ANALISIS DAN EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KB DAN KS TAHUN 2013
|
|
- Yuliani Agusalim
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS DAN EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KB DAN KS TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK Standar Pelayanan Minimal Bidang KB JAKARTA, dan KS Tahun i
2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, laporan Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (SPM Bidang KB dan KS) Tahun 2013 dapat diselesaikan tepat waktu. SPM merupakan ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Berdasarkan Permendagri No 79 tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian SPM wajib dilakukan setahun sekali oleh SKPD kabupaten/kota. Ada 9 indikator SPM Bidang KB dan KS yang telah ditetapkan dengan batas waktu pencapaian Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi. Batas waktu pencapaian adalah batas waktu untuk mencapai target jenis pelayanan sesuai indikator dan nilai yang telah ditetapkan. Laporan Analisis dan Evaluasi SPM Bidang KB dan KS di kabupaten/kota merupakan tindak lanjut pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan Program KB dan KS di tingkat kabupaten/kota. Laporan ini juga untuk memperoleh gambaran informasi tentang kelangsungan pengelolaan Program KB dan KS secara tepat dan akurat. Dengan adanya laporan ini diharapkan perkembangan pelayanan bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera di kabupaten/kota dapat terus diikuti. Melalui laporan ini diharapkan juga mampu mengurangi kesenjangan pelayanan dan menjaga kesinambungan pelaksanaan Program KB dan KS secara nasional. Akhirnya pada kesempatan ini tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan secara aktif memberikan masukan serta ikut membantu dalam penyelesaian Laporan Standar Minimal Bidang KB dan KS ini. Jakarta, Mei 2014 Direktur Pelaporan dan Statistik, Drs. Bambang Marsudi, MM Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 i
3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II HASIL PELAKSANAAN... 3 BAB III PENYAJIAN, PEMANTAUAN, DAN PELAPORAN BAB IV PENUTUP LAMPIRAN Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 ii
4 BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan kewajiban Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dasar hukum penetapan dan penerapan SPM adalah UU no 32 Tahun 2004 (Pasal 11 ayat 4) yang intinya penyelenggaraan urusan pemerintah yang bersifat wajib berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal. Hal ini dikarenakan masyarakat mempunyai hak dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota. Kegiatan analisis dan evaluasi terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (SPM Bidang KB dan KS) di kabupaten/kota merupakan pemantauan dan penilaian terhadap kegiatan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota. SPM Bidang KB dan KS merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk mendorong pemerintah daerah melakukan pelayanan minimal di Bidang KB dan KS yang tepat sekaligus juga sebagai kontrol terhadap kinerja pemerintah. Jenis pelayanan minimal atau dasar di Bidang KB dan KS adalah Komunikasi, Informasi dan Edukasi KB dan KS (KIE KB dan KS); penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi; serta penyediaan Informasi Data Mikro. Analisis dan evaluasi SPM Bidang KB dan KS dilaksanakan sekali setahun. Hasilnya dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintah daerah terhadap pencapaian pelaksanaan program di Bidang KB dan KS. Pencapaian target SPM Bidang KB dan KS dilaksanakan sesuai petunjuk teknis yang telah ditetapkan berdasarkan hasil pencapaian masing-masing indikator. Indikator-indikator yang ada pada SPM Bidang KB dan KS adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi. Berikut adalah indikator kinerja dan target SPM Bidang KB dan KS yang harus dicapai sampai akhir tahun Pelayanan Komunikasi Informasi dan Edukasi Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (KIE KB dan KS) : a. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang isterinya dibawah usia 20 tahun sebesar 3,5% b. Cakupan sasaran PUS menjadi Peserta KB Aktif sebesar 65% c. Cakupan PUS yang ingin berkb tidak terpenuhi (unmet need) sebesar 5,0% d. Cakupan anggota Bina Keluarga Balita (BKB) yang berkb sebesar 70% e. Cakupan PUS peserta KB anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang berkb sebesar 87% f. Ratio Penyuluh KB/Petugas Lapangan KB 1 PKB/PLKB untuk setiap 2 desa/kelurahan Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
5 g. Ratio petugas Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) setiap desa/keluarahan 1 PPKBD 2. Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi : - Cakupan penyediaan alat dan obat kontrasepsi oleh pemerintah kabupaten/kota untuk memenuhi permintaan masyarakat sebesar 30% pertahun 3. Penyediaan Informasi Data Mikro : - Cakupan penyediaan Informasi Data Mikro Keluarga di setiap desa sebesar 100% Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
6 BAB II HASIL PELAKSANAAN Pada pedoman SPM Bidang KB dan KS telah ditetapkan tiga kewenangan wajib, jenis pelayanan dasar, indikator kinerja, serta kondisi ideal yang diinginkan dari pelaksanaan program Bidang KB dan KS di kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Laporan ini memuat SPM dalam hal penyelenggaraan SPM Bidang KB dan KS kabupaten/kota se Indonesia. Dari 33 provinsi, hanya 13 provinsi yang mempunyai data lengkap untuk semua indikator, sedangkan 20 provinsi lainnya tidak tersedia data indikator ketersediaan alat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat yang disediakan oleh dana APBD II. SPM Bidang KB dan KS yang dilakukan meliputi analisis dan evaluasi tingkat nasional untuk 33 provinsi dan tingkat provinsi untuk 49 kabupaten/kota dimana 49 kabupaten/kota tersebut berada pada 6 provinsi. Dari 13 provinsi yang mempunyai data lengkap, analisis dan evaluasi hanya dilakukan terhadap 6 provinsi (DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Banten, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau) karena provinsi-provinsi tersebut menyediakan alat kontrasepsi yang bersumber dari dana APBD II. Sedangkan untuk 7 provinsi (Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Jambi, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara) tidak dilakukan analisis dan evaluasi untuk kabupaten/kota karena provinsi-provinsi tersebut tidak menyediakan alat kontrasepsi yang bersumber dari dana APBD II. A. Indikator Kinerja Indikator Kinerja dalam SPM Bidang KB dan KS yang berkaitan dengan kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal yang harus diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten dan kota dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) program pokok, sebagai berikut : 1. Penyelenggaraan KIE Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera a. Pasangan Usia Subur yang isterinya berusia <20 tahun b. yang menjadi Peserta KB Aktif c. yang tidak berkb (unmetneed) d. Anggota Bina Keluarga Balita yang ikut KB e. Anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera yang ikut KB. f. Rasio Petugas Lapangan KB/Penyuluh KB di g. Rasio Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa di Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
7 2. Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi (alokon) Cakupan penyediaan alat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat 3. Penyediaan Informasi Data Mikro Cakupan penyediaan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan B. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan pada analisis dan evaluasi SPM Bidang KB dan KS pada saat ini adalah: 1. Penyelenggaraan KIE Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera a. Pasangan Usia Subur (PUS) yang Isterinya Berusia <20 tahun Pembilang : yang istrinya berusia di bawah 20 tahun pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga Penyebut : Jumlah seluruh PUS (yang istrinya berusia tahun) pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga b. Yang Menjadi Peserta KB Aktif (PA) Pembilang : Jumlah PA pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga Penyebut : pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga c. Yang Tidak berkb (Unmetneed) Pembilang : yang tidak berkb walaupun tidak ingin anak lagi dan ingin anak tapi ditunda pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga Penyebut : pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga d. Anggota Bina Keluarga Balita (BKB)Yang Ikut KB Pembilang : anggota BKB yang ikut KB pada tahun 2013 Sumber Data : F/I/Dallap Penyebut : anggota BKB pada tahun 2013 Sumber Data : F/I/Dallap Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
8 e. Anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Yang Ikut KB Pembilang : anggota UPPKS yang ikut KB pada tahun 2013 Sumber Data : F/I/Dallap Penyebut : anggota UPPKS pada tahun 2013 Sumber Data : F/I/Dallap f. Rasio Petugas Lapangan KB/Penyuluh KB (PLK/PKB) di Pembilang : Jumlah pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga Penyebut : Jumlah PLKB/PKB pada tahun 2013 Sumber Data : F/I/Dallap g. Rasio Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) di Pembilang : Jumlah pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga Penyebut : Jumlah PPKBD pada tahun 2013 Sumber Data : F/I/Dallap 2. Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi Cakupan Penyediaan Alat Kontrasepsi Untuk Memenuhi Permintaan Masyarakat Pembilang Sumber Data : Jumlah penyediaan alokon yang disediakan APBD II pada tahun 2013 : APBD II Penyebut : PPM PB dan PA Kabupaten/Kota pada tahun 2013 Sumber Data : Rakernas/Rakerda 3. Penyediaan Informasi Data Mikro Cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan. Pembilang : Jumlah rekapitulasi data mikro keluarga di desa/kelurahan pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga Penyebut : Jumlah pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga C. Penghitungan Pencapaian Indikator Kinerja Dari variabel-variabel yang ada dalam suatu indikator kinerja SPM Bidang KB dan KS, dapat dilakukan penghitungan untuk mengukur pencapaian indikator kinerja. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
9 Variabel-variabel tersebut menjadi pembilang dan penyebut dari suatu nilai indikator kinerja SPM Bidang KB dan KS, sehingga akan dapat dilakukan penghitungan pencapaian indikator kinerjanya. Asumsi penilaian bisa Semakin Tinggi Semakin Baik dan bisa juga Semakin Rendah Semakin Baik. Hasil pengukuran pada setiap indikator akan dinilai berdasarkan kategori sebagai berikut: 1. SemakinTinggi Semakin Baik untuk indikator : PUS yang menjadi peserta Aktif Keluarga anggota BKB yang ikut KB PUS anggota UPPKS yang ikut KB Cakupan penyediaan alat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat Cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan 2. Semakin Rendah Semakin Baik untuk indikator : PUS yang isterinya berusia kurang dari 20 tahun PUS yang tidak ber-kb (unmet need) Rasio PLKB/PKB di Desa/Kelarahan Rasio PPKBD di. Untuk memudahkan penghitungan dibuat format rumusan dengan bantuan Lembar Kerja (LK). Pada analisis dan evaluasi SPM Bidang KB dan KS saat ini diperlukan LK I, LK II, dan LK III dengan rincian sebagai berikut: LK I: memuat data dasar sesuai dengan variabel dari masing-masing Indikator LK II: memuat hasil pengukuran variabel dari hasil input data pada LK I LK III: memuat nilai variabel dari hasil rumusan format dari LK II Pada LK I terdapat 14 data dasar yang harus diisi. Ketersediaan 14 data dasar tersebut mutlak diperlukan agar dapat mengukur perkembangan pencapaian 9 indikator SPM Bidang KB dan KS. Ketidaktersediaan data akan mempengaruhi hasil pengukuran pada LK II dan akhirnya akan mengurangi nilai pada penilaian akhir (total nilai) yang termuat pada LK III. Pada LK II memuat hasil pengukuran pencapaian indikator kinerja, dengan mengetahui seberapa besar persentase PUS yang isterinya berusia <20 tahun, persentase PUS yang menjadi Peserta Aktif, persentase PUS yang tidak ber-kb (unmet need), persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB, persentase PUS anggota UPPKS yang ber-kb, ratio PLKB/PKB terhadap jumlah desa/kelurahan, ratio PPKBD terhadap jumlah desa/kelurahan. Disamping itu juga untuk mengetahui seberapa besar cakupan penyediaan alat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat dan cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
10 Sedangkan pada LK III merupakan hasil penilaian analisis dan evaluasi dengan cara membandingkan antara hasil pencapaian dengan kondisi ideal yang diinginkan. yang diperoleh merupakan skor masing-masing indikator dan total nilai adalah penjumlahan dari keseluruhan nilai indikator. D. Penilaian Indikator Kinerja Dalam rangka mengetahui seberapa jauh pencapaian indikator kinerja SPM Bidang KB dan KS telah ditetapkan pula Kondisi Ideal yang diinginkan dari indikator kinerja tersebut sebagai dasar untuk mencapai kondisi yang diharapkan dalam pelaksanaan Program KB dan KS di Kabupaten dan Kota. Pelaksanaan penilaian indikator kinerja disini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan pencapaian indikator kinerja dengan kondisi yang diinginkan, dengan cara membandingkan antara hasil penghitungan indikator kinerja dengan kondisi ideal yang diinginkan. Sedangkan total nilai dan rangking per kabupaten/kota di 6 provinsi serta nasional dapat dilihat pada Lampiran A/II/1. Adapun hasil penghitungan nasional dan 6 provinsi (DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Banten, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau) seperti berikut: 1. yang isterinya berusia <20 tahun Target yang harus dicapai untuk persentase PUS yang isterinya berusia <20 tahun atau kondisi idealnya adalah 3,5% atau semakin rendah semakin baik. Semakin kecil proporsi perempuan yang menikah dibawah usia 20 tahun semakin baik, karena dapat memberikan kontribusi pada penurunan angka kelahiran. Selain itu juga dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan menurunkan potensi angka kematian maternal. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran persentase PUS yang isterinya berusia kurang dari 20 tahun di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/ kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, persentase PUS yang isterinya kurang dari 20 tahun untuk DKI Jakarta terendah di Jakarta Selatan yaitu 0,2% dan tertinggi di Kepulauan Seribu yaitu 9,8%; DI Yogyakarta terendah di Sleman yaitu 0,7% dan tertinggi di Gunung Kidul yaitu 2,3%; Banten terendah di Kota Tenggerang yaitu 1,5% dan tertinggi di Lebak yaitu 10,5%; Sumatera Selatan terendah di Kota Pagar Alam yaitu 1,2% dan tertinggi di Empat Lawang yaitu 9,9%; Bangka Belitung terendah di Kota Pangkal Pinang yaitu 0,9% dan tertinggi Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
11 di Bangka yaitu 7,7%; Kepulauan Riau terendah di Lingga yaitu 0,8% dan tertinggi di Kepulauan Anambas yaitu 26,8%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi, dapat dikatakan provinsi DKI Jakarta yang terendah persentase PUS yang isterinya kurang dari 20 tahun yaitu 1,1% dengan nilai 328,6. Sedangkan yang tertinggi persentase PUS yang isterinya kurang dari 20 tahun adalah provinsi Papua Barat sebesar 14,9% dengan nilai 23,5. Hasil penghitungan di masing-masing kabupaten/kota sangat bervariasi dengan disparitas antar kabupaten/kota dan disparitas antar provinsi yang relatif tidak besar namun bila dilihat dari hasil penghitungan nilainya, disparitas antar provinsi cukup besar. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, persentase pasangan usia subur yang istrinya berusia kurang dari 20 tahun sebesar 4,0%. Karena hasil penghitungan lebih tinggi dari kondisi ideal sama artinya bahwa persentase PUS yang isterinya berusia <20 tahun melebihi 3,5%, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu 88,1. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator pasangan usia subur yang isterinya berusia kurang dari 20 tahun tidak tercapai. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 2. yang menjadi Peserta KB Aktif Pada variabel ini, makin besar hasil penghitungan menunjukkan kondisi yang lebih baik dari kondisi ideal sebesar 65,0%. Hal ini dilakukan dengan mengajak PUS untuk menjadi peserta KB baru (PB yakni PUS yang baru pertama kali menggunakan salah satu alat, obat dan cara kontrasepsi, atau yang menjadi peserta KB setelah melahirkan atau keguguran) dan membina peserta KB aktif. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif untuk DKI Jakarta terendah di Jakarta Utara yaitu 75,0% dan tertinggi di Kepulauan Seribu yaitu 78,0%; DI Yogyakarta terendah di Kota Yogyakarta yaitu 65,3% dan tertinggi di Gunung Kidul yaitu 77,0%; Banten terendah di Lebak yaitu Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
12 64,2% dan tertinggi di Kota Cilegon yaitu 74,9%; Sumatera Selatan terendah di Ogan Ilir yaitu 63,3% dan tertinggi di Kota Pagar Alam yaitu 82,2%; Bangka Belitung terendah di Kota Pangkal Pinang yaitu 71,1% dan tertinggi di Belitung Timur yaitu 82,3%; Kepulauan Riau terendah di Kota Tanjung Pinang yaitu 62,5% dan tertinggi di Natuna yaitu 81,8%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi dapat dikatakan provinsi Papua yang terendah persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif yaitu 39,6% dengan nilai 60,9. Sedangkan yang tertinggi persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif adalah provinsi Bali sebesar 84,8% dengan nilai 130,4. Hasil penghitungan di masing-masing kabupaten/kota sangat bervariasi dengan disparitas antar kabupaten/kota dan disparitas antar provinsi yang relatif tidak besar namun bila dilihat dari hasil penghitungan nilainya, disparitas antar provinsi cukup besar. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif sebesar 71,6%. Karena hasil penghitungan lebih tinggi dari kondisi ideal sama artinya bahwa persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif melebihi 65,0%, maka nilai dari hasil penghitungannya lebih dari 100,0 yaitu 110,1. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif telah tercapai. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 3. yang tidak ber-kb (Unmet Need) Unmet need adalah PUS yang tidak ingin anak lagi dan PUS yang ingin mempunyai anak ditunda tetapi tidak memakai alat/obat kontrasepsi dengan kondisi ideal 5,0%. Cakupan ini untuk mengukur akses dan kualitas pelayanan KB yang tidak terpenuhi di suatu daerah. Diharapkan persentase pada indikator ini semakin rendah karena persentase yang semakin rendah akan semakin baik. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran persentase PUS yang tidak ber-kb (Unmet Need) di masing-masing kabupaten/ kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, persentase PUS yang tidak ber-kb (Unmet Need) untuk DKI Jakarta terendah di Kepulauan Seribu yaitu 9,7% dan Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
13 tertinggi di Jakarta Utara yaitu 16,8%; DI Yogyakarta terendah di Gunung Kidul yaitu 10,5% dan tertinggi di Kota Yogyakarta yaitu 16,3%; Banten terendah di Kota Cilegon yaitu 13,2% dan tertinggi di Lebak yaitu 23,9%; Sumatera Selatan terendah di Kota Pagar Alam yaitu 6,2% dan tertinggi di Ogan Ilir yaitu 24,3%; Bangka Belitung terendah di Belitung Timur yaitu 7,1% dan tertinggi di Kota Pangkal Pinang yaitu 17,2%; Kepulauan Riau terendah di Kepulauan Anambas yaitu 8,3% dan tertinggi di Kota Tanjung Pinang yaitu 24,0%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi dapat dikatakan provinsi Papua yang tertinggi persentase PUS yang tidak ber-kb (Unmet Need) yaitu 38,3% dengan nilai 13,0. Sedangkan 3 provinsi yang terendah persentase PUS yang tidak ber-kb (Unmet Need) adalah provinsi Bali sebesar 4,2% dengan nilai 118,2; Sulawesi Utara sebesar 10,1% dengan nilai 49,3; dan Bangka Belitung sebesar 10,7% dengan nilai 46,8. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, persentase PUS yang tidak ber-kb (Unmet Need) sebesar 15,2%. Karena hasil penghitungan lebih tinggi dari kondisi ideal sama artinya bahwa persentase PUS yang tidak ber-kb (Unmet Need) melebihi 5,0%, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu hanya 33,0. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator persentase PUS yang tidak berkb (Unmet Need) tidak tercapai, bahkan masih jauh dari target. Diperlukan upaya yang lebih serius dan kerja keras untuk menurunkan persentase Unmet Need nasional agar tercapai kondisi ideal 5%. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 4. Keluarga anggota BKB yang ikut KB Kelompok BKB pada hakekatnya merupakan wadah pembinaan kelangsungan berkb bagi para keluarga balita anggota BKB, khususnya yang masih PUS, baik untuk mengatur jarak kelahiran maupun untuk membatasi jumlah anak yang sudah dimilikinya. Penilaian indikator ini dengan pencapaian semakin tinggi dari kondisi ideal (70,0%) maka semakin baik. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/kota di 6 provinsi Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
14 yang dilakukan penilaian SPMnya, persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB untuk DKI Jakarta terendah di Jakarta Pusat yaitu 64,0% dan tertinggi di Kepulauan Seribu yaitu 96,8%; DI Yogyakarta terendah di Kulon Progo yaitu 81,2% dan tertinggi di Bantul yaitu 90,6%; Banten terendah di Kota Serang yaitu 68,9% dan tertinggi di Kota Tanggerang Selatan yaitu 97,6%; Sumatera Selatan terendah di Kota Lubuk Linggau yaitu 59,7% dan tertinggi di Ogan Komering Ulu Selatan yaitu 91,1%; Bangka Belitung terendah di Bangka Tengah yaitu 67,6% dan tertinggi di Bangka yaitu 100,0%; Kepulauan Riau terendah di Kepulauan Anambas yaitu 31,8% dan tertinggi di Kota Batam yaitu 97,6%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi, terdapat 1 provinsi yang tidak mengirimkan kondisi pencapaiannya yaitu Papua Barat. Pencapaian tertinggi untuk 3 provinsi yaitu Gorontalo sebesar 89,8% dengan nilai 128,3; Bali sebesar 87,3% dengan nilai 124,7; dan Sulawesi Barat sebesar 86,3% dengan nilai 123,3. Sedangkan 3 provinsi yang terendah persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB adalah Papua sebesar 48,3% dengan nilai 69,0; Sumatera Utara sebesar 71,0% dengan nilai 101,5; dan Maluku sebesar 72,3% dengan nilai 103,3. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB sebesar 79,6%. Karena hasil penghitungan lebih tinggi dari kondisi ideal sama artinya bahwa persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB melebihi 70,0%, maka nilai dari hasil penghitungannya lebih dari 100,0 yaitu 113,7. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB telah tercapai. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 5. anggota UPPKS yang ikut KB Indikator ini menggunakan penilaian dengan cara semakin tinggi pencapaian dari kondisi ideal (87%) maka semakin baik. Sehingga diharapkan laporan yang disampaikan sesuai dengan pelaksanaan dilapangan. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/kota di 6 provinsi Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
15 yang dilakukan penilaian SPMnya, persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB untuk DKI Jakarta terendah di Jakarta Utara yaitu 72,3% dan tertinggi di Jakarta Barat yaitu 88,1%; DI Yogyakarta terendah di Kulon Progo dan Kota Yogyakarta yaitu 85,9% dan tertinggi di Gunung Kidul yaitu 92,3%; Banten terendah di Lebak yaitu 57,6% dan tertinggi di Kota Tanggerang Selatan yaitu 96,2%; Sumatera Selatan terendah di Ogan Komering Ulu yaitu 61,8% dan tertinggi di Penukal Abab Lematang Ilir yaitu 95,2%; Bangka Belitung terendah di Belitung Timur yaitu 64,5% dan tertinggi di Bangka yaitu 89,0%; Kepulauan Riau terendah di Bintan yaitu 53,5% dan tertinggi di Natuna yaitu 100,0%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi, terdapat 1 provinsi yang tidak mengirimkan kondisi pencapaiannya yaitu Papua Barat. Pencapaian tertinggi untuk 3 provinsi yaitu Gorontalo sebesar 98,1% dengan nilai 112,8; Aceh sebesar 90,4% dengan nilai 103,9; dan Kalimantan Timur sebesar 89,2% dengan nilai 102,5. Sedangkan 3 provinsi yang terendah persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB adalah Riau sebesar 70,1% dengan nilai 80,5; Sulawesi Tenggara sebesar 74,2% dengan nilai 85,3; dan Papua sebesar 75,5% dengan nilai 86,8. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB sebesar 83,4%. Karena hasil penghitungan lebih rendah dari kondisi ideal sama artinya bahwa persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB kurang dari 87,0%, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu 95,9. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB tidak tercapai. Diharapkan kepada provinsi yang pencapaiannya masih jauh di bawah kondisi ideal agar lebih aktif lagi mengajak pasangan usia subur yang menjadi anggota UPPKS untuk ber-kb. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 6. Ratio PLKB/PKB di PLKB dan PKB merupakan ujung tombak penyuluhan KB yang berhubungan langsung dengan masyarakat dan atau sebagai penggerak masyarakat di desa/kelurahan binaannya agar mendapatkan akses dan kualitas pelayanan KB dan KS yang memadai. Target SPM yang ditetapkan dengan kondisi ideal yaitu 2, atau setiap 2 desa/kelurahan dibina oleh 1 orang PLKB/PKB. Diharapkan ratio pada indikator ini semakin kecil karena ratio yang semakin kecil akan semakin baik. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
16 a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan untuk DKI Jakarta terendah di Jakarta Timur yaitu 0,5 dan tertinggi di Kepulauan Seribu yaitu 6,0; DI Yogyakarta terendah di Kulon Progo yaitu 1,2 dan tertinggi di Gunung Kidul yaitu 2,3; Banten terendah di Kota Cilegon yaitu 0,7 dan tertinggi di Tanggerang yaitu 13,7; Sumatera Selatan terendah di Kota Prabumulih yaitu 0,5 dan tertinggi di Muara Enim yaitu 7,3; Bangka Belitung terendah di Bangka yaitu 2,0 dan tertinggi di Kota Pangkal Pinang yaitu 7,7; Kepulauan Riau terendah di Kota Batam yaitu 0,9 dan tertinggi di Bintan yaitu 5,1. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi. Hasil penilaian menunjukkan bahwa provinsi Papua mempunyai ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan yang paling tinggi yaitu 216,0 dengan nilai sebesar 0,9. Hal ini menunjukkan bahwa di Papua 1 PLKB/PKB membina 216 desa/kelurahan sehingga tenaga lapangan di Papua sangatlah kurang. Sedangkan 3 provinsi yang terendah ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan adalah DKI Jakarta sebesar 0,6 dengan nilai 320,6; Sumatera Barat sebesar 1,2 dengan nilai 173,0; dan Bali sebesar 1,2 dengan nilai 171,5. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan sebesar 2,4. Hal ini berarti 1 PLKB/PKB membina 2 s.d. 3 desa/kelurahan. Karena hasil penghitungan lebih tinggi dari kondisi ideal sama artinya bahwa ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan melebihi 2,0, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu 82,9. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan tidak tercapai. Diperlukan upaya yang lebih serius dan kerja keras untuk menurunkan ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan agar tercapai ratio kondisi ideal yaitu 2. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 7. Ratio PPKBD di PPKBD sebagai mitra PLKB/PKB merupakan ujung tombak penyuluhan KB yang berhubungan langsung dengan masyarakat dan atau sebagai penggerak masyarakat di binaannya agar mendapatkan akses dan kualitas Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
17 pelayanan KB dan KS yang memadai. Target SPM yang ditetapkan dengan kondisi ideal yaitu 1 yaitu satu orang PPKBD membina 1 desa/kelurahan. Diharapkan ratio pada indikator ini semakin kecil karena ratio yang semakin kecil akan semakin baik. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran ratio PPKBD di desa/kelurahan di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/ kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, ratio PPKBD di untuk DKI Jakarta di semua kab/kota yaitu 0,1 kecuali di Kepulauan Seribu yaitu 0,3; DI Yogyakarta di semua kab/kota yaitu 1,0 kecuali di Kulon Progo yaitu 0,6; Banten di semua kab/kota yaitu 1,0 kecuali di Kota Cilegon yaitu 0,8; Sumatera Selatan terendah di Ogan Komering Ulu Selatan yaitu 0,8 dan tertinggi di Empat Lawang yaitu 1,5; Bangka Belitung terendah di Bangka Selatan yaitu 0,8 dan tertinggi di Bangka Barat yaitu 1,3; Kepulauan Riau terendah di 4 kab/kota yaitu 0,1 di Bintan, Lingga, Kota Batam dan Kota Tanjung Pinang sedangkan tertinggi di Natuna yaitu 21,5. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi. Hasil penilaian menunjukkan bahwa provinsi Papua mempunyai ratio PPKBD di desa/kelurahan yang paling tinggi yaitu 8,6 dengan nilai sebesar 11,6. Sedangkan 4 provinsi yang terendah ratio PPKBD di desa/kelurahan dengan ratio kurang dari 1 adalah DKI Jakarta sebesar 0,1 dengan nilai 1.011,2; Sumatera Barat sebesar 0,4 dengan nilai 223,6; Jawa Barat sebesar 0,8 dengan nilai 130,3; dan DI Yogyakarta sebesar 0,9 dengan nilai 112,8. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, ratio PPKBD di desa/kelurahan sebesar 1,02 Hal ini berarti 1 s.d. 2 PPKBD membina 1 desa/kelurahan. Karena hasil penghitungan lebih tinggi dari kondisi ideal sama artinya bahwa ratio PPKBD di desa/kelurahan melebihi 1,0, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu 98,1. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator ratio PPKBD di desa/kelurahan tidak tercapai. Diperlukan upaya yang lebih serius dan kerja keras untuk menurunkan ratio PPKBD di desa/kelurahan agar tercapai ratio kondisi ideal yaitu 1. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
18 8. Cakupan penyediaan alat kontrasepsi untuk memenuhi PPM Penyediaan (pengadaan, penyimpanan dan penyaluran) alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat merupakan upaya penyediaan oleh Pemerintah Pusat (BKKBN) sebesar 30,0% untuk Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, kekurangannya dipenuhi oleh pelayanan swasta sekitar 40% dan sekitar 30% oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Provinsi. Namun demikian tidak semua kab/kota melakukan penyediaan ALKON yang bersumber dari dana APBD II. Dalam penghitungannya terdapat perbedaan antara tingkat provinsi dan nasional, yaitu mengenai jumlah PPM PA dan PPM PB. Hal ini dikarenakan pada tingkat provinsi seringkali terjadi peningkatan target PPM PA dan PPM PB untuk meningkatkan kinerja kab/kota. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat cakupan penyediaan ALKON untuk memenuhi permintaan masyarakat di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/ kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, cakupan penyediaan ALKON untuk memenuhi permintaan masyarakat wilayah DKI Jakarta di terendah di Jakarta Selatan yaitu 0,3% dan tertinggi di Kepulauan Seribu yaitu 82,1%; DI Yogyakarta terendah di Kulon Progo yaitu 1,6% dan tertinggi di Bantul yaitu 17,2%; Banten hanya 1 kab/kota yang menyediakan alkon dari APBD II yaitu Kota Cilegon sebesar 21,9%; Sumatera Selatan hanya 1 kab/kota yang menyediakan alkon dari APBD II yaitu Ogan Ilir sebesar 21,9%; Bangka Belitung hanya 2 kab/kota yang menyediakan alkon dari APBD II yaitu Kota Pangkal Pinang sebesar 1,3% dan Bangka Selatan sebesar 61,9%; Kepulauan Riau hanya 1 kab/kota yang menyediakan alkon dari APBD II yaitu Kota Batam sebesar 1,4%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi. Hasil penilaian menunjukkan bahwa dari 6 provinsi yang menyediakan alkon dari dana APBD II, tidak ada provinsi yang memenuhi kondisi ideal (30,0%). Secara berurutan pencapaian masing-masing dari 6 provinsi tersebut yaitu Bangka Belitung sebesar 11,7% dengan nilai 39,0; DKI Jakarta sebesar 7,6% dengan nilai 25,3; DI Yogyakarta sebesar 6,6% dengan nilai 22,2; Kepulauan Riau sebesar 0,9% dengan nilai 3,0; Banten sebesar 0,9% dengan nilai 2,9; Sumatera Selatan sebesar 0,2 dengan nilai 0,5%. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
19 b. Tingkat Nasional Secara nasional, cakupan penyediaan ALKON untuk memenuhi permintaan masyarakat sebesar 0,5%. Hal ini berarti hasil penghitungan jauh lebih rendah dari kondisi ideal, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu 1,6. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 bagi indikator cakupan penyediaan ALKON untuk memenuhi permintaan masyarakat tidak tercapai. Tidak tercapainya indikator ini ada kemungkinan disebabkan sedikitnya provinsi yang mengirimkan data untuk ketersediaan dana penyediaan alkon dari APBD II. Namun demikian tetap diperlukan upaya yang lebih serius dan kerja keras dalam meningkatkan dukungan APBD II terhadap tersedianya alat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 9. Cakupan Informasi Data Mikro Keluarga di setiap desa/kelurahan Data mikro keluarga memuat informasi individu dan anggota keluarga yang mencakup aspek data demografi, data KB dan data tahapan KS untuk menunjang kegiatan operasional Program KKBPK di. Kondisi ideal Indikator ini adalah 100,0%. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan untuk DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Banten yaitu 100,0% untuk semua kab/kota. Untuk Sumatera Selatan terendah di Musi Banyuasin yaitu 75,4%; Bangka Belitung terendah di Kota Pangkal Pinang yaitu 77,8%; Kepulauan Riau terendah di Lingga yaitu 78,9%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi. Terdapat 7 provinsi dengan pencapaian telah memenuhi kondisi ideal yaitu 100,0% yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Barat dan Jambi. Pencapaian terendah untuk 3 provinsi yaitu Kalimantan Timur sebesar 78,9%; Kalimantan Selatan sebesar 88,4%; Riau sebesar 89,3%. Sedangkan 23 provinsi lainnya mempunyai rentang sebar antara 92,1% di Kepulauan Riau sampai 99,97% di Jawa Tengah. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
20 b. Tingkat Nasional Secara nasional, cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/ kelurahan sebesar 97,2%. Karena hasil penghitungan lebih rendah dari kondisi ideal sama artinya bahwa persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB kurang dari 100,0%, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu 97,2. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan tidak tercapai. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. Rekapitulasi nilai total dari pencapaian indikator kinerja terhadap kondisi ideal yang diinginkan pada masing-masing provinsi dan nasional dapat dilihat pada tabel berikut: 1. Tingkat Provinsi No Provinsi Total No Provinsi Total 1 DKI Jakarta 2.142,1 18 Sulawesi Selatan 727,3 2 Jawa Barat 776,4 19 Gorontalo 858,5 3 Jawa Tengah 788,3 20 Sulawesi Barat 760,5 4 DI Yogyakarta 1.031,8 21 Riau 579,0 5 Jawa Timur 769,2 22 Jambi 708,5 6 Banten 630,9 23 Bengkulu 675,4 7 Bali 1.059,0 24 Kepulauan Riau 692,5 8 Aceh 734,1 25 Nusa Tenggara Timur 704,2 9 Sumatera Utara 693,5 26 Kalimantan Tengah 634,3 10 Sumatera Barat 1.059,2 27 Kalimantan Timur 637,9 11 Sumatera Selatan 697,6 28 Sulawesi Tengah 721,6 12 Lampung 702,5 29 Sulawesi Tenggara 632,7 13 Bangka Belitung 743,8 30 Maluku 601,1 14 Busa Tenggara Barat 770,7 31 Maluku Utara 597,0 15 Kalimantan Barat 616,9 32 Papua 379,4 16 Kalimantan Selatan 698,8 33 Papua Barat 275,9 17 Sulawesi Utara 811,8 Nasional 720,7 Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun
ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013
ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA i NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 53 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 13 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciCAPAIAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA sd. BULAN MEI 2016
CAPAIAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA sd. BULAN MEI 2016 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN SISTEMATIKA 1 2 PREVIEW PPM SD. MEI
Lebih terperinciKEGIATAN STRATEGIS BIDANG DALDUK
KEGIATAN STRATEGIS BIDANG DALDUK Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: 1. Fasilitasi Integrasi Kebijakan Pembangunan Berwawasan Kependudukan Tingkat Provinsi dan Kabupaten/kota. 2. Pengembangan
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciMenetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN BANYUWANGI
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Palembang, 15 Maret 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Narasi Radalgram Data s.d Maret P a g e
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, Pencapaian Program bulan Maret tahun 2012 telah selesai dilaksanakan. Materi ini disusun untuk
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Palembang, 15 Februari 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, Pencapaian Program bulan Februari tahun 2012 telah selesai dilaksanakan. Materi ini disusun
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Palembang, 15 Januari 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Narasi Radalgram Januari 2012 Page 1
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, Pencapaian Program bulan Januari tahun 2012 telah selesai dilaksanakan. Materi ini disusun untuk
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Palembang, 15 Januari 2013 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, Laporan Pencapaian Pelaksanaan Program dan Anggaran sampai dengan bulan DESEMBER tahun 2012
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Palembang, 15 Mei 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Page 1
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, Pencapaian Program bulan April tahun 2012 telah selesai dilaksanakan. Materi ini disusun untuk
Lebih terperinciLAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008
LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008 A. CAKUPAN LAPORAN Memasuki bulan Keenam (Semester I) tahun 2008 yaitu bulan Juni 2008 laporan rekapitulasi pelayanan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Palembang, 15 Desember 2012 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, Laporan Pencapaian Pelaksanaan Program dan Anggaran sampai dengan bulan November tahun 2012
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2014
1 BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Palembang, 15 Agustus 2012 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, Laporan Pencapaian Pelaksanaan Program dan Anggaran sampai dengan bulan Juli tahun 2012 telah
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt
- 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA KOTA
Lebih terperinciPERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN
PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN SISTEMATIKA 1 2 PREVIEW KKP SD. DES 2015 HASIL PENCAPAIAN PROGRAM KKBPK CAKUPAN LAPORAN 3 4 REALISASI ANGGARAN PENGELOLAAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Palembang, 15 Maret 2013 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, Laporan Pencapaian Pelaksanaan Program dan Anggaran sampai dengan bulan Februari tahun 2013
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR: 55/HK-010/B5/2010 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR: 55/HK-010/B5/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN/KOTA KEPALA BADAN
Lebih terperinciMenetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN BANYUWANGI
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATENBANYUWANGI
LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 52 TAHUN 2012 TANGGAL : 16 Oktober 2012 PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATENBANYUWANGI
Lebih terperinciANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013
ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK
Lebih terperinciRAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN (RADALGRAM) DATA sd. SEPTEMBER 2015
RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN (RADALGRAM) DATA sd. SEPTEMBER 2015 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN SISTEMATIKA 1 2 PREVIEW KKP SD. SEPT
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016 Oleh: Plt. Sekretaris Utama BKKBN Ipin ZA Husni Rapat Telaah Tengah Tahun (Review) Program KKBPK Tahun 2016 Jakarta, 4-7 September 2016 SISTEMATIKA
Lebih terperinciPopulasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),
Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS TAHUN2013
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS TAHUN2013 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA KABUPATEN BANYUMAS Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciANALISIS DAN EVALUASI PENGENDALIAN LAPANGAN BULAN DESEMBER 2015
ANALISIS DAN EVALUASI PENGENDALIAN LAPANGAN Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sumatera Barat 2015 ANALISIS DAN EVALUASI PENGENDALIAN LAPANGAN BULAN DESEMBER 2015 PERWAKILAN
Lebih terperinciPROFIL DATA KEPENDUDUKAN DAN KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PROFIL DATA KEPENDUDUKAN DAN KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan 1 UU NO. 52 TH 2009 Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga PERPRES NO. 62 Tahun
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PENGGERAKAN LINII LAPANGAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELURAGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA TAHUN 2014
PEDOMAN PELAKSANAAN PENGGERAKAN LINII LAPANGAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELURAGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA TAHUN 2014 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma
Lebih terperinciLAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN APRIL 2009
LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN APRIL 2009 A. CAKUPAN LAPORAN Memasuki bulan keempat tahun 2009 yaitu bulan April 2009 laporan rekapitulasi pelayanan kontrasepsi
Lebih terperinciSUB BIDANG DATA DAN INFORMASI BIDANG ADVOKASI, PENGGERAKAN DAN INFORMASI (ADPIN) PERWAKILAN BKKBN PROVINSI SUMATERA SELATAN
DATA s.d BULAN JUNI 2013 SUB BIDANG DATA DAN INFORMASI BIDANG ADVOKASI, PENGGERAKAN DAN INFORMASI (ADPIN) PERWAKILAN BKKBN PROVINSI SUMATERA SELATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Lebih terperinciTABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011
TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529
Lebih terperinci2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh
No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG
Lebih terperinciSUB BIDANG DATA DAN INFORMASI BIDANG ADVOKASI, PENGGERAKAN DAN INFORMASI (ADPIN) PERWAKILAN BKKBN PROVINSI SUMATERA SELATAN
DATA s.d BULAN MEI 2013 SUB BIDANG DATA DAN INFORMASI BIDANG ADVOKASI, PENGGERAKAN DAN INFORMASI (ADPIN) PERWAKILAN BKKBN PROVINSI SUMATERA SELATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI
Lebih terperinciB. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota Wilayah Indonesia Barat
LAMPIRAN UNDANGAN (PEMERINTAH DAERAH) A. Sekretaris Daerah Provinsi Wilayah Barat 1. Sekretaris Daerah Provinsi Aceh 2. Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara 3. Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera
Lebih terperinciLAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN MEI 2008
LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN MEI 2008 A. CAKUPAN LAPORAN Memasuki bulan kelima tahun 2008 yaitu bulan Mei 2008 laporan rekapitulasi pelayanan kontrasepsi (Rek.
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 454, 2016 ANRI. Dana. Dekonsentrasi. TA 2016. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA
Lebih terperinciNusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.
LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan
Lebih terperinciANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS
ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS 2015 (Disarikan dari Hartanto, W 2016, Analisis Data Kependudukan dan KB Hasil Susenas 2015, disajikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BKKBN,
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016
BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah penduduknya. Jumlah kelahiran yang tinggi menyebabkan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Indonesia
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinci2017, No Menengah tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 16/PER/M.KUKM/XII/2016 tentang Pedoman
BERITA NEGARA No.602, 2017 KEMEN-UMKM. Dana Tugas Pembantuan. Revitalisasi Pasar Rakyat. TA 2017. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR 03/PER/M.KUKM/IV/2017
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR
Lebih terperinci. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.
S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,
PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 82/PER/B5/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI DENGAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
www.bpkp.go.id PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 786/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-58/K/SU/2011
Lebih terperinciKEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG
KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS
Lebih terperinciTotal Fertility Rate (TFR) sebesar 2,37. Berkaitanjuga dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Amanat undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (KKBPK), menyatakan bahwa Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BERAU
PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciRPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 96
TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 e. Sejahtera III plus % 3,11 3,23 3,23 3,61 3,98 4,12 4,14 4,14 BKBPP Jumlah keluarga sejahtera III Plus dibagi jumlah seluruh keluarga kali 1 yang dapat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.
No.1562, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi
Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciTABEL 1 CAKUPAN LAPORAN WILAYA DAN INSTITUSI MASYARAKAT PER KAB / KOTA DI PROP. SUMSEL BULAN JULI 2009
TABEL 1 CAKUPAN LAPORAN WILAYA DAN INSTITUSI MASYARAKAT PER KAB / KOTA DI PROP. SUMSEL KECAMATAN DESA/KEL PPKBD SUB PPKBD KAB / KOTA YG ADA LAPOR % YG ADA LAPOR % YG ADA LAPOR % YG ADA LAPOR % 1 2 3 4
Lebih terperinciKABUPATEN KOTA YANG SUDAH MENGIRIM BUKU SLHD 2011 PER 20 APRIL 2012
KABUPATEN KOTA YANG SUDAH MENGIRIM BUKU SLHD 2011 PER 20 APRIL 2012 NAMA DAERAH Kabupaten Kota Total Bali NT 19 2 21 Bali 7 1 8 Kabupaten Badung 1 1 Kabupaten Bangli 1 1 Kabupaten Buleleng 1 1 Kabupaten
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciFungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154
ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154
Lebih terperinciRAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan Februari 2014)
RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN (Data Bulan Februari 2014) KONTRAK KINERJA PROGRAM D.I. YOGYAKARTA 2014 NO INDIKATOR SASARAN 1 Jumlah Peserta KB Aktif MKJP 148.619 - IUD 93.891 - MOW 21.130 - Implant
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.
No.526, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2
Lebih terperinciTipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.15/02/16/Th. XVII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam
Lebih terperinciLampiran 1 Nomor : 7570 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli Daftar Undangan
Lampiran 1 Nomor : 7570 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli 2017 Daftar Undangan 1. Kepala Badan Pengembangan SDM Kabupaten Aceh Barat 2. Kepala Badan Pengembangan SDM Kabupaten Aceh Barat Daya 3. Kepala
Lebih terperinciLAPORAN MINGGUAN (WEEKLY REPORT) PEKAN KE-3 JUNI KESIAPAN PENYELENGGARAAN PENGAWASAN PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA SERENTAK 2015
LAPORAN MINGGUAN (WEEKLY REPORT) PEKAN KE-3 JUNI KESIAPAN PENYELENGGARAAN PENGAWASAN PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA SERENTAK BAGIAN ANALISIS TEKNIS PENGAWASAN DAN POTENSI PELANGGARAN BIRO HUKUM
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR:8003 K/80/MEM/2016 TENTANG PENETAPAN DAERAH PENGHASIL DAN DASAR PENGHITUNGAN
Lebih terperinciRAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN
RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN Data Bulan Maret 2015 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL JAKARTA, 6 MEI 2015 SISTEMATIKA 1 2 CAKUPAN LAPORAN HASIL PENCAPAIAN PROGRAM KKBPK 3 4 KETERSEDIAAN
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PERJALANAN DINAS
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-68.1-/217 DS94-862-99-2864 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun
Lebih terperinci2
2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada
Lebih terperinciRencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2017
2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan fungsi SKPD Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan Pengendalian Kependudukan dan
Lebih terperinciANALISA PENDATAAN KELUARGA TAHUN 2012
ANALISA PENDATAAN KELUARGA TAHUN 2012 PERWAKILAN BKKBN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 1 PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan
Lebih terperinciNO. JUMLAH PENCA BERAT NO. JUMLAH PENCA BERAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA
LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/HUK/2010 TANGGAL : 26 APRIL 2010 TENTANG : PENETAPAN NAMA-NAMA PENYANDANG CACAT BERAT PENERIMA BANTUAN DANA JAMINAN SOSIAL TAHUN 2010 NO.
Lebih terperinciKABUPATEN - KOTA YANG MENGIRIM BUKU SLHD 2011 SESUAI JADWAL PENGIRIMAN 6 APRIL REGIONAL PROVINSI KABUPATEN/KOTA JUMLAH Bali Nusa Tenggara
KABUPATEN - KOTA YANG MENGIRIM BUKU SLHD 2011 SESUAI JADWAL PENGIRIMAN 6 APRIL 2012 REGIONAL PROVINSI KABUPATEN/KOTA JUMLAH Bali Nusa Tenggara 2 Bali Kabupaten Badung 1 Kabupaten Bangli 1 Kabupaten Buleleng
Lebih terperinci2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2100, 2014 KEMENKEU. Perbendaharaan. Anggaran Negara. Sistem. Pelaksanaan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 278/PMK.05/2014 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciPROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT
No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.
No.539, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciMENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD
BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan
Lebih terperinciANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN FEBRUARI 2013
ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN FEBRUARI 2013 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SAMARINDA
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011
No. 07/01/31/Th. XV, 2 Januari 2013 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2011 A. Penjelasan Umum
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA Jln.Kayangan No. 256 Telp. (0484) Watansoppeng 90811
PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA Jln.Kayangan No. 256 Telp. (0484) 21178 Watansoppeng 90811 KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
Lebih terperinciPERKEMBANGAN IPM 6.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Berdasarkan perhitungan dari keempat variabel yaitu:
PERKEMBANGAN IPM Angka IPM Kabupaten OKU Selatan dari tahun ke tahun terus meningkat. Akan tetapi karena nilai percepatan capaian (reduksi shortfall) setiap tahunnya kecil maka pada tahun 2011 peringkat
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAKIP 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja disusun sebagai wujud pertanggungjawaban keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
Lebih terperinciANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN AGUSTUS 2012
ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN AGUSTUS 2012 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SAMARINDA
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN
BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,
Lebih terperinciRESUME UMPAN BALIK PELKON dan DALLAP 2014 PERWAKILAN BKKBN PROVINSI RIAU
A P R I L RESUME UMPAN BALIK PELKON dan DALLAP 2014 PERWAKILAN BKKBN PROVINSI RIAU Dari hasil laporan Umpan Balik pada bulan April 2014, sbb : 1. Cakupan Laporan : A. Pelayanan Kontrasepsi (PELKON) Berikut
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KELUARGA BERENCANA
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KELUARGA BERENCANA 0 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan Buku Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bantuan
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016
No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN
Lebih terperinciRAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan Maret 2014)
RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN (Data Bulan Maret 2014) KONTRAK KINERJA PROGRAM D.I. YOGYAKARTA 2014 NO INDIKATOR SASARAN 1 Jumlah Peserta KB Aktif MKJP 148.619 - IUD 93.891 - MOW 21.130 - Implant
Lebih terperinci