BAB I ASAL-USUL BAHASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I ASAL-USUL BAHASA"

Transkripsi

1 BAB I ASAL-USUL BAHASA 1. Pendahuluan Asal-usul bahasa adalah aspek bahasa yang paling banyak dipertentangkan oleh para ahli. Hasil kajian tentang hal ini pun tidak memuaskan karena sulitnya para penyelidik mencapai kesepakatan tunggal. Bagaimana bahasa itu mulai ada? Untuk jawaban ini ada beberapa teori tentang asal bahasa. Ada yang lucu, aneh bin ajaib, sampai ada yang berbau ilmiah. Karena alasan inilah, Masyarakat Linguistik Prancis pernah melarang anggotanya mendiskusikan asal bahasa karena dianggap hanya spekulasi yang tiada artinya. Terlepas dari kontroversi di atas, Dr. Jacob pernah mengemukakan bahwa bahasa berkembang perlahan-lahan dari sistem tertutup ke sistem terbuka antara 2 juta sampai 0,5 juta tahun yang lalu, tetapi baru dianggap sebagai proto-lingual antara hingga tahun yang lalu. Perkembangan yang penting baru terjadi sejak Homo Sapiens, tetapi perkembangan bahasa yang pesat barulah di zaman pertanian (Jacob dalam Keraf, 1983 :2). Karena tidak adanya data tertulis mengenai bagaimana timbulnya bahasa umat manusia dahulu kala, maka telah dilontarkan berbagai macam teori mengenai hal itu. Teori yang ada itu secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua fase yaitu (1) divine origin phase atau fase berdasarkan kedewaan, kepercayaan, mistik, takhyul, dan (2) organic phase atau fase organis. 2. Divine Origin Phase Fase ini berlangsung sebelum abad ke 18. Pada fase ini, manusia masih dianggap memiliki kebudayaan primitif. Menurut teori antropologi, kebudayaan primitif lebih banyak meyakini keterlibatan Tuhan, Dewa, Nabi dan sejenisnya dalam permulaan sejarah berbahasa manusia. Oleh 1

2 karena itulah, asal usul bahasa berdasarkan hal ini sering dianggap hanya sekadar cerita rekaan oleh para ilmuwan modern. Cerita tentang asal bahasa banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Bahkan, hampir setiap daerah sebenarnya memiliki cerita tentang ini. Beberapa cerita tentang asal bahasa ini akan disajikan secara ringkas di bawah ini. Pada abad ke 17, seorang penyelidik bahasa dari Swedia, Andreas Kemke, menyatakan bahwa di surga, Tuhan berbicara dalam bahasa Swedia, Nabi Adam berbahasa Denmark, sedangkan naga berbahasa Perancis. Dengan demikian, ketiga bahasa itulah dianggap pertama kali ada di muka bumi ini. Dan, bahasa swedia dianggap sebagai bahasa Tuhan. Sebelumnya, seorang Belanda bernama Goropius Becanus mengemukakan bahwa bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi di surga adalah bahasa Belanda. Dalam versi ini, tentu saja, bahasa Belandalah yang pertama ada. Cerita dari Mesir lain lagi. Ceritanya begini. Pada abad ke 17 SM, raja Mesir yang bernama Psammetichus mengadakan penyelidikan tentang bahasa pertama. Menurut sang Raja kalau bayi dibiarkan maka ia akan tumbuh dan berbicara bahasa asal. Untuk penyelidikan itu diambillah dua bayi dari keluarga biasa dan diserahkannya kepada seorang gembala untuk dirawatnya. Gembala itu dilarang berbicara sepatah kata pun kepada bayi-bayi tersebut. Setelah sang bayi berusia dua tahun, mereka secara spontan menyambut si gembala tadi dengan berkata becos. Setelah kejadian itu, segera si gembala tadi menghadap Sri Baginda Raja dan diceritakannya tentang bayi itu. Raja Psammetichus segera menelitinya dan berkonsultasi dengan para penasehatnya. Menurut mereka becos berarti roti dalam bahasa Phrygia; dan inilah bahasa pertama di bumi ini. Cerita ini diturunkan kepada orang-orang Mesir kuno sehingga menurut mereka bahasa Phrygia (Mesir) adalah bahasa yang pertama ada di muka bumi ini. Kaisar Cina T ien-tzu, anak Tuhan (menurut Versi Cina), katanya mengajarkan bahasa pertama pada manusia. Ada juga versi lain, seekor 2

3 kura-kura diutus Tuhan membawa bahasa (tulisan) kepada orang-orang Cina. Di Jepang pun bahasa pertama dihubungkan-hubungkan dengan Tuhan mereka, yang biasa disebut Amaterasu. Orang-orang Babilonia pun percaya bahwa bahasa pertama berasal dari Tuhan mereka, yang disebutnya Nadu. Di India pun cerita tentang bahasa juga ada. Begitulah pandangan orang-orang jaman dahulu tentang asal bahasa. Mereka selalu mengaitkan keberadaan bahasa dengan kepercayaannya kepada Tuhan atau pun hal-hal yang berbau mistik, gaib, dan tahyul. Dari cerita tadi, tampaknya masing-masing pemakai bahasa menganggap bahasa merekalah yang pertama ada. 3. Organic Phase Organic Phase atau fase organis dimulai pada akhir abad ke 18. Pada fase ini spekulasi tentang asal-usul bahasa berpindah dari wawasan keagamaan, mistik, dan tahyul ke alam baru yang disebutnya sebagai alam organis. Pengutamaannya adalah berdasarkan pada logika dan hasil observasi terhadap kenyataan bahasa yang ada. Hasilnyapun relatif lebih akurat dan lebih dapat diterima oleh akal sehat karena mengandung nilai keilmiahan. Pada fase ini ada beberapa teori tentang asal usul bahasa yang dikemukakan oleh para pakar. Di bawah ini, dikemukakan 11 teori tentang asal usul bahasa. 3.1 Teori Tekanan Sosial Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith. Teori ini beranggapan bahwa bahasa manusia timbul karena adanya kebutuhan untuk saling memahami pada manusia primitif. Apabila mereka ingin menyatakan objek tertentu, maka mereka terdorong pula untuk mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Bunyi-bunyi yang selalu mengiringi mereka untuk menyatakan objek yang mereka kenal dengan baik akan dipolakan oleh anggota kelompoknya dan akan dikenal sebagai tanda bahasa untuk menyatakan 3

4 hal itu. Misalnya, ketika orang-orang jaman dulu pergi ke sungai untuk mandi, tiba-tiba ada seorang yang menemukan benda besar yang keras dengan warna hitam di dasar sungai. Lalu orang yang menemukan itu ingin mengatakan temuannya kepada rekan-rekannya, karena benda itu belum punya nama, maka si penemu itu kemudian menyampaikan nama benda itu dengan kata yang berbunyi batu, oleh teman-temannya bunyi batu itu kemudian dipakai untuk menyebut benda tersebut. Demikianlah seterusnya yang terjadi dengan objek-objek lainnya. Teori ini beranggapan bahwa tekanan sosiallah yang menyebabkan timbulnya bahasa. Tekanan sosial ini memaksa manusia untuk mencipta bunyi-bunyi untuk objek yang dijumpainya atau pun kegiatan yang dilakukan. 3.2 Teori Onomatopetik atau Ekoik Teori onomatopetik atau ekoik ini adalah teori imitasi suara yang ada di alam ini. Teori ini diperkenalkan oleh J.G. Herder. Teori ini mengatakan bahwa objek-objek diberi nama sesuai dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh objek-objek itu. Objek-objek yang dimaksud adalah bunyibunyi binatang atau peristiwa-peristiwa alam. Manusia berusaha meniru bunyi tokek, cecak, atau desis angin, debur gelombang, dan lain-lainnya, kemudian menyebut objek-objek atau perbuatannya dengan bunyi-bunyi itu. Misalnya, karena binatang tertentu suaranya cek-cek-cek, maka disebut cecak, karena suaranya tokek, tokek, tokek, maka kemudian diberi nama tokek. Demikian pun dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia seperti berkokok, berkukuruyuk, mencicit, menggelegar, dan lain-lainnya. Seorang penganut lain dari teori ini yaitu Whitney mengatakan bahwa dalam setiap tahap pertumbuhan bahasa, banyak kata baru muncul dengan cara ini. Miasalnya, pada anak-anak yang berusaha meniru bunyi mobil, kereta api, dan lain-lainnya. Teori ini ditolak oleh penentang-penentangnya dengan alasan bahwa tidak mungkin dan juga tidak logis bahwa bahasa manusia, yang merupakan mahluk yang lebih tinggi kedudukannya meniru bunyi dari 4

5 mahluk yang lebih rendah. Max Muller bahkan secara agak kasar mengatakan bahwa teori ini hanya berlaku bagi kokok ayam dan bunyi itik, padahal kegiatan bahasa lebih banyak terjadi di luar kandang ternak. Karena dianggap lebih banyak berhubungan dengan binatang tadi maka teori ini sering juga diejek dengan nama teori bow-bow oleh Max Muller. Walaupun cukup banyak ada kritik terhadap teori ini, tetapi kenyataannya memang cukup banyak kata-kata dalam setiap bahasa yang merupakan tiruan bunyi dari bunyi-bunyi yang ada di alam ini. Dalam bahasa Indonesia pun, kata-kata onomatope ini cukup banyak. Bahkan, sampai sekarang pun ada muncul kata-kata baru yang merupakan hasil tiruan dari bunyi objek atau peristiwa tersebut. 3.3 Teori Pooh-pooh atau Teori Interjeksi Teori interjeksi bertolak dari asumsi bahwa bahasa lahir dari ujaranujaran instingtif karena tekanan-tekanan batin, perasaan yang mendalam, dan rasa sakit yang dialami manusia. Pada waktu seseorang merasakan sesuatu, maka ada kecenderungan untuk mengungkapkan perasaannya itu dengan menunjukkan ekpresi wajah atau bagian tubuh tertentu disertai dengan bunyi-bunyi yang keluar dari mulut atau hidungnya. Misalnya, pada waktu seseorang jijik terhadap sesuatu hal, maka biasanya orang itu akan secara spontan menggerakkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya disertai dengan ucapan ih atau iih, atau kalau di dunia barat diungkapkan dengan pooh, sehingga teori ini sering juga disebut dengan nama teori pooh-pooh. Kalau seseorang sedang jengkel, maka dia melakukan gerakan tertentu, misalnya membanting sesuatu sambil mengeluarkan suara brengsek atau kalau penonton sepak bola, misalnya sedang jengkel, mereka biasanya mengucapkan ooo... Kalau sedang heran, seseorang bisa juga mengucapkan wah, kalau sakit aduh..., dan sebagainya. 5

6 Demikianlah anggapan teori ini bahwa bahasa lahir dari adanya tekanan-tekanan batin, atau perasaan yang mendalam, atau rasa sakit yang dialami manusia. Tekanan seperti disebutkan tadi memunculkan kata-kata yang digolongkan ke dalam interjeksi atau kata seru. Kata seru ini memang oleh beberapa ahli ditolak sebagai satu kelas kata, tetapi dalam kenyataan masih ada beberapa ahli yang tetap mempertahankan kelas kata ini. Kata seru merupakan bahasa yang utuh yang komplit untuk menyatakan perasaan, sehingga jenis kata ini disebut bahasa afektif. Bahasa afektif ini tidak hanya terjadi pada orang-orang yang kurang terpelajar dan belum berkembang, tetapi juga terjadi pada orang-orang terpelajar dan yang sudah maju dalam perkembangannya. Dengan alasan inilah kritik yang menyatakan bahwa teori ini hanya berlaku bagi orangorang yang tidak terpelajar dan belum berkembang, ditolak oleh penganut teori interjeksi ini. 3.4 Teori Nativistik atau Teori ding-dong Teori ini dikemukakan oleh Max Muller. Pada awalnya ia mengeritik teori onomatopetik dan teori interjeksi, kemudian ia sendiri menciptakan teori nativistik atau ding-dong ini. Sebagai dasar teorinya, Muller mengemukakan asumsi bahwa terdapat suatu hukum yang meliputi hampir seluruh jagat raya ini, yaitu bahwa setiap barang akan mengeluarkan bunyi kalau dipukul. Tiap barang memiliki bunyi yang khas. Karena bunyi-bunyi yang khas itu, manusia lalu memberikan responnya atas bunyi tersebut. Karena manusia memiliki kemampuan ekspresi artikulatoris, maka responsnya juga diberikan melalui ekspresi artikulatoris kepada apa yang diterima melalui panca inderanya. Kemampuan ini bukan buatan manusia sendiri tetapi suatu insting. Sebab itu, bahasa juga merupakan suatu produk dari insting manusia, suatu kemampuan yang berada dalam keadaannya yang primitif. Dengan insting ini, setiap impresi dari luar akan mendapatkan ekspresi vokalnya dari dalam. Kesan yang diterima oleh panca inderanya 6

7 itu bagaikan pukulan pada bel sehingga melahirkan ucapan yang sesuai. Berdasarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa mulai dengan akar, dan akar itu adalah bunyi yang khas atau bunyi pokok. Kurang lebih ada empat ratus bunyi pokok yang membentuk bahasa pertama ini. Misalnya sewaktu orang primitif melihat seekor serigala, pandangannya ini menggetarkan bel yang ada pada dirinya secara insting sehingga terucapkanlah kata wolf (serigala, ing). Teori ini sedikit sejalan dengan teori Socrates bahwa bahasa lahir secara alamiah. 3.5 Teori Yo-He-Ho Teori ini menyimpulkan bahwa bahasa pertama lahir dalam suatu kegiatan sosial. Sekelompok orang primitif dahulu bekerja sama. Mereka selalu bersama-sama mengerjakan pekerjaan-pekerjaan semacam itu. Untuk memberi semangat kepada sesamanya, mereka akan mengucapkan bunyi-bunyi yang khas, yang dipertalikan dengan pekerjaan itu. Kita pun mengalami kerja serupa, misalnya sewaktu mengangkat kayu besar, maka kita biasanya secara spontan mengeluarkan ucapan-ucapan atau bunyi-bunyi tertentu karena terdorong gerakan otot. Misalnya, iaaat... atau do...rong (dorong). Ucapan-ucapan semacam itu kemudian menjadi nama untuk pekerjaan itu, seperti diam, angkat, dan lain-lainnya. 3.6 Teori Isyarat dan Teori Isyarat Oral Teori ini menganggap bahwa bahasa manusia bermula dari isyaratisyarat yang digunakan oleh manusia primitif yang menciptakan bahasa. Itu berarti isyaratlah yang lebih dahulu ada dibandingkan bahasa. Para pendukung teori ini menunjukkan penggunaan isyarat oleh berbagai binatang, dan juga sistem isyarat yang digunakan oleh orang-orang primitif. Salah satu contoh adalah bahasa isyarat yang dipakai oleh suku Indian di Amerika Utara sewaktu mereka berkomunikasi dengan sukusuku yang tidak sebahasa dengannya. Namun, menurut Darwin, walaupun isyarat itu dipergunakan dalam berkomunikasi, dalam beberapa hal isyarat 7

8 tidak dapat digunakan, umpamanya orang tidak dapat memberikan isyarat di tempat gelap, atau kalau kedua tangan telah memegang benda tertentu, atau kalau yang diajak berkomunikasi tidak melihat isyarat atau kalau orang yang diajak berkomunikasi itu buta. Isyarat yang digunakan oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu : (1) gerakan mimetik berupa gerakan-gerakan atau ekspresi wajah seseorang untuk menyatakan emosi atau pun perasaan, (2) gerakan pantomimetik berupa gerakan-gerakan tubuh, dan (3) gerakan artikulatis, beruapa gerakan alat-alat ucap manusia. Isyarat artikulatoris inilah yang menjadi cikal bakal bahasa manusia sekarang ini. Gerakan artikulatoris ini dipakai karena adanya keadaan seperti di atas (tempat gelap, tangan berisi barang, orang tidak melihat isyarat atau buta). Keterbatasan isyarat mimetik dan pantomimetik inilah yang mendorong digunakan isyarat artikulatoris berupa bahasa lisan. Inilah alasan teori isyarat lisan atau oral tersebut mengenai asal-usul bahasa. 3.7 Teori Permainan Vokal Pendukung teori ini menyimpulkan bahwa bahasa primitif menyerupai bahasa anak-anak sebelum mereka merangkai bahasanya seperti bahasa orang dewasa. Pada awalnya, bahasa manusia yang sekarang adalah berupa dengungan dan senandung yang tidak berkeputusan dan tidak mengungkapkan pikiran apa pun. Hal ini mirip dengan senandung atau nyanyian orang-orang tua untuk membuai dan menyenangkan anaknya (seorang bayi) supaya tidak menangis. Dengan demikian, bahasa dianggap timbul dari permainan vokal. Organ-organ bicara mula-mula dilatih dalam permainan vokal itu untuk mengisi waktu senggang. Setelah organ bicara itu cukup terlatih (lentur) barulah dipakai untuk menciptakan ujud ungkapan-ungkapan setengah musik. Ujud ungkapan ini berupa ungkapan yang bersifat puitis. Dari wujud ini berkembanglah keharmonisan bunyi dan makna. Sehubungan dengan ini, Jepersen beranggapan bahwa bahasa manusia 8

9 mula-mula lebih bersifat puitis, dalam permainan yang riang gembira, dalam cinta remaja yang ceria, dalam suatu impian yang romantik. Contoh bahasa seperti ini, dapat kita perhatikan bahasa mantra tradisional dari dukun atau pawang. 3.8 Teori Kontrol Sosial Teori ini beranggapan bahwa bahasa adalah media utama yang memungkinkan manusia bekerja sama. Dengan demikian, bahasa adalah alat untuk melakukan kontrol sosial terhadap tingkah laku manusia. Oleh karena itulah, bahasa itu mula-mula muncul untuk membantu manusia bekerja sama dalam mencapai tujuan. Kontrol sosial itu dapat berupa meminta pertolongan, membantu sesama, bekerja bersama, melindungi diri dan kelompok, dan lain sebagainya. Hal-hal seperti ini mengharuskan manusia menciptakan suatu media yang dapat menampung segala maksud tersebut sehingga tercipta suatu harmonisasi kehidupan bersama. Media untuk menampung hal itu adalah bahasa. Kontrol sosial ini sebenarnya tidak hanya dimiliki oleh manusia. Hampir semua mahluk hidup di bumi ini mempunyai keinginan dan cara tersendiri untuk melakukan kontrol sosial. Binatang pun mempunyai ujaran-ujaran yang berfungsi sosial. Misalnya, panggilan induk ayam ketika seekor elang melintas di atasnya, membangkitkan respons tertentu pada anak-anaknya untuk mencari tempat persembunyian. Kontrol sosial ini tentunya berwujud teriakan yang sangat sederhana karena kemampuan artikulatoris dan intelektualnya yang tidak berkembang seperti manusia. Pada manusia, kontrol sosial itu diwujudkan dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucapnya yang sudah lebih sempurna dan dilatih sehingga lentur. Selain itu, otak manusia yang berkembang akhirnya membantu mereka menciptakan suatu tanda bahasa yang nyaris sempurna untuk kegiatan komunikasi sosial tersebut. 9

10 3.9 Teori Kontak Teori ini sebagian kecilnya mirip dengan teori tekanan sosial, tetapi pada bagian lainnya menyerupai teori kontrol sosial, sehingga dapat dikatakan sebagai sintesis antara kedua teori tersebut. Menurut teori ini, bahasa itu muncul karena adanya keinginan pada manusia untuk mengadakan kontak yang tak terbatas. Kontak itu dibedakan atas tiga jenis yaitu (1) kontak spasial (kontak karena kerapatan fisik), (2) kontak emosional, (3) kontak intelektual. Pada tahap yang sangat rendah, yaitu pada tahap instingtif, kebutuhan untuk mengadakan kontak ini tampaknya dapat dipenuhi oleh kontak spasial yaitu kontak berupa kerapatan jarak fisik. Tetapi, semakin berkembang kehidupan itu maka manusia memerlukan kontak secara emosional. Pada tingkat ini kepuasan itu akan tercapai karena adanya kedekatan emosional dengan orang lain. Kedekatan ini akan menimbulkan saling pengertian, simpati, dan empati pada orang lain. Kontak emosional ini akan dapat mengalahkan kontak spasial. Sebagai contoh, dua orang sebut saja si A yang tinggal di Bali dan si B yang tinggal di Jakarta merasa secara emosional sangat dekat karena mereka berdua saling menyayangi. Sebaliknya, si C dan si D yang tinggal satu rumah justru merasa asing karena secara emosi mereka bermusuhan. Dengan demikian, kontak emosional adalah hal yang esensial pada tingkah laku berbahasa. Bahasa hanya mungkin ada bila ada hubungan personal antara orang-orang yang mampu berbicara. Aspek terakhir dari kontak yang sangat esensial bagi perkembangan bahasa adalah kontak intelektual. Kalau kontak emosional berfungsi untuk menyampaikan emosi, maka kontak intelektual ini berfungsi untuk bertukar pikiran. Seorang anak manusia yang tak pernah terlibat dalam jaringan kontak intelektual dengan orang-orang lain, tidak akan memahami pengaruh bahasa sebagai alat untuk komunikasi intelektual. Kontak emosional dan kontak intelektual inilah yang mendorong lahirnya suatu alat komunikasi berupa bahasa. 10

11 3.10 Teori Hockett-Ascher Teori ini dikembangkan oleh Charles F. Hockett dan Robert Ascher. Mereka ini mensintesiskan beberapa penelitian para ahli, seperti penelitian antropologi, arkeologi, fosil-fosil secara geologis, dan lainlainnya lagi. Pada prinsipnya, para ahli menerima bahwa mahluk yang disebut proto hominoid sudah memiliki semacam bahasa sebagai alat komunikasi. Sistem komunikasinya itu disebut call atau panggilan. Proto hominoid itu tidak mampu berbicara. Mereka menggunakan sistem komunikasi atau call yang sederhana, yang hanya terdiri dari enam tanda distingtif atau pembeda. Keenam sistem call atau panggilan itu adalah : 1. call untuk menandakan adanya makanan, 2. call untuk menyatakan adanya bahaya, 3. call untuk menyatakan persahabatan atau keinginan untuk bersahabat, 4. call untuk perhatian seksual, 5. call untuk menyatakan kebutuhan akan perlindungan keibuan, 6. call yang tidak mempunyai arti dan hanya menunjuk di mana gobbon atau jenis proto hominoid itu berada; call ini berfungsi untuk menjaga agar anggota kelompok tidak terpisah terlalu jauh ketika mereka bergerak di antara pohon-pohonan. Call inilah yang merupakan cikal-bakal bahasa manusia. Prosesnya adalah sesuai dengan proses evolusi proto hominoid itu sampai menjadi manusia seperti sekarang ini. Mahluk proto hominoid yang dulunya hidup dipohon-pohon mulai turun ke tanah dan membentuk kelompok-kelompok. Dalam kehidupannya ini, mereka mulai berkurang menggunakan mulutnya untuk memegang makanan karena mereka tidak perlu lagi bergelayutan dengan kedua tangannya di atas pohon. Akibat dari ini tentu saja mulutnya mulai menganggur. Dari sana, mahluk itu kemudian memanfaatkan mulutnya 11

12 untuk mengeluarkan bunyi-bunyi yang lebih bervariasi. Call yang dulunya hanya bersifat tertutup diarahkan kepada sistem yang bersifat lebih terbuka yang menjadi ciri dari bahasa manusia. Call yang bersifat tertutup maksudnya adalah hanya dipakai untuk menyatakan satu panggilan saja. Secara prinsip, proto hominoid tidak mampu mengeluarkan tanda yang memiliki ciri-ciri gabungan dari dua jenis call atau lebih. Misalnya, jika ia berjumpa dengan makanan dan menghadapi bahaya pada waktu yang bersamaan, maka ia hanya menggunakan salah satu call, bukan menggabungkan kedua-duanya, atau bagian dari keduanya. Sementara itu, call terbuka maksudnya adalah kita (manusia) dapat dengan bebas mengucapkan apa yang belum pernah kita ucapkan atau dengar sebelumnya, sementara maknanya dapat juga dipahami dengan mudah. Oleh karena itu, sistem call dan bahasa manusia memiliki perbedaan minimal dalam dua hal, yaitu : 1. sistem call tidak mengandung ciri pemindahan, bahasa justru memiliki ciri ini. Ciri pemindahan mengandung pengertian bahwa kita dapat berbicara dengan bebas mengenai suatu hal yang jauh letaknya dari pandangan kita, atau sesuatu yang berada pada masa lampau, atau masa yang akan datang. Proto hominoid tidak dapat melakukan itu. 2. Ujaran dari suatu bahasa terdiri dari susunan unit-unit tanda yang disebut fonem yang tidak mengandung makna, tetapi berfungsi untuk memisahkan ujaran-ujaran yang bermakna. Jadi, bahasa memiliki dua struktur, yaitu struktur yang tidak mengandung makna dan struktur yang mengandung makna. Demikianlah pandangan teori ini bahwa bahasa itu berkembang dari sistem call yang tertutup menuju ke bahasa yang merupakan sistem call yang terbuka. Perkembangan itu terjadi sejalan dengan perkembangan mahluk yang disebut proto hominoid sampai menjadi manusia yang dapat berpikir seperti sekarang ini. 12

13 Rangkuman Asal usul bahasa merupakan salah satu kajian linguistik yang banyak diperdebatkan oleh para linguis. Bahkan, para linguis Prancis pernah melarang anggotanya untuk membicarakan asal-usul bahasa. Terlepas dari larangan masyarakat linguis Prancis tersebut, Dr. Jacob mengemukakan bahwa bahasa berkembang dari sistem tertutup menuju sistem terbuka antara 2 juta sampai ½ juta tahun yang lalu, tetapi bari dianggap sebagai protolingual antara hingga tahun yang lalu. Perkembangan pesat terjadi ketika zaman pertanian mulai berkembangan di kalangan manusia di bumi ini. Dari jangka waktu tersebut hingga sekarang, teori asal-usul bahasa selanjutnya dapat dikelompokkan menjadi dua fase. Fase pertama yaitu fase yang berkembang sebelum abad ke 18. Fase ini disebut fase kedewaan atau lebih dikenal dengan Divine origin phase. Fase ini dipengaruhi oleh kebudayaan primitif. Pada fase ini, manusia lebih banyak meyakini keterlibatan Tuhan, Dewa, Nabi dan sejenisnya dalam perkembangan bahasa. Dengan dasar kepercayaan seperti itu, maka asal-usul bahasa selalu dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat gaib kadang-kadang juga tidak masuk akal menurut pola pikir manusia modern. Fase ke dua adalah fase organis atau organic phase. Fase ini dimulai pada akhir abad ke 18. Pada fase ini, spekulasi tentang asal-usul bahasa berpindah dari wawasan keagamaan, mistik, tahyul menuju alam baru yang disebut alam organis. Teori asal-usul bahasa yang muncul paswa fase ini didasarkan pada pola berpikir logis dengan mendasarkan diri pada pengamatan. Pada fase organis ini muncul beberapa teori asal-usul bahasa, yaitu (1) Teori Tekanan Sosial yang dikemukakan oleh Adam Smith, (2) Teori Onomatopetik atau Teori Ekoik yang dikemukakan oleh J.G. Herder yang kemudian ditentang oleh Max Muller, (3) Teori Pooh-Pooh atau Teori Interjeksi, (4) Teori Nativistik atau Teori Ding-Dong oleh Max Muller, (5) 13

14 Teori Yo-He-Ho, (6) Teori Isyarat dan Isyarat Oral, (7) Teori Permainan Vokal, (8) Teori Kontrol Sosial, (9) Teori Kontak, (10) Teori Hocket-Asher. Tugas Latihan 1. Jelaskan perbedaan pandangan mengenai asal-usul bahasa antara divine origin phase dan organic phase! 2. Kapan bahasa mulai berkembang dengan pesat dan mengapa pada saat itu? 3. Jelaskan secara singkat pandangan teori-teori pada fase organis (10 teori) mengenai asal-usul bahasa. Sedapat mungkin berikan contohcontohnya! 4. Apa perbedaan alat komunikasi yang dipakai oleh binatang dengan bahasa manusia? 14

1. Spekulasi tentang Asal-usul Bahasa

1. Spekulasi tentang Asal-usul Bahasa 1. Spekulasi tentang Asal-usul Bahasa Kendati setiap manusia berbahasa dan melalui bahasa mereka dapat berinteraksi dengan yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta bahasalah yang membedakan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa terdiri atas bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu merupakan getaran

Lebih terperinci

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI Di usia batita, anak sudah bisa dilatih memahami rasa takut, sedih, marah, cemburu, iri, gembira, dan sayang. Di usia batita, umumnya emosi anak menjadi sangat kuat. Biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah, rezeki, amanah dan kekayaan yang paling berharga bagi orangtua dan keluarganya. Suatu kebahagian bagi orangtua yang selalu berharap agar

Lebih terperinci

Batu yang Menjadi Roti

Batu yang Menjadi Roti Batu yang Menjadi Roti Berikut ini adalah kisah tentang Tuhan Yesus dan para murid-nya. Kisah ini hanya sebuah kiasan, ceritanya sendiri tidak tertulis dalam Injil mana pun. Oleh karenanya kisah ini hanya

Lebih terperinci

Bahasa dan Linguistik

Bahasa dan Linguistik Modul 1 Bahasa dan Linguistik Dra. Liliana Muliastuti, M.Pd. D PENDAHULUAN alam komunikasi sehari- hari kita selalu menggunakan bahasa. Pernahkah Anda membayangkan hidup tanpa bahasa, baik bahasa tulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika mendengar lagu yang merdu, menonton film yang bagus, membaca cerita, bercakap-cakap dengan keluarga

Lebih terperinci

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri Tema 4 Pekerjaan Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri Kamu Harus Mampu Setelah mempelajari tema ini, kamu akan mampu: 1. mengenal pentingnya memiliki harga diri; 2.

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI PADA BAYI DAN BALITA A. PENGERTIAN KOMUNIKASI Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MASA BAYI

PERKEMBANGAN MASA BAYI PERKEMBANGAN MASA BAYI Tahap Masa Bayi Neonatal (0 atau baru Lahir-2 minggu Bayi (2 minggu- 2 tahun) TUGAS PERKEMBANGAN MASA BAYI Belajar makan makanan padat Belajar berjalan Belajar bicara Belajar menguasai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Yesus Kristus. David C Cook. All Rights Reserved. Kisah tentang

Yesus Kristus. David C Cook. All Rights Reserved. Kisah tentang Kisah tentang Yesus Kristus Ini adalah kisah nyata mengenai Yesus Kristus yang datang ke dunia sebagai seorang bayi dan bertumbuh dewasa. Tetapi Ia lebih dari sekedar manusia biasa. Ia adalah Anak AlLah.

Lebih terperinci

BAB I. dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran

BAB I. dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa

Lebih terperinci

ARTIKEL Kehidupan muncul di bumi dengan tiba tiba dan dalam bentuk yang kompleks DAN mengapa transisi dari air ke darat tidak mungkin

ARTIKEL Kehidupan muncul di bumi dengan tiba tiba dan dalam bentuk yang kompleks DAN mengapa transisi dari air ke darat tidak mungkin ARTIKEL Kehidupan muncul di bumi dengan tiba tiba dan dalam bentuk yang kompleks DAN mengapa transisi dari air ke darat tidak mungkin Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamaiah Dasar Dosen : Syafa at Ariful Huda

Lebih terperinci

Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar

Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar Orang biasanya berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata atau isyarat. Tetapi anak-anak mulai berkomunikasi jauh sebelum mereka mempelajari kecakapan-kecakapan ini. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat. Saat ini dunia perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya

Lebih terperinci

Sebelumnya, Dayu mengikuti kegiatan pramuka dan bermain Kereta Api. Sekarang Dayu akan bermain Roti dan Mentega. Bagaimana Dayu melakukannya?

Sebelumnya, Dayu mengikuti kegiatan pramuka dan bermain Kereta Api. Sekarang Dayu akan bermain Roti dan Mentega. Bagaimana Dayu melakukannya? Sebelumnya, Dayu mengikuti kegiatan pramuka dan bermain Kereta Api. Sekarang Dayu akan bermain Roti dan Mentega. Bagaimana Dayu melakukannya? Amati gambar berikut dengan teliti! Subtema 2 : Kegiatan Ekstrakurikulerku

Lebih terperinci

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Program Khusus Paket Keterampilan : Bina Komunikasi Persepsi dan Irama : Kekhususan SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNARUNGU (SDLB-B) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah masuknya budaya barat yang ikut mempengaruhi perubahan serta perkembangan

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Pangeran dari Sungai

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Pangeran dari Sungai Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Pangeran dari Sungai Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot dan Sarah S.

Lebih terperinci

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Asuhan: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikiologi FIP UPI) Satu kemampuan dari berbagai berbagai kemampuan lain yang sangat penting bagi anak

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB I HAKIKAT BAHASA DAN PEMEROLEHAN BAHASA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

2-3. Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 2-3 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007

2-3. Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 2-3 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007 2-3 Checklist Indikator PERKEMBANGANANAK Usia 2-3 tahun Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007 Diolah oleh: http://www.rumahinspirasi.com MORAL & NILAI AGAMA a. Dapat

Lebih terperinci

3. Menambah referensi atau repertoar lagu, khususnya untuk instrumen gitar tunggal.

3. Menambah referensi atau repertoar lagu, khususnya untuk instrumen gitar tunggal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lagu Mansibin Siraben merupakan lagu daerah yang berasal dari suku Biak, Papua. Lagu ini berisi cerita rakyat mengenai suatu suasana yang menggambarkan kegembiraan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap anak selalu memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, karena untuk membentuk suatu hubungan atau kerja sama pasti diawali

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik perkembangan aspek fisik, motorik, intelektual,

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM )

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS 2 SEMESTER I 17 PERHITUNGAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM Nama Sekolah : SD/MI... Kelas/semester : II (Dua)/ 1 (satu)

Lebih terperinci

Penggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran:

Penggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran: Penggunaan bahasa Tujuan pembelajaran: "Penggunaan bahasa" fokus pada bagaimana sebuah pengertian dari fungsi-fungsi bahasa itu penting dalam logika. Bahasa adalah sebuah alat yang kompleks, dan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks sastra adalah teks artistik yang disusun dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, ada sastra

Lebih terperinci

MELATIH ANJING HERDER (bagian pertama) Oleh : Susila Sujarwo*)

MELATIH ANJING HERDER (bagian pertama) Oleh : Susila Sujarwo*) MELATIH ANJING HERDER (bagian pertama) Oleh : Susila Sujarwo*) Keberhasilan melatih anak anjing herder tergantung dari anjing-anjing yang dilatih dan faktor pelatihnya (kasih sayang, perhatian dan waktu).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin banyak pula tuntutan yang harus dipenuhi oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin banyak pula tuntutan yang harus dipenuhi oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin banyak pula tuntutan yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Salah satunya adalah tuntutan ekonomi sebagai akibat dari biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bus merupakan simpul utama dalam jaringan yang dalam jaringan ini

BAB I PENDAHULUAN. bus merupakan simpul utama dalam jaringan yang dalam jaringan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terminal merupakan tempat sekumpulan bus atau angkot mengawali dan mengakhiri lintasan operasionalnya. Dengan mengacu pada definisi tersebut, maka pada bangunan terminal

Lebih terperinci

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran Pernahkah saudara melihat seekor induk burung yang mendesak anaknya keluar dari sarangnya? Induk burung itu memulai proses pengajaran yang akan berlangsung terus sampai

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 2/1 Tema : Aku Standar Kompetensi : Seni Rupa 1. Mengapresiasi karya seni rupa. Kompetensi

Lebih terperinci

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi. Ambillah waktu untuk berdoa,

Lebih terperinci

Perkembangan Emosi Anak

Perkembangan Emosi Anak Perkembangan Emosi Anak Pengembangan Kemampuan Emosi Anak Usia Dini oleh Setyawan Pujiono Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Universitas Negeri Yogyakarta PEDOMAN MERANGSANG PERKEMBANGAN EMOSI ANAK 1.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,

Lebih terperinci

Pengantar Psikologi Fungsi-Fungsi Psikis. Dosen Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

Pengantar Psikologi Fungsi-Fungsi Psikis. Dosen Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Pengantar Psikologi Fungsi-Fungsi Psikis Dosen Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Persepsi Objek-objek sekitar kita, kita tangkap melalui alat-alat indra dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga

Lebih terperinci

Coba perhatikan sekitar Anda di kantor atau lingkungan

Coba perhatikan sekitar Anda di kantor atau lingkungan Jalan Pikiranmu Akan Menjadi Jalan Hidupmu Coba perhatikan sekitar Anda di kantor atau lingkungan lainnya, adakah orang yang gemar mengeluh? Keluhannya bervariasi, mulai dari mengeluh tentang kinerja pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI PERKEMBANGAN BAYI NEONATAL CIRI-CIRI BAYI NEONATAL Merupakan periode tersingkat Terjadi penyesuaian radikal Merupakan masa terhentinya perkembangan Merupakan pendahuluan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segala segi kehidupan, manusia tidak dapat terlepas dari bahasa. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu berhubungan dengan anggota masyarakat yang lain.

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI STANDAR ISI TENTANG TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK

Lebih terperinci

Pekerja Dalam Gereja Tuhan

Pekerja Dalam Gereja Tuhan Pekerja Dalam Gereja Tuhan Kim, seorang yang baru beberapa bulan menjadi Kristen, senang sekali dengan kebenaran-kebenaran indah yang ditemukannya ketika ia mempelajari Firman Tuhan. Ia membaca bagaimana

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 Perilaku Agresif pada Anak A-2 Konformitas terhadap Teman Sebaya A-1 PERILAKU AGRESIF PADA ANAK Kelas / No. : Umur : Tanggal Pengisian : Sekolah : PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun)

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun) BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun) TUGAS PERKEMBANGAN MASA BAYI Belajar makan makanan padat Belajar berjalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

MANAJEMEN KELAS RAHMA WIDYANA

MANAJEMEN KELAS RAHMA WIDYANA MANAJEMEN KELAS RAHMA WIDYANA PRINSIP DASAR bagi TRAINER dalam Experiential Learning Memiliki pemahaman yang MENYELURUH tentang konsep Experiential learning / Adult learning Memberi kesempatan bagi trainee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

Daftar Cek Perkembangan Bahasa (Instrumen Asesmen Bahasa Anak Tunagrahita) Diadaptasikan oleh Didi Tarsidi

Daftar Cek Perkembangan Bahasa (Instrumen Asesmen Bahasa Anak Tunagrahita) Diadaptasikan oleh Didi Tarsidi Daftar Cek Perkembangan Bahasa (Instrumen Asesmen Bahasa Anak Tunagrahita) Diadaptasikan oleh Didi Tarsidi Daftar cek perkembangan bahasa di bawah ini diadaptasikan dari The Development Checklist, bagian

Lebih terperinci

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN 1. Pesat tapi tidak merata. - Otot besar mendahului otot kecil. - Atur ruangan. - Koordinasi mata dengan tangan belum sempurna. - Belum dapat mengerjakan pekerjaan

Lebih terperinci

Allah Menjadikan Saudara Sebagaimana Adanya

Allah Menjadikan Saudara Sebagaimana Adanya Allah Menjadikan Saudara Sebagaimana Adanya Jika saudara tahu bahwa saudara adalah seorang penting maka ini sangat membesarkan hati. Hal itu menimbulkan perasaan senang dalam hati saudara dan juga menolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fungsi manusia selain sebagai makhluk individu adalah sebagai makhluk sosial. Dengan fungsi tersebut, antara satu individu dengan individu lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni.

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni. 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah merupakan suatu negara yang terdiri dari beriburibu pulau dengan berbagai ragam suku bangsa dan adat istiadat, seni dan budayanya tentu berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, morfologi, semantik, dan sintaksis terhadap anak-anak sebagai bahasa pertama. Pemerolehan fonologi adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017

SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017 SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017 Kompetensi Yang Diharapkan Mahasiswa dapat menjelaskan sarana berpikir ilmiah : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan periode masa emas bagi perkembangan anak dimana tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni meliputi

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR Oleh: KHAIRINRAHMAT L2D 605 197 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

JENIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

JENIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Jenis Bimbingan di Taman Kanak-kanak 83 JENIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Bimbingan di taman kanak-kanak dilaksanakan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Pelaksanaan bimbingan

Lebih terperinci

Informasi 107. Bab 10. Informasi

Informasi 107. Bab 10. Informasi Informasi 107 Bab 10 Informasi Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) menirukan percakapan teks drama yang dibacakan guru; 2) menceritakan peristiwa yang pernah dialami;

Lebih terperinci

Tumbuh Kembang Anak Usia KOMPETESI DASAR. 5-6 Tahun

Tumbuh Kembang Anak Usia KOMPETESI DASAR. 5-6 Tahun Tumbuh Kembang Anak Usia KOMPETESI DASAR 5-6 Tahun Masa kanak-kanak Awal= masa Pra Sekolah Tugas Perkembangan: Harapan sosial untuk setiap tahap perkembangan TUGAS PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK AWAL Belajar

Lebih terperinci

Bab 7 Memilih dan Belajar Bahasa

Bab 7 Memilih dan Belajar Bahasa Bab 7 Memilih dan Belajar Bahasa Bila seorang anak merasa nyaman menggunakan ketrampilan berkomunikasi dasar yang diuraikan di Bab 4, dia siap untuk belajar suatu bahasa. Seorang anak yang tunarungu atau

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi beberapa simpulan dan saran. Beberapa simpulan hasil penelitian sebagai jawaban terhadap masalah-masalah penelitian yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh TUMBUH KEMBANG ANAK Mei Vita Cahya Ningsih TUMBUH KEMBANG ANAK Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh Kembang (perkembangan) berkenaan dengan perubahan fungsi organ tubuh

Lebih terperinci

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF 30/06/2009 Disimpan dalam Uncategorized Tagged Alat Permainan edukatif, barang bekas, kreatif, Mainan, mainan anak Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI (ERA KOMUNIKASI TULISAN)

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI (ERA KOMUNIKASI TULISAN) Pertemuan 2 MODUL Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI POKOK BAHASAN PERKEMBANGAN (ERA KOMUNIKASI TULISAN) DESKRIPSI Pokok bahasan membahas perkembangan teknologi pada era komunikasi tulisan. TUJUAN

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. 1 Semester 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. 1 Semester 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS 1 Semester 1 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia, IPS

Lebih terperinci

Personality Plus : Mengenal Watak Sanguinis http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 Bagaimana Memahami Orang Lain dengan Memahami Diri Kita Sendiri : Mengenal Watak Sanguinis Berbicara

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam bentuk bunyi yang berirama sebagai wujud pikiran dan perasaannya. Setiap cetusan hati nurani atau daya

Lebih terperinci

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pertama Kali Aku Mengenalnya 1 Pertama Kali Aku Mengenalnya Aku berhasil menjadi kekasihnya. Laki-laki yang selama 4 tahun sudah aku kagumi dan cintai. Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku duduk di bangku SMP. Saat itu hidupku

Lebih terperinci

Sukacita atas ciptaan Allah

Sukacita atas ciptaan Allah Sukacita atas ciptaan Allah Maka Allah melihat segala yang dijadikan- Nya itu, sungguh amat baik. (Kej. 1:31) Allah tetap dan terus-menerus berkarya melalui ciptaan-nya, melalui pelestarian alam jagat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang hidup ditengah-tengah masyarakat pasti mempunyai nama, yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda eksistensi

Lebih terperinci

Persiapan untuk Wawancara Disiplin Mulailah untuk mempersiapkan diri dengan memperbarui bagaimana Anda tahu karyawan tersebut telah melakukan suatu

Persiapan untuk Wawancara Disiplin Mulailah untuk mempersiapkan diri dengan memperbarui bagaimana Anda tahu karyawan tersebut telah melakukan suatu Persiapan untuk Wawancara Disiplin Mulailah untuk mempersiapkan diri dengan memperbarui bagaimana Anda tahu karyawan tersebut telah melakukan suatu pelanggaran yang menjamin sebuah wawancara disipliner.

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka.

dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka. Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #8 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #8 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Bahan Ajar BAB I KONSEP, DAN PENTINGNYA SENI MUSIK

Bahan Ajar BAB I KONSEP, DAN PENTINGNYA SENI MUSIK Bahan Ajar BAB I KONSEP, DAN PENTINGNYA SENI MUSIK A. Pendahuluan Pendidikan seni musik bukanlah sekedar hiburan untuk memancing siswa menjadi semangat dalam belajar, seperti yang didengungkan sebagian

Lebih terperinci

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang SUPLEMEN MATERI KHOTBAH PELKAT 10 11 MARET 2017 Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah Tanggal Penulisan: 80-95 M Latar Belakang YOHANES 4 : 27 54 Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

[Amazing] Inilah 50 Keunikan Tubuh Manusia yang Mengagumkan

[Amazing] Inilah 50 Keunikan Tubuh Manusia yang Mengagumkan 1 [Amazing] Inilah 50 Keunikan Tubuh Manusia yang Mengagumkan Tubuh manusia benar-benar mengagumkan. Jika kita berusaha untuk menjaga dan merawat tubuh kita dengan baik serta mempraktekan gaya hidup sehat,

Lebih terperinci

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Oleh: Prof.Dr. Siti Partini Suardiman Drs. Hiryanto, M.Si

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Oleh: Prof.Dr. Siti Partini Suardiman Drs. Hiryanto, M.Si BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI Oleh: Prof.Dr. Siti Partini Suardiman Drs. Hiryanto, M.Si Yulia Ayriza, M.Si, Ph.D Dra. Purwandari, M.Si Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Rosita Endang Kusmaryani, M.Si yulia_ayriza@uny.ac.id

Lebih terperinci