KONDISI IKLIM KALSEL
|
|
- Irwan Agusalim
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prediksi Kondisi Umum Daerah Geomorfologis dan Iklim Kondisi iklim di Kalimantan Selatan sejak tahun 1996 sampai dengan tahun 2005 dapat dilihat pada grafik berikut ini: Gambar 2.1 Kondisi Iklim Kalimantan Selatan tahun KONDISI IKLIM KALSEL TAHUN Temperatur rata-rata Kelembaban udara rata-rata Curah hujan rata-rata per bulan Tekanan udara ratarata Kecepatan angin ratarata Sumber: Diolah dari Kalimantan Selatan dalam Angka 1996 s/d Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kecepatan angin, tekanan udara, kelembaban udara, dan temperatur udara cenderung stabil, relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan. Curah hujan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2003 hingga Kondisi di atas merupakan kecenderungan iklim di masa lalu. Kecenderungan tersebut diprediksikan tidak akan bertahan lama dengan adanya fenomena yang terjadi akhir-akhir ini (terjadinya angin puting beliung, banjir, dan kemarau panjang). Fenomena tersebut menunjukkan adanya perubahan iklim yang cukup signifikan. Hal ini salah satunya diakibatkan oleh turunnya kualitas lingkungan hidup. Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya menyebabkan tekanan pada lingkungan. Bila tidak dikelola dengan baik, pencemaran udara dan air akan terus meningkat. Hal ini akan diperburuk dengan bertambahnya pabrik, jumlah kendaraan, dan kebakaran hutan dan lahan pertanian yang masih terus berlangsung sampai sekarang. Pendangkalan sungai akibat proses sedimentasi akan terus meningkat. Proses sedimentasi ini merupakan akibat dari erosi yang terjadi akibat kegiatan pengolahan hutan baik secara legal maupun ilegal dan kegiatan pertambangan. Abrasi pantai akibat rusaknya ekosistem pantai masih akan terus berlangsung bila tidak ada tindakan pencegahan yang nyata. Rusaknya hutan mangrove di sepanjang pantai mempercepat terjadinya proses ini. Ketidakseimbangan antara laju pembangunan dengan kontrol terhadap kelestarian lingkungan hidup dikhawatirkan dapat mengganggu kestabilan iklim. Diperlukan suatu sistem manajemen pengolahan lingkungan yang terpadu agar laju
2 25 pembangunan dan kontrol terhadap kelestarian lingkungan hidup dapat berjalan selaras. Belum adanya pengaturan hukum yang tegas dapat mengakibatkan semakin cepatnya penurunan kualitas lingkungan hidup. Kegiatan pengolahan hutan dan pertambangan secara ilegal masih terus berlangsung. Kegiatan ini menimbulkan tingkat kerusakan lingkungan yang lebih tinggi dari pada yang legal. Ketegasan pengaturan dan penerapan hukum sangat diperlukan untuk mengendalikan kegiatan ilegal tersebut. Salah satu cara yang harus diterapkan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Pemberdayaan masyarakat ini harus dilakukan dengan pendekatan sosial kemasyarakatan yang tepat. Bila masyarakat terlibat langsung, kegiatan pelestarian lingkungan hidup secara bertahap akan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang akhirnya dapat menjadi bagian dari pola dan gaya hidup masyarakat. Terbitnya Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang akan memberikan suatu pola ruang yang teratur, tertib dan produktif, dimana semua pemanfaatan ruang akan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan Demografi Pembangunan kependudukan ke depan akan diwarnai dengan karakteristik penduduk yang lebih banyak berusia lansia. Dilihat dari struktur penduduk akan terjadi perubahan jumlah menurut umur. Pada tahun 2000 penduduk usia 0 14 tahun berjumlah 32 %, kemudian pada tahun 2005 menurun menjadi 29,4 %. Tahun 2010 turun lagi menjadi 26,2 % tahun ,4 % tahun ,4 % dan tahun 2025 menjadi 23,5 %. Akan tetapi kalau dilihat pada usia 65 tahun ke atas terjadi peningkatan sejak tahun 2000 sampai tahun Pada tahun 2000 jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas sekitar 3,3 % dari total penduduk, tahun 2005 naik menjadi 3,7 %. Tahun ,1 % tahun ,7 % tahun ,7 % dan tahun 2025 menjadi 7,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin ke depan masyarakat Kalimantan Selatan akan hidup semakin lama sebagai akibat dari adanya kebijakan pembangunan di bidang kesehatan yang semakin membaik terutama dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Selain itu selama perjalanan hidup penduduk di Kalimantan Selatan ini akan mengalami saat dimana beban ketergantungannya mencapai titik yang terendah, kondisi ini bila dimanfaatkan secara baik akan berdampak positif bagi perekonomian masyarakat. Penduduk lansia masa depan merupakan lansia yang berpendidikan, sehingga jenis pekerjaannyapun akan berbeda dengan lansia saat ini. Selain itu penduduk masa depan termasuk penduduk lansia lebih banyak bermukim di perkotaan, sehingga berkonsekwensi lapangan pekerjaannya akan berubah tidak lagi di sektor pertanian, tetapi lebih banyak pada sektor jasa atau industri yang tidak memerlukan kekuatan fisik. Kondisi penduduk Kal-Sel ke depan selain penduduk lansia dimanfaatkan sebagai modal pembangunan, juga tidak bisa dipungkiri bahwa penduduk lansia akan mempunyai beberapa masalah, seperti perubahan fisik, penyakit lansia, sosial dan pshikologi. Kondisi demikian tentunya memerlukan persiapan yang sifatnya progres supaya tercapai penduduk lansia yang sehat dan produktif. Beberapa penyakit infeksi seperti HIV/AIDS, TB Paru, diare, malaria, DBD diprediksi masih akan menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Kalimantan Selatan, selain penyakit tidak menular yang kemungkinan juga semakin banyak kasusnya. Penyakit ISPA yang bersifat New Emerging Diseases terutama yang disebabkan
3 26 oleh virus, seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Avian Influenza (AI) juga perlu diwaspadai Ekonomi dan Sumber Daya Alam Ekonomi a. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada masa-masa kedepan diprediksikan akan cenderung terus meningkat. Hal ini disebabkan kondisi sosial politik yang makin kondusif bagi jalannya pemulihan ekonomi. Disamping itu, dengan banyaknya sumberdaya ekonomi potensial, kegiatan produksi dapat terus dikembangkan di sektor pertanian, sektor industri dan sektor pertambangan. Disamping itu jasa keuangan, transportasi, dan perdagangan akan berjalan seiring dengan kemajuan sektor-sektor utama tersebut. Bidang pariwisata khususnya menyangkut wisata agro dan alamiah akan berkembang sejalan dengan perubahan orientasi pengelolaan kedalam konsep pelestarian SDA. Subsektor kehutanan dan sektor pertambangan diprediksi akan sedikit melambat dalam beberapa waktu untuk memulihkan daya dukung alam. Setelah tercapai keseimbangan baru yang lebih sustainable dan tidak mengakibatkan kerugian lingkungan (pemanasan global, erosi, dll). Selanjutnya melalui pengembangan hutan tanaman, eksploitasi berjalan kembali secara hati-hati, sehingga pertumbuhan kedua sektor ini diprediksikan kembali akan mengalami peningkatan. Perkembangan subsektor perkebunan yang makin meningkat akan dilakukan dengan semakin hati-hati untuk menghindari resiko monokultur dan kerugian fungsi ekosistem. Namun semua hal ini hanya berlaku jika penegakan hukum dan peraturan berjalan konsekuen disertai komitmen luas semua pihak, dan kepemimpinan berpandangan jauh ke depan. b. Secara struktural ekonomi Kalimantan Selatan akan makin mengalami peningkatan di sektor pengolahan melalui bertumbuhnya agroindustri dan pengolahan mineral. Produksi sektor industri akan pulih kembali setelah lesunya perkayuan dengan digantikan olahan cpo, logam, dan energi. Peranan sektor industri kembali akan dominan diikuti pertanian, perdagangan, dan transportasi sejalan dengan basis dan daya saing ekonomi Kalimantan Selatan. Akan tetapi hal ini hanya akan tercapai jika diimbangi dengan peningkatan kemampuan tenaga kerja dengan penguasaan berbagai ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan. c. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, angkatan kerja juga terus tumbuh, serta dengan berkembangnya ekonomi, maka penyerapan tenaga kerja diharapkan dapat mengejar pertumbuhan tersebut sehingga pada akhirnya akan menurunkan secara signifikan tingkat pengangguran. Tentunya hal ini dicapai melalui pengelolaan ekonomi berbasis lokal yang mensyaratkan pemberdayaan dan pemberian akses secara luas kepada masyarakat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat secara tepat disertai kebijakan pelayanan umum dan penyediaan kebutuhan dasar secara terjangkau akan dapat membangun kemandirian masyarakat. Namun jika hal ini tidak berjalan, maka diperkirakan permasalahan pengangguran akan terus terjadi. Dengan demikian jumlah penduduk miskin secara konsisten diperkirakan akan terus menurun sejalan dengan penurunan jumlah pengangguran. d. Unit usaha dan kegiatan industri yang selama ini terlihat cenderung menurun akan meningkat secara konsisten. Pada saat yang sama koperasi yang terlihat berkembang pesat akan semakin mendapat tempat dan mengalami perkembangan usaha dan pola yang semakin variatif. Sementara itu investasi melalui fasilitas PMA dan PMDN juga tidak ketinggalan. Jika selama ini perkembangan PMA kalah cepat dengan PMDN, diperkirakan pada masa akan datang PMA akan segera melampaui perkembangan PMDN, sehubungan dengan rencana tumbuhnya mega-mega proyek yang dibiayai lewat
4 27 modal asing. Hal ini perlu dicermati dan dilaksanakan dengan skema yang penuh kehatihatian agar tidak merugikan kepentingan daerah. e. Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam 20 tahun kedepan diprediksikan akan terus mengalami peningkatan, seperti luas panen, produksi dan produktivitas tanaman padi akan memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,15%, 2,13% dan 1,44% untuk padi sawah, sedangkan untuk padi ladang masing-masing 0,49%, 1,02% dan 1,48%. Demikian juga hal nya dengan tanaman palawija dan hortikultura, semakin banyak menjadi bahan baku industri hilir sejalan perkembangan industri pakan ternak dan industri lainnya, termasuk untuk industri biofuel. Dengan tingkat pertumbuhan yang demikian, diprediksi bahwa PDRB dari subsektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura ini akan naik secara gradual dari 5,50% pada tahun 2006 menjadi 6,00% pada tahun 2025, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 5,88% f. Untuk komoditas perkebunan, diprediksi pada 20 tahun ke depan luas tanam dan produksi tanaman karet akan memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,63% dan 2,65%. Sementara luas tanam dan produksi tanaman kelapa sawit akan memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 5,70% dan 10,73%. Kelapa sawit mempunyai peluang prosfektif kedepan sejalan dengan berkembangnya produk industri hilir yang bernilai tinggi, seperti Crude Palm Oil (CPO), minyak goreng, olein, strearin, gliserin, pakan ternak dan pupuk organik serta biofuel. Demikian pula untuk komoditas karet alam, trend permintaan dunia akan terus meningkat sebagai akibat dari meningkatnya harga dan semakin terbatasnya BBM. Dengan tingkat pertumbuhan yang demikian, diprediksi bahwa PDRB dari subsektor perkebunan ini akan naik secara gradual dari 6,00% pada tahun 2006 menjadi 7,00% pada tahun 2025, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sekitar 6,70% g. Pada subsektor peternakan diprediksikan pada periode 20 tahun ke depan, juga terus mengalami peningkatan. Ternak sapi diprediksi akan memiliki rata-rata pertumbuhan populasi dan pemotongan sebesar 5,82% dan 3,96% pertahun, ternak ayam ras pedaging sebesar 4,55% dan 4,83%, dan ternak ayam ras petelur sebesar 5,57% dan 3,05%, ternak ayam buras sebesar 1,87% dan 0,58% per tahun, sedangkan ternak itik rata-rata sebesar 3,61% dan 2,05% per tahun. Pada sub sektor peternakan, potensi yang dapat dikembangkan adalah komoditas sapi, kerbau, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, ayam buras dan itik. Dengan tingkat pertumbuhan yang demikian, diprediksi bahwa PDRB dari subsektor peternakan ini akan naik secara gradual dari 6% pada tahun 2006 menjadi 9% pada tahun 2025, dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 7,5%. h. Pada sub sektor perikanan, kalau dilihat dari kebutuhan konsumsi dan ekspor diprediksikan terus mengalami peningkatan, walaupun produksi ikan hasil tangkapan cenderung menurun dalam setiap tahunnya. Tetapi dengan dukungan potensi aktualnya dan selama masih ada ruang (space) untuk ikan hidup dan berkembang biak, berpeluang untuk dikembangkan, demikian pula halnya dengan perikanan budidaya. Apalagi kalau dilihat dari potensinya, dimana pemanfaatan perikanan tangkap di laut mencapai produksi 67% dari potensinya, ini berarti masih ada 23% yang belum termanfaatkan, sedangkan di perairan umum 55% dan masih ada 45% yang belum termanfaatkan. Peningkatan dimaksud terjadi dengan berkembangnya usaha bisnis perikanan subsistem hulu, subsistem usaha perikanan (on fish-farm), subsistem hilir (pengolahan, distribusi, pemasaran hasil) dan subsistem penunjangnya. Pengembangan sistem bisnis perikanan, akan terwujud dalam bentuk pusat-pusat pertumbuhan beserta jejaring bisnis perikanan yang terjalin secara sinergi, sesuai keunggulan masing-masing daerah. Pusatpusat bisnis perikanan erat kaitannya dengan ekonomi lokal, regional dan nasional sehingga secara bertahap bisnis perikanan daerah yang bersangkutan makin terintegrasi dengan jejaring perekonomian global.
5 28 i. Pada sub sektor kehutanan, kalau dilihat dari kondisi perkembangan yang terjadi sekarang, memang sedang mengalami penurunan, Berkaitan dengan hal tersebut, untuk masa 20 tahun kedepan sub sektor kehutanan, dapat mengalami peningkatan kembali, apabila kawasan berhutan yang ada sekarang dilaksanakan melalui pengelolaan hutan secara lestari (sustainable forest management) yang mendukung pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) tercapai. Selain itu untuk kawasan hutan yang sudah rusak, perlu dilaksanakan Rehabilitasi hutan dan lahan melalui hutan tanaman yang diharapkan dapat menekan laju deforestasi dan degradasi serta memberikan manfaat kepada seluruh stakeholders, menjamin keseimbangan sistem lingkungan dan tata air DAS, serta mendukung kelangsungan pembangunan kehutanan. Apabila diasumsikan kemampuan program GN-RHL oleh pemerintah sebesar 3% per tahun dari luasan kritis dan tidak ada penambahan lahan kritis, maka luasan lahan kritis tersebut baru akan selesai direhabilitasi setelah 33 tahun. j. Pada sektor industri diprediksikan pada periode 20 tahun ke depan, juga terus mengalami peningkatan. Industri di Kalimantan selatan diproyeksikan akan tumbuh dengan kisaran 9,00% % dengan rata-rata 10,00% pertahun dan perdagangan tumbuh rata-rata 8,00%. Pada periode terakhir ini industri di Kalimantan Selatan akan semakin berkembang seiring dengan kesiapan industri nasional untuk memasuki pasar internasional secara mandiri dan berkelanjutan. Industri yang dikembangkan adalah industri yang berbasis sumberdaya alam yang tersedia, yaitu berupa industri berbasis pertanian dan pertambangan, yang diharapkan dapat berkembang secara bertahap dimulai dari industri yang mengolah bahan setengah jadi menjadi industri hilir yang merupakan produk akhir. k. Untuk komoditas pertambangan, diarahkan pada pengelolaan seoptimal mungkin seluruh sumber kekayaan tambang, sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya mineral dan batubara merupakan bahan galian yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources). Mengingat akan keterdapatannya tersebut, maka pengelolaannya oleh pemerintah mutlak dilakukan. Eksploitasi dan pemanfaatannya agar selalu memperhatikan aspek teknis, ekonomis, konservasi dan kelestarian lingkungan sesuai konsep Good Mining Practise (GMP). Pertumbuhan industri dalam negeri yang dihubungkan dengan bahan galian (tambang) dimasa yang akan datang pasti akan terus meningkat terutama kebutuhan yang berbasis energi (listrik), sehingga pembangunan pengelolaan sumberdaya mineral dan batubara yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat memeberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat serta dapat menjamin kesediaan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri khususnya di Kalimantan Selatan. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Sumber daya alam, khususnya SDA yang tidak bisa diperbaharui akan semakin berkurang karena cadangannya yang semakin menipis jauh sebelum masa konsesi berakhir. Hal ini akan menyebabkan krisis SDA dan lingkungan khususnya krisis air, energi, papan dan pangan yang berpengaruh pada sistem kehidupan di daerah dan nasional. Luasan Lahan Kritis akan semakin meningkat, karena eksploitasi sumberdaya alam dan kebakaran hutan dan lahan (sejak tahun rata-rata kebakaran lahan seluas 3.867,21 ha; data diolah) yang eskalasinya terus meningkat setiap tahun. Hal ini dapat diindikasikan dengan terjadinya degradasi kualitas lingkungan, rawan erosi, kondisi lingkungan yang ekstrim pada musim yang berbeda (Umusim kemarauu : sumber-sumber mata air menjadi kering, sungai-sungai mengalami pendangkalan dan tidak berair; Umusim hujanu : rawan banjir). Pada sisi lain upaya-upaya pengendalian dan rehabilitasi lahan kritis dan kerusakan hutan juga belum menunjukan hasil yang optimal (sampai tahun 2007 baru 10% dari luas lahan kritis)
6 29 Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan akan terjadi pergeseran tata ruang wilayah yang berpengaruh pada ekosistem dan kehidupan organisme. Akibat semakin menyempitnya ruang terbuka hijau, maka biodiversity akan terganggu, dan sebagian spesies akan berkurang bahkan mengalami kepunahan. Bencana banjir, longsor dan kabut asap akan terus mengancam kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan, baik secara kuantitas maupun kualitas sebagai akibat buruknya sistem pengelolaan SDA dan lingkungan seperti kebijakan pembangunan yang tidak berpihak kepada lingkungan, ekploitasi SDA tanpa memperhatikan daya dukung wilayah, rusaknya DAS, khususnya bagian hulu, perubahan penggunaan lahan dan rendahnya pengusaan ilmu dan teknologi yang ramah lingkungan Sosial Budaya dan Agama Kecenderungan pendidikan masyarakat lebih tinggi menjadikan sikap toleran dalam kehidupan beragama sehingga mendorong kerukunan diantara umat beragama dan didalam lingkungan umat beragama. Kecenderungan terjadi peningkatan kerjasama antara pemerintah dengan lembagalembaga keagamaan dalam pengadaan sarana/prasarana serta kualitas SDM sehingga mendorong peningkatan pembinaan kehidupan beragama. Kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Masyarakat cenderung akan semakin agamis namun perbedaan pemahaman antar kelompok masih belum dijembatani secara optimal terutama dikalangan pengikutnya. Peningkatan pemahaman agama juga menimbulkan dorongan bagi implementasi dan internalisasinya pada tata kelola kehidupan masyarakat. Kecendrungan meningkatnya gairah syiar islam ditengah maraknya degradasi moral dapat memperkaya khasanah kebudayaan bangsa yang bermartabat jika diarahkan dengan optimal. Kecenderungan masih belum berkurangnya perbedaan perbedaan antar kelompok akan menjadi kendala bagi optimalisasi peran ulama dan pondok pesantren sebagai pengawal moral kehidupan masyarakat. Kecenderungan masyarakat membutuhkan informasi yang cepat, tepat dan akurat Sarana dan Prasarana Kebutuhan sarana dan prasarana untuk 20 tahun mendatang diprediksi akan semakin meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya perekonomian daerah dan jumlah penduduk. Kebutuhan sarana dan prasarana yang meningkat antara lain : Sarana dan Prasarana permukiman; Kebutuhan air bersih pada tahun 2006 untuk kebutuhan air puncak harian adalah ,023 m3/det dengan standar asumsi pelayanan 20%, sedangkan kebutuhan air puncak harian pada tahun 2010 adalah ,68 m3/hari, berdasarkan hal tersebut perlu diantisipasi cadangan air bersih agar pemenuhan target tercapai. Kebutuhan rumah untuk tahun 2006 sebanyak unit dengan luas lahan seluas ,20 ha, sedangkan kebutuhan rumah pada tahun 2010 adalah sebanyak unit dengan luas lahan ,80 ha. Kebutuhan listrik pada tahun 2006 adalah KVA, sedangkan kebutuhan listrik pada tahun 2010 adalah KVA. Kebutuhan telpon pada tahun 2006 sebanyak unit, sedangkan pada tahun 2007 kebutuhan telpon diperkirakan sebanyak unit. Dengan adanya peningkatan jumlah BTS (Base Tranceiver Station) yang dibangun oleh Telkom, Excel comindo, Indosat, Telkomsel, Mobile 8, Asia dan lain-lain maka kebutuhan akan telepon selular akan semakin tinggi. Prasarana dan sarana air bersih, sanitasi, drainase, persampahan dan dalam permukiman diprediksikan permasalahannya akan semakin komplek, untuk itu perlu
7 30 penanganan dan pengelolaan secara terpadu melalui kerja sama antar daerah atau kota yang berdekatan. Transportasi udara diprediksikan jumlah penumpang dan pesawat akan semakin bertambah sehingga perlu adanya pengembangan bandara di Kalsel menjadi bandara internasional serta perlu adanya bandara alternatif. Transportasi laut yang diprediksikan sudah tidak dapat menampung lagi, mengingat jumlah bongkar muat barang dan orang serta jumlah kapal yang semakin bertambah sehingga perlu pelabuhan alternatif yang dapat melayani akses nasional dan internasional. Sarana dan Prasarana jalan diprediksikan jumlah kendaraan semakin meningkat serta jumlah muatan barang dan orang juga semakin meningkat, sedangkan kondisi jalan pada tahun 2006 hanya 30% dengan katagori baik, sedangkan pada tahun 2007 diperkirakan jalan dengan kondisi baik diperkirakan 60%, berdasarkan hal tersebut perlu peningkatan kwalitas dan kwantitas jalan, dengan lebar minimal 7 meter dengan beban gandar minimal 12 ton, serta penyediaan sarana dan prasarana angkutan alternatif untuk mengatasi kemacetan yang terjadi. Sarana dan Prasarana sumber daya air diprediksikan akan meningkat secara kuantitas dan kualitas sehingga dapat mendukung perekonomian daerah di sektor pertanian dan air baku Politik, Pemerintahan dan Hukum Masih rendahnya kapasitas sumber daya manusia aparatur dan sarana-prasarana teknologi informatika masih akan menjadi kendala bagi penerapan sistem manajemen berbasis teknologi yang lebih efisien dan efektif bagi pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Jumlah PNS dengan strata pendidikan S1 dan S2 serta jumlah golongan III dan IV cendrung akan terus meningkat. Di lain pihak, usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas fungsional dalam pelaksanaan tugas birokrasi, pemerintahan, dan pelayanan publik cenderung memberikan hasil yang lambat. Pembangunan hukum secara berkesinambungan cenderung masih mendapatkan kendala karena keterbatasan kualitas dan kuantitas perangkat-perangkat hukum seperti Perda, aparatur, sarana-prasarana, serta masyarakat yang sadar dan taat hukum. Semakin besarnya tuntutan masyarakat bagi berlangsungnya mekanisme transparansi sektor publik dapat terkendala jika sistem informasi dan data di lingkungan pemerintah belum optimal. Belum terpolanya keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di Provinsi Kalimantan Selatan akan terus berlangsung sehingga kurang mendorong terciptanya pembangunan daerah yang partisipatif Penataan Ruang Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan kegiatan yang memerlukan ruang juga meningkat Kejelasan tentang fungsi kawasan harus dipertegas dengan penetapan tata batas antar kawasan Peningkatan fungsi pusat permukiman harus dipertegas sehingga mampu mendorong perkembangan wilayah Belum jelasnya pola-pola pengembangan kawasan strategis sehingga belum mampu memunculkan pusat pertumbuhan yang akan memacu pengembangan Kalimantan Selatan
PENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi
Lebih terperinciBAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciDisampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016
Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Bab ini menguraikan isu-isu strategis yang dihadapi oleh Kabupaten Bintan. Isu-isu strategis ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pokok yang dihadapi, pemanfaatan
Lebih terperinciREVITALISASI KEHUTANAN
REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan
Lebih terperinciMata Pencaharian Penduduk Indonesia
Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperinci(eksisting condition) dan berbagai potensi sumber daya lokal (sumber daya
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang jauh ke depan cita-cita atau kondisi ideal yang diinginkan di masa depan dengan memperhatikan kondisi kekinian (eksisting condition)
Lebih terperinciBAB III ANALISIS ISU STRATEGIS
BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
Lebih terperinciTABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel
Lebih terperinci5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG
Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya untuk pembangunan. Pada negara berkembang pembangunan untuk mengejar ketertinggalan dari
Lebih terperinciV BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1
Lebih terperinciDR. H. YUSRON IHZA. L.L.M & H. YUSRONI YAZID, SE, MM
VISI & MISI PASANGAN N CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERIODE 2017-2022 DR. H. YUSRON IHZA. L.L.M & H. YUSRONI YAZID, SE, MM VISI MEWUJUDKAN NEGERI SERUMPUN S EBALAI
Lebih terperinciRANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017
RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah
Lebih terperinciBAB IV ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN SINTANG TAHUN
BAB IV ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN SINTANG TAHUN 2006-2026 4.1. SASARAN PEMBANGUNAN Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2006-2026 adalah mewujudkan Kabupaten Sintang yang maju, mandiri,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2012 merupakan periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Lebih terperinciPotensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON
Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327
Lebih terperinciBAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015
BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan
Lebih terperinciRPJMD Kota Pekanbaru Tahun
RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang
Lebih terperinciMAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)
MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka
Lebih terperinciBab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan
Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat
Lebih terperinciPosisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014
Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar bagi pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan
Lebih terperinciVISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO
1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan
Lebih terperinciMATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.
MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:
Lebih terperinciRencana Strategis
kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai
Lebih terperinciBab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional
Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011
No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II
Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso
KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah
Lebih terperinciTUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE
C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA
Lebih terperinciBAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS
BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program
Lebih terperinciS A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Lebih terperinciAnalisis Isu-Isu Strategis
Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumber daya alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya yang termasuk ke dalam
Lebih terperinciBAPPEDA Planning for a better Babel
DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD
Lebih terperinciSidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK
Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK RAFIKA DEWI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ilmu Ekonomi 2016 Dosen pembimbing: Bapak Ahmad Ma ruf, S.E., M.Si.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan
Lebih terperinciREVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015
REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT
KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena
Lebih terperinciBAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI
BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Lebih terperinciBAB 5 RTRW KABUPATEN
BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciTPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,
Lebih terperinciMATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN
MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 TAHAPAN I (2005-2009) TAHAPAN I (2010-2014) TAHAPAN II (2015-2019) TAHAPAN IV (2020-2024) 1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS
KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi
BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun
Lebih terperinci6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan
BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2013 periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Lebih terperinciBupati Murung Raya. Kata Pengantar
Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa
Lebih terperinciRENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO
RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO Oleh: Firman Dermawan Yuda Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH I. Gambaran Umum DAS Barito Daerah Aliran Sungai (DAS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
Lebih terperinciIKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan
Lebih terperinciBAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011
BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013
BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN Prioritas pembangunan Kabupaten Lingga Tahun diselaraskan dengan pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan sesuai dengan amanat dari Peraturan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Perumusan Strategi Analisis yang digunakan dalam perumusan strategi RPJMD Minahasa Utara tahun 2010-2015 ini digunakan Metode Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,
Lebih terperinciBAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011
BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011 2.1. Kondisi Wilayah Sumatera Saat Ini Pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Sumatera tahun 2009 rata-rata memiliki laju pertumbuhan positif dan menurun
Lebih terperinciMATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA
MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK
PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciMATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU
MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciKEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Untuk mewujudkan misi pembangunan daerah Kabupaten Sintang yang selaras dengan strategi kebijakan, maka dibutuhkan adanya kebijakan umum dan program
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian
Lebih terperinci3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis
3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala bidang, yaitu bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan agama serta pertahanan dan keamanan
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah
Lebih terperinciBAB III Visi dan Misi
BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Lebih terperinciDISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI
DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN
PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PERIODE : 2017-2022 NO 1 1 1106 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan
Lebih terperinci