EVALUASI HASIL PEMERIKSAAN POLA HITUNG JENIS SEL DARAH PEKERJA RADIASI
|
|
- Yandi Susman
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 M. Yazid, dkk. ISSN 6-38 EVALUASI HASIL PEMERIKSAAN POLA HITUNG JENIS SEL DARAH PEKERJA RADIASI M. Yazid, Triyono, Inggih Wigati, Zainul Kamal Puslitbang Teknologi Maju BATAN ABSTRAK EVALUASI HASIL PEMERIKSAAN POLA HITUNG JENIS SEL DARAH PEKERJA RADIASI. Telah dilakukan pemer iksaan pola hitung jenis sel darah pekerja radiasi dalam rangka evaluasi kondisi kesehatan pekerja radiasi. Penelitian ini dilakukan dalam rangka general check up pekerja radiasi untuk mengidentifikasi kemungkinan ditemukannya indikasi pathologis tertentu, sehingga memudahkan penanganannya lebih lanjut. yang diperiksa berjumlah orang, yang terdiri dari orang pekerja radiasi dan selebihnya adalah staf administrasi.. Cuplikan darah diambil dari pembuluh vena mediana cubiti, preparasi sampel dengan metode sediaan apus (smear), pemulasan dengan metode giemsa dan pengamatan dilakukan di bawah mikroskop Nikon Lobophot F-3. Dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa prevalensi tertinggi penyakit yang dijumpai adalah alergi dan kemungkinan infeksi parasit maupun infeksi spesifik, namun hal ini masih perlu pemeriksaan parasitologis. Selain itu, tidak dijumpai adanya penyakit akibat radiasi baik secara langsung maupun tidak langsung. ABSTRACT THE EVALUATION OF THE BLOOD CELL DIFF COUNT OBSERVATION RESULTS FOR THE RADIATION WORKER. The blood cell diff count observation of the radiation worker has been done in order to evaluate their health evalution. This research was done as an arrangement of the medical general check up of the radiation worker in order to observe the specific pathological indicator, so the later treatment ca be simplified. One hundred patients have been observed persons are the radiation workers and the remained ares the administration staffs. The blood sample was taken from vena mediana cubiti, sample preparated by smear method with giemsa staining and the sample was observed under microscope Nikon Lobophot F-3. From the results can be conluded that the higher prevalence of the desease are allergy and the parasite infection possibility or the other specific infection. However, for the infection was need the later parasitologic observation. Besides there is no desease. That exist as direct or indirect radiation effects. PENDAHULUAN D alam menjalankan tugasnya pekerja radiasi dihadapkan pada resiko efek paparan radiasi secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya penurunan daya tahan tubuh sehingga memperbesar kemungkinan untuk terserang penyakit tertentu. Pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi dilakukan secara periodik, sehingga diharapkan dapat diketahui sedini mungkin jika terjadi gangguan kesehatannya. Pengaruh radiasi terhadap tubuh manusia dapat secara khusus mengenai satu organ tertentu ataupun dapat mengenai beberapa organ sekaligus, karena struktur tubuh manusia sangat komplek. Pada dasarnya beberapa faktor yang mempengaruhi tanggapan tubuh terhadap radiasi antara lain jenis radiasi, besarnya dosis dan waktu pajanan di samping faktor kepekaan organ tubuh itu sendiri yang sangat spesifik untuk setiap jenis organ tertentu. () Kegagalan fungsi darah merupakan salah satu akibat radiasi dengan dosis penyinaran - rad. Limfosit yang merupakan salah satu jenis sel darah putih dapat dipergunakan sebagai parameter dosis radiasi yang mengenai seseorang. Dengan menurunnya sel darah putih akibat radiasi, konsekwensi terjadinya infeksi akibat kuman yang masuk tubuh tidak dapat ditolak.() Penerimaan dosis radiasi rendah tetapi dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan efek tertunda yang tidak segera terlihat setelah terjadinya paparan, tetapi beberapa waktu kemudian. Misalnya : gangguan fungsi reproduksi, gangguan pada lensa mata, penyusutan umur dan peningkatan kejadian kanker serta kemungkinan terjadinya perubahan genetik.
2 ISSN 6-38 M. Yazid, dkk. Beberapa kelainan morfologi eritrosit antara lain anisositosis yang merupakan anomali ukuran, keadaan ini misalnya dijumpai pada kasus anemia defisiensi besi dan asam folat, vitamin B. Poikilositosis yaitu anomali bentuk sel eritrosit yang tidak bundar, keadaan ini dijumpai pada orang dengan hemoglobin patologik dan beberapa jenis anemia lainnya. Keadaan dimana bagian pucat (tipis) di tengah sel eritrosit meluas disebut dengan hipokromi; keadaan ini tidak selalu dibarengi dengan mikrositosis yaitu mengecilnya diameter eritrosit. Titik- titik biru yang tersebar di dalam sel eritrosit disebut dengan titik basofil yang sering dijumpai pada intoksinasi timbal. Sferoid mempunyai bentuk bulan sabit, menyerupai eritrosit tetapi nampak lebih kecil dan padat dibandingkan dengan eritrosit normal. Selain itu, sering dijumpai eritrosit yang lebih besar dari yang normal, ditengahnya terdapat bacak yang lebih tua warnanya. Beberapa variasi sel eritrosit tersebut sering dijumpai pada kasus anemia patologik. (3) Dalam keadaan normal, eosinofil ± 4 atau % dari hitung jenis seluruh leukosit darah. Eosinofil merupakan sel fagosit yang lemah dan diproduksi dalam jumlah yang besar pada penderita infeksi parasit yang akan bermigrasi ke jaringan yang terkena infeksi tersebut. Sel ini akan melekatkan diri pada parasit melalui molekul permukaan khusus dan melepaskan enzim hidrolitik dan polipeptida yang dapat membunuh parasit. Selain itu, sel eosinofil mempunyai kecenderungan untuk berkumpul dalam jaringan yang mengalami reaksi alergi. Misalnya peribronchial paru - paru penderita asma dan dalam kulit setelah mengalami reaksi alergi. Sel eosinofil diduga dapat mendetoksifikasi pencetus peradangan, memfagositose / menghancurkan antibodi alergen. Sel basofil kebanyakan dijumpai pada pembuluh kapiler, sel ini melepaskan histamin dan sedikit brodikinin dan serotonin yang sangat berperan dalam reaksi alergi. Adapun antibodi yang menyebabkan reaksi alergi yakni tipe IgE yang mempunyai kecenderungan melekatkan diri pada sel basofil, maka jika terdapat antigen spesifik dan melekat pada antibodi, sel basofil akan menjadi ruptur dan melepaskan histamin.(4) Fungsi utama dari sel neutrofil baik stab maupun segmen adalah fagositosis terhadap sel bakteri, sehingga apabila dalam anggota tubuh terdapat peradangan maka sejumlah besar sel neutrofil akan dilepaskan. Hal ini disebabkan karena berkembangnya bakteri pada jaringan yang meradang, maka sel neutrofil melakukan fungsinya untuk membunuh bakteri tersebut. Dalam beberapa jam setelah terjadinya peradangan akut, maka di dalam darah akan terjadi kenaikkan jumlah sel neutrofil hingga kali lipat dari kondisi normal.(4) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penyakit yang diderita oleh para pekerja radiasi berdasarkan indikasi hitung jenis sel darah yang bersangkutan. Disamping itu, diharapkan dapat diketahui pula ada / tidaknya indikasi penyakit / kelainan akibat diterimanya pajanan radiasi baik secara langsung maupun tidak langsung. TATA KERJA Bahan yang diperlukan. Sampel darah. Metil alkohol 3. Larutan Giemsa 4. Air suling. Larutan imersi 6. Spuit injeksi 7. Kapas 8. Plester. Peralatan yang digunakan. Kaca obyek (Object glass). Mikroskop Nikon Lobophot F-3 METODE KERJA Pengambilan cuplikan (3). Diambil darah pasien menggunakan spuit injeksi dari vena mediana cubiti sebanyak 3 ml, pengambilan sampel darah ini sekaligus digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.. Diambil tetes diletakkan di atas kaca objek untuk selanjutnya dibuat sediaan apus. Preparasi Cuplikan dan Pengamatan a. Pembuatan sediaan dan pemulasan. (3). Diletakkan setetes darah dengan diameter mm, kira -kira cm dari ujung kaca obyek, kemudian diletakkan di atas meja dengan tetes darah berada di sebelah kanan.
3 M. Yazid, dkk. ISSN Dengan tangan kanan diletakkan kaca obyek lain di sebelah kiri tetes darah tadi dan digerakkan ke kanan hingga mengenai tetes darah tersebut. 3. Setelah tetes darah menyebar pada sisi kaca penggeser sampai dengan ½ cm dari sudutnya, maka segera digeserkan ke kiri sambil dimiringkan dengan sudut 3 4 derajat dengan tanpa menekan kaca penggeser ke bawah. 4. Sediaan ini dibiarkan kering dalam temperatur kamar.. Setelah kering, sediaan diletakkan di atas rak pemulasan dengan lapisan darah di atas. 6. Diteteskan metil alkohol secukupnya sampai dengan seluruh bagian yang terlapis darah tertutup dan dibiarkan selama menit. 7. Metil alkohol dituangkan, setelah itu sediaan apus darah diliputi dengan larutan giemsa dan dibiarkan selama menit. 8. Sediaan dibilas dengan air suling dan diletakkan vertikal sampai mengering dalam suhu kamar. b. Pemeriksaan sediaan apus darah. Pemeriksaan sediaan apus dimulai sejak sediaan yang belum dipulas, jika terlihat tidak baik maka tidak dilanjutkan dengan pemulasan.. Setelah dilakukan pemulasan, diperiksa di bawah mikroskop Nikon Lobophot F-3 dengan memakai okuler x dan lensa objektif x pula. Perlu diperhatikan kualitas hasil pemulasan apakah sudah memenuhi syarat untuk pemeriksaan selanjutnya, apabila tidak maka diganti sediaan lainnya. 3. Pemeriksaan dilanjutkan dengan objektif imersi yang meliputi hal yaitu keadaan eritrosit dan leukosit. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pemeriksaan pola hitung sel darah baik untuk pekerja radiasi maupun non pekerja radiasi selengkapnya disajikan pada Gambar sampai dengan 6, untuk masing-masing kelompok berjumlah orang pasien. Pemilihan pasien dilakukan secara acak, sedangkan kriteria pekerja radiasi didasarkan pada pekerjaan sehari- hari yang bersangkutan di laboratorium, sedangkan non Jumlah Eosinofil (%) pekerja radiasi sehari- harinya bekerja pada Bagian Tata Usaha, Unit Pengamanan dan Perpustakaan. Dari hasil pemeriksaan sel eritrosit ternyata semuanya masih dalam batas normal, artinya tidak dijumpai adanya kenaikkan maupun penurunan jumlahnya secara signifikan. Selain itu, tidak ditemukan pula kelainan morfologis dari sel eritrosit tersebut. Hasil pemeriksaan hitung jenis sel leukosit selengkapnya disajikan pada Gambar sampai dengan 6, sedangkan yang dimaksud batas tertinggi dan terendah pada gambar tersebut adalah suatu nilai tertinggi/terendah dari kriteria normal dalam arti pada pasien tidak dijumpai adanya indikasi patologis maupun kelainan sistemik ditinjau dari aspek tersebut. Adapun batas normal jumlah sel eosinofil adalah -4 %, basofil - %, neutrofil muda (Stab) - %, segmen 4 %, limfosit 4 7 % dan monosit 3 8 % Pekerja radiasi Gambar. Distribusi jumlah sel eosinofil di dalam darah Pada Gambar disajikan distribusi jumlah sel eosinofil baik untuk pekerja radiasi maupun non pekerja radiasi. Dari Gambar tersebut dapat diketahui bahwa beberapa orang mengalami kenaikkan jumlah sel eosinofil, tetapi tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara pekerja radiasi maupun non pekerja radiasi. Hal ini menunjukkan adanya indikasi terjadinya infeksi parasit ataupun alergi. Dari hasil amamnesa / pemeriksaan fisik dijumpai beberapa kasus sering mengalami biduran /urtikaria / gatal- gatal di kulit dan menderita pilek bila terkena debu maupun udara dingin. Hal ini memperkuat dugaan bahwa kenaikkan sel eosinofil disebabkan oleh adanya reaksi alergi. Sedangkan kemungkinan terjadinya infeksi parasit, masih memerlukan pemeriksaan parasitologi. Peningkatan reaksi alergi antara lain dapat disebabkan karena penurunan daya tahan tubuh
4 4 ISSN 6-38 M. Yazid, dkk. yang merupakan efek radiasi secara tidak langsung. Akan tetapi dari Gambar dapat dike tahui bahwa tidak dijumpai adanya perbedaan yang nyata antara pekerja radiasi dan non pekerja radiasi, hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan tersebut tidak terbukti. Distribusi jumlah sel basofil di dalam darah baik untuk pekerja radiasi maupun non pekerja radiasi disajikan pada Gambar. Gambar 3 Distribusi jumlah sel neutrofil muda (Stab) di dalam darah Peningkatan jumlah sel neutrofil muda (Stab) merupakan indikasi terjadinya infeksi akut. Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa tidak dijumpai adanya peningkatan jumlah sel ini baik untuk pekerja radiasi maupun non pekerja radiasi, yang berarti tidak ada indikasi terjadinya infeksi akut. Selain itu, hal ini tidak didukung dengan hasil pemeriksaan sel segmen seperti yang disajikan pada Gambar Jumlah Basofill (%). Jumlah Lymfosit (%) 3. Gambar. Distribusi jumlah sel basofil dalam darah Kenaikkan jumlah sel basofil merupakan salah satu indikasi terjadinya alergi tertentu bagi pasien yang bersangkutan. Dari hasil pemeriksaan sel basofil tersebut ternyata relatif kecil adanya indikasi tersebut baik untuk pekerja radiasi maupun non pekerja radiasi, hal ini disebabkan karena sel basofil akan mudah hancur bila dilekati oleh zat alergen. Selain itu, sel basofil kebanyakan dijumpai pada pembuluh darah kapiler, sedangkan pengambilan sampel darah dalam pemeriksaan ini diambil dari pembuluh darah vena mediana cubiti. Sedangkan distribusi jumlah sel neutrofil muda (stab) baik untuk pekerja radiasi maupun non pekerja radiasi disajikan pada Gambar 3. Jumlah Segmen(%) Gambar 4. Distribusi jumlah sel neutr ofil dewasa (segmen) di dalam darah Namun dijumpai gejala penurunan jumlah sel tersebut yang merupakan salah satu indikator penderita anemia, tetapi untuk menentukan hal ini masih diperlukan indikator lainnya yaitu jumlah sel neutrofil dewasa (segmen), sel monosit maupun limfosit dan kadar haemoglobin. Sel segmen merupakan bentuk dewasa dari sel neutrofil, apabila terjadi infeksi akut yang relatif berat maka bentuk stab akan menggeser ke bentuk segmen. Distribusi jumlah sel limfosit di dalam darah untuk pekerja radiasi maupun non pekerja radiasi disajikan pada Gambar Jumlah Stab (%) 3 Gambar. Distribusi jumlah sel limfosit di dalam darah Limfosit dapat dipakai sebagai indikator penerimaan dosis radiasi, penerimaan dosis sekecil apapun akan diikuti dengan penurunan jumlah sel jenis ini. (,) Selain itu, bersama - sama dengan sel neutrofil dan monosit peningkatan jumlah sel jenis ini dapat digunakan sebagai indikator penderita
5 M. Yazid, dkk. ISSN 6-38 Jumlah Monositt (%) leukemia, sedangkan penurunan jumlahnya merupakan gejala anemia. Dari Gambar dapat diketahui bahwa tidak dijumpai adanya penurunan jumlah sel limfosit baik bagi pekerja radiasi maupun non pekerja radiasi, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada indikasi penerimaan dosis yang berlebih bagi pekerja radiasi. Seharusnya memang demikian, karena dari pengawasan daerah kerja dan pantauan penerimaan dosis yang dilakukan oleh Petugas Proteksi Radiasi tidak didapatkan data penerimaan dosis radiasi yang berlebih bagi semua personil. Pada Gambar 6 disajikan distribusi jumlah sel monosit bagi pekerja radiasi maupun non pekerja radiasi. Peningkatan ataupun penurunan sel monosit belum mampu untuk digunakan suatu indikator penyakit tertentu secara sendirian, namun bersama- sama dengan limfosit dan neutrofil baru dapat digunakan sebagai indikator leukemia ataupun anemia Gambar 6. Distribusi jumlah sel monosit di dalam darah Dari Gambar 3 dan Gambar 6 dapat diketahui bahwa tidak ada peningkatan jumlah sel neutrofil muda (stab) maupun sel monosit, sedangkan dari Gambar 4 dan menunjukkan adanya sedikit peningkatan jumlah sel neutrofil dewasa (segmen) maupun limfosit; hal ini menunjukkan adanya kecurigaan terjadinya infeksi kronis spesifik (misalnya TBC). Sedangkan dari Gambar 3 dan 6 dapat diketahui bahwa terlihat gejala penurunan jumlah sel neutrofil muda (stab) dan monosit tetapi tidak diikuti dengan penurunan jumlah sel segmen dan limfosit seperti yang disajikan pada Gambar 4 dan. Hal ini menunjukkan tidak adanya pansitopenia yaitu anemia yang diikuti dengan penurunan leukosit maupun eritrosit.. Prevalensi penyakit yang banyak dijumpai dalam pemeriksaan ini adalah alergi dan kemungkinan adanya infeksi parasit.. Tidak dijumpai adanya indikasi penyakit akibat efek radiasi baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Untuk menentukan jenis parasitnya masih memerlukan pemeriksaan parasitologis. UCAPAN TERIMA KASIH Diucapkan banyak terima kasih kepada Sdr. Wihartono dan B. Agus Wibowo serta semua staf Kesehatan dan Kedaruratan Nuklir yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA. WIHARTO,K & ISMONO, A., Pemeriksaan Kesehatan, Lokakarya Penanggulangan Kedaruratan Nuklir DEPKES - BATAN, Ciloto - 3 Maret (99). GOLLNICK, D.A., Basic Radiation Protection Technology, Pacific Radiatio Corp., California USA, (986) 3. SUBRATA,G., Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Jakarta, (98). 4. GUYTON & HALL., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran, EGC Jakarta, (997). SHIQUAN. S., Risk Assessment of Radiation Exposure, Biological aspects of Radiation Protection, China Institute for Radiation Protection, (99) TANYA JAWAB KESIMPULAN
6 6 ISSN 6-38 M. Yazid, dkk.
Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.
A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat
Lebih terperinciPEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan
Lebih terperinciCSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1
1 MANUAL KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, sittiwahyunim@gmail.com
Lebih terperinciBAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI
1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan sampel darah yaitu obyek glass, cover glass, Haemicitometer, jarum suntik, pipet kapiler, mikroskop monokuler. Vitamin E
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. B. Waktu dan tempat penelitian Tempat penelitian desa Pekacangan, Cacaban, dan Ketosari Kecamatan
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. B.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.
BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. 2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian di lakukan di laboratorium klinik
Lebih terperinciLampiran 1. Road-map Penelitian
LAMPIRAN Lampiran 1. Road-map Penelitian Persiapan Penelitian Persiapan wadah dan ikan uji Bak ukuran 40x30x30cm sebanyak 4 buah dicuci, didesinfeksi, dan dikeringkan Diletakkan secara acak dan diberi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk
Lebih terperinciDESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini
1 KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI (Dipersiapkan oleh Sitti Wahyuni) TUJUAN Umum: Setelah selesai melaksanakan kegiatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian dilakukan di laboratorium klinik Analis Kesehatan fakultas
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN
HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan
Lebih terperinciTabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba
3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2016 Januari Lokasi
15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2016 Januari 2017. Lokasi pemeliharaan ayam broiler di Peternakan milik Bapak Hadi Desa Sodong Kecamatan Mijen Kota Semarang. Analisis
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciKeterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:
Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: DARAH 2: -LED -Membuat & memeriksa sediaan apus darah tepi -Evaluasi DARAH 3: - Pemeriksaan gol.darah -Tes inkompatibilitas DARAH 4: Bleeding
Lebih terperinciPEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 21/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127 Telp.: 0751-31746 Fax: 0751-32838 Email: fk2unand@pdg.vision.net.id PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 6 BLOK 3.5 (DARAH 7) BAGIAN
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DARAH Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai jaringan tubuh dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian adalah dilaboratorium Klinik Analis Kesehatan UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembentukan Sel Darah (hemopoiesis) Terdiri dari 3 fase hemopoesis : 1. Fase mesoblastik Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih serupa
Lebih terperinciPERSENTASE LIMFOSIT PADA PENDERITA TUBERCULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT ARIFIN ACHMAD PEKANBARU ABSTRAK
Jurnal Analis Kesehatan klinikal Sains ISSN : 2338-4921 Volume : 1 No. 1 Juni 2013 Halaman 1-7 PERSENTASE LIMFOSIT PADA PENDERITA TUBERCULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT ARIFIN ACHMAD PEKANBARU Sri Herawati ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan. merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (Astari, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Lansia (Lanjut usia) adalah sekelompok orang dengan usia lanjut yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik karena mencari perbedaan antara dua variabel yaitu perbedaan darah lengkap kanker payudara positif dan diduga kanker payudara.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kandang Fapet Farm dan analisis proksimat bahan pakan dan pemeriksaan darah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciHEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1.1Tujuan A. Pungsi Darah Vena (Flebotomi) Untuk pemeriksaan hematologi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. B. Pemeriksaan Laju
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitan 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH DISUSUN OLEH: Anis Rachmawati (3415080201) Fina Lidyana (3415081961) Kusfebriani (3415081962) Rani Rahmahdini (3415083253) R.A Nurhikmah Annisa
Lebih terperinciPERBANDINGAN PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT DENGAN PEWARNAAN KOMBINASI GIEMSA DAN WRIGHT
PERBANDINGAN PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT DENGAN PEWARNAAN KOMBINASI GIEMSA DAN WRIGHT Chandra Nurlaela *, Dewi Yayuningsih, Siti Sa adah Alawiyah Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di kandang pemuliaan ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Lebih terperinciSISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah
Lebih terperinciPEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET
PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 05/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat dalam tubuh. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari dua bagian besar,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berbeda dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.
ABSTRAK Leucocytozoonosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerugian berarti dalam industri peternakan. Kejadian penyakit Leucocytozoonosis dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transport dan bagian penting dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Darah merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah penelitian analitik diskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. pemeriksaan kultur darah menyebabkan klinisi lambat untuk memulai terapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Deteksi dini bakteremia memfasilitasi inisiasi terapi antimikroba, mengurangi morbiditas dan mortalitas, dan mengurangi biaya kesehatan hal ini menjadi tujuan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang umumnya menimbulkan tanda-tanda dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Tuberculosis Paru Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang umumnya menimbulkan tanda-tanda dan gejala sangat bervariasi pada masing-masing penderita, mulai dari tanpa
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2010, di Laboratorium
28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2010, di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan Kelas I Panjang, Bandar Lampung dan Laboratorium Budidaya
Lebih terperinciIlmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol
30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu farmakologi dan imunologi.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu farmakologi dan imunologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Perawatan tikus dan pemberian perlakuan dilakukan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah
Lebih terperincimenurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengetahuan mengenai anatomi mikroskopis baik tentang hewan maupun tumbuhan banyak diperoleh dari hasil pengembangan sediaan mikroteknik atau yang juga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Definisi Darah Darah merupakan jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah adalah bagian cair yang terdiri dari air,
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan dosis ekstrak air dan ekstrak etanol niruri L.)
52 Lampiran 1 Perhitungan dosis ekstrak air dan ekstrak etanol niruri L.) meniran (Phyllanthus Dosis 1 ekstrak air yang setara dengan 3 g Dosis Manusia: 3 g X 0,0026 = 0,0078 g/ Mencit 20 g = 0,39 g/ kg
Lebih terperinciOLEH JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK PRAKTIKUM I PREPARAT APUS (SMEAR PREPARATION) OLEH NAMA : I WAYAN RUSTANTO NIM : F1D1 12 039 KELOMPOK : 3 (TIGA) ASISTEN PEMBIMBING : FATMA CAHYA PUTRI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH
LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH I. Tujuan Untuk dapat mengetahui cara pembuatan dan pewarnaan sediaan hapusan darah II. Metode Hapusan darah ( blood smear ) III.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil
15 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode diskriptif yang di dukung oleh studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada individu dengan kecenderungan alergi setelah adanya paparan ulang antigen atau alergen
Lebih terperinciKEGIATAN 4 SISTEM KARDIOVASKULER. MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH (leukocyte)
KEGIATAN 4 SISTEM KARDIOVASKULER MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH (leukocyte) A. TUJUAN PRAKTIKUM Menghitung jumlah SDP B. DASAR TEORI Sel darah putih adalah salah satu sel yang membentuk komponen darah. Sel
Lebih terperinciGAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga ABSTRAK Radiografer adalah pekerja yang beresiko terkena
Lebih terperinciMengenal Penyakit Kelainan Darah
Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma
3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu
Lebih terperinciLampiran 1. Road-map Penelitian
LAMPIRAN Lampiran 1. Road-map Penelitian Persiapan Penelitian Persiapan wadah dan ikan uji (15-30 Agustus 2013) Bak ukuran 45x30x35cm sebanyak 4 buah dicuci, didesinfeksi, dan dikeringkan Diletakkan secara
Lebih terperinciLAMPIRAN. : Penghilangan dengan jalan pembedahan jaringan atau organ. : Suatu kelenjar yang sejenis dengan amandel yang
LAMPIRAN Ablasi : Penghilangan dengan jalan pembedahan jaringan atau organ tubuh Adenoid : Suatu kelenjar yang sejenis dengan amandel yang melindungi anak-anak dari serangan penyakit, mempunyai fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis adalah suatu penyakit kulit (ekzema) yang menimbulkan peradangan. Dermatitis alergika yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari adalah dermatitis atopik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan penggunaan teknologi modern, pemakaian zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya semakin meluas di Indonesia. Pemakaian zat
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR
PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR Maria Evalisa dan Zubaidah Alatas Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta
Lebih terperinciI. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel
I. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel darah merah dilakukan pada bulan Juli 2012 di Laboratorium Perikanan Jurusan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.
Lebih terperinciIndek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)
Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung
18 III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak penelitian Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung Sari, Sumedang yang berumur 35 hari. Kisaran bobot badan itik
Lebih terperinciPS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.
PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis alergika merupakan suatu penyakit yang sering kita jumpai di masyarakat yang dikenal juga sebagai dermatitis atopik (DA), yang mempunyai prevalensi 0,69%,
Lebih terperinciB A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting
B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport dan bagian penting dari tubuh yang jumlahnya 6 8 % dari berat badan total. Darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e
BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di Laboratorium Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dan juga di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut
Lebih terperinciPENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEWARNAAN BASIL TAHAN ASAM ( BTA ) Acid Fast Staining
PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEWARNAAN BASIL TAHAN ASAM ( BTA ) Acid Fast Staining BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI Edisi 1, 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Tuberkulosis paru adalah suatu infeksi kronik disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis paru adalah suatu infeksi kronik disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang sudah sangat lama dikenal pada manusia, misalnya dihubungkan dengan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : kambing kacang, eritrosit, Denpasar Barat
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pada 40 ekor kambing kacang betina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sitologi sel darah abnormal pada kambing kacang yang berada di Rumah Potong Kambing
Lebih terperinci- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah
- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp5darah Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinci