PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA"

Transkripsi

1 Laporan Hasil Penelitian PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Peneliti : Bantu Tampubolon, SE,MBA,Ak Ardin Doloksaribu, SE. LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2011

2 PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN 1. A. Judul Penelitian : Pengaruh Faktor Fundamental Dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Harga Saham Emiten Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia B. Bidang Ilmu : Ekonomi C. Kategori Penelitian : Penelitian Untuk Mengembangkan Perguruan Tinggi. 2. Ketua Peneliti: A. Nama Lengkap & Gelar: Bantu Tampubolon,SE, MBA, M.Si, Ak. B. Jenis Kelamin : Laki-laki C. Golongan/Pangkat : IV c D. Jabatan Fungsional : Lektor E. Jabatan Struktural : Sekretaris Program Studi Manajemen F. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Manajemen Anggota Peneliti: A. Nama Lengkap & Gelar: Ardin Doloksaribu,SE. B. Jenis Kelamin : Laki-laki C. Golongan/Pangkat : III a D. Jabatan Fungsional : - E. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi 3. Lokasi Penelitian : Bursa Efek Indonesia 4. Lama Penelitian : 5 Bulan (Maret s/d Juli 2011) 5. Biaya Penelitian : Rp ,- (Dua Juta Rupiah) Medan, 11 Agustus 2011 Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi Menyetujui, Ketua Lembaga Penelitian Ketua Peneliti, Dr.Ir. Parulian Simanjuntak,MA. Prof, Dr. Hasan Sitorus,MSi. Bantu Tampubolon,SE,MBA, M.Si, Ak KATA PENGANTAR

3 Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunianya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini walaupun disadari bahwa dalam penelitian masih terdapat banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun analisis. Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Faktor Fundamental Dan Investment Opportunity Set (Ios) Terhadap Harga Saham Emiten Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca untuk dapat membangun penelitia ini dimasa yang akan datang. Pada kesempatan ini, peneliti mengicapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian penelitian ini yaitu: 1. Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan 2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Medan 3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen Medan Medan, 11 Agustus 2011 Ketua Peneliti, Bantu Tampubolon, SE, MBA, M.Si, Ak

4 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii ix BAB I PENGANTAR Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Originalitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teoritis Pasar Modal Penilaian Harga Saham Faktor Fundamental Price Earnings Ratio Investment Opportunity Set (IOS) Harga Saham Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS Kerangka Konseptual Hipotesis Penelitian... 33

5 BAB IV METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi Operasional Variabel Pengukuran Variabel Metode Analisis data Lokasi dan Waktu Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Deskripsi Data Penelitian Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Multikolinieritas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Pembahasan Hasil Penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Keterbatasan Penelitian Saran DAFTAR PUSTAKA... 67

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu Tabel 4.1 Jadwal Penelitian Tabel 4.2 Pengambilan Sampel 35 Tabel 4.3 Operasionalisasi Variabel 36 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Deskripsi Statistik... Kolmogorov Smirnov Tabel 5.3 Kolmogorov Smirnov Sesudah Transformasi 52 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi... Uji Multikolinearitas Sesudah Transformasi Tabel 5.6 Nilai Durbin-Watson 54 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Uji Park... Pengujian Goodness of Fit Tabel 5.9 Uji F Tabel 5.10 Uji T... 60

7 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Gambar 5.1 Uji Normalitas.. 47 Gambar 5.2 P-P Plot Gambar 5.3 Normalitas Setelah Transformasi Gambar 5.4 P-P Plot Setelah Transformasi Gambar 5.5 Uji Heteroskedastisitas

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam) dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga merupakan bagian dari indikator perekonomian suatu negara. Keberadaan pasar modal diharapkan dapat menjadi alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat. Krisis keuangan global yang masih berlangsung hingga kini, mengakibatkan kondisi pasar keuangan dunia menjadi terpuruk, termasuk pasar modal di Indonesia. Hingga saat ini pasar modal Indonesia masih bergulat di tengah krisis global yang menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public Offering (IPO) dari sejumlah perusahaan akibat kondisi pasar modal yang belum menentu. Rontoknya indeks bursa di hampir seluruh dunia pada Oktober 2008 lalu turut menghempaskan Indeks Harga Saham gabungan (HSG) hingga level terendah, yang mengakibatkan BEI terpaksa disuspend sebab mengalami penurunan signifikan. Puncaknya terjadi pada 8 Oktober 2008, IHSG terkoreksi sebesar 10,38% hingga menyentuh level 1.451,669. Namun dibuka kembali pada 13 Oktober Suspensi tersebut untuk memberikan perlindungan kepada investor dan pasar. Kemudian pasar modal kembali bergerak naik, namun hal tersebut hanya disebabkan oleh dana jangka pendek. Namun optimisme bahwa bursa saham akan kembali membaik terlihat dari rencana IPO pada 2009 dimana tercatat sekitar 19 perusahaan. Termasuk diantaranya perusahaan yang gagal melakukan IPO pada Beberapa perusahaan yang gagal melakukan IPO pada 2008 akan merealisasikan pada tahun ini. Seperti diketahui, beberapa perusahaan yang gagal menggelar IPO pada 2008 lalu adalah PT Prime Petroservices, PT Power Telecom, PT Mitrasurya Cemerlang, PT Wahanaartha Harsaka, dan PT Garuda Food. Kemudian juga PT Bank Tabungan Negara (BTN), PT Krakatau Steel, PT Pembangunan

9 Perumahan, PT Waskita Karya, PT Garuda Indonesia, dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, IV, dan VII. Sejumlah BUMN yang akan masuk bursa, saham BUMN sangat ditunggu investor di pasar modal. Kementerian BUMN melepas 11 BUMN melakukan privatisasi melalui program IPO, sebagai upaya menyehatkan kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan yang benar-benar siap untuk melaksanakan IPO ada tiga perusahan, yaitu PT Krakatau Steel, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII, dan Bank Tabungan Negara (BTN). Sementara itu, kinerja emiten sepanjang triwulan I/2009 relatif lebih baik dibanding triwulan akhir Hal ini didukung oleh kinerja emiten berbasis pasar domestik yang masih tumbuh menjadi faktor utama pertumbuhan positif ditengah krisi global yang masih berlangsung. Dilihat dari sisi jumlah emiten maupun kapitalisasinya, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih tertinggal dibandingkan dengan pasar modal di negara lain di kawasan regional Asia. Menurut data World Federation of Exchange per Maret 2009, emiten di BEI hanya 396 emiten. Jumlah ini relatif kecil dibandingkan dengan emiten bursa Malaysia yang tercatat mencapai 968 emiten, Singapura (765 emiten) dan Thailand (527 emiten). Sedangkan dari sisi nilai kapitalisasi, dengan nilai US$ 113 milar, kapitalisasi di BEI masih berada dibawah kapitalisasi bursa regional khususnya negara tetangga. Bursa Singapura mencatat nilai kapitalisasi mencapai US$ 249 miliar, kemudian disusul oleh Malaysia sebesar US$ 197 miliar. Minimnya jumlah emiten di BEI dan masih terbatasnya jumlah investor yang berinvestasi di pasar modal, menyebabkan jika terjadi gejolak eksternal, pasar modal Indonesia lebih mudah terguncang. Karena dari sisi `supply` (emiten) dan `demand` (investor) masih terbatas, sehingga jika terjadi guncangan dari luar, misalnya dampak krisis global sejak tahun lalu dampaknya sangat terasa di bursa Indonesia. Pasar modal sebagai salah satu instrumen penggalang dana juga menghadapi goncangan yang kuat. Goncangan tersebut berupa penurunan Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) dari 637,40 di tahun 1997 menjadi 401,70 di tahun Kapitalisasi pasar juga mengalami hal serupa, yaitu di tahun 1997

10 Rp 215,10 trilyun turun menjadi Rp 159,90 di tahun 1998, sedangkan total transaksi menurun dari 120,40 trilyun pada tahun 1997 menjadi 99,60 trilyun untuk tahun 1998 (Bursa Efek Indonesia 2002). Dampak serius yang dialami sektor perbankan akibat krisis ekonomi berimbas pada dilikuidasinya 16 bank pada tahun 1997, disusul dengan pembekuan 10 bank di tahun 1998 dan penutupan sendiri 2 bank campuran pada tahun Dalam laporan tahunan yang tertuang dalam fact book IDX, tergambar jelas bahwa kinerja BEI terus memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Meningkatnya data dan angka tersebut menandakan bahwa pasar modal sebagai wahana investasi dan sebagai pintu gerbang masuk ke industri ini terus digemari kalangan investor. Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang merupakan salah satu indikator perdagangan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.. Perbandingan indeks harga saham gabungan beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Daftar IHSG Tahun High 551, , , , , ,962 Low 337, , , , , ,044 Close 424, , , , , ,826 Sumber : diolah (17 Agustus 2008) Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa IHSG tahun 2007 mengalami kenaikan 52 persen dibandingkan penutupan tahun Sementara penutupan tahun 2006 IHSG lebih tinggi, dibandingkan tahun 2005, demikian juga dengan 2004 dan Kenaikan IHSG tersebut merupakan cerminan dari keberhasilan investor menanamkan modalnya di pasar modal, karena emiten atau perusahaan yang menjual sahamnya tidak kesulitan dalam mencari modal guna pengembangan usaha. Peningkatan tersebut tentunya dapat mendorong investor untuk berinvestasi di pasar modal indonesia.

11 Fenomena tersebut disebabkan tingginya suku bunga perbankan, yaitu mencapai 77,63% di tahun Suku bunga yang tinggi dan tidak adanya dukungan dari sektor riil membuat banyak kredit pinjaman mengalami penundaan pembayaran sehingga dikategori sebagai kredit macet. Setiap investasi tentu memiliki risiko dan return yang berbeda-beda. Para investor sendiri tentu selalu berharap dapat memaksimalkan return atas investasinya berdasarkan tingkat toleransinya terhadap risiko. Investor yang berani mengambil risiko (risk taker) cenderung memilih saham-saham dengan tingkat risiko yang tinggi dengan pengharapan akan menuai return yang tinggi pada akhirnya. Sebaliknya, investor yang kurang berani (risk averse) cenderung memilih saham-saham dengan return yang normal. Salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah memperoleh deviden. Tujuan lain adalah memperoleh capital gain, yaitu selisih lebih antara harga investasi saat ini dengan harga investasi di masa lalu. Perilaku investor seperti itu mengindikasikan bahwa mereka membeli saham pada saat harga saham turun dan menjualnya kembali pada saat harga saham meningkat. Indikasi ini menyimpulkan bahwa seorang calon investor yang ingin membeli saham di pasar sekunder harus senantiasa memperhatikan pergerakan harga saham tersebut. Analisis terhadap saham secara umum terbagi dua, yaitu: analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data harga saham di masa lalu, sedangkan analisis fundamental menggunakan faktor yang diidentifikasikan sehingga dapat mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Dasar dari analisis fundamental adalah faktor fundamental suatu perusahaan. Faktor fundamental perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai faktor internal perusahaan yang digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan (Halim, 2003:5). Pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan membutuhkan suatu alat ukur,biasanya berbentuk rasio. Analisis rasio keuangan mampu memberikan manajemen gambaran tentang perubahan-perubahan pokok trend, jumlah dan hubungan serta alasan perubahan tersebut.

12 Hasil analisis laporan keuangan diharapkan dapat membantu manajemen dalam mengintreprestasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan sehingga dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa depan. Setiap investasi tentu memiliki risiko dan return yang berbeda-beda. Para investor sendiri tentu selalu berharap dapat memaksimalkan return atas investasinya berdasarkan tingkat toleransinya terhadap risiko. Investor yang berani mengambil risiko (risk taker) cenderung memilih saham-saham dengan tingkat risiko yang tinggi dengan pengharapan akan menuai return yang tinggi pada akhirnya. Sebaliknya, investor yang kurang berani (risk averse) cenderung memilih saham-saham dengan return yang normal. Tingkat keuntungan (return) merupakan motivasi investor dalam berinvestasi, karena itu, return seringkali dijadikan sebagai ukuran dalam membandingkan berbagai alternatif investasi. Pengukuran return historis memberikan dua keuntungan bagi investor. Hal yang pertama, pengukuran return historis yaitu memungkinkan investor mengetahui keberhasilan mereka dalam melakukan suatu investasi. Hal yang kedua, pengukuran return historis juga ikut berperan dalam memperkirakan return masa depan. Salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah memperoleh deviden. Tujuan lain adalah memperoleh capital gain, yaitu selisih lebih antara harga investasi saat ini dengan harga investasi di masa lalu. Perilaku investor seperti itu mengindikasikan bahwa mereka membeli saham pada saat harga saham turun dan menjualnya kembali pada saat harga saham meningkat. Indikasi ini menyimpulkan bahwa seorang calon investor yang ingin membeli saham di pasar sekunder harus senantiasa memperhatikan pergerakan harga saham tersebut. Kekuatan analisis investor dalam menilai dan memperkirakan harga saham akan berpengaruh terhadap capital gain yang akan diterimanya. Hal tersebut dikarenakan kekuatan analisis ini akan memberikan informasi kepada investor waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham yang dimilikinya.

13 Kewajaran harga saham yang terbentuk di pasar modal dapat dinilai oleh investor melalui pendekatan fundamental, sedangkan risiko sistematis (market risk) dapat mengurangi besarnya tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor. Pendekatan fundamental bermula dari pemikiran bahwa harga saham yang wajar ditentukan oleh ekspektasi atas dividen, pertumbuhan keuntungan dan tingkat bunga diskon di masa mendatang. Ekspektasi-ekspektasi ini dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi terhadap suatu perusahaan. Investment Opportunity Set (IOS) merupakan pengukuran atas pertumbuhan perusahaan yang diwakilkan atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian, dimana IOS yang memiliki level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden yang rendah serta IOS yang memiliki level rendah akan membagikan deviden yang tinggi sehingga investor akan melihat perusahaan yang memiliki IOS rendah karena akan memberikan deviden yang tinggi dan akan menaikkan harga saham dan tentunya akan memberikan capital gains yang besar sebagaimana diteliti oleh I Ketut Jati (2003). Penelitian yang dilakukan oleh Rudy Santoso pada tahun 2001 tentang pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Surabaya dimana secara simultan ROE, NPM dan EPS berpengaruh terhadap harga saham sedangkan secara parsial EPS dan ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan variabel ROA, ROE, EPS, PER dan IOS. Motivasi peneliti dengan menambahkan variabel IOS yang merupakan variabel yang diproksikan dengan harga, investasi dan varian yang sangat berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Variabel IOS mengukur pertumbuhan perusahaan. Bagi investor, variabel ini penting untuk memprediksi tingkat pengembalian di masa mendatang yang berupa pembagian dividen diakhir tahun, sehingga investasinya tidak sia-sia. Tingkat keuntungan (return) suatu investasi selalu berjalan beriringan dengan risiko. Risiko dalam investasi umumya terbagi dua, yaitu risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak berkorelasi dengan perusahaan lain dan dapat dihilangkan dengan

14 diversifikasi portfolio yang baik. Risiko sistematis (beta) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dan berkorelasi antar perusahaan karena variabel yang mempengaruhinya sama, yaitu variabel makro ekonomi antara lain nilai tukar mata uang (misalnya, Rupiah), tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul : Pengaruh Faktor Fundamental dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Harga Saham Emiten Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian akan dapat diketahu faktor-faktor apa saja dari aspek fundamental yang berdampak pada saham seluruh perusahaan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di muka, maka rumuskan masalah sebagai berikut: Apakah faktor fundamental dan IOS berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental dan IOS secara simultan dan parsial terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan pemahaman mendalam tentang pendekatan fundamental dan IOS yang digunakan untuk menganalisis return saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

15 b. Bagi praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi ilmiah untuk menyusun perencanaan investasi. c. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya Originalitas Penelitian ini merupakan penelitian berbentuk replikasi dan kelanjutan dari penelitian terdahulu, yaitu mereplikasi dari penelitian Jati (2003) dengan judul : Relevansi Nilai PER dan Deviden Yield dan Moderasi Investment Opportunity Set (IOS) dalam penilain harga saham dengan data dari Bursa Efek Jakarta dan Santosa (2001) yang berjudul pengaruh ROE, NPM dan EPS terhadap harga saham. Perbedaannya dengan peneliti ini adalah menggunakan variabel independen dengan ROA, ROE dan PER yang berbeda dari penelitian sebelumnya serta menggunakan variabel IOS, dimana IOS diproksikan dengan harga saham dan jenis perusahaan yang diteliti yaitu pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis Pasar Modal Pasar modal merupakan alternatif investasi yang paling populer saat ini. Hal ini dikarenakan dalam pasar modal, perusahaan emiten dapat memperoleh dana untuk menjalankan aktivitas operasi dan bisnisnya dengan cara menjual saham. Sebaliknya, para calon investor membeli saham dari perusahaan emiten disebabkan kepercayaan mereka terhadap kinerja manajemen perusahaan emiten yang diyakini akan memberikan tingkat keuntungan (return) yang optimal. Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedang tempat di mana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Tandelilin (2001:13) Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran utama dari pasar modal adalah sebagai sarana penghubung antara perusahaan emiten dengan para investor sehingga kedua belah pihak secara bersama dapat menikmati keuntungan yang seimbang. Pembagian pasar modal dalam mekanisme perdagangan sekuritas, yaitu: a. Pasar Perdana Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya (Tandelilin, 2001:14). Proses ini dikenal dengan sebagai Penawaran Saham Perdana atau istilah asingnya adalah Initial Public Offering (IPO). Penawaran saham perdana didahului dengan dikeluarkannya prospektus, yaitu informasi mendetail mengenai perusahaan. Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi

17 perusahaan kepada calon investor, sehingga calon investor dapat mengetahui prospek perusahaan di masa datang dan selanjutnya, tertarik untuk membeli sekuritas yang ditawarkan emiten (Tandelilin, 2001:14). b. Pasar Sekunder Pasar sekunder merupakan tempat jual-beli sekuritas emiten oleh dan antar investor setelah sekuritas emiten tesebut dijual di pasar perdana (Tandelilin, 2001:16). Sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar sekunder Indonesia antara lain: saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, waran, bukti right, dan reksadana (Tandelilin, 2001:16). Investasi dalam bentuk saham memberikan dua keuntungan bagi investor berupa: a. Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan emiten kepada para pemegang saham sebagai hasil dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan dalam suatu jangka waktu tertentu. Dividen merupakan salah satu daya tarik pemegang saham untuk orientasi jangka panjang. Pembagian dividen harus melalui persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). b. Capital Gain Capital Gain adalah selisih lebih antara harga beli dengan harga jual. Capital Gain terbentuk dari aktivitas perdagangan saham yang terjadi di pasar sekunder. Investor dengan orientasi jangka pendek biasanya cenderung mengejar keuntungan melalui capital gain Penilaian Harga Saham Tujuan dari penilaian harga saham adalah untuk membantu investor dalam menentukan saham mana yang paling menguntungkan. Investor akan selalu membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasar saham yang bersangkutan dalam perdagangan saham. Saham yang memiliki nilai pasar lebih tinggi

18 daripada nilai intrinsiknya (overvalued) merupakan saham yang layak untuk dijual dan sebaliknya, saham yang memiliki nilai pasar lebih rendah daripada nilai intrinsiknya (undervalued) merupakan saham yang layak untuk dibeli. Kenyataan tersebut mengharuskan para investor untuk menganalisis harga saham secara akurat. Analisis terhadap harga saham terbagi atas: analisis teknikal dan analisis fundamental. a. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan pasar untuk mengestimasi permintaan dan penawaran saham suatu perusahaan emiten maupun pasar secara keseluruhan. Data yang digunakan dalam analisis teknikal merupakan data yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik secara individual maupun gabungan, serta faktor teknis lainnya. Model analisis teknikal lebih menekankan sisi psikologis dari investor, yaitu memutuskan pembelian dan penjualan suatu saham di masa datang berdasarkan kebiasaannya di masa lalu. Para pegikut analisis ini menyatakan bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu lalu. Perubahan-perubahan tersebut nantinya akan memiliki pola yang berulang (Natarsyah dalam Husnan et.al, 2002:537). Ketepatan waktu dalam memprediksi harga (price movement) jangka pendek suatu saham merupakan sasaran yang ingin dicapai dari analisis ini. Keinginan untuk mencapai sasaran inilah yang membuat faktor-faktor teknis menjadi penting bagi seorang investor untuk menentukan waktu yang tepat untuk pembelian dan penjaulan saham. Alat analisis yang utama digunakan adalah grafik atau chart, seringkali disebut charist. Berdasarkan pernyataan diatas, maka disimpulkan bahwa dalam memprediksi harga saham di masa mendatang, analisis teknikal cenderung menggunakan data- data di masa lalu seperti analisis naikturunnya harga saham atau analisis indeks perdagangan saham. Francis (1988:603)

19 b. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam laporan keuangan sebagai pedoman untuk memprediksi harga saham di masa mendatang. Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham memiliki landasan yang kuat yang disebut nilai instrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisa yang sangat hati-hati terhadap kondisi perusahaan pada saat ini dan prospeknya di masa mendatang. Nilai instrinsik merupakan suatu fungsi dari faktor-faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan (return) yang diharapkan dengan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang diestimasi oleh para investor atau analis dan hasil dari estimasi ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price) sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice atau underprice (Natarsyah dalam Husnan et.al, 2002:542). Berdasarkan pernyataan diatas, menurut Natarsyah dalam Husnan et.al (2002:542) dapat disimpulkan bahwa para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang melalui beberapa hal berikut ini: 1) Mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa mendatang. 2) Menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham Faktor Fundamental Analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan (Jogiyanto, 2003:89). Umumnya analisis kinerja perusahaan dapat dilakukan melalui analisa rasio. Analisis fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap investor adalah makhluk rasional. Oleh karena itu, seorang fundamentalis mencoba

20 mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Argumentasi dasarnya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tapi juga, dan bahkan lebih penting, harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari. Analisis fundamental sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Menurut (Darmadji dan Fakhrudin, 2006:189) analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham. Beberapa data atau indikator yang umum digunakan dalam analisis fundamental adalah : pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba (profit margin), dan data-data keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Dengan analisis ini diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak karena biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. Analisis fundamental memfokuskan pada data laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasikan secara akurat. Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai saham berada pada posisi underpriced atau overpriced. Saham dikatakan underpriced bilamana harga saham di pasar modal lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya (nilai intrinsik), dan harga saham dikatakan overpriced apabila harga saham di pasar modal lebih besar dari nilai intrinsiknya. Indikator faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini : a. Return on Asset (ROA)

21 ROA merupakan rasio yang membandingkan net income dengan total asset (Sawir, 2005:33). Jika dihubungkan investasi saham, maka investor cenderung memilih saham dengan ROA yang tinggi. b. Return on Equity (ROE) ROE merupakan rasio yang membandingkan net income dangan stockholder equity (Sawir, 2005:33). Jika dihubungkan investasi saham, maka investor cenderung memilih saham dengan ROE yang tinggi. c. Earnings per Share (EPS) Dalam lingkaran keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan adalah EPS. Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektivitas manajemen. Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa Price Earnings Ratio Price Earning Ratio merupakan salah satu indikator yang sering digunakan analis sekuritas untuk menilai harga saham yang diperdagangkan di pasar modal. Jones (2004) menyatakan bahwa Price Earning Ratio is simply the number of times investors value earnings as expressed in the stock price. Selain itu juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Brealey and Myers (1991:61) The high P/E shows that investors think that the firm has good growth opportunities. Dengan demikian sebuah perusahaan yang mempunyai PER yang tinggi akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran menghasilkan laba dimasa depan (future earnings)

22 dari suatu perusahaan. Investor dapat mempertimbangkan rasio tersebut guna memilih saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar dimasa yang akan datang. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi (high growth) biasanya mempunyai PER yang besar, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah (low growth) biasanya memiliki PER yang rendah (Gibson : 1992, ). Disamping itu dapat juga berarti bahwa semakin besar PER memungkinkan harga pasar dari setiap lembar saham akan semakin membaik, demikian pula sebaliknya (Purnomo, 2008, 34). Dalam penelitiannya, Basu (1977: 670) menemukan bahwa PER dan return adalah berkaitan/berhubungan. Saham dengan PER yang tinggi akan memperoleh pengembalian lebih tinggi daripada yang diperoleh saham dengan per yang rendah. PER digunakan investor untuk menghubungkan laba perusahaan dengan harga saham yang dapat dirumuskan : Market price per share PER = x100% Earnings per share Dari formula tersebut jelas bahwa PER merupakan perbandingan antara harga saham dengan EPS, dimana hal tersebut dapat diperoleh dari masing masing neraca (balance sheet) pada laporan keuangan masing masing bank yang diobservasi. Terdapat bukti yang mengindikasikan terjadi penurunan harga saham secara signifikan selama pengumuman dari pembelanjaan modal yang baru atau hutang yang dapat dipertukarkan (convertible debt). Penawaran hutang secara terbuka atau saham preferen menghasilkan reaksi harga saham yang signifikan Investment Opportunity Set (IOS) IOS merupakan pengukuran atas pertumbuhan perusahaan yang diwakilkan atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian, dimana ios yang memiliki level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden yang rendah serta IOS yang memiliki level rendah akan membagikan deviden yang tinggi sehingga investor akan melihat perusahaan yang memiliki ios rendah karena akan memberikan

23 deviden yang tinggi dan akan menaikkan harga saham dan tentunya akan memberikan capital gains yang besar. IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) yang dinilai secara independent dari kesempatan investasi perusahaan dimasa yang akan datang dan pilihan pertumbuhan serta opsi investasi dimasa yang akan datang, dimana IOS tersebut mempengaruhi nilai suatu perusahaan (value of firm). Nilai perusahaan akan diukur dengan total aktiva atau total hutang jangka panjang (long term liabilities) dengan jumlah ekuitas, juga melakukan pengukuran atas leverage perusahaan yang pada akhirnya memberikan format didalam struktur modal perusahaan. Kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi dimasa yang akan datang yang diukur dengan investment opportunity set (IOS) akan menunjukkan nilai perusahaan. Penelitian yang mengkaji IOS dengan berbagai variabel pertumbuhan perusahaan dan variabel lainnya yang terkait dengan IOS telah banyak dilakukan. Penelitian yang mengevaluasi berbagai proksi IOS yang berasosiasi dengan pertumbuhan perusahaan telah dilakukan oleh Kallapur dan Trombley (1999) dalam Pagalung (2003). Kebijakan pendanaan (financing), deviden, kompensansi dan akuntansi (Smith dan Watts 1992, Gaver dan Gaver 1993, 1995 dan Skinner 1993), Pemilihan kebijakan pengungkapan (Cahan dan Hossain 1996) kebijakan deviden dan hutang korporasi konglomerat (Chaebol) Korea (Gul dan Kealey 1999), kebijakan korporasi perusahaan-perusahaan di Australia (Jones dan Sharma 2001), perusahaan multinasional (Belkaoui dan Picur 1998), model penilaian pasar (Belkaoui dan Picur 2001), dan model umum kesempatan tumbuh (AlNajjar dan Belkaoui 2001). Investment Opportunity Set (IOS) perusahaan menentukan kemampuannya memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Nilai opsi perusahaan tergantung kepada pengeluaranpengeluaran discretionary selanjutnya oleh manajer akan menambah besar biaya perusahaan dan tentunya akan memperkecil laba perusahaan dengan assumsi pendapatan konstan (agency theory),

24 sementara assets in place tidak memerlukan investasi tersebut (Gaver and Gaver dalam I.Ketut Jati,2003). Potensi pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan perbedaan antara nilai pasar saham (market value of share) dengan nilai buku (book value of share). IOS merupakan variable yang tidak dapat diobservasi, oleh karena itu diperlukan proksi (Hartono dalam I Ketut Jati, 2003). Proksi IOS itu sendiri bervariasi bentuknya dan diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama proksi (Gaver and Gaver 1993, Jones dan Sharma 2001, Kallapur dan Trombley 2001 dalam Gagaring Palagung, 2003) yaitu : 1. Proksi berdasarkan harga (price based proxies), 2. Proksi berdasarkan investasi (investment based proxies), dan 3. Proksi berdasarkan varian (variance measurement based proxies). 1. IOS berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan (assets in place). IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Rasiorasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut : a. Market to book value of equity dihitung dengan formula : Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham x 100 % Total Ekuitas b. Book to market value of assets dihitung dengan formula : Total Aktiva-Total Ekuitas+Jumlah Shm Beredar x Harga Penutupan Shm Total Aktiva

25 c. Earning to price ratios dihitung dengan formula : Laba Per Lembar Saham Harga Penutupan Saham d. Tobin s Q² dihitung dengan formulasi : (Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham) + (Total Hutang + sediaan) - Jumlah Aktiva Lancar Total Aktiva e. Debt ratios dihitung dengan formula : Total Hutang x 100 % Total Aktiva f. Debt to equity ratios dihitung dengan formula : Total Hutang x 100 % Total Modal Sendiri g. Gross Profit Margin dihitung dengan formula : Penjualan Harga Pokok Penjualan x 100 % Penjualan h. Total Assets Turn Over dihitung dengan formula : Penjualan x 100 % Total Aktiva 2. Proksi IOS kedua berdasarkan investasi yang mengungkapkan bahwa suatu kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki suatu IOS yang tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang ditempatkan atau yang diinvestasikan untuk waktu yang lama. Bentuk proksi ini adalah rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Rasiorasio yang telah digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan proksi investasi tersebut diantaranya : a. The ratio of R & D to assets

26 b. The ratio of R & D to sales c. Ratio of capital expenditure to firm value d. Investment Intensity e. Ratio of capital expenditure to book value of assets f. Investment to sales ratios g. Rasio capital additional to assets bok value h. Investment to earnings ratio i. Log of firm value 3. Proksi IOS ketiga didasarkan kepada pengukuran penyimpangan (variance measurement) yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian diantaranya : a. Variance of returns b. Assets beta c. The variance of assets deplated sales. Ketiga jenis proksi diatas yang menggambarkan beragamnya ukuran IOS sehingga memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio sebagai proksi IOS. Hal ini terjadi karena IOS bersifat unobservable (Gaver dan Gaver 1993). Pendekatan yang digunakan beberapa peneliti sebagian besar menggunakan ukuran variabel rasio-rasio dalam bentuk pengukuran rasio tunggal (single ratio), namun demikian beberapa penelitian hanya menggunakan pendekatan pengukuran komposit (composite measures) yaitu menggabungkan beberapa rasio sehingga membentuk suatu ukuran baru sebagai proksi. Pendekatan yang dapat digunakan dalam pengukuran komposit tersebut adalah dengan menggunakan analisis faktor untuk membentuk suatu varibel komposit yang dapat dikembangkan dan diuji lebih lanjut. Hal ini dilakukan karena selain IOS bersifat unobservable, IOS kurang tepat bila diproksi

27 dari satu ukuran empiris tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi yang merupakan proksi komposit (Gaver dan Gaver 1993). Selain itu dengan menggunakan pendekatan proksi komposit akan dapat mengurangi kesalahan pengukuran yang secara inheren melekat dalam variabel tunggal (single variable) untuk proksi IOS (Kallapur dan Trombley 2001) Harga Saham Jogiyanto (2003:80) mengatakan bahwa untuk menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan dengannya perlu diketahui. Nilai-nilai tersebut adalah : 1. Nilai Nominal (Par Value) Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah untuk kaitannya dengan hukm. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar yang secara hokum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak diambil oleh pemegang saham. 2. Agio Saham (Additional Paid-in Capital) Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value) meupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya. 3. Nilai Modal Disetor (Paid in Capital) Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai nominal ditambah dengan agio saham. 4. Laba Ditahan (Retained Earnings) Laba Ditahan (Retained Earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal.

28 b. Nilai Pasar (Market Value) Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. c. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value) Nilai intrinsik (intrinsic value) atau nilai fundamental (fundamental value) merupakan nilai seharusnya dari suatu saham. Ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari suatu saham, yaitu atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknikal (technical analysis). 1. Analisis Sekuritas Fundamental (Fundamental Security Analysis) Analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya). Untuk analisis fundamental, ada dua pendekatan yang dipergunakan untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (P/E ratio approach). Pendekatan nilai sekarang disebut juga dengan metode kapitalisasi laba (capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Pendekatan PER (price earning ratio) disebut juga dengan pendekatan earnings multiplier. PER menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukkan bahwa harga saham merupakan kelipatan 5 kali dari earnings perusahaan. Misalnya earnings yang digunakan adalah earnings tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen,

29 maka nilai PER sebesar 5 juga menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali selama 5 tahun. Analisis fundamental banyak digunakan oleh para akademisi dalam menentukan harga saham. 2. Analisis Teknikal (Technical Analysis) Analisis teknikal merupakan analisis untuk mengetahui nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham). Analisis teknikal banyak digunakan oleh para praktisi dalam menentukan harga saham. Menurut Mishkin (2003: 281) : Technical analysis is to study past stock price data and search for patterns such as trends and regular cycles. Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa analisis teknikal bertujuan mempelajari data-data pergerakan harga saham di masa lalu (yang telah lewat) dan menggunakannya untuk mencari pola pergerakan harga saham seperti kecenderungan pergerakan harga saham dan siklus yang teratur Review Penelitian Terdahulu (Theoritical Mapping) Penelitian ini mereview beberapa penelitian terkait diantaranya yang dilakukan oleh Limbong (2006), Pagalung (2003), Jati (2003), Santoso (2001), Haryanto (2003), Sasongko dan Wulandari (2003) dan Daniati (2006), Adapun beberapa literatur penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel berikut :

30 Tabel 2.1 : Tabel Penelitian Terdahulu Nama Peneliti No & Tahun Judul Penelitian Variabel penelitian Hasil dari Penelitian 1 Albed Eko Limbong (2006) Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen capital adequacy ratio, return on risk asset, return to asset ratio, net profit margin, return on asset, net interest margin. Operating profit margin dan dependen return saham. Secara simultan faktor fundamental dan risiko sistematik berpengaruh terhadap keuntungan saham, sedangkan secara parsial, hanya ROA, NPM, OPM, dan LDR yang berpengaruh terhadap keuntungan saham. 2 Gagaring Pagalung, (2003) Pengaruh Kombinasi Keunggulan dan Keterbatasan Perusahaan terhadap Set Kesempatan Investasi (IOS) Keunggulan : 1. Reputasi 2. Multinasional 3. Size 4. Profitabilitas Keterbatasan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Keunggulan hanya diwakili oleh satu variabel yaitu reputasi perusahaan dan berkorelasi positif dengan IOS, Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Al Najar dan Belkaoui Leverage 2. Risiko Sistematis IOS 3 I Ketut Jati (2003) Relevansi nilai Devidend Yield dan Price Earning Ratio dengan moderasi investment opportunity set dalam penilaian harga saham di Bursa Efek Jakarta 1. Deviden Yield 2. Price Earning ratio 3. IOS Tidak ditemukan perbedaan relevansi nilai deviden yield dan price earning ratio dengan nilai saham 4 5 Rudy Santoso, (2001) Haryanto (2003) Pengaruh profitabilitas harga saham rasio terhadap Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Minuman di BEJ 1. GPM 2. NPM 3. ROI 4. ROE 5. Profit Margin 6. Harga Saham Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) Harga saham merupakan variabel dependen. Ada pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dengan harga saham Hanya ROE yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham, sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham

31 6 Sasongko dan Wulandari (2003) Pengaruh EVA dan Rasiorasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Return On Sales (ROS) dan Basic Earning Power (BEP) Harga saham merupakan variabel dependen Hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROS, dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham 7 Daniati, Ninna dan Suhairi. (2006) Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham (Survey Pada Industri Textile dan Automotive yang Terdaftar di BEJ) Laporan Arus Kas, Laba Kotor, Size dan Expected Return. Adanya pengaruh yang signifikan antara arus kas dari aktivitas operasi terhadap expected return saham.

32 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, penelitian terdahulu, dan uraian di atas, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut: Return on Assets (X 1 ) Return on Equity (X 2 ) Earning per share (X 3 ) Harga Saham (Y) Price Earnings Ratio (PER) (X 4 ) Investment Opportunity Set (X 5 ) Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Laporan keuangan merupakan laporan kinerja dari suatu perusahaan. Laporan ini berisi sejumlah informasi yang dapat dijadikan sebagai alat pertimbangan bagi pihak-pihak yang membutuhkan, terutama para investor dan calon investor. Informasi ini berguna bagi mereka untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal.

33 Penilaian kinerja atau faktor fundamental perusahaan biasanya menggunakan analisis rasio keuangan. Menurut Tandelilin (2001), beberapa rasio yang penting adalah sebagai berikut: 1. Return on Asset Return on Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan aset perusahaan untuk memberikan penghasilan bagi perusahaan. Semakin tinggi ROA suatu perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut. 2. Return on Equity Return on Equity adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bagi para pemegang saham. Semakin tinggi ROE suatu perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut karena memberikan keuntungan yang memadai. 3. Earning Per Share Earning Per Share merupakan rasio yang menggambarkan besarnya pendapatan per lembar saham yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi EPS suatu perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut karena per lembar saham semakin meningkat seiring meningkatnya laba. 4. Price Earnings Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar saham per lembar dengan laba per saham (earning per share). Price Earning Ratio sangat penting diperhatikan oleh calon investor. Jika PER tinggi, berarti harga saham tersebut terlalu mahal atau dengan harga tertentu investor hanya memperoleh laba yang tinggi. Walsh dalam Haikal, (2004 : 156). Dengan demikian, calon pembeli saham akan memperoleh keuntungan yang lebih besar jika pembelian saham tersebut pada saat PER rendah karena saham cenderung akan mengalami kenaikan harga hal tersebut dikarenakan pendapatan perusahaan relatif aman dan sejalan dengan rendahnya tingkat kapitalisasi, sementara jika PER

34 menunjukkan nilai yang tinggi maka hal ini menunjukkan saat yang tepat untuk menjual saham. Dengan kata lain, pengetahuan tentang PER bagi investor berguna untuk mengetahui kapan harus membeli dan menjual sahamnya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari selisih harga saham (capital gain). Dari sudut pandang perusahaan, rasio ini mengindikasikan pengembalian yang harus diberikan perusahaan untuk menarik para investor. Informasi PER sebagai analisis rasional terhadap prospek antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain dengan menggunakan standar yang sama. Perusahaan mempunyai kesempatan investasi yang paling menarik akan memperoleh kapital harga yang wajar, yaitu harga yang mencerminkan investasi yang potensial. Apabila saham perusahaan menjadi tidak menarik dipasaran, maka harga saham perusahaan akan turun dan perusahaan tersebut akan memiliki hasil laba (earning yield) yang lebih tinggi. Upaya merumuskan bagaimana mencantumkan harga saham yang wajar telah dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan memperoleh tingkat keuntungan (return) yang menarik. Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran yang paling banyak digunakan investor untuk menentukan apakah investasi modal yang dilakukannya menguntungkan atau merugikan (Constand et al., 1991). PER menunjukkan berapa besar para investor bersedia dibayar untuk setiap keuntungan yang dilaporkan perusahaan, sehingga merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Para manajer keuangan perusahaan akan senang jika saham perusahaannya dijual dengan PER yang tinggi. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai peluang pertumbuhan yang baik yang berarti pendapatannya relatif aman dan sejalan dengan rendahnya tingkat kapitalisasi. Dengan semakin berkembang dan semakin terintegrasinya pasar modal, maka analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi PER mempunyai arti penting bagi investor sebelum mengambil suatu keputusan investasi. Dari informasi ini, diperoleh analisis rasional sebagai evaluasi terhadap prospek antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya dengan menggunakan standar yang sama yaitu

35 PER satu perusahaan dengan PER perusahaan lainnya. Perusahaan yang mempunyai kesempatan investasi yang paling menarik akan memperoleh kapital harga yang wajar, yaitu harga yang mencerminkan investasi yang potensial. IOS (Moderasi) merupakan pengukuran atas pertumbuhan atau kesempatan investasi yang didasarkan kepada proksi harga, investasi dan penyimpangan. Apabila tingkat keuntungan (return) pasar menyatakan perubahan pasar, maka tingkat keuntungan suatu saham dalam konsep model indeks tunggal dinyatakan sebagai berikut: (Jogiyanto, 2003:270) Ri = αi + βi. RM + ei dimana: Ri = return saham i αi = bagian dari return saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar. Variabel ini merupakan variabel acak. βi = Beta saham i, merupakan parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Ri jika terjadi perubahan pada RM RM = return indeks pasar i. Variabel ini merupakan variabel acak ei = nilai kesalahan residu Menurut Husnan (2001), model indeks tunggal dapat menunjukkan satu-satunya alasan saham bergerak secara bersamaan adalah karena saham bereaksi terhadap gerakan pasar Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah : Faktor fundamental dan IOS berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap harga saham emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003:30). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental (return on asset, return on equity, earnings per shared, Price Earnings Ratio dan IOS terhadap harga saham Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2004:13). Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan dari seluruh emiten perbankan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai Data yang digunakan adalah jenis pooled cross section time series, yaitu gabungan data antara perusahaan/cross section dan antar waktu/time series (Indriantoro, 2002:95). Sumber data penelitian adalah sebagai berikut: 1. Data harga saham perusahaan yang terpilih sebagai sampel diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2. Data mengenai tanggal pendirian dan tanggal listing perusahaan yang terpilih sebagai sampel diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 3. Data laporan keuangan tahunan perusahaan yang terpilih sebagai sampel pada tahun diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia ( keuangan/detail/soft copy laporan keuangan).

37 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Menurut Sularso (2003:69), Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, ataupun segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu yang ingin diselidiki oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah emiten manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 30 November 2007 BEJ (Bursa Efek Indonesia) dan BES (Bursa Efek Surabaya) resmi berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi penelitian ini adalah sama dengan penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk melihat konsistensi dari penelitian sebelumnya. Menurut Indonesia Stocks Exchange (ISX) Statistic, perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2005 sampai tahun 2008 sebanyak 185 perusahaan. (Lampiran 1 a) Sampel Penelitian Menurut Sularso (2003:67), Sampel adalah beberapa anggota atau bagian dari populasi yang mencukupi populasi, sehingga dengan mempelajari sampel dan memahami karakteristiknya memungkinkan untuk mengeneralisasikan karakteristik tersebut pada seluruh anggota populasi. Sejumlah tertentu dari populasi dijadikan sampel, yaitu: perusahaan manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia dan konsisten menerbitkan laporan keuangan secara konsisten dari awal tahun 2005 sampai dengan Menurut Jogianto (2004) teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama dari jumlah populasi yang ada. Untuk menentukan ukuran sampel (sample size) dengan metode simple random sampling maka minimal sampel yang digunakan dengan rumus yang sebagai berikut : n = N Nd 2 1 Keterangan: n = ukuran sampel

38 N = ukuran populasi d = presisi yang digunakan Adapun ukuran sampel minimal dapat dihitung sebagai berikut : 185 n = x 0,05 1 n = (sampel minimal) Teknik penelitian ini mengunakan simple random sampling, agar dapat menentukan jumlah sampel yang layak dari sebuah populasi penelitian. Sesuai dengan kriteria di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 127 perusahaan manufaktur dari populasi 185 emiten manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun Tahun amatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 tahun berturut-turut yaitu tahun Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian Definisi Operasional Definisi Operasional merupakan penjelasan variabel-varibel yang telah diklasifikasikan. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Harga Saham (Y) Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah harga saham berdasarkan nilai bukunya (book value) pada akhir tahun. (Jogiyanto, 2004:111). Harga saham diukur dengan skala rasio. b. Return On Asset (ROA)/X1 adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang ada. Semakin besar nilai ROA, maka semakin baik kinerja emiten dalam menghasilkan laba. (Sawir, 2005). ROA diukur dengan skala rasio. c. Return On Equity (ROE)/X2 adalah rasio untuk mengukur kemampuan emiten dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemegang saham. Semakin besar nilai ROE, maka semakin baik kinerja emiten

39 dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. (Sawir, 2005). ROE diukur dengan skala rasio. d. Earning per Share/X3 merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan. (Sawir, 2005). EPS diukur dengan skala rasio. e. Price Earnings Ratio (PER)/X4 Laba Bersih Setelah Pajak EPS ( x4) x100% Jumlah Lembar Saham merupakan perbandingan antara harga pasar saham per lembar dengan laba per saham (earning per share). PER diukur dengan skala rasio. PER dirumuskan : (Jogiyanto, 2004 : 65) Market price per share PER = x100% Earnings per share f. Investment Opportunity Set (IOS)/X5 IOS (Moderasi) merupakan pengukuran atas pertumbuhan atau kesempatan investasi yang didasarkan kepada proksi harga, investasi dan penyimpangan. IOS diukur dengan skala rasio. IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Pengukuran Variabel Penjualan x 100 % Total Aktiva Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah harga saham dari setiap perusahaan yang terpilih menjadi sampel. Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen/variabel terikat (Sugiyono, 2004:3). Variabel independen (bebas) yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua, yaitu: pertama, adalah faktor fundamental yang terdiri dari faktor fundamental (return on asset, return on equity ratio dan earnings per share ); kedua, adalah

40 Beta saham sebagai pengukur risiko sistematis. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2004:3). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2. Operasionalisasi Variabel Nama Variabel Indikator Variabel Defenisi Parameter Skala Ukuran Variabel Dependen Harga Saham (Y) Adalah harga saham berdasarkan nilai bukunya (book value) pada akhir tahun. Harga saham berdasarkan nilai bukunya (book value) pada akhir tahun 31 Desember. Rasio Variabel Independe n Return on Assets (X1) Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang ada. Modal/Aktiva Tertimbang Menurut Resiko Rasio Return On Equity (ROE)/X2 Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemegang saham Net income/stockholder Equity Rasio Earnings per Shared (EPS)/X3 Rasio untuk jumlah komposisi yang diperoleh investor atas laba yang diperoleh dibanding per lembar saham. Net income/outstanding share Total Rasio

41 Price Earnings Ratio (X 4 ) Investment Opportunit y Set (IOS)X5 Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara Harga Per Lembar Saham dibagi laba beraih. Investment Opportunity Set (IOS) merupakan pengukuran atas pertumbuhan atau kesempatan investasi yang didasarkan kepada proksi harga, investasi dan penyimpangan. Harga Pasar per Lembar Saham/Laba Per Lembar Saham IOS diproksikan dengan harga yaitu : Total Assets Turover dihitungan dengan cara membagi antara penjualan dengan total aktiva. Rasio Rasio 4.5. Metode Analisis Data Pengujian dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda, yaitu: Y = β0+ β1x1 + β2x2 + β3x3 +β4x4 + β5x5 + e dimana: Y = Harga saham X1 = Return on asset (ROA) X2 = Return on equity (ROE) X3 = Earnings per Share (EPS) X4 = Price Earnings Ratio (PER) X5 = Investment Opportunity Set (IOS)

42 β0 = Intercept Y β1, β2,β3, β5 = koefisien regresi masing-masing variabel e = varibel penggangu. Alat uji yang digunakan adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan dalam penelitian ini karena variabel terikat yang dicari untuk dijelaskan hipotesis bergantung pada lebih dari satu variabel bebas. Alat analisis yang digunakan adalah SPSS versi 17.0 dengan tingkat kepercayaan (confidance level) 95 % atau taraf nyata (α) 5 %. Sebelum didapatkan model dilakukan uji asumsi klasik meliputi Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Autokorelasi dan Uji Heteroskedastisitas. 1. Uji Determinasi Uji determinasi dilakukan untuk menganalisis ketepatan prediksi variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel bebasnya dengan membandingkan pada nilai observasi sesungguhnya variabel dependen tersebut. Analisis hal tersebut dilakukan dengan melihat nilai adjusted R Square. 2. Uji Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : H1 : Faktor fundamental dan IOS berpengaruh secara simultan dan secara parsial terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F dan uji t. a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji signifikansi simultan (Uji F) bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas dalam penelitian secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikatnya, yaitu apakah faktor fundamental price Earnings Ratio dan Investment Opportunity Set (IOS) secara bersama berpengaruh

43 (return on asset, return on equity ratio, Earnings per Share, price earnings ratio dan Investment Opportunity Set terhadap harga saham. Hasil F - test ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA, yang menunjukkan jika F hitung > F tabel atau p-value pada kolom sig < level of significant ( ) maka variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat, demikian juga sebaliknya jika jika F hitung < F tabel atau p-value pada kolom sig > level of significant ( ) maka variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji Signifikansi Parsial (Uji t) dilakukan untuk menunjukkan apakah variabel bebas dalam penelitian secara parsial/sendiri berpengaruh terhadap variabel terikatnya, yaitu apakah faktor fundamental (return on asset, return on equity ratio, Earnings per Share, Price Earnings Ratio) dan Investment Opportunity Set (IOS) secara parsial/sendiri berpengaruh terhadap harga saham. Nilai dari uji t-test dapat dilihat dari masing masing variabel bebas, jika t- hitung > t- tabel atau p-value (kolom sig) < level of significant, maka variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika t- hitung < t- tabel atau p-value (kolom sig) > level of significant, maka variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

44 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan hasil pengolahan data dimana hasil uji regresi berganda yang menunjukkan model regresi yang tidak linier dan tidak melewati uji asumsi klasik. Selanjutnya untuk mendapatkan model yang layak (blues unbiased linier) dilanjutkan dengan melakukan transformasi logaritma natural pada seluruh variabel. Asumsi utama dilakukannya transformasi tersebut adalah untuk menghindari pencilan data yang tertinggi dengan data yang terendah akibat karena terjadinya perbedaan antara emiten yang besar dengan emiten yang kecil. Setelah transformasi dilakukan maka dilakukan pengujian regresi berganda setelah melewati uji asumsi klasik. Berdasarkan model yang sudah dilogaritma maka diperoleh model yang akan dibahas lebih lanjut yang terdapat pada Lampiran 8b merupakan model yang telah melewati uji asumsi klasik. Statistik deskriptif untuk setiap variabel bebas yang dianalisis disajikan pada Tabel 5.1. Variabel bebas yang digunakan dalam analisis ini sebanyak 5 (lima) variabel, yaitu return on asset, return on equity ratio, Earnings per Share, price earnings ratio dan Investment Opportunity Set terhadap harga saham.. Variabel dependen yang digunakan adalah Harga Saham (Y). Deskripsi data terdapat pada Tabel 5.1 sebagai berikut :

45 Tabel 5.1 Deskriptif Statistik Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA_X ROE_X EPS_X PER_X IOS_X HS_Y Valid N (listwise) 508 Sumber : Hasil Output SPSS 17 (Lampiran 8b) Variabel tingkat Harga Saham (stock prices) adalah harga saham penutupan pada akhir tahun. Besarnya nilai perubahan harga saham emiten manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun rata-rata sebesar Rp 5.450,72.- Perubahan harga saham tertinggi sebesar Rp dan perubahan terendah sebesar Rp 41,80.- Return on Assets/ROA (X1) yaitu perbandingan antara jumlah laba bersih/rugi bersih yang diperoleh terhadap total kekayaan perusahaan. Pada Tabel 5.1 terlihat bahwa rata rata total Return on Assets/ROA sebesar 38,58 % saham dengan nilai ROA tertinggi sebesar % dan terendah sebesar -83,25 %. Variabel Return on Equity (X2) perusahaan sampel yang mengukur jumlah laba besih terhadap total equitas yang ada. Seberapa besar jumlah laba bersih yang ada memberikan kontribusi terhadap equitas. Dari sampel yang diperoleh diketahui bahwa secara umum rata-rata ROE tahun adalah sebesar -15,94 % dengan ROE tertinggi sebesar 822,06 % dan yang terendah % dengan standar deviasi dari rata rata sebesar 385,36 %.

46 Variabel Earnings per Share (X3) dalam penelitian ini diukur dengan laba bersih per lembar saham. Berdasarkan Tabel 5.1. terlihat bahwa rata-rata laba bersih per lembar saham dalam kurun waktu adalah sebesar Rp534,37.- dengan rata-rata laba bersih per lembar saham tertinggi dan terendah masing-masing Rp per lembar dan Rp 230,76.- per lembar sahamnya. Variabel Price Earnings Ratio (X4) dalam penelitian ini diukur dengan harga saham dibagi dengan jumlah lembar saham yang dimiliki. Berdasarkan Tabel 5.1. terlihat bahwa rata-rata PER dalam kurun waktu adalah sebesar Rp 364,27.- dengan rata-rata PER tertinggi dan terendah masingmasing Rp per lembar dan Rp 114,85.- per lembar sahamnya. Variabel Investment Opportunity Set (IOS) Ratio (X5) adalah set kesempatan investasi. Dalam penelitian ini diukur dengan nilai Total Assets Turnover yang dimiliki. Berdasarkan Tabel 5.1. terlihat bahwa rata-rata IOS dalam kurun waktu adalah sebesar 364,27 % dengan rata-rata IOS tertinggi dan terendah masing-masing 2876 % dan -34,53 % Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan suatu analisis data yang akurat, suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari asumsi-asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain uji autokorelasi, normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histogram atau normal probabilitas plot. Berdasarkan hasil pengolahan data SPSS, Uji normalitas data dalam penelitian dapat dilakukan dengan berbagai model normalitas data diantaranya yang ditunjukkan pada Gambar 5.1 berikut :

47 Model Histogram Gambar 5.1. Uji Normalitas Data dengan Histogram (Sebelum Transformasi) Berdasarkan gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan tidak terdistribusi normal dengan residualnya. Hal tersebut diketahui poligon kecenderungan pada sentral garis distribusi normal sehingga dapat disimpulkan data tidak terdistribusi normal (Ghozali, 2005). Model Grafik P-P Plot Selain menggunakan model histogram, uji normalitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan gambar Grafik P-P Plot. Berdasarkan pada Gambar 5.2 dibawah titik titik tidak menyebar digaris titik diagonal dengan demikian data tidak terdistribusi normal.

48 Gambar 5-2 : Gambar Normal P-P Plot (Sebelum Transformasi) Menurut Ghozali (2005), menyatakan bahwa jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, berdasarkan gambar tersebut maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Menurut Erlina dan Mulyani (2007) ada beberapa cara merubah model regresi menjadi normal yaitu dengan cara : 1. Melakukan transformasi data ke bentuk lain 2. Melakukan trimming yaitu membuang data outlier 3. Melakukan winsorizing yaitu merubah nilai data outlier dalam bentuk tertentu. Pada penelitian ini untuk data yang tidak normal dilakukan dengan melakukan transformasi kedalam bentuk logaritma natural. Adapun hasil setelah dilakukan transformasi dengan cara melakukan logaritma terhadap data maka diperoleh hasil sebagai berikut :

49 Model Histogram Gambar 5.3. Uji Normalitas Data dengan Histogram (Sesudah Transformasi) Berdasarkan gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan normal. Hal tersebut diketahui poligon kecenderungan tidak menceng ke kiri maupun ke kanan. Model Grafik P-P Plot Berdasarkan pada Gambar 5.2 dibawah titik titik menyebar digaris titik diagonal dengan demikian merupakan data normal.

50 Gambar 5-4 : Gambar Normal P-P Plot (Sesudah Transformasi) Ghozali (2005), menyatakan bahwa jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Model Statistik dengan Uji Kolmogorov Smirnov Selain itu uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample Kolmogorov Smirnov Test. Adapun hasil pengujian terdapat pada Tabel 5.2 berikut :

51 Tabel 5.2 : Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test (Sebelum Transformasi) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 508 Normal Parameters a,,b Mean Std. Deviation E4 Most Extreme Differences Absolute.319 Positive.295 Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed).000 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Output SPSS (Lampiran 8b) Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 5.2 tersebut terlihat besarnya nilai Kolmogorov- Smirnov adalah dan signifikan pada Hal ini berarti H 0 diterima yang berarti data residual tidak terdistribusi normal. Setelah dilakukan transformasi dengan melakukan transformasi dalam bentuk logaritma maka hasil yang diperoleh sebagai berikut :

52 Tabel 5.3 : Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test. (Sesudah Transformasi) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 366 Normal Parameters a,,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute.063 Positive.063 Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed).112 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Output SPSS (Lampiran 8b) Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 5.3 tersebut terlihat besarnya nilai Kolmogorov- Smirnov adalah dan signifikan pada Hal ini berarti H 0 ditolak yang berarti data residual berdistribusi normal Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas lain. Jika terjadi multikolinearitas, akan mengakibatkan timbulnya kesalahan standard penaksir dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar. Menurut Ghozali (2005) salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan melakukan uji VIF (Variance Inflation Factor) yaitu jika VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak

53 kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data yang diperoleh, dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut: Tabel 5.4 : Uji Multikolinearitas (Sebelum Transformasi) Coefficients a Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 ROA_X ROE_X EPS_X PER_X IOS_X a. Dependent Variable: HS_Y Sumber : Hasil Output SPSS (Lampiran 8b) Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk variabel EPS_X3 dan PER_X4 adalah > 10 dan Tolerance mendekati 0,1. Hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini terdapat gejala multikolinearitas (homoskedastisitas). Setelah dilakukan proses transformas maka menghasilkan model berikut : Tabel 5.5 : Uji Multikolinearitas (Sesudah Transformasi) Coefficients a Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 ln_roa_x ln_roe_x ln_eps_x ln_per_x

54 ln_ios_x a. Dependent Variable: ln_hs_y Sumber : Hasil Output SPSS (Lampiran 8b) Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah < 10 dan Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas (homoskedastisitas) Uji Autokorelasi Gejala Autokorelasi diditeksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Menurut Santoso (2005 : 241), untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW). Nilai d tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai d tabel dengan tingkat signifikansi 5% dengan df = n-k-1. Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai DW sebesar 1,670, berarti data tidak terkena autokorelasi. Tabel 5.6 : Nilai Durbin-Watson Model R Std. Error of the Estimate Durbin-Watson a a. Predictors: (Constant), ln_ios_x5, ln_roa_x1, ln_eps_x3, ln_roe_x2, ln_per_x4 b. Dependent Variable: ln_hs_y Sumber : Hasil Output SPSS (Lampiran 8 b) Berdasarkan Tabel 5.6 di atas, untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin- Watson, dengan kriteria dari tabel Durbin-Watson terlihat Nilai DW sebesar 1,670 Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria menurut Santoso (2005 : 219) dengan cara melihat besaran Durbin-Watson sebagai berikut :

55 Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson (D-W) sebesar 1,550. Oleh karena itu, nilai DW dalam rentang nilai -2 dan lebih kecil dari 2 (-2 < 1,670 < 2) maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadinya heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengolahan data, uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 5.5 :

56 Sumber : Hasil Output SPSS (Lampiran 8b). Gambar 5.5 : Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan gambar di atas tidak terlihat ada pola tertentu, serta titik titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu permasalahan Heteroskedastisitas dapat diketahui dengan Uji Park Ghozali (2005 : 107). Model regresi yang baik adalah model yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dengan Uji Park. Asumsi utama Uji Park yaitu dengan melakukan transformasi logaritma terhadap residual (Ghozali, 2005 : 107). Adapun hasil pengujian Uji Park terdapat pada Tabel 5.7 berikut : Tabel 5.7 : Uji Park Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig.

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat. menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat. menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam) dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan alternatif investasi yang paling populer saat ini. Hal ini dikarenakan dalam pasar modal, perusahaan emiten dapat

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Laporan Hasil Penelitian PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Peneliti : Bantu Tampubolon, SE,MBA,Ak Ardin Doloksaribu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga saham Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal. Saham (stock

Lebih terperinci

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA BAB II TIMJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran arus instrumen keuangan jangka panjang, umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal telah menjadi salah satu sumber

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia jumlah emiten yang ada di Bursa Efek Indonesia meningkat. Meningkatnya jumlah emiten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah bursa saham di Jakarta yang merupakan bursa tempat dimana orang memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA 2.1.1.1 Pengertian PBV (Price Book Value) Rasio PBV (Price Book Value) ini di definisikan sebagai rasio harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru Indonesia, baik di kota-kota besar maupun didaerah. Pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah: 2.1.1 Widayanti dan Haryanto (2013) Penelitian Widayanti dan Haryanto (2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Hal ini berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Hal ini berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Hal ini berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana yang digunakan oleh para investor untuk kegiatan investasi serta sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain seperti pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Myers (1977) memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Myers (1977) memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Investment Opportunity Set Istilah Investment Opportunity Set (IOS) muncul setelah dikemukakan oleh Myers (1977) memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam menjaga stabilitasnya. Dengan pembangunan ekonomi yang tinggi, maka masyarakat suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting dalam perekonomian dan menjadi faktor pembiayaan dan alternatif sumber dana operasional bagi perusahaan-perusahaan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang. kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang. kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam) dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat dihadapkan pada berbagai pilihan mengenai cara menginvestasikan dana. Berbagai macam pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan berkaitan dengan topik yang serupa antara lain: 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masalah nilai dan pengukuran sudah lama menjadi isu ekonomi khususnya akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harga saham merupakan salah satu indikator minat dari calon investor untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk tetap going concern. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk tetap going concern. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap entitas bisnis dalam menjalankan usahanya selalu memiliki harapan untuk tetap going concern. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia.

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini berbagai sektor korporasi melakukan ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003-2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir, 2003). Adapun rumus ROA adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir, 2003). Adapun rumus ROA adalah sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Return On assets (ROA) Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan diperlukan ukuran-ukuran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Investor dan analis sekuritas memiliki cara-cara tersendiri untuk menentukan saham yang akan dibelinya, namun umumnya tidak terlepas dari analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM

ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi terutama di negaranegara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal telah menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting di dalam kegiatan perekonomian sehingga efektivitas pasar modal seringkali dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era sekarang ini para pemilik modal dapat memilih beberapa alternatif untuk menginvestasikan modalnya. Dana yang tersedia dapat disimpan dalam bentuk berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pasar modal memiliki peran yang cukup penting dalam suatu perekonomian suatu negara. Dianggap demikian karena pasar modal dapat menjalankan dua

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2. 1.1. Penilaian Saham Modal atau efek yang diperjualbelikan di pasar modal Indonesia pada umumnya berbentuk saham dan obligasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran pasar modal mempunyai pengaruh yang penting dalam menunjang perekonomian suatu negara. Pasar modal merupakan suatu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri atas Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. A. Latar Belakang Masalah Fenomena globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjuabelikan sekuritas. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pasar modal di negara Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin bertambah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Potensi pertumbuhan perusahaan

diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Potensi pertumbuhan perusahaan BAB I PENDAHULUAN LI Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan sebuah kombinasi antara aset milik perusahaan dengan pilihan investasi di masa datang (Myers, 1977 dalam Gaver dan Gaver, 1993). Pilihan-pilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pasar Modal 1.1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan penting dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dikatakan efisiensi secara informasional apabila harga sekuritassekuritasnya

BAB I PENDAHULUAN. modal dikatakan efisiensi secara informasional apabila harga sekuritassekuritasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang mendukung kepercayaan pemodal terhadap pasar modal adalah persepsi mereka akan kewajaran harga sekuritas (saham). Dalam keadaan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu aktivitas pengerahan dana jangka panjang dari

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu aktivitas pengerahan dana jangka panjang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu aktivitas pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk kemudian digunakan ke sektor yang lebih produktif. Proses pembentukan modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2002.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan penting dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pasar modal merupakan sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Istilah penawaran umum atau sering juga disebut dengan go public semakin

I. PENDAHULUAN. Istilah penawaran umum atau sering juga disebut dengan go public semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah penawaran umum atau sering juga disebut dengan go public semakin sering didengar seiring dengan semakin maraknya instrumen pasar modal yang berkembang saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sebuah tempat bagi perusahaan yang membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu terhadap badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam perekonomian suatu negara saat ini ditunjang oleh peranan penting pasar modal dimana pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan perusahaan akan dana yang lebih besar. Sumber pendanaan ini

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Saham Seorang investor perlu melakukan analisis terlebih dahulu terhadap sahamsaham yang akan dipilihnya guna memprediksi apakah saham tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui utang maupun penjualan saham di lantai bursa (Riyanto, 2002). pembiayaan pembangunan nasional (Riyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. melalui utang maupun penjualan saham di lantai bursa (Riyanto, 2002). pembiayaan pembangunan nasional (Riyanto, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan operasional yang dilakukan suatu perusahaan, baik melalui pengembangan usaha maupun perluasan investasi tentunya membutuhkan dana dalam jumlah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Masalah perekonomian selalu menjadi faktor yang penting untuk mendorong kemajuan suatu negara. Perusahaan akan selalu menghadapi hambatan-hambatan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam melakukan kegiatan investasi yaitu adanya return saham yang merupakan imbalan atas keberanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal tersebut terbukti dari pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan tingkat bunga yang relatif rendah.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu 8 II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat bagi perusahaan untuk mengumpulkan modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat maupun publik. Keterlibatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surat berharga di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. surat berharga di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan investor. Perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini tidak mengabaikan adanya penelitian terdahulu yang sangat bermanfaat sebagai acuan penulis, dalam penelitian ini menggunakan dua peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal, dan bagi investor akan mendapatkan return. Para pemodal tertarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. modal, dan bagi investor akan mendapatkan return. Para pemodal tertarik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini para pemilik modal dapat memilih berbagai alternatif untuk menginvestasikan modalnya. Dana yang tersedia bisa dalam bentuk berbagai jenis tabungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio (PER))

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio (PER)) BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio (PER)) 2.1.1.1 Pengertian Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio (PER)) Ketika suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini setiap negara harus mampu mengacu pada pembangunan dan perekonomian. Pasar modal memiliki peran yang penting dalam kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Investasi pada sekuritas juga bersifat likuid (mudah dirubah). Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Investasi pada sekuritas juga bersifat likuid (mudah dirubah). Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana untuk melakukan investasi yaitu memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditanamkan oleh para investor asing maupun domestik di pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditanamkan oleh para investor asing maupun domestik di pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi dalam bentuk saham merupakan salah satu bidang investasi yang banyak ditanamkan oleh para investor asing maupun domestik di pasar modal Indonesia. Investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pengembalian Saham Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkanya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Eropa khususnya di Inggris, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Eropa khususnya di Inggris, sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pertumbuhan ekonomi global dimulai pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Eropa khususnya di Inggris, sedangkan pertumbuhan ekonomi di Asia dipelopori

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang khususnya dalam bidang ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Modal merupakan salah satu unsur yang penting dalam suatu kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Modal merupakan salah satu unsur yang penting dalam suatu kegiatan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal merupakan salah satu unsur yang penting dalam suatu kegiatan ekonomi. Setiap jenis dari aktivitas ekonomi membutuhkan unsur modal. Tanpa ada modal usaha, pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Kasmir (2014:07) menyatakan laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Profitabilitas Profit dalam kegiatan operasional perusahaan merupakan elemen penting untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang akan datang. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Tandelilin (2001) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci