Deni Sutrisna. Balai Arkeologi Jawa Barat Jl. Raya Cinunuk Km 17, Cileunyi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Deni Sutrisna. Balai Arkeologi Jawa Barat Jl. Raya Cinunuk Km 17, Cileunyi"

Transkripsi

1 JURNAL PANALUNGTIK e-issn: X Vol. 3(2), Desember 2020, pp DOI: KEBUN RAYA BOGOR DAN FASILITASNYA, SEJARAH DAN FUNGSI DI MASA LALU DAN KINI Kebun Raya Bogor And Its Facilities, History And Functions In The Past And Present Deni Sutrisna Balai Arkeologi Jawa Barat Jl. Raya Cinunuk Km 17, Cileunyi Naskah diterima: 9 Juni Revisi terakhir: 23 Desember 2020 Disetujui terbit: 23 Desember Tersedia secara online: 28 Desember 2020 Abstract Bogor city is geographically located between mount Gede and mount Salak. High rainfall, the marginal land traversed by the Ci Sadane river and the Ci Liwung river have long been the locations of human activity. Starting from the classical Hindu period (Kerajaan Pakuan Padjadjaran), the colonial period (Dutch and English), and Japan became the destinations of the kingdom s officials as a Government. The cool air with natural panorama that became the inspiration for the birth of a large garden, called Netherlands Plantentuin te Buitenzorg (Bogor Botanical Garden) with various facilities in the period AD century visiting people at home and abroad. How the history of botanical garden and its facilities in the past and presents the questions discussed in this paper. To meet the needs of the data needed to use the method of library study and observation of physical data in field about the building both the environment. The results of the analysis from the two sources show that Bogor Botanical Gardens is still working as a research site for plants and a resting place for state officials for a long time. In addition, the botanical garden is now also used as a city lung and recreation area. Keywords: Bogor Botanical Garden, history, function, destination Abstrak Kota Bogor secara geografis terletak di antara Gunung Gede dan Gunung Salak. Curah hujan tinggi, tanah subur yang dilalui sungai Ci Sadane dan sungai Ci Liwung sejak lama telah menjadi lokasi hunian aktivitas manusianya. Mulai masa Hindu Klasik (Kerajaan Pakuan Padjadjaran), masa Kolonial (Belanda dan Inggris), dan Jepang menjadi destinasi tujuan tempat peristirahatan para pembesar Kerajaan maupun Pemerintahan. Udara yang sejuk serta panorama alam yang asri menjadi inspirasi bagi lahirnya sebuah kebun besar, bernama Netherlands Palantentuin te Buitenzorg (Kebun Raya Bogor) dengan berbagai fasilitasnya dalam kurun waktu abad M. Fasilitas yang dimaksud hingga kini masih dapat disaksikan dan setiap waktu banyak dikunjungi masyarakat dalam dan luar negeri. Bagaimana perjalanan sejarah kebun raya dan fasilitasnya di masa lalu dan kini merupakan permasalahan yang diulas dalam tulisan ini. Guna memenuhi kebutuhan data yang diperlukan digunakan metode studi kepustakaan dan observasi data fisik di lapangan mengenai bangunan maupun lingkungannya. Hasil analisis dari kedua sumber tersebut diketahui bahwa Kebun Raya Bogor masih berfungsi sebagai tempat riset tanaman, dan tempat peristirahatan pejabat negara sejak dulu. Selain itu kini kebun raya dimanfaatkan juga sebagai paru-paru kota dan tempat rekreasi. Kata kunci: Kebun Raya Bogor, sejarah, fungsi, destinasi 129

2 JURNAL PANALUNGTIK Vol. 3, No. 2, Desember 2020 : PENDAHULUAN Secara geografis Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330 m dari permukaan air laut. Temperatur udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 C dan kelembaban kurang lebih 70%. Suhu rata-rata terendah di Bogor adalah 21,8 C, paling sering terjadi pada bulan Desember dan Januari. Arah mata angin dipengaruhi oleh angin muson, bulan Maret sampai bulan Mei dipengaruhi oleh angin muson barat. Kemiringan permukaan tanah Kota Bogor berkisar antara 0--15% dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara %. Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur tanah halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung terkondensasi dan menjadi hujan. Hampir setiap hari turun hujan di kota ini dalam setahun (70%) sehingga dijuluki Kota Hujan. Keunikan iklim lokal ini dimanfaatkan oleh para perencana kolonial Belanda dengan menjadikan Bogor sebagai pusat penelitian botani dan zoologi yang diteruskan hingga sekarang. Kota Bogor mempunyai sejarah yang panjang dalam pemerintahan, mengingat sejak zaman Kerajaan Pakuan Padjadjaran sesuai dengan bukti-bukti yang ada seperti prasasti Batu Tulis dan nama kampung, seperti Lawanggintung, Lawang Saketeng, Jerokuta, Baranangsiang diyakini sebagai nama yang berkaitan dengan keberadaan Kerajaan Pakuan Padjadjaran. Demikian pun diyakini bahwa Pakuan sebagai ibukota Kerajaan Pakuan Padjadjaran terletak di Kota Bogor. Sebagai akibat penyerbuan prajurit Kesultanan Banten ke Pakuan Padjadjaran, catatan mengenai Kota Pakuan tersebut hilang, baru terungkap kembali setelah datangnya rombongan ekspedisi orang-orang Belanda yang dipimpin oleh Scipio (1687), Adolf Winkler (1690) dan Abraham van Riebeck pada tahun 1703 (Zakaria, 2000: 169). Berdasarkan laporan Scipio, tergambarkan bahwa di wilayah pedalaman itu diperoleh petunjuk akan adanya tangan-tangan peradaban yang pernah menyentuh wilayah tersebut. Petunjuk yang dimaksud adalah ditemukannya pohon buah-buahan yang dibudidayakan, pelataran yang luas, jalan, reruntuhan parit, batuan-batuan dengan berbagai ukuran yang tersusun dengan teratur, dan sebagainya (Haan, 1911: ). Mereka bertiga merupakan perintis dibukanya perkampungan-perkampungan baru, melakukan penelitian Prasasti Batutulis dan situs-situs lainnya untuk meyakinkan Bogor sebagai pusat Pemerintahan Kerajaan Pakuan Padjadjaran. Setelah pembukaan itu, Bogor menjadi tempat singgah para pejabat pemerintahan kolonial maupun para peneliti asing karena keindahan alam dan kekayaan kanekaragaman hayatinya. Pada tahun 1745 Gubernur Jenderal Gustaff Willem Baron van Imhoff membangun Istana Bogor yang di masa berikutnya menjadi bagian prioritas pembangunan Jalan Raya Pos (groote postweg) masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels menghubungkan Batavia (Jakarta) dengan Bogor. Gubernur Jederal menggunakan istana tersebut sebagai tempat peristirahatan. Rencana tempat peristirahatan itu terinspirasi dari suatu model yang sedang menggejala di Eropa pada masa itu, khususnya dari Frederik de Groote, Raja Prusia pada tahun 1740 (Wall, 1933). Ketika itu Frederik membuat tempat yang indah dan menyenangkan dengan bangunan tamannya di Postdam. Raja yang memiliki bakat seni serta menaruh perhatian pada sastra Perancis dan para senimannya itu, memberi nama 130

3 Kebun Raya Bogor dan Fasilitasnya, Sejarah dan Fungsi di Masa Lalu dan Kini (Deni Sutrisna) pada tempat peristirahatannya Sans-souci, kata dalam bahasa Perancis yang berarti tanpa urusan. Demikian juga bangunan tempat peristirahatan yang didirikan van Imhoff di lokasi yang sekarang disebut Istana Bogor diberi nama Buitenzorg yang berarti tanpa urusan (zonder zorg). Pada masa pemerintahan kolonial Inggris dengan Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles ( ), Bogor mengalami perkembangan pesat. Istana Bogor direnovasi dan sebagian tanahnya dijadikan Kebun Raya (Botanical Garden). Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles juga mempekerjakan seorang perancang kota (planner) yang bernama Carsens untuk menata Bogor sebagai tempat peristirahatan. Wilayah Bogor yang asri dan sejuk, sejak dibuka oleh para petualang Belanda telah menjadi sasaran kunjungan para ekspatriat Eropa. Namun di antara semua kunjungan itu, yang paling terkesan adalah kunjungan ke Netherlands Plantentuin te Buitenzorg (Kebun Raya Bogor). Di antara 20 sampai dengan 30 kebun tropis yang dibuat oleh negara kolonial dari berbagai kekuatan Eropa, hanya tiga yang menunjukkan keistimewaannya, yaitu di Calcutta (India), Paradenia di Ceylon (Srilangka), dan Netherlands Plantentuin te Buitenzorg di Bogor (Baehaqie, 2009: 25). Kota Bogor dalam konteksnya kini telah menimbulkan permasalahan baru, memiliki jarak yang tidak terlampau jauh dengan ibu kota Jakarta, Kota Bogor telah menjadi kota transit terutama bagi para pelaju yang bekerja di Jakarta. Dengan posisi yang demikian itu, menyebabkan juga tingginya tingkat hunian. Para penghuni umumnya datang dari luar Bogor. Kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas adalah permasalahan keseharian pemandangan umum pagi dan sore hari di Kota Bogor. Menjadikan Kota Bogor sebagai tempat peristirahatan yang sejuk dan tenang seperti di masa lalu, masih jauh dari harapan. Kebun Raya Bogor merupakan karya manusia masa lampau yang hingga sekarang masih difungsikan. Rekayasa manusia masa lampau ditunjukkan dengan penyiapan lahan dan penanaman pepohonan beserta bangunan-bangunan. Sebagai karya manusia masa lampau, Kebun Raya Bogor belum pernah diteliti dan dikaji secara arkeologis. Dengan demikian, kajian ini merupakan kajian arkeologis pertama dengan objek Kebun Raya Bogor. Hal ini berbeda dengan tinggalan sejarah-arkeologi lain yang secara kewilayahan berada di areal yang sama meskipun secara administratif sekarang berbeda. Tinggalan yang dimaksud adalah tinggalan masa Kerajaan Tarumanegara yang terletak di Kabupaten Bogor. Salah satu kajian terkait keberadaan Kerajaan Tarumanegara adalah tulisan Endang Widyastuti (2013). Kajian tersebut mengungkap alasan penguasaan Kerajaan Tarumanegara di wilayah hulu Ci Sadane, yaitu potensi tambang emas di daerah tersebut. Gambaran tentang sejarah, beberapa bangunan, dan lingkungan seputar Kebun Raya Bogor penulis uraikan dengan menggunakan penelitian kualitatif, yaitu penelusuran data kepustakaan, dan observasi lapangan. Deskripsi yang dilakukan dalam kegiatan observasi dilengkapi dengan melakukan kegiatan pemotretan terhadap situs/objek yang menjadi fokus kajian penulisan. Apa saja fasilititas yang ada di kawasan kebun raya dan bagaimana kondisi keberadaannya kini merupakan permasalahan yang akan diulas dalam tulisan ini. Adapun tujuan penulisan ini adalah memberi gambaran mengenai perjalanan sejarah bagian dari Bogor melalui penelusuran beberapa tinggalan arkeologis (Gambar 1). Hasil tulisan ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan ditindaklanjuti dengan menghasilkan landscape peta kepurbakalaan sehingga bermanfaat sebagai bahan 131

4 JURNAL PANALUNGTIK Vol. 3, No. 2, Desember 2020 : pertimbangan dalam master plan pembangunan Kota Bogor dan sekitarnya. Pemanfaatan tersebut tentunya tidak mengabaikan fungsinya di masa lalu. Gambar 1. Peta Situasi Kebun Raya Bogor (Sumber: Dokumen Pusat Konservasi Tumbuhan KRB, 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Paleis Buitenzorg (Istana Bogor) Paleis Buitenzorg dibangun pada tahun 1745 oleh Gubernur Jenderal Gutaff Willem Baron van Imhoff ( ) ketika pertama kali membuka perkebunan di Buitenzorg dan sekitarnya. Sebagian gedung ini dibangun bertingkat oleh Gubernur Jenderal Mossel setelah mengalami kehancuran akibat serangan dari Kesultanan Banten. Selanjutnya mengalami kehancuran yang sangat parah karena gempa bumi. Pada tahun 1850, Paleis Buitenzorg dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan pertimbangan berada dalam kawasan rawan gempa (Gambar 2). Gambar 2. Paleis Buitenzorg selesai dibangun kembali tahun 1899 akibat gempa (Sumber: Het_paleis_van_de_Gouverneur-Generaal_te_Bogor,_het_voormalige_Buitenzorg,_Jhr._ Josias_Cornelis_Rappard,_1889.jpg). Pada tahun 1870, Paleis Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Selama masa Gubernur Jenderal Belanda maupun Inggris (Daendels, van der Cappelan, dan Sir Thomas Stamford Raffles), bentuk bangunan Paleis Buitenzorg telah mengalami berbagai perubahan (Baehaqie, 2009: 22). Gedung 132

5 Kebun Raya Bogor dan Fasilitasnya, Sejarah dan Fungsi di Masa Lalu dan Kini (Deni Sutrisna) yang luas dan megah tersebut dibangun dengan gaya neo klasik (Eropa) abad ke-19 yang dipengaruhi oleh arsitektur Eropa (Belanda) yang ditandai dengan pengunaan tiang-tiang polos (doria) dan atap depan berbentuk segitiga (tympanum). Sebagian tamannya menjadi Netherlands Plantentuin te Buitenzorg yang menarik perhatian bagi para ilmuwan peneliti karena menjadi tempat koleksi tumbuhan yang berasal dari lokal maupun dari berbagai negara. Taman juga difasilitasi dengan sarana jalan, salah satu jalan dipenuhi pohon kenari yang setiap saat dilewati gubernur dengan menggunakan kereta yang ditarik oleh empat ekor kuda. Dalam perjalanannya itu gubernur mendapat pengawalan dari beberapa tentara istana. Sekitar 219 koleksi lukisan karya pelukis ternama dan 136 arca dan keramik menjadi bagian aspek historis Istana Bogor (Subdinas Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, 2007). Selain keunikan dari aspek historis, rusa yang didatangkan dari Nepal menjadi penanda keberadaan istana. Kombinasi keberadaan bangunan kolonial, lingkungan flora serta fauna itu menjadi identitas pusat kota hingga sekarang. Berdekatan dengan istana terdapat barak besar dan nyaman yang digunakan sebagai tempat istirahat pasukan Eropa yang bekerja bagi pemerintah Hindia Belanda (Indisch Leger). Ketika itu Pemerintah Hindia Belanda memiliki sekitar tentara, sepertiga berasal dari bangsa Eropa (Belanda, Jerman, Inggris, Belgia, Swiss dan Perancis) berada di bawah kendali Gubernur Jenderal (Baihaqie, 2009: 24). Gubernur Jenderal adalah pemegang kekuasaan tertinggi di kawasan Hindia Belanda dengan gaji florins (koin Belanda dalam bentuk emas atau perak). Sisanya adalah orang India, Ambon, dan Jawa dengan bayaran terendah. Dalam memakai seragam ketentaraan, berbeda dengan tentara asal Eropa yang memakai sepatu, tentara asal pribumi tidak memakai alas kaki (Gambar 3). Gambar 3. Tentara pribumi tanpa alas kaki (Sumber: h?q=foto+tentara+di+kebun+raya+bogor+kitlv&safe=strict&client=firefox-b-d&tbm =isch&source=iu&ictx=1&fir=zhnhwr3a8pxpbm%252cpgs8kjdfbmvyym%25-2c_&vet=1&usg=ai4_-kseokrq1ims9eqxaobn_d7gsyxt5w&sa=x&ved=2ahuke wikrmb5ooptahvw9nmbhu-8d0yq9qf6bagneae#imgrc=wgmvfre7uh772m -)08D0YQ9QF6BAgNEAE#imgrc=WgmvFre7uH772M). 133

6 JURNAL PANALUNGTIK Vol. 3, No. 2, Desember 2020 : Netherlands Plantentuin te Buitenzorg Carl Lumholtz seorang ahli biologi dan budaya yang menulis perjalanan dalam bukunya yang terkenal Through Central Borneo ketika pertama kali datang ke Batavia dengan menggunakan kapal uap Rumphius pada tanggal 10 November 1913, hal pertama yang ditanyakan kepada rekannya dari pemerintah Hindia Belanda adalah tentang Netherlands Plantentuin te Buitenzorg, tempat taman botani yang terkenal di dunia (Baehaqie, 2009: 26). Netherlands Plantentuin te Buitenzorg di masa itu terbuka untuk publik tanpa dikutip bayaran dan dapat didatangi kapan saja tanpa ada penjagaan. Tingkat keamanan yang baik ini terjadi karena adanya kekuatan militer di dekat kebun raya, dan terkadang didatangi Gubernur Jenderal untuk melakukan inspeksi mendadak. Netherlands Plantentuin te Buitenzorg berada di sudut dari rumah peristirahatan Gubernur Jenderal, didirikan pada tanggal 18 Mei 1817 oleh Caspar Georg Karl Reinwardt (Kadarsan et al., 1994: 4). Landscape kebun raya dibuat dengan mengacu pada model Kew Garden di Inggris. Caspar Georg Karl Reinwardt adalah seorang berkebangsaan Jerman yang pindah menjadi warga negara Belanda, dan juga sebagai ilmuwan botani dan kimia. Jabatan lainnya adalah menjadi menteri bidang pertanian, seni, dan ilmu pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Sang pendiri tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan dengan mengumpulkan semua jenis tanaman tropis. Reinwardt juga menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium, sehingga dikenal juga sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense. Kebun Raya Bogor memiliki tugas utama untuk menanam tumbuhan Nusantara dan tumbuhan bernilai ekonomis dari berbagai Negara. Secara struktural Kebun Raya Bogor bernaung di bawah Department van Landbouw/ Departemen Pertanian (Kadarsan dkk., 1994: 9). Pada tahun 1830 Pemerintah Hindia Belanda mendatangkan seorang ahli taman Eropa, J.E. Teysman yang pada awalnya berprofesi sebagai moffat (tukang kebun) untuk mengurus kebun raya. Selama periode kepengurusannya antara tahun 1830 sampai dengan 1868, J.E. Teysman membuat institusi kebun raya menjadi independen dan terus melakukan penelitian di seluruh Kepulauan Nusantara untuk menemukan tanaman yang belum terungkap, sekaligus memperkaya koleksi kebun raya. Pada tahun 1868 kebun raya menjadi institusi publik, dipertegas oleh seorang kurator tanaman, Dr. Scheffer dengan mendirikan sekolah pertanian pertama di Bogor (Baehaqie, 2009: 28). Gambaran sebagai institusi publik ditandai dengan tidak adanya penjaga di pintu gerbang masuk kebun raya. Gerbang pintu utama yang lengang dengan dua buah gapura tembok. Bagian atas tiang gapura terdapat hiasan motif bunga tulip, dan di samping kirinya terdapat pendopo (di Jawa Barat disebut babancong) yang beratapkan genteng bergaya arsitektur pengaruh Cina menandai suasana kebun raya tahun 1870 (Gambar 4). Gapura pintu utama dan pendopo terbuat dari tembok semen. Pendopo berdenah segienam dengan 6 (enam) buah tiang menopang bagian atap. Di belakang pendopo terdapat beberapa unit bangunan yang juga beratapkan genteng bergaya pengaruh arsitektur Cina. 134

7 Kebun Raya Bogor dan Fasilitasnya, Sejarah dan Fungsi di Masa Lalu dan Kini (Deni Sutrisna) Gambar 4. Pintu utama Netherlands Plantentuin te Buitenzorg pada tahun 1870 (Sumber: docplayer.info/ sang-pelopor-peranan-dr-s-h-koorders-dalam-sejarah-perlindunganalam-di-indonesia-pandji-yudistira.html). Di bawah kurator tanaman berikutnya, Treub (sejak tahun 1880) kebun raya memiliki sumber daya manusia mumpuni yang terdiri dari para staf. Di bawah para staf terdapat 3 orang Melayu yang memiliki pengetahuan mengenai ilmu tumbuhan (botani), 1 orang kepala kebun, 9 orang tukang kebun serta puluhan kuli (Baehaqie, 2009: 29). Secara keseluruhan kebun raya saat itu memiliki sekitar jenis tanaman. Koleksi tanaman Netherlands Plantentuin te Buitenzorg terdiri dari 3 kelompok klasifikasi, yaitu kebun holtikultura, kebun pegunungan, dan kebun botani. Netherlands Plantentuin te Buitenzorg menempati lahan yang dibatasi taman di sebelah utara. Di sebelah timur dibatasi oleh Sungai Ci Liwung dan di sebelah Barat dan Selatan oleh jalan utama dari Batavia. Pada jalan utama kebun raya yang dirancang oleh J.E. Teysman terdapat secara berjajar pohon kenari (Canarium commune) di sisi kiri dan kanan jalan. Jalan lainnya selebar 6 m dengan pohon besar di kedua sisinya saling bertautan melindungi pelintas jalan dari panas sinar matahari, berikut tanaman anggrek dan kicauan burung melengkapi keasrian jalan itu. Beberapa tanaman obat juga dapat ditemukan di kebun raya, termasuk tanamanan makanan untuk binatang ternak. Pada tanggal 14 November 1884 di dalam kebun raya dibangun rumah sakit militer, yang kemudian diambil alih pihak kebun raya dan diubah menjadi stasiun botani (herbarium) pertama di daerah tropis. Selain herbarium, kebun raya juga dilengkapi dengan museum (Museum Zoologi Bogor), perpustakaan, museum kehutanan dan studio photozincographical. Memasuki fasilitas-fasilitias tersebut memerlukan izin khusus, izin masuk berlaku mulai pukul sampai dengan WIB. Di sebelah kanan pintu masuk kebun raya terdapat monumen bergaya Yunani dari semen dengan bentuk atap bulat ditopang oleh 8 buah pilar melindungi inskripsi yeng bertuliskan: Sacred to the memory of Olivia Mariamne, wife of Thomas Stamford Raffles. Liutenant-Governor of Java and its dependencies, who died at Buitenzorg on the 26 th of November 1814, (Gambar 5). Selain monunem untuk mengenang isteri (Olivia Raffles) Gubernur Letnan Thomas Stamford Raffles itu, di bagian dalam kebun raya juga 135

8 JURNAL PANALUNGTIK Vol. 3, No. 2, Desember 2020 : Gambar 5. Monumen Olivia Raffles (Sumber: tugu-lady-raffles-monumen-tanda-cinta-raffles/). Museum Herbarium Etnobotani Lembaga ini dirintis sejak tahun 1841 dengan nama Herbarium Museum Etnobotani Bogor. Namun, koleksinya sudah ada sejak berdirinya Kebun Raya Bogor pada tahun Pada tahun 1987 namanya berubah menjadi Balitbang Botani dan sekarang diberi nama Herbarium Bogoriense yang berada di bawah naungan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Herbarium Bogoriense ini memiliki dua juta awetan spesies. Pendirian herbarium ini berfungsi untuk inventarisasi dan eksplorasi flora khususnya flora Malesiana. Bentuk arsitektur bangunan merupakan perpaduan gaya bangunan klasik Eropa dengan gaya bangunan tradisional Jawa. Gaya klasik arsitektur Eropa ditandai dengan bangunan menjorok di pintu masuk utama. Bangunan tersebut beratap segitiga (tympanum) ditopang oleh dua tiang beton berukuran tinggi sekitar 3 m. Hiasan berbentuk lingkaran dijumpai di bagian tengah atap. Atap berbentuk limas dari genteng menaungi ruang utama museum bercorak bangunan tradisional Jawa (Gambar 6). Ada tiga bidang yang ditangani oleh herbarium ini, yaitu botani, mikrobiologi, dan fauna. Herbarium Bogoriense ini terletak di Kota Bogor, juga merupakan dinas ilmiah yang bekerja di bidang taksonomi tumbuhan. Sementara itu, koleksi yang dimiliki oleh herbarium ini berupa herbarium kering maupun basah. Untuk mendukung kegiatan tersebut maka, herbarium ini menyediakan perpustakaan yang meliputi taksonomi, botani, etnobotani, dan ilmu lainnya, serta Reinwardtia yaitu informasi ilmiah internasional. Selain itu, LIPI Cibinong, Bogor memiliki beberapa ruangan dalam kegiatan pengawetan spesimen. Ruangan tersebut terdiri dari ruang pemprosesan, ruang pelabelan, ruang penempelan, dan ruang penyimpanan. Gambar 6. Museum Herbarium (Sumber: Bogor). 136

9 Kebun Raya Bogor dan Fasilitasnya, Sejarah dan Fungsi di Masa Lalu dan Kini (Deni Sutrisna) Herbarium Bogoriense merupakan salah satu lembaga penelitian di bawah naungan Pusat Penelitian Biologi (P2B) bidang botani. Fungsi dari P2B ini adalah: a) taksonomi tumbuhan yang merupakan suatu cara pengungkapan keanekaragaman, kekerabatan, persebaran, dan status kelangkaan tumbuhan; b) publikasi dilakukan dalam bentuk buku Flora Malesiana yang berpusat di Leiden, Belanda sejak tahun 1950; c) ekologi, mempelajari hubungan timbal balik antara tumbuhan dan lingkungan, khususnya dalam ekosistem hutan alam. Kajiannya meliputi struktur, komposisi, dan persebaran vegetasi pada tiap ekosistem; d) etnobotani, merupakan penelitian berbasis pada persepsi dan konsepsi masyarakat lokal tentang pengelolaan lingkungan dan tumbuhan terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatan flora sebagai bahan sandang, pangan, obat, kosmetik, dan pelengkap ritual; e) fisiologi, merupakan penelitian pokok yang dikembangkan dalam kegiatan penelitian fisiologi, yaitu fisiologi perbanyakan dan pasca panen; f) fitokimia meliputi kegiatan proses ekstraksi, isolasi, dan identifikasi komposisi bioaktif; g) morfogenetika menitikberatkan pada aspek-aspek morfologi anatomi, sitologi, dan genetika untuk mencari alternatif jenis-jenis potensial baru untuk bahan sandang, pangan, dan papan; h) jasa dan informasi merupakan sarana untuk mengidentifikasi berbagai jenis tumbuhan dan informasi data keanekaragaman; dan i) koleksi yang dimiliki oleh Herbarium Bogoriense berupa herbarium kering dan basah. Untuk mendukung kegiatan tersebut, maka Herbarium Bogoriense ini menyediakan perpustakaan. Museum Zoologi Bogor Museum Zoologi Bogor didirikan pada tahun 1894 dengan pimpinan pertamanya, JC Koningsberger seorang ahli botani berkebangsaan Jerman (Kadarsan, dkk., 1994: 4). Nama museum saat itu adalah Landbouw Zoologisch Laboratorium (Laboratorium Zoologi Pertanian). Kegiatan pertama museum mengumpulkan spesimen serangga, khususnya spesimen hama tanaman pertanian untuk bahan penelitian laboratorium. Pada masa pendudukan Jepang ( ), museum dikenal dengan nama Dobutsu Hakubutsukan. Museum Zoologi Bogor mengawali kegiatannya pada tahun 1894 itu juga dengan memanfaatkan ruangan bekas penempatan kuda seluas 8,5 x 5,5 m yang difungsikan sebagai laboratorium. Tujuh tahun kemudian pada tahun 1901 dari sebuah ruangan kecil museum berkembang menjadi sebuah kompleks bangunan yang terdiri dari ruang persiapan/preparasi seluas 42 m 2, ruang kerja pimpinan dan laboratorium 50 m 2, ruang pameran 200 m 2, ruang pameran kecil 50 m 2, dan sebuah ruangan lagi seluas 60 m 2 yang khusus untuk menampung koleksi dan ruang kerja tamu asing (Kadarsan dkk.., 1994: 18). Adanya ruangan pameran ini memberikan kesempatan kepada pengelola untuk menunjukkan jenis-jenis binatang yang tidak hanya berperan dalam dalam dunia pertanian, tetapi juga meliputi jenis-jenis yang saat itu telah diketahui. Pada tahun 1920 jendela museum masih dapat dibuka (Gambar 7), kini jendela telah ditutup semen guna menghindari kerusakan koleksi karena pengaruh langsung sinar matahari. 137

10 JURNAL PANALUNGTIK Vol. 3, No. 2, Desember 2020 : Gambar 7. Museum Zoologi Bogor pada tahun 1920 (Sumber: Kadarsan, dkk., 1994: 24). Sekitar 2,25 juta koleksi jenis-jenis binatang Nusantara tersimpan di Museum Zoologi Bogor, dengan jumlah spesimen terbesar serangga sejak museum berdiri (Puslitbang Biologi LIPI, 1999: 1). Dalam sistem pengelolaannya museum membagi koleksinya tujuh kelompok, yaitu mamalia, burung, ikan, herpet (reptil dan amfibi), moluska (binatang lunak), krustasea (binatang beruas tak bertulang belakang), dan serangga. Secara struktural Museum Zoologi Bogor kini berada di bawah tangungjawab Penelitian dan Pengembangan Biologi (P2B) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Cibinong, Bogor. Museum Zoologi Bogor merupakan museum ilmu pengetahuan, sesuai yang dikatakan oleh Coleman (1939: 47) sebagai dasarnya adalah ruang lingkup pengetahuan, secara umum merupakan sejarah alam. Pada tahun 1907 bangunan museum diperluas dengan menambah dua ruangan untuk laboratorium, dan satu ruangan untuk ruang kerja/bengkel. Pesatnya perkembangan pameran menjadi pendorong untuk memperluas bangunan secara terus menerus, seperti dibangunnya ruangan baru lagi seluas 10 x 20 m pada tahun 1910, tiga tahun setelah adanya renovasi. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan sebuah ruangan lagi untuk pameran seluas 22 x 10 m pada tahun Di samping ruangan yang luas itu, masih dibangun lagi 2 ruangan lagi, masing-masing seluas 5 x 5 m. Pembangunan ini merupakan upaya terakhir museum untuk memperluas area kerjanya secara horizontal. Dengan segala upaya perluasan secara bertahap selama 14 tahun, akhirnya diperoleh sebuah bangunan yang memadai. Dengan demikian tersedia ruangan pameran seluas 800 m 2 dan ruangan kerja berupa laboratorium, ruang reparasi, dan gudang seluas 275 m 2. Pada saat museum memperoleh rangka ikan Paus Biru (Balaenoptera musculus) yang mati terdampar di pantai Pameungpeuk Garut pada akhir tahun 1916, ruangan terbuka di sebelah gedung museum seluas 28 x 5 m ditutup untuk menampungnya. Di bagian barat dari ruangan koleksi rangka ikan paus biru terdapat bangunan bertingkat beratapkan seng dan berjendela banyak. Lantai dasar yang memiliki tiga ruangan besar berukuran 6 x 8 m digunakan sebagai ruang penyiapan koleksi serangga, ruang para pelukis, dan ruang teknisi pameran. Selain ikan Paus Biru, koleksi spektakuler lainnya adalah penemuan ikan fosil hidup, coelacanth (Latimeria chalumnae smith) di perairan Sulawesi Utara oleh seorang nelayan pada tahun Ikan yang sama sebelumnya pernah ditemukan di sekitar perairan Mandagaskar, Afrika pada tahun Berdasarkan sumber sejarah, jenis ikan laut dalam tersebut kemunculannya telah ada jutaan tahun lalu. Koleksi ikan itu kini disimpan di ruang storage Gedung Widyasatwaloka LIPI Cibinong, Bogor (Gambar 8). 138

11 Kebun Raya Bogor dan Fasilitasnya, Sejarah dan Fungsi di Masa Lalu dan Kini (Deni Sutrisna) Gambar 8. Koleksi ikan fosil hidup/coelacanth yang kemunculannya telah jutaan tahun lalu, ditemukan di perairan Sulawesi Utara tahun 1998 (Sumber: Dokumen Deni Sutrisna, 2011). Dengan tatanan dan tata ruang sebagaimana yang telah diuraikan, museum akhirnya memiliki luas ruangan yang memadai kini, yaitu 1930 m 2 Khusus bangunan yang berada. di sisi barat koleksi rangka ikan paus biru, pada dasawarsa tahun 1920 gedung ini berwarna biru, masyarakat Bogor mengenalnya sebagai Gedung Bulao (bahasa Belanda=blauw, bahasa Sunda=bulao). Pada akhir dasawarsa tahun 1970, atap gedung dicat biru lagi untuk mengenang pemberian namanya yang lama. Kondisi bangunan Museum Zoologi Bogor sekarang tidak lagi memiliki jendela terbuka dan telah diberi tambahan di bagian pintu masuk berupa koridor beratapkan bahan plastik bentuk lengkung. Salah satu koleksi pameran yang menjadi master piece (koleksi unggulan) selain koleksi tulang ikan Paus Biru (Balaenoptera musculus) sepanjang 27 m dan Coelacanth, juga terdapat koleksi Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus) terakhir Jawa Barat yang berhasil diburu di daerah Karangnunggal, Tasikmalaya pada tahun KOTA PERISTIRAHATAN DAN DESTINASI WISATA Ke tanah Jawa pada abad ke 19 adalah sebuah perjalanan menarik, karena Jawa termasuk salah satu tujuan utama para pelancong dunia dan secara perlahan semakin terkenal keindahan bangunan maupun alamnya. Berkunjung ke Jawa di masa itu dapat ditempuh sekitar 40 jam dari Singapura menggunakan kapal uap (Baehaqie, 2009: 1). Buitenzorg (Bogor sekarang) merupakan daerah jajahan Hindia Belanda, hampir mirip situasi kotanya dengan Simla di India yang menjadi jajahan Inggris. Namun Buitenzorg memiliki keunggulan lain yang tidak dimiliki oleh Kota Simla, yaitu Netherlands Plantentuin te Buitenzorg (Kebun Raya Bogor). Dalam melakukan perjalanan ke tanah Jawa para pelancong harus mendapatkan toelatings-kaart (surat izin). Untuk mendapatkan surat izin tersebut, biasanya para pelancong yang berkunjung ke Buitenzorg menggunakan alasan kepentingan ilmiah (Baehaqie, 2009: 2). Kegiatan para pelancong peneliti itu kelak menjadi pemicu munculnya lembaga-lembaga ilmiah yang menjadi bagian kegiatan Kebun Raya Bogor. Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan biologi di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Herbarium Bogoriense (1841) dan Museum Zoologi Bogor (1894). Berdirinya Kebun Raya Bogor merupakan hasil pemikiran para peneliti Eropa yang peduli terhadap 139

12 JURNAL PANALUNGTIK Vol. 3, No. 2, Desember 2020 : kekayaan keanekaragaman hayati kawasan Buitenzorg dan Nusantara. Tanggapan yang positif dari para penguasa saat itu menjadi dorongan bagi terbentuknya lembaga-lembaga ilmu pengetahuan. Dukungan dari tenaga ahli juga menjadi modal bagi keberlangsungan aktivitas penelitian bidang botani dan zoologi. Kegiatan itu terlaksana karena Buitenzorg memiliki keadaan alam yang secara geografis masih alami, asri dan didukung kekayaan sumber daya alam berupa air yang melimpah karena memilki iklim dengan curah hujan tinggi. Selain Gunung Salak yang terakhir meletus pada tahun 1699 menjulang tinggi, terdapat pula gunung lain di sekitar Buitenzorg, yaitu Gunung Pangrango dan Gunung Gede. Dari punggung gunung-gunung itu tumbuh keanekaragaman tanaman tropis dari tanah yang subur. Kawasan tanaman tropis itu merupakan salah satu lahan produktif tempat pengambilan bibit koleksi tanaman Kebun Raya Bogor selain koleksi yang didatangkan dari luar Buitenzorg. Dua buah sungai, yaitu Ci Liwung dan sungai Ci Sadane selain memiliki makna historis tentang keberadaan Kerajaan Pakuan Padjadjaran juga menjadi bagian keindahan tersendiri yang dipilih menjadi tempat berdirinya bangunan pemerintahan Hindia Belanda (Istana Bogor), tempat peristirahatan dan pariwisata. Keberadaan jaringan kereta api Batavia-Buitenzorg, yang dibuka pada tanggal 31 Januari 1873, semakin memudahkan perjalanan untuk menuju ketiga tujuan tersebut sehingga menjadi hal yang biasa jika tinggal semalam di Buitenzorg dapat kembali ke Batavia keesokan harinya. Sore hari sekitar pukul WIB adalah waktu terbaik untuk melakukan perjalanan ke Buitenzorg dari Stasiun Weltevreden (Stasiun Gambir) yang riuh karena banyaknya pengantar dan penumpang yang sedang menunggu kedatangan dan keberangkatan (Baehaqie, 2009: 3). Selain kereta api, kuda adalah moda transportasi menuju Buitenzorg dari Batavia dengan melintasi groote postweg sejauh 40 mil (sekitar 64,360 km), perjalanan ini sangat menyenangkan karena pemandangannya. Untuk mengetahui jarak, maka setiap 4 km terdapat sebuah tonggak (pal), dan setiap 5 buah tonggak (20 km) terdapat sebuah bangsal untuk penggantian kuda yang kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang. Kini kota Bogor dengan kebun rayanya itu telah menjadi tujuan daya tarik wisata, terutama bagi warga Jakarta yang setiap akhir pekan tidak saja menikmati kawasan Puncak Cipanas juga datang ke kompleks Kebun Raya Bogor. Berbagai fasilitas modern dibangun seperti mall, water boom Jungle, dan wisata kuliner pinggir jalan. Di sisi lain Bogor telah menjadi kota yang tidak lepas dari permasalahan kemacetan lalu lintas. Hal ini salah satunya karena masyarakat yang bekerja di ibukota menjadikan Bogor sebagai pemukiman mereka karena lahan ketersediaan hunian di ibukota (Jakarta) terbatas dan mahal. Situasi seperti ini perlu perhatian bersama tidak saja oleh pihak terkait karena bisa saja perkembangan kota Bogor dapat mengancam keberadaan kebun raya yang sudah lama menjadi ikon identitas kota yang mendapat julukan kota hujan tersebut. SIMPULAN Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, Museum Herbarium, dan Museum Zoologi Bogor merupakan bukti tinggalan cagar budaya yang masih eksis hingga kini. Sebagai living monument, keberadaanya yang masih bisa disaksikan menjadi bagian penting perjalanan sejarah Kota Bogor. Selain difungsikan sebagai pusat penelitian riset tanaman, peristirahatan pejabat tinggi negara juga sebagai paru-paru kota dan tempat rekreasi. Diharapkan ke depan tidak saja kawasan tersebut menjadi destinasi tujuan 140

13 Kebun Raya Bogor dan Fasilitasnya, Sejarah dan Fungsi di Masa Lalu dan Kini (Deni Sutrisna) wisata, juga menjadi acuan landscape master plan pembangunan Kota Bogor. Mengingat keletakannnya yang tidak terlalu jauh dengan ibukota Jakarta dan menjadi salah satu lokasi hunian warga yang bekerja di sana sebaiknya pembangunan kota tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian cagar budaya. Dengan demikian perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya kawasan kebun raya menjadi skala prioritas acuan pembangunan Kota Bogor. DAFTAR PUSTAKA Baehaqie, A. (2009). Buitenzorg Kota Terindah di Jawa, Catatan Perjalanan dari Tahun Bogor: Maximum. Coleman, L.V. (1939). The Museum in America. The American Association of Museums. Washington DC. Haan, F. de. (1911). Priangan; De Preanger-Regentschappen onder het Nederlandsch Bestuur tot 1811, Deerde Deel. Batavia: G. Kolff & Co. Kadarsan, S. M. dkk. (1994). Satu Abad Museum Zoologi Bogor Bogor: Puslitbang Biologi LIPI. Puslitbang Biologi LIPI. (1999). Buku Pegangan Koleksi Spesimen Zoologi. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI. Subdinas Kebudayaan Provinsi Jabar. (2007). Peta Keletakan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Potensial di Provinsi Jabar. Bandung: Disbudpar Prov. Jabar. Unit Konservasi KRB. (2011). Fasilitas Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Bogor: KRB-LIPI. Wall, Van de. (1933). een Historie van het Paleis, Indische Industrie Speciale Utgave van de Locomotief. Widyastuti, E. (2013). Penguasaan Kerajaan Tarumanagara Terhadap Kawasan Hulu Ci Sadane: dalam Purbawidya Vol. 2/No. 2/November Zakaria, M.M. (2000). Bogor dalam Sejarah Kota-Kota Lama Di Jawa Barat, oleh Nina H. Lubis dkk. Jatinangor: Alqaprint. 141

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR 5.1 Profil Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan rekreasi sekaligus dalam satu tempat. Sebelum diberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pariwisata yang cukup menarik untuk dikunjungi wisatawan. Kabupaten Cianjur memiliki

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR

BAB 4 GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR BAB 4 GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR 4.1 Sejarah dan Perkembangan Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor adalah sebuah kebun botani besar tertua di Asia dan memiliki keindahan tersendiri yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengingat sejak zaman Kerajaan Padjajaran sesuai dengan bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. mengingat sejak zaman Kerajaan Padjajaran sesuai dengan bukti-bukti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Pemerintahan Kota Bogor Kota Bogor mempunyai sejarah yang panjang dalam Pemerintahan, mengingat sejak zaman Kerajaan Padjajaran sesuai dengan bukti-bukti yang ada seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012 LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012 Lampiran 2. Rencana Tapak Area Utama Istana Kepresidenan Bogor. 101 Lampiran 3. Denah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Taman Nasional Gunung Halimun Salak 4.1.1. Sejarah, Letak, dan Luas Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan Surat Keputusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebun Raya Bogor (KRB) memiliki keterikatan sejarah yang kuat dalam pelestarian tumbuhan obat. Pendiri KRB yaitu Prof. Caspar George Carl Reinwardt merintis kebun ini

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat serbaguna dalam kehidupan. Selain sebagai sumber daya penghasil kayu dan sumber pangan yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB III ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR

BAB III ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR BAB III ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR 3.1. Karakteristik Kawasan Istana Kepresidenan Bogor dan Sekitarnya. 3.1.1. Kebun Raya Bogor Gambar 3.1 Kebun Raya Bogor Sumber: Google Image,2012. Kebun Raya Bogor pada

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KIOS INFORMASI. Bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis asal Jerman, yang berada di

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KIOS INFORMASI. Bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis asal Jerman, yang berada di BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KIOS INFORMASI 3.1 Sejarah Organisasi 3.1.1 Sejarah Kebun Raya Bogor Bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis asal Jerman, yang berada di Indonesia pada awal abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan yang lainnya. Sebagai contoh Taman Nasional Ujung Kulon ditetapkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan yang lainnya. Sebagai contoh Taman Nasional Ujung Kulon ditetapkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap kawasan konservasi memiliki sejarah pembentukan yang berbeda-beda. Masing-masing mempunyai tujuan tersendiri yang mungkin tidak sama antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Kawasan Penunjang Konservasi Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan keanekaragaman ekosistem yang terbentang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

BAB II. Analisa yang Mewujudkan Art Deco. Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data

BAB II. Analisa yang Mewujudkan Art Deco. Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data BAB II Analisa yang Mewujudkan Art Deco Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data data yang telah lengkap dan akurat merupakan tahap tahap yang harus dilalui penulis sebelum

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 11 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Taman Nasional Gunung Halimun Salak 3.1.1 Sejarah, letak, dan luas kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR 5.1. Sejarah Singkat Kebun Raya Bogor Pada tanggal 15 April 1817, Reinwardt mencetuskan gagasannya untuk mendirikan Kebun Botani yang disampaikan kepada G.A.G.P. Baron

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. SUdah berabad-abad lamanya kebun 'raya di dunia secara umum menjadi

BABI PENDAHULUAN. SUdah berabad-abad lamanya kebun 'raya di dunia secara umum menjadi BABI PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG SUdah berabad-abad lamanya kebun 'raya di dunia secara umum menjadi salah satu sarana pengembangan i1mu dan budaya yang penting. Sejak semula lembaga ini selalu bergerak

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia termasuk Negara Kepulauan yang memiliki rangkaian pegunungan dengan jumlah gunung berapi yang cukup tinggi, yaitu sekitar 240 gunung. Diantaranya, sekitar 70

Lebih terperinci

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi

Lebih terperinci

PENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM

PENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM MODUL ONLINE 21.2 DAMPAK LETAK GEOGRAFIS, LETAK ASTRONOMIS DAN LETAK GEOLOGI INDONESIA PENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolonisasi di Indonesia, khususnya yang dilakukan oleh orang Belanda, menghasilkan banyak sekali tinggalan berupa bangunan yang bergaya kolonial. Selain kantor dagang

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Destinasi Wisata Cibodas 1. Letak dan Luas III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Destinasi Wisata (DW) Cibodas secara administratif termasuk Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Lokasi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi 19 KONDISI UMUM Keadaan Fisik Kebun Raya Cibodas (KRC) merupakan salah satu kebun raya yang terdapat di Indonesia. KRC terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pintu gerbang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Liana Liana merupakan tumbuhan yang berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan penopang dari tumbuhan lain agar dapat menjulang dan daunnya memperoleh cahaya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 o LU - 11 o LS, dan 97 o BT - 141 o BT. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional Gunung Leuser Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ditetapkan sebagai kawasan strategis karena kawasan penyangga ini memiliki peranan yang sangat besar dalam melindungi dan

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversitas atau keanekaragaman makhluk hidup termasuk salah satu sumber daya lingkungan dan memberi peranan yang penting dalam kestabilan lingkungan. Semakin tinggi

Lebih terperinci

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI *) PERLINDUNGAN PELESTARIAN MODERN Suatu pemeliharaan dan pemanfaatan secara bijaksana Pertama: kebutuhan untuk merencanakan SD didasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA 4 IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI POTENSI GEOGRAFIS DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan kekayaan alam tropis yang tak ternilai harganya dan dipandang di dunia internasional. Tidak sedikit dari wilayahnya ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT SALINAN Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : Mengingat : a. bahwa kawasan kars yang merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biodiversitas atau lebih sering dikenal sebagai keanekaragaman hayati merujuk kepada Convention on Biological Diversity (CBD) di Rio de Janeiro, Brazil (1993), merupakan

Lebih terperinci

THe HeRiTaGe B U I T E N Z O R G H -/ B0G0R. Tugu Kujang - Simbol Bogor

THe HeRiTaGe B U I T E N Z O R G H -/ B0G0R. Tugu Kujang - Simbol Bogor THe HeRiTaGe B U I T E N Z O R G H -/ B0G0R Tugu Kujang - Simbol Bogor page 1 / 43 Istana Bogor - Simbol Bogor Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak 54 km sebelah

Lebih terperinci

Oleh : Slamet Heri Winarno

Oleh : Slamet Heri Winarno Oleh : Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Pariwisata telah menjadi sektor strategis dalam memperkuat perekonomian negara Pariwisata ini merupakan sektor penghasil utama devisa negara nonmigas. 2 Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia 5.1.1. Gaya Perancangan Gaya arsitektur yang dipakai pada bangunan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia ini direncanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi

Lebih terperinci

Tetapi pemandangan sekitar yang indah dan udara yang begitu sejuk membuat para wisatawan tak jemu dengan perjalanan yang cukup menguras tenaga.

Tetapi pemandangan sekitar yang indah dan udara yang begitu sejuk membuat para wisatawan tak jemu dengan perjalanan yang cukup menguras tenaga. Wisata Alam merupakan salah satu pilihan wisata yang menarik bagi para wisatawan, baik wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Bagi sebagian orang, wisata alam bisa di jadikan sebagai alternatif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 1. Wawancara dengan Bapak Agus Hidayat, penanggung jawab Museum Serangga TMII 2. Brosur dan Flyer Museum Serangga TMII 3. Angket yang disebarkan ke 50 responden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU 1. Latar Belakang Sebagai modal dasar untuk mengembangkan kepariwisataannya yaitu alam dan budaya tersebut meliputi alam dengan segala isi dan bentuknya baik berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia semakin hari semakin berkembang. Sektor pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia semakin hari semakin berkembang. Sektor pariwisata merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia semakin hari semakin berkembang. Sektor pariwisata merupakan salah satu aset di setiap wilayah di dunia. Dari sektor pariwasata,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia bersama sejumlah negara tropis lain seperti Brazil, Zaire dan Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Lokasi a. Letak dan Luas Taman Wisata Alam (TWA) Sicike-cike secara administratif berada di Dusun Pancur Nauli Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sancang, Kecamatan Cibalong,, Jawa Barat, merupakan kawasan yang terletak di Selatan Pulau Jawa, yang menghadap langsung ke Samudera Hindia. Hutan Sancang memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh data-data dari:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh data-data dari: BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. SUMBER DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh data-data dari: 2.1.1. Studi Literatur : http://id.wikipedia.org/wiki/bogor http://ceritaperut.blogspot.com/2012/03/kuliner-bogor-wajib-dikunjungi.html

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lichenes yang lazim dikenal dengan nama lumut kerak merupakan jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui oleh sebagian orang. Dan sesungguhnya berbeda dari

Lebih terperinci

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia: Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Kepulauan Nusantara dengan sebutan untaian zamrud di khatulistiwa, penuh dengan keindahan alam beserta flora dan faunanya, kaya dengan aneka ragam budaya,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan flora

Lebih terperinci

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009 BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masa kini pariwisata merupakan sektor industri yang memiliki peran penting dalam eksistensi suatu negara. Beragam potensi dan kekhasan suatu negara akan menjadi daya

Lebih terperinci