KODEFIKASI RPI 19. Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KODEFIKASI RPI 19. Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu"

Transkripsi

1 KODEFIKASI RPI 19 Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu

2

3 LEMBAR PENGESAHAN Lembar Pengesahan RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF (RPI) TAHUN SIFAT DASAR KAYU DAN BUKAN KAYU Jakarta, Februari 2010 Disetujui Oleh: Kepala Pusat, Koordinator Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS. NIP Drs. Moch Muslich, M.Sc. NIP Mengesahkan : Kepala Badan, Dr.Ir.Tachrir Fathoni M.Sc NIP Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu 501

4

5 Daftar Isi Lembar Pengesahan Daftar Isi I. ABSTRAK II. LATAR BELAKANG III. RUMUSAN MASALAH IV. HIPOTESIS V. TUJUAN DAN SASARAN VI. LUARAN VII. RUANG LINGKUP VIII. METODOLOGI IX. RENCANA TATA WAKTU X. RENCANA LOKASI XI. RENCANA ANGGARAN XII. ORGANISASI XIII. DAFTAR PUSTAKA XIV. KERANGKA KERJA LOGIS Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu 503

6

7 I. ABSTRAK Di Indonesia terdapat sekitar jenis kayu, diperkirakan 400 jenis yang dianggap penting dan baru sebagian diketahui sifat dan kegunaannya. Sebanyak 267 jenis di antaranya sudah dikenal dalam perdagangan dan dapat dikelompokkan menjadi 120 jenis kayu perdagangan. Sisanya, yaitu 133 jenis digolongkan ke dalam kelompok kayu kurang dikenal. Penggunaan kayu kurang dikenal yang disesuaikan dengan sifat-sifatnya sebagai pemasok dan penghara bahan baku industri perkayuan dapat meningkatkan diversifikasi jenis, menghemat penggunaan jenis kayu yang sudah dikenal, dan menjamin pasaran bagi pengguna. Demikian juga dengan makin meningkatnya perdagangan hasil hutan bukan kayu seperti rotan dan bambu pada akhir-akhir ini, menyebabkan makin menipisnya jenis-jenis rotan elit oleh tekanan eksploitasi yang berlebihan pada jenis tertentu saja. Sedangkan jenis bambu di Asia Tenggara sekitar jenis dalam 80 genera baru 60 jenis yang ditemukan di Indonesia yang datanya belum lengkap. Hasil hutan jenis kayu dan bukan kayu yang sudah dikenal, sudah banyak berkurang dan langka. Untuk mengantisipasi hal itu, perlu dilakukan penelitian sifat dasarnya agar jenis yang kurang dikenal dapat dipakai sebagai subsitusi atau pengganti, sedangkan pengetahuan sifat dasar bambu akan sangat berguna dalam pengolahannya secara luas. Penelitian sifat dasar kayu yang dilakukan meliputi sifat anatomi dan dimensi serat, sifat fisis dan mekanis, sifat keawetan terhadap serangga, jamur dan penggerek di laut, sifat pengkaratan, sifat keterawetan, sifat pengeringan, sifat pengerjaan dan pemesinan, sifat venir dan kayu lapis, sifat kimia dan destilasi kering, serta sifat dan pengolahan pulp untuk kertas. Sedangkan untuk sifat dasar rotan dan bambu yang diteliti meliputi sifat anatomi, fisis mekanis, kimia, keawetan, keterawetan dan pengolahannya dan pembuatan komponen produk (untuk pengolahan rotan dilakukan proses penggorengan, pelengkungan dan pemolesan). Tujuan dari penelitian sifat dasar kayu dan bukan kayu tersebut adalah menyediakan informasi data sifat dasar kayu dan bukan kayu sebagai dasar diversifikasi penggunaan bahan baku untuk berbagai tujuan pemakaian dalam rangka efisiensi pemanfaatan sumberdaya hutan dalam mewujudkan pembangunan hutan lestari. Sasarannya adalah tersedianya informasi ilmiah mengenai jenis kayu, rotan dan bambu yang diteliti tersebut, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pemanfaatannya. Kata kunci: Sifat dasar, kayu, rotan, bambu, diversifikasi jenis. II. LATAR BELAKANG Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar jenis kayu dengan diameter pohon 40 cm ke atas (Martawijaya, et al. 1981). Perkiraan ini didasarkan kepada material herbarium dan contoh kayu autentik yang Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu 505

8 sudah dikumpulkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dari berbagai wilayah di Indonesia yang jumlahnya sudah mendekati jenis pohon. Dari jenis kayu tersebut di atas diperkirakan 400 jenis di antaranya dianggap penting karena merupakan jenis yang sekarang sudah dimanfaatkan atau karena secara alami terdapat dalam jumlah besar sehingga mempunyai potensi untuk memegang peranan penting pada masa yang akan datang (Anonim, 1952). Dari 400 jenis kayu yang dianggap penting itu baru sebagian diketahui sifat dan kegunaannya, 267 jenis di antaranya sudah dikenal dalam perdagangan dan dapat dikelompokkan menjadi 120 jenis kayu perdagangan. Sisanya, yaitu 133 jenis digolongkan ke dalam kelompok kayu kurang dikenal, dan mungkin saja merupakan kayu yang mempunyai potensi yang cukup besar serta cepat tumbuh. Kayu kurang dikenal jenisnya relatif banyak dan tumbuh tersebar dalam suatu areal hutan yang luas sehingga perlu pengelompokan dalam penyaluran dan pemanfaatannya. Untuk itu jenisnya perlu dikenal dengan baik. Diameternya relatif kecil sehingga dengan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) relatif sedikit kayu yang dapat terambil dari hutan. Akibatnya pada awal survei Hak Pengusahaan Hutan (HPH) potensi jenis kayu kurang dikenal hanya kurang dari 30 persen, setelah TPTI mungkin jadi kebalikannya. Demikian juga rotan, sebagai salah satu jenis hasil hutan bukan kayu di Indonesia, memiliki jenis rotan, tetapi baru ± 51 jenis saja yang sudah dimanfaatkan dan diperdagangkan (Jasni dan Rachman, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan rotan masih terbatas pada jenis-jenis yang sudah diketahui manfaatnya dan laku di pasaran. Jenis-jenis rotan ini sudah menipis persediaannya dan kalaupun ada sudah jauh terdapat ke dalam hutan. Konsekuensinya adalah semakin berkurangnya populasi jenis tersebut. Di sisi lain, penebangan rotan tidak diimbangi dengan usaha-usaha pembudidayaannya dan selama ini belum ada usaha-usaha untuk mencari alternatif jenis pengganti rotan, akibatnya pemenuhan kebutuhan semakin berkurang. Untuk merangsang pemanfaatan jenisjenis rotan yang selama ini belum dimanfaatkan (lesser used species), maka perlu dilakukan penelitian yang komprehensif dan holistik. Penelitian akan mencakup penyebaran, botani, sifat dasar (anatomis, fisis mekanis, kimia dan keawetan), pengolahan (pengerjaan, pengeringan, pelengkungan) rotan, sehingga dapat diketahui penyebaran jenis, peruntukan dan kualitas secara lebih tepat untuk masing-masing jenis rotan. Tidak kalah pentingnya dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, bambu memegang peranan penting. Bambu mempunyai 506 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

9 sifat yang baik untuk konstruksi rumah dan jembatan, barang kerajinan, bahan penghara industri alat musik, tirai, peralatan dapur, sumpit dan lain sebagainya. Kurang lebih 1000 species bamboo dalam 80 genera, sekitar 200 species dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Wijaya, 1995), sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Dalam penggunaannya di masyarakat, bambu menemui keterbatasan dalam penggunaan. Faktor yang sangat berpengaruh adalah sifat fisik mekanik, ketidak seragaman panjang ruas dan ketidak awetan terhadap organisme perusak. Demikian data sifat dasar yang sangat terbatas sehingga penggunaan bambu masih sangat terbatas dan tidak efisien. Data jenis kayu dan rotan kurang dikenal serta bambu yang sudah terkumpul masih sangat minim dan jauh dari memadai, karena itu penelitian sifat dasar dan kemungkinan kegunaan dan pemanfaatan yang mencakup ciri-ciri jenis tersebut perlu dilanjutkan. Dengan diperolehnya data hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh diversifikasi dalam pemanfaatannya yang lebih luas, baik untuk bahan baku industri maupun untuk keperluan lain. Pemanfaatan kayu, rotan dan bambu tidak hanya terbatas pada jenis tertentu, tetapi akan lebih meluas meliputi jenis yang kurang atau belum dikenal. Upaya ini dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan berbagai jenis kayu, rotan dan bambu yang selama ini tidak atau kurang digunakan sebagai penghara industri. Dengan demikian variasi jenis kayu, rotan dan bambu komersial menjadi lebih beraneka ragam untuk membantu penetapan pemungutan dan penggunaan jenis-jenis tersebut pada masa yang akan datang. III. RUMUSAN MASALAH Hutan Indonesia memiliki sekitar jenis kayu, diperkirakan 400 jenis kayu yang dianggap penting baru sebagian diketahui sifat dan kegunaannya. Dua ratus enam puluh tujuh jenis di antaranya sudah dikenal dalam perdagangan dan dapat dikelompokkan menjadi 120 jenis kayu perdagangan. Sisanya, yaitu 133 jenis digolongkan ke dalam kelompok kayu kurang dikenal, kemungkinan merupakan kayu yang mempunyai potensi cukup besar serta cepat tumbuh. Demikian pula di Indonesia terdapat jenis rotan, namun baru 51 jenis yang telah dimanfaatkan, sehingga yang belum dimanfaatkan (lesser used species) sebesar 265 jenis belum diketahui sifat dan kegunaannya. Sedangkan bambu di Indonesia baru dikenal 60 jenis, sedangkan di Asia Tenggara terdapat sekitar 1000 jenis dari 20 genera. Data dari jenis kayu, rotan dan bambu yang sudah terkumpul masih sangat minim. Oleh karena itu perlu diteliti sifat dan kegunaanya agar dapat diperkenalkan dan dipromosikan. Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu 507

10 IV. HIPOTESIS Setiap jenis kayu, rotan dan bambu mempunyai sifat karakteristik dan kegunaan yang berbeda. Mengetahui sifat dasar kayu, rotan dan bambu, akan dapat dimanfaatkan dan digunakan secara tepat dan efisien. V. TUJUAN DAN SASARAN A. Tujuan Penelitian Menyediakan informasi sifat dasar kayu dan bukan kayu sebagai dasar diversifikasi penggunaan bahan baku untuk berbagai tujuan pemakaian dalam rangka efisiensi pemanfaatan sumberdaya hutan untuk mewujudkan pembangunan hutan lestari. Sasarannya adalah tersedianya informasi ilmiah mengenai jenis kayu dan rotan yang diteliti tersebut, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pemanfaatannya. B. Sasaran Penelitian Tersedianya informasi ilmiah mengenai sifat dasar jenis kayu, rotan dan bambu agar dapat disusun sebagai petunjuk penggunaannya. VI. LUARAN 1. Tersedianya data sifat dasar jenis kayu kurang dikenal dan kurang dimanfaatkan. 2. Tersedianya data sifat dasar jenis rotan kurang dikenal dan kurang dimanfaatkan. 3. Tersedianya data sifat dasar jenis bambu Indonesia. VII. RUANG LINGKUP 1. Struktur anatomi dan dimensi serat kayu berupa karakteristik anatomi serta susunan sel-selnya yang dimiliki setiap jenis kayu; 2. Sifat fisis dan mekanis kayu berupa pengujian contoh kayu yang diteliti mengikuti standar DIN-2135; 3. Sifat pengerjaan dan pemesinan dilakukan untuk mengetahui karakter kayu dalam proses pengerjaan; 4. Sifat keawetan kayu berupa pengujian terhadap serangga, jamur, dan binatang laut secara laboratoris dan lapangan, menggunakan kayu yang telah diawetkan maupun belum 508 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

11 5. Sifat keterawetan kayu berupa pengujian terhadap kemampuan kayu ditembus bahan pengawet mengikuti standar IUFRO; 6. Sifat pengeringan kayu dilakukan pengujian melalui metode pengeringan secara alami dan buatan; 7. Sifat pengkaratan kayu berupa pengujian terhadap kemampuan kayu mempengaruhi logam menjadi korosif; 8. Sifat venir dan kayu lapis dilakukan untuk mengetahui karakter kayu jika dikupas, atau direkat, dalam proses pembuatan venir dan kayu lapis; 9. Sifat kimia dan nilai kalor dilakukan dengan menganalisis kandungan kimia dalam kayu; 10. Sifat dan pengolahan pulp untuk kertas dilakukan pengujian terhadap sifat pengolahan dan pulp yang dihasilkan; VIII. METODOLOGI A. Sifat Dasar Kayu 1. Pengenalan struktur anatomi dan dimensi serat Pengenalan ciri-ciri suatu jenis kayu dilakukan dengan cara pendekatan yaitu secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil yang diperoleh dikombinasikan menjadi satu kesatuan ciri-ciri pengenalan suatu jenis kayu. Pengamatan ciri makroskopis dilakukan langsung pada contoh uji yang diplih sedangkan pengamatan ciri mikroskopis dilakukan pada sayatan mikrotome dan preparat maserasi yang dipersiapkan secara khusus ( Sass, 1961). 2. Pengujian sifat fisik dan mekanis Pengujian sifat fisik mengikuti Standar SNI-2135 (Anonim, 1975), meliputi kadar air kayu segar, berat jenis kayu kering udara serta penyusutan arah radial dan tangensial. Pengujian sifat mekanis meliputi keteguhan lentur statis, keteguhan pukul, keteguhan tekan sejajar serat, keteguhan tegak lurus serat dan kekerasan. Pengujian tersebut dilakukan pada contoh dalam keadaan basah dan kering udara dengan menggunakan mesin penguji merk Amsler. 3. Pengujian sifat penggerjaan dan pemesinan Pengujian sifat pemesinan dilakukan dengan pengukuran karakteristik diameter dolok bagian pangkal, ujung dan kelengkungannya. Untuk Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu 509

12 menetapkan nilai kebundaran, kelengkungan dan taper sesuai dengan standar pengujian kayu bulat rimba Indonesia (Anonim, 1980), juga diamati ada tidaknya retak/pecah bontos. Sifat pemesinan yang diuji meliputi sifat pengetaman, pembentukan, pemboran, pembuatan lubang persegi, pengampelasan dan pembubutan. Metode pengujian ukuran, bentuk dan cara pengambilan contoh uji dilakukan menurut metode ASIM D dengan beberapa perubahan sesuai dengan alat yang tersedia. 4. Pengujian keawetan terhadap serangga Pengujian keawetan terhadap serangga dilakukan secara laboratoris dan kuburan (graveyaerd test). Pengujian secara laboratoris dilakukan terhadap serangga perusak kayu berupa rayap kayu kering, rayap tanah dan bubuk kayu kering. Pengujian kuburan dilakukan pada dua kondisi yaitu di bawah atap dan di udara terbuka. 5. Pengujian ketahanan terhadap jamur Metode yang digunakan yaitu metode Kolle-flash yang sesuai dengan pengujian pelapukan kayu terhadap jamur menurut standar DIN yang dimodifikasi oleh Martawijaya (1975). 6. Ketahanan terhadap penggerek di laut Diuji ketahanan kayu terhadap penggerek kayu di laut pada kayu berukuran 2,5 cm x 5 cm x 30 cm yang diletakkan secara horizontal di perairan laut. Intensitas serangan dinilai menurut standar Nordic Wood Preservation Council (NWPC) No / Pengujian sifat keterawetan Pengujian sifat keterawetan dilakukan dengan metode IUFRO (Smith dan Tamblyn. 1970). 8. Pengujian sifat pengeringan Sifat pengeringan yang diamati yaitu waktu pengeringan, pecah retak serta perubahan bentuk dan ukuran akibat pengeringan. Sifat-sifat tersebut akan diuji melalui tiga metode pengeringan yaitu secara alami, pengeringan buatan dan diterapkan pada tiga tingkat ketebalan. 510 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

13 9. Pengujian sifat pengkaratan Pengujian pengkaratan dilakukan terhadap contoh uji berukuran 5 cm x 2,5 cm x 1,5 cm yang masing-masing diskrup pada bagian tengah oleh skrup yang telah diketahui beratnya. Balok kayu diikat dengan benang nylon dan digantung sedemikian rupa di dalam botol jampot yang berisi 25 ml 2 NH 2 SO 4 dengan konsentrasi 90 % agar kelembaban di dalam jampot tetap tinggi. Botol ditutup rapat dan disimpan pada suhu kamar selama 12 bulan. Pada akhir percobaan skrup dilepas dari balok kemudian ditimbang kembali. Adanya korosi didasarkan atas rupa paku skrup dan perubahan beratnya dari berat awal. 10. Pengujian sifat venir dan kayu lapis Pengujian sifat venir dan kayu lapis meliputi keterkupasan, rendemen venir, penyusutan venir, variasi tebal venir dan perekat. Keterkupasan, rendemen dan mutu venir ditetapkan berdasarkan SNI (Anonim, 1992), sedangkan pembuatan contoh uji dan pengujian sifat perekatan menurut tiga macam metode yaitu Indonesia tipe II (Anonim, 1990), Jepang (JAS), (Anonim, 1993), tipe II dan Jerman (DIN) tipe II (Anonim, 1975). 11. Pengujian sifat kimia dan nilai kalor Analisis komponen kimia kayu dilakukan menurut standar TAPPI. Komponen yang dianalisis dan standar yang digunakan adalah kadar lignin dengan T 13 m-45, kadar abu dengan T 15 m-58, kadar selulosa T 15 m-58, kadar pentoson T 19 m-50, kelarutan dalam air dingin dengan T 1 m-50, kelarutan dalam air panas dengan T1 m-59, kelarutan dalam NaOH 1% dengan T4 m dan kelarutan dalam alcohol-benzena 1 : 2 dengan T6 m-59. dimensi serat dan perhitungan nilai turunannya dilakukan menurut petunjuk Silitonga, et al. (1973) dan Priasukmana dan Silitonga (1972) sedangkan kualitas serat ditetapkan menurut pedoman Nurachman dan Siagian (1976). 12. Pengujian sifat dan pengolahan pulp untuk kertas Pulp dari setiap jenis kayu diolah dengan proses sulfat. Sifat yang diuji pada masing-masing jenis adalah sifat pengolahan dan sifat pulp yang dihasilkan. Sifat pengolahan yang diamati meliputi rendemen pulp, konsumsi alkali dan permangganat, sedangkan sifat pulp yang diuji adalah panjang putus, faktor sobek dan faktor letak atau letup. Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu 511

14 B. Sifat Dasar Bukan Kayu 1. Sifat Anatomi Penelitian sifat anatomi rotan dan bambu menggunakan pembuatan sediaan maserasi dengan metode Tesoro (1989). Cara kerjanya dimulai cacahan sebesar kotak korek api diambil dari tiga bagian arah radial : dermal (bagian tepi), sub dermal (bagian tengah) dan central region (bagian tengah). Selain pembuatan sediaan maserasi juga dilakukan pembuatan sediaan mikrotom menggunakan metode Sass (1961). Parameter yang diamati adalah diameter phloem, ikatan pembuluh, parenkim dasar dan parenkin aksial. 2. Sifat fisis dan mekanis Pengujian sifat fisis-mekanis meliputi kadar air rotan, bobot jenis. Pengujian sifat mekanis meliputi keteguhan lentur statis dan keteguhan tekan sejajar serat. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan mesin penguji merek Amslar. Ukuran contoh uji dan pengujian sifat fisis dan mekanis seperti pada kayu sesuai dengan ASTM D Sifat kimia 1. Penetapan kadar lignin menggunakan standar TAPPI T 13 m Penetapan kadar pati menggunakan standar SII Sifat keawetan Pengujian keawetan dilakukan secara laboratorium. Pengujian dilakukan pada organisme perusak rotan terutama bubuk rotan kering. Jika ditemukan rotan berdiameter besar (Ф > 18 mm), maka pengujian dilakukan prosedur rotan diameter besar. Namun kalau ditemukan rotan berdiameter kecil (Ф < 18 mm), maka pengujian dilakukan prosedur rotan berdiameter kecil. 5. Proses pengolahan Rotan yang sudah dibawa dar lapangan, kemudian digoreng untuk rotan berdiameter besar dengan minyak tanah dan solar dengan perbandingan 9 : 1. Rotan digoreng dalam wajan penggorengan selama lebih kurang 15 menit setelah minyak panas. Setelah digoreng dikeluarkan dan ditiriskan, kemudian dikeringkan dengan rotan diberdirikan bersilang. Sedangkan rotan berdiameter kecil tidak dilakukan penggorengan akan tetapi langsung dijemur. 512 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

15 6. Industri rotan 1. Proses pengerjaan, dimana rotan yang sudah kering dipolis dengan mesin polis bagi rotan berdiameter besar, dan variabel yang diamati adalah serat berbulu dan serat patah. Sedangkan proses pengerjaan rotan dibelah bagi rotan berdiameter kecil, rotan dibelah menggunakan mesin belah 2. Proses pembuatan komponen produk, rotan yang sudah dipolis atau dibelah kemudian dibuat komponen produk sesuai dengan peralatan yang ada dan jenis produk yang akan dibuat disesuaikan dengan sarana dan prasarana industri. IX. RENCANA TATA WAKTU Kode Kegiatan Kegiatan Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Potensial Jawa (11 kegiatan) Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Dipterocarpaceae (2 kegiatan) Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu Potensial Sulawesi (2 kegiatan) Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu Andalan Sumatera (2 kegiatan) Sifat Beberapa Jenis Kayu Andalan Papua (1 kegiatan) Sifat dan Kegunaan Jenis Rotan yang Kurang Dikenal Sifat Dasar dan Kegunaan Beberapa Jenis Bambu (4 kegiatan) Tahun jenis 5 jenis 5 jenis 5 jenis 5 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis - 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 4 jenis 4 jenis 4 jenis 4 jenis 4 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis 2 jenis Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu 513

16 X. RENCANA LOKASI Kode Kegiatan Luaran Penelitian Kegiatan Lokasi Data Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Potensial Jawa (11 kegiatan) Data Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Dipterocarpaceae (2 kegiatan) Data Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu Potensial Sulawesi (2 kegiatan) Data Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu Andalan Sumatera (2 kegiatan) Data Sifat Beberapa Jenis Kayu Andalan Papua (1 kegiatan) Data Sifat dan Kegunaan Jenis Rotan yang Kurang Dikenal Data Sifat Dasar dan Kegunaan Beberapa Jenis Bambu (4 kegiatan) Sifat Dasar Kayu Kurang Dikenal Andalan Setempat Sifat Dasar Kayu Jenis Dipterocarpaceae Sifat Dasar Kayu Kurang Dikenal Sifat Dasar Kayu Kurang Dikenal Untuk Pulp/ Kertas Sifat Dasar Struktur Anatomi Jenis Kayu Manokwari Sifat Dasar dan Pengolahan Rotan Kurang Dikenal Sifat Dasar dan Kegunaan Bambu Jabar, Banten, DIY, Jateng dan Jatim Kalimantan Timur Sulsel, Sulteng, Sultra Sumatera Utara Manokwari Sulawesi, Sumatera, kalimantan Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi XI. RENCANA ANGGARAN Kode Kegiatan Kegiatan Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Potensial Jawa (11 kegiatan) Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Dipterocarpaceae (2 kegiatan) Tahun juta 215 juta 220 juta 225 juta 230 juta 75 juta 80 juta 85 juta 90 juta 95 juta 514 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

17 Kode Kegiatan Kegiatan Penelitian Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu Potensial Sulawesi (2 kegiatan) Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu Andalan Sumatera (2 kegiatan) Sifat Beberapa Jenis Kayu Andalan Papua (1 kegiatan) Sifat dan Kegunaan Jenis Rotan yang Kurang Dikenal Sifat Dasar dan Kegunaan Beberapa Jenis Bambu (4 kegiatan) Tahun juta 80 juta 85 juta 90 juta 95 juta 75 juta 80 juta 85 juta 90 juta 95 juta juta 130 juta 135 juta 140 juta 70 juta 75 juta 80 juta 85 juta 90 juta 98 juta 98 juta 100 juta 100 juta 110 juta XII. ORGANISASI Penanggung Jawab Koordinator merangkap pelaksana : Kepala Pusat Litbang Hasil Hutan : Drs. Mohammad Muslich, MSc. Kode Kegiatan Penelitian Pelaksana Kegiatan Unit Kerja Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Potensial Jawa (11 kegiatan) Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Dipterocarpaceae (2 kegiatan) Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu Potensial Sulawesi (2 kegiatan) Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu Andalan Sumatera (2 kegiatan) Sifat Beberapa Jenis Kayu Andalan Papua (1 kegiatan) Sifat dan Kegunaan Jenis Rotan yang Kurang Dikenal Sifat Dasar dan Kegunaan Beberapa Jenis Bambu (4 Kegiatan) Drs. Moh. Muslich, MSc. Supartini, S.Hut. Ir. Mody Lempang Gunawan Pasaribu, S.Hut. Pm Dra. Jasni, MSi Dra. Sri Rulliaty, MSc. P3HH Bogor B2PD Samarinada BPK Makasar BPK Aek Nauli Pm P3HH Bogor P3HH Bogor Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu 515

18 XIII. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Nama-nama kesatuan untuk jenis-jenis pohon yang penting di Indonesia. Pengumuman Istimewa No. 6. Balai Penyelidikan Kehutanan. Bogor., Japanese Agricultural Standard for common plywood and its commentary. The Japan Plywood Manufacturer s Association DIN Taschenbuch 60 Beuth Verlag Gm BH, Koln. Frankfurt (Main). Berlin.,1980. Guideline for utilization and marketing of tropical wood species. Food and Agricultural Organization of the United Nation, Rome.,1995. Annual book of ASTM Standards. Volume wood. Section 4. Philadelphia., Mutu Kayu Lapis Penggunaan Umum Standar Indonesia SNI Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta., Japanese Agricultural Standar of Common Plywood. The Japan Plywood Manufactures Association Tokyo., Japanese Agricultural Standar for Structural Plywood. The Japan Plywood Inspection Corporation Tokyo. Den Berger, L.G De grondslagen voor de classificatie van Ned. Indische Timmerhout soorten. Tectona vol.16. Jasni dan O. Rachman Pemanfaatan rotan. Laporan Kegiatan Working Group. Research and Development For Forest Product in Indonesia (ASOF). Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. Martawijaya, A Laboratory test on the durability of Indonesian timbers against fungi. Roving Worshop on Housing and Construction, Bandung. Martawijaya, A. dan G. Sumarni Daya tahan sejumlah kayu Indonesia terhadap Cryptotermes cynocephalus Light. Laporan No. 129 LPHH, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor. Martawijaya, A., I. Kartasudjana, K. Kadir, dan S.A. Prawira Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor. 516 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

19 Metcalfe, C.R. dan I.Chalk Anatomy of the Dicotyledons. 2 nd edition. Vol.II. Wood structure and conclusion of the general introduction. Oxford: Clarendon Press. Nurachman, A. dan R.M. Siagian Dimensi serat jenis kayu Indonesia. Laporan No. 2. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Priasukmana, S. dan T. Silitonga Dimensi serat beberapa jenis kayu Jawa Barat. Laporan No. 2. Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor. Sass, J.E Botanical microtechnique. The IOWA State University Press. Senft, J.F., M.J. Quanci, and B.A. Bendtsen Property profile of 60-year old Douglas-fir. Proc. o a Cooperative Technical Workshop of Juvenile Wood. Forest Product Research Society, Madison, USA. Pp Silitonga, T., R.M. Siagian dan A. Nurachman, Cara pengukuran serat di Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Publikasi Khusus No. 2. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Smith, D.N.R. and N. Tamblyn, Proposed scheme for international standard test for the resistance of timbers to impregnation with preservatives. Ministry of Technology, Forest Products Research Laboratory. Terazawa, S An easy methods for the determination of wood drying schedule. Wood Industry Vol. 20 (5), Wood Technological Association of Japan. Tesoro, F.O Methodology for Project 8 on Corypha and Livistona. FIRDI, College, Laguna Philipines. Turner, R.D A survey and illustrated catalogue of the teredinidae. Harvard University, Cambridge, Mass., R.D Identification of marine wood-boring mollusks. Marine borers, fungi and fouling organisms of wood. Organisation for Economics Co-operation and Development, Paris. Wheeler, E.A., P.Baas and E.Gasson IAWA list of microscopic features for hardwood identification. IAWA Bulletin. N.s. 10(3): Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu 517

20 XIV. KERANGKA KERJA LOGIS No. Narasi Indikator Cara verifikasi Asumsi 1. Tujuan Umum: Menyediakan informasi sifat dasar kayu dan non kayu sebagai dasar diversifikasi penggunaan bahan baku untuk berbagai tujuan pemakaian dalam rangka efisiensi pemanfaatan sumberdaya hutan untuk mewujudkan pembangunan hutan lestari 2. Tujuan khusus 1: Menghasilkan informasi sifat anatomi kayu dan non kayu sebagai dasar untuk mengetahui sifat karakteristik secara umum dan struktur anatomi sebagai dasar optimasi pemanfaatan Tujuan Khusus 2: Menghasilkan informasi sifat fisis dan mekanis kayu dan non kayu sebagai dasar untuk penggunaan kayu pertukangan dan konstruksi bangunan serta penggunaan lainnya Tujuan Khusus 3: Menghasilkan informasi sifat pemesinan dan pengerjaan kayu dan non kayu sebagai dasar untuk mengetahui karakter dalam proses pengerjaan 1. Promosi jenis baru 2. Alokasi penggunaan tepat guna 3. Intensifikasi penggunaan jenis kayu dan non kayu kurang dikenal 1. Didapatkan data identifikasi kayu sitaan atau jenis kayu bermasalah 2. Penyempurnaan xylarium data base Diketahui sifat kayu dalam peruntukannya sebagai konstruksi ringan atau berat dan penggunaan lainnya Diketahui: 1. Spesifikasi mesin 2. Bahan pertimbangan dalam proses pengerjaan Sintesa hasil penelitian RPI PPTP RPTP LHP Kebijakan pemerintah dan ketersediaan dana dan peralatan yang mendukung dan memfalisitasi Partisipasi penuh peneliti, pengguna hasil hutan kayu dan non kayu serta lembaga yang terkait dalam penelitian Tersedianya peneliti pelaksana dan komoditi hasil hutan kayu dan non kayu yang terdapat dalam lokasi penelitian 518 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

21 No. Narasi Indikator Cara verifikasi Asumsi Tujuan Khusus 4: Menghasilkan informasi teknis sifat biodeteriorasi kayu dan non kayu untuk mengetahui sifat keawetan kayu dan non kayu terhadap jamur, serangga dan penggerek di laut Tujuan Khusus 5: Menghasilkan informasi teknis sifat keterawetan kayu berupa pengujian terhadap kemampuan kayu ditembus bahan pengawet Tujuan Khusus 6: Menghasilkan informasi sifat pengeringan kayu melalui pengeringan alami dan buatan Tujuan Khusus 7: Menghasilkan informasi sifat pengkaratan terhadap kemampuan kayu mempengaruhi logam menjadi korosif Tujuan Khusus 8: Menghasilkan informasi sifat venir dan kayu lapis untuk mengetahui karakter kayu jika dikupas atau direkat dalam proses pembuatan venir dan kayu lapis Tujuan Khusus 9: Menghasilkan informasi sifat kimia dan nilai kalor untuk mengetahui komposisi kimia kayu dan non kayu melalui analisis kimia Dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pemakaian kayu Dipakai sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya dilakukan proses pengawetan Peningkatan mutu dan stabilitasi dimensi kayu dan non kayu dalam penggunaan Bahan pertimbangan dalam pemanfaatan yang berkaitan dengan logam Diketahui kualitas sifat venir untuk kayu lapis Diketahui komponen kimia kayu dan nilai kalor dalam pemanfaatan yang lebih luas Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu 519

22 No. Narasi Indikator Cara verifikasi Asumsi Tujuan Khusus 10: Menghasilkan informasi sifat dan pengolahan pulp/kertas dilakukan melalui pengujian terhadap sifat pengolahan dan pulp yang dihasilkan 3. Output/Luaran: 1. Basis data ciri umum, struktur anatomi, dimensi serat dan dimensi sel jenis kayu dan non kayu 2. Basis data sifat fisis dan mekanis kayu dan non kayu sebagai dasar untuk penggunaan 3. Basis data sifat pemesinan dan pengerjaan kayu dan non kayu sebagai dasar untuk mengetahui karakter dalam proses pengerjaan 4. Basis data sifat keawetan kayu dan non kayu terhadap jamur, serangga dan penggerek di laut 5. Basis data sifat keterawetan kayu berupa pengujian terhadap kemampuan kayu ditembus bahan pengawet 6. Basis data sifat pengeringan kayu melalui pengeringan alami dan buatan 7. Basis data sifat pengkaratan terhadap kemampuan kayu mempengaruhi logam menjadi korosif Diketahui kualitas produk pulp/kertas Minimal 30 laporan ilmiah sifat dasar kayu dan bukan kayu yang kurang dikenal 520 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

KODEFIKASI RPI 23. Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu

KODEFIKASI RPI 23. Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu KODEFIKASI RPI 23 Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF (RPI) TAHUN 2010 2014 PEREKAYASAAN ALAT DAN SUBSTITUSI BAHAN PEMBANTU Jakarta, Februari

Lebih terperinci

SARI HASIL PENELITIAN BAMBU Oleh : Krisdianto, Ginuk Sumarni dan Agus Ismanto

SARI HASIL PENELITIAN BAMBU Oleh : Krisdianto, Ginuk Sumarni dan Agus Ismanto SARI HASIL PENELITIAN BAMBU Oleh : Krisdianto, Ginuk Sumarni dan Agus Ismanto I. PENDAHULUAN Dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, bambu memegang peranan sangat penting. Bahan bambu dikenal

Lebih terperinci

SIFAT ANATOMI EMPAT JENIS KAYU KURANG DIKENAL DI SUMATERA UTARA (Anatomical Properties of Four Lesser Known Species in North Sumatra)

SIFAT ANATOMI EMPAT JENIS KAYU KURANG DIKENAL DI SUMATERA UTARA (Anatomical Properties of Four Lesser Known Species in North Sumatra) SIFAT ANATOMI EMPAT JENIS KAYU KURANG DIKENAL DI SUMATERA UTARA (Anatomical Properties of Four Lesser Known Species in North Sumatra) Oleh /By: Gunawan Pasaribu, Sahwalita & Bonifasius Sipayung ABSTRACT

Lebih terperinci

KODEFIKASI RPI 5. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut

KODEFIKASI RPI 5. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut KODEFIKASI RPI 5 Pengelolaan Hutan Rawa Gambut LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF (RPI) TAHUN 2010 2014 PENGELOLAAN HUTAN RAWA GAMBUT Jakarta, Februari 2010 Disetujui Oleh: Kepala Pusat,

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN MEKANIK KAYU SAMA-SAMA (Pouteria firma) Wood Physical and Mechanical Properties of Pouteria firma

SIFAT FISIK DAN MEKANIK KAYU SAMA-SAMA (Pouteria firma) Wood Physical and Mechanical Properties of Pouteria firma SIFAT FISIK DAN MEKANIK KAYU SAMA-SAMA (Pouteria firma) Wood Physical and Mechanical Properties of Pouteria firma Oleh/by : Mody Lempang, M. Asdar dan Hajar ABSTRACT This research was carried out to identify

Lebih terperinci

Cara Pembuatan Arang Kayu

Cara Pembuatan Arang Kayu Panduan Singkat Cara Pembuatan Arang Kayu Alternatif Pemanfaatan Limbah Kayu oleh Masyarakat Haris Iskandar Kresno Dwi Santosa Malinau Research Forest - CIFOR Pemerintah RI telah mengalokasikan areal hutan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG TATA LAKSANA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG TATA LAKSANA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG TATA LAKSANA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air merupakan salah satu

Lebih terperinci

Berbasis Masyarakat di Indonesia

Berbasis Masyarakat di Indonesia Lahan Gambut Berbasis Masyarakat di Indonesia i3 Dipublikasikan oleh: Wetlands International Indonesia Programme PO. Box 254/BOO Bogor 16002 Jl. A. Yani 53 Bogor 16161 INDONESIA Fax.: +62-251-325755 Tel.:

Lebih terperinci

SISTEM AGROFORESTRI DI INDONESIA

SISTEM AGROFORESTRI DI INDONESIA Bahan Ajar 1 SISTEM AGROFORESTRI DI INDONESIA Kurniatun Hairiah, Sunaryo dan Widianto TUJUAN Mengenal bentuk-bentuk agroforestri yang ada di Indonesia Memahami evolusi dan proses-proses yang terjadi dalam

Lebih terperinci

ALAT BANTU LOGGING UNTUK MENGURANGI SELIP PADA JALAN YANG LICIN Oleh : Yuniawati, Dulsalam, Maman Mansyur Idris, Sukadaryati dan Sona Suhartana

ALAT BANTU LOGGING UNTUK MENGURANGI SELIP PADA JALAN YANG LICIN Oleh : Yuniawati, Dulsalam, Maman Mansyur Idris, Sukadaryati dan Sona Suhartana ALAT BANTU LOGGING UNTUK MENGURANGI SELIP PADA JALAN YANG LICIN Oleh : Yuniawati, Dulsalam, Maman Mansyur Idris, Sukadaryati dan Sona Suhartana Abstrak Kegiatan pengangkutan kayu membutuhkan kelancaran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

KOMPONEN KIMIA DAN ANATOMI TIGA JENIS BAMBU E. Manuhuwa *) dan M. Loiwatu*)

KOMPONEN KIMIA DAN ANATOMI TIGA JENIS BAMBU E. Manuhuwa *) dan M. Loiwatu*) KOMPONEN KIMIA DAN ANATOMI TIGA JENIS BAMBU E. Manuhuwa *) dan M. Loiwatu*) Chemical Component and Anatomical Features of Three Species of Bamboo ABSTRACT As a versatile plant, the basic properties of

Lebih terperinci

Rehabilitasi hutan di Indonesia

Rehabilitasi hutan di Indonesia Tinjauan Rehabilitasi Hutan Pelajaran dari Masa Lalu Rehabilitasi hutan di Indonesia Akan kemanakah arahnya setelah lebih dari tiga dasawarsa? Editor Ani Adiwinata Nawir Murniati Lukas Rumboko Center for

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber

Lebih terperinci

KODEFIKASI RPI 25. Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

KODEFIKASI RPI 25. Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan KODEFIKASI RPI 25 Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan Lembar Pengesahan Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan 851 852 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Lebih terperinci

INDRAYANI G 621 07 054

INDRAYANI G 621 07 054 MODEL PENGERINGAN LAPISAN TIPIS TEMU PUTIH (Curcuma Zedoaria Berg. Rosc) SKRIPSI Oleh INDRAYANI G 621 07 054 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS GENTENG BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT IJUK DAN PENGURANGAN PASIR

ANALISIS KUALITAS GENTENG BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT IJUK DAN PENGURANGAN PASIR ANALISIS KUALITAS GENTENG BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT IJUK DAN PENGURANGAN PASIR PROYEK AKHIR Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Guna Memenuhi sebagian Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A14105662

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A14105662 STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : DIAN HERYANTO A14105662 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KONDISI DAN PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN

KONDISI DAN PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN 2 KONDISI DAN PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN doc. Togu Manurung 2.1. Tutupan Hutan dan Perubahannya Tutupan Hutan Semula: dari Jaman Prapertanian sampai tahun 1900 Berdasarkan kondisi iklim dan topografi yang

Lebih terperinci

Sistem Komoditas Kedelai

Sistem Komoditas Kedelai CGPRT NO 17 Sistem Komoditas Kedelai di Indonesia Pusat Palawija Daftar Isi Halaman Daftar Tabel dan Gambar... vii Pengantar... xi Prakata... xii Pernyataan Penghargaan... xiii Ikhtisar... xv 1. Pendahuluan...

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBUATAN ALAT PERAGA KIMIA SEDERHANA UNTUK SMA

PEDOMAN PEMBUATAN ALAT PERAGA KIMIA SEDERHANA UNTUK SMA PEDOMAN PEMBUATAN ALAT PERAGA KIMIA SEDERHANA UNTUK SMA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

W A D I Y A N A S940907117

W A D I Y A N A S940907117 KAJIAN KARAKTERISTIK BATU ALAM LOKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BATA MERAH PEJAL UNTUK PEMBANGUNAN DAN REHABILITASI RUMAH SEDERHANA CHARACTERISTIC S STUDY OF NATURAL LOCAL STONE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi untuk mengetahui besarnya dana yang harus disediakan untuk sebuah

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi untuk mengetahui besarnya dana yang harus disediakan untuk sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Estimasi biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek konstruksi. Kegiatan estimasi adalah salah satu proses utama dalam proyek konstruksi untuk mengetahui

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 12 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka konservasi sungai, pengembangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGELOLAAN SAMPAH SECARA TERPADU DI KAMPUNG NITIPRAYAN

TUGAS AKHIR PENGELOLAAN SAMPAH SECARA TERPADU DI KAMPUNG NITIPRAYAN TA/TL/2008/0254 TUGAS AKHIR PENGELOLAAN SAMPAH SECARA TERPADU DI KAMPUNG NITIPRAYAN Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Teknik

Lebih terperinci

PEDOMAN KRITERIA TEKNIS

PEDOMAN KRITERIA TEKNIS PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.41/PRT/M/2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG PEDOMAN PENATAAN RUANG KAWASAN REKLAMASI PANTAI

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK LOKASI SENTRA INDUSTRI DI KECAMATAN KALIKOTES KABUPATEN KLATEN TAHUN 2011. Oleh : SARWORINI NIM : K5402039

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK LOKASI SENTRA INDUSTRI DI KECAMATAN KALIKOTES KABUPATEN KLATEN TAHUN 2011. Oleh : SARWORINI NIM : K5402039 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK LOKASI SENTRA INDUSTRI DI KECAMATAN KALIKOTES KABUPATEN KLATEN TAHUN 2011 Oleh : SARWORINI NIM : K5402039 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DALAM PENGOLAHAN SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH : AMINAH NUR M.

ANALISIS NILAI TAMBAH DALAM PENGOLAHAN SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH : AMINAH NUR M. ANALISIS NILAI TAMBAH DALAM PENGOLAHAN SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH : AMINAH NUR M.L 090304067 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

STUDI LATAR BELAKANG: PENGGUNAAN LIMBAH DAN PRODUK SAMPINGAN KELAPA SAWIT SECARA BERKELANJUTAN

STUDI LATAR BELAKANG: PENGGUNAAN LIMBAH DAN PRODUK SAMPINGAN KELAPA SAWIT SECARA BERKELANJUTAN STUDI LATAR BELAKANG: PENGGUNAAN LIMBAH DAN PRODUK SAMPINGAN KELAPA SAWIT SECARA BERKELANJUTAN TERINTEGRASI DENGAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT UNTUK PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA, KELESTARIAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci