THE PHASE TRANSFORMATION ON LTAP COMPOSITE DEVELOPMENT ON SODIUM LIME SILICA GLASS MATRICES WITH SINTERING ABOVE GLASS TRANSITION

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "THE PHASE TRANSFORMATION ON LTAP COMPOSITE DEVELOPMENT ON SODIUM LIME SILICA GLASS MATRICES WITH SINTERING ABOVE GLASS TRANSITION"

Transkripsi

1 Proceeding of the 6 th National Seminar on Neutron and X-Ray Scattering, ISSN THE PHASE TRANSFORMATION ON LTAP COMPOSITE DEVELOPMENT ON SODIUM LIME SILICA GLASS MATRICES WITH SINTERING ABOVE GLASS TRANSITION *Bambang Prihandoko, *Priyo Sardjono,**Anne Zulfia and *** Wihatmoko Waskitoaji * Pusat Penelitian Fisika LIPI ** Departemen Metalurgi dan Material FTUI *** Pusat Penelitian Kimia LIPI Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Telp.: , Fax: , bambpri@fisika.lipi.go.id ABSTRACT THE PHASE TRANSFORMATION ON LTAP COMPOSITE DEVELOPMENT ON SODIUM LIME SILICA GLASS MATRICES WITH SINTERING ABOVE GLASS TRANSITION. Research on phase transformation in the development of LTAP composite with sodium lime silica glass matrices by sintering at temperatures above glass transition has been carried out. Sodium lime silica used is commercial window glasses containing 11.6% Na 2 O, 8.1% CaO and 58.76% SiO 2. Sheets of LTAP composites with glass matrices are widely used as the electrolyte of lithium batteries. Glass softening occurs best at temperatures of 600 o C and 650 o C when the glass has white color and high strength. Even though some unidentified diffraction peaks from crystallization of the glass are appeared, the existence of LTAP is very clear. Ion exchange phenomenon between LTAP Li-ion and sodium lime silica Na-ion has been confirmed by the appearance of NaTi 2 PO 4 phase. Keywords: Sodium Lime Silica Glasses, Electrolyte, Composite, Lithium battery ABSTRAK PERUBAHAN FASA PADA PEMBUATAN KOMPOSIT LTAP BERMATRIK GELAS SODIUM LIME SILICA DENGAN SINTERING DI ATAS T g. Telah dilakukan penelitian tentang Perubahan Fasa pada Pembuatan Komposit LTAP bermatrik Gelas Sodium Lime Silica dengan Sintering di atas temperatur gelas (Tg). Sodium lime silica yang digunakan adalah kaca jendela dengan kandungan Na 2 O 11,6%, CaO 8,1% dan SiO 2 58,76%. Pembuatan lembaran komposit LTAP dengan matrik gelas diginakan sebagai elektrolit dari baterai lithium. Proses pelunakan gelas terjadi pada temperatur 600 dan 650 C yang memperlihatkan warna putih dan cukup kuat. Beberapa puncak pada pola XRD telah muncul sebagai hasil kristalisasi gelas yang susah diidentifikasi. LTAP terindikasi dengan jelas. Gejala ion exchange antara ion Li dari LTAP dan Na dari Sodium Lime Silica terjadi dengan munculnya fasa NaTi 2 PO 4. Kata kunci: Gelas Sodium Lime Silica, Elektrolit, Komposit, Baterai Lithium PENDAHULUAN Baterai Lithium adalah merupakan baterai sekunder. Baterai lithium bekerja menurut fenomena interkelasi, dimana ion litium yang bergerak sebagai penghantar dapat melakukan migrasi dari katoda melewati elektrolit ke anoda tanpa terjadi perubahan struktur kristal dari bahan katoda ke anoda. Proses tersebut diperlihatkan pada Gambar 1 di bawah ini. Reaksi pada baterai sekunder adalah : xli + AzBy Lix By (1) BnCm + LiAzBy LixBnCm+Lix-1AxBy (2) Oksigen Logam Charge Discharge Grafit Litium Gambar 1. Proses charging dan discharging dalam baterai litium

2 Kinerja dari suatu baterai sangat tergantung dari pilihan terhadap elektroda dan elektrolit, misalnya pasangan elektroda menentukan, besarnya tegangan rangkaian terbuka. Sedangkan elektrolit menentukan besarnya efek polarisasi dan umur simpan. Elektrolit ini berperan sebagai medium transport ion. (a) (b) Gambar 3. Struktur kristal Silikat (a) struktur kristalin (b) struktur amorf/gelas 6 Gambar 2. Model kristal NASICON dari Li 1,3 Ti 1,7 Al 0,3 (PO 4 ) 3. Litium Titanium Fospat LiTi 2 (PO 4 ) 3 yang disubstitusi oleh ion logam aluminium menjadi LTAP (Li 1,3 Ti 1,7 Al 0,3 (PO 4 ) 3 ) sebagai kandidat bahan elektrolit untuk baterai litium. Elektrolit ini mempunyai konduktivitas yang cukup tinggi (sekitar Scm -1 ) dan mudah dalam pembuatannya 3. LTAP mempunyai struktur kristal NASICON yang membuat kationnya dapat bebas bergerak di antara tempat-tempat interstisi dalam jaringan, lihat Gambar 2. Proses pembuatan bahan serbuk LTAP mudah dilakukan, namun pembuatan lembaran tipis LTAP masih mengalami kendala. Jie Fu et. al. membuat LTAP dengan metoda quenching dari titik lembur sekitar 1400 C yang menghasilkan bahan amorf/gelas 4. K. Takada et.al. juga membuat dengan metoda quenching pada suhu 1250 C menjadi komposit gelas LTAP yang mempuyai matrik SiS 5. Suhu quenching di atas masih tinggi yang membahayakan pembuatnya. Percobaan ini bertujuan menurunkan suhu quenching melalui pemanfaatan suhu transisi gelas dari bahan gelas yang digunakan sebagai matrik. TEORI BAHAN GELAS Gelas komersil unsur utamanya adalah silikat (SiO 4 ), dengan struktur tetrahedral ditambah beberapa ion modifikasi. Bila hanya ada silika (SiO 2 ), dan setiap oksigen merupakan penghubung, gelas menjadi getas. Struktur kristal silikat dapat dibedakan antara bentuk kristalin dengan bentuk amorf atau gelas, seperti di Gambar 3 6. Silika lebur, misalnya sangat kental meskipun dipanaskan daerah suhu dimana dia merupakan benda cair. Silika lebur sangat berguna dalam pemakaian tertentu karena nilai muainya yang rendah. Akan tetapi, karena keken-talannya tinggi, sulit dibentuk.gelas silika umumnya mengandung pengubah jaringan. Pengubah ini adalah oksida seperti CaO dan Na 2 O, dan merupakan kation dalam struktur. Penambahan Na 2 O pada gelas akan menghasilkan dua ion Na + dan dua ion oksigen masing masing dengan satu muatan negatif. Ion oksigen ini bukan ion penghubung dan terikat pada satu atom silikon. Penambahan sebuah ion Ca 2+ akan menghasilkan dua ion oksigen bukan ion penghubung. Adanya ion oksigen bukan penghubung mengurangi energi aktivasi yang diperlukan sebuah atom untuk bergerak dalam gelas cair. Pengelompokan gelas dapat dilihat di tabel di bawah ini: Tabel 1. Jenis gelas komersil 6. Gelas kadang kadang dapat dianggap sebagai cairan yang sangat kental (viskos). Pada suhu yang tinggi di atas titik lebur (T m ), gelas merupakan cairan sejati. Atom atom mempunyai kebebasan gerak dan dapat bergeser. Bila gelas komersil dalam keadaan cair didinginkan dengan cepat, maka penyusutan termal terjadi oleh karena atom atom mengadakan pengaturan kembali dan membentuk tumpukan yang lebih efisien. Kontraksi ini (Gambar 4) merupakan sifat khas dari semua fasa cair, tetapi dengan pendinginan yang lebih cepat terjadi perubahan koefisien muai yang mendadak. Di bawah suhu tertentu yang disebut suhu transisi gelas, atau suhu gelas, T g, tidak terdapat pengaturan kembali dari atom atom dan penyusutan disebabkan oleh getaran termal yang kecil

3 Tabel 3. Kandungan senyawa pada bahan gelas kaca jendela Gambar 4. Grafik perubahan volume pada cairan pada proses quenching. 6 Temperatur transisi gelas secara sederhana disebut juga dengan temperatur dimana pada saat itu material yang molekulnya mempunyai mobilitas yang sangat kecil. Pada skala yang lebih besar, pada suhu di bawah temperatur T g bahan bersifat kaku dan rapuh dan di atas suhu T g bahan bersifat lebih elastis. Beberapa data T g dapat dilihat di Tabel 2. Temperatur T g dari kaca jendela adalah berkisar antara 270 sampai C. Tabel 2. Temperatur gelas transisi (T g ) beberapa bahan gelas 7 Gelas T g ( C) pengukuran T g ( C) Gelas silikat ~ Pyreks Kaca jendela Karakter elastis dari bahan gelas di atas T g digunakan sebagai perekat bagi bahan elektrolit LTAP dalam percobaan ini. Sehingga komposit LTAP terbentuk dengan matrik bahan gelas. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini meliputi proses pembuatan serbuk elektrolit keramik LTAP (Li 1,3 Al 0,3 Ti 1,7 (PO 4 ) 3 ), proses pembuatan lembaran komposit bermatrik gelas dan kemudian karakterisasi dari komposit elektrolit yang dihasilkan. Proses pembuatan serbuk keramik LTAP menggunakan teknik metalurgi serbuk. Elektrolit LTAP (Li 1,3 Ti 1,7 Al 0,3 (PO 4 ) 3 ) ini terbentuk dari material dasar LiCO 3, TiO 2, Al 2 O 3 dan (NH 4 ) 2 HPO 4. Bahan baku yang direaksikan dapat dilihat di persamaan reaksi 4 dikalsinasi pada suhu C selama 2 jam kemudian sintering pada suhu C selama 8 jam 8. 0,65Li 2 CO 3 +0,15Al 2 O 3 +1,7TiO 2 +3(NH 4 ) 2 HPO 4 (3) Li 1,3 Al 0,3 Ti 1,7 (PO 4 ) 3 +0,65CO 2 +6NH 3 +H 2 O (4) Komposit elektrolit dibuat dengan perbandingan 1:1 antara bahan LTAP dan gelas. Bahan gelas kaca jendela yang digunakan, setelah diamati dengan XRF mempunyai kandungan sebagaimana di Tabel 3. No. Senyawa Kadar berat (%) 1 ZnO <0, TiO 2 0,074 3 BaO <0, Fe 2 O 3 <0, CaO 8,1 6 Na 2 O 11,6 7 K 2 O 0,053 8 MgO 3,58 9 SiO 2 58,7 10 Al 2 O 3 0,19 11 LOI 17,7 Bahan komposit ini diperlakukan panas pada temperatur sekitar transisi gelas antara C sampai dengan C dengan penahanan selama 1 jam. Karakterisasi dilakukan secara visual dan XRD. HASIL DAN PEMBAHASAN Serbuk LTAP didapatkan dari proses metalurgi serbuk, yaitu melalui proses mixing, kalsinasi dan sintering. Pola XRD dari LTAP ditunjukkan pada Gambar 5 dan perbandingannya dengan data litertur dapat dilihat pada Tabel 4. Pola XRD LTAP selalu merupakan perpaduan antara puncak AlPO 4 dan puncak puncak LiTi 2 (PO 4 ) 3. Pada penemuan awal dari LTAP puncak AlPO 4 diketemukan satu puncak terletak di 2θ sekitar 21 derajat 8. Beberapa percobaan yang telah dilakukan menemukan bahwa puncak AlPO 4 dapat berubah rubah. Atom alumunium yang ditambahkan dalam rangka mengganti sebagian atom titanium dapat terletak dengan bebas di antara jaringan phosfat. Sehingga puncak AlPO 4 dapat ditemukan di beberapa 2θ. Puncak AlPO 4 terletak di sekitar 21 derajat pada percobaan ini. Tabel 4. Identifikasi pola difraksi XRD dari serbuk LTAP 9 No Pola sample LTAP Identifikasi 2θ [Å] D [Å] I/Io [%] 1 14,70 6,02 15,2 LiTi 2 (PO 4 ) ,89 4,25 42,8 LiTi 2 (PO 4 ) ,88 4,06 2,4 AlPO ,60 3, LiTi 2 (PO 4 ) ,64 3,46 8 LiTi 2 (PO 4 ) ,67 3,00 25,6 LiTi 2 (PO 4 ) ,40 2,76 29,6 LiTi 2 (PO 4 ) ,26 2,69 21,6 LiTi 2 (PO 4 ) ,60 2,46 19,2 LiTi 2 (PO 4 ) ,52 2,03 9,6 LiTi 2 (PO 4 ) ,72 1,90 15,2 LiTi 2 (PO 4 ) ,22 1,81 14,4 LiTi 2 (PO 4 ) ,44 1,68 7,2 LiTi 2 (PO 4 ) ,92 1,67 13,6 LiTi 2 (PO 4 ) ,27 1,60 16 LiTi 2 (PO 4 )

4 Hal yang paling penting pada pembuatan serbuk LTAP adalah menghindari terbentuknya LiAl 2 (PO 4 ) 3. Atom aluminium membentuk fasa lagi dengan phosfat dan lithium yang dapat mengurangi nilai konduktifitas LTAP. Puncak AlPO 4 merupakan bentuk fasa yang diharapkan, karena aluminium ditempatkan di jaringan fospat yang tidak berdekatan dengan atom lithium. Produk yang dibakar pada suhu 600 o C dan suhu 650 o C mempunyai bentuk tetap sesuai dengan yang diharapkan, warnanya putih dan agak keras. 350 o C 400 o C 550 o C 600 o C 650 o C 700 o C 2,5 cm Gambar 6. Hasil pengamatan visual dengan beberapa temperatur sintering Gambar 5. Polas difraksi XRD dari sebuk LTAP tanpa matrik gelas setelah sintering pada suhu 1100 C Pengamatan visual yang dilakukan terhadap produk komposit elektrolit padat LTAP dengan matrik gelas didapatkan bahwa pada suhu pembakaran 300 o C sampai suhu 550 o C hasilnya masih sesuai dengan bentuk cetakan tetapi warnanya masih kehitam hitaman, sedang produk hasil pembakaran suhu 700 o C terjadi reaksi yang mengakibatkan produk yang dicetak tidak berbentuk cetakan (menggelembung) tapi warnanya masih sama dengan produk yang belum di bakar yaitu warna putih, sebagaimana terlihat di Gambar 6. Dari pengamatan visual ini produk komposit elektrolit padat LTAP dengan matriks gelas pada pembakaran suhu 600 o C dan 650 o C merupakan produk yang terbaik dari beberapa variasi suhu pembakaran di atas. Dengan demikian temperatur sintering ditentukan pada suhu 600 o C dan 650 o C. Produknya akan menjadi pusat penelitian selanjutnya. Perubahan fasa terjadi pada gelas dengan terlihatnya puncak puncak baru selain LTAP, namun bagian amorf masih terlihat jelas pada pola XRD di Gambar 7. Perbandingan dengan beberapa literatur dapat diperoleh hasil identifikasi seperti di Tabel 5. Tabel 5. Data analisis produk dari bahan komposit LTAP matrik gelas dengan XRD, untuk T= 650 o C beserta referensinya 9. No. Eksperimen Eksperimen Identifikasi No. d(å) I/Io d(å) I/Io Identifikasi ? LTAP, NTP NCS ? NTP LTAP LTAP, NTP NTP ? LTAP LTAP LTAP NTP LTAP, NTP NCS LTAP, NTP NCS NCS ? NTP NTP LTAP LTAP NTP NCS LTAP NCS LTAP LTAP, NTP NTP LTAP LTAP NCS LTAP NTP LTAP ? LTAP Keterangan : LTAP = Li 1,3 Ti 1,7 Al 0,3 (PO 4 ) 3, NTP = NaTi 2 (PO 4 ) 3, NCS = Na 2 Ca 3 Si 2 O

5 Kompleksnya komposisi bahan gelas kaca membuat identifikasi menjadi susah. Beberapa puncak menunjukkan adanya sodium titanium phosfat NaTi 2 (PO 4 ) 3 yang terjadi akibat adanya proses ion exchange. Puncakpuncak NaTi 2 (PO 4 ) 3 hampir berhimpitan dengan puncak puncak LTAP, karena struktur kristal keduanya mempunyai basis struktur yang sama, yaitu NASICON. Dengan demikian suhu 650 C ternyata sudah bisa membuat adanya ion tranfer antara lithium dan sodium. Kondisi ini tidak boleh terjadi, karena bahan elektrolit LTAP tidak boleh berubah dalam proses sintering. Reaksi antara litium dari LTAP dengan silicat dari bahan gelas kaca tidak terjadi, karena tidak puncak menunjuk ke senyawa litium silicat. Beberapa persen bahan gelas telah berubah menjadi kristalin dari munculnya puncak-puncak di luar NaTi 2 (PO 4 ) 3 dan LTAP. Ada beberapa puncak menunjukkan kecenderungan ke fasa kristalin Sodium Lime Silica (Na 2 Ca 3 Si 2 O 8 ), seperti di nilai d = 4,805, 3,38, 3,28 dan 2,57, karena puncak-puncak Na 2 Ca 3 Si 2 O 8 bergeser dari puncak sebenarnya. Puncak-puncak yang lain masih belum dapat diidentifikasi, walaupun intensitas puncak sangat signifikan, seperti di nilai d = 4,12, 2,51 dan 2,24. Puncak puncak itu susah diterangkan dengan diagram terniair dari komposisi soda lime silica, maupun pada diagram fasa biner dari soda silica dan lime silica 10,11. Sampel hasil sintering pada suhu C dapat diperoleh impedansinya dengan gejala warburg, sedangkan sampel hasil sintering pada suhu C tidak menunjukkan gejala itu. Dalam penentuan temperatur proses pembuatan, baik hasil pola XRD di Gambar 7 maupun hasil pengukuran impedansi menyatakan, bahwa suhu terbaik untuk menjalankan sintering adalah suhu C. Sifat konduktivitas listrik produk komposit elektrolit padat LTAP dengan matrik gelas diperoleh dengan mengukur tahanan (resistansi ) bahan pada suhu kamar. Dengan menggunakan hubungan antara tebal sampel (t), luas lembaran yang diolesi pasta perak(a), dan hambatan (R), maka dapat dicari nilai konduktifitas (σ) dengan menggunakan rumus l σ = (5) AR Hasil pengukuran konduktifitasnya diperoleh 2,94x10-9 S/cm dari sampel yang disinter pada suhu 600 C. Nilai konduktivitas produk komposit elektrolit padat LTAP dengan matriks gelas ini masih sangat rendah dan belum dapat diaplikasikan sebagai bahan elektrolit. L = Li 1,3 Ti 1,7 Al 0,3 (PO 4) 3 A = NaTi 2 (PO 4 ) 3 S = Na 2 Ca 3 Si 2 O 8 2θ Gambar 7. Pola difraksi XRD dari gelas matrik komposit elektrolit LTAP dengan suhu sintering 650 C

6 KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian pembuatan elektrolit komposit LTAP dengan matrik bahan gelas kaca memberikan beberapa hasil yang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. karakter gelas transisi dari bahan gelas sebagai bahan amorf dapat digunakan untuk merekatkan bahan keramik yang menjadi bahan elektrolit, 2. suhu sintering dalam proses quenching yang paling bagus adalah C dengan konduktifitas 2,94 x 10-9 S/cm. 3. suhu sintering C telah menimbulkan proses ion exchange antara litium dari LTAP dan natrium dari bahan gelas kaca, sehingga perubahan fasa terjadi membentuk NaTi 2 (PO 4 ) perubahan fasa dari bahan gelas kaca terjadi dengan munculnya puncak puncak struktur kristalin dari Sodium lime silica(na 2 Ca 3 Si 2 O 8 ), Penelitian lanjutan perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki sifat konduktif ionik dari komposit LTAP. Perbaikan dapat dilakukan penambahan senyawa yang dapat membuat bahan gelas kaca lebih konduktif. Percobaan ini dilakukan di Pusat Penelitian Fisika LIPI sebagai bagian dari penelitian baterai litium. DAFTAR PUSTAKA 1. Physics and Chemistry of Lithium-Ion-type- Accumulators. [Online]. Tersedia: ml, November M. CATTI. (2001). Energy Storage Materials Chemical Synthesis, Crystal Structure, Theoritical Models. [Online]. Tersedia: Februari H. AONO, et.al, Ionic Conductivity and Sinterability of Lithium Titanium Phosphate System, Solid State Ionics, 40/41, hal 38-42, JIE FU, Superionic Conductivity of Glass-ceramics in The System Li2O Al2O3-TiO2 P2O5, Solid State Ionics, 96, , K. TAKADA, et.al, Lihtium ion conduction in LiTi2(PO4)3, Solid State Ionics, 139, hal , VAN VLACK, L.H, Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan Bukan Logam) Edisi kelima, terjemahan Sriati, Penerbit Erlangga, Jakarta, http;// 8. B. PRIHANDOKO, et.al, Pembuatan Keramik LTAP sebagai Komponen Elektrolit pada Baterai Lithium Rechargeable, Proseding Seminar Bidang Energi, Elektronika, Kendali, Telekomunikasi dan Sistem Informasi, hal. B-40 B43, Powder diffraction file, International Centre for diffraction data, USA, HUMMEL, F.A., Introduction of Phase Equilibrium in Ceramic Systems, BERGERSON, et. al., Introduction to Phase Equilibrium in Ceramics,

Aplikasi HEM dalam Pembuatan Serbuk Nano LTAP

Aplikasi HEM dalam Pembuatan Serbuk Nano LTAP Aplikasi HEM dalam Pembuatan Serbuk Nano LTAP BAMBANG PRIHANDOKO, ETTY MARTI WIGAYATI DAN SURYADI Pusat Penelitian Fisika LIPI, Komplek PUSPIPTEK Tangerang, Indonesia E-MAIL : bamb012@lipi.go.id INTISARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Baterai merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia dalam memperoleh energi. Pengembangan energi terbarukan baik sebagai pembangkit listrik maupun dalam transportasi

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM (AgI) 0,33

SINTESIS DAN KARAKTERISASI ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM (AgI) 0,33 Sintesis dan Karakterisasi Elektrolit Padat Berbasis Gelas Lithium Akreditasi LIPI Nomor : 452/D/2010 Tanggal 6 Mei 2010 SINTESIS DAN KARAKTERISASI ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM ABSTRAK Makhsun

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SODA LIME SILICA DALAM PEMBUATAN KOMPOSIT ELEKTROLIT BATERAI LITHIUM DISERTASI

PEMANFAATAN SODA LIME SILICA DALAM PEMBUATAN KOMPOSIT ELEKTROLIT BATERAI LITHIUM DISERTASI PEMANFAATAN SODA LIME SILICA DALAM PEMBUATAN KOMPOSIT ELEKTROLIT BATERAI LITHIUM DISERTASI oleh BAMBANG PRIHANDOKO 84 05 00 00 1Y PROGRAM STUDI TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL PROGRAM PASCA SARJANA BIDANG

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE 1 PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE Arum Puspita Sari 111010034 Dosen Pembimbing: Dr. Mochamad Zainuri, M. Si Kamis, 03 Juli 2014 Jurusan

Lebih terperinci

TECHNOLOGY LITHIUM BATTERY. Dr.Ir. Bambang Prihandoko,M.T.

TECHNOLOGY LITHIUM BATTERY. Dr.Ir. Bambang Prihandoko,M.T. TECHNOLOGY LITHIUM BATTERY Dr.Ir. Bambang Prihandoko,M.T. Contents Lithium Battery is a important key point of renewable energy 1 Pendahuluan 2 Penerapan 3 Penerapan di EV 4 Konsorsium Pendahuluan Baterai

Lebih terperinci

BAB 7 KERAMIK Part 2

BAB 7 KERAMIK Part 2 BAB 7 KERAMIK Part 2 PENGERTIAN KERAMIK Keramik adalah bahan yang terbentuk dari hasil senyawa (compound) antara satu atau lebih unsur-unsur logam (termasuk Si dan Ge) dengan satu atau lebih unsur-unsur

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI LEMBARAN GRAFIT UNTUK BAHAN ANODA PADA BATERAI PADAT LITHIUM

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI LEMBARAN GRAFIT UNTUK BAHAN ANODA PADA BATERAI PADAT LITHIUM PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI LEMBARAN GRAFIT UNTUK BAHAN ANODA PADA BATERAI PADAT LITHIUM Etty Marti Wigayati Pusat Penelitian Fisika LIPI Kawasan Puspiptek Serpong 15314 ABSTRAK Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi fosil seperti batu bara, bensin dan gas secara terusmenerus menyebabkan persediaan bahan bakar fosil menjadi menipis. Kecenderungan ini telah mendorong

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS 1-6 1 Pengaruh Temperatur Kalsinasi terhadap Konduktivitas Listrik pada Bahan Elektrolit Padat Li 1.3 Ti 1.7 Al 0.3 (PO 4 ) 3 dengan Menggunakan Metode Liquid Mixing Dita Viantyas,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. BATERAI LITHIUM Baterai lithium secara teori adalah baterai yang digerakkan oleh ion lithium. Dalam kondisi discharge dan recharge baterai lithium bekerja menurut fenomena interkalasi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam proses ini adalah: 1. Lithium Karbonat (Li 2 CO 3 ), Merck, Germany M = 73,89 gr/mol

BAB III METODOLOGI. Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam proses ini adalah: 1. Lithium Karbonat (Li 2 CO 3 ), Merck, Germany M = 73,89 gr/mol BAB III METODOLOGI 3.1. ALAT DAN BAHAN Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam proses ini adalah: 1. Lithium Karbonat (Li 2 CO 3 ), Merck, Germany M = 73,89 gr/mol 2. Titanium Oksida (TiO 2 ), Merck, Germany

Lebih terperinci

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam BAB III BAHAN KERAMIK Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan bahan bukan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam (metallic) dan non logam (non metallic) dengan

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5 Pengaruh Iradiasi- Terhadap Regangan Kisi dan Konduktivitas Ionik Pada Komposit Padat (LiI) 0,5(Al 2O 3.4SiO 2) 0,5 (P. Purwanto, S. Purnama, D.S. Winatapura dan Alifian) PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 1 KERAMIK #1 TIN107 Material Teknik Definisi Keramik 2 Sebuah klasifikasi dari material yang berbahan dasar tanah liat (clays), pasir (sands) dan feldspar. Tanah

Lebih terperinci

Yudy Surya Irawan. Material Baru

Yudy Surya Irawan. Material Baru Keramik Silikat (Silicate Ceramic) Silikat adalah material-material yang pada umumnya terdiri dari Silikon dan Oksigen, dua unsur kimia yang paling banyak di kulit bumi dan berupa tanah, batu, lempung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baterai Baterai adalah sel elektrokimia yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik dengan suatu reaksi elektrokimia. Komponen utama baterai, yaitu: 1. Elektroda negatif

Lebih terperinci

Sintesis Nanokomposit Karbon-TiO 2 Sebagai Anoda Baterai Lithium

Sintesis Nanokomposit Karbon-TiO 2 Sebagai Anoda Baterai Lithium Sintesis Nanokomposit Karbon-TiO 2 Sebagai Anoda Baterai Lithium Aflahannisa*, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand Limau Manis, Pauh Padang 25163 *aflahannisa2011@yahoo.com

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 3 3 Mullite ( AlO.SiO ) merupakan bahan keramik berbasis silika dalam sistem Al yang terbentuk dari (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan O3 SiO alumina ( Al

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi LiOH terhadap Sifat Listrik Anoda Baterai Litium Berbasis Karbon Aktif Tempurung Kemiri

Pengaruh Konsentrasi LiOH terhadap Sifat Listrik Anoda Baterai Litium Berbasis Karbon Aktif Tempurung Kemiri ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 2, April 2016 Pengaruh Konsentrasi LiOH terhadap Sifat Listrik Anoda Baterai Litium Berbasis Karbon Aktif Tempurung Kemiri Hidayati Susana *, Astuti Jurusan

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Superkonduktor merupakan material yang dapat mengalirkan arus listrik tanpa adanya hambatan atau resistansi (ρ = 0), sehingga dapat menghantarkan arus listrik tanpa kehilangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III.1

BAB III METODOLOGI III.1 BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah : a. Pembuatan serbuk LiFePO 4 1. Gelas beaker 250 ml 2. Gelas beaker 500 ml 3. Sendok 4. Cawan porselin 5. Magnetic Stirer 6. Pipet volume

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI A.M. Fuadi, M. Musthofa, K. Harismah, Haryanto, N. Hidayati Department of Chemical Engineering, Faculty of Engineering,

Lebih terperinci

Identifikasi Keramik Na-β -Al 2 O 3 dengan Penambahan Variasi Komposisi (0%, 3% dan 6%) Berat MgO

Identifikasi Keramik Na-β -Al 2 O 3 dengan Penambahan Variasi Komposisi (0%, 3% dan 6%) Berat MgO Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 1(B) 12103 Identifikasi Keramik Na-β -Al 2 O 3 dengan Penambahan Variasi Komposisi (0%, 3% dan 6%) Berat MgO Ramlan dan Akmal Johan Jurusan Fisika FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Sehubungan dengan prekursor yang digunakan yaitu abu terbang, ASTM C618 menggolongkannya menjadi dua kelas berdasarkan kandungan kapur (CaO) menjadi kelas F yaitu dengan kandungan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur dan Frekuensi Terhadap Konduktivitas Konduktor Padat (KI) x - (Na 3 PO4) 1 x

Pengaruh Temperatur dan Frekuensi Terhadap Konduktivitas Konduktor Padat (KI) x - (Na 3 PO4) 1 x Prosiding Seminar Nasional Hamburan Neutron dan Sinar-X ke 7 Serpong, 27 Oktober 29 ISSN : 141198 Pengaruh Temperatur dan Frekuensi Terhadap Konduktivitas Konduktor Padat (KI) x - (Na 3 PO4) 1 x Alfian,

Lebih terperinci

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA Aluminium adalah salah satu logam ringan (light metal) dan mempunyai sifat-sifat fisis dan mekanis yang baik, misal kekuatan tarik cukup tinggi, ringan, tahan korosi, formability

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibayar oleh umat manusia berupa pencemaran udara. Dewasa ini masalah lingkungan kerap

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN BATERAI ION LITIUM DENGAN PENAMBAHAN ABU LAYANG (FLY ASH) BATUBARA DALAM LAPISAN KATODA

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN BATERAI ION LITIUM DENGAN PENAMBAHAN ABU LAYANG (FLY ASH) BATUBARA DALAM LAPISAN KATODA LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN BATERAI ION LITIUM DENGAN PENAMBAHAN ABU LAYANG (FLY ASH) BATUBARA DALAM LAPISAN KATODA Disusun Oleh: PEPI WAHIDATI I 8312036 YULAIKHA ARIYANI I 8312058 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. Ramlan 1, Masno Ginting 2, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

Konduktifitas Li 4 Ti 5 O 12 /C dari Variasi Temperatur Sintering dan Coating Carbon

Konduktifitas Li 4 Ti 5 O 12 /C dari Variasi Temperatur Sintering dan Coating Carbon TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Volume 30 (2) 2012 : 51-56 ISSN : 0125-9121 Konduktifitas Li 4 Ti 5 O 12 /C dari Variasi Temperatur Sintering dan Coating Carbon BAMBANG PRIHANDOKO, ACHMAD

Lebih terperinci

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik Keramik Keramik Definisi: material padat anorganik yang

Lebih terperinci

Komposisi kimia keramik bervariasi dari senyawa sederhana hingga campuran dari berbagai fasa komplek yang terikat bersamaan.

Komposisi kimia keramik bervariasi dari senyawa sederhana hingga campuran dari berbagai fasa komplek yang terikat bersamaan. Keramik (Ceramic) Material Keramik adalah material non logam dan inorganik yang terdiri atas unsur-unsur logam dan non logam yang terikat bersamaan secara primer dengan ikatan ion dan/atau ikatan logam.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING I Dewa Gede Panca Suwirta 2710100004 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,

Lebih terperinci

Pemurnian Serbuk Zirkonia dari Zirkon

Pemurnian Serbuk Zirkonia dari Zirkon TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Volume 30 (1) 2012: 1-6 ISSN : 0125-9121 Pemurnian Serbuk Zirkonia dari Zirkon SLAMET PRIYONO DAN ERFIN Y FEBRIANTO Pusat penelitian Fisika LIPI, Komp Puspiptek

Lebih terperinci

SINTESIS MATERIAL AKTIF KATODA LiFe 0.9 Ni 0.1 PO 4 DENGAN VARIASI PELAPISAN CARBON DARI TAPIOKA SKRIPSI SRI RAKHMAWATI

SINTESIS MATERIAL AKTIF KATODA LiFe 0.9 Ni 0.1 PO 4 DENGAN VARIASI PELAPISAN CARBON DARI TAPIOKA SKRIPSI SRI RAKHMAWATI SINTESIS MATERIAL AKTIF KATODA LiFe 0.9 Ni 0.1 PO 4 DENGAN VARIASI PELAPISAN CARBON DARI TAPIOKA SKRIPSI SRI RAKHMAWATI 110801016 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dielektrik.gambar 2.1 merupakan gambar sederhana struktur kapasitor. Bahan-bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dielektrik.gambar 2.1 merupakan gambar sederhana struktur kapasitor. Bahan-bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapasitor Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KONDUKTIFITAS ION OKSIGEN DARI ELEKTROLIT PADAT PADA SISTEM SOLID OXIDE FUEL CELLs.

PENINGKATAN KONDUKTIFITAS ION OKSIGEN DARI ELEKTROLIT PADAT PADA SISTEM SOLID OXIDE FUEL CELLs. PENINGKATAN KONDUKTIFITAS ION OKSIGEN DARI ELEKTROLIT PADAT PADA SISTEM SOLID OXIDE FUEL CELLs. Oleh : Erfin Y Febrianto, Priyo Sardjono, Rika Suriamah Pusat Penelitian Fisika LIPI Komplek Puspiptek Serpong

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd.

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. m.sukar1982xx@gmail.com A. Keramik Bahan keramik merupakan senyawa antara logam dan bukan logam. Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan atau ikatan kovalen. Jadi sifat-sifatnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi adalah sumber kehidupan masyarakat modern. Pemanasan global, persediaan bahan bakar fosil dan polusi kota mendorong untuk menggunakan energi terbarukan (Tarascon,2010).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silikon dioksida (SiO 2 ) merupakan komponen utama di dalam pasir kuarsa yang terdiri dari unsur silikon dan oksigen, biasanya di temukan di alam pada pasir kuarsa,

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan LiClO 4 pada Pembuatan Komposit Anoda Grafit Bermatrik Polimer

Pengaruh Penambahan LiClO 4 pada Pembuatan Komposit Anoda Grafit Bermatrik Polimer JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 3, NOMOR 1 JANUARI 2007 Pengaruh Penambahan LiClO 4 pada Pembuatan Komposit Anoda Grafit Bermatrik Polimer Bambang Prihandoko, Etty Marti Wigayati, dan Nurhayati Pusat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat telah memaksa riset dalam segala bidang ilmu dan teknologi untuk terus berinovasi. Tak terkecuali teknologi dalam bidang penyimpanan

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi tidak akan lepas dari kehidupan manusia. Penyimpanan energi telah dan akan terus menjadi salah satu yang paling penting dalam teknologi karena konsumsi energi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI KOMPOSIT (LiI) x (Al 2 O 3 ) 1-x

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI KOMPOSIT (LiI) x (Al 2 O 3 ) 1-x ISSN 0852-4777 Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Konduktivitas dan Energi Aktivasi Komposit (Lil) x(al 2O 3) 1-x (P. Purwanta, S. Purnama, D.S Winatapura, Y. Margapratala, Y. Srwanto) PENGARUH PERLAKUAN

Lebih terperinci

SINTESIS ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM (Ag 2

SINTESIS ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM (Ag 2 Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 ABSTRAK SINTESIS ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM S) X ) 1-X Mohammad Ihsan 1, Evvy Kartini 1 danyokiyulizar 2 1 Pusat Teknologi Bahan Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik karena listrik merupakan sumber energi utama dalam berbagai bidang kegiatan baik dalam kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini salah satu jenis material aplikasi yang terus dikembangkan adalah komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan atau lebih

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing : Judul Penelitian Nama NomorPokok Program Studi : PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS : SUDIATI : 037026011 : ILMU FISIKA Menyetujui Komisi Pembimbing : Anggota

Lebih terperinci

Tembaga 12/3/2013. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar

Tembaga 12/3/2013. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini menggunakan 2 macam sampel paduan alumunium silikon dengan kadar penambahan Fe yang berbeda-beda. Yang pertama adalah sampel paduan alumunium

Lebih terperinci

EFEK DUAL DOPING Mg + DAN Al - TERHADAP ANODA Li4Ti5O12 MENGGUNAKAN REAKSI SOLID STATE DAN HIDROTERMAL

EFEK DUAL DOPING Mg + DAN Al - TERHADAP ANODA Li4Ti5O12 MENGGUNAKAN REAKSI SOLID STATE DAN HIDROTERMAL EFEK DUAL DOPING Mg + DAN Al - TERHADAP ANODA Li4Ti5O12 MENGGUNAKAN REAKSI SOLID STATE DAN HIDROTERMAL Achmad Subhan, Miftahuddin, Paulus Lobo G. Laboratorium Baterai Litium, LIPI Fisika Serpong Tangerang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Analisis ketahanan..., Niken Swastika, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 3 METODOLOGI. Analisis ketahanan..., Niken Swastika, FT UI, Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI 3.1. Standar Pengujian Prosedur pengujian yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan standar yang berlaku, yaitu American Society for Testing and Materials (ASTM). Standar pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

Pengertian Keramik. Teori Keramik

Pengertian Keramik. Teori Keramik Pengertian Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani,keramikos, yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiclopedia tahun 1950-an mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut : PERLAKUAN PANAS Perlakuan panasadalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sintesis material, beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. Perbaikan kinerja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Sel bahan bakar oksida padat, CSZ, CaO, PVA, Slip casting.

ABSTRAK. Kata kunci: Sel bahan bakar oksida padat, CSZ, CaO, PVA, Slip casting. ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN PVA (POLIVINIL ALKOHOL) TERHADAP KUALITAS KERAMIK CSZ (CALCIA STABILIZED ZIRCONIA) MENGGUNAKAN METODE SLIP CASTING UNTUK ELEKTROLIT PADAT SEL BAHAN BAKAR OKSIDA PADAT Pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Konsumsi energi yang sedemikian tinggi menyebabkan sumber energi minyak bumi semakin menipis (Minami, 2005).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Pengujian TGA - DTA Gambar 4.1 memperlihatkan kuva DTA sampel yang telah di milling menggunakan high energy milling selama 6 jam. Hasil yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

PENGARUH DOPAN Y 2 O5, Er 2 O 3 DAN CaO TERHADAP SIFAT FISIS DAN KONDUKTIVITAS BISMUTH OXIDE (Bi2O3) SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT PADA SISTEM SOFC

PENGARUH DOPAN Y 2 O5, Er 2 O 3 DAN CaO TERHADAP SIFAT FISIS DAN KONDUKTIVITAS BISMUTH OXIDE (Bi2O3) SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT PADA SISTEM SOFC PENGARUH DOPAN Y 2 O5, Er 2 O 3 DAN CaO TERHADAP SIFAT FISIS DAN KONDUKTIVITAS BISMUTH OXIDE (Bi2O3) SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT PADA SISTEM SOFC Erfin Y Febrianto dan Nanik Indayaningsih Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelompok Fisika Bahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia. Sehingga para peneliti terus berupaya untuk mengembangkan sumber-sumber energi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kestabilan Sol Pada penelitian ini NASICON disintesis menggunakan metode sol gel dengan bahan baku larutan Na 2 SiO 3, ZrO(NO 3 ) 2, NH 4 H 2 PO

Lebih terperinci

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2 KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2 Hendri, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Karakterisasi Abu Ampas Tebu ( Sugarcane Ash ) 4.1.1 Analisis Kimia Basah Analisis kimia basah abu ampas tebu (sugarcane ash) dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

Gambar 4.7. SEM Gelas BG-2 setelah perendaman di dalam SBF Ringer

Gambar 4.7. SEM Gelas BG-2 setelah perendaman di dalam SBF Ringer Porositas Gambar 4.7. SEM Gelas BG-2 setelah perendaman di dalam SBF Ringer Dari gambar 4.6 dan 4.7 terlihat bahwa partikel keramik bio gelas aktif berbentuk spherical menuju granular. Bentuk granular

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Anorganik Program Studi Kimia ITB. Pembuatan pelet dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan di Laboratorium Kimia Fisik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab yang keempat ini mengulas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan beserta analisa pembahasannya. Hasil penelitian ini nantinya akan dipaparkan olahan data berupa grafik

Lebih terperinci