Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat. Anggota konjungsi ini adalah (karena, sebab, gara-gara, dan lantaran)
|
|
- Inge Utami Gunawan
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat A. Konjungsi Subordinatif 1) Menyatakan sebab Anggota konjungsi ini adalah (karena, sebab, gara-gara, dan lantaran) a. Konjungsi karena Konjungsi ini digunakan untuk menghubungkan menyatakan sebab ditempatkan pada awal anak kalimat. Lalu, karena klausa bawahan ini bisa berposisi sebagai klausa pertama maupun klausa kedua maka konjungsi ini dapat berposisi di awal kalimat. Karena selangnya bocor, kompor gas itu meledak. b. Konjungsi sebab Digunakan untuk menghubungkan menyatakan sebab secara umum; dapat menggantikan posisi konjungsi karena. Simak contoh berikut! Mereka terlambat (sebab/karena) jalan macet. Namun, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam konjungsi sebab ini, yaitu: (1) Konjungsi sebab tidak dapat ditempatkan pada awal kalimat. (2) Kata sebab yang berkategori konjungsi berhomonim dengan kata sebab yang berkategori nomina; sehingga dalam bahasa Indonesia ada data aktual menyebabkan dan disebabkan (yang bentuk dasarnya nominan sebab); tetapi tidak ada bentuk *mengarenakan atau *dikarenakan karena tidak ada kata karena yang berkategodi nomina. (3) Konjungsi lantaran dan gara-gara adalah bentuk tidak baku. Jadi, jangan digunakan dalam karangan ilmiah.
2 2. Konjungsi yang menyatakan syarat Anggota konjungsi ini adalah kalau, jika, jikalau, bila, apabila, bilamana, dan asal. Aturan penggunannya sebagai berikut. a. Konjungsi kalau untuk menghubungkan menyatakan syarat ditempatkan pada awal anak kalimat. Lalu, karena posisi anak kalimat dapat mendahului induk kalimat maka konjungsi ini dapat berada pada awal kalimat atau pun pada tengah kalimat. Kalau dipanaskan, semua logam akan memuai. b. Konjungsi jika dan jikalau dapat digunakan secara umum untuk menggantikan konjungsi kalau. Semua logam aka memuai (kalau/jika/jikalau) dipanaskan. c. Konjungsi bila, apabila, dan bilamana sebenarnya juga dapat dipakai untuk menggantikan konjungsi kalau. Semua logam akan memuai (kalau/bila/apabila/bilamana) dipanaskan. Namun, kata bila, apabila, dan bilamana selain sebagai konjungsi juga berlaku sebagai kata ganti tanya untuk menanyakan waktu sebagai sinonim dari kata tanya kapan. Simak contoh berikut! (Kapan/bila/apabila/bilamana)Saudaraakan berangkat? Jadi sebaiknya kata bila, apabila, dan bilamana jangan digunakan sebagai konjungsi yang menyatakan syarat, terutama untuk karangan ilmiah. d. Konjungsi asal hanya digunakan dalam bahasa ragam nonbaku. Jadi, jangan digunakan dalam karangan ilmiah.
3 3. Konjungsi yang menyatakan tujuan Anggota konjungsi ini untuk, agar, supaya, guna, bagi, dan demi. Aturan penggunaannya sebagai berikut. a. Konjungsi ini diletakkan di awal anak kalimat dan jika aak kalimat mendahului induk kalimat dapat berposisi pada awal maupun tengah kalimat. Untuk melancarkan arus lalu lintas, jalan layang itu dibangun. Catatan: Kata untuk selain berkategori sebagai konjungsi juga berkategori sebagai preposisi. Sebagai preposisi kata ini tidak diikuti oleh klausa, melainkan oleh sebuah nomina atau frase nominal. Ibu membeli sepatu baru untuk adik. b. Konjungsi agar digunakan untuk menyatakan tujuan ditempatkan pada awal anak kalimat bersubjek dan dapat berposisi pada awal kalimat atau di tengah kalimat. Agar lalu lintas menjadi lancar, jalan layang dibangun di beberapa persimpangan. c. Konjungsi supaya dapat digunakan sebagai pengganti kata agar. Jalan layang dibangun di beberapa tempat (agar/supaya) lalu lintas menjadi lancar. Catatan: (1) Dalam ragam bahasa nonbaku, orang sering menggunakan kata agar dan supaya sekaligus menjadi agar supaya. Namun, untuk karangan ilmiah, gunakanlah salah satu saja.
4 (2) Konjungsi agar/supaya tidak dapat diganti dengan konjungsi untuk atau sebaliknya, karena pembedaan pola klausa yang mengikutinya. Konjungsi agar/supaya diikuti oleh klausa yang bersubjek, sedangkan konjungsi untuk diikuti oleh klausa tanpa subjek. Jalan layang dibangun (agar/supaya/*untuk) lalu lintas menjadi lancar. Jalan layang dibangun (untuk/*agar/*supaya) melancarkan arus lalu lintas. d. Konjungsi demi dapat digunakan untuk menyatakan tujuan dan bisa sebagai pengganti konjungsi untuk. Namun, konjungsi demi juga memiliki makna tekad seperti dalam kalimat berikut. Mereka belajar sungguh-sungguh demi masa depan yang lebih baik. Konjungsi demi juga dapat berposisi di awal kalimat sebagai anak kalimat yang mendahului induk kalimat. Demi masa depan yang lebih baik, mereka belajar sungguh-sungguh. e. Kata bagi dapat menggantikan kata untuk (yang berkategori preposisi, bukan yang berkategori konjungsi). Banyak orang mengira kata bagi berkategori konjungsi, padahal bukan. Kata bagi berkategori preposisi karena selalu diikuti oleh kata nomina atau frase nominal, bukan diikuti oleh sebuah klausa atau anak kalimat. Perhatikan kalimat berikut! (Bagi/untuk) saya uang seribu rupiah besar artinya. (*Bagi/untuk) menegakkan kebenaran dan keadilan kita harus berani. 4. Konjungsi yang Menyatakan Kesewaktuan Anggota konjungsi ini adalah ketika, tatkala, selagi, sebelum, sesudah, setelah, sejak, dan semenjak. Aturan penggunannya sebagai berikut.
5 a. Konjungsi ketika digunakan untuk menghubungkan menyatakan saat yang bersamaan antara kejadian, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa yang satu dengan klausa yang lain pada sebuah kalimat majemuk bertingkat. Jaksa itu sedang menerima suap ketika ditangkap petugas KPK. Konjungsi ketika dapat diganti dengan konjungsi waktu, sewaktu, saat, dan tatkala tanpa adanya perbedaan semantik. Jaksa itu sedang menerima uang suap (ketika/waktu/sewaktu/saat/tatkala) ditangkap petugas KPK. b. Konjungsi sebelum digunakan untuk mengubungkan menyatakan suatu kejadian, tindakan, atau peristiwa terjadi sebelum terjadinya tindakan, kejadian, atau peristiwa lain. Sebelum polisi datang, pencopet itu sudah babak belur dihakimi massa. c. Konjungsi sesudah dan setelah digunakan untuk menghubungkan menyatakan satu kejadian, peristiwa, atau hal terjadi setelah terjadinya kejadian, peristiwa hal lain. (Sesudah/setelah) harga BBM dinaikkan, pendapatan kami sangat berkurang. d. Konjungsi sejak dan semenjak digunakan untuk menghubungkan menyatakan saat/mulaiterjadinya satu kejadian atau peristiwa. Kehidupan sebagian rakyat Indonesia semakin susah (sejak/semenjak) pemerintah berulang-ulang menaikkan harga barang-barang kebutuhan pokok.
6 e. Konjungsi selagi digunakan untuk menghubungkan menyatakan durasi waktu yang bersamaan terjadinya tindakan, perbuatan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa pertama dan klausa kedua. Selagi ibu menyiapkan santap malam kami duduk-duduk menonton televisi. Catatan: Dalam masyarakat umum sudah lazim digunakan kata sementara untuk mengganti kata selagi. Sebaiknya tidak digunakan dalam karangan ilmiah karena kata sementara memiliki makna untuk waktu yang tidak lama. 5. Konjungsi yang Menyatakan Penyungguhan Anggota konjungsi ini adalah meskipun, biarpun, walaupun, sungguhpun, sekalipun, dan kendatipun. Aturan penggunaannya sebagai berikut. a. Konjungsi meskipun digunakan untuk menghubungkan menyatakan kesungguhan atas suatu tindakan yang dilakukan oleh klausa yang satu meskipun bertentangan dengan klausa yang lain. Meskipun gajinya kecil dan kesempatan ada, pegawai golongan III a itu tidak mau melakukan korupsi. b. Konjungsi biarpun, walaupun, sungguhpun, sekalipun, dan kendatipun dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi meskipun tanpa perbedaan semantik. (Meskipun/biarpun/walaupun/sekalipun/sungguhpun/kendatipun) dilarang ibu, dia pergi juga. Catatan: (1) Konjungsi meski (bentuk singkat dari meskipun), biar (bentuk singkat dari biarpun), walau (bentuk singkat dari biarpun) dan kendati (bentuk singkat dari
7 kendatipun) hanya bisa digunakan dalam ragam nonformal. Jadi, jangan digunakan dalam karangan ilmiah. (2) Dalam masyarakat luas sudah umum digunakan pasangan konjungsi meskipun...,tetapi, seperti tampak dalam kalimat berikut. Meskipun lulus dalam ujian nasional SLA, tetapi Anda belum tentu diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Konjungsi tetapi sebagai pasangan konjungsi meskipun (biarpun, dsb.) tidak boleh digunakan dan harus ditanggalkan, sebab kata meskipun adalah konjungsi intrakalimat yang bukan korelatif. Sebagai bukti kalau posisi tersebut kedua klausanya dipertukarkan maka kalimat tersebut menjadi tidak berterima. *Tetapi Anda belum tentu di Perguruan Tinggi Negeri, meskipun lulus dalam ujian nasional SLA. Kalau kata tetapi ditnggalkan kalimatnya menjadi berterima. Anda belum tentu diterima di Perguruan Tinggi Negeri meskipun lulus dalam ujian nasional SLA. 6. Konjungsi yang Menyatakan Perbandingan Anggota konjungsi ini adalah seperti, sebagai, bagai, laksana, dan seumpama. Aturan penggunaannya sebagai berikut. a. Konjungsi seperti digunakan untuk menghubungkan menyatakan persamaan antara klausa pertama dan klausa kedua. Seperti orang tiga hari belum makan dimakannya nasi itu dengan lahap. b. Konjungsi sebagai pada dasarnya dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi seperti tanpa perbedaan semantik. Begitu juga dengan konjungsi bagai, laksana, dan seumpama.
8 (Seperti/sebagai/bagai/laksana/seumpama) anak ayam kehilangan induk. Namun, dalam karangan ilmiah sebaiknya hanya menggunakan konjungsi seperti karena kata sebagai juga memiliki makna selaku dan yang lainnya yang bersifat arkais. 7. Konjungsi yang Menyatakan Batas Akhir Anggota konjungsi ini adalah sampai, hingga, dan sehingga. Aturan penggunaannya sebagai berikut. a. Konjungsi sampai digunakan pada klausa kedua yang merupakan anak kalimat dari suatu kalimat majemuk. Malam itu petugas keamanan berjaga-jaga sampai matahari terbit. b. Konjungsi hingga pada dasarnya dapat digunakan sebaga pengganti konjungsi sampai. Malam itu petugas kemanan berjaga-jaga (sampai/hingga) matahari terbit. c. Konjungsi sehingga digunakan untuk menghubungkan menyatakan batas akhir kejadian yang memberi akibat. Tindakan oknum Sat Pol PP seringkali di luar batas kewajaran sehingga orang tidak menaruh simpati kepada mereka. Catatan: (1) Konjungsi sampai, hingga, dan sehingga tidak dapat berposisi pada awal kalimat. (2) Kata sampai dan hingga yang diikutinomina atau frase nominal bukanlah sebagai konjungsi melainkan sebuah preposisi. Kami berjalan sampai stasiun.
9 8. Konjungsi yang Menyatakan Pengandaian Anggota konjungsi ini adalah andaikata, bawahan, seandainya, dan andaikata. Aturan penggunaannya sebagai berikut. a. Konjungsi andaikata ditempatkan pada awal anak kalimat (klausa bawahan) dari sebuah kalimat majemuk, baik pada awal maupun tengah kalimat. Andaikata para pejabat negara tidak korup, keadaan negara pasti jauh lebih baik dari keadaan sekarang. b. Konjungsi seandainya secara umum dapat digunakan untuk mengganti konjungsi andaikata Saya akan berjuang menurunkan harga sembako (andaikata/seandainya) saya terpilih menjadi anggota legislatif. c. Konjungsi andaikata lazim digunakan dalam lagu-lagu dan wacana puitis. Oleh karena itu, sebaiknya jangan digunakan dalam karangan ilmiah. B. Konjungsi Koordinatif Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa (kata, frase, kalusa, atau kalimat) dalam kedudukan yang setara. Makna yang diemban konjungsi ini antara lain menyatakan makna (1) penambahan, (2) pemilihan, (3) pertentangan, (4) pembetulan, (5) 0enegasan, (6) pengurutan, (7) pembatasan, dan (8) penyamaan. 1. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Penambahan Anggota konjungsi ini adalah dan, dan serta. Bogor dan Jakarta dihubungkan dengan kereta rel listrik (KRL). Konjungsi serta dapat digunakan sebagai pengganti konjungsi dan.
10 Ibu (dan/serta)ayah pergi kondangan. Namun, dalam karangan ilmiah sebaiknya konjungsi serta tidak digunakan karena kata serta bukan hanya memiliki makna penambahan tetapi juga memiliki makna kesertaan. 2. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pemilihan (kealternatifan) Anggota konjungsi ini adalah atau. Ke dalam masakan ini harus ditambahkan garam atau cuka? 3. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pertentangan Anggota konjungsi ini adalah tetapi, sedangkan, dan sebaliknya. Aturan penggunaannya sebagai berikut. a. Konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan antara dua bagian kalimat (induk kalimat dan anak kalimat) atau antara kata dan kata dalam satu frase. Barang-barang impor ini memang sangat mahal tetapi kualitasnya sangat bagus. Catatan: Konjungsi tetapi tidak dapat menduduki posisi awal kalimat karena pengertian atau konsep yang dikemukakan pada klausa yang dimulai dengan konjungsi tetapi merupakan pertentangan atau kebalikan dari konsep yang ada pada klausa sebelumnya. b. Konjungsi namun digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan antara dua buah kalimat. Sidang peripurna DPR dalam membahas RUU itu tampak lengang; banyak anggota yang tidak hadir. Namun, menurut catatan sekretariat jumlah tanda tangan yang hadir sudah memenuhi kuorum. Catatan:
11 Konjungsi namun aalah konjungsi antarkalimat seperti tampak pada kalimat di atas. Jadi, jangan gunakan sebagai konjungsi intrakalimat sebagai pengganti konjungsi tetapi. Dia sudah beristri dan beranak (*namun/tetapi) tampaknya belum bisa hidup mandiri. c. Konjungsi sedangkan digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan antara dua bagian kalimat setara. Dalam penelitian kuantitatif kita lebih banyak berbicara tentang angka-angka sedangkan dalam penelitian kualitatif lebih banyak berbicara mengenai penjelasan atau keterangan. d. Konjungsi sebaliknya digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan atau kebalikan klausa kedua terhadap klausa pertama dari sebuah kalimat majemuk setara. Di tengah kota banyak orang yang hidup penuh dengan kemewahan, sebaliknya di pinggiran kota tidak sedikit orang yang hidupnya serba susah. 4. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Penegasan Anggota konjungsi ini adalah bahkan, apalagi, dan lagipula. Aturan penggunaannya sebagai berikut. a. Konjungsi bahkan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau dua buah kalimat setara yang klausa (kalimat) keduanya menegaskan kelakuan atau tindakan pada klausa (kalimat pertama. Produksi kami telah dipasarkan di seluruh Indonesia dan negara-negara tetangga. Bahkan juga telah diekspor ke Timur Tengah.
12 b. Konjungsi apalagi digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau kalimat setara yang klausa (kalimat) keduanya menegaskan hal yang dikatakan pada klausa (kalimat) pertama. Lalu lintas di Jakarta sangat ramai. Apalagi pada jam-jam sibuk di pagi atau sore hari. c. Konjungsi lagipula digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau kalimat yang klausa (kalimat) keduanya berupa alasan tambahan untuk menegaskan keadaan atau hal yang dikemukakan pada klausa atau kalimat pertama. Mari kita makan di kedai itu. Masakannya enak. Harganya murah. Lagipula pelayanannya sangat baik. 5. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Penyamaan Anggota konjungsi ini adalah adalah, ialah, yaitu, dan yakni. Aturan penggunaannya sebagai berikut. a. Konjungsi adalah digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang bagian pertamanya merupakan maujud yang sama dengan maujud bagian kedua. Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden pertama Republik Indonesia yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Catatan: Kata adalah yang digunakan pada awal kalimat bukanlah sebuah konjungsi, melainkan kata yang menjadi tumpuan kalimat, atau kata yang menghubungkan bahasa dengan dunia di luar bahasa. Biasanya digunakan pada awal wacana narasi. Contoh :
13 Adalah pada kami sejumlah buku yang patut dibaca untuk menambah pengetahuan. b. Konjungsi ialah secara terbatas dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi adalah. Mereka yang belum membayar uang SPP (ialah/adalah) Ali dan Ahmad. c. Konjungsi yaitu untuk menghubungkan menyamakan digunakan di antara dua bagian kalimat yang maujudnya sama. Biasanya antara maujud subjek atau objek dengan aposisinya. Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Soekarno, dimakamkan di Blitar. d.konjungsi yakni secara bebas dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi yaitu. Anak beliau ada dua orang (yakni/yaitu) Ali dan Siti. Catatan: Distribusi konjungsi adalah, ialah, yaitu, dan yakni tampak pada contoh berikut. (1) Soekarno (adalah/ialah/*yaitu/*yakni) presiden pertama Republik Indonesia. (2) Presiden pertama Republik Indonesia (*adalah/*ialah/yaitu/yakni) Soekarno sekarang telah tiada. (3) Masjid (adalah/ialah) bangunan tempat ibadah. (4) (Adalah/*ialah) seorang jago silat di desa itu. (5) (Ialah/*adalah) yang datang secara diam-diam pada malam itu. 6. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Urutan Kejadian Anggota konjungsi ini adalah lalu, kemudian, dan selanjutnya.
14 (1) Dia membuka pintu lalu menyapa kami. (2) Mula-mula dia membukakan kami pintu, lalu menyilakan kami masuk, kemudian mengajak kami duduk, selanjutnya dia menanyakan maksud kedatangan kami. Catatan: (1) Pada kalimat (2) dapat dilihat bahwa semua anggota konjungsi yang menyatakan urutan kejadian dapat muncul di dalam sebuah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa setara yang menyatakan urutan kejadian. (2) Klausa yang diawali konjungsi sebelum, ketika, dan sesudah bukanlah sebagai bagian dari kalimat majemuk setara, melainkan sebagai anak kalimat keterangan waktu dari kalimat majemuk subordinatif. 7. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pembetulan Anggota konjungsi ini adalah kata melainkan. Aturan penggunaannya sebagai berikut. Konjungsi melainkan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama berisi pernyataan yang disertai adverbia bukan; klausa kedua berisi ralat atau pembetulan terhadap klausa pertama. Kami bukan mau menentang pemerintah, melainkan mau menuntut hak kami. 8. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pembatasan Anggota konjungsi ini adalah kecuali dan hanya. Aturan penggunannya sebagai berikut. a. Konjungsi kecuali digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama menyatakan suatu keadaan atau tindakan; klausa kedua menyatakan pembatasan atau perkecualian.
15 Semua orang sudah bersedia untuk menyumbang masing-masing Rp ,00, kecuali Tuan Ali yang kaya raya itu. b. Konjungsi hanya digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama memberikan pernyataan tentang keadaan atau hal; klausa kedua menyatakan pembatasan terhadap klausa pertama. Dari 100 orang peamar hanya 25 orang yang dinyatakan memenuhi syarat. Catatan: Selain sebagai konjungsi kata hanya lazim digunakan sebagai adverbia yang menyatakan pembatasan. Sebagai adverbia hanya bisa membatasi semua unsur kalimat. (1) Saya hanya membayar seribu rupiah. (2) Hanya saya membayar seribu rupiah. (3) Saya membayar hanya seribu rupiah. C. Konjungsi Korelatif Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah kata, dua buah frasa, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama. Anggota konjungsi ini adalah antara...dan; baik...maupun; entah...entah; jangankan...pun; tidak hanya...tetapi juga; bukan hanya...melainkan juga; demikian...sehingga; dan sedemikian rupa...sehingga. Perhatikan kesalahan pemakaian konjungsi korelatif berikut ini: a. Karena banyaknya tabung gas elpiji 3 kg yang meledak, maka banyak penduduk di Jombang yang kembali menggunakan minyak tanah atau kayu bakar.
16 Pasangan konjungsi karena...maka, tampaknya seperti konjungsi korelatif. Namun, hal ini sebenarnya keliru karena konjungsi karena adalah konjungsi intrakalimat yang digunakan pada anak kalimat untuk menghubungkannya dengan induk kalimat. Jadi, kata maka dalam kalimat itu tidak boleh digunakan. b. Meskipun utang kita di luar negeri sudah banyak tetapi pemerintah kita masih saja mencari pinjaman baru. Pasangan konjungsi meskipun...tetapi ini juga merupakan kekeliruan karena tidak ada konjungsi korelatif dengan bentuk tersebut. D. Konjungsi Antarkalimat Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat dengaan kalimat (bukan klausa dengan klausa). Berdasarkan makna penghubungan dapat dibedakan adanya konjungsi yang menghubungkan menyatakan (1) kesimpulan, (2) pertentangan, (3) penambahan, (4) urutan, dan (5) penegasan. 1. Konjungsi yang Menyatakan Kesimpulan Konjungsi ini terdiri atas kalimat pertama yang menyatakan kesimpulan dari kalimatkalimat sebelumnya. Anggota konjungsi ini adalah jadi, maka itu,kalau begitu, oleh karena itulah, begitu, dengan demikian, dan itulah sebabnya. a. Dua bulan lalu Anda meminjam uang saya Rp10.000,00; tiga minggu lalu Anda meminjam lagi Rp20.000,00; dan kini Anda mau meminjam lagi Rp15.000,00. Jadi, utang Anda semuanya berjumlah Rp45.000,00. b. Bak mandi secaara teratur harus dikuras; saluran air harus dibersihkan; kaleng-kaleng bekas harus dikuburkan. Dengan demikian, ancaman penyakit demam berdarah dapat dihindarkan.
17 c. Sebelum ini kerja kepolisisan, kejaksaan, dan pengadilan dalam memberantas korupsi cuma jalan di tempat. Itulah sebabnya pemerintah membentuk lembaga baru yang bernama Komisis Pemberantasan Korupsi atau KPK. 2. Konjungsi yang Menyatakan Pertentangan Konjungsi ini menghubungkan kalimat pertama yang menyatakan suatu keadaan, sebuah peristiwa, atau suatu tindakan; dan kalimat kedua menyatakan kebalikan atau pertentangan terhadap kalimat pertama. Anggota konjungsi ini adalah namun, namun demikian, namun begitu, akan tetapi, sebaliknya, meskipun demikian, meskipun begitu, walaupun demikian, walaupun begitu, dan biarpun begitu. a. Sebuah metro mini, diikuti sebuah mikrolet dan sebuah bajaj menyerobot masuk jalur khusus busway. Namun, petugas lalu lintas yang berada di sana tidak berbuat apa-apa. b. Kabarnya dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) yang dikucurkan pemerintah pada setiap sekolah cukup besar. Walaupun begitu, masih saja banyak sekolah yang menarik uang masuk, entah apa namanya, pada awal tahun ajaran ini. 3. Konjungsi yang Menyatakan Penambahan Konjungsi ini menghubungkan kalimat pertama yang menyatakan suatu keadaan, peristiwa, atau tindakan; dan kalimat kedua menambahkan pengertian terhadap isi kalimat pertama. Anggota konjungsi ini adalah tambahan pula, tambahan lagi, demikian pula, begitu pula, selain itu, selain dari itu, malahan, tetapi juga, dan kecuali itu. a. Upaya pemerintah untuk memberantas korupsi tampaknya bukan perkara mudah. Buktinya, banyak perkara korupsi yang mengendap lama di kejaksaan atau di kepolisisan. Malahan banyak pula tersangka koruptor yang divonis ebbas oleh pengadilan dengan alasan tidak cukup bukti.
18 b. Keadaan korban banjir di Jakarta sangat memprihatinkan. Mereka tidak bisa beraktivitas seperti biasa; mereka kesulitan sembako, dan kesulitan mendapatkan air bersih. Selain itu, berbagai macam penyakit mengancam mereka. 4. Konjungsi yang Menyatakan Urutan Konjungsi ini menghubungkan kalimat pertama yang menyatakan suatu kejadian atau peristiwa; kalimat kedua menyatakan kejadian atau peristiwa lain dalam urutan waktu tertentu dengan kalimat pertama. Anggota konjungsi ini adalah setelah itu, sesudah itu, sebelum itu, selanjutnya, kemudian, dan dalam waktu yang bersamaan. a. Para saksi diminta maju ke depan. Setelah itu satu per satu ditanya nama dan identitas masing-masing. b. Tarif Dasar Listrik (TDL) naik sekitar 15 persen. Tarif penggunaan jalan tol juga naik. Dalam waktu bersamaan, subsidi BBM pun dibatasi; yang berarti harga BBM pun naik juga. 5. Konjungsi yang Menyatakan Penegasan Konjungsi ini menghubungkan kalimat pertama yang menyatakan adanya suatu keadaan atau tindakan dan kalimat kedua yang menyatakan penegasan terhadap keadaan atau tindakan pada kalimat pertama. Anggota konjungsi ini adalah lagipula, apalagi, dan bahkan. a. Kita tidak perlu tergesa-gesa ke kampus karena hari masih pagi. Lagipula, bukankah jam pertama hari ini tidak ada kuliah? b. Buka puasa dengan semangkuk pisang rasanya nikmat sekali. Apalagi kalau disantap dengan secangkir kopi pahit.
19
PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 MAUMERE TAHUN AJARAN 2016/2017
PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 MAUMERE TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan konjungsi sudah pernah dilakukan oleh peneliti bahasa. Penelitian tersebut sebagai acuan penelitan yang akan
Lebih terperinciYAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih
51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kata Berikut ini adalah pendapat dari para ahli bahasa mengenai konsep kata. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas
Lebih terperinciYAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS
Lebih terperinciKONJUNGSI DAN PREPOSISI
KONJUNGSI DAN PREPOSISI BAYU DWI NURWICAKSONO, M.PD. MATA KULIAH BAHASA INDONESIA LITERASI PROGRAM STUDI PENERBITAN POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF 2017 Definisi Konjungsi kata hubung Kata yang bertugas
Lebih terperinciUnsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI
Unsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI Definisi Konjungsi kata hubung Kata yang bertugas menghubungkan atau menyambungkan ide atau pikiran yang ada dalam sebuah kalimat dengan ide atau
Lebih terperinciPenggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi siswa Kelas X SMA Negeri 1 Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat
Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi siswa Kelas X SMA Negeri 1 Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat Noni Febriana Universitas Putra Indonesia YPTK Padang, Indonesia e-mail : noniefebrian@yahoo.com
Lebih terperinciSebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan
KALIMAT EFEKTIF Kalimat Efektif Kalimat Efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Kalimat efektif memiliki kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk wacana tulis yang dilakukan berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang dihasilkan oleh seseorang
Lebih terperinciPEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SMA KATA PENGHUBUNG
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SMA KATA PENGHUBUNG POKOK BAHASAN MEMBACA KATA PENGHUBUNG DALAM PARAGRAF PENGERTIAN KATA PENGHUBUNG JENIS KATA PENGHUBUNG MENGGUNAKAN KATA PENGHUBUNG DALAM PARAGRAF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Unsur-unsur kebahasaan seperti fonem, morfem, frasa,
Lebih terperinciANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011
ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting oleh masyarakat. Surat kabar dikatakan sebagai sebuah simbol bagi peradaban masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan
Lebih terperinciJurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juni 2013 KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 REBANG TANGKAS TP 2012/2013
KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 REBANG TANGKAS TP 2012/2013 Oleh Esi Pitriani 1 Siti Samhati 2 Eka Sofia Agustina 3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Email: Esi.pitriany@gmail.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data
Lebih terperinciPENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciKALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat
KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut
Lebih terperinciTindak Pidana Korupsi
Tindak Pidana Korupsi 1. Apa korupsi itu? Korupsi adalah semua perbuatan atau tindakan yang diancam dengan sanksi sebagaimana diatur di dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013
ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keterampilan berbahasa
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciSTMIK CIC CIREBON Nurul Bahiyah, M. Kom.
STMIK CIC CIREBON - 2016 Nurul Bahiyah, M. Kom. PENGERTIAN Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya.
Lebih terperincianak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D
Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau
Lebih terperinciKonjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro
Konjungsi yang Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro moejid70@gmail.com Abstract Conjunctions are derived from the basic + affixes, broadly grouped into two, namely the coordinative
Lebih terperinciANALISIS KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERPEN DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI MINGGUAN BULAN MEI 2013
NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERPEN DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI MINGGUAN BULAN MEI 2013 Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciKONJUNGSI DALAM PENCIPTAAN KOHESI DAN KOHERENSI WACANA JURNALISTIK (RUBRIK OPINI JAWA POS EDISI JULI 2012)
KONJUNGSI DALAM PENCIPTAAN KOHESI DAN KOHERENSI WACANA JURNALISTIK (RUBRIK OPINI JAWA POS EDISI JULI 2012) Wigga Okta Ferdiansah Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Lebih terperinciMODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK
MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4.1 Kewenangan KPK Segala kewenangan yang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. kata seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dimasukan dalam suatu jenis kata yang oleh
13 BAB II LANDASAN TEORI Segala macam kata yang tidak termasuk salah satu jenis kata atau menjadi subgolongan jenisjenis kata seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dimasukan dalam suatu jenis kata
Lebih terperinciBAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke
BAB IV SIMPULAN Dan sebagai konjungsi menduduki dua kategori sekaligus yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Posisi konjungsi dan berada di luar elemen-elemen bahasa yang dihubungkan.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciNOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciTHE CORRELATIVE CONJUNGTION IN HEADLINES OF PEKANBARU TRIBUN NEWSPAPER
1 THE CORRELATIVE CONJUNGTION IN HEADLINES OF PEKANBARU TRIBUN NEWSPAPER Mintari J. E. Sirait 1, Charlina 2, Mangatur Sinaga 3 mintarisirait74@gamil.com, charlinahadi@yahoo.com, mangatur.sinaga83162@gmail.com.
Lebih terperinciBAHASA JURNALISTIK TELEVISI. Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.
BAHASA JURNALISTIK TELEVISI Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. Melvin Mencher Menggunakan bahasa sehari-hari Menggunakan kalimat-kalimat pendek Setiap kalimat mengandung satu ide Membatasi narasi atau berita
Lebih terperincimenggunakan konjungsi pada karangan yang dibuatnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penggunaan bahasa Indonesia dikenal empat kegiatan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat kegiatan berbahasa ini sangat memerlukan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKONJUNGTOR DAN PREPOSISI DALAM RUBRIK TAJUK SURAT KABAR LAMPOST. Oleh
KONJUNGTOR DAN PREPOSISI DALAM RUBRIK TAJUK SURAT KABAR LAMPOST Oleh Rika Wildasari Wini Tarmini Muhammad Fuad Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail : orikakuimut_ikiktaby@yahoo.co.id
Lebih terperinciPenulisan Huruf Kapital
Syarat penulisan huruf kapital: Huruf pertama kata pada awal kalimat Huruf pertama petikan langsung Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk
Lebih terperinciKESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI
p-issn 2086-6356 e-issn 2614-3674 Vol. 8, No. 2, September 2017, Hal. 59-63 KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI Rahmad Hidayat 1,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG
Lebih terperinciSejak anak saya sekolah TK, saya terbiasa memberikan oleh-oleh pada guru kelasnya, karena saya perlu berterima kasih dan membalas perhatian guru
Sejak anak saya sekolah TK, saya terbiasa memberikan oleh-oleh pada guru kelasnya, karena saya perlu berterima kasih dan membalas perhatian guru kepada anak saya. Sekolah anak saya adalah sekolah swasta.
Lebih terperinciKONJUNGSI. Karina Jayanti
KONJUNGSI Karina Jayanti Konjungsi Konjungsi adalah suatu kata tugas atau kata penghubung yang berfungsi untuk menghubungkan dua buah klausa, kalimat, paragraf atau lebih. 1.Konjungsi antar klausa 2.Konjungsi
Lebih terperinciPengertian Kalimat Efektif
MENULIS EFEKTIF Pengertian Kalimat Efektif Kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. 1 Syarat-syarat secara tepat mewakili
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahasa berfungsi
Lebih terperinciRAGAM KALIMAT. Tujuan Pembelajaran
KTSP bahasa indonesia K e l a s XI RAGAM KALIMAT Semester 1, Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 Standar Kompetensi Kebahasaan 1. Menguasai berbagai komponen kebahasaan lisan dan tulis. Kompetensi Dasar
Lebih terperinciApa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h
BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok
Lebih terperinciMEMOAR 1. Aku Anak Nelayan
MEMOAR 1 Aku Anak Nelayan Mentari pagi menampakkan sinarnya yang terang, ketika seorang bocah laki-laki yang masih duduk di bangku SD kelas II bersama bapaknya mencari ikan di laut. Siapa pun tahu bahwa
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciDari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas:
Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas: Referensi Eksoforis (Eksofora) Referensi dengan objek acuan di luar teks. Saya belum sarapan pagi ini. Kata saya merupakan referensi eksoforis.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id
Lebih terperinciJUDUL - JUDUL BERITA PADA RUBRIK OPINI HARIAN BALI POST : KAJIAN SINTAKTIS
JUDUL - JUDUL BERITA PADA RUBRIK OPINI HARIAN BALI POST : KAJIAN SINTAKTIS OLEH NI LUH RAKA MAHAYU 0601105004 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL - JUDUL BERITA PADA RUBRIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2009:10) bahwa bahasa merupakan ucapan pikiran, perasaan dan kemauan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa ialah salah satu media komunikasi yang digunakan manusia dalam segala kegiatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pateda dan Pulubuhu (2009:10) bahwa bahasa merupakan
Lebih terperincia. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu
1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2003 T E N T A N G PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR, KERETA TEMPELAN DAN KERETA GANDENGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciASPEK GRAMATIKAL KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINAIF DALAM KARANGAN ARGUMENTATIF SISWA X TKJB SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
ASPEK GRAMATIKAL KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINAIF DALAM KARANGAN ARGUMENTATIF SISWA X TKJB SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar S1 Pendidikan
Lebih terperinciMEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI
MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA MEMAHAMI UNTUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pembelajaran yang dapat diperoleh baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan yang utama diperoleh melalui sebuah lembaga
Lebih terperinci04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6
Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
Lebih terperinciKehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri.
A. PERLUASAN KALIMAT TUNGGAL 1. Keterangan Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri. Contoh : Ziona sedang menguji cinta Putra. Walaupun
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam
Lebih terperinciTENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciAspek-aspek Kebahasaan
Aspek-aspek Kebahasaan EYD pemakaian huruf, pemenggalan kata, pemakaian huruf kapital, pemakaian huruf miring (kursif), pemakaian tanda-tanda baca, penulisan kata, penulisan singkatan dan akronim, penulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi.di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan
Lebih terperinciKegiatan Sehari-hari
Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan
Lebih terperinciUntuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.
Untuk STIKOM Bandung Tahun 2011-2012 Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jadi, bila tidak
Lebih terperinciDengan Jumlah Hutang Paling Memprihatinkan
SBY Tercatat Sebagai Presiden Jan 6, 2016 Dengan Jumlah Hutang Paling Memprihatinkan http://bataranews.com/2016/01/06/sby-tercatat-sebagai-presiden-dengan-jumlah-hutang-paling-memprihatinkan/ Susilo Bambang
Lebih terperinciSTRUKTUR FRASA AJEKTIVA PADA EDITORIAL MEDIA INDONESIA. Ade Barkah. Abstract. secara terampil dalam penyampaian informasi, opini dan hiburan.
STRUKTUR FRASA AJEKTIVA PADA EDITORIAL MEDIA INDONESIA Ade Barkah Abstract Secara tidak langsung, surat kabar menjadi sarana pembinaan bahasa. Kekuatannya terletak pada kesanggupan penggunaan bahasa secara
Lebih terperinciBAB II POLA DAN TIPE KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR
BAB II POLA DAN TIPE KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR Analisis terhadap data kalimat kompleks karangan siswa kelas VII SMP Dwijendra Denpasar ditemukan
Lebih terperinciHeadline Berita Hari Ini Periode: 02/04/2014 Tanggal terbit: 02/04/2014
Headline Berita Hari Ini Periode: 02/04/2014 Tanggal terbit: 02/04/2014 Sebaran Bidang. Pemberitaan bidang Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) masih menjadi bidang yang mendominasi pemberitaan media
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber daya energi dan mempunyai sifat sebagai barang publik yang mendekati kategori barang privat yang disediakan pemerintah (publicly provided
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG
Lebih terperinci1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.
1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang
Lebih terperinciKEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN KONJUNGSI INTRAKALIMAT DAN EKSTRAKALIMAT DALAM KARANGAN NARASI
Kemampuan Siswa Menggunakan Konjungsi (Rasmijah) 65 KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN KONJUNGSI INTRAKALIMAT DAN EKSTRAKALIMAT DALAM KARANGAN NARASI Rasmijah Madrasah Tsanawiyah Negeri I Bojonegoro Telepon (0353)
Lebih terperinciBagaimana Cara Memberantas Korupsi?
Bagaimana Cara Memberantas Korupsi? 1001 CARA BERANTAS KORUPSI Tidak ada cara lain, korupsi harus diberantas. Selain merusak sendisendi kehidupan berbangsa dan bernegara, korupsi juga merusak sistem perekonomian.
Lebih terperinciPEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001 PERUMUSAN TINDAK PIDANA KORUPSI PENGELOMPOKKAN : (1) Perumusan delik dari Pembuat Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI
ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBahasa Peraturan Perundang-Undangan
Bahasa Peraturan Perundang-Undangan Bahasa Hukum Bahasa hukum Indonesia adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan dalam bidang hukum, yang mengingat fungsinya mempunyaikarakteristik tersendiri; oleh karena
Lebih terperinciMerupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang
KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis
Lebih terperinciKETEPATAN PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF DALAM MEDIA CETAK
176 KETEPATAN PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF DALAM MEDIA CETAK Mangatur Sinaga 1, M. Nur Mustafa 2, Charlina 3,Anah Mutaslimah 4, Ilham Hapadean 5 Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas
Lebih terperinciSINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Itulah gunanya tertib berbahasa yang sehari-hari disebut tata bahasa. Tata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa baku bahasa yang mempunyai pengaruh dalam segi bahasa di Indonesia. Tidak memandang siapapun yang memakai bahasa Indonesia, menggunakan dua macam bahasa yakni
Lebih terperinciOleh Ratna Novita Punggeti
KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung meningkat. Semakin pintarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia
Lebih terperinci9 SOLIDARITAS SOSIAL. A. Menyimpulkan Isi Khotbah
9 SOLIDARITAS SOSIAL A. Menyimpulkan Isi Khotbah Aspek Mendengarkan Standar Kompetensi 13. Memahami isi pidato/khotbah/ceramah Kompetensi Dasar 13.1 Menyimpulkan pesan khotbah yang didengar Sumber SCTV
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan
Lebih terperinciP E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G
Kembali P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI
Lebih terperinciKoalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi dan Reformasi Hukum
2014 Jakarta, 4 Februari Kepada Yth. 1. DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Republik Indonesia 2. Amir Syamsudin Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Di Jakarta 1. Pemerintah-dalam hal ini diwakili
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciP E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G
P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN SISWA KELAS XI KEPERAWATAN 2 SMK N 1 BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN SISWA KELAS XI KEPERAWATAN 2 SMK N 1 BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Lebih terperinci