ANALISIS PARADIGMA TAFSIR FEMINISME. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PARADIGMA TAFSIR FEMINISME. Abstrak"

Transkripsi

1 ANALISIS PARADIGMA TAFSIR FEMINISME Oleh : Muhammad Farid Azmi S.H Abstrak Kajian tafsir Al-Qur an harus dilakukan demi mendapatkan pemahaman secara menyeluruh mengenai makna Al-Qur an itu sendiri, dalam perkembangan zaman isu-isu feminisme mulai mewarnai pemikiran para mufassir terhadap pemahaman teks-teks Al-Qur an, oleh karennya perlu penjabaran lebih lanjut terkait hal tersebut. Tulisan ini merupakan penelitian menggunakan metode deskriptif, dengan rumusan masalah meliputi definisi feminisme, bagaimana pengaruh kesetaraan gender terhadap tafsir ulamak, serta contoh-contohnya. Temuan yang didapat adalah bahwa pemikiran feminisme telah menggeser tafsir-tafsir Al- Qur an sehingga makna yang dilahirkan dari teks-teks Al-Qur an tersebut lebih bebas dan sering tidak bersesuaian dengan pendapat ulamak klasik. Kata Kunci : Tafsir Feminim, Feminisme, Paradigma Tafsir Pendahuluan Isu-isu feminisme selalu berkembang dan masih hangat didiskusikan hingga era kini, tak ayal dari lahirnya faham ini memunculkan tokoh muslim yang tertarik dalam isu feminisme tersebut, sehingga muncullah tokoh feminis muslim yang pemikirannya dapat mengubah corak-corak tafsir terhadap Alqur an. Kajian para feminis muslim ini hubungannya dengan penafsiran Alqur an selalu berkutat seputar perempuan, namun tidak semua ayat-ayat tentang Alqur an dapat dimasukkan dalam isu-isu feminisme, beberapa tafsir feminis muslim tersebut ada yang sama dengan para mufassirin lainnya, namun tak jarang juga berbeda. Dari permasalahan tersebut, sangatlah penting memahami landasan dasar corak pemikiran feminis muslim dalam penafsiran Al-qur an agar tidak menimbulkan kerancuan dan kesan bertolak belakang antara para mufassirin dan feminis muslim. Definisi Feminisme, Gender dan Seks. Tidak mudah untuk merumuskan definisi feminisme secara menyeluruh yang dapat diterima oleh semua feminis, definisi ini selalu berubah sesuai dengan realita social dan kultural yang melatarbelakangi lahirnya paham tersebut, sehingga akan selalu berbeda sesuai pemahaman, tindakan dan persepsi yang dilakukan para feminis itu sendiri. Menurut Kamla dan Nighat, feminisme merupakan suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap Analisis Paradigma Tafsir Feminis 1

2 perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut 1 Dari definisi tersebut, kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan tidak hanya dipahami dari arti sempitnya saja, melainkan harus dipahami lebih luas dan menyeluruh yaitu dengan memahami tindakan tersebut sebagai kesadaran terhadap ketidakadilan gender antara laki-laki dan perempuan, sehingga menurut Yunahar Ilyas mendefinisikan feminisme sebagai kesadaran akan ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan baik dalam keluarga maupun masyarakat serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut. 2 Menurut para feminis ketidakadilan ini diakibatkan dari kesalahfahaman mengenai konsep gender dan konsep seks yang diartikan dengan makna sama. Meski memang secara bahasa dua kata ini memiliki arti sama namun secara konsepsional keduanya mempunyai makna berbeda. Pemahaman dan perbedaan antara kedua konsep tersebut sangat diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena ada kaitan yang erat antara perbedaan gender (gender differences) dan ketidakadilan gender (gender inequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara luas. Pemahaman atas konsep gender sangatlah diperlukan mengingat dari konsep ini telah lahir suatu analis gender. 3 Istilah gender digunakan berbeda dengan sex. Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya. Sementara sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex lebih banyak berkonsentrasi pada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sementara itu, gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non-biologis lainnya. 4 Banyak teori ahli yang mengemukakan konsep awal terjadinya gender, salah satunya yang dikemukakan Arief Budiman tentang asal muasal pembagian pekerjaan berdasarkan 1 Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Relevasinya, terj S. Herlina (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm Yunahar Ilyas, Feminisme Dalam Kajian Tafsir Al-Qur an Klasik dan Kontemporer, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998, cet 2), hlm Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm 4 4 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an (Jakarta: Paramad ina, 1999), hlm 35 Analisis Paradigma Tafsir Feminis 2

3 seksual. Menurut antropolog Ernestine Friedl, seperti yang dikutip Budiman, pada masyarakat primitif, perempuan lebih penting dari pada laki-laki. Pada masyarakat primitif melahirkan bayi-bayi baru merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah kelompok mereka jatuh dalam kepunahan, sehingga peran perempuan untuk melahirkan bayi-bayi menjadi sangat penting. Maka ketika terjadi peperangan, berburu bahkan bercocok tanam, semuanya akan diserahkan pada laki-laki demi menjaga keamanan perempuan dari bahaya yang sewaktu-waktu datang menyerang. Maka lahirlah pembagian kerja berdasarkan seks yang pertama, yakni perempuan bekerja di dalam rumah tangga dan laki-laki bekerja di luar. 5 Namun setelah sebab-sebab munculnya pembagian kerja tersebut hilang karena perguliran zaman, pembagian ini masih berlanjut dan tetap berlangsung hingga berabad-abad lamanya, sehingga perlu adanya pemilahan fungsi antara seks dan gender agar mendapatkan titik adil dari laki-laki dan perempuan. Asumsi dasar kesetaraan gender yang dibawa oleh feminisme berangkat dari teori nurture. Menurut mereka, peran gender hanya berasal dari konstruksi sosial (nurture) semata dan bukan alamiah atau kodrati (nature), sehingga dapat dipertukarkan. Dengan demikian peran gender pada hakikatnya adalah netral, setara, sama, dan dapat dilakukan oleh jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, semuanya adalah sama. 6 Keadaan netral di atas adalah kondisi ideal pria dan wanita gambaran kaum feminis. Jika kenetralan ini dilanggar, maka dalam pandangan mereka akan menimbulkan ketimpangan sosial, yakni diskriminasi terhadap perempuan. Untuk mengetahui tentang apakah telah terjadi ketimpangan, biasanya kaum feminis memakai ukuran kuantitatif, seperti dengan melihat out come atau hasil, lot atau keberhasilan yang telah dicapai pria dan wanita di dunia publik. 7 Studi Gender Lintas Kultur Jikalau anatomi manusia adalah takdir sedangkan gender dapat ditentukan oleh perbedaan yang tidak nampak, maka dapat diharapkan status dan peran antara laki-laki dan perempuan dapat sama dalam semua kultur. Sebaliknya jika karakteristik gender beragam di 5 Arief Budiman, Pembagian Kerja Secara Seksual, Sebuah Pembahasan Sosiologi tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat, (Jakarta : Gramedia, 1981), hlm Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender, (Bandung: Mizan, 1995), hlm M. Hajir Mutawakkil, Keadilan Islam dalam Persoalan Gender, dalam Jurnal Kalimah, Vol. 12, No. 1, Maret Analisis Paradigma Tafsir Feminis 3

4 berbagai kultur, maka gender akan jauh lebih fleksibel dari pada seperti yang diasumsikan di masa lalu. Antropolog telah melaporkan peran gender dari berbagai kultur, di pulau Papua New Guinea pada suku Aparesh, baik laki-laki maupun perempuan bersifat halus, pasif dan secara emosional hangat. Pada suku Mundugumor, keduanya sangat agresif, kasar dan suka memenggal kepala. Sementara itu suku Tchambuli, perempuan lebih dominan dari pada lakilaki, perempuan tidak suka memakai aksesoris, sedangkan laki-laki suka gosip, artistik serta kasih sayang terhadap anaknya. Menurut Epstein dan Coser pada masyarakat industri yang memiliki komitmen terhadap kesetaraan gender masih k=juga muncul dominasi laki-laki terhadap perempuan, semisal Uni Sovyet sebelum bubar, meski telah mendeklarasikan kesetaraan jenis kelamin lebih dari setengah abad lalu, tetap saja status politik tinggi secara eksklusif masih menjadi dunia laki-laki. Sama juga di negara barat yang demokratis, seperti di Skandinavia, perempuan menjadi anggota perlemen 25%, di Perancis 5%, di Amerika Serikat 5%, di Selandia Baru 4% dan di Inggris 4%. 8 Masyarakat di berbagai kultur memiliki semacam standarisasi dalam pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Ada pola umum yang kuat dalam dominasi, kepribadian dan kerja, namun pola tersebut tidak bersifat pasti, dibuktikan dari banyaknya fleksibilitas peran gender di berbagai kultur. Di setiap kultur, anak-anak kecil secara sistematis disosiaisasikan supaya menerima asumsi-asumsi yang telah ada, menjadi karakter laki-laki dan perempuan sesuai dengan proses pembelajaran yang diterima selama berkomunikasi dan berinteraksi dengan yang lainnya. Pengaruh Kesetaraan Gender terhadap Tafsir Feminis Kesetaraan gender yang dipegang teguh oleh kaum feminis sangat berpengaruh dengan bagaimana cara feminis menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan perempuan, akibat dari keteguhan mereka tersebut, cara pandang feminis senantiasa melihat para mufassir atau fuqaha dalam kacamata kecurigaan bahwa mereka menafsirkan ayat-ayat alquran atau hadis dalam kerangka melestarikan hegemoni atau kepentingan laki-laki atas wanita. Pendukung kesetaraan gender menolak penafsiran yang bersifat tafādhul (mengunggulkan), yang memberikan kelebihan kepada laki-laki atas dasar jenis kelamin. 8 Achmad Gunaryo, Bias Jender dalam Pemahaman Islam : Kesetaraan Jender antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta : Gama Media, 2002), hlm Analisis Paradigma Tafsir Feminis 4

5 Amina Wadud adalah salah satu contoh feminis yang berusaha menerapkan konsep kesetaraan gender dengan cara menafsirkan ulang ayat-ayat yang dianggap merugikan perempuan. Dalam perspektifnya, banyak hukum Islam yang selama ini diterapkan di tengah masyarakat Islam adalah hasil konstruksi kaum laki-laki. Wadud ingin membuat konstruksi hukum baru dalam perspektif dan kepentingan perempuan. Ia menolak metode tafsir klasik dan menggantinya dengan metode tafsir baru yang diberi nama Hermeneutika Tauhid. Dengan metode tafsir ini, meskipun al-qurannya sama, produk hukum yang diperoleh sangat berbeda. Sebagaimana banyak pemikir liberal lainnya, Wadud juga berpegang pada kaedah relativisme tafsir. Wadud mengatakan, Tidak ada metode tafsir al-quran yang benar-benar objektif. Masing-masing ahli tafsir melakukan beberapa pilihan subjektif. 9 Cara pandang persamaan gender ini tidak terlepas dari latar belakang sejarah peradaban Barat yang di masa lalu berlaku sangat kejam terhadap wanita. Mereka kemudian bergerak dari satu poros ekstrim ke poros ekstrim lain dalam memperlakukan wanita, dulu mereka menindas wanita habis-habisan, maka kemudian mereka memberikan kebebasan tanpa batas kepada wanita. Bahkan sadar atau tidak sadar kalangan feminis muslim telah berbuat sangat ceroboh dengan menjiplak metode penafsiran Bible di kalangan feminis Kristen. Kelompok ini banyak mempertanyakan hukum-hukum Islam yang dianggap tidak adil dan merendahkan perempuan, mereka menuntut adanya reintepretasi alqur an versi kaum perempuan. Tuntutan ini berasal dari ide penafsiran alqur an secara hermeneutika. 10 Tafsir para Mufassir Klasik dan Feminis Muslim a. Penciptaan Perempuan Allah berfirman pada surat an-nisa ayat 1 Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan 9 Amina Wadud, Quran Menurut Perempuan: Meluruskan Bias Gender dalam Tradisi, terj. Abdullah Ali (Jakarta: Serambi, 2001), hlm Adian Husaini dkk Problematika Tafsir Feminis: Studi Kritis Konsep Kesetaraan Gender, Jurnal At-Tahrir Vol 15 No.2 November 2015, ( Bogor : Fakultas Pascasarjana, Universitas Ibn Khaldun), hlm 375. Analisis Paradigma Tafsir Feminis 5

6 (mempergunakan) nama-nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. an-nisa : 1) 11 Memang benar, dalam ayat ini tidak disebutkan secara eksplisit nama Adam dan Hawa, melainkan diungkapkan dengan kata nafs waahidah (seorang diri), zawjahaa (pasangannya), namun melihat dari ayat-ayat lain misalnya QS. albaqarah[2]:30-31, Qs. Ali Imran [3]:59, dan QS al-a raf[7]:27 serta hadis-hadis lainnya, para mufassirin meski tidak seluruhnya seperti az-zamakhsyari, al-aluusi dan Sa id Hawwa memahami dan meyakini bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah Adam dan istrinya Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam. 12 Dasar dari pendapat mereka dilandasi oleh argument-argumen : a. Kata min dalam kalimat wa khalaqa minhaa zaujahaa adalah min tab idhiyyah, yang berarti Hawa diciptakan dari sebagian anggota tubuh Adam. b. Dari hadis Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang menyebutkan secara eksplisit penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam. Sedangkan menurut Riffat Hassan (tokoh feminis), nafs waahidah belum bisa dipastikan bahwa itu adalah Adam, karena baik kata nafs maupun zauj bersifat netral, tidak menunjukkan jenis kelamin tertentu. Nafs secara gramatikal adalah feminism namun secara konseptual adalah netral dan menjadi esensial dari setiap orang, kemudian kata zawj digunakan untuk menunjukkan arti teman, pasangan atau kelompok, secara gramatikal adalah maskulin namun secara konseptual netral, alqur an menggunakannya untuk merujuk pada tumbuh-tumbuhan (QS.55:52) dan binatang (QS. 11:40) di samping juga manusia. 13 Riffat berpendapat bahwa kata Adam adalah istilah Ibrani yang secara literatur berarti tanah, dari kata adamah. Menurutnya alqur an tidak mengakatakan Adam manusia pertama, tidak pula Adam adalah laki-laki, Adam adalah kata benda maskulin, hanya secara linguistic bukan 11 Sahm Al-Nour, Al-Qur an al-kariim, (Jakarta : Sahmalnour Press, 2013), hlm Nurjannah Ismail, Perempuan dalam Pasungan : Bias Laki-Laki dalam Penafsiran, (Yogyakarta : LKiS,2003), hlm Amina Wadud, Quran Menurut Perempuan: Membaca Kembali Kitab Suci dengan Semangat Keadilan, terj. Abdullah Ali (Jakarta: Serambi, 2006), Analisis Paradigma Tafsir Feminis 6

7 menyangkut jenis kelamin. 14 Argument-argumen lain yang dapat membantah mufassir klasik adalah : a. Min dalam ayat tersebut menunjukkan jenis yang sama, artinya Hawa diciptakan dari jenis yang sama dengan Adam, yaitu tanah. b. Semua hadis tentang penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam adalah lemah, baik dari segi sanad (ada rawi yang tidak dapat dipercaya) dan matan. 15 b. Kepemimpinan Perempuan Allah berfirman dalam surat an-nisa ayat 34 Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki -laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (m ereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. an-nisa : 34) 16 Berdasar ayat tersebut zamakhsyari, Aluusi dan Sa id Hawwa sepakat menyatakan bahwa suami adalah pemimpin terhadap istri dalam berumah tangga, yang mana landasannya sudah jelas dalam kalimat ar-rijaal qawwamuuna ala annisaa. Kata qawwam diartikan sebagai pemimpin. Alqur an juga sudah menyatakan alasan mengapa laki-laki menjadi pemimpin bagi perempuan, yaitu : a. Karena kelebihan laki-laki terhadap perempuan. Kata hum pada kalimat bi maa faddhalallaahu ba dhahum alaa ba dh, adalah berlaku untuk 14 Yunahar Ilyas, Feminisme, hlm Yunahar Ilyas, Feminisme, hlm Sahm Al-Nour, Al-Qur an al-kariim, (Jakarta : Sahmalnour Press, 2013), hlm 84 Analisis Paradigma Tafsir Feminis 7

8 keduanya sehingga mempunyai makna oleh karena kelebihan yang diberikan Allah kepada sebagian mereka, yakni laki-laki atas perempuan. b. Karena kewajiban laki-laki memberikan mahar dan nafkah keluarga. Menurut Ashgar Ali Engineer (tokoh feminis), ia mengkritik para mufassir klasik yang mengartikan qawwaam sebagai penguasa atau pengawas dan menggunakan ayat ini untuk membuktikan keunggulan definitif laki-laki atas perempuan. Pada masa ayat ini turun, laki-laki bertugas mencari nafkah dan perempuan di rumah menjalankan tugas domestik dikarenakan kesadaran social perempuan waktu itu masih rendah, sehingga tugas mencari nafkah dianggap sebagai keunggulan. Oleh sebab itu kepemimpinan laki-laki terhadap perempuan bersifat kontektual bukan normatif yang harus seperti itu, apabila kontek sosialnya berubah, maka dapat dipastikan pandangan ini juga akan berubah dan merubah pula pola tafsir dari ayat tersebut. 17 Berbeda dengan Amina Wadud, ia dapat menyetujui laki-laki menjadi pemimpin bagi perempuan, namun harus memenuhi syarat : a. Laki-laki sanggup membuktikan kelebihannya b. Laki-laki mendukung perempuan dengan harta bendanya Bagi Amina kelebihan laki-laki sudah dijamin dalam alqur an yakni dalam hal warisan, laki-laki dapat dua bagian dari bagian perempuan, kelebihan ini harus digunakan laki-laki untuk mendukung perempuan. Jadi terdapat hubungan timbal balik antara hak istimewa yang diterima dengan tanggung jawab yang dipikul lakilaki yakni menggunakan kekayaannya untuk mendukung perempuan sehingga ia dijamin harta warisan sebanyak dua kali lipat. 18 c. Kesaksian dan Kewarisan Perempuan Dalam hal kesaksian, Allah berfirman dalam alqur an surat al-baqarah ayat Yunahar Ilyas, Feminisme, hlm Asghar Ali Engineer, Hak-Hak Perempuan dalam Islam, terj. Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf (Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, 1994), hlm 61. Analisis Paradigma Tafsir Feminis 8

9 Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menjalankan sesuatu urusan dengan hutang piutang yang diberi tempoh hingga ke suatu masa yang tertentu maka hendaklah kamu menulis (hutang dan masa bayarannya) itu dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya dengan adil (benar) dan janganlah seseorang penulis enggan menulis sebagaimana Allah telah mengajarkannya. Oleh itu, hendaklah ia menulis dan hendaklah orang yang berhutang itu merencanakan (isi surat hutang itu dengan jelas). Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangkan sesuatu pun dari hutang itu. Kemudian jika orang yang berhutang itu bodoh atau lemah atau ia sendiri tidak dapat hendak merencanakan (isi itu), maka hendaklah direncanakan oleh walinya dengan adil benar); dan hendaklah kamu mengadakan dua orang saksi lelaki dari kalangan kamu. Kemudian kalau tidak ada saksi dua orang lelaki, maka bolehlah, seorang lelaki dan dua orang perempuan dari orang-orang yang kamu setujui menjadi saksi, supaya jika yang seorang lupa dari saksi-saksi perempuan yang berdua itu maka dapat diingatkan oleh yang seorang lagi. Dan jangan saksi-saksi itu enggan apabila mereka dipanggil menjadi saksi. Dan janganlah kamu jemu menulis perkara hutang yang bertempoh masanya itu, sama ada kecil atau besar jumlahnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih membetulkan (menguatkan) keterangan saksi, dan juga lebih hampir kepada tidak menimbulkan keraguan kamu. Kecuali perkara itu mengenai perniagaan tunai yang kamu edarkan sesama sendiri, maka tiadalah salah jika kamu tidak menulisnya. Dan adakanlah saksi apabila kamu berjual-beli. Dan janganlah mana-mana jurutulis dan saksi itu disusahkan. Dan kalau kamu melakukan (apa yang dilarang itu), maka Analisis Paradigma Tafsir Feminis 9

10 sesungguhnya yang demikian adalah perbuatan fasik (derhaka) yang ada pada kamu. Oleh itu hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah; dan (ingatlah), Allah (dengan keterangan ini) mengajar kamu; dan Allah sentiasa Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. (QS.al-Baqarah : 282) 19 Para Mufassir sepakat menyatakan bahwa formula kesaksian 1 banding 2 (satu laki-laki sebanding dengan dua perempuan) supaya jika yang satunya lupa, maka satunya lagi dapat mengingatkan, didukung lagi pendapat Sa id Hawwa mengutip pendapat Sayyid Quthub, mengemukakan dua sebab : a. Perempuan tidak banyak berpengalaman dalam urusan transaksi, sehingga mudah lupa detail-detailnya b. Perempuan bersifat emosional Pendapat Asghar juga demikian, bahwa formulasi tersebut tidak menunjukkan perempuan bermutu rendah dari laki-laki, hal itu semata-mata pada masa itu perempuan tidak berpengalaman yang memadai mengenai keuangan dan transaksi bisnis, oleh karena itu dua saksi perempuan dianjurkan Allah. Yang berbeda adalah bahwa laki-laki jika mempunyai pengalaman yang cukup, pengingat tidaklah dibutuhkan bagi mereka. Kemudian walau dua saksi dibutuhkan dalam persaksian perempuan, tapi tetap yang memberikan saksi adalah satu orang, sedangkan yang satunya lagi hanya sebagai pengingat. 20 Maulvi Mumtaz Ali Khan menambahi bahwa kemungkinan permintaan dua saksi perempuan lebih karena masalah fisik mereka sebab ketika perempuan mengalami menstruasi perempuan mungkin tidak bisa pergi mengajukan kesaksian, maka dibutuhkan yang lain untuk mewakili, bahkan ini menunjukkan superioritas perempuan karena hanya perempuan yang bisa menikmati keistimewaan ini dengan mengirimkan yang lain untuk memberikan saksi pengganti. 21 Ahli tafsir lain dari pakistan, Parvez juga menolak inferioritas perempuan karena kata tadhilla yang digunakan dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah [2]: 282 tidak berarti lupa, tetapi lebih bermakna bingung, beliau mengambil kesimpulan seperti itu karena perempuan dibesarkan dalam suatu tata krama dan keadaan yang berbeda, maka dia tidak mempunyai kemampuan menjelaskan masalah, oleh 19 Sahm Al-Nour, Al-Qur an al-kariim, (Jakarta : Sahmalnour Press, 2013), hlm Asghar Ali Engineer, Hak-Hak., hlm Maulvi Mumtaz A.K, Huquuq al-niswaan, (Heyderabad : Maulvi Book,t.t), hlm Analisis Paradigma Tafsir Feminis 10

11 karenanya membutuhkan orang lain untuk menambahnya. Tetapi kekurangan seperti itu dapat diatasi dengan latihan yang benar dan hanya cukup terbiasa saja. 22 Dalam hal kewarisan, Allah telah berfirman dalam alqur an surat an-nisa ayat 11 Artinya : Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (y aitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semua perempuan yang berjumlah lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (QS. an-nisa : 11) 23 Menurut Zamakhsyari, ayat ini tidak bermaksud mengatakan kekurangan anak perempuan, ia menyebutkan bahwa bangsa Arab sebelum ayat ini turun tidak memberikan hak waris pada kaum perempuan, maka sudah cukup bagi laki-laki mendapatkan dua kali perempuan tanpa harus mengharamkan sama sekali perempuan dapat warisan. Menurut Sa id Hawwa laki-laki dapat bagian dua anak perempuan karena kebutuhan laki-laki terhadap harta lebih besar dari pada perempuan karena banyaknya kewajiban yang ditanggung, seperti nafkah dan sejenisnya. Sedangkan menurut Asghar dan Amina ketentuan ini tidak bersifat diskriminatif terhadap perempuan, menurut Ashgar walau tidak mendapatkan warisan dua bagian, namun ketika menikah ia akan mendapatkan harta tambahan berupa mas 22 Pervez, Mathaalib Al-Qur an, Vol III, ( Lahore : Perves Press, 1979), hlm Sahm Al-Nour, Al-Qur an al-kariim, (Jakarta : Sahmalnour Press, 2013), hlm 79 Analisis Paradigma Tafsir Feminis 11

12 kawin dari laki-laki, selain itu dia tidak berkewajiban menafkahi keluarganya dan itu semua adalah tanggungan suaminya, hanya saja kritik Asghar adalah pandangan penafsiran ayat tersebut yang menganggap anak perempuan lebih rendah nilainya dari pada laki-laki, ini adalah keliru. Kemudian Amina mempunyai pandangan sedikit berbeda, bahwa pembagian warisan sangatlah fleksibel yaitu harus memperhitungkan keadaan orang yang ditinggalkan. 24 Analisis Tafsir Feminis Studi tafsir feminis ini menurut penulis dapat menjadi alternatif tersendiri menanggapi berbagai kebutuhan dalam perkembangan masyarakat Islam dari masa ke masa, namun meski begitu banyak sekali pembahasan feminis yang hanya sebatas pemikiran dan pemahaman saja, karena dalam realitanya, pembagian peran laki-laki dan perempuan memang berbeda meski didasari dengan kesetaraan gender sekalipun. Tidak mungkin kelebihan laki-laki dapat semuanya dimiliki perempuan dan sebaliknya, kelebihan perempuan dapat dimiliki laki-laki. Oleh karena itu, dalam praktiknya, pemikiran-pemikiran feminis tidak sepenuhnya dapat dilakukan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai tafsir feminis itu sendiri, perlu dipahami setiap proses pencarian makna dari teks-teks Al-Qur an semata-mata hanya untuk mencari kebenaran hakiki yang dikehendaki Allah SWT, oleh karenanya, model penafsiran feminis tersebut adalah wajar dan boleh dilakukan sebagai bentuk pencarian makna hakiki teks wahyu, maka sangat perlu diapresiasi untuk pengembangan keilmuan dan pengembangan pemahaman. Namun harus selalu melihat batasan-batasan agar penafsiran tersebut tidak begitu bebas, artinya penafsiran harus tetap dalam aturan-aturan yang bersesuaian dengan syara. Pemahaman bahwa segala penafsiran hanyalah sebatas pendekatan makna hakiki harus diterapkan, sehingga dapat saling toleransi terhadap perbedaan penafsiran mufassir klasik dan mufassir feminis zaman ssekarang. Simpulan Feminisme adalah kesadaran akan ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan baik dalam keluarga maupun masyarakat serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut. Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya. Sementara sex 24 Yunahar Ilyas, Feminisme, hlm 104 Analisis Paradigma Tafsir Feminis 12

13 digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Pengaruh kesetaraan gender terhadap tafsir feminis ialah cara pandang feminis menjadi penuh kecurigaan terhadap para mufassir atau fuqaha dalam menafsirkan ayat-ayat alquran atau hadis, mereka dianggap menafsirkan alqur an dalam rangka melestarikan hegemoni atau kepentingan laki-laki atas wanita. Tafsir para mufassir klasik dengan feminis muslim sering mengalami perbedaan pendapat yang bertolak belakang antara satu dengan yang lain, namun ada juga yang sama atau dapat disatukan dan saling melengkapi satu sama lain. DAFTAR PUSATAKA Adian Husaini dkk, Problematika Tafsir Feminis: Studi Kritis Konsep Kesetaraan Gender, dalam Jurnal At-Tahrir Vol 15 No.2 November 2015, Bogor : Fakultas Pascasarjana, Universitas Ibn Khaldun. Bhasin, Kamla dkk, Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Relevasinya, terj S. Herlina, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, Budiman, Arief, Pembagian Kerja Secara Seksual, Sebuah Pembahasan Sosiologi tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1981 Engineer, Asghar Ali, Hak-Hak Perempuan dalam Islam, terj. Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf, Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, Fakih, Mansour, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Gunaryo, Achmad, Bias Jender dalam Pemahaman Islam : Kesetaraan Jender antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta : Gama Media, 2002) Ilyas, Yunahar, Feminisme Dalam Kajian Tafsir Al-Qur an Klasik dan Kontemporer, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998, cet 2. Ismail, Nurjannah, Perempuan dalam Pasungan : Bias Laki-Laki dalam Penafsiran, Yogyakarta : LKiS, Megawangi, Ratna, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender, Bandung: Mizan, Mumtaz A.K, Maulvi, Huquuq al-niswaan, Heyderabad : Maulvi Book,t.t. Analisis Paradigma Tafsir Feminis 13

14 Mutawakkil, M. Hajir, Keadilan Islam dalam Persoalan Gender, dalam Jurnal Kalimah, Vol. 12, No. 1, Maret al-nour, Sahm, Al-Qur an al-kariim, (Jakarta : Sahmalnour Press, Pervez, Mathaalib Al-Qur an, Vol III, Lahore : Perves Press, Umar, Nasaruddin, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an, Jakarta: Paramadina, 1999 Wadud, Amina, Quran Menurut Perempuan: Meluruskan Bias Gender dalam Tradisi, terj. Abdullah Ali, Jakarta: Serambi, 2001., Quran Menurut Perempuan: Membaca Kembali Kitab Suci dengan Semangat Keadilan, terj.abdullah Ali, Jakarta: Serambi, Analisis Paradigma Tafsir Feminis 14

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer Dalam sebuah rentetan sejarah, telah terjadi dominasi laki-laki dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN A. Persamaan antara Pemikiran Riffat Hassan dan Mansour Fakih tentang Kesetaraan Jender

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran. Nunuy Nurjanah

RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran. Nunuy Nurjanah RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran Nunuy Nurjanah Tulisan ini akan memaparkan 1. fakta adanya upaya-upaya penafsiran ulang terhadap Al-Quran yang dilakukan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER Oleh: Dr. Marzuki PKnH FIS -UNY Pendahuluan 1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik Jumlah perempuan sekarang lebih besar dibanding laki-laki Perempuan belum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME 51 BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME A. Analisis Terhadap Perlindungan Hak Nafkah Perempuan dalam Kompilasi Hukum Islam Hak perkawinan

Lebih terperinci

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam Muhammad Ilyas Program Studi Pendidikan Islam, Fakultas Pascasarjana, Universitas Ibnu Khaldun ABSTRAK Tulisan ini mengkaji

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD A. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Masdar Farid Mas udi dan Kiai Husen Muhammad Tentang Kepemimpinan Perempuan

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM)

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM) GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM) Oleh: Dr. Marzuki Pusat Studi Wanita Universitas Negeri Yogyakarta 1 Pendahuluan1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik hingga sekarang ini. Sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi aksioma bahwa keluarga adalah sel hidup utama yang membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara keseluruhan akan ikut baik

Lebih terperinci

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran Amina Wadud Konsep terstruktur untuk menafsirkan Al Qur

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan Kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah terdapat beberapa kesimpulan sebagaimana berikut: perempuan tercermin dalam kalimat wa bimaa anfaqu min amwaalihim yang

BAB V PENUTUP. telah terdapat beberapa kesimpulan sebagaimana berikut: perempuan tercermin dalam kalimat wa bimaa anfaqu min amwaalihim yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian penelitian pada bab-bab sebelumnya, maka setidaknya telah terdapat beberapa kesimpulan sebagaimana berikut: 1. Kelebihan laki-laki atas perempuan yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA A. Relefansi Masa Turunnya Ayat dengan Masa Kini Ayat 15 dari surat Al-Ahqaf tersebut merupakan ayat makiyah. Sebelum al-qur an diturunkan, di daerah Makkah

Lebih terperinci

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP WACANA GENDER Wacana gender dalam masyarakat pesantren sangat kontradiktif disamping memang tidak diketemukan dalam kitab-kitab

Lebih terperinci

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM 53 BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Sistem Pemerataan Harta Warisan di Desa Balongwono dalam Perspektif Hukum Islam 1. Al-Qur an Allah SWT telah menentukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep keadilan gender perspekitf Mansour Fakih sebenarnya memiliki cakupan luas, akan tetapi pemikiran Mansour Fakih tersebut dapat di ringkas, yaitu bahwa keadilan gender,

Lebih terperinci

Warisan Wanita Digugat!

Warisan Wanita Digugat! Warisan Wanita Digugat! Allah mensyari atkan bagimu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, yaitu: bagian anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan ( An Nisa :11) WARISAN WANITA DIGUGAT.

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN ETIKA DALAM ISLAM

Bab 2 LANDASAN ETIKA DALAM ISLAM Bab 2 LANDASAN ETIKA DALAM ISLAM Mengingat islam merupakan agama yang bersumber pada ajaran Allah, maka landasan yang digunakan sebagai pijakan pada penegakan etika dalam islam tetap harus berpedoman pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya bermacam-macam, seperti politik, rasisme bahkan keyakinan keagamaan/apa saja.dalam bentuk ekstrim,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya BAB II Kajian Pustaka 2.1. Perempuan Karo Dalam Perspektif Gender Dalam kehidupan masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Karo pada khususnya bahwa pembagian harta warisan telah diatur secara turun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

LAMPIRAN TERJEMAHAN AYAT AL-QUR AN

LAMPIRAN TERJEMAHAN AYAT AL-QUR AN LAMPIRAN TERJEMAHAN AYAT AL-QUR AN Halaman 2 Halaman 4 : dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN Kehidupan manusia selalu mengalami perputaran, terkadang penuh dengan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA/K TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA/K TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA/K TAHUN PELAJARAN 2015/2016 No. 1. Menganalisis QS. Al-Anfal (8) : 72); Ditampilkan kutipan salah satu ayat Alquran tentang kontrol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMK TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMK TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMK TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013 No. Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Soal 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menganalisis QS. Al-Anfal

Lebih terperinci

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Paradigma Sekufu di dalam Keluarga Mas Kata kufu atau kafa ah dalam perkawinan mengandung arti

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013 No. Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Soal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Menganalisis QS. Al-Anfal

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S ISLAM dan ISU-ISU KONTEMPORER P A I Demokrasi dan Kepemimpinan Islam Musyawarah Islam Versus Demokrasi Teokrasi dan Demokrasi Titik Temu Demokrasi

Lebih terperinci

Tafsir Edisi 3 : Sekali Lagi: Pemimpin Perempuan!

Tafsir Edisi 3 : Sekali Lagi: Pemimpin Perempuan! Pemimpin didefinisikan sebagai orang yang diikuti ucapan dan tindakannya, baik mau pun yang buruk. Kaum muslimin menyebutnya: Imam atau sebuatan lain yang semakna. Al Qur-an menyatakan : "Dan Kami telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

PERSPEKTIF GENDER DALAM ISLAM, Pendekatan Tafsir Al-Qur an Dan Kritik Hadits * H. Yunahar Ilyas ** Abstrak

PERSPEKTIF GENDER DALAM ISLAM, Pendekatan Tafsir Al-Qur an Dan Kritik Hadits * H. Yunahar Ilyas ** Abstrak PERSPEKTIF GENDER DALAM ISLAM, Pendekatan Tafsir Al-Qur an Dan Kritik Hadits * H. Yunahar Ilyas ** Abstrak Pembicaraan mengenai isu gender sudah banyak dikumandangkan baik dikalangan umum maupun di kalangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah dilakukan penelitian sesuai dengan fokus permasalahan, tujuan penelitian dan uraian dalam pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Bentuk marginalisasi yang

Lebih terperinci

Suatu ketika Rasulullah harus sedikit menegur Aisyah ketika sang Humaira cemburu berat.

Suatu ketika Rasulullah harus sedikit menegur Aisyah ketika sang Humaira cemburu berat. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Alloh memperkembang biakkan laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timbulnya anggapan bahwa perempuan merupakan kaum lemah masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan perempuan yang telah di konstruksikan

Lebih terperinci

ra>hmatan lil alami>n (rahmat bagi alam semesta). Dan salah satu benuk rahmat

ra>hmatan lil alami>n (rahmat bagi alam semesta). Dan salah satu benuk rahmat BAB IV PERAN ISTRI KETIKA SUAMI LALAI DALAM TANGGUNG JAWABNYA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM ISLAM A. Analisis Peran Istri ketika Suami Lalai Dalam Tanggung Jawabnya Di Desa Poreh Kecamatan Lenteng Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah

Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan menganalisisnya, ada kekhususan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016 Kurikulum 2013 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Soal 1. Menganalisis QS. Al-Anfal (8) : 72); QS. Al-Hujurat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum waris merupakan salah satu dari bagian dari hukum perdata secara keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung) HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung) Hibah sebagai Fungsi Sosial Hibah yang berarti pemberian atau hadiah memiliki fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

PENDEKATAN GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM

PENDEKATAN GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM PENDEKATAN GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Metodologi Studi Islam Dosen Pengampu : Ahmad Maghfur, M.Ag Oleh : Sarah Risqi Kamilah 2013113008

Lebih terperinci

Bolehkah istri diperlakukan sebagai properti, seperti yang diakui oleh Manohara?

Bolehkah istri diperlakukan sebagai properti, seperti yang diakui oleh Manohara? {mosimage}tiba-tiba Kasus Manohara kembali menghangat paska kepulangannya ke Indonesia beberapa waktu lalu. Berita, infotainment, masyarakat luas trerutama ibu-ibu rumah tangga banyak membahasnya. Namun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup

BAB V PENUTUP. pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup BAB V PENUTUP Alhamdulillah, pengkaji bersyukur ke hadrat Allah SWT yang telah memberikan pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup dengan kesimpulan dan cadangan.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya,

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya, BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN A. Nikah Sirri: Problem yang Kompleks Praktik nikah sirri di Indonesia tidak terlepas dari rantai permasalahan yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan,

Lebih terperinci

PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI OLEH : ACHMAD WALIDUN NI AM NIM : 2822123002 JURUSAN HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARI AH DAN ILMU HUKUM INSTITUT AGAMA

Lebih terperinci

I. A. PERMASALAHAN I. A.

I. A. PERMASALAHAN I. A. BAB I PENDAHULUAN I. A. PERMASALAHAN I. A. 1. Latar Belakang Masalah Dalam bukunya yang berjudul Menyingkap Seksualitas, Anton Konseng menceritakan satu pengalamannya yang menarik terkait dengan seksualitas.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan Syariat Islam telah menjadikan pernikahan menjadi salah

Lebih terperinci

1Konsep dan Teori Gender

1Konsep dan Teori Gender 1Konsep dan Teori Gender Pengantar Dalam bab ini akan disampaikan secara detil arti dan makna dari Gender, serta konsepsi yang berkembang dalam melihat gender. Hal-hal mendasar yang perlu dipahami oleh

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perilaku 1. Definisi Perilaku Menurut Skinner dalam Notoatmojo (2003), perilaku merupakan respon berdasarkan stimulus yang diterima dari luar maupun dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berkembang, dimana saat ini Indonesia mengerahkan segala

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berkembang, dimana saat ini Indonesia mengerahkan segala BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Zaman modern seperti saat ini terjadi persaingan dari berbagai negara maju baik dalam ilmu pendidikan, kesehatan, teknologi, agama dan lain sebagainya. Begitupun dengan

Lebih terperinci

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at Satu Banding Satu? Pertanyaan: Saya, Raditya (36 tahun), ingin menanyakan tentang sebuah masalah cukup pelik dalam keluarga kami. Ayah saya sakit-sakitan dan berniat membuat surat waris bagi anak-anaknya. Kami bersaudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap harta yang ditinggalkan oleh seseorang baik yang bersifat harta benda bergerak maupun harta benda

Lebih terperinci

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan LAMPIRAN TERJEMAH No Bab Surah/Hadis Terjemah 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya kub. (Ibrahim berkata): Hai anakanakku! Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang mensyari atkan pernikahan bagi umatnya. Menikah dalam Islam adalah salah satu sarana untuk menggapai separuh kesempurnaan dalam beragama.

Lebih terperinci

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Umat Islam di seluruh penjuru dunia bersuka cita menyambut maulid Nabi Muhammad Saw pada bulan Rabiul Awal. Muslim Sunni merayakan hari kelahiran Rasulullah pada tanggal

Lebih terperinci

Hadits Tentang Wanita Lemah Akal dan Lemah Iman

Hadits Tentang Wanita Lemah Akal dan Lemah Iman Hadits Tentang Wanita Lemah Akal dan Lemah Iman )) : 1 P a g e (( )) : : )) : : ((, (( Dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah, sesungguhnya beliau bersabda, Wahai para wanita, bersedekahlah kalian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

Tinjauan Buku. Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman.

Tinjauan Buku. Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman. Tinjauan Buku Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman. Buku yang berjudul God and the Rethoric of Sexuality ini ditulis oleh Phyllis

Lebih terperinci

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi. Modul ke: Kesalehan Sosial Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Secara bahasa makna kesalehan sosial adalah kebaikan atau keharmonisan dalam hidup bersama, berkelompok baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi dapat juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ta rif pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan pembatasan hak dan kewajiban serta tolong menolong antara seorang laki-laki dan perempuan yang

Lebih terperinci

Spirit Keadilan Dalam Warisan :Dirasah Hadis Edisi 37

Spirit Keadilan Dalam Warisan :Dirasah Hadis Edisi 37 Membaca hadis-hadis Nabi tentang hak waris bagi perempuan adalah membaca sebuah episode sejarah perubahan sosial yang revolusioner terhadap hak dan akses perempuan atas harta peninggalan keluarga. Betapa

Lebih terperinci

RIBA DAN BUNGA BANK Oleh _Leyla Fajri Hal. 1

RIBA DAN BUNGA BANK Oleh _Leyla Fajri Hal. 1 Hal. 1 MAKALAH Oleh : Leyla Fajri BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak tahun 1960-an perbincangan mengenai larangan riba bunga Bank semakin naik ke permukaan. Setidaknya terdapat dua pendapat yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri 198 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri Pondok

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si.

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si. LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU DINA MARTIANY, S.H., M.Si. PERSEPSI KALANGAN PESANTREN TERHADAP RELASI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI (STUDI DI JAWA TIMUR DAN JAWA TENGAH) PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR-RI TAHUN

Lebih terperinci

Laki-laki yang berdasarkan Alkitab. (1 Korintus 16:13) Rasul Paulus menuliskan kata-kata ini kepada jemaat di Korintus:

Laki-laki yang berdasarkan Alkitab. (1 Korintus 16:13) Rasul Paulus menuliskan kata-kata ini kepada jemaat di Korintus: Laki-laki yang berdasarkan Alkitab (1 Korintus 16:13) Rasul Paulus menuliskan kata-kata ini kepada jemaat di Korintus: Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki!

Lebih terperinci

Siapa yang Mengajar Auwloh Berhitung?

Siapa yang Mengajar Auwloh Berhitung? Hukum Waris: Auwloh Matematikanya Jeblok! HUKUM WARISAN: Siapa yang Mengajar Auwloh Berhitung? Oleh Ali Sina Satu kesalahan hitungan yang paling jelas dalam Qur an dapat ditemukan dalam penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan rizki-mu yang halal dari rizki-mu yang haram dan cukupkanlah diriku dengan keutamaan-mu dari selain-mu. (HR. At-Tirmidzi dalam Kitabud

Lebih terperinci

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN c Menghormati Kemanusiaan d MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN Oleh Nurcholish Madjid Sidang Jumat yang berbahagia. Dalam kesempatan khutbah kali ini, saya ingin mengajak semuanya untuk merenungkan ajaran

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

Potensi Muslimah Muslimah Berpotensi

Potensi Muslimah Muslimah Berpotensi 31 Agustus 2005 Potensi Muslimah Muslimah Berpotensi Orang tua kita yang telah menyekolahkan anaknya mencapai tingkat pendidikan tinggi, dalam menanggapi putrinya yang lebih memilih aktif di rumah setelah

Lebih terperinci

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( ) Kelompok 5 1. Azizatul Mar ati (14144600200) 2. Nur Ihsani Rahmawati (14144600186) 3. Nurul Fitria Febrianti (14144600175) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum

Lebih terperinci

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????: (????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????)??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

Pendidikan Perempuan Ke Arah Pembebasan Gender. Yuyun Yunarti STAIN Jurai Siwo Metro

Pendidikan Perempuan Ke Arah Pembebasan Gender. Yuyun Yunarti STAIN Jurai Siwo Metro Pendidikan Perempuan Ke Arah Pembebasan Gender Yuyun Yunarti STAIN Jurai Siwo Metro Yuyun_yuniarti@gmail.com Abstrak Perempuan dan gender merupakan isu yang kait-mengait, yang tak terpisahkan bahwa isu

Lebih terperinci

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:???????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

CINTA KEPADA ALLAH SWT (Aqidah Islam) Bag. II MANFAAT MENCINTAI ALLAH & BAHAYA MENGINGKARINYA Dalam topik terdahulu telah dijelaskan bahwa Hukum Mencintai Allah SWT adalah WAJIB. Sehingga konsekuensinya

Lebih terperinci

QADLA DAN QADAR. Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid

QADLA DAN QADAR. Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid QADLA DAN QADAR Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid Berikut ini adalah kompilasi dari nukilan yang diambil dari Malfuzat yang berkaitan tentang takdir dan nasib manusia. Kumpulan

Lebih terperinci

Mengimani Kehendak Allah

Mengimani Kehendak Allah Mengimani Kehendak Allah Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci