LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT ( EHRA ) KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT ( EHRA ) KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT"

Transkripsi

1 LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT ( EHRA ) KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat Juni Tahun

2 2

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 2 DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF... 6 DAFTAR TABEL... 8 DAFTAR GRAFIK... 9 DAFTAR FOTO...8 BAB I. PENDAHULUAN...9 BAB II. METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA Penentuan Target Area Survey Penentuan Jumlah/Besar Responden Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei BAB III. HASIL STUDI EHRA KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pembuangan Air Limbah Domestik Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga Perilaku Higiene Kejadian Penyakit Diare BAB IV. PENUTUP LAMPIRAN

4 DAFTAR SINGKATAN BAB BABS CTPS EHRA PAL-RT PAM-RT PHBS Pokja PPSP PS-RT SPAL SSK STBM WC : Buang air besar : Buang air besar sembarangan : Cuci tangan pakai sabun : Environmental Health Risk Assessment : Pengolahan air limbah rumah tangga : Pengolahan air minum rumah tangga : Perilaku hidup bersih dan sehat : Kelompok kerja : Percepatan pembangunan sanitasi pemukiman : Pengolahan sampah rumah tangga : Saluran pembuangan air limbah : Strategi sanitasi kabupaten/kota : Sanitasi total berbasis masyarakat : Water closet 4

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan laporan studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2014 dapat diselesaikan. Penyusunan laporan ini merupakan rangkaian dari penyusunan buku putih dan stategi sanitasi kota (SSK) dalam kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) yang berisikan hasil dari survei parstisifatif di tingkat kabupaten yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat. Data dan informasi yang tersaji dalam laporan ini merupakan hasil kerjasama dari semua anggota satker yang tergabung dalam POKJA SANITASI KabupatenTulang Bawang Barat tahun 2014, masyarakat dan pejabat didaerah terpilih serta di dukung oleh kerja keras dari semua tim. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpasitifatif dalam segala proses pelaksanaan studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) dan penyusunan laporan Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Tulang Bawang Barat ini. Kami menyadari kemungkinan adanya kekurangan data, analisa dan hal lain yang luput dari pemantauan kami, untuk itu kami mohon masukan dan koreksinya untuk lebih mengoptimalkan kesempurnaan laporan ini, sehingga dapat lebih bermanfaat pada masa yang akan datang. Akhirnya, walaupun laporan ini bukan satu-satunya acuan dalam buku putih dan Strategi Sanitasi Kota tetapi bisa menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan dan pengembangan program sanitasi pada masa yang akan datang di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Tim Penyusun 5

6 RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan hasil studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) yang telah dilaksanakan dapat diketahui kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup layanan pengelolaan sampah, pembuangan air limbah domestik, jamban dan sumber air minum. Sedangkan perilaku yang dipelajari terkait dengan higinitas dan sanitasi yang mengacu pada 5 pilar Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu Stop buang air besar sembarangan (BABS), cuci tangan pakai sabun (CTPS), Pengelolaan air minum rumah tangga (PAM-RT), pengelolaan sampah rumah tangga (PS-RT), dan pengelolaan air limbah rumah tangga (PAL-RT)/ drainase lingkungan. Kondisi sampah dikabupaten Tulang Bawang Barat masih 100% belum terlayani, pelayanan yang ada belum memadai. Tidak ada sampah yang diangkut oleh tukang sampah, sampah biasany langsung dibakar atau dibuang ke sungai, pantai, lahan kosong/kebon, dan lubang tanah, hal ini bertentangan dengan UU no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah sedangkan pengolahan sampah setempat yang tidak diolah sebesar 96 %, hal ini berarti hanya sebesar 4 % saja sampah yang sudah dikelola. Besarnya sampah yang belum mendapatkan layanan, belum dilakukan pengolahan dan masih rendahnya perilaku pemilahan sampah rumah tangga yang dilakukan juga menambah permasalahan. Tidak dilakukannya pemilahan sampah menunjukkan pemanfaatan sampah belum maksimal. Pada semua klaster menunjukkan semua sampah masih dibakar, Sampah yang langsung dibuang sembarang akan mengundang bau dan binatang pembawa penyakit seperti anjing, tikus, lalat, nyamuk dan sebagainya. Adapun kondisi pembuangan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang Barat prosentase kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) sebesar 41,3%, berarti semua rumah tangga sudah mempunyai SPAL, tetapi pencemaran yang diakibatkan oleh SPAL yang tidak aman paling tinggi pada klaster 3 diikuti dengan klaster 1, Saluran air limbah domestik disini tidak mencakup saluran pembuangan air tinja. Prosentase kepemilikan jamban sebesar 89,8% tetapi kepemilikan saluran pembuangan akhir air tinja lebih kecil sebesar 41,3%% saja hal ini berarti masih ada yang membuang selain ke tangki septik, masih ada 47 % pada klaster kabupaten yang membuang ke cubluk atau lubang tanah. Prosentase orang dewasa yang buang air besar dijamban sebesar 87,6% di Jamban pribadi dan 1,5% di MCK, akan tetapi permasalahan disini adalah masih adanya orang dewasa yang Buang Air Besar Sembarangan di Sungai (1,5%), di kebun (4,7%) dan kelubang galian (3,5%), hal ini terkait dengan profesi masyarakat dewasa di kabupaten Tulang Bawang Barat yang mana sebagian besar Masyarakat adalah petani buruh, misalnya penyadap karet yang beralasan tidak sempat bila harus puang kerumah untuk BAB di Jamban pribadi. hal ini tidak diikuti kesadaran ibu membuang tinja bayi ke jamban juga, hanya 26% saja tinja bayi yang dibuang ke jamban sisanya masih sembarangan seperti di kebun, sungai dan lain-lain. Hal ini didukung oleh kepemilikan jamban Kabupaten sebesar 67% dan perilaku rumah tangga yang masih BABS di kabupaten sebesar 89,8%. Kondisi drainase lingkungan sekitar rumah di Kabupaten Tulang Bawang Barat ditunjukkan dengan 91% halaman yang bebas dari genangan air atau banjir, Hal ini didukung oleh kepemilikan SPAL yang mencapai 54,6%. Sebagian besar sumber air yang menjadi genangan disini berasal dari limbah air kamar mandi dan dapur. Dan halaman rumah dari air hujan dan kepemilikan SPAL yang masih kurang baik karena masih ada sampah dedaunan dari pohon yang ada dihalaman. Perilaku menggunakan sabun sudah bagus yaitu sebesar 98,8%, tetapi belum diikutiperilaku cuci tangan di lima waktu penting yang masih rendah untuk Kabupaten hanya 9,9 % yang berperilaku CTPS di lima waktu penting, begitu pula pada masing-masing klaster. Prosentase tertinggi pada klaster 1 (12,5%), kemudian klaster 2 (12,3%) dan 3 (9,4%), sedangkan klaster 4 semua responden hanya (1,3%) yang melakukan CTPS di lima waktu penting. Hal ini bisa terjadi karena penggunaan sabun terbesar pada saat mandi, memandikan anak dan mencuci pakaian bukan pada saat lima waktu penting. 6

7 Air bersih dalam rumah tangga biasanya digunakan untuk minum, memasak, cuci piring & gelas, cuci pakaian dan mengosok gigi. Sumber air bersih untuk minum yang berasal dari air sumur gali terlindungi paling tinggi terjadi pada klaster 2 yaitu 32,1%, diikuti kabupaten Tulang Bawang Barat sebesar 19,3%, pada klaster 3 penggunaan air botol kemasan sebesar 18,8%, Klaster 1 merupakan pengguna terendah dalam penggunaan air sumur gali terlindungi sebesar 1,3%, Hal ini berarti semua pada seluruh klaster pengunaan tertinggi adalah memakai sumur gali terlindungi. Salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik dan pembuangan sampah serta air limbah yang tidak baik adalah diare.. Kejadian diare yang paling dekat terjadi 6 bulan yang lalu. Anggota keluarga yang terserang paling tinggi adalah orang dewasa (60%) pada kabupaten dan tertinggi terjadi pada klaster 2 (69,0%) diikuti anak remaja (64%) pada klaster 3 lalu anak-anak balita (50,0%) pada klaster,. dan yang paling rendah anak-anak non balita (35,7%), Hal ini antara lain disebabkan perilaku yang masih membuang tinja bayi yang sembarangnya, masih rendahnya kebiasaan ibu CTPS di lima waktu penting, sumber air yang dekat dengan pembuangan tinja dan masih 17,5% pencemaran pada wadah penyimpanan air. Panaragan, Juni 2014 Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat Kepala Sie. Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat MAJRIL,S.Kep, MM NIP LASMA RIZAL, A.Md.KL NIP Mengetahui Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat dr. WITA HESTRIANI Pembina NIP

8 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kategori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Tabel 2. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat Tabel 3. Kecamatan dan Desa/Kelurahanterpilih untuk survei EHRA 2014 KabupatenTulang Bawang Barat Tabel 4. Jumlah desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA...14 Grafik 2. Prosentase layanan pengelolaan sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat...18 Grafik 3. Prosentase pengolahan sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 4. Prosentase pengelolaan sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 5. Prosentase praktek pemilahan sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 6. Tempat BAB di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 7. Prosentase kepemilikan jamban di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 8. Prosentase saluran akhir pembuangan air tinja di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 9. Prosentase tempat pembuangan tinja balita di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 10. Prosentase keamanan tangki septik di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 11. Prosentase jumlah KK yang mempunyai SPAL di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 12. Prosentase pencemaran karena SPAL di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 13. Prosentase adanya genangan air di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 14. Prosentase rumah tangga yang sering banjir di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 15. Prosentase halaman rumah bebas genangan air/banjir di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 16. Prosentase lokasi genangan banjir di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 17. Prosentase frekuensi rutin terjadinya banjir di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 18. Prosentase lamanya genangan air/ banjir di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 19. Prosentase sumber air minum pada rumah tangga di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 20. Prosentase sumber air untuk memasak di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 21. Prosentase pencemaran pada sumber air terlindungi di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 22. Prosentase keamanan sumber air tidak terlindungi di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 23. Prosentasepengolahan air sebelum digunakan di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 24. Prosentase pemakaian sabun pada hari ini atau kemarin di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 25. Prosentase CTPS pada lima waktu penting di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 26. Prosentase keberadaan sabun di dalam/ dekat jamban di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 27. Prosentase penanganan sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 28. Prosentase waktu kejadian diare paling dekat anggota keluarga di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 29. Prosentase anggota keluarga yang terkena diare di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 30. Prosentase kondisi jamban bebas dari tinja, kecoa dan lalat di Kabupaten Tulang Bawang Barat Grafik 31. Prosentase perilaku PHBS di Kabupaten Tulang Bawang Barat

10 BAB I. PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena: 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat 2. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda 3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang; 4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan. 5. EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholders dan masyarakat di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa 6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah: 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi KabupatenTulang Bawang Barat. Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi KabupatenTulang Bawang Barat.Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi KabupatenTulang Bawang Barat dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. 10

11 BAB II. METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja AMPL dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 1 (satu) hari. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikatorindikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan KabupatenTulang Bawang Barat. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja AMPL. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut: 1. Penanggungjawab : Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat 2. Koordinator Survey : Pokja - Dinas Kesehatan 3. Anggota : BAPPEDA, BPMD, BLHD, PU, dll 4. Koordinator wilayah/kecamatan : Kepala Puskesmas 5. Supervisor : Sanitarian Puskesmas 11

12 6. Tim Entry data : Bag. Pengolahan Data 7. Tim Analisis data : Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat 8. Enumerator : Kader aktif desa (STBM, PKK, Posyandu, KB, dll) 2.1. Penentuan Target Area Survey Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah Probability Sampling dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Teknik ini sangat cocok digunakan di KabupatenTulang Bawang Barat mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: ( Pra-KS + KS-1) Angka kemiskinan = X 100% KK 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah KabupatenTulang Bawang Barat menghasilkan kategori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko KabupatenTulang Bawang Barat. Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori Klaster Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko 12

13 Katagori Klaster Klaster 4 Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko Klastering wilayah di Kabupaten Tulang Bawang Barat menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Tabel 2. Hasil klastering desa/ kelurahan di KabupatenTulang Bawang Barat No. Klaster Jumlah Nama Desa Pagar Dewa, Penumangan, Margodadi, Panaragan Gunung Katun Malay, Gunung Katun Tanjungan, Bandar Dewa, Menggala Mas, Penumangan Baru, Gedung Ratu, Karta, Pagar Dewa Suka Mulya Tunas Asri, Wonokerto, Toto Wono Dadi, Kibang Tri Jaya, Candra kencana, Mulya Asri, Mulya Jaya, Mulya Kencana, Panaragan Jaya, Panaragan Jaya Indah, Panaragan Jaya Utama, Pulung Kencana, Tirta Kencana, Kagungan Ratu, Karta Raharja, Karta Sari, Marga Kencana, Way Sido, Daya Asri, Dayamurni, Daya Sakti, Gunung Menanti, Gunung Timbul Makarti, Margo Mulyo, Murni Jaya, Sumber Rejo, Bujung Dewa, Bujung Sari Marga, Cahyo Randu, Marga Jaya Indah, Gilang Tunggal Makarta, Gunung Sari, Kibang Budi Jaya, Kibang Yekti Jaya, Lesung Bakti Jaya, Mekar Sari Jaya, Pagar Jaya, Sumber Rejo, Gunung Terang Wonorejo, Agung Jaya, Balam Asri, Balam Jaya, Indraloka I, Indraloka II, Mercubuana, Pagar Buana, Toto Wono Giri, Tunas Jaya, Suka Jaya, Marga Jaya, Mekar Jaya, Bangun Jaya, Jaya Murni, Tri Tunggal Jaya, Sumber Jaya, Mulya Sari, Sakti Jaya, Marga Sari, Setia Bumi, Toto Katon, Panca Marga, Margo Mulyo, Kagungan Jaya, Sidomakmur, Terang Bumi Agung, Gunung Agung, Terang Mulya, Toto Mulyo, Kibang Mulya Jaya. Hasil klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang terdiri atas 86 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebagai berikut : 1) klaster 0 sebanyak 0%. 2) klaster 1 sebanyak 3,44%, 3) klaster 2 sebanyak 6,02%, 4) klaster 3 sebanyak 33,54%, dan 5) klaster 4 sebanyak 26,66%. Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA. 13

14 Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA 2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden Untuk mendapatkan gambaran kondisi sanitasi di tingkat kabupaten/kota, dengan presisi tertentu, tidak dibutuhkan besaran sampel yang sampai ribuan rumah tangga. Sampel sebesar 30 responden untuk tiap kelurahan/desa, dengan teknik statistik tertentu dan dianggap sebagai jumlah minimal yang bisa dianalisis. Akan tetapi, dalam praktiknya, bila ditargetkan 30, seringkali tidak memenuhi target, dikarenakan oleh sejumlah error (kesalahan pewawancara, entry team, kuesioner, dll), sehingga seringkali sampel yang ditargetkan 30 hanya terealisir sekitar saja. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota dapat dengan cara sederhana untuk yaitu dengan menggunakan Tabel Krejcie-Morgan yang mempunyai tingkat kepercayaan 95%, sebagai berikut. Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah % % KK Sampel KK Sampel KK Sampel % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % 14

15 Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah % % KK Sampel KK Sampel KK Sampel % % % % % % % % % 10, % % % 15, % % % 20, % % % 30, % % % 40, % % % 50, % % % 75, % % % 100, % 2.3. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 10 desa/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke-10 desa/ kelurahan tersebut disajikan pada tabel sebagai berikut Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA KabupatenTulang Bawang Barat No Klaster Kecamatan DesaTerpilih Pagar Dewa Pagar Dewa Jumlah Dusun 5 Jumlah RT 10 Jml Dusun/RT terpilih 2 Jumlah Responden Tulang Bawang Tengah Penumangan, Tumijajar Tulang Bawang Tengah Lambu Kibang Margodadi Gunung Katun Malay Kibang Tri Jaya Gunung Terang Toto Wonodadi Tulang Bawang Tengah Tunas Asri Wonokerto Gunung Agung Wonorejo Way Kenanga Agung Jaya

16 2.4. Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut. Urutkan RT per RW per kelurahan. Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil. Jumlah total RT kelurahan : X. Jumlah RT yang akan diambil : Y Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3. Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z=... dst. Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb. Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung. Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5 Ambil/kocok angka secara random antara 1 AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2 Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, = 7 dst. 16

17 BAB III HASIL STUDI EHRA DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pengelolaan sampah rumah tangga merupakan pilar ke 4 dari lima pilar Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM). Prinsip utama dalam pengelolaan sampah adalah untuk meminimalkan resiko kesehatan dan sampah tidak dapat dijangkau oleh binatang seperti lalat, anjing, kucing, tikus dan lain-lain. Layanan Pengelolaan Sampah 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% n % n % n % C9. Berapa biaya yang dikeluarkan dalam sebulan untuk membayar layanan sampah? 2 C9. Berapa biaya yang dikeluarkan dalam sebulan untuk membayar layanan sampah? 0 C7. Apakah layanan pengangkutan sampah oleh petugas sampah dibayar? Tidak C6. Dari pengalaman, dalam sebulan terakhir ini, apakah sampah selalu diangkut tepat waktu? Tidak tahu Grafik 2. Prosentase layanan pengelolaan sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat Dari Grafik diatas dapat diketahui bahwa dari nilai total kabupaten (no.6) masih 100 % sampah belum diangkut tukang sampah hal ini berarti masih sebagian besar pengelolaan sampah belum terlayani. Berdasarkan pengamatan 99,8 % layanan sampah tidak memadai, frekuensi pengangkutan juga tidak memadai dan tidak tepat waktu dalam pengangkutan sampah. 17

18 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA (%) Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Dibiarkan saja sampai membusuk Dibuang ke sungai/kali/laut/danau Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibakar Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang Grafik 3. Prosentase pengolahan sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat Pengolahan sampah setempat yang tidak diolah di kabupaten (No.10) sebesar 96 %, hal ini berarti hanya sebesar 4 % saja sampah yang sudah dikelola. Pengelolaan sampah yang paling besar antara lain dengan cara dibakar, terdapat pada klaster 1 yaitu 90 % diikuti klaster 2 (66%), klaster 3 (68%) dan klaster 4 (48%). Sedangkan rumah tangga di klaster 1 masih 10 % dibuang ke lubang yang tidak ditutup dengan tanah, dibiarkan membusuk dibuang tidak tertutup dan lain lain. Perilaku membakar dan membuang ini berpotensi merusak lingkungan. Tidak sesuai dengan undang-undang No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah yang didalamnya terkandung mengenai larangan pembakaran sampah yang tidak sesuai dengan peraturan teknis dan pembuangan sampah ditempat terbuka atau tidak pada tempatnya. Sampah yang dibuang begitu saja akan mengundang lalat, anjing atau kucing yang dapat menularkan penyakit. 18

19 PEMILAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA YA TIDAK n % n % n % Grafik 4. Prosentase praktek pemilahan sampah oleh rumah tangga Lebih dari 83,3 % rumah tangga di kabupaten Tulang Bawang Barat belum melakukan pemilahan sampah, hanya 16,7% saja yang melakukan pemilahan sampah. Klaster 2 merupakan tertinggi yang belum melakukan pemilahan sampah diikuti klaster 1, klaster 2, dan klaster 3. Sampah langsung dibakar atau dibuang ke lubang atau dikebun tanpa ada pemilahan sebelumnya. Pemilahan sampah perlu dilakukan agar kita mendapat manfaat lebih besar dari sampah dan mengurangi masalah yang ditimbulkan akibat sampah. Sampah organik bisa dijadikan pupuk kompos atau bisa dikeringkan menjadi barang kerajinan sedangkan sampah an organik bisa dipilah antara gelas, plastik, kaca dll yang bisa langsung dijual atau didaur ulang Pembuangan Air Limbah Domestik Pembuangan air limbah domestik mengacu pada pilar ke 5 dari Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu pengelolaan limbah cair rumah tangga. Limbah cair disini berasal dari air limbah dapur, air dari kamar mandi, air bekas cucian dan lain-lain selain air dari jamban. Pada prinsipnya tidak mencemari sumber air minum baik yang air dipermukaan maupun air didalam tanah, tidak menjadi media tempat berkembangnnya binatang pembawa penyakit, tidak mengotori permukaan tanah dan menimbulkan bau serta pelestarian sumber daya air. Pembuangan air limbah rumah tangga harus dibedakan dengan pembuangan dari jamban. Masyarakat harus buang air besar di jamban yang sehat. Stop buang air besar sembarangan (STOP BABS) merupakan pilar pertama dari Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM). Diharapkan tidak ada lagi masyarakat yang buang air besar sembarangan seperti di kebun, semak-semak, sungai, pantai dan lain-lain. Pada prinsipnya kegiatan STBM adalah tanpa bantuan, dan seluruh komponen masyarakat ikut terlibat. 19

20 Axis Title 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tempat Buang Air Besar 87.6% 1.5%.5% 1.5% 4.7%.2% 3.5% 1.2%.7% Jamba MCK/ n WC pribad Umum i Ke WC heliko pter Ke sungai /panta i/laut Ke kebun /pekar angan Ke Ke seloka lubang n/pari galian t/got Lainny a, Tempat Buang Air Besar 87.6% 1.5%.5% 1.5% 4.7%.2% 3.5% 1.2%.7% Grafik 5. Tempat Buang Air Besar (BAB) di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Tidak tahu KEPEMILIKAN JAMBAN Memiliki Jamban Tidak memiliki Jamban Grafik 6. Prosentase kepemilikan jamban di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Dari grafik 5 dapat diketahui bahwa sudah 87,6% anggota keluarga yang dewasa sudah buang air besar di jamban pribadi. 1,5 % di Wc Umum, 1,5% masih buang air besar di sungai atau pantai, 4,7% di Pekarangan, 3,5% keselokan dan kurang dari 2% dengan cara Wc Helikopter tidak tahu dan lainnya. Hal ini didukung oleh kepemilikan jamban Kabupaten sebesar 89,8% (Grafik.6= tentang kepemikan jamban). Kepemilikan jamban disini adalah rumah tangga yang mempunyai jamban sehat. Prosentase tertinggi yang belum memiliki jamban adalah rumah tangga di klaster 1 yaitu 97,5% kemudian klaster 2 95,3%, klaster 3 77,4% dan pada klaster 4 72,2% yang tidak memiliki jamban. 20

21 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Tidak tahu kab. % 4 % 3 % 2 % 1 % Tempat penyaluran buangan akhir tinja Grafik 7. Prosentase saluran akhir pembuangan air tinja di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Prosentase rumah tangga yang mempunyai saluran akhir pembuangan air tinja ke tangki septik tertinggi adalah rumah tangga di klaster 3 yaitu 56,3%, yang berarti semua rumah tangga di klaster 3 jambannya sudah mempunyai tangki septik, semakin besar klaster maka semakin kecil kepemilikan saluran akhir pembuangan air tinja di tangki septik. Selain dibuang ke tangki septik masih banyak juga air tinja yang dibuang ke cubluk/ lobang tanah sebesar 53,8% di klaster 2. Dengan masih banyaknya air tinja yang dibuang ke cubluk, langsung drainase, kolam, sungai, maka berpeluang besar akan menimbulkan pencemaran dan cepatnya penyebaran penyakit. 21

22 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tempat Pembuangan Tinja Balita Ke WC/Jamban Ke tempat sampah Ke kebun/pekarangan/jalan Ke sungai/selokan/got Lainnya Tidak tahu Kab Klaster 4 Klaster 3 Klaster 2 Klaster 1 Tempat pembuangan tinja balita Grafik 8. Prosentase tempat pembuangan tinja balita di Kabupaten Tulang Bawang Barat Dari grafik 9 diketahui 45 % masing-masing klaster tidak tahu tinja balita dibuang kemana. Hanya 26% tinja balita dibuang ke WC/Jamban. Hal ini menunjukkan perilaku orang dewasa yang sudah 87,6% buang air besar di jamban tidak diikuti dengan balita mereka. Klaster 2 lebih tinggi (33,5%) dari klaster 3 (21,9%) yang membuang tinja balitanya ke WC/Jamban, diikuti klaster 3 (17,5)% dan klaster 1 (16,3%). 22

23 Jumlah KK yang mempunyai SPAL (%) 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 54.6% 45.4% Prosentase Kabupaten 10.0%.0% Ya Tidak ada Jumlah KK yang mempunyai SPAL (%) Grafik 11. Prosentase Jumlah KK yang mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Kabupaten Tulang Bawang Barat Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir Adanya genangan air (%) genangan air ada genangan air tidak ada Grafik 13. Prosentase adanya genangan air di Kabupaten Tulang Bawang Barat 23

24 Dari gambar 13 dapat diketahui bahwa adanya genangan air di Kabupaten Tulang Bawang Barat sebesar 11,9%. Dan prosentase yang tidak memiliki genangan air adalah 88,1%. Rumah Tangga yang sering mengalami banjir (%) Tidak pernah Beberapa kali dalam Tidak tahu Sekali dalam setahun Sekali atau beberapa dalam sebulan Grafik 14. Prosentase rumah tangga yang sering mengalami banjir 120 Halaman rumah bebas genangan (%) klaster 0 klaster 1 klaster 2 klaster 3 Kab Ya Tidak Grafik 15. Prosentase halaman rumah bebas genangan di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 24

25 Lokasi genangan air/banjir (%) klaster 0 klaster 1 klaster 2 klaster 3 Kab Lainnya Dekat bak penampungan Dekat kamar mandi Dekat dapur Halaman rumah Grafik 16. Prosentase lokasi genangan air/ banjir di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Dari grafik 14 dapat diketahui bahwa rumah tangga di Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk masingmasing klaster 80% tidak sering mengalami banjir, untuk kabupaten sebesar 91 % hal ini selaras prosentase dengan adanya genangan di halaman yang 91 % juga (Grafik 15).Prosentase rumah tangga yang mengalami banjir sekali dalam setahun dijumpai sebesar 8% pada klaster 3 kemudian 2 % pada klaster 1 dan klaster 2. Lokasi terjadinya banjir paling besar untuk klaster 1,2 dan 3 adalah dihalaman rumah, diikuti dekat kamar mandi dan dekat dapur. Hal ini karena sumber air genangan paling besar berasal dari air limbah kamar mandi dan air hujan serta karena rendahnya kepemilikan SPAL rumah tangga (Grafik 16). Frekuensi rutin terjadinya banjir (%) Ya Tidak Grafik 17. Prosentase frekuensi genangan banjir di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 25

26 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% LAMANYA AIR MENGERING (%) Tidak tahu Lebih dari 1 hari Satu hari Setengah hari Antara 1 3 jam Kurang dari 1 jam Grafik 18. Prosentase lamanya genangan banjir di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Frekuensi genangan banjir secara rutin di Kabupaten Tulang Bawang Barat sebesar 18,2% dan 81,8% banjir yang terjadi tidak rutin. Pada klaster klaster 3 adalah kalster yang sering terjadi banjir (24,0%),diikuti klaster 4 sebesar 21,7%, sedangkan klaster 2 hanya 5,6%sedangkan pada klaster 1 responden tidak ada yang menjawab tidak pernah mengalami banjir 0%, hal ini dapat dilihat pada Grafik.17. Lama terjadinya genangan banjir pada waktu lebih dari satu hari tertinggi pada klaster 4 yaitu 80,0%, banjir dengan waktu setengah hari dan antara 1 3 jam sama terjadi dengan jawaban responden pada klaster 3 yaitu 33,3%, sedangkan pada klaster 2 lamanya genangan air responden menjawab 33,3% satu hari dan 33,3% < 1 jam, pada kabupaten lamanya genangan air yang terlama adalah lebih dari 1 hari sebesar 35,7%. Hal ini antara lain karena banyaknya benda yang dapat menyebabkan genangan dihalaman, air tidak dapat mengalir dan banyaknya sampah yang dapat menyumbat saluran air. Tabel 4. Jumlah desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir No. Kecamatan Jumlah Kelurahan/Desa Jumlah Kelurahan/Desa Sering Banjir 1 Tulang Bawang Tengah Tumijajar Tulang Bawang Udik Gunung Agung Gunung terang Lambu Kibang Way Kenanga Pagar Dewa 5 1 Jumlah

27 3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sumber air minum (%) Klaster Kab Klaster 4 Klaster 3 Klaster 2 Klaster 1 Grafik 19. Prosentase sumber air minum pada rumah tangga di kabupatentulang Bawang Barat. Air bersih dalam rumah tangga biasanya digunakan untuk minum, memasak, cuci piring & gelas, cuci pakaian dan mengosok gigi. Sumber air bersih untuk minum yang berasal dari air sumur gali terlindungi paling tinggi terjadi pada klaster 2 yaitu 32,1% %, diikuti kabupaten Tulang Bawang Barat sebesar 19,3% %, pada klaster 3 penggunaan air botol kemasan sebesar 18,8%, Klaster 1 merupakan pengguna terendah dalam penggunaan air sumur gali terlindungi sebesar 1,3%, Hal ini berarti semua pada seluruh klaster pengunaan tertinggi adalah memakai sumur gali terlindungi. 27

28 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sumber air memasak (%) Klaster Kab Klaster 4 Klaster 3 Klaster 2 Klaster 1 Grafik 20. Prosentase sumber air untuk memasak di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penggunaan air untuk memasak rata rata menggunakan air sumur gali terlindungi persentase tertinggi terjadi pada klaster 2 yaitu 32,1%, Pada kabupaten penggunaan air untuk memasak yang bersumber dari sumur gali terlindungi air untuk memasak pada rumah tanggaa di Kabupaten sama dengann klaster 1 yaitu sebesar 20,5%, semua rumah tanggaa juga menggunakan air sumur gali terlindungi untuk memasak. Selain menggunakan air sumur gali terlindungi mereka juga mengunakan air sumur gali tidak terlindungi, PDAM, sumur pompa dan mata air terlindungi. Sumber air terlindungi (%) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Ya Tidak Kab Klaster Barat. Grafik 21. Prosentase pencemaran pada sumber air terlindungi di Kabupaten Tulang Bawang 28

29 120.0 Penggunaa an sumber air tidak terlindungi (%) Kab Ya Tidak Klaster Barat. Grafik 22. Prosentase keamanan sumber air tidak terlindungi di Kabupaten Tulang Bawang Dari grafik 21 & 22 dapat diketahui bahwa sumber air terlindung yang digunakan ternyata sebesar 99% tidak terlindungi hal ini berarti sumber air terlindung tersebut tercemar sedangkann penggunaan sumber air tidak terlindungi sebesar 73,0% tidak aman bahkan pada klaster 3 sebesar 9,4%. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Pengolahan air sebelum digunakan (%) Kab Klaster Tidak Ya Grafik 23. Prosentase pengolahan air sebelum digunakan di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sebelum air digunakan oleh rumah tangga untuk minum dan memasak dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pengelolaan air minum rumah tangga merupakan pilar ke 3 Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM). Prosentasee rumah tanggaa yang mengelola atau menangani air sebelum digunakann di kabupaten sebesar 94,3% %. Prosentasee yang tertinggi dijumpai pada klaster 3 (100%) artinya hampir semua responden menyatakan mengolah air minum sebelum digunakan, diikuti klaster 4, 2, dan 1 yang masing-masing sebesar 97,5%, 96,7% dan 82,5% %. Pengolahan air yang paling besar dengann cara direbus. Disini ada yang menarik pada klaster 1 dari grafik 23 diketahui semua warga memakai air sumur gali terlindungi tetapi kesadaran untuk mengolah air 29

30 sebelum digunakan malah paling kecil diantara klaster-klaster yang lain. Perlu dilakukan promosi kesehatan lagi di daerah tersebut. 3.5 Perilaku Higiene Salah satu perilaku higiene atau perilaku hidup bersih dan sehat adalah cuci tangan pakai sabun (CTPS). CTPS merupakan pilar ke 2 Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM) yang prinsipnya mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. 100% 99% 98% 97% 96% 95% 94% 93% 92% 91% 90% Pemakaian sabun padaa hari ini atau kemarin (%) Kab Klaster Tidak Ya Grafik 24. Prosentase pemakaian sabun pada hari ini atau kemarin di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 30

31 100% 98% 96% 94% 92% 90% 88% 86% 84% 82% 80% CTPS di lima waktu penting (%) Kab Ya Tidak Grafik 25. Prosentase CTPS pada lima waktu penting di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Keberadaan sabun di dalam atau di dekat jamban (%) Kab Klaster Ya Tidak Grafik 26. Prosentase keberadaan sabun di dalam atau didekat jamban. Perilaku hidup bersih dan sehat dalam penggunaan sabun pada waktu hari survei dan sebelumnya dari grafik 24 terlihat bahwa di kabupaten prosentasenya sebesar 97,8% pada klaster 1 (98,8%), dan pada klaster 2 (98,6%), sedangkan pada klaster 3 sebesar 100%.Hal ini berarti perilaku ibu menggunakan sabun sudah baik tetapi kondisi ini berbanding terbalik dengan prosentase CTPS di lima waktu penting, dari grafik 25 dapat diketahui bahwa di Kabupaten hanya 9,9 % yang berperilaku CTPS di lima waktu penting, begitu pula pada masing-masing klaster. Prosentase tertinggi pada klaster 1 (12,5%), kemudian klaster 2 (12,3%) dan 3 (9,4%), sedangkann klaster 4 semua respondenn hanya (1,3%) yang melakukan CTPS di lima waktu penting. Hal ini bisa 31

32 terjadi karena penggunaan sabun terbesar pada saat mandi, memandikan anak dan mencuci pakaian bukan pada saat lima waktu penting. Prosentase keberadaan sabun di dekat jamban baru 19,6% di Kabupaten, hal ini menunjukkan perilaku cuci tangan setelah buang air besar sebesar 19,6% %. Terendah pada klaster 4 prosentasenya hanya 10,0% diikuti klaster 1,2 dan 3 masing-masing sebesar 20,0% %, 20,3% dan 37,5% (Grafik 26) Penanganan sampah (%) KAB Pengolahan sampah setempat Tidak diolah Ketepatan waktu pengangkutan sampahtidak tepat waktu Frekuensi pengangkutan sampah Tidak memadai Pengelolaan sampah Tidak memadai Klaster Grafik 27. Prosentase penanganan sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Perilaku hidup bersih sehat mengenai penanganan sampah dapat dilihat pada grafik 27, dari grafik tersebut terlihat bahwa perilaku responden dalam menangani sampah masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan tingginya prosentase sampah tidak diolah (95,3%) pada kabupaten yang mana tertinggi pada klaster 1 (98,8%) sampah tidak diolah. Sampah tidak diolah berarti pengelolaan sampah yang tidak memadai, penyebabnya antara lain oleh rendahnya frekuensi dan ketepatan pengangkutan sampah. Masih banyak sampah yang dibakar dan langsung dibuang di lahan terbuka. 32

33 3.6 Kejadian Penyakit Diare 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Hari ini Waktu Kejadian Diare (%) Kemarin minggu terakhir bulan terakhir bulan terakhir bulan yang lalu Lebih dari 6 bulan yang lalu Tidak pernah Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Klaster KAB Grafik 28. Prosentase waktu kejadian diare paling dekat anggota keluarga Anggota keluarga yang terserang diare (%) Anak anak balita Anak anak non balita anak remaja orang dewasa KAB Klaster Grafik 29. Prosentase anggota keluarga yang terkena diare di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dari grafik 28 dapat diketahui bahwa di kabupaten dan masing-masing klaster tertinggi padaa kategori tidak pernah terjadi diare. Kejadian diare yang paling dekat terjadi 6 bulan yang lalu. Anggota keluarga yang terserang paling tinggi adalah orang dewasa (60%) pada kabupaten dan tertinggi terjadi pada klaster 2 (69,0%) diikuti anak remaja (64%) pada klaster 3 lalu anak- anak balitaa (50,0%) padaa klaster,. dan yang paling rendah anak-anak non balita (35,7%) pada klaster 3 (Grafik 29). 33

34 120.0 Kondisi jamban bebas dari tinja, kecoa dan lalat (%) KAB Klaster Tidak Ya Grafik 30. Persentase kondisi jamban bebas dari tinja, kecoa dan lalat. PERILAKU BABs (%) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% KAB Klaster Ya, BABS Tidak Grafik 31. Prosentase perilakubuang air besar sembarangan (BABS). Kondisi jamban yang masih tinggi prosentase belum bebas dari tinja, kecoa dan lalat (Grafik 30) paling tinggi padaa klaster 3 (71,9%) merupakan potensi tingginya terjadinya kasus diare. Seperti diketahui kecoa dan lalat merupakan binatang vektor dalam penyakit diare. Selain itu penyebabnya juga oleh perilaku yang masih buang air besar sembarangan. Perilaku rumah tangga yang masih BABS di kabupaten sebesar 59,7%, paling tinggi yang masih BABS adalah klaster 2 (63,7%) diikuti klaster 1 (60%), dan padaa klaster 4 (58,8%) (Grafik 31). Disini terlihat rumah tangga dengan kepemilikan jamban tertinggi (klaster 4) masih berperilaku BABS tinggi pula, 34

35 hal ini menunjukkan kesadaran BAB di jamban masih rendah sehingga perlu dilakukan pemicuan dan penyuluhan lagi. 35

36 BAB IV PENUTUP Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari pelaksanaan studi EHRA ini, antara lain Studi EHRA bermanfaat untuk mengetahui kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku hidup bersih sehat di suatu kabupaten, Dengan melibatkan kader/petugas kesehatan di desa maka akan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kader yang bersangkutan, merupakan sarana sosialisasi langsung ke responden dan lebih mudah dalam hal melakukan survei karena mereka mengetahui kondisi wilayah didesanya. Studi EHRA secara tidak langsung memberi kekuatan bagi stakeholders dan masyarakat ditingkat desa/kelurahan untuk melakukan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders desa/kelurahan. Data yang dikumpulkan dalam studi EHRA merupkan salah satu data primer yang digunakan untuk menentukan area beresiko dalam buku putih dan penyusunan stategi komunikasi yang menjadi bagian dari SSK. Studi EHRA menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten dan kecamatan sehingga dapat digunakan menjadi panduan dasar di tingkat desa/kelurahan karena data yang terkait dengan sanitasi dan perilaku hidup bersih sehat dapat terpusat menjadi satu. Idealnya studi EHRA dilakukan secara berkala 3 tahun sekali sehingga kita dapat mengetahui kesinambungan dan perubahan kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku hidup bersih sehat yang terjadi. Hasil studi EHRA pertama ini bisa dijadikan baseline untuk studi EHRA selanjutnya. Pelaksanaan studi EHRA pertama ini masih banyak kekurangannya diharapkan sebelum pelaksanaan studi EHRA harus disiapkan dulu secara matang pendanaan dan pelaksanaan teknis dilapanngan. Sebaiknya fasilitator diberikan pelatihan sebelum pokja sanitasi kabupaten dilatih, sehingga kalau ditemukan masalah tidak harus bertanya kepusat. Pelatihan pelatihan yang dilaksanakan jangan terlalu dekat dengan pelaksanaan survei dan terkesan pelatihan EHRA kemarin terburu-buru. Pemilihan kader harus seksama dengan kriteria tertentu, supervisor harus menjalankan fungsinya dengan benar sehingga data yang dikumpulkan sesuai dengan peraturannya. Perlu adanya petugas koordinasi entri data untuk mengkoordinir teman-teman petugas entri data. Tidak kalah pentingnya adalah kesesuaian isi pertanyaan di software harus sama dengan yang dikuisionernya, sehingga mengurangi kesalahan dalam mengolah dan menganalisa data. 36

37 LAMPIRAN I. Tabel-tabel dasar hasil studi EHRA : 1) Berdasarkan Klaster A. IDENTITAS WILAYAH. Kode Kecamatan Kode Kelurahan/Desa A8. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga 1 0, ,7 4 12, , ,7 2 0, ,9 0,0 0,0 40 9,9 3 0,0 12 5, ,5 0,0 40 9,9 4 0, ,9 0,0 0,0 40 9, ,0 0,0 0,0 0,0 40 9, ,0 0,0 0,0 0,0 40 9,9 7 0, ,9 0,0 0,0 40 9,9 8 0,0 0,0 0, ,0 40 9, ,0 0,0 4 12, , ,8 4 0,0 0,0 0, ,0 40 9,9 5 0,0 12 5, ,5 0,0 40 9,9 8 0, ,7 0,0 0, , ,0 0,0 0,0 0,0 40 9,9 13 0, ,9 0,0 0,0 40 9,9 14 0, ,9 0,0 0,0 40 9, , ,9 0,0 0,0 40 9,9 Istri , , , , ,3 Anak perempuan yg sudah menikah 0,0 0,0 2 6,3 1 1,3 3,7 37

38 B. INFORMASI RESPONDEN. Kelompok Umur Responden <= 20 tahun 5 6,3 5 2,4 2 6,3 1 1,3 13 3, tahun 6 7, ,0 1 3,1 7 8,9 35 8, tahun 21 26, ,3 4 12, , , tahun 8 10, ,8 1 3, , , tahun 12 15, ,7 5 15, , , tahun 11 13, ,3 6 18,8 6 7, ,7 > 45 tahun 17 21, , , , ,4 B2. Apa status dari rumah yang anda tempati saat ini? Milik sendiri 71 88, , , , ,9 Berbagi dengan keluarga lain 0,0 1,5 0,0 5 6,3 6 1,5 Sewa 0,0 1,5 2 6,3 4 5,0 7 1,7 Kontrak 0,0 1,5 5 15,6 1 1,3 7 1,7 Milik orang tua 8 10,0 6 2,8 3 9, ,3 34 8,4 B3. Apa pendidikan terakhir anda? B4. Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan? B5. Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)? B6. Apakah ibu mempunyai anak? Lainnya 1 1,3 0,0 0,0 2 2,5 3,7 Tidak sekolah formal 16 20, ,2 3 9,4 0, ,1 SD 31 38, , , , ,8 SMP 26 32, ,6 3 9, , ,2 SMA 4 5,0 16 7,5 4 12,5 8 10,0 32 7,9 SMK 1 1,3 3 1,4 1 3,1 1 1,3 6 1,5 Universitas/Akad emi 2 2,5 5 2,4 2 6,3 1 1,3 10 2,5 Ya 19 23, ,4 6 18,8 9 11, ,3 Tidak 61 76, , , , ,7 Ya 33 41, ,1 9 28, , ,4 Tidak 47 58, , , , ,6 Ya 62 77, , , , ,4 Tidak 18 22,5 12 5,7 8 25,0 9 11, ,6 38

39 B. 5 Berapa jumlah anak laki-laki yang tinggal di rumah ini?. B7. Kurang dari 2 tahun B tahun B tahun B7. Lebih dari 12 tahun Jumlah anak laki-laki , , , , , ,8 16 7,5 3 9,4 5 6,3 31 7,7 2 0,0 1,5 1 3,1 0,0 2, , , , , , , ,9 7 21, , , ,3 3 1,4 0,0 2 2,5 6 1, , , , , , , ,8 8 25, , ,3 2 0,0 7 3,3 0,0 3 3,8 10 2, , , , , , , ,9 9 28, , , , ,3 2 6, , ,6 3 0,0 7 3,3 2 6,3 1 1,3 10 2,5 4 0,0 2,9 1 3,1 1 1,3 4 1,0 5 0,0 0,0 1 3,1 1 1,3 2,5 6 0,0 0,0 0,0 1 1,3 1, , ,6 8 25, , , , ,6 8 25, , , , , , , , ,3 12 5,7 1 3,1 3 3,8 17 4,2 4 0,0 5 2,4 2 6,3 2 2,5 9 2,2 5 0,0 1,5 1 3,1 2 2,5 4 1,0 6 0,0 1,5 0,0 1 1,3 2,5 B. 6 Berapa jumlah anak perempuan yang tinggal di rumah ini?. B8. Kurang dari 2 tahun B tahun B tahun , , , , , ,0 9 4,2 2 6,3 8 10,0 23 5, , , , , , , ,1 8 25, , ,1 2 0,0 1,5 1 3,1 0,0 2, , , , , , , ,5 6 18, , ,0 2 0,0 7 3,3 1 3,1 2 2,5 10 2, ,3 0,0 0,0 0,0 1,2 7 0,0 1,5 0,0 0,0 1,2 B8. Lebih , , , , ,3 39

40 dari 12 tahun Jumlah anak perempuan Jumlah anak lakilaki dan perempuan yang ada dalam rumah , ,5 4 12, , , ,0 16 7,5 3 9,4 6 7,5 29 7,2 3 0,0 4 1,9 0,0 2 2,5 6 1,5 4 0,0 0,0 0,0 3 3,8 3,7 5 0,0 1,5 0,0 2 2,5 3, , , , , , , , , , , , ,1 5 15, , , ,5 13 6,1 0,0 5 6,3 20 5,0 4 0,0 5 2,4 1 3,1 3 3,8 9 2,2 5 0,0 1,5 0,0 1 1,3 2,5 6 0,0 0,0 0,0 1 1,3 1,2 7 0,0 1,5 0,0 0,0 1, ,8 13 6,1 4 12,5 4 5,0 40 9, , ,9 6 18, , , , ,8 7 21, , , , ,7 9 28, , , , ,8 3 9,4 9 11,3 38 9,4 5 0,0 7 3,3 0,0 4 5,0 11 2,7 6 0,0 3 1,4 2 6,3 1 1,3 6 1,5 7 0,0 1,5 1 3,1 1 1,3 3,7 8 0,0 2,9 0,0 1 1,3 3,7 9 0,0 1,5 0,0 0,0 1,2 10 0,0 0,0 0,0 1 1,3 1,2 12 0,0 0,0 0,0 1 1,3 1,2 C. 1 Bagaimana kondisi sampah di lingkungan RT/RW rumah ibu?. A. Banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkungan B. Banyak lalat di sekitar tumpukan sampah C. Banyak tikus berkeliaran D. Banyak nyamuk E. Banyak kucing dan anjingmendata ngi tumpukan Tidak 66 82, , , , ,2 Ya 14 17, , , , ,8 Tidak 65 81, , , , ,8 Ya 15 18, ,6 2 6, , ,2 Tidak 60 75, , , , ,8 Ya 20 25, ,9 4 12, , ,2 Tidak 44 55, , , , ,8 Ya 36 45, , , , ,2 Tidak 78 97, , , , ,4 Ya 2 2, ,6 3 9, , ,6 40

41 sampah F. Bau busuk Tidak 78 97, , , , ,1 yang menggangu Ya 2 2,5 12 5,7 2 6, ,0 28 6,9 G. Menyumbat Tidak 75 93, , , , ,4 saluran drainase Ya 5 6,3 11 5,2 2 6, , ,6 H. Ada anakanak Tidak 63 78, , , , ,4 yang bermain di Ya 17 21, ,1 9 28, , ,6 sekitarnya I. Lainnya Tidak , , , , ,0 C. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA. C2. Bagaima na sampah rumah tangga dikelola? Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 1 1,3 0,0 0,0 0,0 1,2 Dibakar 72 90, , , , ,9 Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah 0,0 9 4,3 1 3,1 1 1,3 11 2,7 Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 5 6, ,6 0,0 2 2, ,7 Dibuang ke sungai/kali/la ut/danau 0,0 1,5 9 28, ,7 24 6,0 Dibiarkan saja sampai membusuk 1 1,3 1,5 0,0 0,0 2,5 41

42 Dibuang ke lahan kosong/kebu n/hutan dan dibiarkan membusuk 1 1,3 7 3,3 0, ,4 32 8,0 C. 4 Bagaimana sampah rumah tangga dikelola?. A. Sampah organik/sampah basah Strata Desa/Kelurahan n % n % Ya 1 100, ,0 B. Plastik Tidak 1 100, ,0 C. Gelas/kaca Ya 1 100, ,0 D. Kertas Tidak 1 100, ,0 E. Besi/logam Tidak 1 100, ,0 F. Lainnya, Ya 1 100, ,0 G. Tidak tahu Tidak 1 100, ,0 C. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA. C5. Seberapa sering petugas mengangkut sampah dari rumah? Tidak pernah Strata Desa/Kelurahan n % n % 1 100, ,0 42

43 C6. Dari pengalaman, dalam sebulan terakhir ini, apakah sampah selalu diangkut tepat waktu? Tidak tahu n % n % n % 1 100, , ,0 C7. Apakah layanan pengangkutan sampah oleh petugas sampah dibayar? Tidak 1 100, , ,0 C9. Berapa biaya yang dikeluarkan dalam sebulan untuk membayar layanan sampah? ,0 0,0 1 33,3 2 0, ,0 2 66,7 D. 1 Dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar?. A. Jamban pribadi Tidak 4 5,0 11 5,2 5 15, , ,4 B. MCK/WC Umum C. Ke WC helikopter D. Ke sungai/pantai/laut E. Ke kebun/pekarangan F. Ke selokan/parit/got Ya 76 95, , , , ,6 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 1,5 2 6,3 3 3,8 6 1,5 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 2,9 1 3,1 3 3,8 6 1,5 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 1,5 4 12, ,5 19 4,7 Tidak , , , , ,8 Ya 0,0 1,5 0,0 0,0 1,2 G. Ke lubang Tidak , , , , ,5 43

44 galian Ya 0,0 2,9 4 12,5 8 10,0 14 3,5 H. Lainnya, Tidak , , , , ,8 Ya 0,0 1,5 2 6,3 2 2,5 5 1,2 I. Tidak tahu Tidak 79 98, , , , ,3 Ya 1 1,3 0,0 2 6,3 0,0 3,7 D. 2 Apakah masih ada orang di luar anggoata keluarga yang sering BAB di tempat terbuka?. A. Anak laki-laki umur 5-12 tahun B. Anak perempuan umur 5-12 tahun C. Remaja lakilaki Tidak , , , , ,0 Ya 0,0 5 2,4 0,0 7 8,8 12 3,0 Tidak , , , , ,0 Ya 0,0 3 1,4 5 15,6 4 5,0 12 3,0 Tidak , , , , ,0 D. Remaja Perempuan E. Laik-laki dewasa F. Perempuan dewasa Tidak , , , , ,0 Ya 0,0 0,0 4 12,5 0,0 4 1,0 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 1,5 1 3,1 5 6,3 7 1,7 Tidak , , , , ,0 Ya 0,0 0,0 3 9,4 1 1,3 4 1,0 G. Laki-laki tua Tidak , , , , ,3 H. Perempuan tua I. Masih ada tapi tidak jelas siapa Ya 0,0 1,5 2 6,3 0,0 3,7 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 1,5 2 6,3 0,0 3,7 Tidak 79 98, , , , ,3 Ya 1 1,3 2,9 1 3, ,8 23 5,7 J. Lainnya, Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 1,5 1 3,1 0,0 2,5 K. Tidak ada Tidak 37 46, ,2 5 15, , ,5 Ya 43 53, , , , ,5 D. KEPEMILIKAN JAMBAN PRIBADI. Apakah di rumah Ibu mempunyai jamban Kloset jongkok leher angsa 78 97, , , , ,8 44

45 pribadi? Kloset duduk siram leher angsa 2 2,5 10 4,7 7 22, , ,2 E. DRAINASE LINGKUNGAN/SELOKAN SEKITAR RUMAH DAN BANJIR. E1. Apakah di rumah mempunyai sarana pengolahan air limbah selain tinja? Ya 52 65, ,9 6 18, , ,6 Tidak ada 28 35, , , , ,4 E.2 Kemana air bekas buangan/air limbah selain tinja dibuang yang berasal dari: A. Ke sungai/kanal (Dapur) A. Ke sungai/kanal (Kamar mandi) A. Ke sungai/kanal (Tempat cuci pakaian) A. Ke sungai/kanal (Westafel) B. Ke jalan, halaman (Dapur) B. Ke jalan, halaman (Kamar mandi) B. Ke jalan, halaman (Tempat cuci pakaian) B. Ke jalan, halaman (Westafel) C. Saluran terbuka (Dapur) C. Saluran terbuka (Kamar mandi) Tidak 48 92, ,1 5 83, , ,7 Ya 4 7,7 11 9,9 1 16,7 0,0 16 7,3 Tidak 48 92, ,1 3 50, , ,8 Ya 4 7,7 11 9,9 3 50,0 0,0 18 8,2 Tidak 48 92, ,8 5 83, , ,1 Ya 4 7,7 8 7,2 1 16,7 0,0 13 5,9 Tidak 48 92, ,5 4 66, , ,0 Ya 4 7,7 5 4,5 2 33,3 0,0 11 5,0 Tidak 50 96, , , , ,0 Ya 2 3,8 5 4,5 0, , ,0 Tidak 51 98, ,5 4 66, , ,5 Ya 1 1,9 5 4,5 2 33,3 4 8,0 12 5,5 Tidak 51 98, , , , ,4 Ya 1 1,9 5 4,5 0,0 4 8,0 10 4,6 Tidak 51 98, ,3 4 66, , ,3 Ya 1 1,9 3 2,7 2 33,3 0,0 6 2,7 Tidak 37 71, ,9 4 66, , ,3 Ya 15 28, ,1 2 33, , ,7 Tidak 38 73, ,7 2 33, , ,4 Ya 14 26, ,3 4 66, , ,6 C. Saluran Tidak 38 73, ,6 4 66, , ,2 45

46 terbuka (Tempat cuci pakaian) C. Saluran terbuka (Westafel) D. Saluran tertutup (Dapur) D. Saluran tertutup (Kamar mandi) D. Saluran tertutup (Tempat cuci pakaian) D. Saluran tertutup (Westafel) E. Lubang galian (Dapur) E. Lubang galian (Kamar mandi) E. Lubang galian (Tempat cuci pakaian) E. Lubang galian (Westafel) F. Pipa saluran pembuangan (Dapur) F. Pipa saluran pembuangan (Kamar mandi) F. Pipa saluran pembuangan (Tempat cuci pakaian) F. Pipa saluran pembuangan (Westafel) G. Pipa IPAL Sanimas (Dapur) Ya 14 26, ,4 2 33, , ,8 Tidak 38 73, ,3 3 50, , ,1 Ya 14 26, ,7 3 50,0 9 18, ,9 Tidak 41 78, , , , ,2 Ya 11 21,2 6 5,4 0,0 0,0 17 7,8 Tidak 40 76, ,7 4 66, , ,4 Ya 12 23,1 7 6,3 2 33,3 0,0 21 9,6 Tidak 40 76, , , , ,8 Ya 12 23,1 6 5,4 0,0 0,0 18 8,2 Tidak 41 78, ,5 4 66, , ,8 Ya 11 21,2 5 4,5 2 33,3 0,0 18 8,2 Tidak 38 73, , , , ,5 Ya 14 26, ,5 0,0 0, ,5 Tidak 36 69, ,5 4 66, , ,6 Ya 16 30, ,5 2 33,3 0, ,4 Tidak 36 69, , , , ,6 Ya 16 30, ,5 0,0 0, ,4 Tidak 38 73, ,2 4 66, , ,9 Ya 14 26, ,8 2 33,3 0, ,1 Tidak , ,1 5 83, , ,1 Ya 0,0 1,9 1 16,7 0,0 2,9 Tidak , ,1 3 50, , ,2 Ya 0,0 1,9 3 50,0 0,0 4 1,8 Tidak , ,1 5 83, , ,1 Ya 0,0 1,9 1 16,7 0,0 2,9 Tidak , ,1 4 66, , ,6 Ya 0,0 1,9 2 33,3 0,0 3 1,4 Tidak , , , , ,0 G. Pipa IPAL Sanimas (Kamar mandi) Tidak , ,0 4 66, , ,1 Ya 0,0 0,0 2 33,3 0,0 2,9 46

47 G. Pipa IPAL Sanimas (Tempat cuci pakaian) Tidak , , , , ,0 G. Pipa IPAL Sanimas (Westafel) Tidak , , , , ,0 H. Tidak tahu (Dapur) H. Tidak tahu (Kamar mandi) H. Tidak tahu (Tempat cuci pakaian) H. Tidak tahu (Westafel) Tidak , ,1 4 66, , ,6 Ya 0,0 1,9 2 33,3 0,0 3 1,4 Tidak , , , , ,0 Ya 0,0 1,9 0, , ,0 Tidak , , , , ,0 Ya 0,0 1,9 0, , ,0 Tidak , ,1 4 66, , ,6 Ya 0,0 1,9 2 33,3 0,0 3 1,4 E3. Apakah rumah yang ditempati saat ini atau lingkungan sekitar rumah pernah terkena banjir? Tidak pernah , ,5 7 21, , ,7 Sekali dalam setahun Beberapa kali dalam Sekali atau beberapa dalam sebulan 0,0 13 6, , , ,4 0,0 0,0 8 25,0 2 2,5 10 2,5 0,0 2,9 0,0 0,0 2,5 E4. Apakah banjir biasa terjadi secara rutin? E5. Terakhir kali banjir terjadi, apakah air memasuki rumah Ibu? E6. Pada saat terakhir kali banjir, berapa tinggi air yang masuk ke dalam rumah Ibu? Tidak tahu 0,0 3 1,4 4 12,5 1 1,3 8 2,0 Ya 0,0 1 5,6 6 24,0 5 21, ,2 Tidak 0, , , , ,8 Ya 0,0 2 11,1 6 24,0 5 21, ,7 Tidak 0, , , , ,8 Tidak tahu 0,0 1 5,6 0,0 0,0 1 1,5 Setumit orang dewasa Setengah lutut orang dewasa 0,0 2 66,7 3 50,0 1 20,0 6 42,9 0,0 0,0 2 33,3 4 80,0 6 42,9 47

48 E7. Pada saat terakhir kali banjir, apakah kamar mandi dan WC/jamban juga terendam banjir? E8. Pada saat terakhir kali banjir, berapa lama air banjir akan mengering? Selutut orang dewasa 0,0 0,0 1 16,7 0,0 1 7,1 Tidak tahu 0,0 1 33,3 0,0 0,0 1 7,1 Tidak pernah 0,0 2 66,7 2 33,3 1 20,0 5 35,7 Kadangkadang 0,0 0,0 3 50,0 0,0 3 21,4 Selalu 0,0 0,0 0,0 1 20,0 1 7,1 Tidak tahu 0,0 1 33,3 1 16,7 3 60,0 5 35,7 Kurang dari 1 jam Antara 1-3 jam Setengah hari 0,0 1 33,3 0,0 0,0 1 7,1 0,0 0,0 2 33,3 0,0 2 14,3 0,0 0,0 2 33,3 1 20,0 3 21,4 Satu hari 0,0 1 33,3 0,0 0,0 1 7,1 Lebih dari 1 hari 0,0 0,0 1 16,7 4 80,0 5 35,7 Tidak tahu 0,0 1 33,3 1 16,7 0,0 2 14,3 F. PENGELOLAAN AIR MINUM, MASAK, MENCUCI & GOSOK GIGI YANG AMAN DAN HIGIENE. A. Air botol kemasan (Minum) A. Air botol kemasan (Masak) A. Air botol kemasan (Cuci piring&gelas) A. Air botol kemasan (Cuci pakaian) A. Air botol kemasan (Gosok gigi) B. Air isi ulang (Minum) B. Air isi ulang (Masak) B. Air isi ulang (Cuci piring&gelas) B. Air isi ulang (Cuci pakaian) B. Air isi ulang (Gosok gigi) Tidak , , , , ,8 Ya 0,0 7 3,3 6 18,8 0,0 13 3,2 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 0,0 3 9,4 0,0 3,7 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 1,5 2 6,3 0,0 3,7 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak , , , , ,0 Ya 0,0 1,5 3 9,4 0,0 4 1,0 Tidak 76 95, , , , ,0 Ya 4 5,0 2,9 2 6,3 4 5,0 12 3,0 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 C. Air Ledeng dari Tidak , , , , ,5 48

49 PDAM (Minum) Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 C. Air Ledeng dari Tidak , , , , ,5 PDAM (Masak) Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 C. Air Ledeng dari PDAM (Cuci piring&gelas) C. Air Ledeng dari PDAM (Cuci pakaian) C. Air Ledeng dari PDAM (Gosok gigi) D. Air hidran umum - PDAM (Minum) D. Air hidran umum - PDAM (Masak) D. Air hidran umum - PDAM (Cuci piring&gelas) D. Air hidran umum - PDAM (Cuci pakaian) D. Air hidran umum - PDAM (Gosok gigi) E. Air kran umum - PDAM/PROYEK (Minum) E. Air kran umum - PDAM/PROYEK (Masak) E. Air kran umum - PDAM/PROYEK (Cuci piring&gelas) E. Air kran umum - PDAM/PROYEK (Cuci pakaian) E. Air kran umum - PDAM/PROYEK (Gosok gigi) F. Air sumur pompa tangan (Minum) F. Air sumur pompa tangan (Masak) F. Air sumur pompa tangan (Cuci piring&gelas) F. Air sumur pompa tangan (Cuci pakaian) Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 1,5 2 6,3 0,0 3,7 Tidak , , , , ,8 Ya 0,0 1,5 0,0 0,0 1,2 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 1,5 2 6,3 0,0 3,7 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 1,5 2 6,3 0,0 3,7 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 1,5 2 6,3 0,0 3,7 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 1,5 2 6,3 0,0 3,7 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 1,5 2 6,3 0,0 3,7 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 1,5 2 6,3 0,0 3,7 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 2,9 4 12,5 1 1,3 7 1,7 Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 2,9 0,0 1 1,3 3,7 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 2,9 4 12,5 0,0 6 1,5 Tidak , , , , ,0 F. Air sumur pompa tangan (Gosok gigi) G. Air sumur gali terlindungi (Minum) Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 2,9 4 12,5 1 1,3 7 1,7 Tidak 79 98, , , , ,7 Ya 1 1, ,1 1 3,1 8 10, ,3 G. Air sumur gali Tidak 79 98, , , , ,5 49

50 terlindungi (Masak) Ya 1 1, ,1 5 15,6 9 11, ,5 G. Air sumur gali Tidak 79 98, , , , ,2 terlindungi (Cuci piring&gelas) Ya 1 1, ,1 3 9,4 8 10, ,8 F1.2 Apakah pernah mengalami kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehati-hari, berapa lama? F1.3 Apakah ibu puas dengan kualitas air yang digunakan saat ini? F1.4 Berapa jarak sumber air tsb ke tempat penampungan/p embuangan tinja? F2.1 Apakah Ibu mengolah/mena ngani air sebelum digunakan untuk minum dan masak? F2.2 Bagaimana cara Ibu mengolah air untuk diminum? F2.3 Apakah Ibu menyimpan air yang sudah diolah ditempat yang aman? Tidak pernah Beberapa jam saja Satu sampai beberapa hari 49 61, , , , ,6 0,0 18 8,5 0,0 6 7,5 24 5,9 0,0 8 3,8 4 12, ,8 39 9,7 Seminggu 0,0 3 1,4 7 21,9 0,0 10 2,5 Lebih dari seminggu 31 38, ,7 4 12,5 3 3, ,1 Tidak tahu 0,0 6 2,8 0,0 3 3,8 9 2,2 Ya 78 97, , , , ,4 Tidak 2 2, ,4 7 21, , ,6 Kurang 10 m 32 40, , , , ,1 Lebih 10 m 36 45, , ,4 9 11, , ,0 3 1,4 4 12, , ,4 Tidak tahu 0,0 1,5 0,0 1 1,3 2,5 Ya 66 82, , , , ,3 Tidak 14 17,5 7 3,3 0,0 2 2,5 23 5,7 Direbus 64 97, , , , ,3 Ditambahk an kaporit Mengguna kan filter keramik 1 1,5 3 1,5 3 9,4 0,0 7 1,8 1 1,5 4 2,0 0,0 2 2,6 7 1,8 Lainnya 0,0 2 1,0 0,0 1 1,3 3,8 Tidak tahu 0,0 1,5 0,0 0,0 1,3 Tidak disimpan Ya, dalam Panci terbuka 4 6,1 18 8,8 2 6,3 8 10,3 32 8,4 1 1,5 12 5,9 6 18,8 3 3,8 22 5,8 50

51 Ya, dalam Panci dengan tutup 48 72, , , , ,0 F2.4 Bagaimana Ibu mengambil air untuk minum, masak, cuci piring & gelas dan gosok gigi dari tempat penyimpan air? Ya, dalam Teko/ketel/ ceret Ya, dalam Botol/term os Ya, dalam Galon isi ulang 6 9, ,8 2 6,3 2 2, ,6 0,0 8 3,9 0,0 0,0 8 2,1 3 4,5 6 2,9 1 3,1 1 1,3 11 2,9 Lainnya 4 6,1 4 2,0 7 21, , ,2 Langsung dari dispenser Dengan mengguna kan gayung Dengan mengguna kan gelas 9 13,6 9 4,4 3 9,4 4 5,1 25 6, , , , , ,0 6 9, ,4 2 6, , ,1 Lainnya 1 1,5 6 2,9 1 3,1 0,0 8 2,1 Tidak tahu 0,0 1,5 0,0 0,0 1,3 G. PERILAKU HIGIENE DAN SANITASI. G.1 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin? Ya 79 98, , , , ,8 Tidak 1 1,3 3 1,4 0,0 5 6,3 9 2,2 G.2 Untuk apa saja sabun itu ibu gunakan?. A. Mandi Tidak 1 1,3 1,5 2 6,3 2 2,7 6 1,5 B. Memandikan anak C. Menceboki panta anak D. Mencuci tangan sendiri Ya 78 98, , , , ,5 Tidak 19 24, , , , ,8 Ya 60 75, , , , ,2 Tidak 45 57, , , , ,1 Ya 34 43, , , , ,9 Tidak 26 32, , , , ,5 Ya 53 67, , , , ,5 51

52 E. Mencuci tangan anak F. Mencuci peralatan G. Mencuci pakaian Tidak 44 55, , , , ,1 Ya 35 44, , ,9 7 9, ,9 Tidak 5 6,3 13 6,2 2 6, ,7 39 9,9 Ya 74 93, , , , ,1 Tidak 15 19,0 19 9,1 6 18, , ,0 Ya 64 81, , , , ,0 H. Lainnya Tidak 73 92, , , , ,6 Ya 6 7, ,0 1 3,1 1 1,4 29 7,4 I. Tidak tahu Tidak 73 92, , , , ,7 Ya 6 7,6 14 6,7 3 9,4 2 2,7 25 6,3 G.3 Dimana saja anggota keluarga biasanya mencuci tangan?. A. Di kamar mandi B. Di dekat kamar mandi Tidak 33 41, , , , ,6 Ya 47 58, , , , ,4 Tidak 66 82, , , , ,3 Ya 14 17, , ,3 2 2, ,7 C. Di jamban Tidak 63 78, , , , ,1 D. Di dekat jamban Ya 17 21, ,0 2 6,3 7 8, ,9 Tidak 66 82, , , , ,6 Ya 14 17,5 19 9,0 7 21,9 2 2, ,4 E. Di sumur Tidak 55 68, , , , ,2 F. Di sekitar penampungan G. Di tempat cuci piring Ya 25 31, , ,1 8 10, ,8 Tidak 72 90, , , , ,1 Ya 8 10, ,3 4 12,5 4 5,0 40 9,9 Tidak 52 65, , , , ,5 Ya 28 35, , , , ,5 H. Di dapur Tidak 65 81, , , , ,6 Ya 15 18, , , , ,4 I. Lainnya Tidak 76 95, , , , ,3 Ya 4 5,0 6 2,8 1 3,1 0,0 11 2,7 J. Tidak tahu Tidak , , , , ,8 Ya 0,0 6 2,8 2 6,3 1 1,3 9 2,2 G.4 Kapan biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun?. A. Sebelum ke toilet Tidak 79 98, , , , ,5 Ya 1 1,3 9 4,2 1 3,1 3 3,8 14 3,5 B. Setelah Tidak 38 47, , , , ,9 52

53 menceboki bayi/anak C. Setelah dari buang air besar D. Sebelum makan E. Setelah makan F. Sebelum memberi menyuapi anak G. Sebelum menyiapkan masakan H. Setelah memegang hewan I. Sebelum sholat Ya 42 52, , , , ,1 Tidak 20 25, , , , ,2 Ya 60 75, , , , ,8 Tidak 7 8, ,5 9 28, , ,5 Ya 73 91, , , , ,5 Tidak 40 50, , , , ,6 Ya 40 50, , , , ,4 Tidak 53 66, , , , ,2 Ya 27 33, ,4 7 21,9 8 10, ,8 Tidak 68 85, , , , ,0 Ya 12 15, , ,4 3 3, ,0 Tidak 65 81, , , , ,4 Ya 15 18, , ,4 3 3, ,6 Tidak 60 75, , , , ,4 Ya 20 25, ,3 9 28,1 3 3, ,6 J. Lainnya Tidak 77 96, , , , ,5 Ya 3 3,8 12 5,7 3 9,4 0,0 18 4,5 AO.1 Apakah terlihat sumber air untuk minum, masak dan mencuci peralatan. A. Ya, air ledeng PDAM - berfungsi/mengalir B. Ya, air ledeng PDAM - tidak berfungsi C. Ya, dari sumur gali yg terlindungi D. Ya, dari sumur gali yg tidak terlindungi E. Ya, dari sumur bor/pompa tangan F. Ya, dari sumur bor/pompa tangan mesin G. Ya, dari hidran umum/kran umum PDAM H. Ya, dari kran umum PROYEK/HIPPAM I. Ya, dari penjual air keliling Tidak , , , , ,8 Ya 0,0 1,5 0,0 0,0 1,2 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak 74 92, , , , ,5 Ya 6 7, ,1 2 6,3 7 8, ,5 Tidak 18 22, ,3 3 9,4 9 11, ,0 Ya 62 77, , , , ,0 Tidak 77 96, , , , ,8 Ya 3 3,8 4 1,9 2 6,3 0,0 9 2,2 Tidak 76 95, , , , ,8 Ya 4 5,0 2,9 3 9,4 0,0 9 2,2 Tidak 78 97, , , , ,0 Ya 2 2,5 0,0 2 6,3 0,0 4 1,0 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak 79 98, , , , ,3 Ya 1 1,3 1,5 1 3,1 0,0 3,7 J. Lainnya Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 2,9 0,0 0,0 2,5 53

54 K. Tidak ada Tidak 76 95, , , , ,3 Ya 4 5,0 4 1,9 2 6,3 1 1,3 11 2,7 AO.2.1 Amati, Apa wadah/tempat yang digunakan untuk menyimpan air minum di dapur? AO.2.2 Amati, Bagaimana ibu mengambil air untuk minum dan masak dari wadah peyimpanan air? Tidak disimpan YA, dalam panci terbuka YA, dalam panci tertutup 3 3,8 20 9,4 2 6,3 2 2,5 27 6,7 7 8, ,2 6 18,8 5 6, , , , , , ,2 lainnya 1 1,3 5 2,4 0,0 2 2,5 8 2,0 Tidak tahu 0,0 0,0 0,0 1 1,3 1,2 Tangan menyentuh air Tangan tidak menyentuh air 3 3, ,8 8 25,0 5 6, , , , , , ,4 Tidak tahu 0,0 0,0 1 3,1 1 1,3 2,5 AO.4.1 Amati, apakah ada wadah yang dipakai untuk mengumpulkan sampah di dapur?. A. Kantong plastik tertutup B. Kantong plastik terbuka C. Keranjang sampah terbuka D. Keranjang sampah tertutup Tidak 78 97, , , , ,6 Ya 2 2,5 15 7,1 2 6,3 3 3,8 22 5,4 Tidak 79 98, , , , ,5 Ya 1 1, , , , ,5 Tidak 55 68, , , , ,1 Ya 25 31, , , , ,9 Tidak 75 93, , , , ,1 Ya 5 6,3 17 8, ,3 0,0 32 7,9 E. Lainnya Tidak , , , , ,8 Ya 0,0 15 7,1 1 3, ,3 33 8,2 F. Tidak ada Tidak 43 53, , , , ,4 AO.5.1 Amati, kemana air limbah bekas Ya 37 46, ,6 0, , ,6 Ke sungai/kanal/ kolam/seloka n 6 7,5 20 9, , , ,1 54

55 cuci peralatan minum/makan dan masak dibuang? Ke jalan, halaman, kebun Saluran terbuka Saluran tertutup 13 16, ,8 4 12, , , , ,0 2 6, , ,4 6 7,5 4 1,9 2 6,3 0,0 12 3,0 Lubang galian 32 40, ,5 1 3,1 3 3, ,2 Pipa saluran pembuangan kotoran (SPAL) 0,0 2,9 1 3,1 0,0 3,7 Pipa IPAL Sanimas 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2,5 Tidak tahu 0,0 1,5 0,0 1 1,3 2,5 BO.1 Amati, apakah ada sabun mandi, shampoo dan sabun cuci tangan di kamar mandi? BO.2 Amati, kemana air limbah bekas cuci tangan dari wastafel dibuang? Ya 68 85, , , , ,0 Tidak 12 15,0 13 6,1 5 15, , ,0 Ke sungai/kanal/ko lam/selokan Ke jalan, halaman, kebun Saluran terbuka Saluran tertutup 7 8,8 19 9, , , ,3 5 6, ,1 4 12,5 5 6, , , ,3 2 6, , ,0 7 8,8 3 1,4 0,0 1 1,3 11 2,7 Lubang galian 36 45, ,3 1 3,1 2 2, ,7 Pipa saluran pembuangan kotoran (SPAL) 1 1,3 1,5 1 3,1 0,0 3,7 Tidak tahu 1 1,3 20 9,4 0, , ,1 BO.3 Amati, Ya 11 13, ,2 8 25,0 7 8, ,9 55

56 Bila ada bak penampung air, apakah terlihat ada jentik nyamuk didalamnya? Tidak 67 83, , , , ,5 Tidak tahu 2 2,5 4 1,9 0, ,3 27 6,7 CO. LIHAT DAN AMATI WC/JAMBAN. CO.1.1 Amati, apakah tersedia air di dalam ruangan jamban/wc? CO.1.2 Amati, apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban? CO.1.3 Amati, Apakah terlihat ada jentik nyamuk dalam bak air/ember? CO.2.1 Amati, termasuk tipe apakah WC/jamban yang anda lihat? CO.2.2 Amati, kemana saluran pembuangan dari WC/jamban disalurkan/terhu bungkan YA, dalam bak air/ember YA, dari kran & berfungsi YA, dari kran, tidak berfungsi 41 51, , , , , ,8 9 4,2 1 3,1 4 5,0 25 6,2 0,0 0,0 0,0 1 1,3 1,2 Tidak ada 28 35, ,2 8 25, , ,1 Ya 16 20, , ,5 8 10, ,6 Tidak 64 80, , , , ,4 Ya 6 7,5 18 8, ,6 7 8, ,9 Tidak 74 92, , , , ,1 Kloset jonghkok leher angsa Kloset duduk leher angsa Plengseng an 30 37, , , , ,8 6 7,5 6 2,8 0,0 3 3,8 15 3,7 0,0 4 1,9 2 6,3 7 8,8 13 3,2 Cemplung 43 53, ,7 6 18, , ,3 Lainnya 1 1,3 2,9 2 6,3 0,0 5 1,2 Tidak tahu 0,0 1,5 1 3, ,3 23 5,7 Cubluk 47 58, ,8 9 28, , ,8 Tangki Septik Sungai, kanal, kolam Jalan, halaman, kebun 31 38, , , , ,6 0,0 1,5 0,0 0,0 1,2 0,0 3 1,4 2 6,3 0,0 5 1,2 56

57 Saluran terbuka Saluran tertutup Pipa saluran pembuang an kotoran 0,0 4 1,9 2 6,3 0,0 6 1,5 1 1,3 0,0 0,0 1 1,3 2,5 0,0 1,5 0,0 0,0 1,2 CO.3.1 Amati, apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja? CO.3.2 Amati, apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat? CO.3.3 Amati, jika ada kloset jonkok leher angsa, apakah ada gayung dan air untuk menyiram? CO.3.4 Amati, jika ada kloset duduk, cobalah menekan alat penyiram, apakah berfungsi Pipa IPAL Sanimas 1 1,3 2,9 1 3, ,3 25 6,2 Tidak tahu 0,0 1,5 1 3,1 1 1,3 3,7 Ya 43 53, , , , ,5 Tidak 37 46, , , , ,5 Ya 33 41, ,7 9 28, , ,3 Tidak 47 58, , , , ,7 Ya, ada keduanya Tidak ada salah satu atau keduanya Bukan kloset jongkok Ya, berfungi Tidak berfungsi Bukan kloset duduk 41 51, , , , , , , , , ,2 0,0 8 3,8 2 6,3 1 1,3 11 2, , ,5 5 15,6 3 3, , , , , , ,2 0, ,8 4 12,5 2 2,5 31 7,7 DO. 2 Amati, darimana sumber air untuk mencuci pakaian?'. DO.1 Amati, apakah ada sabun cuci, shampoo, tempat cuci pakaian? A. Ya, air ledeng PDAM - berfungsi/menga lir B. Ya, air ledeng PDAM - tidak berfungsi Ya 63 78, , , , ,0 Tidak 17 21,3 14 6,6 2 6, , ,0 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 1,5 1 3,1 0,0 2,5 Tidak , , , , ,0 Ya 0,0 0,0 4 12,5 0,0 4 1,0 C. Ya, dari Tidak 72 90, , , , ,2 57

58 sumur gali yg terlindungi D. Ya, dari sumur gali yg tidak terlindungi E. Ya, dari sumur bor/pompa tangan F. Ya, dari sumur bor/pompa tangan mesin G. Ya, dari hidran umum/kran umum PDAM H. Ya, dari kran umum PAMSIMAS/HIP PAM Ya 8 10, ,3 1 3,1 7 8, ,8 Tidak 15 18, ,5 3 9, , ,5 Ya 65 81, , , , ,5 Tidak , , , , ,5 Ya 0,0 4 1,9 1 3,1 1 1,3 6 1,5 Tidak 74 92, , , , ,8 Ya 6 7,5 2,9 5 15,6 0,0 13 3,2 Tidak , , , , ,8 Ya 0,0 1,5 0,0 0,0 1,2 Tidak , , , , ,0 I. Ya, dari penjual air keliling Tidak , , , , ,0 J. Lainnya Tidak , , , , ,3 Ya 0,0 5 2,4 0,0 2 2,5 7 1,7 K. Tidak Tidak , , , , ,5 DO.3 Amati, kemana air limbah bekas mencuci pakaian dibuang Ya 0,0 0,0 0,0 2 2,5 2,5 Ke sungai/kan al/kolam/se lokan Ke jalan, halaman, kebun Saluran terbuka Saluran tertutup Lubang galian Pipa saluran pembuang an kotoran (SPAL) 7 8,8 18 8, , , ,1 5 6, ,8 4 12, , , , ,1 2 6, , ,2 6 7,5 5 2,4 2 6,3 0,0 13 3, , ,3 1 3,1 2 2, ,4 0,0 2,9 1 3,1 1 1,3 4 1,0 Tidak tahu 0,0 2,9 0, ,5 24 5,9 EO. LIHAT DAN AMATI HALAMAN/PEKARANGAN/KEBUN. EO.1.1 Amati, Ya 60 75, , , , ,8 58

59 apakah jarak tangki septik dengan sumber air minimal 10 meter? EO.2.1 Amati, bagaimana cara mengelola sampah di rumah? Tidak 20 25, , , , ,2 Dibuang dan dikubur di lobang galian 3 3, ,4 0,0 1 1,3 26 6,4 Dibuang dlm lubang galian dan dibakar 21 26, , , , ,4 Dijadikan makanan binatang Dikumpulk an dlm keranjang sampah permanen Langsung dibakar Dibuang ke sungai/dan au/laut 3 3,8 0,0 2 6,3 1 1,3 6 1,5 0,0 0,0 2 6,3 0,0 2, , ,9 8 25, , ,1 0,0 1,5 8 25, ,3 22 5,4 Dibuang ke lahan kosong/ke bun/hutan 2 2,5 7 3,3 0, ,0 37 9,2 EO.2.2 Amati, apakah sekeliling halaman bersih dari sampah? EO.2.3 Amati, apakah terlihat bahwa sampah dipilah/dipisahka n Dibiarkan saja 0,0 1,5 0,0 1 1,3 2,5 Lainnya 0,0 4 1,9 0,0 0,0 4 1,0 Ya 66 82, , , , ,9 Tidak 14 17, , , , ,1 Ya 1 1,3 5 2, ,3 0,0 16 4,0 Tidak 79 98, , , , ,0 EO.2.4 Jika sampah dipilah, apa saja yang terlihat dipilah. A. Sampah organic/sampah basah Tidak 1 100, ,0 8 80,0 0, ,5 Ya 0,0 0,0 2 20,0 0,0 2 12,5 B. Plastik Tidak 0,0 4 80,0 4 40,0 0,0 8 50,0 59

60 Ya 1 100,0 1 20,0 6 60,0 0,0 8 50,0 C. Gelas/kaca Tidak 1 100,0 2 40,0 5 50,0 0,0 8 50,0 Ya 0,0 3 60,0 5 50,0 0,0 8 50,0 D. Kertas/kardus Tidak 1 100, ,0 7 70,0 0, ,3 Ya 0,0 0,0 3 30,0 0,0 3 18,8 E. Besi/logam Tidak 0,0 4 80,0 8 80,0 0, ,0 Ya 1 100,0 1 20,0 2 20,0 0,0 4 25,0 F. Lainnya Tidak 1 100, , ,0 0, ,0 EO.2.5 Amati, Ya 0,0 1,5 2 6,3 0,0 3,7 apakah ada tempat untuk Tidak , , , , ,3 membuat kompos? EO.2.6 Amati, Apakah ada kompos yang sudah bisa dipakai? Tidak 0, , ,0 0, ,0 EO.3.1 Amati, apakah halaman/bagian depan rumah ada genangan air? Ya 0,0 20 9, , , ,9 Tidak , , , , ,1 A. Dihalaman rumah B. Di dekat dapur C. Di dekat kamar mandi EO.3.2 Dimana air biasanya tergenang? n % n % n % n % Tidak 10 50,0 4 30, , ,3 Ya 10 50,0 9 69,2 1 6, ,7 Tidak 16 80, ,6 1 6, ,3 Ya 4 20,0 2 15, , ,7 Tidak 9 45, ,3 8 53, ,4 Ya 11 55,0 1 7,7 7 46, ,6 D. Di dekat Tidak 19 95, , , ,8 bak penampungan Ya 1 5,0 2 15,4 0,0 3 6,3 E. Lainnya Tidak 17 85, , , ,6 Ya 3 15,0 1 7,7 1 6,7 5 10,4 60

61 A. Air limbah kamar mandi B. Air limbah dapur EO.3.3 Darimana air genangan berasal? n % n % n % n % Tidak 12 60, ,3 6 40, ,5 Ya 8 40,0 1 7,7 9 60, ,5 Tidak 17 85,0 6 46,2 0, ,9 Ya 3 15,0 7 53, , ,1 C. Hujan Tidak 10 50,0 8 61, , ,6 D. Air limbah lainnya E. Tidak tahu Ya 10 50,0 5 38,5 2 13, ,4 Tidak 19 95, , , ,9 Ya 1 5,0 0,0 0,0 1 2,1 Tidak , , , ,8 Ya 0,0 2 15,4 0,0 2 4, , , , , , , , , , , , , , , ,4 4 5,0 8 3,8 7 21,9 4 5,0 23 5,7 6 7, , , , , , , , , ,8 2 2,5 2,9 4 12,5 7 8,8 15 3,7 4 5,0 7 3,3 0,0 4 5,0 15 3,7 5 6, ,1 8 25, , ,8 61

62 66 82, ,0 9 28, , ,0 9 11, , , , ,3 0,0 3 1,4 0,0 8 10,0 11 2,7 1 1,3 12 5,7 2 6,3 6 7,5 21 5,2 4 5, ,2 9 28, , ,8 1. SUMBER AIR 1.1 Sumber air terlindungi Tidak, sumber air berisiko tercemar 71 88, , , , ,0 Ya, sumber air terlindungi 9 11, ,6 2 6,3 7 8, ,0 1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi. 1.3 Kelangkaan air Tidak Aman 4 5,0 3 1,4 4 12, ,3 24 5,9 Ya, Aman 76 95, , , , ,1 Mengalami kelangkaan air 31 38, , , , ,4 62

63 Tidak pernah mengalami 49 61, , , , ,6 2. AIR LIMBAH DOMESTIK. 2.1 Tangki septik suspek aman 2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik 2.3 Pencemaran karena SPAL Tidak aman 15 18,8 14 6, , , ,3 Suspek aman Tidak, aman 65 81, , , , , , , ,0 1 50, ,9 Ya, aman 0,0 0,0 0,0 1 50,0 1 7,1 Tidak aman 51 63, , , , ,4 Ya, aman 29 36, ,8 7 21, , ,6 3. PERSAMPAHAN. 3.1 Pengelolaan sampah 3.2 Frekuensi pengangkuta n sampah Tidak memadai Ya, memadai Tidak memadai 79 98, , , , , ,3 0,0 0,0 0,0 1, ,0 0,0 0,0 0, ,0 3.3 Ketepatan waktu pengangkuta n sampah Tidak tepat waktu 1 100, ,0 0,0 0, ,0 3.4 Pengolahan sampah setempat Tidak diolah Ya, diolah 79 98, , , , ,3 1 1,3 6 2, ,5 0,0 19 4,7 4. GENANGAN AIR. 63

64 4.1 Adanya genangan air Ada genangan air (banjir) Tidak ada genangan air 0, , , , , , ,0 2 6, , ,2 5. PERILAKU HIGIENE DAN SANITASI. 5.1 CTPS di lima waktu penting 5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja? 5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat? 5.2.c. Keberfungsian penggelontor. 5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban? 5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air 5.4 Perilaku BABS Tidak 70 87, , , , ,1 Ya 10 12, ,3 3 9,4 1 1,3 40 9,9 Tidak 37 46, , , , ,5 Ya 43 53, , , , ,5 Tidak 47 58, , , , ,7 Ya 33 41, ,7 9 28, , ,3 Tidak 45 56, , , , ,4 Ya, berfungsi 35 43, , , , ,6 Tidak 64 80, , , , ,4 Ya 16 20, , ,5 8 10, ,6 Ya, tercemar Tidak tercemar 3 3, ,8 9 28,1 6 7, , , , , , ,4 Ya, 48 60, , , , ,7 BABS Tidak 32 40, , , , ,3 TABEL INDEKS RISIKO % % % % 1.1 Sumber air terlindungi Tidak, sumber air berisiko 88,8 68,4 93,8 91,3 tercemar Ya, sumber air terlindungi 11,3 31,6 6,3 8,8 1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi. Ya 5,0 1,4 12,5 16,3 Tidak 95,0 98,6 87,5 83,8 1.3 Kelangkaan air Ya 38,8 20,8 46,9 41,3 64

65 Tidak 61,3 79,2 53,1 58,8 2.1 Tangki septik suspek aman Tidak 18,8 6,6 31,3 28,8 Ya 81,3 93,4 68,8 71,3 2.2 Pencemaran karena Ya 100,0 100,0 100,0 50,0 pembuangan isi tangki septik Tidak,0,0,0 50,0 2.3 Pencemaran karena SPAL Ya 63,8 63,2 78,1 42,5 Tidak 36,3 36,8 21,9 57,5 3.1 Pengelolaan sampah Tidak 98,8 100,0 100,0 100,0 Ya 1,3,0,0,0 3.2 Frekuensi pengangkutan Tidak memadai 100,0,0,0,0 sampah 3.3 Ketepatan waktu pengangkutan Tidak tepat waktu 100,0 100,0,0,0 sampah 3.4 Pengolahan sampah setempat Tidak diolah 98,8 97,2 62,5 100,0 diolah 1,3 2,8 37,5,0 4.1 Adanya genangan air Ya,0 16,0 93,8 45,0 Tidak 100,0 84,0 6,3 55,0 5.1 CTPS di lima waktu penting Tidak 87,5 87,7 90,6 98,8 5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja? 5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat? Ya 12,5 12,3 9,4 1,3 Tidak 46,3 51,9 59,4 47,5 Ya 53,8 48,1 40,6 52,5 Tidak 58,8 53,3 71,9 57,5 Ya 41,3 46,7 28,1 42,5 5.2.c. Keberfungsian penggelontor. Tidak 56,3 58,0 46,9 66,3 5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban? 5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air Ya 43,8 42,0 53,1 33,8 Tidak 80,0 79,7 62,5 90,0 Ya 20,0 20,3 37,5 10,0 Ya,Tercemar 3,8 11,8 28,1 7,5 Tidak tercemar 96,3 88,2 71,9 92,5 5.4 Perilaku BABS Ya, BABS 60,0 63,7 34,4 58,8 Tidak 40,0 36,3 65,6 41,3 Tabel 1. Indeks Risiko Sanitasi Variabel 1. SUMBER AIR Jawaban STRATA Sumber air terlindungi Tidak 88,8 68,4 93,8 91,3 1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi. Ya 95,0 98,6 87,5 83,8 1.3 Kelangkaan air Ya 38,8 20,8 46,9 41,3 2. AIR LIMBAH DOMESTIK 2.1 Tangki septik suspek aman 2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik Tidak Ya 18,8 6,6 31,3 28,8 100,0 100,0 100,0 50,0 65

66 2.3 Pencemaran karena SPAL Ya 63,8 63,2 78,1 42,5 3. PERSAMPAHAN 3.1 Pengelolaan sampah Tidak 98,8 100,0 100,0 100,0 3.2 Frekuensi pengangkutan sampah 3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah 3.4 Pengolahan sampah setempat Tidak memadai Tidak tepat waktu Tidak diolah 100,0,0,0,0 100,0 100,0,0,0 98,8 97,2 62,5 100,0 4. GENANGAN AIR 4.1 Adanya genangan air Ya,0 16,0 93,8 45,0 5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT 5.1 CTPS di lima waktu 87,5 87,7 90,6 98,8 Tidak penting 5.2.a. Apakah lantai dan 46,3 51,9 59,4 47,5 dinding jamban bebas dari Tidak tinja? 5.2.b. Apakah jamban 58,8 53,3 71,9 57,5 Tidak bebas dari kecoa dan lalat? 5.2.c. Keberfungsian 56,3 58,0 46,9 66,3 Tidak penggelontor. 5.2.d. Apakah terlihat ada 80,0 79,7 62,5 90,0 sabun di dalam atau di dekat Tidak jamban? 5.3 Pencemaran pada 3,8 11,8 28,1 7,5 wadah penyimpanan dan Ya, tercemar penanganan air 5.4 Perilaku BABS Ya, BABS 60,0 63,7 34,4 58,8 Tabel 2. Kalkulasi Indeks Risiko Sanitasi 1. SUMBER AIR Variabel Bobot STRATA 0 STRATA 1 STRATA 2 STRATA 3 STRATA Sumber air tercemar 25% Penggunaan sumber air tidak terlindungi. 25% Kelangkaan air 50% AIR LIMBAH DOMESTIK. 2.1 Tangki septik suspek aman 2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki % %

67 septik 2.3 Pencemaran karena SPAL 33% PERSAMPAHAN Pengelolaan sampah 25% Frekuensi pengangkutan sampah 3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah 25% 25 25% Pengolahan setempat 25% GENANGAN AIR Adanya genangan air 100% PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT CTPS di lima waktu 25% penting a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari 6% tinja? 5.2.b. Apakah jamban 6% bebas dari kecoa dan lalat? c. Keberfungsian 6% penggelontor d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di 6% dekat jamban? 5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan 25% penanganan air 5.4 Perilaku BABS 25% Tabel 3. Kumulatif Indeks Risiko Sanitasi Variabel STRATA 0 STRATA 1 STRATA 2 STRATA 3 STRATA 4 1. SUMBER AIR AIR LIMBAH DOMESTIK PERSAMPAHAN GENANGAN AIR

68 5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT ) Berdasarkan desa/ kelurahan di tiap lokasi studi/ survey. (File tersendiri) 68

69 II. Organisasi dan Personel Pelaksana Studi EHRA 69

70 III. Dokumentasi yang mendukung perencanaan dan pelaksanaan Studi EHRA 1. SK Tim EHRA Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun

71 71

72 72

73 73

74 74

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KOTA BONTANG BAB I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG KELOMPOK KERJA AIR MINUM & PENYEHATAN LINGKUNGAN (POKJA AMPL) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) Kota Bontang

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan perkenan-nya maka penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Bontang ini dapat

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang Kabupaten Sampang 2013 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato. BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB V AREA BERESIKO SANITASI 5.1. Area Beresiko Sanitasi Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah KATA PENGANTAR Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah studi untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki resiko pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat, taufik dan hidayah- Nya sehingga Dokumen Hasil Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau

Lebih terperinci

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN LAPORAN STUDI EHRA LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) ( ENVIRONMENTAL HEALTH KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN DISIAPKAN OLEH POKJA SANITASI

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014 LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014 i KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya Buku Laporan Studi Environmental Health Risk Assessment

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2014 LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN - 2014 D I S U S U N Kelompok Kerja

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2012 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA SALATIGA PROPINSI JAWA TENGAH 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BENGKAYANG LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment) Kabupaten : Bengkayang Provinsi : Kalimantan Barat

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Tapin Kabupaten/ Kota Tapin Bulan Mei 2012 LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 0 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA 1.1 Latar Belakang Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment / EHRA) adalah sebuah studi partisipatif di Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi sanitasi dan higinitas

Lebih terperinci

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan faktor kunci dalam rangka mewujudkan masyarakat dan bangsa yang sejahtera. Berkaitan dengan hal tersebut, aspek kesehatan memegang salah

Lebih terperinci

BAB 2 REVIEW SSK DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 2 REVIEW SSK DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN SANITASI BAB 2 REVIEW SSK DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN SANITASI 2.1 Profil Kabupaten Tulang Bawang Barat 2.1.1 Kependudukan Jumlah dan Kepadatan penduduk Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun 2014 berdasarkan data

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014 KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja

Lebih terperinci

3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN

3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN Bagian 3 DATA DAN ANALISIS HASIL SURVEY EHRA KABUPATEN BENGKULU TENGAH 3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN Bagian ini memaparkan sejumlah variable survey yang berkaitan dengan status rumah tangga/responden

Lebih terperinci

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang Kota Sabang November 2012 KATA PENGANTAR Bismillahiraahmanirrahim Dengan memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 POKJA SANITASI KABUPATEN TANAH DATAR 2015 Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Beresiko 1.1 Struktur Organisasi Daerah dan

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment) LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk KABUPATEN PASAMAN BARAT 2016 1 LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jl. Teuku Umar No. 12 Ngawi Kode Pos 63211 Telp. (0351) 746709 Fax (0351) 745956 Email:Bappeda@ngawikab.go.id LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten 2011 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON I. PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat

Lebih terperinci

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013 BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Informasi terkait karakteristik responden yang di survey dibagi atas dasar beberapa variabel yaitu : hubungan responden

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243 PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243 LAPORAN AKHIR (Bagian 1) STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA), KOTA SURABAYA TAHUN 2015 Dengan mengucapkan Puji

Lebih terperinci

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu merupakan salah satu Kabupaten yang peduli

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO I. PENDAHULUAN... 7 II. METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA 2014... 8 2.1.

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT)

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2014 LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) REVISI KOTA CIREBON PROPINSI JAWA BARAT OLEH : POKJA SANITASI KOTA CIREBON KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki

Lebih terperinci

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Envirotment Health Risk Assessment) KABUPATENBENER MERIAH PROVINSI ACEH DISIAPKAN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN BENER MERIAH

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS. Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS. Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas Kabupaten Kapuas Tahun 2014 1 KATA PENGANTAR Peningkatan kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN Kelompok Kerja Sanitasi Kota Banjarmasin Kota Banjarmasin Bulan Nopember 2012 LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012 13 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si KATA PENGANTAR Study Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten / kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas

Lebih terperinci

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN 213 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS PROPINSI KALIMANTAN BARAT DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI

Lebih terperinci

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau DISIAPKAN OLEH: POKJA SANITASI KOTA

Lebih terperinci

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Environmental Health Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO Dalam bab ini akan dirinci data terkait kondisi sanitasi saat ini yang dapat menggambarkan kondisi dan jumlah infrastruktur sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Program Percepatan Pembangungan Sanitasi Permukiman merupakan sebuah upaya pemerintah dalam mendukung upaya perbaikan sanitasi dasar permukiman bagi masyarakat. Dalam rangkaian

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Balangan Kabupaten Balangan Bulan Agustus 2013 0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...0 KATA PENGANTAR...2

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...)

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho NYA laporan penilaian risiko kesehatan lingkungan (Environmental Health Risk Assesment/EHRA) telah selesai disusun.

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT)

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT) KOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN TIM STUDI EHRA KOTA PARIAMAN Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana 5.1. Area Berisiko Sanitasi Pemetaan Kelurahan dan Desa beresiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi kelurahan, berdasarkan

Lebih terperinci

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI 2013 Tangga

Lebih terperinci

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah. Lampiran 1 Lembar Observasi Penelitian Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014 Nama : Umur : Jenis

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI Improved Latrine/Jamban Layak sesuai dengan MDG termasuk WC siram/leher angsa yang tersambung ke pipa pembuangan limbah (sewer), - septic tank, atau lubang, WC cubluk dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... 2 BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH SURVEI EHRA Penentuan Target Area Survei... 4

BAB I PENDAHULUAN... 2 BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH SURVEI EHRA Penentuan Target Area Survei... 4 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN... 2 BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH SURVEI EHRA... 4 2.1 Penentuan Target Area Survei... 4 2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden... 6 2.3 Penentuan Kelurahan/kampung Area Survei...

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan)

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan) Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan) Januari 2014 1 P a g e 2 P a g e DAFTAR ISI Kata Pengantar BAB 1. BAB 2. Pendahuluan Studi

Lebih terperinci

EHRA. Laporan. Studi. Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. Environmental Health Risk Assessment Study. Pokja Sanitasi Kabupaten Mukomuko

EHRA. Laporan. Studi. Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. Environmental Health Risk Assessment Study. Pokja Sanitasi Kabupaten Mukomuko 2013 Ssmel Laporan 2013 Studi EHRA Environmental Health Risk Assessment Study Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu Disiapkan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Mukomuko Program Percepatan Pembangunan Sanitasi

Lebih terperinci

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN 1 KATA

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan)

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan) Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan) 1 P a g e KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT

LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2014 LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA DISIAPKAN OLEH : KELOMPOK KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Survey EHRA Kabupaten Jayapura 2012

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Survey EHRA Kabupaten Jayapura 2012 Kabupaten Jayapura 2012 BAB I PENDAHULUAN Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya

Lebih terperinci

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2014Kota Padangsidimpuan. Kecamatan Kluster. PSP.Tenggara 3. PSP.

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2014Kota Padangsidimpuan. Kecamatan Kluster. PSP.Tenggara 3. PSP. BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMUTAKHIRAN STUDI EHRA (Environmental

LAPORAN PEMUTAKHIRAN STUDI EHRA (Environmental Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2015 LAPORAN PEMUTAKHIRAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kota Depok Provinsi Jawa Barat (bagian ini dapat diisi foto atau gambar)

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU 2012 0 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 RINGKASAN EKSEKUTIF... 4 DAFTAR TABEL... 6 DAFTAR DIAGRAM... 7 I. PENDAHULUAN... 8 II. METODOLOGI DAN

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Kota Palangka Raya PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi

Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Bab - 5 Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi 5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya

Lebih terperinci

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SUMENEP

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SUMENEP LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SUMENEP Kelompok Kerja Sanitasi KabupatenSumenep Kabupaten Sumenep 2013 4. LAPORAN STUDI EHRA KAB. SUMENEP TAHUN 2013 fik2 0 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan di setiap kabupaten masih menjadi permasalahan, begitu pula di Kabupaten Subang. Permasalahan ini bisa dilihat dari indikator kondisi sanitasi

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG

LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG SUMATERA BARAT 2013 KATA PENGANTAR Sanitasi sebagai wujud dari pelayanan kesehatan dasar bidang kesehatan seringkali terlupakan dan tidak

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH Sanitasi dalam hal ini yang kita tinjau adalah sektor air limbah, persampahan dan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten Soppeng. Untuk menjelaskan kondisi sanitasi di

Lebih terperinci

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2016 LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN ROTE NDAO PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI BAB I PENDAHULUAN

Dokumen Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA JAMBI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Environmental Health Risk Assessment Studyatau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA BANDA ACEHTAHUN 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah sebuah survei partisipatif

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WONOSOBO

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WONOSOBO LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WONOSOBO Disusun oleh: KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Tahun 2012 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GRAFIK...

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Pembangunan sanitasi sekarang ini masih berjalan lambat karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Sanitasi merupakan kebutuhan yang mempunyai

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan. Laporan EHRA Kota Tangerang Selatan. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan. Laporan EHRA Kota Tangerang Selatan. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2011 1 KATA PENGANTAR Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2011 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tarempa, September 2016 Ketua Pokja Studi EHRA Kabupaten Kepulauan Anambas SAHTIAR, SH, MM NIP

KATA PENGANTAR. Tarempa, September 2016 Ketua Pokja Studi EHRA Kabupaten Kepulauan Anambas SAHTIAR, SH, MM NIP i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas rahmat dan hidayah-nya yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan serta limpahan-nya sehingga Tim Studi EHRA (Studi Environmental Health Risk Assessment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MAJU, AMAN, ADIL DAN MERATA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA

TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MAJU, AMAN, ADIL DAN MERATA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di Kabupaten/kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA Hari/Tanggal : Jumat / 2 Mei2014 Tempat : Ruang Rapat Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana Jl. Mayor Sugianyar No.3 Negara Pimpinan rapat : I Ketut

Lebih terperinci

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI Oleh: MADE YATI WIDHASWARI NRP. 3310 202 712 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. NIEKE KARNANINGROEM,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016

LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016 LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016 DISIAPKAN OLEH: POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016 KataPengantar Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

5.1. Area Beresiko Sanitasi

5.1. Area Beresiko Sanitasi 5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup

Lebih terperinci

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) LAPORAN STUDY EHRA DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI KABUPATEN ACEH BESAR PROVINSI ACEH TAHUN ANGGARAN 2015

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Untuk mendapatkan target area survey EHRA, digunakan metode Klustering. Dimana penetapan kluster dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama yaitu kepadatan penduduk, angka kemiskinan,

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko

Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko Lampiran 1.1: Struktur Organisasi Daerah dan Keuangan Daerah Berdasarkan Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jembrana, Agustus Ketua Pokja PPSP Kabupaten Jembrana

KATA PENGANTAR. Jembrana, Agustus Ketua Pokja PPSP Kabupaten Jembrana KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja

Lebih terperinci