KELUHAN-KELUHAN LANJUT USIA YANG DATANG KE PENGOBATAN GRATIS DI SALAH SATU WILAYAH PEDESAAN DI BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KELUHAN-KELUHAN LANJUT USIA YANG DATANG KE PENGOBATAN GRATIS DI SALAH SATU WILAYAH PEDESAAN DI BALI"

Transkripsi

1 KELUHAN-KELUHAN LANJUT USIA YANG DATANG KE PENGOBATAN GRATIS DI SALAH SATU WILAYAH PEDESAAN DI BALI I Gede Putu Darma Suyasa; Ns. AA Istri Wulan Krisnandari; Ni Wayan Umika Onajiati; Ns. Ida Ayu Ningrat Pangruating Diyu. Institusi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali putudarma.stikesbali@gmail.com ABSTRACT The number of older population in Indonesia is increasing. The proportions of older Indonesians who live in rural areas are slightly higher than those living in urban areas. The limited health care services for older people especially in rural areas results in a high utilisation of free medication program for health screening and basic medications. The purpose of this study was to identity health problems among older people visiting a free medication program in one rural area in Bali. This study was conducted by analysing medical records of older people (aged 60+) of those visiting a free medication program in one rural area in Bali. The data was analysed using SPSS 17. From the total of 200 visitors, 94 of them (47%) were older people. Their age ranged from years with the highest proportion in range years (47/94, 50%). Most of them (59/94, 63%) were female and never had any formal education (55/94, 59%). Interestingly, 42 older people (45%) were still active working outside the house. Main health problems of older people in this study were worsening eyesight (57/94, 61%), wet eye (26/94, 28%) and pain in their joints (25/94, 27%). For health seeking behaviour, 29 of them (31%) never seek any medical help; meanwhile the rest of older people visited General Practitioners, Public Health Centres, hospitals, independent midwifery practices and alternative therapies. Findings of this study are useful as a database of health status of older people in rural areas and beneficial for policy makers in planning health care system for older people. Keywords: Older people, pain, health care service, health seeking behaviour 1. PENDAHULUAN Menurut sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk lanjut usia atau lansia (umur 60 tahun ke atas) di Indonesia adalah 18 juta jiwa atau sekitar 7.6% dari seluruh total populasi (Badan Pusat Statistik, 2011). Jumlah penduduk lansia di Indonsia diperkirakan terus meningkat dari tahun ke tahun, bahkan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperkirakan bahwa Indonesia bersama dengan Cina, Amerika Serikat dan India akan memiliki populasi lansia lebih dari 50 juta jiwa di tahun Peningkatan jumlah lansia ini dapat mengakibatkan peningkatan terhadap kebutuhan akan dukungan sosial dan jaminan kesehatan untuk para lansia (United Nations, 2009). Semakin meningkatnya usia seorang individu, maka kecenderungan individu tersebut untuk mengalami penyakit kronis yang kompleks semakin tinggi. Hal ini karena menurunnya struktur anatomi dan fungsi tubuh manusia akibat proses penuaan (Farley, McLafferty, & Hendry, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (2013), penduduk lansia masih mengeluhkan batuk dan pilek sebagai keluhan utama kesehatan mereka di samping keluhan-keluhan lain seperti peningkatan suhu tubuh, asma, diare, sakit kepala berulang dan sakit gigi. Akan tetapi, dalam data nasional tersebut tidak terungkap keluhan-keluhan lansia yang mengarah kepada permasalahan penyakit kronik seperti hipertensi dan nyeri pada sendi. Diperlukan 42

2 upaya-upaya yang lebih komprehensif untuk mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan lansia yang dapat mencerminkan kondisi kesehatan lansia yang menyeluruh, baik dari sudut pandang penyakit akut maupun kronis. Permasalahan kesehatan yang kompleks pada lansia menyebabkan kebutuhan akan pelayanan kesehatan semakin meningkat. Pada dasarnya, sistem kesehatan di Indonesia sudah cukup baik dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan lansia dengan adanya rumah sakit-rumah sakit yang tersebar setidaknya di setiap kabupaten/kota, Puskesmas di setiap kecamatan, Puskesmas pembantu di tingkat desa serta adanya Posyandu lansia di tingkat yang lebih kecil. Akan tetapi, karena beragamnya tingkat sosial ekonomi penduduk, kondisi geografis yang tersebar luas dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, mengakibatkan pelaksanaan sistem kesehatan tersebut belum berjalan dengan optimal (Kadar, Francis, & Sellick, 2012). Hal ini menuntut kerjasama yang lebih baik antara masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak swasta untuk meningkatkan peran serta dalam upaya meningkatkan status kesehatan lansia. Salah satu wujud kerjasama antara masyarakat dengan pihak swasta dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan lansia adalah pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis. Melalui upaya ini, para lansia mendapatkan screening kesehatan untuk mengetahui secara dini penyakit-penyakit yang dihadapi. Screening kesehatan untuk para lansia termasuk dalam upaya menjaga kesehatan lansia dan mengupayakan lansia agar tetap aktif di masyarakat (Trihandini, 2007). Di samping itu, melalui kegiatan ini para lansia juga mendapatkan pengobatan gratis sesuai dengan penyakit yang diderita serta rujukan ke pelayananpelayanan kesehatan yang sesuai. Rujukan tersebut penting dilakukan agar para lansia yang mempunyai permasalahan kesehatan mendapatkan pelayanan yang berkelanjutan. Khususnya di daerah pedesaan, proporsi rumah tangga lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan gratis termasuk mereka yang menggunakan Kartu Sehat, Kartu Miskin dan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) masih tergolong tinggi mencapai angka 30,69% (Badan Pusat Statistik, 2013). Proporsi lansia yang tinggal di daerah pedesaan lebih tinggi (57,4%) dibandingkan dengan proporsi lansia yang tinggal di daerah perkotaan. Sementara itu, sekitar setengah dari jumlah seluruh lansia tidak pernah menjalani pendidikan formal dengan tingkat buta huruf mencapai 32,6% (Badan Pusat Statistik, 2011). Pemahaman terhadap area tempat tinggal (desa-kota) dan tingkat pendidikan penting bagi tenaga kesehatan untuk dapat melakukan intervensi kesehatan yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Perlu pembenahan sistem kesehatan yang berfokus pada para lansia khususnya di daerah pedesaan. Dalam rangka pembenahan tersebut, data-data penunjang yang terkait dengan karakteristik lansia serta keluhan-keluhan kesehatan lansia yang dialami sangatlah penting. Untuk itulah penelitian ini dilakukan, dengan tujuan menganalisa karakteristik dan keluhan-keluhan kesehatan yang dialami oleh lansia yang datang ke pengobatan gratis di salah satu wilayah pedesaan di Bali. 2. METODE Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa catatan medis para pasien yang berkunjung ke tempat pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis di salah satu Desa di Bali. Kegiatan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis tersebut dilaksanakan 1 hari dengan mengambil lokasi di salah satu 43

3 gedung yang berlokasi di tengah-tengah desa agar lebih mudah terjangkau oleh seluruh penduduk utamanya lansia. Populasi penelitian ini adalah seluruh catatan medis lansia (penduduk umur 60 tahun ke atas) yang datang ke pengobatan gratis di salah satu desa di Bali. Catatan medis tersebut diisi oleh perawat dan dokter yang bertugas. Catatan mengenai umur, jenis kelamin, riwayat penyakit, keluhan dan fasiltias kesehatan yang digunakan diisi oleh perawat, sedangkan dokter mengisi pada kolom pemeriksaan fisik, diagnose medis, terapi dan rujukan. Jumlah total catatan medis yang dianalisa adalah 94 berkas. Adapun variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, alasan berkunjung, diagnosa medis dan perilaku mencari pertolongan kesehatan. Data dianalisa berdasarkan analisa deskriptif dengan menggunakan SPSS 17 (SPSS Inc, 2008). 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Karakteristik lansia Dari total 200 jumlah kunjungan pasien ke tempat pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis, 94 orang di antaranya (47%) adalah lansia. Rentang umur lansia tersebut adalah tahun dengan proporsi terbanyak (47/94, 50%) berada pada rentang umur tahun. Sebagian besar dari mereka (59/94, 63%) adalah perempuan dan tidak pernah bersekolah (55/94, 59%). Menariknya, 42 orang lansia tersebut (45%) masih aktif bekerja (Tabel 1). Besarnya proporsi lansia wanita dibandingkan dengan proporsi lansia laki-laki khususnya pada lansia pertengahan (75-90 tahun) dan lansia akhir (di atas 90 tahun) sudah menjadi perbincangan dunia semenjak 2 dekade lalu (Beard et al., 2011). Menurut Beard et al. (2011), tantangan terbesar yang dihadapi oleh wanita dalam usia tuanya adalah menurunnya tingkat kesehatan, tidak terjaminnya kondisi ekonomi dan beban merawat pasangan hidupnya. Mengingat tingginya beban wanita lansia dalam perawatan lansia itu sendiri, maka perhatian spesisik perlu diberikan terkait dengan derajat kesehatannya. Dengan proporsi 45% lansia yang masih aktif bekerja sebagai petani, pedagang, wiraswasta dan pegawai swasta, memberikan arti bahwa asumsi lansia sebagai beban ekonomi masyarakat perlu dipertanyakan kembali. Hal ini didukung oleh hasil sebuah penelitian antropologi longitudinal dimana para lansia dalam penelitian tersebut sebisa mungkin menghindari ketergantungan kepada generasi di bawahnya, kecuali jika para lansia tersbut dalam keadaan sakit atau tidak mampu bekerja lagi (Kreager & Schroder-Butterfill, 2008). 44

4 Tabel 1. Karakteristik lansia yang berkunjung ke pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis di salah satu desa di Bali (n = 94) Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan n (%) n (%) n (%) Umur Lansia muda (60-74 tahun) 26 (27,7%) 46 (48,9%) 72 (76,6%) Lansia pertengahan (75-90 tahun) 9 (9,6%) 13 (13,8%) 22 (23,4%) Jenis pekerjaan Tidak Bekerja 21 (22,3%) 31 (33,0%) 52 (55,3%) Petani 5 (5,3%) 4 (4,3%) 9 (9,6%) Pedagang 0 (0,0%) 12 (12,8%) 12 (12,8%) Wiraswasta 5 (5,3%) 5 (5,3%) 10 (10,6%) Pegawai swasta 4 (4,3%) 7 (7,4%) 11 (11,7%) Tingkat pendidikan Tidak Sekolah 17 (18,1%) 38 (40,4%) 55 (58,5%) SD 16 (17,0%) 20 (21,3%) 36 (38,3%) SMP 0 (0,0%) 1 (1,1%) 1 (1,1%) Sarjana 2 (2,1%) 0 (0,0%) 2 (2,1%) 3.2 Keluhan-keluhan kesehatan lansia Dilihat dari keluhan-keluhan kesehatan para lansia (Gambar 1), 57 dari mereka (61%) mengeluh penglihatan kabur, disusul dengan mata keluar air (26/94, 28%) dan nyeri di daerah persendian (25/94, 27%). Dengan meningkatnya usia maka struktur luar dan dalam dari mata mengalami perubahan. Lensa mata menjadi semakin kaku dan pandangan menjadi kabur (Meiner & Lueckenotte, 2006). Menurut Meiner dan Luecknotte (2006), meningkatnya usia pada lansia menyebabkan mata semakin kering. Akan tetapi pada penelitian ini, 28% lansia mengeluhkan mata keluar air. Mencari penyebab mata berair yang dikeluhkan oleh para lansia berada di luar lingkup penelitian ini, sehingga penelitian berikutnya disarankan untuk berfokus pada factor-faktor risiko dan penyebab mata berair pada lansia. Nyeri di daerah persendian yang dialami oleh para lansia dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya. Sebuah penelitian cross-sectional melibatkan 225 lansia menemukan bahwa 41% lansia mengeluhkan nyeri di daerah lutut dan berkorelasi dengan kemampuan fungsional fisik seperti berpindah dari tempat tidur, kursi, kursi roda dan bergerak ke kamar mandi (Rachmawati, Samara, Tjhin, dan Wartono, 2006). Tingginya angka nyeri di daerah persendian terkait dengan diagnose medis rheumathoid arthritis dan osteoarthritis yang dipresentasikan di Tabel 2. Data tentang keluhan-keluhan kesehatan para lansia dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar pengembangan pelayanan kesehatan lansia dan penelitian selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan terkait dengan keluhan mata kabur, mata berair, nyeri sendi dan seterusnya sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar 1, semestinya dimasukkan dalam screening kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan atau tercantum dalam kuesioner yang dipakai di dalam sebuah penelitian. 45

5 Jumlah Penglihatan kabur Mata berair Nyeri persendian Nyeri tangan/kaki Kesemutan Pusing Nyeri pinggang Keluhan lansia Gatal di kulit Mata keluar kotoran Lelah/lemas Gambar 1. Distribusi 10 keluhan utama lansia yang berkunjung ke pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis di salah satu desa di Bali (n = 94) 3.3 Perilaku mencari pertolongan kesehatan Hipertensi, rheumatoid arthritis dan katarak adalah 3 dari 10 diagnose medis utama para lansia yang berkunjung ke tempat pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis (Tabel 2). Dengan pengecualian pada lansia yang menderita katarak dan osteoarthritis dimana sebagian besar dari mereka berobat ke Puskesmas, lansia dengan penyakit lainnya sebagian besar berkunjung ke dokter praktek swasta untuk mendapatkan pertolongan kesehatan. Hal ini mungkin terjadi karena jam berkunjung Puskesmas khususnya di daerah pedesaan terbatas pada hari dan jam kerja, sementara jam berkunjung dokter praktek swasta biasanya sore hari di luar jam kerja. Hal tersebut membuat keluarga yang merawat lansia dapat lebih meluangkan waktu mengantar para lansia untuk berobat ke dokter praktek swasta. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sebelas di antara para lansia yang menderita hipertensi memeriksakan kesehatan secara rutin ke dokter praktek swasta (11,7%), sementara 8 orang dari mereka (8,5%) tidak berobat sama sekali. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang sering dialami oleh para lansia dengan angka prevalensi berkisar antara 46,4-52% (Baliga, Praveen S. Gopakumaran, Katti, & Mallapur, 2013; Ejim et al., 2011) dan berkontribusi terhadap 80% dari kematian akibat penyakit kardiovaskular (Deaton et al., 2011). Sebuah penelitian cross-sectional yang dilakukan di India menemukan bahwa 72% dari penderita hipertensi tidak mencari pertolongan kesehatan (Baliga, et al., 2013). Beberapa alasan terkait dengan tidak berobatnya penderita hipertensi yang ditemukan oleh Baliga et al. (2013) antara lain karena keterbatasan ekonomi, kurangnya fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau dan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang fasiltias pelayanan kesehatan. Hal tersebut mungkin merupakan cerminan dari apa yang terjadi di Indonesia, namun tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini karena terbatasnya data terkait. 46

6 Sementara itu, semua lansia yang menderita kencing manis sudah rutin kontrol dan berobat ke Puskesmas, rumah sakit atau dokter praktek swasta. Perilaku ini dipandang sudah cukup baik karena salah satu perawatan penting dari kencing manis adalah kontrol rutin ke fasiltias pelayanan kesehatan untuk pemantauan gula darah dan komplikasi, penyesuaian dosis obat (bagi yang memerlukan) dan penatalaksanaan diet yang optimal (Kurniawan, 2010). Tabel 2. Perilaku lansia dalam mencari pertolongan kesehatan berdasarkan 10 diagnose medis terbanyak (n = 94) Perilaku Mencari Pertolongan Kesehatan Diagnose medis* Puskesmas Rumah Sakit Dokter Praktek Swasta Bidan Praktek Mandiri Pengobatan Alternatif Tidak Berobat Total n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) Hipertensi 4 (4,3%) 4 (4,3%) 11 (11,7%) 2 (2,1%) 1 (1,1%) 8 (8,5%) 30 (31,9%) RA 3 (3,2%) 2 (2,1%) 9 (9,6%) 3 (3,2%) 0 (0,0%) 8 (8,5%) 25 (26,6%) Katarak 5 (5,3%) 3 (3,2%) 2 (2,1%) 2 (2,1%) 0 (0,0%) 5 (5,3%) 17 (18,1%) Ggn. refraksi** 0 (0,0%) 0 (0,0%) 3 (3,2%) 0 (0,0%) 1 (1,1%) 5 (5.3%) 9 (9,6%) Osteoarthritis 2 (2,1%) 2 (2,1%) 1 (1,1%) 1 (1,1%) 0 (0,0%) 3 (3,2%) 9 (9,6%) Kencing manis 3 (3,2%) 1 (1,1%) 3 (3,2%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 7 (7,4%) Pteregium 1 (1,1%) 0 (0,0%) 2 (2,1%) 2 (2,1%) 0 (0,0%) 1 (1,1%) 6 (6,4%) Gastritis 0 (0,0%) 0 (0,0%) 1 (1,1%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 5 (5,3%) 6 (6,4%) Hiperkolesterol 3 (3,2%) 0 (0,0%) 3 (3,2%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 6 (6,4%) Dislipidemia 1 (1,1%) 2 (2,1%) 2 (2,1%) 1 (1,1%) 0 (0,0%) 1 (1,1%) 6 (6,4%) *Pada variable diagnose medis terdapat kemungkinan 1 responden memiliki lebih dari 1 diagnose medis; **Gangguan refraksi; RA, Rheumatoid arthritis 3.4 Keterbatasan penelitian Penelitian ini terbatas pada analisa catatan medis para lansia yang berkunjung ke tempat pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis. Hasil dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasi ke populasi lansia yang lebih luas. Akan tetapi, penelitian ini memberikan informasi tambahan tentang karakteristik 94 lansia terkait dengan sosio-demografi, keluhan-keluhan kesehatan, diagnose medis dan perilaku mencari pertolongan kesehatan. Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah tidak diidentifiaksinya penyebab atau faktor-faktor risiko terjadinya masalah-masalah kesehatan pada para lansia tetapi hanya berfokus mendeskripsikan karakteristik dan keluhan-keluhan kesehatan para lansia. 4. KESIMPULAN Peningkatan jumlah lansia di Indonesia harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Upaya-upaya yang sistematis, komprehensif dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan tersebut. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk dijadikan acuan perencanaan dan pengembangan pelayanan kesehatan para lansia khususnya di daerah pedesaan. 47

7 5. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali atas dana hibah internal penelitian yang diberikan untuk studi ini. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2011). Statistik penduduk lanjut usia 2010: hasil sensus penduduk Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik. (2013). Statistik penduduk lanjut usia 2012: hasil survey sosial ekonomi nasional. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Baliga, S. S., Praveen S. Gopakumaran, P. S., Katti, S. M., & Mallapur, M. D. (2013). Treatment seeking behaviour and health care expenditure incurred for hypertension among elderly in urban slums of Belgaum City. Community Medecine, 4(2), Beard, J. R., Biggs, S., Bloom, D. E., Fried, L. P., Hogan, P., Kalache, A., & Olshansky, S. A. (2011). Global Population Ageing: Peril or Promise. Geneva: World Economic Forum. Deaton, C., Froelicher, E. S., Wu, L. H., Ho, C., Shishani, K., & Jaarsma, T. (2011). The global burden of cardiovascular disease. European Journal of Cardiovascular Nursing, 10(2 suppl), S5-S13. Ejim, E. C., Okafor, C. I., Emehel, A., Mbah, A. U., Onyia, U., Egwuonwu, T.,... Onwubere, B. J. (2011). Prevalence of cardiovascular risk factors in the middle-aged and elderly population of a Nigerian rural community. Journal of Tropical Medicine, Farley, A., McLafferty, E., & Hendry, C. (2006). The physiological effects of ageing on the activities of living. Nursing Standard, 20(45), Kadar, K. S., Francis, K., & Sellick, K. (2012). Ageing in Indonesia health status and challenges for the future. Ageing International, doi: /s y Kreager, P., & Schroder-Butterfill, E. (2008). Indonesia against the trend? Ageing and inter-generational wealth flows in two Indonesian communities. Demographic Research, 19(52), Kurniawan, I. (2010). Diabetes melitus tipe 2 pada usia lanjut. Majalah Kedokteran Indonesia, 60(12), Meiner, S. E., & Lueckenotte, A. G. (2006). Gerontologic Nursing (3rd ed.). St. Louis: Mosby Elsevier. Rachmawati, M. R., Samara, D., Tjhin, P., & Wartono, N. (2006). Nyeri musculoskeletal dan hubungannya dengan kammapuan fungsional fisik pada lanjut usia. Universa Medicina, 25(4), SPSS Inc. (2008). Rel Chicago: SPSS Inc. Trihandini, I. (2007). Peran medical check-up terhadap aktifitas fisik dasar lansia: studi panel kelompok lanjut usia Makara Kesehatan, 11(2), 90. United Nations. (2009). World Population Ageing New York: United Nations. 48

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN ANGKA KEJADIAN BATUK KRONIK PADA ANAK YANG BEROBAT KE SEORANG DOKTER PRAKTEK SWASTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2011 Devlin Alfiana, 2011. Pembimbing I :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit kronik yang cukup banyak dijumpai dewasa ini adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik (kadar gula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian karena hipertensi merupakan penyakit kronik utama yang sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU Badariah 1), Farida Halis Dyah Kusuma. 2), Novita Dewi 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat sangat ditunjang oleh pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia Menjadi tua tidak dapat dicegah. Proses penuaan dapat dibagi ke dalam beberapa tingkatan yaitu optimal aging dimana performance pada orang yang menua masih sama atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Antara 2015 dan 2050, proporsi dari lansia diperkirakan dua kali lipat dari 12% sampai 22%. Hal ini merupakan peningkatan yang tidak dapat di duga dari 900 juta menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, yang merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit

Lebih terperinci

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara PREVALENSI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS DENGAN RIWAYAT MEROKOK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK (RSUP HAM) MEDAN PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2009 Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH 070100443

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO, 2015) Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronik akibat kerusakan pankreas yang banyak menyerang penduduk di

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA Faisal Ramdani, Nur Mita, Rolan Rusli* Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Farmaka Tropis Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN Herlyanie 1, Riza Alfian 1, Luluk Purwatini 2 Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan negara berkembang lebih dari delapan

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 menyatakan bahwa terdapat 3,2 juta penduduk dunia meninggal karena penyakit diabetes mellitus (DM) setiap tahunnya.

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK Jurnal e-clinic (ecl), Volume 2, Nomor 2, Juli 24 KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK Venesia Pengan 2 Harry J.G. Sumual 2 Laya M. Rares Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis atau diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering ditemui di hampir semua

Lebih terperinci

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK KADER POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA PERERENAN

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK KADER POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA PERERENAN 85 IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK KADER POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA PERERENAN I Gusti Ngurah Made Kusuma Negara, Ida Bagus Maha Gandamayu, Ni Putu Kamaryati Program Studi Diploma III Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang terus mengalami peningkatan prevalensi dan berkontribusi terhadap peningkatan angka kematian akibat

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) sering juga dikenal dengan nama kencing manis atau penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih merupakan kumpulan

Lebih terperinci

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA KELOMPOK LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN KINILOW KECAMATAN TOMOHON UTARA KOTA TOMOHON TAHUN

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA KELOMPOK LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN KINILOW KECAMATAN TOMOHON UTARA KOTA TOMOHON TAHUN GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA KELOMPOK LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN KINILOW KECAMATAN TOMOHON UTARA KOTA TOMOHON TAHUN 217 Mach Weber Sumbung*, Budi T. Ratag*, Sekplin A.S. Sekeon* *Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sedang mengalami beban ganda dalam menghadapi masalah penyakit, yang mana penyakit menular dan penyakit tidak menular keduanya menjadi masalah kesehatan.

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012-31 DESEMBER 2012 Erfina Saumiandiani, 2013 : Pembimbing I : dr. Dani,M.Kes.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh manusia. Semakin meningkatnya usia seseorang, maka

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PASIEN BEROBAT KE PUSKESMAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PASIEN BEROBAT KE PUSKESMAS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PASIEN BEROBAT KE PUSKESMAS Sudibyo Supardi, 1 Rini Sasanti Handayani,1 dan Mulyono Notosiswoyo2 ABSTRACT About 33% of Indonesian people who have illness

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, maka semakin banyak pula penyakit infeksi dan menular yang mampu diteliti

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015 Veronica Shinta Setiadi, 2016. Pembimbing I : Budi Widyarto L., dr., MH Pembimbing II :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era ini sebagian besar negara di dunia mengalami transisi demografi yang ditandai dengan penurunan tingkat kelahiran maupun tingkat kematian. Selain itu, perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berumur 60 tahun ke atas. Sesuai dengan undang-undang Nomor 13 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berumur 60 tahun ke atas. Sesuai dengan undang-undang Nomor 13 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia telah dipersetujui bahwa penduduk lanjut usia adalah mereka yang berumur 60 tahun ke atas. Sesuai dengan undang-undang Nomor 13 tahun 1998 pasal 1 mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja yang merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan

Lebih terperinci

TREND PREVALENSI PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CILACAP TAHUN TESIS

TREND PREVALENSI PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CILACAP TAHUN TESIS TREND PREVALENSI PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CILACAP TAHUN 2009-2015 TESIS Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Keperawatan pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu jenis penyakit menahun, yang angka kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Chang, Daly,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan teknologi tersebut berpengaruh

Lebih terperinci

Kata Kunci : Diabetes, Pola Makan, Aktifitas Olahraga, Keluarga

Kata Kunci : Diabetes, Pola Makan, Aktifitas Olahraga, Keluarga ABSTRAK HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIFITAS OLAHRAGA PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN POLA MAKAN DAN AKTIFITAS OLAHRAGA KEUARGA PASIEN DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN IndraAriadi 1 ; Muhammad Arsyad 2 ;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam bidang peningkatan dan pencegahan penyakit telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur harapan hidup meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 I Made Mertha I Made Widastra I Gusti Ayu Ketut Purnamawati Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar Email: mertha_69@yahoo.co.id Abstract

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Prevalensi Hipertensi pada Pasien Prolanis Klinik X di Kota Bandung Periode Juli- Desember 2015 Prevalence of Prolanis Patiens Hypertension Clinic X in Bandung City Period

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai macam penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang dinamakan diabetes

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muskuloskeletal yang sering terjadi dan menyebabkan penurunan produktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. muskuloskeletal yang sering terjadi dan menyebabkan penurunan produktivitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah (NPB) merupakan keluhan yang sering dijumpai dan umum dalam masyarakat. Hampir setiap orang pernah merasakan LBP dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung meningkat jumlahnya penyebab kesakitan dan kematian. Penyakit ini di tandai dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata adalah salah satu dari indera tubuh manusia yang berfungsi untuk penglihatan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali kurang

Lebih terperinci

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No. PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN PERIODE 10 APRIL 30 MEI 2015 Halisah 1, Riza Alfian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan dunia dimana morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belatang kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga tingkat yang diwakili oleh angka harapan hidup menjadi indikator yang akan selalu digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,

Lebih terperinci

No. ISBN: Survei Kesehatan Nasional. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Volume 3. Daftar Isi i

No. ISBN: Survei Kesehatan Nasional. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Volume 3. Daftar Isi i No. ISBN: 979-8270-44-4 Survei Kesehatan Nasional Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004 Volume 3 Sudut Pandang Masyarakat mengenai Status, Cakupan, Ketanggapan, dan Sistem Pelayanan Kesehatan BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua

BAB I PENDAHULUAN. pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi menyebabkan semakin meningkatnya umur harapan hidup (life

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Jurnal ISSN Farmasetis : Cetak 2252-9721 Volume 2 No 1, Hal 13-18, Mei 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Itsna Diah Kusumaningrum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta adanya perubahan paradigma kefarmasian, yaitu Pharmaceutical Care, konsekuensi dari perubahan orientasi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan salah satu dari sekian banyak masalah kesehatan yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah penderita diabetes melitus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya tiap tahun semakin meningkat. Di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH :

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH : GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI 2013 - DESEMBER 2013 OLEH : LUSIA A TARIGAN 110100243 NIM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi diabetes melitus di dunia pada tahun 2013 mencapai 382 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2035 dengan angka 592 juta jiwa atau kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan diwajibkan melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatannya dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009-31 DESEMBER 2009 Muhammad Randy, 2010 Pembimbing I : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes. Pembimbing II : DR. Felix Kasim,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan umur harapan hidup memberikan dampak pada semakin meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia (Kepmenkes RI Nomor 264,

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU 1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan penduduk yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah menunjukkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (2014) menyebutkan bahwa populasi lanjut usia (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga 2050 yaitu 11%

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL Oleh: SURATMAN NIM.J.100.050.005 Diajukan guna untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci