Mengenal Kuta demi Keselamatan Lingkungan
|
|
- Vera Sudirman
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 wahana wacana dan warta lingkungan hidup vol. 2 no Mengenal Kuta demi Keselamatan Lingkungan oleh: Sandrak Manurung/Petra Bersama Setahun perjalanan PNPM LMP, masyarakat sudah dapat mengidentifikasi persoalan dan usulan guna mendukung lingkungan menjadi lebih baik Perlindungan hutan saat ini bukan hanya menjadi masalah nasional tetapi juga dunia. Untuk itu berbagai pihak selalu berupaya untuk memperhatikan dan menjaga lingkungan dengan menciptakan program dari tingkat desa hingga provinsi. Salah satu pencanangan program adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM LMP) di Kabupaten Pakpak Bharat. Pelatihan pertanian organik Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu lokasi pilot project PNPM LMP di Sumatera Utara. Untuk memperkenalkan dan mengajak masyarakat lebih peduli dengan Green PNPM, tak henti-hentinya Fasilitator Kecamatan Lingkungan (FKL), Asisten Tenaga Ahli Lingkungan (ASTAL), Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), dan Civil Society Organization (CSO) Newsletter desakuhijau merupakan salah satu alat komunikasi dalam memberikan infomasi kepada masyarakat mengenai kegiatan yang sedang berlangsung di Aceh, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatra Barat, dan Sulawesi Utara. Cerita dan foto dari berbagai lokasi diharapkan dapat memberikan motivasi agar masyarakat semakin terpacu dalam menumbuhkembangkan pembangunan desa yang berbasis lingkungan. DAFTAR ISI Mengenal Kuta demi Keselamatan Lingkungan Sepakat untuk Melanjutkan Kegiatan Hijau Menara Jaga untuk Po Meurah Profil Tokoh: Nahrul Rahman Tema Foto: Selamat Datang Api Biru! Kelompok pengelola demplot Madu Mulana bersambung ke hal. 5
2 Profil Tokoh Nahrul Rahman Hidup Baru dengan PNPM LMP Bapak yang memiliki kulit kecoklatan ini, kini merasa memiliki hidup baru dengan mengikuti kegiatan yang ada di desanya Nahrul Rahman atau akrab disapa sebagai Mang Adeng (38 tahun), dulunya adalah seorang petani di dalam hutan. Setelah menjadi petani, ia mencoba mengikuti program transmigrasi lokal, kemudian menjadi pekerja galian, namun di tiga kerjaannya tersebut belum ada peningkatan materi dibandingkan dengan jerih payahnya. Pada tahun 2010, PNPM-LMP masuk ke Desa Talang Ulu, Kec. Lebong Utara, Kab. Lebong, Bengkulu yang terdanai oleh BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) dengan jenis kegiatan berupa pelatihan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam di desa. Penerapan dari pelatihan ini berupa kolam air deras dan melakukan penghijauan desa dan daerah aliran sungai. Mang Adeng sangat tertarik dengan kegiatan ini dan ia terlibat di PNPM-LMP sebagai Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD). Ia dipilih oleh masyarakat desa sebagai fasilitator desa, tugasnya untuk mengumpulkan masyarakat saat rapat desa atau kegiatan desa dan memonitoring kegiatan yang dibuat oleh desa. Posisi ini benar-benar dimanfaatkannya untuk dapat memperoleh pengetahuan dan memahami lingkungan terkait tentang menjaga, memperbaiki dan mengelola lingkungan. Nama Nahrul Rahman Budidaya ikan lele di salah satu lokasi BLM Selain sebagai KPMD, Mang Adeng mencoba melakukan pengembangan dengan membuat kolam lele, membuat pupuk kompos dari kotoran ternak dan membentuk kelompok tani. Semoga semua ini akan membuahkan hasil dan menjadi usaha yang menjanjikan kedepan yaa, ujarnya. Mang Adeng sangat berharap dengan adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan Mandiri Perdesaan dapat menjadi tonggak awal untuk menemukan jalan hidup yang lebih baik. Melalui program ini diharapkan mendapatkan pengetahuan dan cara pengelolaan lahan yang lebih bermanfaat serta berkelanjutan. Umur Istri Anak Pekerjaan 38 tahun Rita Gite Debagai dan Gayane Patona Petani sawah dan kebun Kita berharap kegiatan PNPM LMP dapat mensinergiskan antara pengelolaan dan konservasi alam, memadukan peningkatan ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan, tutur beliau. Aktivitas Tahun 2000 Hingga Sekarang : Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa di PNPM LMP Kabupaten Lebong, Bengkulu Penulis : Supintri Yohar, S.Hut HAL. 2
3 Sepakat untuk Melanjutkan Kegiatan Hijau Diskusi pada pelatihan tim Pemelihara Kegiatan PNPM LMP 400 batang Pohon Bayur telah ditanam di lahan kampung seluas 1 Ha. Sepuluh tahun lagi, kalau 1 batang di hargai 1,5 juta maka total mencapai 600 juta. Selain bisa mendapat manfaat ekonomi, desa juga semakin hijau dan lingkungan tetap terjaga oleh: Ian M Hilman Demikian paparan Bapak Mursal dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bagian Teknis Pertanian Tanaman Hortikultura Perkebunan dan Kehutanan Kab. Padang Pariaman saat memberikan materi pada pelatihan Tim Pemelihara kegiatan PNPM LMP di Kec. VI Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Tergugah dengan paparan, anggota pelatihan menyadari bahwa aset yang sudah mereka miliki hasil dari kegiatan PNPM LMP tahun 2010 yang berada di kampungnya perlu dijaga dan dirawat. Sebanyak 18 aset kegiatan hijau telah dilakukan di Kecamatan VI Lingkung pada periode tahun pertama kegiatan PNPM LMP. Mulai dari kegiatan penghijauan, pelatihan pemanfaatan sumber daya alam dan pengembangan energi terbarukan. Dengan banyaknya kegiatan tersebut, Civil Society Organization (CSO), Fasilitator Kecamatan PNPM LMP dan Unit Pelaksana Tekhnis Daerah Kab. Padang Pariaman sepakat membuat forum komunikasi dengan nama Forum Sepakat. Harapan forum ini sebagai media saling bertukar pikiran dan informasi di setiap korong (dusun) dalam rangka pengelolaan dan pemeliharaan asset yang hijau yang ada. Pengelolaan forum akan diserahkan kepada masayarakat dalam agenda Musyawarah Desa Serah Terima (MDST). Pada musyawarah tersebut masyarakat diberikan mandat untuk menjamin keberlajutan kegiatannya masingmasing. Weni Widya sebagai Fasilitator Kecamatan Lingkungan, Kec. VI Lingkung Kab. Padang Pariaman mengatakan, Forum ini sangat Pencapaian keberhasilan suatu program sebenarnya tergantung dari tahapan pelestarian yang sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat HAL. 3
4 penting untuk menjamin keberlanjutan program yang telah dilaksanakan di masyarakat melalui PNPM-LMP. Pencapaian keberhasilan suatu program sebenarnya tergantung dari tahapan pelestarian yang sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat. Dan melalui Forum Sepakat diharapkan aset-aset hijau baik fisik maupun non fisik dapat berkembang dan bermanfaat dalam jangka waktu lama. Dibawah ini adalah Bagan Serial Fasilitasi CSO dalam Pelatihan Pemelihara dan Pengelola Prasarana (TP3) : CSO BLM TP3 SERI FASILITASI KELOMPOK BLM TP3 BLM TP3 FORUM TP3 KEBERLANJUTAN KEGIATAN *** BLM TP3 UPTD LOKAL Dari Redaksi Hari Lingkungan Hidup yang jatuh pada tanggal 5 Juni kemarin, mengingatkan kita, apa yang sudah kita lakukan kepada bumi ini. Tidak perlu kegiatan yang besar. Kegiatan kecil namun bisa menyumbangkan hal yang besar untuk lingkungan. Newsletter kedua kali ini, banyak mengupas tentang lingkungan. Tengoklah Kuta di Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara yang berhasil membuat program hijau bersama-sama dengan masyarakat. Tak mau kalah, Sumatera Barat, tepatnya di Kab Padang Pariaman sudah 18 kegiatan hijau dilakukan dari tahun 2010 hingga mereka membuat suatu forum yang bernama Forum Sepakat. Dan dari Aceh, demi menyelamatkan gajah dan manusia, masyarakat bersama-sama membuat menara jaga untuk menghindari konflik gajah dan manusia. Mang Adeng, profil kali ini menceritakan tentang pengalaman ia menjadi kader pemberdayaan masyarakat desa. Ia tidak segan mengajak masyarakat untuk belajar bersama-sama menjaga, memperbaiki dan mengelola lingkungan. Dan sebagai penutup. Foto-foto mengenai keberhasilan biogas di Sulawesi Utara sedikit menyentil sampai manakah biogas yang ada dikampung kita? Apakah bisa sesukses di Sulawesi Utara? Selamat membaca. Penanggung Jawab Akbar A. Digdo Grafis & Tata Letak Age Hadi HAL. 4 Redaktur Fransisca Noni Editor Akbar A. Digdo Agustinus Wijayanto Fransisca Noni Kontributor Sandrak Manurung, Rudianto Surbakti, Ade Sumantri, Ian M. Hilman, Edison Maneasa, dan Supintri Yohar Kredit foto Pendi Siregar/ PETRA Bersama Ian M Hilman Supintri Yohar Diki Priatna WCS-IP Alamat Redaksi Jl. Burangrang No. 18 Bogor red@desakuhijau.org
5 sambungan dari hal. 1 Mengenal Kuta demi Keselamatan Lingkungan turun ke lapangan, dari kuta ke kuta. Kuta dalam bahasa lokal berarti kampung. Di dalam pelaksanaan program, telah dilakukan berbagai pertemuan seperti musyawarah untuk penggalian gagasan desa. Dari hasil pertemuan tersebut, masyarakat pada umumnya melihat PNPM LMP hanya sebatas kegiatan penanaman pohon. Inilah yang membuat program kurang menarik perhatian masyarakat karena kondisi hutan atau pohon di wilayah ini masih relatif baik. Setahun perjalanan PNPM LMP di Kab. Pakpak Bharat, masyarakat telah mengidentifikasi persoalan dan usulan dan muncullah Empat Green Menu PNPM LMP yang sedang atau telah dilaksanakan oleh masyarakat desa. Bersama CSO sebagai mitra, PNPM LMP juga melakukan upaya penyelamatan lingkungan dengan mengajak masyarakat terlibat aktif dalam pelaksanaan program demonstration plot (demplot) CSO di tiga lokasi kecamatan pilot project. Program ini antara lain budidaya lebah madu, pertanian organik dan pembibitan, serta tanaman agroforestry. Budidaya lebah madu dilakukan di Desa Kuta Tinggi Kecamatan Salak, pertanian organik dan pembibitan pohon mahoni dan sengon di Desa Pardomuan Kecamatan Kerajaan, dan tanaman agroforestry di Desa Prolihen Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Kegiatan tersebut didampingi oleh masyarakat lokal yang telah direkrut dan dilatih oleh CSO sebagai kader lokal. Adalah Sri Edy Bancin salah satu kader lokal mengusulkan kepada CSO untuk melakukan program budidaya lebah madu di desanya. Hal ini didasarkan oleh adanya potensi lebah yang dapat dikelola oleh warga desa. Selain itu, menurutnya, dengan budidaya lebah madu warga dapat diajak untuk menjaga hutan yang berada tepat di belakang rumah mereka. Kegiatan ini pun disetujui warga karena selain menguntungkan secara ekonomi, program ini pun tidak menggunakan pestisida kimia sehingga dapat menjaga kelestarian hutan. Kegiatan ini pun disetujui warga karena selain menguntungkan secara ekonomi, program ini pun tidak menggunakan pestisida kimia sehingga dapat menjaga kelestarian hutan. Begitu pula dengan kader lokal untuk Kecamatan Kerajaan dan Sitellu Tali Urang Jehe (STTU Jehe), Japari Padang dan Kifli Kesugihen. Mereka mengusulkan kegiatan terkait lingkungan dan berdampak positif pada peningkatan ekonomi keluarga di desa mereka masing-masing. Japari Padang melihat pentingnya demplot pertanian organik dan pembibitan pohon karena kebanyakan warga desanya telah menggunakan pupuk/pestisida kimia secara berlebihan. Selain itu pembukaan hutan untuk perladangan dapat mengganggu ketersediaan sumber air. Sementara Kifli Kesugihen mengusulkan pengembangan agroforestry sebagai usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan. Hal ini untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dengan pelestarian hutan serta mengatisipasi pembukaan hutan untuk perluasan perladangan. Dengan adanya program ini, warga desa dapat menata ladang dan menghasilkan panen secara berkala. Pemilihan jenis dan lokasi demplot tersebut didasarkan pada potensi dan persoalan yang ada di desa. Ketiga kader lokal CSO di atas berasal dari lokasi demplot sehingga memberikan motivasi bagi mereka untuk lebih serius dalam melaksanakan program. Usaha ketiga kader ini dapat menimbulkan pemahaman terhadap kuta - nya sendiri agar selalu menjaga lingkungan. Maka melalui pengembangan demplot, warga atau desa lain diharapkan dapat ikut terpacu untuk menjaga lingkungan dan memanfaatkan alam secara bijaksana untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi. *** Kader lokal Pakpak Bharat (Edy, Kifli dan Padang) sedang berdiskusi mendesain program demplot di Sekretariat CSO Pakpak Bharat HAL. 5
6 Menara Jaga untuk Po Meurah Rudianto Surbakti dan Ade Sumantri Pembangunan menara jaga oleh masyarakat Bagi masyarakat Aceh, gajah bukanlah binatang biasa-biasa saja. Ia diberi penghargaan dengan menyebutnya Tengku Rayeuk. Gelar Tengku Rayeuk yang diberikan oleh para endatu atau nenek moyang mengacu pada bentuk fisik gajah yang besar dan raya. Pada zaman peperangan dahulu, gajah bermanfaat untuk berkendara para pejuang. Hal inilah yang kemudian menciptakan hubungan persahabatan dengan manusia. Selain nama Tengku Rayeuk, dalam kehidupan sehari-hari gajah juga biasa disapa Po Meurah. Sayangnya, saat ini keberadaan binatang berbelalai panjang dan bertelinga lebar ini semakin menurun jumlahnya karena konflik antara manusia dengan satwa. Pada tahun 1996 jumlah gajah di hutan Aceh berkisar antara ekor, kemudian dalam kurun waktu 1996 sampai 2006 berjumlah sekitar 420 ekor. Jumlah ini semakin menurun pada tahun 2008 yang berjumlah sekitar 378 ekor (The Global Journal, HAL ). Akibat penurunan jumlah tersebut, gajah menjadi salah satu binatang yang dilindungi. Namun, seiring dengan perkembangan zaman keberadaaan Po Meurah kini menjadi ancaman bagi warga yang tinggal di sekitar hutan. Pasalnya, kelompok gajah bisa saja menyerang manusia dan memporakporandakan permukiman. Konflik antara gajah dan manusia sudah kerap terjadi di Aceh dan menimbulkan korban jiwa. Tidak hanya dari si manusia, sang Teuku Rayeuk pun juga tak sedikit yang harus mati. Keterbatasan pemerintah daerah dalam pendanaan terhadap penanganan konflik, jumlah personil yang tersedia, dan sulitnya mencapai lokasi konflik menjadi alasan belum optimalnya penyelesaian masalah ini. Namun, mau tak mau kondisi ini secara berkesinambungan
7 Gotong royong warga dalam membangun menara jaga harus diperbaiki, karena gajah sangat penting keberadaannya untuk menjaga keanekaragaman dan ekosistem hutan. Meski demikian, tak juga melupakan manusia yang butuh kenyamanan dalam hidupnya. Maka, PNPM LMP (Lingkungan Mandiri Perdesaan) bersama dengan CSO bekerjasama dengan Pemerintahan Desa (Keuchik atau Kepada Desa) dan Tokoh Masyarakat dari empat desa di Kecamatan Kluet Tengah Menggamat, Kabupaten Aceh Selatan yaitu Desa Kampung Sawah, Desa Koto, Desa Lawi Melang, dan Desa Kampung Padang bersama dengan masyarakat membangun Menara Jaga (MEJA) secara swadaya dan bergotong-royong di jalur aktif gajah. MEJA dibangun untuk memantau serta mengantisipasi pergerakan mamalia besar ini agar tidak sampai masuk ke arah pemukiman. Oleh sebab itu, dalam perjalanan program ini terus dibutuhkan peningkatan kapasitas masyarakat dalam teknik penggiringan gajah untuk mengantisipasi terjadinya konflik. Dengan adanya kerjasama dari warga lokal, diharapkan konflik antara manusia dan gajah sedikit demi sedikit mereda. Kebijaksanaan kita sebagai warga untuk tetap menjaga kelestarian hutan juga dituntut sehingga Po Meurah pun tetap nyaman di habitatnya. *** Diskusi disela waktu istirahat HAL. 7
8 Tema Foto Selamat Datang Api Biru! Penulis : Edies Maneasa Papan Proyek Pembuatan Biogas Usulan masyarakat dalam pelaksanaan PNPM LMP siklus 2010 di Desa Tondegesan Dua, Kecamatan Kawangkoan-Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara berupa pembangunan instalasi Biogas. Setelah melalui proses Musyawarah Antar Desa (MAD) 2 dan 3, maka usulan tersebut didanai oleh Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk pengembangan tiga unit Biogas. Dengan dukungan CSO (WCS dan Yapeka), pada akhir November 2010 dimulailah proses pelatihan dan pembangunan instalasi Biogas oleh masyarakat Desa Tondegesan Dua. Proses pembuatan satu unit Biogas hingga siap digunakan oleh Rumah Tangga Miskin (RTM) selama ±2 minggu. Selanjutnya untuk pembuatan dua unit sisanya dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat yang telah terlatih dan konsultasi teknis dengan CSO. Suasana Pelatihan Interaktif Setelah menggunakan biogas, RTM penerima manfaat tidak repot lagi untuk mengumpulkan kayu bakar hingga 2 gerobak/bulan yang diselingi dengan penggunaan minyak tanah 1 liter/hari seperti biasanya. Setiap keluarga hanya cukup menyediakan 1 ember yang setara dengan 10 kg kotoran sapi dari kandang yang terletak di belakang rumahnya. Satu ember kotoran sapi cukup untuk memasak selama 6 jam, 4 jam di pagi hari dan 2 jam di sore hari. Si Api biru ini adalah bahan bakar yang bebas polusi, tidak menghitamkan alat masak, dan ekonomis. Hasil dari biogas berupa api biru Pembuatan reaktor biogas bersama-sama Pemberian materi mengenai pembuatan biogas Bahan dasar biogas dari kotoran sapi
ARTIKEL EDISI PERDANA
wahana wacana dan warta lingkungan hidup vol. 1 no. 1 2011 ARTIKEL EDISI PERDANA Sapi, Kompos, dan Bibit di Sumatera Barat Ada si Piko di Tapanuli Selatan Membangun Desa Mandiri Energi Profil Tokoh: Vola
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA
EXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA I. Informasi Umum Judul program Lokasi Jangka waktu Program Pemanfaatan Biogas Rumah Tangga sebagai Sumber Energi Baru dan Terbarukan yang ramah
Lebih terperinciRENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU
RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling
Lebih terperinciVII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG
78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman
Lebih terperinciKonsep Awal Pembangunan Ekonomi Pertanian Secara Kolektif melalui Organisasi
1 Lampiran 1 Konsep Awal Pembangunan Ekonomi Pertanian Secara Kolektif melalui Organisasi Untuk dapat membayangkan sebuah model pembangunan ekonomi pertanian secara kolektif, maka mestilah dilihat dan
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI
LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI Istiyarto Ismu Manager Kampanye Bali Barat Pengantar Strategi penyingkir halangan yang diterapkan oleh Yayasan Seka dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : Menetapkan :
SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN BINTAN
Lebih terperinciBAB III Tahapan Pendampingan KTH
BAB III Tahapan Pendampingan KTH Teknik Pendampingan KTH 15 Pelaksanaan kegiatan pendampingan KTH sangat tergantung pada kondisi KTH, kebutuhan dan permasalahan riil yang dihadapi oleh KTH dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya yang sangat penting untuk menunjang segala kebutuhan hidup semua mahluk hidup. Sehingga dalam pengelolaannya, lahan tersebut harus sesuai
Lebih terperinciBUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah
Lebih terperinciSi Hijau Pembawa Berkah
Lembar Kerja Kegiatan Sosial Berkelanjutan Palangka Raya, 17 Maret 2015 Si Hijau Pembawa Berkah Kegiatan sosial di Kelurahan Bukit Tunggal adalah salah satu contoh kegiatan sosial yang berkelanjutan. Hal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam baik sumber daya alam terbaharukan maupun tidak. Udara, lahan, air, minyak bumi, hutan dan lain-lain merupakan sumber
Lebih terperinciLAPORAN VERIFIKASI PROKLIM
LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI DESA : BOJONGSARI (RW 03 DAN RW 04) KECAMATAN : BOJONGSOANG KABUPATEN : BANDUNG PROVINSI : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung
Lebih terperinciPELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV
xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSeorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan
Rappler.com Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Ari Susanto Published 12:00 PM, August 23, 2015 Updated 4:48 AM, Aug 24, 2015 Selama 20 tahun, Sadiman mengeluarkan uangnya sendiri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,
Lebih terperinciKID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa
KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa Masyarakat Desa Jenggik Utara sudah lama mendambakan bendung/embung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air baik untuk keperluan pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumber daya alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya yang termasuk ke dalam
Lebih terperinciRencana Aksi dan Progres Desa Berbudaya Lingkungan (Ecovillage) di DAS Citarum Hulu Gedung Sate, 8 Oktober Jaringan Kerja Ecovillage Jabar
Rencana Aksi dan Progres Desa Berbudaya Lingkungan (Ecovillage) di DAS Citarum Hulu Gedung Sate, 8 Oktober 2015 Jaringan Kerja Ecovillage Jabar OUTLINE APA ITU ECOVILLAGE PROSES DAN RESPON MASYARAKAT RENCANA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi populasi manusia
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160.2015 KEMENDESA-PDT-TRANS. Desa. Pendampingan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciBAB II. PERENCANAAN KINERJA
BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.
Lebih terperinciLAPORAN VERIFIKASI PROKLIM
LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI KAMPUNG KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI : KIARASANDING DESA PULOSARI : PANGALENGAN : BANDUNG : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman - 1. Laporan SADI Provinsi NTT Bulan Maret 2009
RINGKASAN EKSEKUTIF Seluruh lokasi pilot program PNPM Agribisnis Perdesaan di 6 Kecamatan Provinsi NTT telah menyelesaikan alur/tahapan perencanaan pada bulan November 2008. Seluruh kecamatan telah melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih banyak menghadapi permasalahan diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan bidang-bidang
Lebih terperinciA. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM
A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI
Lebih terperinciREUSAM KAMPUNG BENGKELANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : TAHUN 2010
REUSAM KAMPUNG BENGKELANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM (ADAT MERAGREH UTEN) BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara.
Lebih terperinciBUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2
BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan potensi wilayah dengan peluang yang cukup prospektif salah satunya adalah melalui pengembangan agrowisata. Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata
Lebih terperinciLEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN
1 LEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN SEKARANG KITA BERSAMA!!!! LANGKAH AWAL UNTUK PENGELOLAAN HUTAN KORIDOR SALAK-HALIMUN YANG ADIL, SEJAHTERA, DAN LESTARI Apa itu
Lebih terperinciDisusun oleh FLipMAS BADUY Wilayah Banten
LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA TEGAL WANGI KECAMATAN MENES KABUPATEN PANDEGLANG (Minggu, 17 Mei 2015) KAMPUNG KORANJI DESA TEGAL WANGI KECAMATAN MENES KAB. PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
Lebih terperinciLAPORAN VERIFIKASI PROKLIM
LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI DESA KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI : GEKBRONG : GEKBRONG : CIANJUR : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi dengan alam sekelilingnya atau lingkungannya. Seiring dengan perkembangan zaman,
Lebih terperinciMengenal Satwa Liar dan Teknik Perlindungannya
Mengenal Satwa Liar dan Teknik Perlindungannya Mengenal Satwa Liar dan Teknik Perlindungannya Mengenal Satwa Liar dan Teknik Perlindungannya @ 2012 Penyusun: 1. Ian Hilman, Wildlife Conservation Society
Lebih terperinciPengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan
BAB VII PENUTUP Perkembangan industri kelapa sawit yang cepat ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : (i) secara agroekologis kelapa sawit sangat cocok dikembangkan di Indonesia ; (ii) secara
Lebih terperinciOleh : Sri Wilarso Budi R
Annex 2. The Training Modules 1 MODULE PELATIHAN RESTORASI, AGROFORESTRY DAN REHABILITASI HUTAN Oleh : Sri Wilarso Budi R ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA SERTA PELAKSANAAN
Lebih terperinciProgram Bio Energi Perdesaan (B E P)
Program Bio Energi Perdesaan (B E P) Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus dipecahkan serta dicarikan jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi, baik untuk keperluan rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud
Lebih terperinciAGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN
AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2094,2014 KEMENDAGRI. Desa. Pembangunan. Pedoman. MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata
6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian
Lebih terperinciMENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN DESA DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial
Lebih terperinciTentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.
PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SISTEM LEISA PADA BUDIDAYA SAPI KELOMPOK PETERNAK GADING TANI, DESA ARISAN GADING, KECAMATAN INDRALAYA SELATAN, KABUPATEN OGAN ILIR
IMPLEMENTASI SISTEM LEISA PADA BUDIDAYA SAPI KELOMPOK PETERNAK GADING TANI, DESA ARISAN GADING, KECAMATAN INDRALAYA SELATAN, KABUPATEN OGAN ILIR Arfan Abrar, Elly Rosana dan Thirtawati Dosen Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. kemarau.kebutuhan ini baik untuk mengairi ladang atau untuk mencukupi
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Penelitian mengenai Analisa Dampak Sosial Pembangunan Embung di Dusun Temuwuh Lor dapat diambil sebuah benang merah, yaitu sebagai berikut : 1.1.1. Aspek Demografi Terbentuknya
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG
PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG KEPUTUSAN NO : 141 / 05 / SK / 2011 PENUNJUKAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAAN
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA Menimbang : a. DENGAN
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT
BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN DAN KEHUTANAN BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015
Lebih terperinciPEMANFAATAN BIOGAS UNTUK USAHA KEMANDIRIAN ENERGI RUMAH TANGGA SEKALIGUS IKUT SERTA DALAM UPAYA MENDUKUNG GERAKAN KONSERVASI LINGKUNGAN
PEMANFAATAN BIOGAS UNTUK USAHA KEMANDIRIAN ENERGI RUMAH TANGGA SEKALIGUS IKUT SERTA DALAM UPAYA MENDUKUNG GERAKAN KONSERVASI LINGKUNGAN -mitigasi berbasis lahan- (Juli 2016 Desember 2017) Lokasi : Desa
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAPUAS DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN REDD+
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAPUAS DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN REDD+ Disampaikan oleh : Kabupaten Kapuas setelah Pemekaran Tahun 2002 menjadi 3 Kabupaten 2 4 LUAS WIL. 14.999 KM 2 (1.499.900 Ha)
Lebih terperinciREUSAM KAMPUNG KALOY. No : Tahun 2010 TENTANG PERATURAN KAMPUNG (REUSAM) TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM / ADAT MERAGREH UTEN
REUSAM KAMPUNG KALOY No : Tahun 2010 TENTANG PERATURAN KAMPUNG (REUSAM) TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM / ADAT MERAGREH UTEN BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang
V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Lebih terperinciSidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK
Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK RAFIKA DEWI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ilmu Ekonomi 2016 Dosen pembimbing: Bapak Ahmad Ma ruf, S.E., M.Si.
Lebih terperinciJalan Aspal Pusong Menuju Desa Wisata
Jalan Aspal Pusong Menuju Desa Wisata Kecamatan Kembang Tanjong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pidie yang mendapatkan dana dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perdesaan
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 166 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Lebih terperinciPENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI
PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA
ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA PEMBUKAAN Orangutan merupakan satu- satunya jenis kera besar yang saat ini hidup di Sumatera dan Kalimantan, sedangkan 3 jenis lainnya hidup di Afrika. Kelestarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suaka margasatwa merupakan salah satu bentuk kawasan suaka alam. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah kawasan yang mempunyai fungsi
Lebih terperinci2. Kabupaten Pontianak
BOKS 1. MONITORING APLIKASI TRICHODERMA PADA TANAMAN PADI DI KABUPATEN LANDAK, KABUPATEN PONTIANAK, KABUPATEN BENGKAYANG, KABUPATEN SAMBAS, DAN KABUPATEN KUBU RAYA Monitoring aplikasi Trichoderma dilaksanakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup. Hutan memiliki
Lebih terperinciKabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau
Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 6, September 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Salam sejahtera, jumpa lagi dengan Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama.
Lebih terperinciBUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN
BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN 11/4/2010 [DAFTAR ISI] KATA PENGANTAR...3 CARA MENGGUNAKAN BUKU INI...4 PELAKSANAAN PELATIHAN MASYARAKAT...8
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang melaju dengan cepat perlu diimbangi dengan kualitas dan kuantitas makanan sebagai bahan pokok, paling tidak sama dengan laju pertumbuhan penduduk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciIV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan
3. URUSAN KEHUTANAN Sumber daya hutan di Kabupaten Wonosobo terdiri dari kawasan hutan negara seluas + 20.300 Ha serta hutan rakyat seluas ± 19.481.581 Ha. Kawasan hutan negara di wilayah Wonosobo secara
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciMemperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.
BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciAgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII
Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah
Lebih terperinciBERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan
LAPORAN PENYULUHAN DALAM RANGKA MERESPON SERANGAN WABAH PENYAKIT NGOROK (Septicae epizootica/se) PADA TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SAMOSIR BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN
Lebih terperinciBAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG
BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pemerintah Indonesia mulai mencanangkan
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan
Lebih terperinciTITOJER SEBAGAI PUPUK ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL PADI
TITOJER SEBAGAI PUPUK ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL PADI Gusnidar, Herviyanti dan Syafrimen Yasin; Fakultas Pertanian Universitas Andalas ABSTRAK Titojer adalah titonia dan jerami sebagai bahan organik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya pemanfaatan sumber daya alam khususnya hutan, disamping intensitas teknologi yang digunakan. Kehutanan
Lebih terperinci