PENILAIAN KONDISI PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS KONDISI PERKERASAN PADA RUAS JALAN SIMPANG KULIM SIMPANG BATANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENILAIAN KONDISI PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS KONDISI PERKERASAN PADA RUAS JALAN SIMPANG KULIM SIMPANG BATANG"

Transkripsi

1 TESIS PENILAIAN KONDISI PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS KONDISI PERKERASAN PADA RUAS JALAN SIMPANG KULIM SIMPANG BATANG Diajukan Sebagai Salah Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik (MT) OLEH : NAMA NOMOR MAHASISWA BIDANG KAJIAN UTAMA : IRZAMI : 08/PS/5051 : GEOTEKNIK DAN JALAN RAYA PROGRAM MAGISTER (S2)TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2010

2

3 TESIS PENILAIAN KONDISI PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS KONDISI PERKERASAN PADA RUAS JALAN SIMPANG KULIM SIMPANG BATANG Diajukan Sebagai Salah Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik (MT) Oleh : NAMA NOMOR MAHASISWA : IRZAMI : 08/PS/5051 PROGRAM MAGISTER (S2)TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2010 i

4 Persetujuan Tesis PENILAIAN KONDISI PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS KONDISI PERKERASAN PADA RUAS JALAN SIMPANG KULIM SIMPANG BATANG NAMA NOMOR MAHASISWA BIDANG KAJIAN UTAMA : IRZAMI : 08/PS/5033 : GEOTEKNIK DAN JALAN RAYA Telah Diperiksa, Dibaca dan Disetujui Oleh Dosen Pembimbing Pembimbing I Tanggal Prof. Dr. Ir. H. Sugeng Wiyono., MMT., IPU Pembimbing II Tanggal Ir. Abdul Kudus., MT Mengetahui : Ketua Program Studi Dr. Ir. Anwar Khatib, M.Eng ii

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditilis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Pekanbaru, Irzami iii

6 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul Penilaian Kondisi Perkerasan dengan menggunakan metode Indeks Kondisi Perkerasan pada ruas jalan Simpang Kulim Simpang Simpang Batang. Tesis ini berisi kajian tentang tingkatan dari kondisi fungsional permukaan jalan yang mengacu pada kondisi dan kerusakan di permukaan perkerasan jalan yang terjadi. Metode yang digunakan pada kajian ini adalah metode PCI (Pavement Condition Index) yang dilaksanakan pada ruas jalan Simpang Kulim- Simpang Batang sepanjang Km. Penulisan Tesis ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk dapat menyelesaikan Magister Teknik Sipil (S-2), bidang Geoteknik dan Jalan Raya, Program Studi Magister teknik Sipil, Pasca Sarjana Universitas Islam Riau Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. Syafrinaldi, SH., MCL., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Islam Riau. 2. Bapak Dr. Ir. Anwar Khatib M.Eng., selaku pengelola Program studi Teknik Sipil sekolah Pasca Sarjana Univesitas Islam Riau di Pekanbaru, 3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng Wiyono., MMT., IPU, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk iv

7 berdiskusi, memberikan masukan dan bimbingan selama menyusun tesis ini, 4. Bapak Ir. Abd. Kudus, MT., selaku dosen pembimbing pendamping, yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan selama penyusunan tesis ini. 5. Staf Pengelola S-2 Program Magister Teknik Sipil Universitas Islam Riau atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini, 6. Alm. H. Ali Samad dan Ibunda Dra. Hj. Rasyidah Rasyid serta Alm. H. Nahar dan Hj. Dahlizar yang selalu mendoakan dan memberi dorongan dalam menyelesaikan studi, 7. Istriku tercinta Sarmina, S.Ag dan anakku tersayang M.Ichwan dan Alfi Zahri yang selalu memberikan dorongan moril dan pengertiannya selama penulis menyelesaikan studi, 8. Rekan-rekan S-2 Geoteknik dan Jalan Raya 2008 angakatan II Program Magister Teknik Sipil Universitas Islam dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan demi ke sempurnaan tesis ini. Semoga Tesis Ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan semua pihak yang membutuhkan. Amin Pekanbaru, Juli 2010 Penulis, Izami v

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR NOTASI...xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv ABSTRAKS... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian... 5 vi

9 1.5 Pernyataan Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hasil Penelitian Yang Sejenis Prof. Dr. Ir. H. Sugeng Wiyono, MMT, IPU (2009), Prediksi Kerusakan Pada Perkerasan Jalan Lantur Agus Susanto (2007), Analisa Tingkat dan Jenis Kerusakan Jalan serta Metode Perbaikan pada Ruas Jalan Slarang-Gumilir Kabupaten Cilacap Hutagalung Dameria (2007), Korelasi Nilai Internasional Roughness Index (IRI) Hasil Pengukuran Alat Merlin dan Bump Integrator DPD HPJI - Jabar (2002), Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dan Diwaspadai Dalam Pelaksanaan Perbaikan Kerusakan Konstruksi Perkerasan Jalan Di Musim Banjir Thiagahrajah. V dan Burhan (2007), Mencermati Indikasi Kerusakan Pada perkerasan Aspal Beton Baru BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Metode PCI (Pavement Condition Index) vii

10 3.2.1 Indeks Kondisi Perkerasan atau PCI (Pavement Condition Indekx) Istilah istilah Dalam Hitungan PCI a. Nilai pengurang (Deduct Value, DV) b. Kerapatan (Density) c. Nilai Pengurang Total ( Total Deduct Value), TDV) d. Nilai Pengurang Terkoreksi (corrected Deduct Value, CDV) 20 e. Nilai PCI f. Unit Sample f.1 Cara Pembagian unit Samle f.2 Penentuan Unit Sample yang disurvey Tipe-Tipe Kerusakan Pekerasan Lentur Deformasi Retak (Crack) Kerusakan di Pinggir Perkerasan Kerusakan Tekstur Permukaan Lubang (Potholes) Tambalan dan Tambalan Galian Utilitas (Patching and Utility Cut Patching) Persilangan Jalan Rel (Railroad Crossing) Erosi Jet Blast (Jet Blast Erosion) Tumpahan Minyak (Oil Spillage) viii

11 Konsolidasi atau Gerakan tanah pondasi BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Umum Bahan dan Alat Penelitian Pengumpulan Data Data Primer Analisa Data Hitungan PCI untuk unit sampel perkerasan jalan dengan permukaan aspal dan jalan tanpa perkerasan Hitungan PCI BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Data Data Kerusakan Jalan Data Tidak Ada Kerusakan Jalan Pembahasan Penentuan Nilai-Pengurangan (deduct values) Hitungan Pavement Condition Index ( PCI ) Persentase Kerusakan Pada Ruas Simpang Kulim Simpang Batang BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran ix

12 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Lokasi Penelitian ruas jalan simpang Kulim Sp. Batang..41 Gambar 4.2 Contoh jenis kerusakan pada ruas jalan simpang Kulim Sp. Batang..43 Gambar 4.3 Contoh pengukuran jenis kerusakan pada ruas jalan simpang Kulim Sp. Batang 44 Gambar 4.4 Contoh nilai-pengurangan (deduct value) untuk retak kulit buaya pada jalan dengan perkersan aspal..46 Gambar 5.1 Lokasi Penelitian Ruas Jalan simpang Kulim Sp. Batang.50 xi

14 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Metode Prediksi Kerusakan menurut Wiyono Sugeng, Tabel 3.1 Nilai PCI dan Nilai Kondis Tabel 3.2 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan bergelombang Tabel 3.3 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan alur (Rutting) Tabel 3.4 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Ambles (Depression) Tabel 3.5 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Sungkur (Shoving) Tabel 3.6 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Mengembang (Swell) Tabel 3.7 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Benjol dan turun (Bump and Sags) Tabel 3.8 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Retak Memanjang (Longitudinal Cracks) xii

15 Tabel 3.9 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Retak Reflektif Sambungan (Joint Reflection Cracks)(berasal dari Pelat Beton Semen Portland, PCC, Memanjang dan Melintang) Tabel 3.10 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks) Tabel 3.11 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Retak Blok (Block Cracks) Tabel 3.12 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Retak Slip (Slippage Cracks)/ Retak Bentuk Bulan Sabit (Crescent Shape Cracks) Tabel 3.13 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Retak Pinggir (Edge Cracking) Tabel 3.14 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Jalur/Bahu turun (lane/shoulder Drop-Off) Tabel 3.15 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Pelapukan dan Butiran Lepas (Weathering and Raveling)) Tabel 3.16 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Kegemukan (Bleeding/Flushing) Tabel 3.17 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Agregat Licin (Polished Aggregate) Tabel 3.18 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Lubang (Potholes) xiii

16 Tabel 3.19 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Tambalan dan Tambalan Galian Utilitas (Patching and Utility Cut Patching ) Tabel 3.20 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Tambalan dan Tambalan Galian Utilitas (Patching and Utility Cut Patching ) Tabel 4.1 Formulir data survey kondisi jalan permukaan aspal dan tempat parkir untuk unit sample xiv

17 DAFTAR NOTASI A d = luas total dari satu jenis perkerasan untuk setiap tingkat keparahan kerusakan (sq.ft atau m²) A s L d PCI f PCI s N = luas total unit sampel (sq.ft atau m²) = panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat keparahan kerusakan. = nilai PCI rata-rata dari seluruh area penelitian = nilai PCI untuk setiap unit sampel = jumlah unit sampel m i = jumlah pengurang ijin, termasuk pecahan, untuk unit sampel i HDV i = nilai-pengurang individual tertinggi (highest individual deduct value) untuk sampel i PCI FAA = Pavement Condition Index = Federal Aviation Administration xv

18 DAFTAR LAMPIRAN 1. Gambar 2. 18a Koreksi kurva untuk jalan dengan perkerasan dengan permukaan aspal dan tempat parkir (Shahin, 1994). 2. Grafik-grafik Nilai Pengurangan Untuk Hitungan PCI JALAN dengan Permukaan Perkerasan Aspal (Shahin, 1994). 3. Surat KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO. 630/KPTS/M/2009 tanggal 31 desember 2009 tentang panjang ruas jalan di Provinsi Riau xvi

19 ABSTRAK Dengan meningkatnya arus lalu lintas, khususnya kendaraan barang dan jasa angkutan seperti milik industri kelapa sawit, industri kayu, ternyata ini memberikan pengaruh dan dampak yang merugikan bagi kemampuan pelayanan struktur jalan. Dari hasil pemantauan di lapangan terlihat adanya beban lalu lintas yang melebihi kapasitas dari yang direncanakan. Bahkan kemungkinan dengan adanya kondisi arus lalu lintas sekarang ini, struktur perkerasan jalan akan lebih cepat rusak. Untuk menentukan apakah pada saat sekarang atau masa datang, jalan masih dalam kondisi baik, maka perlu diketahui berapa besar kondisi fungsional permukaan jalan yang mengacu pada kondisi dan kerusakan di permukaan perkerasan jalan yang terjadi. Metode yang digunakan pada kajian ini adalah metode PCI (Pavement Condition Index). Dalam metoda PCI, tingkat keparahan kerusakan perkerasan merupakan fungsi dari 3 faktor utama, yaitu : tipe kerusakan, tingkat keparahan kerusakan, jumlah atau kerapatan kerusakan. PCI ini merupakan indeks numerik yang nilainya berkisar diantara 0 sampai 100. Nilai 0 menunjukkan perkerasan dalam kondisi sangat rusak, dan nilai 100 menunjukkan perkerasan masih sempurna. Pekerjaan penilaian kerusakan dilakukan untuk mengidentifikasi dan mencatat kerusakan permukaan perkerasan, dengan tanpa memperhatikan faktorfaktor lain yang terkait dengan kondisi perkerasan. Survey dilakukan pada ruas Jalan Simpang Kulim Simpang Batang sepanjang km yang dibagi dalam beberapa segmen untuk mempermudah pengidentifikasian kerusakan jalan. Setiap segmen berjarak 100 m x 6m. Nilai Indeks Kondisi Perkerasan (PCI) ruas jalan Simpang kulim Simpang Batang 0 10 (gagal) sebesar 3.76 %, (sangat buruk) sebesar 4.51 %, (buruk) sebesar 5.26 %, (sedang) sebesar 7.52 %, (baik) sebesar 9.77 %, (Sangat baik) sebesar 8.27 %, (Sempurna) sebesar 60.9 %, Nilai Indeks Kondisi Perkerasan (PCI) rata-rata ruas jalan Simpang kulim Simpang Batang %. Dari hasil penelitian di dapat kondisi ruas jalan Simpang Kulim Simpang Batang dengan nilai % dalam hal ini termasuk sangat baik. Dalam rangka program penanganan jalan supaya lebih efektif disarankan untuk melakukan survey kondisi perkerasan secara periodik sehingga informasi kondisi perkerasan dapat berguna untuk prediksi kinerja dimasa yang akan datang. Kata-kata kunci : kerusakan,indeks kondisi perkerasan xvii

20 ABSTRACT With increasing traffic, especially vehicles of transportation of goods and services as the industry's palm oil, timber industry, this fact gives an adverse influence and impact the ability of the service road structure. From the results of monitoring in the field is apparent and the traffic load exceeds the capacity of the planned. Even the possibility with the current traffic flow conditions, the pavement structure will be more quickly broken. To determine whether in the present or future, the road is still in good condition, it is necessary to know how much the functional condition of the road surface which refers to the condition and damage in a pavement surface that occurred. The method used in this study is the PCI method (Pavement Condition Index). In the PCI method, the severity of pavement damage is a function of three main factors: the type of damage, the severity of damage, the number or density of the damage. PCI is a numeric index with a value ranging between 0 to 100. Value 0 indicating a very damaged pavement condition and the value 100 indicates the pavement is still perfect. Road damages assessment was conducted to identify and record the pavement surface damage, with no attention to other factors related to pavement condition. Survey conducted by joint Kulim Jalan Simpang - Simpang Batang 13:29-km long divided into several segments to facilitate identification of road damage. Each segment is 100 m x 6m. Pavement Condition Index (PCI) Kulim road intersection - Intersection Trunk 0-10 (failed) at 3.76%, (very bad) of 4.51%, (bad) at 5:26%, (medium ) of 7:52%, (good) at 9.77%, (Very good) at 8:27%, (Excellent) of 60.9%, Value Pavement Condition Index (PCI) average road Simpang Kulim - Simpang Batang 80.28%. From the results of research on road conditions Simpang Kulim - Simpang Batang with 80.28% in value this includes very good. In the framework of the program so that more effective road treatment is recommended to conduct periodic surveys of pavement condition so that the pavement condition information can be useful for prediction of future performance. Key words: damage, pavement condition index xviii

21 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem transportasi nasional, jalan mempunyai peranan penting dalam lingkungan, politik, serta pertahanan dan keamanan. Dalam aspek ekonomi jalan merupakan katalisator diantara proses produksi, pasar dan konsumen akhir. Dalam aspek budaya keberadaan jalan membuka cakrawala masyarakat yang dapat menjadi wahana perubahan sosial, membangun toleransi dan mencairkan sekat budaya. Dalam aspek lingkungan keberadaan jalan diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Dalam aspek politik keberadaan jalan membentuk hubungan dan ikatan antar daerah. Dalam aspek pertahanan dan keamanan keberadaan jalan memberikan akses dan mobilitas dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan. Infrastruktur jalan yang lancar, aman, nyaman dan berdaya guna akan sangat dirasakan dalam efisiensi biaya transportasi, pengembangan wilayah dan meningkatkan daya saing daerah dan bangsa, namun sepanjang perjalanannya dalam upaya mewujudkan jalan yang lancar, aman, nyaman dan berdaya guna, banyak sekali sorotan masyarakat terhadap kinerja jaringan jalan baik itu jalan nasional, provinsi maupun kabupaten yang dinilai belum memuaskan para pengguna jalan bahkan dalam beberapa hal kondisi jaringan jalan ada yang mengalami kemunduran.

22 2 Prasarana jalan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, pada era industrialisasi, perdagangan serta angkutan umum, angkutan barang dan jasa, harus didukung oleh infrastruktur yang memadai, salah satunya yang utama adalah adanya prsarana hubungan darat yaitu jalan raya. Setiap tahunnya pemerintah mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk melakukan pemeliharaan terhadap ruas-ruas jalan di seluruh Indonesia, baik itu pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan yang seharusnya tidak perlu dilakukan akibat terjadinya kerusakan dini pada ruas jalan tersebut. Dari sekian banyak ruas jalan nasional yang ada di Provinsi Riau, salah satunya adalah ruas jalan Simpang Kulim Simpang Batang, yang merupakan jalur utama dan keberadaannya sangat penting, karena pada jalur ini seluruh pusat industri, perdagangan, perusahaan dan pelabuhan melewati jalur ini. Ruas jalan Simpang Kulim Simpang Batang memiliki panjang ± Km (berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 630/KPTS/M/2009 tanggal 31 Desember 2009) dengan lebar jalan 6 m. Umumnya jalan-jalan nasional di Provinsi Riau termasuk ruas jalan Simpang Kulim Simpang Batang sudah direncanakan sesuai dengan standar desain yang ditetapkaan oleh Bina Marga. Akan tetapi dengan berubahnya komposisi beban lalu lintas dengan tumbuhnya kawasan industri, terjadi kerusakan-kerusakan dini yang seharusnya tidak perlu terjadi, mengingat umur rencananya belum terlampaui. Kerusakan-kerusakan yang terjadi saat ini diantaranya Retak blok, Benjolan dan turunan, Lubang, Retak

23 3 memanjang dan melintang, Retak kulit buaya, Retak pinggir, Agregat licin, Alur, Kegemukan, Ambles, Tambalan dan tambalan galian utilitas. Dengan meningkatnya arus lalu lintas, khususnya kendaraan barang dan jasa angkutan seperti milik industri kelapa sawit, industri kayu ternyata ini memberikan pengaruh dan dampak yang merugikan bagi kemampuan pelayanan struktur jalan. Dari hasil pemantauan di lapangan terlihat adanya beban lalu lintas yang melebihi kapasitas dari yang direncanakan. Bahkan kemungkinan dengan adanya kondisi arus lalu lintas sekarang ini, struktur perkerasan jalan akan lebih cepat rusak. Untuk menentukan apakah pada saat sekarang atau masa datang, jalan masih dalam kondisi baik, maka kondisi permukaan, kemampuan struktur dan geometri perlu dievaluasi. Jika pertimbangannya dibuat untuk menentukan atau memilih perbaikan yang dibutuhkan, maka perbaikan yang paling ekonomis dapat dirancang dan dilaksanakan. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa permasalahan yang perlu diketahui pemecahannya adalah : 1. Berapa besarkah nilai kondisi perkerasan jalan pada ruas jalan Simpang Kulim Simpang Batang. 2. Permasalahan kerusakan jalan apakah perlu dilakukan penanganan atau tidak.

24 4 1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian nilai perkerasan jalan pada ruas jalan Simpang Kulim Simpang Batang ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat kondisi perkerasan fungsional. 2. Untuk mengetahui berapa besar kerusakan pekerasan jalan. 3. Membuat korelasi atau hubungan antara persentase kerusakan jalan dengan kondisi jalan (PCI) Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian penilaian Kondisi Perkerasan dengan Menggunakan Metode Indeks Kondisi Perkerasan pada ruas Simpang Kulim Simpang batang ini diharapkan : 1. Memberi masukan kepada instansi yang terkait dalam penanganan jalan khususnya Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan umum betapa pentingnya mengetahui nilai kondisi perkerasan jalan sehingga penanganan atau program perbaikan jalan tepat sasaran dan tidak akan menimbulkan masalah dalam penangan jalan. 2. Memberikan gambaran tentang kerusakan jalan yang terjadi saat ini.

25 5 1.4 Batasan Penelitian Agar tidak menyimpang dari tujuan penulisan laporan tesis nantinya, maka dilakukan beberapa batasan sebagai berikut ini : 1. Ruas jalan yang diteliti adalah ruas jalan Simpang Kulim Simpang Batang sepanjang ± Km. 2. Mengevaluasi jenis kerusakan pada perkerasan lentur yang selama ini terjadi pada ruas jalan Simpang Kulim Simpang Batang hanya sebatas pada kerusakan yang terjadi pada permukaan perkerasan atau fungsional saja. 3. Metode penelitian menggunakan metode Indeks Kondisi Perkerasan (Pavement Condition Indekx). 1.5 Pernyataan Penelitian Beberapa penelitian mengenai penilaian kondisi jalan telah dilaksanakan, namun sepengetahuan penulis untuk lokasi ruas jalan Simpang Kulim Simpang Batang belum pernah ada yang melakukan kajian sehingga bisa dijamin keasliannya.

26 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Dalam perencanaan program perbaikan dan pemeliharaan suatu perkerasan, evaluasi kondisi jalan, baik secara geometri maupun struktural, adalah merupakan langkah pertama yang penting. Secara periodik untuk mendapatkan kecenderungan yang akan mempengaruhi kondisinya di masa datang. Program semacam ini memberikan data inventaris secara kontinyu, sehingga masalahmasalah dapat dideteksi, dan aksi perbaikan yang memadai dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Evaluasi ini harus dikembangkan pada seluruh jalan dalam suatu sistem. Penilaian jalan meliputi pertimbangan-pertimbangan geometri dan kondisi kelayakan permukaan jalan. 2.2 Hasil Penelitian yang Sejenis Wiyono Sugeng (2009), Prediksi Kerusakan Pada Perkerasan Jalan Lentur. Sejak dibukanya jalan untuk menerima beban lalu lintas, tingkat pelayanan jalan akan mengalami penurunan sampai pada batas minimal yang dapat diterima baik secara sturuktural maupun fungsinal. Kondisi fungsinal/tingkat pelayanan dari perkerasan biasanya diukur dalam nilai PSI (Present Serviceability Index) pada waktu terrentu. PSI dihitung sebagai fungsi

27 7 dari rutting (alur), patching (tambalan) serta Slope Variance/longitudinal unevennes (ketidakrataan arah memanjang). Perkerasan jalan akan memburuk/rusak secara perlahan-lahan pada awal umur dan akan berkembang secara cepat jika tidak dilakukan pemeliharaan. Untuk menghindari biaya yang tinggi dalam program preservasi / pemeliharaan jalan maka perlu peningkatan sistem manajemen jalan. Sistem ini diperlukan untuk memperkirakan kapan dan besarnya biaya untuk program rehabilitasi dan pemeliharaan, juga dapat dipakai untuk mengevakuasi standard perencanaan dan pemeliharaan yang cocok/sesuai dana yang tersedia, rencana, serta prioritas penanganan. Program pemeliharaan melalui pendekatan selama umur rencana, dapat dilakukan dengan menggunakan model-model seperti AASHTO (the American Association of State Highway and Transportation Officials), HDM (Highway Design and Maintenance) dengan berbagai penyesuaian sesuai kondisi setempat. Konsep pengembangan model prediksi dapat berupa pendekatan empiris dengan menggunakan korelasi secara statistik untuk membuat hubungan antara kerusakan (variabel tidak bebas) dengan berbagai perkerasan, lalu lintas dan faktor lingkungan (variabel bebas). Disamping itu juga model prediksi dapat berupa model analitik, yang berupa korelasi antara sifst-sifst mekanis bahan perkerasan (tengangan dan regangan), beban lalu lintas, lingkungan dengan batasan kerusakan yang ditinjau. Dalam buku dijelaskan konsep pendekatan model tersebut terutama model pendekatan empiris dengan pengembangan dan implementasinya yang dilakukan

28 8 penulis dengan mempergunakan simulasi komputer. Hal-hal yang terkait dengan kondisi perkerasan yang diperlukan/sebagai parameter dalam melaksanakan prediksi kerusakan perkerasan jalan. Memburuknya/kerusakan perkerasan jalan merupakan fungsi dari pada jumlah lalu lintas, umur, kekuatan dan mutu perkerasan serta lingkungan, sehingga prediksi awal terjadinya dan berkembangnya kerusakan tersebut dapat dimodelkan dalam bentuk persamaan matematik, yang dikenal dengan model penurunan kondisi jalan (road deterioration models). Kinerja/tingkat pelayanan perkerasan sebagai disebutkan diatas dapat diukur dengan nilai PSI yang dikembangkan dengan menggunakan data dari the American Association of state Highway and Transportation Officials (AASHTO) Road test dimana PSI didefinisikan sebagai pandangan dari pengguna jalan tentang mulusnya dan kenyamanan dalam berkendaraan dalam suatu waktu. Nilai PSI antara 0,0 5,0, dimana nilai Psi = 0,0 menyatakan jalan yang tidak mungkin dilalui dan nilai PSI = 5,0 menyatakan jalan yang sempurna. Menurut AASHTO 93 struktur perkerasan yang baru selesai dibangun dianggap memiliki nilai PSI awal, po sebesar 4,2 Sedangkan, nilai PSI diakhir pelayanan, pt ditentukan oleh kondisi kinerja minimum dari struktur perkerasan yang masih dapat diterima sebelum diperlukan perbaikan/peningkatan yang nilainya berbeda tergantung pada klasifikasi jalan. Nilai pt = 2,5 atau lebih dapat dipakai untuk jalan utama dan nilai pt = 2,0 untuk jalan yang memikul beban ringan. Nilai pt < 2,0 menurut AASHTO 93 sebaiknya dihindari kecuali karena pertimbangan ekonomi.

29 9 Ada dua jenis pendekatan telah digunakan untuk metoda perencanaan perkerasan, yaitu pendekatan empiris dan mekanistis. Pada pendekatan pertama, deformasi berlebih yang besarnya diluar batas keruntuhan yang ditetapkan, dicegah melalui penerapan kriteria yang di peroleh berdasarkan korelasi empiris mengenai kinerja perkerasan. Kriteria tersebut dapat bersifat empiris atau mekanistis. Kriteria empiris yang biasa digunakan adalah pengujian CBR yang digunakan pada metoda U.S Corps uf Engineers untuk menghubungkan tebal lapisan dengan kekuatan geser bahan dan beban roda kendaraan. Kriteria mekanistis biasanya dilakukan dengan membatasi rengangan tekan vertikal pada tanah dasar (ditentukan melalui teori elastisitas) yang besarnya tergantung pada beban lalu lintas. Secara umum pendekatan dengan cara penatapan kriteria tidak berguna untuk perkembangan model kinerja, karena yang perlu diprediksi adalah bukan besarnya kriteria deformasi tetapi kecendrungan (trend) deformasi yang terakumulasi selama umur perkerasan, mengidentifikasi respon akibat lalu lintas, lingkungan serta pemaliharaan. Pendekatan kedua memprediksi kecendrungan deformasi akibat beban berulang, yaitu berdasarkan pengujian bahan dilaboraturium serta analisis struktural menurut teori, serta mengkorelasi data lapangan dengan perameterparameter yang mewakili perkerasan dan beban.

30 10 Tabel 2.1 Prediksi Kerusakan menurut Wiyono Sugeng (2009) No PREDIKSI KINERJA KERUSAKAN MENURUT PENULIS KLASIFIKASI (PSI) KENAMPAKAN (Take in SNC 3 to 4) 1 Sangat Bagus (4-5) No Crack, No rut (No damages) 2 Bagus (3-4) Crack <14.5 %, Rutting <17.3 mm, No Raveling, No Edge Break. 3 Cukup (2-3) 14.5 <Crack<23%, 17,3<Rutting <19,35 mm, No Raveling, Potholing <40 nm/km 4 Jelek (1-2) 23<Crack<33%, 19,35<Rutting<25 mm, 35<Raveling<45% Potheles>100 nm/km 5 Sangat Jelek (0-1) Crack >33 %, Rutting > 25 mm, Raveling > 45% Potheles>200 nm/km Sumber : Wiyono Sugeng (2009) Susanto Agus (2007), Analisa Tingkat dan Jenis Kerusakan Jalan serta Metode Perbaikan pada Ruas Jalan Slarang-Gumilir Kabupaten Cilacap. Meningkatnya arus lalu lintas, khususnya kendaraan barang dan jasa (truck, clingker, trailer) angkutan seperti milik Pertamina, PT. Semen Nusantara, Pemintalan Kapas PT. Pasir Besi serta kendaraan yang keluar masuk mengangkut batu bara menuju PLTU Cilacap, ternyata ini memberikan pengaruh dan dampak yang merugikan bagi kemampuan pelayanan struktur jalan. Dari hasil pemantauan dilapangan terlihat adanya beban lalu lintas yang melebihi kapasitas dari yang

31 11 direncanakan. Bahkan kemungkinan dengan adanya kondisi arus lalu lintas sekarang ini, struktur perkerasan jalan akan lebih cepat rusak. Tujuan dari penelitian kerusakan perkerasan jalan pada ruas Jalan Slarang Gumilir ini adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan dan jenis kerusakan struktur jalan pada ruas Jalan Slarang Gumilir dan menentukan metode perbaikan kerusakan struktur jalan berdasarkan standar pemeliharaan jalan Bina Marga. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kerusakan pada ruas Jalan Slarang Gumilir Kabupaten Cilacap adalah 74,46% dari luas total permukaan jalan atau seluas ,10 m 2 dari m 2. Jenis kerusakan yang ada adalah kerusakan amblas, retak dan lubang. Dari hasil analisis kerusakan ini lebih dominan disebabkan oleh factor lalu-lintas. Perbaikan kerusakan jalan menggunakan dua alternative yaitu lapis ulang (overlay) dan tambal sulam. Dengan kerusakan sebesar 74,46%, sisa umur rencana jalan pada kondisi eksisting tinggal 3,81 tahun. Jika kerusakan jalan diperbaiki dengan overlay, maka dapat meningkatkan umur rencana jalan menjadi 9,52 tahun dengan menggunakan metode perbaikan kerusakan struktur jalan berdasarkan standar pemeliharaan jalan Bina Marga. Sedangkan bila digunakan perbaikan metode tambal sulam dapat meningkatkan sisa umur rencana jalan menjadi 6,03 tahun. Jika dilihat kebutuhan total biaya proyek dalam 10 tahun, maka perbaikan yang paling optimal adalah perbaikan dengan overlay, karena memerlukan biaya total perbaikan yang lebih murah yaitu Rp ,33 dan sisa umur rencana jalan yang lebih lama yaitu 9,05 tahun.

32 Hutagalung Dameria (2007), Korelasi Nilai Internasional Roughness Index (IRI) Hasil Pengukuran Alat Merlin dan Bump Integrator Penelitian tentang hubungan antara ketidakrataan permukaan jalan dengan kondisi permukaan jalan sangat penting. Pengukuran ketidakrataan permukaan jalan diperlukan untuk menilai penampilan jalan dan memungkinkan pengambilan keputusan atas tingkat pemeliharaan yang perlu diterapkan pada perkerasan jalan untuk meningkatkan pelayanan dan mengurangi biaya operasi kendaraan. Pengukuran ketidakrataan permukaan jalan juga berguna untuk menentukan apakah keadaan permukaan jalan cukup baik ditinjau dari aspek keselamatan dan untuk melakukan penilaian kerusakan pada perkerasan. Pada penelitian ini untuk mengukur ketidarataan permukaan jalan digunakan alat MERLIN dan Bump Integrator. MERLIN merupakan singkatan dari a Machine for Evaluating Roughness using Low-cost Instrumentation. Penelitian dilaksanakan pada lima lokasi jalan di kota Bandung sebanyak 6 kali ulangan untuk tiap jalan. Hasilnya kemudian dianalisis berdasarkan analisis statistik. Hasil pengukuran dari kedua jenis alat kemudian akan dihubungkan dengan nilai Indeks Kekasaran Internasional, International Roughness index (IRI, m/ km). Perbandingan hasil pengukuran dari kedua alat tersebut menunjukkan bahwa pengukuran ketidakrataan permukaan jalan dengan menggunakan alat MERLIN sangat praktis. Alat Merlin memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan alat <>Bump Integrator karena nilai ketidakrataan jalan

33 13 yang diperoleh merupakan gambaran ketidakrataan jalan yang sebenarnya, tetapi alat Merlin mempunyai cara kerja yang lambat. Alat Bump Integrator lebih mudah digunakan dan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, tetapi pengukuran ketidakratan permukaan jalan yang diperoleh sangat tergantung dari respon kendaraan bukan dari profil permukaan jalan. Dari pengukuran ketidakrataan jalan diketahui bahwa jalan yang berada pada kondisi baik dengan tingkat kerusakan kecil ternyata tidak memberikan pengaruh yang begitu besar pada hasil pengukuran ketidakrataan. Tetapi kerusakan jalan seperti lubang memberikan pengaruh yang sangat besar pada hasil pengukuran ketidakrataan permukaan jalan. Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa data yang diperoleh dari berbagai perlakuan tidak berbeda. Adanya faktor ulangan tidak menyebabkan perbedaan data. Untuk mendapatkan data yang seragam maka ketelitian pada saat pengukuran harus diperhatikan. Pengukuran pada masing-masing lintasan untuk tiap ruas jalan dilakukan dengan memberi tanda berupa garis lurus sepanjang 500 meter diatas permukaan jalan dengan menggunakan cat. Faktor lokasi penelitian memberikan data yang seragam karena semua ruas jalan yang disurvai merupakan jalan kota dengan tingkat kepadatan lalulintas yang relatif sama. Perbedaan operator dalam pengukuran ketidakrataan jalan tidak memberikan perbedaan data karena alat ukur yang digunakan tidak tergantung pada operator. Dapat dibuat korelasi antara nilai IRI yang diperoleh dari alat Merlin dan Bump Integrator dengan memperhatikan faktor pengulangan, faktor lokasi (lintasan pinggir dan lintasan tengah) dan operator (3 orang operator). Rumusan korelasi

34 14 yang diperoleh yaitu y = x dengan nilai R2 = , dimana x adalah IRI Bump Integrator dan y adalah IRI Merlin DPD HPJI - Jabar (2002), Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dan Diwaspadai Dalam Pelaksanaan Perbaikan Kerusakan Konstruksi Perkerasan Jalan Di Musim Banjir Kondisi konstruksi jalan secara umum di Indonesia, khususnya di era krisis moneter dan cuaca tidak mendukung serta faktor-faktor negative lainnya, telah menyebabkan timbulnya kondisi kontruksi jalan yang cukup parah dan berciri-ciri khas, sehingga penaggulangannya pun perlu khas pula, tidak konvensional seperti biasa. Secara umum dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Jenis kerusakan sangat bervariasi dan pada umumnya sudah mencapai tingkat parah karena keterbatasan dan, keterlambatan penanganan, dan kondisi awal yang marginal. 2. Faktor cuaca yang kurang mendukung (hujan & banjir) serta lalu-lintas yang tetap harus melintas meskipun jalan dalam keadaan rusak, merupakan faktor lain yang memperparah kondisi kontruksi perkerasan jalan. 3. Kondisi kerusakan serta penyebabnya yang sangat bervariasi memerlukan cara perbaikan yang khusus dan berinovasi.

35 15 4. Perbaikan harus memperhatikan tidak hanya jenis kerusakan, tetapi harus memperhatikan kondisi bahan asli pada lokasi kerusakan yang sudah mengalami penurunan mutu yang mencangkup gradasi, kepadatan, kadar air; 5. Luas permukaan perbaikan harus memperhatikan tidak hanya kerusakan permukaan yang tampak, tetapi harus mewaspadai kemungkinan kerusakan yang lebih luas dilapisan bawah meskipun sering tidak tampak; 6. Beberapa inovasi metode yang disarankan untuk diterapkan pada upaya perbaikan konstruksi perkerasan jalan yang berkondisi rusak sebagaimana dikemukakan diatas antara lain adalah, Winder patching, daur ulang, Stabilisasi, Rekontruksi Thiagahrajah. V dan Burhan (2007), Mencermati Indikasi Kerusakan Pada perkerasan Aspal Beton Baru Dalam pelaksanaan kontruksi jalan aspal beton, selalu terjadi berbagai jenis masalah teknis. Dalam hal ini coba diuraikan beberapa hal yang berindikasi cendrung memicu terjadinya kerusakan dini pada perkerasan aspal beton, khususnya yang cendrung terjadi pada jalan propinsi dan jalan tol Belawan Medan-Tanjung Morawa (Bad-mera) Sumatra Utara. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, penyebab kerusakan yang terjadi adalah akibat salah satu dari alas an berikut ini yaitu (1) Adanya unsure solar dalam tack coat atau (2) terdapat minyak (furnace fue) yang tidak terbakar dalam jumlah yang relative cukup besar dalam campuran aspal.

36 16 Namun, jika dalam pelaksanaan kontruksi jalan propinsi atau jalan tol telah melaksanakan pengawasan yang cukup ketat dan kecil kemungkinan terdapat unsure solar dalam campuran tack coat. Maka, kemungkinan lainnya sebagai penyebab dominan kerusakan dini tersebut adalah minyak (furvice fuel) yang tidak terbakar dalam campuran perkerasan aspal. Namun hal tersebut perlu dikonfirmasi lebih lanjut dengan cara melakukan analisa kimia pada lapisan putih yang terdapat pada permukaan aspal. Jika dugaan yang disampaikan benar, perlu perhatian khusus pada dryer dan perlu ditentukan cara untuk lebih memastikan kesesuaian untuk mencegah kerusakan yang serupa pada pekerjaan kontruksi jalan di masa depan. Dari Tinjau Pustaka diatas terdapat perbedaan dengan penulis antara lain : 1. Penelitian Prediksi Kerusakan Pada Perkerasan Jalan Lentur menggunakan metode PSI (Present Servicebility Index) 2. Penelitian Analisa Tingkat dan Jenis Kerusakan Jalan serta Metode Perbaikan pada Ruas Jalan Slarang-Gumilir Kabupaten Cilacap menggunakan standar pemeliharaan jalan Bina Marga. 3. PenelitianKorelasi Nilai Internasional Roughness Index (IRI) Hasil Pengukuran Alat Merlin dan Bump Integrator menggunakan alat Alat Merlin dan Bump Integrator. 4. Penelitian penulis menggunakan metode PCI (Pavement Condition Index) dalam penelitian Penilaian Kondisi Perkerasan Dengan Menggunakan Metode Indeks Kondisi Perkerasan Pada Ruas Simpang Kulim Simpang Batang.

37 17 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kinerja perkerasan adalah respon perkerasan akibat beban lalu lintas, umur, lingkungan serta kekuatan dan mutu perkerasan sendiri dimana suatu perkerasan akan mengalami kerusakan sejalan dengan bertambahnya umur dan jumlah lalu lintas yang melewati perkerasan tersebut oleh karena itu baik atau buruknya kinerja suatu perkerasan baik secara struktural maupun fungsional secara fisik akan ditunjukan oleh cepat atau lambatnya awal terjadinya serta perkembangan sebagai jenis kerusakan pada perkerasan. 3.2 Metoda PCI (Pavement Condition Index) Penilaian kondisi kerusakan perkerasan yang dikembangkan oleh U.S Army Corp of Engineer (Shahin et al., ), dinyatakan dalam Indeks Kondisi Perkerasan (Pavement Condition Index, PCI). Penggunaan PCI untuk perkerasan bandara, jalan dan tempat parkir telah dipakai secara luas di Amerika. Departemen-departemen yang menggunakan prosedur PCI ini, misalnya : FAA (Federal Aviation Administration, 1982), Departemen Pertahanan Amerika (U.S. Air Force, 1981; U.S. Army, 1982), Asosiasi Pekerjaan Umum Amerika (American Public Work Association, 1984) dan lain-lain. Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007)

38 18 Metode PCI memberikan informasi kondisi perkerasan hanya pada saat survey dilakukan, tapi tidak dapat memberikan gambaran prediksi di masa datang. Namun demikian, dengan melakukan survey kondisi secara periodik, informasi kondisi perkerasan dapat berguna untuk prediksi kinerja di masa datang, selain juga dapat digunakan sebagai masukan pengukuran yang lebih detail.( Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007). Prosedur penilaian kondisi perkerasan jalan yang akan disampaikan berikut ini mengacu pada prosedur yang tercantum dalam buku : Pavement Management For Airport, Roads and Parking Lots, oleh Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007). Untuk maksud membandingkan, maka akan dipelajari pula cara hitungan PCI pada perkerasan di bandara yang disarankan oleh FAA (1982) Indeks Kondisi Perkerasan atau PCI (Pavement Condition Index) Indeks Kondisi Perkerasan atau PCI (Pavement Condition Index) adalah tingkatan dari kondisi permukaan perkerasan dan ukuran yang ditinjau dari kondisi permukaan perkerasan dan ukuran yang ditinjau dari fungsi daya guna yang mengacu pada kondisi dan kerusakan di permukaan perkerasan yang terjadi. PCI ini merupakan indeks numerik yang nilainya berkisar diantara 0 sampai 100. Nilai 0, menunjukkan perkerasan dalam kondisi sangat rusak, dan nilai 100 menunjukkan perkerasan masih sempurna. PCI ini didasarkan dari hasil survey kondisi visual. Tipe kerusakan, tingkat keparahan kerusakan, dan ukurannya diidentifikasikan saat survey kondisi tersebut. PCI dikembangkan untuk

39 19 memberikan indeks dari integritas struktur perkerasan dan kondisi operasional permukaannya. Informasi kerusakan yang diperoleh sebagai bagian dari survey kondisi PCI, memberikan informasi sebab-sebab kerusakan, dan apakah kerusakan terkait dengan beban atau iklim. Dalam metoda PCI, tingkat keparahan kerusakan perkerasan merupakan fungsi dari 3 faktor utama, yaitu : tipe kerusakan, tingkat keparahan kerusakan, jumlah atau kerapatan kerusakan Istilah-sistilah Dalam Hitungan PCI Dalam hitungan PCI, maka terdapat istilah-istilah sebagai berikut ini. a. Nilai-pengurang (Deduct Value, DV) Nilai-pengurang (deduct Value) adalah suatu nilai-pengurang untuk setiap jenis kerusakan yang diperoleh dari kurva hubungan kerapatan (density) dan tingkat keparahan (severity level) kerusakan. Karena banyaknya kemungkinan kondisi perkerasan, untuk menghasilkan suatu indeks yang memperhitungkan ke tiga faktor tersebut umumnya menjadi masalah. Untuk mengatasi hal ini, nilaipengurang dipakai sebagai tipe faktor pemberat yang mengindikasikan derajat pengaruh kombinasi tiap-tiap kerusakan, tingkat keparahan kerusakan, dan kerapatannya. Didasarkan pada kelakukan perkerasan, masukan dari pengalaman, hasil uji lapangan dan evaluasi prosedur, serta deskripsi akurat dari tipe-tipe kerusakan, maka tingkat keparahan kerusakan dan nilai-pengurang diperoleh, sehingga suatu indeks kerusakan gabungan dapat diperoleh dan akhirnya nilai PCI dapat ditentukan.

40 20 Untuk penentuan PCI dari bagian perkerasan tertentu, maka bagian tersebut dibagi-bagi ke dalam unit-unit inspeksi, yang disebut unit sampel. b. Kerapatan (density) Kerapatan adalah persentase luas atau panjang total dari satu jenis kerusakan terhadap luas atau panjang total bagian jalan yang diukur, bisa dalam sq.ft atau m², atau dalam feet atau meter. Dengan demikian, kerapatan kerusakan dapat dinyatakan oleh persamaan : Kerapatan (density) (%) = A ffffffff d B 100 A s Atau Kerapatan (density) (%) = L fffffff d B 100 A s (3.1a) (3.1b) Dengan, A d = luas total dari satu jenis perkerasan untuk setiap tingkat keparahan kerusakan (sq.ft atau m²) A s = luas total unit sampel (sq.ft atau m²) L d = panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat keparahan kerusakan. c. Nilai-pengurang total (Total Deduct Value, TDV) Nilai pengurang total atau TDV adalah jumlah total dari nilai pengurang (deduct value) pada masing-masing unit sampel. d. NIlai-pengurang terkoreksi (corrected Deduct Value, CDV) Nilai pengurang terkoreksi atau CDV diperoleh dari kurva hubungan antara nilai-pengurang total (TDV) dan nilai-pengurang (DV) dengan memilih

41 21 kurva yang sesuai. Jika nilai CDV yang diperoleh lebih kecil dari nilai-pengurang tertinggi (Highest Deduct Value, HDV), maka CDV yang digunakan adalah nilaipengurang individual tertinggi. e. Nilai PCI Setelah CDV diperoleh, maka PCI untuk setiap unit sampel dihitung dengan menggunakan persamaan: PCI s Dengan PCI s PCI untuk setiap unit sampel atau unit penelitian, dan CDV adalah CDV dari setiap unit sampel. Nilai PCI perkerasan secara keseluruhan pada ruas jalan tertentu adalah : PCI f X PCI ffffffffffffffff s N.. (3.2) Dengan, PCI f = nilai PCI rata-rata dari seluruh area penelitian PCI s = nilai PCI untuk setiap unit sampel N = jumlah unit sampel Nilai PCI yang diperoleh digunakan untuk penilaian kondisi perkerasan. Pembagian nilai kondisi perkersan yang disarankan oleh FAA (1982) dan Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) ditunjukan dalam table dibawah ini.

42 22 Tabel 3.1 Nilai PCI dan Nilai Kondisi Nilai PCI Kondisi 0-10 Gagal (Failed) Sangat Buruk (very poor) Buruk (poor) Sedang (Fair) Baik (Good) Sangat Baik (Very Good) Sempurna (Excelent) Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) f. Unit Sampel Unit Sampel adalah bagian atau seksi dari suatu perkerasan yang didefenisikan hanya untuk keperluan pemeriksaan. f.1 Cara pembagian unit sampel Untuk jalan dengan perkerasan aspal (termasukk aspal diatas perkerasan beton) dan jalan tanpa perkerasan, unit sampel didefenisikan sebagai luasan sekitar 305 ± 762 m² (2500 ± 1000 sq.ft. Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007). Ukuran unit sampel sebaiknya mendekati nilai rata-rata yang direkomendasikan agar hasilnya akurat.

43 23 Pertimbangan penting dalam pembagian daerah perkerasan kedalam unit sampel sangat penting. Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) memberikan contoh suatu perkerasan aspal dengan ukuran lebar 6,7 m (22 ft) dan panjang 1438 m (4720 ft) dapat dibagi ke dalam unit sampel dengan lebar 6,7 m (22 ft) dan panjang 30,5 m (100 ft), untuk unit sampel seluas 670 m (2200 sq.ft). Pembagian ukuran unit sampel bisa tidak sama. Hal ini disebabkan oleh ukuran panjang total jalan yang bermacam-macam. Namun, pemilihan ukuran sebaiknya harus seperti yang disarankan dalam aturan main, agar hasil PCI nya tepat. Untuk setiap bagian yang diperiksa, disarankan untuk melakukan penggambaran sketsa-sketsa yang memperlihatkan ukuran dan lokasi unit sampel. Sketsa-sketsa ini dapat digunakan untuk merelokasi unit-unit sampel guna inspeksi di masa datang. f.2 Penentuan unit sampel yang disurvei Shahin (1992). Inspeksi dari setiap unit sampel dalam suatu bagian perkerasan membutuhkan usaha ekstra, khususnya jika bagiannya besar. Derajat pengambilan contoh yang dibutuhkan bergantung pada tingkat penggunaan hasil survey apakah survey dilakukan pada tingkat-jaringan (network-level) ataukah tingkat proyek (project-level). Jika tujuannya adalah untuk membuat keputusan tingkat-proyek (proyek-level), seperti perencanaan biaya proyek, maka suatu survei dengan jumlah umit sampel terbatas sudah cukup. Tapi, jika tujuannya adalah untuk

44 24 mengevaluasi bagian perkerasan spesifik pada tingkat-proyek, maka derajat penelitian sampel yang lebih tinggi dibutuhkan pada bagian ini. Pengelolaan pada tingkat proyek membutuhkan data akurat untuk persiapan proyek perencanaan dan kontrak. Karena itu, dibandingkan dengan pengelolaan tingkat jaringan, unit sampel yang dibutuhkan dalam tingkat proyek lebih banyak Tipe-Tipe Kerusakan Pekerasan Lentur Khusus utnuk keperluan dalam hitungan Indeks Kondisi Perkerasan (Pavement Condition Index, PCI, Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007), jenisjenis kerusakan perkerasan lentur (aspal), umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Deformasi: bergelombang, alur, ambles, sungkur, mengembang, benjol dan turun. 2. Retak: memanjang, melintang, diagonal, reflektif, blok, kulit buaya dan bentuk bulan sabit. 3. Kerusakan tekstur permukaan: butiran lepas, kegemukan, agregat licin, terkelupas dan stripping. 4. Kerusakan lubang, tambalan dan persilangan jalan rel. 5. Kerusakan di pinggir perkerasan: pinggir retak/pecah dan bahu turun.

45 Deformasi Deformasi adalah perubahan permukaan jalan dari profil aslinya (sesudah pembangunan). Deformasi merupakan kerusakan penting dari kondisi perkerasan, karena mempengaruhi kualitas kenyamanan lalu lintas. Beberapa tipe deformasi perkerasan lentur adalah : 1. Bergelombang (Corrugation) Bergelombang atau keriting adalah kerusakan oleh akibat terjadinya deformasi plastis yang menghasilkan gelombang-gelombang melintang atau tegak lurus arah perkerasan perkerasan aspal. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi ditunjukkan dalam tabel 3.2 Tabel 3.2 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan bergelombang Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Keriting mengakibatkan sedikit gangguan L kenyamanan kendaraan. Keriting mengakibatkan agak banyak mengganggu M kenyamanan kendaraan. Keriting mengakibatkan banyak gangguan H kenyamanan kendaraan. Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) 2. Alur (Rutting) Alur adalah deformasi permukaan perkerasan aspal dalam bentuk turunnya perkerasan kearah memanjang pada lintasan roda kendaraan.

46 26 Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi ditunjukkan dalam tabel 3.3 Tabel 3.3 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan alur Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan L Kedalaman alur rata-rata ¼ - ½ in. (6 13 mm) M Kedalaman alur rata-rata ½ - 1 in. (13 25,5 mm) H Kedalaman alur rata-rata 1 in. (25,4 mm) Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) 3. Ambles (Depression) Ambles adalah penurunan perkerasan yang terjadi pada area terbatas yang mungkin dapat diikuti dengan retakan. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi ditunjukkan dalam tabel 3.4 Tabel 3.4 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Ambles Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Kedalaman maksimum ambles ½ - 1 in.(13 25 L mm) Kedalaman maksimum ambles 1 2 in. (25 51 M mm) H Kedalaman ambles > 2 in. (51 mm) Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007)

47 27 4. Sungkur (Shoving) Sungkur adalah perpindahan permanen secara local dan memanjang dari permukaan perkerasan yang disebabkan oleh beban lalu-lintas. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi ditunjukkan dalam tabel 3.5 Tabel 3.5 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Sungkur (Shoving) Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Sungkur menyebabkan sedikit gangguan L kenyamanan kendaraan. Sungkur menyebabkan cukup gangguan kenyamanan M kendaraan. Sungkur menyebabkan gangguan besar pada H kenyamanan kendaraan. Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) 5. Mengembang (Swell) Mengembang adalah gerakan ke atas local dari perkerasan akibat pengembangan (atau pembekuan air) dari tanah-dasar atau dari bagian struktur perkerasan. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi ditunjukkan dalam tabel 3.6 Tabel 3.6 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Mengembang (Swell) Tingkat Kerusakan L Identifikasi Kerusakan Pengembangan menyebabkan sedikit gangguan kenyamanan kendaraan. Kerusakan ini sulit dilihat, tapi dapat dideteksi dengan berkendaraan cepat. Gerakan ke atas terjadi bila ada pengembangan.

48 28 Pengembangan menyebabkan cukup gangguan M kenyamanan kendaraan. Pengembangan menyebabkan gangguan besar pada H kenyamanan kendaraan. Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) 6. Benjol dan turun (Bump and Sags) Benjol adalah gerakan atau perpindahan ke atas, bersifat local dan kecil, dari permukaan perkerasan aspal. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi ditunjukkan dalam tabel 3.7 Tabel 3.7 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Benjol dan turun (Bump and Sags) Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Benjol dan melengkung mengakibatkan sedikit L gangguan kenyamanan kendaraan. Benjol dan melengkung agak banyak mengganggu M kenyamanan kendaraan. Benjol dan melengkung mengakibatkan banyak H gangguan kenyamanan kendaraan. Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) Retak (Crack) Retak dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor dan melibatkan mekanisme yang kompleks. Secara teoritis, retak dapat terjadi bila tegangan tarik yang terjadi pada lapisan aspal melampaui

49 29 tegangan tarik maksimum yang dapat ditahan oleh perkerasan tersebut. Beberapa tipe retak ( Crack) perkerasan lentur adalah : 1. Retak Memanjang (Longitudinal Cracks) Retak berbentuk memanjang pada perkerasan jalan, dapat terjadi dalam bentuk tunggal atau berderet yang sejajar, dan kadang-kadang sedikit bercabang. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi ditunjukkan dalam tabel 3.8 Tabel 3.8 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Retak Memanjang (Longitudinal Cracks) Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Satu dari kondisi berikut yang terjadi : 1. Retak tak terisi, lebar 3/8 in. (10 mm), atau L 2. Retak terisi sembarang lebar ( pengisi kondisi bagus). Satu dari kondisi berikut yang terjadi : 1. Retak tak terisi, lebar 3/8 3 in (10-76 mm) 2. Retak tak terisi, sembarang lebar sampai 3 in. M (76 mm) dikelilingi retak acak ringan. 3. Retak terisi, sembarang lebar dikelilingi retak agak acak. Satu dari kondisi berikut yang terjadi : 1. Sembarang retak terisi atau tak terisi dikelilingi oleh retak acak, kerusakan sedang H sampai tinggi. 2. Retak tak terisi > 3 in. (76 mm). 3. Retak sembarang lebar, dengan beberapa inci di sekitar retakan, pecah. Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) 2. Retak melintang (Transverse Cracks) Retak melintang merupakan retakan tunggal (tidak bersambungan satu sama lain) yang melintang perkerasan.

50 30 3. Retak Diagonal (Diagonal Cracks) Retak diagonal adalah retakan yang tidak bersambungan satu sama lain yang arahnya diagonal terhadap perkerasan. 4. Retak Berkelok-kelok (Meandering Cracks) Retak berkelok-kelok adalah retak yang tidak saling berhubungan, polanya tidak teratur, dan arahnya bervariasi biasanya sendiri-sendiri. 5. Retak Reflektif Sambungan (Joint Reflection Cracks)(berasal dari Pelat Beton Semen Portland, PCC, Memanjang dan Melintang). Kerusakan ini umumnya terjadi pada permukaan perkerasan aspal yang telah dihamparkan di atas perkerasan beton semen Portland. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi kerusakan dalam tabel 3.9 Tabel 3.9 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Retak Reflektif Sambungan (Joint Reflection Cracks) Tingkat Kerusakan L M H Identifikasi Kerusakan Satu dari kondisi berikut yang terjadi : 1. Retak tak terisi, lebar < 3/8 in. (10 mm) 2. Retak terisi sembarang lebar ( pengisi kondisi bagus). Satu dari kondisi berikut yang terjadi : 1. Retak tak terisi, lebar 3/8 3 in (10-76 mm) 2. Retak tak terisi, sembarang lebar sampai 3 in. (76 mm) dikelilingi retak acak ringan. 3. Retak terisi, sembarang lebar yang dikelilingi retak acak ringan. Satu dari kondisi berikut yang terjadi : 1. Sembarang retak terisi atau tak terisi dikelilingi oleh retak acak, kerusakan sedang atau tinggi.

51 31 2. Retak tak terisi lebih dari 3 in. (76 mm). 3. Retak sembarang lebar, dengan beberapa inci di sekitar retakan, pecah (retak berat menjadi pecahan). Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) 6. Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks) Retak kulit buaya adalah retak yang berbentuk sebuah jaringan dari bidang bersegi banyak (polygon) kecil-kecil menyerupai kulit buaya, dengan lebar celah lebih besar atau sama dengan 3 mm. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi kerusakan dalam tabel 3.10 Tabel 3.10 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks) Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Halus, retak rambut/halus memanjang sejajar satu L dengan yang lain, dengan atau tanpa berhubungan satu sama lain. Retakan tidak mengalami gompal*. Retak kulit buaya ringan terus berkembang ke dalam M pola atau jaringan retakan yang diikuti gompal ringan. Jaringan dan pola retak telah berlanjut, sehingga pecahan-pecahan dapat diketahui dengan mudah, dan H terjadi gompal dipinggir. Beberapa pecahan mengalami rocking akibat lalu lintas. *Retak gompal adalah pecahan material di sepanjang sisi retakan. Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) 7. Retak Blok (Block Cracks) Retak blok ini berbentuk blok-blok besar yang saling bersambungan, dengan ukuran sisi blok 0,20 sampai 3 meter, dan dapat membentuk sudut atau pojok yang tajam.

52 32 Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi kerusakan dalam tabel 3.11 Tabel 3.11 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Retak Blok (Block Cracks) Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Blok didefenisikan oleh retak dengan tingkat L kerusakan rendah. Blok didefenisikan oleh retak dengan tingkat M kerusakan sedang. Blok didefenisikan oleh retak dengan tingkat H kerusakan tinggi. Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) 8. Retak Slip (Slippage Cracks)/ Retak Bentuk Bulan Sabit (Crescent Shape Cracks). Retak slip atau retak berbentuk bulan sabit yang diakibatkan oleh gayagaya horizontal yang berasal dari kendaraan. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi kerusakan dalam tabel 3.12 Tabel 3.12 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Retak Slip (Slippage Cracks)/ Retak Bentuk Bulan Sabit (Crescent Shape Cracks) Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan L Retak rata-rata lebar < 3/8 in. (10 mm) Satu dari kondisi berikut yang terjadi : 1. Retak rata-rata 3/8 1,5 in. (10 38 mm). M 2. Area di sekitar retakan pecah, ke dalam pecahan-pecahan terikat. Satu dari kondisi berikut yang terjadi : 1. Retak rata-rata > ½ in. (>38 mm). H 2. Area di sekitar retakan, pecah ke dalam pecahan-pecahan mudah terbongkar. Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007)

53 Kerusakan di Pinggir Perkerasan Kerusakan di pinggir perkerasan adalah retak yang terjadi di sepanjang pertemuan antara permukaan perkerasan aspal dan bahu jalan, lebih-lebih bila bahu jalan tidak ditutup (unsealed). Beberapa tipe kerusakan di pinggir perkerasan perkerasan lentur adalah : 1. Retak Pinggir (Edge Cracking) Retak pinggir biasanya terjadi sejajar dengan pinggir perkerasan dan berjarak sekitar 0,3 0,6 m dari pinggir. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi kerusakan dalam tabel 3.13 Tabel 3.13 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Retak Pinggir (Edge Cracking) Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Retak sedikit sampai sedang dengan tanpa pecahan L atau butiran lepas. Retak sedang dengan beberapa pecahan dan butiran M lepas. Banyak pecahan atau butiran lepas di sepanjang tepi H perkerasan. Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) 2. Jalur/Bahu turun (lane/shoulder Drop-Off) bahu jalan. Jalur/bahu jalan turun adalah beda elevasi antara pinggir perkerasan dan Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi kerusakan dalam tabel 3.14

54 34 Tabel 3.14 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Jalur/Bahu turun (lane/shoulder Drop-Off) Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Beda elevasi antara pinggir perkerasan dan bahu L jalan 1 2 in. (25 51 mm) M Beda elevasi > 2 4 in. ( mm). H Beda elevasi > 4 in. (102 mm). Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) Kerusakan Tekstur Permukaan Kerusakan tekstur permukaan merupakan kehilangan material perkerasan secara berangsur-angsur dari lapisan permukaan ke arah bawah. Beberapa tipe kerusakan tekstur permukaan perkerasan lentur adalah : 1. Pelapukan dan Butiran Lepas (Weathering and Raveling) Pelapukan dan butiran lepas (raveling) adalah disintegrasi permukaan perkerasan aspal melalui pelepasan partikel agregat yang berkelanjutan, berawal dari permukaan perkerasan menuju ke bawah atau dari pinggir ke dalam. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi kerusakan dalam tabel 3.15 Tabel 3.15 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Pelapukan dan Butiran Lepas (Weathering and Raveling)) Tingkat Kerusakan L M* Identifikasi Kerusakan Agregat atau bahan pengikat mulai lepas. Di beberapa tempat, permukaan mulai berlubang. Jika ada tumpahan oli; genangan oli dapat terlihat, tapi permukaannya keras, tak dapat ditembus mata uang logam. Agregat atau pengikat telah lepas. Tekstur permukaan agak aksar dan berlubang. Jika ada tumpahan oli permukaannya lunak, dan dapat

55 35 ditembus mata uang logam. Agregat atau pengikat telah banyak lepas. Tekstur permukaan sangat kasar dan mengakibatkan banyak lubang. Diameter luasan lubang < 4 in. (10 mm) dan kedalaman ½ in. (13 mm). luas lubang lebih besar H* dari ukuran ini, dihitung sebagai kerusakan lubang (pothole). Jika ada tumpahan oli permukaannya lunak, pengikat aspal telah hilang ikatannya sehingga agregat menjadi longgar. *Bila local, yaitu akibat tumpahan oli, maka ditambal secara parsial Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) 2. Kegemukan (Bleeding/Flushing) Kegemukan adalah hasil dari aspal pengikat yang berlebihan, yang bermigrasi ke atas permukaan perkerasan. Kelebihan kadar aspal atau terlalu rendahnya kadar udara dalam campuran, dapat mengakibatkan kegemukan. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi kerusakan dalam tabel 3.16 Tabel 3.16 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Kegemukan (Bleeding/Flushing) Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Kegemukan terjadi hanya pada derajat rendah, dan L nampak hanya beberapa hari dalam setahun. Aspal tidak melekat pada sepatu atau roda kendaraan. Kegemukan telah mengakibatkan aspal melekat pada M sepatu atau roda kendaraan, paling tidak beberapa minggu dalam setahun. Kegemukan telah begitu nyata dan banyak aspal H melekat pada sepatu dan roda kendaraan, paling tidak lebih dari beberapa minggu dalam setahun. Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007)

56 36 3. Agregat Licin (Polished Aggregate) Agregat licin adalah licinnya permukaan bagian atau perkerasan, akibat ausnya agregat di permukaan. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi kerusakan dalam tabel 3.17 Tabel 3.17 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Agregat Licin (Polished Aggregate) Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) Tidak ada defenisi derajat kerusakan. Tetapi, derajat kelicinan harus Nampak signifikan, sebelum dilibatkan dalam survey kondisi dan dinilai sebagai kerusakan. \ 4 Pengelupasan (Delamination) Kerusakan permukaan terjadi oleh akibat terkelupasnya lapisan aus dari permukaan perkerasan. 5 Stripping Stripping adalah suatu kondisi hilangnya agregat kasar dari bahan penutup yang disemprotkan, yang menyebabkan bahan pengikat dalam kontak langsung dengan ban.

57 Lubang (Potholes) Lubang adalah lekukan permukaan perkerasan akibat hilangnya lapisan aus dan material lapis pondasi (base). Kerusakan berbentuk lubang kecil biasanya berdiameter kurang dari 0.9 m dan berbentuk mangkuk yang dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan permukaan lainnya. Lubang biasanya terjadi akibaat galian utilitas atau tambaalan di area perkerasaan yang telah ada. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi kerusakan dalam tabel 3.18 Tabel 3.18 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Lubang (Potholes) Kedalaman maksimum 4 8 in. 5 ( mm) Diameter rata-rata lubang 8 18 in. ( mm) in. ( mm) ½ - 1 in. (12,7 25,4 mm) L L M >1 2 in. (25,4 50,8 mm) L M H >2 in. M M H (> 50,8 mm) L : Belum perlu diperbaiki; penambalan parsial atau di seluruh kedalaman M : Penambalan parsial atau di seluruh kedalaman H : Penambalan di seluruh kedalaman Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007)

58 Tambalan dan Tambalan Galian Utilitas (Patching and Utility Cut Patching) Tambalan (patch) adalah penutupan bagian perkerasan yang mengalami perbaikan. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi kerusakan dalam tabel 3.19 Tabel 3.19 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Tambalan dan Tambalan Galian Utilitas (Patching and Utility Cut Patching ) Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Tambalan dalam kondisi baik dan memuaskan. L Kenyamanan kendaraan dinilai terganggu sedikit atau lebih baik. Tambalan sedikit rusak dan atau kenyamanan M kendaraan agak terganggu. Tambalan sangat rusak dan/atau kenyamanan H kendaraan sangat terganggu. Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) Persilangan Jalan Rel (Railroad Crossing) Kerusakan pada persilangan jalan rel dapat berupa ambles atau benjolan di sekitar dan atau antara lintasan rel. Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI dan identifikasi kerusakan dalam tabel 3.20

59 39 Tabel 3.20 Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi kerusakan Tambalan dan Tambalan Galian Utilitas (Patching and Utility Cut Patching ) Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Persilangan jalan rel menyebabkan sedikit gangguan L kenyamanan kendaraan. Persilangan jalan rel menyebabkan cukup gangguan M kenyamanan kendaraan. Persilangan jalan rel menyebabkan gangguan besar H pada kenyamanan kendaraan. Sumber : Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) Erosi Jet Blast (Jet Blast Erosion) Erosi Jet Blast adalah kerusakan perkerasan beton aspal pada bandara Tumpahan Minyak (Oil Spillage) Tumpahan minyak adalah kerusakan atau pelunakan permukaan perkerasan aspal di bandara yang disebabkan oleh tumpahan minyak, pelumas, atau cairan yang lain Konsolidasi atau Gerakan Tanah Pondasi Penurunan konsolidasi tanah di bawah timbunan menyebabkan distorsi perkerasan. Perkerasan lentur yang dibangun diatas kotoran atau tanah gambut, akan memunculkan area yang amblas

60 40 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Umum Penilaian kerusakan secara detail dibutuhkan sebagai bagian dari perencanaan dan perancangan proyek rehabilitasi. Penilaian kerusakan perkerasan adalah kompilasi dari berbagai tipe kerusakan, tingkat keparahan kerusakan, lokasi, dan luas penyebarannya. Perhatian harus diberikan terhadap konsisten dari personil penilai kerusakan, baik secara individual maupun kelompok-kelompok yang melakukan penilaian. Pekerjaan penilaian kerusakan dilakukan untuk mengidentifikasi dan mencatat kerusakan permukaan perkerasan, dengan tanpa memperhatikan faktorfaktor lain yang terkait dengan kondisi perkerasan. Informasi ini digunakan ketika melakukan penilaian tebal efektif dari perkerasan yang telah ada dalam satu prosedur dan juga untuk melakukan estimasi kebutuhan biaya perbaikan kerusakan. Dalam melakukan penilaian kerusakan, seluruh bagian perkerasan yang direncanakan akan diperbaiki perlu di nilai secara detail yaitu dengan mengumpulkan seluruh informasi yang dibutuhkan. Dari sini, korelasi-korelasi dapat dilakukan dalam rangka untuk mengetahui hubungan antara kemungkinan sebab-sebab kerusakan dan pengaruhnya. Kerusakan perkerasan seperti yang terlihat dipermukaan dapat atau tidak dapat menunjukkan ancaman kegagalan perkerasan. Karena itu, penting untuk

61 41 meyakinkan penyebab dari ketidakberaturan permukaan perkerasan. Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada peta dibawah ini : Gambar 4.1 Lokasi Penelitian Ruas Jalan simpang Kulim Sp. Batang 4.2 Bahan dan Alat Penelitian Perencanaan penelitian sebaiknya dilakukan supaya estimasi PCI dapat ditentukan dengan memeriksa satu bagian unit-unit sampel di dalam area penelitian. Survei kondisi adalah survei yang dimaksudkan untuk menentukan kondisi perkerasan pada waktu tertentu. Tipe survei semacam ini tidak mengevaluasi

62 42 kekuatan perkerasan. Survei kondisi bertujuan untuk menunjukkan kondisi perkerasan pada waktu saat dilakukan survei. Survei kondisi seluruh perkerasan aspal, maupun aspal yang menutup perkerasan beton, adalah sebagai berikut Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) : 1. Alat : Personil pemeriksa memerlukan adometer tangan (hand odometer) untuk mengukur panjang dan luas kerusakan, penggaris untuk mengukur kedalaman alur atau amblas, dan manual kerusakan PCI. 2. Prosedur : Satu unit sampel diperiksa dengan mengukur tipe kerusakan dan tingkat kerusakannya, menurut manual PCI dan formulir data untuk lembar survei perkerasan lentur. 4.3 Pengumpulan Data Untuk mengevaluasi penilaian Kondisi Perkerasan dengan Menggunakan Metode Indeks Kondisi Perkerasan pada Ruas Simpang Kulim Simpang Batang dalam penyusunan tesis diperlukan pengumpulan data primer yang diperoleh langsung dari lapangan Data Primer Data primer adalah suatu data yang didapat langsung di lapangan, yaitu meliputi pengukuran jenis-jenis kerusakan perkerasan, jenis perkerasan yang digunakan dan data komposisi lalu-lintas. Data ini diperoleh dengan melakukan

63 43 pengamatan dan peninjauan secara langsung di lapangan. Survey yang dilakukan meliputi survey kondisi permukaan jalan Survey dilakukan pada ruas Jalan Simpang Kulim Simpang Batang km yang dibagi dalam beberapa segmen untuk mempermudah pengidentifikasian kerusakan jalan. Survey yang dilakukan meliputi : a. Jenis kerusakan jalan. Jenis-jenis kerusakan jalan yang ada direkap untuk setiap segmen jalan yang ditinjau. Semua jenis kerusakan dinilai secara visual kemudian setiap kerusakan ditandai dengan memberi batas dengan cat. Kemudian semua jenis kerusakan di ukur panjang, lebar dan kedalamannya dengan menggunakan meteran, seperti terlihat pada gambar 4.1 dan 4.2 dibawah ini : Gambar 4.2 Contoh jenis kerusakan pada Ruas Jalan simpang Kulim Sp. Batang

64 44 Gambar 4.3 Contoh pengukuran jenis kerusakan pada Ruas Jalan Kulim Sp. Batang simpang b. Tingkat kerusakan yang terjadi. Kerusakan dinilai berdasarkan kualitas kerusakan apakah termasuk berat, sedang atau ringan dan juga kuantitasnya. c. Jumlah kerusakan. Tiap jenis kerusakan jalan direkap dan dijumlahkan untuk setiap segmen yang ditinjau seperti table 4.1 dibawah ini :

65 45 Tabel 4.1 Formulir data survey kondisi jalan permukaan aspal dan tempat parkir untuk unit sample Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007) AIRFIELD ASPHALT PAVEMENT CONDITION SURVEY DATA SHEET FOR SAMPLE UNIT Branch Section Sample Unit : 0 Surveyed By : Date : Sample Area : 0 SKETCH : LOCATION 1. Alligator Cracking (sq.ft) 7. Edge cracking (ft) 13. Potholes (count) 2. Bleeding (sq.ft) 8. Jt. Reflection Cracking (ft)14. Rail road corssing (sq.ft) 3. Block Cracking (sq.ft) 9. Lane/Shoulder Drop off (ft) 15. Rutting (sq.ft) 4. Bump and Sags (ft) 10. Long & Trans Cracking 16. Shoving (sq.ft) 5. Corrugation (sq.ft) 11. Patching & Util cut Patch 17. (ft) Slippage Cracking (sq.ft) 6. Depression (sq.ft) 12. Polished Agrgregate (ft)18. Swell (sq.ft) 19. Weathering / Ravelling (sq.ft) DISTRESS Density Deduct Quantity Total SEVERITY % value 4.4 Analisa Data Hitungan PCI untuk unit sampel perkerasan jalan dengan permukaan aspal dan jalan tanpa perkerasan Langkah-langkah hitungan PCI untuk jalan dan bandara sama (Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007). Berikut ini diberikan langkah-langkah hitungan PCI. : 1. Penentuan nilai-pengurang (deduct values) a) Jumlahkan untuk setiap tipe pada setiap tingkat keparahan kerusakan, dan catat kerusakan pada kolom total di formulir survey. Gambar 4.1

66 46 b) Tentukan nilai-pengurang DV (dedut Value) untuk setiap kombinasi tipe kerusakan dan tingkat keparahan kerusakan dari kurva nilai-pengurang kerusakan, sebagai contoh gambar 4.1 dibawah ini : Gambar 4.4 Contoh nilai-pengurangan (deduct value) untuk retak kulit buaya pada jalan dengan perkersan aspal 2. Penentuan jumlah pengurang ijin maksimum (m) a) Nilai-pengurang (DV) yang dipakai dalam hitungan adalah DV yang nilainya lebih besar 5 untuk bandara dan dan jalan tanpa perkerasan, dan yang lebih besar 2 untuk jalan diperkeras. Jika hanya ada satu nilaipengurang (atau tidak ada), maka nilai pengurang total TDV digunakan sebagai pengurang, b) Tentukan jumlah pengurang ijin (allowable number of deduct, m) dengan menggunakan persamaan :

67 47 Untuk jalan dengan permukaan diperkeras : m i = 1 + (9/98)(100 - HDV i ) (4.1) Dengan, m i = jumlah pengurang ijin, termasuk pecahan, untuk unit sampel i HDV i = nilai-pengurang individual tertinggi (highest individual deduct value) untuk sampel i c) Jumlah data dari nilai-nilai-pengurang individual dikurangi sampai jumlahnya m, termasuk bagian pecahan. Jika yang tersedia kurang dari m nilai-pengurang, maka keseluruhan nilai-pengurang hasil hitungan yang digunakan. 3. Penentuan nilai-pengurang terkoreksi maksimum (CDV) Nilai maksimum CDV (corrected deduct value) ditentukan secara iterasi sebagai berikut : a) Tentukan nilai-pengurang (DV) yang nilainya lebih besar 5 untuk bandara dan jalan tanpa perkerasan, dan nilai-pengurang DV yang nilainya lebih besar 2 untuk jalan dengan perkerasan. b) Tentukan nilai-pengurang total atau TDV dengan menambahkan seluruh nilai-pengurang individual. c) Tentukan CDV dari q, (q adalah jumlah bilangan-bilangan yang nilainya lebih besar 5 untuk bandara dan jalan tanpa perkerasan, dan nilainya lebih

68 48 besar 2 untuk jalan dengan perkerasan), dan nilai pengurang total (TDV), dengan menggunakan nilai koreksi dalam kurva yang sesuai dengan tipe perkerasannya. d) Lakukan iterasi sampai mendapatkan q=1, dengan cara : Mengurangi nilai-nilai pengurang (DV)yang nilainya lebih besar 5 diubah menjadi 5, untuk bandara dan jalan tanpa perkerasan Mengurangi nilai-nilai pengurang (DV) yang nilainya lebih besar 2 diubah menjadi 2, untuk jalan dengan perkerasan aspal atau beton. Catatan : untuk bendara dan jalan tanpa perkerasan nilai pengurang individual minimum adalah 5. Untuk jalan aspal dan beton, nilai pengurang individual minimum adalah 2. Untuk mendapatkan sampai q=1 (yaitu saat TDV=CDV), Nilai maksimum CDV adalah nilai CDV terbesar hasil hitungan Hitungan PCI Jika survei kondisi telah dilakukan pada setiap unit sampel yang dipilih, hasilnya digunakan untuk menghitung PCI. Nilai PCI dapat dihitung secara manual atau dengan program komputer. Hitungan PCI didasarkan pada nilaipengurang DV (deduct value), yang berat nilainya dari 0 sampai 100. Nilaipengurang ini menunjukkan pengaruh setiap kerusakan pada kondisi atau kinerja perkerasan. Nilai-pengurang 0 mengindikasikan bahwa kerusakan tidak mempunyai pengaruh buruk pada kinerja perkerasan, sebaliknya nilai 100 menunjukkan kerusakan serius pada perkerasan.

69 49 maksimum. Nilai PCI dihitung dengan mengurangkan nilai 100 dengan CDV

70 50 BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Data Pengumpulan data kerusakan pada ruas jalan Simpang kulim Simpang Batang sepanjang 13,29 Km dilakukan melalui survey kondisi permukaan jalan. Survei dilakukan secara visual yang dibantu dengan peralatan sederhana dengan membagi ruas jalan beberapa segmen. Setiap segmen berjarak 100 m x 6m (305 s/d 762 m2, Shahin(1994)/ Hardiytamo, H.C, (2007)). Sketsa lokasi pengumpulan data adalah sebagai berikut : Gambar 5.1 Lokasi Penelitian Ruas Jalan simpang Kulim Sp. Batang

71 Data Kerusakan Jalan AIRFIELD ASPHALT PAVEMENT CONDITION SURVEY DATA SHEET FOR SAMPLE UNIT Branch Section Sample Unit : Surveyed By : Date : Sample Area : SKETCH : 1. Alligator Cracking (sq.ft) 7. Edge cracking (ft) 13. Potholes (count) 2. Bleeding (sq.ft) 8. Jt. Reflection Cracking (ft) 14. Rail road corssing (sq.ft) 3. Block Cracking (sq.ft) 9. Lane/Shoulder Drop off (ft) 15. Rutting (sq.ft) 4. Bump and Sags (ft) 10. Long & Trans Cracking 16. Shoving (sq.ft) 5. Corrugation (sq.ft) 11. Patching & Util cut Patch (ft) 17. Slippage Cracking (sq.ft) 6. Depression (sq.ft) 12. Polished Agrgregate (ft) 18. Swell (sq.ft) 19. Weathering / Ravelling (sq.ft) LOCATION DISTRESS SEVERITY Quantity Jenis Kerusakan H 4.40 Retak Blok L Benjolan dan Turun M Benjolan dan Turun L 6.00 Benjolan dan Turun H Lubang L Benjolan dan Turun L Retak memenjang dan melintang L Retak kulit buaya H Retak kulit buaya H Retak pinggir H Retak kulit buaya M Benjolan dan Turun L Benjolan dan Turun L Benjolan dan Turun H Benjolan dan Turun L Agregat licin L Benjolan dan Turun L Agregat licin L Benjolan dan Turun M Alur H Retak pinggir

72 52 LOCATION DISTRESS SEVERITY Quantity Jenis Kerusakan M Benjolan dan Turun M Retak memanjang dan melintang M Benjolan dan Turun H Kegemukan H Retak memanjang dan melintang H Lubang H Lubang H Retak kulit buaya H Retak kulit buaya M Retak kulit buaya M Retak memanjang dan melintang H Retak memanjang dan melintang M Retak kulit buaya H Lubang M Retak memanjang dan melintang M Retak memanjang dan melintang H Lubang M Retak kulit buaya M Kegemukan M Retak kulit buaya M Ambles M Ambles H 1.00 Lubang M Retak pinggir M Retak memanjang dan melintang H Retak memanjang dan melintang M Lubang H Retak memanjang dan melintang M Retak memanjang dan melintang M Retak memanjang dan melintang H Retak kulit buaya M 1.50 Retak kulit buaya H Retak kulit buaya M 2.00 Tambalan dan tambalan galian utilitas M Retak memanjang dan melintang M Lubang

73 53 LOCATION DISTRESS Quantity Jenis SEVERITY Kerusakan M 6.00 Retak pinggir M Lubang H Retak kulit buaya H 4.00 Lubang H Retak kulit buaya H Retak kulit buaya L Lubang M Retak kulit buaya M Retak kulit buaya L Benjolan dan Turun H Lubang H Lubang L Lubang L Benjolan dan Turun M Benjolan dan Turun M Benjolan dan Turun H Benjolan dan Turun H Lubang M Retak kulit buaya H Lubang L Retak kulit buaya H Lubang H Retak kulit buaya M Retak kulit buaya M Retak kulit buaya M Lubang M Retak kulit buaya M Retak kulit buaya H Benjolan dan Turun M Retak kulit buaya L Lubang H Lubang M Retak kulit buaya H Benjolan dan Turun H Retak kulit buaya L Lubang

74 54 LOCATION DISTRESS SEVERITY Quantity Jenis Kerusakan L Lubang L Lubang H Lubang H Lubang M Benjolan dan Turun H Benjolan dan Turun H Benjolan dan Turun Data Tidak Ada Kerusakan Jalan AIRFIELD ASPHALT PAVEMENT CONDITION SURVEY DATA SHEET FOR SAMPLE UNIT Branch Section Sample Unit : Surveyed By : Date : Sample Area : SKETCH : 1. Alligator Cracking (sq.ft) 7. Edge cracking (ft) 13. Potholes (count) 2. Bleeding (sq.ft) 8. Jt. Reflection Cracking (ft) 14. Rail road corssing (sq.ft) 3. Block Cracking (sq.ft) 9. Lane/Shoulder Drop off (ft) 15. Rutting (sq.ft) 4. Bump and Sags (ft) 10. Long & Trans Cracking 16. Shoving (sq.ft) 5. Corrugation (sq.ft) 11. Patching & Util cut Patch (ft) 17. Slippage Cracking (sq.ft) 6. Depression (sq.ft) 12. Polished Agrgregate (ft) 18. Swell (sq.ft) LOC ATI ON SEGMEN Quantity 19. Weathering / Ravelling (sq.ft) Jenis Kerusakan s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d

75 55 LOC ATI SEGMEN ON s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d Quantity Jenis Kerusakan

76 Pembahasan Penentuan Nilai-Pengurangan (deduct values) a. Jumlahkan untuk setiap tipe pada setiap tingkat keparahan kerusakan, dan catat kerusakan pada kolom total Contoh 1. Retak Blok : Pada data kerusakan STA luas kerusakan jalan 4.4 m2 dan tulis ditotal. Hitung Kerapatan (density) dengan rumus : Kerapatan (density) (%) = A ffffffff d B 100 A s = 4.40 x100 % 100 x 6 = % Contoh 2. Benjolan dan Turun : Pada data kerusakan STA luas kerusakan jalan 14.4 m2 dan tulis ditotal. Hitung Kerapatan (density) dengan rumus : Kerapatan (density) (%) = A ffffffff d B 100 A s = ( ) x100 % 100 x 6 = 2.4 % Contoh 3. Lubang : Pada data kerusakan STA luas kerusakan jalan 4.0 m2 dan tulis ditotal. Hitung Kerapatan (density) dengan rumus : Kerapatan (density) (%) = A ffffffff d B 100 A s = 4.0 x100 % 100 x 6 = 0.67 %

77 57 Contoh 4. Retak Memanjang dan melintang : Pada data kerusakan STA luas kerusakan jalan 96 m2 dan tulis ditotal. Hitung Kerapatan (density) dengan rumus : Kerapatan (density) (%) = A ffffffff d B 100 A s = 96,0 x100 % 100 x 6 = 16.0 % Contoh 5. Retak Kulit Buaya : Pada data kerusakan STA luas kerusakan jalan 40.0 m2 dan tulis ditotal. Hitung Kerapatan (density) dengan rumus : Kerapatan (density) (%) = A ffffffff d B 100 A s = 40.0 x100 % 100 x 6 = 6.67 % Contoh 6. Retak Pinggir : Pada data kerusakan STA luas kerusakan jalan 10.0 m2 dan tulis ditotal. Hitung Kerapatan (density) dengan rumus : Kerapatan (density) (%) = A ffffffff d B 100 A s = 10.0 x100 % 100 x 6 = 1.67 %

78 58 Contoh 7. Aggregat Licin : Pada data kerusakan STA luas kerusakan jalan m2 dan tulis ditotal. Hitung Kerapatan (density) dengan rumus : Kerapatan (density) (%) = A ffffffff d B 100 A s = x100 % 100 x 6 = % Contoh 8. Alur : Pada data kerusakan STA luas kerusakan jalan m2 dan tulis ditotal. Hitung Kerapatan (density) dengan rumus : Kerapatan (density) (%) = A ffffffff d B 100 A s = x100 % 100 x 6 = 23.3 % Contoh 9. Kegemukanang : Pada data kerusakan STA luas kerusakan jalan 15,40 m2 dan tulis ditotal. Hitung Kerapatan (density) dengan rumus : Kerapatan (density) (%) = A ffffffff d B 100 A s = x100 % 100 x 6 = 2.57 %

79 59 Contoh 10. Ambles : Pada data kerusakan STA luas kerusakan jalan m2 dan tulis ditotal. Hitung Kerapatan (density) dengan rumus : Kerapatan (density) (%) = A ffffffff d B 100 A s = x100 % 100 x 6 = 30,0 % Contoh 11. Tambalan dan Tambalan galian utilitas : Pada data kerusakan STA luas kerusakan jalan 2.0 m2 dan tulis ditotal. Hitung Kerapatan (density) dengan rumus : Kerapatan (density) (%) = A ffffffff d B 100 A s = 2.0 x100 % 100 x 6 = 0.33 %

80 60 b. Hitung Nilai-Pengurangan (deduct values) dari tabel grafik-grafik Nilai Pengurangan untuk Hitungan PCI-jalan dengan Permukaan Perkerasan Asphal (Shahin 1994), Contoh 1 jenis kerusakan Retak Blok (3H) Dari tabel diatas didapat Nilai-Pengurangan (deduct values) = 5

81 61 Contoh 2. Benjolan dan Turun (4L) Contoh 3. Lubang (13H)

82 62 Contoh 4. Retak Memanjang dan melintang (10M) Contoh 5. Retak Kulit Buaya (1L)

83 63 Contoh 6. Retak Pinggir (7H) Contoh 7. Aggregat Licin (12L)

84 64 Contoh 8. Alur (15ML) Contoh 9. Kegemukan (2H)

85 65 Contoh 10. Ambles (6M) Contoh 11. Tambalan dan Tambalan galian utilitas (11M)

86 66 AIRFIELD ASPHALT PAVEMENT CONDITION SURVEY DATA SHEET FOR SAMPLE UNIT Branch Section Sample Unit : Surveyed By : Date : Sample Area : SKETCH : 1. Alligator Cracking (sq.ft) 7. Edge cracking (ft) 13. Potholes (count) 2. Bleeding (sq.ft) 8. Jt. Reflection Cracking (ft) 14. Rail road corssing (sq.ft) 3. Block Cracking (sq.ft) 9. Lane/Shoulder Drop off (ft) 15. Rutting (sq.ft) 4. Bump and Sags (ft) 10. Long & Trans Cracking 16. Shoving (sq.ft) 5. Corrugation (sq.ft) 11. Patching & Util cut Patch (ft) 17. Slippage Cracking (sq.ft) 6. Depression (sq.ft) 12. Polished Agrgregate (ft) 18. Swell (sq.ft) 19. Weathering / Ravelling (sq.ft) LOCATION DISTRESS Density Deduct Quantity Total SEVERITY % value H L M L H L L L H H H M L L H L L L L M H M M M H H H H H H M M H M H M M H

87 67 LOCATION DISTRESS Density Deduct Quantity Total SEVERITY % value M M M M M H M M H M H M M H M H M M M M M H H H H L M M L H H L L M M H H M H L H H M M M M M H M L H M H H L

88 68 LOCATION DISTRESS Density Deduct Quantity Total SEVERITY % value L L H H M H H c. Jika hanya ada 1 (satu ) nilai pengurang (atau tidak ada) maka nilai pengurang total TDF (Total deduct value) digunakan sebagai pengurang. d. Jika lebih dari 1 (satu) nilai pengurang maka hitung jumlah pengurang ijin (allowable number of deduct, m) dengan rumus : Untuk jalan dengan permukaan diperkeras : m i = 1 + (9/98)(100 - HDV i ) Contoh : Pada data kerusakan segmen s/d ada 2 (dua) Nilai-Pengurangan (deduct values) yaitu : = 5 dan = 7. Nilai-Pengurangan (deduct values) tertinggi HDV = 7 m = 1 + (9/98)(100-7) = 9.54 > 2 (angka 2 adalah jumlah data nilai pengurang)

89 69 Jumlah data dari nilai nilai pengurangan individual dikurangi sampai jumlah m, termasuk bagian pecahan. Jika yang tersedia kurang dari m nilai pengurang maka keseluruhan nilai pengurangan hasil hitungan yang digunakan. e. Hitung nilai-pengurang terkoreksi maksimum (CDV) Nilai - Pengurangan (deduct No Sample m Total q CDV PCI value) = s/d Nilai CDV di dapat dari tabel Koreksi kurva untuk jalan dengan perkerasan dengan permukaan aspal dan tempat parkir (Shahin, 1994), seperti contoh dibawah ini :

90 70 Dari contoh tabel diatas, di dapat nilai-pengurang terkoreksi maksimum (CDV) sebagai berikut Nilai - Pengurangan (deduct No Sample m Total q CDV value) = s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d

91 71 Nilai - Pengurangan (deduct No Sample m Total q CDV value) = s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d

92 Hitungan Pavement Condition Index ( PCI ) No Sample / Segmen CDV PCI s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d

93 73 No Sample / Segmen CDV PCI s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d

94 74 No Sample / Segmen CDV PCI s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d Secara grafik dapat dilihat Indeks kerusakan jalan persegmen pada lampiran

95 Persentase Kerusakan Pada Ruas Simpang Kulim Simpang Batang No Sample / Segmen Quantity Kerusakan (m2) PCI % Kerusakan Jenis Kerusakan s/d Retak Blok Benjolan dan Turun s/d Benjolan dan Turun s/d s/d s/d s/d Benjolan dan Turun s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d Lubang s/d Benjolan dan Turun s/d Retak memenjang dan melintang s/d s/d Retak kulit buaya s/d Retak kulit buaya s/d Retak pinggir s/d s/d Retak kulit buaya s/d s/d Benjolan dan Turun Benjolan dan Turun s/d Benjolan dan Turun s/d Benjolan dan Turun Agregat licin s/d

96 76 No Sample / Segmen Quantity Kerusakan (m2) s/d s/d s/d Benjolan dan Turun s/d Agregat licin Benjolan dan Turun s/d Alur s/d s/d Retak pinggir Benjolan dan Turun s/d s/d s/d s/d Retak memanjang dan melintang s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d Benjolan dan Turun s/d s/d s/d Kegemukan s/d Retak memanjang dan melintang s/d Lubang s/d Lubang s/d Retak kulit buaya s/d s/d Retak kulit buaya Retak kulit buaya - PCI % Kerusakan Jenis Kerusakan s/d Retak memanjang dan melintang s/d s/d

97 77 No Sample / Segmen Quantity Kerusakan (m2) PCI % Kerusakan Jenis Kerusakan s/d s/d Retak memanjang dan melintang s/d s/d Retak kulit buaya s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d Lubang s/d Retak memanjang dan melintang s/d s/d Retak memanjang dan melintang s/d s/d s/d s/d Lubang s/d s/d Retak kulit buaya Kegemukan s/d Retak kulit buaya s/d s/d Ambles s/d s/d Ambles Lubang s/d s/d Retak pinggir Retak memanjang dan melintang s/d s/d s/d s/d Retak memanjang dan melintang s/d Lubang s/d Retak memanjang dan melintang Retak memanjang dan melintang s/d Retak memanjang dan melintang Retak kulit buaya s/d Retak kulit buaya Retak kulit buaya -

98 78 No Sample / Segmen Quantity Kerusakan (m2) PCI % Kerusakan Jenis Kerusakan s/d Tambalan dan tambalan galian utilitas s/d s/d Retak memanjang dan melintang s/d Lubang s/d Retak pinggir Lubang s/d Retak kulit buaya Lubang s/d s/d Retak kulit buaya s/d Retak kulit buaya s/d s/d Lubang Retak kulit buaya s/d s/d Retak kulit buaya s/d s/d Benjolan dan Turun Lubang Lubang s/d Lubang s/d Benjolan dan Turun s/d s/d s/d Benjolan dan Turun s/d Benjolan dan Turun Benjolan dan Turun s/d s/d Lubang Retak kulit buaya Lubang s/d Retak kulit buaya s/d Lubang Retak kulit buaya Retak kulit buaya Retak kulit buaya -

99 79 No Sample / Segmen Quantity Kerusakan (m2) s/d Lubang s/d Retak kulit buaya Retak kulit buaya s/d Benjolan dan Turun Retak kulit buaya Lubang s/d Lubang Retak kulit buaya Benjolan dan Turun Retak kulit buaya Lubang s/d Lubang Lubang Lubang Lubang s/d s/d Benjolan dan Turun Benjolan dan Turun s/d Benjolan dan Turun PCI % Kerusakan Jenis Kerusakan Dari data diatas di dapat nilai PCI rata-rata didapat : % berarti ruas jalan Simpang Kulim Simpang Batang sangat baik (very good) dan persentse kerusakan % Hubungan Persentase kerusakan dengan nilai PCI (Pavement Condition Index)pada ruas jalan Simpang Kulim Simpang Batang dapat dikelompokan sebagai berikut :

100 80 Dari uraian diatas metode PCI (Pavement Condition Index) Indeks Kondisi Perkerasan hanya memberikan informasi kondisi perkerasan hanya pada saat survey dilakukan, tapi tidak dapat memberikan gambaran prediksi dimasa datang, sedangkan persentase kerusakan digunakan untuk menentukan Nilai-Pengurangan (deduct values). Apabila nilai PCI (Pavement Condition Index) dikorelasikan langsung kenilai persentase kerusakan tidak memberikan gambaran yang signifikan sebagai contoh : pada Segmen s/d (retak kulit buaya) persentase kerusakan 28 % dengan nilai PCI = 25, sedangkan pada segmen s/d (retak kulit buaya) persentase kerusakan 15 % dengan nilai PCI = 34.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan analisis data dijelaskan dalam bagan alir seperti Gambar 4.1. Start.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan analisis data dijelaskan dalam bagan alir seperti Gambar 4.1. Start. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan analisis data dijelaskan dalam bagan alir seperti Gambar 4.1. Start Perumusan Masalah Studi Pustaka Pengumpulan Data Data Primer 1. Dimensi Jalan

Lebih terperinci

TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX DAN METODE PRESENT SERVICEABILITY INDEX ABSTRAK

TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX DAN METODE PRESENT SERVICEABILITY INDEX ABSTRAK TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX DAN METODE PRESENT SERVICEABILITY INDEX AYU PRANEDYA USMANY NRP: 1121034 Pembimbing: Tan Lie Ing, S.T., M.T. ABSTRAK Jalur perekonomian

Lebih terperinci

melintang atau memanjang dan disebabkan oleh pergerakan plat beton dibawahnya) Kerusakan alur/bahu turun (lane / shoulder drop-off)...

melintang atau memanjang dan disebabkan oleh pergerakan plat beton dibawahnya) Kerusakan alur/bahu turun (lane / shoulder drop-off)... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PENGESAHAN... II HALAMAN PERNYATAAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... VI DAFTAR GAMBAR... XII DAFTAR LAMPIRAN... XIV DAFTAR ISTILAH... XV INTISARI... XVIII

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Metode Penelitian. Persiapan. Pengambilan Data

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Metode Penelitian. Persiapan. Pengambilan Data BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan Analisis dan penafsiran data dijelaskan dalam bagan alir di bawah ini Gambar 4.1 Mulai Studi Pustaka Metode Penelitian Persiapan Pengambilan Data Data

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penilaian kerusakan secara detail dibutuhkan sebagai bagian dari perencanaan dan perancangan proyek rehabilitasi. Penilaian kerusakan perkerasan adalah kompilasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dijelaskan dalam bagan alir pada Gambar 4.1. Mulai. Studi Pustaka.

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dijelaskan dalam bagan alir pada Gambar 4.1. Mulai. Studi Pustaka. BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dijelaskan dalam bagan alir pada Gambar 4.1 Mulai Studi Pustaka Metode Penelitian Persiapan Pengambilan Data Data Primer 1. Dimensi Kerusakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Existing Condition Dan Lokasi Penelitian ini dilakukan di Jalan Kabupaten, Kabupaten Sleman dan Jalan Bibis, Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta dengan panjang 5 KM.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Pada penelitian Indeks Kondisi Perkerasan atau PCI ( Pavement Contidion Index) yang meneliti tingkat dari kondisi permukaan perkerasan dan ukurannya yang ditinjau

Lebih terperinci

PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI)

PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) Fitra Ramdhani Dosen Program Studi S1 Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Identifikasi Jenis Kerusakan Pada Perkerasan Lentur (Studi Kasus Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung)

Identifikasi Jenis Kerusakan Pada Perkerasan Lentur (Studi Kasus Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung) JRSDD, Edisi Juni 2016, Vol. 4, No. 2, Hal:197-204 (ISSN:2303-0011) Identifikasi Jenis Kerusakan Pada Perkerasan Lentur (Studi Kasus Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung) Vidya Annisah Putri 1) I Wayan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tahap-tahap penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tahap-tahap penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.1. BAB IV METODE PENELITIAN Proses perencanaan dalam melakukan penelitian perlu dilakukan analisis yang teliti, semakin rumit permasalahan yang dihadapi semakin kompleks pula analisis yang akan dilakukan.

Lebih terperinci

Evaluasi Kualitas Proyek Jalan Lingkar Selatan Sukabumi Pada Titik Pelabuhan II Jalan Baros (Sta ) ABSTRAK

Evaluasi Kualitas Proyek Jalan Lingkar Selatan Sukabumi Pada Titik Pelabuhan II Jalan Baros (Sta ) ABSTRAK Evaluasi Kualitas Proyek Jalan Lingkar Selatan Sukabumi Pada Titik Pelabuhan II Jalan Baros (Sta.0+000 2+200) Arta Sasta Rongko NRP: 0821033 Pembimbing: Deni Setiawan, S.T.,M.T. ABSTRAK Kondisi perkerasan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi pustaka. Metode penelitian. Orientasi lapangan.

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi pustaka. Metode penelitian. Orientasi lapangan. BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Tahap penelitian analisis kerusakan jalan pada perkerasan lentur dengan metode Pavement Condition Index (PCI) harus sesuai dengan teori dan prosedur analisa.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Tabel 3.1 Jenis Kerusakan pada Perkerasan Jalan

BAB III LANDASAN TEORI. Tabel 3.1 Jenis Kerusakan pada Perkerasan Jalan BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Kerusakan Perkerasan Jalan Sulaksono (2001) mengatakan bahwa pada dasarnya setiap struktur perkerasan jalan akan mengalami proses pengerusakan secara progresif sejak jalan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement Condition Index

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement Condition Index BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Metode Pavement Condition Index (PCI) Pavement Condotion Index (PCI) adalah salah satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016 IDENTIFIKASI KERUSAKAN JALAN (STUDI KASUS RUAS JALAN BATAS KOTA PALEMBANG SIMPANG INDERALAYA) Sartika Nisumanti 1), Djaenudin Hadiyana 2) 1),2) Jurusan Teknik Sipil Universitas Indo Global Mandiri Jl Jend.

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI PERKERASAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (STUDI KASUS RUAS JALAN BEUREUNUEN BATAS KEUMALA)

EVALUASI KONDISI PERKERASAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (STUDI KASUS RUAS JALAN BEUREUNUEN BATAS KEUMALA) ISSN 2088-9321 ISSN e-2502-5295 pp. 761-768 EVALUASI KONDISI PERKERASAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (STUDI KASUS RUAS JALAN BEUREUNUEN BATAS KEUMALA) Yuswardi Ramli 1,

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN KONSTRUKSI JALAN ASPAL DI KOTA MAKASSAR DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (STUDI KASUS : JALAN LETJEND HERTASNING)

ANALISIS KERUSAKAN KONSTRUKSI JALAN ASPAL DI KOTA MAKASSAR DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (STUDI KASUS : JALAN LETJEND HERTASNING) ANALISIS KERUSAKAN KONSTRUKSI JALAN ASPAL DI KOTA MAKASSAR DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (STUDI KASUS : JALAN LETJEND HERTASNING) A.F. Aboe (1), D. Runtulalo (2), M. Imaduddien (3). Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI TUGAS AKHIR... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN...iii MOTTO & PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRACT... vii ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GRAFIK...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Pengumpulan data kerusakan pada ruas jalan Argodadi, Sedayu dengan panjang 4 km dan lebar jalan 6 m dilakukan melalui survei kondisi permukaan jalan. Survei

Lebih terperinci

EVALUASI JENIS DAN TINGKAT KERUSAKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (STUDI KASUS: JALAN ARIFIN AHMAD, DUMAI 13+000-19+800)

EVALUASI JENIS DAN TINGKAT KERUSAKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (STUDI KASUS: JALAN ARIFIN AHMAD, DUMAI 13+000-19+800) EVALUASI JENIS DAN TINGKAT KERUSAKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (STUDI KASUS: JALAN ARIFIN AHMAD, DUMAI 13+000-19+800) Ahmad Yani 1, Muhammad Idham, S.T., M.Sc. 2, Hamdani

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Penelitian Proses penelitian Pavement Condition Index (PCI) harus dilakukan dengan ketelitian yang benar. Karena, semakin banyaknya kerusakan serta semakin kompleksnya

Lebih terperinci

DENY MIFTAKUL A. J NIM. I

DENY MIFTAKUL A. J NIM. I Evaluasi Perkerasan Jalan, Pemeliharaan dan Peningkatan dengan Metode Analisa Komponen beserta Rencana Anggaran Biaya (RAB) Ruas Jalan Gemolong - Sragen KM 0+000 2+100 TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Syarat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERUSAKAN PERKERASAN LENTUR DI JALUR EVAKUASI BENCANA MERAPI

IDENTIFIKASI KERUSAKAN PERKERASAN LENTUR DI JALUR EVAKUASI BENCANA MERAPI IDENTIFIKASI KERUSAKAN PERKERASAN LENTUR DI JALUR EVAKUASI BENCANA MERAPI i Daftar Isi Halaman Judul i Daftar Isi ii A. Pendahuluan 1 B. Gambaran lokasi studi 3 C. Peralatan Survai 5 D. Survei dan penilaian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Pavement Condition Index (PCI) Pavement Condotion Index (PCI) adalah salah satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penilaian Kondisi Jalan Pengumpulan data kerusakan pada ruas jalan Goa Selarong Bantul sepanjang 4000 m yang dilakukan melalui survei kondisi permukaan jalan survei dilakukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Kondisi Perkerasan Nilai Kondisi Perkerasan dihitung berdasarkan data dari hasil pengamatan visual di lapangan yang diperoleh dalam bentuk luasan kerusakan, panjang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Dalam penilaian perkerasan ini digunakan penelitian dengan cara Diskriptif Analisis. Diskriptif berarti penelitian yang memusatkan pada masalah masalah yang ada pada

Lebih terperinci

EVALUASI KERUSAKAN RUAS JALAN PULAU INDAH, KELAPA LIMA, KUPANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX

EVALUASI KERUSAKAN RUAS JALAN PULAU INDAH, KELAPA LIMA, KUPANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX EVALUASI KERUSAKAN RUAS JALAN PULAU INDAH, KELAPA LIMA, KUPANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI KERUSAKAN JALAN STUDI KASUS (JALAN DR WAHIDIN KEBON AGUNG) SLEMAN, DIY

EVALUASI KERUSAKAN JALAN STUDI KASUS (JALAN DR WAHIDIN KEBON AGUNG) SLEMAN, DIY EVALUASI KERUSAKAN JALAN STUDI KASUS (JALAN DR WAHIDIN KEBON AGUNG) SLEMAN, DIY Hendrick Simangunsong1 dan P. Eliza Purnamasari2 1.Jurusan Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,Jl Babarsari 44

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Perlintasan Sebidang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Perlintasan Sebidang BAB III LANDASAN TEORI A. Perlintasan Sebidang Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 770 Tahun 2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penilaian Kondisi Jalan Pengumpulan data kerusakan pada ruas jalan Siluk Panggang, Imogiri Barat Kabupaten Bantul sepanjang 4000m yang dilakukan melalui survei kondisi permukaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III ANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pada dasarnya setiap struktur perkerasan jalan akan mengalami proses pengrusakan secara progresif sejak jalan pertama kali dibuka untuk lalu lintas. Untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penilaian Kondisi Jalan Pengumpulan data kerusakan pada ruas jalan Kabupaten, Sleman sepanjang 5000 m yang dilakukan melalui survei kondisi permukaan jalan survei dilakukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Kondisi Eksisting

BAB III LANDASAN TEORI. A. Kondisi Eksisting BAB III LANDASAN TEORI A. Kondisi Eksisting Penelitian dilakukan pada ruas jalan lokal sekunder yang melewati Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Adanya beban

Lebih terperinci

Perbandingan Nilai Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan Lentur Dengan Menggunakan Metode Asphalt Institute Dan Metode PCI

Perbandingan Nilai Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan Lentur Dengan Menggunakan Metode Asphalt Institute Dan Metode PCI Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Perbandingan Nilai Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan Lentur Dengan Menggunakan Metode Asphalt Institute

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Pada penilaian perkerasan jalan ini ruas jalan yang dianalisis adalah ruas jalan Blora-Cepu. Analisa deskriptif analitis digunakan untuk membantu memberi gambaran terhadap

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Existing Condition dan Lokasi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Existing Condition dan Lokasi BAB III LANDASAN TEORI A. Existing Condition dan Lokasi Penelitian ini dilakukan dijalan Siluk Panggang,Kabupaten bantul yang berprovinsi daerah istimewa yogyakarta dengan panjang 4 km dan Lebar 5 m. Dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006 tentang jalan, jalan didefinisikan sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

Tabel Tingkat Kerusakan Struktur Perkerasan Lentur

Tabel Tingkat Kerusakan Struktur Perkerasan Lentur Tabel Tingkat Struktur Perkerasan Lentur No. Jenis Tingkat 1. Retak Buaya Low Halus, retak rambut/halus memanjang sejajar satu dengan yang lain, dengan atau tanpa berhubungan satu sama lain. Retakan tidak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis-jenis Kerusakan Perkersan Jalan Indeks Kondisi Perkerasan atau PCI ( Pavement Contidion Index) adalah tingkat dari kondisi permukaan perkerasan dan ukurannya yang ditinjau

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Sipil ISSN

Jurnal Teknik Sipil ISSN ISSN 2088-9321 ISSN e-2502-5295 pp. 543-552 TINJAUAN KONDISI PERKERASAN JALAN DENGAN KOMBINASI NILAI INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI) DAN SURFACE DISTRESS INDEX (SDI) PADA JALAN TAKENGON BLANGKEJEREN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Survei Kondisi Jalan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Survei Kondisi Jalan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Survei Kondisi Jalan Survei yang dilakukan pada penelitian ini adalah survei kondisi, yaitu survei yang hanya menentukan kondisi perkerasan pada waktu tertentu dan tidak mengevaluasi

Lebih terperinci

Kata Kunci : Jalan Raya, Kerusakan Jalan, Metode Pavement Condition Index (PCI).

Kata Kunci : Jalan Raya, Kerusakan Jalan, Metode Pavement Condition Index (PCI). ANALISIS KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (Studi Kasus : Ruas Jalan Puring-Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah) Zukhruf Erzy Muhania Aini 2, Anita

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (Studi Kasus: Jalan M.H. Thamrin, Ajung, Jember)

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (Studi Kasus: Jalan M.H. Thamrin, Ajung, Jember) EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (Studi Kasus: Jalan M.H. Thamrin, Ajung, Jember) SKRIPSI Oleh Rifky Mela Zulkarnain NIM 061910301146 PROGRAM STUDI STRATA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Existing Condition dan Lokasi Penelitian ini dilakukan diruas Jalan Sendangsari & Triwidadi, Pajangan, Kabupaten Bantul yang berprovinsi daerah Istimewa Yogyakarta dengan panjang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penilaian Kondisi Jalan Pengumpulan data kerusakan pada ruas di jalan Imogiri Timur Bantul,Yogyakarta sepanjang 4000 m yang dilakukan melalui survei kondisi permukaan jalan

Lebih terperinci

Pavement Condition Index (PCI) Runway Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta

Pavement Condition Index (PCI) Runway Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Vol. 3 No.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2017 Pavement Condition Index (PCI) Runway Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta BARKAH WAHYU WIDIANTO Jurusan

Lebih terperinci

Margareth Evelyn Bolla *)

Margareth Evelyn Bolla *) PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PCI (PAVEMENT CONDITION INDEX) DALAM PENILAIAN KONDISI PERKERASAN JALAN (STUDI KASUS RUAS JALAN KALIURANG, KOTA MALANG) Margareth Evelyn Bolla *) ABSTRAK Penilaian

Lebih terperinci

Saiful Anwar Kurniawan NIM. I

Saiful Anwar Kurniawan NIM. I Analisis Perkerasan Jalan, Pemeliharaan dan Peningkatan dengan Metode Analisa Komponen beserta Rencana Anggaran Biaya (RAB) Ruas Jalan Kudus Colo KM 0+000 3+000 TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN JALAN BETON DI KAWASAN INDUSTRI KIMA MAKASSAR DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX

ANALISIS KERUSAKAN JALAN BETON DI KAWASAN INDUSTRI KIMA MAKASSAR DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX ANALISIS KERUSAKAN JALAN BETON DI KAWASAN INDUSTRI KIMA MAKASSAR DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (STUDI KASUS: JALAN KAPASA RAYA STA 0+680 4+629) A.F. Aboe (1), D. Runtulalo (2), M. Nurfadhli (3).

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Penentuan Kerusakan Jalan Ada beberapa metode yang digunakan dalam menentukan jenis dan tingkat kerusakan jalan salah satu adalah metode pavement condition index (PCI). Menurut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Pavement Condition Index (PCI) Pavement Condotion Index (PCI) adalah salah satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis-Jenis kerusakan Perkerasan Jalan Menurut Manual Pemeliharaan Jalan No. 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. UMUM

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. UMUM BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. UMUM Dalam penilaian perkerasaan ini digunakan penelitian dengan cara Diskriptif Analitis. Diskriptif berarti penelitian yang memusatkan pada masalahmasalah yang ada pada

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang akan dilakukan, dijelaskan dengan bagan alir berikut: Mulai Studi Pustaka Survai Pendahuluan Pengumpulan Data Data Primer: Survei

Lebih terperinci

LUQMAN DWI PAMUNGKAS NIM. I

LUQMAN DWI PAMUNGKAS NIM. I Analisa Kerusakan Jalan dengan Metode Pavement Condition Index (PCI), Peningkatan dengan Metode Analisa Komponen dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Ruas Jalan Lingkar Utara Solo KM 4+000 6+000 TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pendahuluan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pendahuluan BAB III LANDASAN TEORI A. Pendahuluan Penelitian ini dilakukan pada ruas Jalan Triwidadi, Pajangan, Bantul, Yogyakarta sepanjang 4 km dimulai dari sta. 14+000 sampai dengan sta. 18+000. Dimana kerusakan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian Proses perencanaan dalam melakukan penelitian perlu dilakukan analisis yang teliti, semakin rumit permasalahan yang dihadapi semakin kompleks pula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanah Pondasi yang secara langsung mendukung beban akibat beban lalu lintas dari suatu perkerasan, disebut tanah-dasar (subgrade). Tanah-dasar ini, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi. Aktifitas masyarakat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi. Aktifitas masyarakat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, telah banyak mengalami peningkatan yang pesat dalam intensitas aktifitas sosial ekonomi seiring dengan kemajuan ekonomi

Lebih terperinci

ABDIAS TANDY ARRANG Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kota Palopo ABSTRAK

ABDIAS TANDY ARRANG Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kota Palopo ABSTRAK EVALUASI TINGKAT PELAYANAN JALAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODE PCI (PAVEMENT CONDITION INDEX) STUDI KASUS JL. AHMAD RAZAK, JL. TANDIPAU & JL. KHM. KASIM KOTA PALOPO ABDIAS TANDY ARRANG Pegawai Dinas Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis-Jenis Kerusakan Permukaan jalan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis-Jenis Kerusakan Permukaan jalan BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis-Jenis Kerusakan Permukaan jalan Kerusakan yang terjadi disebabkan tidak hanya dari faktor saja, akan tetapi bisa juga diakibatkan oleh gabungan dari penyebab kerusakan yang

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI DAN KERUSAKAN PERKERASAN LENTUR DI BEBERAPA RUAS JALAN KOTA KENDARI

EVALUASI KONDISI DAN KERUSAKAN PERKERASAN LENTUR DI BEBERAPA RUAS JALAN KOTA KENDARI EVALUASI KONDISI DAN KERUSAKAN PERKERASAN LENTUR DI BEBERAPA RUAS JALAN KOTA KENDARI Susanti Djalante* * Abstract The roles of the road as the major transportation are to speed up economic between areas,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : HIMANTORO MILUDA NIM. I

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : HIMANTORO MILUDA NIM. I Analisa Kerusakan Jalan dengan Metode Pavement Condition Index (PCI), Pemeliharaan dan Peningkatan dengan Metode Analisa Komponen Beserta Rencana Anggaran Biaya (RAB) Ruas Jalan Veteran Barat Sukoharjo

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (STUDI KASUS: RUAS JALAN PANTON LABU LANGSA BATAS SUMUT)

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (STUDI KASUS: RUAS JALAN PANTON LABU LANGSA BATAS SUMUT) ISSN 2302-0253 12 Pages pp. 107-118 EVAUASI TINGKAT KERUSAKAN JAAN DENGAN ETODE PAVEENT CONDITION INDEX (PCI) (STUDI KASUS: RUAS JAAN PANTON ABU ANGSA BATAS SUUT) uhammad Efendi 1, Sofyan. Saleh 2,. Isya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Existing Condition Dan Lokasi Penelitian ini dilakukan dijalan Imogiri Timur, Kabupaten Bantul yang berprovinsi daerah Istimewa Yogyakarta dengan panjang yang berjarak 4 KM. Dimana

Lebih terperinci

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PCI (Studi Kasus : Ruas Jalan Blora Cepu ) 1 ABSTRAK

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PCI (Studi Kasus : Ruas Jalan Blora Cepu ) 1 ABSTRAK ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PCI (Studi Kasus : Ruas Jalan Blora Cepu ) 1 Andini Pratiwi Putri 2, Anita Rahmawati 3, Emil Adly 4 ABSTRAK Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. A. Data Survei. 1. Kelengkapan Infrastruktur Perlintasan Sebidang

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. A. Data Survei. 1. Kelengkapan Infrastruktur Perlintasan Sebidang BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Data Survei 1. Kelengkapan Infrastruktur Perlintasan Sebidang Perlengkapan jalan sepanjang ruas Jalan Pirak-Pathukan, Sleman, Yogyakarta JPL 727 KM 537+453 berupa rambu,

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Peta lokasi penelitian

Gambar 3.1. Peta lokasi penelitian BAB III LANDASAN TEORI A. Pendahuluan Penelitian ini dilakukan di Jalan Goa Selarong, Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta dengan panjang jalan 4 km. Dimana kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

STUDI PENANGANAN JALAN BERDASARKAN TINGKAT KERUSAKAN PERKERASAN JALAN (STUDI KASUS: JALAN KUALA DUA KABUPATEN KUBU RAYA)

STUDI PENANGANAN JALAN BERDASARKAN TINGKAT KERUSAKAN PERKERASAN JALAN (STUDI KASUS: JALAN KUALA DUA KABUPATEN KUBU RAYA) STUDI PENANGANAN JALAN BERDASARKAN TINGKAT KERUSAKAN PERKERASAN JALAN (STUDI KASUS: JALAN KUALA DUA KABUPATEN KUBU RAYA) Mardianus 1) Abstrak Jalan raya adalah salah satu prasarana yang akan mempercepat

Lebih terperinci

HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN. Wahai ananda permata hati Hitunglah waktu dengan teliti Masa berjalan capat sekali Bila tak ingin hidup merugi

HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN. Wahai ananda permata hati Hitunglah waktu dengan teliti Masa berjalan capat sekali Bila tak ingin hidup merugi HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN Wahai ananda permata hati Hitunglah waktu dengan teliti Masa berjalan capat sekali Bila tak ingin hidup merugi Wahai ananda intan pilihan Berterus terang janganlah segan Apa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Survei kondisi perkerasan perlu dilakukan secara periodik baik struktural maupun non struktural untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan yang ada. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II PERKERASAN JALAN RAYA

BAB II PERKERASAN JALAN RAYA BAB II PERKERASAN JALAN RAYA 2.1 Jenis Dan Fungsi Lapisan Perkerasan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai

Lebih terperinci

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN RAYA PADA LAPISAN PERMUKAAN

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN RAYA PADA LAPISAN PERMUKAAN ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN RAYA PADA LAPISAN PERMUKAAN (Studi Kasus : Jalan Raya Desa Kapur, Desa Kapur, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat) Ray Bernad A. Sirait

Lebih terperinci

Identifikasi Jenis Kerusakan Pada Perkerasan Kaku (Studi Kasus Ruas Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung)

Identifikasi Jenis Kerusakan Pada Perkerasan Kaku (Studi Kasus Ruas Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung) Identifikasi Jenis Kerusakan Pada Perkerasan Kaku (Studi Kasus Ruas Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung) Sasana Putra 1) I Wayan Diana 2) Muhammad Susanto 3) Abstract Soekarno-Hatta road Bandar Lampung

Lebih terperinci

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN PERKERASAN LENTUR 1.KEGEMUKAN ASPAL (BLEEDING) LOKASI : Dapat terjadi pada sebagian atau seluruh permukaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Kinerja perkerasan adalah respon perkerasan akibat beban lalu lintas, umur, lingkungan serta kekuatan dan mutu perkerasan sendiri dimana suatu perkerasan akan mengalami

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (Studi Kasus : Jalan Purwokerto Ajibarang Kabupaten Banyumas)

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (Studi Kasus : Jalan Purwokerto Ajibarang Kabupaten Banyumas) EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (Studi Kasus : Jalan Purwokerto Ajibarang Kabupaten Banyumas) SKRIPSI FEBRI NOVAL TRISDIANTO 1203010044 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPISAN PERMUKAAN (STUDI KASUS : JALAN ADI SUCIPTO SUNGAI RAYA KUBU RAYA)

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPISAN PERMUKAAN (STUDI KASUS : JALAN ADI SUCIPTO SUNGAI RAYA KUBU RAYA) ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPISAN PERMUKAAN (STUDI KASUS : JALAN ADI SUCIPTO SUNGAI RAYA KUBU RAYA) Aris Munandar 1) Slamet Widodo 2) Eti Sulandari 2) Abstrak Secara umum jalan dibangun sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perkerasan jalan adalah bagian konstruksi jalan yang terdiri dari beberapa susunan atau lapisan, terletak pada suatu landasan atau tanah dasar yang diperuntukkan

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN STRUKTUR PERKERASAN DAN TANAH DASAR PADA RUAS JALAN SEMEN NGLUWAR KABUPATEN MAGELANG

ANALISIS KERUSAKAN STRUKTUR PERKERASAN DAN TANAH DASAR PADA RUAS JALAN SEMEN NGLUWAR KABUPATEN MAGELANG POLITEKNOLOGI VOL.12 NO.7 JANUARI 2013 ANALISIS KERUSAKAN STRUKTUR PERKERASAN DAN TANAH DASAR PADA RUAS JALAN SEMEN NGLUWAR KABUPATEN MAGELANG ABSTRACT EKO WIYONO Jurusan Teknik Sipil PNJ, Jl. Prof. Dr.

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN JALAN (STUDI KASUS RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK DAN RUAS JALAN GOR FLOBAMORA)

ANALISA FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN JALAN (STUDI KASUS RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK DAN RUAS JALAN GOR FLOBAMORA) ANALISA FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN JALAN (STUDI KASUS RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK DAN RUAS JALAN GOR FLOBAMORA) I Made Udiana (made_udiana@yahoo.com) Dosen pada Jurusan Teknik Sipil FST Undana-Kupang Andre

Lebih terperinci

Kata Kunci : Jenis Jenis Kerusakan, Kerusakan Jalan, Metode PCI

Kata Kunci : Jenis Jenis Kerusakan, Kerusakan Jalan, Metode PCI ANALISIS KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX ( PCI ) ( Studi kasus : Ruas Jalan Sendangsari dan Ruas Jalan Triwidadi, Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Kerusakan jalan disebabkan antara lain karena beban lalu lintas berulang yang berlebihan (Overloaded), panas atau suhu udara, air dan hujan, serta mutu awal produk

Lebih terperinci

Identifikasi Jenis Kerusakan Pada Perkerasan Kaku (Studi Kasus Ruas Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung)

Identifikasi Jenis Kerusakan Pada Perkerasan Kaku (Studi Kasus Ruas Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung) JRSDD, Edisi September 2016, Vol. 4, No. 3, Hal:523 530 (ISSN:2303-0011) Identifikasi Jenis Kerusakan Pada Perkerasan Kaku (Studi Kasus Ruas Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung) Muhammad Susanto 1) Sasana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metode Survei

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metode Survei BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Survei Metode yang digunakan dalam survey ini dengan cara Diskriptif Analitis berdasarkan Metode PCI (Pavement Condition Index). Diskriptif berarti survei memusatkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Klasifikasi Jalan Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan, Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kerusakan jalan disebabkan antara lain karena beban lalu lintas berulang yang berlebihan (overloaded), panas/suhu udara, air dan hujan, serta mutu awal produk

Lebih terperinci

PENENTUAN JENIS PEMELIHARAAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS: KECAMATAN JABUNG, KABUPATEN MALANG) Dian Agung 1 Saputro

PENENTUAN JENIS PEMELIHARAAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS: KECAMATAN JABUNG, KABUPATEN MALANG) Dian Agung 1 Saputro PENENTUAN JENIS PEMELIHARAAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS: KECAMATAN JABUNG, KABUPATEN MALANG) Dian Agung 1 Saputro Abstrak: Kerusakan jalan dapat dibedakan menjadi dua bagian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. volume maupun berat muatan yang membebani jalan. Oleh karena perubahan

BAB I PENDAHULUAN. volume maupun berat muatan yang membebani jalan. Oleh karena perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan dan ekonomi dalam suatu daerah tidak lepas dari peran prasarana jalan. Jalan merupakan sarana penghubung dari satu daerah ke daerah lain,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pavement Condition Index (PCI) adalah salahsatu system penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi, dan dapat digunakan

Lebih terperinci

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No.3

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No.3 PERBANDINGAN EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVER (STUDI KASUS : KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG DAN SEKITARNYA) Dian Agung Saputro 1 Abstrak: Kerusakan jalan

Lebih terperinci

PENURUNAN PELAYANAN JALAN AKIBAT DISINTEGRATION, UTILITY CUT DEPRESSION, BLEEDING, DAN POLISHED AGGREGATE PADA PERKERASAN LENTUR

PENURUNAN PELAYANAN JALAN AKIBAT DISINTEGRATION, UTILITY CUT DEPRESSION, BLEEDING, DAN POLISHED AGGREGATE PADA PERKERASAN LENTUR PENURUNAN PELAYANAN JALAN AKIBAT DISINTEGRATION, UTILITY CUT DEPRESSION, BLEEDING, DAN POLISHED AGGREGATE PADA PERKERASAN LENTUR M. Fauzan 1), Herman Fithra 2), Said Jalalul Akbar 3), M.Kabir Ihsan 4)

Lebih terperinci

Kata Kunci : Analisa, Kerusakan Jalan, Metode PCI

Kata Kunci : Analisa, Kerusakan Jalan, Metode PCI NASKAH SEMINAR ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (Studi Kasus : Ruas Jalan Argodadi, Sedayu, Bantul Yogyakarta) Rizaldi Kurniawan 1,

Lebih terperinci

Jalan Ir. Sutami No. 36A Surakarta Telp:

Jalan Ir. Sutami No. 36A Surakarta Telp: EVALUASI NILAI KONDISI PERKERASAN JALAN NASIONAL DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) DAN METODE FALLING WEIGHT DEFLECTOMETER (FWD) (Studi Kasus: Ruas Jalan Klaten-Prambanan) Daniel Aviyanto Pratama

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kerusakan ruas Jalan Pulau Indah, Kupang dari STA 0+00 STA 0+800, maka

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kerusakan ruas Jalan Pulau Indah, Kupang dari STA 0+00 STA 0+800, maka BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa serta pembahasan terhadap kerusakan ruas Jalan Pulau Indah, Kupang dari STA 0+00 STA 0+800, maka dapat disimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut : BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut : 1. Berdasarkan pengambilan data dan analisis yang sudah dilakukan

Lebih terperinci

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN FOLLOW YOUR HEART AKU PERNAH BERCERITA TENTANG RAGU, DIAM-DIAM RAGU, LALU RAGU, DEKAT SEKALI DENGAN RAGU

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN FOLLOW YOUR HEART AKU PERNAH BERCERITA TENTANG RAGU, DIAM-DIAM RAGU, LALU RAGU, DEKAT SEKALI DENGAN RAGU HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: FOLLOW YOUR HEART PERSEMBAHAN: AKU PERNAH BERCERITA TENTANG RAGU, DIAM-DIAM RAGU, LALU RAGU, DEKAT SEKALI DENGAN RAGU KU LIHAT PADA DUNIA ADA SETANGKAI KESAN DALAM

Lebih terperinci