FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PRIVATISASI BUMN : KOMPARASI INDONESIA-MALAYSIA DR TOTO PRANOTO*

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PRIVATISASI BUMN : KOMPARASI INDONESIA-MALAYSIA DR TOTO PRANOTO*"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PRIVATISASI BUMN : KOMPARASI INDONESIA-MALAYSIA DR TOTO PRANOTO* 1. Latar Belakang Privatisasi BUMN merupakan fenomena yang terjadi di negara maju dan berkembang, dilakukan secara intensif terutama pada awal dekade 1980 an dengan Inggris di bawah Thatcher sebagai motornya. Privatisasi BUMN yang banyak dijalankan terutama di negara berkembang sering menimbulkan kontroversi terkait dengan tujuan, motivasi, serta implementasi yang sering disertai dengan banyak distorsi. Beberapa pemikiran yang muncul mendukung privatisasi sebagai suatu konsep untuk menciptakan perbaikan kinerja BUMN, sementara pemikiran lain melihat langkah restrukturisasi BUMN lebih tepat dilakukan untuk menghindarkan efek buruk privatisasi. Privatisasi BUMN di Indonesia dan Malaysia telah intensif dilakukan sejak 2 dekade terakhir.dengan latar belakang, tujuan, serta motif yang tidak persis sama maka privatisasi yang dijalanlan di ke dua negara telah menghasilkan transaksi privatisasi yang signifikan dalam jumlah dan nilai transaksi. Apakah privatisasi yang dijalankan mampu merubah kinerja BUMN dan bagaimana pengaruh aspek politik, organisasi dan kebijakan (policy) terhadap keberhasilan privatisasi merupakan hal yang akan dianalisis dalam penelitian ini. * DR Toto Pranoto, saat ini bertugas di Lembaga Management FEUI. Paper ini dipresentasikan pada FEUI Research Day, 13 Desember

2 2. Landasan Teori Apabila ditinjau dari perkembangan teori adminsitrasi publik, Privatisasi merupakan buah dari Kritik terhadap model administrasi publik klasik yang kemudian melahirkan konsep manajemen publik baru (New Public Management). Konsep NPM muncul pada tahun 1980 an dengan Sasaran utama yang ingin dicapai adalah perubahan cara pengelolaan pemerintah dalam penyampaian pelayanan kepada masyarakat dengan penekanan pada orientasi pasar (market orientation) sehingga mampu menghasilkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik. Konsep NPM memfokuskan diri pada pemisahan birokrasi pada unit yang lebih kecil, kompetisi antara pemerintah dan swasta dalam penyediaan jasa publik, dan perubahan motivasi dari sekedar pelayan publik menjadi motif ekonomi, dengan memberikan insentif pada pelayanan publik seperti yang diberikan dalam usaha swasta. NPM menekankan performance sebagai kriteria utama, dengan menerapkan teknologi manajemen yang digunakan di lingkungan swasta ke lingkungan publik. Menurut Farazmand (2003) 1, NPM timbul sebagai reaksi atas perubahan lingkungan yang terjadi dalam 2 dekade sejak awal 1980 an. Perubahan lingkungan tersebut meliputi antara lain besarnya alokasi budget untuk sektor publik yang kemudian mendorong langkah efisiensi dan pemotongan budget, tumbuhnya inovasi teknologi terutama teknologi informasi, pengaruh globalisasi ekonomi yang menjadikan efisiensi 1 Farazmand, Ali Origin, Ideas and Practice of New Public Management.Asian Affairs, Vol 25, No 3 : 30-48, July-September

3 sebagai kata kuncinya, liberalisasi ekonomi sebagai response atas mismanagement, korupsi, manajemen sumberdaya yang tidak efisien dan birokrasi yang rumit, serta tuntutan publik atas barang dan jasa yang berkualitas sehingga setiap organisasi harus fit menghadapinya. Meskipun NPM memiliki beberapa variasi nama seperti managerialism (Pollit, 1990), market-based public adminstration (Lan & Rosenbloom, 1992), serta entrepreneurial government (Osborne & Gaebler, 1992), prinsip dasarnya memiliki kesamaan yaitu perubahan pada konsep administrasi publik yang konvensional. Perubahan tersebut mencakup aspek government organization meliputi : control of public organizations, control of output measures, management practice, serta discipline in resource use. Upaya yang terus dilakukan dalam rangka reformasi administrasi (administrative reform) untuk memperkuat administrasi publik diantaranya adalah melalui: Decentralization, Downsizing and Restructuring the Government Machinery,Information and Communication Technologies, Contracting out and Outsourcing, Debureaucratization, Privatization, and Deregulation (Mhina, 2008) 2. Dash dan Abbott 3 menyatakan NPM sebagai upaya membongkar model lama birokrasi administrasi publik dengan mengintroduksi kompetisi dan keterlibatan sektor swasta kedalam sektor publik. Mereka memasukan juga unsur change traditional bureaucracy dan reduce the size of the public sector sebagai bagian dari ciri NPM, terlihat secara skematik dalam Gambar Mhina,Charles E, 2008,Essential Characteristic of new public management and administrative reforms that need to be adopted to strengthen public administration Dass,Mohan dan Abbott, Keith. Modelling New Public Management in Asian Context :Public Sector Reform in Malaysia.The Asia Pasific Journal of Public Administration Vol 30.No 1 (june 2008) 3

4 Gambar 1.1. General Model of New Public Management Sumber : Dash & Abbot (2008) 4

5 Para penganjur kebijakan privatisasi mendasarkan diri pada teori privatisasi seperti Property Right Theory, Public Choice Theory, serta Dispersed Knowledge Theory yang digagas oleh Vickers & Yarrow, Schleifer & Visney, Cowan, Savas, dan beberapa ilmuwan lainnya. Savas (2000) 4 menjelaskan pilihan restrukturisasi dan privatisasi BUMN berdasarkan posisi perusahaan yang digambarkan dalam matrix profitability dan industry competitiveness seperti terlihat pada gambar 1.2. Gambar 1.2 Matrix keterkaitan industry attractivenss & enterprise profitability Most unprofitable Enterprise Profitability Most profitable Highly Competitive Industry Competitiveness Highly Monopolistic Sell parts Give away Liquidate Change policy Easy to sell Deregulate to allow competition Privatize and regulate Sell or to give users Source: Adapted from B. Jacquillat, Destatiser (Paris: Editions Robert Latfont), Savas,E.S, Privatization and Public Private Partnership.Chatham House Publishers 5

6 Menurut penelitian Abravanel (2006) 5, benefit yang diterima pemerintah dari privatisasi BUMN bukan sekedar hasil penjualan saham di BUMN tersebut (IPO Proceed) melainkan juga meliputi tertariknya investor lokal dan asing untuk masuk dalam industri, peningkatan efisiensi dalam pengelolaan BUMN sehingga tariff bisa lebih murah dan kualitas barang/jasa lebih baik, kesempatan BUMN menjadi regional/global champion karena lingkungan usaha yang lebih kompetitif, sehingga akhirnya dapat meningkatkan shareholder value bagi para pemegang saham.. Hal ini diilustrasikan dalam Gambar 1.3 Gambar 1.3 Value Improvement Process Industry structure Opportunity to introduce competition Optimal number of players in the different parts of the value chain Strategic and value added role of state versus private enterprise Value Improvement Process Proceeds from IPO Private investments for infrastructure and productivity Customer Incumbent benefits through performance companies improvement efficiency Dividends/ proceeds from additional tranches Total privatization benefits Cash to reduce debt Attract private foreign and domestic capital Different investment needs between emerging and developed countries Improve service/ pricing/tariff reduction in regulated sectors Create global/ regional leader Create shareholder value Additional cash by sharing the benefits of the value creation Sumber : Roger Abravanel,McKinsey, Abravanel,Roger, 2005, Key lessons from Successful Privatization, Privatization Barometer Workshop,Rome 6

7 Berbagai penelitian tentang kinerja privatisasi BUMN, seperti yang disarikan oleh Megginson & Netters (2001) 6 menyimpulkan bahwa BUMN pasca privatisasi umumnya mengalami perbaikan kinerja operasional dan finansial seperti diukur dari indikator real sales (output), profitability, efficiency (tingkat penjualan per pegawai), peningkatan belanja modal (capital spending) dan menurunnya angka hutang (leverage). Penelitian privatisasi di negara berkembang seperti yang dilakukan Boubakri dan Rondinelli (2000) 7 menunjukan bahwa faktor utama keberhasilan privatisasi bukan ditentukan semata oleh proses transfer kepemilikan saham, namun juga sangat dipengaruhi faktor institusional seperti bagaimana kebijakan pemerintah dalam perdagangan bebas (trade openness), terbukanya iklim kompetisi, dan kesiapan infrastruktur pasar modal. Studi Villalonga dan Wattanakul (2000) 8 menunjukkan pentingnya faktor politik,organisasi, serta kebijakan dalam mempengaruhi kesuksesan privatisasi. Peningkatan kinerja BUMN tidak saja terjadi karena perpindahan transfer kepemilikan dari pemerintah ke sektor swasta, namun juga ditentukan oleh bagaimana lingkungan politik yang kondusif, faktor organisasi yang memungkinkan tumbuhnya semangat corporate entreprenership, serta faktor kebijakan untuk mendukung tumbuhnya industri yang sehat. Namun demikian privatisasi dianggap bukan satu-satunya jalan untuk perbaikan kinerja BUMN. Stiglitz (2004) menganggap Prioritas sebaiknya lebih ditekankan pada upaya membangun pasar dibandingkan privatisasi. Membangun pasar berarti mendorong Megginson, William, Netter J.N, From state to market: a survey of empirical studies on privatization, journal of economic Literature 39, Boubakri,Narjess and Coseet,Jean-Claude,2000. Aftermarket Performance of privatization offering in developing countries Villalonga,B, Privatization and efficiency ; Differentiating ownership effects from political, organizational, and dynamic effects. Journal of Economic Behaviour and organization 42,

8 kompetisi. Untuk pasar terregulasi (regulated market) membangun perangkat kelembagaan menjadi prasyarat sebelum dilakukan privatisasi. Pendapat serupa disampaikan Rondinelli (2005) dan Chang (2007). Sementara Tan (2007) 9 menyatakan bahwa proses privatisasi sering mengalami kegagalan di negara berkembang karena motivasi politik lebih kuat dibandingkan keinginan untuk menyehatkan BUMN itu sendiri. Political motivation itu biasanya terkait dengan politik redistribusi kesejahtraan yang ditujukan hanya pada kelompok tertentu saja. Menurut Haque (2000) 10,dibalik alasan formal privatisasi yang dinyatakan oleh banyak negara-negara berkembang (seperti meningkatkan efisiensi, meningkatkan kepemilikan publik, mengurangi defisit, meningkatkan kompetisi, serta perbaikan service quality), terdapat beberapa alasan kritis yang sesungguhnya menjadi penyebab mengapa privatisasi dijalankan di negara berkembang. Pertama adalah faktor ideologi, dimana dengan dominanya ideology neoliberal (new right) yang mendewakan kebijakan pro pasar (deregulasi, free trade, pemotongan subsidi, direct foreign investment), dipicu oleh langkah konservatif Thatcher dan Reagan di awal dekade 1980 an, maka negara-negara berkembang yang banyak dikendalikan oleh teknokrat lulusan AS atau Inggris (Eropa Barat pada umumnya) terbawa arus untuk menjalankan privatisasi. Hal ini diperkuat pula dengan pengaruh yang dibawa oleh organisasi donor seperti USAID dan lembaga keuangan internasional seperti IMF dan IFC yang mempromosikan privatisasi sebagai obat manjur bagi negara berkembang untuk meningkatkan daya saing ekonominya Tan, Jeff, 2007, Privatization in Malaysia; Regulation, rent seeking and policy failure, Routledge Publication Haque, M.Samsul, 2000, Privatization in Developing Countries; Formal Causes, Critical Reason, and Adverse Impact, in Ali Farazmand (ed) Privatization or Public Enterprise reform? (Westport,Conn : Greenwood Press, 2000, pp

9 Kedua adalah faktor tingginya hutang luar negri di negara-negera berkembang, sehingga mereka dipaksa oleh lembaga seperti IMF/IFC/ADB untuk melakukan privatisasi sebagai bagian dari komitmen hutang yang diberikan. Disini alasan privatisasi bukanlah ideologi, melainkan adanya tekanan eksternal. Ketiga, privatisasi dilaksanakan untuk kepentingan kelompok politik tertentu (vested political) dan kelompok ekonomi tertentu (economic interest gainer). Di negara maju seperti Inggris, privatisasi dipakai sebagai alat politik untuk memenangkan pemilu dan bahkan melemahkan kelompok oposisi seperti terjadi pada era Thatcher. Di negara-negara berkembang seperti Asia dan Amerika Latin, kelompok ekonomi dan politik tertentu memperkaya diri dengan kebijakan privatisasi yang undervalue.. Pihak lain yang menikmati privatisasi ini adalah beberapa konsultan multinational seperti McKinsey, Arthur Young & Co, Coopers & Lybrand, dimana mereka menerima jasa konsultasi yang sangat mahal untuk suatu proses privatisasi. Bahkan Chapman (1990) 11 membuat pernyataan menarik...ironically, as the century draws to a close, the British, the Belgians, and the French are back in Africa and Asia, not as colonialist, but as highly-paid professional adviser, invited to produce reports on how privatization, including transnational ownership of state enterprises, can revitalize depressed and bankrupt economies Tuntutan kepada sektor usaha termasuk BUMN untuk melakukan reformasi dalam tata kelolanya (corporate governance) juga meningkat seiring dengan tuntutan agar korporasi lebih accountable dan responsif terhadap tuntutan konsumen. Isu pokok teori keagenan dalam privatisasi meliputi internal control mechanism dan external control mechanism. 11 Chapman, Collin (1990). Selling the Family Silver: Has Privatization Worked? London: Hutchinson Business Book Limited 9

10 Internal control mechanism meliputi kegiatan memonitor BOD oleh manajemen puncak (Fama dan Jansen 1993 ; Johnson, Hoskisson and Hitt, 1993), pemberian penghargaan (reward) dan perubahan struktur korporasi. Sementara external control mechanism meliputi pekerjaan : hostile takeover, leverage buyout, proxy contest, serta legal protection of minority shareholder right (Boyd, 1994 ; Walsh dan Seward, 1990). Simon Wong (2004) 12 menyatakan tuntutan atas corporate governance didorong oleh kuatnya dorongan dari pihak stakeholder (terdiri atas pihak Regulatory, External Scrutiny, Internal, serta tuntutan Pasar Modal). Pihak Regulator ingin terhindar dari systemic risk sehingga memastikan bahwa governance dilaksanakan. Sementara tuntutan investor di pasar global juga mengharapkan transparansi yang semakin luas. Dari segi internal perusahaan adanya tuntutan untuk rapid growth dan transisis dari model family business menyebabkan governance juga menjadi penting. Sementara faktor eksternal tentunya terkait dengan tuntutan stakeholder untuk lebih transparan bagi perusahaan. Karakteristik BUMN yang memiliki banyak tujuan dan kadang bersifat conflicting, kuatnya intervensi politik, serta kurangnya transparansi menyebabkan BUMN memiliki governance yang unik dibandingkan sektor swasta. Dari sisi negara terdapat tantangan berupa banyaknya kepentingan dari berbagai badan negara/kementrian untuk intervensi pengelolaan BUMN. Dari sisi Dewan Pengawas terdapat tantangan berupa lemahnya otoritas mereka untuk mengawasi dewan direksi serta posisi mereka sebagai pejabat birokrasi yang memiliki keterbatasan waktu untuk mengawasi BUMN. Sementara di sisi manajemen pengelola BUMN sering menghadapi tantangan berupa buruknya sistem remunerasi dan 12 Wong, Simon Corporate Governance in State Own Enterprises.Mckinsey Company, Washington DC 10

11 rendahnya disiplin manajemen. Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah disarankan untuk fokus pada pengembangan BUMN dengan mengedepankan 3 prinsip utama, yaitu clear objectives (terdapat mandat yang jelas bagi pengelola BUMN sehingga mereka hanya bertanggung jawab pada satu pintu dan kejelasan objective perusahaan apakah bersifat komersial atau social), transparency(prinsip high disclosure baik untuk pemerintah maupun BUMN) dan political insulation (dimana tugas pemerintah dibatasi sebagai pengawas dan pengarah, sementara pengelola dilakukan oleh professional secara mandiri) sehingga governance BUMN dapat dijalankan dengan baik. Konsep tersebut dilustrasikan seperti terlihat pada gambar 1.4. Gambar 1.4 Three Pillars of SOE Reform Sumber : Simon Wong (2004) 11

12 3. Kondisi BUMN Indonesia Pada periode , seperti yang ditunjukkan tabel 2.1 kinerja keuangan BUMN menunjukan adanya angka perbaikan terlihat dari pertumbuhan tingkat penjualan dan profit, namun demikian dari tingkat efisiensi yang ditunjukan indiaktor ROA masih sangat rendah. Demikian pula dengan jumlah dividen yang bisa disetorkan kepada pemerintah. Tabel 2.1 Kinerja Keuangan seluruh BUMN tahun , disajikan dalam tabel berikut : (dalam Miliar rupiah) AKUN Total Aset Ekuitas Pendapatan Laba Usaha Laba Bersih Belanja Operasional Belanja Modal Dividen Sumber : Kantor Kementrian BUMN, 2009, data diolah Diamati secara keseluruhan, seperti terlihat pada tabel 2.2, maka pada tahun 2008 terlihat bahwa dari 30 BUMN dengan aset terbesar (dari total 141 BUMN) ternyata telah menyumbang porsi lebih dari 90 % kinerja pendapatan dan laba bersih dari keseluruhan BUMN. Jika dua BUMN yang rugi, PT PLN dan PT KAI, tidak dimasukkan dalam perhitungan maka laba bersih dari 28 BUMN yang tersisa mempunyai porsi sebesar 93,06% terhadap laba keseluruhan BUMN tahun Kenyataan ini ternyata tidak jauh berbeda dari 12

13 Hukum Pareto, dimana hanyaa 20% BUMN yang memberikan 80% keuntungan, sebaliknya sebagian besar BUMN memberikan keuntungan yang sangat sedikit. Tabel 2.2 Kinerja Pendapatann dan Laba Bersih 30 BUMN tahun 2008 (milyar ) Sumber : Riset LMFEUI,

14 4. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan mengidentifikasikan faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap keberhasilan privatisasi BUMN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat diidentifikasi beberapa faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan privatisasi BUMN, yaitu faktor politik, organisasi, serta kebijakan (policy). Untuk menguji penelitian secara empiris maka dipilih kasus privatisasi BUMN di Indonesia yang akan dikomparasikan dengan pengalaman privatisasi BUMN di Malaysia. Penelitian ini juga secara khusus melihat bagaimana pemerintah di kedua negara melaksanakan kebijakan privatisasi dilihat dari keberadaan master plan privatisasi, pilihan metode privatisasi, serta pengaturan aspek kelembagaan pengelola BUMN 5. Model Penelitian Berdasarkan teori dan konsep serta penelitian-penelitian terdahulu terkait permasalahan penelitian ini, maka dibangun model penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Model penelitian yang ingin dikembangkan dalam riset ini adalah pembuktian hipotesis bahwa terdapat perbedaan kinerja BUMN sebelum dan sesudah privatisasi,serta adanya pengaruh faktor politik, organisasi dan kebijakan dalam menentukan kinerja privatisasi BUMN. Model penelitian ini dapat dilihat pada Gambar

15 Gambar 4.1 Model Penelitian 6. Proposisi dan Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan diatas, selanjutnya diajukan beberapa proposisi yang akan menjadi kerangka acuan dalam penelitian ini. Adapun proposisi yang dimaksudkan adalah : 15

16 a) Proposisi 1 Terdapat perbedaan kinerja BUMN sebelum dan sesudah privatisasi. Konsep property right maupun public choice theory menyatakan bahwa BUMN memiliki banyak hambatan untuk berkembang dan meningkatkan kinerja, sehingga tindakan privatisasi diharapkan dapat memperbaiki kinerja BUMN. Penelitian Meggison dkk (1994); La Porta dan Lopez De Silanes (1997); Frydman dkk (1997); Earle dan Estrin (1997); Dewenter dan Malatesta (1998); Anderson dkk (1997), menunjukan Privatisasi menghasilkan perbaikan pada efisiensi operasional BUMN yang pada akhirnya meningkatkan kinerja finansial. Penelitian Makhija (2003) menunjukkan bahwa kemampuan daya saing (didalamnya termasuk kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan) lebih besar pada BUMN yang sudah diprivatisasi. b) Proposisi 2 Kinerja privatisasi BUMN dipengaruhi oleh faktor politik. Faktor politik disini terkait dengan asumsi pengelolaan BUMN oleh pemerintah yang dianggap tidak efisien sehingga memungkinkan terjadinya proses buying votes & political power. Disini bisa terjadi konflik seperti keputusan untuk menjual dengan upaya menumbuhkan kompetisi, atau bagaimana metoda privatisasi yang akan dipilih. Shirley menunjukan privatisasi tidak akan berjalan mudah bila terjadi politisasi BUMN, sehingga mengurangi minat investor. Schleifer &Visny serta Vickers & Yarrow berpendapat bahwa privatisasi akan mengurangi intervensi politisi terhadap BUMN. Sementara Savas menyatakan pentingnya political commitment dari pemerintah dalam menunjang keberhasilan privatisasi 16

17 c) Proposisi 3 Kinerja privatisasi BUMN dipengaruhi oleh faktor organisasi. Diantaranya ditunjukan oleh Villalonga tentang pentingnya peran pemimpin (CEO) dalam menentukan kesuskesan privatisasi. Sementara Parker menyatakan bahwa organisasi BUMN akan menjadi lebih ramping pasca privatisasi sebagai response menghadapi situasi pasar yang dianggap lebih kompetitif. Forrer & Kee menyatakan bahwa privatisasi BUMN mempengaruhi perusahaan secara struktural (perubahan BOD, perubahan dalam manajemen dan mission,goals,values BUMN) dan perubahan kultur organisasi (proses pengambilan keputusan, perubahan HRM, perubahan persepsi karyawan). d) Proposisi 4 Kinerja privatisasi BUMN dipengaruhi oleh faktor kebijakan (policy). Hal ini terutama dikaitkan dengan bagaimana kebijakan pemerintah dalam mendorong terciptanya regulasi yang kondusif bagi BUMN pasca privatisasi, seperti kebijakan untuk mempromosikan kompetisi pasar atau regulasi hukum yang lebih kuat. Rondinelli menyatakan keberhasilan privatisasi dipengaruhi seberapa jauh kemampuan pemerintah untuk mengimplementasikan kebijakan dalam mempromosikan kompetisi dan regulasi yang efektif. Hal tersebut serupa dengan pendapat Abravanel dan Kriegsmann. Berdasarkan proposisi tersebut maka diajukan Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : Hipotesis 1 : Terdapat perbedaan kinerja BUMN sebelum dan sesudah privatisasi Hipotesis 2 : Faktor politik berpengaruh terhadap kinerja privatisasi BUMN Hipotesis 3 : Faktor organisasi berpengaruh terhadap kinerja privatisasi BUMN Hipotesis 4 : Faktor kebijakan berpengaruh terhadap kinerja privatisasi BUMN 17

18 Berdasarkan kerangka teori serta proposisi dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, berikut dapat digambarkan kerangka operasional hubungan faktor politik, organisasi, kebijakan, strategi privatisasi serta kinerja BUMN seperti yang terlihat pada gambar 5.1. dibawah ini. Gambar 5.1 Diagram Model dengan Variabel dan Indikator Penelitian Penelitian ini dilakukan pada BUMN yang sudah diprivatisasi di Indonesia dan di Malaysia. Pengujian dilakukan pada periode 3 tahun sebelum dan 3 tahun setelah privatisasi. Untuk memberikan keyakinan atas hasil penelitian, maka time horizon penelitian di Indonesia juga ditambah menjadi 5 tahun sesudah privatisasi. Penelitian di Indonesia menggunakan 13 sampel BUMN, yaitu 3 BUMN perbankan dan 10 BUMN 18

19 non perbankan yang melakukan privatisasi pada periode Sementara penelitian di Malaysia menggunakan sampel terhadap 24 BUMN yang melakukan privatisasi dengan metoda penjualan saham (IPO) di Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) pada periode Pada penelitian privatisasi BUMN di Malaysia akan digunakan hasil penelitian kuantitatif yang telah dilakukan oleh Qian Sun dan Wilson Tong (2002) Metoda Pengumpulan dan Analisis Data Untuk kasus Indonesia, maka data primer yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang didistribusikan ke 13 BUMN Indonesia yang telah diprivatisasi pada periode , serta kunjungan dan wawancara ke Kantor Kementrian Negara BUMN sebagai regulator, wawancara dengan praktisi BUMN, serta Akademisi pemerhati BUMN. Sementara data sekunder menggunakan informasi yang dapat diakses di Bursa Efek Indonesia, website perusahaan, serta sumber-sumber lain yang relevan. Sementara data primer untuk kasus privatisasi di Malaysia diperoleh dengan melakukan kunjungan ke Kantor Pusat Khazanah Nasional,yaitu holding company yang mengelola BUMN yang bersifat komersial di Malaysia, bertempat di kantor pusat Khazanah di Kuala Lumpur. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan t-test. Dalam penelitian ini akan digunakan tiga jenis uji statistik non-parametrik antara lain Sign Test, Wilcoxon Signed Ranks Test, dan Mann Whitney Test (atau disebut juga Wilcoxon Rank Sum 13 Sun, Kian & Wilson Tong Malaysia Privatization: A Comprehensive Study. Financial Management, vol. 31, no 4,Winter

20 Test). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan Malaysia. Dalam rangka untuk meneliti variabel yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan privatisasi di Indonesia akan dilakukan dengan pengujian data primer dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP). Atas hasil AHP tersebut maka kemudian akan dilakukan pendalaman lebih lanjut dengan melakukan in-dept-interview terhadap narasumber ahli. Sementara untuk mendapatkan profil keberhasilan atau kekurangberhasilan privatisasi BUMN di Indonesia berdasarkan berbagai variabel yang telah ditentukan dalam penelitian ini, maka dilakukan pengolahan data primer dengan menggunakan metode Analisis Cluster 8. Hasil Pengujian Data : Hasil pengujian data primer untuk pembuktian hipotesis dapat dilihat secara lengkap dalam bagian Lampiran. Secara umum hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : Hipotesis 1 : Terdapat perbedaan kinerja BUMN sebelum dan sesudah privatisasi Kelompok BUMN Non Perbankan : Hasil analisa kinerja BUMN non perbankan sebelum dan sesudah privatisasi secara umum menunjukan adanya perbaikan kinerja pasca privatisasi. Indikator yang berubah secara signifikan adalah untuk indikator Real Sales, Debt Ratio, serta Long term Debt to equity. Sementara untuk indikator Net profit margin, dividen to sales serta dividen payout ratio juga menunjukkan angka yang meningkat, meskipun secara uji statistik tidak signifikan. 20

21 Kesimpulan : Hipotesis 1 terbukti seperti penelitian yang dilakukan oleh Megginson (2000), Rondinelli dan Boubakri (2000),Wattanakul (2002) Kelompok BUMN Perbankan : Hasil pengujian pada 2 bank menunjukkan perbaikan indikator keuangan, seperti indikator NIM, ROA,NPL, Dividen to operating income lebih baik dibandingkan perhitungan dengan sampel 3 bank. Meskipun uji secara statistik pada semua indikator menunjukkan hasil tidak signifikan Kesimpulan : Untuk BUMN Kelompok Perbankan Hipotesis tidak terbukti Hipotesis 2: Faktor Politik Berpengaruh Terhadap Kinerja Privatisasi BUMN Proxy 1 : Regim Otoriter Vs Regim Demokrasi ---- Hasilnya menunjukkan Privatisasi pada era Regim Otoriter (Regim Soeharto) pada beberapa aspek ternyata memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan BUMN yang diprivatisasi pada pemerintahan era demokrasi /reformasi. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan pada indikator NPM dan ROA dan uji statistik terbukti signifikan. Sementara indikator OE,RS,DR,LTDE,DtS,dan DP secara uji statistik tidak signifikan Proxy 2 : Struktur kepemilikan Saham Pemerintah -- -Hasilnya menunjukkan Privatisasi BUMN dimana kepemilikan pemerintah kurang dari 75% pada beberapa indikator ternyata memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan BUMN yang diprivatisasi dimana kepemilikan saham pemerintah lebih dari 75%. Hal ini ditunjukkan dengan uji statistik pada indikator NPM dan Real Sales yang terbukti signifikan. Sementara indikator ROA,ROE,DR,LTDE,DtS,dan DP menunjukkan angka yang lebih baik meskipun uji statistik tidak signifikan 21

22 Kesimpulan : Hipotesis 2 terbukti bahwa faktor politik berpengaruh terhadap kinerja privatisasi. Hal ini sesuai dengan teori tentang pengaruh faktor politik dalam Privatisasi BUMN, seperti yang dinyatakan : Lawrinsky&Kiefel (1993), Vickers & Yarrow (1988), Schleifer & Visney (1994), Savas (2000), serta penelitian yang dilakukan Megginson (2000), Comstock (2000), dan Jelic,Briston & Aussenegg (2003) Hipotesis 3: Faktor Organisasi Berpengaruh Terhadap Kinerja Privatisasi BUMN Proxy : Tim Manajemen Baru Hasil : Semua indikator keuangan menunjukkan hasil yang tidak signifikan, kecuali untuk indikator Real Sales, dimana manajemen lama ternyata lebih baik dibandingkan manajemen baru. Dari segi profitabilitas (NPM,ROA,ROE) dan pengelolaan hutang (DR,LTDE) ternyata manajemen lama dapat memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan manajemen baru, meskipun uji statistik tidak signifikan. Kesimpulan : Hipotesis 3 bahwa faktor organisasi berpengaruh terhadap kinerja privatisas BUMN terbukti meskipun hanya pada satu indikator keuangan Hipotesis 4: Faktor Kebijakan Berpengaruh Terhadap Kinerja Privatisasi BUMN Proxy : Sifat Pasar Kompetitif dan Tidak Kompetitif Hasil : Indikator kinerja BUMN yang bergerak di pasar yang tidak kompetitif ternyata memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan BUMN yang diprivatisasi dan bergerak di pasar yang bersifat kompetitif. Uji statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada indikator NPM, ROA, ROE, dan Dividen to Sales. Sementara indikator Real Sales, Debt Ratio, LTDE, dan DP secara uji statistik tidak signifikan 22

23 Kesimpulan : Hipotesis 4 terbukti pada sebagian besar indikator keuangan, artinya faktor kebijakan berpengaruh terhadap kinerja privatisasi BUMN. Pembuktian hipotesis ini sesuai dengan penelitian tentang pengaruh faktor organisasi terhadap Kinerja Privatisasi BUMN,seperti yang dilakukan : Megginson (2000), Narain (2003), serta Rondinelli (2005) Kinerja Metode IPO vs SS Untuk membandingkan kinerja BUMN yang diprivatisasi dengan metoda yang berbeda yaitu dengan pola IPO dan SS, maka dilakukan perhitungan untuk menunjukan perbedaan kinerja tersebut Hasil : Terlihat dari 8 indikator keuangan ternyata 5 indikator lebih superior apabila privatisasi mengunakan metoda IPO. Hal ini bisa dilihat dari indikator NPM, debt ratio, LTDE, dividend to sales serta dividend payout. Sementara dari sisi kinerja ROA dan ROE relatif hampir sama meskipun metoda SS relative lebih unggul. Metoda SS terlihat superior pada indikator real sales. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan dalam melihat metode privatisasi di negara transisi dan negara berkembang, seperti yang dilakukan oleh Megginson (2000), Boubakri (2000), Jelic,Briston & Aussenegg (2003). Hasil Analisis AHP Terhadap PengaruhFaktor Politik, Organisasi, Serta Kebijakan (Policy) Dalam Privatisasi BUMN Analisis AHP dilakukan untuk melihat persepsi responden tentang seberapa dominan pengaruh faktor politik, organisasi, serta kebijakan dalam menentukan keberhasilan privatisasi. Secara rata-rata responden menjawab bahwa faktor organisasi adalah yang paling 23

Strategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang

Strategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang Strategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang Oleh Sunarsip Kepala Ekonom The Indonesia Economic Intelligence Dalam dua tahun ini, kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjukkan peningkatan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SESUDAH PRIVATISASI DI INDONESIA PERIODE

ANALISA KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SESUDAH PRIVATISASI DI INDONESIA PERIODE ISSN: 2302-8556 E-Journal Akuntansi Universitas Udayana 10.1 (2014): 293-310 ANALISA KINERJA KEUANGAN BUMN SEBELUM DAN SESUDAH PRIVATISASI DI INDONESIA PERIODE 2004-2009 I Gusti Agung Adi Sparsa 1 A.A.G.P.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Ada dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa pemerintahan Margareth Thatcher di tahun 1979, dan hingga saat ini privatisasi berkembang menjadi sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang lemah diidentifikasi sebagai salah satu penyebab terjadinya krisis keuangan global (Otoritas

Lebih terperinci

Dasar Hukum Privatisasi

Dasar Hukum Privatisasi Dasar Hukum Privatisasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Pasal 74 84) Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Privatisasi merupakan fenomena negara-negara di dunia, privatisasi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Privatisasi merupakan fenomena negara-negara di dunia, privatisasi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Privatisasi merupakan fenomena negara-negara di dunia, privatisasi juga menjadi fenomena di Indonesia. Fenomena privatisasi diawali ketika terjadinya kriris pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini laju pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi oleh dua elemen penting yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi yang menyebabkan persaingan diantara perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kegiatan privatisasi Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN menjadi isu yang sangat kontroversial. Privatisasi BUMN yang banyak dijalankan terutama di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tata ekonomi dunia abad 21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, dimana negara-negara diseluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua negara mulai melakukan reformasi di bidang ekonomi dengan mulai membuka diri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan, Jaminan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan, Jaminan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan dividen dalam perusahaan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama. Dalam kebijakan dividen ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara umum ialah badan usaha yang seluruhnya maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Keberadaan badan usaha milik negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Untuk itu, BUMN diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring bertumbuhnya perekonomian di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini, secara tidak langsung kegiatan investasi di pasar modal Indonesia pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem ekonomi baru dimana pengolahan informasi, pencarian ilmu

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem ekonomi baru dimana pengolahan informasi, pencarian ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dasawarsa terakhir teknologi informasi telah menumbuhkan suatu sistem ekonomi baru dimana pengolahan informasi, pencarian ilmu pengetahuan dan teknologi telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehati-hatian (prudential banking) agar semua aktivitas yang dilakukan tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehati-hatian (prudential banking) agar semua aktivitas yang dilakukan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan organ vital yang penting dalam menjaga stabilitas perekonomian suatu negara. Perbankan menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi di berbagai negara semakin meluas dalam berbagai aspek dan dimensi. Globalisasi membuka peluang dan menjadi tantangan bagi perekonomian

Lebih terperinci

POLITICAL COST DAN BUMN

POLITICAL COST DAN BUMN B U M N BUMN 1 POLITICAL COST DAN BUMN BUMN sebagai Badan Usaha Milik Negara sering ditafsirkan bahwa negara berkuasa penuh terhadap kinerja BUMN. Sehingga BUMN menjadi tergantung kepada siapa yang memerintah

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari tahun 1959, pemerintah Indonesia dengan konfrontasi politiknya mulai mengambil alih perusahaan-perusahaan milik Belanda. Namun yang terjadi setelah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis posisi..., Andini Setyawati, FE UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis posisi..., Andini Setyawati, FE UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan banyak perusahaan khususnya di bidang perbankan mengalami restrukturisasi keuangan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah menjadi isu hangat yang semakin berkembang di Indonesia. Konsep ini menjadi sering dibicarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemakmuran, salah satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat dan kompetitif, mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam industri maupun strategi keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki posisi penting dalam perekonomian nasional karena pasar modal memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian sebuah negara kepada pihak

Lebih terperinci

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam mendukung perekonomian di Indonesia, bank merupakan salah satu lembaga yang menjadi fondasi

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N : Menetapkan

M E M U T U S K A N : Menetapkan SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER - 01/MBU/2010 TENTANG CARA PRIVATISASI, PENYUSUNAN PROGRAM TAHUNAN PRIVATISASI, DAN PENUNJUKAN LEMBAGA DAN/ATAU PROFESI PENUNJANG SERTA PROFESI

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara (BUMN) diharapkan, antara lain, (1) memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari tahun ke tahun mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari tahun ke tahun mendorong 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari tahun ke tahun mendorong masyarakat saat ini untuk terus kreatif, inovatif serta mampu bersaing secara global untuk meciptakan

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Non Financial Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

Analisa Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Non Financial Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Analisa Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Non Financial Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 2011 Adrian Azhar Wijanarko Abstarct Dividend policy is one

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pupuk sangat penting dalam upaya pencapaian ketahanan pangan nasional. Segala cara dilakukan oleh Pemerintah sebagai regulator untuk dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap negara menginginkan perekonomian negaranya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap negara menginginkan perekonomian negaranya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap negara menginginkan perekonomian negaranya untuk maju dan berkembang. Semakin ketatnya persaingan menyebabkan negara-negara di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Sesuai dengan Pasal 33 UUD 45, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

BAB I PENGANTAR. Sesuai dengan Pasal 33 UUD 45, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 33 UUD 45, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu penggerak utama perekonomian nasional disamping perusahaan swasta dan koperasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah disajikan, karena di dalam Laporan Keuangan tersebut terdapat informasiinformasi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja dicapai melalui pengawasan atau pemantauan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melaksanakan privatisasi Bank Tabungan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melaksanakan privatisasi Bank Tabungan Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia melaksanakan privatisasi Bank Tabungan Negara (Bank BTN), salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia, melalui Initial Public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengumuman pembagian dividen. Pujiono (2002) dan Sularso (2003) dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengumuman pembagian dividen. Pujiono (2002) dan Sularso (2003) dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting sebagai lembaga pembiayaan bank dan lembaga pembiayaan non bank di Indonesia. Pasar modal sebagai lembaga pembiayaan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah tata kelola perusahaan (good corporate governance) masih

BAB I PENDAHULUAN. Apakah tata kelola perusahaan (good corporate governance) masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Apakah tata kelola perusahaan (good corporate governance) masih menjadi masalah dalam bisnis yang terjadi di Asia baru-baru ini? Ini merupakan suatu pernyataan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 79, 2005 BUMN PERSERO. PRIVATISASI (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4528)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masih terbayang dibenak kita aksi protes yang dilakukan salah satu nasabah

BAB I PENDAHULUAN. Masih terbayang dibenak kita aksi protes yang dilakukan salah satu nasabah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Krisis perbankan nasional telah memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa kegagalan suatu bank pada akhirnya menjadi beban Negara. Rekapitalisasi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang kian pesat saat ini menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan harus berjuang untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

RESTRUKTURISASI & PRIVATISASI BUMN RASIONALITAS EKONOMI DAN KEPENTINGAN POLITIK

RESTRUKTURISASI & PRIVATISASI BUMN RASIONALITAS EKONOMI DAN KEPENTINGAN POLITIK BAB XII RESTRUKTURISASI & PRIVATISASI BUMN RASIONALITAS EKONOMI DAN KEPENTINGAN POLITIK Oleh Dewi Triwahyuni KONSEP & LATAR BELAKANG BUMN DEFINSI Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah Badan usaha yang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2016 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

Pengaturan dan Permasalahan Tata Kelola Badan Usaha Milik Negara Oleh: Febry Liany * Naskah diterima: 13 Oktober 2015; disetujui: 13 Oktober 2015

Pengaturan dan Permasalahan Tata Kelola Badan Usaha Milik Negara Oleh: Febry Liany * Naskah diterima: 13 Oktober 2015; disetujui: 13 Oktober 2015 Pengaturan dan Permasalahan Tata Kelola Badan Usaha Milik Negara Oleh: Febry Liany * Naskah diterima: 13 Oktober 2015; disetujui: 13 Oktober 2015 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu perwujudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilik (principal) dengan manajemen perusahaan (agent). Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. pemilik (principal) dengan manajemen perusahaan (agent). Hal ini terjadi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan berdirinya perusahaan adalah maksimalisasi nilai bagi pemegang saham (Brigham dan Houston, 2011). Namun, seringkali terjadinya konflik antara pemilik (principal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi informasi, dan peningkatan dalam ilmu pengetahuan turut mengubah cara pandang perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja perusahaan merupakan issue yang penting terutama di era globalisasi ini. Perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan kinerjanya tidak hanya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Corporate Govenance muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam menjaga stabilitasnya. Dengan pembangunan ekonomi yang tinggi, maka masyarakat suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia masih perlu merealisasikan pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang lainnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, sebagian besar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia masih dimiliki secara mayoritas atau dominan oleh keluarga pendiri perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen, terutama kepada pemilik saham. Laporan keuangan juga merupakan alat untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. diantara tujuan-tujuan didirikannya perusahaan terdapat dua hal paling

BAB I PENDAHULUAN. internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. diantara tujuan-tujuan didirikannya perusahaan terdapat dua hal paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang menggunakan dan mengkoordinasi sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan yang tidak terbatas dengan cara yang menguntungkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar financial (financial market) terdiri dari pasar uang (money market) dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar financial (financial market) terdiri dari pasar uang (money market) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar financial (financial market) terdiri dari pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market). Peran pasar modal dalam era globalisasi semakin penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara-negara didunia pada era globalisasi dan pasar bebas saat ini, dituntut untuk menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang berbasis prinsip tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi menuntun perusahaan untuk melakukan pembaharuan dengan cara berfikir global dan bertindak secara lokal. Inovasi teknologi yang makin mempercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan bisnis terutama yang telah go public pada umumnya mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan bisnis terutama yang telah go public pada umumnya mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan bisnis terutama yang telah go public pada umumnya mempunyai keinginan untuk tumbuh dan berkembang secara global. Berkembangnya suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aset tidak berwujud yang paling dasar adalah Human Capital atau sumber

BAB I PENDAHULUAN. Aset tidak berwujud yang paling dasar adalah Human Capital atau sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini banyak perusahaan yang tumbuh berkembang, sehingga terjadi persaingan bisnis yang ketat. Dasar pendirian perusahaan adalah untuk

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance (GCG) semakin hangat. Dampak dari penerapan good corporate governance ini banyak dirasakan manfaatnya

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara

BAB I. Pendahuluan. disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Implementasi perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) atau biasa disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara umum perjanjian ini bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda sebagian kawasan Asia Tenggara pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda sebagian kawasan Asia Tenggara pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Krisis ekonomi yang melanda sebagian kawasan Asia Tenggara pada sekitar tahun 1997 mengakibatkan sektor perbankan mengalami pemburukan kinerja dan mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah penyebaran inovasi ekonomi ke seluruh dunia serta

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah penyebaran inovasi ekonomi ke seluruh dunia serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi adalah penyebaran inovasi ekonomi ke seluruh dunia serta penyesuaian politis dan budaya yang menyertai penyebaran tersebut. Di era globalisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan Indonesia semakin menghadapi banyak tantangan, terutama menghadapi pasar global. Di dalam melaksanakan bisnis, perbankan Indonesia akan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain. Persaingan usaha antar perusahaan-perusahaan yang. dan Minov, 2001) dalam (Sari, Halim dan Fathoni, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain. Persaingan usaha antar perusahaan-perusahaan yang. dan Minov, 2001) dalam (Sari, Halim dan Fathoni, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Penelitian Persaingan di dunia usaha di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak perusahaan- perusahaan baru yang didirikan sehingga menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya

Lebih terperinci

PT WAHANA PRONATURAL TBK. Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan

PT WAHANA PRONATURAL TBK. Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan PT WAHANA PRONATURAL TBK Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan DAFTAR ISI A. Ikhtisar Data Keuangan Penting B. Informasi Saham C. Laporan Direksi D. Laporan Dewan Komisaris E. Profil Emiten atau Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan perekonomian dunia mengalami perkembangan yang pesat. Hal tersebut mendorong transaksi

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Didalam bab tiga penulis membahas tentang Hasil Penelitian dan Analisis. Di dalam pada bagian Hasil Penelitian pembahasan yang berdasarkan pada rumusan masalah yang

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan usaha milik negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku dalam perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun

Lebih terperinci

Penelitian mengenai perusahaan keluarga telah beberapa dilakukan di Amerika Serikat. Dalam (Anderson dan Reeb, 2004), perusahaan keluarga mempunyai

Penelitian mengenai perusahaan keluarga telah beberapa dilakukan di Amerika Serikat. Dalam (Anderson dan Reeb, 2004), perusahaan keluarga mempunyai I. PENDAHULUAN Perusahaan keluarga merupakan salah satu dasar komunitas bisnis, mayoritas perusahaan di seluruh dunia dimiliki oleh keluarga (Burkart et al., 2003). Di Indonesia, lebih dari 90 persen bisnis

Lebih terperinci

BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO)

BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO) BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO) 2.1. Proses Bisnis 2.1.1. Deskrisi Bisnis PT Danareksa (Persero) mempunyai dua deskripsi bisnis utama yang merupakan bisnis inti dari perusahaan. Yang pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DISTRIBUSI LABA (PROFIT DISTRIBUTION POLICY)

KEBIJAKAN DISTRIBUSI LABA (PROFIT DISTRIBUTION POLICY) Handout : Analisis Rasio Keuangan Dosen : Nila Firdausi Nuzula, PhD Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya KEBIJAKAN DISTRIBUSI LABA (PROFIT DISTRIBUTION POLICY) Perusahaan bisnis selalu berkeinginan

Lebih terperinci

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -100- BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 6.1. Arah Kebijakan Pendanaan Pembangunan Daerah Arah kebijakan pembangunan daerah diarahkan dengan memanfaatkan kemampuan keuangan daerah secara efektif, efesien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, tuntutan terhadap paradigma Good Governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakan lagi. Istilah Good Governance sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pihak-pihak yang mendukung perusahaan diantaranya adalah principal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pihak-pihak yang mendukung perusahaan diantaranya adalah principal dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG MASALAH Pihak-pihak yang mendukung perusahaan diantaranya adalah principal dan free agent. Principal adalah pemegang saham dan free agent adalah manajemen yang mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan yang sangat besar bagi. dalam pasar modal untuk menyediakan fasilitas atau wahana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan yang sangat besar bagi. dalam pasar modal untuk menyediakan fasilitas atau wahana yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan, pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi pasar modal inilah maka kebutuhan atas informasi yang relevan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi pasar modal inilah maka kebutuhan atas informasi yang relevan dalam 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperoleh dana, baik dari dalam maupun luar negeri dimana terjadi alokasi dana dari pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena krisis finansial Asia 1997-1998. Krisis finansial yang melanda Indonesia ini dipandang sebagai akibat lemahnya praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya di industri perbankan dibutuhkan sebuah bank nasional yang besar, kuat, kompeten, maju,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ruang lingkup perusahaan, terdapat serangkaian sumber daya yang tak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ruang lingkup perusahaan, terdapat serangkaian sumber daya yang tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ruang lingkup perusahaan, terdapat serangkaian sumber daya yang tak berwujud (intangible resources) yang mempengaruhi nilai perusahaan. Nilai perusahaan

Lebih terperinci