Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis Penderita Usia Lanjut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis Penderita Usia Lanjut"

Transkripsi

1 Tinjauan Pustaka Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis Penderita Usia Lanjut Andri Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Abstrak: Penelitian menunjukkan bahwa pasien geriatri berpotensi tinggi untuk mengalami gangguan psikosis. Prevalensi gejala psikosis pada pasien geriatri berkisar antara 0,2-4,7%. Banyak faktor yang menyebabkan keadaan tersebut, salah satunya adalah kondisi medis umum geriatri yang kompleks. Hal tersebut membuat penatalaksanaan gejala psikosis pasien geriatri selain dengan pemberian obat antipsikotik juga melibatkan perbaikan kondisi medis umumnya. Pemberian antipsikotik pada pasien geriatri memerlukan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan seringkali pasien geriatri mempunyai lebih rentan terhadap efek samping obat dibandingkan populasi pasien yang lebih muda. Beberapa tahun belakangan, pemberian antipsikotik atipikal cukup efektif mengatasi gejala psikotik pasien geriatri dan yang memiliki efek samping yang lebih sedikit. Pada makalah ini akan dibahas beberapa obat antipsikotik atipikal seperti risperidone, quetiapine, olanzapine, clozapine, zotepine dan aripriprazole yang berguna untuk mengatasi gejala psikosis pasien geriatri Kata kunci: gejala psikosis, antipsikotik atipikal, pasien geriatri 444

2 Psychopharmacology Treatment in Managament of Psychotic Symptoms in Geriatric Patients Andri Divison of Mental Health, Faculty of Medicine, Krida Wacana Christian University, Jakarta Abstract: Studies have showed that geriatric patients has high potential risk to have psychotic disorder. Prevalence of psychotic symptoms among geriatric patient is about 0,2-4,7%. Many factors contributed to this condition, one of them is the medically complex condition in geriatric patient. Thus, treatment of psychotic symptoms also reguire improvement of general giving antipsychotic drugs. The use of antipsychotic drugs in geriatric patients needs special concern. because geriatric patients are more vulnerable to the adverse effects of the drug compare to younger patient population. In recent years the use of atypical antipsychotic is effective to overcome the psychotic symptoms in geriatric patients and has less adverse effect. This paper will discuss some of atypical antipsychotic such as risperidone, quetiapine, olanzapine, aripriprazole and zotepine, which has potential effect in treating psychotic symptoms in geriatric patients. Keywords: psychotic symptoms, atypical antipsychotic, geriatric patient Pendahuluan Penelitian telah memperlihatkan bahwa pasien geriatri memiliki risiko untuk memiliki gejala psikotik. Beberapa diagnosis yang sering dihubungkan dengan gejala psikotik pada pasien geriatri adalah demensia, delirium, skizofrenia onset lambat, penyalahgunaan zat dan kondisi kelainan neurologi. Gejala psikotik pada pasien usia lanjut dapat dilihat dari berbagai kondisi. Penyebab dan manifestasi klinis biasanya beragam tergantung dari kondisi yang mendasarinya. 1,2 Gejala psikosis akut biasanya terlihat pada pasien delirium yang disebabkan oleh kondisi medis umum, penggunaan obat yang salah dan gejala psikosis yang diinduksi oleh obat. Gejala psikosis yang kronik dan menetap biasanya disebabkan oleh gangguan psikotik primer (seperti skizofrenia kronis, skizofrenia onset lambat, gangguan waham dan gangguan mood), psikosis yang disebabkan karena proses neurodegeneratif (demensia Alzheimer, demensia vaskuler, demensia badan Lewy dan penyakit parkinson) atau karena kondisi medis yang kronik. 2 Untuk itu perlu diketahui penggunaan obat antipsikotik yang tepat bagi pasien geriatri agar tatalaksana dapat diterapkan dengan tepat dan aman bagi pasien. Epidemiologi Data menunjukkan prevalensi gejala psikotik pada pasien geriatri berkisar antara 0,2-4,7%. Kepustakaan lain mengatakan prevalensi skizofrenia pada pasien usia 65 tahun ke atas berkisar 0,1-1%. 2 Keadaan ini dapat meningkat pada pasien geriatri yang tinggal di panti lansia yaitu berkisar 10% sampai pernah ada laporan sampai 63%. 3,4 Tanda dan Gejala Waham terutama waham paranoid seringkali merupakan fokus utama dari pengobatan pada pasien usia lanjut. Waham dapat bersifat primer sebagai bagian dari gangguan psikotiknya atau sekunder sebagai gejala yang muncul akibat kondisi medik dan gangguan psikiatrik yang lain. Pada pasien usia lanjut, waham yang muncul biasanya tidak kentara dan sulit dibedakan dengan pengalaman nyata pasien. Hal tersebut sering membuat gangguan waham pada pasien usia lanjut terlambat dikenali sehingga menunda pengobatan. 5 Gangguan psikotik pada pasien usia lanjut juga sering ditandai dengan perilaku agresif dan merusak. Perilaku tersebut membuat anggota keluarga yang merawat pasien mengalami kesulitan dalam perawatan. Itu pula yang sering membuat pasien usia lanjut mengalami kekerasan dan penelantaran oleh keluarganya sendiri. 3 Faktor Risiko Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan psikotik pasien usia lanjut, yaitu: peningkatan usia adalah berhubungan dengan deteriorasi korteks frontal dan temporal, perubahan neurokimia yang berhubungan dengan penuaan, isolasi sosial, defisit sensoris, penurunan kognitif, perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik dan polifarmasi yang sering terjadi pada pasien usia lanjut. 3,5 445

3 Tatalaksana Farmakologi Penggunaan obat antipsikotik baik yang tipikal maupun atipikal merupakan pilihan terapi dan yang paling sering digunakan untuk mengobati gejala psikotik. Penggunaan obat tersebut terbukti memberikan perbaikan gejala dan mempertahankan pasien dari keberulangan. Antipsikotik Tipikal Penggunaan obat antipsikotik tipikal dalam beberapa penelitian terakhir mulai jarang dikarenakan efek samping dan ketersediaan obat antipsikotik atipikal yang semakin luas. Haloperidol dan trifluoperazine dengan dosis mg/ hari memberikan perbaikan pada gejala psikotik pasien usia lanjut. Penggunaan depot juga berguna bagi pasien usia lanjut yang memiliki masalah penggunaan secara oral. Dosis rendah flupenazine dekanoat (9 mg tiap 2 minggu) terbukti dapat memperbaiki gejala psikotik pasien. Antipsikotik Atipikal Penggunaan antipsikotik atipikal saat ini merupakan lini pertama pengobatan gejala psikotik pasien usia lanjut karena efek sampingnya yang lebih dapat ditolerir daripada antipsikotik tipikal ataupun obat golongan non antipsikotik. Namun demikian, tidak banyak penelitian yang menggunakan sampel populasi pasien usia lanjut sehingga efikasi dan keamanannya secara ilmiah masih perlu diteliti lebih lanjut. Secara klinis antipsikotik atipikal telah terbukti mempunyai efektifitas dan keamanan yang cukup dalam mengobati gejala psikotik pasien usia lanjut. Obat yang akan disebutkan selanjutnya adalah obatobat antipiskotik atipikal yang saat ini beredar di Indonesia dan telah disetujui oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia. Risperidone Dibandingkan dengan semua jenis antipsikotik atipikal, risperidone merupakan yang paling banyak diteliti. Hal tersebut disebabkan efektifitas risperidone, dapat ditoleransi pada dosis rendah (1,5-6mg/hari) dan memberikan perbaikan yang nyata pada pasien skizofrenia usia lanjut. Rainer et al meneliti penggunaan Risperidone dalam rentang dosis fleksibel 0,5-2mg/hari untuk mengatasi agresi, agitasi dan gangguan psikotik pada 34 pasien demensia rawat inap dengan rata-rata usia 76 tahun. Hasilnya terjadi perbaikan gejala yang dinilai dari Clinical Global Impression (CGI) pada 82% responden penelitian. Frekuensi dan keparahan halusinasi, waham, agresi dan iritabilitas juga menurun, yang dilihat dari rating Neuropsychiatric Inventory (NPI). Penggunaan risperidone pada kelompok tersebut juga tidak membuat perubahan pada fungsi kognitif pasien yang dilihat melalui skor Mini-Mental State Examination (MMSE), Age Concentration Test [AKT] dan Brief Syndrome Test [SKT]. Risperidone juga secara umum dapat ditoleransi dan tidak menimbulkan efek samping ekstra piramidial yang bermakna. 6 Penelitian yang melibatkan lebih banyak pasien dan tempat dilakukan oleh Arriola et al pada 263 pasien dengan rata-rata usia 75,5 tahun. Dosis risperidone yang digunakan pada penelitian (rata-rata(sd)) adalah 1,4 (0,7) mg/day pada 1 bulan dan 1,5 (0,8) mg/hari pada 3 bulan. Perbaikan gejala diukur menggunakan Neuropsychiatric Inventory (NPI) dan skala Clinical Global Impression of Severity (CGI-S). Hasilnya terdapat penurunan skor NPI dan CGI-S yang secara statistik bermakna. Perbaikan gejala terutama pada gejala agitasi/ agresif dan ganguan tidur. Penelitian tersebut juga mencatat adanya perbaikan dari gejala ekstrapiramidal. 7 Penelitian lain melibatkan pengumpulan data dari tiga penelitian acak dengan menggunakan plasebo (randomized, placebo-controlled trials) untuk melihat efikasi dan keamanan risperidone dalam mengobati agitasi, afresi dan gejala psikosis pada pasien demensia usia lanjut pada panti werdha. Dosis rata-rata yang digunakan adalah 1mg/hari. Ditemukan adanya perbaikan skor CGI, Cohen-Mansfield agitation inventory (CMAI) dan behavioral pathology in Alzheimer s disease (BEHAVE-AD) pada semua responden penelitian yang menggunakan risperidone dibandingkan plasebo. Penelitian tersebut seperti penelitian yang lain yang menggunakan risperidone juga tidak menemukan adanya efek samping ortostatik, antikolinergik, jatuh dan penurunan kognitif pada penggunaan sesuai rentang dosis pada penelitian. 8 Selain untuk mengatasi gejala agresivitas, agitasi dan psikotik yang berkaitan dengan demensia, risperidone juga digunakan pada pasien usia lanjut yang menderita skizofrenia. Kepustakaan mencatat risperidone dan olanzapine adalah dua antipsikotik atipikal yang paling sering digunakan pada populasi pasien usia lanjut. Penelitian tersamar berganda dilakukan selama 8 minggu terhadap 175 pasien rawat jalan, pasien rawat inap dan panti werdha yang berusia 60 tahun ke atas menggunakan risperidone (1 mg to 3 mg/hari) atau olanzapine (5 mg to 20 mg/hari). Hasilnya terdapat perbaikan pada nilai skor PANSS pada kedua kelompok. Efek samping ektrapiramidal terlihat pada 9,2% pasien kelompok risperidone dan 15,9% pasien kelompok olanzapine. Secara umum skor total dari Extrapyramidal Symptom Rating Scale menurun pada kedua kelompok di akhir penelitian. Peningkatan berat badan juga didapatkan di dua kelompok namun lebih jarang terjadi pada pasien yang menggunakan risperidone. 9 Quetiapine Pada tinjauan pustaka yang dilakukan oleh Zayas dan Grossberg quetiapine dilakukan aman untuk pasien geriatri dan tidak dihubungkan dengan peningkatan berat badan. Untuk menghindari efek samping yang sering timbul pada usia lanjut; hipotensi postural, dizziness dan agitasi, direkomendasikan permulaan dosis awal yang rendah (25mg) yang dititrasi sampai mg/hari

4 Penelitian lain mengatakan bahwa efek samping yang sering mucul akibat penggunaan quetiapine adalah somnolen, kelemahan bagian kaki bawah dan dizziness. Angka kejadian sindrom ekstrapiramidal adalah 7% dari total 91 responden yang mengikuti penelitian. Tidak didapatkan adanya gangguan pada sistem kardiovaskuler dan jatuh pada penelitian tersebut. 10 Quetiapine juga terbukti bermanfaat dalam penanganan gejala psikotik yang muncul akibat penggunaan obat agonis dopamin pada pasien Parkinson. Penelitian yang dilakukan oleh Reddy et al menyebutkan bahwa 80% pasien Parkinson mengalami perbaikan dalam gejala psikotiknya setelah pengobatan quetiapine dengan dosis rata-rata 54mg/hari selama 10 bulan. 11 Selain memperbaiki gejala psikotik pada pasien parkinson yang memakan obat agonis dopamin, quetiapine juga terbukti mempertahankan kognitif pasien dalam penelitian yang dilakukan Juncos et al. Penelitian Yang et al pada 91 orang pasien usia lanjut menyebutkan terjadi peningkatan nilai skor Global Impression Improvement (CGI) pada 89% sampel yang ikut serta dalam penelitian tersebut. Lebih jauh lagi terlihat adanya pengurangan skor sebesar 39,5% dari Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS). Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa quetiapine mempunyai efikasi dan keamanan yang baik pada pengobatan pasien psikosis usia lanjut. 10 Laporan kasus dari sepuluh pasien usia lanjut penderita skizofrenia kronik yang tidak mendapatkan respon dari suatu jenis antipsikotik atipikal sehingga diganti dengan quetiapine. Skor BPRS (50,1 S.D.±13,6) kesepuluh pasien tersebut secara signifikan (p=0,001)mengalami perbaikan setelah 6 bulan pengobatan tanpa adanya efek samping dalam pergerakan motorik dan peningkatan berat badan. Dosis ratarata yang dipakai pada percobaan tersebut adalah 391mg/ hari (S.D.±245), dengan rentang dosis antara mg/hari. 12 Penelitian yang dilakukan oleh Rainer et al yang membandingkan penggunaan quetiapine dengan risperidone pada pasien dengan gangguan perilaku dan psikologis karena demensianya memperlihatkan bahwa pada dosis rendah keduanya secara sebanding efektif dan dapat ditolerir pada pengobatan pasien yang mengalami gangguan perilaku dan psikologis akibat demensia. Penelitian tersebut juga memperlihatkan tidak adanya perubahan pada fungsi kognitif yang diukur dengan skor MMSE dan Ageadjusted Concentration Test (AKT) pada dua kelompok yang mendapat obat yang berbeda. Pada penelitian tersebut rerata dosis quetiapine yang digunakan adalah 77±40mg/hari sedangkan risperidone 0,9±0,3mg/hari. 13 Penelitian perbandingan seperti itu juga dilakukan oleh Morgente et al dengan membandingkan quetiapine dengan olanzapine pada pengobatan pasien parkinson yang mengalami gangguan psikotik akibat obat agonis dopamin yang digunakan. Dari masing-masing 20 pasien yang menggunakan quetiapine dan clozapine, terjadi perbaikan nilai BPRS dan CGI di kedua kelompok pengobatan. Dosis yang digunakan pada percobaan tersebut adalah 91±47mg/hari untuk quetiapine dan 26±12mg/hari untuk clozapine. 14 Jaskiw et al pada suatu percobaan open-label multisenter mengatakan keamanan penggunaan dosis terbagi sampai 750mg/hari. Namun, oleh karena belum adanya penelitian lain yang menggunakan dosis sebesar itu pada pasien geriatri, disarankan untuk hanya menggunakan dosis setinggi itu pada pasien yang benar-benar membutuhkan. 3 Olanzapine Data mengenai penggunaan olanzapine lebih terbatas daripada risperidone. Pada penelitian yang dilakukan oleh Madhusoodanan et al, olanzapine terbukti aman dan efektif pada populasi pasien geriatri dan menimbulkan efek samping ekstrapiramidal yang minimal serta tidak mempengaruhi kondisi medis umum pasien. 3 Olanzapine juga dihubungkan dengan manfaat terhadap kognisi pasien geriatri daripada dengan penggunaan haloperidol. Pada penelitian selama 6 minggu berhubungan dengan penyakit Alzheimer, tidak terdapat peningkatan kejadian sindrom ekstrapiramidal, penurunan kognitif dan efek antikolinergik sentral pada pasien dengan penggunaan olanzapine dibandingkan dengan plasebo. 4 Penelitian yang melibatkan 94 pasien geriatri dengan gangguan psikosis yang dirawat inap memperlihatkan terjadinya perubahan yang bermakna dari CGI-I dengan penurunan gejala dari data awal penelitian rata-rata sebesar 52,6%. Hal ini juga terjadi pada skor Brief Psychiatry Rating Scale (BPRS). Dosis olanzapine yang digunakan berkisar antara 5-20mg/hari (rata-rata 10,1mg/hari). Pada penelitian tersebut efek samping yang sering muncul adalah somnolen, dizziness, bradikinesia dan kelemahan kaki. Terjadi juga peningkatan berat badan dan kadar gula serta trigliserida puasa. 15 Penelitian yang dilakukan Street et al dengan jumlah pasien 204 membandingkan olanzapine dengan plasebo dalam memperbaiki gejala psikologis dan perilaku pasien demensia Alzheimer. Penelitian tersebut memperlihatkan terjadinya perbaikan gejala psikologis dan perilaku pasien demensia Alzheimer dilihat dari skor Neuropsychiatric Inventory-Nursing Home version (NPI-NH). Dosis olanzapine yang digunakan pada penelitian ini adalah 5mg/hari. Beberapa pasien di dalam penelitian tersebut juga menggunakan dosis olanzapine yang lebih tinggi yaitu 10mg/hari namun ternyata tidak berbeda secara signifikan dalam memperbaiki gejala dibandingkan dengan dosis olanzapine 5mg/hari. 16 Efek samping somnolen dan peningkatan berat badan juga ditemukan pada beberapa penelitian lain. Selain somnolen, dizziness yang kemungkinan besar disebabkan oleh hipotensi pada penggunaan olanzapine juga banyak dikemukakan Dosis olanzapine yang diberikan di beberapa penelitian pada populasi pasien usia lanjut berkisar 5-20 mg/hari Namun demikian peneliti melihat bahwa dosis yang lebih kecil 447

5 berkisar antara 5-7,5mg/hari ternyata merupakan dosis yang paling banyak memperlihatkan efektifitas pengobatan. 16 Clozapine Penggunaan clozapine untuk mengatasi gejala psikotik pada pasien parkinson sudah diteliti secara luas. Terdapat bukti dari penelitian tersamar berganda bahwa clozapine secara signifikan berguna memperbaiki gejala psikotik pada pasien Parkinson. Dosis yang digunakan juga jauh lebih kecil yaitu berkisar antara 6,25 50mg/hari. Sebuah penelitian retrospektif selama 5 tahun terhadap pasien parkinson yang mengalami gejala psikotik mengatakan bahwa 19 dari 32 pasien melanjutkan pengobatan sampai selesai, 9 di antaranya menghentikan pengobatan sesaat setelah gejalanya menghilang tanpa merasakan efek samping ikutan setelah putus obat. Efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah sedasi dan somnolen. 17,18 Penelitian yang dilakukan oleh Sajatovic et al memperlihatkan adanya perbaikan gejala teutama gejala positif pada pasien yang menerima clozapine. Penelitian tersebut melibatkan 329 pasien berusia 55 tahun ke atas. Dosis yang dipakai pada penelitian tersebut rata-ratanya 278mg/hari. Pada penelitian tersebut juga berhasil memperlihatkan bahwa pasien di atas 65 tahun kurang responsif terhadap pengobatan daripada pasien yang berusia di antara tahun. Faktor usia juga menjadi faktor peningkatan kejadian leukopenia/agranulositosis pada pasien yang memakai clozapine Dosis clozapine yang disarankan untuk digunakan pada populasi pasien usia lanjut adalah mg/hari. Pasien juga disarankan untuk tidak merokok karena akan mengurangi konsentrasi clozapine di dalam plasma akibat peningkatan bersihan di dalam darah. 17 Zotepine Zotepine dikatakan efektif dalam mengobati gejala negatif pasien skizofrenia dan mencegah kekambuhan pada pasien dengan skizofrenia yang kronik. Penggunaannya pada pasien usia lanut harus hati-hati dengan kisaran dosis mg/hari. Efek samping yang pernah dilaporkan adalah takikardia, hipotensi, perpanjangan interval QTc, somnolen dan gangguan tidur. 17 Penelitian yang dilakukan terhadap 24 pasien demensia (median usia 79±6,8 tahun) dengan gangguan psikologis dan perilaku memperlihatkan bahwa zotepine efektif dan dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang paling muncul adalah rasa lelah dan sedasi. Tidak terdapat gangguan ekstrapiramidal pada pasien yang ikut dalam penelitian ini. 20 Salah satu laporan kasus menyatakan penggunaan zotepine dengan antidepresan paroxetine dilaporkan meningkatkan risiko trombosis vena dalam. Penggunaan zotepine bersamaan dengan benzodiazepine dan valpoat juga pernah dilaporkan menyebabkan hipotermi pada dua laporan kasus. 17 Aripriprazole Aripriprazole tergolong baru dalam dunia psikiatri. Cara kerjanya yang unik sebagai parsial agonis di reseptor D2 mampu memperbaiki gejala positif maupun negatif pasien psikotik. Lebih jauh lagi aripriprazole dikatakan memiliki efek samping yang lebih kecil untuk terjadinya sindrom ekstrapiramidal, sedasi, peningkatan berat badan dan efek samping kardiovaskular. Sayangnya data penelitian masih sangat sedikit mengenai manfaat, keamanan dan dosis obat bagi pasien geriatri. Madhusoodanan et al pada penelitiannya tahun 2004 menjelaskan tentang pengalaman klinis penggunaan aripriprazole pada 10 pasien geriatri dengan skizofrenia. Hasilnya, aripriprazole dinilai aman, memperbaiki gejala positif dan negatif dan memiliki efek samping yang sedikit. 5 Satu hal yang harus diperhatikan adalah aripriprazole berbeda dengan antipsikotik yang lain memiliki waktu paruh yang relatif lebih panjang yaitu sekitar 75 jam. Untuk itu penggunaan pada pasien usia lanjut yang memiliki fungsi ginjal yang kurang baik harus diperhatikan. 17 Kesimpulan Penggunaan obat antipsikotik pada pasien geriatri memerlukan perhatian yang khusus. Hal tersebut dikarenakan banyak hal-hal tertentu yang sangat mempengaruhi pemberian antispikotik kepada pasien geriatri. Diantaranya adalah kondisi medis umum pasien, efek samping yang mungkin timbul dan farmakodinamik serta farmakokinetik dari obat yang digunakan. Daftar Pustaka 1. Targum SD. Treating psychotic symptoms in elderly patients. Praimary care companion J clinical psychiatry 2001;3: Sajatovic M, Madhusoodanan S, Buckley P. Schizophrenia in the elderly: Guidelines for management. CNS Drugs 2000 Feb;13 (2): Karim S, Byrne EJ. Treatment of psychosis in elderly people. Advances in Psychiatric Treatment.2005;11: Hwang JP, Yang CH, Lee TW, Tsai SJ. The Efficacy and Safety of Olanzapine for the Treatment of Geriatric Psychosis. J Clin Psychopharmacol.2003:23: Thorpe L. The Treatment of Psychotic Disorders in Late Life. Can J Psychiatry 1997;42 Suppl 1:19S 27S. 6. Rainer MK, Masching AJ, Ertl MG, Kraxberger E, Haushofer M. Effect of risperidone on behavioral and psychological symptoms and cognitive function in dementia. J Clin Psychiatry Nov; 62(11): Arriola E, Ignacio DJ, Antonio BJ, Gallego R; Open-label, observational study of the effects of risperidone on the behavioral and psychological symptoms of dementia and caregiver stress in the community setting.am J Geriatr Pharmacother 2005 Mar;3(1): De Deyn PP, Katz IR, Brodaty H, Lyons B, Greenspan A, Burns A. Management of agitation, aggression, and psychosis associated with dementia: a pooled analysis including three randomized, placebo-controlled double-blind trials in nursing home residents treated with risperidone.clin Neurol Neurosurg.2005 Oct;107(6): Jeste DV, Barak Y, Madhusoodanan S, Grossman F, Gharabawi G. International multisite double-blind trial of the atypical 448

6 antipsychotics risperidone and olanzapine in 175 elderly patients with chronic schizophrenia. Am J Geriatr Psychiatry Jan-Feb;12(1): Yang CH, Tsai SJ, Hwang JP. The efficacy and safety of quetiapine for treatment of geriatric psychosis. Journal of Psychopharmacology 2005;19(6): Reddy S, factor SA, Molho ES, Feustel PJ. The effect of quetiapine on psychosis and motor function in parkinsonian patients with and withaout dementia. Movement disorder 2002;17(4): Mazeh D, Paleacu, Barak Y. Quetiapine for elderly non-responsive schizophrenia patients. Psychiatry research 157(2008): Rainer M, Hausehofer M, Pfolz H, Struhal C, Wick W. Quetiapine versus risperidone in elderly patients with behavioural and psychological symptoms of dementia : efficacy, safety and cognitive function. European psychiatry.2007: Morgante L, Epifanio A, Spina E, Zappia M, Di Rosa AE, Marconi R, et al. Quetipine and clozapine in parkinsonian patients with dopaminergic psychosis. Clin Neuropharmacology.2004;27: Hwang JP, Yang CH, Lee TW, Shih-Jen Tsai.The Efficacy and Safety of Olanzapine for the Treatment of Geriatric Psychosis. J Clin Psychopharmacol. 2003;23: Madhusoodanan S, Shah P, Brenner R, Gupta S. Pharmacological Treatment of the Psychosis of Alzheimer s Disease What Is the Best Approach?. CNS Drugs. 2007; 21 (2): Gareri P, De Fazio P, De Fazio S, Marigliano N, Ibbadu GF, De Sarro G. Adverse Effects of Atypical Antipsychotics in the Elderly: A Review. Drugs Aging.2006; 23 (12): Sajatovic M,Madhusoodanan S,Buckley P. Schizophrenia in the Elderly: Guidelines for Management. CNS Drugs.2000 Feb;13(2): Williams-Gray CH, Foltynie T, Lewis SJG, Barker RA. Cognitive Deficits and Psychosis in Parkinson s Disease A Review of Pathophysiology and Therapeutic Options. CNS Drugs.2006;20(6): Rainer MK, Mucke HA, Kruger-Rainer C, Haushofer M. Zotepine for behavioural and psychological symptoms in dementia: an open-label study. CNS Drugs 2004;18: MS/F 449

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban yang berat bagi dirinya sendiri,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. Agitasi sering dijumpai di pelayanan gawat darurat psikiatri sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan pola pikir yang tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat serta

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan harta yang paling penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara seperti yang telah diatur oleh undang-undang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan jiwa dan psikososial menurut The World Health Report tahun 2001 dialami kira-kira 25% dari seluruh penduduk pada suatu masa dari hidupnya.

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan penyakitnya berlangsung kronis 1, umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan menimbulkan ketidakmampuan, dengan prevalensi seluruh dunia kira-kira 1% dan perkiraan insiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang sering dijumpai dan termasuk gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia juga merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang masih merupakan masalah dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit maupun di masyarakat. Anggaran besar harus dialokasikan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan gangguan mental psikotik yang etiologinya belum diketahui yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan gangguan mental psikotik yang etiologinya belum diketahui yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan gangguan mental psikotik yang etiologinya belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam proses pikir, mood, dan perilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gejala negatif skizofrenia merupakan dimensi psikopatologi penting yang mencerminkan tidak adanya atau berkurangnya perilaku dan fungsi normal, termasuk kekurangan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Electro Convulsive Therapy (ECT) merupakan suatu bentuk terapi fisik dengan menggunakan aliran listrik melalui otak, untuk menginduksi kejang menyeluruh di susunan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agitasi Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. Agitasi sangatlah sering dijumpai di dalam pelayanan gawat darurat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejala negatif merupakan suatu gambaran defisit dari pikiran, perasaan atau perilaku normal yang berkurang akibat adanya gangguan otak dan gangguan mental (Kring et

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kali luput dari perhatian. Orang sengaja menghindari dan tidak mencari bantuan bagi keluarganya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakit biasanya akut tetapi

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikiatrik yang sangat kompleks, yang ditandai dengan sindrom heterogen seperti pikiran kacau dan aneh, delusi, halusinasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. skizofrenia atau secara absolut terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. skizofrenia atau secara absolut terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan psikotik kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk yang terdapat di seluruh

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DAN TERAPI ANTIPSIKOTIK HALOPERIDOL-KLORPROMAZIN DAN RISPERIDON-KLOZAPIN PADA PASIEN SKIZOFRENIA COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS AND EFFICACY OF ANTIPSYCHOTICS THERAPY OF HALOPERIDOL-CHLORPROMAZINE

Lebih terperinci

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Email : andri@ukrida.ac.id Pendahuluan Pasien gagal ginjal kronis adalah salah

Lebih terperinci

Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia Rawat Inap

Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia Rawat Inap Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia Rawat Inap A. R. Fadilla 1, & R. M. Puspitasari 1 1 Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Institut Sains dan Teknologi Nasional Korespondensi:

Lebih terperinci

RISPERIDONE. (i) Tujuan/ Kegunaan Ubat. Skizofrenia

RISPERIDONE. (i) Tujuan/ Kegunaan Ubat. Skizofrenia RISPERIDONE (i) Tujuan/ Kegunaan Ubat Skizofrenia Risperdal (risperidone) boleh digunakan dalam rawatan akut dan lanjutan skizofrenia. Ia dindikasikan untuk pesakit dewasa dan remaja yang berumur 13 17

Lebih terperinci

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya. IPAP PTSD Tambahan Prinsip Umum I. Evaluasi Awal dan berkala A. PTSD merupakan gejala umum dan sering kali tidak terdiagnosis. Bukti adanya prevalensi paparan trauma yang tinggi, (termasuk kekerasan dalam

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For Prognosis Terapi (Farmakoterapi / psikoterapi)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat,

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan sindrom kronik yang beranekaragam dari pemikiran yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat, paham yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapat disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai infeksi disebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai infeksi disebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah dikenal sejak tahun 1983 dan termasuk dalam golongan retrovirus. HIV menyerang sistem imun yang secara bertahap akan menimbulkan

Lebih terperinci

Keywords : schizophrenia, the combination therapy, Risperidone, Haloperidol, costeffectiveness.

Keywords : schizophrenia, the combination therapy, Risperidone, Haloperidol, costeffectiveness. ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI KOMBINASI DARI RISPERIDON DAN HALOPERIDOL PADA FASE AKUT PASIEN SKIZOFRENIA Cost-Effectiveness Analysis of Combination Therapy between Risperidone and Haloperidol On Acute

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ, 2001) adalah suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit

Lebih terperinci

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Kampus FK UKRIDA,Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email : andri@ukrida.ac.id

Lebih terperinci

Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia

Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia Posted by Lahargo Kembaren ABSTRAK Skizofrenia merupakan gangguan kronik yang sering menimbulkan relaps. Kejadian relaps yang terjadi pada pasien skizofrenia

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A DIAGNOSIS? Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For prognosis Terapi (Farmakoterapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten yang mengakibatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penderita skizofrenia sekitar 1% dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat, dengan jumlah keseluruhan lebih dari 2 juta orang (Nevid et al.,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN DAN PENGOBATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA

KARAKTERISTIK PASIEN DAN PENGOBATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA KARAKTERISTIK PASIEN DAN PENGOBATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA Aulia Nisa, Victoria Yulita Fitriani, Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa. hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa. hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita kesulitan membedakan hal nyata dengan yang tidak, umumnya

Lebih terperinci

EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) EPIDEMIOLOGI NCS (National Comorbidity Survey): ggn bipolar-i menurut DSM-III-R ± 0,4% pd usia 15-54 thn. Peter M.Lewinsohn dkk 1% (terutama ggn

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH FREKUENSI PEMBINAAN DAN INTERAKSI PSIKORELIGIUS KELUARGA TERHADAP JANGKA WAKTU KEKAMBUHAN SKIZOFRENIA

SKRIPSI PENGARUH FREKUENSI PEMBINAAN DAN INTERAKSI PSIKORELIGIUS KELUARGA TERHADAP JANGKA WAKTU KEKAMBUHAN SKIZOFRENIA SKRIPSI PENGARUH FREKUENSI PEMBINAAN DAN INTERAKSI PSIKORELIGIUS KELUARGA TERHADAP JANGKA WAKTU KEKAMBUHAN SKIZOFRENIA Oleh : NURUL KOMARIA UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

Lebih terperinci

DRUG RELATED PROBLEMS ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID AKUT DI RS JIWA X JAKARTA

DRUG RELATED PROBLEMS ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID AKUT DI RS JIWA X JAKARTA Farmasains Vol. 2. No. 6, Oktober 2015 DRUG RELATED PROBLEMS ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID AKUT DI RS JIWA X JAKARTA DRUG RELATED PROBLEMS ANTIPSYCHOTIC ON ACUTE PARANOID SCHIZOPHRENIC

Lebih terperinci

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...,... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 B. Perumusan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI Program Studi : Kedokteran Kode Blok : Blok 20 Blok : PSIKIATRI Semester : 5 Standar Kompetensi : Mampu memahami dan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator kesejahteraan rakyat pada suatu negara. Angka harapan hidup penduduk Indonesia naik dari 70,45

Lebih terperinci

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Gangguan psikiatri pada masa muda dapat

Lebih terperinci

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia. dengan Hipertensi Primer LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia. dengan Hipertensi Primer LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Hipertensi Primer LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1 Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006). 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari mengingat suatu hal. Dengan kata lain, pengetahuan dapat diartikan sebagai mengingat suatu

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN JIWA YANG MENGALAMI RAWAT INAP ULANG

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN JIWA YANG MENGALAMI RAWAT INAP ULANG Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 37 No 1, 2, Hal 36 11-44, 15, Oktober April 2017 2013 Sekolah TinggiIlmuKesehatan Kendal ISSN : 2089-0834 (Cetak) - ISSN : 2549-8134 (Online) GAMBARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham),

Lebih terperinci

Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien Geriatri

Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien Geriatri Tinjauan Pustaka Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien Geriatri Andri, Charles E. Damping Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin. meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin. meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya menimbulkan beban medis, tetapi juga sosial, dan ekonomi bagi pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. neuron dopaminergik ganglia basalis terutama pada substansia nigra pars kompakta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. neuron dopaminergik ganglia basalis terutama pada substansia nigra pars kompakta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang progresif dengan gejala motorik dan non motorik yang bervariasi (Thenganatt & Jankovic, 2014). Penyakit Parkinson

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENINGKATAN INDEKS MASSA TUBUH PADA PASIEN SKIZOFRENIA YANG DITERAPI OBAT STANDAR DENGAN OBAT STANDAR DITAMBAH CLOZAPINE DI RSJD SURAKARTA

PERBEDAAN PENINGKATAN INDEKS MASSA TUBUH PADA PASIEN SKIZOFRENIA YANG DITERAPI OBAT STANDAR DENGAN OBAT STANDAR DITAMBAH CLOZAPINE DI RSJD SURAKARTA PERBEDAAN PENINGKATAN INDEKS MASSA TUBUH PADA PASIEN SKIZOFRENIA YANG DITERAPI OBAT STANDAR DENGAN OBAT STANDAR DITAMBAH CLOZAPINE DI RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka kesakitan (morbidity) Usia Lanjut. Frailty. dalam managemen pasien geriatri. Frailty merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka kesakitan (morbidity) Usia Lanjut. Frailty. dalam managemen pasien geriatri. Frailty merupakan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah Usia Lanjut yang berumur 60 tahun atau lebih terbanyak di dunia. Diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang memiliki karakteristik khusus ditandai oleh adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas serta

Lebih terperinci

HEMODIALISIS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA. By Ns. Ni Luh Gede Suwartini,S.Kep

HEMODIALISIS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA. By Ns. Ni Luh Gede Suwartini,S.Kep HEMODIALISIS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA By Ns. Ni Luh Gede Suwartini,S.Kep Latar belakang Pasien dengan penyakit ginjal kronik akan mempengaruhi psikologis individu, salah satu kondisi pasien

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, menyebutkan bahwa negara menjamin kehidupan setiap orang baik lahir maupun batin,serta menjamin

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

POLA PENGOBATAN PASIEN SCHIZOPRENIA PROGRAM RUJUK BALIK DI PUSKESMAS MUNGKID PERIODE JANUARI-JUNI 2014

POLA PENGOBATAN PASIEN SCHIZOPRENIA PROGRAM RUJUK BALIK DI PUSKESMAS MUNGKID PERIODE JANUARI-JUNI 2014 Pola Pengobatan Pasien Schizoprenia (Hariyani, dkk) 6 POLA PENGOBATAN PASIEN SCHIZOPRENIA PROGRAM RUJUK BALIK DI PUSKESMAS MUNGKID PERIODE JANUARI-JUNI 2014 THE TREATMENT PATTERN OF SCHIZOPRENIA PATIENT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. bersifat progresif. Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif tersering

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. bersifat progresif. Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif tersering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang bersifat progresif. Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif tersering kedua setelah demensia Alzheimer.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antipsikotik merupakan obat yang digunakan untuk menangani. mencegah kekambuhan, tetapi memerlukan waktu terapi yang lama.

BAB I PENDAHULUAN. Antipsikotik merupakan obat yang digunakan untuk menangani. mencegah kekambuhan, tetapi memerlukan waktu terapi yang lama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antipsikotik merupakan obat yang digunakan untuk menangani berbagai macam gangguan psikosis, seperti bipolar, mania, gangguan waham, dan yang paling sering adalah skizofrenia.

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas

Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas Benediktus Elie Lie, dr, SpKJ Kabupaten Banyuwangi, 10-12 Juli 2017 Psikotik Psikotik adalah gangguan jiwa berat yang ditandai oleh adanya: Halusinasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TEMBAKAU DAN SKIZOFRENIA

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TEMBAKAU DAN SKIZOFRENIA HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TEMBAKAU DAN SKIZOFRENIA Wayan Widhidewi Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar ABSTRAK Ketergantungan tembakau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua adalah proses dimana menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya secara perlahan (Darmojo,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini mempunyai sumber pada fisiologi dan keahlian. Karena pasien-pasien senang

Lebih terperinci

GAMBARAN EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PADA BANGSAL RAWAT INAP DI RS. GRHASIA YOGYAKARTA

GAMBARAN EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PADA BANGSAL RAWAT INAP DI RS. GRHASIA YOGYAKARTA GAMBARAN EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PADA BANGSAL RAWAT INAP DI RS. GRHASIA YOGYAKARTA DESCRIPTION OF SIDE EFFECTS OF ANTI PSYCHOTIC DRUG IN SCHIZOPHRENIA PATIENT IN GRHASIA HOSPITAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3 patofisiologi dasar : sekresi insulin yang terganggu, resistensi

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN

GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN Penderita gangguan psikotik sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat di sekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya.

Lebih terperinci

Efektivitas Program Pelatihan Rehabilitasi Kognitif Berbasis Komputerisasi dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif pada Penderita Skizofrenia

Efektivitas Program Pelatihan Rehabilitasi Kognitif Berbasis Komputerisasi dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif pada Penderita Skizofrenia Efektivitas Program Pelatihan Rehabilitasi Kognitif Berbasis Komputerisasi dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif pada Penderita Skizofrenia Pembimbing : dr. Siti Badriyah, Sp.KJ, M.Kes Sinta Tri Ciptarini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang, khususnya bidang perekonomian, kesehatan, dan teknologi menyebabkan meningkatnya usia harapan hidup. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyeksi angka harapan hidup penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada periode 2030-2035. 1 Tren

Lebih terperinci

Bipolar Disorder Clinical Pathway Inpatient Ida Aju Kusuma Wardani Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Bipolar Disorder Clinical Pathway Inpatient Ida Aju Kusuma Wardani Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bipolar Disorder Clinical Pathway Inpatient Ida Aju Kusuma Wardani Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRACT Bipolar disorder is a severe psychiatric disease with

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa kedokteran merupakan golongan dewasa muda yang unik, yang memiliki komitmen akademik dan gaya hidup yang dapat berimbas pada kebiasaan tidurnya dan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

Keefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta

Keefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta Keefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta Oleh : Nugroho Adi Setiawan S 5703005 BAB IV HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jiwa sampai saat ini memang masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan, menjadi aib bagi si penderita dan keluarganya sendiri. Masyarakat kita menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada sekumpulan gangguan metabolik yang disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. DM adalah gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : TITIN SETYANINGSIH K 100 060 098 FAKULTAS

Lebih terperinci

INSOMNIA DAN DIAGNOSIS PSIKIATRI PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH

INSOMNIA DAN DIAGNOSIS PSIKIATRI PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH INSOMNIA DAN DIAGNOSIS PSIKIATRI PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH *Alfa Matrika Sapta Dewanti, **Ni Ketut Sri Diniari *Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan utama di dunia karena menjadi penyebab kematian ketiga di dunia dan menjadi penyebab pertama kecacatan. 1-3 Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar Dokter Spesialis Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa.

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar Dokter Spesialis Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa. PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN ANTARA ANTIPSIKOTIK KOMBINASI DENGAN MONOTERAPI TERHADAP KUALITAS HIDUP, KEPATUHAN MINUM OBAT, DAN GEJALA NEGATIF PASIEN SKIZOFRENIA DI RS dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA TESIS Disusun

Lebih terperinci

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001 JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara 45% hingga 88% (Wing et al, 2012), sementara prevalensi merokok

BAB I PENDAHULUAN. antara 45% hingga 88% (Wing et al, 2012), sementara prevalensi merokok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan merokok pada pasien skizofrenia merupakan masalah yang sering terjadi. Pervalensi merokok pada pasien skizofrenia diperkirakan antara 45% hingga 88%

Lebih terperinci