Efektivitas Film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part: 1) Terhadap Eksistensi. Warkop DKI di Kalangan Masyarakat Surabaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Efektivitas Film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part: 1) Terhadap Eksistensi. Warkop DKI di Kalangan Masyarakat Surabaya"

Transkripsi

1 Efektivitas Film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part: 1) Terhadap Eksistensi Warkop DKI di Kalangan Masyarakat Surabaya Disusun Oleh : Arnovriansyah Jurnalistik Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi - Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA AWS) 2018

2 KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam mengerjakan skripsi dan berkah yang tiada tara dalam kehidupan peneliti. Karena hanya dengan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Efektivitas Film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part: 1) Terhadap Eksistensi Warkop DKI di Kalangan Masyarakat Surabaya. Peneliti berharap agar peneliti ini bermanfaat bagi pembaca. Dengan selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara materi, mental, dan spiritual. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih, diantaranya : 1. Ir. Chairil Syarif Bustman (alm) adalah bapak hebat dan Endang Retno Widowati adalah ibu paling hebat dan single fighter yang sudah membimbing putranya sampai saat ini. 2. Drs. Ismojo Herdono, M. Med. Kom., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya. 3. Ratna Puspita Sari M. Med. Kom.,selaku dosen pembimbing atas arahan, waktu dan saran saran yang diberikan hingga skripsi ini dapat diselesaikan. 4. Suprihatin, M. Med. Kom, selaku wakil ketua 1 program studi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya. 5. Jokhanan Kristiyono, M. Med. Kom., selaku dosen wali dan arahan untuk memilih mata kuliah yang ditempuh. 6. Bapak Riyanto, ibu Parti, dan selaku staf Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya. Yang telah memberikan bantuan selama kuliah. 7. Rekan rekan kerja Bantex Surabaya yang selalu membantu dan memberikan motivasi menulis skripsi. i

3 Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam peneliti skripsi ini tidak lepas dari kesalahan, karenanya peneliti berlapang dada untuk menerima kritik dan saran yang membangun dai berbagai pihak. Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan peneliti ini, dan semoga peneliti ini bisa berguna bagi penulis dan semua pihak lain yang memanfaatkan. Surabaya, April 2018 Peneliti ii

4 ABSTRAK Efektifitas Film Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss (Part: 1) Terhadap Eksistensi Warkop DKI di Masyarakat Surabaya Masyarakat Indonesia tentu tak asing dengan nama Warkop DKI yang digawangi oleh Dono, Kasino, Indro, salah satu grup lawak di era 80an yang juga menghidupkan dunia komedi di Indonesia. Sejak meninggalnya dua personil Warkop, yaitu Dono dan Kasino, grup ini menjadi tidak lengkap. Sineas perfilman Indonesia berusaha menghidupkan kembali atmosfer lawakan Warkop DKI, dengan membuat film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part 1 ). Film ini tenyata mendapatkan sambutan yang sangat baik dari masyarakat, dan mencatatkan rekor sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part 1 ) terhadap eksistensi Warkop DKI di masyarakat Surabaya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori SMCR dan Teori Efektivitas Film. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Peneliti menggunakan metode survey, sementara pengolahan data menggunakan SPSS. Hasil penelitian ini diketahui bahwa penonton Surabaya mempunyai sikap yang positif. Hal ini berarti penonton setuju bahwa film Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss (Part: 1) efektif terhadap eksistensi Warkop DKI. Kata kunci: Film, teori efek (kognitif, afektif, behavioral), eksistensi, sikap penonton.

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii iv vi vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis Landasan Teori Teori S M C R Film Sebagai Media Komunikasi Massa Pengertian Film Film Sebagai Media Komunikasi Karakteristik Film Fungsi Film Dalam Komunikasi Konstruksi Realistis Dalam Film Efektivitas Film iv

6 1.5.7 Eksistensi Kerangka Berfikir Metologi Penelitian Metode dan Jenis Penelitian Populasi dan Sempel Definisi Konseptual Efektif Film Eksistensi Warkop DKI Definisi Operasional Teknik Pengumpulan Data Teknik Uji Instrumen Teknik Analisa Data BAB II DEFINISI OBYEK PENELITIAN 2.1 Profil Grup Warkop DKI Karakter Warko DKI Film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (part:1) Penghargaan BAB III HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 3.1 Validitas dan Reabilitas Uji Validitas Uji Reabilitas Identitas Responden Jenis Kelamin Responden v

7 3.2.2 Usia Responden Pendidikan Terakhir Responden Pekerja Responden Tempat Tinggal Responden Efek Mengenai Film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (part:1) Efek Kognitif Efek Afektif Efek Behavioral Sikap Responden Terhadap Film Analisis Data BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Saran Saran Akademis DAFTAR PUSTAKA... viii LAMPIRAN... ix vi

8 DAFTAR TABEL Halaman 3.1 Uji Validitasi Uji Reliabilitas Jenis Kelamin Responden Usia Responden Pendidikan Terakhir Responden Pekerjaan Responden Tempat Tinggal Responden Film Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss (Part 1) adalah film adaptasi film Warkop DKI terdahulu Film Warkop DKI Reborn Jangkik Boss (Part 1) bercerita tentang Dono Kasino Indro bekerja sebagai anggota CHIPS Istilah "Jangkrik Boss" adalah salah satu ikon dari film Warkop terdahulu yang berjudul CHIPS Dono Kasino Indro adalah sahabat Dalam film, Dono adalah karakter yang paling sentral dari ketiga anggota Warkop DKI Dalam film Dono digambarkan sebagai pria polos, namun justru paling banyak menuai keberuntungan Dono memiliki ciri fisik gigi tongos dan perut buncit Dalam film Kasino merupakan karakter yang paling banyak akal dan banyak bicara Logat yang digunakan Kasino adalah Logat Banyumas Kasino pandai bermain gitar dan menyanyikan Nyanyian Kode dalam film. 54 vi

9 3.18 Indro adalah karakter yang paling tenang dan biasanya menjadi penengah masalah Ciri khas Indro adalah kumisnya yang lebat dan penampilannya mirip preman Indro sering menggunakan Logat Batak padahal ia berasal dari Jawa Indro (personil asli Warkop) merupakan satu-satunya anggota Warkop yang masih hidup Indro (personil asli Warkop) ikut bermain dalam film dan berperan sebagai alter ego Indro yang diperankan Tora Sudiro Senang produser film membuat film adaptasi Warkop DKI Senang menonon film Warkop DKI terdahulu Senang dengan jalan cerita film Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss (Part 1) Senang dengan persahabatan Dono Kasino Indro yang ada dalam film Merasa Abimana memerankan karakter Dono dengan baik Merasa Vino G Bastian memerankankan karakter Kasino dengan baik Merasa Tora Sudiro memerankan karakter Indro dengan baik Senang Indro (personil asli Warkop) ikut bermain dalam film Senang dengan guyonan yang dilontarkan Dono Kasino Indro dalam film Senang dengan kritik sosial yang muncul dalam film Merasa gaya penampilan sama dengan salah satu karakter dalam film Senang dengan gaya bahasa yang digunakan dalam film Meskipun orang lain berpendapat film Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss (Part 1) jelek, saya akan tetap menontonya Saya akan mengusulkan pemeran lain sebagai anggota Warkop DKI kepada pihak produksi Saya akan sering berkumpul meluangkan waktu bersama sahabat saya seperti yang dilakukan Dono Kasino Indro vii

10 3.38 Saya akan membantu memecahkan permasalahan yang dialami teman seperti yang dilakukan Dono Kasino Indro Saya akan mengikut gaya berpenampilan seperti salah satu tokoh kesukaan saya dalam film Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss (Part 1) Saya akan menggunakan gaya bahasa seperti dalam film Saya akan memperbincangkan isi dan jalan cerita film dengan teman-teman saya Saya akan menonton kelanjutan film Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss (Part 1) Kategori Mean Dari Skor Interval Interval Sikap Secara Keseluruhan viii

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1.1 Teori SMCR Poster Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part vii

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran komika muda di Indonesia memberikan kesegaran baru bagi dunia perfilman Indonesia. Industri film khususnya genre komedi Indonesia memunculkan karya-karya baru film, bahan canda tawa yang lebih segar, dan program-program komedi yang kreatif di dunia hiburan Indonesia. Hadirnya komedian-komedian dan tayangan komedi menjadi salah satu pilihan bagi khalayak yang sebelumnya didominasi genre film horor untuk menjadi hiburan khalayak. Namun demikian, khalayak tetap selektif memilih film yang ingin dan layak untuk mereka tonton. Hal ini juga berlaku di pelaku industri film seperti bioskop, mereka akan lebih selektif memilih film yang akan diputar dan dipasarkan kepada khalayak, film yang bernilai jual tinggi sehingga memberikan keuntungan besar bagi pemutarannya. Oleh karena itu dalam suatu pemasaran film peran dari kreatif pemasar film juga sangat dibutuhkan untuk kesuksesan komunikasi pemasaran filmnya. Dari sisi pelaku film mereka juga harus berpikir kreatif menciptakan ide atau bahan lelucon yang menarik bagi khalayak. Film merupakan salah satu saluran atau komunikasi media massa, perkembangan film sebagai salah satu media komunikasi massa mengalami pasang surut yang cukup berarti, namun media film di Indonesia tercatat mampu memberikan efek yang signifikan dalam proses penyampaian pesan (Rivers & Peterson, 2008, p.252). 1

13 Film menjadi sebuah alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang menawarkan cerita, drama, humor, musik bagi khalayak. Film dianggap sebagai media yang sempurna untuk merepresentasikan dan mengkosntruksi realitas kehidupan yang dapat membangkitkan sejarah atau kenangan masa lalu, serta berperan dalam pelestarian budaya bangsa. Media film menjadi bentuk media massa yang mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat. Dalam film terdapat hasil olahan dari berbagai komponen, seperti perwatakan, kostum, properti, alur, plot dan lainnya sehingga mampu menggemas pesan yang merujuk pada ide, fenomena secara mendalam. Tidak jarang cerita yang ada dalam film merupakan gambaran dari realitas kehidupan. Film akhirnya juga dipandang sebagai sebuah bahasa yang menggeneralisasikan makna-makna melalui sistem yaitu ke dalam sinematografi, suara editing dan sebagainya. Film memiliki fungsi komunikasi diantaranya : (1) Sebagai sarana hiburan, film bertujuan memberikan hiburan kepada khalayaknya dengan isi cerita film, geraknya, keindahannya, suara dan sebagainya agar penontonya mendapat kepuasaan secara psikologis. (2) Sebagai penerangan, film memberikan penjelasan kepada penonton tentang suatu hal atau permasalahan, sehinga penonton mendapat kejelasan atau paham tentang hal tersebut dan dapat melaksanakannya. (3) Sebagai propaganda, film mengarah pada sasaran utama untuk mempengaruhi khalayak, agar khalayak mau menerima atau menolak pesan, sesuai dengan keinginan si pembuat film. Merujuk pada fungsi film yang pertama, film bergenre komedi kemudian dibuat. Pada 2015 hingga awal 2017 film komedi mulai banyak diproduksi, salah 2

14 satunya film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part 1). Film ini diadaptasi dari fenomena grup komedi legendaris Indonesia yaitu Warkop DKI (Dono - Kasino-Indro) yang populer di era 1970-an hingga 1990-an. Film remake Warkop DKI ini sukses meraih predikat sebagai film dengan raihan penonton terbesar dalam kurun waktu yang singkat. Hanya dalam 12 hari penayangan (8 September 20 Septermber 2016), film yang dibintangi oleh Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian, dan Tora Sudiro ini telah disaksikan hampir 5 juta penonton. Masyarakat Indonesia tentu tak asing dengan nama Warkop DKI yang digawangi oleh Dono, Kasino, Indro, salah satu grup lawak di era 80an yang juga menghidupkan dunia komedi di Indonesia. Kerinduan akan komedi mereka yang khas melahirkan karya film ini, sejak meninggalnya dua personil Warkop, yaitu Dono dan Kasino, grup ini menjadi tidak lengkap. Melalui film ini, sineas Indonesia berusaha menghidupkan kembali atmosfer lawakan Warkop DKI dan tenyata mendapatkan sambutan yang sangat baik dari masyarakat. Seperti halnya film yang mengangkat grup atau tokoh sebelum film Warkop DKI Reborn ditayangkan, beberapa diantaranya seperti film Habibi & Ainun, Gie, The Social Network, film-film tersebut mengangkat kisah tokoh utama. Habibi & Ainun, film yang menceritakan kisah perjalanan cinta antara Presiden Republik Indonesia ke-3 dan istri, Gie tokoh aktivis dan mahasiswa Universitas Indonesia yang sangat kritis dan ingin menggulingkan rezim pemerintahan Soekarno yang diktator dan terjadi ketidakadilan sosial, korupsi, dan penyalahgunaan kedaulatan. 3

15 Film The Social Network yang mengisahkan awal mula seorang mahasiswa menciptakan jejaring sosial media Facebook. Film-film tersebut memperkuat eksistensi tokoh asli yang diangkat dalam cerita film tersebut.menurut kamus besar Bahasa Indonesia, eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut Abidin Zaenal (2007:16) eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensipotensinya. Sehingga melalui media film ini, tokoh-tokoh tersebut tetap eksis dalam masyarakat, karena film sebagai media komunikasi massa mengingatkan masyarakat tentang keberadaan atau tokoh tersebut ada. Film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part 1 ) hingga Oktober 2016 mencatat jumlah penonton hingga 6,5 juta penonton dan pendapatan kotor dari film ini diperkiraan lebih dari Rp 170 miliar. Film yang dirilis pada 8 September 2016 itu berhasil mencatatkan rekor sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa. Selama 8 tahun predikat sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa dipegang oleh film Laskar Pelangi, pretasi yang diraih oleh film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part: 1) merupakan satu pertanda bangkitnya film komedi di Indonesia. 4

16 Dalam poster film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part: 1) ditampilkan ketiga tokoh utama dalam film yaitu Dono, Kasino, Indro yang memakai seragam dan Kasino yang sedang memegang senjata api atau pistol. Sedangkan Dono di lehernya terdapat pigura berwarna emas, ekspresi ketiga tokoh ditampilkan matanya terbelalak atau melotot. Bagi masyarakat kelahiran 80-an atau 90-an sebagaian besar mengenal Warkop DKI, beberapa periode salah satu stasiun televisi menayangkan serial film mereka secara berkala. Namun bagi remaja kelahiran 2000-an bisa jadi tidak mengenal grup komedi Warkop DKI. Film ini berusaha mengadaptasi lawakan Warkop DKI dan mengobati rasa rindu penggemar komedi khususnya penggemar grup komedi Warkop DKI. Film ini menarik bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana sebuah film mempengaruhi eksistensi grup lawak Warkop DKI, dan bagaimana efeknya kepada penonton. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana efektivitas film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part : 1) terhadap eksistensi Warkop DKI di Masyarakat Surabaya? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part : 1) terhadap eksistensi Warkop DKI. 1.4 Manfaat Penelitian praktis, yaitu : Adapun manfaat penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat 5

17 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi yaitu film sebagai salah satu media komunikasi massa Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran sekaligus bahan masukan tim produksi film untuk pembuatan film kedua dalam menghidupkan kembali tokoh grup komedi Warkop yaitu Dono-Kasino-Indro, serta referensi bagi praktisi film yang ingin mengangkat tokoh atau grup yang ada dalam kehidupan sosial ke dalam film. 1.5 Landasan Teori Teori SMCR Dalam penelitian ini, penulis menggunakan suatu teori komunikasi. Teori komunikasi yang digunakan adalah teori komunikasi model David K. Berlo. Model komunikasi Berlo dikenal dengan model SMCR yaitu kepanjangan dari Source (sumber), Message (pesan), Channel (Saluran), dan Receiver (penerima). Menurut Berlo (Mulyana, 2007, p. 162) mengemukakan bahwa sumber adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat ; 6

18 saluran adalah medium yang membawa pesan ; dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi. Berlo juga menggambarkan dalam (Mulyana, 2007, p. 162), kebutuhan penyandi (encoder) dan penyandi balik (decoder) dalam proses komunikasi. Enkoder bertanggung jawab mengekspresikan maksud sumber dalam bentuk pesan. Dalam situasi tatap muka, kelompok kecil dan komunikasi publik (pidato), saluran komunikasinya adalah udara yang menyalurkan gelombang suara. Dalam komunikasi massa, terdapat banyak saluran : televisi, film, radio, surat kabar, buku, dan majalah. Dalam penelitian ini, terkait dengan teori komunikasi Berlo yaitu bahwa Source (sumber) berasal dari produser film yang menyampaikan Message (pesan) yakni film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part : 1), yang dikomunikasikan melalui Channel (saluran) yaitu bioskop yang ditujukan kepada Receiver (penerima), dimana Receiver (penerima) ini adalah para penonton Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part : 1). 7

19 Gambar 1.1 Teori SMCR Film Sebagai Media Komunikasi Massa Pengertian Film Dalam buku cara Menghayati Sebuah Film (Monaco, 1977, p.34), film istilah kata dari sinematografi. Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa inggris cinematography yang berasal dari bahasa latin kinema gambar.teknik menangkap gambar dan menggabunggabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengembangkan cerita). Film merupakan teks-struktur linguistik yang kompleks dan kodekode visual yang disusun untuk memproduksi makna-makna khusus.film bukan hanya sekedar koleksi atas gambaran atau stereotype. Film-film membentuk makna melalui susunan tanda-tanda 8

20 visual dan verbal.struktur tekstual inilah yang harus kita periksa karena disinilah makna dihasilkan.singkatnya, film-film melahirkan ideologi. Ideologi bisa didefinisikan sebagai sistem representasi/penggambaran sebuah cara pandang terhadap dunia yang terlihat menjadi universal atau natural tetapi sebenarnya merupakan struktur kekuatan tertentu yang membentuk masyarakat kita (Gamble, 2001, p.220) Film Sebagai Media Komunikasi Menurut Monaco (1977, p.35), film merupakan salah satu bentuk media massa elektronik yang sangat besar pengaruhnya kepada komunikan, dampak yang ditimbulkannya bisa positif dan negatif. Jadi fungsi media massa dan tugas media massa harus benar-benar diperhatikan oleh komunikator, apalagi komunikator yang menggunakan media massa elektronik. Film misalnya dalam penyampaian pesan-pesan komunikasi sangat berpengaruh terhadap komunikan. Film adalah media komunikasi massa, dimana film mengirimkan pesan atau isyarat yang disebut simbol, komunikasi simbol dapat berupa gambar yang ada dalam film. Film menunjukkan kekuatan gambar dalam menyampaikan maksud dan pengertian kepada orang lain. Gambar dapat menyampaikan lebih banyak pengertian dalam situasi-situasi tertentu daripada apa yang dapat disampaikan oleh 9

21 banyak kata. Film dengan segala teknologi dapat mempengaruhi khalayak dalam menerima pesan. Dalam hal ini teknologi film yang membawa pesan yaitu isi dari film itu sendiri. Pesan dikemas dengan audio dan visual, film mampu bercerita banyak hal dalam waktu yang singkat.selanjutnya, mengenai media untuk mengakses film, berkaitan dengan teknologinya, masyarakat mempunyai keleluasaan dalam memilih teknologi media mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya, beberapa orang lebih memilih menonton di bioskop daripada menonton film melalui DVD atau internet.ada juga masyarakat yang saat ini lebih memilih menggunakan mobile phone untuk menonton film. Dalam Moekijat (hal 13). film sebagai media komunikasi adalah sarana pengungkapan daya cipta dari beberapa cabang seni sekaligus dan produksinya bisa diterima dan dinikmati layaknya karya seni, film sebagai sarana baru yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi serta menyajikan cerita peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum Karakteristik Film Faktor-faktor yang merupakan karakteristik dari film menurut James Monaco (1977, p.145) adalah sebagai berikut: 1. Layar yang luas atau lebar Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun 10

22 kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran besar. Layar film yang besar telah memberi keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan didalam film.seiring dengan kemajuan teknologi, layar film saat ini menjadi tiga dimensi sehingga khalayak seakan-akan melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. 2. Pengambilan gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film dengan menggunakan extream longshot atau panorama shot, pengambilan gambar secara menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberikan kesan artistik dan suasan yang sesungguhnya sehingga film menjadi menarik 3. Identitas psikologis Pengaruh film terhadap jiwa khalayak atau para penonton tidak hanya saat menonton, tetapi sampai waktu yang cukup lama, misalnya peniruan semangat pantang menyerah yang ditunjukkan oleh para pejuang, hal ini demikian dapat membuat anak-anak yang khususnya remaja dapat mengambil nilai-nilai semangat pantang menyerah dalam menjalani realita kehidupan. 4. Konsentrasi penuh Saat menonton film di bioskop, kita akan terbebas dari gangguan apapun karena semua mata khalayak atau penonton 11

23 hanya tertuju pada layar. Dalam keadaan demikian maka emosi khalayak akan terbawa suasana sehingga khalayak dapat berkomunikasi penuh untuk menyaksikan setiap adegan yang tampil dilayar film tersebut Fungsi Film dalam Komunikasi Film adalah salah satu alat komunikasi yang sangat mudah disampaikan, mudah diterima, dan dicerna oleh manusia. Dalam Monaco (1997, p.145) film mengandung tiga unsur yaitu: 1. Sebagai alat penerangan Sebagai film segala informasi dapat disampaikan secara audio visual sehingga dapat mudah dimengerti. 2. Sebagai alat pendidikan Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik, tauladan di dalam masyarakat dan memperlihatkan perbuatan- perbuatan yang baik juga memberikan pengetahuan. 3. Sebagai alat hiburan. Dalam mensejahterahkan rohani manusia karena disini kepuasan batin untuk melihat secara visual, untuk menemani saat santai, serta pembinaankebudayaan. Tujuan khalayak menonton film adalah ingin memperoleh hiburan. Akan teteapi dalam film dapat terkandung fungsi informative maupun 12

24 educative, bahkan persuasive.fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film- film sejarah objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang Konstruksi Realitas Dalam Film Konsep mengenai kontruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretative, Peter L. Berger bersama Thomas Luckman. Menurut Berger dalam Eriyanto (2002, p.115), manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus-menerus. Masyarakat tidak lain adalah produk manusia, namun secara terusmenerus mempunyai aksi kembali terhadap penghasilnya. Sebaliknya, manusia adalah hasil atau produk dari masyarakat. Seseorang baru menjadi pribadi yang beridentitas sejauh ia tetap tinggal di dalam masyarakat. Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan, Berger menyebutnya sebagai momen. Ada tiga tahapan peristiwa. Pertama eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Kedua objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan ekternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada diluar dan 13

25 berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas sui generis. Hasil dari eksternalisasi kebudayaaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya, atau kebudayaan non-material dalam bentuk bahasa. Baik alat tadi maupun bahasa adalah kegiatan eksternalisasi manusiaketika berhadapan dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia. Setelah dihasilkan, baik benda maupun bahasa sebagai produk eksternalisasi tersebut menjadi realitas yang objektif. Bahkan ia dapat menghadapi manusia sebagai pengasil dari produk kebudayaan. Kebudayaan yang telah berstatus sebagai realitas objektif, ada diluar kesadaran manusia, ada di sana bagi setiap orang. Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang. Ketiga internalisasi, yaitu penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhioleh struktur dunia sosial. Menurut Berger dalam Eriyanto, relaitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikontruksikan. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah gandaatau plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas sesuatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan kontruksinya masing-masing. 14

26 Menurut Berger dalam Bungin, realitas terdiri dari realitas objektif, realitas simbolis dan realitas subjektif. Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman didunia objektif yang berada diluar dari individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolis merupakan ekspresi simbolis dari realitas objektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolis kedalam individu melalui proses interealitas. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masayarakat dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar. Film sebagai refleksi masyarakatnya tampaknya menjadi perspektif yang secara umum lebih. Makna film sebagai konstruksi dari realitas di masyarakat berbeda dengan film sekedar sebagai refleksi dari realitas. Sebagai refleksi dari realitas, film sekedar memindah realitas ke layar tanpa mengubah realitas itu. Sementara itu, sebagai konstruksi dari realitas, film membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi- konvensi dan ideologi dan kebudayaannya. Pada titik ini film telah menjadi media bertutur manusia, sebuah alat komunikasi. Film juga semakin mengkekalkan apa yang telah dilakukan manusia selama beribu-ribu tahun, yaitu menyampaikan kisah. Jika sebelumnya bercerita dilakukan dengan lisan, lalu tulisan, kini muncul satu medium lagi yaitu dengan gambar bergera mudah disepakati. Sesuatu yang diceritakan, tentu saja perihal kehidupan. Disinilah kita 15

27 lantas menyebut film sebagai konstruksi dunia nyata, dunia yang kita tinggali. Eric Sasono menulis dalam artikelnya yang berjudul Menyoal Tema Film Indonesia (Irwansyah.2009:17) dibanding media lain, film memiliki kemampuan untuk meniru kenyataan sedekat mungkin dengan kenyataan sehari-hari. Tentu yang dimaksud di sini adalah film live action (film yang dimainkan tokoh nyata bukan film animasi) sekaligus film yang bercertia (film naratif, bukan film eksperimental yang tak mengandung narasi atau cerita). Proses konstruksi itu diawali dengan cara pembuat film melihat masyarakatnya. Seperti apa mereka melihat masyarakat yang akan merekaperlihatkan didalam film. Sineas tidak hanya harus memiliki wawasan yang luas terhadap masyarakat, tetapi juga harus memiliki keresahan akan masyarakat tersebut. Ia mampu melihat tidak hanya yang di permukaan, namun juga apa yang dibawah permukaan. Seorang pembuat film juga harus memiliki perspektif atau sudut pandang. Sesudah proses melihat, kemudian proses seleksi. Tentu tak semua kenyataan hidup bisa diangkat jadi film.ia harus memilih yang relevan dan menyingkirkan yang tidak relevan untuk kebutuhan ceritanya. Proses seleksi ini sangat bergantung pada sudut pandang yang dimiliki pembuat film. Mengutip Richard Oh dalam buku Irwansyah setiap pencipta seni punya asumsi ataupun impresi yang berbeda pada realitas, keunikan sudut pandangnya justru yang membuat kita tertarik padakaryanya. 16

28 Setelah seleksi dilakukan, kemudian konstruksi. Proses konstruksi ini dimulai pada saat menulis skenario hingga film selesai dibuat. Film yang baik adalah film yang mampu merepresentasikan kenyataan sehari-hari sedekat mungkin.dalam bahasa Marselli Sumarno dalam Imanjaya, yakni film yang mampu merekam kenyataan sosial pada zamannya. Pada titik ini, film adalah arsip sosial yangmenangkap jiwa zaman saat itu. Seperti halnya, film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part 1), film ini kumpulan karya dari Warkop DKI pada masa grup komedi mereka masih lengkap personilnya dan berjaya di tahun an. Meski demikian, realitas yang tampil dalam film bukanlah realitas sebenarnya. Film menjadi imitasi kehidupan nyata. Proses seleksi tadi membuat film hanya mengambil realitas yang berkepentingan untuk membangun cerita. Richard Oh, yang mengutip Gilles Deleuze dalam Irwansyah, menulis gerakan sebuah film adalah sebuah gerakan palsu, sebuah ilusi yang tercipta ketika 24 frame film digerakkan dalam sedetik. Dan, ketika sebuah objek ditangkap kamera, apa yang ditangkap secara otomatis menjadi sebuah simulacra, sebuah jiplakan dari objek asli. Sebuah jiplakan tetaplah bukan realitas.artinya film hanya menghadirkan realitas semu. Seperti dikatakan Bell Hooks di bukunya Real To Real dalam Irwansyah (2009) menyajikan kenyataan sebenarnya adalah hal yang tidak bisa dilakukan oleh film. Yang diberikan film adalah re-imajinasi, versi buatan dari yang nyata. Memang terlihat seperti 17

29 akrab dan dikenali, tapi sebenarnya dalam jagad yang beda dengan dunia nyata. Kemunculan grup komedi Warkop DKI menjadi realitas sosial yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan komedi dan perfilman di Indonesia. Warkop DKI dianggap menjadi pelopor komedi modern di Indonesia. Sehingga film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss!(Part1) sebuah konstruksi dari realitas sosial yaitu grup komedi Warkop DKI Efektivitas Film Efektivitas merupakan kata sifat dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), dapat membawa hasil, dan berguna. Menurut pengertian bahasa, efektivitas berarti dapat membawa hasil, sehingga sesuatu dapat dikatakan efektif apabila berhasil dan dapat mencapai tujuan sebagaimana yang telah dirumuskan atau direncenakan sebelum melakukan hal tersebut.bisa disimpulkan, efektivitas berarti menunjukkan tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha tersebut tercapai tujuannya (Sadily, 1994). Sementara film adalah media komunikasi massa, dimana film mengirimkan pesan atau isyarat yang disebut simbol, komunikasi simbol dapat berupa gambar yang ada dalam film (Gamble, 2001).Film menunjukkan kekuatan gambar dalam menyampaikan maksud dan pesan 18

30 kepada penontonnya. Suatu film dikatakan efektif tentunya jika berhasil mencapai tujuannya.tujuan dalam pembuatan film sangatlah beragam, sebagai hiburan, mengangkat fenomena sosial, atau menyampaikan pesan tertentu. Pesan-pesan yang ada dalam film tentunya memberikan pengaruh atau efek kepada penonton. Efek yang sampai ke penonton tentunya berbedabeda, tergantung bagaimana proses diterimanya pesan dalam film itu. Efek ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Dalam penelitian ini untuk mengukur efektivitas film, peneliti menggunakan bagaimana efek film sampai ke penonton. Menurut Jalaluddin Rahmat (2003), efek dapat terjadi pada tiga tataran yakni: 1. Efek Kognitif; yaitu terjadi jika ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, kepercayaan, atau informasi. 2. Efek Afektif; yaitu timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berkaitan dengan emosi, sikap, serta nilai. 3. Efek Behavioral; yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan tindakan berperilaku. 19

31 1.5.7 Eksistensi Ada beberapa definisi mengenai eksistensi, menurut kamus besar Bahasa Indonesia, eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sementara menurut asal kata, eksistensi berasal dari kata bahasa latin existere yang artinya muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan aktual. Existere disusun dari ex yang artinya keluar dan sistere yang artinya tampil atau muncul.sedangkan menurut Abidin Zaenal (2007, p.16) eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi.jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, eksistensi dijelaskan menjadi empat pengertian. Pertama, eksistensi adalah apa yang ada. Kedua, eksistensi adalah apa yang memiliki aktualitas. Ketiga, eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi adalah kesempurnaan. Dalam konteks penelitian ini, eksistensi yang dimaksud adalah keberadaan, kehadiran atau menekankan bahwa grup komedi Warkop DKI ada, melalui film yang merepresentasikan grup komedi ini yaitu Warkop DKI Reborn: Jangkrik Bos! (part 1). Ruang lingkup eksistensi dalam penelitian ini bukan sosok 20

32 Dono-Kasino-Indro, tetapi sisi karakter dan penokohan Dono-Kasino- Indro, gaya bicara (logat), gesture tubuh, banyolan atau candaan. Karena telah diketahui bahwa Dono dan Kasino telah wafat, sejak keduanya wafat, hanya tinggal Indro, sehingga tidak memungkinkan Warkop DKI berkarya tanpa keduanya, karena nama DKI adalah singkatan dari Dono-Kasino- Indro. 1.6 Kerangka Berfikir Film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (part: 1) Teori efek Efek Kognitif Efek Afektif Efek Behavioral ANALISA SIMPULAN 21

33 1.7 Metodologi Penelitian Metode dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode survey. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif. Sementara tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif Populasi dan Sampel Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian (Malo, et al, 1985, p.149). Populasi penelitian ini adalah penonton film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part: 1) yang berdomisili di Surabaya. Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti. (Malo, et al, p. 152). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan pertimbangan bahwa sampel terpilih telah memenuhi beberapa kriteria karakteristik. Tujuannya agar penilaian responden lebih akurat dibandingkan sampel yang tidak memenuhi kriteria. Kriteria sampel penelitian ini adalah: 1. Pernah menonton film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part: 1) 2. Berusia 17 tahun, sesuai dengan usia penonton dari Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part: 1) untuk usia dewasa. Untuk mengetahui jumlah responden yang menjadi sampel 22

34 penelitian, dapat menggunakan rumus jumlah sampel untuk populasi tidak diketahui.(invinite population). Dalam penelitian ini, peneliti tidak mempunyai daftar nama dari seluruh anggota populasi, yaitu seluruh penonton film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part: 1) di Surabaya. Maka dari itu rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah sebagai berikut: (Sarantakos, 1998, p.105) n = p.q.z 2 E 2 n = 0,5 (1-0,5) n = ,1 2 Menurut perhitungan rumus, jumlah sampel yang diambil adalah 96 responden. Keterangan: n = jumlah sampel yang diinginkan Z = mengacu pada nilai z (tingkat kepercayaan). Tingkat kepercayaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 95%, maka nilai z adalah 1,96 p = variabel populasi. Karena tidak ada data mengenai populasi, variasi populasi diasumsikan heterogen, dengan proporsi populasi 50:50. jadi p adalah 0,5 q = 1 p 23

35 E = sampling error yang dipakai adalah 10% yaitu 0, Definisi Konseptual Definisi konseptual dapat diartikan sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus (Rakhmat, 2001, p. 12). Dalam penelitian ini definisi konseptual yang digunakan oleh peneliti meliputi efektifitas film dan eksistensi Warkop DKI Efektifitas Film Efektifitas film adalah kondisi sejauh mana efek pesan dalam film dapat menarik perhatian, dimengerti, dipahami, membangkitkan emosi dan menggerakkan sasarannya untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Dalam penelitian ini efektifitas film akan diukur pada tiga tataran, yakni efek kognitif, afektif, dan behavioral Eksistensi Warkop DKI Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran atau menekankan bahwa grup komedi Warkop DKI ada. Ruang lingkup eksistensi dalam penelitian ini bukan sosok Dono-Kasino-Indro, tetapi sisi karakter dan penokohan Warkop DKI meliputi, gaya bicara (logat), gesture tubuh, banyolan atau candaan yang diperankan oleh pemain baru. 24

36 1.7.4 Definisi Operasional Setiap penelitian pasti mempunyai variabel penelitian yang tidak lain adalah objek penelitian. Variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan (Rakhmat,2004, p.12). Sesuai dengan teori SMCR, Source (sumber) berasal dari produser film yang menyampaikan Message (pesan) yakni film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part : 1), yang dikomunikasikan melalui Channel (saluran) yaitu bioskop yang ditujukan kepada Receiver (penerima), dimana Receiver (penerima) ini adalah para penonton film. Pada akhirnya penonton akan memiliki efek pada film tersebut. Pada penelitian ini efek yang muncul dibagi menjadi 3 yakni efek kognitif, afektif dan behavioral : 1. Efek kognitif, berkaitan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, tidak mengerti, bingung menjadi jelas.audiens menjadi tahu, dan lebih jelas mengenai fim Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss (Part1). 2. Efek afektif, dibentuk oleh aspek perasaan terhadap objek. Dimana aspek ini berkaitan dengan aspek emosional mengenai film Warkop DKI RebornJangkrik Boss (Part1). 3. Efek behavioral, bersangkutan dengan niat, tekad, upaya,usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau 25

37 tindakan. Dimanakesediaan audiens untuk kecenderungan berperilaku seperti apa yangdigambarkan oleh film dalam kehidupan di masyarakat Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui kuisioner, yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disediakan dan jawaban pertanyaan akan diukur dengan skala Likert. Digunakan juga data sekunder sebagai bahan kepustakaan yang mendukung data primer Teknik Uji Instrumen Sebelum pengumpulan data yang sesungguhnya angket yang akan digunakan diujicoba terlebih dahulu. Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan pada item angket, berkaitan dengan redaksi, alternatif jawaban yang tersedia maupun yang terkandung dalam pernyataan item angket tersebut. 1. UjiValiditas Untuk menguji validitas instrumen dan menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terkait digunakan rumus korelasi Product Moment Corelation Formula sebagaimana ditentuka oleh Arikunto, Suharsimi (2002:146) yaitu.: 26

38 = Keterangan : = koefisien korelasi = jumah responden = jumlah skor X = jumlah skor Y = jumlah skor X dan Y setiap responden = kuadrat jumlah skor X = kuadrat jumlah skor Y Hasil perhitungan dibandingkan dengan pada taraf nyata (α) 5%.Kriteria kelayakan adalah sebagai berikut.: a. > berartivalid b. < berarti tidak valid 2. Uji Reliabilitas Sudjana, Nana dan Ibrahim, (2007: ) menyebutkan bahwa uji reabilitas adalah ketetapan/keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya kapanpun alat itu digunakan maka akan memberikan hasil ukur yangsama. Instrumen penelitian ini disamping harus valid (sah) harus reliabel (dapat dipercaya), yaitu memiliki nilai ketetapan, artinya instrumen penelitian yang reliabel akan sama hasilnya 27

39 apabila diteskan kepada kelompok yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda. Penguji reabilitas yang peneliti gunakan adalah dengan menggunakan rumusalpha Cornbach ( ) (Arikunto, Suharsimi, 2002:171) sebagai berikut: = Keterangan : = reliabilitas instrumen = banyaknya butir soal = jumlah varian butir soal = varian total Menghitung varian item ( ) rumus : Keterangan : = varian soal = jumlah skor X = jumlah responden Menghitung varian total ( digunakan rumusan (Arikunto : 2002) : Keterangan : 28

40 = varian soal = jumlah skor Y = jumlah responden Teknik Analisa Data Teknik yang digunakan dalam menganalisa data ini melewati 3 tahap yaitu: 1. Editing; dalam editing yang dikerjakan adalah meneliti lengkap tidaknya kuisioner yang diisi, keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban, kesesuaian antara satu pertanyaan dengan pertanyaan lain. 2. Coding; mengklasifikasikan jawaban responden menurut macam-macamnya, kemudian mengklasfikasikan berdasarkan tiap segmen psikografis 3. Frekuensi; untuk melihat jumlah keseluruhan maupun banyaknya data pada tiap variabel ataupun indikator. Penghitungan frekuensi menggunakan SPSS 29

41 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1 Profil Grup Warkop DKI Warkop DKI berawal dengan nama Warkop Prambors. Awalnya, Warkop terdiri dari Nanu, Rudy Badil, Dono, Kasino yang adalah mahasiswa Universitas Indonesia, Jakarta, dan Indro, mahasiswa Universitas Pancasila, Jakarta. Bertemunya mereka berawal dari obrolan santai di Radio Prambors tahun 1974 dengan nama program Warung Kopi yang berupa lawakan, setiap Jumat, pukul WIB. Tidak hanya siaran di radio, mereka juga melakukan lawakan panggung. Pada tahun 1976, Rudy adalah satu yang tidak ikut melakukan lawakan panggung karena demam panggung. Dono juga mengalami hal yang sama, tetapi ia tidak butuh waktu lama untuk kemudian bergabung bersama teman-temannya. Karir mereka sebagai grup terus berjalan mulai dari radio, lawakan panggung, hingga kemudian di layar televisi (TVRI) dalam acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim) pada tahun Sejak saat itu, grup Warkop Prambors baru benarbenar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. WarkopPrambors tidak lagi bekerja sebagai penyiar radio sejak Berikutnya, karena nama Prambors yang masih tersemat memiliki konsekuensi royalti kepada radio Prambors. Tahun 1980, setelah Nanu tidak lagi tergabung dalam grup ini, mereka mengganti nama dengan Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro, yang juga plesetan 30

42 dari Daerah Khusus Ibukota). Dan karir itu terus membawa mereka hingga dapat meraup banyak uang melalui aksinya di film-film komedi. Selama Warkop DKI berkarir di layar lebar, ada 33 judul film yang berhasil diselesaikan, antara lain: 1. Gengsi Dong (1980) 2. Pintar Pintar Bodoh (1980) 3. GeEr Gede Rasa (1980) 4. Manusia Dollar (1981) 5. IQ Jongkok (1981) 6. Setan Kredit (1981) 7. Dongkrak Antik (1982) 8. Chips (1982) 9. Maju Kena Mundur Kena (1983) 10. Pokoknya Beres (1983) 11. Itu Bisa Diatur (1984) 12. Tahu Diri Dong (1984) 13. Kesempatan Dalam Kesempitan (1985) 14. Gantian Dong (1985) 15. Atas Boleh Bawah Boleh (1986) 16. Sama Juga Bohong (1986) 17. Depan Bisa Belakang Bisa (1987) 18. Makin Lama Makin Asyik (1987) 19. Saya Suka Kamu Punya (1987) 31

43 20. Jodoh Boleh Diatur (1988) 21. Malu-Malu Mau (1988) 22. Godain Kita Dong (1989) 23. Sabar Dulu Doong! (1989) 24. Mana Bisa Tahan (1990) 25. Sudah Pasti Tahan (1991) 26. Bisa Naik Bisa Turun (1991) 27. Lupa Aturan Main (1991) 28. Masuk Kena Keluar Kena (1992) 29. Salah Masuk (1992) 30. Bebas Aturan Main (1993) 31. Bagi-Bagi Dong (1993) 32. Saya Duluan Dong (1994) 33. Pencet Sana Pencet Sini (1994) Dapat dilihat ada beberapa film Warkop DKI yang ditayangkan di tahun yang sama. Hal ini mulai terjadi setelah film Pintar-Pintar Bodoh. Hal ini dikarenakan kejelian Trio DKI dan manajemennya untuk merumuskan strategi manajemen memunculkan dua film dalam setahun.hal ini disengaja agar jumlah penonton tiap film stabil dan dapat diterima sangat baik oleh masyarakat.selain itu, grup lawak Warkop DKI dapat bertahan lama meskipun personilnya saat ini hanya tinggal IndroWarkop saja. Hal ini dikarenakan Warkop DKI selalu mengusung nama grup sebagai judul filmnya, bukan hanya salah satu personil dari grup tersebut. 32

44 2.2Karakter Warkop DKI Ruang lingkup penelitian ini bukan sosok anggota Warkop DKI, tetapi sisi karakter dan penokohan Dono, Kasino, dan Indro.Menurut Nurgiyantoro (2005, p.165) istilah tokoh menunjuk pada orangnya dan pelaku cerita.watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh penonton. Sementara karakter adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya dalam hal ini film, ditafsirkan oleh penonton memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu, yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (2005, p.165), penggunaan istilah karakter sendiri dalam berbagai literatur menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut.dengan demikian, menurut Nurgiyantoro (2005, p.165), karakter dapat berarti pelaku cerita dan dapat pula berarti perwatakan.antara seorang tokoh dengan perwatakan yang dimilikinya, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh tertentu, tak jarang, langsung mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang dimilikinya. Warkop DKI sendiri beranggotakan Dono, Kasino dan Indro. Ketiganya dikenal memiliki karakter yang khas, mulai dari gaya bicara 33

45 (logat), gesture tubuh, hingga banyolan atau candaannya. Untuk mendeskripsikan karakter Warkop DKI, peneliti mengambil beberapa opini yang disampaikan masyarakat dalam artikel di beberapa media sosial. Seperti Afandri, dalam artikel berjudul Warkop Sang Legendaris, (Kompasiana, 2013) pada artikel tersebut, Afandri berpendapat bahwa Warkop DKI layak untuk disebut sebagai Sang Legendaris karena meskipun awalnya dari obrolan radio dan panggung hiburan, namun Warkop DKI juga dapat sukses di layar lebar. Humor yang ditawarkan oleh film Warkop DKI bervariasi.selain lucu karena celetukan dan lagunya, penampilan fisik anggota grup Warkop DKI sendiri, secara alami sudah dapat menimbulkan kelucuan dan mengundang tawa penontonnya. Hartono (2014) juga mengadakan penelitian tentang teknik humor Warkop DKI, dan melakukan wawancara kepada beberapa mahasiswa kelahiran Menurut mahasiswa tersebut, Warkop DKI dikenal karena celetukan tokohnya, teknik humornya tidak sekedarnya, tetapi mampu memberikan kritik sosial.humorwarkop DKI reflektif (dapat diterapkan dan menjadi cerminan kehidupan sosial) bagi penontonnya, serta cukup mendidik.tapi terkadang Warkop DKI juga menyajikan humor slapstick (gurauan kasar secara fisik). Berikut deskripsi masing-masing karakter Warkop DKI: 1. Dono Dalam Warkop DKI, karakter Dono merupakan karakter yang paling sentral. Ia digambarkan sebagai pria yang polos, sering menjadi korban kejahilan teman-temannya, namun justru paling banyak menuai 34

46 keberuntungan, apalagi dalam hal mendapatkan wanita, Dono selalu memiliki keberuntungan tersendiri. Ciri fisiknya yang paling khas adalah gigi tongos dan perut buncit. 2. Kasino Karakter Kasino dikenal sebagai karakter yang paling banyak akal dan banyak bicara.logat Kasino dengan dialek Banyumasan atau sering disebut Bahasa Ngapak, menjadi ciri khasnya. Tak hanya banyak akal, Kasino juga multitalenta, ia jago berpantun dan main gintar. 3. Indro Dibanding kedua personil Warkop DKI lainnya, Indro dikenal yang paling tenang, biasanya dia jadi penengah masalah.sementara penampilan Indro cenderung sangar seperti preman.ciri khas Indro adalah kumisnya yang lebat, dan logat Bataknya.Walaupun sering menggunakan logat Batak, sejatinya Inrdro ini adalah orang Jawa asli. 2.3Film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss! (Part: 1) Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! (Part 1) adalah sebuah film komedi Indonesia yang merupakan adaptasi dari film-film Warkop DKI.Film yang disutradarai oleh AnggyUmbara ini dirilis pada 8 September Film produksi Falcon Pictures ini, berkisah tentang Dono (Abimana), Kasino (Vino Bastian), dan Indro (ToraSudiro) yang direkrut sebagai anggota CHIPS (Cara Hebat Ikut - ikutan Penanggulangan masalah Sosial). Tugas mereka adalah membantu menertibkan dan menjaga keamanan masyarakat.dalam tugasnya, Dono, Kasino, 35

47 Indro dibantu oleh anggota CHIPS asal Prancis yang bernama Sophie (Hannah Al Rashid). Dalam melakukan tugasnya, Dono Kasino Indro tak lepas dari tingkah mereka yang konyol dan sering bermasalah.hal ini membuat jengkel dan marah bos mereka (Ence Bagus). Karena Kasino mengetahui rahasia si bos, mereka pun berhasil lolos dari ancaman pemecatan. Hingga pada suatu hari saat mereka sedang mengejar seorang Copet (ArieKriting) yang sedang melarikan diri, mereka berakhir membuat kekacauan sehingga ditangkap dan dibawa ke pengadilan. Di sana, mereka bertiga dituntut untuk mengganti rugi dengan membayar denda sebesar 8 milyar rupiah atau mereka akan dipenjara. Dono, Kasino, dan Indro yang kebingungan mencari uang, tidak sengaja melihat seorang pria ditabrak oleh mobil misterius. Mereka bertiga kemudian membawa pria itu ke rumah sakit, saat sekarat, pria itu menyerahkan sebuah peta harta karun pada mereka bertiga. Dono, Kasino, dan Indro pun akhirnya menerima peta tersebut dan berniat untuk mencari harta tersebut agar bisa membayar denda 8 milyar. Pencarian harta karun pun mengantarkan mereka hingga ke Malaysia. Namun pencarian harta di negeri jiran tak semulus yang mereka kira, tas koper milik Dono yang berisi peta harta karun tertukar oleh tas koper milik seorang wanita berbaju merah di Bandara Malaysia. Akhir cerita, Dono Kasino Indro mengikuti wanita berbaju merah hingga ke daerah pecinan di Kuala Lumpur. Kisah petualangan Dono, Kasino, Indro pun berakhir sampai di situ, karena kelanjutan kisahnya akan dilanjutkan di Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss Part 2 36

48 Gambar 2.1 Poster Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 Judul : Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 Genre Sutradara Naskah Skenario Produser Rumah Produksi Distributor : Comedy : AnggyUmbara : Awwe, Bene : Frederica, IndroWarkop, H.B. Naveen : Falcon Pictures : Falcon Pictures Tanggal Rilis : 8 September 2016 Panjang Durasi : 135 menit 37

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kesukaan atau afektif merupakan salah satu komponen proses komunikasi massa yaitu efek. Efek adalah hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film di berbagai belahan dunia, termasuk bangsa ini. Produksi film menjadi sangat mudah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat, media massa menjadi sangat penting. Berbagai fungsi dan berbagai macam jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu jenis media massa yang paling diminati oleh masyarakat karena keunggulannya dalam memanjakan masyarakat melalui kemampuan audio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya sineas-sineas muda seperti Raditya Dika, Pandu. Birantoro (kru film Superman, Smallville), M Taufik Pradana (Sutradara

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya sineas-sineas muda seperti Raditya Dika, Pandu. Birantoro (kru film Superman, Smallville), M Taufik Pradana (Sutradara BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Munculnya sineas-sineas muda seperti Raditya Dika, Pandu Birantoro (kru film Superman, Smallville), M Taufik Pradana (Sutradara terbaik versi Film Dokumenter dalam

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan informasi, untuk mendapatkan informasi itu maka dilakukan dengan cara berkomunikasi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan kemajuan dari suatu negara adalah melalui perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi menjadi salah satu syarat untuk suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan atau menerima informasi tentang apapun yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan atau menerima informasi tentang apapun yang seharusnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi sebagai aktivitas keseharian setiap orang merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya, karena melalui komunikasi setiap orang dapat menyampaikan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Film merupakan suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa saat ini tidak bisa lepas oleh kehidupan manusia dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi bagian dari media massa elektronik telah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan pesan yang disampaikan dalam film yang ingin disampaikan kepada. membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan dibaliknya.

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan pesan yang disampaikan dalam film yang ingin disampaikan kepada. membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan dibaliknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan bentuk komunikasi antara komunikator dan komunikan. Kekuatan pesan yang disampaikan dalam film yang ingin disampaikan kepada penonton bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI 1.1.1. Judul Perancangan Dalam pemberian suatu judul dalam perancangan dapat terjadinya kesalahan dalam penafsiran oleh pembacanya, maka dari itu dibuatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memiliki peran yang sangat penting. Di era modern saat

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memiliki peran yang sangat penting. Di era modern saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran yang sangat penting. Di era modern saat ini, setiap manusia memerlukan media massa. Masyarakat mendapat informasi dengan membaca surat kabar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

PENGARUH PRESENTER TAYANGAN TALK SHOW HITAM PUTIH DITRANS 7 TERHADAP MINAT MENONTON (STUDI TERHADAP SISWA-SISWI SMA ADVENT JAKARTA PUSAT) SKRIPSI

PENGARUH PRESENTER TAYANGAN TALK SHOW HITAM PUTIH DITRANS 7 TERHADAP MINAT MENONTON (STUDI TERHADAP SISWA-SISWI SMA ADVENT JAKARTA PUSAT) SKRIPSI PENGARUH PRESENTER TAYANGAN TALK SHOW HITAM PUTIH DITRANS 7 TERHADAP MINAT MENONTON (STUDI TERHADAP SISWA-SISWI SMA ADVENT JAKARTA PUSAT) SKRIPSI Oleh Ika Windarti 1100056041 DISUSUN OLEH : UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneliti memilih program lenong rempong trans 7 karena program yang menarik dan banyak sekali keunikan di program tersebut. Banyak sekali kejadian yang menghibur pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama,

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama, karena manusia berkomunikasi setiap hari. Dimana manusia sebagai mahluk sosial yang saling

Lebih terperinci

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi seni adalah sebagai media komunikasi, dimana dalam setiap unsur seni memiliki pesan yang ingin dikomunikasikan kepada penikmatnya, baik tersirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut

Lebih terperinci

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI Ditulis oleh : Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi Pada 08 November 2015 publikasi film SMART? dalam screening mononton pada rangkaian acara Kampung Seni 2015 pukul 20.30

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari setiap orang pada umumnya, sehingga mereka sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang, komunikasi sudah banyak cara penyaluran pesannya kepada masyarakat, salah satunya adalah film, disamping menggunakan media lain, seperti koran, televisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat. Saat ini dunia perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Sinetron Yusra dan Yumna Di RCTI (Studi Deskriptif Pada Warga Tangerang Khususnya Desa Rempoa RW 03)

Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Sinetron Yusra dan Yumna Di RCTI (Studi Deskriptif Pada Warga Tangerang Khususnya Desa Rempoa RW 03) Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Sinetron Yusra dan Yumna Di RCTI (Studi Deskriptif Pada Warga Tangerang Khususnya Desa Rempoa RW 03) Utamy Mauludiyah 1200979713 PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film sebagai bagian dari media massa dalam kajian komunikasi masa modern dinilai memiliki pengaruh pada khalayaknya. Munculnya pengaruh itu sesungguhnya sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi sekarang ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa komunikasi. Karena komunikasi adalah usaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. populasi tersebut dengan menyebarkan kuisioner. 1. lebih terurai lagi melalui gabungan antarkarakteristik tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN. populasi tersebut dengan menyebarkan kuisioner. 1. lebih terurai lagi melalui gabungan antarkarakteristik tertentu. BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari 3.1 Metodologi BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari informasi lebih mendalam tentang eksistensi Ludruk sebagai seni tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cinta merupakan ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesastraan, agama, rekreasi, dan hiburan. Sebagai salah satu sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, bentuk, pola, dan peralatan komunikasi juga mengalami perubahan secara signifikan. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari hiburan. Alasannya karena film adalah sebuah hiburan yang dapat dijangkau dari segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perfilman Indonesia pada saat ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa trandisional, dan masa penjajahan sampai masa kemerdekaan.film adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film bukan lagi menjadi fenomena baru di ranah media massa. Dengan tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film mampu merekonstruksi wacana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media yang dapat memberikan kepada khalayak penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang didapat ketika melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin atau seorang Leader tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat pada umumnya, hal ini disebabkan karena setiap manusia yang diciptakan didunia ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Televisi menampilkan gambar yang menarik dan menghibur, gambar televisi terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan majunya teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai. mungkin hingga mampu menembus ruang dan waktu.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan majunya teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai. mungkin hingga mampu menembus ruang dan waktu. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi massa di era globalisasi saat ini semakin berkembang cepat seiring dengan majunya teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai dengan adanya penemuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia penyiaran khususnya televisi, telah menyebabkan perubahan pola pikir dan gaya hidup masyarakat, khususnya anak-anak di perkotaan. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan dan memiliki peran untuk menyampaikan apa yang disebut dengan pesan. Pesan bisa menjadi sebuah informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara harafiah televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (pandangan), yang dapat diartikan sebagai melihat sesuatu dari jarak jauh. Televisi adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan suatu jenis penelitian di mana periset menghubungkan atau mencari

METODE PENELITIAN. merupakan suatu jenis penelitian di mana periset menghubungkan atau mencari 33 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah eksplanatif. Tipe penelitian eksplanatif merupakan suatu jenis penelitian di mana periset menghubungkan atau mencari sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan teknologi yang sudah di kenal akrab oleh masyarakat luas. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan media informasi seperti media elektronik dan cetak kian mendekatkan kita dengan arus informasi serta globalisasi yang kian deras. Media menyuguhkan

Lebih terperinci

BAB III SEGEMENTASI PASAR DAN BERITA

BAB III SEGEMENTASI PASAR DAN BERITA BAB III SEGEMENTASI PASAR DAN BERITA 3.1 SEGMENTASI PASAR Perusahaan yang memutuskan untuk beroperasi dalam pasar yang luas hendaknya menyadari bahwa tidak mungkin dapat melayani seluruh pelanggan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Kebutuhan akan informasi dan hiburan secara instan menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan manusia akan informasi dengan kriteria terbaru dan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan manusia akan informasi dengan kriteria terbaru dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup manusia modern tidak akan pernah lepas dari informasi dari berbagai media. Segenap lapisan manusia dari anak-anak sampai lansia semakin menyadari pentingnya informasi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. 93 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. Juga digunakan sebagai sarana hiburan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Media massa cetak dan elektronik merupakan salah satu unsur penting dalam proses komunikasi. Setiap media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini

Lebih terperinci

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang sangat lazim dilakukan orang dan sudah meluas di masyarakat. Meskipun hampir semua orang telah paham mengenai resiko

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peneliti menempuh beberapa tahap penelitian dalam pengumpulan data.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peneliti menempuh beberapa tahap penelitian dalam pengumpulan data. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data Peneliti menempuh beberapa tahap penelitian dalam pengumpulan data. Tahapan tersebut sebagai berikut : 4.1.1 Tahap Awal Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film adalah sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film yang dibuat untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena modern yang terjadi di awal millennium ketiga ini yang lebih popular dengan sebutan globalisasi memberikan perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran televisi sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan informasiinformasi

BAB I PENDAHULUAN. peran televisi sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan informasiinformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Televisi adalah sebuah sistem yang besar dan kompleks, yang mempunyai peran televisi sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan informasiinformasi yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini sangat dirasakan semakin cepat dan menjadi bagian terpenting dari suatu masyarakat, Komunikasi pun dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik perhatian bagi masyarakat khususnya di Indonesia. Televisi memiliki keunggulan yang menyebabkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan bisa menjadi sebuah informasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pesan bisa menjadi sebuah informasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan dan memiliki peran untuk menyampaikan apa yang disebut dengan pesan. Pesan bisa menjadi sebuah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, perkembangan jaman yang semakin maju membawa kita untuk masuk ke dalam kehidupan yang tak lepas dari teknologi. Keberadaan teknologi yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu perubahan dalam kehidupan sosial, budaya dan gaya hidup yang di sebabkan dari media massa baik media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia. Dapat dikatakan mendasar karena, sikap individu baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan. Wacana tentang perempuan ataupun feminis berkembang diseluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Perempuan mempunyai peran penting pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Dimanapun kita, apapun yang kita lakukan, dan bagaimana bentuknya, kita pasti melakukan proses komunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengertian komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sampai

Lebih terperinci