BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara yang telah memenuhi syarat subjek pajak memiliki

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara yang telah memenuhi syarat subjek pajak memiliki"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendapatan terbesar yang diperoleh negara adalah berasal dari pajak. Setiap warga negara yang telah memenuhi syarat subjek pajak memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara. Dalam UUD 1945 pasal 23A dikatakan bahwa pajak bersifat mengikat untuk setiap warga negara. Penerimaan pajak yang diperoleh negara dari warga negara akan digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan seluruh rakyat, oleh sebab itu pajak menganut prinsip keadilan, sesuai dengan teori keadilan yang diungkapkan oleh Adam Smith. Warga negara yang memiliki penghasilan lebih besar akan menanggung beban yang lebih besar dibandingkan dengan warga negara yang memiliki penghasilan lebih kecil. Dengan sistem self assessment wajib pajak diberikan kenyamanan untuk memiliki pilihan dalam menjalankan hak dan kewajiban pajaknya, yaitu dengan menghitung sendiri, membayar dan melaporkan pajaknya (Mardiasmo,2016) Kenyamanan yang diperoleh oleh warga negara atas sistem perpajakan self assessment tidak terlepas dari beberapa kelemahan sistem tersebut. Kebebasan wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan seringkali terdapat kesalahan baik disengaja maupun tidak tidak disengaja akibat kurangnya pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak. Padahal perpajakan merupakan hal yang mutlak yang harus dipenuhi oleh wajib pajak, maka apabila 1

2 2 terdapat wajib pajak yang tidak memenuhinya akan terkena sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak adalah kewajiban yang bersifat memaksa sesuai dengan definisi pajak seperti yang tercantum dalam pasal 1 angka 1 Undang- Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang diperbaharui dengan Undang- Undang KUP No.16 Tahun 2009 dalam Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2012 yang berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemerintah secara terus menerus melakukan perbaikan dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak. Hal yang sama juga dilakukan oleh perusahaan yaitu melakukan perbaikan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin ketat dengan banyaknya bermunculan pesaing-pesaing baru dalam suatu industri telah mengubah suatu perusahaan untuk berusaha lebih keras agar dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pemerintah menargetkan penerimaan pajak yang optimis pada tahun 2016 di tengah situasi perekonomian yang belum kondusif, dalam tekanan harga komoditas dan lemahnya permintaan global. Hal ini memukul kinerja PPh Badan dan PPN, padahal keduanya merupakan tulang punggung penerimaan pajak (kontribusi keduanya kurang lebih 75% dari total penerimaan pajak). Selain itu persoalan fundamental di sektor pajak juga masih belum sepenuhnya diatasi,

3 3 seperti rendahnya kepatuhan, tingginya shadow economy, hingga kebocoran pajak yang dikarenakan oleh aktivitas penghindaran pajak (tax avoidance). ( Darussalam, 2016). Wajib Pajak badan sebagian besar adalah perusahaan manufaktur, tentu pajak dipandang sebagai beban karena mengurangi laba yang akan diperoleh perusahaan. Hal inilah yang membuat perusahaan berusaha untuk meminimalkan kewajiban pembayaran pajak. Misalkan perusahaan Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) dan perusahaan SLJ Global Tbk (SULI). Dari tahun perusahaan IKAI dan SULI melaporkan rugi selama 10 tahun. Walaupun dalam keadaan merugi, perusahaan IKAI dan SULI tetap beroperasi. Perusahaan IKAI dan SULI memanfaatkan peraturan pajak mengenai kompensasi kerugian. Berdasarkan peraturan pajak, perusahaan yang mengalami kerugian akan dibebaskan dalam pengenaan pajak dan kerugian tersebut dapat dikompensasikan selama lima tahun ke depan (Astuti, 2016) Tax planning dapat memanfaatkan deductible expenses yang diperkenankan oleh peraturan perpajakan untuk mengecilkan jumlah penghasilan kena pajak yang secara otomatis akan menurunkan kewajiban pajak terutang. Usaha-usaha untuk mengurangi pajak dengan memanfaatkan deductible expenses didasari oleh konsep pendapatan dan biaya dari akuntansi dan perpajakan, diantaranya adalah biaya penyusutan Dalam pemahaman akuntansi dan perpajakan, pajak didapatkan dari tarif yang kemudian dikalikan dengan laba (penghasilan kena pajak) yang diperoleh dari penghasilan yang dikurangi dengan beban-beban. Untuk dapat mengecilkan pajak, tentunya perlu memasukkan beban-

4 4 beban sebanyak-banyaknya agar pendapatan kena pajak berkurang, yang akan berdampak pada berkurangnya kewajiban pembayaran pajak.(hidayat, 2015). Penghindaran pajak dilakukan oleh manajer dalam rangka efisiensi untuk kesejahteraan pemegang saham (Hanlon& Heitzman, 2010 ). Untuk itu, manajer akan menggunakan kemampuannya dalam mengelola laba fiskal dan akuntansi dengan memanfaatkan perbedaan dua kebijakan, yaitu di bidang perpajakan dan standar akuntansi (Khomsatun & Martani, 2015). Hanlon dan Heitzman (2010) sendiri mendefinisikan penghindaran pajak secara luas sebagai pengurangan pajak secara eksplisit. OECD (The Organization for Economic Cooperation and Development) mendeskripsikan bahwa tax avoidance adalah usaha wajib pajak mengurangi pajak terutang, meskipun upaya ini bisa jadi tidak melanggar hukum ( the letter of law), namun sebenarnya bertentangan dengan tujuan dibuatnya peraturan perundang-undangan perpajakan (the spirit of the law). Untuk mengukur tax avoidance dalam penelitian ini menggunakan pengukuran Effective Tax Rates (ETR) sesuai penelitian Gupta and Newberry (1997). ETR didefinisikan sebagai rasio dari pajak yang dibayarkan berdasarkan total pendapatan sebelum pajak penghasilan akuntansi, sehingga dapat diketahui seberapa besar persentase perubahan membayar pajak sebenarnya terhadap laba komersial yang diperoleh perusahaan (Xing & Shujun,2007). ETR digunakan untuk mengukur pajak yang dibayarkan sebagai proporsi dari pendapatan ekonomi (Ardyansyah & Zulaikha, 2014).

5 5 Salah satu pengukuran ETR yang dipilih oleh penulis adalah GAAP ETR. Menurut Lanis dan Richardson (2013) menyatakan bahwa GAAP ETR merupakan proksi yang paling banyak digunakan pada literatur penelitian terdahulu. Semakin rendah nilai GAAP ETR yang dimiliki perusahaan maka semakin tinggi tingkat agresivitas pajak. Menurut Prastowo (2013), Indonesia sendiri sudah memiliki SAAR, yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 169/PMK.03/2015 yang mengatur penentuan besarnya perbandingan antara Utang dan Modal perusahaan untuk keperluan perhitungan Pajak Penghasilan (Debt to Equity) wajib pajak mengurangi beban pajak dengan cara memperbesar pinjaman, bukan justru menambah modal, agar dapat membebankan biaya bunga dan mengecilkan laba. Tujuan dari SAAR (Specific Anti Avoidance Rule) adalah untuk mencegah suatu skema penghindaran pajak dalam bentuk thin capitalization. Besarnya perbandingan antara utang dan modal ditetapkan paling tinggi sebesar empat dibanding satu (4:1). Ketentuan ini berlaku mulai berlaku sejak Tahun Pajak Ketentuan besaran perbandingan antara utang dan modal di Indonesia sebelumnya telah diatur per tanggal 8 Oktober 1984 dengan berlakunya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1002/KMK.04/1984 tentang Penentuan Perbandingan antara Utang dan Modal Sendiri Untuk Keperluan Pengenaan Pajak Penghasilan. Adapun penetapan besarnya perbandingan antara utang dan modal sendiri (debt equity ratio) ditetapkan setinggi-tingginya tiga dibanding satu (3 : 1). Namun, hanya berselang lima bulan yaitu pada tanggal 8 Maret 1985 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia 254/KMK.01/1985 yang berisi

6 6 mengenai penangguhan pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 1002/KMK.04/1984 dengan alasan bahwa dengan penentuan besarnya perbandingan antara utang dan modal sendiri untuk keperluan pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat dan berlaku umum dikuatirkan akan menghambat perkembangan dunia usaha. Di sisi lain pembatasan struktur modal berlaku untuk perusahaan yang masuk dalam indeks saham syariah Indonesia (ISSI) telah lebih dulu ditetapkan sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-208/BL/2012 tentang kriteria dan penerbitan daftar efek syariah. Perusahaan ISSI merupakan perusahaan yang dapat menerbitkan efek syariah dibatasi oleh kepemilikan utang berbasis bunga yang tidak boleh lebih 45% dari total aset. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan yang tergabung di ISSI hanya mempunyai sedikit insentif pajak yang berasal dari tingkat leverage (Khomsatun & Martani,2015), sehingga hal ini akan mempengaruhi jumlah beban penghasilan pajak perusahaanperusahaan yang masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia ( ISSI). Berdasarkan data sampel yang digunakan oleh peneliti, yaitu 64 perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode , diperoleh fenomena bahwa masih terdapat indikasi tindakan tax avoidance, hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa perusahaan yang mengalami penurunan effective tax rate, grafik dapat dilihat pada lampiran 1 (Grafik GAAP ETR Perusahaan Manufaktur ISSI Periode Tahun ) Berdasarkan lampiran 1, pada tahun 2014 terdapat 37 perusahaan (dari sampel 64 perusahaan) yang mengalami penurunan ETR (Effective Tax Rate) dari

7 7 tahun sebelumnya, dan pada tahun 2015 terdapat 27 perusahaan yang mengalami penurunan ETR (Effective Tax Rate) dari tahun sebelumnya, dan pada tahun 2015 terdapat ETR perusahaan yang terendah yaitu 0,00. Pada saat ETR menurun maka tax avoidance diindikasikan mengalami kenaikan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Xing dan Shujun (2007), bahwa ETR memiliki hubungan yang terbalik dengan tax avoidance. Keberadaan para pemegang saham dan manajemen sangat berperan dalam kelangsungan hidup perusahaan karena keduanya dapat menentukan keuntungan yang harus diperoleh perusahaan, keduanya pun harus mampu membaca dan melihat situasi yang terjadi sehingga dapat melakukan pengelolaan yang baik di semua bidang agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Walaupun dalam prakteknya selalu ada conflict of interest antara pemegang saham dan manajemen, namun selama kepentingan keduanya bisa disejajarkan dan keduanya memiliki tujuan sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan yang sama maka konflik antara pemegang saham dan manajemen bisa diminimalisir. Perusahaan membutuhkan modal dan faktor lainnya untuk membangun dan menjamin kelangsungan perusahaannya. Dalam menentukan struktur modal perusahaan harus menyesuaikan dengan kebutuhan modalnya, kondisi penjualan perusahaan, kondisi industri pesaing dan kondisi perekonomian yang sedang terjadi di negara. Modal terdiri atas ekuitas (modal sendiri) dan hutang (debt), perbandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur finansial perusahaan disebut struktur modal (Husnan, 2002). Dalam kegiatan usahanya pemilik perusahaan

8 8 melimpahkan tanggung jawab kepada pihak lain yaitu manajer. Salah satu keputusan penting yang dihadapi manajer (keuangan) dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu keputusan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Subramanyam dan John (2010) mendefinisikan struktur modal merupakan pendanaan ekuitas dan utang pada suatu perusahaan yang sering dihitung berdasarkan besaran relatif berbagai sumber pendanaan.(p.263). Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Mengacu terhadap aturan yang berlaku untuk perusahaan ISSI tentang keterbatasan kepemilikan utang yang tidak boleh lebih dari 45% dari total aset dan berdasarkan teori yang disampaikan oleh Riyanto (2008;296), maka struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio DAR (Debt to Asset Ratio). Hanlon dan Heitzman (2010) mengatakan bahwa terdapat efek subtitusi antara leverage dan manfaat pajak non utang (non debt), yaitu dari depresiasi, investasi atau operasi lainnya. Ketika perusahaan tidak dapat memaksimalkan manfaat pajak dari utang, maka dapat memanfaatkan dari cara lain non utang seperti asset mix. Dalam penelitian kali ini, penulis mencoba meneliti intensitas persediaan dan intensitas asset tetap sebagai unsur lain dari manfaat pajak yang berasal dari non debt.

9 9 Tingginya intensitas persediaan dalam perusahaan akan menimbulkan tambahan beban bagi perusahaan. PSAK 14 no. 13 menyatakan adanya beberapa pemborosan yang ditimbulkan akibat tingginya tingkat persediaan, biaya-biaya tersebut meliputi biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya produksi, biaya penyimpanan, biaya administrasi dan umum, dan biaya penjualan. Biaya-biaya tersebut nantinya akan mengurangi tingkat laba bersih perusahaan dan mengurangi beban pajak. (Adisamartha,2015). Sedangkan menurut Barsky dan Catanach (2005), pada saat intensitas persediaan tinggi berarti perusahaan memiliki persediaan terlalu banyak, beresiko persediaan akan usang, slow moving, dan akan mengakibatkan permintaan barang tersebut turun (inferior goods).(p.78) Intensitas asset tetap ( capital intensity ratio) adalah jumlah modal perusahaan yang diinvestasikan pada aktiva tetap perusahaan yang biasanya diukur dengan menggunakan rasio aktiva tetap dibagi dengan penjualan (Gupta & Newberry, 1997). Lalu menurut Sartono (2001:120) intensitas asset tetap adalah rasio antara aset tetap, seperti peralatan pabrik, mesin dan berbagai properti terhadap penjualan. Stickney dan Mc Gee (1982) dalam penelitiannya menemukan bahwa perusahaan dengan ETR yang rendah cenderung memiliki leverage yang tinggi dan memiliki investasi dalam bentuk aset tetap dengan jumlah yang banyak. Penelitian berikutnya dilakukan setelah reformasi pajak yaitu oleh Gupta dan Newberry (1997), selain meneliti capital structure juga meneliti capital investment dengan meneliti asset mix yang diproksikan inventory intensity, capital intensity dan research and development intensity (RDINT) mereka menemukan

10 10 bahwa asset mix berpengaruh terhadap penghindaran pajak, walaupun RDINT tidak terbukti dan hanya terbukti setelah reformasi pajak di pengukuran cash ETR. Rodriguez dan Arias (2012) menyebutkan bahwa aset tetap perusahaan memungkinkan perusahaan untuk mengurangi pajaknya akibat dari penyusutan yang muncul dari aset tetap setiap tahunnya. Namun, untuk tujuan tertentu perusahaan dapat membuat kebijakan akuntansi dengan memperlambat waktu penyusutan aset tetap dibandingkan penyusutan menurut pajaknya sehingga laba akuntansi perusahaan menjadi lebih besar dari laba fiskalnya sehingga menimbulkan pajak tangguhan pada periode mendatang. Noor dan Sabli (2012) menjelaskan bahwa perusahaan yang mempunyai aset tetap yang tinggi cenderung melakukan perencanaan pajak. Kemudian Adhismarta (2015) menyebutkan bahwa tingginya jumlah aset yang ada di perusahaan akan meningkatkan agresitivitas pajak perusahaan, karena intensitas kepemilikan aset tetap dapat mempengaruhi beban pajak perusahaan karena adanya beban depresiasi yang melekat pada aset tetap. Hubungan antara keempat variabel yaitu struktur modal, intensitas persediaan intensitas asset tetap terhadap tax avoidance, diperoleh fenomena yang digambarkan pada lampiran tabel 1.1. Berdasarkan lampiran tabel 1.1 diperoleh fenomena bahwa selama periode terdapat 27 perusahaan yang pada saat struktur modal, intensitas persediaan dan intensitas aset tetap menurun namun ETR ikut menurun atau diindikasikan terdapat tax avoidance, sesuai teori seharusnya pada saat tingkat utang perusahaan, investasi persediaan dan aset tetap menurun maka tingkat tax

11 11 avoidance berkurang (ETR naik), begitu juga sebaliknya tax avoidance diindikasikan terjadi pada saat tingkat utang dan investasi persediaan serta aset tetap meningkat. Gupta dan Newberry (1997) yang meneliti pengaruh struktur modal dan keputusan investasi setelah reformasi pajak menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi dengan proporsi aset tetap yang tinggi cenderung memiliki ETR yang rendah atau diindikasikan terjadi tax avoidance. Penelitian Harrington dan Smith (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan penghindaran pajak rata-rata memiliki tingkat leverage yang lebih tinggi untuk melakukan pembiayaan terhadap perusahaannya. Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan yang fokus pada tax avoidance menggunakan lebih banyak hutang dalam struktur modalnya. Lina (2016) dalam penelitiannya terhadap koperasi syariah menyatakan bahwa semakin tinggi nilai leverage maka tindakan penghindaran pajak akan semakin tinggi. Utang yang mengakibatkan munculnya beban bunga dapat menjadi pengurang laba kena pajak. Penelitian Khomsatun dan Martani (2015) menyatakan bahwa perusahaan dengan pembatasan utang seperti perusahaan ISSI terbukti menurunkan hubungan positif antara thin capitalization dan penghindaran pajak. penyebabnya karena sedikit celah pengelolaan optimalisasi kepemilikan utang terkait dengan pengelolaan pajak. Penelitian dengan hasil yang berbeda diperoleh Adisamartha (2015) yang menyatakan bahwa leverage dan intensitas aset tetap tidak berpengaruh terhadap tindakan penghindaran pajak. Ardyansyah (2014) yang melakukan penelitian

12 12 sebelumnya menyatakan bahwa tingkat hutang dan investasi aset (persediaan dan aset tetap) tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak..berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal perusahaan ISSI dengan ketentuan pembatasan utang maksimal 45% terhadap penghindaran pajak dan untuk mengetahui apakah ada pergeseran tindakan penghindaran pajak perusahaan ISSI dari variabel struktur modal (debt) ke variabel non debt, dalam hal ini pengelolaan investasi persediaan dan aktiva tetap. Selain pembatasan utang berbasis bunga, perusahaan ISSI juga dibatasi beberapa kriteria kegiatan bisnis syariah, sehingga pergeseran tersebut belum tentu terjadi karena perusahaan ISSI ingin mempertahankan reputasinya (Khomsatun dan Martani, 2015). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut : terdapat perbedaan pengukuran variabel dependen, yaitu tax avoidance. Pada penelitian sebelumnya proksi tax avoidance menggunakan alat ukur BTD (Book Tax Different) dan perbandingan antara Net Profit Margin (NPM) dalam perusahaan dengan Net Profit Margin (NPM) dari industri perusahaan tersebut, sedangkan pada penelitian ini tax avoidance diproksikan dengan GAAP ETR ( Effective Tax Rate). Pada sisi lain, penelitian ini, menggunakan variabel struktur modal, intensitas persediaan dan intensitas aset tetap yang merupakan variabel yang masih jarang digunakan, karena umumnya yang digunakan sebagai variabel independen adalah likuidasi, ukuran perusahaan, koneksitas politik, dan profitabilitas.

13 13 Perusahaan ISSI manufaktur dipilih sebagai sampel penelitian dikarenakan untuk periode tahun pada perusahaan manufaktur ISSI terdapat fenomena penurunan Effevtive Tax Rate (ETR), yang menunjukkan terdapat indikasi tax avoidance dalam perusahaan manufaktur tersebut. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut dengan judul : PENGARUH STRUKTUR MODAL, INTENSITAS PERSEDIAAN DAN INTENSITAS ASET TETAP TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) PERIODE Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, masalah dalam penelitian adalah terdapat indikasi tax avoidance pada perusahaan manufaktur ISSI selama periode , maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah struktur modal berpengaruh terhadap tax avoidance. 2. Apakah intensitas persediaan berpengaruh terhadap tax avoidance. 3. Apakah intensitas aset tetap berpengaruh terhadap tax avoidance 4. Apakah struktur modal bersama-sama dengan intensitas persediaan dan intensitas aset tetap berpengaruh terhadap tax avoidance.

14 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran sekaligus masukan tentang pengaruh struktur modal, intensitas persediaan dan intensitas aset tetap terhadap tax avoidance. Disamping itu juga sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi S2 Magister Akuntansi Universitas Widyatama. Sedangkan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan : 1. Adanya pengaruh struktur modal terhadap tax avoidance 2. Adanya pengaruh Intensitas Persediaan terhadap tax avoidance 3. Adanya pengaruh intensitas aset tetap terhadap tax avoidance 4. Adanya pengaruh struktur modal, intensitas persediaan dan intensitas aset tetap secara bersama-sama terhadap tax avoidance 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah tax avoidance dengan memberikan masukan kepada Dirjen Pajak dan regulator terkait atas fenomena variabel struktur modal, intensitas persediaan dan intensitas aset tetap terhadap penghindaran pajak agar ke depannya ada suatu peraturan yang lebih komprehensif mengenai penghindaran pajak di Indonesia Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan akademisi, yaitu :

15 15 1. Universitas, penulis mengharapkan tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan dokumentasi yang dapat melengkapi sarana yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan studi, khususnya mata kuliah akuntansi keuangan dan perpajakan. 2. Penulis sendiri, dengan adanya tulisan ini dapat menambah wawasan, pengembangan ilmu, pengetahuan dan daya nalar sebagai bagian dari proses belajar mengajar, sehingga dapat mengaplikasikan teori dan literature yang diperoleh selama kuliah dengan kondisi yang sebenarnya. 3. Peneliti lain, hasil tulisan ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi yang berkepentingan untuk melakukan penelitian dengan topik yang terkait penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya orang mendirikan perusahaan untuk mencapai laba. Oleh karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang dibangun. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian tentang tax avoidance telah banyak dilakukan, begitu pula dengan penelitian tentang karakteristik perusahaan. Namun penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negeri tertarik untuk mendirikan perusahaan guna memanfaatkan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. negeri tertarik untuk mendirikan perusahaan guna memanfaatkan sumber daya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan memiliki sumber daya yang berlimpah serta merupakan kawasan lalu lintas perdagangan dunia. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak merupakan hal yang penting bagi sebagian besar negara karena dengan pungutan pajak, pemerintah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan komisaris independen terhadap tax membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 1. Teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan negara dari sektor pajak memegang peranan yang sangat penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak merupakan iuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang dapat langsung ditujukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan sebagai wajib pajak dengan tidak mendapatkan timbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan pasal 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB 3 RERANGKA KONSEPTUAL. intervening. Ukuran perusahaan (size) mempunyai pengaruh yang positif terhadap

BAB 3 RERANGKA KONSEPTUAL. intervening. Ukuran perusahaan (size) mempunyai pengaruh yang positif terhadap BAB 3 RERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Rerangka Konseptual Rerangka konseptual menjelaskan logika teoritis atas faktor-faktor yang mempengaruhi manajeman laba dengan perencanaan pajak sebagai variabel intervening.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang, saham

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang, saham BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang, saham preferen dan saham biasa, sehingga kebijakan struktur modal mempunyai peran yang cukup penting bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan negara terbesar di Indonesia. Hal ini terbukti melalui jumlah pendapatan negara APBN 2016 yang didominasi oleh penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu negara, dan sumber penerimaan tersebut digunakan dalam proses pembangunan suatu negara. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan suatu sumber penerimaan negara dimana setiap orang yang ada di suatu negara memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Di Indonesia, pajak diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar negara untuk memenangkan pasar perdagangan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar negara untuk memenangkan pasar perdagangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar negara untuk memenangkan pasar perdagangan dan investasi semakin ketat. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya investor asing yang menanamkan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Adanya perbedaan kebijakan antara PSAK dan peraturan perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Adanya perbedaan kebijakan antara PSAK dan peraturan perpajakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya perbedaan kebijakan antara PSAK dan peraturan perpajakan menyebabkan timbulnya perbedaan antara laba komersial atau laba akuntansi dengan laba fiskal (Book Tax

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Model BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Teori Agensi merupakan hubungan kontrak antara agent (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Model keagenan melibatkan kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara berkembang masih perlu untuk melaksanakan pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah tentu memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan negara diatur dengan undang undang. Hal ini. tarif pajak yang tertuang pada Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 17

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan negara diatur dengan undang undang. Hal ini. tarif pajak yang tertuang pada Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 17 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak memegang peran yang sangat penting dalam perekonomian negara. Hal ini dikarenakan pajak yang berasal dari masyarakat merupakan intrumen sumber utama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang terus menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang terus menerus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang terus menerus melaksanakan pembangunan demi mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Sumber pendanaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pecking Order Theory Pecking order theory adalah teori struktur modal yang di rumuskan oleh Myes dan Majluf 1984. Disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendanaan penting bagi perekonomian Indonesia. Dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendanaan penting bagi perekonomian Indonesia. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendanaan penting bagi perekonomian Indonesia. Dari pajaklah pemerintah dapat menjalankan program-programnya dalam tujuan meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia usaha semakin lama semakin tajam dalam era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia usaha semakin lama semakin tajam dalam era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan di dunia usaha semakin lama semakin tajam dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Pengembangan perusahaan terus dilakukan, baik oleh perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan kontribusi wajib oleh orang pribadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Siklus hidup perusahaan berkaitan dengan bagaimana suatu perusahaan bertumbuh (growth), mencapai tahap pendewasaan (mature), dan penurunan (declines) (Drake,

Lebih terperinci

BAB II PAJAK, TAX PLANNING, TAX AVOIDANCE, DAN COST OF DEBT. rakyat. Undang-undang Republik Indonesia No.28 tahun 2007 pasal 1 angka 1

BAB II PAJAK, TAX PLANNING, TAX AVOIDANCE, DAN COST OF DEBT. rakyat. Undang-undang Republik Indonesia No.28 tahun 2007 pasal 1 angka 1 BAB II PAJAK, TAX PLANNING, TAX AVOIDANCE, DAN COST OF DEBT 2.1. Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak diakui sebagai elemen utama dalam kebijakan pengeluaran perusahaan (Modigliani dan Miller, 1958; dalam Wibisono, 2009). Bagi perusahaan, pajak penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu aspek penting bagi suatu negara. Dengan adanya pembayaran pajak dari wajib pajak baik itu wajib pajak orang pribadi maupun wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendanaan adalah fondasi utama dalam dunia usaha dan perekonomian. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam menunjang perkembangan perusahaan-perusahaan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam menunjang perkembangan perusahaan-perusahaan yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran bursa efek sebagai lembaga penunjang pasar modal telah ikut berperan serta dalam menunjang perkembangan perusahaan-perusahaan yang ada dalam satu negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya dengan meningkatkan kemakmuran pemegang saham atau pemiliknya. Diperlukan tujuan dan strategi

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Soemitro (dalam Mardiasmo, 2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa setiap akhir periode, setiap perusahaan akan membuat laporan keuangan. Setiap perusahaan menginginkan laporan keuangan terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (http://www.kemenkeu.go.id/laporan-keuangan-pemerintahpusat,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (http://www.kemenkeu.go.id/laporan-keuangan-pemerintahpusat, perpajakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti dari data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2010-2014 bahwa sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB II TINJAUAN PUSATAKA BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Kerangka Teori 1. Teori Agenci Agency Theory merupakan perspektif yang secara jelas menggambarkan masalah yang timbul dengan adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian

Lebih terperinci

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masyarakat sedang dihebohkan dengan adanya penerapan

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masyarakat sedang dihebohkan dengan adanya penerapan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat sedang dihebohkan dengan adanya penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46. PP No. 46 ini merupakan Peraturan Pemerintah yang mengatur pajak untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan pungutan yang bersifat wajib dan diatur oleh undang-undang. Bagi pemerintah, pajak memiliki dua fungsi utama, yaitu pajak digunakan untuk membiayai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak istilah benchmarking

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak istilah benchmarking BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Akhir-akhir ini di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak istilah benchmarking menjadi popular dalam istilah perpajakan. Dalam Business Literacy Glossary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, maju dan berdaya saing. Karena di bidang ini sektor industri mampu

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, maju dan berdaya saing. Karena di bidang ini sektor industri mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan di sektor industri adalah salah satu sasaran pembangunan di bidang ekonomi pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang produktif mandiri,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori trade-off (trade-off theory) Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui operasional usahanya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Lebih terperinci

HANA MARDIAH, 2016 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

HANA MARDIAH, 2016 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendapatan Negara Indonesia yang salah satunya berasal dari pajak, telah diatur dalam Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No. 9 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 perusahaan sehingga menjadi faktor penentu dalam berinvestasi.

BAB 1 perusahaan sehingga menjadi faktor penentu dalam berinvestasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan melihat tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tax avoidance) sepanjang hal itu dimungkinkan sesuai aturan.

BAB I PENDAHULUAN. (tax avoidance) sepanjang hal itu dimungkinkan sesuai aturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan suatu Negara salah satunya dari pajak namun tidak selalu target yang ditetapkan akan tercapai, karena pada dasarnya tidak ada orang yang senang membayar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan Copeland,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontibusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tujuan utama dari pendirian sebuah perusahaan adalah mendapatkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba (Sartono,2002).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang sehingga masih melakukan pembangunan negara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat agar dapat terciptanya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap penerimaan sektor migas. Namun, saat ini pajak memegang peranan penting dalam pos penerimaan Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. wewenang (agen). Menurut Anthony dan Govindarajan (2009), hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. wewenang (agen). Menurut Anthony dan Govindarajan (2009), hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Dalam teori keagenan dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara pihak pemberi wewenang (prinsipal)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi perusahaan serta para pemangku kepentingannya, pajak merupakan salah satu beban utama yang akan mengurangi laba bersih (Mardiasmo, 2009:1; dalam Kadariyanty,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, keputusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Gencarnya Pengembangan dan Pembangunan di Indonesia dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Gencarnya Pengembangan dan Pembangunan di Indonesia dewasa ini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Gencarnya Pengembangan dan Pembangunan di Indonesia dewasa ini harus didukung oleh pembiayaan yang memadai. Pembiayaan tersebut salah satunya bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak negara (termasuk Indonesia) menganggap sektor industri sebagai motor

BAB I PENDAHULUAN. Banyak negara (termasuk Indonesia) menganggap sektor industri sebagai motor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin ketatnya persaingan menyebabkan negara-negara di dunia berlombalomba membenahi perekonomiannya. Sektor industri diyakini sebagai sektor pemimpin (leading

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda (Christianti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda (Christianti, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar keputusan keuangan yang dibuat oleh perusahaan dalam rangka memaksimalkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Keputusan keuangan yang

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah salah satu sumber dari pendapatan negara. Sebagai unsur penerimaan negara, pajak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Investasi di Pasar Modal Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola keuangan perusahaan dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola keuangan perusahaan dengan sebaik-baiknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada zaman seperti sekarang ini menuntut kemampuan untuk bersaing dalam dunia usaha secara kompetitif. Perusahaan harus mampu berupaya bagaimana mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat merupakan tulang punggung pelaksanaan kegiatan pemerintahan, terutama untuk mencapai kemandirian dan keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era ekonomi global yang semakin maju saat ini, akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era ekonomi global yang semakin maju saat ini, akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era ekonomi global yang semakin maju saat ini, akan menimbulkan persaingan usaha yang sangat ketat. Hal ini akan mendorong manajer perusahaan meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. Banyaknya perusahaan yang bersaing untuk dapat berkembang di masing-masing usaha yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan. Dalam menjalankan pemerintahan, peran pajak semakin terlihat jelas

BAB I PENDAHULUAN. dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan. Dalam menjalankan pemerintahan, peran pajak semakin terlihat jelas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang berdaulat, sehingga dalam memberi kepastian hukum dan jaminan pada warga negaranya dibuatlah berbagai peraturan undang-undang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Dalam setiap perusahaan peranan ilmu manajemen sangat penting sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan terdiri atas laporan keuangan komersial yang bertujuan untuk memberikan informasi keuangan kepada manajer, pemegang saham, kreditor, serta stakeholders

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan (Tilling, masyarakat (Kuznetsov dan Kuznetsova, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan (Tilling, masyarakat (Kuznetsov dan Kuznetsova, 2008). 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi Teori legitimasi adalah teori yang berfokus pada interaksi antara perusahaan dan masyarakat. Teori legitimasi merupakan salah satu teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya adalah memproduksi barang dan menyediakan jasa. Dalam melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia kini cukup pesat dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia kini cukup pesat dilihat dari segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara hukum yang berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, karena itu perpajakan sebagai salah satu perwujudan yang diwajibkan oleh Negara. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan dalam dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan dalam dunia usaha semakin ketat dan perusahaan berlomba lomba untuk mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objek pajak melalui peningkatan jumlah PMA. Namun, dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. objek pajak melalui peningkatan jumlah PMA. Namun, dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis yang terjadi di Indonesia dapat dijadikan suatu kesempatan untuk menarik investor dari luar negeri agar menanamkan modalnya di Indonesia. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas-aktivitasnya, yaitu modal. Modal merupakan komponen yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas-aktivitasnya, yaitu modal. Modal merupakan komponen yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi memiliki komponen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas-aktivitasnya, yaitu modal. Modal merupakan komponen yang diperlukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar adalah pajak. Setiap wajib pajak diwajibkan untuk ikut berpartisipasi agar laju pertumbuhan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998). Besarnya laba digunakan

I. PENDAHULUAN. total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998). Besarnya laba digunakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan transfer kekayaan dari wajib pajak orang pribadi atau badan kepada negara yang pemungutannnya dilaksanakan berdasarkan undang-undang dan bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat, menyebabkan perusahaan dalam berbagai sektor industri di Indonesia berlomba-lomba meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik industri maupun jasa, termasuk industri consumer goods.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik industri maupun jasa, termasuk industri consumer goods. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat pada era globalisasi saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang kompetitif antar seluruh sektor bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Untuk menciptakan sebuah kinerja yang baik, perusahaan tentu akan mempertimbangkan beberapa hal dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dalam hal ini para

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak hingga saat ini masih menjadi primadona dalam penerimaan negara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak hingga saat ini masih menjadi primadona dalam penerimaan negara dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak hingga saat ini masih menjadi primadona dalam penerimaan negara dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Perusahaan harus memiliki kemampuan untuk bertahan bahkan mampu untuk berkembang agar dapat bersaing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting untuk pembangunan dan pengeluaran rutin negara yang tersusun dalam Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah salah satu kewajiban masyarakat kepada negara dan sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penerimaan negara atau pemasukan bagi negara di masa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penerimaan negara atau pemasukan bagi negara di masa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penerimaan negara atau pemasukan bagi negara di masa pemerintah orde baru masih mengandalkan dari sektor migas. Pendapatan ini diperoleh dengan cara mengekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) NOMOR 28 TAHUN 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1 disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keadaan perusahaan pada perusahaan yang sudah go public. para calon investor, demikian sebaliknya.

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keadaan perusahaan pada perusahaan yang sudah go public. para calon investor, demikian sebaliknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan pada umumnya akan berusaha untuk meningkakan nilai atas perusahaannya pada setiap periode. Dikarenakan semakin tinggi nilai perusahaan yang tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan peranan penting dalam perekonomian suatu Negara. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Widyawati, 2016). Bahkan secara persentase, setidaknya pajak memenuhi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Widyawati, 2016). Bahkan secara persentase, setidaknya pajak memenuhi kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah demi memenuhi kebutuhan negaranya diharuskan menjalankan roda perekonomian dengan baik. Pajak merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan pemegang sahamnya. Pemenuhan tujuan tersebut, maka. keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan pemegang sahamnya. Pemenuhan tujuan tersebut, maka. keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi ekonomi global yang terus maju pada saat ini, akan dapat menimbulkan persaingan usaha yang sangat ketat. Hal ini akan mendorong manajer perusahaan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Studi empiris yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB II URAIAN TEORITIS. Studi empiris yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Studi empiris yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas dan struktur modal sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak. Hasil penulisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bambang Riyanto (2008:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bambang Riyanto (2008:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Sartono (2010:122) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak (Waluyo, 2010:89). Subjek Pajak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena modal merupakan salah satu dari faktor penggerak dalam perusahaan untuk menjalankan

Lebih terperinci