BAR V. ANALISIS DAN PEMBAILt\SAN. diingin..kan yang meliputi perhitlmgan heban strrlktur, beban yang diterima tiap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAR V. ANALISIS DAN PEMBAILt\SAN. diingin..kan yang meliputi perhitlmgan heban strrlktur, beban yang diterima tiap"

Transkripsi

1 ':..;- --,:-"''-_.'-._._--'-'...-;.._..._.-"_:",-._- - BAR V ANALSS DAN PEMBALt\SAN Analss merupakan proses prhtungan untuk mendapatkan haslyang dngn..kan yang melput perhtlmgan heban strrlktur, beban yang dterma tap bantalan karet, menentukan dukungan, dan analss rwayat walctu. Hasl dar analss n kemudan dbahas berdasarkan teon-teor yang ada yang berkatan dengan peneltan n sepert yang durakan berkut n. 5.1 Analss Analss peneltan n dbantu dengan mengunakan program STAADPrQ for Wndows Release 3.1. Adapun urutan analss peneltan n melput perhtungan yang durakan st:baga bt:rkul Pembebanan struktur dalam peneltan n melput beban tetap dan beba..n sementara (beban gempa). Beban tetap melput beban hdup dan beban mat, yang bekerja secara merata. Beban tetap terdr dar beban akbat berat plat dan dndng, sedangkan untuk beban tetap balok dan kolom sudahdhtuug sendr ddalam 1-- nroptm -0--' STA AnlPrn -. J fnr -' Wndnws - _.- Rp.lp.o.rw , FJlnp"s _. '-0'-'- stmktnr._.-_.--._.-. chjh _._ -._.- lntjlk _. -_. perkantoran, selengkapnya perhtlmgan pembebanan d jelaskan sebaga berkut lu. 4?

2 .:.:- _.:.-'::..:c:....._','_..:. 43 1, Perhtungan berat beban hdup (Wz) Perhtungan berat beban hdup lanta dan atap dasumskan sarna, maka menurut PPUG 1983 d peroleh beban hdup (q) gedung : 250 kg/m 2. Sehngga behan hdup yang bekerja (Garnhar 4.2) dhtung dengan mmus : Wz=qzxA dmana W, ql, dan A adalah berat beban hdup, beban hdup merata dan luas struktur. Dengan rumus datas d peroleh berat plat = 250 kg/m 2 x ( 18 m x 18 n ) = kg. 2. Perhtungan berat beban mat (Wd) Perhtungan berat beban mat untuk: plat atap dan lanta dasumskan sarna maka perhtungan berat beban mat melput plat dan dndng sehngg dapat dcar dengan mrnus : Berat beban plat: W d = t p x yxa Berat dndng : Wd = q x h Dmana Wd,l p, y, A, q, dan h adalah berat hehan mat, tebal plat, berat jens beton, luas plat, berat tembok dan tngg struktur tap tngkalrgan mmus tersebut datas dapat dhtung berat beban lanta, atap dan.g. a. Beban mat plat = 0.125m x 24000kg/m 3 x (18m x 18m) = kg b. Beban mat dndng ( q = 750 kg/m 2 ) Beban mat dndng yang dperhtungkan adalah dsekellng struktur bangunan penuh untuk dndng lanta dan atap, sehngga dapat durakan htungan sebaga berkut. Dndng lanta = 750 kg/m 2 x 3.2 m x 18 m x 4 ss = kg

3 44 Dengan data dar beban mat dan beban hdup, maka dapat dhtung beban total yang bekerja pada tap tngkat, dengan persamaan berkut : W tot = WdX W dengan ot, Wd, adalah berat total, berat beban mat dan berat beban hdup. Dengan persamaan datas dperoleh beban tap tngkat, sepert yang dsajkan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasl perhtungan beban tap tngkat No Tngkat Beban tap tngkat (kg) 1 11 sd Perhtungan Beban Struktur Tap Unt Bantalan Karet Perhtungan n bertujuan untuk mengetahu beban struktur bangunan yang dapat ddukung oleh tap unt bantalan karet. Data beban struktur n dgunakan scbaga salah satu syarat untuk pemlhan bantalan karct yang akan dpaka. Cam pcrhtungan yatu membag total beban tngkat struktur dengan. umlah bantalan karet yang dgunakan sepert d sajkan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Basl beban struktur tap unt bantalan karet No 1 Bantalan karet 1 sd 16 Beban struktur tap unt bantalan karet (kg) Dar hasl beban struktur yang dapat dtahan tap unt bantalan karet jauh lebh kecl dar beban dukung bantalan karet yang djnkan (Tabel 4.1).

4 Menentukan Dukungan Fxed Based dan Base solaton (Rubber Bearng) Dukungan merupakan tempat tumpuan struktur bangunan terhadap permukaan tanah atau tempat berdrnya struktur bangunan tersebut. Dalam peneltan n menggunakan dua macam dukungan yatu dukungan dengan fxed based (Gambar 4.2) dan dukungan dengan base solaton (Gambar 4.3). Dukungan.ftxed based dasumskan tdak dapat bergerak kearah horsontal, vertkal dan tdak boleh tejadnya momen puntr. Berbeda dengan dukungan base solaton yang dapat bergerak kearah vertkal dan horsontal dellgan batas ketentuan tertentu (Tabe1 4.1), tetap pada dukungan base solaton juga tdak boleh tejad momen puntr. Setelah memasukan data-data dukungan fxed based dan base solaton kedalam STAADPro for Wndows Release 3.1 maka dapat dlanjutkan dengan memasukan beban-beban gempa yang danahss menurut rwayat waktu (tme hstory). Data -data dukungan dapat dlhat pada Lampran dan Analss Dnamk Rwayat Wa.ktu (Tm.eHstory) Analss dnamk pada prnspnya merupakan suatu perhtungan yang berkatan dengan fungs waktu, bak tu pembebanannya, yang mana besar dan arahnya berubah menurut waktu maupun respons struktumya (terhadap beban dnamk) berupa lendutan dan tegangan. --=:,.,!'...?..;.,sn ' l,-+'/.:"'kw '!',,\\\\\\\\\$4,: 1:/'F' t{w.\\':.\tl."...\,_'j-< \:'la;-,,, v.....:::.':::::::..::::'::;'

5 46 Analss rwayat waktu yang dgunakan dsn ada1ah analss rwayat waktu gempa E-Centro (Lampran V) yang telah dsesuakan terhadap zona wlayah 4. Adapun maksud dar penyesuaan n atau yang serng dsebut skalansas adalah untuk mendapatkan data masukan percepatan gempa untuk analss respon rwayat waktu yang sesua dengan percepatan gempa pada zona w1ayah 4. Prosedur skalansas yang dgunakan pada peneltan kam n merupakan suatu pendekatan (Pramudhto, 1991) yang nantnya akan menghaslkan suatu raso prosentase besaran gempa yang amat spesfk, yang dmaksudkan adalah untuk setap struktur besar prosentasenya tdaklah sama. Adapun prosedur skalansasnya adalah sepert yang akan djelaskan berkut n (lhat Gambar 5.1). 1. Membuat respon spektrum zona 4 untuk wlayah d Jakarta (Wangsadnata, 1997) sepert yang terlhat pada Lampran X 2. Membuat respon spektrum gempa E1-Centro yang percepatannya te1ah dkfdkan b 10% dengan ljla redaman (dampng rato) sebesar 5 % (Paz, 1987). Nla 10% El Centro dambl sebaga asums awa1 yang d.anggap cukup mendekat nla percepatan gempa pada zona Struktur yang dtelt kemudan dkenakan kedua respon spektrum datas dan hasl analss smpangan maksmum akbat kedua respon spektrum pada struktur dbandngkan (Tabel 5.3). 4. Raso spektrum antara gempa 81 Centro terhadap spektrum zona 4 dhtung dngan 1J1enggunakan nl1m!s

6 47 v 1 x-=a% (5.1) y" b dmana: Y4 = smpangan maksmum akbat respon spektrum zona 4, Ye = smpangan maksmum akbat respon spektrum E-Centro 10%,dan a% = raso spektrum gempa E-Centro terhadap spektrum zona 4. Dat hasl htungan, ddapat besar prosentase raso spektrum gempa El Centro terhadap spektrum zona wlayah 4 adalah sebesar 17,73 % dapat lhat Lampran X. Tabel 5.3 Hasl Smpangan Maksmum Struktur kedua Analss Respon Spektrum Lanta Smpangan Maksmum (em) El-Centro 10% 7.ona-4 Jakarta " ,---)

7 48 + membuat respon spektrum zona 4 untuk wlayah d Jakarta 1 mula 1 membuat respon spektrum gempa El,-centro percepatan sebesar 10 % dengan nla rcdul11un sebesar 5 % 1 nput data output smpangan maksmum relatf + J analss output snupangan maksmum relatf. hasj! armln',ls skalansm gempa E-centro [ Selesa ] Gamba Bagan alr Prosedur skalansas gempa El-centro

8 ..". > Hasl Perhtungan Smpangan Relatf Smpangan relatf merupakan pergeseran struktur kearah horsontal relatf terhadap pondas yang terjad akbat beban-beban horsontal khususnya beban gempa. Smpangan relatf dsn dbedakan kedalam dua jens, smpangan relatf struktur terhadap bottom mountng plate (plat baja rubber bearng yang menempel pada pondas) dan smpangan relatf terhadap top mountng plate (plat baja rubber bearng yang menempel pada base plate atau struktur bagan atas). Hasl smpangan relatf ddapat dar output STAAD/Pro fjr Wndows Release 3.1 setelah memasukan semua beban struktur dan beban gempa yang telah d jelaskan datas. Hasl perhtungan smpangan relatf untuk struktur dapat d1hat pada Tabel 5.4 dan Tabe15.5. Tabel5.4 Smpangan RelatfTerhadap Pondas (Bottom Mountng Plate) l,anatl- Smpangan Relatf (em) Fxed Based 0! 0 1, ! " ! Base solaton , '

9 - ';---,-:.- \,':---._-... ': '. 50 Tabel5.5 Smpangan RelatfTerhadap Base Plate (Top }v{ountng Plate) Lanta Smpangan Relatf (em) Fxed Based Base solaton o , ; Hasl Perhtllngan Smpangan Alltar Tllgknt (nter storey drft) Smpangan antar tngkat yang terjad ddapat dar selsh smpagan lanta... smpangan antar tngkat suatu tngkat dan tngg tngkat yang bersangkutan tdak boleh lebh dat 0,005, dengan ketcntuan bahwa dalam segala hal smpangan yang terjad tdak boleh lebh dar 2 em. Hasl smpangan antar tngkat ddapat dar output STAAD/Pro for Wndows Release 3. J setelah memasukan semua beban struktur dan beban gempa yang telah d jelaskan datas. Hasl perhtungan smpangan antar tngkat untuk struktur dapat dlhat Tabel 5.6.

10 ,... -::-: 51 Tabel 5.6 Smpangan Antar Tngkat (nter stoly drf). Lanta Smpangan Antar Tngkat (em) Fxed Based 0 0 Base solaton '">.J Hasl Perbtungan Gaya Geser Tngkat Besamya gaya geser tngkat dpengarub oleh smpangan relatf dan kkakuan Lngkat. Gaya geser akan semakn besar pacta lanla yang lebh rendah karena gaya geser tngkat akan dtahan oleh struktur tngkat dbawahnya. Komulatf dar gaya geser tngkat lanta alas hngga ke lan13 palng bawah akan menmbulkan reaks yang besamya sarna tetap dengan arah yang berlawanan, gaya reaks n serng dsebut gaya geser dasar. Hasl gaya geser tngkat ddapat dar output STAADPro for Wndows Release 3.1 setelah memasukan semua beban struktur dan beban gempa yang telah d jelaskan datas. Hasl perhtungan gaya geser tngkat untuk struktur dapat dlhat Tabel 5.7.

11 Tabel5.7 Gaya Geser Tngkat! Lanta o , Gaya Geser Tngkat (kn) Fxed Based j Base solaton ) o o ] ! , ! ] 5.886, Hasl Perhtungan Momen Gulng (overturnng moment) Momen Gulng dduput dengun mengulkan gaya gcscr tngkat yang terjad dengan tngg tngkat. Gcdung tngg yang re1utf lungsng mcmpullya kcmampuan yang lcbh kccl untuk mcmkullnomen gulng akbat gt:rnpa, karena bangunan yang kurang lebar menyebabkan tegangan pada kolom akan semakn besar dan kolom luarlah yang palng menderta. Ddalam pendstrbusan massa seeara vertkal, sebaknya semakn keatas, massa tngkat semakn keel, sehngga momen gulng menjad keel Hasl momen gulng ddapat dar output STAADPro for Wndows Release 3.1 setelah memasukan semua beban struktur dan beban gempa yang telah d jelaskan datas. Hasl perhtungan momen gulng untuk struktur dapat dlhat Tabel 5.8.

12 53 Tabel 5.8 Momen Gulng (overtunng moment) Lanta Momen Gulng (knm) ['xed Based Base solaton Pembahasan Pada peneltan 11U, kam mencoba membandngkan struktur yang menggunakan hantalan karet (ruhher hearng) dengan s1ruktur tanpa hasp. jwlatun. Pnmpatan bantalan kart (rubber hearng)d antara pondas dengan dasar kolom, sedangkan struktur tanpa bantalan karet (rubber bearng) d asumskan jcpt. Dar hasl peneltan yang kam lakukan temyata, struktur yang menggunakan bantalan karet (rubber bearng) menghaslkan smpangan relatf, smpangan antar tngkat, gaya geser tngkat dan momen gulng yang lebh kecl dar struktur tanpa bantalan karet (rubber bearng), n sesua dengan teor bahwa

13 54 sfat yang dmhk bantalan karet (rubber bearng) n mampu meredam akseleras atau pereepatan beban gempa pada bangunan. Besarnya reduks smpangan relatf, smpangan antar tngkat, gaya geser tngkat dan momen guhng oleh struktur yang menggunakan bantalan karet (rubber bearng) dapat dhhat pada beberapa Tabel berkut m. 1. Tabel 5.4 dan Tabel 5.5 yang dmanfestaskan dengan grafk pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 memperlhatkan besamya reduks smpangan akbat penggunaan bantalan karet (rubber bearng). Sepert te1ah djelaskan sebelumnya, smpangan dsn dbedakan menjad dua maearn, smpangan relatf terhadap pondas (bagan bawah rubber bearng) dan smpangan relatf terhadap plat dasar/base plat (bagan atas rubber bearng). Untuk smpangan relatfterhadap pondas;tabel 5.4 dan grafk pada Gambar 5.1 memperlhatkan smpangan yang dapat dreduks melalu pengunaan bantalan karet (rubber bearng) sampat 20,64%. Smpangan relatf maksmum yang terjad pada puneak bangtman struktur dengan bantalan karet (rubber bearng) sebesar 4,8365 em (lhat Lampran V hal. 1-5), lebh keel dan struktur tanpa bantalan karet (rubber bearng) yang sebesar 6,0942 em (lhat Lampran V hal. 1-5). Yang perlu dperhatkan dsn adalah adanya smpangan sebesar 3,4 em pada dasar struktur yang menggunakan bantalan karet (rubber bearng). Smpangan n adalah smpangan yang terjad pada bantalan karet (rubber bearng) akbat respons terhadap beban gempa. Besarnya smpangan yang terjad pada,.

14 t'm" 55 rubber bearng yatu 3,4 em mash lebh keel dar persyaratan pada Tabel 4.1 yang sebesar 15,9 em, sehngga rubber bearng n dapat dgunakan untuk struktur nl. Adapun untuk smpangan relatf terhadap base plat (bagan atas rubber bearng), Tabel 5.5 dan grafk pada Gambar 5.2 memperlhatkan smpangan yang dapat dreduks meneapa 76,43 %. Smpangan relatf (terhadap plat dasar/base plat) maksmum yang terjad sebesar 1,4365 em, jaub lebh keel dar slmpangan maksmum struktur yang tdak menggunakan bantalan karet (rubber bearng) yang sebesar 6,0942 em. 2, Tabel 5.6 yang dmanfestaskan dengan grafk pada Gambar 5.3 memperlhatkan bahwa struktur yang mengunakan base solaton dapat mereduks smpangan antar tngkat (nter storey drft) sebesar 59,67 % dar struktur tanpa bantalan karet (rubber bearng). Besamya smpangan antar tngkat maksmum yang terjad pada struktur yang menggunakan bantalan karet (rubber bearng) adalah 0,3680 em d lanta pertama sedangkan pada struktur tanpa bantalan karet (rubber bearng) sebesar 0,9125 em pada lanta ketga. Smpangan antar tngkat dsn dukur dar lanta pertama sehngga smpangan pada dasar struktur yang sebesar 3,4 em tdak dmasukkan karena smpangan tersebut sebenamya terjad pada bantalan karet (rubber bearng) dan bukan pada struktur bangunannya. 3, Tabel 5.7 yang dmanfestaskan dengan grafk pada Gambar 5.4 memperlhatkan bahwa struktur yang menggunakan bantalan karet

15 56 (rubber bearng) dapat mereduks gaya geser tngkat sebesar 82,52 % dar struktur tanpa bantalan karet (ruhber bearng). Gaya geser tngkat yang terjad pada struktur d pengaruh ojeh besarnya smpangan relatf, semakn besar smpangan relatf yang terjad maka semakn besar gaya geser tngkat yang terjad. Besamya gaya geser tngkat maksmum yang tead pada struktur yang menggunakan bantalan karet (rubber bearng) adalah ]] 4,006 kn d Janta pertama (Jhat Lampran V hal 11-16), sedangkan struktur tanpa bantajan karet (rubber hearng) mengalam gaya geser maksmum sebesar 652,319 kn d lanta pertama (lhat Lampran V. hal 11-16). Selan smpangan relatf, kekakuan juga berpengaruh terhadap gaya geser tngkat, tetap dajam peneltan n kekakuan struktur danggap sama. 4. Tabe! ).8 yang dlnall[eslaakan' dalam gra11k poda Gombar 5.5 memperlhatkan bahwa struktur yang menggunakan bantalan karet (rubber bearng) dapat mereduks momen gulng sebesar 76,17 % dar. struk.ur tanpa bantalan karet (rubber bearng). Besarnya momen gulng d pengaruh oleh besar keel nya gaya lateral yang terjad, semakn besar gaya lateral yang terjad pada struktur bangunan maka semakn besar pula momen gulngnya. Besamya momen gulng maksmum yang terjad pada struktur yang menggunakan bantalan ktft:l. (rubber beurrtg) ajalah 50,456 knm (lhat Lampran V hal ), sedangkan pada struktur tanpa bantalan karet (rubber bearng) sebesar 2] 1,755 knm (lhat Lampran V hal ] 1-16). Perbedaan

16 0 _ 'C':':"':""":"'. _.C _ 57 tersebut d sebabkan struktur yang menggunakan bantalan karet (rubber bearng) dapat meredam gaya-gaya lateral yang terjad pada struktur lebh besar darpada struktur tanpa bantalan karet (rubber bearng), sehngga menghaslkan momen gulng yang lebh kecl jl

17 '-.: ,-----'---'-"--'-_:' e.3 j 4 00 [ 3, en Fxed solated ;J o*' o Tngkat Gambar 5.2 Smpangan RclatfTerhadap Pondas 7 -+-Fxed solated 6 5 ] , en Tngkat Gambar 5.3 Smpangan Relatf Terhadap Plat Dasar

18 :._ ":'::.:o:":'c_---,:...,_._.:..:.:':_._ S -3 ",. &l t, r:fj 0, Tngkat 9 10 Gambar 5.4 Smpangan Antar Tngkat (nter storey drft) Fxed ---solaton g 500.! a 400 <U 300 o o 200 : L , o " o 2 L 3.;;';;';;;;;;;; ;;' Tngkat , ' :: ; : ' 10 Gambar 5.5 Gaya Geser Tngkat

19 -.::., ;;. - ;;.. --._-----'-_. ':"'-:-'.<":'.",,:'-':"-,.' -.--_._-_.._ "1 S g, S c:::+=fxed _solated Tngkat Gambar 5.6 Momen Gulng (overtunng moment)

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI )

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI ) Halaman 1 dar Pertemuan 14 Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI 1726 2002) Analss statk ekvalen merupakan salah satu metode menganalss struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB VII STABILITAS TEBING

BAB VII STABILITAS TEBING BAB VII STABILITAS TEBING VII - BAB VII STABILITAS TEBING 7. TINJAUAN UMUM Perhtungan stabltas lereng/tebng dgunakan untuk perhtungan keamanan tebng dss-ss sunga yang terganggu kestablannya akbat adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perencanaan Pada perencanaan struktur, perlu dlakukan stud lteratur untuk mengetahu hubungan antara fungsonal gedung dengan sstem struktural yang akan dgunakan,

Lebih terperinci

Rangkuman hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel dan grafik,

Rangkuman hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel dan grafik, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab n durakan mengena hasl peneltan serta analssnya. Rangkuman hasl peneltan dsampakan dalam bentuk tabel dan grafk, sedangkan data detal hasl peneltan dan perhtungan Laboratorum

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA Sr Haryono Dan Arumnngsh Dah Purnamawant Abstrak Peneltan n dlakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

INFERENSI FUNGSI KETAHANAN DENGAN METODE KAPLAN-MEIER

INFERENSI FUNGSI KETAHANAN DENGAN METODE KAPLAN-MEIER Tatk Wdharh dan Naschah ska Andran (Inferens Fungs Ketahanan dengan Metode Kaplan-Meer INFERENI FUNGI KETAHANAN DENGAN METODE KAPLAN-MEIER Tatk Wdharh dan Naschah ska Andran Jurusan Matematka FMIPA UNDIP

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

DISTRIBUSI FREKUENSI

DISTRIBUSI FREKUENSI BAB DISTRIBUSI FREKUENSI Kompetens Mampu membuat penyajan data dalam dstrbus frekuens Indkator 1. Menjelaskan dstrbus frekuens. Membuat dstrbus frekuens 3. Menjelaskan macam-macam dstrbus frekuens 4. Membuat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran Perhtungan Kredt dengan / Mengapa Perhtungan Kredt Perlu Dketahu? Perhtungan bunga kredt yang dgunakan bank akan menentukan besar keclnya angsuran pokok dan bunga yang harus dbayar Debtur atas kredt yang

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

EVALUASI METODE PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK DENGAN ANALISIS INTERBLOK

EVALUASI METODE PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK DENGAN ANALISIS INTERBLOK Prosdng SPMIPA. pp. 147-15. 006 ISBN : 979.704.47.0 EVALUASI METODE PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK DENGAN ANALISIS INTERBLOK Rta Rahmawat, I Made Sumertajaya Program Stud Statstka Jurusan Matematka FMIPA

Lebih terperinci

MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN. (Nuryanto, ST., MT)

MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN. (Nuryanto, ST., MT) MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN (Nuryanto, ST., MT) Ukuran Statstk Ukuran Statstk : 1. Ukuran Pemusatan Bagamana, d mana data berpusat? Rata-Rata Htung = Arthmetc Mean Medan Modus Kuartl, Desl, Persentl.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

I. PENGANTAR STATISTIKA

I. PENGANTAR STATISTIKA 1 I. PENGANTAR STATISTIKA 1.1 Jens-jens Statstk Secara umum, lmu statstka dapat terbag menjad dua jens, yatu: 1. Statstka Deskrptf. Statstka Inferensal Dalam sub bab n akan djelaskan mengena pengertan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012 Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR

BAB II DASAR TEORI 2.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR BAB II DASAR TEORI.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR Desan struktur harus memperhatkan beberapa aspek, dantaranya : 1. Aspek Struktural (kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek n merupakan aspek yang harus dpenuh

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN Peneltan yang dsajkan dalam proposal n bertujuan untuk melakukan kajan komprehensf tentang karakterstk dndng bata tanah Hat dengan atau tanpa perkuatan tulangan dan pengaruhnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Smposum Nasonal RAPI XII - 2013 F UMS ISSN 1412-9612 SUDI KOMPARASI KEBUUHAN MAERIAL PADA PERENANAAN SRUKUR BALOK DAN KOLOM PORAL 3 LANAI SISEM ELASIS PENUH DAN DAKAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Bud Setawan

Lebih terperinci