ARAH & RENCANA RISET OSEANOGRAFI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARAH & RENCANA RISET OSEANOGRAFI 2015 2020"

Transkripsi

1 L A P O R A N L O K A K A R Y A P E N E L I T I A N O S E A N O G R A F I D I S A M U D E R A H I N D I A : ARAH & RENCANA RISET OSEANOGRAFI P U S A T P E N E L I T I A N O S E A N O G R A F I L E M B A G A I L M U P E N G E T A H U A N I N D O N E S I A

2 L A P O R A N L O K A K A R Y A (Bogor, April 2014) P E N E L I T I A N O S E A N O G R A F I D I S A M U D E R A H I N D I A : ARAH & RENCANA RISET OSEANOGRAFI Penyusun: Triyoni Purbonegoro Zainal Arifin A an Johan Wahyudi Arief Rachman P U S A T P E N E L I T I A N O S E A N O G R A F I L E M B A G A I L M U P E N G E T A H U A N I N D O N E S I A

3 Katalog Dalam Terbitan (KDT) Penelitian oseanografi di Samudera Hindia : arah & rencana riset oseanografi : laporan lokakarya (Bogor, April 2014) 1. Oceanography I. Purbonegoro, Triyoni II. Arifin, Zainal III. Wahyudi, A an Johan IV. Rachman, Arief DDC ISBN Lay out oleh : Triyoni Purbonegoro & Arief Rachman Semua foto dokumentasi berasal dari Arief Rachman (red_rackham_dead@yahoo.com). Gambar latar The Indian ocean pada sampul depan berasal dari Gambar Scholl of fish pada halaman kedua berasal dari Hood et al. (2011). Sustained indian ocean biogeochemistry and ecosystem research (SIBER). A basinwide ecosystem program. Science plan and implementation strategy. Desain awal oleh Sébastien Hervé (contact@sebastien-herve) diambil dari Diterbitkan oleh : Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, 2014

4 (kiri) (kanan) Duduk (kiri ke kanan) : Dr. Anugerah Nontji (P2O-LIPI), Dr. Zainal Arifin (P2O-LIPI), Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain (IPK-LIPI), Dr. Djusman Sajuti (LIPI), Dr. Cabell Davis (Woods Hole Oceanographic Institution, USA), Dr. Susilo Hadi (P2GL), Dr. I Wayan Nurjaya (IPB) Berdiri (kiri ke kanan) : Dr. Harjadi Permana (P2G-LIPI), M. Furqon Azis I., M.Sc. (P2O-LIPI), Dr. John Nurifdinsyah (Universitas Bung Hatta, Padang), Yustian Rovi A., M.Sc. (P2O-LIPI), Dr. Suhartati M. Natsir (P2O-LIPI), Salvienty Makarim, M.Sc. (KKP), Triyoni Purbonegoro, M.Si. (P2O-LIPI), R. Dwi Susanto, Ph.D. (University of Maryland, USA), Dr. Anastasia R.T. D. K. (KKP), Dr. Ivonne Radjawane (ITB), Dr. Augy Syahailatua (P2LD-LIPI), Dewi Surinati, M.Si. (P2O-LIPI), Dede Falahuddin, S.Si. (P2O-LIPI), Hanny M. S.Si. (P2O-LIPI), Dr. Tri Prartono (IPB), Dr. Sam Wouthuyzen (P2O-LIPI), Adi Purwandana, M.Sc. (P2O- LIPI)

5 K a t a P e n g a n t a r Atas berkat izin Allah SWT, akhirnya laporan Lokakarya Penelitian Oseanografi di Samudera Hindia : Arah dan Rencana Riset Oseanografi dapat dirampungkan. Laporan ini merupakan ringkasan dari sejumlah presentasi ilmiah dan diskusi panel dengan tema bidang Oseanografi Fisika, Biologi, dan Kimia. Lokakarya pertama ini dlaksanakan pada April 2014 di Bogor, dengan melibatkan beberapa peneliti dari P2O-LIPI, IPB, ITB, KKP, BPPT, serta dua orang peneliti dari Amerika Serikat. Kami mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atas dukungan dana, serta berbagai pihak yang telah memungkinkan laporan ini dapat diterbitkan. Semoga laporan ini dapat menjadi dokumen yang dapat bermanfaat bagi peningkatan jejaring peneliti dan pengembangan arah riset oseanografi di Samudera Hindia dalam lima tahun ke depan. Jakarta, Desember 2014 Penyusun, Triyoni Purbonegoro Zainal Arifin A an Johan Wahyudi Arief Rachman i

6 R i n g k a s a n Laut-laut Indonesia memegang peran strategis dan merupakan poros sirkulasi laut dan iklim dunia karena terletak antara dua benua Asia-Australia (moonson system) dan Samudera Pasifik dan Hindia. Laut-laut kita sebagai perantara perpindahan massa air dan merubah karakteristik massa air dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia yang dikenal dengan Arus Lintas Indonesia (Arlindo) atau Indonesian Through Flow (ITF). Besar dan variabilitas Arlindo menentukan kondisi iklim dunia, oleh karenanya memonitor Arlindo untuk jangka waktu panjang sangat penting. Namun, tentunya hal ini sangat mahal, oleh karenanya perlu dikaji cara untuk mengestimasi Arlindo dengan proxi data. Dalam tiga dasawarsa terakhir penelitian Arlindo sangat terfokus pada oseanografi fisika, sehingga terjadi gap ilmu pengetahuan tentang bagaimana manfaat Arlindo bagi laut-laut Indonesia. Beberapa pertanyaan seperti, Berapa besar sumberdaya hayati laut/perikanan yang dibawa oleh massa air (9 15 juta m 3 per detik) melintas Selat Makasar sebelum menuju Samudera Hindia? Bagaimana massa air tersebut mempengaruhi proses-proses geokimia air sehingga laut-laut kawasan Timur Indonesia sangat produktif? Bagaimana implikasi massa air Arlindo terhadap kesuburan Samudera Hindia bagian Timur? Beberapa pertanyaan tersebut memerlukan kajian yang lebih terintegrasi antara oseanografi fisika, kimia dan oseanografi biologi/perikanan. Dengan riset terintegrasi kita mampu mengkuantifikasi berapa besar kandungan biomass sumberdaya hayati laut yang berasosiasi dengan Arlindo atau diakibatkan Arlindo. Oleh karenanya dalam lima tahun kedepan, kita perlu sinergi bidang ilmu oseanografi fisika, kimia, biologi dan geologi/geofisik dalam mengeksplorasi laut-laut Indonesia dan Samudera Hindia. Merujuk Science Plan and Implementation Strategy pada program Sustained Indian Ocean Biogeochemistry and Ecosystem Research (SIBER), dalam lima tahun kedepan ( ) kita dapat memfokuskan pada tiga tema saintifik regional dengan mempertimbangkan kemanfaatannya bagi pengembangan sumberdaya laut Indonesia meliputi: 1. Boundary current dynamics, interactions and impacts, yaitu bagaimana dan ii

7 bilamana proses siklus biogeokimia dan ekosistem dipengaruhi oleh dinamika arus? 2. Variability of the equatorial zone, southern tropics and Indonesian Throughflow and their impacts on ecological processes and biogeochemical cycling; yaitu bagaimana dinamika fisik yang unik pada zona ekuator berpengaruh pada proses ekologis dan siklus biogeokimia? 3. Physical, biogeochemical and ecological contrasts between the Arabian Sea and the Bay of Bengal; yaitu bagaimana perbedaan pengaruh alami dan manusia (antropogenik) pada siklus biogeokimia dan dinamika ekosistem antara Laut Arab dan Teluk Bengala? Memperhatikan kemampuan sumberdaya peneliti Indonesia (oceanographer) dan ketersediaan dana penelitian, maka isu-isu dibawah ini dapat menjadi prioritas pertimbangan dalam melakukan riset kelautan di Samudera Hindia bagian Timur, yaitu 1. Pemahaman proses-proses oseanografis Samudera Hindia Timur (upwelling, interaksi atmosfer-laut) sebagai dasar pengelolaan sumberdaya jenis-jenis ikan pelagis ekonomis penting (migratory species) seperti, tuna sirip biru (blue fin tuna), tuna sirip kuning (yellow fin tuna), sidat dan juga jenis-jenis spesies yang dilindungi seperti hiu, dolphin and paus (whale). 2. Pemahaman proses-proses bio-geokimia perairan Samudera Hindia Timur (siklus karbon, nutrien) dan implikasinya terhadap kesuburan perairan, migrasi spesies, daerah pemijahan dan pada akhirnya pemanfaatan sumberdaya laut. 3. Pemahaman proses interaksi samudera dan pulau-pulau kecil terluar Indonesia serta implikasinya terhadap sosio-ekonomi masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil. iii

8 D a f t a r I s i K a t a P e n g a n t a r... i R i n g k a s a n... ii D a f t a r I s i... iv D a f t a r L a m p i r a n... v L a t a r B e l a k a n g... 1 P e n y e l e n g g a r a a n... 3 Lokakarya Hari pertama (16 April 2014)... 3 Bidang Oseanografi Fisika... 3 Diskusi... 6 Lokakarya Hari kedua (17 April 2014) Bidang Oseanografi Biologi dan Kimia M a k a l a h P e n d u k u n g Tantangan dan Peluang Penelitian Ilmu Kebumian di Samudera Hindia Timur Eksplorasi Sumberdaya hayati di Samudera Hindia Timur Pengembangan Riset Biogeokimia di Perairan Indonesia L a m p i r a n iv

9 D a f t a r L a m p i r a n Lampiran 1. Kepanitiaan dan Daftar Narasumber dan Peserta Lokakarya Lampiran 2. Agenda Pertemuan Lampiran 3. Ewin Lampiran 4. Kochi Concensus Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Lokakarya v

10 Laporan Pelaksanaan Lokakarya Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Yang terhormat: Wakil Kepala - LIPI Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian - LIPI Kepala Pusat Penelitian Geologi Laut, Kementerian ESDM Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Para Undangan dan hadirin sekalian, Assalamu alaikum Wr. Wb., Salam Sejahtera bagi kita semua. Pertama kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Wakil Kepala LIPI dan Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI yang telah meluangkan waktu untuk hadir dalam lokakarya riset oseanografi di Samudera Hindia. Terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan dari Puslit Geologi Laut, Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB, Universitas Surya, Universitas Syah Kuala Aceh, Univeritas Bung Hatta, Institut Teknologi Bandung dan rekan-rekan peneliti dari Balai Litbang Kelautan dan Perikanan, Kementerian Keluatan dan Perikanan dan Badan Penerapatn dan Pengkajian CTeknologi (BPPT) yang dapat berpartisipasi. Saya sebenarnya mengundang rekan dari BPPT, Dr. Agus Sudaryanto dan Dr. Fadli Syamsudin namun nampakya jadwalnya tidak sesuai. Oleh karena itu, merupakan kebahagian bagi kami dapat mengumpulkan rekanrekan peneliti Indonesia dan tamu kita dari Woods Hole Oceanography Institute (Dr. Cabell Davis) dan dari Unversity of Maryland (Dr Dwi Susanto). Kedua, tujuan lokakarya Samudera Hindia ini merupakan upaya kita untuk dapat menyamakan persepsi dan membangun jejaring kerjasama riset oseanografi serta menyiapkan arah atau agenda riset oseanografi Samudera Hindia Kegiatan ini terlaksana dengan dana Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang diinisiasi oleh Bapak Wakil Kepala LIPI, Dr. Djusman Sajuti tentang perlunya pengembangan jejaring kerja (net-working) riset kelautan menuju lembaga yang berkelas dunia. Ketiga, lokakarya ini juga sebagai upaya menyiapkan keterlibatan Indonesia dalam menyongsong International Indian Ocean Expedition ke-2 (IIOE-2) yang mana vi

11 akan dimulai tahun 2015 yang akan datang. Oleh karena itu, kami sangat berharap dalam lokakarya ini dapat memberikan masukkan atau permikiran topik topik potensial riset yang apa yang akan kita lakukan di lima tahun yang akan datang di kawasan Samudera Hindia bagian Timur. Oleh karena itu, dalam pertemuan ini kami mengundang tidak saja peneliti senior yang telah berpengalaman seperti Dr. Anugerah Nontji yang pernah terlibat di IIOE ke-1 juga para oseanografer muda dengan harapan adanya perpindahan ilmu dan pengalaman dari peneliti senior ke yunior. Terakhir, izinkan kami sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu semua yang telah hadir, serta terima kasih kepada Panitia pelaksana, Sdr Triyoni Purbonegoro dkk yang telah dengan baik menyiapkan pertemuan ini. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Dr. Zainal Arifin Kepala Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI vii

12 Sambutan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Yang terhormat: Wakil Kepala- LIPI Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Kepala Pusat Penelitian Geologi Laut, Kementerian ESDM Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, dan Para Undangan dan Peneliti Kelautan Assalamu alaikum Wr. Wb., Salam Sejahtera bagi kita semua Pertama, puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah mempertemukan kita dalam acara lokakarya Perencanaan Riset Samudera Hindia untuk tahun Lokakarya ini merupakan salah satu awal kita ingin menghimpun kegiatankegiatan riset kelautan yang tercerai berai karena masing-masing kita bekerja dalam instansi masing-masing. Sesuai dengan tujuan lokakarya pagi ini adalah yang pertama, mengembangkan jejaring peneliti dibidang oseanografi; dan kedua meningkatkan pemahaman proses-proses oseanografi dan mengembangkan arah riset Samudera Hindia kedepan. Karena workshop ini adalah yang pertama bagi beberapa peneliti oseanografi di Indonesia, saya berharap dalam dua hari ini kita dapat bertukar pengalaman antar peneliti Indonesia tentang riset oseanografi yang telah dilakukan sebelum tahun 1960, dan kegiatan riset yang dilakukan dalam kurun waktu antara tahun 1970-sekarang, dan rencana riset tahun Pertemuan lokakarya dua hari ini merupakan upaya menyiapkan peta jalan riset oseanografi Samudera Hindia 15 atau 50 tahun kedepan jika memang memungkinkan. Oleh karena itu, mari kita samasama berbagi pengalaman dan hasil penelitian yang telah kita lakukan selama ini. Harapan saya semoga lokakarya ini akan ditindaklanjuti secara teratur yang kedepan akan dikoordinasikan oleh IOC-Nasional UNESCO. viii

13 Bapak/Ibu dan Saudara-saudara yang saya hormati, Riset oseanografi atau kelautan (marine science) yang ada di setiap instansi memiliki aspek penekanan yang berbeda, antara lain bidang fisika, kimia, biologi maupun bidang geologi. Saya berpikir akan lebih baik jika ada komunikasi yang teratur. Saya melihat ada forum dekan fakultas perikanan dan ilmu kelautan, serta organisasi profesi (ISOI, ISPIKANI, dan sebagainya) yang juga ada di setiap instansi. Tentunya organisasi profesi, forum dan komisi akan memberikan peran penting jika kita integrasikan secara konsisten. Oleh karena itu, saya berharap dalam 5 tahun ke depan, kita berharap dapat memberikan sumbangan pemikiran terkait riset oseanografi di Samudera Hindia. Bapak/ibu dan hadirin yang saya hormati, Sebelum mengakhiri sambutan ini, saya ingin menginformasikan bahwa pada tgl April yang akan datang akan ada banyak kegiatan, antara lain Westpac International Scientific Symposium di Nathrang (VietNam) pada pertengahan bulan Mei, World Coral Reef Conference di Manado, Integrated Marine Biogeochemistry and Ecosystem Research di Bergen (Norway), dan banyak lagi agenda pertemuan baik di Indonesia maupun di tingkat Asia. Saya berharap para peneliti Indonesia dapat berperan paling tidak di tingkat regional dalam upaya membangun networking riset kelautan. Demikian pengantar sambutan saya, saya mohon Bapak Wakil Kepala LIPI dapat membuka kegiatan lokakarya arah riset Samudera Hindia. Tak lupa, saya ucapkan terimakasih atas kesediaan Bapak membuka lokakarya ini. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain Deputi IPK Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ix

14 Pembukaan Lokakarya Wakil Kepala Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia Yang terhormat: Sdr. Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian - LIPI Sdr. Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Sdr. Kepala Pusat Penelitian Geologi Laut, Kem ESDM Sdr. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Prof. Indra Jaya Para Undangan dan hadirin sekalian, Assalamu alakum W. W., Salam Sejahtera bagi kita semua Pada pagi yang nyaman ini, marilah kita mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia dan nikmat yang melimpah kepada kita semua. Atas limpahan rahmat-nya pula, hari ini kita dapat hadir pada acara lokakarya Perencanaan Riset Samudera Hindia untuk tahun Saya atas nama Pimpinan dan sivitas LIPI mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para peneliti senior dan peneliti muda yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam menyatukan persepsi kita tentang pentingnya riset Samudera Hindia di masa yang akan datang. Pertemuan lokakarya dua hari ini merupakan bagian dari upaya LIPI untuk mengembangkan jejaring riset di bidang oseanografi yang dalam beberapa tahun ini pemerintah Indonesia telah menaruh perhatian besar di sektor kelautan. Saya, sebagai Wakil Kepala LIPI, mendorong seluruh peneliti Indonesia baik yang ada di luar negeri maupun di dalam negeri untuk dapat memberikan output riset yang signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, nyata dirasakan oleh publik dan besar dampaknya bagi kesejahteraan bangsa Indonesia. x

15 Bapak/Ibu dan Saudara-saudara yang saya hormati, Jika kita kembali pada tahun 1990-an, LIPI sangat aktif dalam pengembangan ilmu kelautan, 5 dari 7 stasiun riset (atau UPT) kelautan ada di kawasan timur Indonesia. Riset kelautan yang dilakukan oleh peneliti Indonesia, umumnya juga fokus di laut territorial Indonesia yang mengarah ke Laut China Selatan dan Samudera Pasifik. Kita lupa di bagian selatan kita juga memiliki laut territorial dan zona laut ekonomi eksklusif Indonesia yang belum banyak dilakukan riset oleh peneliti-peneliti Indonesia. Oleh karena itu, saya sangat mendukung upaya-upaya pengembangan riset oseanografi tidak saja di laut territorial Indonesia tapi juga diluar wilayah Indonesia. Tentunya, hal ini membutuhkan investasi tidak saja kapal dan peralatan riset, tapi juga sumber daya manusia yang handal. Bapak/ibu dan hadirin yang saya hormati, Sebagai informasi bagi para pembicara, undangan dan peneliti muda, bahwa visi LIPI adalah menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia dan beperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai lembaga pemerintah yang berperan sebagai scientific authority dan memberikan bimbingan bagi seluruh peneliti yang ada di seluruh instansi pemerintah, LIPI berkewajiban untuk juga menyiapkan tidak saja program riset yang dapat menjawab kebutuhan negara di masa yang akan datang, tapi juga penyiapan SDM peneliti yang professional di seluruh Indonesia yang ada di litbanglitbang kementerian. Oleh karena itu, saya sangat berharap dalam lokakarya dua hari ini kita dapat mengembangkan jejaring riset kelautan yang kuat di tingkat nasional. Sehingga kegiatan riset oseanografi berskala besar dapat dilakukan secara efisien dalam penggunaan anggaran, dan efektif dalam pencapaian hasil penelitian. Di mulai dari perencanaan dan eksekusi program yang terarah dan terukur. Kita menghasilkan output riset yang dapat meningkatkan pemahaman kita tentang prosesproses bio-geokimia dan fisika Samudera Hindia, yang pada akhirnya kita dapat mengelola dan memanfaatkan sumberdaya laut kita lebih baik untuk kesejahteraan bangsa. Sebelum mengakhiri sambutan saya, perkenankan saya dengan mengucapkan bismilahirohma- nirrohim; dengan ini secara resmi kami buka lokakarya riset Samudera xi

16 Hindia. Sekali lagi saya menyampaikan selamat berdiskusi dan semoga hasil lokakarya dua hari ini memberikan masukkan bagi pengembangan riset kelautan lima tahun kedepan. Wassalamu alaikum Wr Wb Dr. Djusman Sajuti Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia xii

17 L a t a r B e l a k a n g Samudera Hindia masih mendapat porsi penelitian yang relatif kecil jika dibandingkan dengan penelitian di Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik. Ekspedisi besar pertama di Samudera Hindia dilakukan pada tahun dengan Kapal Mabahiss, yakni John Murray Expedition; yang berhasil merekam defisiensi oksigen mesopelagis untuk pertama kalinya. Selanjutnya, pada tahun , IIOE (International Indian Ocean Expedition) menghasilkan atlas hidrografi yang cukup komprehensif, sejumlah kajian regional, serta mengarahkan pada capacity building, khususnya di India, dengan berdirinya National Institute of Oceanography (NIO) pada tahun Disusul pada tahun , INDEX (Indian Ocean Experiment), yang mengobservasi respon fisik Arus Somali terhadap Monsoon Barat Daya, serta gambaran rona awal yang berkaitan dengan distribusi aspek biologi dan kimia. Pada tahun 1980, dua institute Ukraina (Marine Hydrophysical Institute dan Institute of Biology of the Southern Seas) menggelar sepuluh ekspedisi di tahun Pada tahun , ekspedisi NIOP (Netherlands Indian Ocean Program) berlangsung dengan fokus pada aspek dinamika biogeokimia. Ekspedisi ini hampir bersamaan dengan WOCE (World Ocean Circulation Expedition), yang berfokus pada proses fisik. Samudera Hindia memiliki karakteristik yang berbeda dengan Samudera Pasifik dan Samudera Atlantik. Keberadaan Benua Eurasia dan Benua Australia yang menjadi batas daratan Samudera Hindia, serta pemanasan dan pendinginan massa udara di atasnya, menjadikan Samudera Hindia mendapat pengaruh angin monsoon yang cukup kuat, yakni Monsoon Barat Daya atau Musim Timur (Juni-September) dan Monsoon Timur Laut (Desember-Maret). Keberadaan sistem angin monsoon inilah yang mengakibatkan perubahan arah beberapa sistem arus di Samudera Hindia, seperti Somali Current, Indian Counter Current, dan South Java Current. Di samping itu, pengaruh angin monsoon secara khusus juga berpengaruh pada perairan Indonesia di bagian barat Sumatra dan selatan Jawa; di mana memasuki bulan-bulan Monsoon Barat Daya terjadi fenomena upwelling. Tidak mengherankan bila di kedua kawasan tersebut dikenal merupakan area potensial penangkapan ikan Tuna mata besar (Thunnus obesus) pada periode Musim Timur. 1

18 Samudera Hindia juga telah dikenal mendapat pengaruh dari Samudera Pasifik berupa transpor massa air pada lintang rendah dari Samudera Pasifik, atau yang dikenal dengan arus lintas Indonesia (Arlindo). Aliran ini dimungkinkan membawa dampak pada konsentrasi nutrien di Samudera Hindia, transpor plankton tropis, bahkan larva ikan. Samudera Hindia juga merupakan perairan yang unik dalam aspek biogeokimia, yang memiliki satu dari tiga zona minimum oksigen utama lautan dunia, yakni di bagian utara samudera. Wilayah ekuator Samudera Hindia juga sangat kuat dipengaruhi oleh osilasi dan perturbasi yang tidak ditemukan di samudera lainnya, seperti Arus Jet Wyrtki, Madden-Julian Oscillation, dan Indian Ocean Dipole. Berbagai proses yang terjadi di Samudera Hindia, seperti variasi musiman sirkulasi arus samudera, biogeokimia, serta respon ekologi yang terkait proses-proses tersebut tentu akan mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung pada sumber daya laut. Oleh karena itu, kajian proses-proses baik fisika, kimia, biologi, maupun geologi di Samudera Hindia menjadi sangat penting untuk dilakukan dalam periode lima tahun mendatang. Tujuan 1. Menjalin jejaring kerjasama riset antar peneliti di bidang oseanografi di tingkat nasional dalam rangka membangun kerjasama internasional melalui institusi seperti IOC/UNESCO, SIBER/IMBER dan berpartisipasi aktif dengan rencana IIOE Memperkuat pemahaman akan proses-proses oseanografi di Samudera Hindia, dan menentukan arah riset kelautan periode lima tahun mendatang ( ). Hasil Yang Diharapkan 1. Terjalin jejaring kerjasama antara peneliti-peneliti di bidang Oseanografi Fisika, Oseanografi Kimia, dan Oseanografi Biologi baik dalam lingkup nasional. 2. Adanya alih ilmu pengetahuan dari peneliti senior ke yunior tentang riset oseanografi khususnya Samudera Hindia. 3. Peningkatan capacity building bagi peneliti nasional ke universitas dan institusi mitra kerjasama internasional. 2

19 P e n y e l e n g g a r a a n Lokakarya Penelitian Oseanografi di Samudera Hindia : Arah dan Rencana Riset Oseanografi diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI pada tanggal April 2014 di Sahira Butik Hotel, Jalan Paledang No.53, Bogor Jawa Barat. Pendanaan berasal dari DIPA Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI melalui kegiatan Pengembangan Jejaring Riset. Lokakarya ini dihadiri 35 orang peserta yang terdiri dari Wakil Kepala LIPI, Deputi Bidang IPK-LIPI, Kepala Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI, Kepala PPGL, beberapa peneliti dari P2O- LIPI, IPB, ITB, KKP, BPPT dan dua orang peneliti asing dari Amerika Serikat. Bahasa pengantar dalam lokakarya ini adalah Inggris dan Indonesia dengan slide presentasi menggunakan bahasa Inggris. Pelaksanaan lokakarya berbentuk diskusi panel berturutturut selama dua hari dengan tema bidang Oseanografi Fisika, Biologi, dan Kimia. Lokakarya Hari pertama (16 April 2014) Bidang Oseanografi Fisika Lokakarya hari pertama diawali presentasi yang disampaikan Dr. Anugerah Nontji berjudul History of International Indian Ocean Expedition, International Indian Ocean Expedition (IIEO) yang dilakukan pada periode dibawah koordinasi IOC-UNESCO merupakan salah satu kegiatan penelitian oseanografi terbesar sepanjang masa. Kegiatan ini melibatkan berbagai disiplin ilmu yaitu oseanografi fisika dan kimia, meteorologi, biologi, geologi, dan geofisik. Sebanyak 24 negara dan 46 kapal riset dari 14 institusi yang berbeda terlibat dalam kegiatan ini. Peran serta Indonesia dalam IIEO periode dikoordinasi oleh PNPL (Panitia Nasional Penelitian Laut) yang berada di bawah MIPI (Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia). Pada periode tersebut PNPL memiliki komunikasi formal dengan IOC-UNESCO dalam mengkoordinasi IIEO. Pada awal kegiatan IIEO, Dr. Aprilani Soegiarto mewakili Indonesia dalam interkalibrasi pengukuran produktivitas primer. Beberapa publikasi yang dihasilkan dari kegiatan IIEO antara lain : Oceanographic atlas of the International Indian Ocean Expedition (Wyrtki, 1971), Meteorogical atlas of the International Indian Ocean Expedition (Ramage, 1973), dan The Biological of the Indian Ocean (Zeitschel, 1973). 3

20 Selain itu beberapa fenomena yang ditemukan setelah IIEO antara lain ; Wyrtki Jet (Equatorial jet in the Indian Ocean) yang diidentifikasi pertama kali oleh Wyrtki pada 1973, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) yang pertama kali diidentifikasi pada 1999, dan Madden-Julian Oscillation (MJO) yang diidentifikasi pertama kali oleh Roland Madden dan Paul Julian pada Setelah 50 tahun berlalu, beberapa perubahan mendasar telah terjadi dalam ilmu kelautan antara lain pengembangan dan munculnya komponen-komponen baru dalam sistem pemantauan laut, serta pemodelan peramalan jangka pendek hingga prediksi musiman terhadap iklim. Dalam rangka memperingati 50 tahun IIEO maka pada periode mendatang direncanakan akan dilaksanakan IIEO-2. Indonesia memiliki bermacam potensi dalam berpartisipasi dalam event tersebut antara lain ; generasi baru dari kapal riset kelautan (misal : Baruna Jaya IV, Geomarine III, dan Baruna Jaya VIII) beserta teknologi yang dimiliki, dan pengalaman dalam beberapa proyek penelitian (misal: pemasangan Argo Float/Subsurface Drifter sebagai bagian dari Global Ocean Observing System/GOOS, remote sensing/synoptic observation, dan Research Moored Array for African-Asian- Australian Monsoon Analysis and Prediction/RAMA). Berdasarkan hal-hal tersebut maka issue yang diangkat antara lain : (1) apakah Indonesia perlu dan akan ikut serta dalam dalam IIEO-2, dan (2) program apa saja yang akan dikembangkan. Presentasi selanjutnya disampaikan oleh R. Dwi Susanto, Ph.D. yang merupakan peneliti Indonesia yang berkerja di University of Maryland, Amerika Serikat. Beliau menyampaikan mengenai Science Overview of Indonesian Through Flow Program: Past, Current and Future Directions. Indonesian Through Flow (ITF) System mempengaruhi bujet panas dan air tawar Samudera Hindia dan Pasifik, dan bersama ENSO dan fenomena monsun merubah sirkulasi flobal lautan dan iklim. ITF bervariasi dari skala waktu harian hingga tahunan yang berasosiasi dengan pasang-surut, gelombang Kelvin/Rossby, monsun, ENSO dan IOD. Transport ITF tahunan sebesar ~15 Sv, di mana Selat Makassar membawa sebagian besar massa air dari Samudera Pasific menuju Samudera Hindia sebesar ~13.3 Sv. Arus Laut Cina Selatan mengatur flux air tawar dan struktur bagian atas dari ITF utama. Issue yang dikemukakan adalah bahwa pengukuran lapangan yang berkelanjutan secara logistik bersifat mahal namun memberi tantangan. Untuk itu diperlukan proksi-proksi ITF, misalnya ; remotely sensed data, model numerikal, dan data paleoklimat. 4

21 Dr. Anastasia R.T.D.K., peneliti di Kementerian Kelautan dan Perikanan, selanjutnya menyampaikan presentasi berjudul Upwelling Along the South Coast of Java. Fenomena Upwelling di beberapa perairan Indonesia merupakan respon dari pergerakan angin yang berhubungan dengan iklim monsun. Variasi upwelling berkaitan dengan fenomena ENSO (El nino dan La Nina) melalui aktivitas Arlindo. Fenomena El Nino menyebabkan peningkatan upwelling di beberapa perairan Indonesia, termasuk selatan Jawa, yang mengakibatkan konsentrasi klorofil-a di lapisan permukaan. Melalui observasi dan model, fenomena upwelling secara intensif di Selatan Jawa bagian Timur menunjukkan kejadian yang menarik. Transport ITF melalui Selat Lombok berperan dalam mengatur upwelling di Selatan Jawa bagian Timur. Presentasi selanjutnya disampaikan oleh Salvienty Makarim, M.Sc (kandidat doktor), peneliti di Kementerian Kelautan dan Perikanan, berjudul A Vision from Indian Ocean to Indonesian Seas : (1) Subsurface Thermohaline Structure Estimation and Ocean Heat Content in Indian Ocean dan (2) Warming and Hiatus in Indian Ocean. Dalam paparan tersebut dijelaskan bahwa estimasi struktur termohalin subpermukaan merupakan sebuah alternativ untuk menjelaskan informasi subpermukaan dengan menggunakan algoritma penginderaan jarak jauh. Hal ini memberikan informasi struktur termal vertikal secara spasial di samudera Hindia dan menjelaskan dinamika laut serta analisa dinamika termal. Selanjutnya, Samudera Hindia dan Pasifik memiliki peran dalam pemanasan samudera dan hiatus/ocean warming pause. Berdasarkan catatan fenomena hiatus di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik bagian Barat, Samudera Hindia merespon perubahan iklim dalam skala yang lebih singkat dibandingkan Samudera pasifik. Presentasi berjudul Turbulent mixing measurement in eastern path of ITF selanjutnya disampaikan Dr. Agus Saleh Atmadipoera, seorang peneliti dan dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Dalam presentasi tersebut dijelaskan bahwa percampuran turbulen secara kuat ditemukan di bagian timur jalur ITF (Halmahera dan Ombai), namun percampuran yang lemah ditemukan di Laut Banda. Percampuran yang kuat ini bertanggungjawab terhadap erosi massa air termoklin dari Pasifik Selatan ketika memasuki wilayah ITF. Parameterisasi proses percampuran dalam bentuk model numerik dianggap penting. Untuk itu diperlukan pengukuran di wilayah lain seperti di Selayar, Dewakang, Satal, Maluku, Seram dan lain-lain. Selain itu juga perlu diaplikasikan parameterisasi percampuran dalam bentuk model numerik secara benar 5

22 dan menganalisis pengaruh dari percampuran diapiknal terhadap fluks nutrien dan biologi. Pemaparan terakhir disampaikan oleh Dr. Susilo Hadi, selaku kepala Pusat Penelitian Geologi Laut (PPGL) Bandung, berjudul Focus and trends of the Indonesian Marine Geological Research in the next Beberapa isu strategis dikemukakan berkaitan dengan sumberdaya energi dan mineral antara lain : 1. Keamanan energi (energy security) ; a. intensifikasi energi, meliputi pengembangan sumberdaya energi dan pelestariannya termasuk hidrokarbon, batu bara, serta energi baru dan terbarukan (renewable) b. diversifikasi energi c. konservasi energi, meliputi kajian tarif energi, penghematan dan konsumsi 2. Penambahan nilai terhadap komoditas mineral ; a. penelitian dan pengembangan terhadap pemrosesan dan pemurnian mineral secara efisien b. percepatan inventarisasi sumberdaya mineral di pantai dan lepas pantai 3. Sektor lainnya meliputi isu-isu maritim serta pengembangan regional dan infrastruktur laut Berdasarkan proyeksi konsumsi dan produksi energi , Indonesia dikhawatirkan akan menjadi importir energi pada 2019 akibat ketiadaan atau minimnya upaya konservasi dan pengembangan energi baru dan terbarukan. Untuk itu fokus penelitian geologi laut Indonesia antara lain : 1. Koleksi dan inventarisasi data geologi 2. Pemetaan dan identifikasi energi laut terbarukan 3. Pemetaan dan identifikasi cadangan mineral laut 4. Studi dan koleksi data primer untuk mendukung pengembangan infrastruktur pesisir dan laut 5. Pemetaan kolaborasi terhadap batas-batas negara Diskusi Prof. Dr. Ir. Iskandar Zulkarnain bertindak selaku moderator diskusi. Pada awal diskusi, moderator mengutarakan bahwa para peneliti kelautan Indonesia perlu menggunakan ilmu yang dikuasai untuk menjawab berbagai tantangan global, seperti 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus Lintas Indonesia atau ITF (Indonesian Throughflow) yaitu suatu sistem arus di perairan Indonesia yang menghubungkan Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia yang

Lebih terperinci

Pemimpin baru dan tantangan krisis ikan era perubahan iklim

Pemimpin baru dan tantangan krisis ikan era perubahan iklim http://alan.staff.ipb.ac.id/2014/09/07/pemimpin-baru-dan-tantangan-krisis-ikan-era-perubahan-iklim / Pemimpin baru dan tantangan krisis ikan era perubahan iklim Pemimpin Baru dan Tantangan Krisis Ikan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA

PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA OLEH : Dr. Kunarso FOKUSED GROUP DISCUSSION CILACAP JUNI 2016 PERUBAHAN IKLIM GLOBAL Dalam Purwanto

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim global sekitar 3 4 juta tahun yang lalu telah mempengaruhi evolusi hominidis melalui pengeringan di Afrika dan mungkin pertanda zaman es pleistosin kira-kira

Lebih terperinci

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut Oleh : Martono, Halimurrahman, Rudy Komarudin, Syarief, Slamet Priyanto dan Dita Nugraha Interaksi laut-atmosfer mempunyai peranan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENGADAAN RESEARCH BUOY TAHUN 2016 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR JAKARTA 2016 1 Kementerian : KELAUTAN DAN PERIKANAN 2 Unit Eselon I/II : Pusat Penelitian

Lebih terperinci

ARLINDO (ARUS LINTAS INDONESIA): KORIDOR PENTING DALAM SISTEM SIRKULASI SAMUDRA RAYA

ARLINDO (ARUS LINTAS INDONESIA): KORIDOR PENTING DALAM SISTEM SIRKULASI SAMUDRA RAYA ARLINDO (ARUS LINTAS INDONESIA): KORIDOR PENTING DALAM SISTEM SIRKULASI SAMUDRA RAYA Salah satu topik penelitian osenografi yang banyak mendapat perhatian dalam beberapa dekade terakhir ini adalah Arlindo

Lebih terperinci

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: 1128-1132 Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu Widya Novia Lestari, Lizalidiawati, Suwarsono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Samudera Hindia mempunyai sifat yang unik dan kompleks karena dinamika perairan ini sangat dipengaruhi oleh sistem angin musim dan sistem angin pasat yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Konsentrasi klorofil-a suatu perairan sangat tergantung pada ketersediaan nutrien dan intensitas cahaya matahari. Bila nutrien dan intensitas cahaya matahari cukup tersedia,

Lebih terperinci

Perhitungan Fluks CO2 di Perairan Indonesia Berdasarkan Data Penginderaan Jauh dan Pendekatan Empirik

Perhitungan Fluks CO2 di Perairan Indonesia Berdasarkan Data Penginderaan Jauh dan Pendekatan Empirik Perhitungan Fluks CO2 di Perairan Indonesia Berdasarkan Data Penginderaan Jauh dan Pendekatan Empirik Agus Setiawan* Mutiara R. Putri** Fitri Suciati** *Balai Riset dan Observasi Kelautan Puslitbang Sumberdaya

Lebih terperinci

DARI KONFERENSI KOPENHAGEN

DARI KONFERENSI KOPENHAGEN Laut Indonesia, Penyerap atau Pelepas Karbon DARI KONFERENSI KOPENHAGEN Laut Indonesia, Penyerap atau Pelepas Karbon Koran Tempo, 8 Desember 2009 Hasil riset di dunia dan Laut Jawa mengungkap bahwa laut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang terletak pada wilayah ekuatorial, dan memiliki gugus-gugus kepulauan yang dikelilingi oleh perairan yang hangat. Letak lintang Indonesia

Lebih terperinci

Perhitungan Fluks CO2 di Perairan Indonesia Berdasarkan Data Penginderaan Jauh dan Pendekatan Empirik

Perhitungan Fluks CO2 di Perairan Indonesia Berdasarkan Data Penginderaan Jauh dan Pendekatan Empirik Perhitungan Fluks CO2 di Perairan Indonesia Berdasarkan Data Penginderaan Jauh dan Pendekatan Empirik Agus Setiawan* Mutiara R. Putri** Fitri Suciati** *Balai Riset dan Observasi Kelautan Puslitbang Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Arus Eddy Penelitian mengenai arus eddy pertama kali dilakukan pada sekitar tahun 1930 oleh Iselin dengan mengidentifikasi eddy Gulf Stream dari data hidrografi, serta penelitian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Indonesia merupakan area yang mendapatkan pengaruh Angin Muson dari tenggara pada saat musim dingin di wilayah Australia, dan dari barat laut pada saat musim

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PUNCAK PERINGATAN HARI PANGAN SEDUNIA DAN PENYERAHAN HADIAH LOMBA TANGGAL : 9 OKTOBER 2014

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PUNCAK PERINGATAN HARI PANGAN SEDUNIA DAN PENYERAHAN HADIAH LOMBA TANGGAL : 9 OKTOBER 2014 1 SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PUNCAK PERINGATAN HARI PANGAN SEDUNIA DAN PENYERAHAN HADIAH LOMBA TANGGAL : 9 OKTOBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb, Salam sejahtera bagi kita semua, Bapak / Ibu tamu

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. The development of a wave-tide-circulation coupled model and its upwelling simulation application in the Indonesian Seas

RINGKASAN EKSEKUTIF. The development of a wave-tide-circulation coupled model and its upwelling simulation application in the Indonesian Seas RINGKASAN EKSEKUTIF The development of a wave-tide-circulation coupled model and its upwelling simulation application in the Indonesian Seas Sebagai negara penghasil ikan yang cukup besar, Indonesia masih

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa)

SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa) SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa) Martono Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Jl. Dr. Junjunan No 133 Bandung 40173 E-mail

Lebih terperinci

PERSEMBAHAN OSEANOGRAFI ITB UNTUK INDONESIA POSEIDON ITB 2012

PERSEMBAHAN OSEANOGRAFI ITB UNTUK INDONESIA POSEIDON ITB 2012 PERSEMBAHAN OSEANOGRAFI ITB UNTUK INDONESIA POSEIDON ITB 2012 PERSEMBAHAN OSEANOGRAFI ITB UNTUK INDONESIA POSEIDON ITB 2012 Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan panjang pantai lebih dari 81.000

Lebih terperinci

1. Deskripsi Riset I

1. Deskripsi Riset I 1. Deskripsi Riset I (Karakterisasi struktur kerak di bawah zona transisi busur Sunda-Banda menggunakan metoda inversi gabungan gelombang permukaan dan gelombang bodi dari data rekaman gempa dan bising

Lebih terperinci

(Analisis model geomekanika pada zona penunjaman lempeng untuk estimasi potensi gempa besar di Indonesia)

(Analisis model geomekanika pada zona penunjaman lempeng untuk estimasi potensi gempa besar di Indonesia) 1. Judul dan Deskripsi Riset I (Analisis model geomekanika pada zona penunjaman lempeng untuk estimasi potensi gempa besar di Indonesia) 1.1 Deskripsi singkat Pencitraan tomografi gempa bumi untuk zona

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Umum Perairan Selatan Jawa Perairan Selatan Jawa merupakan perairan Indonesia yang terletak di selatan Pulau Jawa yang berhubungan secara langsung dengan Samudera Hindia.

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA I. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Judul Mata Kuliah : Pengantar Oseanografi Kopel/SKS : Deskripsi singkat : Mata kuliah Pengantar Oseanografi membicarakan tentang laut dengan pendekatan aspek Kompetensi

Lebih terperinci

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA DR. DARMIN NASUTION PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH 2011 JAKARTA, 16 MARET 2011 Yang terhormat Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof.

Lebih terperinci

Kajian Elevasi Muka Air Laut di Perairan Indonesia Pada Kondisi El Nino dan La Nina

Kajian Elevasi Muka Air Laut di Perairan Indonesia Pada Kondisi El Nino dan La Nina Kajian Elevasi Muka Air Laut di Perairan Indonesia Pada Kondisi El Nino dan La Nina Niken Ayu Oktaviani 1), Muh. Ishak Jumarang 1), dan Andi Ihwan 1) 1)Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

Kisah ini berawal dari muhibah Menteri

Kisah ini berawal dari muhibah Menteri Pusat Riset Kelautan Perkuat Visi Poros Maritim Kementerian Kelautan dan Perikanan membangun Pusat Riset Kelautan yang dipadukan dengan kawasan wisata edukasi di Pangandaran, Jawa Barat dan Morotai, Maluku

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN

RENCANA STRATEGIS BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN RENCANA STRATEGIS BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN Arah dan Strategi Pengembangan Penelitian dan Observasi Sumberdaya Laut Di Balai Riset dan Observasi Kelautan Periode 2010 2014 Perumus: Agus Setiawan

Lebih terperinci

Laporan Perjalanan Dinas Chief BRKP-DKP Bagus Hendrajana, Chief FIO Mr Jianjun Liu

Laporan Perjalanan Dinas Chief BRKP-DKP Bagus Hendrajana, Chief FIO Mr Jianjun Liu Laporan Perjalanan Dinas Chief BRKP-DKP Bagus Hendrajana, Chief FIO Mr Jianjun Liu I. PENDAHULUAN Hujan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh berbagai fenomena iklim yang berkaitan dengan daerah tropis.

Lebih terperinci

Pemanasan Global dan Potensial Dampaknya pada Sektor Kelautan di Indonesia

Pemanasan Global dan Potensial Dampaknya pada Sektor Kelautan di Indonesia Pemanasan Global dan Potensial Dampaknya pada Sektor Kelautan di Indonesia Agus Setiawan Balai Riset dan Observasi Kelautan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Badan Penelitian

Lebih terperinci

DINAMIKA MASSA AIR DI PERAIRAN TROPIS PASIFIK BAGIAN BARAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN MUSIM DAN EL NINO SOUTHERN OSCILLATION

DINAMIKA MASSA AIR DI PERAIRAN TROPIS PASIFIK BAGIAN BARAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN MUSIM DAN EL NINO SOUTHERN OSCILLATION DINAMIKA MASSA AIR DI PERAIRAN TROPIS PASIFIK BAGIAN BARAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN MUSIM DAN EL NINO SOUTHERN OSCILLATION Oleh : SEPTINA PAPILAYA K.L C64103024 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp. (021) 7353018, Fax: (021) 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb GUBERNUR JAMBI SAMBUTAN GUBERNUR JAMBI PADA ACARA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 Selasa, 7 April 2015 Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb Yth. Menteri Dalam Negeri RI, yang diwakili

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN 1950-2013 Samodra, S.B. & Chandra, V. R. Diterima tanggal : 15 November 2013 Abstrak Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan tempat yang sering

Lebih terperinci

SOAL TES TERTULIS OLIMPIADE SAINS NASIONAL

SOAL TES TERTULIS OLIMPIADE SAINS NASIONAL SOAL TES TERTULIS OLIMPIADE SAINS NASIONAL Yogyakarta 20 Mei 2015 BIDANG GEOGRAFI TIM OLIMPIADE GEOGRAFI INDONESIA (TOGI) Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,

Lebih terperinci

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT Martono Divisi Pemodelan Iklim, Pusat Penerapan Ilmu Atmosfir dan Iklim LAPAN-Bandung, Jl. DR. Junjunan 133 Bandung Abstract: The continuously

Lebih terperinci

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Propinsi Banten dan DKI Jakarta BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

Tantangan Ke Depan. 154 Tantangan Ke Depan

Tantangan Ke Depan. 154 Tantangan Ke Depan 5 Tantangan Ke Depan Pemahaman ilmiah kita terhadap ekosistem secara umum, khususnya pada ekosistem laut, mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir. Informasi tentang pengelolaan ekosistem

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suhu Permukaan Laut (SPL) Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air laut adalah matahari. Daerah yang

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Instasi Sejarah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dimulai dengan dibentuknya Seksi Geologi Marin dan Seksi Geofisika Marin pada Pusat Penelitian

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN 1) oleh Dr. Ir. Mukti Zainuddin, MSc. 2)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN 1) oleh Dr. Ir. Mukti Zainuddin, MSc. 2) APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN 1) oleh Dr. Ir. Mukti Zainuddin, MSc. 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab. Selayar, 9-10 September

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara bahari dan negara kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati laut terbesar (mega marine biodiversity) (Polunin, 1983).

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018 1 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya, kami dapat menyelesaikan Buku Prakiraan Musim Hujan Tahun Provinsi Kalimantan Barat. Buku ini berisi kondisi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.5 1. Bagi para nelayan yang menggunakan kapal modern, informasi tentang gerakan air laut terutama digunakan untuk... mendeteksi

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N

Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik Created By: ASRAWAN TENRIANGKA ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N 1. JENIS LEMPENG Berdasarkan jenis bahan batuan pembentuknya,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang paling kompleks dan khas di daerah tropis yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi. Ekosistem

Lebih terperinci

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA Disusun Oleh: Josina Christina DAFTAR ISI Kata Pengantar... 2 BAB I... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Tujuan... 3 1.3 Rumusan Masalah... 4 BAB II... 5 2.1 Pengertian

Lebih terperinci

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA OLEH : ANDRIE WIJAYA, A.Md FENOMENA GLOBAL 1. ENSO (El Nino Southern Oscillation) Secara Ilmiah ENSO atau El Nino dapat di jelaskan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Spesies ikan malalugis atau juga disebut layang biru (Decapterus

1. PENDAHULUAN. Spesies ikan malalugis atau juga disebut layang biru (Decapterus 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spesies ikan malalugis atau juga disebut layang biru (Decapterus macarellus) merupakan salah satu jenis ikan pelagis kecil yang tersebar luas di perairan Indonesia.

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya, kami dapat menyelesaikan Buku Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2017 Provinsi Kalimantan Barat. Buku ini berisi kondisi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN OLEH : Arif Satria Fakultas Ekologi Manusia IPB Disampaikan padalokakarya MENGARUSUTAMAKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DALAM AGENDA PEMBANGUNAN, 23 OKTOBER

Lebih terperinci

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE)

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE) VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE) Oleh : HOLILUDIN C64104069 SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

KERAGAMAN SUHU DAN KECEPATAN ARUS DI SELAT MAKASSAR PERIODE JULI 2005 JUNI 2006 (Mooring INSTANT)

KERAGAMAN SUHU DAN KECEPATAN ARUS DI SELAT MAKASSAR PERIODE JULI 2005 JUNI 2006 (Mooring INSTANT) KERAGAMAN SUHU DAN KECEPATAN ARUS DI SELAT MAKASSAR PERIODE JULI 2005 JUNI 2006 (Mooring INSTANT) Oleh: Ince Mochammad Arief Akbar C64102063 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b a Program Studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, b Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL No. : 5:U, /D.V/08/2015 Jakarta, Ie> Agustus 2015 Lamp : 1 (satu) berkas Perihal : PERMOHONAN NARASUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Arlindo (Arus Lintas Indonesia) Arlindo adalah suatu sistem di perairan Indonesia di mana terjadi lintasan arus yang membawa membawa massa air hangat dari Samudra Pasifik menuju

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise Peta sebaran SPL dan salinitas berdasarkan cruise track Indomix selengkapnya disajikan pada Gambar 6. 3A 2A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.500 pulau dan memiliki garis panjang pantai terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016 B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera bagian tengah. Provinsi ini memiliki dataran seluas

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pemodelan Numerik Respons Benturan Tiga Struktur Akibat Gempa BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir Pemodelan Numerik Respons Benturan Tiga Struktur Akibat Gempa BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini lahan untuk pembangunan gedung yang tersedia semakin lama semakin sedikit sejalan dengan bertambahnya waktu. Untuk itu, pembangunan gedung berlantai banyak

Lebih terperinci

PROPOSAL. Dr. rer. nat. Mutiara R. Putri, M.Si

PROPOSAL. Dr. rer. nat. Mutiara R. Putri, M.Si PROPOSAL PROGRAM HIBAH PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBELAJARAN DARING (SPADA) INDONESIA 2017 Dr. rer. nat. Mutiara R. Putri, M.Si PENGEMBANGAN MATAKULIAH DARING ALIH KREDIT OS3204 OSEANOGRAFI INDONESIA PROGRAM

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000 buah pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA PUNCAK ACARA PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP SE-DUNIA TINGKAT KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2014 TANGGAL : 27 JUNI 2014

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA PUNCAK ACARA PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP SE-DUNIA TINGKAT KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2014 TANGGAL : 27 JUNI 2014 1 SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA PUNCAK ACARA PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP SE-DUNIA TINGKAT KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2014 TANGGAL : 27 JUNI 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah lautan yang lebih luas dibandingkan luasan daratannya. Luas wilayah laut mencapai 2/3 dari luas wilayah daratan. Laut merupakan medium yang

Lebih terperinci

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI Oleh : Rahmat Triyono, ST, MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id (Hasil Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 50.000 km 2 (Moosa et al dalam

Lebih terperinci

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA Martono Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN, Jl.dr.Djundjunan 133, Bandung, 40173 E-mail :

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA I. Umum Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar didunia, yang terletak di antara dua benua, yakni benua Asia dan benua Australia,

Lebih terperinci

NATIONAL PRIORITY WORKSHOP (NPW) CTI CFF INDONESIA, TAHUN , HOTEL GOLDEN FLOWER, BANDUNG, SEPTEMBER 2013

NATIONAL PRIORITY WORKSHOP (NPW) CTI CFF INDONESIA, TAHUN , HOTEL GOLDEN FLOWER, BANDUNG, SEPTEMBER 2013 LAPORAN PERJALANAN NATIONAL PRIORITY WORKSHOP (NPW) CTI CFF INDONESIA, TAHUN 2014 2016, HOTEL GOLDEN FLOWER, BANDUNG, 12-13 SEPTEMBER 2013 Oleh: MUHAMMAD ABRAR, S.Si, M.Si PUSAT PENELEITAIAN OSEANOGRAFI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan Dilihat dari kondisi geografisnya, Indonesia merupakan wilayah dengan ancaman bencana gempa bumi dan tsunami dengan intensitas yang cukup tinggi. Banyaknya gunung aktif serta bentuknya yang berupa negara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP 1 KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016 di Propinsi Bali merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi Negara Bali. Prakiraan Awal

Lebih terperinci

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. Macam-macam Letak Geografi Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. WILAYAH. NASIONAL. Pantai. Batas Sempadan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sebuah ekosistem mempunyai berbagai fungsi penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Beberapa fungsi utama dalam ekosistem sumber daya hutan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Angin Di perairan barat Sumatera, khususnya pada daerah sekitar 2, o LS hampir sepanjang tahun kecepatan angin bulanan rata-rata terlihat lemah dan berada pada kisaran,76 4,1

Lebih terperinci