KEPEMIMPINAN PEMUDA PESANTREN DALAM POLITIK KEBANGSAAN. (Perspektif Hj. Mundjidah Wahab PP Bahrul Ulum Jombang)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPEMIMPINAN PEMUDA PESANTREN DALAM POLITIK KEBANGSAAN. (Perspektif Hj. Mundjidah Wahab PP Bahrul Ulum Jombang)"

Transkripsi

1 KEPEMIMPINAN PEMUDA PESANTREN DALAM POLITIK KEBANGSAAN (Perspektif Hj. Mundjidah Wahab PP Bahrul Ulum Jombang) TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirosah Islamiyah Oleh ZULIA KHOIRUN NISA NIM. F PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2019

2 Scanned by CamScanner

3

4

5 KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA PERPUSTAKAAN Jl. Jend. A. Yani 117 Surabaya Telp Fax LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama NIM : ZULIA KHOIRUN NISA : F Fakultas/Jurusan : DIRASAH ISLAMIYAH address : zulianisa217@gmail.com Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah : Sekripsi Tesis Desertasi Lain-lain ( ) yang berjudul : KEPEMIMPINAN PEMUDA PESANTREN DALAM POLITIK KEBANGSAAN (Perspektif Hj. Mundjidah Wahab PP. Bahrul Ulum Jombang) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltext untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan. Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Surabaya, 15 Agustus 2019 Penulis ZULIA KHOIRUN NISA

6 ABSTRAK Nisa, Zulia Khoirun: F , tesis ini berjudul KEPEMIMPINAN PEMUDA PESANTREN DALAM POLITIK KEBANGSAAN (Perspektif Hj. Mundjidah Wahab PP Bahrul Ulum Jombang) Kata Kunci: Kepemimpinan, Pesantren, Politik Pemuda hari ini merupakan generasi yang akan melanjutkan kepemimpinan di masa yang akan datang. Menjadi pemimpin bukanlah suatu hal yang instan, perlu proses untuk membentuk pemimpin yang berkarakter dan mampu menghadapi tantangan zaman. Hj. Mundjidah Wahab adalah salah satu sosok pemimpin perempuan yang berasal dari pesantren. Kiprahnya dimulai sejak tahun 1968 saat menjadi ketua IPPNU. Menjajdi seorang putri kiai tidak menghalangi langkahnya untuk terjun di dunia politik. Menjadi DPRD sejak tahun 1971 sampai saat ini menjabat sebagai Bupati Jombang, tidak menjadikan beliau lupa terhadap pesantren, beliau tetap menjadi pengasuh pesantren Bahrul Ulum Jombang. melalui pesantren akan terbentuk generasi baru, yang akan melanjutkan perjuangannya di masa depan. Penelitian ini membahas tiga rumusan masalah, konsep kepemimpinan pemuda dalam politik kebangsaan perspektif Hj. Mundjidah Wahab. Penerapan konsep kepemimpinan dalam politik kebangsaan. Manfaat penerapan konsep kepemimpinan dalam politik kebangsaan perspektif Hj. Mundjidah Wahab di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang. Penelitian tesis ini ditujukan untuk memahami konsep kepemimpinan pemuda dalam politik kebangsaan perspektif Hj. Mundjidah Wahab. Mengetahui Penerapan konsep dan manfaat kepemimpinan dalam politik kebangsaan perspektif Hj. Mundjidah Wahab di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk memperoleh fakta dan data yang ada di pesantren Bahrul Ulum. Melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mengumpulkan data. Mengguanakan tiangulasi sumber untuk melakukan uji keabsahan penelitian ini. Sehingga dapat menjawab seluruh rumusan masalah penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh adalah: Pertama, jiwa kepemimpinan tidak hanya muncul dari faktor genetis, namun harus dibentuk melalui pendidikan, pembiasaan dan penanaman karakter melalui pesantren. Kedua, penerapan konsep kepemimpinan dalam pesantren melalui perumusan kurikulum pesantren, pengembangan minat bakat, organisasi serta mandiri dan disiplin di pesantren. Ketiga, manfaat penerapan konsep kepemimpinan pemuda pesantren adalah santri siap terjun di dalam masyarakat serta menjadi pemimpin berkarakter yang mampu menghadapi tantangan zaman.

7 ABSTRACT Nisa, Zulia Khoirun : F , this thesis is entitled PESANTREN YOUTH LEADERSHIP IN NATIONAL POLITICS (Perspective Hj. Mudjidah Wahab, Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang) Keywords : Leadership, Pesantren, Politics. Previously, youths are the generation that will continue a leadership in the future. Being a leader is not an instant thing, it needs a process to form a leaders who the characters able to face the challenges of the times. Hj. Mundjidah Wahab is one of the female leaders from the pesantren. Her debut began in 1968 when she was a chairwoman of IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama ). Being a Kyai's daughter does not prevent her stepping into politics. Being a DPRD since 1971 until now, she has served as a Regent of Jombang. It does not make her being forget about the pesantren, she remains a caregiver at the Pesantren of Bahrul Ulum Jombang. Through pesantren, the new generation will be formed, which will continue her struggle in the future. This research discusses three problem formulations, the concept of youth leadership in the national politics from the perspective of Hj. Mundjidah Wahab. Application the concepts of leadership in national politics. The aids of applying the concept of leadership in the national politics perspective of Hj. Mundjidah Wahab at Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang. This tresearch is aimed in understanding the concept of youth leadership in the national politics perspective of Hj. Mundjidah Wahab. To know application of the concepts and the use of leadership in national politics perspective of Hj. Mundjidah Wahab at Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang. This research uses qualitative methods to obtain facts and data in the Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang. Conduct observations, interviews and documentation to collect data. Using source pole to test the validity of this research. So that, it can answer the entire research problem statement. The results obtained are: First, the leadership spirit does not only arise from genetic factors, but must be shaped through education, habituation and inculcation of character through pesantren. Second, the application of the leadership concept in pesantren through the formulation of pesantren curriculum, developing the interests of talent, organization and independence and discipline in pesantren. Third, the use of applying the concept of pesantren youth ledership are students ready to plunge into society and become leaders who are able to face the challenges of the times.

8 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR. i HALAMAN SAMPUL DALAM. ii TRANSLITERASI... iii PERNYATAAN KEASLIAN.. iv PERSETUJUAN PEMBIMBING... v PENGESAHAN TIM PENGUJI vi MOTTO. vii ABSTRAK. viii ABSTRACT.. ix KATA PENGANTAR.. x DAFTAR ISI... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.. 1 B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah C. Rumusan Masalah... 8 D. Tujuan Penelitian. 9 E. Kegunaan Penelitian 9 F. Kerangka Teoritik 10 G. Penelitian Terdahulu 12 H. Metode Penelitian 14 I. Sistematika Pembahasan. 17 BAB II KEPEMIMPINAN PEMUDA PESANTREN DALAM POLITIK KEBANGSAAN A. Konsep Kepemimpinan Definisi Kepemimpinan Ruang Lingkup Pendekatan Kepemimpinan Peran dan Fungsi Kepemimpinan Karakter dan Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Kepemimpinan Pemuda.. 33

9 B. Kepemimpinan dalam Pesantren C. Kepemimpinan dalam Politik Kebangsaan Gaya Kepemimpinan dalam Politik Kebangsaan Moral Politik Kebangsaan BAB III KEPEMIMPINAN PEMUDA PESANTREN DALAM PERSPEKTIF HJ. MUNDJIDAH WAHAB A. Profil Pondok Pesantren Al-Lathifiyah II Bahrul Ulum B. Riwayat Hidup Hj. Mundjidah Wahab C. Rumusan Pemikiran Pemikiran Hj. Mundjidah Wahab BAB IV MEMBANGUN JIWA KEPEMIMPINAN PEMUDA PESANTREN DALAM POLITIK KEBANGSAAN A. Konsep Kepemimpinan Pespektif Hj. Mundjidah Wahab B. Implementasi Konsep Kepemimpinan Pespektif Hj. Mundjidah Wahab dalam Pesantren Bahrul Ulum Jombang 72 C. Manfaat Konsep Kepemimpinan Pespektif Hj. Mundjidah Wahab dalam Pesantren Bahrul Ulum Jombang 82 BAB V PENUTUP A. Simpulan. 90 B. Saran 91 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 96

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemuda merupakan aset besar bagi bangsa. Baik buruknya pemuda, menentukan masa depan bangsa Indonesia. Pepatah mengatakan bahwa pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Mengartikan bahwa ditangan pemuda terukir masa depan bangsa. Sejarah perjuangan Indonesia untuk merdeka tidak terlepas dari peran putra putri bangsa. Sebuah bukti besar bahwa pemuda turut andil dalam proses kemerdekaan bangsa ini. Perlawanan rakyat terhadap penjajah merupakan wujud semangat pemuda yang membara. Banyak pemimpin muda yang muncul pada masa itu, menggerakkan rakyat untuk melawan penjajah, hingga akhirnya Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus, diproklamirkan oleh Ir. Soekarno, salah satu tokoh muda serta menjadi presiden pertama di Indonesia. Kontribusi pemuda dalam perjalanan bangsa terlihat jelas. Pemuda telah menunjukkan identitasnya sebagai sosok yang berjiwa pemberani dalam menghadapi setiap kesulitan, tantangan serta bahaya. Keberanian pemuda telah diceritakan dalam sejarah perjalanan bangsa. Di masa perjuangan kemerdekaan, tokoh-tokoh pemuda seperti Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir dan lainnya, pernah merasakan 1

11 2 getirnya hidup di tahanan pemerintahan Jepang. 1 Keberanian pemudapemuda fase sebelum proklamasi, hingga proklamasi dilaksanakan merupakan bukti kontribusi pemuda. Bahkan setelah proklamasi, pemuda masih harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaannya. Pada pasca kemerdekaan hingga saat ini, pemuda menunjukkan keberanian dan kemampuannya dalam berkontribusi untuk bangsa. Hal ini harus menjadi inspirasi dan semangat bagi pemuda masa kini. Pemuda Indonesia harus memiliki idealisme yang matang seperti yang diwariskan oleh para pendahulu mereka. Menjadi sosok penggerak di masyarakat, serta memiliki jiwa kepemimpinan, tanpa memandang atau membedakan posisi laki-laki atau perempuan. Jelas sekali bahwa pemuda tidak hanya terdiri dari laki-laki saja, dalam sejarah bangsa ini, perempuan juga ikut berjuang untuk kemerdekaan. Jika dalam segi budaya perempuan hanya berperan di wilayah domestik, namun bukti kepemimpinan perempuan telah terwujud dalam perjuangannya melawan penjajah. tokoh pahlawan perempuan yang tercatat seperti Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Maria Walanda Maramis, R.A Kartini, Dewi Sartika dan tokoh-tokoh lainnya merupakan inspirasi bagi perempuan untuk ikut serta dalam wilayah publik, serta memainkan perannya di dunia politik kebangsaan 2. 1 Imam Nahrawi, Tegaskan Potensi, Cintai Negeri; Peran Pemuda dalam Kehidupan Berbangsa,(Surabaya: Pustaka Idea, 2017), Ibid

12 3 Perjuangan perempuan untuk ikut serta menyuarakan pendapatnya bukanlah hal mudah. seperti kisah perjuangan RA. Kartini melawan budaya patriarkhi didalam keluarganya sendiri. Beliau memperjuangkan pendidikan untuk perempuan, hingga pada akhirnya dapat mendirikan sekolah untuk perempuan. 3 Bukan suatu yang mudah untuk menghapuskan pandangan steorotype terhadap perempuan. Membutuhkan proses bagi perempuan untuk mendapatkan tempat di ranah publik. Hingga akhirnya proses perjuangan perempuan membuahkan hasil. Keterlibatan perempuan diformalkan dalam bentuk UU, misalnya UU No. 2 Tahun 2011 tentang partai politik 4, dalam UU tersebut dinyatakan dengan jelas kuota kepengurusan dalam partai politik, demikian pula dalam UU No. 8 Tahun 2012 tentang pemilu dibebutkan bahwa calon anggota legislatif yang diajukan partai politik harus memenuhi kuota 30 persen perempuan. Pasca adanya undang-undang tersebut, membuka ruang bagi perempuan untuk berperan dalam sosial politik. Kesempatan perempuan untuk menjadi wakil rakyat harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Perempuan harus ikut dalam pengambilan kebijakan berkaitan dengan persoalan negara ini. Sehingga nantinya kebijakan yang dirumuskan dapat memberikan 3 Anom Whani Wicaksana, Raden Ajeng Kartini; Perempuan Pembawa Cahaya untuk Bangsa (Yogyakarta: Klik Media, 2018), Undang-undang Repubkik Indoensia nomor 2 tahun 2011 tentang Partai Politik, diakses pada 1 Maret 2019

13 4 ruang yang lebih luas bagi perempuan untuk berkarya, tidak sekedar menjadi ibu rumah tangga. Kesempatan perempuan untuk ikut serta di dunia politik sudah ada, namun jika dicermati dari pemilu dari tahun ke tahun, masih dominan kaum laki-laki yang menempati kursi DPR ataupun pejabat publik baik di wilayah kepresidenan, eksekutif, legislatif dan yudikatif. Ini menunjukkan bahwa pemikiran dalam islam tentang perempuan yang tidak berhak menjadi pemimpin, atau budaya patriarkhi yang menjadikan peran perempuan hanya di wilayah domestik, membuat perempuan tidak tertarik untuk terjun di bidang politik. Seperti halnya di Jombang, daerah yang dikenal dengan kota santri, karena banyaknya pesantren di daerah tersebut. Jomba juga disebut dengan Ijo-Abang sebuah sebtan yang memiliki makna Ijo dari golongan pesantren, dan abang dari golongan umum, kejawen, abangan dsb. Sebuah ungkapan yang menunjukkan multikuturalnya Jombang. Tentu dari Jombang yang multikultural, budaya-budaya masih sangat kental. Khususnya di lingkungan pesantren, yang otoritas ada pada tangan Kiai. Pesantren diidentikkan sebagai kultur yang paternalistik dengan dominasi dominasi kyai sebagai otoritas tunggal dan teks-teks fiqih yang bias gender. Tokoh utama dalam segala hal di pesantren adalah kyai. Transmisi ilmu yang dilakukan oleh para kyai dilakukan

14 5 secara monolog, mengingat bahwa kiai adalah pemegang penuh otoritas keagamaan. 5 Sehingga transmisi keilmuan di pesantren lebih bersifat dogmatis dan ideologis. Pesantren sejak awal menjadi pusat pembelajaran dan dakwah. Sebagai lembaga tertua di Indonesia, pesantren memainkan peran penting dalam sejarah pendidikan. Sebelum sistem pendidikan modern diperkenalkan, pesantren adalah satu-satunya sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Pesantren juga memainkan peran yang tidak tergantikan dalam penyebaran Islam di Indonesia. Pesantren menyediakan sosialisasi formal dimana keyakinan, norma, dan nilainilai Islam di transmisikan serta ditanamkan melalui berbagai aktivitas pengajaran. Akibat dari kuatnya ideologisasi dan dogmatisme dalam tubuh pesantren, ajaran agama menjadi sangat normatif, simbolik dan kurang responsif terhadap perkembangan masyarakat di luarnya. Kecenderungan seperti ini telah berlangsung sejak lama, sehingga pemikiran-pemikiran santri mengikuti apa semua yang diucapkan Kyai. Kultur pesantren yang sangat patriarki, seringkali memberikan kebijakan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Aktivitas perempuan lebih terbatas, dan tentunya perempuan dalam pesantren harus patuh, taat dan tunduk dengan seluruh aturan-aturan yang dibuat. 5 Abdurrahman Wahid, Mertin Van Bruinessen dan Pencariannya, pengantar pada Martin Van Bruinessen, Kitab Kunin. Pesantren dan Tarikat, (Bandung: Mizan 1995) hlm.11

15 6 Hal ini tidak hanya terjadi pada santri putri, namun putri Kyai juga harus patuh terhadap aturan-aturan tersebut. Ditengah ketatnya aturan bagi perempuan di pesantren, ternyata saat ini Jombang dipimpin oleh tokoh perempuan yang berasal dari pesantren, beliau adalah Hj. Mundjidah Wahab. Bupati perempuan yang terlahir dari kalangan pesantren, putri dari ulama besar, yaitu KH. Wahab Hasbullah. 6 Beliau terpilih menjadi bupati dalam Pilkada serentak Bupati perempuan pertama di Jombang, yang juga mewakili ulama perempuan telah berhasil menduduki kursi pemerintahan. Terpilihnya Hj Munjidah Wahab merupakan gebrakan bagi perempuan untuk turut serta berperan di wilayah publik. Beliau memang sudah mengawali karirnya sejak masih muda. Pada usia 17 tahun beliau sudah menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi. Di usia 23 tahun beliau sudah terjun kedalam dunia politik menjadi wakil rakyat. Perjalanan beliau merupakan inspirasi bagi pemuda. Bahwa tidak ada kata terlalu dini untuk memulai perjuangan. Kepemimpinan pemuda harus dibentuk, karakter pemimpin harus dimunculkan. Karena pemuda adalah penentu masa depan bangsa. Sehingga dalam hal ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan 6 Syaifulloh, Sosok Hj. Mundjidah Wahab Layak Jadi Teladan, diakses pada 10 Maret 2019

16 7 memusatkan perhatian pada kepemimpinan pemuda pesantren dalam politik kebangsaan perspektif Hj. Mundjidah Wahab. B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah Dari latar belakang permasalahan di atas, mempunyai identifikasi masalah dan batasan sebagai berikut: 1. Penelitian ini adalah suatu studi yang dilakukan di Pesantren Bahrul Ulum Jombang 2. Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia, dan Pesantren Bahrul Ulum didirikan oleh KH. Wahab Chasbulloh, salah satu pendiri NU 3. Pesantren yang dinilai kental dengan budaya patriarkhi ternyata mampu mencetak tokoh pemimpin perempuan, yaitu Hj.undjidah Wahab 4. Hj. Mundjidah Wahab merupakan putri KH. Wahab Chasbulloh yang sudah terjun ke dunia politik sejak umur 26 tahun. 5. Kondisi politik di Indonesia semakin tidak sehat dengan membawa isu-isu agama, sehingga perlu adanya pemimpin berlatar belakang pesantren. 6. Membentuk karakter pemimpin harus dimulai sejak berada di pesantren

17 8 7. Konsep kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi politik kebangsaan dalam pandangan Hj Mundjidah Wahab merupakan bahan untuk membentuk karakter kepemimpinan pemuda Dari beberapa persoalan tersebut, maka penelitian ini akan fokus pada beberapa hal dibawah ini: 1. Konsep kepemimpinan pemuda dalam politik kebangsaan perspektif Hj. Mudjidah Wahab di Pondok Pesantren Bahrul Ulum 2. Penerapan Konsep kepemimpinan pemuda Pondok Pesantren Bahrul Ulum 3. Manfaat Konsep kepemimpinan pemuda Pondok Pesantren Bahrul Ulum C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep kepemimpinan pemuda pesantren dalam politik kebangsaan perspektif Hj. Mundjidah Wahab di PP Bahrul Ulum Jombang? 2. Bagaimana penerapan konsep kepemimpinan pemuda pesantren dalam politik kebangsaan perspektif Hj. Mundjidah Wahab di PP Bahrul Ulum Jombang?

18 9 3. Apa manfaat penerapan konsep kepemimpinan pemuda pesantren dalam politik kebangsaan perspektif Hj. Mundjidah Wahab di PP Bahrul Ulum Jombang? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mendeskripsikan konsep kepemimpinan pemuda pesantren dalam politik kebangsaan perspektif Hj. Mundjidah Wahab di PP Bahrul Ulum Jombang. 2. Untuk mendeskripsikan penerapan konsep kepemimpinan pemuda pesantren dalam politik kebangsaan perspektif Hj. Mundjidah Wahab di PP Bahrul Ulum Jombang. 3. Untuk mendeskripsikan manfaat penerapan konsep kepemimpinan pemuda pesantren dalam politik kebangsaan perspektif Hj. Mundjidah Wahab di PP Bahrul Ulum Jombang. E. Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Pada tataran teoritis, temuan penelitian ini bermanfaat dalam melihat perkembangan kepemimpinan di Indonesia, perkembangan politik kebangsaan serta konsep kepemimpinan perspektif Hj.

19 10 Mundjidah Wahab, selaku Bupati Jombang serta pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang. Salah satu pemimpin perempuan yang berasal dari pondok pesantren dan memulai karirnya saat masih muda. Sementara itu dalam tataran praktis, hasil penelitian ini sebagai rujukan bagi pemuda pesantren untuk berperan aktif dan ikut serta dalam memberikan masukan atau menjadi pemberi kebijakan, karena adanya pemuda juga berpengaruh pada sosial dan moral. Disamping itu merupakan sarana belajar bagi peneliti untuk menambah wawasan serta berfikir kritis dalam menganalisis suatu masalah tentang kepemimpinan, khususnya pemimpin dari perempuan pesantren dan kontribusinya di Jawa Timur, serta menambah pengetahuan bagi peneliti. F. Kerangka Teoritik Penelitian ini menggunakan perspektif sosial, tepatnya cara pandang yang meyakini bahwa pengetahuan tidak datang secara tibatiba, tapi juga dalam prosesnya didukung oleh konstruksi lain yang mengitarinya, seperti konsisi sosial, budaya, politik, dan lain sebagainya. Itu artinya kepemimpinan Hj. Mundjidah Wahab sampai saat ini masih ditelaah dan dianalisis. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pemahaman teoritis Karl Mannheim dalam mengulas bagaimana sosiologi pengetahuan itu

20 11 dipahami dan dipraktikkan dalam rangka membaca pikiran seseorang. Ada dua pokok yang menjadi ciri-ciri sosiologi pengetahuan. 7 Pertama, berorientasi epistimologis untuk mengutamakan sebuah pemahaman dari sebuah pemikiran sesuai dengan konteksnya, berkaitan dengan latar belakang riil sosial-historis tertentu sebab perbedaan sosial historis melahirkan pemikiran yang berbeda, sekalipun dalap tema yang sama. Dalam konteks penelitian ini, dilihat dari nalar berpikir mannheim, maka membaca pemikiran Hj. Mundjidah Wahab tidak akan tuntas dan objektif, kecuali dengan membaca latar belakang yang berkaitan dengan dirinya, misalnya tentang perjalanan hidup dan pergumulan intelektualnya serta sosial budaya yang membentuk intelektual Hj. Mundjidah Wahab berproses. Kedua, menurut Mannheim, sosiologi pengetahuan mengandaikan bahwa pemikiran yang nyata tidak bisa lepas dari konteks tindakan kolektif dimana pemikiran itu bersinggungan. Seorang pemikir yang hidup dalam lingkungan tertentu dan masyarakat tertentu tidaklah hadir dalam kehidupan secara terpisah. Maka dari itu, Hj. Mundjidah hidup dan berkembang di lingkungan pesantren, tidak hadir secara terpisah dengan lingkungannya sebagai orang pesantren, sehingga pemikiran yang muncul darinya tidak bisa terpisah dengan bangunan intelektual pesantren. Selain itu, ayahnya 7 Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia; Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik, terj. Budi Hardiman (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1991), 3-5

21 12 adalah seorang Kiai yang hebat, sehingga jiwa-jiwa pemimpin telah terbangun sejak beliau lahir. Selain dengan ciri-ciri mannheim, analisa teori kepemimpinan akan digunakan dalam merumuskan konsep-konsep kepemimpinan serta pembentukan jiwa pemimpin. Hj. Mundjidah Wahab menjadi seorang pemimpin sejak masih muda, perjalanan karir yang panjang hingga beliau menjadi seorang Bupati Jombang.kepemimpinannya menjadi sorotan karena beliau berasala dari pesantren. Sehingga analisa teori kepemimpinan ini sangat penting untuk mengkaji lebih dalam kepemimpinan Hj. Mundjidah Wahab di Jombang. G. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini. Penelitian itu berupa skripsi, tesis, disertasi yang didalamnya sama-sama membahas tentang gerakan gender dan menjadikan masyarakat sebagai objek penelitian. Namun memiliki perbedaan-perbedaan didalamnya, baik dalam wujud perannya, fokus penelitiannya maupun tempat penelitian. Penelitian pertama berjudul Model Kepemimpinan Kiai Pesantren Ala Gus Mus. Buku yang ditulis untuk Ari Agung Pramono pada tahun Buku ini fokus kepada Manajemen Pondok Pesantren di Indonesia yang lebih baik beserta melestarikan

22 13 keberagamannya, sehingga pesantren di Indoenesia memiliki ciri khas dan gaya tersendiri 8. Kedua adalah model kepemimpinan di pondok pesantren Al- Baqiyatush Sholihat Kuala Tungkal Jambi. Tesis yang ditulis oleh Nurhadi Prabowo pada tahun 2016 dari UIN Sunan Kalijaga. 9 Hasil penelitian ini adalah kepemimpinan di Pondok pesantren melekat pada sosok Kiai yang kharismatik. Sehingga peran kiai lebih mendominasi dan memiliki otoritas mutlak dalam mengambil keputusan, meskipun dalam beberapa hal Kiai bersifat demokrasi. Yang kedua adalah tentang kepemimpinan Kiai dalam peningkatan kualitas pendidikan pesantren. Sebuah tesis yang ditulis oleh Mohammad Muallif tahun 2017 dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian ini merupakan studi kasus di Pondok Pesantren Al- Islamul Ainul Bahiroh Kepanjen Malang. 10 Penelitihan ini memberikan hasil bahwa kepemimpinan Kiai dalam pesantren menggunakan model otoriter-karismatik. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, Kiai menggunakan strategi-strategi tertentu, seperti merubah pola fikir asatidz, santri dan pengurus, meningkatkan kualitas asatidz, kerjasama denngan pihak luar, dan peningkatan sarana prasarana. Sehingga dalam tesis ini menunjukkan bahwa peran 8 Ari Agung Pramono, Model Kepemimpinan Kiai Pesanntren Ala Gus Mus. (Pustaka Ilmu, Yogyakarta, 2019) 9 Nurhadi Prabowo, Model Kepemimpinan di Pondok Pesantren Baqiyatus Sholihat Kuala Tungkal Jambi (Tesis UIN Sunan Kalijaga, Jogja, 2016), 6 10 Mohamad Mualif, Kepemimpinan Kyai dalam Peningkatan Kualitas Pesantren: Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Islamul Ainul Bahiroh Kepanjen Malang (Tesis UIN Maulanan Malik Ibrahim, Malang, 2017)

23 14 Kiai sangat penting dalam pendidikan pondok pesantren. Karena Kiai adalah sosok panutan di pondok pesantren. Selanjutnya adalah gaya kepemimpinan Kiai di Pesantren. Skripsi yang ditulis oleh Suko Rina Adibatunabillah tahun 2018 dari UIN Sunan Kalijaga. 11 Penelitian yang membahas tentang gaya kepemimpinan Kiai di Pondok Pesantren As-Salimiyah Sleman. Yang menunjukkan gaya kepemimpinan Kiai kharismatik, demokratik dan otokratik. Penelitian selanjutnya adalah tentang aktivis perempuan gender. Sebuah thesis yang ditulis oleh Aniek Nurhayati pada tahun 2008 yang berjudul Konstruksi Gender pada Aktivis Perempuan Berlatar Belakang Pesantren. 12 Dalam tesis ini berisi tentang implikasi kegiatan-kegiatan yang mensosialisasikan gender dalam membentuk pemikiran perempuan pesantren. Serta pemikiran gender dari aktivisaktivis perempuan pesantren. Subjek penelitian ini adalah aktivis perempuan. H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang objeknya mengenai penerapan teori 11 Suko Rina Adibatun Nabilah, Gaya Kepemimpinan Kiai di Pesantren As-Salimiyah Nogotirto Gamping Selamin (Skripsi Uin Sunan Kalijogo, 2018) 12 Anik Nurhayati, Konstruksi Gender pada Aktivis Perempuan Berlatar Belakang Pesantren (Tesis Universitas Airlangga, 2008)

24 15 kepemimpinan dalam pesantren. Penelitian ini juga bisa disebut penelitian kasus atau study kasus (case study) dengan pendekatan deskriptif kualitatif Data yang di kumpulkan Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kepustakaan dan data wawancara. Data kepustakaan terdapat data primer berupa dokumen dari informan, dalam penelitian ini data primer adalah Hj. Mudjidah Wahab Pengasuh PP Bahrul Ulum Jombang sekaligus Bupati Jombang. Data sekundernya berupa karya-karya yang terkait dengan penelitian ini. Beberapa karya yang digunakan sebagai data sekunder adalah Buku Sejaran Tambakberas dan buku berjudul Kala Jilbab Berkibar di Podium. Sebagai pendalaman data, peneliti menggunakan wawancara untuk menggali informasi yang dibutuhkan. Wawancara dilakukan kepada Ustadz Fauzan, putri dan menantu Hj.Mundjidah beserta perwakilan santri PP Tambakberas. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumen Metode dokumen adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Metode ini adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Metode ini berfungsi dalam menemukan fakta-fakta 13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, cet. ke-15, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 121.

25 16 dan sosial yang tersimpan dalam bahan berbentuk dokumentasi. 14 Bahan dalam metode dokumen ini adalah; Otobiografi, suratsurat atau buku catatan, kliping, dokumen pemerintah maupun swasta, cerita roman atau cerita rakyat, data di server atau flasdisk dan data tersimpan di web atau lainnya. b. Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Obserbvasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi. Observasi ini dengan pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. 15 c. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tidak menggunakan pedoman wawancara M Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta: Kencana, 2008), Ibid., Ibid., 108

26 17 4. Teknik Analisa Data Analisis data dilakukan setelah data-data dikumpulkan baik data pustaka maupun data hasil wawancara. Oleh sebab itu, analisis ini menggunakan empat langkah, yaitu reduksi data (seleksi data), display data, pemahaman atas data dan pengambilan kesimpulan (konklusi). Proses reduksi data dilakukan peneliti dengan pemetaan terhadap data-data yang ada dengan mencari tema-tema atau polanya, sehingga mempermudah peneliti dalam mengendalikan data sekaligus sebagai sumber informasi awal yang berkaitan dengan tema yang diteliti. Langkah selanjutnya yaitu display data, dengan melakukan pengklasifikasian, sekaligus didukung dengan langkah-langkah berikutnya, pemahaman atas data dan pengambilan kesimpulan. Proses ini dilakukan terus menerus untuk meminimalisir kesalahan dalam mengambil kesimpulan sehingga simpulan akhir akan lebih akurat dalam menentukan hipotesisnya. I. Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam tesis ini terdiri dalam lima bab. Bab pertama merupakan pendahuluan dari penelitian ini, yang mencangkup latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan

27 18 masalah, tujuan pembahasan, kegunaan penulisan, kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian,dan sistematika bahasan. Pada bab pertama ini, khususnya dalam latar belakang, peneliti mengungkap sekilas tentang peran pemuda dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Bukti kepemimpinan pemuda serta gerakangerakan yang dilakukan disetiap fase perjalanan bangsa ini. Pentingnya peran pemuda dalam menduduki berbagai posisi penting di dunia politik maupun non politik. Serta tokoh perempuan yang sudah mengawali karir politiknya dari muda, perempuan pesantren yang saat ini menjadi bupati Jombang, yaitu Hj. Mundjidah Wahab. Bab kedua yaitu kajian teori yang didalamnya berisi tentang: konsep kepemimpinan, Kepemimpinan dalam pondok pesantren dan pembentukan karakter pemimpin muda dalam politik kebangsaan. Bab ketiga berisi tentang data-data lapangan yang telah didapatkan dari berbagai sumber. Yaitu data terkait profil pondok pesantren Bahrul Ulum Jombang, Biografi Hj. Mundjidah wahab, serta pemikiran-pemikiran dalam kepemimpinan dan politik kebangsaan. Bab keempat merupakan analisis data, temuan penelitian, dan analisis hasil temuan penelitian tentang konsep kepemimpinan pemuda pesantren dalam politik kebangsaan perspektif Hj, Mundjidah Wahab. Selanjutnya analisis tentang penerapan kepemimpinan pemuda pesantren dalam membangun karakter santri yang berpandangan luas

28 19 serta berjiwa pemimpin. Dan hasil dari penerapan kepemimpinan pemuda pesantren dalam politik kebangsaan. Bab kelima berisi penutup dari penelitian ini, yang meliputi kesimpulan, rekomendasi dan keterbatasan studi saran dari penulis.

29 ( ( BAB II KEPEMIMPINAN DALAM POLITIK KEBANGSAAN A. Konsep Kepemimpinan Hakikat dan prinsip kepeminmpinan memang universal dan multidimensi. Ada yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan. Kepemimpinan memang suatu fenomena, sehingga memunculkan beragam perspektif dan analisis. Islam menerangkan bahwa manusia dilahirkan sebagai khalifah di bumi (khalifah fi al-ardl). Seperti firman Allah dalam surah Al-Baqoroh ayat 30: tβ $pκïù ã yèøgrbr& (#þθä9$s% Zπx Î=yz ÇÚö F{$# Îû Ïã%ỳ ÎoΤÎ) Ïπs3Í n=yϑù=ï9 š /u tα$s% øœî)uρ ãνn=ôãr& þ ÎoΤÎ) tα$s% y7s9 â Ïd s)çρuρ x8ï ôϑpt 2 ßxÎm7 çρ ß øtwυuρ u!$tβïe$!$# à7ïó o uρ $pκïù ß Å øムtβθßϑn= ès? Ÿω $tβ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." 1 Manusia dibekali dengan segerap perangkat dan potensi yang melekat pada dirinya. Sehingga mampu menjalani proses kehidupan dengan bekesinambungan serta berinteraksi dengan makluk lainnya. Selain khalifah, 1 Al-Qur an, 2: 30 20

30 4 ( 21 juga disebutkan bahwa manusia sebagai ulil amri, yaitu pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam. An-Nisaa ayat 59: βî*sù óοä3ζïβ Í ö F{$# Í<'ρé&uρ tαθß 9$# (#θãè ÏÛr&uρ!$# (#θãè ÏÛr& (#þθãψtβ#u t Ï%!$# $pκš r' tƒ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu ø9$#uρ «!$Î/ tβθãζïβ σè? Λä Ψä. βî) ÉΑθß 9$#uρ «!$# n<î) çνρ Šãsù & ó x«îû Λä ôãt uζs? ξƒíρù's? ß ômr&uρ öyz y7ï9 sœ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya Definisi Kepemimpinan Istilah pemimpin dan kepemimpinan memiliki kata dasar yang sama, yaitu pimpin. Namun keduanya memiliki konteks yang berbeda. Pemimpin adalah orang yang cakap dan memiliki keterampilan untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu. Kepemimpinan adalah kecakapan atau kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 3 Sehingga pemimpin lebih kepada orang yang memimpin sedang kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memimpin. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjelaskan pemimpin dan kepemimpinan, yaitu: (1) kekuasaan dan kewenangan, merupakan kemampuan untuk bertindak dalam menggerakkan bawahannya agar mengikuti kehendaknya sesuai dengan tujuan diawal. 2 Al-Qur an, 4 : 59 3 Beni Ahmad Saebani dan Ii Sumantri, Kepemimpinan, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 17

31 22 (2) kewibawaan, merupakan keunggulan yang dimiliki pemimpin, sehingga membedakan dengan lainnya. (3) kemampuan, berupa ketrampilan sosial ataupun ketrampilan teknis. 4 Tidak semua pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan. Begitupula orang yang memiliki jiwa kepemimpinan belum tentu mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin. Pemimpin juga belum tentu memiliki metode dalam mengajarkan kepemimpinan, membentuk kader baru untuk yang memiliki karakter kepemimpinan. Ketrampilan kepemimpinan ini disebut dengan personal skill atau soft skill. Definisi kepemimpinan dari masa ke masa terpengaruhi oleh banyak faktor dari masalah dunia serta politik. Rost menganalisis definisi kepemimpinan mulai dari tahun 1900 hingga Analisisnya sebagaimana berikut: Pada tahun definisi kepemimpinan yang muncul lebih menekankan kepada kontrol dan setralisasi kekuasaan dengan garis besar dominasi. Kepemimpinan menekankan hasrat pemimpin terhadap orang yang dipimpin dan mendorong kepatuhan, penghargaan, loyalitas dan kerjasama. 5 Sekitar tahun 1930an sifat menjadi fokus untuk mendefinisikan kepemimpinan, dengan pandangan kepemimpinana sebagai pengaruh, bukan lagi sebagai dominasi. Kepemimpinan juga didefinisikan sebagai 4 Hamzah turmuzi, Kepemimpinan Kyai (Penelitian Kyai Persis Garut), Tesis, Universitas Padjajaran, Bandung, 43 5 Peter G. Northouse, Leadership: Theory and Practice, (California: Sage, 2013), 2

32 23 interaksi karakter khusus yang dimiliki seseorang dengan yang dimiliki kelompok. Selanjutnya pada tahun 1940an kepemimpinan didefinisikan sebagai perilaku individu saat mengarahkan aktivitas kelompok, dalam hal ini mulai muncul pendekatan kelompok. pendekatan persuasi kepemimpinan juga dibedakan dari sikap dan metode dalam mengawasi orang. 6 Terdapat tiga tema yang mendominasi definisi kepemimpinan selama tahun 1950an. Yaitu 7 : a. Keberlangsungan teori kelompok yang membentuk kepemimpinan sebagai apa yang dilakukan pemimpin dalam kelompok b. Kepemimpinan sebagai hubungan yang mengembangkan tujuan bersama. c. Keefektifan, dimana kepemimpinan didefinisikan oleh kemampuan untuk mempengaruhi seluruh keefektifan kelompok. Tahun 1960an definisi kepemimpinan adalah sebagai perilaku mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan yang sama. Kemudian pada tahun 1970an, kepemimpinan dilihat sebagai membentuk dan mempertahankan kelompok atau organisasi untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasional. Kemudian tahun 1980an pembahasan kepemimpinan ditetapkan pada beberapa hal, yaitu: 6 Ibid, 3 7 Ibid

33 24 a. Kepemimpinan menjadikan pengikut melakukan apa yang diminta pemimpin b. Pemimpin menjadi pengaruh c. Sifat kepemimpinan menjadi sebuah dasar dalam menentukan kepemimpinan d. Kepemimpinan merupakan proses transformasi Kemudian kepemimpinan menurut Stephen Robbins adalah the ability to influence a group toward the achievement of goals. Yaitu kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai serangkaian tujuan. 8 Robert N. Lussier dan Cristopher F. Achua mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses kepemimpinan tidak hanya dari pemimpin kepada pengikut atau satu arah. Pengikut yang baik juga dapat memunculkan kepemimpinan dengan mengikuti kepemimpinan yang ada dan pada tingkat tertentu meberikan umpan balik kepada pemimpin. 9 Kepemimpinan menurut Peter G. Northhouse adalah proses seorang individu mempengaruhi sekelompok individu guna mencapai tujuan bersama. Northouse menggaris bawahi konsep penting dalaam definisi tersebut, yaitu 10 : a. Kepemimpinan merupakan sebuah proses b. Kepemimpinan melibatkan pengaruh c. Kepemimpinan muncul dalam kelompok 8 Beni Ahmad Saebani dan Ii Sumantri, Kepemimpinan, 28 9 Ibid, Peter G. Northouse, Leadership, 5

34 25 d. Kepemimpinan melibatkan tujuan bersama e. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi teladan kepada pengikutnya dalam mencapai tujuan organisasi. f. Kepemimpinan merupaka kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan juga di definisikan sebagai kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin dan bergantung pada macammacam faktor intern ataupun ekstern. Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi prilaku orang lain yang lebih rendah maupun lebih tinggi darinya. Keith David berpendapat bahwa kepemimpinan itu kemampuan untuk membujuk orang lain untuk mencapai tujuan yang tegas. 11 Keseluruhan definisi kepemimpinan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan itu suatu proses dimana seseorang memiliki pengaruh dalam sebuah kelompok (organisasi) untuk menggerakkan anggota-anggotanya meraih tujuan bersama. 2. Ruang Lingkup Pendekatan Kepemimpinan Kepemimpinan dalam masyarakat bermacam-macam jenisnya, terdapat pemimpin formal serta pemimpin nonformal. Pemimpin formal ialah orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dalam sebuah organisasi 11 Beni Ahmad Saebani dan Ii Sumantri, Kepemimpinan, 31

35 26 untuk memangku jabatan berdasarkan struktur organisasi dengan segala hak dan kewajibannya untuk mencapai tujuan. Sedangkan pemimpin non formal ialah orang yang tidak resmi ditunjuk sebagai pemimpin, tetapi mendapat kehormatan dengan dipilih sebagai pimpinan atas kelebihannya, karena mampu mempengaruhi kelompok. 12 Pandangan dalam sebuah kepemimpinan berbeda dalam setiap masa. Zaman dahulu pemimpin diidentikkan dengan seorang yang memiliki kelebihan segala-galanya, yang paling kuat, paling berani, berpengalaman, cerdik dan lainnya. Pemimpin harus serba bisa memenuhi segala kebutuhan anggotanya. Sedangkan saat ini tidak mungkin seorang pemimpin memiliki keseluruhan hal tersebut, namun saat ini lebih kepada pemimpin yang mampu membuat dan melaksanakan rencana serta memutuskan segala persoalan untuk tercapainya tujuan. Terdapat beberapa pendekatan dalam kepemimpinan, yaitu sebagaimana berikut: a. Pendekatan Sifat Pendekatan sifat merupakan salah satu upaya sistematis untuk mempelajari kepemimpinan. Awal abad ke-20, sifat kepemimpinan digunakan untuk menentukan apa yang membuat seseorang tertentu menjadi pemimpin. Pendekatan ini menimbulkan pemikiran bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibentuk. Pemikiran semacam ini disebut 12 Ibid, 145.

36 27 dengan hereditary (turun temurun). Menekankan bahwa pemimpin tidak dibentuk, namun berasal dari warisan. Kemudian timbul teori physical characteristic theory. Persepsi bahwa pemimpin dapat diciptakan melalui latihan. Sehingga setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin. Pendekatan sifat adalah akar dalam teori kepemimpinan, karena sejumlah orang dilahirkan dengan sifat khusus yang membuatnya menjadi pemimpin besar. Survei pertama Stogdill dalam mengidentifikasi sifat kepemimpinan, yang terkait dengan bagaimana individu didalam beragam kelompok menjadi pemimpin. Hasilnya menunjukkan bahwa individu yang memiliki peran kepemimpinan berbeda dengan individu yang hanya menjadi anggota biasa. Perbedaan tersebut ada pada delapan sifat berikut: kecerdasan, kepekaan, wawasan, tanggung jawab, inisiatif, ketekunan, keyakinan diri, dan kemampuan bersosialisasi. 13 Selanjutnya Mann (1959) melakukan kajian yang serupa tentang kepribadian dan kepemimpinan didalam kelompok. kajian yang dilakukannnya tidak menekankan pada faktor situasional yang mempengaruhi kepemimpinan. Mann menyatakan bahwa kepribadian dapat digunakan untuk membedakan pemimpin dan bukan pemimpin. Hasilnya adalah pemimpin memiliki kelebihan enam sifat, yaitu 13 Peter G. Northouse, Leadership, 20

37 28 kecerdasan, maskulinitas, penyesuaian, kekuasaan, sifat ekstrover, dan aliran konservatif. Lord et al (1986) menilai temuan Mann dengan menggunakan meta-analisis. Lord et al. mendapati bahwa kecerdasan, maskulinitas dan kekuasaan sangat terkait dengan pandangan individu terhadap pemimpin. Karakter kepribadian dapat digunakan untuk membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin dalam berbagai ragam situasi. Menurut Kirkpatrick dan Locke, pemimpin tidak seperti orang biasa, pemimpin dan bukan pemimpin berbeda dalam enam sifat: hasrat, motivasi, integritas, keyakinan diri, kemampuan kognitif, dan pengetahuan akan tugas. Sifat kepemimpinan membuat seseorang berbeda dengan yang lainnya, perbedaan inilah yang menjadi bagian penting dalam proses kepemimpinan. 14 Keseluruhan kajian yang dilakukan memberikan hasil bahwa sifat kepemimpinan akan membedakan seorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin. Terdapat sifat kepemimpinan utama yang dapat diambil dari kajian tersebut, yaitu kecerdasan, keyakinan diri, ketekunan, integritas dan kemampuan bersosialisasi. Kemudian ada beberapa faktor dasar dalam membentuk kepribadian dan kepemimpinan. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) Neurotisisme 14 Ibid, 22

38 29 Kecenderungan untuk tertekan, khawatir, tidak percaya diri, tak berdaya dan tidak simpatik. 2) Sikap ekstrover Kecenderungan untuk bida bersosialisasi dan tegas serta memiliki energi positif. 3) Keterbukaan Kecenderungan untuk mencari informasi, kreatif, peka, dan ingin tahu. 4) Keramahan Kecenderungan untuk menerima, patuh, percaya, dan mendukung. 5) Kehati-hatian Kecenderungan untuk bersikap hati-hati, terorganisasi, terkontrol, dapat diandalkan, dan tekun. Menurut Judge et al. kelima faktor tersebut berhubungan dengan kepemimpinan. Orang yang memiliki karakter kepribadian tertentu dapat menjadi pemimpin yang efektif. Kepemimpinannya bergantung pada kebutuhan dan situasi. Pemimpin yang efektif dapat menggerakkan bawahannya dalam mencapai prestasi kerja yang tinggi. b. Pendekatan Perilaku Pendekatan perilaku menekankan bahwa keberhasilan dalam kepemimpinan ditentukan oleh sikap dan tindakan pemimpin. Hal ini tampak dari cacra memberi perintah, memberi tugas, berkomunikasi,

39 30 membuat keputusan, mendorong semangat kerja bawahan, menegakkan disiplin, pengawasan, dan lain-lain. Pendekatan ini menyatakan bahwa kepemimpinan dibentuk dalam dua perilaku, perilaku tugas dan perilaku hubungan. Perilaku tugas membantu dalam pencapaian tujuan,. Perilaku hubungan membantu pengikut merasa nyaman dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan situasi. 15 Pendekatan ini bukan teori yang diperbaharui dengan memberikan sekumpulan resep yang tersusun rapi untuk perilaku kepemimpinan yang efektif. Pendekatan ini memberikan perangkat kerja untuk menilai kepemimpinan secara luas, dengan menggunakan dimensi perilaku tugas dan hubungan. Sehingga pendekatan ini menunjukkan dampak terhadap perilaku pimpinan terhadap orang lain. c. Pendekatan Kontingensi Situasi yang terjadi dalam organisasi itu berbeda-beda, bahkan organisasi sejenis akan menghadapi persoalan-persoalan yang berbeda. Hal ini bisa disebabkan dari lingkungan, watak, masalah serta perilaku yang berbeda. Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan kepemimpinan yang berbeda. 16 Kontingensi berpandangan bahwa asas organisasi bersifat universal, dapat dikatakan bahwa setiap organisasi memiliki ciri khas 15 Ibid, Beni Ahmad Saebani dan Ii Sumantri, Kepemimpinan,148

40 31 tersendiri dan setiap situasi harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tersendiri. Sehingga pendekatan ini menuntut gaya kepemimpinan yang lebih fleksibel. Kepemimpinan yang efektif akan terjadi jika pemimpin dapan mendiagnosis secara tepat tingkat perkembangan pengikutnya. d. Pendekatan Ketrampilan Pendekatan ketrampilan mengambil perspektif leader centered atas kepemimpinan. Pendekatan ini menekankan pada ketrampilan dan kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Walaupun kepribadian memiliki peran penting dalam kepemimpinan, pendekatan ini menyatakan bahwa pengetahuan dan kemampuan diperlukan untuk kepemimpinan yang efektif. Terdapat beberapa komponen dalam pendekatan ketrampilan, yaitu kompetensi, elemen individual dan hasil kepemimpinan. Seorang pemimpin harus memiliki kompetensi dalam pemecahan masalah, penilaian kondisi sosial dan pengetahuan. Kompetensi tersebut merupakan kunci untuk kinerja kepemimpinan yang efektif. Penjelasannya sebagaimana berikut 1) Ketrampilan untuk memecahkan masalah merupakan kemampuan dalam berperan memberikan solusi pada setiap persoalan. 2) Ketrampilan penilaian kondisi sosial merupakan kemampuan untuk memahami lingkungannya, kecepatan untuk beradaptasi serta kepekaan terhadap orang lain dalam fungsi organisasi.

41 32 3) Pengetahuan adalah akumulasi informasi dan struktur pemikiran yang digunakan untuk mengeksekusi persoalan yang ada dalam organisasi. Selanjutnya terdapat elemen individual yang juga harus dipenuhi. Elemen individual merupakan kemampuan internal yang memiliki peran penting. Empat elemen individual tersebut adalah 1) Kemampuan kognitif umum, merupakan kecerdasan seseorang dalam mengolah persepsi, informasi, pemikiran kreatif dan beragam. 2) Kemampuan kognitif yang kongkret, merupakan kemampuan yang dipelajari atau didapatkan dari sebuah pengalaman. 3) Motivasi salah satu aspek dalalm elemen individual, dalam kepemimpinan akan ada masalah yang dihadapi, dengan motivasi inilah pemimpin harus bersedia menghadapi setiap masalah, serta mendominasi dan memberikan pengaruh terhadap anggota laiannya. 4) Kepribadian adalah aspek yang membentuk kepemimpinan seorang pemimpin. Kepribadian ini mempengaruhi pengembangan ketrampilan seseorang. Kinerja yang efektif juga memberikan hasil kepemimpinan yang baik. Hasil kepemimpinan dipengaruhi oleh ketrampilan pemimpin dalam memecahkan masalah dan kinerjanya. Kedua hal tersebut harus seimbang, sehingga kepemimpinan dalam berjalan dengan baik dan mencapai tujuana yang telah ditentukan.

42 33 3. Peran dan Fungsi Kepemimpinan Fungsi kepemimpinan dapat dibedakan menjadi lima fungsi pokok, yaitu: a. Fungsi instruktif, merupakan fungsi komunikasi satu arah. Pemimpin menjadi komunikator dalam sebuah organisasi serta pemberi kepurusan dalam setiap kegiatan. b. Fungsi konsultatif, merupakan fungsi komunikasi dua arah. Konsultasi ini merupakan cara untuk mendapat masukan dalam memperbaiki kinerja dan menyempurnakan keputusan yang telah ditetapkan. c. Fungsi partisipasi, pemimpin melakukan komunikasi dan kordinasi dengan seluruh anggota. Sehingga anggota yang berada dibawah pimpinannya ikut serta dalam mengambil keputusan dan pelaksanaan. d. Fungsi delegasi, pemimpin memberikan wewenang kepada seseorang untuk menjalankan sebuah tugas, membuat atau menentukan sebuah keputusan. e. Fungsi pengendalian, pemimpin mampu menata aktivitas anggotanya dengan melakukan kordinasi yang baik sehingga tercapai tujuan bersama. 4. Karakter dan Prinsip-Prinsip Kepemimpinan

43 34 Kepemimpinan ditandai denngan berbagai macam karakter sebagaimana berikut 17 : a. Capacity, meliputi kecerdasan, kewaspadaan, public speaking, keaslian dan kemampuan nilai. b. Achievement, meliputi gelar sarjana, pengetahuan, keberhasilan, dan olahraga. c. Responsibility, meliputi mandiri berinisiatif, tekun, agresif, percaya diri dan berkeinginan untuk maju. d. Participation, meliputi aktif, kemampuan bergaul, dapat bekerjasama, mudah menyesuaikan diri, dan humoris e. Status, meliputi kedudukan sosial dan ekonomi. f. Situation, meliputi mental dan status yang baik. 5. Kepemimpinan Pemuda Pemuda merupakan calon pemimpin masa depan. Sebuah harapan besar kepada pemuda untuk ikut serta membangun bangsa dan negaranya. Selain itu pemuda juga sebagai agent of change harus menyiapkan diri sejak dini untuk menghadapi tantangan. Membekali diri dengan pengetahuan agama dan umum, karena persoalan negara semakin kompleks dengan isu-isu agama yang diangkat. Setiap masa pasti berbeda, begitu pula masa yang akan dihadapi generasi muda saat ini. Penguatan jiwa kepemimpinan sangat penting untuk menciptakan pemimpin hebat dimasa yang akan datang. Karena 17 Ibid, 131

44 35 negara ini membutuhkan pemikiran serta kerja keras dari seluruh elemen. Pemuda yang akan menyalurkan pemikiran serta menggerakkan untuk kemajuan bangsa. Sejarah mencatat, bahwa Indonesia merdeka juga atas campur tangan pemuda. Pertahanan bangsa adalah pemuda, bahkan pada saat perang 10 November, pemuda ikut perang untuk melawan penjajah, mempertahankan kemerdekaan. Pemuda bersatu dari berbagai kalangan, khususnya dari pesantren yang ikut perang. Hal itu menunjukkan besarnya peran serta pemuda dalam perjuangan bangsa. Sehingga menyiapkan pemimpin masa depan yang berjiwa kepemimpinan menjadi sangat penting. Setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, itulah yang disebutkan dalam hadis bukhari muslim ك ل ك م ر اع و ك لك م م س ي و ل ع ن ر ع ي ت ه Setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban 18. Namun dalam hal ini, pemimpin yang harus disiapkan adalah pemimpin yang berjiwa kepemimpinan. Terdapat empat latar belakang munculnya pemimpin, yaitu sebagai berikut 19 : a. Teori genetis adalah seseorang akan menjadi pemimpin karena dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Seseorang tersebut memiliki 18 Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-bukhari, Shahih Bukhari juz-3, (Beirut Libanon: Dar al-kutub al-ilmiyah, 1992), Beni Ahmad Saebani dan Ii Sumantri, Kepemimpinan 52

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti menyimpulkan bahwa : 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan terlihatnya hilal atau

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEBERHASILAN ORGANISASI : STUDI PADA BMT MUBARAKAH KUDUS SKRIPSI

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEBERHASILAN ORGANISASI : STUDI PADA BMT MUBARAKAH KUDUS SKRIPSI PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEBERHASILAN ORGANISASI : STUDI PADA BMT MUBARAKAH KUDUS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Martapura Kabupaten Banjar diidentikan dengan pondok pesantrennya, dengan puluhan, ratusan, bahkan ribuan santri yang ada di dalamnya. Nilai-nilai religius yang

Lebih terperinci

A STUDY OF TEACHER S LESSON PLAN DESIGN BASED ON STUDENTS NEED AT HOSPITALITY PROGRAM OF STATE VOCATIONAL HIGH SCHOOL 1 BUDURAN SIDOARJO TITLE SHEET

A STUDY OF TEACHER S LESSON PLAN DESIGN BASED ON STUDENTS NEED AT HOSPITALITY PROGRAM OF STATE VOCATIONAL HIGH SCHOOL 1 BUDURAN SIDOARJO TITLE SHEET A STUDY OF TEACHER S LESSON PLAN DESIGN BASED ON STUDENTS NEED AT HOSPITALITY PROGRAM OF STATE VOCATIONAL HIGH SCHOOL 1 BUDURAN SIDOARJO TITLE SHEET THESIS Submitted in partial fulfillment of the requirement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang mewujudkan atmosfir motivasi atas dasar komitmen dan identitas emosional pada visi, filosofi, dan gaya mereka dalam diri bawahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43 BAB I PENDAHULUAN Setiap penelitian akan di latar belakangi dengan adanya permasalahan yang Akan dikaji. Dalam penelitian ini ada permasalahan yang dikaji yaitu tentang Efektivitas Tokoh Agama dalam Membentuk

Lebih terperinci

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI 69 BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI A. Santri dan Budaya Politik Berdasarkan paparan hasil penelitian dari beberapa informan mulai dari para pengasuh pondok putra dan putri serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA 68 BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA A. Kualitas Soft Skill Mahasiswa Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

By: By: Agil Abdur Rohim Agil Abdur Rohim NIM D NIM D ENGLISH TEACHER EDUCATION DEPARTMENT

By: By: Agil Abdur Rohim Agil Abdur Rohim NIM D NIM D ENGLISH TEACHER EDUCATION DEPARTMENT AN ANALYSIS OF INTERNAL CONSISTENCY RELIABILITY ON TOEFL AN ANALYSIS OF INTERNAL CONSISTENCY RELIABILITY ON EQUIVALENT TEST AT ENGLISH INTENSIVE COURSE PROGRAM AT TOEFL EQUIVALENT TEST AT ENGLISH INTENSIVE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3) 12 A. Terminologi Pemimpin BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN Pemimpin dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti: 1) Orang yang memimpin. 2) Petunjuk, buku petunjuk (pedoman), sedangkan Memimpin artinya:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki visi, misi dan tujuan yang berbeda. Organisasi adalah sebuah wadah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki visi, misi dan tujuan yang berbeda. Organisasi adalah sebuah wadah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah organisasi sudah dikenalkan sejak tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Organisasi itu disebut organisasi siswa intra sekolah (OSIS). Di kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A PENGEMBANGAN KARAKTER KREATIF DAN DISIPLIN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Kelas X Seni Lukis SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengerjakan sesuatu yang diinginkan. Menurut T.Hani Handoko pelatihan. (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mengerjakan sesuatu yang diinginkan. Menurut T.Hani Handoko pelatihan. (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan unsur yang terpenting dalam suatu perusahaan atau sebuah organisasi. Dalam peningkatan kualitas manusia tidak bisa muncul dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui

Lebih terperinci

2016 PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN DENGAN METODE FAST (FATHONAH,AMANAH,SHIDDIQ,TABLIGH) DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEPEMIMPINAN PEMUDA

2016 PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN DENGAN METODE FAST (FATHONAH,AMANAH,SHIDDIQ,TABLIGH) DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEPEMIMPINAN PEMUDA A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk menjadikannya khalifah (pemimpin), sehingga manusia tidak akan lepas dari peranannya sebagai seorang pemimpin baik pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh kepemimpinan, melalui kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin canggih, semakin meningkat baik ragam, lebih-lebih kualitasnya (Tilaar, 1997). Di sisi lain, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengacu pada berbagai macam aktifitas, mulai dari yang sifatnya produktif-material sampai kreatif-spiritual, mulai dari proses peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilihat dari prosesnya, globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dengan kegiatan mempengaruhi orang-orang lebih daripada pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dengan kegiatan mempengaruhi orang-orang lebih daripada pengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spillane pada tahun 2006 menyatakan bahwa pemimpin itu agen perubahan dengan kegiatan mempengaruhi orang-orang lebih daripada pengaruh orang-orang tersebut kepadanya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NANANG FEBRIANTO F. 100 020 160 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, diriwayatkan secara mutawatir, membacanya ibadah

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI KEPEMUDAAN 1 Oleh: Dwi Harsono 2

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI KEPEMUDAAN 1 Oleh: Dwi Harsono 2 KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI KEPEMUDAAN 1 Oleh: Dwi Harsono 2 Pendahuluan Tulisan ini membahas kepemimpinan sebagai titik sentral bagi keberhasilan suatu organisasi khususnya yang berkecimpung dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter dan akhlak generasi muda sangatlah urgent, karena maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak generasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. 1. Ekonomi Santri melalui Kepemimpinan Transformasional Kiai, maka

BAB III METODE PENELITIAN. generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. 1. Ekonomi Santri melalui Kepemimpinan Transformasional Kiai, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Akhlak merupakan hal yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan sesama manusia. Secara

Lebih terperinci

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG A. Latar Belakang Masalah Pada setiap kajian tentang Islam tradisional di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN WIB.

BAB I PENDAHULUAN WIB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang dikategorikan sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia.1 Hal ini disebabkan karena banyaknya angka kelahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak diragukan lagi peranannya dan kiprahnya dalam membangun kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 menyatakan,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 menyatakan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak manusia yang menjadi fitrah dasar dalam membentuk pribadi manusia. Dalam hidupnya manusia memerlukan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT. dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT. dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT Dalam pendidikan yang berkenaan dengan perkembangan dan perubahan pada santri dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan pengetahuan, sikap, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Munif Chatib yang dikutip oleh Sitiava Rizema Putra menyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, yakni antara pendidik sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri 198 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri Pondok

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diberikan terhadap seorang anak. Pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu pendidikan formal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang telah berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Organisasi ekstra universitas merupakan organisasi mahasiswa yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi ekstra universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat.

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pergerakan nasional yang muncul di kalangan pribumi lahir dari rasa persatuan dan kemanusiaan yang tinggi dari para golongan terpelajar yang pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN PENCAPAIAN KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN SANTRI (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING BOGOR JAWA BARAT) TESIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh para generasi muda bangsa ini. Karena generasi muda Indonesia merupakan faktor penting yang sangat diandalkan oleh Bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. responsif agar tetap bertahan. Dalam perubahan organisasi/perusahaan baik yang

BAB I PENDAHULUAN. responsif agar tetap bertahan. Dalam perubahan organisasi/perusahaan baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adanya perubahan lingkungan organisasi/perusahaan yang semakin kompleks dan kompetitif, mensyaratkan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar tetap bertahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam suatu kehidupan mempunyai peran yang sangat penting dalam menghadapi perkembangan jaman yang semakin cepat. Usaha untuk mencapai suatu pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. mobilisasi tidak mutlak, mobilisasi lebih dalam hal kampanye dan ideologi dalam

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. mobilisasi tidak mutlak, mobilisasi lebih dalam hal kampanye dan ideologi dalam BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkanpada rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekalahan jepang oleh sekutu memberikan kesempatan bagi kita untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekalahan jepang oleh sekutu memberikan kesempatan bagi kita untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekalahan jepang oleh sekutu memberikan kesempatan bagi kita untuk menyatakan diri sebagai Negara yang berdaulat melalui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan bukan jatuh dari langit, ia harus tumbuh dalam pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan bukan jatuh dari langit, ia harus tumbuh dalam pribadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sebuah lembaga atau organisasi, Kepemimpinan merupakan unsur penting, sebab tanpa adanya kepemimpinan dari seseorang pemimpin maka suatu lembaga atau organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesungguhnya usia anak merupakan usia yang paling subur dan panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang pendidik untuk menanamkan pondasi-pondasi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah,

BAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah, BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Novel biografi Menapak Jejak Amien Rais Persembahan Seorang Putri Untuk Ayah Tercinta mengisahkan perjalanan hidup seorang Amien Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi,

Lebih terperinci

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY Rike Anggun Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada rikeanggunartisa@gmail.com

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN MUSLIMAH DALAM MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT ISLAM 1

PERAN PENDIDIKAN MUSLIMAH DALAM MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT ISLAM 1 PERAN PENDIDIKAN MUSLIMAH DALAM MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT ISLAM 1 Oleh: Prof. Dr. Hj. Masyitoh, M.Ag Perempuan; Antara yang Kodrati dan Konstruk Sosial Kajian tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan diharapkan dapat mengahasilkan manusia berkualitas, bertanggung jawab, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penulisan Dalam kehidupan yang modern seperti sekarang ini tanggung jawab semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL AMAL BLORA TESIS

PENGELOLAAN KEUANGAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL AMAL BLORA TESIS 1 PENGELOLAAN KEUANGAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL AMAL BLORA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB VI P E N U T U P

BAB VI P E N U T U P 188 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan antara lain: Pertama, peran kiai pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata dalam dinamika politik ada beberapa bentuk, yakni

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN 1 Oleh: Dwi Harsono

KEPEMIMPINAN 1 Oleh: Dwi Harsono KEPEMIMPINAN 1 Oleh: Dwi Harsono Pendahuluan Dalam Alqur an Surat Albaqarah (2) ayat 30 Allah berfirman Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Selain itu, pendidikan merupakan bagian integral dalam

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA PONDOK PESANTREN KHALAFIAH DI KUDUS NASKAH PUBLIKASI. Pancasila dan Kewarganegaraan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA PONDOK PESANTREN KHALAFIAH DI KUDUS NASKAH PUBLIKASI. Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA PONDOK PESANTREN KHALAFIAH DI KUDUS (Studi Kasus Pada Madrasah Aliyah Di Pondok Pesantren Assalam Desa Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi menjadi salah satu isu utama yang mendorong perusahaan menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk senantiasa

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI I GOMBANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Untuk itu, masalah pendidikan sejak dahulu hingga sekarang mendapat perhatian sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci