STRUKTUR NARATIF MENGENAI KISAH CINTA DIN DAN NUR DALAM PUISI-PUISI KARYA MASYHUDDIN MASYHUDA Narrative Structure of Love Story of Din and Nur in The

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRUKTUR NARATIF MENGENAI KISAH CINTA DIN DAN NUR DALAM PUISI-PUISI KARYA MASYHUDDIN MASYHUDA Narrative Structure of Love Story of Din and Nur in The"

Transkripsi

1 STRUKTUR NARATIF MENGENAI KISAH CINTA DIN DAN NUR DALAM PUISI-PUISI KARYA MASYHUDDIN MASYHUDA Narrative Structure of Love Story of Din and Nur in The Masyhuddin Masyhuda s Poems I Wayan Nitayadnya Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah Jalan Untad I, Bumi Roviga, Tondo, Palu Telepon (0451) ; / Faksimile (0451) initayadnya@yahoo.com Abstract The story in the poems Kuala dan Jajaka (1975) by Masyhuddin Masyhuda interrelated with each other. Revealing the narrative unity of the poems and describing the theme, plot, characterization, and settings become the aim of the paper. The method which is applied is literature, analisys descriptive, and narrative arrangement. The analysis result shows that there is a descriptive unity in poems which has story about love story of Din and Nur. The theme is about Nur s devotion to Din. The plot is consist of situation, generating circumstances, rising action, and in the end is climax, without the denouement. The main characters are Din and Nur, the second is Nur s father, and the third is Nur s mother, doctor, and dukun (the traditional healer). The main imagery of character is psychological dimension. Social, place, and time setting is used as the setting of the poems. Keywords: narrative structur, theme, plot, characterization, setting Abstrak Puisi dalam buku Kuala dan Jajaka (1975) karya Masyhuddin Masyhuda memiliki pertautan kisah yang erat antara satu puisi dan puisi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kesatuan naratif dalam puisi-puisi tersebut dan mendeskripsikan unsur tema, alur, penokohan, dan latarnya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, deskriptif analitik, dan penyajian secara naratif. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa puisi-puisi dalam buku tersebut merupakan suatu kesatuan naratif yang mengisahkan tentang percintaan Din dan Nur.Temanya adalah mengenai pengorbanan Nur kepada Din. Tahapan alur dalam kisah itu meliputi situation, generating circumstances, rising action, dan diakhiri climax, tanpa disertai denouement. Tokoh utama kisah itu adalah Din dan Nur, tokoh kedua adalah Bapak Nur, dan tokoh ketiga adalah Ibu Nur, Dokter, dan Dukun. Pencitraan tokoh yang ditonjolkan adalah pencitraan dari dimensi psikologis. Latar yang terdapat kisah ini adalah latar sosial, tempat, dan waktu. Kata kunci: struktur naratif, tema, alur, penokohan, latar 1. Pendahuluan Puisi merupakan pengalaman bawah sadar atau pengalaman yang terletak di bawah memori manusia yang disentuh oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Berdasarkan hal itu, puisi membawa atau memuat suatu pemikiran, suatu pandangan dunia yang mungkin tidak disadri secara formal. Pandangan dunia itu adalah sesuatu yang tersirat di balik lambang huruf dan tipografi puisi. Ini berarti bahwa melalui sebuah bentuk puisi, pembaca

2 Multilingual, Volume XII, No. 1, Tahun 2013 diajak untuk berpikir tentang sesuatu yang lain yang secara harfiah tidak tampak dalam baris dan bait puisi. Oleh karena itu, puisi selain dianggap sebagai pemberi inspirasi tentang sesuatu hal yang dalam situasi tertentu mungkin terabaikan, puisi juga dianggap sebagai sesuatu yang mengandung ketidakpastian. Tidak adanya kepastian makna ini bukan berarti puisi itu tidak memiliki nilai, melainkan justru nilai sebuah puisi terletak pada ambiguitasnya. Hal itu pula yang menyebabkan puisi itu dianggap tidak pernah kering dalam menawarkan pemikiran-pemikiran baru (Atmazaki, 1993: ). Sebagai salah satu genre sastra, puisi merupakan manifestasi dari tindakan bahasa yang kreatif dan ekspresif dari seorang sastrawan serta memiliki kekayaan nilai dan makna yang sangat dalam. Manispestasi kreatif dan ekspresif itu dapat bersumber dari pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Jadi, sastra sebagai sebuah ciptaan atau sebuah kreasi, tidak semata-mata hanyalah sebuah imitasi. Memang diakui bahwa setiap unsur dalam karya sastra merupakan rekaan, hasil imajinasi pengarang, baik itu mengenai nama tokoh, nama tempat, maupun nama peristiwa. Hal yang dapat menjadi pemicu imajinasi pengarang dalam membuat karya sastra dapat berupa pengalaman pribadi dalam hidupnya, hasil penghayatan pada masyarakat sekelilingnya, dan dapat juga cerita yang benar-benar terjadi tetapi dikembangkan dengan beberapa tambahan cerita agar lebih menarik. Hal itu ditegaskan oleh Sumardjo dan Saini K.M.(1994) bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Bertolak dari pandangan itu, puisi sebagai salah satu genre sastra, merupakan manifestasi dari tindakan bahasa kreatif dan ekspresif yang dilatarbelakangi oleh perasaan dan pengalaman yang bersifat pribadi seorang penyair. Wujudnya merupakan sebuah struktur yang dibangun oleh unsur-unsur yang berkorelasi sehingga membentuk suatu keutuhan. Unsur-unsur yang membangun puisi adalah tipografi, diksi, bahasa kiasan dan retorik, imaji, bunyi, tokoh, dan pemikiran (Atmazaki, 1993: 22). Penelitian ini mengkaji puisi-puisi karya Masyhuddin Masyhuda (selanjutnya disingkat MM). Sebagaimana telah dipaparkan dalam buku Sejarah Pertumbuhan Sastra Indonesia di Sulawesi Tengah (Nitayadnya, 2012: ), MM merupakan sastrawan daerah Sulawesi Tengah yang memelopori penulisan sastra Indonesia dalam bidang puisi. Penyair kebanggaaan daerah Sulawesi Tengah yang lahir pada tanggal 1 Juli 1935 di Kampung Baru, Kota Palu telah banyak menghasilkan karya puisi. Karya-karyanya yang diciptakan dan dipublikasikan di Kota Makassar pada dekade 1950-an oleh beberapa media massa di tempat itu dapat dilihat dalam 146

3 Siti Fatinah: Fonologi Bahasa Muna: Kajian Transformasi Generatif buku yang berjudul Kuala dan Jajaka (YKST, 1975) yang selanjutnya disingkat KJ. Puisi-puisi yang diciptakan di Palu pada dekade 1960-an hingga dekade an dapat dilihat dalam buku yang berjudul Muara dan Petang (YKST, 1979). Puisi yang diciptakan pada dekade 1980-an terdapat dalam buku yang berjudul Rembang di Tanjung (YKST, 1994). Dua buah buku kumpulan puisi, yaitu Senja di Teluk Malam di Selat (YKST, 1994) dan Larut Malam di Laut Dini di Samudera (YKST, 1995) merupakan karya-karya puisi yang diciptakan MM pada dekade 1990-an. Kelima buku kumpulan puisi karya MM yang diterbitkan oleh Yayasan Kebudayaan Sulawesi Tengah (YKST) itu dianggap merepresentasikan pengalaman hidup sang penyair, mulai dari pengalaman cinta, semangat bela negara, sikap religius, dan pengabdian terhadap kebudayaan, khususnya kebudayaan daerah Sulawsi Tengah. Apabila dicermati secara saksama, puisi-puisi yang diciptakan di Makassar yang terdapat dalam KJ lebih dominan menggambarkan tentang permasalahan cinta, mulai dari kekaguman kepada seorang gadis, kemesraan, pengkhianatan, hingga patah hati. Berbeda halnya dengan empat buku lainnya, puisi-puisi yang diciptakan setelah dirinya berada di Palu, lebih dominan bertemakan tentang semangat bela negara, sikap religius, dan pengabdian terhadap kebudayaan. Perubahan tema yang diusung tersebut menarik untuk dicermati. Tema yang diusung dalam puisipuisi yang diciptakan oleh MM pada saat di Makassar dengan saat ia berada di Palu sangat berbeda. Hal itu dapat dipahami bahwa ketika MM berada di Makassar untuk melanjutkan studinya di Sekolah Guru Atas Negeri (SGAN) pada tahun 1954, umurnya baru menginjak 19 tahunan. Usia yang masih sangat muda. Manusia yang memasuki kisaran usia itu pada umumnya telah memasuki masa pubertas, yakni masa yang dipenuhi oleh gejolak cinta terhadap lawan jenis. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila puisipuisi yang diciptakan oleh MM pada saat itu dipenuhi oleh puisi-puisi yang bertemakan cinta. Berbeda dengan puisipuisi yang diciptakan di Palu. Puisi-puisi yang diciptakan di Palu lebih dominan bertemakan semangat bela negara, sikap religius, dan pengabdian terhadap kebudayaan. Hal itu dilatarbelakangi oleh aktivitas kesehariannya sebagai aparatur negara yang membidangi kebudayaan daerah. Perhatian dan semangat untuk memajukan kebudayaan daerah Sulawesi Tengah begitu kental terasa dalam puisipuisi yang diciptakan olehnya pada saat di Palu. Puisi karya MM yang terdapat dalam buku KJ yang mengusung tema cinta dengan berbagai permasalahannya ditempatkan secara tidak beraturan, tidak diurut berdasarkan kronologis cerita. Meskipun demikian, setelah ditelusuri dengan pembacaan secara saksama, ternyata puisi-puisi itu memiliki pertalian yang erat satu dengan yang lainnya. Bila dirunut peristiwa-peristiwa yang dikisahkan dalam puisi-puisi itu, ternyata terdapat sebuah kisah cinta sepasang kekasih yang berakhir dengan perpisahan. Urutan peristiwanya diawali dengan pengisahan seorang jejaka yang bernama Din yang kasmaran dengan seorang gadis yang bernama Nur. Cinta mereka tidak disetujui oleh orang tua sang gadis. 147

4 Multilingual, Volume XII, No. 1, Tahun 2013 Meskipun tidak disetujui, mereka tetap melanjutkan kisah cinta hingga gadis itu hamil. Dalam keadaan hamil, Nur dinikahkan dengan lelaki pilihan orang tuanya. Sementara itu, pernikahan Nur dengan lelaki pilihan orang tuanya ditanggapi lain oleh Din. Din menganggap Nur telah mengkhianti cintanya. Dengan demikian, puisi-puisi karya MM yang terdapat dalam buku KJ merupakan kumpulan puisi naratif atau puisi yang bercerita. Puisi-puisi itu yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini Unsur-unsur yang membangun struktur cerita naratif atau fiksi adalah tema, alur, penokohan, dan latar. Sehubungan dengan itu, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Puisi-puisi karya MM yang mana saja yang dianggap memiliki kesatuan naratif? (2) Bagaimana tema atau masalah, alur, penokohan, dan latar dalam puisi naratif karya MM tersebut? Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengungkap kesatuan naratif dalam puisi-puisi karya MM dalam buku KJ dan untuk mendapatkan deskripsi yang lengkap mengenai unsur tema, alur, penokohan, dan latar dalam puisi naratif tersebut. Perlu juga disampaikan bahwa penelitian yang berkaitan dengan aspek struktur puisi, seperti tipografi, diksi, bahasa kisan dan retorik, imaji, bunyi, tokoh, dan pemikiran terhadap puisi-puisi karya MM telah peneliti lakukan oleh Nitayadnya. Hal itu terdapat dalam artikel Kasus Gaya Kata dalam Puisi-Puisi Karya Masyhuddin Masyhuda: Kajian Stilistika Genetik (Multilingual Vol. 1 Tahun X, Juni 2011) dan Studi Kasus Gaya Bunyi Puisi-Puisi Karya Masyhuddin Masyhuda:Telaah Stilistika Genetik (Salingka, Vol. 9, Nomor 2, Edisi Desember 2012). Adapun penelitian yang berkaitan dengan kajian struktur naratif terhadap puisi-puisi karya MM dalam buku KJ belum ada yang melakukan. Untuk itu, penelitian terhadap struktur naratif dalam puisi-puisi karya MM penting dilakukan untuk menambah khazanah kajian puisi Indonesia di daerah Sulawesi Tengah. 2. Acuan Teoretis Penelitian ini menggunakan teori struktural. Analisis struktural merupakan prioritas pertama sebelum yang lainnya sebab tanpa itu kebulatan makna intrinsik dari karya itu sendiri tidak dapat ditangkap. Makna unsur-unsur karya sastra hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra (Teeuw, 1983: 61). Penelitian ini berupaya mengungkap struktur naratif puisi. Untuk itu, hal penting yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah mengenai unsur-unsur yang membangun struktur naratif. Struktur naratif atau dapat disebut struktur fiksi dibangun oleh unsur-unsur tema, alur, penokohan, latar, dan gaya bahasa (Sukada, 1987: 47). Unsur gaya bahasa tidak dikaji dalam penelitian ini sebab unsur tersebut telah dikaji pada penelitian sebelumnya, yakni penelitian yang berkaitan dengan analsisis struktur puisi. Berikut ini diuraikan pengertian unsur-unsur struktur naratif tersebut. Brooks dan Warren (dalam Tarigan, 1986: 125) menyatakan bahwa tema adalah dasar atau makna suatu cerita; pandangan hidup atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau yang membangun dasar 148

5 Siti Fatinah: Fonologi Bahasa Muna: Kajian Transformasi Generatif atau gagasan utama dari karya sastra.tema ditinjau dari jenisnya dapat dibedakan menjadi tema mayor dan tema minor. Alur adalah unsur struktur yang berwujud jalinan peristiwa di dalam karya sastra, yang memperlihatkan kepadauan (koherensi) tertentu yang diwujudkan oleh sebab akibat, tokoh, tema, atau ketiganya (Zaidan, et al. 1991: 5). Tarigan (1986: 128) menjelaskan bahwa setiap cerita biasanya dibagi menjadi lima bagian, yaitu (1) situation (pengarang mulai melukiskan keadaan), generating circumstances (peristiwa yang bersangkut-paut mulai bergerak), rising action (keadaan mulai memuncak), climax (peristiwa mencapai klimaks), dan denouement (pengarang memberikan pemecahan soal semua peristiwa). Penokohan adalah proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran dalam suatu cerita. Tokoh dalam cerita dapat diklasifikasikan atas (1) tokoh utama (protagonis), (2) tokoh kedua (antagonis), dan (3) tokoh ketiga atau pelengkap (komplementer). Citraan tokoh dalam karya sastra dapat diperoleh melalui tiga sudut pandang, yaitu melalui kajian fisiologis, sosiologis, dan psikologis tokoh (Ratna, 1985: 49). Unsur struktur yang terakhir yang mendapat perhatian dalam penelitian ini adalah latar. Latar adalah latar belakang fisik, unsur tempat, dan ruang dalam cerita. Latar itu dapat dikategorikan menjadi latar sosial, latar tempat atau geografis, dan latar waktu. Latar sosial menyangkut status sosial budaya tokoh di suatu tempat dan aspek-aspek yang lain yang berkaitan dengan masalah sosial budaya. Latar tempat berhubungan dengan tempat atau lokasi peristiwa terjadi. Latar waktu berhubungan dengan waktu terjadi peristiwa dalam cerita (Abrams, 1981: 175). 3. Metode Penelitian Sifat penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode yang digunakan pada tahap pengumpulan data adalah metode studi kepustakaan (library research). Metode studi kepustakaan ini digunakan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian adalah keseluruhan karya puisi MM yang terdapat dalam buku Kuala dan Jajaka yang mengusung tema tentang cinta. Data sekundernya adalah ulasan atau kritik yang berkaitan dengan karya puisi MM. Data primer maupun data sekunder yang berhasil diperoleh dengan menggunakan kedua metode itu selanjutnya diseleksi dengan menggunakan teknik identifikasi. Teknik diterapkan dalam rangka menemukan ciri-ciri atau unsur-unsur pengenal suatu objek. Pada tahap analisis data digunakan metode deskriptif analitik, yakni membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir,1988: 65). Langkah-langkah yang ditempuh adalah (1) melakukan pembacaan teks secara pembacaan saksama, (2) mengkorelasikan hubungan puisi satu dengan puisi lainnya sehingga terjalin cerita yang kronologis, (3) menganalisis unsur-unsur yang membangun struktur naratif, mulai dari tema, alur, penokohan, latar, dan gaya bahasa, (4) menguji kembali kevalidan data dan ketajaman analisis. 149

6 Multilingual, Volume XII, No. 1, Tahun 2013 Pada tahap penyajian laporan, hasil temuan dan hasil analisis disajikan dalam bentuk artikel jurnal ilmiah. Metode yang digunakan untuk penyajian hasil temuan dan analsis itu adalah metode penyajian secara naratif. 4. Pembahasan 4.1 Kesatuan Naratif Puisi-puisi Karya MM dalam Buku KJ Puisi-puisi yang menggambarkan tentang cinta dengan berbagai permasalannya terdapat dalam buku KJ, sedangkan buku kumpulan puisi yang diterbitkan setelah buku itu sama sekali tidak ada yang menyinggung permasalahan cinta. Buku kumpulan puisi yang terbit selanjutnya lebih banyak menyinggung masalah semangat bela negara, sikap religius, dan pengabdian terhadap kebudayaan. Puisi yang bertemakan cinta yang terdapat dalam buku KJ memiliki pertautan yang erat antara satu puisi dan puisi lainnya. Meskipun letak puisi tersebut tidak beraturan, bila dicermati, puisi-puisi itu seakan merupakan sebuah cerita yang mengisahkan tentang percintaan tokoh Din dan Nur. Urutan peristiwa yang dilukiskan dalam puisipuisi karya MM itu dapat dikoronologiskan sebagai berikut. Cerita diawali dengan kisah seorang jejaka yang bernama Din yang sedang dilanda kasmaran dengan seorang gadis yang bernama Nur. Kisah itu terlukis dalam puisi Cinta dan Nyanyi Jaka. Cinta Din tidak bertepuk sebelah tangan. Nur juga memiliki perasaan yang sama terhadap Din. Peristiwa itu terlukis dalam puisi Tanya, Penerimaan, Nurku, dan Akan Terang. Akan tetapi, cinta mereka tidak mendapat persetujuan dari orang tua sang gadis. Gadis itu dinikahkan dengan lelaki lain tanpa dilandasi oleh perasaan cinta. Nur tidak mampu melawan kemauan orang tuanya. Meskipun demikian, Nur tetap mencintai Din dan ia rela berkorban apa saja demi Din. Bahkan, rela menyerahkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya demi Din. Kisah itu terlukis dalam puisi Sepotong Pemberian, Senja dan Suratnya. Akhirnya, Nur hamil. Dalam kondisi yang seperti itu, ia tetap masih mengingat dan mengharapkan cintanya Din, tetapi harapannya itu sia-sia sebab Din telah pergi entah ke mana. Pada sisi yang lain, pernikahan Nur dengan pria lain ditanggapi oleh Din sebagai sebuah pengkhianatan, sebagaimana terlukis dalam puisi Dara. Kisah ini diakhiri dengan penderitaan lahir dan batin yang dialmi oleh Nur setelah pernikahannya dengan lelaki lain. Lebih-lebih, setelah bayi yang dikandungnya sebagai bukti buah cintanya dengan Din berakhir tragis, yakni meninggal di dalam rahimnya. Hal itu terlukis dalam puisi Balada Nura dan Dina. 4.2 Analisis Struktur Naratif mengenai Kisah Cinta Din dan Nur Tema Kesan utama yang diperoleh setelah melalui pembacaan secara saksama terhadap puisi-puisi karya MM dalam buku KJ adalah tentang pengorbanan Nur kepada Din. Demi mempertahankan cintanya terhadap Din, Nur rela mengorbankan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya meskipun ia tahu bahwa ia akan dinikahkan dengan lelaki 150

7 Siti Fatinah: Fonologi Bahasa Muna: Kajian Transformasi Generatif lain oleh bapaknya. Pengorbanan Nur terlukis dalam puisi berikut. Sepotong Pemberian berjangka dua kali bumi edari mentari kami tangkapi manis-manis hidup berkasih dilengkapi nikmatnya dada putih lalu kami lepaskan kembara sesuka hati karena siapakah yang bisa betah dengan lat rautan rasa yang menyerah dan terkatakan bahwa bukan dosa Dinku bukan dosa Dinku karena kami dipisah Tuhan hanya karena bapak dan terkatakanlah bahwa bukan kelemahan Dinku bukan kelemahan Dinku karena telah kugenggam sepotong pemberian Tuhan (KJ, 1975: 28) Pronomina kami dalam puisi itu merupakan pronomina persona pertama jamak bentuk bebas mengacu kepada Din dan Nur. Selama dua tahun mereka menjalani kasih, sebagaimana tersurat dalam larik /berjangka dua kali bumi edari mentari. Selama itu mereka menjalani kehidupan cinta dengan penuh kemesraan. Nur rela menyerahkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya, sebagaimana tergambar dalam baris /karena siapakah yang bisa betah dengan alat/, /rautan rasa yang menyerah/, /dan terkatakan bahwa bukan dosa Dinku/, /bukan dosa Dinku/. Baris-baris itu menggambarkan kepasrahan hati Nur kepada Din. Cintanya Nur hanya untuk Din seorang. Bahkan, setelah dinikahkan dengan lelaki lain oleh orang tuanya, ia tetap menyimpan rasa cinta yang sangat mendalam terhadap Din. Perhatikan puisi berikut. Suratnya Dinku, aku telah pergi sudah tapi yakin hatiku aku tinggalkan dan bukan suatu dosa apabila aku tetap mengenang Nurmu. (KJ, 1975: 30) Sesuai dengan judul puisi itu, yaitu Suratnya, ternyata isi puisi itu seperti sebuah surat yang berisikan tentang ungkapan perasaan yang jujur dari Nur kepada Din. Dalam surat itu, Nur menyampaikan dengan jujur bahwa dirinya telah menikah dengan pria lain tetapi hatinya tetap untuk Din. Lebih lanjut Nur menegaskan bahwa bukan merupakan perbuatan dosa bila dirinya selalu mengenang Din walaupun pada saat ini dirinya tidak lagi menjadi miliki Din. Jadi, cinta yang pernah dirasakan oleh Nur tatkala bersama Din membekas di hatinya dan terasa sulit untuk dilupakannya, meskipun ia telah menjadi milik orang lain. Bertolak dari uraian itu, tema puisi naratif karya MM itu adalah mengenai pengorbanan Nur terhadap Din. Seseorang yang sedang dilanda cinta rela berbuat apa saja demi menjaga keutuhan cintanya. Bahkan, sesuatu yang dianggap bertentangan dengan norma sosial maupun norma agama tidak dipedulikanya, sebagaimana tampak dalam perilaku Nur dalam puisi-puisi tersebut di atas Alur Alur tidak hanya mengemukakan tentang apa yang terjadi, tetapi juga menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Hal itu sesuai dengan hukum sebab-akibat 151

8 Multilingual, Volume XII, No. 1, Tahun 2013 (kausalitas), yakni peristiwa yang terjadi tentu ada penyebab dan akibatnya. Pada umumnya, alur dalam cerita naratif bergerak dari serentetan peristiwa menuju ke klimaks dan berakhir dengan penyelesaian. Dapat pula suatu cerita hanya sampai pada klimaks tanpa penyelesaian. Kisah cinta Din dan Nur dalam puisi-puisi karya MM hanya sampai pada tahapan klimaks, tanpa disertai dengan tahapan penyelesaian atau denouement. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan pola alur naratif kisah tersebut di atas. Pada tahapan situation, penyair hanya menggambarkan peristiwa yang bersifat umum, yakni tentang kisah Din yang sedang kasmaran terhadap seorang gadis yang bernama Nur hingga cinta Din diterima oleh Nur. Puisi-puisi karya MM yang menggambarkan tahapan itu adalah sebagai berikut. Cinta dari cinta membatasi pikian waras ke nafsu ucap-ucap berpitar lahir hampir lepas dari rangsangan libido dan paling banyak menggugah rasa dalam dada dan paling banyak ke sesuatu yang punya citra di dalamnya (KJ, 1975: 26) Puisi Cinta dapat diparafrasakan bahwa cinta dapat menggelapkan pikiran yang waras. Pikiran yang tidak waras dapat mengarah ke nafsu. Terlepas dari rangsangan libido (nafsu), cinta merupakan sesuatu yang paling menggugah perasaan dan memberikan kesan di dalam hati. Dari parafrasa itu secara implisit mencerminkan bahwa Din ingin mendapatkan makna cinta sejati. Baginya, cinta akan lebih berarti dalam hidup ini bila cinta itu tidak dilandasi oleh nafsu semata. Bila cinta semata-mata dilandasi oleh nafsu atau rangsangan libido, dapat menggelapkan pikiran. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan makna cinta sejati, yakni cinta yang memberi arti atau kesan dalam hidup, ia harus melepaskan semua rangsangan libido yang ada dalam pikirannya. Perasaan kasmaran yang melanda diri Din tampak juga dalam puisi berikut. Nurku halus basa bunda ada lekati peparunya merayap di kelep jantung ikut hanyut bersama darah (KJ, 1975: 23) Pronomina ku- yang melekat pada kata Nur merupakan pronomina persona pertama tunggal dalam bentuk terikat yang mengacu kepada Din. Pronomina itu bersifat endoforis karena acuannya berada di luar teks. Pronomina ini menunjuk pada orang yang berbicara, yaitu Din. Untuk lebih jelasnya tentang isi dari larik-larik puisi itu, berikut akan disajikan parafrasanya. Din sangat menganggumi Nur. Dia merasakan bahwa Nur itu sebagai sosok yang sangat sempurna. Tutur bahasanya halus dan menyejukan hati, seperti bahasa seorang ibu. Bahasa seorang ibu yang sangat menentramkan hati anakanaknya. Jadi, jelas di sini tampak bahwa Din sangat mengagumi tutur kata yang disampaikan Nur. Tutur kata yang disampaikan Nur telah menggugah dan memberikan ketenangan di hatinya. Sosok sempurna yang ada dalan diri Nur itulah yang menyebabkan Din ingin 152

9 Siti Fatinah: Fonologi Bahasa Muna: Kajian Transformasi Generatif mendapatkan cintanya. Harapan Din untuk mendapatkan cintanya Nur terlukis dalam puisi Nyanyi Jaka dan Tanya. Nyanyi Jaka senja bermain di mata tercukillah lagu cinta sudah dilepas semua birama pada hati yang dulu ditumpang harap (KJ, 1975: 27) Frasa nyanyi jaka yang tampak pada judul puisi itu mengandung pengertian tentang nyanyian atau senandung seorang perjaka. Perjaka yang dimaksud di sini tentulah Din. Senandung yang dinyanyikan oleh Din adalah adalah senandung cinta, Hal itu dapat dilihat dalam parafrasa berikut. Din sedang asyik menikmati suasana senja. Pada saat itulah ia membayangkan wajah gadis yang sangat didambakan cintanya. Untuk melampiaskan kerinduannya itu, Din menyenandungkan sebuah lagu cinta sambil tetap membayangkan dan mengharapkan cintanya Nur. Dambaan cinta yang diharapkan oleh Din juga terlukis pada puisi berikut. Tanya rasa yang senatiasa tiba adalah alun dan gelora laut suara yang senantiasa terngiang adalah nada harap dan terbuai tanya rasa dan suara bertanya walau hanya dalam diri-sendiri (KJ, 1975: 19) Perasaan yang ada dalam hati Din berkecamuk bagaikan gemuruh gelombang laut. Kata-kata atau suara sang pujaan hati, dalam hal ini Nur, selalu terngiang ditelinganya. Suara gadis itu seolah-olah memberikan harapan tentang cinta yang didambakan Din. Akan tetapi, Din belum berani mengungkapkan perasaan cintanya kepada gadis itu. Perasaan itu ia pendam di dalam hati. Dari parafrasa puisi terhadap puisi di atas menunjukkan bahwa sikap Din yang masih diinggapi oleh perasaan yang penuh keragu-raguan. Ia belum berani secara terang-terangan mengungkapkan perasaan cinta kepada gadis itu. Perasaan cinta yang ada dalam dirinya hanya disimpannya di dalam hati. Dengan memcermati puisi di bawah ini, sikap Din telah menunjukkan perubahan seiring dengan perjalanan waktu. Ia telah berani mengungkapkan perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya kepada gadis yang selama ini menjadi dambaan hatinya. Perhatikan puisi berikut. Penerimaan kau terima dan kuterima dikau dik karena pada wajahmu kulihat bukit pengharapan karena pada matamu kulihat danau kerinduan (KJ, 1975: 21) Puisi yang berjudul Penerimaan di atas, dapat diparafrasakan sebagai berikut. Perasaan cinta yang selama ini dipendam oleh Din diungkapkan kepada Nur. Ternyata, perasaan cinta itu mendapatkan sambutan yang serupa dari gadis itu. Gadis itu juga selalu merindukannya dan mengharapkan cinta dari Din. Jadi, dalam puisi ini dilukiskan tentang awal dari perjalanan cinta mereka sebagai sepasang kekasih. Akan tetapi, muncul 153

10 Multilingual, Volume XII, No. 1, Tahun 2013 kebimbangan atau keraguan di dalam hati Nur setelah menerima cintanya Din. Kisah mengenai kebimbangan hati yang dirasakan oleh Nur menunjukkan bahwa cerita mulai bergerak memasuki tahapan generating circumstances, yakni tahapan peralihan dari situasi awal ke situasi yang lain. Pada tahapan ini mulai muncul adanya konflik awal dalam cerita. Puisi yang melukiskan tahapan ini terlihat pada puisi di bawah ini. Akan Terang malam sepi bintang pada cemerlang dudulah ia di bawah cheri rindang tiba-tiba rayu senyap membisik lagu kenyataan seolah mengajak agar jangan mengganggu lagu sendiri karena dada yang menerima antara benar dan tiada antara hampa dan derita malam terus berjalan ia tetap memandang dengar dan berkatalah bahwa esok akan terang menunggu esok bermandikan caya di atas kenyataan (KJ, 1975: 22) Pronomina ia dalam puisi Akan Terang merupakan pronomina persona ketiga bentuk bebas yang mengacu kepada Nur. Untuk mengetahui kebimbangan yang dirasakan oleh Nur, berikut ini sajikan parafrasanya. Pada suatu malam yang sepi, Nur duduk sendiri di bawah pohan cheri yang rindang. Dalam kesunyian itu ia mengkhayalkan akan masa depan cintanya. Ada perasaan bimbang di dalam hatinya setelah menerima cinta Din. Ia mengkhayalkan cinta yang dijalani bersama Din kelak akan mencapai kebahagiaan atau penderitan. Meskipun dalam kebingungan, Nur tetap berkeyakinan bahwa jalan yang ditempuh bersama Din akan memperoleh kebahagiaan. Din dan Nur menjalani hariharinya penuh dengan kemesraan. Sampai akhirnya, bapaknya Nur tidak menyetujui hubungan kasih mereka. Bertolak dari tidak diisetujui hubungan cinta mereka, kisah mulai memasuki tahapan rising action. Puisipuisi yang melukiskan tahapan ini sebagai berikut. Senja senja-senja seperti boneka ia pergi tanpa hati dan matanya bening mencari kasih di mana kasih di mana bermata bening meratap-ratap ditatanya wajah senja sampai malam baru ia pulang Nura di sana ada ibu juga bening menatap ratap kasihan ke ibu ia lalu pergi jalannya hendak balik mati di pesta kawin pagi hari Nura kehilangan kekasih di dunia ini (KJ, 1975: 25) Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang kisah Nur dalam puisi itu, ada baiknya puisi itu diparafrasakan terlebih dahulu. Nur tidak lagi memiliki semangat hidup pada senja itu. Tatapannya kosong. Ibunya sangat iba melihat kondisi Nur yang demikian. Hanya dihadapi ibunya, ia berani mengadu tentang keinginan hatinya untuk kembali kepada cintanya yang lama bersama Din. Akan tetapi, harapan Nur itu sia-sia sebab ia akan secepatnya dinikahkan dengan pria pilihan bapaknya. Pada saat pesta pernikahannya, Nur merasa hidupnya hampa. Mulai detik itu ia merasa telah kehilangan seorang kekasih hati yang 154

11 Siti Fatinah: Fonologi Bahasa Muna: Kajian Transformasi Generatif sangat dicintainya. Jadi, dalam hal ini dapat digarisbawahi bahwa hubungan antara Din dan Nur telah berakhir. Nur telah menjadi milik lelaki lain, Meskipun demikian, Nur tetap mencintai Din. Bahkan, karena cintanya terlalu besar kepada Din, Nur rela mengorbankan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya demi Din, sebagaimana terlukis dalam puisi berikut. Sepotong Pemberian berjangka dua kali bumi edari mentari kami tangkapi manis-manis hidup berkasih. karena kami dipisah Tuhan hanya karena bapak dan terkatakanlah bahwa bukan kelemahan Dinku bukan kelemahan Dinku karena telah kugenggam sepotong pemberian Tuhan (KJ, 1975: 28) Puisi itu menggambarkan bahwa Nur tidak peduli dengan larangan bapaknya. Ia tetap melanjutkan hubungan cinta mereka secara sembunyi-sembunyi. Ia buktikan cintanya dengan memberikan sesuatu yang berharga dalam hidupnya kepada Din. Semua ini ia lakukan sebagai bukti akan ketulusan hatinya kepada Din. Tidak hanya itu saja, setelah menjadi milik lelaki lain, Nur sempat juga menulis surat kepada Din. Isi surat itu tercermin dalam puisi berikut. Suratnya Dinku, aku telah pergi sudah tapi yakin hatiku aku tinggalkan dan bukan suatu dosa apabila aku tetap mengenang Nurmu. (KJ, 1975: 30) Puisi itu melukiskan perasaan yang jujur dari Nur kepada Din. Dalam suratnya, Nur menyampaikan dengan jujur bahwa dirinya telah menikah dengan pria lain tetapi hatinya tetap untuk Din seorang. Lebih lanjut Nur menegaskan bahwa bukan merupakan perbuatan dosa bila dirinya selalu mengenang Din walaupun pada saat ini dirinya tidak lagi menjadi miliki Din. Dari parafrasa itu, secara eksplisit dinyatakan cinta yang pernah dirasakan oleh Nur tatkala bersama Din membekas di hatinya dan terasa sulit untuk dilupakannya. Di lain pihak, pernikahan Nur dengan lelaki pilihan orang tuanya justru ditanggapi lain oleh Din. Din menganggap keputusan Nur untuk menikah dengan lelaki lain sebagai sebuah pengkhianatan. Kekesalan hati Din terlukis dalam puisi berikut. Dara dara yang rindu sudah jauh ia malu sepotong rasa tergenggam mendalam kesan dipendam dara yang rindu sudah layu ia malu terucap janji begitu ngeri terucap kasih begitu murni keduanya ia sendiri yang mungkiri (KJ, 1975: 29) Pronomina ia dalam puisi itu merupakan pronomina persona ketiga 155

12 Multilingual, Volume XII, No. 1, Tahun 2013 bentuk bebas yang mengacu kepada Nur. Acuan ini semakin kuat dengan adanya kata dara, baik pada judul maupun pada larik-larik puisi tersebut. Dara berarti seorang gadis. Gadis yang dimaksud tentulah Nur. Untuk memahami puisi tersebut terlebih dahulu puisi itu diparafrasakan sebagai berikut. Nur yang dulu merindukannya kini telah tidak ada di sisinya lagi. Nur yang dulu sangat merindukan kini telah menjadi milik orang lain. Hal itu yang menyebabkan Nur menjadi malu terhadap Din. Nur yang dulu berjanji akan setia dan akan tulus memberikan kasih sayangnya kepada Din, justru dia sendiri yang mengikarinya. Din menganggap Nur telah mengkhianati cintanya. Dengan demikian, parafrasa tersebut mencerminkan tentang kegeraman hati Din karena merasa dikhianati cintanya oleh Nur. Setelah Nur menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya, Din mengganggap keputusan Nur sebagai bentuk pengkhianatan. Perkawinan Nur dengan lelaki yang tidak dicintainya menyebabkan dirinya sangat menderita. Ini berarti cerita mulai memasuki tahapan climax. Pada tahapan ini dikisahkan bayi yang dikandungnya selama menjalani hidup perkawinan dengan lelaki itu merupakan buah cintanya bersama Din. Oleh sebab itu, ia sangat mengharapkan kehadiran Din di sisinya. Akan tetapi, bayi yang dikandungnya meninggal dunia. Peristiwa meninggalnya bayi yang dikandung oleh Nur merupakan puncak penceritaan. Berikut ini disajikan puisi yang melukiskan hal tersebut. Balada Nura dan Dina di pangkal malam mengapung bulat penuh terangi beranda Nura mengandung bulat penuh merenung jauh kemarin Dinanya pergi malam itu tak lagi kembali ditatapnya wajah bulan bulat sebulat hati dan perutnya duka di matanya memantul percik sinar bebulan bercitra kesedihan berbias kenangan pada kebinatangan manusia pada sembulan bulat lewat perutnya tambah bulat dikenang hati bayi selamat dan ayah sedang dirinya masih terlalu saying tersayang karena manisnya cinta untuk dirinya seorang apalagi bayi menganak bermasa manja ditimang oleh karena ayah ditimang oleh karena Dina sudah pergi Dina sedang hati teramat sayang tersayang karena manisnya cinta buat dirinya seorang mencari ya, bulan ditusuk matanya tajam teramat tajam seakan teraut kekuasaan lalu berdoalah ia karena semalam ada istri yang pulang dan pulang untuk selamanya Nura masuk kamar di atas ranjang ia menangis panjang Nura dukanya Nura dukanya berganti silih merasuk dirinya besoknya ia terkapar di atas lantai keluarga dan dukun dan dokter pada bingung dan terucaplah bahwa bayi terlalu segan melihat dunia dan dengan bisik terakhir tentang selamatlah anakku selamat semoga di ubunmu bulan tenggelam malamnya di kala bulan sembunyi di balik gunung 156

13 Siti Fatinah: Fonologi Bahasa Muna: Kajian Transformasi Generatif malamnya perutnya dibelah mengheranan dukun (KJ, 1975: 7 8) Puisi di atas menunjukkan bahwa bait I sampai bait VI menggambarkan renungan yang dilakukan oleh Nur setelah ditinggal oleh Din dalam keadaan hamil tua. Bait VII merupakan puncak penderitaan yang dialami Nur. Kehamilannya telah menghanyutkan perasaannya dalam kematian. Untuk itu, ia terus berdoa kepada Tuhan agar bayi yang dikandungnya lahir dengan selamat. Akan tetapi, Tuhan berkehendak lain. Bayi yang dikandungnya meninggal di dalam rahimnya. Uraian di atas menunjukkan bahwa kisah cinta Din dan Nur dalam puisi-puisi karya MM yang terdapat dalam buku KJ berakhir pada klimaks. Tidak ada puisipuisi dalam buku itu yang menunjukkan adanya tahapan penyelesaian (denoument) Penokohan Ada dua tokoh utama (protagonis) dalam kisah tersebut, yakni Din dan Nur. Kedua tokoh itu tampil dari awal sampai akhir cerita dengan berbagai perilakunya, baik diceritakan langsung oleh penyair maupun melalui berbagai dialog antarpelaku yang dapat menunjukkan reaksi antarsesamanya. Selain itu, kehadiran kedua tokoh ini dalam setiap peristiwa sepenuhnya mendukung tema, yakni pengorbanan Nur kepada Din. Perhatikan kutipan baris puisi Sepotong Pemberian berikut. lalu kami lepaskan kembara sesuka hati karena siapakah yang bisa betah dengan lat rautan rasa yang menyerah dan terkatakan bahwa bukan dosa Dinku bukan dosa Dinku karena kami dipisah Tuhan hanya karena bapak (KJ, 1975: 28) Baris-baris di atas melukiskan tentang kepasrahan Nur yang rela menyerahkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya kepada Din. Perbuatan yang dilakukan bersama Din dianggapnya sebagai sesuatu yang wajar (bukan perbuatan dosa). Perpisahan dirinya dengan Din bukan atas kemauannya, melainkan atas paksaan orang tuanya. Perilaku Nur yang demikian menunjukkan akan besarnya rasa cinta yang ada pada dirinya kepada Din. Demikian pula yang terjadi dalam diri Din yang merasa sangat kehilangan tatkala Nur menuruti perintah orang tuanya untuk dikawinkan dengan lelaki lain. Bahkan, sikap yang diputuskan oleh Nur untuk menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya itu dianggap sebagai bentuk pengkhianatan oleh Din. Jadi, kedua tokoh ini menempati posisi dominan dalam keseluruhan cerita. Peristiwaperistiwa yang terjadi dalam kisah itu sebagian besar melibatkan kedua tokoh ini. Tokoh kedua (antagonis) adalah Bapaknya Nur. Tokoh ini memberikan keseimbangan terhadap tokoh protagonis sehingga cerita menjadi lebih dinamis. Bila dalam cerita tidak terdapat tokoh penyeimbang, niscaya cerita menjadi tidak menarik karena cerita itu akan menjadi datar. Tokoh inilah yang menolak atau menghambat perjalanan cinta Din dan Nur. Demi mewujudkan ambisinya itu, ia menikahkan Nur dengan lelaki lain, sebagaimana ditunjukkan oleh pengakuan Nur yang terlukis dalam puisi Sepotong Pemberian. 157

14 Multilingual, Volume XII, No. 1, Tahun 2013 karena kami dipisah Tuhan hanya karena bapak dan terkatakanlah bahwa bukan kelemahan Dinku bukan kelemahan Dinku (KJ, 1975: 28) Ambisi tokoh ini untuk memisahkan cinta Nur terhadap Din juga tampak secara implisit dalam puisi Senja. Baris-baris puisi berikut secara jelas menunjukkan akan penderitaan Nur akibat dinikahkan dengan lelaki yang tidak dicintainya. Pemaksaan yang dilakukan oleh Bapaknya itu menyebabkan ia kehilangan Din untuk selama-lamanya. mati di pesta kawin pagi hari Nura kehilangan kekasih di dunia ini (KJ, 1975: 25) Tokoh ketiga (komplementer) adalah Ibu Nur, Dokter, dan Dukun. Meskipun kehadiran tokoh ini tidak dominan dalam cerita, tokoh ini memiliki peran penting dalam memperkuat pencitraan tokoh utama maupun tokoh kedua. Kehadiran tokoh ini hanya dilukiskan dalam puisi Senja dan Balada Nura dan Dina. Tokoh cerita menempati posisi strategis, yakni sebagai pembawa dan penyampaian pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Dengan kata lain, tokoh cerita sebagai corong penyampaian pesan, bahkan mungkin merupakan refleksi pikiran, sikap, pendirian, dan keinginankeinginan penyair. Untuk memeroleh citraan tokoh dalam cerita naratif, perlu dilakukan kajian karakterisasi yang cermat dan teliti. Pelukisan keadaan fisiologis, sosilogis, maupun psikologis tokoh dalam kaitannya dengan pemberian karaterisasi tokoh dirasakan penting oleh penyair. Pada umumnya, keadaan ketiga dimensi itu dibutuhkan oleh penyair untuk mengefektifkan dan mengkonkretkan ciriciri kedirian tokoh. Akan tetapi, pencitraan tokoh dalam kisah cinta Din dan Nur ini bila ditinjau dari ketiga dimensi itu sama sekali tidak proposional. Pencitraan tokoh yang ditonjolkan oleh penyair dalam kisah itu adalah pencitraan tokoh dari dimensi psikologis. Pencitraan tokoh dari dimensi sosiologis sangat sedikit diungkap. Bahkan, pencitraan dari dimensi fisiologis terhadap tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita sama sekali tidak disinggung. Tokoh yang diungkap dari dimensi sosiologis hanyalah tokoh Nur. Tokoh ini digambarkan sebagai seorang gadis yang memiliki tutur bahasa yang halus sehingga dapat menenteramkan hati Din. Kehalusan budi bahasa Nur terlukis dalam puisi Nurku. Baris-baris berikut menunjukkan hal itu. halus basa bunda ada lekati peparunya merayap di kelep jantung ikut hanyut bersama darah (KJ, 1975: 23) Baris-baris tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa Nur merupakan sosok yang sangat sempurna. Tutur bahasanya halus dan menyejukan hati, seperti bahasa seorang ibu. Bahasa seorang ibu yang sangat menentramkan hati anakanaknya. Sosok sempurna yang ada pada diri Nur itu yang menyebabkan hati Din tergugah dan ingin mendapatkan cintanya. Meskipun dari dimensi sosiologis sosok 158

15 Siti Fatinah: Fonologi Bahasa Muna: Kajian Transformasi Generatif Nur memiliki tutur bahasa yang halus, tokoh ini sebenarnya merupakan tokoh yang mudah frustasi dan tidak mampu mengendalikan diri bila ditinjau dari dimensi psikologis. Tatkala dipisahkan cintanya kepada Din, ia tidak mampu mengendalikan diri sehingga ia menjadi frustasi. Perbuatannya dengan Din, sebagaimana terlukis dalam puisi Sepotong Pemberian, sebagai bukti ia telah kehilangan keseimbangan hidup. Perhatikan baris-baris berikut.... lalu kami lepaskan kembara sesuka hati karena siapakah yang bisa betah dengan lat rautan rasa yang menyerah dan terkatakan bahwa bukan dosa Dinku bukan dosa Dinku (KJ, 1975: 28) Baris-baris dalam puisi :Sepotong Pemberian itu mencerminkan bahwa Din dan Nur telah melakukan sesuatu yang seharusnya tidaklah boleh mereka lakukan. Bahkan, perbuatan yang mereka lakukan dianggap sebagai sesuatu yang bukan dosa oleh Nur. Jadi, di sini tergambar dimensi psikologis yang ada pada diri Din. Dari Dimensi psikologis, karakter Din tidak jauh berbeda dengan karakter yang dimiliki Nur, yakni sosok yang mudah frustasi dan tidak mampu mengendalikan diri. Selain itu, kedua tokoh itu sama-sama memiliki karakter pasrah menerima keadaan yang menimpa diri mereka atau tidak tegar menghadapi menghadapi masalah hidup. Semestinya, mereka berani menghadapi sikap dan kelakuan Bapaknya Nur yang memisahkan cinta mereka. Karakter Din juga mencerminkan sebagai tokoh yang tidak bertanggung jawab. Ketika Nur hamil akibat perbuatannya, seharusnya ia mau bertanggung jawab. Akan tetapi, ia menunjukkan sikap pengecut, yakni pergi jauh menghindari Nur. Di samping itu, Din juga dapat dikategorikan sebagai tokoh yang suka menyalahkan orang lain. Sikap Din yang demikian tampak dalam puisi Dara. Ia menganggap bahwa pernikahan Nur dengan lelaki lain sebagai bentuk pengkhianatan Nur terhadap dirinya. Padahal, kalau ia memiliki keberanian sebagai laki-laki semestinya ia berani menghalangi kemauan Bapak Nur. Akan tetapi, semua itu tidak pernah dilakukannya. Pada sisi yang lain, Bapaknya Nur adalah tokoh yang memiliki karakter yang sangat otoriter. Keotoriternya tampak ketika ia memutuskan untuk menikahkan Nur dengan lelaki pilihannya, padahal Nur sama sekali tidak mencintai lelaki itu. Cintanya Nur hanya kepada Din seorang. Akan tetapi, Bapaknya Nur tidak memedulikan perasaan anaknya itu. Sebaliknya, Ibunya Nur justru memiliki karakter sebagai sosok ibu yang sangat menyayangi anaknya. Ketika Nur mendapat masalah dalam hidupnya, ia yang selalu menghibur dan menemani Nur. Ia merasa iba melihat penderitaan yang dialami oleh anaknya itu. Karakter Ibunya Nur yang demikian terlukis dalam kutipan puisi Senja berikut ini. Nura di sana ada ibu juga bening menatap ratap kasihan ke ibu ia lalu pergi (KJ, 1975: 25) Latar Unsur struktur yang terakhir yang mendapat perhatian dalam penelitian ini 159

16 Multilingual, Volume XII, No. 1, Tahun 2013 adalah latar. Secara garis besar, latar dapat dibedakan atas latar waktu, tempat, dan sosial budaya. Latar waktu berkaitan dengan kapan pengisahan itu terjadi yang meliputi jam, hari, tanggal, bulan, tahun, zaman, dan musim. Latar tempat berkaitan dengan di mana peristiwa itu terjadi. Misalnya di tempat tertentu, rumah, laut, dan danau. Latar sosial adalah latar yang menggambarkan lukisan tingkah laku, tata karma, adat-istiadat, dan pandangan hidup. Latar sosial yang ditonjolkan penyair dalam kisah ini adalah mengenai persoalan cinta antara dua anak manusia, yakni antara Din dan Nur. Cerita diawali itu dengan penggambaran suasana hati Din yang mengagumi Nur. Kekaguman Din terhadap Nur terlukis dalam puisi Cinta, Nurku, Tanya, Nyayi Jaka, dan Penerimaan. Dari kelima puisi itu, hanya puisi Nyanyi Jaka yang menunjukkan adanya latar waktu. Latar waktu yang ditampilkan mengacu pada waktu senja atau sore hari, sebagaimana tampak secara ekspilisit dalam kutipan berikut. senja bermain di mata tercukillah lagu cinta (KJ, 1975: 27) Baris 1 dalam puisi Nyanyi Jaka di atas menunjukkan latar waktu. Din menyenandungkan lagu cinta pada waktu senja atau sore hari. Latar waktu dan tempat juga ditampilkan pada puisi Akan Terang. Puisi itu mengisahkan tentang kebimbangan Nur terhadap cintanya Din. Meskipun demikian, Nur tetap meyakinkan dirinya bahwa cintanya bersama Din akan memperoleh kebahagiaan. Waktu dan tempat Nur merenungkan atau melamunkan akan nasib perjalanan cintanya bersama Din berlangsung pada malam hari di bawah pohon cheri yang rindang, sebagaimana terlukis secra eksplisit pada kutipan berikut. malam sepi bintang pada cemerlang dudulah ia di bawah cheri rindang (KJ, 1975: 22) Kepasrahan Nur akibat tidak diizinkan melanjutkan jalinan cinta bersama Din terlukis dalam puisi Sepotong Pemberian. Puisi itu tidak menunjukkan adanya latar tempat dan waktu. Latar waktu dan tempat justru ditonjolkan pada saat Nur menderita karena ditinggal pergi oleh Din. Hal itu tampak pada puisi Senja. Peristiwa yang terjadi dalam puisi itu terjadi pada tiga waktu dan tiga tempat sebagai berikut. (1) Nura dengan perasaan hampa mencari keberadaan sang kekasih. Peristiwa itu berlangsung pada senja hari atau menjelang malam. Tempat berlangsungnya peristiwa itu tidak diungkapkan secra eksplisit. Akan tetapi, dengan mencermati baris /pergi tanpa hati/, tempat berlangsung peristiwa itu dapat ditafsirkan bahwa pencarian itu dilakukan di luar rumah. Berlangsung peristiwa terlukis dalam baris-baris berikut. senja-senja seperti boneka ia pergi tanpa hati (KJ, 1975: 25) (2) Malam hari Nur baru pulang. Ibunya sangat iba melihat penderitaan Nur. Nur berkeluh kesah kepada ibunya, tetapi ibunya tidak mampu berbuat 160

17 Siti Fatinah: Fonologi Bahasa Muna: Kajian Transformasi Generatif apa-apa. Upaya mendapatkan jejak Din sia-sia. Keesokan harinya Nur dinikahkan dengan lelaki lain oleh Bapaknya. Latar waktu maupun tempat terlukis kutipan berikut. sampai malam baru ia pulang Nura di sana ada ibu juga bening menatap ratap kasihan ke ibu ia lalu pergi jalannya hendak balik mati di pesta kawin (KJ, 1975: 25) (3) Keesokan harinya Nur kehilangan kekasih yang amat dicintainya. Kutipan berikut menunjukkan hal itu. pagi hari Nura kehilangan kekasih di dunia ini (KJ, 1975: 25) Kini Nur telah menjadi istri lelaki lain. Meskipun demikian, ia masih tetap mengirimkan kabar atau surat cinta kepada Din, sebagaimana terlukis dalam puisi Suratnya. Puisi itu sama sekali tidak menunjukkan adanya latar tempat dan waktu. Hal sama juga terjadi pada puisi Dara. Puisi itu menceritan keluh kesah Din. Din menganggap pernikahan Nur dengan lelaki pilihan orang tuanya dianggap sebagai bentuk pengkhianatan. Puisi ini sama sekali tidak menunjukkan adanya latar tempat maupun latar waktu. Justru, latar tempat dan waktu ditonjolkan pada kisah penderitaan Nur setelah menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya, sebagaimana terdapat dalam puisi Balada Nura dan Dina. Peristiwa yang dialami Nur dalam puisi terjadi pada tiga tempat dan tiga waktu sebagai berikut. (1) Nur dalam kondisi hamil sedang merenungkan kepergian kekasihnya. Peristiwa itu berlangsung di beranda rumahnya Nur menjelang malam. Hal itu terlukis dalam kutipan berikut. di pangkal malam mengapung bulat penuh terangi beranda Nura mengandung bulat penuh merenung jauh (KJ, 1975: 7 8) (2) Setelah merenungkan kepergian sang kekasih, pada malam itu juga ia masuk ke dalam kamarnya. Ia menangis di atas ranjang yang ada di kamarnya. Kutipan berikut menunjukkan hal itu. Nura masuk kamar di atas ranjang ia menangis panjang (KJ, 1975: 7 8) (3) Keesokan harinya ia terkapar di lantai rumahnya. Jabang bayi yang dikandungnya telah meninggal di dalam rahimnya. Pada malam harinya kandungan Nur dibedah oleh sang dukun. Kutipan berikut menujukkan tempat dan waktu terjadinya peristiwa itu. besoknya ia terkapar di atas lantai keluarga dan dukun dan dokter pada bingung dan terucaplah bahwa bayi terlalu segan melihat dunia dan dengan bisik terakhir tentang selamatlah anakku selamat semoga di ubunmu bulan tenggelam malamnya di kala bulan sembunyi di balik gunung malamnya perutnya dibelah mengheranan dukun (KJ, 1975: 7 8) 161

18 Multilingual, Volume XII, No. 1, Tahun Simpulan Puisi yang bertemakan cinta yang terdapat dalam buku KJ karya MM memiliki pertautan yang erat antara satu puisi dan puisi lainnya, meskipun letak puisi-puisi tersebut tidak beraturan. Puisipuisi tersebut seakan-akan merupakan sebuah cerita yang mengisahkan tentang percintaan tokoh Din dan Nur, mulai dari kekaguman, penerimaan cinta, permasalahan cinta, hingga perpisahan. Berdasarkan hasil analisis struktural dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Tema puisi naratif itu adalah pengorbanan Nur kepada Din. (2) Susunan alur diawali oleh tahapan situation, generating circumstances, rising action, dan diakhiri oleh climax, tanpa disertai denouement. (3) Dari aspek penokohan, ada dua tokoh utama (protagonis) dalam kisah ini, yaitu Din dan Nur. Tokoh kedua (antagonis) adalah Bapaknya Nur. Tokoh ketiga adalah Ibunya Nur, Dokter, dan Dukun. Pencitraan tokoh dari dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis dalam kisah cinta Din dan Nur ini sama sekali tidak proposional. Pencitraan tokoh yang ditonjolkan oleh penyair dalam kisah itu adalah pencitraan tokoh dari dimensi psikologis. Pencitraan tokoh dari dimensi sosiologis amat sedikit diungkap. Bahkan, pencitraan dari dimensi fisiologis terhadap tokohtokoh yang terlibat dalam cerita ini sama sekali tidak disinggung. (4) Latar yang terdapat dalam kisah ini adalah latar sosial, tempat, dan waktu. Latar sosial yang ditonjolkan dalam kisah ini adalah mengenai persoalan cinta antara dua anak manusia, yakni antara Din dan Nur. Latar waktu dan tempat juga tidak bersifat proporsiaonal, dalam arti tidak semua puisi menunjukkan adanya latar tempat dan waktu. Hanya beberapa puisi yang menampilkan kedua latar tersebut. DAFTAR PUSTAKA Abrams, M.H The Mirror and the Lamp: Romantic Theory and the Critical Tradition. Tokyo: Oxford University Atmazaki, Analisis Sajak: Teori, Metodelogi, dan Aplikasi. Bandung: Angkasa. Masyhuda, Masyuddin Sajak Kuala dan Jajaka. Palu: YKST. Nazir Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia. Nitayadnya, I Wayan Sejarah Pertumbuhan Sastra Indonesia di Sulawesi Tengah. Makassar: De Lamacca. Ratna, Kutha Protagonis Wanita dalam Roman Sastra Indonesia Sebelum Perang. Tesis Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Sukada, I Made Beberapa Aspek Tentang Sastra. Denpasar: Kayu Mas. 162

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang telah dialaminya sendiri atau pengalaman yang dialami oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang telah dialaminya sendiri atau pengalaman yang dialami oleh orang BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Karya sastra merupakan suatu hasil cipta sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra diciptakan pengarang berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA Oleh: Wisanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 1. Bacalah dengan seksama penggalan novel berikut! SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 Ketika pulang, pikirannya melayang membayangkan kejadian yang

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2 AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2 A. Pengantar Menulis puisi pada hakikatnya mencipta dunia dalam kata. Kata-kata merupakan piranti bagi penulis merekayasa sebuah dunia, yakni

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif seseorang yang merupakan hasil pikiran dari pengarang untuk menghasilkan karya sastra tersebut. Perkembangan sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua macam sifat yaitu, karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non imajinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk karya sastra mempunyai bahasa yang khas salah satunya yaitu puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan oleh penulisnya. Menulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisi penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan preposisi-preposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sepanjang pengamatan peneliti, tidak ditemukan penelitian yang membahas nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan ` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra merupakan sebuah ciptaan yang disampaikan secara komunikatif untuk tujuan estetika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi Pesan Prajurit karya Trisno. Penelitian difokuskan pada struktur batin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama. Menurut Kosasih (2012:1), ketiga jenis karya sastra tersebut dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah (1) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA. Judul buku: SYAIR KERINDUAN Penulis: Gunawan Tambunsaribu Jlh. Hal: : 251 halaman Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA. Ada rasa SUKA. KEBENCIAN, SEDIH, BAHAGIA,

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, bahwa cerpen-cerpen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang, dan keyakinan pengarang. Karya sastra lahir

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. struktural adalah menjelaskan sedetail mungkin unsur-unsur pembangun sebuah

BAB V PENUTUP. struktural adalah menjelaskan sedetail mungkin unsur-unsur pembangun sebuah BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Novel Jemini karya Suparto Brata terbit pada tahun 2012. Pada penelitin ini novel dianalisis dengan menggunakan teori struktural. Tujuan dari analisis struktural adalah menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya sastra terdapat kenyataan yang dialami oleh masyarakat itu

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. efikasi diri. Teori struktural digunakan untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik cerpen

BAB IV KESIMPULAN. efikasi diri. Teori struktural digunakan untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik cerpen BAB IV KESIMPULAN Cerpen Tomochan no Shiawase karya Yoshimoto Banana dianalisis menggunakan teori struktural dan teori kognitif sosial Albert Bandura mengenai efikasi diri. Teori struktural digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

MAKNA DUA CINTA: ANTARA KELUARGA DAN TANAH AIR. Irmina H. Tameon Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud. Abstract

MAKNA DUA CINTA: ANTARA KELUARGA DAN TANAH AIR. Irmina H. Tameon Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud. Abstract MAKNA DUA CINTA: ANTARA KELUARGA DAN TANAH AIR Irmina H. Tameon Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud Abstract Object of this research is novel Tanah Air Beta, written by Sefryana Khairil. The

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya 78 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan simpulan dalam penelitian ini serta saran dari peneliti terkait penggunaan puisi dalam pembelajaran. 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com LUCKY_PP UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Oleh: Lucky_pp Copyright 2014 by Lucky_pp Desain Sampul: Ii dan friend Diterbitkan

Lebih terperinci

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI I Gede Iwan Astadi Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract Analysis of the psychology literature

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Laeli Nur Rakhmawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menurut ragamnya terbagi menjadi tiga, yaitu prosa, puisi, dan drama. Berkaitan dengan prosa fiksi umumnya dibagi menjadi dua, cerita pendek (cerpen) dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Bab 5 Ringkasan Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Jepang. Wanita kelahiran 26 Februari 1961 mengawali karir sebagai penulis komik sejak umur tujuh belas tahun. Setelah mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

Untuk ayah.. Kisah Sedih.

Untuk ayah.. Kisah Sedih. Untuk ayah.. s emua hal yang pernah ku ingat tentang ayah ku, adalah hal yang sangat biasa saja, tak sedikit pun ada kenangan yang bermakna yang teringat di dalam relung hatiku, semua hal yang ku ingat

Lebih terperinci

Alifia atau Alisa (2)

Alifia atau Alisa (2) Alifia atau Alisa (2) Dari suratku yang satu ke surat yang lainnya, dari pesan melalui media yang terhubung kepadanya semua sia-sia. Hingga lebih dua bulan aku menanti, tapi sepertinya perempuan ini bagaikan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM 09080240 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

REPRESENTASI KRITIK SOSIAL DALAM ANTOLOGI CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

REPRESENTASI KRITIK SOSIAL DALAM ANTOLOGI CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA REPRESENTASI KRITIK SOSIAL DALAM ANTOLOGI CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Angga Hidayat Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI anggadoanx10@rocketmail.com

Lebih terperinci