ANALISIS GENDER dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS GENDER dalam"

Transkripsi

1 Smart Street Lighting Initiative ANALISIS GENDER dalam Prakarsa PJU Cerdas Indonesia (Smart Street Lighting Initiative) Proyek Percontohan Makassar disusun oleh: didukung oleh: 1

2 Laporan ini disusun oleh GIZ Paklim dengan bantuan PT Wahana Metrika selaku pelaksana kegiatan Prakarsa PJU Cerdas Indonesia (Smart Street Lighting Initiative) proyek percontohan Makassar, di bawah supervisi Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar c.q. bidang ketenagalistrikan dan Kementerian ESDM c.q Direktorat Konservasi Energi. Laporan ini disusun berdasarkan data-data dari observasi lapangan, angket tertutup dan Focus Group Discussion di lokasi percontohan di kota Makassar yang dilakukan tim GIZ Paklim bersama dengan PT Wahana Metrika pada tanggal Juni Proyek percontohan Makassar dimungkinkan dengan adanya bantuan dari rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID). Isi menjadi tanggung jawab GIZ Paklim dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat. November dan 2

3 Daftar Isi I. PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM SMART STREET LIGHTING INITIATIVE (SSLI) Latar Belakang Tujuan Desain dan Metode Kajian Tempat dan Unit Analisis Jenis Data Teknik Pengambilan Data Metode Analisis... 5 II. HASIL DAN PEMBAHASAN Sikap terhadap Hemat Energi Pandangan terhadap Lampu PJU di Lokasi Percontohan Akses terhadap Jalan Lokasi Percontohan dan Akses terhadap Proyek SSLI Akses terhadap Jalan Lokasi Percontohan Akses terhadap Proyek SSLI di Jalan Penghibur Partisipasi dalam Pemeliharaan Lampu PJU Manfaat Proyek SSLI di Lokasi Percontohan III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi Lampiran 1 - Kuesioner Penggunaan Lampu LED untuk PJU di Jalan Lokasi Percontohan Lampiran 2 Daftar Responden Lampiran 3 - Pelaksanaan Wawanacara Lampiran 4 Matriks Kerangka Proyek Percontohan SSLI Lampiran 5 - Foto Pelaksanaan Kegiatan Pengarusutamaan Gender pada Proyek Percontohan SSLI Makassar

4 I. PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM SMART STREET LIGHTING INITIATIVE (SSLI) 1.1. Latar Belakang Pengarusutamaan Gender adalah suatu strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender (KKG) melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan sektor pembangunan sehingga diperoleh kesetaraan AKPM (Akses, Kontrol, Partisipasi dan Manfaat) dalam Pembangunan Tujuan Tujuan dari kajian ini adalah sebagai berikut: a. Menggali sikap hemat energi, persepsi terhadap kondisi lampu PJU di jalan lokasi percontohan, dan sikap terkait manfaat yang didapat dari penggunaan lampu LED, dari masyarakat yang menggunakan fasilitas jalan di lokasi percontohan. b. Melakukan analisis gender terhadap ketiga aspek di butir 1.2.(a) guna melihat kesamaan dan perbedaan sudut pandang atau aktivitas laki-laki dan perempuan c. Memberikan rekomendasi yang responsif gender terhadap pelaksanaan SSLI, yakni dalam mengakses dan mendapatkan manfaat dari pemasangan lampu jalan serta dalam meningkatkan partisipasi dan ikut mengontrol prosesnya Desain dan Metode Kajian Tempat dan Unit Analisis Kajian dilakukan di jalan lokasi percontohan di kota Makassar, yakni Jalan Penghibur, Jalan Pasar Ikan dan Jalan Haji Bau. Unit analisis dibatasi pada laki-laki dan perempuan pengguna jalan serta pelaku usaha di lokasi percontohan tersebut Jenis Data Kajian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari responden laki-laki dan perempuan pengguna jalan serta pelaki usaha di lokasi proyek percontohan Teknik Pengambilan Data Teknik pengumpulan data formal dan informal digunakan, mencakup: a. Observasi lapangan, untuk mendapatkan informasi tentang pengguna jalan dan pelaku usaha di lokasi proyek percontohan. Observasi lapangan dilakukan pada tanggal Juni b. Angket tertutup, yaitu terdiri dari sejumlah pertanyaan tertutup yang telah disediakan pilihan jawabannya. Angket disebarluaskan pada tanggal Juni 2014 dan diisi oleh responden, atau diisi oleh peneliti berdasarkan jawaban informan. c. Focus Group Discussion (FGD). FGD dilakukan pada tanggal 18 Juni 2014 di kota Makassar untuk mendapat masukan dari berbagai pihak tentang pelaksanaan proyek percontohan maupun perbaikan konsep Smart 4

5 Street Lighting Initiative yang efektif dan responsive gender. Peserta FGD mencakup antara lain pejabat dari Kementerian ESDM, Dinas PU Makassar, PLN kota Makassar, pakar LED dari pihak swasta, pakar gender dari Pusat Studi Wanita dan organisasi non-pemerintah (NGO) perempuan Metode Analisis Analisis gender menggunakan kerangka Analisis Gender Harvard 1 untuk mengkaji: a. Analisis Sikap dan Persepsi Analisis ini digunakan untuk melihat sikap hemat energi dari sisi laki-laki dan perempuan. b. Analisis Akses Analisis ini digunakan untuk melihat kesempatan bagi laki-laki dan perempuan untuk terlibat dan mendapat manfaat dari pelaksanaan SSLI c. Analisis Partisipasi Analisis ini digunakan untuk melihat keterlibatan laki-laki dan perempuan secara nyata dalam proyek SSLI, serta kendala yang dihadapi. d. Analisis Kontrol Analisis ini digunakan untuk melihat peran laki-laki dan perempuan dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan lampu PJU. e. Analisis Manfaat Analisis ini untuk menggambarkan manfaat proyek SSLI di Jalan Penghibur, Jalan Haji Bau an Jalan Pasar Ikan yang dinikmati oleh lakilaki maupun perempuan. 1 lihat Relawati, R, Konsep dan Aplikasi Penelitian Gender. Muara Indanh, Bandung 5

6 II. HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan metode analisis, pembahasan dilakukan dengan kerangka berpikir sebagai berikut: Pandangan terhadap lampu PJU di lokasi percotohan Akses terhadap jalan lokasi percontohan dan akses terhadap proyek SSLI Partisipasi dalam pemeliharaan lampu PJU Sikap terhadap hemat energi Pengarusutamaan Gender dalam SSLI proyek percontohan Makassar Manfaat proyek SSLI di lokasi percontohan Chart 1. Pengarusutamaan Gender dalam SSLI proyek percontohan Makassar 2.1. Sikap terhadap Hemat Energi Pertanyan: Saya paham mengenai konsep hemat energi Terkait dengan pemahaman atas konsep energi, sebagian besar responden mengaku paham mengenai konsep hemat energi, baik laki-laki maupun perempuan. Sebanyak 64% responden (terdiri 34% laki-laki dan 27% perempuan) menjawab setuju atau sangat setuju atas pernyataan saya paham mengenai konsep hemat energi, sementara 30% responden (terdiri dari 13% laki-laki dan 17% perempuan) menyebutkan tidak setuju atau sangat tidak setuju atas pernyataan tersebut, sebagaimana terlihat dalam Gambar 1. 6

7 Gambar 1. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Saya paham mengenai konsep hemat energi 20% 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Sangat setuju Setuju Netral Tidak setuju Sangat tidak setuju Laki-laki Perempuan Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan gender dalam hal pemahaman atas konsep hemat energi. Walau demikian, pemahaman itu sendiri berbeda-beda antar responden. Beberapa responden terutama yang mengenyam pendidikan SMA dan perguruan tinggi, memahami kaitan hemat energi dengan sumber daya alam. Contohnya, Rizky Ariyanti Yusuf (perempuan, 23 tahun), mengatakan bahwa hemat energi merupakan suatu hal yang memberi efek positif pada sumber daya alam. Meskipun demikian, sebagian responden lainnya melihat hemat energi dari hanya dari nilai ekonomi yaitu untuk penghematan biaya. Ditinjau dari aspek sikap, kesadaran responden untuk memperhatikan daya (watt) sebelum membeli peralatan elektronik terlihat cukup tinggi, yang cukup merata antara laki-laki dan perempuan. Sebanyak 87% responden (terdiri dari 44% laki-laki dan 43% perempuan) yang memberi jawaban sangat setuju atau setuju atas pernyataan sebelum membeli barang, saya memperhatikan daya (watt) peralatan elektronik tersebut, sebagaimana terlihat pada Table 2. Pendapat bahwa barang elektronik dengan daya (watt) rendah akan menghemat biaya listrik diutarakan oleh peserta FGD. Disampaikan dalam FGD bahwa lampu konvensional berdaya tinggi yang umumnya dijual dengan harga murah di pasaran, akan memakan biaya listrik yang lebih tinggi. Dengan demikian, terlihat adanya perhatian pada daya (watt) alat elektronik. 7

8 Table 2. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Sebelum membeli barang, saya memperhatikan daya (watt) peralatan elektronik tersebut 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sangat setuju Setuju Netral Tidak setuju Sangat tidak setuju Laki-laki Perempuan 2.2. Pandangan terhadap Lampu PJU di Lokasi Percontohan Pertanyaan: Secara umum, saya merasa kondisi lampu PJU di jalan Penghibur seperti saat ini: sangat baik sekali buruk sekali Saya merasa lampu jalan di jalan Penghibur sering mati dan tidak cepat diganti Saya merasa cahaya lampu jalan di jalan Penghibur ini: terlalu terang sangat gelap Dengan kondisi lampu jalan saat ini, penerangannya membuat saya merasa aman berjalan di malam hari di sini Kajian ini menggali pendapat warga baik laki-laki maupun perempuan tentang lampu PJU di Jalan Penghibur sebelum dilaksanakan pemasangan lampu LED. Pendapat yang digali adalah: 1) pendapat lampu jalan PJU di jalan Penghibur secara keseluruhan, 2) pendapat mengenai tingkat terang cahaya lampu PJU di jalan Penghibur, 3) pendapat mengenai apakah lampu jalan PJU di jalan Penghibur sering mati, dan 4) persepi mengenai perasaan aman berjalan di malam hari di jalan Penghibur. Responden memandang positif terhadap kondisi lampu PJU secara keseluruhan di Jalan Penghibur yang ada saat ini. Sebanyak 46% (terdiri dari 23% laki-laki dan 23% perempuan) responden yang menyatakan sangat baik atau sangat baik sekali terhadap kondisi lampu di Jalan Penghibur saat ini. Sementara itu 50% (terdiri dari 23% laki-laki dan 27% perempuan) memandang sedang saja terhadap kondisi lampu PJU di Jalan saat ini. Hanya 3% responden yang kesemuanya lakilaki mengatakan buruk terhadap lampu PJU di Jalan Penghibur. Tidak ada responden yang menyebutkan kondisi buruk sekali. 8

9 Gambar 2. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Quesioner Secara umum, saya merasa kondisi lampu PJU di lokasi percontohan saat ini: 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sangat baik sekali Sangat baik Sedang Buruk Buruk sekali Laki-laki Perempuan Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pandangan yang mencolok antara laki-laki dan perempuan dalam menilai kondisi lampu PJU di jalan lokasi percontohan saat ini. Walau demikian, pandangan yang menarik dari perempuan telah tergali melalui FGD. Dalam FGD, perwakilan dari NGO perempuan mengutarakan bahwa kondisi lampu PJU di Jalan Penghibur sudah cukup baik dibandingkan dengan lampu-lampu di wilayah lain, dimana masih terdapat beberapa lokasi yang tidak memiliki lampu jalan sama sekali walaupun banyak dilalui perempuan, termasuk ibu hamil dan ibu yang melintas dengan anak-anaknya. Prioritas bagi kelompok perempuan adalah pengadaan lampu di tempat-tempat yang masih gelap. Secara khusus dari aspek kerusakan, saat diberi pernyataan bahwa lampu PJU di Jalan Penghibur sering mati dan tidak cepat diganti, sebagian besar responden menjawab netral (40%) dan setuju (37%). Sisanya, 20% (13% laki-laki dan 7% perempuan) bersikap tidak setuju dengan pernyataan tersebut, dan 3% (yakni lakilaki) menyatakan sangat tidak setuju atas pernyataan bahwa lampu PJU di jalan lokasi percontohan saat ini sering mati dan tidak cepat diganti. 9

10 Gambar 3. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Saya merasa lampu jalan di jalan Penghibur sering mati dan tidak cepat diganti 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sangat setuju Setuju Netral Tidak setuju Sangat tidak setuju Laki-laki Perempuan Secara khusus mengenai tingkat terang lampu PJU di jalan lokasi percontohan, atas pilihan a) terlalu terang, b) terang, c) netral, d) kurang terang, dan e) sangat gelap, proporsi jawaban paling besar adalah pandangan bahwa kondisi jalan lokasi percontohan saat ini terang (43% responden), diikuti dengan jawaban netral (37% responden). Sebanyak 17% responden (7% laki-laki dan 10% perempuan) mengatakan cahaya lampu PJU di jalan lokasi percontohan saat ini kurang terang, dan sejumlah 3% yang kesemuanya adalah perempuan menyebutkan bahwa cahaya lampu PJU saat ini sangat gelap, seperti terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Saya merasa cahaya lampu jalan di jalan Penghibur ini: 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Terlalu terang Terang Netral Kurang terang Sangat gelap Laki-laki Perempuan 1 0

11 Dari data diatas, terlihat bahwa terdapat kecenderungan perempuan untuk menilai suatu kondisi jalan sebagai kurang terang dibandingkan dengan penilaian laki-laki terhadap jalan yang sama. Proporsi terbesar responden laki-laki (yakni 27% dari total responden) menjawab terang, berbeda 10% dari jumlah responden perempuan yang menjawab terang (yakni 17% dari total responden). Proporsi terbesar responden perempuan menjawab netral (yakni 20% dari total responden). Dalam hal ini, diperlukan kajian lebih mendalam mengenai persepsi tingkat terang yang memadai antara perempuan dan laki-laki, guna membuktikan kecenderungan tersebut. Sebagai informasi, pengukuran tingkat terang (lux) pada lokasi proyek percontohan adalah pada rentang 4 31 lux, yang dapat dirata-ratakan sebagai 14 lux. Berangkat dari asumsi bahwa penerangan lampu PJU berkaitan dengan rasa aman pengguna jalanan khususnya di malam hari, kajian ini mencoba menggali pendapat responden mengenai persepsi responden akan rasa aman menggunakan jalan di lokasi percontohan di malam hari. Sebagian besar responden yakni sebanyak 86% (terdiri dari 46% laki-laki dan 40% perempuan) menyatakan setuju atau sangat setuju bahwa kondisi penerangan lampu PJU saat ini di jalan tersebut memberi rasa aman berjalan pada malam hari. Hanya 7% (proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan) yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 7% lainnya yang kesemuanya adalah perempuan bersikap netral atas pernyataan tersebut. Gambar 5. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Dengan kondisi lampu jalan saat ini, penerangannya membuat saya merasa aman berjalan di malam hari di sini 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sangat setuju Setuju Netral Tidak setuju Sangat tidak setuju Laki-laki Perempuan Terlihat bahwa dibandingkan dengan laki-laki, proporsi responden perempuan yang menjawab setuju atau sangat setuju bahwa penerangan saat ini membuat mereka merasa aman, lebih sedikit (yakni berbeda sebanyak 7%). Temuan ini menjadi menarik bila dikaitkan dengan temuan adanya perbedaan proporsi laki-laki dan perempuan yang berpendapat bahwa lampu PJU di jalan lokasi percontohan terang, dimana lebih banyak responden laki-laki yang berpendapat jalan tersebut terang (berbeda sebesar 10%), dan lebih banyak responden perempuan yang 1 1

12 berpendapat jalan tersebut kurang terang atau sangat gelap (berbeda sebesar 6%) - lihat Gambar 4). Temuan-temuan awal ini dapat menjadi dasar dalam melihat adanya kecenderungan perbedaan persepsi perempuan dan laki-laki mengenai tingkat terang yang memadai dan rasa aman yang diberikan terhadap jalan yang sama - hal ini terkait dengan kebutuhan yang berbeda antara perempuan dan lakilaki, seperti yang mengemuka dalam FGD Akses terhadap Jalan Lokasi Percontohan dan Akses terhadap Proyek SSLI Akses pada bagian ini dibahas dari 2 aspek yaitu: 1) akses terhadap jalan lokasi percontohan dan 2) akses terhadap proyek SSLI di jalan lokasi percontohan Akses terhadap Jalan Lokasi Percontohan Pertanyaan: Kapan Anda melintas di jalan Penghibur Pada jam berapa Anda melintas di Jalan Penghibur (bisa diisi lebih dari satu) Secara umum, jalan lokasi percontohan yakni Jalan Penghibur dapat diakses oleh laki-laki maupun perempuan. Hal ini terbukti dari responden laki-laki dan perempuan yang memberikan jawaban bahwa mereka melintas di Jalan Penghibur. Namun dari segi frekuensi atau seberapa seringnya melintas di Jalan Penghibur, maka tergambar bahwa jalan ini lebih banyak diakses oleh laki-laki. Data menunjukkan bahwa sebagian besar yakni 73% (47% laki-laki dan 27% perempuan) mengatakan bahwa mereka melintas di Jalan penghibur setiap harinya. Mereka yang mengakses Jalan Penghibur dalam skala harian, rata-rata untuk sekedar lewat karena rute tujuannya dicapai melalui Jalan Penghibur. Sebagian lainnya mengakses Jalan Penghibur karena lokasi kerja mereka berada di jalan ini. Kelompok terbesar kedua sejumlah 17% yang kesemuanya adalah perempuan menyatakan melintas di Jalan Pengibur hanya beberapa hari dalam sebulan. Sisanya sejumlah 10% (terdiri dari 3% laki-laki dan 7% perempuan) mengatakan mereka melintas di Jalan Penghibur hanya beberapa hari dalam seminggu. Mereka yang melintas di Jalan Penghibur dalam skala mingguan atau bulanan rata-rata untuk sekedar jalan-jalan, tempat bertemu teman/keluarga (meeting point) atau sebagai rute alternatif menuju lokasi tempat kerjanya. Gambar 6. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Kapan Anda melintas di jalan Penghibur 1 2

13 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Setiap hari Beberapa hari dalam seminggu Beberapa hari dalam sebulan Beberapa hari dalam setahun Ditinjau dari segi waktu melintas di Jalan Penghibur, yakni pagi, siang, sore dan malam, terlihat bahwa 63% laki-laki melintas di Jalan Penghibur sementara jumlah perempuan hanya 37%. Data menunjukkan bahwa jumlah laki-laki yang melintas di Jalan Penghibur pada pagi, siang, sore dan malam hari merata. Sementara untuk jumlah perempuan terlihat lebih tinggi pada sore dan malam hari ini. Secara lebih terperinci, sebesar 37% (terdiri dari 19% laki-laki dan 18% perempuan) menggunakan Jalan Penghibur pada malam hari. Kelompok terbanyak kedua adalah mereka yang melintas di Jalan Penghibur pada sore hari yakni sebanyak 25% (terdiri dari 15% laki-laki dan 10% perempuan). Kelompok ketiga sebesar 21% (terdiri dari 13% laki-laki dan 7% perempuan) adalah mereka yang melintas pada pagi hari. Sisanya sejumlah 18% (terdiri dari 16% laki-laki dan 1% perempuan) melintas di Jalan Penghibur pada siang hari. Berdasarkan data ini, maka penerangan di Jalan Penghibur yang berlokasi di jalan umum merupakan sarana penting untuk mendukung kegiatan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan di Kota Makassar. 1 3

14 Gambar 7. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Pada jam berapa Anda melintas di Jalan Penghibur (bisa diisi lebih dari satu) 25% 20% 15% 10% 5% 0% Pagi Siang Sore Malam Laki-laki Perempuan Akses terhadap Proyek SSLI di Jalan Penghibur Sebagaimana diuraikan di atas, pelakasanaan SSLI di Jalan Penghibur yang berlokasi di jalan umum dipastikan dapat diakses oleh laki-laki dan perempuan. Karena itu laki-laki dan perempuan dapat menikmati proyek SSLI. Meskipun demikian, perwakilan dari NGO perempuan dan Pusat Studi Wanita mengutarakan perlunya keterlibatan masyarakat, khususnya perempuan pada tahap perencanaan proyek yakni sebelum menentukan lokasi proyek. Hal ini penting dilakukan mengingat adanya kebutuhan-kebutuhan spesifik untuk perempuan, seperti ibu hamil, dan kerentanan perempuan dalam hal keamanan di malam hari. Sebagaimana diutarakan dalam FGD, kelompok perempuan mungkin akan mengusulkan lokasilokasi yang masih gelap di jalan lingkungan yang sepi sebagai proyek SSLI, dibandingkan dengan Jalan penghibur yang padat penduduk dan sudah terpasang lampu-lampu jalan yang penerangannya sudah cukup memadai Partisipasi dalam Pemeliharaan Lampu PJU Pertanyaan: Apakah Anda pernah melapor jika ada kerusakan lampu PJU Apakah Anda tahu kemana harus melapor untuk kerusakan lampu PJU Apakah Anda pernah berpartisipasi dalam mengusulkan kebijakan tentang lampu PJU Apakah Anda ingin berpartisipasi dalam mengusulkan kebijakan tentang lampu PJU Berdasarkan pengalaman responden selama ini, hanya 27% responden (10% lakilaki dan 17% perempuan) yang menyatakan pernah melaporkan terjadinya kerusakan lampu PJU. Sebagian besar responden yakni sejumlah 73% (terdiri dari 40% laki-laki dan 33% perempuan) belum pernah melaporkan kerusakan lampu PJU. 1 4

15 Gambar 8. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Apakah Anda pernah melapor jika ada kerusakan lampu PJU Laki-laki Pernah Melapor Belum Pernah Melapor Perempuan Pernah Melapor Belum Pernah Melapor Saat ditanya tahu/tidaknya kemana harus melapor jika terjadi kerusakan lampu PJU, 60% responden (terdiri dari 27% laki-laki dan 33% perempuan) menjawab bahwa mereka sudah tahu. Sebagian lainnya sejumlah 40% (terdiri dari 23% laki-laki dan 17% perempuan) menjawab tidak tahu. Perlu dicatat di sini meski sebagian responden menjawab tahu kemana harus melapor, namun ketika ditanya kepada lebih lanjut kepada 4 responden (2 laki-laki dan 2 perempuan), reponden laki-laki memberi jawaban PLN sebagai tempat untuk melapor kerusakan lampu PJU dan perempuan memberi jawaban kecamatan. 1 5

16 Gambar 9. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Apakah Anda tahu kemana harus melapor untuk kerusakan lampu PJU Laki-laki Tahu Tidak tahu Perempuan Tahu Tidak tahu Dari segi partisipasi dalam mengusulkan kebijakan tentang lampu PJU, terdapat kesamaan antara laki-laki dan perempuan yakni sejumlah 20% (terdiri dari 10% laki-laki dan 10% perempuan) pernah berpartipasi dan 80% (terdiri dari 40% lakilaki dan 40% perempuan) belum pernah berpartisipasi. 1 6

17 Gambar 10. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Apakah Anda pernah berpartisipasi dalam mengusulkan kebijakan tentang lampu PJU Laki-laki Pernah Berpartisipasi Belum Pernah Berpartisipasi Perempuan Pernah Berpartisipasi Belum Pernah Berpartisipasi Animo masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengusulkan kebijakan tentang lampu PJU sebenarnya cukup tinggi. Hal ini tercermin dari 67% jawaban responden (terdiri dari 33% laki-laki dan 33% perempuan) yang menyatakan keinginan untuk berpartisipasi dalam kebijakan tentang lampu PJU. Dengan demikian terdapat persamaan antara laki-laki dan perempuan untuk berpartisipasi dalam mengusulkan kebijakan tentang lampu PJU. 1 7

18 Gambar 11. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Apakah Anda ingin berpartisipasi dalam mengusulkan kebijakan tentang lampu PJU Laki-laki Ingin Tidak Ingin Perempuan Ingin Tidak Ingin Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam hal partisipasi dalam pemeliharaan lampu PJU Manfaat Proyek SSLI di Lokasi Percontohan Pertanyaan: Penerangan jalan yang lebih baik di Jalan Penghibur akan mengurangi tingkat kriminalitas Penerangan jalan yang lebih baik di Jalan Penghibur akan memudahkan saya beraktivitas di malam hari Saya bisa melihat lebih baik dengan lampu berwarna putih dibandingkan kuning 1 8

19 Semua responden menyatakan sangat setuju atau setuju bahwa penerangan yang lebih baik di Jalan Penghibur akan mengurangi tingkat kriminalitas, baik laki-laki (50%) maupun perempuan (50%), seperti terlihat pada gambar berikut. Gambar 12. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Penerangan jalan yang lebih baik di Jalan Penghibur akan mengurangi tingkat kriminalitas 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sangat setuju Setuju Netral Tidak setuju Sangat tidak setuju Laki-laki Perempuan Manfaat lainnya dari penerangan yang lebih baik adalah memudahkan beraktivitas pada malam hari, yang diutarakan 90% responden (terdiri dari laki-laki 50% dan perempuan 40%). Gambar 13. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Penerangan jalan yang lebih baik di Jalan Penghibur akan memudahkan saya beraktivitas di malam hari 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sangat setuju Setuju Netral Tidak setuju Sangat tidak setuju Laki-laki Perempuan Selanjutnya, kajian mencoba menggali apakah fitur lampu LED yang memiliki warna cahaya cenderung putih, menghasilkan penglihatan yang lebih baik di mata 1 9

20 responden, dibandingkan lampu HPS yang memiliki warna kuning. Proyek percontohan SSLI di Makassar mengganti lampu HPS kuning 3000k, sebagaimana terlihat dalam gambar berikut, dengan lampu LED dengan warna cahaya cool white 6500k. Gambar 14. Cahaya lampu di lokasi percontohan sebelum penggantian dengan lampu LED Sumber: koleksi pribadi, diambil Juni 2014 Terhadap pertanyaan atas warna cahaya, responden perempuan yang sangat setuju atau setuju bahwa mereka dapat melihat lebih baik dengan lampu berwarna putih dibandingkan kuning berjumlah 47% dari total responden (yakni hampir semua responden perempuan), jauh lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yang berjumlah 23% dari total responden. Sejumlah 20% total responden yang berjenis kelamin laki-laki menyatakan netral terhadap pernyatan tersebut, yakni tidak memiliki preferensi atau tidak dapat menjawab. Gambar 15. Tanggapan Responden atas Pertanyaan Kuesioner Saya bisa melihat lebih baik dengan lampu berwarna putih dibandingkan kuning 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sangat setuju Setuju Netral Tidak setuju Sangat tidak setuju Laki-laki Perempuan Dengan demikian, terhadap manfaat proyek SSLI di lokasi percontohan, baik lakilaki dan perempuan memiliki pandangan yang sama bahwa penerangan jalan yang lebih baik akan mengurangi tingkat kriminalitas dan akan memudahkan beraktivitas di malam hari. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan tercermin ketika 2 0

21 menganalisis persepsi penglihatan yang lebih baik dari warna cahaya, dimana cukup banyak laki-laki yang tidak memiliki preferensi atas warna cahaya dan kaitannya dengan penglihatan yang lebih baik, sementara hampir semua responden perempuan berpendapat mereka dapat melihat lebih baik dengan lampu berwarna putih dibandingkan kuning. Dengan demikian, dalam konteks ini, dapat disimpulkan penggantian lampu HPS menjadi lampu LED di lokasi percontohan akan membawa manfaat yang cukup besar bagi perempuan, dibandingkan bagi lakilaki. 2 1

22 III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1. Kesimpulan Kajian ini menemukan fakta-fakta menarik tentang persamaan dan perbedaan lakilaki dan perempuan sebagai berikut: 1. Pemahaman masyarakat baik laki-laki maupun perempuan tentang hemat energi perlu ditingkatkan. 2. Pandangan masyarakat tentang kondisi lampu PJU di Jalan Penghibur secara umum cukup positif. Meski demikian ada pula beberapa pendapat bahwa lampu masih gelap, sering mati dan tidak cepat diganti. 3. Adanya kecenderungan perbedaan persepsi perempuan dan laki-laki mengenai tingkat terang yang memadai dan rasa aman yang diberikan terhadap jalan yang sama, dimana laki-laki cenderung menilai lebih terang sementara perempuan cenderung menilai kurang terang. Hal ini menyebabkan adanya kebutuhan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki, yakni kebutuhan khusus perempuan akan perlunya penerangan yang memadai. 4. Proyek SSLI yang dilaksanakan di Jalan Penghibur yang merupakan jalan umum dapat diakses oleh laki-laki dan perempuan. Secara kuantitas, jumlah laki-laki yang mengakses Jalan Penghibur lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. 5. Laki-laki dan perempuan telah berpartisipasi dalam melaporkan kerusakan lampu PJU. Secara kuantitas lebih banyak perempuan yang aktif dalam melaporkan kerusakan lampu PJU. 6. Penggantian lampu HPS menjadi lampu LED di lokasi percontohan akan membawa manfaat yang cukup besar bagi perempuan, dibandingkan bagi lakilaki, karena fitur warna cahaya yang dihasilkan. Lebih banyak perempuan yang berpendapat warna cahaya putih memberikan mereka penglihatan yang lebih baik, dibandingkan dengan laki-laki Rekomendasi Dengan memperhatikan temuan-temuan dari survei melalui kuesioner dan masukanmasukan dari kegiatan FGD, maka diperoleh saran-saran untuk perbaikan proyek SSLI, sebagai berikut: 1. Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang hemat energi kepada laki-laki dan perempuan. 2. Perlunya peningkatan partisipasi masyarakat dalam proyek SSLI dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pemantauan dan evaluasi. Informasi yang dibutuhkan antara lain kontak pelaporan kerusakan lampu PJU. 3. Melihat bahwa perempuan seperti ibu hamil memiliki kebutuhan khusus dan perempuan lebih rentan dalam hal keamanan di malam hari, maka perlu dibukanya akses bagi masyarakat, khususnya perempuan untuk berpartisipasi pada tahap perencanaan, terutama dalam hal mengusulkan lokasi proyek. 2 2

23 Lampiran 1 - Kuesioner Penggunaan Lampu LED untuk PJU di Jalan Lokasi Percontohan Kategori (diisi oleh pewawancara): Pengguna trotoar (kategori A). Harap isi keterangan berikut: pejalan kaki pedagang Pengguna jalan raya (kategori B). Harap isi keterangan berikut: toko/hotel pengemudi diperlukan untuk pengisian kuesioner nomor 14 dan 15 A. Data Pribadi Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan terakhir Sekolah dasar SMP SMA / setingkat Universitas lainnya Alamat tempat tinggal No telepon B. Kegiatan di jalan Penghibur 1. Kapan Anda melintas di jalan Penghibur: Setiap hari Beberapa hari dalam sebulan Beberapa hari dalam seminggu Beberapa hari dalam setahun 2. Pada jam berapa Anda melintas di jalan Penghibur (bisa diisi lebih dari satu): Pagi Siang Sore Malam C. Sikap atas hemat energi 3. Saya paham mengenai konsep hemat energi sangat setuju setuju netral tidak setuju sangat tidak setuju Tolong dijelaskan konsep hemat energi menurut pandangan Bapak/Ibu: 4. Sebelum membeli barang, saya memperhatikan daya (watt) peralatan elektronik tersebut sangat setuju setuju netral tidak setuju sangat tidak setuju D. Persepsi atas kondisi lampu PJU di jalan Penghibur 5. Saya tidak pernah terlalu memperhatikan lampu jalan di jalan ini: sangat setuju setuju netral tidak setuju sangat tidak setuju 6. Saya merasa cahaya lampu jalan di jalan Penghibur ini: terlalu terang terang netral kurang terang sangat gelap 7. Saya merasa lampu jalan di jalan Penghibur sering mati dan tidak cepat diganti: sangat setuju setuju netral tidak setuju sangat tidak setuju 8. Dengan kondisi lampu jalan saat ini, penerangannya membuat saya merasa aman berjalan di malam hari di sini: sangat setuju setuju netral tidak setuju sangat tidak setuju 2 3

24 9. Secara umum, saya merasa kondisi lampu PJU di jalan Penghibur seperti saat ini: sangat baik sekali sangat baik sedang buruk buruk sekali E. Sikap terkait manfaat yang didapat dari penggunaan lampu LED 10. Saya lebih menyukai putih dibandingkan kuning sebagai warna sinar lampu penerangan jalan sangat setuju setuju netral tidak setuju sangat tidak setuju 11. Saya bisa melihat lebih baik dengan lampu berwarna putih dibandingkan kuning sangat setuju setuju netral tidak setuju sangat tidak setuju 12. Umur lampu PJU merupakan hal penting untuk diperhatikan Pemerintah di jalan Penghibur sangat setuju setuju netral tidak setuju sangat tidak setuju 13. Penerangan jalan yang lebih baik di jalan Penghibur akan mengurangi tingkat kriminalitas sangat setuju setuju netral tidak setuju sangat tidak setuju 14. Untuk kategori A: Penerangan jalan yang lebih baik di jalan Penghibur akan memudahkan saya beraktivitas di malam hari sangat setuju setuju netral tidak setuju sangat tidak setuju Harap sebutkan aktivitas yang dimaksud: 15. Untuk kategori B: Penerangan jalan yang lebih baik di jalan Penghibur akan memudahkan saya menjalankan usaha saya di malam hari sangat setuju setuju netral tidak setuju sangat tidak setuju Harap sebutkan jenis usaha yang dimaksud: F. Partisipasi dalam pemeliharaan lampu jalan dan aspirasi untuk lampu PJU 16. Apakah Anda pernah melapor jika ada kerusakan lampu PJU? pernah belum pernah 17. Apakah Anda tahu kemana harus melapor untuk kerusakan lampu PJU? tahu tidak tahu 18. Apakah Anda pernah berpartipasi dalam mengusulkan kebijakan tentang lampu PJU? ya tidak 19. Apakah Anda ingin berpartisipasi dalam mengusulkan kebijakan tentang lampu PJU? ya tidak 20. Pemerintah seharusnya mempertimbangkan aspek berikut dalam pengadaan lampu jalan (diurutkan dari yang paling penting ke yang paling tidak penting) tingkat terang yang memadai umur lampu PJU warna cahaya hemat energi estetika (bentuk lampu dan rumah lampu) 2 4

25 Lampiran 2 Daftar Responden Daftar Responden Perempuan NO NAMA UMUR PENDIDIKAN TERAKHIR PEKERJAAN ALAMAT NO TELP/ SD SMP SMA UNIV DLL 1 Rizky Ariyanti Yusuf 23 1 BTN Gowa Sarana Indah Eka 22 1 Pedagang Jl. Andi Tonro Muliati 45 1 Pedagang Jl. Penghibur Ermita 25 1 Jl. Manggarupi Marie Enjinto 51 1 Penjual Pisang Epe Rajawali - 6 Sifa 21 1 Mahasiswi Jl. Hartasning A1 chyfacita@gmail.com 7 Emy Marini 22 1 Tamanmau Dahlia 40 1 Pedagang Minuman Rajawali - 9 Indah 20 1 Mahasiswi Jl. Pampang V dwiindasari83@gmail.com 10 Yuria 30 1 Ibu Rumah Tangga Beberani Resepsionis Htl 11 Anggraeni 33 1 Aryaduta Jl. Tanjung Alang I No Indri Ongka 76 1 Pemilik Toko Obat Toko Sinar Losari, Jl. Somba Opu No. 241 (0411) Ira 18 1 Pelayan café RcaféCafe, Jl. Penghibur - 14 Musdalifah 34 1 PNS d/a Dinas PU Kota Makassar Dani 30 1 PNS d/a Dinas PU Kota Makassar

26 Daftar Responden Laki-laki NO NAMA UMUR PENDIDIKAN TERAKHIR PEKERJAAN ALAMAT NO TELP/ SD SMP SMA UNIV DLL 1 Anto 40 1 Pejalan Jl. Muh. Tahir Andi Amir Jusuf 66 1 Pejalan Jl. Lamadukelleng (Buntu) Buyung 36 1 Pejalan Jl. Bontoduri No Syamsul 42 1 Pedagang Jl. Malino Rusmon 34 1 Pedagang Pisang Epe Losari Dg. Sibali 40 1 Pedagang Galesong Irwan 36 1 Pedagang Pisang Epe Jl. Rajawali No Sudi 37 1 Tukang Parkir/Becak Jl. Rajawali Udin 32 1 Satpam Jl. Datuk Ribandang Halim 43 1 Pedagang Pisang Epe Jl. Rajawali Irman 31 1 Pedagang Pisang Epe Jl. Rajawali Iman 47 1 Pekerja Bangunan Jl. Nusa Indah Tidak Ada 13 Oktav 42 1 Pegawai Hotel Banua Jl. Lamadukelleng Security/Satpam Gd 14 Sarip 27 1 Sindo Jl. Prunas Antar Amir 40 1 Tukang Ojek Jl. Dahlia

27 Lampiran 3 - Pelaksanaan Wawanacara NO NAMA PEWAWANCARA LOKASI WAWANCARA TANGGAL WAKTU JAM 1 Rizky Ariyanti Yusuf Muh. Aslam Jl. Haji Bau 17/06/ :30 2 Eka Muh. Aslam Jl. Haji Bau 17/06/ :30 3 Muliati Nur Fajrin Jl. Penghibur 17/06/ :50 4 Ermita Nur Fajrin Jl. Penghibur 17/06/ :15 5 Marie Enjinto Riana Jl. Penghibur (Depan Hotel Aryaduta) 17/06/ :45 6 Sifa Riana Anjungan Pantai Losari 17/06/ :56 7 Emy Marini Muh. Aslam Jl. Pasar Ikan 17/06/ :00 8 Dahlia Riana Anjungan Bugis Pantai Losari 17/06/ :20 9 Indah Riana City of Makassar Pantai Losari 17/06/ :30 10 Yuria Riana City of Makassar Pantai Losari 17/06/ :37 11 Anggraeni Trita Jl. Penghibur 17/06/ :30 12 Indri Ongka Riana Toko Sinar Losari 17/06/ :14 13 Ira Riana Rizz Cafe, Jl. Penghibur 17/06/ :42 14 Musdalifah Riana Kantor Dinas PU 18/06/0214 8:50 15 Dani Riana Kantor Dinas PU 18/06/0214 9:00 1 Anto Nur Fajrin Jl. Haji Bau 17/06/ :00 2 Andi Amir Jusuf Muh. Aslam Jl. Lamadukelleng 17/06/ :00 3 Buyung Nur Fajrin Jl. Haji Bau 17/06/ :16 4 Syamsul Muh. Aslam Jl. Penghibur 17/06/ :40 2 7

28 5 Rusmon Nur Fajrin Jl. Penghibur 17/06/ :40 6 Dg. Sibali Muh. Aslam Jl. Penghibur 17/06/ :00 7 Irwan Muh. Aslam Jl. Penghibur 17/06/ :20 8 Sudi Trita Jl. Haji Bau 17/06/ :30 9 Udin Trita Jl. Haji Bau 17/06/ :30 10 Halim Nur Fajrin Jl. Pasar Ikan 17/06/ :30 11 Irman Nur Fajrin Jl. Penghibur 17/06/ :45 12 Iman Trita Jl. Haji Bau 17/06/ :00 13 Oktav Trita Jl. Haji Bau 17/06/ :10 14 Sarip Trita Jl. Haji Bau 17/06/ :30 15 Amir Muh. Aslam Jl. Penghibur 17/06/

29 Lampiran 4 Matriks Kerangka Proyek Percontohan SSLI TAHAPAN PROYEK AKSES PARTISIPASI KONTROL MANFAAT PERENCANAAN Identifikasi pengguna jalan Identifikasi kebutuhan, kondisi wilayah Penyusunan rencana penggantian lampu jalan konvensional ke lampu LED Dinas PU Kota Makassar Pengguna jalan Masyarakat kota Makassar terdiri dari Lakilaki dan perempuan, khususnya: masyarakat pengguna jalan kelompok disabilitas tokoh masyarakat Kepala Dinas PU (dan kepala UPTD PJU) masyarakat sekitar lampu jalan instansi dan lembaga terkait Bagi pengguna jalan berupa: kenyamanan jalan keamanan efisiensi energi PELAKSANAAN Penggantian lampu jalan konvensional ke lampu LED Pelaksana: Kontraktor [Wahana Metrika] Pemerintah: Dinas PU Kota Makassar UPTDPJU Tenaga kerja di sekitar lokasi Masyarakat khususnya pengguna jalan lokasi proyek percontohan Tokoh masyarakat Kepala Dinas PU Kepala UPTDPJU Masyarakat di sekitar lokasi program Tokoh masyarakat Instansi/lembaga terkait Pemanfaatan tenaga lokal Warga sekitar jalan lokasi proyek percontohan PEMANTAUAN & EVALUASI Proses pelaksanaan lampu jalan yang hemat enegri Dinas PU Makassar (dan kepala UPTD PJU) Masyarakat Tim anggota terdiri dari laki-laki dan perempuan Masyarakat sekitar lokasi program Pemerintah setempat Perwakilan kelompok masyarakat Tokoh masyarakat Kawasan lebih baik dan aman Penghematan energi Penghematan anggaran APBD, APBN, Loan Ramah lingkungan Kontrol penggunaan anggaran 2 9

30 Lampiran 5 - Foto Pelaksanaan Kegiatan Pengarusutamaan Gender pada Proyek Percontohan SSLI Makassar Presentasi Pengarusutamaan Gender dalam SSLI oleh GIZ Paklim pada saat FGD 18 Juni 2014 Partisipasi perwakilan pemerhati perempuan pada saat FGD 18 Juni 2014 Pengumpulan data oleh GIZ Paklim melalui metode Angket Tertutup pada pengguna jalan lokasi percontohan di kota Makassar Pengumpulan data oleh GIZ Paklim melalui metode Angket Tertutup pada pengguna jalan lokasi percontohan di kota Makassar 3 0

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner pengelola dan instansi terkait Kuisioner untuk pengelola dan Instansi terkait Pantai Pangumbahan No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN 1 PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

Masihkah Buta Aksara Sebagai Prioritas Permasalahan Pendidikan?

Masihkah Buta Aksara Sebagai Prioritas Permasalahan Pendidikan? Pusat Data dan Statistik Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Masihkah Buta Aksara Sebagai Prioritas Permasalahan Pendidikan? Oleh: Dwi W. Hadi Sosialisasi Hasil-Hasil Pendayagunaan Data Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Kuesioner Karakteristik Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pasar Ruteng

Kuesioner Karakteristik Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pasar Ruteng Kuesioner Karakteristik Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pasar Ruteng Mohon untuk menjelaskan: 1. Berapa usia Anda? a. < 20 th b. 21-34 th c. 35-54 th d. > 55 th 2. [JANGAN DITANYAKAN] Pewawancara, menandai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Lampiran Kuisioner Penelitian UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur Jl. Dr. Mansyur No. 09 Padang Bulan, Medan. PENE LITI Bapak/Ibu yang kami hormati Saya mahasiswa jurusan Teknik Arsitektur.

Lebih terperinci

secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah.

secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah. Sumber penerangan utama yang digunakan oleh rumah tangga menjadi salah satu indikator kemiskinan yang digunakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik). Rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan selain

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI Pengunjung restoran yang mengkonsumsi menu makanan dan minuman di Restoran Khaspapi memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbedabeda. Latar

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIP (PIP) DI KABUPATEN KULON PROGO

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIP (PIP) DI KABUPATEN KULON PROGO LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIP (PIP) DI KABUPATEN KULON PROGO KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.........

Lebih terperinci

95 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

95 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 95 96 Lampiran 1. Kuesioner NO KUESIONER : Tanggal Survey :.... Jam :.. sd. Surveyor : KUESIONER PENGANTAR Yang terhormat Bapak/Ibu/Saudara/i, perkenalkan nama saya : Agatha Gustin Anggarini,

Lebih terperinci

Instrumen Monitoring Rumah Tangga Tahap 1

Instrumen Monitoring Rumah Tangga Tahap 1 Instrumen Monitoring Rumah Tangga Tahap 1 PELAKSANAAN KEGIATAN DANA BOS TAHUN ANGGARAN 2008 Monitoring and Evaluation Program to Support BOS Program INTERIM INDEPENDENT MONITORING I. PENDAHULUAN Salam

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA Oleh: Iklilah Muzayyanah DF., M.Si 1 (Dipresentasikan pada Workshop Pengarusutamaan Gender dan Anak di Perguruan Tinggi Agama Islam) Hotel T, 1 Oktober 2014 APA PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

BAB VI LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim. merupakan hasil produksi sendiri bertempat di samping rumah Bapak Salim

BAB VI LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim. merupakan hasil produksi sendiri bertempat di samping rumah Bapak Salim BAB VI LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim Usaha bapak Salim merupakan sebuah usaha yang keliling dengan menggunakan sepeda motor dengan sebuah keranjang untuk menampung

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN SALINAN NOMOR 28, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang:

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI DATA

BAB IV INTERPRETASI DATA BAB IV INTERPRETASI DATA 4.1. Profil Responden Pada penelitian ini data yang diperoleh selanjutnya dilakukan tabulasi, dimana data pada penelitian ini memiliki skala nominal, yang kemudian dilakukan analisa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. PENGUMPULAN DAN PRESENTASI DATA. Pengumpulan data pada penelitian ini terhitung dilakukan selama 20 hari,

IV. PENGUMPULAN DAN PRESENTASI DATA. Pengumpulan data pada penelitian ini terhitung dilakukan selama 20 hari, 34 IV. PENGUMPULAN DAN PRESENTASI DATA 4.1 Pengumpulan Data Survei Pengumpulan data pada penelitian ini terhitung dilakukan selama 20 hari, yaitu pada jangka waktu dari tanggal 12 September sampai 9 Oktober

Lebih terperinci

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai kriteria dan indikator kinerja yang diperlukan untuk dapat mendeskripsikan kondisi

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN MINAT BELI MASYARAKAT TERHADAP DAGING AYAM RAS, SAYUR DAN BUAH DI PASAR GAMPING. No. Responden : Tanggal :

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN MINAT BELI MASYARAKAT TERHADAP DAGING AYAM RAS, SAYUR DAN BUAH DI PASAR GAMPING. No. Responden : Tanggal : LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN MINAT BELI MASYARAKAT TERHADAP DAGING AYAM RAS, SAYUR DAN BUAH DI PASAR GAMPING No. Responden : Tanggal : Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian dalam rangka penulisan

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1 Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama Tabel 5.1 Area Beresiko Kabupaten Madiun Penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia 14 Desember 2015 PROGRAM PENGUATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER. SUYATNO, Ir. MKes FKM UNDIP SEMARANG, 2009

ANALISIS GENDER. SUYATNO, Ir. MKes FKM UNDIP SEMARANG, 2009 ANALISIS GENDER SUYATNO, Ir. MKes FKM UNDIP SEMARANG, 2009 Analisa Gender Adalah proses yang dibangun secara sistematis untuk mengidentifikasi dan memahami: pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Identitas Responden Sebelumnya akan dijelaskan dahulu karakteristik responden yang meliputi usia, jumlah anak yang dimiliki, dan pendidikan terakhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu tumbuh terciptanya sarana dan prasarana insfrastuktur yang harus memadai untuk kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 29/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. lokasi penelitian, yaitu di KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN

BAB III PENYAJIAN DATA. lokasi penelitian, yaitu di KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN BAB III PENYAJIAN DATA Dalam bab ini penulis akan memaparkan data yang penulis peroleh dari lokasi penelitian, yaitu di KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU. Adapun data yang penulis

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengintegrasikan

Lebih terperinci

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABOKINGKING KOTA PALEMBANG (RESPONDEN ADALAH IBU) Tanggal pengumpulan data : / / Enumerator

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi

Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mitra adalah perusahaan yang bergerak di bidang transportasi yaitu travel. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1981. Saat ini kantor pusat perusahaan

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN 1 Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkenaan dengan suatu lampu penerangan jalan umum atau dikenal dengan lampu PJU, khususnya lampu PJU yang dilengkapi

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

Data Pribadi Responden Jenis Kelamin : a. Laki-laki

Data Pribadi Responden Jenis Kelamin : a. Laki-laki LAMPIRAN 130 131 1. Kuesioner Persepsi Masyarakat Lokal terhadap KCB Kotagede LEMBAR KUESIONER Selamat pagi/siang/sore/malam. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk berpartisipasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa penerangan jalan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA DEPOK, Menimbang

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Penilaian Responden terhadap Potensi Wisata.

Tabel 6. Hasil Penilaian Responden terhadap Potensi Wisata. Tabel 6. Hasil Penilaian Responden terhadap Potensi Wisata. Nomer Foto No. Responden 1 2 3 4 1 Mahasiswa 7 8 6 8 2 Mahasiswa 8 9 7 8 3 Mahasiswa 7 8 8 7 4 Mahasiswa 8 9 8 8 5 Mahasiswa 6 8 7 8 6 Mahasiswa

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN DISAMPAIKAN OLEH: ASISTEN DEPUTI INFORMASI GENDER DALAM PERTEMUAN KOORDINASI DAN

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam 10 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengarusutamaan Gender (PUG) 1. Kebijakan Pengarusutamaan Gender Terkait dengan Pengarusutamaan Gender (PUG), terdapat beberapa isitilah yang dapat kita temukan, antara lain

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 1. Kuesioner Lampiran 1. Kuesioner Bapak/Ibu/Sdr/Sdri yang kami hormati, Selamat pagi/ siang/ sore/ malam Kami adalah mahasiswi semester akhir Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Saat ini, kami sedang melakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting

Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting No. Responden : Hari/Tanggal : A. Data Pribadi Responden. Nama : Umur : Jenis Kelamin : Perempuan / Lakilaki* Asal/tempat tinggal : Pendidikan

Lebih terperinci

ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN

ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN KAPASITAS PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN PROVINSI ACEH Kota Banda Aceh, 4-6 Septemberi 2014 Oleh: Subi Sudarto A. Pentingnya Workshop Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Dapat dilihat hasil perhitungan pada Brand Awareness ( Kesadaran Merek ) yang dimiliki oleh pasar swalayan dengan merek Toserba Yogya memiliki persentase terbesar

Lebih terperinci

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER 1. Tentang Lahirnya PUG Pengarusutamaan Gender PUG secara formal diadopsi dalam Beijing Flatform For Action BPFA tahun yang menyatakan bahwa pemerintah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Reformasi pada tahun 1998 merupakan momentum yang menandai berakhirnya sistem ketatanegaraan Indonesia yang bersifat sentralistik. Pasca runtuhnya rezim orde baru,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum. Berdasarkan penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum. Berdasarkan penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Berdasarkan penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Madiun tahun anggaran 2013 diperoleh data anggaran

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 87 BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 4.1 METODE PENGUMPULAN DATA Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang

Lebih terperinci

DRAFT TRANSKRIP WAWANCARA DAN KUESIONER. Transkrip Wawancara

DRAFT TRANSKRIP WAWANCARA DAN KUESIONER. Transkrip Wawancara DRAFT TRANSKRIP WAWANCARA DAN KUESIONER Data Informan Nama Informan : Jabatan : Tanggal Wawancara : Waktu Wawancara : Transkrip Wawancara A. Standar dan Arah Kebijakan 1) Apakah Renstra yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact Oleh : Arief Setyadi Persyaratan Gender dalam Program Compact Perempuan Bekerja Menyiangi Sawah (Foto: Aji) Program Compact memiliki 5 persyaratan pokok, yakni: 1. Analisis ERR di atas 10%, 2. Analisis

Lebih terperinci

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH 1 BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOPPENG,

Lebih terperinci

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya HASIL SURVEI. Gambar 4.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya HASIL SURVEI. Gambar 4.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin HASIL SURVEI 4.1. KEADAAN UMUM RESPONDEN Hasil survei menunjukkan jenis kelamin responden sebagian besar adalah laki-laki yaitu 788 responden (78.8%). Sisanya sebanyak 212 responden (21.2%) adalah responden

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK MASYARAKA ARAKAT MISKIN Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015 A. KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

1. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis dan Pembahasan 1. Analisis dan Pembahasan Selama 1 tahun JSKK melakukan aksi Demo Kamisan, tidak pernah mengetahui dengan pasti apakah masyarakat mengetahui, pengerti apa yang menjadi tujuan aksi dilakukan setiap minggu.

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM Strategi dan perencanaan program disusun berdasarkan permasalahanpermasalahan yang muncul pada dan potensi yang dimiliki oleh. Program disusun oleh berdasarkan

Lebih terperinci

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK Eka Agus Sugito 1 )., Syafaruddin As 2 ).,Siti Nurlaily 2 ) madridgito@gmail.com

Lebih terperinci

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia PERSEPSI FARMASIS TENTANG KEBIJAKAN SUBSTITUSI GENERIK DAN PELAKSANAANNYA DI KABUPATEN KONAWE Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK Ir. Linggi Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Perorangan S A R I Linggi adalah salah seorang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP Oleh : Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Disampaikan Pada Acara Koordinasi dan Sinkronisasi Pengarusutamaan Gender dalam Mendukung

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER

LAMPIRAN A KUISIONER 0 LAMPIRAN A KUISIONER A-1 LAMPIRAN A KUISIONER Metode penentuan sampling yang digunakan dalam kajian ini adalah menggunakan non probability sampling, dimana metode ini lebih tepat digunakan dalam kajian

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan; PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

informan dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan

informan dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan 121 Saya yang bertanda tangan di bawah ini merasa tidak keberatan untuk menjadi informan dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat atas nama Suryani dengan judul Gambaran

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN TARGET GROUP

KUESIONER PENELITIAN STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN TARGET GROUP LAMPIRAN : KUESIONER PENELITIAN STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN TARGET GROUP DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DELI SERDANG 2 SEI KARANG, GALANG

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2014

PROGRAM DAN KEGIATAN KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2014 PROGRAM DAN KEGIATAN KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2014 Program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Tahun 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Survey Kepuasan Pelanggan 2014

BAB I PENDAHULUAN. Survey Kepuasan Pelanggan 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan menyangkut keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH 1 BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini bertempat di Kampung Sinar. Lebih tepatnya bertempat di hutan sekitar kampung pada saat pewarisan pengetahuan berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013

KUESIONER PENELITIAN. Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013 88 KUESIONER PENELITIAN Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013 I. Karakteristik Responden No. Responden : Umur :

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul penelitian Peneliti : Analisis Peran Kepala Ruangan dalam Pelaksanaan Fungsi Manajemen Keperawatan; Persepsi Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci