi system budaya yaitu melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan actor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak,system sosial yaitu menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya, system kepribadian yaitu melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan system dam mobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya, dan system organisasi yaitu system tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan megubah lingkungan eksternal. Dalam penelitian ini menggunakan teori adaptasi Tacott Parson, yang dalam hal ini fungsi dari adaptasi adalah menanggulangi situasi ekternal yang gawat. Sistem harus menyelesaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. 6 Adanya masalah interaksi sosial antara etnis tionghoa dengan masyarakat lokal Bali. Etnis tionghoa sebagai minoritas memiliki hubungan interaksi yang baik dengan masyarakat bali lokal yang ada di kuta. Di bentuknya banjar dharma semadhi sebagai wadah sosial masyarakat di kuta saat ini. kegiatan banjar dharma semadhi akan selalu turut serta dalam aktivitas di kuta. Khususnya turus serta dalam aktivitas keagamaan. Berikut ini beberapa teori yang berhubungan dengan proses interaksi sosial, diantaranya teori orang asing, teori dominasi dan sub-ordinasi. Untuk menjelaskan proses interaksi sosial yang berjalan dan juga mengetahui sejumlah nama perubahan-perubahan sosial yang terjadi. 6 George Ritzer, Douglas J. Goodman. Teori sosiologi modern (KENCANA Prenada media group: Jakarta, 2004), p. 124

21 13 Menurut G. Simmel, tentang pengertian orang asing dalam sosiologi tidak hanya di artikan sebagai orang yang mengembara, bebas datang dan pergi dari satu tempat ketempat lainnya. Akan tetapi di pandang dari dua segi, yaitu pertama berkaitan dengan tempat dan kondisi. Kedua, berkaitan dengan symbol atau makna dari hubungan-hubungan yang terjadi Perubahan-perubahan sosial-budaya dan konflik sosial merupakan kosekuensi dari interaksi sosial. G.W. Skinner yang menyatakan sebagian besar suku-suku bangsa di Indonesia bersifat riggrid dan tertutup, sedangkan di sisi lain migran Tionghoa merupakan orang lain yang tidak dapat dimasukan dalam pribumi Kerangka konseptual Konsep awal yang perlu di pahami adalah interaksi Menurut Shaw, Interaksi ialah suatu pertukaran antarpribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing-masing perilaku memengaruhi satu sama lain. Shaw mengumukan bentuk-bentuk interaksi sebagai berikut.interaksi verbal merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi. Proses tersebut terjadi dalam bentuk percakapan satu sama lain. Interaksi emosional adalah salah satu bentuk interaksi yang terjadi jika individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan. 8 7 Alex Dinuth,langkah-langkah strategi penanganan pembaruan etnik cina (WNI) di Indonesia (CSIS : Jakarta,1988), p.48 8 Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Dididik), PT Bumi Aksara, Jakarta, 2010.

22 14 Homans mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Sementara menurut Thibaut dan Kelley mengemukakan pengertian interaksi, Interaksi adalah suatu peristiwa saling memengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, yang kemudian mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi, tindakan setiap orang bertujuan untuk memengaruhi individu lain terjadi dalam setiap kasus interaksi. Jadi dapat disimpulkan Bahwa interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam proses interaksi tidak saja terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat, melainkan terjadi saling memengaruhi satu sama lainnya. Selain konsep interaksi, perlu juga di berikan penjelasan akulturasi. Oleh sebab akulturasi merupakan bentuk dari interaksi sosial bersifat asosiatif yang akan mengarah pada bentuk penyatuan. Menurut Koentjaraningrat Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa

23 15 menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri. 9 Maka akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian atau sifat kebudayaan aslinya. Akulturasi dapat menimbulkan dua efek, yang pertama yaitu efek yang dapat dikatakan menguntungkan dan bernilai positif, dapat dikatakan seperti itu karena dari proses akulturasi tersebut dapat menghasilkan kebudayaan baru yang tinggi nilainya, dan memiliki manfaat. Sedangkan efek yang kedua adalah efek yang negatif, dikatakan begitu sebab hasil dari akulturasi tersebut juga dapat memberikan efek tidak baik atau negatif terhadap masyarakat. Sehingga dalam konsep penelitian jelas bahwa interaksi sangat berpengaruh kepada terciptanya suatu unsur pembentuk suatu kebudayaan di wilayah lain dan hidup saling berdampingan. 1.9 Metode penelitian dan sumber Metode dapat diartikan sebagai langkah-langkah atau cara-cara yang harus ditempuh untuk menjelaskan objek yang dikajinya. Untuk memperoleh suatu karya tulis yang di inginkan tentunya diperlukan suatu metodelogi yang tepat dan memadai. Dalam proses penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penulisan yang di ajarkan oleh louis gottschalk dalam bukunya yang berjudul Understanding History : a Primer of Historical Method yang mengemukakan bahwa cara menulis sejarah. Metode sejarah digunakan sebagai metode penelitian, pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan (5 W dan 1 H) yang merupakan elemen dasar penulisan sejarah, yaitu what (apa), when (kapan), where (dimana), who 9 Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Sosiologi, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.

24 16 (siapa), why (mengapa), dan how (bagaimana). Pertanyaanpertanyaan itu konkretnya adalah: Apa (peristiwa apa) yang terjadi? Kapan terjadinya? Di mana terjadinya? Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu? Mengapa peristiwa itu terjadi? Bagaimana proses terjadinya peristiwa itu? 10 Dalam proses penulisan sejarah sebagai kisah, pertanyaan-pertanyaan dasar itu dikembangkan sesuai dengan permasalahan yang perlu diungkap dan dibahas. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itulah yang harus menjadi sasaran penelitian sejarah, karena penulisan sejarah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi (kejelasan) mengenai signifikansi (arti penting) dan makna peristiwa. Oleh sebab itu Suatu penelitian ilmiah tentu berawal dari pemilihan topik yang akan diteliti. Meskipun topik sangat menarik dan memiliki arti penting, namun bila sumber-sumbernya, khususnya sumber utama tidak diperoleh, masalah dalam topik tidak akan dapat diteliti. Oleh karena itu calon peneliti harus memiliki wawasan luas mengenai sumber, khususnya sumber tertulis. Dalam pengumpulan Obyek (sumber), penulis menggunakan kesaksian yang terkandung di dalam dokumendokumen tertulis, Dokumen-dokumen tertulis itu dapat dibagi atas kategori-kategori pokok seperti autobiografi, surat kabar, serta arsip-arsip dari instansi-instansi niaga, pemerintah dan sosial. Peneliti harus mengetahui benar, mana sumber primer dan mana sumber sekunder. Dalam pencarian sumber sejarah, sumber primer penulis berupa hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada beberapa tokoh yang terlibat langsung di dalam peristiwa tersebut, yaitu I Ketut Saskara (65 tahun) yang merupakan seorang warga kuta keturan asli cina dan menganut kepercayaan hindhu buddha, dan wawancara dengan Hindra Suarlim, yang merupakan ketua yayasan dharma semadi yang bertanggung jawab pada vihara dharma 10 Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, (UI Press :Jakarta,2008), hal.41

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan panggilan Cina sering kali menjadi suatu keambiguan bagi masyarakat Indonesia, sehingga banyak dari mereka yang salah mengartikan kata tersebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan. BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN 4.1 Aspek Geografis dan Kondisi Fisik Pantai Kedonganan terletak di Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Huntington & Harrison, 2000, hal. 227) mengatakan bahwa pada era globalisasi budaya-budaya lokal yang bersifat keetnisan semakin menguat, dan penguatan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota pada perkembangannya memiliki dinamika yang tinggi sebagai akibat dari proses terjadinya pertemuan antara pelaku dan kepentingan dalam proses pembangunan. Untuk

Lebih terperinci

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyebaran agama Islam di Yogyakarta khususnya untuk kalangan etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim di Jawa adalah orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Tebing Tinggi memiliki luas daerah kurang dari 31 km² dan berjarak

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Akulturasi merupakan proses social yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsure-unsur asing itu lambat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet

Lebih terperinci

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya, BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang satu berbeda dengan suku bangsa yang lain. Perbedaan suku bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebelum agama-agama besar (dunia), seperti Agama Islam, katolik, Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, ternyata di Indonesia telah terdapat agama suku atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Gelebet, dalam bukunya yang berjudul Aristektur Tradisional Bali (1984: 19), kebudayaan adalah hasil hubungan antara manusia dengan alamnya. Kelahirannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Jika seseorang mendengar kata pura maka asosiasinya adalah pulau Bali dan agama Hindu. Jika seseorang mengaku berasal dari Bali maka asosiasi yang muncul adalah orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mayoritas masyarakat Tiongkok memiliki tiga kepercayaan, yaitu ajaran Taoisme, Konghucu dan Buddhisme. Gabungan dari ketiga kepercayaan tersebut mereka sebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metode penelitian, yang diperlukan dalam penulisan landasan konseptual Laporan Seminar Tugas Akhir

Lebih terperinci

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Laporan dari Tiongkok Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Sabtu, 5 Mei 2018 13:06 WIB Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di kota Xiamen, Fujian, Cina, Rabu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan dapat merubah status kehidupan manusia dari belum dewasa menjadi dewasa atau anak muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah masyarakat yang terdiri atas masyarakatmasyarakat suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai satu bangsa atau nasion (nation),

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab V membahas tentang simpulan dan saran. Mengacu pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat dirumuskan beberapa simpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada abad ke 14, bangsa Tionghoa mulai bermigrasi ke Pulau Jawa, terutama di sepanjang pantai utara Jawa. Perpindahan ini merupakan akibat dari aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk mempertahankan hidupnya. Kehidupan manusia tidak dapat di pisahkan dari kegiatan komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Untuk mengetahui kejadian di masa lampau itu kita dapat dipelajari dari buktibukti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.500 pulau dan dihuni 931 kelompok etnik, mulai dari Aceh di Sumatera

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN Manusia pertama-tama ada, berjumpa dengan dirinya, muncul di dunia dan setelah itu menentukan dirinya. (Jean-Paul Sartre) A. MANUSIA DAN KESADARAN DIRI Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat satu dan dua maka Negara Indonesia menjamin kebebasan berserikat dan berkeyakinan. Bahwa agama Katolik adalah salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki salah satu tugas perkembangan untuk mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan mengarahkan individu tersebut untuk melangsungkan

Lebih terperinci