RPJMN BIDANG PERTAHANAN. Oleh Herry Darwanto
|
|
- Ratna Sasmita
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RPJMN BIDANG PERTAHANAN Oleh Herry Darwanto Pada tanggal 8 Januari yang lalu, Presiden RI Joko Widodo telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Penyusunan RPJMN merupakan kewajiban Presiden menurut UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Selain RPJMN. Dalam UU ini disebutkan bahwa paling lambat 3 bulan sejak dilantik, Presiden sudah harus menetapkan RPJMN (Pasal 19). RPJMN merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden ke dalam strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program prioritas Presiden, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal. RPJMN dengan demikian merupakan penjabaran dari Nawacita, yaitu visi dan misi Presiden Jokowi yang ditawarkan kepada rakyat saat kampanye pada Pemilihan Presiden yang lalu. Disamping menjabarkan Nawacita, RPJMN juga berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang telah ditetapkan dengan UU Nomor 17 tahun Dengan mengacu pada RPJPN, diharapkan pembangunan nasional dapat berlangsung secara sistematis dan berkelanjutan, untuk mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang dicitacitakan. Proses Penyusunan Proses penyusunan RPJMN didahului dengan penyusunan kajian evaluasi dan proyeksi setiap bidang pembangunan oleh Bappenas setahun sebelum RPJMN ditetapkan. Dari kajian ini kemudian Bappenas menyusun draft rancangan awal RPJMN, yang merupakan pengintegrasian hasil-hasil kajian yang telah dilakukan. Proses ini dikenal dengan sebutan proses teknokratik. Selanjutnya setelah Presiden terpilih dilantik, rancangan awal RPJMN disusun dengan mengakomodasikan visi, misi dan program-program pokok Presiden terpilih. Dibandingkan dengan visi, misi dan program-program pokok calon Presiden yang ditawarkan kepada rakyat saat Pilpres, rancangan awal RPJMN ini lebih realistis karena sudah mempertimbangkan kondisi keuangan negara, berbagai komitmen negara untuk melaksanakan kesepakatan-kesepakatan internasional, program-program tahun jamak yang perlu diteruskan, dsb. Proses ini disebut sebagai proses politik, karena tujuan utamanya adalah mengakomodasikan pemenuhan harapan rakyat yang dicerminkan oleh visi, misi dan program kerja Presiden terpilih. Selanjutnya, rancangan awal RPJMN dibahas secara makro dalam Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Jangka Menengah yang diadakan sekali dalam lima tahun. Musrenbang ini selain diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Negara, termasuk para Kepala Daerah, juga mengikutsertakan wakil-wakil masyarakat, sehingga aspirasi masyarakat dapat diakomodasikan dalam RPJMN. Proses ini disebut dengan proses partisipatif. Setelah mendapat masukan dari berbagai komponen bangsa, maka rancangan RPJMN ditetapkan sebagai RPJMN oleh Presiden setelah dibahas terakhir kali dalam suatu Sidang Kabinet. Perlu diketahui bahwa draf rancangan RPJMN disusun juga berdasarkan rancangan Rencana Stategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) dari seluruh Kementerian dan Lembaga. Setelah RPJMN ditetapkan, maka Kementerian dan Lembaga menyesuaikan kemudian menyusun rancangan Renstra yang sudah dibuat sebelumnya menjadi Renstra-KL. Proses ini disebut dengan proses bottom-up dan top-down, karena selain menampung usulan dari bawah (yaitu Kementerian dan Lembaga), RPJMN juga menetapkan kebijakan dari Presiden untuk dilaksanakan oleh Menteri- Menterinya dan juga oleh para Kepala Daerah. RPJMN kemudian digunakan oleh Pemerintah untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang merupakan rencana pembangunan tahunan pemerintah. RKP menjadi dasar untuk menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), yang diajukan kepada DPR untuk mendapat persetujuan sesuai dengan 1
2 kewenangan DPR sebagai pemegang hak budget, agar keuangan negara dipergunakan sebaik-baiknya oleh pemerintah untuk memenuhi hajat hidup rakyat. Secara keseluruhan, proses perencanaan pembangunan demikian dimaksudkan untuk mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Dokumen RPJMN Dokumen RPJMN terdiri dari 3 buku: Buku I Agenda Pembangunan Nasional, Buku II Agenda Pembangunan Bidang, dan Buku III Agenda Pembangunan Wilayah. Buku I mengemukakan pertimbangan-pertimbangan dasar yang diperhatikan dalam penyusunan RPJMN, yaitu meliputi: kondisi umum, lingkungan strategis, kerangka ekonomi makro, kebijakan pembangunan nasional, agenda pembangunan nasional, dan kaidah pelaksanaan. Dalam Bab 2 tentang Kondisi Umum diuraikan: latar belakang, permasalahan dan tantangan, tiga masalah pokok bangsa, tantangan utama pembangunan; Bab 3 Lingkungan Strategis: geo-ekonomi, geo-politik, konstelasi geo-politik global, lingkungan geo-politik regional, lingkungan strategis nasional, bonus demografi, agenda pasca 2015 dan perubahan iklim; Bab 4 Kerangka Ekonomi Makro: kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 2014, prospek ekonomi tahun , pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan pengangguran, moneter, neraca pembayaran, keuangan negara dan fiskal, kebutuhan investasi dan sumber pembiayaan; Bab 5 Kebijakan Pembangunan Nasional: visi misi pembangunan, strategi pembangunan nasional, sembilan agenda prioritas, sasaran pokok pembangunan nasional; Bab 6 Agenda Pembangunan Nasional: kebijakan dan program pokok (lihat Kotak); dan Bab 7 Kaidah Pelaksanaan: kerangka pendanaan, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, dan kerangka evaluasi. Buku II adalah agenda pembangunan per bidang pembangunan. Ada sembilan bidang pembangunan yang ditetapkan dalam RPJMN , yaitu: (1) bidang pembangunan sosial budaya dan kehidupan beragama, (2) bidang ekonomi, (3) bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) bidang politik, (5) bidang pertahanan dan keamanan, (6) bidang hukum dan aparatur, (7) bidang pembangunan wilayah dan tata ruang, (8) bidang penyediaan sarana dan prasarana, (9) bidang pengelolaan sumber daya alam dan, lingkungan hidup. Untuk setiap bidang diuraikan: permasalahan dan isu strategis, sasaran, arah kebijakan dan strategi, kerangka pendanaan, serta kerangka regulasi dan kelembagaan untuk setiap bidang pembangunan. Buku III menguraikan agenda pembangunan nasional ditinjau dari segi spasial (wilayah). Bagian pertama Buku III ini membahas arah pengembangan wilayah nasional , yang meliputi uraian mengenai kerangka 2
3 pengembangan wilayah, tema pengembangan wilayah, tujuan dan sasaran pokok pengembangan wilayah, arah kebijakan dan strategi pengembangan wilayah, serta kaidah pelaksanaan pengembangan wilayah. Yang dimaksud dengan wilayah disini adalah ke enam pulau/kepulauan besar Indonesia, yaitu: Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Jawa-Bali dan Sumatera. Bab-bab berikutnya menguraikan untuk setiap wilayah: capaian kinerja saat ini, potensi dan keunggulan wilayah, tema pengembangan wilayah, tujuan dan sasaran pengembangan wilayah, arah kebijakan dan strategi pengembangan wilayah, kaidah pelaksanaan pengembangan wilayah, prioritas program pembangunan, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan. Dokumen RPJMN dilengkapi dengan matrik rencana pembangunan menurut bidang dan lembaga, yang memuat informasi mengenai program/kegiatan, sasaran, indikator, target tahunan, dan total alokasi anggaran selama Agenda Pembangunan Nasional Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. 2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. 8. Melakukan revolusi karakter bangsa. 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Bidang Pertahanan dan Keamanan Bidang Pertahanan dan Keamanan (Buku II Bab 6) merupakan salah satu dari sembilan bidang yang ditetapkan dalam RPJMN Bidang Hankam diarahkan untuk mewujudkansalah satu visi pemerintahan Presiden Joko Widodo, yaitu Indonesia yang aman dan damai. Permasalahan yang dihadapi dalam bidang Hankam dapat dipilah ke dalam permasalahan internal dan eksternal. Permasalahan internal antara lain: pengeroposan nilai-nilai Pancasila, tindak kekerasan dan anarkisme terkait agama, separatisme, terorisme, permasalahan perbatasan, meningkatnya peredaran narkoba, penyelundupan, dan perdagangan ilegal. Sedangkan permasalahan eksternal antara lain: dominasi negara-negara maju, konflik antar dan intranegara, peperangan asimetris, perlombaan senjata, sengketa perbatasan negara, perkembangan nuklir Korea Utara, sengketa teritori antara Jepang-China, kejahatan lintas negara. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, ditetapkan tujuh sub-bidang pembangunan Hankam, yaitu: 1. Alutsista TNI, almatsus-polri dan pemberdayaan industri pertahanan; 2. Kesejahteraan dan profesionalisme prajurit; 3. Profesionalisme Polri; 4. Intelijen dan kontra intelijen; 3
4 5. Gangguan keamanan dan pelanggaran di laut dan wilayah darat; 6. Prevalensi penyalahgunaan narkoba; dan 7. Sistem keamanan nasional yang integratif. Pelaksanaan agenda pembangunan sub-sub bidang Hankam tersebut merupakan tanggungjawab bersama dari Kementerian Pertahanan/TNI, Polri, BNN, Lemsaneg, Bakamla, Wantanas dan Lemhanas. Kemhan bersama TNI bertanggungjawab langsung dalam menangani pengadaan alutsista dan pemberdayaan industri pertahanan; kesejahteraan dan profesionalisme prajurit; penanganan gangguan keamanan dan pelanggaran hukum di laut dan wilayah perbatasan darat, dan pembangunan sistem keamanan nasional yang integratif. Masalah keamanan laut dan perbatasan darat, juga menjadi tanggungjawab Bakamla dan Polri selain TNI. Pembangunan sistem keamanan nasional yang integratif juga menjadi tanggungjawab lembaga-lembaga lain terkait. Kebijakan Pembangunan Pertahanan Arah kebijakan pembangunan bidang Hankam yang menjadi tanggungjawab Kemhan/TNI adalah sebagai berikut. Terpenuhinya alutsista TNI, ditempuh dengan melanjutkan pemenuhan MEF; meningkatkan upaya pemeliharaan dan perawatan; meningkatkan kontribusi industri pertahanan dalam pengadaan alutsista TNI; meningkatkan kemampuan dan penguasaan teknologi industri pertahanan. Meningkatnya kesejahteraan dalam rangka pemeliharaan profesionalisme prajurit, ditempuh dengan meningkatkan fasilitas perumahan dinas prajurit; meningkatkan kualitas serta kuantitas pendidikan dan pelatihan prajurit TNI, dll. Menguatnya keamanan laut dan daerah perbatasan, ditempuh dengan meningkatkan pengawasan dan penjagaan; serta penegakan hukum di laut dan daerah perbatasan; meningkatkan sarana dan prasarana pengamanan laut dan daerah perbatasan; dan meningkatkan sinergitas pengamanan laut dan daerah perbatasan. Terbangunnya sistem sistem keamanan nasional yang integratif, ditempuh dengan melakukan pendekatan keamanan yang komprehensif yang diukur dengan indeks ketahanan nasional; meningkatkan koordinasi antar institusi pertahanan dan keamanan dengan institusi lainnya; meningkatkan kesadaran, sikap, dan perilaku bela negara di masyarakat. Strategi Kebijakan Strategi kebijakan untuk keempat sub-bidang pertahanan yang menjadi tanggungjawab Kemhan/TNI adalah sebagai berikut. Terpenuhinya alutsista TNI: mengadakan alpalhan TNI; meningkatkan kesiapan Alutsista TNI ; meningkatkan peran industri pertahanan dalam negeri; meningkatkan kolaborasi penelitian dan pengembangan serta perekayasaan antara Lembaga Litbang Pemerintah - Perguruan Tinggi - Industri. Meningkatnya kesejahteraan dalam rangka pemeliharaan profesionalisme prajurit: meningkatkan jumlah fasilitas perumahan prajurit; menetapkan regulasi tentang perumahan dinas prajurit; melakukan kerjasama Interdep dengan Kementerian PU dan Perumahan Rakyat; dan meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dan latihan prajurit TNI. Menguatnya keamanan laut dan daerah perbatasan: meningkatkan sarana prasarana dan kegiatan operasi pengamanan dan keselamatan di laut dan wilayah perbatasan, termasuk peningkatan kapasitas peralatan surveillance keamanan laut; menambah pos pengamanan perbatasan darat; dan intensifikasi dan ekstensifikasi 4
5 operasi keamanan dan keselamatan di wilayah laut yurisdiksi nasional, termasuk di area poros maritim dan tol laut. Terbangunnya sistem keamanan nasional yang integratif: membentuk Kogabwilhan (Komando Gabungan Wilayah Pertahanan); membentuk Dewan Keamanan Nasional; memutakhirkan sistem informasi keamanan nasional; merumuskan kebijakan keamanan nasional strategis, krusial, dan mendesak; mengendalikan dan pemantauan keamanan nasional; menyelenggarakan pendidikan bela negara. Kerangka Pendanaan Beberapa sasaran program/kegiatan yang akan dicapai/dilakukan dalam periode adalah sebagai berikut. 1. Pengadaan alutsista: pencapaian Alutsista MEF tahap II, terpenuhinya pemeliharaan dan perawatan Alutsista sebesar 50%, terpenuhinya sarpras pendukung Alutsista, pengembangan Industri Pertahanan dan R&D pertahanan, akuisisi Alutsista produksi Indhan minimal 20% dari total akuisisi. 2. Kesejahteraan dan profesionalisme prajurit: rata-rata kenaikan jumlah diklat 10% per tahun, pembangunan unit perumahan. 3. Pengamanan laut dan perbatasan darat: terlaksananya 12 operasi keamanan laut secara bersama di wilayah perairan yurisdiksi Indonesia/tahun, terbangunnya sarana dan prasarana pendukungnya keamanan laut, pembangunan pos perbatasan darat (150 pos) dan laut (30 pos). 4. Sistem keamanan nasional yang integratif: policy brief yang disampaikan kepada Presiden selaku ketua Dewan Keamanan Nasional; kajian kebijakan keamanan nasional strategis, krusial, dan mendesak; indeks ketahanan nasional; pendidikan bela negara. Pendanaan untuk pelaksanaan program/kegiatan tersebut diatas berasal dari Rupiah Murni (RM), Pinjaman Dalam Negeri (PDN), dan Pinjaman Luar Negeri (PLN). RM merupakan sumber pendanaan yang umum. PDN diutamakan untuk pemberdayaan industri pertahanan nasional sebagaimana diamanatkan pada UU No. 16/2012 tentang Industri Pertahanan. PLN hanya diperuntukkan bagi pengadaan Alutsista TNI yang masih akan diadakan dari luar negeri. Kerangka Regulasi dan Kelembagaan Untuk mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan pertahanan beberapa peraturan yang akan dibuat antara lain: PP tentang penyelenggaraan industri pertahanan, PP tentang mekanisme imbal dagang kandungan lokal dan ofset dalam pengadaan barang/jasa alpahankam, Perpres pengelolaan industri pertahanan, UU tentang Keamanan Nasional, Perpres tentang Pembentukan Dewan Keamanan Nasional (Wankamnas). Sedangkan pengembangan kelembagaan yang akan dilakukan antara lain: penguatan KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan), penguatan lembaga pengelola perumahan prajurit, pembentukan Kogabwilhan (Komando Gabungan Wilayah Pertahanan), pembentukan Dewan Keamanan Nasional, dan peningkatan koordinasi pengendalian dan pemantauan keamanan nasional. Penutup RPJMN yang sudah ditetapkan selanjutnya menjadi panduan bagi Kementerian dan Lembaga serta Pemerintah Daerah untuk menyusun rencana-rencana lebih teknis, baik untuk keperluan penganggaran maupun 5
6 untuk keperluan implementasi. Kita berharap, agar semua pihak menjabarkan RPJMN tersebut dengan konsisten dalam rencana tindak masing-masing. Jika ini terjadi, maka kita akan melihat gerak pembangunan yang searah, menuju pada tercapainya target-target yang telah ditetapkan. Pada saat implementasi, setiap Kementerian dan Lembaga, maupun Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) dituntut untuk melakukan koordinasi satu sama lain agar resultante gerak pembangunan yang dilakukan menghasilkan output yang optimal, bukan saling mengurangi. Untuk itu diperlukan kesediaan mengendalikan ego masing-masing sektor secara tulus. Seringkali, beberapa sektor/satker/dsb. bersikukuh dengan peraturan yang ada untuk mempertahankan kepentingan sepihaknya. Hal seperti ini seharusnya dicegah sejak awal dengan memberikan informasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan kepada pihak-pihak terkait, disertai ajakan untuk bekerja sama saling mendukung, sebagai langkah awal untuk menyatukan langkah menuju terwujudnya visi, dan terlaksananya misi, Presiden pilihan rakyat. --o0o-- Penulis adalah Staf Ahli Menteri Pertahanan bidang Ekonomi. Tulisan ini merupakan pendapat pribadi. Sumber: RPJMN ( 6
Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciSURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada
Lebih terperinciBAB II ASAS DAN TUJUAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinci- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NO 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
UNDANG-UNDANG NO 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Latar Belakang Amandemen Keempat UUD NRI 1945 Tidak ada GBHN Pemilihan Presiden secara langsung Pemilihan Kepala Daerah secara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar 2005-2025
BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Di era otonomi daerah, salah satu prasyarat penting yang harus dimiliki dan disiapkan setiap daerah adalah perencanaan pembangunan. Per definisi, perencanaan sesungguhnya adalah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPage 1 of 12 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN Jakarta, 12 Mei 2015 1 OUTLINE A. DASAR HUKUM B. PEMBAGIAN KEWENANGAN DALAM PENGELOLAAN NEGARA C. SIKLUS PENYUSUNAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciJakarta, 10 Maret 2011
SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,
Lebih terperinciBUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU
BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,
Lebih terperinciISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN
- 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten yang sedang tumbuh dan berkembang di wilayah pesisir barat-selatan Provinsi Aceh. Kabupaten yang terbentuk secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek
Lebih terperinci- 1 - BAB I PENDAHULUAN
- 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN
Lebih terperinciMANAJEMEN KEUANGAN BANDI. 11/26/2013 Bandi, 2013 MKN
MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA BANDI 11/26/2013 Bandi, 2013 MKN 1 MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA (MKN) MKN meliputi antara lain: 1. Sistem Administrasi Keuangan Negara (SAKN) 2. Sistem Penganggaran 3. Sistem Pelaporan
Lebih terperinciPAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN
MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP
Lebih terperinciStrategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula
Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula Latar belakang Amandemen Keempat UUD NRI 1945 Tidak ada GBHN Pemilihan Presiden secara langsung Pemilihan Kepala Daerah secara demokratis UU
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,
Lebih terperinciDESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Kabupaten yang baru berusia 17 tahun, sudah banyak yang dilakukan pemerintah untuk mengisi pembangunan, dapat dilihat akses-akses masyarakat yang terpenuhi
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD merupakan penjabaran
Lebih terperinciRPJMN dan RENSTRA BPOM
RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju
Lebih terperinciKEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN
KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN 2004-2009 Disampaikan oleh : Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Pada
Lebih terperinciPembangunan Nasional dan Daerah
Perencanaan Berdasarkan PP 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa atas berkat rahmat
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI Nomor : Tanggal : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan
Lebih terperinci- 1 - BAB I PENDAHULUAN
- 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1
1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1
BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2013 TANGGAL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN
Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA
BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,
Lebih terperinciRKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1
1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1
BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Setiap daerah di era Otonomi memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk dapat mengatur proses pembangunannya sendiri, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor
Lebih terperinciSISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (SPPN) Ekonomika Terapan
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (SPPN) Ekonomika Terapan PENDAHULUAN Deskripsi singkat Pokok bahasan ini akan membahas system perencanaan pembangunan yang digunakan di Indonesia, peraturan perundangan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSYAWARAH
Lebih terperinciTENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG
LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 2 Tahun 2008 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI
- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
No.1312, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Raperda tentang RPJP Daerah dan RPJM Daerah serta Perubahan RPJP
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR : TAHUN 2014 TANGGAL : MEI 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Lebak mempunyai catatan tersendiri dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pada jaman kolonial, kabupaten ini sudah dikenal sebagai daerah perkebunan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TANGGAL 6 JUNI LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TANGGAL 6 JUNI 2011 1.1. LATAR BELAKANG Dalam masa kepemimpinan Bupati terpilih untuk lima tahun mendatang, Kabupaten Gresik tentu akan menghadapi
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1
LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinci2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN
Lebih terperinciPemerintah Kota Cirebon
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciRPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN
i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi
Lebih terperinciPENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciRPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.
Lebih terperinciPemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan nasional adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI BARAT
GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,
Lebih terperinci