APPENDIX A LEMBAR PENGENDALIAN MUTU (CHECKSHEET) 1. Bahan Baku dan Bahan Pembantu: a. Udang Windu No : Tanggal : Penerima : Supplier :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APPENDIX A LEMBAR PENGENDALIAN MUTU (CHECKSHEET) 1. Bahan Baku dan Bahan Pembantu: a. Udang Windu No : Tanggal : Penerima : Supplier :"

Transkripsi

1 PPENIX LEMR PENGENLIN MUTU (HEKSHEET) 1. ahan aku dan ahan Pembantu: a. Udang Windu Penerima : Supplier : a. Fisik Tubuh antar ruas kokoh Warna cemerlang sesuai warna asli au spesifik udang segar Tidak ada black spot Tidak ada rongga udara antara daging dan kulit Tekstur daging keras nggota badan lengkap b. Kim c. Ekor tidak geripis ia* Kloramfenikol: max 0,3 ppb Kitrofuran: max 0,1 ppb Tetrasiklin: (-) Oxitetrasiklin: (-) Fosfat (P 2 O 5 ): < 1% Sulfit: max 10 ppm Mikrobiologis Salmonella sp.: (-) Vibrio cholera: (-) Escherichia coli: < 3/gr Staphylococcus aureus: < 10 /gr Total Plate ount (TP) 2 x 10 5 cfu/gram eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai * pengujian secara periodik Waktu dan tanggal pengiriman: erat total (kg) : 51

2 52 b. ir dan Es urah Penerima : Sumber : a. Keadaan Tidak berwarna Tidak berbau ersih, bebas dari kotoran Suhu ( 0 o ) ph: 6,0 8,5 Kekeruhan: maks. 1,5NTU b. Senyawa kimia Zat terlarut: maks. 500mg/l Zat organic (angka KMnO4): maks. 1,0mg/l Total Organik Karbon: (-) Nitrat: maks. 45mg/l Nitrit: maks. 0,005mg/l Timbal: maks. 0,005mg/l Tembaga: maks. 0,5mg/l Perak: (-) Kobalt: (-) emaran rsen: maks. 0,01mg/l c. Mikrobiologis 2 LT: maks. 1,0-10 koloni/ml akteri bentuk Koli: < 2 PM/100ml Salmonella: (-) Pseudomonas aeruginosa: (-) eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai

3 53 c. Larutan isinfektan Pemeriksa : Sumber : Konsentrasi 5 ppm dan 20 ppm ersih, bebas dari kotoran Suhu (< 5 o ) eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai 2. Proses Produksi 2.1. Penimbangan I Pemeriksa : Ukuran udang ekor/lbs Suhu (< 5 o ) eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai 2.2. Pencucian I Pemeriksa : Penggantian larutan disinfektan tiap selesai mencuci 500 kg udang Suhu (< 5 o ) eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai

4 Pemotongan kepala Pemeriksa : Penimbangan HO tiap 2 kg Penghilangan kepala baik erat udang HL berkurang ± 50% Suhu (< 5 o ) eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai 2.4. Penimbangan II Pemeriksa : erat udang HL 2 lbs Suhu (< 5 o ) eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai 2.5. Pencucian II Pemeriksa : Suhu (< 5 o ) Pengukuran residu klorin pada udang yang telah dicuci Penggantian larutan disinfektan tiap selesai mencuci 500 kg udang eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai

5 Penyusunan Udang pada Plate Pemeriksa : Udang tersusun rapi dan utuh Perbandingan air : udang = 1 : 1 eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai 2.7. Pembekuan pada ontact Plate Freezer Pemeriksa : Suhu (-35 o ) Waktu 2 jam eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai 2.8. Pelepasan Inner Pan Pemeriksa : F dalam keadaan utuh eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai

6 Glazing Pemeriksa : Suhu ( 3 o ) Pengecekan dan pengisian glazing stlh 250 unit F eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai air Pengemasan Pemeriksa : Kemasan primer ( ukuran: 24,4 cm x 0,07 cm x 44 cm dan keadaan fisik tidak rusak dan hasil printing baik) Kemasan sekunder (ukuran: 385 mm x 295 mm x 195 mm dan keadaan fisik tidak rusak dan hasil printing baik) Lolos dari Metal etector Kelengkapan label pada kemasan seunder (tanggal produksi dan expired date, jenis produk, nama alamat perusahaan, kode produksi dan petunjuk penyimpanan Kesesuaian isi dan label (berat, jenis produk, tanggal produksi dan expired date). eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai

7 Penyimpanan Pemeriksa : Suhu (-20 ± 2 o ) Prinsip First In First Out (FIFO) eri tanda ( ) jika sesuai eri tanda (X) jika tidak sesuai 3. Produk khir Parameter Spesifikasi Hasil Pengujian Produk Kemasan primer, sekunder Tidak bocor, keterangan/label lengkap, bersih, rapi, tidak rusak obot bersih Sesuai label Skor Hidonik dari Organoleptik batas 1-9 adalah minimum 6 Suhu Pusat Max -18 o Kimia - Klorin 2 ppm emaran mikroba: - LT 2,0 x 10 5 cfu/ g - E. coli < 3 cfu/g - Staphylococcus < 10 cfu/g aureus Negatif - Salmonella Negatif - Vibrio cholerae cfu/g - V. parahaemolyticus Negatif - L.monocytogenes Kesimpulan : Petugas : Keterangan :

8 PPENIX TEL MILITRY STNR 105 E (MIL-ST 105 E) Tabel.1. Kode Huruf Ukuran Sampel Tingkat Pemeriksaan Tingkat Pemeriksaan Khusus Ukuran atch atau Lot Umum S-1 S-2 S-3 S-4 I II III ke atas E E E Sumber: Montgomery, 2005 Keterangan : Jika pada tingkat pemeriksaan umum terjadi masalah maka akan diubah menjadi tingkat pemeriksaan khusus 58 E E F F G G H E E F G G H J J K E F G H J K L M N E F G H J K L M N P Q E F G H J K L M N P Q R

9 59 Tabel. 2. Kode Huruf Ukuran Sampel G H J Ukuran Sampel Tabel Master Sampel Penerimaan Tunggal pada Pemeriksaan Normal cceptable Quality Levels (QL)-Pemeriksaan Normal..1,0....1,5....2,5....4,0....6, c Re c Re c Re c Re c Re c Re c Re c Re c Re c Re c Re c Re c Re c Re c Re c Re K L M N P Q = Menggunakan rencana pengambilan sampel yang tepat berada di bawah anak panah Jika ukuran sampel memiliki nilai yang sama atau lebih besar dari ukuran batch atau lot, maka dilakukan inspeksi 100%. = Menggunakan rencana pengambilan sampel yang tepat berada di atas anak panah c = cceptance number (bilangan penerimaan) Re = Rejection number (bilangan penolakan) Sumber: Montgomery,

10 PPENIX PENGUJIN KIMIWI Uji kimiawi ini ada 2 yaitu pengujian antibiotik dan pengujian untuk kadar fosfat dan sulfit. Metode ELIS untuk menguji kadar bahan kimia (antibiotik) yang dapat dilihat pada Tabel 2.3. Metode ini menggunakan antibbodi primer spesifik untuk menangkap antigen yang diinginkan dan antibodi sekunder tertaut enzim konjugat untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan..1 Pengujian P (hloramphenicol) menurut SNI :2010 Metode pengujiannya (ELIS kompettitif) adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan a. Sampel (udang) diambil ± 250 gram, diblender hingga homogen b. 3 g sampel yang sudah homogen dimasukkan ke dalam tabung sentrifus, ditambahkan 6 ml etil asetat kemudian dihomogenkan dengan vortex selama 3 menit. c. isentrifuse 6000 rpm, 5 menit d. Etil asetat (bagian atas) diambil sebanyak 4 ml, dimasukkan ke dalam tabung sentrifus baru dan dievaporasi pada nitogen evaporator (60 o ). e. Hasil evaporasi yang sudah kering ditambahkan 2 ml n-heksan dan 1x sample extraction buffer, dicampur (vortex) selama 2 menit. f. ampuran tadi disentrifus 6000 rpm, 10 menit kemudian diambil 100 μl lapisan buffer (bagian bawah) dan dilanjutkan dengan tahap pengujian. 60

11 61 2. Tahap pengujian a. 100 μl masing-masing konsentrasi larutan standar P (0; 0,05; 0,15; 0,5; 1,5; 4,5 ng/ml) ke dalam beberapa well. b. 100 μl sampel ditambahkan ke dalam masing-masing well yang sudah berisi larutan standar P. c. 50 μl P-HRP conjugated (hloramphenicol-horse Seradise Peroxide) dan menggoyangkan micotiter plate secara manual selama 1 menit. d. Micotiter plate dalam keadaan tertutup, diinkubasi selama 1 jam pada suhu 20º-25º. e. airan yang ada di dalam well dibuang hingga kering dengan cara mengetukkan dengan keras dalam kondisi terbalik pada alas (tissue) yang sudah disediakan. f. Well dicuci dengan. 250 L 1x wash solution sebanyak 3 kali. Pada pencucian yang terakir, well dikeringkan dengan cara yang sama (pada tahap e). g. 100 L TM (Tetramethyl enzidine) subtrate ke dalam well kemudian digoyang secara manual selama 1 menit. Setelah itu, well diinkubasi dalam kondisi tertutup selama 20 menit pada suhu 20º-25º. h. 100 L stop buffer ditambahkan kemudian dilakukan pembacaan absorbansi dengan Microtiter Plate Reader (ELIS Reader) pada 450 nm (pembacaan tidak boleh lebih dari 30 menit). 3. Perhitungan Hasil a. Kurva kalibrasi standar P dapat dibuat dari pembacaan % absorbansi setiap standar dengan konsentrasi standar dalam ng/ml pada kurva logaritma. % =. sandar/sampel x 100 %. standar 0 ng/ml 0

12 62 b. Hasil pembacaan % dimasukkan ke dalam kurva kalibrasi standar. c. Nilai konsentrasi P pada sampel diperoleh dari persamaan logaritma standar dalam ng/ml setelah dikalikan dilution factor (bobot dari sampel dengan volume pelarut = 3:6). ara pengujian nitrofuran, tetrasiklin dan oksitetrasiklin sama dengan kloramfenikol (hanya berbeda reagen)..2. Pengujian Sulfit menurut (heckitt omparator) 1. Sampel (udang) diambil ± 100 gram kemudian diblender sampai homogen gram udang dimasukkan ke dalam 95 ml air suling lalu dihomogenkan dengan vortex selama 3 menit. 3. Homogenat tadi diambil 1 ml, ditambahkan potassium hexacyanoferrate (II), zinc sulfate, and sodium nitroprusside sehingga terbentuk warna merah muda hingga merah cerah. 4. ampuran tadi dimasukkan pada alat heckit omparator dan dibandingkan dengan standar. 5. Hasil pembacaan dalam satuan mg/l atau ppm. ara pengujian fosfat sama dengan sulfit (hanya berbeda reagen).

13 PPENIX PENGUJIN MIKROIOLOGI Uji mikrobiologis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri yang menyebabkan penyakit dan seberapa besar kontaminasi mikroba pada bahan baku dan produk akhir serta uji mikrobiologis untuk air (ngka Lempeng Total). dapun metode pengujian yang digunakan adalah :.1. Uji Staphylococcus aureus (SNI butir.5) 1. Sampel udang ditimbang 25 g secara aseptis dan dihancurkan menggunakan blender yang telah dicuci dengan alkohol. ilakukan penambahan 225 ml ir Pepton 0,1% sehingga diperoleh suspensi (pengenceran 10-1 ). 2. Sampel udang dipipet sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan dalam lempengan agar MS (Mannitol Salt gar) yang terdapat dalam cawan petri dan kemudian digores dengan kawat ose sehingga diperoleh koloni yang terpisah. 3. Suspensi udang dipipet sebanyak 1 ml dan dituang ke dalam cawan petri steril. 4. Suspensi dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan dalam 9 ml air pepton 0,1% sehingga diperoleh pengenceran engan cara yang sama dibuat pengenceran sampai dengan Kebutuhan : ir pepton = 225 ml x 5 sampel x 2ulangan = 2250 ml ir pepton (pengenceran) = 9 ml x 4 kali x 5 sampel x2 ulangan = 360 ml Total kebutuhan air pepton = 2610 ml MS = 10 ml x 5 cawan petri x 5 sampel x 2 ulangan = 500 ml 63

14 64.2. Uji Vibrio (Wibowo, 1988) 1. Sampel udang ditimbang sebanyak 25 g secasra aseptis dan dihancurkan menggunakan blender yang telah dicuci dengan alkohol. ilakukan penambahan 225 ml ir Pepton 0,1% (untuk pengujian Vibrio parahaemolyticus digunakan air pepton alkalis dengan kadar Nal 3%) sehingga diperoleh suspensi. 2. Suspensi udang dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan dalam 9 ml lkali Pepton (dihasilkan pengenceran 10-2 ). engan cara yang sama dilakukan demikian seterusnya sampai diperoleh pengenceran Suspensi tersebut diinkubasi pada suhu 37 o selama 24 jam. 4. Suspensi dipipet sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan dalam media TS (Thiosulfate itrate ile Salts) dan dilakukan penggoresan dengan menggunakan kawat ose. 5. Suspensi sampel udang (yang merupakan pengenceran 10-1 ) dipipet sebanyak 1 ml, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri steril. 6. Suspensi yang merupakan pengenceran 10-1 dipipet lagi 1 ml, dimasukkan dalam tabung reaksi berisi 9 ml air pepton dan dilakukan rotasi sehingga diperoleh pengenceran ari pengenceran 10-2 dipipet 1 ml dan dimasukkan dalam cawan petri steril. engan cara yang sama dilakukan demikian seterusnya sampai diperoleh pengenceran Media TS suhu 50 o, 5 dimasukkan ke dalam masingmasing cawan petri berisi hasil pengenceran dan dirotasi sampai homogen. 8. awan-cawan diinkubasi pada suhu 37 o selama 24 jam setelah agar pada cawan memadat.

15 65 9. ihitung jumlah koloni sesuai dengan ciri-ciri Vibrio yang tumbuh setelah 24 jam. 10. Keterangan ciri koloni: a. Vibrio cholerae: bentuk bulat, diameter 2-5 mm, warna kuning. b. Vibrio parahaemolyticus: bentuk bulat, diameter 2-3 mm, warna hijau kebiruan. 11. ari blanko (+) dilakukan uji deret (pada media KI, SSS, LI. MIO), hasilnya dibaca dan disesuai dengan tabel. Spesimen V. cholerae V. Parahaemolyticus KI R M K K T H 2 S O O SSS R K G + + LI R M K K T N N H 2 S O O MIO R K K G + + Indol + + KI = Klieger Iron gar SSS = Semi Solid Sucrose LI = Lysine Iron gar MIO = Motility Indole Ornithine R = reaksi K = basa + = positif G = gerak aktif = asam O = negatif M = miring N = netral T = tegak V = Vibrio Kebutuhan : ir pepton = 225 ml x 5 sampel x 2ulangan = 2250 ml ir pepton (pengenceran) = 9 ml x 3 kali x 5 sampel x 2 ulangan = 270 ml Total kebutuhan air pepton = 2520 ml lkali pepton = 225 ml x 5 sampel x 2 ulangan = 2250 ml

16 66 lkali pepton (pengenceran) = 9 ml x 3 kali x 5 sampel x 2 ulangan = 270 ml Total kebutuhan alkali pepton = 2520 ml TS = 10 ml x 5 cawan petri x 5 sampel x 2 ulangan = 500 ml.3. Uji Salmonella sp. (SNI ) ml sampel ditambah 225 ml larutan Lactose roth kedalam erlenmeyer. 2. ikocok dan diinkubasi 24 jam ± 2 jam pada suhu 35 ± ampuran tersebut dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan kedalam 10 ml Selenite ystein roth (S) dan diinkubasi suhu 37 selama 24 jam. 4. Setelah 24 jam, campuran dipipet sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan dalam lempengan agar media Salmonella-Shigella gar (SS) dan ismuth Sulfit gar (S), kemudian dilakukan penggoresan menggunakan kawat ose. 5. iinkubasi cawan-cawan tersebut pada suhu 37 selama 24 jam. 6. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan koloni yang tumbuh pada media SS dan S secara makroskopis maupun mikroskopis. Keterangan : Pada umumnya koloni Salmonella mempunyai ciri makroskopis yaitu tepi rata, bentuk bulat, ukuran 1-3 mm, kenaikan permukaan melengkung dan memiliki tekstur yang halus, basah dan opaque. Koloni Salmonella dalam media SS memberikan warna bening yang hampir sama dengan media (bagian tengah berwarna hitam) dan dalam media S menunjukkan warna hitam. Sedangkan ciri mikroskopis koloni Salmonella yaitu berbentuk batang pendek, susunan sel menyebar dan termasuk dalam Gram negatif.

17 67 Kebutuhan: L = 225 ml x 2 sampel udang segar x 5 sampel unit F = 2250 ml S = 10 ml x 2 sampel udang segar x 5 sampel unit F = 100 ml SS = 10 ml x 2 sampel udang segar x 5 sampel unit F = 100 ml S = 10 ml x 2 sampel udang segar x 5 sampel unit F = 100 ml.4. Uji coliform dan Escherichia coli (SNI ) a) Uji Penduga (presumptive test) ml sampel ditambah 225 ml uffer Fosfat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer (pengenceran 10-1 ). 2. isiapkan pengenceran 10-2 dengan cara melarutkan 1 ml larutan 10-1 ke dalam 9 ml larutan buffer fosfat, 1 ml larutan 10-2 dimasukkan ke dalam 9 ml larutan buffer fosfat (10-3 ). Pada setiap pengenceran dilakukan pengocokan minimal 25 kali. 3. Larutan dari setiap pengenceran dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam 3 seri tabung Lauryl Tryptose roth (LT) yang berisi tabung durham. 4. iinkubasi tabung-tabung tersebut selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35 ± Setelah inkubasi 24 jam perhatikan gas yang terbentuk dan diinkubasikan kembali tabung-tabung negatif selama 24 jam. 6. Tabung positif ditandai dengan kekeruhan dan terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung urham. 7. Pengujian presumtif terhadap koliform tidak bersifat absolut dan harus dikonfirmasikan dengan pengujian yang lebih lanjut.

18 68 b) Uji Penentu (confirmed test) 1. ari setiap tabung yang positif dipindahkan (diinokulasikan) sebanyak 1-2 ose ke dalam tabung konfirmasi yang berisi 10 ml rilliant Green Lactose ile roth (GL) 2 %. 2. Kemudian tabung diinkubasikan pada suhu 35 ± 1 selama jam dengan melihat jumlah tabung yang menunjukkan positif gas. 3. itentukan nilai angka paling memungkinkan (PM) berdasarkan jumlah tabung-tabung GL yang positif dengan menggunakan ngka Paling Memungkinkan (PM). Nilai dinyatakan sebagai PM/g koliform. c) Uji Pendugaan Escherichia coli (faecal coliform, presumptive E. coli) 1. ari setiap tabung LT yang positif diambil 2 ose dan dipindahkan ke dalam tabung yang berisi E roth dan diinkubasi dalam waterbath sirkulasi pada suhu 45 o + 0,5 o. 2. Tabung-tabung E roth diperiksa ada yang menghasilkan gas selama 24 jam + 2 jam, jika negatif maka diinkubasikan kembali sampai jam. Tabung positif ditandai dengan kekeruhan dan gas dalam tabung durham. 3. itentukan nilai ngka Paling Memungkinkan (PM) berdasarkan jumlah tabung-tabung E yang positif dengan menggunakan ngka Paling Memungkinkan (PM). Nilainya dinyatakan sebagai PM/g faecal coliform.

19 69 d) Uji Penegasan Escherichia coli (confirmed Escherichia coli) 1. ari tabung-tabung E roth yang positif diambil 1 ose dan digoreskan ke LEM agar. iinkubasi selama 24 jam + 2 jam pada suhu 35 o + 1 o. 2. Koloni Escherichia coli terduga memberikan ciri yang khas (typical) yaitu hitam pada bagian tengah dengan atau tanpa hijau metalik. 3. ari masing-masing cawan LEM diambil lebih dari satu koloni (typical) Escherichia coli dan digoreskan ke media P miring dengan menggunakan jarum tanam. iinkubasi selama 24 jam + 2 jam pada suhu 25 o + 1 o. 4. Jika koloni yang khas (typical) tidak ada, dipindahkan 1 atau lebih koloni yang tidak khas (typical) Escherichia coli ke media P miring. e) Uji Morfologi 1. Pewarnaan gram dari setiap koloni Escherichia coli terduga. 2. iakan diambil dari P yang telah diinkubasi selama 24 jam. 3. ciri mikroskopis dengan pengecatan Gram dengan modifikasi dari Hucker dimana bakteri Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek dengan susunan sel menyebar. Kebutuhan: uffer fosfat = 225 ml x 5 sampel x 2 ulangan = 2250 ml uffer fosfat (pengenceran) = 9 ml x 2 kali x 5 sampel x 2 ulangan = 180 ml Total kebutuhan buffer = 2430 ml LT = 10 ml x 9 tabung x 5 sampel x 2 ulangan = 900 ml GL = 10 ml x 9 tabung x 5 sampel x 2 ulangan = 900 ml

20 70 E roth = 10 ml x 9 tabung x 5 sampel x 2 ulangan = 900 ml L-EM agar = 10ml ml x 9 tabung x 5 sampel x 2 ulangan = 900 ml P = 10 ml x 9 tabung x 5 sampel x 2 ulangan = 900 ml.5. Pengujian ir (ngka Lempeng Total) (SNI butir.1) 1. Sampel air yang akan diuji dipipet 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml aquadest steril dan dihomogenkan (pengenceran 10-1 ). Sampel tersebut diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril. ilakukan hal yang sama hingga pengenceran ml media Nutrient gar (N) yang telah dipertahankan suhunya 50 o selama 5-10 menit dituang ke dalam masingmasing cawan petri yang telah berisi hasil pengenceran dan dirotasi sampai homogen. 3. awan-cawan diinkubasi pada suhu 37 o selama 24 jam. 4. Setelah 24 jam dilakukan perhitungan jumlah koloni yang Kebutuhan: tumbuh pada masing-masing cawan. Nutrient gar = 10 ml x 4 cawan x 2 ulangan = 80 ml

21 PPENIX E NER MSS Kapasitas produksi Operasi pabrik Satuan massa : inner 4 lbs : 9 jam/hari; 348 hari/tahun ; 1 shift kerja : 10 ton/hari 1. Pencucian I Masuk kg Keluar kg Udang HO Udang HO ir pencucian (1:2) ir yang terikut 230 Es curah (1:0,3) Klorin 20ppm ,4 (air + es) ir + es Kotoran Klorin ,4 Total ,4 Total ,4 2. Pemotongan Kepala Masuk kg Keluar kg Udang HO Es curah (1:3) Udang HL Kepala, kulit, isi perut Es curah 5.112, , Total Total Penimbangan II Masuk kg Keluar kg Udang HL Es curah (4:1) 5.112, ,1 Udang HL Es curah (4:1) 5.112, ,1 Total 6.390,6 Total 6.390,6 4. Pencucian II Masuk kg Keluar kg Udang HL ir pencuci (1:2) 5.112, Udang HL Kotoran (0,05%) Es curah (1:0,3) 1.533,75 ir yang terikut Klorin 5ppm 0,05 (1%) ir + es 5.109,94 2,56 117, ,16 Klorin 5ppm 0,05 Total ,30 Total ,30 71

22 72 5. Penyusunan dalam Plate Masuk kg Keluar kg 5.227, , ,53 Udang HL ir (1:1) Udang HL (5812 plate x 908 g/plate) ir (1:1) (5812 plate x 908 g/plate) 5.227,53 Total ,06 Total ,06 6. Pembekuan Masuk kg Keluar kg Udang HL + air ,06 Udang HL F ( ,06 (5812 plate x block x g/plate) g/block) Total ,06 Total ,06 7. Glazing Masuk kg Keluar kg Udang HL F ( ,06 Udang HL F ( ,97 block x 1816 block x 1816 g/block) ir (1:0,18) 1.881,91 g/block) Total ,97 Total ,97

23 PPENIX F STRUKTUR ORGNISSI PERUSHN iagram F.1. Struktur Organisasi Perusahaan Presiden irektur irektur Manajer Pembelian ahan aku Manajer Operasional Manajer Pemasaran Kep. ag. okumen enter Kep. ag. PPI - Kep. ag. Sanitasi - Kep. ag. Q Kep. ag. Ekspor-Impor Supervisor Produksi Supervisor Personalia Supervisor Teknik Supervisor Logistik - Supervisor Perencanaan Produksi, Penyimpanan, dan Persediaan - Supervisor Pengemasan - Supervisor Penyimpanan dlm old Storage Karyawan tetap Karyawan tidak tetap Karyawan tetap Karyawan tetap Karyawan tetap Karyawan tetap Karyawan tetap Karyawan tetap 73

24 74 iagram F.2. Struktur Organisasi Unit Pengawasan Mutu Kepala agian Q Wakil Kepala agian Q Karyawan Q Proses Pengolahan Karyawan Q Laboratorium Mikrobiologi

25 PPENIX G TT LETK I RUNG UNIT PENGWSN MUTU Kantor E F Laboratorium G G H Skala = 2 : 100 = Refrigerator = Oven = Inkubator = Tempat cuci alat-alat E = Tempat cuci tangan F = utoklaf G = Lemari untuk ahan-bahan kimia H = Lemari untuk lat-alat 75

Kembang gula Bagian 2: Lunak

Kembang gula Bagian 2: Lunak Standar Nasional Indonesia Kembang gula Bagian 2: Lunak ICS 67.180.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Komposisi...

Lebih terperinci

Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan Escherichia coli pada Pengolahan Ikan Teri Nasi di PT. Kelola Mina Laut Unit Sumenep

Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan Escherichia coli pada Pengolahan Ikan Teri Nasi di PT. Kelola Mina Laut Unit Sumenep Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan Escherichia coli pada Pengolahan Ikan Teri Nasi di PT. Kelola Mina Laut Unit Sumenep Raden Faridz 1, Hafiluddin 2 dan Mega Anshari 3 1. Dosen Jurusan Teknologi Industri

Lebih terperinci

MODUL DASAR BIDANG KEAHLIAN KODE MODUL SMKP1E03-04DBK

MODUL DASAR BIDANG KEAHLIAN KODE MODUL SMKP1E03-04DBK MODUL DASAR BIDANG KEAHLIAN KODE MODUL 04DBK SUMBER KONTAMINASI DAN TEKNIK SANITASI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG CARA PENYELENGGARAAN LABORATORIUM KLINIK YANG BAIK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG CARA PENYELENGGARAAN LABORATORIUM KLINIK YANG BAIK PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG CARA PENYELENGGARAAN LABORATORIUM KLINIK YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Analisis Ambang Batas Escherichia coli Sebagai Indikator Pencemaran Pada Daging Sapi di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi

Analisis Ambang Batas Escherichia coli Sebagai Indikator Pencemaran Pada Daging Sapi di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi Biospecies, Volume 5 No.1, Februari 2012, hlm 14-21 Analisis Ambang Batas Escherichia coli Sebagai Indikator Pencemaran Pada Daging Sapi di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi (The Analiysis of Escherichia

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM LAPORAN TETAP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM OLEH : KELOMPOK I Oleh : Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAN MATARAM 2012 2 3 KATA

Lebih terperinci

TUJUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I 1

TUJUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I 1 TUJUAN 1. Mahasiswa mengenal alat-alat sederhana yang umum dipergunakan dalam laboratorium kimia. 2. Mahasiswa memahami kegunaan serta cara menggunakan secara benar alat-alat laboratorium kimia. Beberapa

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTAMINASI DETERJEN PADA AIR MINUM ISI ULANG DI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KABUPATEN KENDAL TAHUN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTAMINASI DETERJEN PADA AIR MINUM ISI ULANG DI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KABUPATEN KENDAL TAHUN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTAMINASI DETERJEN PADA AIR MINUM ISI ULANG DI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KABUPATEN KENDAL TAHUN 2009 TESIS Untuk Memenuhi persyaratan Mencapai derajad

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : PEDOMAN CARA BERLABORATORIUM YANG BAIK BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber

Lebih terperinci

Berikut daftar alat-alat mikrobiologi yang perlu dikenal: Alat-alat elektrik. Mikroskop cahaya. Mikroskop stereo. Autoklaf elektrik.

Berikut daftar alat-alat mikrobiologi yang perlu dikenal: Alat-alat elektrik. Mikroskop cahaya. Mikroskop stereo. Autoklaf elektrik. Berikut daftar alat-alat mikrobiologi yang perlu dikenal: Alat-alat elektrik Mikroskop cahaya Mikroskop stereo Autoklaf elektrik Incubator Hot plate & stirrer Colony counter Biological Safety Cabinet (BSC)

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN MUTU OBAT TRADISIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN MUTU OBAT TRADISIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN MUTU OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBUATAN ALAT PERAGA KIMIA SEDERHANA UNTUK SMA

PEDOMAN PEMBUATAN ALAT PERAGA KIMIA SEDERHANA UNTUK SMA PEDOMAN PEMBUATAN ALAT PERAGA KIMIA SEDERHANA UNTUK SMA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PAKET KEAHLIAN TEKNIK ENERGI BIOMASSA

PAKET KEAHLIAN TEKNIK ENERGI BIOMASSA PAKET KEAHLIAN TEKNIK ENERGI BIOMASSA BAHAN AJAR SISWA PENGUJIAN BAHAN BAKAR NABATI (BBN) Disusun oleh: Niamul Huda, ST., M.Pd Linda Dwinanada, S.Pd., M.Si Didukungi oleh: TEACHING BIOMASS TECHNOLOGIES

Lebih terperinci

K 100 060 123 FAKULTAS

K 100 060 123 FAKULTAS FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus) DENGANN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus SKRIPSI Oleh: AWALIAA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

Alat Laboratorium IPA

Alat Laboratorium IPA Alat Laboratorium IPA Vinta A. Tiarani Pengenalan Berikut daftar alat-alat utama laboratorium IPA dan kegunaannya. Untuk pengukuran volume cairan. Pipet di sebelah kiri adalah pipet volumetrik. Pipet ini

Lebih terperinci

Training Modules on Food Safety Practices for Aquaculture. Penerapan Keamanan Pangan pada Perikanan Budidaya

Training Modules on Food Safety Practices for Aquaculture. Penerapan Keamanan Pangan pada Perikanan Budidaya Training Modules on Food Safety Practices for Aquaculture Penerapan Keamanan Pangan pada Perikanan Budidaya Pengantar Modul ini adalah bagian dari program pelatihan penerapan keamanan pangan untuk Industri

Lebih terperinci

DINAMIKA FOSFAT DAN KLOROFIL DENGAN PENEBARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias gariepinus) SISTEM HETEROTROFIK

DINAMIKA FOSFAT DAN KLOROFIL DENGAN PENEBARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias gariepinus) SISTEM HETEROTROFIK DINAMIKA FOSFAT DAN KLOROFIL DENGAN PENEBARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias gariepinus) SISTEM HETEROTROFIK MUHIB RADHIYUFA PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

BAHAN AJAR SISWA PERALATAN DAN PEMANFAATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR

BAHAN AJAR SISWA PERALATAN DAN PEMANFAATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR Program Keahlian : TEKNIK ENERGI TERBARUKAN (1.18) Paket Keahlian : TEKNIK ENERGI BIOMASSA (062) Mata Pelajaran : BAHAN BAKAR NABATI BAHAN AJAR SISWA PERALATAN DAN PEMANFAATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR Disusun:

Lebih terperinci

Identifikasi Biohidrogen Secara Fermentatif Dengan Kultur Campuran Menggunakan Glukosa Sebagai Substrat

Identifikasi Biohidrogen Secara Fermentatif Dengan Kultur Campuran Menggunakan Glukosa Sebagai Substrat Identifikasi Biohidrogen Secara Fermentatif Dengan Kultur Campuran Menggunakan Glukosa Sebagai Substrat Disusun Oleh : Rizkhi Agrinda Setya 1407 100 020 Pembimbing : Prof. Dr. Surya Rosa Putra, M.S Herdayanto

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG CARA DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG CARA DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG CARA DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. Kembali SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. 1. Ruang lingkup. 1.1. Standar ini mencakup

Lebih terperinci

LAPORAN MAGANG DI PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD, TBK SRAGEN INDONESIA (QUALITY CONTROL MIE INSTANT)

LAPORAN MAGANG DI PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD, TBK SRAGEN INDONESIA (QUALITY CONTROL MIE INSTANT) LAPORAN MAGANG DI PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD, TBK SRAGEN INDONESIA (QUALITY CONTROL MIE INSTANT) Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Universitas Sebelas Maret DISUSUN

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN KUAT LEKAT DAN PANJANG PENYALURAN BAJA POLOS PADA BETON RINGAN DENGAN BERBAGAI VARIASI KAIT SKRIPSI

LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN KUAT LEKAT DAN PANJANG PENYALURAN BAJA POLOS PADA BETON RINGAN DENGAN BERBAGAI VARIASI KAIT SKRIPSI KUAT LEKAT DAN PANJANG PENYALURAN BAJA POLOS PADA BETON RINGAN DENGAN BERBAGAI VARIASI KAIT The Bond Strength and Development Length Observation of Bar Reinforcement of Lightweight Concrete with Various

Lebih terperinci

Topik B1 - Penilaian Sifat fisik, kimia, dan biologi tanah gambut

Topik B1 - Penilaian Sifat fisik, kimia, dan biologi tanah gambut Topik B1 - Penilaian Sifat fisik, kimia, dan biologi tanah gambut 1 Bahan presentasi ini mencakup: Penilaian sifat fisik, kimia, dan biologi tanah gambut Pengambilan contoh tanah gambut di lapang untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAMDEX SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON

PENGGUNAAN DAMDEX SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON PENGGUNAAN DAMDEX SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON Jhonson A. Harianja 1), Efraim Barus 2) 1) Jurusan Teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM Yogyakarta 2) Jurusan Teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM Yogyakarta

Lebih terperinci

THE EFFECTIVENESS TEST OF ETHANOL EXTRACT OF HIBISCUS LEAVES

THE EFFECTIVENESS TEST OF ETHANOL EXTRACT OF HIBISCUS LEAVES THE EFFECTIVENESS TEST OF ETHANOL EXTRACT OF HIBISCUS LEAVES (Hibiscus rosa sinensis L.) AS ANTIMICROBIAL IN Salmonella typhi BACTERIA IN IN VITRO AND BIOAUTOGRAPHY Suhardjono, Agitya Resti Erwiyani, Martina

Lebih terperinci