TELEVISI & KAMPANYE PEMILU TAHUN (Studi Analisis Framing Pemberitaan tvone tentang Partai Golkar dalam Pemilu 2014) Skripsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TELEVISI & KAMPANYE PEMILU TAHUN (Studi Analisis Framing Pemberitaan tvone tentang Partai Golkar dalam Pemilu 2014) Skripsi"

Transkripsi

1 TELEVISI & KAMPANYE PEMILU TAHUN 2014 (Studi Analisis Framing Pemberitaan tvone tentang Partai Golkar dalam Pemilu 2014) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Oleh: Abimanyu Aji Wisnu NIM: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

2 TELEVISI & KAMPANYE PEMILU TAHUN 2014 (Studi Analisis Framing Pemberitaan tvone tentang Partai Golkar dalam Pemilu 2014) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: Abimanyu Aji Wisnu Prakoso NIM: Pembimbing Dr. Iding R Hasan, M.Si NIP PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 i

3 PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa: Nama : Abimanyu Aji Wisnu Prakoso NIM : Program Studi : Ilmu Politik Telah menyelesaikan skripsi dengan judul: TELEVISI & KAMPANYE PEMILU TAHUN 2014 (STUDI ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN TVONE TENTANG PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU 2014) Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji. Jakarta, 1 Juni 2016 Mengetahui, Ketua Program Studi Menyetujui, Pembimbing Dr. Iding R Hasan, M.Si Dr. Iding R Hasan, M.Si NIP NIP ii

4 PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul: TELEVISI & KAMPANYE PEMILU TAHUN 2014 (STUDI ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN TVONE TENTANG PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU 2014) 1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 1 Juni 2016 Abimanyu Aji Wisnu iii

5 iv

6 ABSTRAK Abimanyu Aji Wisnu Televisi & Kampanye Pemilu Tahun 2014: Analisis Framing Pemberitaan TvOne terhadap Partai Golkar dalam Pemilu 2014 Penelitian ini membahas tentang bagaimana kecenderungan media tvone dalam melakukan kampanye tentang Partai Golkar serta bagaimana framing pemberintaan tvone terhadap Partai Golkar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana dari tvone dalam melakukan pemberitaan tentang Partai Golkar yang mana kita tahu salah satu pemangku kepentingan dari tvone adalah Aburizal Bakrie. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang memperoleh data dengan melakukan wawancara, selain itu penulis juga menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, buku, jurnal, internet dan sumber lainnya. Narasumber dalam penelitian ini adalah para anggota pekerja dari media tvone. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruksi sosial media massa, teori kampanye, serta analisis framing dengan menggunakan perangkat framing dari Robert N. Entman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan perangkat analisis framing Robert N. Entman atas pemberitaan yang dilakukan oleh media tvone bahwa media tvone ingin mempertahankan serta menunjukkan citra positif Partai Golkar, hal ini dapat dilihat dari berbagai pemberitaan tvone yang memperlihatkan secara nyata dukungannya terhadap Partai Golkar. Karena tidak ada satupun dari pemberitaan yang diteliti tersebut terdapat pemberitaan negatif tentang Partai Golkar itu sendiri. Keberadaan Aburizal Bakrie sebagai ketua umum dari Partai Golkar ini, secara tidak langsung membuat media tvone terus-menerus melakukan pemberitaan positif dan menghindarkan pemberitaan-pemberitaan negatif tentang Partai Golkar. Kata Kunci: Media, tvone, Framing, Partai Golkar, Pemilu, Kampanye v

7 KATA PENGANTAR Segala puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat, rahmat, serta hidayah-nya kepada penulis, dan atas semua karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan program studi Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu dalam proses pengerjaan Skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan, peranan, dan bantuan berharga dari berbagai pihak. Pada kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan terima kasih, dan rasa hormat kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Iding R Hasan, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik dan Dosen Pembimbing atas waktu, kesabaran, dan saran-saran yang diberikan selama penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama perkualiahan berlangsung. vi

8 5. Kedua orang tua penulis, Mama dan Papa dan kedua kakak saya yang selalu memberikan dukungan tiada henti untuk saya, agar dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Teman-teman program studi Ilmu Politik angkatan 2011, Handi, Aco, Putra, Fauzi, Iskandar, Derio, Dami, Fadli, Ikhsan, Afdal, Sonny, Wisnu, Faisal, Mila, Mareta, Irfan, Bayu, Hafidz, dan teman-teman lainnya yang selalu memberikan dukungan. 7. Teman kecil penulis dari Al-Azhar Kemang, Akbar dan Denis. 8. Aidya Putri Kusuma yang telah memberikan bantuan, menyemangati penulis, memberikan dukungan penulis dalam hal apapun tanpa henti. 9. Seluruh pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungannya yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan menambah khasanah pengetahuan bagi pembaca. Jakarta, 1 Juni 2016 Abimanyu Aji Wisnu vii

9 DAFTAR ISI ABSTRAK... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Pernyataan Masalah... 1 B. Pertanyaan Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Tinjauan Pustaka F. Metodologi Penelitian F.1 Pendekatan Penelitian F.2 Teknik Pengumpulan Data F.3 Teknik Analisis Data G. Sistematika Penulisan BAB II KERANGKA TEORETIS A. Teori Konstruksi Sosial Media Massa B. Teori Kampanye C. Analisis Framing D. Kerangka Pemikiran BAB III GAMBARAN UMUM STASIUN TELEVISI TVONE A. TvOne Sejarah dan Perkembangan tvone Kebijakan Mutu Visi dan Misi tvone Dewan Direksi viii

10 5. Corporate Social Responsibility Program tvone Logo tvone Biro tvone BAB IV FRAMING PEMBERITAAN A. Framing Pemberitaan tvone terhadap Partai Golkar pada Pemilu A.1 Partai Golkar Beri Pembekalan Juru Kampanye A.2 Partai Golkar Optimis Menang di Banten A.3 Aburizal Bakrie Hadiri Kampanye Partai Golkar di Kalimantan Selatan A.4 Kampanye Terbuka Partai Golkar di Yogyakarta A.5 Janji Aburizal Bakrie Saat Kampanye di Makassar B. Kampanye dan Orientasi Politik tvone C. Analisis dan Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran B.1 Saran Akdemik B.2 Saran Praktis DAFTAR PUSTAKA ix

11 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan penulis Tabel 4.2 Analisis Framing Pemberitaan dengan Judul Partai Golkar Beri Pembekalan Juru Kampanye Tabel 4.3 Analisis Framing Pemberitaan dengan Judul Partai Golkar Optimis Menang di Banten Tabel 4.4 Analisis Framing Pemberitaan dengan Judul Aburizal Bakrie Hadiri Kampanye Partai Golkar di Kalimantan Selatan Tabel 4.5 Analisis Framing Pemberitaan dengan Judul Kampanye Terbuka Partai Golkar di Yogyakarta Tabel 4.6 Analisis Framing Pemberitaan dengan Judul Janji Aburizal Bakrie Saat Kampanye di Makassar x

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Berita positif atau negatif di media masssa... 7 Gambar 2.1 Tahapan Konstruksi Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Gambar 3.1 Logo TvOne xi

13 BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah Munculnya istilah media massa merupakan sarana dari komunikasi massa. Secara etimologi, media berasal dari bahasa Latin yaitu merupakan bentuk jamak dari medium. Adapun menurut McLuhan, media massa merupakan perpanjangan alat indra yang mana dengan melalui media massa, kita dapat memperoleh berbagai informasi. Media menurut Heinich, dalam Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2009: 6) menyatakan bahwa: Media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Heinich juga mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak, computer dan instruktur Pesatnya perkembangan media dan teknlogi komunikasi saat ini, membuat banyaknya strategi yang diciptakan oleh partai politik untuk mempengaruhi partisipan lewat media komunikasi. Hal ini erat kaitannya dengan sifat media yang pada saat ini mampu menyentuh khalayak luas secara tepat sasaran. Menurut Nova (2009: 204) fungsi media massa antara lain adalah media massa memiliki fungsi sebagai pengantar atau pembawa pesan bagi segenap macam pengetahuan. Jadi, media massa memainkan peran institusi lainnya, media massa menyelenggarakan kegiatan dalam lingkungan publik. Pada dasarnya media massa 1

14 2 dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara sukarela, umum, dan murah, pada dasarnya hubungan antara pengirim pesan dengan penerima pesan seimbang dan sama, dan yang terakhir adalah media massa mengjangkau lebih banyak orang dari pada institusi lainnya dan sejak dahulu mengambil alih peranan sekolah, orang tua, agama, dan lain-lain. Memahami pandangan dari Firsan Nova yang disebutkan di atas tentang peran media massa, dapat dilihat bahwa media memiliki peran yang sangat krusial bagi partai politik. Sebagai contoh misalnya, pemberitaan positif tentang partai politik yang membantu pemerintahan menyusun undang-undang yang pro rakyat dapat terus menambah aksi simpati dari khalayak luas yang membacanya. Selain itu, dalam poin ke empat dapat terlihat jelas media massa yang menjangkau lebih banyak orang dari pada institusi lainnya membuat partai politik saat ini menggunakan media massa untuk mencapai tujuan nya untuk mengambil simpati rakyat. Setidaknya ada empat hal yang membuat media dan politik tidak dapat dipisahkan menurut Heryanto dan Rumaru (2013: 10) antara lain: Pertama adalah, industri media massa saat ini, baik cetak maupun elektronik tumbuh dengan pesat. Terbukti dengan munculnya hal-hal baru yang terkait dengan keberadaan media massa dalam politik. Kedua, tumbuh pesatnya industri yang berbasis pada layanan jasa komunikasi, antara lain industri periklanan,, radio dan film. Ketiga, pesatnya perkembangan information and communication technology

15 3 (ICT). Saat ini, komunikasi yang sedang berlangsung, seperti komunikasi kelompok, maupun komunikasi organisasi tidak lagi didominasi oleh komunikasi secara fisik. Dan yang terakhir adalah semakin terbukanya proses demokratisasi di Indonesia. Indonesia yang saat ini memasuki fase-fase penting dalam proses konsolidasi demokrasi. Karena seluruh aktor politik saat ini baik individual maupun kolektif, dituntut untuk memeiliki kemampuan komunikasi politik yang memadai. Dari poin pertama dapat dibuktikan dalam kajian berupa studi tentang pengaruh media massa terhadap elektabilitas kandidat, atau hierarki pengaruh dalam kepemilikan media oleh aktor politik. Kemudian, pesatnya industri yang berbasis layanan jasa juga dimanfaatkan oleh para pasangan kandidat, yaitu dengan menggunakan jasa para konsultan politik untuk memenangkan pertarungan politik mereka sendiri. Poin ketiga membenarkan fakta bahwasannya perkembangan yang pesat dalam information and communication technology saat dengan dimulainya fenomena virtual communication atau komunikasi online, dimana semakin meningkatnya pengguna internet saat ini, semakin memudahkan khalayak untuk mengakses peristiwa politik yang sedang terjadi. Dan poin ke empat menunjukan bahwa pemberitaan mengenai peristiwa politik yang sedang terjadi merupakan cerminan politik negara itu sendiri, sehingga khalayak mengetahui peristiwaperistiwa politik yang sedang terjadi. Televisi sebagai media massa. Media televisi pada hakikatnya merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang

16 4 dipancarkan secara cepat, berurutan, dan diiringi oleh unsur suara. Secara etimologi, kata televisi berasal dari bahasa Yunani yaitu tele yang berarti jarak dan visi yang berarti citra atau gambar dalam bahasa Latin. Jadi, dengan kata lain televisi berarti suatu sistem penyajian gambar yang diiringi dengan suara dari suatu tempat yang berjarak jauh. Televisi ini ditemukan pertama kali oleh seorang warga Italia pada tahun 1862 yang bernama Abbe Casseli yang berhasil menemukan sistem pengiriman gambar dengan listrik melalui kawat, tetapi pada saat itu disempurnakan kembali oleh Paul Nipkow seorang warga Jerman yang berkebangsaan Rusia pada tahun Peran media menjadi sangat signifikan jika kita berbicara dalam ranah politik, karena salah satu hal yang dilakukan oleh media adalah memasarkan produk politik melalui media atau yang biasa disebut dengan strategi media. Strategi media dalam memasarkan produk politik dimaksudkan sebagai strategi marketing politik yang kemudian diaplikasikan melalui media. Artinya media sebagai saluran strategi marketing politik atau dengan kata lain, media merupakan mediator politik yang sangat efektif untuk mengkomunikasikan berbagai gagasan-gagasan maupun kritikkritik diantara pelaku politik karena daya jangkau media yang luas serta mempunyai efek persuasif yang sangat kuat. Dan dalam era informasi sekarang ini, institusi media massa seperti televisi dan surat kabar dipercaya memiliki kemampuan dalam menyelenggarakan produksi, reproduksi, dan distribusi pengetahuan politik secara signifikan. Contohnya seperti Barack Obama, mengutip Renne (Viva.com, akses 5

17 5 November 2015) pemberitaan viva.co.id, diyakini para relawan menggunakan berbagai cara. mulai dari cara konvensional, seperti datang dari rumah ke rumah, bertelepon, hingga menggunakan jejaring media sosial, seperti Twitter dan Facebook. Tim sukses Barack Obama diyakini kelompok pertama yang memanfaatkan jejaring media sosial di internet pada masa kampanye pemilu nya pada tahun 2008, dan mereka mengulanginya kembali di tahun Tidak jauh berbeda dengan Barack Obama, kemenangan Jokowi dan Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden tahun 2014 juga karena peran dari media massa, mengutip Didi (Republika.com, akses pada 5 November 2015) pemberitaan republika.co.id setidaknya ada lima faktor mengapa Jokowi memenangkan Pemilihan Presiden pada tahun Yaitu, peran media sosial, pencitraan figur, keberhasilan kinerja, low profile dan programnya realistis. Dari 5 faktor tersebut dapat ditekankan peran media sangat berarti, dalam melakukan pencitraan yang dilakukan Jokowi. Adapun menurut Ali Mustofa (Jurnal Interaksi, No.1,2013: 62-69) penggunaan media sangatlah penting dalam proses kampanye dan sosialisasi politik modern. Media massa bukan hanya bagian integral dari politik, tetapi juga memiliki posisi yang sentral dalam politik, mampu menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi wacana yang memiliki kekuatan mengkampanyekan politik. Guna memenangkan kompetisi di ajang pemilu, kontestan parpol bersaing dengan menerapkan strategi komunikasi politik yang jitu. Dalam konteks pemilu tahun 2014, media massa tetap mempunyai peran penting dalam sosialisasi program partai dan

18 6 pengenalan para calon legislatif partai politik. Peran media seperti ini diakui oleh Partai Golkar, karenanya Partai Golkar tetap menggunakan media massa dalam strategi komunikasi politik partai guna memenangkan pemilu. Selain itu, menurut Dennis McQuail dalam Masduki (Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, No.1, 2004: 77) menyatakan bahwa; Salah satu fungsi sentral media massa di ruang publik adalah fungsi korelasi sosial (social correlation). Melalui berita dan opini yang dimuat secara reguler, media memandu publik menghubungkan berbagai realitas yang sebelumnya terpisah oleh faktor geografi dan psikografi, menjadi satu rangkaian yang bisa diikuti dan dipahami secara mudah. Kekuatan media dalam melakukan framing atas sebuah teks dan fakta memandu publik mengkorelasikannya ke dalam konteks ekonomi, sosial politik dan budaya pada kurun waktu tertentu Dengan kata lain, media ini sangat dibutuhkan oleh khalayak yang terpisah oleh jarak dan waktu, karena media memberikan suatu informasi mulai dari ekonomi, sosial politik dan budaya. Selain itu, media sudah menjadi alat bagi elit-elit politik untuk memasarkan produk yang dimiliki oleh elitnya, maka dari itu peran media dalam pemilu adalah sangat vital, karena lewat media para elit-elit politik memasarkan produk nya untuk mencapai tujuannya yaitu memenangkan pemilu. Berikut ini adalah salah satu video tvone yang peneliti temukan mengenai pemberitaan tentang Golkar adalah, dikutip langsung tvone (tvonenews.tv, akses pada 22 Juni 2015) yang berjudul IIDP Partai Golkar Serahkan Pinjaman Modal Tanpa Bunga memberitakan tentang Ikatan Istri Dewan Pengurus Partai Golkar yang meminjamkan dana sekitar 25 Juta Rupiah untuk pengusaha kecil mandiri di Matraman, Jakarta Timur.

19 7 Kemudian, pemberitaan lain yang penulis temukan mengutip dari tvone (tvonenews.tv, akses pada 22 Juni 2015) dengan judul ARB: Golkar Akan Ciptakan Program Kewirausahaan dalam video tersebut, ARB menyatakan jika dia menjadi Presiden, dia akan menciptakan lapangan pekerjaan dengan melakukan kewiraswastaan di seluruh Indonesia, dan Aburizal Bakrie juga berjanji tidak ada lagi anak Indonesia yang tidak bersekolah. Faktanya yang ditemukan, berita positif atau negatif yang berkaitan dengan pemilu, partai politik atau tokoh politik tampaknya merupakan salah satu yang membuat pemilih untuk menentukan pilihannya nanti pada Pemilu, berikut ini adalah hasil grafiknya: Berita positif atau negatif di media massa (tv, radio, berita online, koran, majalah) Sangat Mempengaruhi Mempengaruhi Kurang Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi Kurang Mempengaruhi Mempengaruhi Sangat Mempengaruhi Gambar 1.1 Berita positif atau negatif di media masssa (Sumber: Laporan Survei Persepi Pemilih Pemula pada Pemerintah, Korupsi, dan Pemilu Nasional 2014)

20 8 Grafik di atas menjelaskan seberapa besar pengaruh berita positif atau negatif yang berkaitan dengan pemilu, partai politik maupun tokoh politik. Serta membenarkan fakta bahwa media massa saat ini sudah cukup mempengaruhi masyarakat. Menurut Ibnu Hamad, dalam Gun Gun Heryanto dan Shulhan -Rumaru (2013: 41-42) menyatakan bahwa; Peristiwa politik memang selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan liputan. Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan: pertama, dewasa ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yaitu media massa, sehingga hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Malahan, para aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar aktivitas politiknya memperoleh liputan dari media. Yang kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan aktor politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita, sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka. Apalagi jika peristiwa partai politik itu bersifat luar biasa, seperti pergantian presiden di tengah masa jabatan dan pembubaran parlemen, alhasil liputan politik senantiasa menghiasi media setiap harinya Berita politik memang secara sengaja dirancang dalam segmen khusus. Hal ini tidak semata terjadi karena agenda media, tetapi didasarkan pada situasi politik negara yang terus menghangat, juga ketertarikan pemirsa atau pembaca terhadap topik politik yang cenderung tinggi dan aktif sehingga media mengangkatnya menjadi domain pemberitaan. Kaid dan Holtz-Bacha dalam Akhmad Danial (2009: 93) menyatakan bahwa: Televisi digunakan oleh partai politik dan kandidat setidaknya melalui dua cara, Pertama, lewat "cara-cara gratis" melalui peliputan reguler media terhadap kegiatan partai atau kandidat politik. dalam peliputan bebas itu, berlaku prinsip-prinsip seleksi jurnalistik dan kriteria produksi yang biasa digunakan oleh para jurnalis dan pengelola telvisi. aktor politik tidak bisa memengaruhi kapan, seberapa panjang, dan bagaimana peristiwa politik

21 9 itu diliput televisi. Kedua, membayar ke media tersebut karena memasang "iklan politik" (political advertising). Dalam iklan politik, kandidat atau partai politiklah yang memutuskan bagaimana mereka ditampilkan di hadapan pemilih. Karena itulah, dua bentuk penggunaan media televisi itu (free and paid media) kerap juga diistilahkan dengan controlled media dan uncontrolled media. Politisi dan partai bisa mengontrol isi pesan politik yang disampaikan dalam iklan politik, namun tidak mempunyai kontrol terhadap bagaimana media mengemas berita-berita politik di televisi Strategi pemasaran gratis lewat berita politik ini bukan berarti tanpa risiko. Karena dengan hilangnya intervensi aktor politik terhadap suatu isi liputan berita, maka boleh jadi, partai politik atau sang kandidat dapat tersandung berita negatif. Selain cara gratis, berita di media massa juga bisa dipesan. Paket berita yang dipesan biasanya dilakukan dengan cara membeli jam tayang dan program berita khusus. Seperti yang dilakukan beberapa partai politik di televisi, yaitu mempromosikan partai tersebut program berita politik yang secara khusus mengulas partai tersebut. Media sejatinya bukan seperti yang digambarkan, memberitakan apa adanya, cerminan dari realitas. Menurut Paul Johnson dalam Heryanto (2010: 261). Karena seringkali terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh media dan disebut dengan Seven Deadly Sins, seperti (1) distorsi informasi, dengan secara sengaja menambah atau mengurangi informasi sehingga membuat maknanya berubah, (2) dramatisasi palsu yang dilakukan dengan memberiikan ilustrasi secara verbal, ataupun visual yang dilakukan berlebihan mengenai suatu objek, (3) mengganggu privasi, yaitu dengan melakukan peliputan tetapi melanggar hal-hal pribadi dari narasumber, (4) pembunuhan karakter, yang dilakukan oleh media dengan cara menunjukan sisi buruk dari suatu individu maupun kelompok atau organisasi tanpa menampilkan secara

22 10 berimbang dengan maksud untuk membangun citra negatif yang menjatuhkan, (5) eksploitasi seks, media menampilkan seks sebagai objek yang ditonjolkan tanpa memperhatikan batasan norma, (6) Meracuni pikiran anak-anak, karena mengeksploitasi kesadaran berpikir anak yang diarahkan secara tidak normal pada hal yang tidak mendidik, (7) penyalahgunaan kekuasaan, yaitu media menggunakan kekuatannya dalam mempengaruhi opini publik dalam suatu praktek pembohongan massa. Framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Analisis framing juga dapat digunakan untuk melihat siapa mengendalikan siapa dalam suatu struktur kekuasaan, pihak mana yang diuntungkan dan dirugikan, serta kebijakan publik mana yang harus didukung dan tidak boleh didukung. Penelitian ini perlu dikaji karena mengingat tvone ini di miliki oleh Aburizal Bakrie yang berlatar belakang ketua umum Partai Golkar. Berawal dari sini kemudian peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut terkait konstruksi pemberitaan

23 11 tvone tentang Partai Golkar pada pemilu 2014, apakah memang ada keberpihakan dalam pemberitaan tvone terhadap Partai Golkar. Maka dari itu dilatar belakangi permasalahan di atas, penulis mengambil judul penelitian Televisi dan Kampanye Pemilu Tahun 2014: Framing Pemberitaan tvone terhadap Partai Golkar dalam Pemilu 2014 B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahannya, sebagai berikut: 1. Bagaimana framing pemberitaan tvone terhadap Partai Golkar dalam Pemilu tahun 2014 edisi 11 Januari - 05 April 2014? 2. Apakah ada kecenderungan tvone melakukan keberpihakan terhadap kampanye Partai Golkar? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang sudah dijelaskan di atas, penelitian ini `mempunyai tujuan sebagai berikut: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui framing terkait pemberitaan tvone terhadap Partai Golkar dalam Pemilu tahun 2014 serta melihat bagaimana kencederungan dari media tvone terhadap praktek kampanye Partai Golkar.

24 12 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademik Penulisan ini berguna untuk pengembangan ilmu politik khususnya kajian tentang Analisis framing pemberitaan tvone terhadap Partai Golkar pada Pemilu tahun Manfaat Praktis Penulisan ini diharapkan menjadi bahan masukan dan informasi kepada masyarakat umum sehingga dapat mengetahui konstruksi berita terkait peran tvone tentang pemberitaan Partai Golkar dalam Pemilu tahun E. Tinjauan Pustaka Terkait analisis framing, maka penulis meninjau beberapa pustaka yang secara teoritis mengkaji analisis framing. Pertama penulis meninjau studi terdahulu dari Moh Khairul Anwar dengan judul penelitian Konstruksi Berita Menurunnya Elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) (Analisis Framing Pemberitaan Kompas Edisi Juni 2012-Mei 2013). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan analisis framing dari Robert N Entman serta teori konstruksionisme. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Koran Kompas memberikan perhatian khususnya terhadap nasib terakhir yang dialami PKS, yaitu

25 13 menurunnya elektabilitas di mana faktor utamanya adalah kasus suap impor daging sapi yang menimpa mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Serta ada rekomendasi yang diberikan yaitu bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan jenis dan pendekatan penelitian serupa hendaknya mengambil sisi berbeda dari penelitian ini. Berkaca pada hasil analisis yang telah peneliti lakukan menghasilkan bahwa analisis framing akan lebih memuaskan jika digunakan pendekatan komparatif. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menemukan perbedaan dalam skripsi yang akan penulis teliti yaitu objek penelitiannya menggunakan media elektronik yaitu tvone, sedangkan dalam penelitian lain menggunakan media cetak Kompas. Kedua, penulis meninjau studi terdahulu dari Gema Mawardi dengan judul penelitian Pembingkaian Berita Media Online (Analisis Framing Berita Mundurnya Surya Paloh dari Partai Golkar di mediaindonesia.com dan vivanews.com Tanggal 7 September 2011). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teori analisis framing dari Pan dan Kosicki. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ada 4 faktor faktor terkait analisis terhadap mediaindonesia.com dan vivanews.com. yaitu pertama, framing pemberitaan oleh media online dilakukan dengan cara antara lain; pemilihan sumber berita, pemilihan kutipan dari sumber berita, dan menempatkan gambar yang mendukung framing pemberitaan. Kedua, dari hasil analisis pembingkaian terlihat bahwa pengaruh pemilik media memberikan dampak pada keberpihakan pemberitaan oleh media. Hal ini menunjukkan bahwa

26 14 netralitas dan objektivitas media dipengaruhi oleh kepentingan pemilik media. Ketiga, dari hasil analisis pembingkaian dapat dilihat bahwa pengaruh kepemilikan media memberikan dampak yang berbeda pada masing-masing media. Dampak yang timbul bahkan bisa sampai pada titik dimana media sama sekali tidak melakukan upaya untuk melakukan pendekatan pada objektivitas dalam melakukan pemberitaan. Keempat, ada media yang melakukan usaha untuk memperkecil dampak kepemilikan media sehingga lebih mampu menjaga objektivitas berita dan mempertahankan posisi media sebagai pihak yang netral dalam menyampaikan berita. Kemudian, berdasarkan penjelasan di atas. Penulis juga menemukan perbedaan dalam skripsi yang akan diteliti yakni, hanya melihat dari satu sudut pandang media tvone, sedangkan skripsi lain meneliti dari dua sudut pandang berbeda yaitu mediaindonesia.com dan vivanews.com. Ketiga, penulis meninjau studi terdahulu dari Lintang Andini dengan judul penelitian Analisis Framing Berita Kasus Suap Ketua Mahkamah Konstitusi pada Koran Tempo. Penelitian ini menggunakan perangkat framing dari Robert N Entman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa kesimpulan yaitu, pertama, koran Tempo mengkonstruksikan dan mengarahkan pembaca untuk memandang Akil Mochtar sebagai pihak yang bersalah. Ketika pembaca melihat isi pemberitaan Koran Tempo, yang terlintas dan diingat pembaca adalah Akil Mochtar merupakan pihak yang bersalah dan seorang hakim yang tidak netral. Kedua, kebijakan koran Tempo menempatkan koran Tempo sebagai alat kontrol sosial. Saat ada penyalahgunaan

27 15 kekuasaan seperti yang dilakukan Akil Mochtar dalam kasus suapnya, Koran Tempo memberitakan kasus tersebut untuk menunjukkan fungsinya sebagai alat kontrol. Berdasarkan skripsi di atas, Penulis menemukan perbedaannya, yakni pada aspek permasalahan dari media kompas yang mengkonstruksi media secara netral dan memang kebijakan dari kompas itu sendiri sebagai alat kontrol sosial, berbeda dengan skripsi penulis karena penulis melihat adanya kecenderungan keberpihakan media elektronik tvone terhadap Partai Golkar.

28 16 Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan penulis No Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Teori dan Metodologi Perbedaan 1 Moh. Khairul Anwar Konstruksi Berita Menurunnya Elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) (Analisis Framing Pemberitaan Kompas Edisi Juni 2012-Mei 2013). 2 Gema Mawardi Pembingkaian Berita Media Online (Analisis Framing Berita Mundurnya Surya Paloh dari Partai Golkar di mediaindonesia.com dan vivanews.com Tanggal 7 September 2011). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konstruksi berita terkait menurunnya elektabilitas partai Keadilan Sejahtera sehingga dapat mengetahui kecenderungan atau perspektif Kompas terhadap masalah tersebut Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran bagaimana framing pemberitaan yang dilakukan oleh Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan analasis framing model Robert N. Entman dalam menganalisis teks berita. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis dengan pendekatan kualitatif dan menganalisis Perbedaan penelitian ini adalah, terdapat pada faktor yang akan diteliti, karena penelitian ini akan melihat bagaimana framing pemberitaan tvone terhadap Partai Golkar Perbedaan dalam penelitian ini adalah, penelitian ini menggunakan media elektronik dalam melakukan

29 17 3 Lintang Andini Analisis Framing Berita Kasus Suap Ketua Mahkamah Konstitusi pada Koran Tempo media dalam menyampaikan sebuah peristiwa dalam hal ini mundurnya Surya Paloh serta mendapatkan gambaran sampai sejauh mana pengaruh kepemilikan media terhadap objektivitas pemberitaan dan netralitas media Tujuan dari penelitian untuk mengetahui bagaimana pandangan dari Koran Tempo atas kasus suap Ketua Mahkamah Konstitusi yaitu Akil Mochtar teks berita dengan menggunakan framing model dari Pan dan Kosicki. Penelitian ini dialakukan dengan menganalisis pemberitaan menggunakan perangkat framing dari Robert N. Entman. penelitian, berbeda dengan penelitian terdahulu yang menggunakan media cetak. Serta penelitian ini menggunakan perangkat framing dari Robert N. Entma Penelitian ini menggunakan media elektronik dalam melakukan penelitian, dan melihat framing pemberitaan tvone.

30 18 F. Metodologi Penelitian F.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian kualitatif Cresswel, J. Dalam J.R Raco (2010: 6) adalah suatu proses yang bertahap yang dimulai dengan identifikasi masalah atau isu yang akan diteliti, setelah itu masalah akan teridentifikasi kemudian dilanjutkan dengan mereview bahan bacaan atau kepustakaan. F.2 Teknik Pengumpulan Data F.2.1 Wawancara Untuk memperkuat dan memperkokoh bahan-bahan yang telah didapatkan dari media, penulis juga akan menggunakan metode wawancara dengan melakukan wawancara kepada koordinator liputan dari media tvone yang peneliti rahasiakan identitasnya yaitu Bang E dan Bang I. F.2.2 Dokumentasi Penulis juga akan menggunakan dokumen sebagai teknik pengumpulan data. Dokumentasi menurut Creswell (2014: 22) adalah cara pengumpulan data dengan menganalisis dokumen publik seperti literature buku, memo, notulen, rekaman, internet (youtube), undang-undang dan arsip resmi. Penulis akan melihat beberapa dokumen seperti rekaman-rekaman pada masa kampanye terbuka di tvone News dan

31 19 selanjutnya penulis akan menggunakan literatur-literatur buku-buku yang terkait dengan analisis framing. F.3 Teknik Analisis Data Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu suatu pembahasan yang bertujuan untuk membuat gambaran terhadap data-data yang terkumpul dan tersusun dengan cara memberikan penafsiran atau interpretasi terhadap data-data yang diperoleh tersebut. Penulis berpedoman pada buku Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditulis oleh Tim Penyusun Panduan Akademik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta G. Sistematika Penulisan Agar lebih mempermudah pembahasan dan penulisan penelitian ini serta lebih fokus dan sistematis, maka penulis mengklafisikasikan permasalahan dalam beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Pada Bab I Penulis akan memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

32 20 Pada Bab II berisi kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini. Peneliti mengkaji tentang teori konstruksi sosial media massa, kampanye dan analisis framing. Pada Bab III berisi tentang tinjauan umum tentang tvone dan gambaran umum lokasi penelitian. Penulis akan menggambarkan bagaimana tvone memberitakan berita-berita yang ada. Serta gambaran umum tvone yang didalamnya meliputi kondisi sosial dan politik. Pada Bab IV berisi pokok pembahasan dalam penelitian ini, dengan menganalisis framing pemberitaan tvone tentang Partai Golkar pada masa kampanye terbuka yaitu 11 Januari 05 April Pada Bab V ini merupakan bagian akhir dari pembahasan penelitian ini yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Pada bab ini, berisi uraian singkat hasil penelitian sebagai suatu kesimpulan dan selanjutnya terdapat saran sebagai sumbangan pemikiran untuk pemecahan permasalahan penelitian.

33 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Teori Konstruksi Sosial Media Massa Untuk melakukan pemahaman atas realitas sosial tidak dapat dilakukan melalui data dan informasi yang kita dapatkan. Menurut Firmanzah (2008: 297) karena pemaknaan data dan informasi sosial membutuhkan kerangka atau bingkai, dan suatu fenomena sosial tertentu akan memiliki pandangan yang berbeda apabila dianalisis menggunakan kerangka ideologis yang berbeda. Karena makna realitas sosial tidak bersifat statis. Menurut Frans M. Parerra mengutip pandangan Berger & Luckmann dalam Burhan Bungin (2011: 15) menjelaskan bahwa; tugas pokok sosiologi pengetahuan adalah menjelaskan dialektika antara diri (self) dengan dunia sosiokultural. Dialektika ini berlangsung dalam proses dengan tiga moment simultan. Pertama, eksternalisasi (penyesuaian diri) dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Kedua, obyektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Sedangkan ketiga, internalisasi, yaitu proses dimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya Melalui proses dialektika ini, maka realitas sosial yang berarti iklan televisi pertama dapat dilihat dari ketiga tahapan tersebut. Yang pertama adalah Eksternalisasi. Eksternalisasi dimulai dari interaksi antara pesan iklan dengan individu pemirsa melalui tayangan televisi. Eksternalisasi merupakan bagian penting 21

34 22 dalam kehidupan individu dan menjadi bagian dari dunia sosio-kulturalnya. Dengan kata lain, eksternalisasi terjadi pada tahap yang sangat mendasar, yaitu dalam satu pola perilaku interaksi antara individu-dengan produk-produk sosial masyarakatnya. Proses ini adalah ketika sebuah produk sosial (iklan) telah menjadi sebuah bagian penting dalam masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh individu, maka produk sosial itu menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang untuk melihat dunia luar. Menurut Berger dan Luckmann (2011: 16) yang dimaksud dengan eksternalisasi adalah bahwa produk-produk sosial dari eksternalisasi manusia mempunyai suatu sifat yang sui generis dibandingkan dengan konteks organismis dan konteks lingkungannya, maka penting untuk ditekankan bahwa eksternalisasi itu sebuah keharusan antropologis yang berakar dalam perlengkapan biologis manusia. Karena keberadaan manusia tidak mungkin berlangsung dalam suatu lingkungan interioritas yang tertutup dan tanpa gerak. Keberadaan manusia harus terus-menerus mengeksternalisasikan diri dalam aktivitas. Dengan demikian, tahap eksternalisasi ini berlangsung ketika produk sosial tercipta di dalam masyarakat, kemudian individu mengeksternalisasikan (penyesuaian diri) ke dalam dunia sosio-kulturalnya sebagai bagian dari produk manusia. Dapat dipahami bahwa, eksternalisasi merupakan tahapan penting karena setiap individu membutuhkan produk-produk sosial (iklan) karena merupakan akses individu untuk melihat dunia luar.

35 23 Kemudian, tahapan kedua adalah tahap obyektivasi produk sosial yang terjadi dalam dunia intersubyektif masyarakat yang dilembagakan. Obyektivikasi ini bertahan lama sampai melampaui batas tatap muka di mana mereka dapat dipahami secara langsung. Dengan demikian, individu melakukan obyektivas terhadap produk sosial, baik penciptanya maupun individu lain. Kondisi ini berlangsung tanpa harus mereka saling bertemu. Artinya obyektivasi itu bisa terjadi melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang berkembang di masyarakat melalui diskursus opini masyarakat tentang produk sosial, dan tanpa harus terjadi tatap muka antar-individu dan pencipta produk sosial itu. Dengan kata lain, Obyektivitas muncul karena adanya opini yang berkembang di masyarakat melalui produk sosial yang di sajikan oleh media. Hal terpenting dalam obyektivitas itu sendiri adalah memunculkan pandangan masing-masing individu dalam merekontruksi pemikiran masyarakat pengguna televisi. Selain itu, sebuah tanda (sign) dapat dibedakan dari obyektivasi lainnya, karena tujuannya digunakan sebagai isyarat atau indeks bagi pemaknaan yang subyektif. Dengan kata lain, maka obyektivasi juga dapat digunakan sebagai tanda, meskipun semula tidak dibuat untuk maksud tersebut. Internalisasi dalam artian umum merupakan dasar; pertama, bagi pemahaman mengenai sesama saya, yaitu pemahaman individu dan orang lain; kedua, bagi pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial. Pemahaman ini bukanlah merupakan hasil dari penciptaan makna secara otonom oleh

36 24 individu-individu yang terisolasi, melainkan dimulai dengan individu mengambil alih dunia di mana sudah ada orang lain. Dalam proses mengambil alih dunia itu, individu dapat memodifikasi dunia, bahkan dapat menciptakan ulang dunia secara kreatif. Berger dan Luckmann dalam Burhan Bungin (2011: 19) mengatakan bahwa dalam bentuk internalisasi yang kompleks, individu tidak hanya memahami prosesproses subyektif orang lain yang berlangsung sesaat, individu memahami dunia di mana ia hidup dan dunia itu menjadi dunia individu sendiri. Ini menandakan bahwa individu dan orang mengalami kebersamaan dalam waktu dengan cara yang lebih dari sekedar sesaat lalu dan suatu perspektif komprehensif yang menyambungkan urutan situasi secara intersubyektif. Ini berarti mereka masing-masing tidak hanya memahami definisi pihak lainnya tentang kenyataan sosial yang dialaminya bersama, namun mereka juga mendefinisikan kenyataan-kenyataan itu secara timbal balik. Memahami pandangan Berger dan Luckmann di atas, internalisasi hadir dalam bentuk penyajian media televisi untuk membangun opini publik terhadap iklan yang ingin di pasarkan oleh stasiun televisi tertentu. Kemudian, berikutnya adalah tahapan konstruksi Media Massa: Iklan Televisi. Jika menjelaskan konstruksi iklan atas realitas sosial dalam iklan televisi dimulai dari menjelaskan bagian-bagian fenomena iklan televisi, seperti tahap-tahap iklan telvisi, agen dan biro iklan, kepentingan di balik penayangan iklan telvisi dan

37 25 resources (ruang sosial) yang melahirkan iklan televisi. Iklan televisi terlahir dari proses panjang penggarapan sebuah iklan. Burhan Bungin (2011: 131) mengatakan bahwasan nya, secara sederhana, awal kelahiran sebuah iklan dimulai dari perusahaan yang ingin mengiklankan produk tertentum perusahaan ini kemudian disebut klien. Banyak kalangan perusahaan percaya bahwa iklan merupakan cara yang paling tepat untuk memasarkan hasil produksi perusahaan, karena iklan, terutama iklan televisi langsung ditonton oleh masyarakat luas. Kepercayaan dunia usaha kepada iklan, terutama iklan televisi, bisa jadi dilandasi oleh kenyataan bahwa televisi adalah media yang paling popular saat ini, karena banyak masyarakat yang terpikat dengan berbagai acara televisi. Dalam proses konstruksi Media Massa, yaitu iklan televisi. Ada tiga tipe klien agen iklan. Pertama, klien sama sekali tidak mempersoalkan masalah dana. Klien jenis ini sangat mengharapkan iklan akan menjadi cara yang paling tepat untuk saluran informasi produk perusahaannya. Kedua, klien mempertimbangkan dana. Klien ini memiliki dana yang terbatas, sehingga klien ini sangat berhati-hati dalam memutuskan model iklan yang bagaimana serta seberapa besar dana yang teralokasi untuk kegiatan iklan ini. Ketiga, klien yang bersikap realistis terhadap iklan dan produk itu sendiri. Bagi klien ini, model iklan dan dana bias dibicarakan, apabila secara realistis dapat dijamin bahwa iklan dapat meningkatkan produksinya.

38 26 Munculnya tiga kategori klien ini disebabkan karena iklan merupakan media yang dipandang bermanfaat, tetapi keberadaan iklan masih kontroversial sebagai media informasi maupun media konstruksi sosial yang ideal, yang dapat diterima oleh semua kalangan, karena selain iklan, di masyarakat juga tersedia berbagai pilihan, berbagai informasi di luar iklan, bahkan kebiasaan dan konstruksi sosial sebelumya ikut menentukan pilihan-pilihan orang. Namun demikian, iklan masih menjadi pilihan karena beberapa informasi yang menunjukan bahwa iklan ikut menentukan peningkatan produktivitas perusahaan. Sehubungan dengan memahami bagaimana konstruksi iklan atas realitas sosial adalah proses komunikasi antara pencipta iklan dengan pemirsa di televisi, di mana proses ini, iklan televisi menkonstruksi pandangan pemirsa terhadap suatu produk. Alex Sobur (2012: 88) mengatakan konstruksi yang dilakukan media sebenarnya merupakan hasil dari sebuah pengamatan atas permasalahan yang sedang terjadi. Media menelaah serta meredaksi setiap permasalahan dimana pemilihan bahasa yang akan dipilih merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Eriyanto (2002: 27) media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan sumber berita, tetepai juga berperan dalam mendefenisikan aktor dan persitiwa nya. Dengan melalui bahasa yang digunakan, dengan contoh, media dapat menyebut mahasiswa sebagai pahlawan, dapat juga menyebutnya sebagai perusuh.

39 27 Melalui pemberitaan, media dapat membingkai peristiwa demonstrasi dengan bingkai tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak akan melihat dan memahami peristiwa tersebut. Untuk memahami bagaimana konstruksi iklan atas realitas sosial di atas, menurut Bungin (2011: ) ada lima tahap penting, seperti: (1) tahap menyapkan materi konstruksi iklan; (2) tahap sebaran konstruksi; (3) tahap pembentukan konstruksi; (4) tahap konfirmasi; (5) tahap perilaku keputusan konsumen. Untuk lebih memahami masing-masing tahap konstruksi akan di jelaskan dengan skema berikut ini: Gambar 2.1 Tahapan Konstruksi (Sumber: Konstruksi sosial, Dagmar dan AIETA, setelah dikembangkan (Berger, 1993; Kasali, 1995: 52-53)

40 28 Adapun tiga tahap yang kemudian dilakukan oleh para pekerja media dalam melakukan konstruki realitas, termasuk realitas politik, yang berujung pada pembentukan citra sebuah kekuatan politik menurut Ibnu Hamad (2004: 16-24) yaitu; pemilihan simbol (fungsi bahasa); pemilihan fakta yang akan disajikan (strategi framing), dan kesediaan memberi tempat (agenda setting). Dalam melakukan pemilihan kata simbol politik. Simbol yang dipilih ini akan mempengaruhi makna yang muncul. Hal ini bias dijelaskan melalui teori semiotika atau ilmu tentang tanda. Dalam ilmu semiotika, teks (berita) dipandang penuh dengan tanda, mulai dari pemakaian kata atau istilah, frase, angka, foto dan gambar, bahkan cara mengemasnya pun adalah tanda. Secara semiotik, fakta yang tersurat maupun tersirat merupakan tanda. Adapun tanda ini mempunyai sebuah fungsi yaitu alat untuk membangkitkan makna. Karena tanda selalu dapat dipersepikan oleh perasaan dan pikiran. Fungsi lain dari sebuah tanda ini adalah agar dapat mencapai sebuah tujuan untuk kepentingan pembicara atau komunikator, karena tanda berfungsi untuk menyadarkan pendengar akan sesuatu yang dinyatakannya untuk kemudian memahaminya, kemudian untuk menyatakan perasaan atau sikap dirinya terhadap suatu objek, untuk memberitahukan sikap sang pembicara terhadap khalayaknya, dan untuk menunjukkan tujuan atau hasil yang diinginkan oleh pembicara atau penulis baik disadari atau tidak disadari. Kemudian, media dalam melakukan pembingakaian atau framing peristiwa politik. Framing ini dilakukan pada awalnya hanya karena tuntutan teknis yaitu

41 29 keterbatasan-keterbatasan kolom dan halaman pada media cetak atau waktu, karena jarang ada media yang membuat berita sebuah peristiwa secara utuh. Maka dari itu atas nama kaidah jurnalistik, peristiwa yang panjang, lebar, dan rumit, dicoba disederhanakan melalui mekanisme pembingkaian (framing) fakta-fakta dalam bentuk berita sehingga layak terbit atau layak tayang. Adapun kepentingan pemberitaan tersebut, media biasanya seringkali hanya menyoroti hal-hal yang penting dari sebuah peristiwa politik. Dan dari hal tersebut sudah dapat ditebak akan ke arah mana pembentukan sebuah berita tersebut. Dan ditambah dengan berbagai kepentingan, maka konstruksi realitas politik sangat ditentukan oleh siapa yang memiliki kepentingan dengan suatu berita, dimana kepentingan itu bias dimiliki oleh media pihak yang memiliki khusus dengan media tersebut. Kemudian yang terakhir adalah menyediakan waktu untuk sebuah peristiwa politik. Dalam konsteks ini media memiliki fungsi agenda setter sebagaimana dikenal dalam teori agenda setting. Yang dimaksudkan dengan agenda setting ini adalah besarnya perhatian masyarakat terhadap sebuah isu itu sangat tergantung dengan seberapa besar media memberikan perhatian pada isu tersebut. Dengan kata lain, besarnya suatu kasus atau isu bergantung kepada media itu sendiri dengan seberapa besar media menempatkan perhatiannya kepada isu tersebut, karena media dipandang berkekuatan besar dalam mempengaruhi masyarakat. Setidaknya, menurut McQuail (2010: 60) ada lima teori utama dalam media massa, yaitu (1) kegiatan utama dari media massa adalah sebagai produksi dan

42 30 distribusi informasi dan budaya, (2) media memperoleh fungsi dan tanggung jawabnya dalam ruang public yang di awasi oleh lembaga, (3) tidak ada kontrol dalam media, yang ada hanyalah batasan yang di tetapkan oleh masyarakat itu sendiri, (4) batas keanggotaan yang tidak pasti (5) media bebas dan independen dalam prinsip kekuasaan politik dan ekonomi. B. Teori Kampanye Kampanye merupakan suatu proses yang dirancang secara bertahap berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan memengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan. Kampanye pemilu sendiri dilaksanakan oleh pelaksana kampanye dan didukung oleh petugas kampanye serta di ikuti oleh peserta kampanye. Kampanye menurut Venus dalam Heryanto dan Rumaru (2013: 22-23) mempunyai karakteristik khusus yang membedakannya dengan propaganda yaitu, sumber kampanye dapat di identifikasi dengan jelas, yakni para aktor politik dan para calon legislatif, pelaksanaan kampanye selalu terikat dan dibatasi oleh waktu, sifat gagasan yang disampaikan terbuka untuk diperdebatkan oleh khalayak, penerimaan pesan bersifat secara sukarela atau persuasif tanpa adanya paksaan dari pihak pelaksana, pelaksanaan kampanye diatur dengan kode etik/standar etika, dan sifat kepentingan kampanye adalah untuk kepentingan pihak lain atau publik. Adapun beberapa metode kampanye yang dilakukan oleh peserta pemilu adalah dalam bentuk, pertemuan terbatas, tatap muka, penyiaran melalui media cetak

43 31 dan media elektronik, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga di tempat umum, rapat umum, kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan. Berbicara mengenai kampanye ada tiga tujuan kampanye, menurut Heryanto dan Rumaru (2013: 23-24) yaitu: Kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada pola pikir masyarakat. Pada tahap pertama, pengaruh yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan khalayak terhadap isu tertentu. Pada tahap kedua diarahkan pada perubahan sikap. Sasarannya adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepeduliaan atau keberpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye. Pada tahap terakhir, kegiatan kampanye ditujukan untuk mengubah perilaku khalayak secara konkret dan terukur. Tahap ini menghendaki adanya tindakan tertentu yang dilakukan oleh sasaran kampanye. Selain tiga tujuan kampanye di atas, menurut Lock dan Harris dalam Firmanzah (2008: 275). Kampanye politik sangat berkaitan erat dengan pembentukan image politik. Karena melalui kampanye politik akan ada dua hubungan yang dibangun, yaitu internal dan eksternal. Hubungan internal merupakan suatu proses yang dibangun antara anggota-anggota partai dengan para pendukungnya untuk memperkuat ikatan ideologis dan identitas mereka. Sementara itu hubungan eksternal

44 32 merupakan proses yang akan dibangun kepada pihak luar partai, termasuk media massa dan masyarakat secara luas. Dalam melakukan kampanye, partai politik diwajibkan untuk menunjukan sikap peduli terhadap isu-isu yang sedang terjadi di masyarakat. Dengan menunjukan sikap peduli terhadap isu-isu yang terjadi tidak hanya sebatas retorika saja melainkan akan membuat mereka lebih di evaluasi publik. Dengan semakin tinggi nya tuntutan masyarakat terhadap partai politik untuk lebih peka dan peduli terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat, maka dari itu untuk mendapatkan dukungan masyarakat, partai politik harus memerhatikan kondisi dan nasib dari masyarakat dengan melakukan kampanye. Adapun dalam melakukan kampanye yang tertib serta memberikan pembelajaran kepada masyarakat, ada beberapa aturan-aturan yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar No. 10 Tahun 2008 bagian keempat yaitu larangan dalam kampanye mengutip dari naskah Undang-Undang Pemilu tanggal 5 Maret 2008 (mahkamahagug.go.id, akses pada 21 Juni 2016): a. Mempersoalkan dasar Negara Pancasila, dan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia. b. Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. c. Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau peserta lain.

45 33 d. Menghasut dan mengadu domba antar perseorangan ataupun kelompok masyarakat. e. Menganggu ketertiban umum. Yang dimaksud mengganggu ketertiban umum dalam hal ini adalah suatu keadaan yang memungkinkan penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan umum dan kegiatan masyarakat tidak dapat berlangsung sebagaimana biasa. f. Mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat dan/atau peserta pemilu yang lain. g. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye peserta kampanye yang lain. h. Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan (untuk tempat pendidikan dikecualikan atas prakarsa/izin dari pimpinan Lembaga Pendidikan, dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta pemilu, serta tidak menganggu proses belajar mengajar). i. Membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut lain, selain tanda gambar dan/atau atribut peserta pemilu yang bersangkutan. j. Menjajikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta kampanye. Selain itu, Plasser dalam Akhmad Danial (2009: 35-37) menjelaskan bahwa setidaknya ada lima trend global yang menandai perubahaan praktik dan gaya kampanye di dunia, yaitu (1) meningkatnya komunikasi kampaye yang memusatkannya pada televisi, kampanye saat ini sudah merupakan pertarungan menang atau kalah antar kandidat dimana para kandidat dan partai berupaya sebaik mungkin untuk membingkai beragam isu lewat cara-cara yang mereka anggap tepat,

46 34 dengan meraih dukungan pemilih lewat pesan-pesan politik yang disusun dengan penuh pertimbangan dan merekayasa sesuai dengan format televisi. (2) semakin meningkatnya iklan politik di televisi maka makin meningkatnya anggaran dana kampanye, dalam hal ini Plasser mancatat pada era 1970an, hanya ada empat negara, yaitu Amerika, Kanada, Australia, dan Jepang yang membolehkan partai politik dan kandidat untuk membeli waktu tayang mereka di televisi. Tetapi kemudian jumlah tersebut meningkat menjadi 49 negara pada akhir 1990an, hal tersebut membuktikan bahwasannya ikan politik pada televisi sudah menggantikan bentuk iklan kampanye di media tradisional seperti billboard. (3) debat para kandidat pimpinan politik di televisi makin dianggap penting. Pada tahun 1970an, debat kandidat pimpinan politik hanya terjadi di 10 negara, tetapi pada akhir tahun 1990an, meningkat pesat dengan terjadinya paling tidak di 35 negara. (4) kampanye saat ini semakin berpusat pada kandidat, bukan lagi berpusat pada partai politiknya, hal tersebut yang disebutkan oleh Mughan dalam Akhmad Danial (2009: 36) sebagai fenomena Presidensialisasi kampanye di negara-negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer seperti Inggris, yang merupakan negara berbasis partai berpindah menjadi ke perlombaan kepribadian di media. (5) semakin meningkatnya peran manajer kampanye professional dan konsultan politik dari luar partai, seiring dengan perkembangan teknologi ini, kampanye yang pada awalnya bersifat amatir telah bertransformasi menjadi satu jenis operasi yang membutuhkan profesionalitas yang tinggi, maka dari itu para konstultan ini mempraktikan marketing politik mereka, melalui survey, dan penyebaran pesan politik yang terencana.

47 35 Berbicara mengenai kampanye lebih lanjut, menurut Charles U. Larson (Winatha, Skripsi 2015: 19) Kampanye terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: Product-Oriented campaigns, yaitu kampanye yang mengorientasikan diri pada produk yang umumnya terjadi pada lingkungan bisnis dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan financial Candidat-Oriented campaign, kampanye ini biasa disebut juga dengan political campaign, dimana kampanye yang mengorientasikan pada kandidat umum dengan tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik Yang terakhir adalah, Ideologically campaigns, merupakan jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan berdimensi pada perubahan sosial, kampanye seperti ini biasa di sebut dengan social change campaign atau kampanye yang mengarah pada perubahan sosial. C. Analisis Framing Analisis Framing sederhananya dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan untuk

48 36 ditampilkan. Framing ini pada akhirnya menentukan bagaimana realitas itu hadir di hadapan pembaca. Apa yang kita tahu tentang realitas sosial pada dasarnya semua tergantung pada bagaimana kita melakukan frame atas peristiwa yang pada akhirnya memberkan pemahaman dan pemaknaan tertentu atas suatu peristiwa, atau dengan kata lain, masing-masing pembaca mempunyai persepsinya sendiri atas suatu peristiwa atau berita. Eriyanto (2002: 97) menyebutkan bahwasannya framing dapat mengakibatkan suatu peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita yang secara radikal berbeda apabila wartawan mempunyai frame yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa tersebut dan menuliskan pandangannya dalam berita. Dan apa yang kita lihat saat ini dalam suatu pemberitaan merupakan hasil dari pandangan mereka para wartawan ketika melihat dan meliput peristiwa. Maka dari itu, Analisis framing akan membantu untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa yang sama itu dikemas secara berbeda oleh wartawan sehingga menghasilkan berita yang secara radikal berbeda. Sudah dijelaskan di atas pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada cara melihat terhadap realitas yang dijadikan berita. Cara melihat ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.

49 37 Selain itu, menurut Robert N. Entman dalam Eriyanto (2002: 187) framing mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana-penempatan yang mencolok, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain-lain. Ibnu Hamad (2004: 23) mengatakan sasaran dari analisis framing, sebagai salah satu metode analisis wacana, adalah untuk menemukan norma dan aturan yang tersembunyi di balik sebuah teks, atau dengan kata lain teknik ini digunakan agar kita dapat mengetahui persepektif atau pendekatan yang digunakan oleh sebuah media dalam mengkonstruksikan sebuah peristiwa. Analisis ini akan membantu kita dalam melihat berita secara lebih mendalam akan bagaimana pesan diorganisir, digunakan, dan dipahami. Framing menurut Robert N. Entman pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Konsep framing dari Entman tersebut menggambarkan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan.

50 38 227) yaitu: Kemudian ada 4 konsep framing menurut Entman dalam Eriyanto (2002: 225- Pendefenisian masalah (define problems) merupakan elemen yang pertama kali lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan bingkai yang paling utama. Karena elemen ini menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Singkatnya, ketika ada masalah atau peristiwa, bagimana peristiwa atau isu tersebut dipahami, peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda, dan bingkai yang berbeda tersebut akan menyebabkan realitas yang berbeda. Penyebab masalah (diagnose cause) ini merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa dan siapa sertabagaimana peristiwa dipahami, pada akhirnya akan menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Maka dari itu, masalah yang dipahami secara berbeda serta penyebab masalah nya secara tidak langsung juga akan dipahami dengan cara yang berbeda. Membuat pilihan moral (Make moral judgement) ini merupakan elemen framing yang dipakai untuk memberi sebuah argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah ada, yang kemudian setelah masalah yang sudah di definisikan kemudian penyebab masalah telah ditentukan juga maka dibutuhkan sebuah argumentasi untuk mendukung gagasan tersebut.

51 39 Pemberian rekomendasi (treatment recommendation) elemen ini digunakan untuk menilai apa yang di inginkan oleh wartawan dan jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan suatu masalah. Kemudian, penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. D. Kerangka Pemikiran Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

52 A. TvOne BAB III GAMBARAN UMUM STASIUN TELEVISI TVONE 1. Sejarah dan Perkembangan tvone TvOne merupakan sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia yang sebelumnya bernama Lativi, stasiun televisi ini didirikan pada 9 Agustus 2002 oleh Abdul Latief. Dalam penelitian Semeru (Semeru Gesta, Skripsi 2010: 45) Pada saat itu program-program televisi tvone menyiarkan program yang berbau erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan ringan yang kemudian pada tahun 2006 Bakrie Group memiliki sebagian saham dari Lativi, sehingga pada 14 Februari 2008 pukul WIB, Lativi secara resmi berganti nama menjadi tvone yang saat itu di resmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. TvOne memiliki komposisi 70 persen berita, dan sisa 30 persen merupakan program hiburan dan olah raga. TvOne ( akses pada 21 Juni 2016) saat itu sebagai pendatang baru dalam dunia News, telah menyiapkan beberapa program berita unggulan seperti Apa Kabar Indonesia yang merupakan program diskusi ringan yang mengangkat isu-isu yang sedang hangat bersama narasumber dan masyarakat dan disiarkan secara langsung. Selain itu adapun beberapa program-program berita lain nya yaitu: Kabar Pagi, Kabar Terikini, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan kabar Malam. 40

53 41 2. Kebijakan Mutu PT Lativi Mediakarya (tvone) dalam melakukan komitmen nya terhadap kebijakan adalah dengan melakukan peningkatan yang berkelanjutan dalam hal ini: Mengupayakan yang terbaik untuk memuaskan pelanggan Memberdayakan kemampuan kayawan kea rah profesionalisme Menerapkan ISO 9001:2008 Mengintegrasikan semua proses dalam unit agar tercapai efisiensi dan efektifitas yang optimal. 3. Visi dan Misi tvone Adapun visi dan misi dari tvone dalam Semeru (Skripsi, 2010: 48) Visi : Untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya memajukan bangsa Misi : Menjadi stasiun televisi Berita & Olahraga Menayangkan program News & Sports yang secara progresif mendidik pemirsa untuk berfikiran maju, positif serta cerdas.

54 42 Memilih program News & Sports yang informative serta inovatif dalam penyajian kemasan. 4. Dewan Direksi Ardiansyah Bakrie sebagai CEO (Chief Executive Officer) Karni Ilyas sebagai Editor in Chief (Pemimpin Redaksi) Totok Suryanto sebagai Senior Vice Editor in Chief (Wakil Pemimpin Redaksi) Gunawan Wibisono sebagai Chief Sales and Marketing Tolop Samosir sebagai Chief Finance Officer 5. Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility atau yang disebut dengan Gerakan tvone untuk Negeri merupakan upaya untuk selalu menjadi yang terdepan dalam membantu. Adapun beberapa bantuan yang dilakukan oleh CSR tvone (vivagroup.co.id, akses pada 22 Februari 2016) diantara nya adalah, melakukan pengobatan dan pemberian sembako gratis bagi korban banjir di Tanjung Priok, program recovery korban longsor Banjarnegara, tanggap darurat penanganan korban banjir di Ciledug.

55 43 6. Program tvone Seperti yang sudah dijelas di atas, tvone merupakan salah satu stasiun yang mengutamakan News dalam program nya yaitu dengan persentase 70 persen News dan 30 persen olah raga dan hiburan. Adapun program-program tvone terbagi ke dalam lima jenis program yaitu NewsOne, TalkshowOne, InfoOne, RealityOne, dan SportOne. Dari lima jenis program tersebut terbagi menjadi beberapa acara yang akan di jelaskan dalam tabel berikut ini: Tabel 3.1 Jenis Program TvOne No Jenis Program NewsOne TalkshowOne InfoOne RealityOne SportOne 1 Kabar Pagi Apa Kabar Indonesia Damai Soccer One Indonesia Mengingat Indonesiaku 2 Kabar Siang Coffe Break Warisan Dunia 3 Kabar Pasar Apa Kabar Indonesia Malam Di Balik Tragedi Menyingkap Tabir Live World Boxing Best World Boxing 4 Kabar Indonesia Mutumanikam Sport Petang Lawyer s Club Documentary 5 Kabar Nama dan Sport Malam Peristiwa Heavyweight 6 Kabar Arena Telusur One Pride BAMMA

56 44 7 Fit, Fresh & Fun 7. Logo tvone A Gambar 3.13Logo TvOne Logo tvone dari tahun ke tahun mengalami beberapa perubahan, logo di atas merupakan logo on-air yang digunakan tvone dari tahun 2012 hingga sekarang, logo tersebut memiliki makna antara lain: Warna merah dan putih melambangan warna bendera Indonesia Lingkarang dengan angka 1 di dalamnya merupakan symbol persatuan Penggunaan kalimat berbahasa Inggris (One) merupakan kesiapan tvone dalam kancah dunia pertelevisian global. Sehingga mudah dipahami oleh mitra kerja tvone yang berada di luar negeri serta mencerminkan optimism kebangsaan sebagai bangsa yang ingin maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan kepada khalayak, oleh sebab itu media massa mempunyai peran penting dalam mempersuasif masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peran strategis sebagai saluran yang menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, kita dapat memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri media di Indonesia yang kini berorientasi pada kepentingan modal telah menghasilkan suatu konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan, yaitu berupa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pikiran masyarakat. Media komunikasi memiliki

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu yang bersifat demokratis di Indonesia terwujud untuk pertama kalinya pada tahun 1999. Di mana rakyat dapat memilih sendiri wakil-wakil lembaga pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berita pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden terkait kasus PT Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari Menteri Energi dan Sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat kian tergantung dengan media massa, yang menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan khalayak. Terlebih dengan kecanggihan teknologi di mana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari hampir seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan media massa. Baik media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah atau media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Adanya kemajuan teknologi canggih seperti saat ini, informasi bisa kita dapatkan dari berbagai media. Informasi tersebut tidak lagi hanya kita dapatkan melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa menjadi penting dalam kehidupan politik dan proses demokrasi, yang memiliki jangkauan luas dalam penyebaran informasi, mampu melewati batas wilayah, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan analisa dengan menggunakan analisis framing model Robert N.Entman dan Urs Dahinden terhadap teks berita di okezone.com dan kompas.com pada bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) Capres & Cawapres secara langsung yaitu pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) Capres & Cawapres secara langsung yaitu pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara demokrasi menyerahkan sepenuhnya kepada rakyat untuk memilih Calon Presiden. Sudah dua kali Indonesia mengadakan Pemilihan Umum (Pemilu)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa Kisruh APBD DKI merupakan salah satu peristiwa sedang ramai diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan berita yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan informasi semakin cepat, dan di era informasi seperti sekarang ini banyaknya pemberitaan, informasi yang datang ke masyarakat. Penyebaran informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail,

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail, 2011:310) dengan radio rumah tangga pada tahun 1920-an. Selanjutnya pada tahun 1940-an diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan saluran-saluran komunikasi. Komunikasi massa akan. didefinisikan sebagai komunikasi kepada khalayak dalam jumlah besar

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan saluran-saluran komunikasi. Komunikasi massa akan. didefinisikan sebagai komunikasi kepada khalayak dalam jumlah besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi sering kita lakukan dalam sehari-hari, komunikasi merupakan kebutuhan yang paling dasar manusia. Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi politik yang hadir bersamaan dengan liberalisasi ekonomi dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan media sebagai salah satu alatnya (Maryani, 2011:3).

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan media sebagai salah satu alatnya (Maryani, 2011:3). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut perspektif Cahil (dikutip dari Kovach & Rosenstiel, 2001:10) dalam Rahayu (2006:5), menuturkan bahwa betapa besar pengharapan publik atas media massa. Pengharapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita buruh merupakan salah satu berita yang jarang dilihat dalam tayangan pemberitaan media TV. Berita buruh masih belum mendapatkan porsi yang pas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berita adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia membentuk realitas berdasarkan pengalaman dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia membentuk realitas berdasarkan pengalaman dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membentuk realitas berdasarkan pengalaman dalam hidupnya. Pengalaman individual tidak dapat dipisahkan dari dunia sosial. Realitas yang dimiliki terbentuk melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah hanya melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, merupakan makhuk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUUAN. berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media. bisa bertahan. Kecepatan media online dalam menyampaikan informasi

BAB I PENDAHUUAN. berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media. bisa bertahan. Kecepatan media online dalam menyampaikan informasi BAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini cukup berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media konvensional terpaksa harus beralih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat. Selain itu pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia periklanan memang telah menjadi sejarah panjang dalam peradaban manusia. Sekarang ini periklanan semakin berkembang dengan pesat dan dinamis, berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Engeline merupakan seorang anak perempuan berusia delapan tahun asal Bali. Sosoknya mulai diberitakan di penghujung Mei 2015 ketika dua minggu lebih keberadaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 ini. Politik selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas bagi

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 ini. Politik selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 ini menjadi tahun yang ramai dengan perbincangan politik. Mulai dari pemilihan anggota DPRD sampai pemilihan calon presiden terjadi pada tahun 2014 ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perhelatan akbar pemilihan kepala daerah hingga pemilihan presiden di Indonesia setiap calon pasangan yang maju menggunakan berbagai cara untuk membangun image

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi membuat informasi mudah di akses dengan cepat tanpa harus menunggu lama. Hal tersebut yang membuat internet menjadi pilihan banyak masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha BAB I PENDAHULUAN Salah satu TV Lokal yang konsisten dalam mengangkat isu/konten daerah adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan Buddha Tzu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi media massa mempunyai peran yang sangat penting untuk menyampaikan berita, gambaran umum serta berbagai informasi kepada masyarakat luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendarah daging menjadi sebuah budaya di Indonesia. Transparency

BAB I PENDAHULUAN. mendarah daging menjadi sebuah budaya di Indonesia. Transparency BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus korupsi bukan lagi hal baru di Indonesia. Korupsi bahkan telah mendarah daging menjadi sebuah budaya di Indonesia. Transparency International (TI) mencatat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan 34 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa seharusnya menjadi sarana pencerahan dan transformasi nilainilai kebenaran agar masyarakat dapat melihat secara apa adanya. Media sebaiknya tidak memunculkan

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat bagi manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaannya. Alwasilah (2014, hlm.

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN

Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN GUGUS TUGAS PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN PEMBERITAAN, PENYIARAN, DAN IKLAN KAMPANYE PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebebasan media dalam memberitakan berita yang bertentangan dengan pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan bebas memberitakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga menimbulkan pro dan kontra. Karena perkembangan kehidupan manusia seirama dengan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR.

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir bulan Oktober 2012 media massa ramai memberitakan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang mempublikasikan adanya pemesaran yang dilakukan oleh anggota DPR terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa. Radio mempunyai sifat khas yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi semakin tinggi, maka beragam upaya dengan teknologi. pendukungnya pun semakin canggih. Manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi semakin tinggi, maka beragam upaya dengan teknologi. pendukungnya pun semakin canggih. Manusia untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan awal manusia untuk mengetahui kebutuhannya, banyak cara untuk berkomunikasi pada saat sekarang ini. Karena kebutuhan komunikasi semakin tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah lepas dari bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, termasuk dalam proses pemilihan kepala daerah. Pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, termasuk dalam proses pemilihan kepala daerah. Pada Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Indonesia dimulai sejak runtuhnya masa orde baru. Pada saat itulah demokrasi mulai dijunjung di Indonesia, termasuk dalam proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Adapun jenis penelitiannya peneliti menggunakan jenis analisis semiotik dengan menggunakan model Semotika Halliday.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pemberitaan media massa di Indonesia meningkat dengan intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak munculnya Undang

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 0 KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan sosial maupun moral kepada khalayak dengan tujuan memberikan informasi, hiburan, dan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konstek Penelitan Saat ini perkembangan manusia dengan potensi bawaannya tentang memunculkan ide, telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia kiranya tidak perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi bahasa juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada bingkai sosok Jokowi sebagai Presiden dalam pemberitaan setahun pemerintahan pasangan Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan Jusuf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu berusaha agar melalui produk yang dihasilkan (diproduksi) dapat mencapai tujuan (penjualan) yang telah diharapkan. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penilitian Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

Lebih terperinci