STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN MUSIK BAMBU SEBAGAI MUSIK TRADISIONAL DI KECAMATAN MALUA KABUPATEN ENREKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN MUSIK BAMBU SEBAGAI MUSIK TRADISIONAL DI KECAMATAN MALUA KABUPATEN ENREKANG"

Transkripsi

1 STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN MUSIK BAMBU SEBAGAI MUSIK TRADISIONAL DI KECAMATAN MALUA KABUPATEN ENREKANG ATIKA Nomor Stambuk : PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

2 PENERIMAAN TIM Telah diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan surat Keputusan/Undangan menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor : 037/FSP/A.3-VIII/VI/40/2019 sebagai salah syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) dalam program studi ilmu pemerintahan Universitas Muhammadiyah Makassar pada hari rabu tanggal 26 bulan 6 tahun TIM PENILAI Ketua Sekretaris Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si Dr. Burhanuddin, S.Sos, M.Si Penguji : 1. Dr. H. Lukman Hakim, M.Si (..) 2. Dra. Hj. Musliha Karim, M.Si (..) 3. Dra. Hj. St. Nurmaeta, MM (..) 4. Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si (..)

3

4

5 PERYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama mahasiswa : ATIKA Nomor stambuk : Program studi : Ilmu pemerintahan Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesunggguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik. Makassar November 2016 Yang menyatakan, ATIKA iii

6 ABSTRAK ATIKA, Strategi Pemerintah Dalam Pengembangan Musik Bambu Sebagai Musik Tradisional Di Kabupaten Enrekang (dibimbing oleh Musliha Karim dan Muhammad Tahir). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi pemerintah dalam pengembangan musik bambu sebagai musik tradisional di Kabupaten Enrekang. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan menggambarkan bentuk strategi pemerintah dalam pengembangan musik bambu sebagai musik tradisional di Kabupaten Enrekang. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara,dokumentasi,dan observasi. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Lurah, Ketua RW, Ketua RT, Guru pemimpin/pengelolah musik bambu, peminat musik bambu (masyarakat) dengan sumber data yang di gunakan adalah data primer dan data sekunder, teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan data kualitatif, dan pengabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pemerintah dalam pengembangan musik bambu sebagai musik tradisional di Kabupaten Enrekang meliputi, pertunjukkan musik bambu pada masyarakat Enrekang di Desa Kolai Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang telah berkembang dan mampu bersaing dengan alat-alat musik modern, membentuk organisasi untuk mengurus aktifitas kelompok musik bambu di dalam masyarakat Desa Kolai Kecamatan Malua memiliki rasa kebanggaan, manfaat musik bambu pada masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sosial dan pribadi warga masyarakat yang bersangkutan, manfaat musik bambu dari segi hiburan bermanfaat juga bagi masyarakat menganggap musik bambu ini dibuat bertujuan untuk hiburan dalam kehidupan sehari-hari, manfaat musik bambu dari segi sosial, manusia mengembangkan hubungan sosial yang terjadi baik di dalam lingkungan masyarakat setempat juga terjadi didalam lingkungan keluarga, Kata Kunci: Strategi pemerintah pengembangan musik bambu

7 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan memanjatkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kehadirat allah SWT,atas rahmat dan taufiknyalah,sehinggah skripsi yang berjudul strategi pemerintah dalam pengembangan musik bambu sebagai musik tradisional di Kabupaten Enrekang dapat diselesaikan skripsi ini merupakan tugas akhir yang di ajukan untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana ilmu pemerintahan pada fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dra.Hj. Musliha Karim selaku pembimbing 1 dan Bapak Drs. Muhammad Tahir, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehinggah skripsi ini dapat diselesaikan. 1. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik. S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar 2. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.ip., M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar 3. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil saya ucapkan terima kasih bapak Rusli dan Ibu Hasmawati atas segala cinta dan kasih sayang yang telah di berikan serta segenap do a yang dipanjatkan dalam mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh ke ikhlasan dan kepada kedua kakak saya dan dua adik saya penulis rostini,rusmiati,lia prawita, v

8 dan muh.wahyu serta seluruh keluarga Besar penulis yang memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun non moril. Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis di harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Makassar, November 2020 ATIKA v

9 DAFTAR ISI Halaman Pengajuan Skripsi... i Halaman Persetujuan... ii Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah... iii Abstrak... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Tabel... vii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang... I B. Rumusan masalah... 5 C. Tujuan penelitian... 5 D. Kegunaan penelitian... 5 BAB II. TINJAUAN PENELITIAN A. Pengertian strategi Pemerintah Pemerintah daerah Pengembangan B. Musik bambu C. Faktor penghambat strategi pemerintah D. Kerangka Fikir E. Fokus penelitian F. Deskriptif penelitian BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan lokasi penelitian B. Jenis dan tipe penelitian C. Sumber data penelitian D. Informan penelitian E. Teknik pengumpulan data F. Teknik analisis data G. Keabsahan data vi

10 BAB IV. HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN A. Sejarah seni B. Karakteristik informan c. Strategi dalam pengembangan musik bambu BAB V. PENUTUP A. kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA vii

11 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beraneka ragam kebudayaan yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat, sayangnya dengan kemajuan jaman sekarangperlahan-lahan kebudayaan yang dimiliki Indonesia kurang di lestarikan denganbaik. Sangat diperlukan kesadaran masyarakat untuk lebih melestarikan, mencintai, dan menumbuhkan rasa bangga terhadap kebudayaan yang ada salahsatunya budaya musik di Indonesia,seluruh musik yang berkembang di Indonesia, yang menunjukkan ciri kebudayaan Indonesia. Alat musik tradisional tidak hanya sekedar alat musik yang dimainkan pada waktu-waktu tertentu. Alat musik tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang juga menunjukan identitas Negara. Di kawasan Jawa Barat merupakan salah satu wilayah dengan kekayaan budaya yang kental, alat musiktradisional di Enrekang sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia. Alat musikyang berasal dari Enrekang yang sudah dikenal oleh masyarakat adalah Bas, suling, dan lain-lain. Alat Musik Bambu Kurang Diakrabi Bangsa Sendiri bambu sudah jadi bagian dari hidup keseharian orang Indonesia. Mulai sebagaisenjata bambu runcing saat perebutan kemerdekaan, dan sebagai alat musik.kesenianyang diangkat adalah kesenian alat musik yang terbuat dari bambu, alat musikbambu ini sempat dibilang punah karena kurangnya generasi penerus untukmengembangkan seni ini sendiri.banyak masyarakat yang mengartikan alat

12 2 musik bambu di Kabupaten Enrekangitu hanyalah bas,dan suling. musik bambu yang sudah dilupakan khususnya oleh masyarakat Enrekang, Alatmusik bambu yang diciptakan atau mereka ulang cipta kemasan (modifikasi). kesenian dan kebudayaan warisan nenek moyangkita ini lagi-lagi diambil oleh Negara lain inilah dasar dari penulis inginmengangkat kembali kesenian yang telah dibuat oleh kelompok musik bambu. Selain itu, kelompok musikbas memiliki banyak orang-orang yang kreatif dalam hal seni musik apalagi mereka di tuntut dan di wajibkanuntuk melestarikan warisan budaya leluhur.perkembangan dalam sektor kebudayaan pun pada saat ini telah melahirkan konsep pengembangan budaya alternatif yang tepat secara aktif membantu menjaga keberlangsungan pemanfaatan budaya dan sumber alam secara berkelanjutan dengan memperhatikan segala aspek yaitu ekonomi masyarakat, lingkungan dan sosial budaya, pengembangan budaya alternatif berkelanjutan khususnya budaya merupakan pengembangan yang mendukung dan pemberian manfaat yang layak secara adil dan secara etika dengan sosial budayamasyarakat. Budaya juga merupakan upaya pelestarian benda cagar budaya di laksanakan selain untuk memupukrasa kebanggaan masyarakat dan memperkokoh kesadaran jati diri sebagai bangsa yang berdasarkan pancasila,juga untuk kepentingan sejarah ilmu pengetahuan,dan kebudayaan serta pemanfaatan lain dalam rangkah kepentingan masyarakat.memperhatikan hal hal tersebut,pemerintah daerah dianggaap perlu dan berkewajiban untuk melaksankan tindakan penguasaan pemilikan, penemuan, pencarian, perlindungan,

13 3 pemelihaaraan,pengelolaan,pemanfaatan dan pengawasan terhadap cagar budyaa yang ada di indonesia berdasarkan suatu peraturan perundang- undangan. ketentuan pasal 1 undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya, yang dimaksud dengan benda cagar budaya adalah: Benda cagar budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia,baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan dan kelompok, atau bagian-bagiannya,atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah prkembangan manusia. Memperhatikan ketentuan ketentuan umum pasal 1 undang-undang tersebut, semestinya mendiami bangunan dan memiliki benda caagar budaya menjadi kebanggaan, kekayaan nilai sejarah tidak hanya di miliki oleh pemilik bangunan, tetapi juga dapat di bagikan pada para pengunjungatau wisatawan, lain halnya yang terjadi selama ini justru sebaliknya mendiami bangunan bersejarah identik dengan berbagai tuntutan yang memberatkan, Biaya perawatan dan pajak yang terus menanjak tidak diimbangi dengan kepedulian pemerintah terhadap para pemilik. Landasan teori strategi berikut adalah beberapa pendapat menurut para ahli mengenai strategi yaitu, menurut (Rangkuti, 2009) strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Tujuan utamanya adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing. Jadi, perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan

14 4 memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada. kita perlu memahami pengertian konsep mengenai strategi. Menurut Mintzberg (2015), konsep strategi itu sekurang-kurangnya mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi adalah suatu: ( 1) Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasisecara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya. (2) Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensiperilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi. (3) Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan aktivitasnya (.4.) Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasidengan lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.(5) Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui parapesaing. Pengembangan musik bambu di Kabupaten Enrekang masih banyak ditemukan berbagai hal yang sebenarnya perlu diperhatikan pemerintah Kabupaten Enrekang yang ditemukan dari hasil observasi awal peneliti yaitu pengembangan musik bambu yang hampir punah karena kurangnya masyarakat di sekitar Kabupaten Enrekang yang minat pada Kebudayaan musik bambu.untuk itu pada generasi penerus musik bambu harus memperhatikan budaya leluhur kita yang sudah lama di mainkan oleh masyarakat Enrekang terutama pada alat-alat yang di mainkan harus di jaga karena itu semua harus di simpan sebagai generasi penerus musik bambu nantinya. Selanjutnya yang harus di perhatikan pula oleh pemerintah setempat bagaimana pengembangan musik bambu terkait dengan fasilitas yang disediakan apakah sudah sesuai yang telah ditetapkan atau tidak,

15 5 seperti penyediaan tempat latihan,waktu latihan dan sampai berapa batas orang yang memainkan musik bambu itu,mengembangkan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan pengetahuan apresiasi masyarakat terhadap musik bambu di lingkungan.tetapi kenyataan masih banyak yang belum meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya musik bambu.strategi pemerintah Kabupaten Enrekang dalam pengembangan musik bambu perlu kiranya dilakukan lebih jauh sebuah penelitian ilmiah untuk melihat sejauh mana strategi pemerintah dalam pengembangan yang dilakukan selama ini sejak terbitnya peraturan daerah. Mengenai strategi pemerintah dalam pengembangan musik bambu sebagai musik tradisional di Kabupaten Enrekang B.Rumusan Masalah Bagaimana strategi pemerintah dalam pengembangan musik bambu sebagai musik tradisionaldi Kabupaten Enrekang C.Tujuan Penelitian Untuk mengetahui strategi pemerintah daerah dalam pengembangan musik bambu sebagai musik tradisional Kecamatan Malua di kabupaten Enrekang. D. Kegunaan penelitian Hasil yang nanti akan dicapai pada penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan suatu bahan studi perbandingan selanjutnya dan akan menjadi sumbangsih pemikiran ilmiah dalam

16 6 melengkapi kajian-kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya masalah strategi pemerintah dalam pengembangan musik bambu di Kabupaten Enrekang 2. Secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumbangan pemikiran dan bahan masukan untuk pelaksanaan bagaimana cara pemerintah dan masyarakat bersinergi mendukung serta melihat apa saja yang menjadi hambatan strategi pemerintah dalam pengembangan musik bambu di Kabupaten Enrekang

17 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian strategi Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Marrus (2002) strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Selanjutnya Quinn (2010) mengartikan strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakankebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh.strategi diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan,antisipasi perubahan dalam lingkungan,serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh. Dari kedua pendapat di atas, maka strategi dapat diartikan sebagai suatu rencana yang disusun oleh manajemen puncak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Rencana ini meliputi : tujuan, kebijakan, dantindakan yang harus dilakukan oleh suatu organisasi

18 8 dalammempertahankan eksistensi dan menenangkan persaingan, terutamaperusahaan atau organisasi harus memilki keunggulan kompetitif. Ungkapkan Ohmae (2010) bahwa strategi bisnis, dalamsuatu kata, adalah mengenai keunggulan kompetitif. Satu-satunya tujuandari perencanaan strategis adalah memungkinkan perusahaanmemperoleh, seefisien mungkin, keunggulan yang dapat mempertahankan atas saingan mereka. Strategi koperasi dengandemikian mencerminkan usaha untuk mengubah kekuatan perusahaanrelatif terhadap saingan dengan seefisien mungkin.setiap perusahaan atau organisasi, khususnya jasa, bertujuan untukmemberikan pelayanan yang baik bagi pelanggannya. Oleh karena itu,setiap strategi perusahaan atau organisasi harus diarahkan bagi parapelanggan. Hal ini seperti yang dijelaskan Hamel dan Prahalad 2016 strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental(senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkansudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. 1. Strategi Pemerintah Chandler dalam rangkuti (2016) strategi pemerintah adalah suatu rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Strategi merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tidak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya.menurut Stanton Dala Budita (2009) menyatakan strategi sebagai suatu rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan tersebut sesuai dengan linkungan eksternal dan internal perusahaan.

19 9 minsberg (1998, dalam budhita, 2004) menyatakan bahwa strategi dapat di defenisikan dari 4 segi,yaitu: 1. Strategi bsebagai rencana (plan),yaitu sejumlah aksi yang ingin di lakukan, sejumlah panduan yang di buat sebelum aksi,dan di bangun dengar sadar dan dengan tujuan tertentu. 2. Strategi sebagai cara(play) yaitu cara untuk mengalahkan rival dalam situ kompetitif atau tawar-menawar. 3. Strategi sebagai pola (pattern),yaitu pola gelombangaksi.dengan kata lain,strategi adalah konsistensi perilaku, baik yang di harapkan maupun yang tidak di harapkan. 4. Strategi sebagai posisi(position),yaitu alat menempatkan organisasi pada suatu lingkungan.dari definisi ini,strategi menjadi kekuatan dalam memediasi atau men yesuiakan antara organisasi dan lingkungan, antara konteks internal dan konteks eksternal. 2.Pemerintah Pemerintah merupakan kemudi dalam bahasa asalnya Gubernaculum. Pemerintah adalah organisasi yang kewenangan untuk membuat kebijakan dalam bentuk penerapan hukum dan undang-undang dikawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan mereka. Pemerintah berbeda dengan Pemerintahan. Pemerintah merupakan organ atau alat pelengkap jika di lihat dalam arti sempit Pemerintah hanyalah lembaga

20 10 eksekutif saja. Sedangkan arti Pemerintahan dalam arti luas adalah semua mencakup aparatur Negara yang meliputi semua organ-organ badan atau lembaga. Alat kelengkapan Negara lembaga Negara yang dimaksud adalah lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Jika Pemerintah adalah lebih kearah organ, Pemerintahan merupakan organisasi atau wadah orang yang mempunyai kekuasaan dan lembaga tempat mereka menjalankan aktifitas. Pemerintahan dalam arti sempit adalah semua aktifitas,fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga untuk mencapai tujuan Negara. Pemerintah dalam arti luas adalah semua aktifitas yang terorganisasi yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar Negara,Rakyat, atau Penduduk dan Wilayah Negara itu demi tercapainya tujuan Negara. Tugas pemerintah adalah untuk melayani dan mengatur masyarakat. Dimana tugas pelayanan lebih menekankan upaya mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik, sedangkan tugas mengatur lebih menekankan kekuasaan power yang melekat pada posisi jabatan birokrasi. 3. Pemerintah daerah Sesuai amanat UUD 1945,Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonami dan tugas mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayananpemberdayaan, dan para serta masyarakat di samping itu melalui otonomi luas, Daerah di harapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan keadilan, ke istimewaan dan

21 11 kekhususan serta potensi keaneka ragaman daerah dalam sistem Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Graham(2004)manajemen Strategis menggantikan perencanaan strategis sebagai suatu konsep terintegrasi karena dua hal.pertama perencanaan rasional/ekonomis harus diintegrasikan dengan sistem administratif kritis lainnya seperti pengendalian manajemen,komunikasi dan systemi formasi, motivasi dan imbalan, struktur organisasi, dan biaya organisasi kedua, perumusan suatu perencanaa tidak menjamin pelaksanaan dan umpan balik berikutnya untuk telah dan dan koreksi tindakan.pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluasluasnya, kecuali urusan Pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Pemerintahan Daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota atau antara provinsi dan Kabupaten dan Kota, diatur dengan Undang-Undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman Daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber

22 12 daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undangundang. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. Pemerintahan Daerahadalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 Terdapat tiga asas dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan daerah di Indonesia yaitu desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dalam negara kesatuan, ketiga asas dimaksud disebut juga pembagian kekuasaan secara vertical yaitu hubungan yang bersifat atasan dan bawahan, dalam arti antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Di dalamnya terdapat semacam pembagian kerja antara pusat dan daerah. Pasal 1 butir 7 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009, Desentralisasi dimaknai sebagai penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dekonsentrasi didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai

23 13 wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Sementara menurut Pasal 1 butir 9 UU Nomor 32 Tahun 2009 yang dinamakan Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada Kabupaten/Kota dan/atau Desa serta dari Pemerintah Kabupaten kota kepada Kesa untuk melaksanakan tugas tertentu. Bila kita mengkomparasikan ketiga azas pemerintahan daerah sebagaimana yang tertuang dalam UU nomor 32 tahun 2009 dengan UU Pemerintahan Daerah era orde baru (UU Nomor 5 tahun 2012); tentunya ada perbedaan yang cukup mendasar, khususnya azas dekonsentrasi dan azas tugas pembantuan. Azas dekonsentrasi maupun tugas pembantuan secara bersama-sama dengan azas desentralisasi menjadi azas pemerintahan daerah khususnya untuk Kabupaten dan Kotamadya ketika itu. Penggunaan ketiganya secara bersamaan tentu saja menyebabkan simpang siurnya kejelasan kewenangan yang dimiliki Kabupaten dan Kota. azas dekonsentrasi dan tugas pembantuan justru lebih mendominasi hubungan pusat dan daerah daripada azas desentralisasi, sehingga tidak terjadi praktek otonomi daerah yang sesungguhnya karena kewenangan masih dikendalikan oleh pusat mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasannya. Daerah lebih banyak menerima dan melaksanakan kebijakan yang dibuat pusat, bahkan tidak jarang kewenangan itupun dilaksanakan oleh wakil pemerintah pusat yang ada di kabupaten/kotamadya yakni melalui kantorkantor departemennya. Agar pemerintah daerah di Indonesia mampu melaksanakan otonominya secara optimal, maka kita harus terlebih dahulu memahami secara benar elemen-elemen dasar yang membentuk pemerintahan

24 14 daerah sebagai suatu kesatuan pemerintahan. Sedikitnya ada 4 elemen dasar yang membangun kesatuan pemerintahan daerah yaitu: 1. Urusan pemerintah Elemen dasar pertama dari pemerintahan daerah adalah urusan pemerintahan yang berupa kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Berdasarkan Pasal 11 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2011 ada tiga kriteria yang dipakai dalam membagi urusan pemerintahan yaitu eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Berdasarkan kriteria tersebut akan tersusun pembagian kewenangan yang jelas antar tingkatan pemerintahan (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) dari setiap bidang atau sektor pemerintahan. Dalam koridor otonomi luas setidaknya terdapat 30 (tiga puluh) sektor pemerintahan yang merupakan urusan pemerintahan kejelasan kewenangan yang dimiliki Kabupaten dan kota. 2. Kelembagaan Elemen dasar yang kedua dari pemerintahan daerah adalah kelembagaan. Kewenangan daerah tidak mungkin dapat dilaksanakan kalau tidak diakomodasikan dalam kelembagaan daerah. Ada dua kelembagaan penting yang membentuk pemerintahan daerah, yaitu kelembagaan untuk pejabat politik yaitu kelembagaan kepala daerah dan DPRD, dan kelembagaan untuk pejabat karir yang terdiri dari perangkat Daerah (Dinas, Badan, Kantor dan Sekretariat, Kecamatan, Kelurahan dll). 3. Personel

25 15 Elemen dasar yang ketiga yang membentuk pemerintahan daerah adalah adanya personel yang menggerakkan kelembagaan daerah untuk menjalankan kewenangan otonomi yang menjadi domain daerah. Personel daerah (PNS Daerah) tersebut pada gilirannya akan menjalankan kebijakan publik strategis yang dihasilkan oleh pejabat politik (DPRD dan kepala daerah) untuk menghasilkan barang dan jasa (goods and services) sebagai hasil akhir (end product) dari pemerintahan daerah. 4. Perwakilan Daerah Elemen dasar yang kelima yang membentuk pemerintahan daerah adalah perwakilan daerah. Secara filosofis, rakyatlah yang mempunyai otonomi daerah tersebut. Namun secara praktis adalah tidak mungkin masyarakat untuk memerintah bersama. Untuk itu maka dilakukan pemilihan wakii-wakil rakyat untuk menjalankan mandat rakyat dan mendapatkan legitimasi untuk bertindak untuk dan atas nama rakyat daerah. Dalam sistem pemerintahan di Indonesia, ada dua jenis wakil rakyat. Pertama, yaitu DPRD yang dipilih melalui Pemilu untuk menjalankan fungsi legislatif daerah. Kedua, adalah kepala daerah yang dipilih melalui pemilihan kepala daerah yang dilakukan secara langsung oleh rakyat daerah yang bersangkutan untuk menjalankan fungsi eksekutif daerah. Dengan demikian, Kepala Daerah dan DPRD adalah Pejabat yang dipilih secara politis oleh rakyat melalui proses pemilihan, yang mendapat mandat untuk mengatur dan mengurus rakyat dalam koridor kewenangan yang dimiliki daerah yang bersangkutan. 3. Pengembangan

26 16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2010 Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Pengembangan secara umum berarti pola pertumbuhan, perubahan secara perlahan (evolution) dan perubahan secara bertahap. Seels & Richey (Alim Sumarno, 2012) pengembangan berarti proses menterjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam bentuk fitur fisik. Pengembangan secara khusus berarti proses menghasilkan bahan-bahan pembelajaran. Sedangkan menurut Tessmer dan Richey (Alim Sumarno, 2012) pengembangan memusatkan perhatiannya tidak hanya pada analisis kebutuhan, tetapi juga isu-isu luas tentang analisis awal-akhir, seperti analisi kontekstual. Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji lapangan.pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuan, sebagai bekal atas prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan, mengembangkan diri ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal serta pribadi mandiri (Iskandar Wiryokusumo,2011).pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan

27 17 bahwa pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah untuk membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi produk yang semakin bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai upaya untuk menciptakan mutu yang lebih baik. B. Musik Bambu Definisi dari (M Jazuli, 2014), Musik yaitu bunyi atau kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengaran. Dalam kamus bahasa Indonesia kata bambu adalah nama dari jenis tumbuhan yang beruas, bulat dan berlubang didalamnya. Jika kedua kata ini digabungkan, dapat diartikan sebagai alat musik yang terbuat dari bambu. Alat musik yang terbuat dari bambu banyak kita jumpai pada suku Bangsa di Indonesia antara laindesa Kolai, yang dinamakan musik bambu. Kesenian musik bambu yang berada pada masyarakat di Desa Kecamatan Malua mempunyai bentuk dan ciri khas yang dipengaruhi oleh Bangsa Belanda yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan seharihari, kesenian itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, maka langkah anstisipatif dari pemerintah daerah untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang bakal dihadapi dalam era otonomi daerah. Pedoman dan penuntun dalam mengembangkan kapasistas kelembagaan kualitas SDM, memperbaiki kinerja

28 18 aparatur pemerintah, mengembangkan akuntabilitas publik, mendorong partisipasi masyarakat dan sebagainya. Dalam sistem perencanaan tersebut, masyarakat akan mempunyai peluang yang semakain besar untuk terlibat secara langsung dalam aktifitaskesenian, seta semakin terbukanya peluang masyarakat untuk menumbuh kembangkan, kreatifitas, prakarsa dan inisiatif pemerintah lokal mengembangkan daerahnya masing-masing sesuai dengan karakteristik, potensi dan kebutuhan daerah.karena itu Dinas Perhubungan Imfokom Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Enrekang telah berusaha mengembangkan konsep perencanaan musik bambu agar dapat dikembangkan lebih lanjut lagi untuk pelestarian seni budaya daerah khususnya musik bambu yang sesuai dengan peraturan daerah seperti yang tertuang dalam Renstra Unit Kerja Dinas Perhubungan Infokom Kebudayaan dan Pariwisata untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat yang menjadi aspek untuk mendapatkan perhatian yang perlu dikembangkandari tahun ke tahun sejak ia muncul. Kini, fungsinya menjadi sarana hiburan rakyat di pedalaman Enrekang.Selain itu, alat ini juga kadang dilengkapi alat tabuh dari kulit sapi. Yang dimainkan beramai-ramai saat upacara adat, menyambut musim panen, pesta pernikahan atau pesta rakyat. Biasa juga ditampilkan saat konser musik bambu antar kelompok tani serta siswa sekolah dasar dan menengah di Enrekang(Jessy Wenas, 2007) Maka dari itu pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang merumuskan beberapa hal tentang pengembangan musik bambu yang sesuai dengan peraturan Daerah Kabupaten Enrekang No.10 Tahun 2012 antara lain yaitu:

29 19 1. Pertunjukan Musik Bambu Sesuai Tren Saat Ini Seiring dengan perkembangan zaman, (Seels 2012) musik bambu pada masyarakat Enrekang terutama di Desa Kolai telah berkembang dan mampu bersaing dengan alat-alat musik moderen saat ini. Ini terbukti pada pertunjukan musik bambu yang membawakan lagu-lagu moderen yang tren di zaman ini, serta kelompok musik bambu ini mudah kita jumpai pada acara-acara perkawinan, acara resmi dari pemerintah daerah, peresmian rumah yang baru selesai di bangun atau perkantoran, even-even yang di selenggarakan oleh perorangan atau pemerintah daerah, dan lainya.angklung dan musik bas dimainkan secara berkelompok. Hanya saja bedanya alat musik angklung mengandalkan bunyi suara bambo, sedangkan musik bas adalah musik tiup.alat tiup itupun terus berkembang dan menjadi sarana hiburan rakyat di pedalaman Enrekang, dilengkapi alat tabuh yang dibuat dari kulit sapi dan dimainkan beramai-ramai pada saat upacara adat,menyambut musim panen atau pesta rakyat. Kalau ada sunatan atau pengantin, alat ini masih sering di pakai sebagai hiburan, seperti saat perkawinan Andi Jaya Sose, seorang bangswan Enrekang, kata Manta (63) pelatih musik bas dari Desa Tampo.Kecamatan Anggeraja. Musik bambu telah memperkaya khasana budaya Suku Massenrempulu, kelompok musik itu masih bertahan dan berfungsi sebagai media pemersatu serta hiburan di kalangan kelompok tani Bolang, sipakanana,biak,doloh dan Tampo, hampir semua kelompok tani bisa memainkan alat musik ini, kata Manta. Perkembangan musik bambu di Enrekang tak lepas dari peranan besar seniman musik bambu dari Manadodan Ambon yang juga memiliki musik khas dari bambu

30 20 dan perkembangannya telah jauh lebih maju, mereka datang ke Bumi Massenrempulu membagi ilmunya sekalian mengajarkan cara membuat alat musik yang nadanya sempurna Membawakan lagu-lagu moderen, strategi yang mereka gunakan adalah memodifikasi alat alat musik yang mereka pergunakan, dengan cara meniru bentuk-bentuk alat musik modern dari barat seperti klarinet, dan Saxsofon. Selain itu mereka melakukan kombinasi alat musikdengan alat musik lain seperti tambur besar atau drum, dan simbal. Mereka juga melakukan strategi dari segi penampilan, yakni kostum yang mereka gunakan seragam. Ini berguna untuk menarik perhatian penonton. Sekarang ini musik bambu telah menjadi suatu kebudayaan yang harus dilestarikan dan dipertahankan. 2. Membentuk Organisasi Kelompok musik bambu di Desa Kolai mempunyai struktur organisasi yang diakui bersama oleh anggota kelompok musik. Struktur organisasi terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. ( M J Sumarau 2006 ). Organisasi ini dimaksudkan untuk mengurus aktivitas kelompok musik bambu. Kepengurusan organisasi ini dipilih oleh anggota musik berdasarkan musyawarah mufakat.musik bambu di dalam masyarakat Desa Kolai memiliki rasa kebanggaan. Hal ini terbukti dengan adanya musik ini yang tampil didalam suatu acara, baik itu acara perkawinan, atau acara kedukaan dan acara-acara lainya. Maka keluarga itu akan dianggap mampu atau berkecukupan didalam hal ekonomi. Dengan kata lain musik bambu dapat menaikan status sosial yang ada pada masyarakat di Desa Kolai.

31 21 Kita sebagai masyarakat di Desa Kolai musik bambu atau bas merupakan hasil kreatifitas yang tidak saja berfungsi untuk menghibur masyarakat, tetapi untuk kelengkapan upacara acara-acara perkawinan dan acara syukuran pesta panen hasil pertanian, seiring perkembangan zaman dan semakin gencarnya musik musik modern memasuki relung-relung kehidupan masyarakat Desa, musik tradisional seperti halnya musik bambu bas, semakin tersisihkan selain tersisikan fungsi musik tradisional ini juga mengalami reduksi, dari musik sakral.profan menjadi sekedar musik profan yang sengaja di produksi untuk kepentingan pasar. Jika pada awalnya musik bambu bas berada di ranah profan.kondisi ini harus di sikapi secara arif dan bijaksana oleh segenap stake holder agar musik tradisional seperti musik bambu bas tidak musnah tergilas musik modern yang lebih canggih dan tidak kehilangan fungsi tradisionalnya, menurut penulis ada tiga hal yang harus dilakukan untuk menyelamatkan musik bambu bas pertama,perlu di tumbuhkan rasa memiliki masyarakat, khususnya anak-anak terhadap musik bambu bas sejak dini harus di kenalkan tidak saja kepada bagaimana membuat dan memainkan musik bambu bas tetapi juga nilai-nilai apa saja yang di kandungkan. Kedua. Melakukan pengembangan musik bambu sehinggah dapat di terima oleh masyarakat, namun harus tetap berlandaskan nilai-nilai lokal.muncullah kelompok-kelompok musik bambu bas merupakan fenomena positif terhadap kelangsungan musik ini, namun pengembangan harus dilakukan secara hati-hati agar musik bambu tidak kehilangan ruhnya.ketiga, mengembangkan dan mengemas musik bambu menjadi paket-paket wisata. Dengan cara ini, musik bambu akan mampu menjadi penopangkebutuhan

32 22 ekonomi para pelestarinya agar mampu menjadi paket-paket wisata menarik, maka pemerintah harus menfasilitasi masyarakat untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan memainkan musik bambu bas, serta kemampuan menejerial pengelolaan kelompok musik. 3. Manfaat Musik Bambu Pada Masyarakat Kebudayaan itu ada dari hasil budi dan daya manusia terhadap lingkunganya dengan latar belakang untuk kepentingan, kelangsungan hidupnya atau untuk pemenuhan kebutuhan yang diupayakan dalam kehidupan sosial dan pribadi. Khusus mengenai seni Bastomi Suwadji mengungkapkan bahwa, seni diciptakan untuk memenuhi kebutuhan tertentu, baik untuk kepentingan seniman itu sendiri maupun orang lain yang meliputi kebutuhan biologis maupun kebutuhan spiritual (Bastomi Suwadji 2011). kegunaan bagi keberlangsungan kehidupan sosial dan pribadi warga masyarakat yang bersangkutan. Musik bambu di dalam masyarakat Desa Kolai beranggapan bahwa, musik bambu merupakan alat musik yang berasal dari Desa Kolai, karena itu mereka menganggap musik ini merupakan identitas dari orang Enrekang. Karena musik bambu diciptakan atau dibuat oleh orang tua di waktu itu dan secara turun temurun di ajarkan cara membuat dan memainkan alat musik ini. 4. Manfaat Musik Bambu Dari Segi Hiburan Musik bambu juga bermanfaat sebagai hiburan bagi masyarakat. Budhita (2004)Pada umumnya masyarakat atau penonton menganggap musik bambu ini

33 23 dibuat bertujuan untuk hiburan, melepas lelah, bersantai dan sebagainya. Bagi pemain musik yang kegiatannya bertani, tukang, dan sebagainya meng-ungkapkan bahwa keberadaan kesenian ini merupakan hiburan bagi mereka untuk melepas lelah setelah kegiatan sehari-harinya, dengan adanya aluna musik yang indah dan menyentuh batin mereka. Sambil dilihat dari masyarakat bahwa musik bambu ini sangat menghibur, karena itu musik ini diundang atau di sewa jasanya untuk tampil di berbagai acara-acara di dalam masyarakat seperti dalam acara perkawinan, acara pemerintah seperti Hut Desa, Kabupaten, Provinsi, penyambutan tamu resmi,. Bahkan bagi masyarakat yang ada di Desa Kolai keberadaan kelompok musik bambu didalam acara-acara tersebut merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan juga merupakan status sosial warga atau keluarga dalam penyambutan para tamu. Dalam upacara perkawinan, musik bambu di gunakan ketika mengiringi perjalanan pengantin Kemudian dalam pesta perkawinan peran musik bambu di fungsikan untuk membawakan lagu disaat acara pesta belum di mulai atau menyambut para tamu yang datang dan di saat jamuan makan dan acara rekreasi juga sebagai pengiring tarian masyarakat seperti tarian katrili. Dari penampilan kesenian ini banyak yang tertarik dan merasa terhibur oleh karenanya, untuk itu fungsi rekreasi adalah tujuan utama dalam setiap penampilan kesenian musik bambu, walaupun dalam jasa musik bambu diberikan harga yang cukup mahal yaitu tiga jutasampai lima juta rupiah, jika melakukan pertunjukan di luar Desa Kolai.Dalam setiap pertunjukan musik bambu nampak bahwa banyaknya orang

34 24 yang datangmenonton. Hal ini menunjukkan bahwa musik bambu memberikan hiburan bagi masyarakat yang datang menonton 5. Manfaat Musik Bambu Dari Segi sosial Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan orang lainuntuk melengkapi pemenuhan berbagai kebutuhannya. Karena itu manusia mengembangkan hubungan sosial dengan sesamanya, atau interaksi sosial. Hal ini terjadi baik di dalam lingkungan masyarakat setempat, juga terjadi didalam lingkungan keluarga.melalui pertunjukan musik bambu pada kegiatan acara-acara di masyarakat, membuat masyarakat yang berada di Desa Kolai dapat lebih mudah berinteraksi satu dengan yang lain, serta menciptakan hubungan sosial yang lebih dekat. Bagi masyarakat yang berada di Desa Kolai, keberadaan kelopok (Tjiptono, 2009) musik bambu dalam acara-acara keluarga, dapat memberikan hiburan, serta memberikan rasa kebanggaan dan kehormatan dalam penyambutan tamu, begitu pulahtamu yang hadir dalam acara tersebut akan merasa terhormat dan tersanjung serta keberadaan musik bambu pada acara itu akan menaikan status sosial (prestice) pada keluarga yang menghadirkan musik bambulingkungan sosial di dalam kelompok musik bambu, terjadi interaksi antara individu dengan individu dan keluarga anggota kelompok. Melalui kegiatan organisasi kelompok musik bambu yang telah diatur dan disepakati bersama atas dasar saling membantu satu dengan yang lain, maka di berikan bantuan baik anggota yang sakit maupun yang berduka atau terkena musibah serta hal-hal suka lainya. Interaksi sosial juga terjalin antara sesama anggota kelompok musik, ketika mereka mengadakan latihan dan pertunjukan.

35 25 Musik bambu merupakan salah satu musik yang berasal dari Daerah termasuk dalam kategori musik instrumental, dengan cara memainkanya di tiup musik bambu yang ada di Kolai, mempunyai dua jenis yaitu seluru alat musik terbuat dari bambu dinamakan musik bambu melulu, dan yang kedua sebagian alat musik terbuat dari Keberadaan musik bambu ini diawali dengan satu alat musik tiup yang disebut suling atau seruling. Kemudian berkembang menjadi satu tumpukan atau kelompok musik yang digabungkan dengan jenis alat musik tiup lainya. Pandangan masyarakat mengenai musik ini, juga sangat baik karena adanya pengaruh yang dapat mengangkat status sosial dalam masyarakat. Serta dalam kegiatan musik bambu ditengah masyarakat memiliki manfaat untuk pemuasan batin dimana musik bambu dapat menghibur masyarakat, dalam hal ekonomi, dan manfaat sosial di tengah-tengah masyarakat C. Faktor penghambat Strategi Pemerintah Dalam Pengembangan Musik Bambu Adapun yang menjadi faktor penghambat strategi pemerintah dalam pengembangan musik bambu yaitu kendala atau hambatan yang dihadapi pengembangan musik bambu di antaranya adalah fasilitas yang belum cukup memadai dalam pengembangan musik bambu sebagai musik tradisional di butuhkan kemauan yang kuat bagi pendidik dalam membuat bambu karena dalam pembuatannya membutuhkan waktu dan kreatifitas.sosialisasi di tingkat Kecamatan tidak dilakukan atau tidak berjalan padahal yang tahu persis kondisi Wilayah adalah Desa dan Kecamatan. Serta ada kesan pemerintah Kabupaten mengabaikan pajak musik bambu. Padahal dimaksimalkan kontribusi dari musik

36 26 bambu bisa mendongkart pendapatan asli daerah, sebab musik bambu lahan bisnis dewasa termasuk di Kabupaten Enrekang. D. Kerangka Fikir Berdasarkan rumusan masalah tentang strategi pemerintah dalam pengembangan musik bambu sebagai musik tradisional di Kabupaten Enrekang maka strategi pemerintah sebagai berikut:pertunjukkan musik 2. Membentuk organisasi 3. Manfaat musik bambu pada masyarakat 4. Manfaat musik bambu dari segi hiburan 5. Manfaat musik bambu dari segi sosial Lebih jelas untuk mengetahui kerangka fikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut dibawah ini. Bagan kerangka fikir Strategi pemerintah dalam pengembangan musik bambu Variabel strategi pengembangan musik bambu 1. Pertunjukan musik bambu 2. Membentuk ortganisasi 3. Manfaat musik bambu pada masyarakat 4. Manfaat musik bambu dari segi hiburan 5. Manfaat musik bambu dari segi sosial Aktifitas sosial ekonomi musik bambu

37 27 E. Fokus Penelitian Strategi pemerintah dalam pengembangan musik bambu sebagai musik tradisional terdiri dari 5 indikator yaitu:(1)pertunjukkan musik bambu(2)membentuk organisasi (3)Manfaat musik bambu pada masyarakat(4) Manfaat musik bambu dari segi hiburan (5)Manfaat musik bambu dari segi sosial F. Deskriptif fokus penelitian 1.Pertunjukan musik bambu: (a) acara perkawinan (b) acara resmi dari pemerintah daerah (c) peresmian rumah baru selesai 2. Membentuk organisasi: (a) mengurus aktifitas kelompok musik bambu (b) kepengurusan organisasi di pilih oleh anggota masyarakat 3. Manfaat musik bambu pada masyarakat: (a) kepentingan seniman (b) kebutuhan biologis 4. Manfaat musik bambu dari segi hiburan: (a) untuk hiburan (b) melepas lelah 5. Manfaat musik bambu dari segi sosial: (a) berinteraksi satu dengan yang lain (b) menciptakan hubungan sosial yang lebih dekat 6. Aktifitas sosial ekonomi musik bambu yaitu mendorong manusia berupaya atau berusaha memenuhi kebutuhannya baik berupa barang maupun kebutuhan lainnya. Usaha atau yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan tersebut bisa bermacam-macam di sesuaikan dengan keadaan, kondisi dan kemampuan masing-masing individu.

38 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian ini di laksanakan selama dua bulan setelah ujian proposal. Lokasi penelitian di laksanakankan di Kantor Desa. Peneliti melakukan penelitian karena kurang maksimalnya kinerja pemerintah Kabupaten Enrekang dalam pengembangan Musik bambu. B. Jenis Dan Tipe Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah sebagai lawannya adalah eksperimen, dimana peneliti merupakan instrument kunci dengan analisis dan bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makana daripada generalisasi. 2. Tipe penelitian Tipe penelitian ini bersifat studi kasus dengan didukung data kualitatif dimana peneliti berusaha untuk mengungkapkan suatu fakta atau realita mengenai strategi pemerintah Kecamatan dalam pengembangan musik bambu di Kecamatan Enrekang C. Sumber Data 1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, misalnya data hasil wawancara dengan cara memperoleh informasi dalam penelitian ini.

39 29 2. Data sekunder data yang diperoleh dari sumber sumber lain yang menunjang penelitian ini yang bukan merupakan pihak pertama seperti buku buku literatur jurnal ilmiah dan hasil penelitian terdahulu. D. Informan penelitian Informan dari penelitian ini diambil dari desa, RT/RW dan pengelola musik bambu,karena mereka dianggap lebih mengetahui proses strategi pengembangan musik bambu sebagai musik tradisional di Kabupaten Enrekang. Bagan Informan Penelitian: NO Jabatan Keterangan 1 Lurah 1 2 Ketua RW 1 3 Ketua RT 1 4 Gurupemimpin/pengelolah musik bambu 2 5 Peminat musik bambu (masyarakat) 4 Jumlah: 9 E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi dari Camat, Desa, dan RT/RW serta pengelola musik bambu/guru pemimpin dan para pemain musik bambu 2. Dokumentasi Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data data, dimana dokumen- dokumen yang dianggap menunjang dan relevan

40 30 dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa foto, literature, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah, dokumen peraturan pemerintah dan undang-undang yang telah tersedia pada lembaga yang terkait dipelajari, dikaji dan disususn / dikategorikan sedimikian rupa sehinggah dapat diperoleh data guna memberikan informasi berkenan dengan penelitian yang akan dilakukan 3. Observasi Observasi adalah pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan dengan langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keberadaan musik bambu sebagai daya tarik tradisional F. Teknis Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini memuat dua aspek yaitu: a) analisis sebelum di lapangan dengan melakukan analisis data hasil studi pendahuluan yang digunakan dalam penentuan fokus penelitian yang berkaitan dengan strategi pemerintahan dalam pengembangan musik bambu di Enrekang.,b) analisis selama di lapangan dengan menggunakan Model Miles and Huberman (Sugiono, 2012) bahwa terdapat beberapa komponen analisis dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penerikan kesimpulan. Selanjutnya analisis dilakukan dengan memadukan carainteraktif terhadap komponen tersebut sebagaimana yang diuraikan di bawah ini: 1. Pengumpulan data yaitu peneliti melekukan pengumpulan data hasil studi pendahuluan sebelum kelapangan dan menganalisis data tersebut untuk keperluan penetuan fokus penelitian dan pengumpulan data setelah di lapangan. Banyaknya data yang terkumpul atau diperoleh di lapangan

41 31 tentunya dianalisis untuk merangkum dan memilih hal-hal yang pokok yang dianggap relevan melalui reduksi data. 2. Reduksi data dalam penelitian ini diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan pengabstakan,dan transformasi data yang muncul dari catatan- catatan tertulis dilapangan reduksi data berlangsung terus menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. 3. Penarikan kesimpulan yaitu data yang telah disajikan dijadikan dasar untuk melahirkan kesimpulan awal. Kesimpulan tersebut masih bersifat sementara dan selanjutnya ditemukan informasi baru dan terverifikasi maka kesimpulan sebelumnya dilakukan penyempurnaan. G. Keabsahan data Validitas data sangat mendukung hasil penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan tiga (3) teknik triangulasi. 1, Triangulasi sumber Triangulasi sumber untuk menguji kredibitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dengan mengacu William Wiersma (1986) dalam Sugiono, (2012) data yang telah dianalisis oleh peneliti sehinggah menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber tersebut. 2. Trianggulasi Teknik

APA ITU DAERAH OTONOM?

APA ITU DAERAH OTONOM? APA OTONOMI DAERAH? OTONOMI DAERAH ADALAH HAK DAN KEWAJIBAN DAERAH OTONOM UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI URUSAN PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN MASYARAKATNYA SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

Lebih terperinci

Panduan diskusi kelompok

Panduan diskusi kelompok Panduan diskusi kelompok Mahasiswa duduk perkelompok (5 orang perkelompok) Mahasiswa mengambil dan membaca (DUA KASUS) yang akan di angkat sebagai bahan diskusi. Mahasiswa mendiskusikan dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia salah satu institusi yang menunjukkan pelaksanaan sistem demokrasi tidak langsung adalah DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah.

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pemerintahan Daerah Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH OTONOMI DAERAH NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Geografi Politik Sri Hayati Ahmad Yani PEMERINTAH DAERAH Pasal 2 (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

Lebih terperinci

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 P BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KABUPATEN ENREKANG DENGAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gresik) SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gresik) SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gresik) SKRIPSI Oleh : Firasidah Hasnah 0941010036 YAYASAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karya seni adalah merupakan salah satu produk budaya suatu bangsa, dengan sendirinya akan berdasar pada kebhinekaan budaya yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri,

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat (1)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (Studi Kasus di Pasar Gawok, Desa Geneng, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2009-2010) SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan disuatu Negara dapat dilakukan melalui sistem sentralisasi maupun desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi segala urusan dilakukan

Lebih terperinci

Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan yang sifatnya memberikan kemudahan bagi warga masyarakat, dibentuklah Kabupaten Bengkayang yang merupakan daerah pemekaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Provinsi Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan informasi dan pengetahuan serta pesatnya laju perkembangan teknologi informasi dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KOTA SORONG

PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KOTA SORONG SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SORONG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan

Lebih terperinci

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG 1 BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN, PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN KESENIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu adanya pelimpahan wewenang dari organisasi tingkat atas kepada tingkat bawahnya

Lebih terperinci

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOALEMO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM MENJALANKAN FUNGSI PENGAWASAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus Pada Desa Sukoharjo Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik. Oleh karena itu, dalam pengelolaannya harus

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi PEMERINTAHAN DAERAH Harsanto Nursadi Beberapa Ketentuan Umum Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 792 TAHUN : 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA Nomor Tahun Seri PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasal 18 Undang - Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa, Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasal 18 Undang - Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa, Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 18 Undang - Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah-daerah provinsi itu dibagi atas

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BAHASA DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BAHASA DAERAH DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BAHASA DAERAH Jakarta, 2015 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA -----------

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO. selamat siang dan salam sejahtera bagi kita sekalian,

BUPATI WONOSOBO. selamat siang dan salam sejahtera bagi kita sekalian, BUPATI WONOSOBO SAMBUTAN BUPATI WONOSOBO DALAM RAPAT PARIPURNA DPRD KABUPATEN WONOSOBO PENYAMPAIAN LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN BUPATI WONOSOBO TAHUN ANGGARAN 2013 Yang terhormat, Saudara Ketua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode untuk penyusunan perencanaan partisipatif berbasis kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, yaitu suatu metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor 19 Tahun 2008 Sub Pokok Bahasan : 1. Kedudukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan nasional merupakan sesuatu hal yang penting bagi Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan nasional merupakan sesuatu hal yang penting bagi Indonesia dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan nasional merupakan sesuatu hal yang penting bagi Indonesia dan merupakan salah satu unsur dalam menjaga rasa nasionalisme dalam diri kita sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU Salinan NO : 15/LD/2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2013 PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI TORAJA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah dan Pemerintahan Daerah 2.1. Otonomi Daerah Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah daerah, otonomi daerah adalah kewenangan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : ADI ATMOKO NPM

SKRIPSI. Oleh : ADI ATMOKO NPM FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MASYARAKAT DALAM KEPEMILIKAN KARTU IDENTITAS PENDUDUK MUSIMAN DI KELURAHAN WONOKROMO KECAMATAN WONOKROMO KOTA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan salah satu dari kesenian tradisional suku Bugis, di antaranya adalah seni musik dan seni tari. Pertunjukan ini dipentaskan baik pada momen-momen

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan politik suatu negara, negara tidak lepas dari corak budaya yang ada dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN, PENGELOLAAN DAN PERIZINAN MEMBAWA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA CIMAHI TAHUN 2005 2025 DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG Jalan Panji No. 70 Kelurahan Panji Telp. (0541) 661322. 664977 T E N G G A R O N G 75514 KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : 600.107/ BAP-I/IV/2011 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan BAB III METODE PENELITIAN 1. Desain Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan data peneliti menggunakan metode etnomusikologi, studi kasus dan performance studies.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN KEKAYAAN INTELEKTUAL PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

MENGANALISIS ADMINISTRASI PENDAPATAN DAN BELANJA KEUANGAN

MENGANALISIS ADMINISTRASI PENDAPATAN DAN BELANJA KEUANGAN MENGANALISIS ADMINISTRASI PENDAPATAN DAN BELANJA KEUANGAN MODUL MENGANALISIS ADMINISTRASI PENDAPATAN DAN BELANJA KEUANGAN OLEH : IMA KHOIRUN NIKMAH 1 Page Kata KATAPengantar PENGANTAR Puji syukur saya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

1 of 5 02/09/09 11:53

1 of 5 02/09/09 11:53 Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan, dimana didalam negara kesatuan dibagi menjadi 2 bentuk, yang pertama adalah negara kesatuan dengan sistem sentralisasi

Lebih terperinci

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD Pendahuluan 1. 1 LATAR BELAKANG Rencana Jangka Menengah Daerah () Provinsi Jambi 2010-2015 merupakan penjabaran visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi terpilih berdasarkan Pemilihan Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERBAHASA DAN BERPAKAIAN MELAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERBAHASA DAN BERPAKAIAN MELAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERBAHASA DAN BERPAKAIAN MELAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin PERNYATAAN Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21 Tanggal Penyerahan Makalah : 25 Juni

Lebih terperinci