Memecah Belenggu Korupsi Sistemik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Memecah Belenggu Korupsi Sistemik"

Transkripsi

1 Kerja dalam proses Memecah Belenggu Korupsi Sistemik Menggunakan Teknik Perencanaan Proyek Berorientasi Tujuan untuk Mengkaji Strategistrategi Anti-Korupsi Secara Mendalam Richard Holloway Penasehat Program Anti-KKN Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia Agustus 2002

2 1 DAFTAR ISI Latar Belakang.. 3 Pohon Masalah Korupsi di Indonesia. 7 Pohon Tujuan Pemberantasan Korupsi di Indonesia. 8 Tahap 1: Sektor-sektor Umum. 9 (Pohon Masalah, Pohon Tujuan, Ide-ide Program) Manajemen Sumber Daya Manusia 10 Manajemen Pengeluaran Publik. 13 Manajemen Lingkungan Tata Peraturan 16 Sikap dan Perilaku.. 19 Tahap 2: Sektor-sektor Tata Pemerintahan.. 22 (Pohon Masalah, Pohon Tujuan, Ide-ide Program) Kepegawaian 23 Sektor Peradilan.. 26 Bisnis. 29 Lembaga Legislatif.. 31 Partai Politik. 34 Pemerintah Daerah. 37 Masyarakat Sipil.. 40 Lembaga Audit Publik. 43 Lampiran 1: Strategi Beraras Banyak (Multi Pronged).. 46 Lampiran 2: Akibat-akibat Korupsi pada Indonesia dan pada orang Indonesia 49

3 Memecah Belenggu 2 Korupsi Sistemik Menggunakan Teknik Perencanaan Proyek Berorientasi Tujuan untuk Mengkaji Strategi-strategi Anti-Korupsi Secara Mendalam Latar Belakang Dalam melaksanakan kegiatannya Kemitraan seringkali dihadapkan pada masalah bahwa korupsi di Indonesia telah menyatu dengan sistem (sistemik), bahwa sistem tersebut tampaknya tak dapat ditembus, dan bahwa tampaknya tidak mudah untuk menemukan cara untuk menembus sistem tersebut dan menghancurkannya 1. Banyak usulan strategi anti-korupsi dari pengalaman negara-negara lain, atau teori anti-korupsi, namun tampaknya tak ada yang efektif 2. Penting bagi kita untuk menemukan teknik merancang strategi anti-korupsi yang (a) berdasar pada realitas Indonesia, dan (b) dapat memecahkan belenggu yang seolah tak dapat ditembus dari sistem yang tertutup tersebut. Untuk memberi gambaran akan apa yang saya katakan, ijinkan saya mengambil contoh para pegawai negeri yang mencuri aset Negara untuk dimasukkan ke dalam kantong pribadi mereka sendiri. Pendapatan sangat besar yang diserap para pegawai negeri dari penebangan liar dapat menjadi model sistem yang jungkir-balik tersebut. Jika kita dapat menemukan orang semacam itu, dapat dipastikan bahwa: Perilaku orang tersebut dibiarkan (bahkan mungkin malah dibantu) oleh atasannya yang menerima sebagian dari uang yang didapat. Sangat mungkin pula sang atasan telah membantu terciptanya sistem perilaku yang korup dengan menjual kepada pegawai yang bersangkutan posisi yang kini didudukinya, sehingga (secara implisit) mendorong sang pegawai negeri untuk memulihkan investasi yang telah dikeluarkannya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang korup. Kemungkinan besar beberapa persen dari pendapatan ilegal tersebut juga disalurkan kepada pejabat-pejabat yang lebih senior dalam Departemen orang yang seharusnya menunjukkan komitmen politik untuk menghentikan praktek-praktek korup. Jika seseorang ditemukan telah melakukan korupsi, tidak ada insentif bagi bagian audit internal untuk menanganinya karena mereka seringkali juga mengandalkan pendapatan dari menerima suap untuk mengabaikan kasuskasus semacam itu. Jika pelaku korupsi tersebut diseret ke pengadilan, masyarakat sudah mengetahui bahwa para hakim dapat dibeli oleh penawar tertinggi. Bila masyarakat bergerak dan mengajukan tuntutan-tuntutan melalui DPR, pengalaman memperlihatkan bahwa para anggota DPR juga dapat dibeli, dan bahwa kalangan Eksekutif telah berpengalaman dalam menyepakati 1 Menghancurkan atau menumbangkan (kata Inggris subvert): Robert Klitgaard, guru para aktifis anti-korupsi, belakangan ini telah bergeser dari mengontrol korupsi ke menghancurkan korupsi, menggunakan analogi penghancuran kerajaan-kerajaan kriminal atau mafia. 2 Indonesia dalam hal korupsi diperbandingkan dengan negara-negara bekas Uni Soviet (FSU). Negara-negara tersebut tampaknya juga mengalami korupsi sistemik. Bank Dunia belum lama berselang mengakui bahwa strategi mereka dalam memerangi korupsi di FSU tidak berjalan dengan baik dan perlu diperbaiki.

4 3 pembaruan, tetapi kemudian menunda-nunda dan praktis menetralisir pembaruan semacam itu. Pada saat yang sama retorika anti-korupsi disebarluaskan secara nasional, namun sarana efektif untuk memerangi korupsi tidak disediakan, atau disediakan tetapi tidak diberi dana atau hanya diberi dukungan hukum yang tidak efektif. Akhirnya, hanya ada sedikit sekali lembaga yang tidak dipenuhi praktekpraktek korup, dan sebagai akibatnya hanya ada sedikit model tentang bagaimana lembaga dapat berjalan dengan integritas. Dihadapkan pada situasi semacam ini, apa yang dapat dilakukan para aktifis antikorupsi? Kami beranggapan bahwa jalan untuk memecahkan belenggu ini masih ada namun harus didasarkan pada (a) (b) (c) suatu analisis logis atas realitas korupsi yang kita temukan sehari-hari kemampuan berpikir ke depan melampaui saat ini menuju dunia yang bersih dari korupsi sebagaimana kita kehendaki, dan kemampuan merancang proyek-proyek yang sesuai dengan (a) dan sekaligus mempertimbangkan (b). Teknik yang umum dikenal sebagai Perencanaan Proyek Berorientasi Tujuan memberi kita perangkat untuk melakukan ini. Karya ini masih dalam tahap kerja dalam proses : banyak hal baru akan disumbangkan oleh pihak-pihak lain, dan pembaca yang tertarik diundang untuk turut memberikan sumbangannya. Halamanhalaman berikut menyajikan contoh-contoh untuk bekerja melalui Masalah, Tujuan dan Program-program untuk isu-isu yang termasuk sektor umum dan kemudian sektor lembaga-lembaga tata pemerintahan yang penting. Banyak program yang menawarkan cara-cara mengurangi korupsi mulai dengan model atau contoh-contoh masyarakat atau lembaga-lembaga yang bersih dan mencoba menguraikan dari model-model itu dengan menyesuaikan mereka dengan konteks Indonesia (atau negara lain) 3. Menurut saya ini adalah cara memulai yang keliru. Kita perlu memulai dari masalah-masalah aktual yang disebabkan oleh korupsi di Indonesia, meninjau akibat-akibat yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, mengkaji apa yang akan terjadi dalam konteks Indonesia dan akhirnya mencoba merancang program-program yang merefleksikan baik masalahmasalah tersebut maupun keadaan di masa depan yang kita inginkan. Ada dua hal yang telah membantu saya dengan proses seperti di atas. Yang pertama adalah serangkaian kegiatan yang didukung Kemitraan dalam beberapa waktu belakangan ini, yang telah mengidentifikasi bagaimana korupsi berlangsung di Indonesia. Hal kedua adalah kerja ADB yang sangat berharga dalam Penilaian Tata Pemerintahan Indonesia 2002 yang ditulis oleh Staffan Synnerstrom dan Owen Podger 4. Kegiatan Kemitraan telah membantu mengklarifikasi cara bagaimana korupsi yang busuk dan meluas berlangsung serta siapa saja pihak-pihak pendukung fanatiknya. Sementara itu kerja ADB telah menyajikan analisis teliti atas struktur-struktur pendukung korupsi yang tidak selalu mudah dipahami. 3 Untuk contoh ini, silahkan melihat model beraras banyak (multi-pronged) yang dipergunakan Bank Dunia di negara-negara bekas Uni Soviet, dalam Lampiran 1. 4 Masih dalam bentuk rancangan.

5 4 Kerja Kemitraan Kemitraan telah menerbitkan 16 esai tentang berbagai aspek dari praktek-praktek korup di Indonesia dalam keempat volume bukunya Mencuri dari Kaum Miskin. Kemitraan juga telah menghasilkan suatu survai persepsi dan pengalaman akan korupsi dari rumah tangga, kalangan bisnis, dan pegawai negeri Indonesia. Lebih lanjut lagi Kemitraan telah melahirkan suatu studi penelitian aksi spesifik atas akibatakibat korupsi terhadap kalangan penghuni daerah kumuh perkotaan yang sangat miskin, dan persepsi mereka tentang korupsi. Kemitraan juga telah membentuk tim penasehat yang kuat dan meminta pandangan mereka atas titik-titik masuk ke dalam isu korupsi yang meluas, dan akhirnya lembaga ini telah mengumpulkan pendapat lebih dari 600 orang dari semua provinsi di Indonesia melalui rangkaian enam lokakarya di tingkat daerah 5, yang selanjutnya melahirkan Suatu Rencana Tindak (Action Plan) untuk Memerangi Korupsi di Indonesia 6 Kerja ADB ADB telah mengkaji faktor-faktor umum dari perilaku korup, khususnya pada Pemerintah Indonesia, dan telah menemukan asal-muasal korupsi pada kegagalan untuk menerapkan standar-standar yang kompeten dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Pengeluaran Publik, dan Manajemen Lingkungan Tata Peraturan. ADB kemudian juga memperlihatkan bagaimana keterbatasan pada semua aspek manajemen tersebut telah menimbulkan masalah pada sektor-sektor yang biasanya membentuk tata pemerintahan yang baik dalam sebuah negara, termasuk Indonesia Sektor Peradilan, Kepegawaian, Sektor Bisnis, Lembaga Legislatif, dll. ADB tidak meninjau dengan seksama Sikap-sikap dan Perilaku orang Indonesia norma-norma dan pola hidup harian, dan standar-standar etis yang berlaku maupun tidak berlaku. Oleh karena itu, karya saya melengkapi kerja ADB dengan mengkaji korupsi melalui empat sektor umum: Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Pengeluaran Publik Manajemen Lingkungan Tata Peraturan Sikap dan Perilaku dan kemudian mengamati bagaimana korupsi berevolusi dari sektor-sektor umum ini ke dalam masalah-masalah spesifik dalam delapan sektor tata pemerintahan yang penting: Kepegawaian Peradilan Bisnis Lembaga legislatif Partai-partai politik Pemerintah Daerah and Desentralisasi Masyarakat Sipil 5 Laporan tentang lokakarya-lokakarya ini tersedia di Kemitraan dalam bahasa Inggris dan Indonesia: Apa yang dapat dilakukan untuk memberantas KKN menurut Indonesia 6 Juga tersedia di Kemitraan

6 Lembaga-lembaga Audit Publik 5 Salah satu alat analisis yang saya lihat sangat berguna adalah pembagian korupsi oleh Bank Dunia menjadi Korupsi State Capture dan Korupsi Administratif. Korupsi State Capture akan tercipta bila orang-orang korup menguasai proses pengaturan dan, dari atas, menciptakan hukum-hukum, kebijakan dan peraturan-peraturan yang secara khusus akan menguntungkan diri mereka sendiri. Korupsi Administratif lahir dari kelicikan dan keserakahan orang dengan cara mendistorsikan hukum-hukum, kebijakan-kebijakan dan peraturan yang berlaku untuk menguntungkan diri mereka sendiri. Buku ini dibagi dalam tiga bagian, dan ditulis sepenuhnya dalam diagram: 1. Sektor-sektor Umum: Pohon Masalah (Sebab, Masalah Utama, Akibat), Pohon Tujuan (Sebab, Tujuan Utama, Hasil), Ide-ide Program (Sasaran, Maksud, Output/Program) 2. Sektor-sektor Tata Pemerintahan: Pohon Masalah (Sebab, Masalah Utama, Akibat), Pohon Tujuan (Sebab, Tujuan Utama, Hasil), Ide-ide Program (Sasaran, Maksud, Output/Program) Ide-ide program berfokus pada seperangkat masalah, dan terinspirasi oleh apa yang mungkin. Pada tahap ini kita menjawab pertanyaan Apa yang mungkin dilakukan tanpa mengulas Bagaimana ini akan dilakukan. Penting diperhatikan bahwa tahap ini juga memberikan asumsi-asumsi yang harus kita buat jika kita berpandangan masih ada kemungkinan untuk mencapai tujuan program-program ini. Bila diteliti secara realistik asumsi-asumsi tersebut wajar-wajar saja, mengingat kompleksitas dan saling keterkaitan dari korupsi di Indonesia Mereka yang tidak asing dengan metodologi akan mengenalnya sebagai GOPP (Goal Oriented Project Planning Perencanaan Proyek Berorientasi Hasil) atau ZOPP (Ziel Orientiert Proyek Planung). Metode ini memberi orang kesempatan untuk memfokuskan diri pada program yang sesuai dengan keunggulan komparatif organisasi mereka dan lebih lanjut menyempurnakan Output dan Input yang perlu. Semoga booklet ini dapat membantu pembaca untuk bergerak mengatasi kesulitankesulitan yang melekat pada korupsi di Indonesia yang begitu kompleks, saling kaitmengkait serta meluas, dan kemudian merumuskan kemungkinan-kemungkinan program yang lebih spesifik, yang lahir dari pengkajian atas masalah-masalah nyata. Akibat-akibat Korupsi pada Indonesia Pada awal booklet saya menyajikan suatu diagram menyeluruh dari situasi korupsi di Indonesia, yang memperlihatkan (dari bawah ke atas) sektor-sektor umum, sektorsektor tata pemerintahan, korupsi state capture dan administratif, masalah utama dan kemudian akibat-akibat. Karena antusiasme untuk memerangi korupsi di Indonesia akan datang dari orang-orang Indonesia yang prihatin dengan akibatakibat korupsi di negara mereka, wajarlah bila kita meninjau lebih dekat akibat-akibat ini, khususnya karena penelitian Kemitraan telah memperlihatkan bahwa sejumlah orang di negara ini tidak terlalu peduli dengan korupsi, dan bahkan memetik

7 6 keuntungan dari korupsi 7. Ini selanjutnya diikuti dengan Pohon Masalah secara keseluruhan di mana kita merumuskan situasi di masa depan yang kita kehendaki. Sumber-sumber Masalah-masalah yang disajikan diidentifikasi dari: Keempat buku Mencuri dari Rakyat yang disunting oleh Yayasan Aksara Survei Korupsi Nasional yang diterbitkan oleh Kemitraan bersama INSIGHT Kaum Miskin Bersuara diterbitkan oleh Kemitraan dan Bank Dunia, Indonesia Penilaian Korupsi Partisipatif oleh Kemitraan dan Bank Dunia di Indonesia Country Governance Assessment Report diterbitkan oleh Bank Pembangunan Asia, Indonesia (masih dalam konsep) Enam Lokakarya regional Anti-KKN yang diselenggarakan Kemitraan Kerja Komite Pengarah Kemitraan untuk Program Anti-KKN Kemitraan 7 Lihat Lampiran 2

8 Akronim dan 7 Singkatan APBD ADB AGO Anti-KKN AusAID BAWASDA BKN BPK BPKP BUMN Bupati CSO Depkeu DPR DPRD FCGI GOI GONGOs GTZ IBRA IrJen KKN LAN LSM non-sipil MENPAN MPR MPs Orde Baru Ormas Pemda SOE TCP3 WB Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Bank Pembangunan Asia Kejaksaan Agung Anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Bantuan bilateral Australia Badan Waspada Daerah lembaga audit tingkat Kabupaten Badan Kesejahteran Nasional Badan Pemeriksaan Keuangan Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan Badan Usaha Milik Negara Pimpinan Eksekutif tertinggi di tingkat Kabupaten Civil Society Organisation Organisasi Masyarakat Departemen Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Forum Tata Pemerintahan Perusahaan di Indonesia Pemerintah Indonesia LSM milik pemerintah Bantuan Teknis Pemerintah Jerman BPPN = Badan Penyehatan Perbankan Nasional Inspektorat Jendral lembaga audit internal dalam departemen pemerintah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme seruan Reformasi yang diacu oleh Parliamentary Stipulation of 1998 Lembaga Administrasi Negara LSM yang bekerja secara destruktif dan bukan demi pembangunan, misalkan LSM keagamaan yang radikal Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Majelis Perwakilan Rakyat Anggota DPR Periode di bawah pemerintahan Soeharto Organisasi Masyarakat (atau Kemasyarakatan) Pemerintah Daerah State Owned Enterprise = BUMN RUU yang diusulkan DPR untuk mendorong partisipasi publik dalam mendiskusikan RUU-RUU baru World Bank = Bank Dunia

9 Pohon Masalah Korupsi Akibat 8 di Indonesia Modal Finansial - Aset-aset finansial negara telah dicuri - Terus pindahnya asetaset negara ke tangantangan pribadi - Rendahnya pemasukan - Hilangnya investasi luar negeri langsung (DFI) - Informasi keuangan yang tak dapat diandalkan Modal Sosial - Sistem peradilan telah rusak - Lembaga-lembaga negara tidak efektif - Penguasa dahulukan pendapatan pribadi daripada negara - Kurang pemahaman atau kesepakatan tentang praktek tata pemerintahan yang baik - Ketidakpercayaan pada institusiinstitusi publik - Informasi yang tidak dapat diandalkan tentang keadilan dan wewenang dalam organisasi Modal Fisik - Banyak Sumber Daya Alam telah hilang - SDA yang ada alami erosi sehingga tak berkelanjutan - Merosotnya infrastruktur nasional - Konstruksi bermutu rendah karena korupsi standar bangunan - Informasi yang tidak dapat diandalkan Modal Manusia - Kemiskinan meningkat - Orang miskin tak dapat akses pelayanan pemerintah - Keresahan & vigilantisme - Kaum kriminal/preman beraliansi dengan partai politik - Orang tak dapat ambil bagian dalam tata pemerintahan - Penggunaan ketrampilan yang ada tidak efisien - Informasi yang tidak dapat diandalkan tentang kondisi masyarakat Masalah Utama BERLANGSUNGNYA PRAKTEK- PRAKTEK KORUP YANG SISTEMATIK DAN BESAR-BESARAN DI INDONESIA Sebab-Sebab State Capture Aksi-aksi ilegal oleh perusahaan-perusahaan ataupun individu untuk mempengaruhi penyusunan hukum-hukum, kebijakan, peraturanperaturan demi keuntungan mereka Korupsi Administratif Pemberlakuan secara sengaja (baik oleh negara maupun pelaku non-negara) distorsi dalam hukumhukum, kebijakan, peraturan-peraturan yang ada demi keuntungan pribadi Penegakkan Hukum - Keadilan diperdagangkan - Kurang Anggaran - Campur tangan politik - Yurisdiksi Bisnis - Campur tangan politik - Manajemen buruk - Perusahaan-perusahaan besar mempunyai sejarah kebal hukum Partai Politik - Kontribusi tidak dipantau - Memeras uang dari bisnis - Tidak ada kebijakan Audit Publik - Konflik kepentingan di Irjen menghentikan upaya menangkap korupsi - Tidak ada tindak lanjut atas temuan-temuan BPK - BPKP melahirkan konflik kepentingan Kepegawaian - Sistem patronase - Skala gaji yang kacau balau - Kelebihan pegawai - Jual-beli posisi - Dua anggaran Lembaga Legislatif - Anggota DPR menerima suap - Anggota DPR tidak punya kode etik - Anggota DPR tidak mewakili pemilih - Tiada pengawasan Masyarakat Sipil - Campur tangan politik - Modalitas yayasan digunakan dengan lancung - LSM plat merah dan LSM non-sipil Pemerintah Daerah - Mewarisi korupsi dari pemerintah pusat - Golongan Eksekutif menyuap legislatif - Tidak dapat melakukan supervisi terhadap Eksekutif Manajemen Sumber Daya Manusia Kelemahan dalam: Perekrutan Peningkatan karir Staffing Pelatihan Pendelegasian Manajemen Pengeluaran Publik Kelemahan dalam: Anggaran Pembukuan Audit Staffing Supervisi Manajemen Lingkungan Tata Peraturan Kelemahan dalam: Menyusun hukum, kebijakan, peraturanperaturan Mengkomunikasikan hal yang sama Anggaran Supervisi Sikap dan perilaku Kelemahan dalam: Menerima standarstandar etik Bertoleransi terhadap perilaku ilegal Menerima adanya kebal hukum Menjalankan kekuasaan

10 9 Pohon Tujuan Pemberantasan Korupsi di Indonesia Hasil Modal Finansial - Aset-aset finansial negara sebagian besar dapat dikuasai kembali - Diakhirinya perpindahan aset negara ke tangan pribadi - Pendapatan lebih tinggi - Meningkatnya investasi luar negeri langsung (DFI) - Informasi keuangan yang dapat diandalkan. Modal Sosial - Meninggalkan sistem Peradilan yang rusak - Lembaga negara yang efektif - Penguasa memprioritaskan tujuan-tujuan negara di atas pendapatan pribadi - Pemahaman yang jelas dan konsensus tentang praktek tata pemerintahan yang baik - Kepercayaan pada institusi publik - Informasi yang dapat diandalkan tentang keadilan dan kekuasaan dalam organisasi Modal Fisik - Banyak Sumber Daya Alam dipulihkan - Erosi dari SDA yang tersisa dihentikan - Restorasi infrastruktur nasional - Peningkatan kualitas konstruksi - Informasi yang dapat diandalkan Modal Manusia - Kemiskinan berkurang - Kaum miskin mulai akses pelayanan pemerintah - Situasi umum yang lebih damai - Partai politik tidak melibatkan para preman - Masyarakat ikut ambil bagian dalam tata pemerintahan - Ketrampilan yang ada dimanfaatkan dengan efisien - Informasi handal tentang kondisi masyarakat Tujuan Utama JARANG TERJADINYA PRAKTEK- PRAKTEK KORUP DI INDONESIA Sebab-Sebab Tidak ada lagi Korupsi State Capture Penyusunan hukum-hukum, kebijakankebijakan, peraturan-peraturan demi kepentingan pribadi dihindarkan dengan komite-komite pengawas publik Tidak ada lagi Korupsi Administratif Pemantauan publik atas penerapan sengaja dari distorsi-distorsi pada hukum-hukum, kebijakankebijakan, peraturan-peraturan demi keuntungan pribadi Penegakkan Hukum - Keadilan tidak dijual beli - Cukup anggaran - Tiada campur tangan politik - Yurisdiksi yang jelas Bisnis - Tiada campur tangan politik - Manajemen yang baik - Tidak ada perusahaan besar kebal hukum Partai-partai Politik - Kontribusi terpantau - Tidak memeras perusahaan - Kebijakan yang jelas Audit Publik - Irjen mencoba tangkap korupsi - Tindak lanjut dari temuan-temuan BPK - Tiada konflik kepentingan di BPKP Kepegawaian - Manajemen Sumber Daya yang profesional - Gaji dan fasilitas yang transparan - Staffing yang efisien - Perekrutan yang kompetitif - Satu anggaran Lembaga Legislatif - Tidak ada suap - DPR punya Kode Etik - Anggota-anggota DPR mewakili para pemilih - Ada struktur pengawasan yang jelas Masyarakat Sipil - Tiada campur tangan politik - Keterbukaan yang jelas dalam hal identitas hukum - LSM-LSM untuk kepentingan publik - Gerakan LSM Pemerintah Daerah - Pembaruan korupsi dari pemerintah pusat - Kalangan Eksekutif tidak menyuap DPR - DPR dan DPRD melakukan supervisi terhadap Eksekutif Manajemen Sumber Daya Manusia Kekuatan dalam: Perekrutan Peningkatan karir Staffing Pelatihan Pendelegasian Manajemen Pengeluaran Publik Kekuatan dalam: Anggaran Pembukuan Audit Staffing Supervisi Manajemen Lingkungan Tata Peraturan Kekuatan dalam: Membuat hukum-hukum, kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan Mengkomunikasikan yang sama Anggaran Supervisi Sikap dan perilaku Kekuatan dalam: Menerima standarstandar etis Menerapkan perilaku yang legal Menentang kekebalan hukum Menjalankan kekuasaan

11 10 Tahap 1: Pohon Masalah, Pohon Tujuan Pemberantasan Korupsi dan Ide- Ide Program untuk Sektor-sektor Lintas Bidang: Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Pengeluaran Publik Manajemen Lingkungan Tata Peraturan Sikap dan Perilaku

12 11 Pohon Masalah Sektor Manajemen Sumber Daya Manusia Akibat-akibat Banyak pegawai negeri menghabiskan waktu mereka untuk mencari proyek-proyek yang mendatangkan penghasilan daripada mengerjakan pekerjaan mereka Banyak pegawai negeri tidak kompeten dalam mengerjakan tugas yang dipercayakan kepada mereka Banyak pegawai negeri dipekerjakan dengan tidak produktif Banyak waktu dan talenta pegawai negeri tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya Pemerintah-pemerintah Daerah dibebani dengan jumlah pegawai yang tidak rasional dan yang sebenarnya tidak diminta Para patron (pegawai negeri senior) menguasai hidup para klien (bawahan) dan menyuap mereka agar mendiamkan praktekpraktek korup Masalah Utama BERLANGSUNGNYA PRAKTEK-PRAKTEK KORUP YANG SISTEMATIK DAN BESAR-BESARAN DI INDONESIA Manajemen Sumber Daya Manusia Pegawai negeri yang ada (a) terlalu banyak dan sistem pangkat & golongan tidak berfungsi (b) ada posisi-posisi yang diperjualbelikan (c) training tidak berhubungan dengan fungsi: (d) sistem gaji yang kompleks dan pilih kasih Kemungkinan Pembaruan Internal MENPAN, BKN, LAN belum tertarik pada pembaruan-pembaruan mendasar. Ada terlalu banyak kepentingan yang lebih menginginkan status quo. Kemungkinan Pembaruan Eksternal Banyak donor asing sangat tertarik untuk membantu pembaruan kepegawaian Sebab-Sebab Perekrutan dan pemberian kerja tidak didasarkan atas kesesuaian antara kebutuhan dan ketrampilanketrampilan Prosedur-prosedur perekrutan pegawai baru, mempekerjakan pegawai, promosi, evaluasi yang ada tidak profesional dan mengandung banyak peluang untuk nepotisme Desentralisasi telah memperlihatkan adanya staffing yang tidak merata dan tidak masuk akal Ada sangat banyak pegawai honorer (kontrak) yang digaji sangat rendah dan tidak mempunyai hak sama sekali Gaji terdiri dari gaji pokok dan berbagai tunjangan sebagian besar tergantung patron Sistem kepangkatan dan golongan yang distandarisasi secara berlebihan sehingga menyebabkan alokasi SDM yang tidak rasional Penggajian diambil dari anggaran rutin maupun anggaran pengembangan sehingga seringkali tak berkaitan langsung dengan kinerja Terlalu banyak pelatihan formal yang diarahkan untuk membina kesetiaan, tidak berhubungan dengan tuntutan tugas Hanya ada sedikit pelatihan untuk tugastugas dan peran-peran baru berkaitan dengan reformasi dan desentralisasi Pelatihan yang bersifat etis telah dikalahkan oleh sistem patronase (pimpinan saja deh) Mereka yang dapat posisi dengan membeli harus memeras atau mencuri untuk memulihkan uang yang mereka pakai Perekrutan tenaga baru, posisi-posisi, promosi dan pindah tempat di kalangan pegawai negeri diperjualbelikan oleh staf senior Masuk pegawai negeri perlu membayar suap Sumpah pegawai sering diabaikan

13 12 Pohon Tujuan Pemberantasan Korupsi di Sektor Manajemen Sumber Daya Manusia Hasil-hasil Pegawai negeri (pemerintah) menggunakan waktunya untuk mencoba melayani publik dan melaksanakan pembangunan Para pegawai negeri kompeten dalam melakanakan tugasnya Pegawai negeri turut berkontribusi terhadap pembangunan Pegawai negeri dipekerjakan dengan produktif Distribusi pegawai negeri yang rasional sesuai dengan kebutuhan setiap daerah Pegawai dengan hak-hak finansial dan hukum yang jelas yang tidak berada di bawah kebijaksanaan para pimpinan mereka Tujuan Utama Praktek-praktek korup menjadi langka dalam tata pemerintahan di Indonesia Sebab-sebab Manajemen Sumber Daya Manusia Sistem kepegawaian yang disusun berdasarkan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan diberi penghargaan (gaji) serta susunan staf yang sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen Sumber Daya Manusia yang profesional Kemungkinan Pembaruan Internal MENPAN, BKN, LAN tertarik dalam menerapkan langkah-langkah pembaruan Kemungkinan Pembaruan Eksternal Banyak donor asing sangat antusias untuk membantu dalam pembaruan kepegawaian Penunjukkan orang untuk tugas-tugas didasarkan pada kesesuaian antara kebutuhan dan ketrampilan Prosedur-prosedur perekrutan, pemberian pekerjaan, promosi, dan evaluasi ditangani secara profesional dan tanpa nepotisme Kebutuhan staf berkaitan dengan desentralisasi dipertimbangkan dan diformulasikan ulang Pegawai honorer diintegrasikan ke dalam sistem kepegawaian yang formal Komposisi gaji transparan dan jelas, dan dijauhkan dari segala bentuk kebijaksanaan siapapun juga Sistem pangkat dan golongan yang formal, melandasi adanya alokasi sumber daya manusia yang rasional Kinerja dikaitkan dengan jelas pada kerja rutin atau kerja pembangunan, dan gaji dibayarkan sesuai dengan ini Pelatihan formal yang berkaitan dengan tugas yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas Diberikan pelatihan kembali untuk tugas dan peran-peran baru pegawai dalam kaitan dengan reformasi dan desentralisasi Diberikan pelatihan etika dan pegawai negeri diwajibkan memegang Kode Etik pegawai Posisi-posisi dalam sistem kepegawaian pemerintah tidak melibatkan investasi keuangan yang kelak harus didapat kembali Seluruh fungsifungsi manajemen sumber daya manusia dikelola dengan profesional dan tanpa suapmenyuap Masuk menjadi pegawai negeri bersifat kompetitif Pegawai negeri mentaati sumpah jabatan mereka

14 13 Strategi-strategi, Ide-ide Program dan Asumsi-asumsi Pembaruan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Rangka Memberantas Korupsi STRATEGI: untuk meningkatkan keprofesionalan pegawai negeri dengan menerapkan prinsip-prinsip dan praktek-praktek manajemen sumber daya manusia (SDM) Tujuan/Hasil/Asumsi Tujuan Indikator Keberhasilan Asumsi-asumsi Sasaran Praktek-praktek korup menjadi langka dalam tata pemerintahan di Indonesia Maksud Untuk menciptakan kepegawaian yang sesuai fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan diberi penghargaan serta dilengkapi dengan staf berdasarkan prinsipprinsip SDM Output/Program 1. Pemerintah-pemerintah daerah menegaskan apa dan berapa banyak pegawai negeri yang dibutuhkan dan mewujudkan kuota ini Pegawai negeri yang produktif dan efektif dalam hal pembiayaan serta memiliki semangat kerjay yang tinggi Daerah memiliki pegawai negeri yang terjangkau dari segi pembiayaan dan sesuai kebutuhan mereka Pegawai negeri diberi gaji yang setara dengan pegawai di sektor swasta Indonesia dapat menangani implikasi politik dari pengurangan pegawai negeri dengan baik Tidak ada reaksi politik negatif yang menjadi penghalang 2. Revisi sistem eselon sedemikian rupa sehingga struktur dan posisi mengikuti fungsi dan kebutuhan 3. Pelatihan pegawai negeri diperbarui agar lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan 4. Pelantikan pegawai negeri secara khusus menyinggung soal korupsi dan kode etik 5. Ujian masuk menjadi pegawai negeri disupervisi untuk menghapus suap-menyuap 6. Jual-beli posisi-posisi pegawai negeri dihentikan Para pegawai negeri bekerja dalam sebuah sistem yang diarahkan untuk menciptakan efisiensi dan produktivitas Semua pegawai negeri mendapat pelatihan yang mereka butuhkan untuk tugas yang harus mereka jalankan Para pegawai negeri benar-benar memahami batas-batas perilaku yang dapat diterima Para pegawai negeri mengetahui bahwa mereka memperoleh pekerjaan secara kompetitif. Negara memperoleh pegawai negeri yang lebih berkualitas Pegawai negeri tidak berhutang budi pada patron ataupun terpaksa melakukan praktekpraktek korup untuk memulihkan kembali investasi mereka Tidak ada reaksi politik negatif yang menjadi penghalang Ada cukup banyak pelatih/ fasilitator untuk pelatihanpelatihan baru tersebut Ada yang bertindak sebagai semacam polisi untuk mengawasi pelanggaran kode etik Ada mekanisme pengawasan yang ditetapkan Tidak ada reaksi politik negatif yang menjadi penghalang

15 14 Pohon Masalah Sektor Manajemen Pengeluaran Publik Akibat-akibat Pendapatan dari luar anggaran yang bersifat tergantung atasan menciptakan sistem patronase Penguasaan BUMN-BUMN secara politis menjadi lebih penting daripada keuntungan atau produktivitas mereka Institusi-institusi publik tidak mau melepaskan pendapatan gelap mereka Sulit untuk mengetahui biasa sesungguhnya dari programprogram Sangat sulit memperoleh pembeli untuk memprivatisasi BUMN Baik lembaga legislatif (pusat/daerah) dan para pejabat Eksekutif berkolusi untuk memperoleh pengh Lembaga legislatif (pusat maupun daerah) tidak terlalu mengetahui dan tidak mampu bertanggung jawab atas keuangan negara Tanpa pemasukan yang lebih besar dari pajak, tidak ada cukup sumber daya untuk menjalankan institusi publik tanpa pendapatan dari luar anggaran BUMN-BUMN menemui kesulitan untuk menjadi badan usaha yang menguntungkan karena dana-dana mereka sering diambil pemerintah Negara hanya memperoleh nilai dan produktivitas yang buruk atas uangnya Masalah Utama BERLANGSUNGNYA PRAKTEK-PRAKTEK KORUP YANG SISTEMATIS DAN BESAR-BESARAN DI INDONESIA Manajemen Pengeluaran Publik Anggaran dan pengeluaran pemerintah RI tidak cukup disupervisi dan ini menyebabkan banyaknya peluang untuk perilaku korup Kemungkinan Pembaruan Internal Sedikit/upaya-upaya pembaruan yang tidak efektif oleh Depkeu & Meneg BUMN Kemungkinan Pembaruan Eksternal Kecil kemungkinan mempengaruhi kecuali menunda bantuan Sebab-sebab DPR/DPRD tidak melihat ataupun menyetujui anggarananggaran yang tidak resmi Pendapatan dari luar anggaran dianggarkan dan dihitung dengan diam-diam Banyak peluang untuk praktekpraktek korup Korupsi sistematik dalam pengadaan barang dan manajemen proyek-proyek publik DPR/DPRD hanya menyetujui anggaran resmi: BPK hanya mengaudit anggaran resmi Pendapatan dari luar anggaran digunakan sebagai tambahan pendapatan pribadi dan menutup kekurangan program Anggaran resmi tidak mencantumkan semua biaya program Kolusi di antara para peserta lelang Tidak ada Komisi Rekening Publik di DPR Kolusi antara Pemda dan DPRD untuk setuju me-mark up anggaran APBD Pendapatan dari luar anggaran tidak diaudit dan dipertanggungjawabkan kepada publik Institusi publik mencari dan menerima pendapatan dari BUMN-BUMN, mengelola bisnis sendiri (legal dan ilegal), dan pemerasan dari publik dan bisnis Tradisi dan praktek umum pembiayaan institusi publik dari sumber-sumber selain Departemen Keuangan Anggaran dengan sengaja dipisahkan ke dalam pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan Mata anggaran tidak berkaitan langsung dengan tujuan-tujuan kinerja Manajemen keuangan yang tersebar di 30,000 rekening Sistem pengontrolan dan manajemen keuangan lemah Kegiatan program yang diproyekkan mengaburkan garis perintah & menciptakan biaya pengelolaan staf yang lebih tinggi Mata anggaran dimark-up untuk menaikkan biaya guna memberikan pendapatan illegal baik bagi DPR/DPRD maupun pegawai negeri Orang tidak mempunyai titik akses untuk memberi komentar atas rancanganrancangan anggaran

16 15 Pohon Tujuan Pemberantasan Korupsi di Sektor Manajemen Pengeluaran Publik Hasil-hasil Manajemen tunjangan untuk staf dalam departemen-departemen pemerintah menjadi profesional dan berdasarkan peraturan Pendapatan BUMN-BUMN dimanfaatkan untuk usaha lebih lanjut atau disalurkan ke anggaran negara Institusi-institusi publik menerima bahwa negara harus memiliki hanya satu anggaran Pemerintah RI mengetahui biaya berbagai programnya Pembeli tertarik mengambil alih BUMN yang menguntungkan untuk diswastanisasi DRR/DPRD dan Eksekutif bekerja sama dalam topiktopik pembangunan DPR tahu tentang sumbersumber daya milik Negara dan mampu bertanggungjawab atas keuangan negara Pendapatan dari pajak ditingkatkan untuk menutupi kekurangan dana jika anggarananggaran tidak resmi dihapuskan BUMN berhenti menjadi sapi perahan bagi pihak lain dan berhasil menjadi bisnis yang menguntungkan Negara memperoleh keuntungan yang bagus dan produktivitas yang baik bagi uangnya Tujuan Utama Praktek-praktek korup menjadi langka dalam tata pemerintahan di Indonesia Manajemen Pengeluaran Publik Anggaran dan pengeluaran Pemerintah RI mendapat supervisi yang memadai dan kesempatan berlaku korup dibatasi Kemungkinan Pembaruan Internal Hanya ada sedikit upaya pembaruan yang tidak efektif oleh BKN dan MENPAN Kemungkinan Pembaruan Eksternal Ada tawaran bantuan dari Bank Dunia dan ADB Sebab-sebab DPR memastikan bahwa semua sumber dana dimasukkan ke dalam anggaran resmi DPR menyetujui satu anggaran yang akan diaudit BPK. Tidak ada sumber pendanaan yang lain Ada Komite Rekening Publik di DPR yang mengawasi anggaran dan pembukuan pemerintah Tidak ada pendapatan dari luar anggaran untuk institusi publik Seluruh pendapatan yang diperoleh institusi publik sah, disalurkan melalui Departemen Keuangan, dan disetujui oleh DPR Seluruh anggaran sektor publik disalurkan melalui Departemen Keuangan Kecil kemungkinan timbulnya praktek-praktek korup Anggaran resmi mencantumkan seluruh biaya program-program Aturan-aturan menyangkut pengeluaran dari anggaran rutin atau anggaran pembangunan jelas dan ditaati Proses pengadaan barang dan jasa (procurement) dan manajemen proyek-proyek publik ditangani dengan integritas tinggi Peserta tender berkompetisi berdasar aturan dan tanpa kolusi Kegiatan-kegiatan program hanya melibatkan staf manajemen dan supervisor yang memang benar-benar Pemda dan DPRD bekerja sama untuk menciptakan anggaran yang efektif Mata anggaran berkaitan dgn tujuan kinerja (performance) Rekening bank menjadi lebih sedikit dan lebih terkelola baik Setiap mata anggaran mencerminkan biaya program yang sesungguhnya Adanya sistem pengontrolan dan manajemen keuangan yang kuat Publik memperoleh akses yang sah untuk memberi masukan pada rancangan anggaran

17 16 Strategi-strategi, Ide-ide Program dan Asumsi-asumsi Pembaruan Manajemen Pengeluaran Publik dalam Rangka Memberantas Korupsi STRATEGI: untuk menciptakan Hukum-Kebijakan-Peraturan (HKP) pengeluaran publik yang lebih mempunyai kekuatan dan menjamin agar perangkat ini mendapat supervisi (termasuk pengawasan publik) Tujuan/Hasil/Asumsi Tujuan Indikator Keberhasilan Asumsi-asumsi Sasaran Praktek-praktek korup menjadi langka dalam tata pemerintahan di Indonesia Maksud Menjamin agar anggaran dan pengeluaran pemerintah disupervisi dengan memadai, mudah diakses publik, dan membatasi peluang timbulnya perilaku korup Output/Program 1. Penelitian dan publikasi atas besar dan meluasnya anggaran yang tidak resmi Semua pengeluaran yang direncanakan pemerintah disepakati dalam satu anggaran yang terpadu. Publik mempunyai pengaruh/ suara dalam meneliti anggaran. Masyarakat mengetahui parahnya masalah anggaran tak resmi ini dan kerugian yang ditimbulkannya Mereka yang merancang, menerapkan dan melakukan supervisi HKP untuk manajemen pengeluaran publik bukan orangorang yang korup DPR dan pemerintah setuju untuk secara efektif menghapus keuangan yang berasal dari luar anggaran dan membuka proses penentuan anggaran kepada publik Departemen-departemen pemerintah mau membuka rahasia-rahasia mereka 2. Pemerintah menyusun dan DPR meneliti satu anggaran terpadu 3. Membentuk Komite Rekening Publik di DPR/DPRD 4. Menyusun peraturan dan ketetapan yang lebih baik menyangkut pengadaan barang/jasa dan membentuk badan pemantau untuk mengawasi penerapannya. 5. Para pegawai pemerintah mengelola proyek dengan efisien dan dengan staf pengawas minimal yang perlu dan dengan perkiraan anggaran yang jujur 6. Para manajer BUMN membuat perusahaan menguntungkan Satu anggaran disetujui DPR/DPRD Komite Rekening Publik mengawasi anggaran dan pembukuan pemerintah di DPR dan DPRD Tender diumumkan, penawaran diterima, dan para kontraktor dipilih dengan penuh integritas dan jujur Program-program mencapai tujuan dengan efisien dan biaya yang efektif BUMN-BUMN memberi pemasukan kepada negara baik melalui keuntungan atau penjualan kepada investor DPR dan pemerintah yakin bahwa ini semua demi kepentingan Indonesia DPR/DPRD memandang ini semua sebagai yang terbaik bagi kepentingan bersama. Ada tenaga trampil yang mampu duduk dalam Komite. Kepentingan pribadi/kelompok tidak mengacaukan proses ini. Mereka yang selama ini memetik keuntungan dari pemroyekkan (para pimpinan proyek) tidak mengacaukan proses ini Mereka yang biasa memanfaatkan BUMN sebagai sumber perahan tidak mengacaukan proses ini

18 17 Pohon Masalah Sektor Manajemen Lingkungan Tata Peraturan NB: HKP = Hukum-hukum/Kebijakan-kebijakan/Peraturan-peraturan Akibat-akibat Publik marah dan frustrasi. Dalam hal kaum miskin, mereka menjadi semakin miskin Biaya berbisnis meningkat HKP baru mengabaikan keprihatinan-keprihatinan publik HKP baru tidak mendapat dukungan publik Aset-aset negara beresiko tercaplok HKP baru yang disusun oleh orangorang korup. Korupsi menjadi norma dan hasil alamiah yang diharapkan dari HKP baru Kemampuan untuk merevisi dengan efektif bagianbagian HKP baru yang tidak berfungsi terbatas Publik (termasuk bisnis) dieksploitasi dan diperas oleh para penjaga gawang Masalah-masalah Utama BERLANGSUNGNYA PRAKTEK-PRAKTEK KORUP YANG SISTEMATIK DAN BESAR-BESARAN DI INDONESIA Sebab-sebab Penyusunan Kebijakan & Lingkungan Tata Peraturan HKP menawarkan kesempatan korupsi melalui manajemen yang lemah atau supervisi yang lemah yang sengaja dirancang untuk tujuan-tujuan korup (state capture) Kemungkinan Pembaruan Internal Prosedur pembaruan yang ada tak cukup untuk menangani masalah yang teridentifikasi Kemungkinan Pembaruan Eksternal Donor-donor asing tidak tahu dari mana harus memulai Kurangnya makalah-makalah posisi untuk diskusi sebelum diundangkan Kurangnya konsutasi sistematik dengan publik atau kelompok-kelompok kepentingan untuk HKP baru Hal-hal yang seharusnya ditentukan hukum malah diatur dalam peraturan dan keputusan pemerintah Beberapa HKP sulit, atau bahkan tidak mungkin untuk ditegakkan HKP yang ada saling tumpang tindih, berlawanan dan dibiarkan adanya keleluasaan untuk menginterpretasi Ada kesenjangan2 besar dalam HKP Banyak HKP yang perlu belum dipersiapkan Besar kemungkinan perilaku korup akan tertanam dalam institusi-institusi baru Beberapa HKP memang sengaja dirancang untuk menciptakan peluang korupsi Tidak ada proses untuk menganalisis dampak hukumhukum atau peraturan baru Pemerintah paksa institusi baru untuk mencari sendiri pendapatan di luar anggaran mereka Pemerintah mengalokasikan anggaran yang tidak cukup Pemerintah tidak miliki proses untuk mempertimbangkan konsekuensi anggaran atau implikasi hukum dari HKP yang baru Para penjaga gawang memliki kesempatan dan menganggap diri berhak menuntut biaya pelayanan yang lebih tinggi dari yang resmi Rincian, khususnya implikasi biaya dari HKP-HKP tidak diketahui oleh publik

19 18 Pohon Tujuan Pemberantasan Korupsi di Sektor Manajemen Lingkungan Tata Peraturan (Catatan: HKP = Hukum-hukum, Kebijakan-kebijakan, Peraturan-peraturan) Hasil-hasil Masyarakat dapat menerima biaya yang ditetapkan Biaya bisnis dapat diperkirakan dan terbatas HKP baru menampung keprihatinankeprihatinan publik HKP baru memiliki mekanisme untuk diskusi publik Ada badan-badan perlindungan dan pengawasan yang akan menjamin bahwa HKP tidak ditunggangi oleh orang-orang korup HKP tersusun dengan baik sehingga kemungkinan korupsi diperkecil HKP yang disusun berdasarkan kepentingan pihak tertentu disusun ulang atau dihapuskan untuk mengurangi kesempatan korupsi Publik termasuk kalangan bisnis jelas tentang biaya-biaya yang berkaitan dengan HKP Praktek-praktek korup menjadi langka dalam tata pemerintahan di Indonesia Tujuan Utama Sebab-sebab Lingkungan Penyusunan Kebijakan dan Tata Peraturan HKP disusun, dikelola dan diawasi dengan baik dan korupsi state capture diberantas Kemungkinan Pembaruan Internal Prosedur-prosedur pembaruan yang ada tidak memadai untuk menangani masalah-masalah yang telah diidentifikasikan Kemungkinan Pembaruan Eksternal Ada kemauan baik dari para donor luar negeri namun mereka paham bahwa praktek-praktek korup telah mengakar dalam Dikeluarkan Makalah-makalah posisi untuk diskusi sebelum HKP baru diluncurkan Masyarakat atau kelompok-kelompok kepentingan diberi ijin resmi untuk berpartisipasi dalam diskusi tentang HKP yang baru Hal-hal penting ditentukan oleh UU, bukan dekrit atau peraturan pemerintah HKP disusun ulang untuk menjamin agar realistik dan mungkin diterapkan HKP yang ada disusun ulang untuk menjamin tidak ada saling tumpang tindih; kontradiksi serta diskresi diminimalisir Kesenjangan dalam HKP tinggal sedikit Semua HKP yang dibutuhkan telah dipersiapkan Kemungkinan bahwa perilaku korup merasuki institusi-institusi baru dicegah HKP dikaji dengan seksama untuk melihat apakah sengaja disusun untuk menciptakan peluang korupsi dan hal ini dihalangi Ada proses-proses untuk mengkaji dampak HKP yang baru Pemerintah menerima bahwa anggaran suatu departemen harus cukup untuk operasional tanpa mencari uang ekstra Pemerintah sediakan anggaran cukup untuk tugastugas yang perlu dilakukan Pemerintah RI memiliki proses untuk mengkaji anggaran yang dibutuhkan dan implikasi hukum dari HKP yang baru Penjaga pintu (perijinan) meminta pembayaran yang resmi sesuai yang digariskan HKP Masyarakat mengetahui biayabiaya yang berkaitan dengan HKP

20 19 Strategi-strategi, Ide-ide Program dan Asumsi-asumsi Pembaruan Manajemen Lingkungan Tata Peraturan dalam Rangka Memberantas Korupsi STRATEGI: meningkatkan rancangan, manajemen dan supervisi hukum, kebijakan dan peraturan melalui ketrampilan manajemen yang lebih besar dan partisipasi masyarakat Tujuan/Hasil/Asumsi Tujuan Indikator Keberhasilan Asumsi-asumsi Sasaran Praktek-praktek korup menjadi langka dalam tata pemerintahan di Indonesia Maksud Memperbaiki rancangan, manajemen dan supervisi proses penyusunan hukum-hukum, kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan Output/Program 1. Mempublikasikan biaya-biaya berbagai pajak dan pungutan yang ada dan yang sudah disepakati. Hukum, kebijakan dan peraturanperaturan yang telah dikembangkan dengan baik dan diperiksa di berbagai tingkat untuk kemungkinan suksesnya Masyarakat hanya membayar apa yang wajib mereka bayar secara hukum. Pembaruan-pembaruan dapat disepakati, diloloskan dan dilaksanakan Pemerintah melihat nilai peningkatan-peningkatan ini bagi Indonesia dan dapat mengatasi kerakusan serta keserakahan pribadi-pribadi yang korup Para penjaga pintu disupervisi untuk menjamin agar mereka hanya meminta biaya-biaya ini. 2. Membentuk suatu sistem untuk meneliti implikasi anggaran dan implikasi hukum dari HKP baru sebelum dirancang dan dijadikan hukum. 3. Membentuk sistem untuk meneliti peluang korupsi dari HKP baru sebelum dirancang dan dijadikan hukum. 4. Membentuk sistem untuk melibatkan masyarakat dalam mendiskusikan HKP baru (TCP3). 5. Membentuk sistem untuk meriset dan membongkar praktek-praktek korup dari HKP- HKP yang ada. 6. Menyusun ulang HKP yang ada yang tidak sesuai kepentingan bersama dan korup. Hanya HKP yang mungkin diterapkan (feasible) yang akan disetujui. Peluang korupsi melalui HKP baru diminimalisir. HKP-HKP baru akan menangani keprihatinan-keprihatinan masyarakat. Meluasnya atau tingkat parahnya korupsi state capture akan diketahui umum dengan baik HKP-HKP yang kontra produktif dihapus atau disusun ulang Sistem untuk meneliti ini akan melibatkan sebanyak mungkin pihak yang berkepentingan. Kepentingan pribadi/kelompok tidak mengacaukan proses ini. Sistem untuk meneliti ini akan melibatkan sebanyak mungkin pihak yang berkepentingan. Ada pihak-pihak berkepentingan dari publik yang dapat diidentifikasikan. Dapat menemukan penelitipeneliti. Kepentingan pribadi/kelompok tidak mengacaukan proses ini.

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 Latar belakang dan konteks Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 AIPP bekerja untuk mempromosikan hak-hak masyarakat adat. Hak-hak masyarakat adat adalah bagian dari kerangka kerja hak-hak asasi

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2006-2010 Sambutan Ketua BPK Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan bangsa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH. KATA PENGANTAR Penyusunan Renstra (Rencana Strategis) Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI Tahun 200 204, dimaksudkan guna mencapai tujuan dan sasaran strategis dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN A. Dasar Pemikiran Pilar utama Perkumpulan adalah kemitraan dengan multi pihak yang tidak bersinggungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung atau belum

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, keberadaan dan peran auditor yang sangat strategis dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan meningkatkan kompetisi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya krisis ekonomi diindonesia antara lain disebabkan oleh tatacara penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik. Akibatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi)

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (ABET) Kode Etik Insinyur ATAS DASAR PRINSIP Insinyur menegakkan dan memajukan integritas, kehormatan dan martabat profesi engineering

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Kode Etik. .1 "Yang Harus Dilakukan"

Kode Etik. .1 Yang Harus Dilakukan Kode Etik Kode Etik Dokumen ini berisi "Kode Etik" yang harus dipatuhi oleh para Direktur, Auditor, Manajer, karyawan Pirelli Group, serta secara umum siapa saja yang bekerja di Italia dan di luar negeri

Lebih terperinci

Kode Etik. .1 "Yang Harus Dilakukan"

Kode Etik. .1 Yang Harus Dilakukan Kode Etik Kode Etik Dokumen ini berisi "Kode Etik" yang harus dipatuhi oleh para Direktur, Auditor, Manajer, karyawan Pirelli Group, serta secara umum siapa saja yang bekerja di Italia dan di luar negeri

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas) LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di

BAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di semua waktu. Kekecewaan masyarakat itu

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

Disarikan dari Forest, J. J.F & Altbach, P.G (ed) International Handbook of Higher Education. Dordrecht: Springer.

Disarikan dari Forest, J. J.F & Altbach, P.G (ed) International Handbook of Higher Education. Dordrecht: Springer. Disarikan dari Forest, J. J.F & Altbach, P.G (ed). 2007. International Handbook of Higher Education. Dordrecht: Springer. Rahmania Utari Keuangan, penggunaan teknologi komunikasi dan informasi, kompetisi

Lebih terperinci

KONSEP PENCEGAHAN KORUPSI PADA LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA

KONSEP PENCEGAHAN KORUPSI PADA LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA KONSEP PENCEGAHAN KORUPSI PADA LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA I. Pendahuluan Sebagai bangsa yang sadar akan perjuangan mewujudkan kesejahteraan masyarakat-bangsanya, maka setiap langkah usaha mencapai cita-cita

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas

Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas Mendengarkan Masyarakat yang Terkena Dampak Proyek-Proyek Bantuan ADB Apa yang dimaksud dengan Mekanisme Akuntabilitas ADB? Pada bulan Mei 2003, Asian Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

OLEH : DR. SURANTO DOSEN JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN UMY

OLEH : DR. SURANTO DOSEN JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN UMY OLEH : DR. SURANTO DOSEN JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN UMY SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS EVALUASI PILKADA SERENTAK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 09 APRIL 2016 Pemilu merupakan salah satu amanah

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 51 dan Pasal 56 Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN ANTI PENIPUAN, KORUPSI, DAN ANTI SUAP

BAB VII KEBIJAKAN ANTI PENIPUAN, KORUPSI, DAN ANTI SUAP BAB VII KEBIJAKAN ANTI PENIPUAN, KORUPSI, DAN ANTI SUAP 1 Tujuan Tujuan dari kebijakan ini yaitu untuk memberikan kontrol dalam pemenuhan kepatuhan dengan semua peraturan korupsi dan anti suap yang dapat

Lebih terperinci

B. Maksud dan Tujuan Maksud

B. Maksud dan Tujuan Maksud RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA SISTEMATIKA (JUMLAH BAB: 13 JUMLAH PASAL: 89 ) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pegawai Negeri Sipil (PNS) idealnya merupakan pelayan masyarakat dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para PNS tentunya tak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua Nama:

Lebih terperinci

Informasi Mengenai LSM itu Hak Publik

Informasi Mengenai LSM itu Hak Publik Wawancara Johanes Danang Widoyoko: Informasi Mengenai LSM itu Hak Publik S ebagai organisasi masyarakat sipil yang mengiritisi berbagai persoalan seperti korupsi, LSM kerap mendapat pertanyaan kritis yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5. PENJELASAN ATAS PRESEDEN PERJANJIAN KERJA SAMA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (versi lengkap)

LAMPIRAN 5. PENJELASAN ATAS PRESEDEN PERJANJIAN KERJA SAMA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (versi lengkap) LAMPIRAN 5 PENJELASAN ATAS PRESEDEN PERJANJIAN KERJA SAMA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (versi lengkap) 125 Pendahuluan Ulasan berikut ini menjelaskan secara ringkas cara menggunakan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang 10 BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA Semenjak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, Pemerintah Indonesia melakukan reformasi di bidang Pemerintahan Daerah dan Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang KODE ETIK PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA Menimbang : a. bahwa profesi adalah pekerjaan yang

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LAMPIRAN II: Draft VIII Tgl.17-02-2005 Tgl.25-1-2005 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan

Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan PENERAPAN KONSEP GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA Oleh ARISMAN Widyaiswara Muda BPSDM Kementerian Hukum dan HAM RI A. Latar Belakang Secara umum, Good Governance adalah pemerintahan yang baik. Dalam versi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterpurukan pemerintah semenjak jatuhnya rezim Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 menjadi pemandangan yang wajar dilihat maupun didengar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL. Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada

GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL. Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL Refleksi 2006 dan Perspektif 2007 Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada Stabilitas Ekonomi Mampukan Pemerintah KIB ciptakan stabilitas ekonomi dan stabilitas

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan salah satunya adalah tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia antara lain disebabkan oleh tatacara penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik. Akibatnya timbul

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA MUKADIMAH Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi masyarakat dalam segala proses perubahan membutuhkan pendekatan dan pentahapan yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016

Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016 Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PEMBUKAAN KONFERENSI NASIONAL PEMBERANTASAN KORUPSI

Lebih terperinci

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia KOMISI B KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia Mukadimah Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran.

Lebih terperinci

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah Seiring dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka Penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya kabupaten/kota dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

Indorama Ventures Public Company Limited

Indorama Ventures Public Company Limited Indorama Ventures Public Company Limited Kebijakan Anti Korupsi (Sebagaimana yang telah disetujui oleh pertemuan anggota Direksi No.1/2014 tertanggal 12 January 2014) Revisi 1 (Sebagaimana yang telah disetujui

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan atau organisasi.

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI 1 METODOLOGI RISET 2 Data survei dikumpulkan dari April Juni, 2017 Catatan : Tanggal mencakup Survei kuantitatif Nasional dan Provinsi Oversample, dan Survei kualiatif (FGD)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN a. Pada akhir Repelita V tahun 1994, 36% dari penduduk perkotaan Indonesia yang berjumlah 67 juta, jiwa atau 24 juta jiwa, telah mendapatkan sambungan air

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan akuntabilitas sektor publik di Indonesia sangatlah diperlukan bagi terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,

Lebih terperinci

Sejarah AusAID di Indonesia

Sejarah AusAID di Indonesia Apakah AusAID Program bantuan pembangunan luar negeri Pemerintah Australia merupakan program yang dibiayai Pemerintah Federal untuk mengurangi tingkat kemiskinan di negaranegara berkembang. Program ini

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika

Lebih terperinci

UU 28 Tahun 1999 : Pelembagaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan bebas KKN

UU 28 Tahun 1999 : Pelembagaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan bebas KKN UU 28 Tahun 1999 : Pelembagaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan bebas KKN Oleh : Slamet Luwihono U ERGULIRNYA arus reformasi di Indonesia telah menghadirkan harapan

Lebih terperinci

Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli

Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli Identitas Grup Pirelli menurut sejarahnya telah terbentuk oleh seperangkat nilai-nilai yang selama bertahun-tahun telah kita upayakan dan lindungi. Selama bertahuntahun,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan

Lebih terperinci

POLICY PAPER. : Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia Inisiator : Pusat Kajian Administrasi Internasional LAN, 2007

POLICY PAPER. : Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia Inisiator : Pusat Kajian Administrasi Internasional LAN, 2007 POLICY PAPER Fokus : Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia Inisiator : Pusat Kajian Administrasi Internasional LAN, 2007 Pemberantasan korupsi merupakan salah satu agenda penting dari pemerintah

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI

NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI MISI NILAI-NILAI GRUP PIRELLI PENDAHULUAN PRINSIP-PRINSIP PERILAKU KERJA - SISTEM KONTROL INTERNAL PIHAK-PIHAK YANG BERKEPENTINGAN Pemegang saham, investor, dan komunitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi pelanggaran Pemilihan Gubernur Lampung

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2. PENJELASAN ATAS PRESEDEN NOTA KESEPAHAMAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (Versi Lengkap)

LAMPIRAN 2. PENJELASAN ATAS PRESEDEN NOTA KESEPAHAMAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (Versi Lengkap) LAMPIRAN 2 PENJELASAN ATAS PRESEDEN NOTA KESEPAHAMAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (Versi Lengkap) 68 Pendahuluan Ulasan berikut ini menjelaskan secara ringkas cara menggunakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci