Persilangan untuk Merakit Varietas Unggul Baru Kentang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Persilangan untuk Merakit Varietas Unggul Baru Kentang"

Transkripsi

1 No. 004, Februari 2014 (Tanggal diunggah 13 Februari 2014) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya dan Fauzi Haidar Persilangan untuk Merakit Varietas Unggul Baru Kentang Oleh : Tri Handayani Kelompok Peneliti Pemuliaan dan Plasma Nutfah BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN Jl. Tangkuban Parahu No. 517, Lembang Bandung Barat trihandayani3@yahoo.com PENDAHULUAN Hibridisasi atau persilangan menurut A Dictionary of Science 6th edition (2010) ialah proses produksi satu atau lebih organisme hibrid melalui perkawinan tetua-tetua yang berbeda secara genetik. Teknik ini banyak dimanfaatkan dalam kegiatan pemuliaan tanaman untuk merakit varietas unggul baru. Prinsip dasar dalam pemuliaan adalah adanya keragaman, terutama keragaman genetik. Apabila keragaman dalam suatu populasi tinggi, maka seleksi yang dilakukan akan lebih efektif. Keragaman tersebut bisa didapatkan dalam dari koleksi plasma nutfah, atau melalui introduksi, apabila keragaman dalam suatu populasi koleksi terbatas, maka dilakukan berbagai upaya untuk memperluas keragaman. Persilangan merupakan salah satu cara untuk memperluas keragaman genetik, dan atau menggabungkan karakter-karakter yang diinginkan dari para tetua sehingga diperoleh populasi-populasi baru sebagai bahan seleksi dalam program perakitan varietas unggul baru (Biswal et al. 2008). Oleh karena itu, sebelum melakukan 1

2 persilangan, harus dipastikan dulu tujuan pemuliaan atau karakter apa yang ingin diperoleh untuk menentukan calon tetua yang akan digunakan. TETUA PERSILANGAN Pemilihan tetua menjadi salah satu tahap yang krusial dalam proses pemuliaan melalui persilangan. Keberhasilan persilangan akan meningkat apabila tetua yang digunakan dan kombinasi persilangannya tepat, sehingga dengan jumlah kombinasi persilangan yang sedikit, efisiensi pemuliaan akan meningkat (Witcombe et al. 2013). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan tetua antara lain: 1) Salah satu tetua memiliki dan membawa karakter unggul atau karakter yang menjadi target pemuliaan; 2) Salah satu atau kedua tetua memiliki adaptasi dan penampilan agronomis yang baik, dan 3) Kedua tetua sebaiknya memiliki jarak kekerabatan yang jauh sehingga dapat menghasilkan keragaman genetik tinggi pada progeni (keturunannya). Karakter target yang dimiliki oleh salah satu tetua (jantan) dipindahkan melalui persilangan ke tetua yang lainnya (betina). Diharapkan hasil dari persilangan adalah progeni yang memiliki gabungan karakter dari kedua tetua. Sebagai contoh, apabila tujuan pemuliaan adalah merakit varietas unggul kentang untuk olahan tahan penyakit busuk daun (late blight), maka tetua yang digunakan adalah yang tahan penyakit busuk daun dan tetua lainnya adalah jenis kentang prosesing. Apabila tetua betina menggunakan jenis kentang prosesing, maka diharapkan sifat tahan penyakit busuk daun akan dipindahkan dari tetua jantan ke tetua betina, sehingga dapat diperoleh progeni dengan karakter kualitas olahan dan tahan penyakit busuk daun. Kemampuan beradaptasi akan berpengaruh terhadap keseluruhan pertumbuhan tanaman, mulai bertunas, pertumbuhan vegetatif, pembungaan sampai perkembangan beri. Penelitian Neto et al. (2006) menyebutkan bahwa genotipe-genotipe yang beradaptasi dengan baik di lokasi penyilangan menyebabkan kemungkinan keberhasilan persilangan tinggi. Beberapa kegiatan persilangan di Balitsa menunjukkan bahwa varietas Repita sesuai untuk dijadikan tetua jantan, khususnya untuk perbaikan sifat ketahanan penyakit busuk daun. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan berbunga yang tinggi dengan durasi pembungaan lama dan menghasilkan polen banyak, sehingga polen selalu tersedia (Sofiari 2012). PERSILANGAN BUATAN Apabila tujuan pemuliaan dan calon tetua telah ditentukan, langkah selanjutnya adalah penanaman tetua di dalam screen house. Tanaman kentang termasuk tanaman hari panjang dan memerlukan suhu dingin agar dapat berbunga secara optimal. Hasil penelitian Sadik (1983) menunjukkan bahwa suhu 20 C dan panjang hari jam sesuai dan mendukung pembungaan tanaman kentang. Pada kondisi tropis seperti di Indonesia, pembungaan dapat dirangsang dengan penggunaan lampu di dalam screen house. Untuk memperpanjang periode pembungaan 2

3 (generatif), pertumbuhan dan perkembangan umbi dihambat dengan cara membuang stolon yang berubah menjadi umbi. Tanaman tetua yang digunakan dalam persilangan, baik sebagai tetua jantan penyedia polen maupun tetua betina, pertumbuhannya harus terjaga, bebas hama dan penyakit. Agar persilangan dapat dilakukan dengan efektif, waktu penanaman tetua jantan dan betina diatur sehingga diperoleh waktu berbunga yang tepat, dimana putik bunga tetua betina telah reseptif dan polen tetua jantan telah masak dan siap diserbukkan. Sebagaimana disebutkan oleh Multhoni et al. (2012) bahwa rendahnya keberhasilan persilangan dipengaruhi oleh waktu berbunga yang tidak sinkron antar tetua (jantan dan betina). Selain itu ada beberapa faktor seperti kegagalan tanaman untuk berbunga, kuncup dan bunga rontok sebelum atau setelah fertilisasi, rendahnya produksi polen, polen tidak viabel, mandul jantan, dan self incompatibility. Gambar 1. Tanaman tetua di dalam screen house Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan persilangan buatan pada tanaman kentang antara lain (Acquaah 2007): 1. Materi. Polen yang telah masak diambil dari bunga pada tetua jantan. Pengumpulan polen dapat dilakukan dengan bantuan pollen collector, dan polen ditampung pada tabung kecil. Polen dari tetua berbeda ditempatkan pada tabung yang berbeda, dan pollen collector harus dibersihkan terlebih dulu sebelum digunakan pada tetua yang berbeda untuk menghindari kontaminasi untuk menjaga kemurnian polen tetua jantan. 2. Emaskulasi. Bunga pada tetua betina dipilih yang masih kuncup tapi telah siap mekar. Pada fase ini, bakal buah telah masak dan kepala putik telah reseptif. Kuncup bunga yang terlalu kecil kemungkinan bakal buah 3

4 belum masak dan kepala putik belum reseptif. Adapun bunga yang mekar walaupun sedikit dikhawatirkan telah terserbuki secara alami oleh polen lain. Benang sari dari bunga yang akan diserbuki dibuang, dan apabila dianggap menghambat kegiatan persilangan maka mahkota bunga juga dapat dibuang, sehingga hanya menyisakan putik dan kelopaknya. 3. Polinasi atau penyerbukan. Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk penyerbukan. Putik pada bunga betina dibenamkan ke dalam tabung berisi polen yang telah dikumpulkan sebelumnya. Cara penyerbukan lainnya adalah dengan menggunakan ujung skalpel yang tumpul untuk mengambil polen dari tabung kolektor dan memindahkannya ke kepala putik. Selanjutnya, bunga yang telah diserbuki diberi label yang berisi keterangan tanggal persilangan, tetua betina dan tetua jantan yang digunakan. Gambar 2. Bunga dari tetua jantan siap diambil polen (kiri) dan bunga dari tetua betina siap diemaskulasi (kanan) Keberhasilan persilangan ditandai dengan berkembangnya bakal buah menjadi buah yang berbentuk bulat yang disebut beri. Bakal buah mulai membesar dari umur satu minggu setelah penyerbukan. Pada umumnya beri berbentuk bulat dan berwarna hijau, dengan kisaran hijau terang sampai hijau gelap dan pada beberapa kombinasi persilangan dapat diperoleh beri berwarna hijau yang bergaris/semburat/bercak ungu. Beri hasil persilangan dapat dipanen pada umur 4 sampai 6 minggu setelah penyerbukan dilakukan (Sahat & Sunarjono 1985). Lebih lanjut dijelaskan bahwa biji yang baik dihasilkan dari buah yang dipanen 6 minggu setelah penyerbukan. Pemanenan beri yang terlalu muda dapat menurunkan viabilitas biji. Beri hasil panen di peram beberapa hari kemudian diambil bijinya. Biji-biji tersebut biasanya berlendir sehingga harus dibilas dengan air untuk menghilangkan lendir, lalu dikeringanginkan. Dalam satu beri bisa dihasilkan biji sampai 300 butir, tergantung pada keberhasilan pembuahan setelah proses penyerbukan manual. 4

5 Almekinders et al. (1995) menyebutkan bahwa terdapat korelasi positif dan kuat antara berat beri dan jumlah biji per beri. Pada beberapa jenis kentang, ukuran biji lebih ditentukan oleh faktor maternal (tetua betina), sementara jumlah biji per beri dikontrol secara bersama oleh kedua tetua (Simmonds 1995), meskipun menurut Neto et al. (2006) pengaruh genotipe yang digunakan sebagai tetua jantan terhadap jumlah biji per buah lebih besar daripada pengaruh tetua betina. Gambar 3. Beri hasil persilangan buatan Gambar 4. Biji botani hasil persilangan varietas Atlantik X Repita SELEKSI HASIL PERSILANGAN Setelah melewati masa dormansi (3-6 bulan), biji hasil persilangan dikecambahkan dan disemai untuk kemudian dilakukan pengujian progeni. Tanaman kentang bersifat heterosigous, sehingga setiap biji hasil persilangan akan tumbuh menjadi individu tanaman dengan karakter unik yang berbeda-beda. Karena itu, seleksi pertama yang dilakukan merupakan seleksi individu progeni. Pengujian ketahanan terhadap penyakit dapat dilakukan pada level seedling progeni dengan cara inokulasi buatan di dalam screen house. Seedling yang tahan kemudian dipindah tanam ke dalam polibag sampai panen dan dilakukan seleksi terhadap pertumbuhan, umur 5

6 panen, produksi, dan kualitas umbi (bentuk, warna, kedalaman mata tunas). Apabila persilangan dilakukan pada tahun pertama, maka pengujian dan seleksi progeni berlangsung pada tahun kedua. Umbi dari progeni terpilih selanjutnya ditanam di lapangan tanpa ulangan di tahun ketiga untuk diseleksi hingga terpilih tuber family. Pada tahun keempat, tuber family terpilih diseleksi di lapangan. Penanaman masih belum menggunakan ulangan. Dari kegiatan ini akan dihasilkan klon-klon terpilih, yang pada tahun berikutnya dilakukan seleksi klon terpilih. Kriteria seleksi yang digunakan tergantung pada tujuan awal pemuliaan. Pengujianpengujian lanjutan dilakukan sesuai persyaratan pelepasan varietas, antara lain uji multilokasi, uji keunggulan dan uji kebenaran. Setelah seluruh persyaratan terpenuhi, maka calon varietas yang terpilih didaftarkan ke Menteri Pertanian melalui kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perijinan Pertanian (PPVTPP) untuk memperoleh tanda daftar. Prosedur dan syarat uji keunggulan dan uji kebenaran sampai tahap pendaftaran varietas mengikuti Peraturan Menteri Pertanian No. 38 Tahun VARIETAS KENTANG HASIL PERSILANGAN Beberapa varietas kentang yang dilepas oleh Balitsa merupakan hasil persilangan secara konvensional. Pada tahun 1980 telah dilepas varietas Cipanas yang merupakan hasil persilangan antara Thung 151 C dan Desiree. Tahun 2009 dilepas varietas GM 05, Ping 06, dan GM 08 hasil persilangan antara varietas Granola dan Michigan Pink. Persilangan antara varietas Atlantik dan klon introduksi (CIP-Peru) menghasilkan beberapa progeni, salah satunya dilepas dengan nama varietas Amabile, persilangan Atlantik x klon introduksi (CIP-Peru) menghasilkan varietas Medians, dan Atlantik x klon introduksi (CIP-Peru) menghasilkan varietas Maglia. Ketiga varietas tersebut merupakan varietas yang baru dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran tahun 2013 dengan keunggulan karakter kualitas olahan sebagai bahan baku keripik (chips), sesuai dengan karakter salah satu tetuanya yaitu Atlantik yang merupakan kentang olahan, dengan tambahan karakter daya hasil tinggi, melebihi Atlantik. DAFTAR PUSTAKA A Dictionary of Science sixth edition Oxford University Press Inc., New York. Acquaah, G 2007, Principles of Plant Genetic and Breeding, Blackwell Publishing Ltd., 569 pages. Almekinders, CJ M, Neuteboom, J H, & Struik, P C 1995, Relation between berry weight, number of seeds per berry and 100-seed weight in potato inflorescences, Scientia Horticulturae, vol. 61, no. 3-4, pp Biswal, MK, Mondal, MAA, Hossain, M & Islam, R 2008, Utilization of genetic diversity and its association with heterosis for progeny selection in potato breeding programs, American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci., vol. 3, no. 6, pp Multhoni, J, Shimelis, H, Melis, R & Kabira, J 2012, Reproductive biology and early generation s selection in vonventional potato breeding, AJCS, vol. 6, no. 3, pp

7 Neto, RF, de Souza, VQ, Pereira, AS, da Silva, GO & Garcia, SM 2006, Estimate of cross efficiency of potato parents, Crop Breeding and Applied Biotechnology, vol. 6, pp Sadik, S 1983, Physiology of Potato Seed Germination. International Potato Center, Lima-Peru, pp Sahat, S & Sunarjono, H 1985, Varietas kentang dan pemuliaannya, Balitsa, Lembang, pp Simmonds NW Potatoes. In: Smartt J, Simmonds NW (eds) Evolution of crop plants. 2nd ed. Longman, London. pp Sofiari, E 2012, Perakitan varietas unggul kentang (tahan busuk daun, berdaya hasil tinggi, kualitas olahan dan toleran suhu panas) untuk menunjang industri olahan dan diversifikasi pangan, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Laporan akhir, Tidak dipublikasikan. Witcombe, JR, Gyawali, S, Subedi, M, Virk, DS & Joshi, KD 2013, Plant breeding can be made more efficient by having fewer, better crosses, BMC Plant Biology, vol.13, pp

Seleksi dan Pendugaan Parameter Genetik Beberapa Sifat Batang Bawah Kakao (Theobroma cacao L.) pada Semaian Famili Saudara Tiri

Seleksi dan Pendugaan Parameter Genetik Beberapa Sifat Batang Bawah Kakao (Theobroma cacao L.) pada Semaian Famili Saudara Tiri Pelita Seleksi Perkebunan dan pendugaan 2005, parameter 21(3), 147 158 genetik beberapa sifat batang bawah kakao (Theobroma cacao L.) pada semaian famili saudara tiri Seleksi dan Pendugaan Parameter Genetik

Lebih terperinci

EKSPLORASI BENIH NYAWAI

EKSPLORASI BENIH NYAWAI EKSPLORASI BENIH NYAWAI (Ficus variegata Blume) DI KECAMATAN LONG HUBUNG, KABUPATEN KUTAI BARAT, KALIMANTAN TIMUR Seed exploration of Nyawai (Ficus variegata Blume) at Long Hubung, West Kutai Distric,

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)

BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN CABAI DAN PENGENDALIANNYA

PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN CABAI DAN PENGENDALIANNYA Monografi No. 31, Tahun 2007 ISBN : 978-979-8304-55-2 PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN CABAI DAN PENGENDALIANNYA Oleh : Ati Srie Duriat, Neni Gunaeni dan Astri W. Wulandari BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (tumbuhan), Divisi: Tracheophyta, Kelas: Magnoliophyta, Ordo: Leguminales,

II. TINJAUAN PUSTAKA. (tumbuhan), Divisi: Tracheophyta, Kelas: Magnoliophyta, Ordo: Leguminales, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kacang Tanah 2.1.1. Botani Tanaman Kacang Tanah Berdasarkan klasifikasi tanaman kacang tanah terdiri atas Kingdom: Plantae (tumbuhan), Divisi: Tracheophyta, Kelas: Magnoliophyta,

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Batang Bawah dan Batang Atas terhadap Pertumbuhan Durian Monthong, Hepe, dan DCK-01

Pengaruh Ukuran Batang Bawah dan Batang Atas terhadap Pertumbuhan Durian Monthong, Hepe, dan DCK-01 Sudjijo: Pengaruh Ukuran Batang Bawah dan Batang Atas thd. Pertumbuhan Durian Monthong,... J. Hort. 19(1):89-94, 2009 Pengaruh Ukuran Batang Bawah dan Batang Atas terhadap Pertumbuhan Durian Monthong,

Lebih terperinci

Produktivitas Domba Komposit Sumatera dan Barbados Cross pada Kondisi Lapang

Produktivitas Domba Komposit Sumatera dan Barbados Cross pada Kondisi Lapang Produktivitas Domba Komposit Sumatera dan Barbados Cross pada Kondisi Lapang BAMBANG SETIADI dan SUBANDRIYO Balai Penelitian Ternak, PO. Box 221, Bogor 16002, Indonesia (Diterima dewan redaksi 19 September

Lebih terperinci

Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung

Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah tanaman jagung sebagaimana diketahui adalah: Kelas: Monocotyledoneae. Familia: Poaceae.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah tanaman jagung sebagaimana diketahui adalah: Kelas: Monocotyledoneae. Familia: Poaceae. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Jagung Klasifikasi ilmiah tanaman jagung sebagaimana diketahui adalah: Kerajaan: Plantae Divisio: Angiospermae Kelas: Monocotyledoneae Ordo: Poales

Lebih terperinci

KOPI. Budidaya. Konservasi. Panduan Sekolah Lapangan BERBAGI PENGALAMAN DARI KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA. M. Candra Wirawan Arief dkk

KOPI. Budidaya. Konservasi. Panduan Sekolah Lapangan BERBAGI PENGALAMAN DARI KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA. M. Candra Wirawan Arief dkk Panduan Sekolah Lapangan Budidaya KOPI Konservasi BERBAGI PENGALAMAN DARI KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA M. Candra Wirawan Arief dkk Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Panduan

Lebih terperinci

PENANGKARAN BENIH JAGUNG HIBRIDA SILANG TIGA JALUR DI PELAIHARI, KALIMANTAN SELATAN

PENANGKARAN BENIH JAGUNG HIBRIDA SILANG TIGA JALUR DI PELAIHARI, KALIMANTAN SELATAN PENANGKARAN BENIH JAGUNG HIBRIDA SILANG TIGA JALUR DI PELAIHARI, KALIMANTAN SELATAN M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK Penangkaran benih jagung hibrida silang tiga

Lebih terperinci

Sistem pertanian organik

Sistem pertanian organik Standar Nasional Indonesia Sistem pertanian organik ICS 65.020.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Produksi Ikan Segar di Kabupaten Klaten Tahun 2010. Harga Rata-rata produksi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Produksi Ikan Segar di Kabupaten Klaten Tahun 2010. Harga Rata-rata produksi BAB I PENDAHULUAN Ikan Nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini sebenarnya bukan asli perairan Indonesia, melainkan ikan yang berasal dari Afrika (Wikipedia,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH SUMBER TEMU MANGGA

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH SUMBER TEMU MANGGA TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH SUMBER TEMU MANGGA Gusmaini, M. Yusron, dan M. Januwati Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Temu mangga (Curcuma mangga Val.) famili Zingiberaceae merupakan tanaman

Lebih terperinci

EKSTRAK ETANOLIK UMBI KEMBANG SUNGSANG DAN DAUN TAPAK DARA SEBAGAI SUBSITUSI KOLKISIN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KUALITAS BUAH MELON SKRIPSI

EKSTRAK ETANOLIK UMBI KEMBANG SUNGSANG DAN DAUN TAPAK DARA SEBAGAI SUBSITUSI KOLKISIN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KUALITAS BUAH MELON SKRIPSI EKSTRAK ETANOLIK UMBI KEMBANG SUNGSANG DAN DAUN TAPAK DARA SEBAGAI SUBSITUSI KOLKISIN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KUALITAS BUAH MELON SKRIPSI Oleh: Resi Mardianti NPM. E1J010015 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

WAKTU PANEN YANG TEPAT MENENTUKAN KANDUNGAN GULA BIJI JAGUNG MANIS ( Zea mays saccharata )

WAKTU PANEN YANG TEPAT MENENTUKAN KANDUNGAN GULA BIJI JAGUNG MANIS ( Zea mays saccharata ) WAKTU PANEN YANG TEPAT MENENTUKAN KANDUNGAN GULA BIJI JAGUNG MANIS ( Zea mays saccharata ) SURTINAH Staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning Jurusan Budidaya Pertanian Jl. D.I Panjaitan

Lebih terperinci

Pengelompokan Kultivar Ketumbar Berdasar Sifat Morfologi

Pengelompokan Kultivar Ketumbar Berdasar Sifat Morfologi Pengelompokan Kultivar Ketumbar Berdasar Sifat Morfologi Endang Hadipoentyanti dan Sri Wahyuni Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor ABSTRACT Coriander (Coriandrum sativum L.) is an annual crop,

Lebih terperinci

Potensi Respon Seleksi Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh

Potensi Respon Seleksi Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh JIV Vol. 19 No 4 h. 014: 48-56 Potensi Respon eleksi ifat Pertumbuhan api Aceh Putra WPB 1, umadi, ety H, Hendra 3 1 Program tudi Peternakan, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber

Lebih terperinci

Pemeliharaan Permudaan Alam (PPA)

Pemeliharaan Permudaan Alam (PPA) Bab 5 Pemeliharaan Permudaan Alam (PPA) 5.1 Pendahuluan 5.1.1 Apa yang dimaksud dengan Pemeliharaan Permudaan Alam? Pemeliharaan Permudaan Alam (PPA) = Assisted Natural Regeneration atau disingkat dengan

Lebih terperinci

A. LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. LAPORAN HASIL PENELITIAN A. LAPORAN HASIL PENELITIAN 0 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove sebagai salah satu ekosistem wilayah pesisir dan lautan sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat baik dari segi

Lebih terperinci

INDONESIA 2005-2025 BUKU PUTIH

INDONESIA 2005-2025 BUKU PUTIH Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia INDONESIA 2005-2025 BUKU PUTIH Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Ketahanan Pangan Jakarta, 2006 KATA

Lebih terperinci

Cara Pembuatan Arang Kayu

Cara Pembuatan Arang Kayu Panduan Singkat Cara Pembuatan Arang Kayu Alternatif Pemanfaatan Limbah Kayu oleh Masyarakat Haris Iskandar Kresno Dwi Santosa Malinau Research Forest - CIFOR Pemerintah RI telah mengalokasikan areal hutan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp) DI KOLAM AIR DERAS DI KABUPATEN KLATEN

ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp) DI KOLAM AIR DERAS DI KABUPATEN KLATEN 1 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp) DI KOLAM AIR DERAS DI KABUPATEN KLATEN JURUSAN/ PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN / AGROBISNIS Oleh : Ratih Ayu Dwi Ratnawati

Lebih terperinci

RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN KOMISI SUMBER DAYA GENETIK UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH SEGAR PADA TOKO RAJA BUAH SEGAR JAKARTA BARAT. Buyung Syahid Abdullah

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH SEGAR PADA TOKO RAJA BUAH SEGAR JAKARTA BARAT. Buyung Syahid Abdullah PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH SEGAR PADA TOKO RAJA BUAH SEGAR JAKARTA BARAT Buyung Syahid Abdullah PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

Lebih terperinci

STUDI TINGKAH LAKU PADA ITIK ALABIO (Anas platyrhynchos Borneo) DI KALIMANTAN SELATAN

STUDI TINGKAH LAKU PADA ITIK ALABIO (Anas platyrhynchos Borneo) DI KALIMANTAN SELATAN STUDI TINGKAH LAKU PADA ITIK ALABIO (Anas platyrhynchos Borneo) DI KALIMANTAN SELATAN Suryana dan Muhammad Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK Itik Alabio (Anas platyrhynchos

Lebih terperinci

RENCANA AKSI GLOBAL SUMBER DAYA GENETIK TERNAK dan DEKLARASI INTERLAKEN

RENCANA AKSI GLOBAL SUMBER DAYA GENETIK TERNAK dan DEKLARASI INTERLAKEN RENCANA AKSI GLOBAL SUMBER DAYA GENETIK TERNAK dan DEKLARASI INTERLAKEN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Kementerian Pertanian 2011 COMMISSION ON

Lebih terperinci

KEMUNGKINAN PENINGKATAN HASIL JAGUNG DENGAN PEMENDEKAN BATANG

KEMUNGKINAN PENINGKATAN HASIL JAGUNG DENGAN PEMENDEKAN BATANG Ilmu Pertanian Vol. 12 No.2, 2005 : 117-124 KEMUNGKINAN PENINGKATAN HASIL JAGUNG DENGAN PEMENDEKAN BATANG POSSIBILITY OF CORN SEED YIELD INCREASE BY STEM HEIGHT REDUCTION Didik Indradewa 1), Dody Kastono

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBUATAN ALAT PERAGA KIMIA SEDERHANA UNTUK SMA

PEDOMAN PEMBUATAN ALAT PERAGA KIMIA SEDERHANA UNTUK SMA PEDOMAN PEMBUATAN ALAT PERAGA KIMIA SEDERHANA UNTUK SMA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci