HUBUNGAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA DI SMA NEGERI 6 KOTA TANGERANG SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA DI SMA NEGERI 6 KOTA TANGERANG SELATAN"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA DI SMA NEGERI 6 KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana (S.Pd) Oleh Ilham Mahardika NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

2 ii

3 iii

4 iv

5 ABSTRAK Ilham Mahardika (NIM: ). Hubungan Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Perilaku menunda-nunda (prokrastinasi) sudah menjadi kebiasaan siswa baik dalam mengerjakan tugas maupun persiapan belajar untuk ujian. Disisi lain prestasi belajar yang optimal memerlukan usaha maksimal dari masingmasing siswanya, terlebih pada pelajaran kimia yang tidak terlepas dari rangkaian konsep dan skema yang saling berhubungan dan dikembangkan dari hasil eksperimentasi atau observasi yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar kimia. Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang digunakan untuk mengetahui bagaimana eratnya hubungan antara variabel prokrastinasi akademik dengan variabel prestasi belajar kimia. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling pada siswa kelas XI IPA SMAN 6 Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 141 siswa terdiri atas 90 siswa perempuan dan 51 siswa laki-laki. Instrumen yang digunakan berupa angket prokrastinasi akademik dan dokumentasi berupa nilai ujian tengah semester tahun ajaran 2018/2019. Data dianalisis menggunakan korelasi product momen. Hasil penelitian menunjukan bahwa baik secara keseluruhan maupun berdasarkan gender terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar kimia yakni sebesar - 0,332, -0,461(siswa laki-laki) dan -0,231(siswa perempuan). Kontribusi prokrastinasi akademik terhadap menurunnya prestasi belajar secara keseluruhan sebesar 11%, sedangkan berdasarkan gender kontribusi prokrastinasi akademik siswa laki-laki lebih besar dibandingkan dengan kontribusi prokrastinasi akademik siswa perempuan terhadap menurunnya prestasi belajar kimia siswa. Kata Kunci : Prokrastinasi, Prestasi Belajar dan Jenis Kelamin. v

6 ABSTRACT Ilham Mahardika (NIM: ). Relationship between Academic Procrastination and Chemistry Learning Achievement. Chemistry Education Departement. Faculty of Tarbiya and Teachers Training. Islamic State University of Syarif Hidayatullah Jakarta. Procrastination has become the habit of students both in working on assignments and preparing for the exam. On the other hand optimal learning achievement requires maximum effort from each of their students, especially in chemistry lessons that are inseparable from a series of interconnected concepts and schemes and are developed from the results of appropriate experimentation or observation. This study aims to determine the relationship between academic procrastination on chemistry learning achievement. This research uses a correlational method that is used to determine how closely the relationship between academic procrastination and chemistry learning achievement. Samples were taken by purposive sampling technique on students XI IPA of SMAN 6 South Tangerang City, amounting to 141 students consisting of 90 female students and 51 male students. The instruments used were academic procrastination questionnaires and documentation in the 2018/2019 academic year midterm scores. Data were analyzed using product moment correlation. The results showed that both overall and gender based there was a negative and significant relationship between academic procrastination and chemistry learning achievement, -0,332, -0,461 (male) and -0,231(female). Academic procrastination contributes to the decline in overall learning achievement by 11%, while based on gender the contribution of male academic procrastination is greater than the contribution of female academic procrastination to the decline in student chemistry learning achievement. Keywords: Procrastination, Student Achievement and Gender. vi

7 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmaanirrohirm Alhamdullilahirobbil alamiin. Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuu Wa Ta ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Hubungan Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar Kimia Di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus ikhlas dan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Burhanudin Milama, M.Pd., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu, ilmu, motivasi, semangat bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran. 3. Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, semangat, serta saran dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir. 4. Tonih Feronika, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, waktu, perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis selama perkuliahan berlangsung. 5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. vii

8 6. Drs. H. Agus Hendrawan, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 6 Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian yang bapak pimpin. 7. Bangun T. Simanullang, S.Pd guru kimia tempat dilaksanakannya penelitian yang memberikan izin dan membantu mengarahkan penulis selama melaksanakan penelitian. 8. Ayahanda tercinta (Haryanto, M.Pd) dan Ibunda tersayang (Afnilis, S.Pd.I) yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi serta semua yang penulis butuhkan dalam penyelesaian masa studi ini. 9. Kakak tersayang Nita Nurhayati, M.Hum beserta keluarga (Kang Opik dan Arya) yang tidak pernah lupa mengingatkan, memberikan doa, dan semangat dalam menyelesaikan studi. 10. Teman-teman pejuang skripsi (Andini, Arini, Uut dan Yayang) yang sering bertukar pikiran, saling membantu serta saling memotivasi baik dalam menyelesaikan studi maupun dalam menyelesaikan skripsi. 11. Teman-Teman Kimia 2014 yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan studi. 12. Teman-teman PPKT, (Riri, Ayu, Dessy, Eha, Lisa, Naila, Riska, Tria dan Rini) yang telah membantu penulis selama praktik mengajar di SMA Negeri 11 Kota Tangerang Selatan. 13. Teman-teman bimbingan skripsi Bapak Burhanudin Milama, M.Pd dan Ibu Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd yang sudah berbagi waktu, kesabaran, semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 14. Adik-adik SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan, yang telah membantu penulis dalam memvalidasi serta penelitian. 15. Serta semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu, yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi mahasiswa sebagai viii

9 calon pendidik dan secara umum bagi pemberdayaan dan peningkatan pendidikan berkualitas untuk generasi masa depan. Aamiin. Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh Jakarta, Mei 2019 Penulis ix

10 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI... iii SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 4 D. Perumusan Masalah... 5 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN TEORI... 6 A. Kajian Teori Prokrastinasi Prestasi Belajar B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir D. Hipotesis Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Metode Penelitian C. Alur Penelitian D. Populasi dan Sampel x

11 E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian G. Uji Coba Instrumen H. Teknik Analisis Data I. Hipotesis Statistik BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data B. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis C. Pembahasan Hasil Penelitian D. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian xii

13 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kategori Umum Ranah Kognitif Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data Tabel 3.2 Penskoran Skala Angket Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Prokrastinasi Akademik Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Prokrastinasi Akademik Setelah Dilakukan Uji Validitas Tabel 3.5 Indeks Reliabilitas Angket Prokrastinasi Akademik Tabel 3.6 Kategori Level Prokrastinasi Akademik Tabel 3.7 Rentang Hasil Uji Korelasi Tabel 4.1 Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Siswa Secara Keseluruhan Tabel 4.2 Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Siswa Secara Keseluruhan Berdasarkan Level Tabel 4.3 Data Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Aspek Tabel 4.4 Data Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Gender Tabel 4.5 Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan Berdasarkan Level Tabel 4.6 Data Prestasi Belajar Kimia Tabel 4.7 Data Prestasi Belajar Kimia Siswa Berdasarkan Gender Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar Kimia Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Prokrastinasi Akademik dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Laki-laki Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Prokrastinasi Akademik dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Perempuan Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Gender Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kimia Berdasarkan Gender. 47 Tabel 4.13 Hasil Uji Linieritas Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar Kimia Tabel 4.14 Hasil Uji Lineritas Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Laki-laki Tabel 4.15 Hasil Uji Linieritas Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Perempuan Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar Kimia Tabel 4.17 Hasil Uji Hipotesis Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Laki-laki Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Perempuan Tabel 4.19 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Gender xiii

14 Tabel 4.20 Hasil Uji Determinasi Masing-masing Variabel xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Validasi Isi dan Konstruk Instrumen Prokrastinasi Akademik Oleh Dosen Ahli (1) Lampiran 2. Validasi Isi dan Konstruk Instrumen Prokrastinasi Akademik Oleh Dosen Ahli (2) Lampiran 3. Instrumen Prokrastinasi Akademik Sebelum Diuji Coba Lampiran 4. Tabulasi Data Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Lampiran 6. Lembar Hasil Uji Validitas Instrumen Prokrastinasi Akademik Lampiran 7. Instrumen Prokrastinasi Akademik Setelah Diuji Coba Lampiran 8. Tabulasi Instrumen Prokrastinasi Akademik Siswa Secara Keseluruhan Lampiran 9. Tabulasi Instrumen Prokrastinasi Akademik Siswa Laki-laki Lampiran 10.Tabulasi Instrumen Prokrastinasi Akademik Siswa Perempuan Lampiran 11.Daftar Nilai Prestasi Belajar Kimia Siswa Lampiran 12. Tabulasi Data Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Aspek Lampiran 13. Perhitungan Data Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Aspek Lampiran 14.Perhitungan Statistik dengan SPSS Lampiran 15.Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi Belajar Siswa Lampiran 16.Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal dan Kecenderungan Skor Prokrastinasi Akademik Siswa Lampiran 17.Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal dan Kecenderungan Skor Prestasi Belajar Kimia Siswa Lampiran 18.Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 19.Lembar Uji Referensi Lampiran 20.Surat Izin Penelitian Lampiran 21.Bukti Penelitian xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghargai waktu dan bersungguh-sungguh saat mengerjakan sesuatu sangat dianjurkan dalam agama islam. Seseorang yang hidup tanpa memperhatikan waktu yang terus berjalan akan menyebabkan kerugian (Warsiyah, 2015, hlm.63). Bahkan Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al-Qur an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wal laili dan sebagainya (Saleh, 2012, hlm.191). Bertolak belakang dengan firman Allah SWT di atas. Fenomena yang seringkali terjadi di masyarakat justru menunda pekerjaan dengan alasan yang kurang dibenarkan seperti bad mood, masih mempunyai waktu luang atau sejenisnya. Sebagai contoh ketika hendak belajar, membaca atau pun menelaah bidang ilmu tertentu, seringkali kita berleha-leha dengan alasan masih banyak waktu (Dzikran, 2017, hlm.204). Perilaku menangguhkan atau menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya diselesaikan, dalam psikologi dikenal dengan istilah prokrastinasi (Schraw, Lori dan Theresa, 2007). Menunda-nunda pekerjaan ibarat membangun istana pasir, indah namun mudah sekali hancur. Sebab dari menunda-nunda, pekerjaan yang seharusnya diselesaikan di waktu luang malah diselesaikan di waktu yang lain. Sehingga pekerjaan semakin banyak dan tidak sedikit pekerjaan yang akhirnya tidak terselesaikan (Dzikran, 2017, hlm.203). Prokrastinasi terjadi di beragam area salah satunya di area akademik (Burka dan Yuen, 2008, hlm.167). Siswa melakukan prokrastinasi akademik sebagai akibat kebosanan dari kegiatan monoton yang dilakukan setiap hari (Steel dan Katrin, 2016). Kegiatan tersebut antara lain sekolah, mengerjakan tugas, dan berinteraksi sosial dengan waktu yang terbatas (Schraw, Lori dan Theresa, 2007). Siswa ingin kegiatan yang berbeda-beda dan lebih menarik untuk dilakukan (Steel dan Katrin, 2016). 1

17 2 Kebanyakan siswa cenderung melakukan prokrastinasi ketika mengerjakan tugas seperti menulis makalah atau pun persiapan belajar untuk menghadapi ujian (Grunschel, Justine dan Stefan, 2013). Kecenderungan tersebut ditunjukan dengan cara menyimpan tugas sampai menit-menit akhir kemudian mengerjakannya dengan tergesa-gesa tepat sebelum batas waktu tugas berakhir (Goda, Masanori, Hiroshi Takeshi, Yutaka, dan Hiroyuki, 2014). Prokrastinasi pada tugas-tugas sekolah dapat terjadi karena tugas yang diberikan oleh guru kurang menantang dan cenderung membosankan bagi siswa, sehingga siswa enggan untuk mengerjakan tugas kemudian menunda mengerjakannya (Corkin, Shirley, Christoper dan Margit, 2014). Pada akhirnya tugas dikerjakan dengan sistem kebut semalam yaitu dengan begadang semalaman hanya untuk mengerjakan tugas kemudian keesokan harinya siswa kehabisan energi untuk melakukan kegiatan-kegiatan penting lainnya (Blanchard dan Steve, 2004, hlm.xiii). Mccloskey (2011, hlm.6) menyebutkan bahwa terdapat enam faktor yang menjadi penyebab siswa melakukan prokrastinasi dalam bidang akademik yakni: percaya akan kemampuan, gangguan perhatian, faktor sosial, manajemen waktu, inisiatif diri dan malas. Ketidakmampuan siswa dalam mengorganisir keenam faktor ini dengan baik dapat memicu munculnya perilaku prokrastinasi siswa dalam bidang akademik. Perilaku prokrastinasi menyebabkan kerugian besar pada kinerja siswa (Moris dan Catherin, 2015). Hal ini dipertegas dalam penelitian Choi dan Sarah (2009) yang menyebutkan bahwa prokrastinasi dianggap sebagai prilaku negatif dengan indikasi malas yang dapat menyebabkan prestasi yang buruk. Untuk menghindari konsekuensi negatif tersebut siswa terkadang menyalin tugas hasil pekerjaan teman sekelasnya (Fulano, Jennifer, Jose, Beatriz dan Pedro, 2018). Bahkan Patrzek, Sebastian, Floris, Carola dan Stefan (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa efek perilaku prokrastinasi memunculkan prilaku yang tidak jujur seperti tidak mengikuti ujian dengan menggunakan alasan palsu atau surat medis palsu, plagiasi, mencontek, menyalin PR dan pemalsuan data.

18 3 Disisi lain prestasi juga memiliki faktor-faktor tersendiri yang menyebabkan tinggi atau rendahnya prestasi yang dicapai siswa. Prestasi merupakan hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk angka (Sinar, 2018, hlm.20) kemudian angka ini didapat dari hasil evaluasi prestasi belajar baik dengan cara evaluasi formatif, subsumatif maupun sumatif (Suardi, 2018, hlm.198). Salah satu mata pelajaran yang dapat dievaluasi adalah mata pelajaran kimia. Tugas kimia yang diberikan oleh guru sangat beragam, baik tugas yang berkaitan dengan rangkaian skema konseptual ataupun yang berkaitan dengan observasi beserta laporannya, hal ini dikarenakan kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak terlepas dari rangkaian konsep dan skema saling berhubungan dan dikembangkan dari hasil eksperimentasi atau observasi yang sesuai (Zulfiani, Tonih dan Kinkin, 2009, hlm. 48). Bagi kebanyakan siswa kimia merupakan mata pelajaran yang sulit (Suyanti, 2010, hlm.175; Pancaningtiyas, 2017, hlm.92; Chang, 2005, hlm.4). Mempelajari kimia sama halnya dengan mempelajari bahasa baru, hal ini dikarenakan kimia memiliki istilah-istilah asing yang jarang digunakan dan memiliki beberapa konsep yang abstrak (Chang, 2005, hlm.4). Selain itu ketidaktahuan siswa akan aplikasi ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari membuat siswa merasa jenuh dan bosan terhadap mata pelajaran kimia (Sartono dan Ernawati, 2016, hlm.iii). Sebagai mata pelajaran sulit, guru harus lebih kreatif, lebih memotivasi serta menumbuhkan karakter pantang menyerah bagi siswa untuk memahami konsep-konsep kimia (Pancaningtiyas, 2017, hlm.92). Disamping itu, siswa juga membutuhkan berbagai keterampilan yang dapat mengoptimalkan prestasi belajar dalam pelajaran kimia yakni keterampilan mengatur waktu, memprioritaskan tugas-tugas sekolah dibandingkan dengan bermain dan memiliki kebiasaan belajar yang sistematis (Balkis dan Erdinc, 2009). Penelitian sebelumnya oleh Akinsola, Adedeji dan Adeyinka (2007) yang meneliti korelasi antara prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar matematika pada mahasiswa menunjukan bahwa prokrastinasi berkorelasi

19 4 negatif. Artinya semakin sering mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik maka prestasi yang dicapainya juga semakin rendah terutama pada kemampuan mahasiswa mengatur diri dalam kegiatan belajar sehari-hari. Namun instrumen Tuckman yang digunakan oleh Akinsola, dkk (2007) dikembangkan pada tahun 1991, terlampau lama sehingga relevansi pernyataan instrumen dengan kondisi pembelajaran terkini menjadi berkurang. Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar pada mata pelajaran kimia dengan judul Hubungan prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar kimia di SMA negeri 6 kota Tangerang Selatan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang muncul antara lain: 1. Terdapat siswa yang mengerjakan tugas di batas waktu penyelesaian dengan alasan tidak dapat mengatur waktu mengerjakan tugas di rumah. 2. Terdapat siswa yang belajar hanya satu hari sebelum ujian dengan sistem kebut semalam. 3. Terdapat siswa yang menyalin tugas temannya. 4. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia belum optimal. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada permasalahan: 1. Perilaku prokrastinasi yang diukur berdasarkan alasan siswa melakukan prokrastinasi yang terdiri dari enam faktor yaitu percaya akan kemampuan, gangguan perhatian, faktor sosial, manajemen waktu, inisiatif diri dan malas (Mccloskey, 2011). 2. Prestasi belajar yang diukur berdasarkan prestasi belajar dari aspek kognitif. Peneliti membatasi prestasi belajar pada ujian tengah semester pada mata pelajaran kimia.

20 5 D. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah hubungan prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar siswa SMA? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar kimia siswa SMA. Adapun manfaat penelitian ini yaitu : a. Secara Teoritis Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan perkembangan ilmu pengetahuan mengenai ada tidaknya hubungan prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar kimia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya studi mengenai prokrastinasi dan prestasi belajar. b. Secara Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi para praktisi pendidikan dalam menanggulangi masalah prokrastinasi. 1. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi diri untuk menghindari sebab-sebab terjadinya prokrastinasi dan upaya meningkatkan prestasi belajar 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menjadi bahan pertimbangan antisipatif sebab-sebab terjadinya prokrastinasi serta upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian lanjutan di masa yang akan datang.

21 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prokrastinasi a. Pengertian Prokrastinasi Istilah prokrastinasi dihimpun dari kata pro yang berarti mendorong atau maju dan crastinare yang berarti esok hari (Knaus, hlm.8; Ferrari, 1995, hlm.4). Menurut Combs (2013, hlm.23) procrastinare berarti menunda hingga esok. Menurut Cremer (2013, hlm.20-21) prokrastinasi sebenarnya adalah sejenis sabotase yang dilakukan seseorang terhadap diri mereka sendiri dengan menunda keputusan atau tindakan yang penting. Kemudian menolak melakukan langkah-langkah perbaikan untuk menghentikan kegalauan diri sehingga membiarkan masalah berlarut-larut. Pada akhirnya prokrastinasi akan mengarah pada situasi yang tidak bisa dibenarkan lagi. Prokrastinasi yang berlarut-larut menyebabkan prokrastinator merasa bahwa tidak ada jalan untuk kembali lagi atau merasa putus asa. Basco (2010, hlm.2) mendefinisikan prokrastinasi sebagai hal yang menggiurkan, karena memungkinkan untuk memilih sedikit kesenangan, suka cita dan pembebasan diri dari stress. Kemudian menghilangkan semua pekerjaan yang benci untuk dilakukan dan menggantikan dengan yang lebih baik. Menurutnya prokrastinasi sebagai suatu hambatan pada jalan hidup seseorang, prokrastinasi dapat memperlambat progres pekerjaan bahkan sampai keluar dari tujuan awalnya. Knaus (2010, hlm.3) mendefinisikan prokrastinasi sebagai penundaan yang tidak perlu dari aktivitas yang tepat waktu. Knaus (2010, hlm.xvi) menambahkan bahwa prokrastinasi memiliki definisi yang lebih luas tidak hanya sekedar menunda-nunda sesuatu. Prokrastinasi merupakan suatu masalah kebiasaan untuk menunda-nunda aktivitas penting yang 6

22 7 membutuhkan waktu di waktu yang lain. Proses menunda-nunda tersebut mungkin memiliki konsekuensi bagi pelakunya. Santrock (2009, hlm.235) dalam buku psikologi pendidikannya mendefinisikan prokrastinasi sebagai perilaku tidak efektif yang dilakukan siswa, untuk melindungi diri dari kegagalan dengan cara sengaja menghambat diri mereka sendiri tanpa melakukan usaha, menunda proyek hingga menit akhir, atau bermain-main pada malam sebelum ujian. Andreou dan Mark (2010, hlm.114) mendefinisikan prokrastinasi sebagai prilaku menunda-nunda dengan alasan yang kurang dibenarkan. Lively (1999, hlm.7) mendefinisikan prokrastinasi adalah tidak mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan. Menurut definisi dari peneliti-peneliti tersebut dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah masalah kebiasaan menunda-nunda untuk mengerjakan tugas sehingga tidak dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan dapat menimbulkan konsekuensi bagi pelakunya. b. Bidang-bidang Prokrastinasi Setiap orang memiliki bidang prokrastinasi yang berbeda-beda, sebagian orang melakukan prokrastinasi di bidang spesifik, Misalnya seorang perempuan yang telah menikah, bekerja, memiliki dua orang anak juga mengatur pekerjaan rumah. Meskipun baik dalam mengelola semuanya perempuan ini merasa kewalahan ketika melihat pesan di kotak masuk sudah banyak. Kemudian memutuskan untuk tidak membalas pesan-pesannya. Sebagiannya lagi melakukan prokrastinasi hampir di semua bidang misalnya seorang pilot di suatu maskapai yang menunda membayar pajaknya selama bertahun-tahun, menunda perbaikan rumah dan mobil, menunda membayar kartu kredit, menunda menikah dan menunda untuk berhenti merokok. Sangat jarang ditemukan seseorang melakukan prokrastinasi disemua area kehidupannya, bahkan pilot pun selalu tepat waktu dalam bekerja sebagai seorang pilot (Burka dan Lenora, 2008, hlm.167).

23 8 Area-area prokrastinasi yang sering menjadi sasaran prilaku prokrastinasi diantaranya yaitu, sekolah, rumah tangga, perawatan diri, kesehatan pribadi, pekerjaan, hubungan sosial dan manajemen keuangan (Burka dan Lenora, 2008, hlm.167 :Andreuo dan Mark, 2010, hlm.185). c. Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi dapat dilakukan di berbagai jenis area (Knaus, 2010, hlm.xix). Salah satunya pada area akademik yaitu prokrastinasi yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar dan pembelajaran (Steel dan Katrin, 2016, hlm.37). Prokrastinasi akademik terjadi di semua umur dan di beragam tingkatan siswa, selama siswa tersebut masih mengikuti proses pembelajaran di sekolah (Mccloskey, 2011). Sikap dan kebiasaan buruk siswa yang menunda-nunda mengerjakan tugas dan hanya belajar pada saat akan ujian dapat menghambat proses-proses belajar siswa (Majid, 2011, hlm ). Prokrastinasi akademik terjadi ketika siswa menundanunda pekerjaan yang tidak perlu seperti menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan nilai akademik (Mccloskey, 2011). Menurut ahli prokrastinasi akademik Solomon dan Eather (1984, hlm.505) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat tiga area yang sering menjadi objek prokrastinasi akademik bagi siswa yaitu: 1. Menulis makalah, esay dan lain-lain 2. Belajar untuk ujian, 3. Mengerjakan tugas mingguan Ketiga area ini merupakan area yang paling penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Jika siswa tidak selesai menulis makalah, tidak mengerjakan tugas mingguan dan tidak belajar untuk tes tentunya siswa tidak akan lulus. Namun sayangnya banyak siswa melakukan prokrastinasi pada tiga area ini (Tefula, 2014, hlm.34). Mesikupun siswa berbeda-beda dalam kecenderungan menunda-nunda mengerjakan tugas ataupun menunda-nunda mengerjakan tugas, faktorfaktor lain yang berperan dalam prokrastinasi akademik siswa. Siswa yang biasanya tidak menunda-nunda dikesehariannya, mereka dapat menunda-

24 9 nunda dalam tugas-tugas akademik karena kurangnya pemahaman memenejemen waktu, tidak memiliki kebiasaan belajar yang baik atau mereka memiliki kepercayaan yang salah bahwa mereka mampu mengerjakan tugas diakhir waktu meskipun menunda-nunda di waktu senggang (Mccloskey, 2011). Oleh karena itu penelitian ini membahas perilaku prokrastinasi akademik siswa melalui faktor-faktor yang mempengaruhinya. d. Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi muncul dengan alasan yang berbeda-beda, jika dapat mengetahui alasan melakukan prokrastinasi seseorang dapat mengevaluasi diri untuk menjadi lebih baik (Knaus, 2010, hlm.11). Masalah utama dalam menyajikan prokrastinasi akademik adalah banyaknya faktor untuk melakukan prokrastinasi dalam area akademik, namun dalam penelitiannya Schouwenburg (1992, hlm.234) menyebutkan bahwa siswa yang melakukan prokrastinasi akan menunjukan beberapa faktor saja, tanpa memandang sebagian faktor lebih penting daripada faktor lainnya. Mccloskey (2011) menyajikan faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan prokrastinasi dalam area akademik antara lain; (1) Keyakinan akan Kemampuan Dalam mengerjakan tugas atau melakukan kegiatan tertentu, setiap orang mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam kemampuan yang membuatnya relatif unggul antara seseorang dengan orang lainnya (Sedarmayanti, 2010, hlm.23). Kemampuan merupakan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan (Sedarmayanti, 2010, hlm.23). Individu yang mengenali dan meyakini akan kemampuan dirinya dapat memberikan manfaat diantaranya: 1. Menimbulkan kesadaran bahwa kemampuan setiap orang memiliki keistimewaan masing-masing.

25 10 2. Mengenalkan secara lengkap potensi diri dan menjelaskan titiktitik lemah dan titik-titik potensial pada diri siswa. 3. Sadar akan kemampuan diri akan memotivasi siswa untuk menggapai cita-cita hidupnya (Ridha, 2002, hlm.22). Siswa yang melakukan prokrastinasi memiliki keyakinan pada kemampuan mereka untuk bekerja di bawah tekanan. Sikap siswa yang memiliki pandangan positif seperti ini membuat siswa memilih belajar diakhir waktu dengan tergesa-gesa baik dalam mengerjakan tugas ataupun dalam menghadapi ujian, namun belajar tergesa-gesa di malam sebelumnya tentu keesokan harinya memiliki dampak yang tidak baik bagi kegiatan belajar di sekolah (Mccloskey, 2011, hlm.6-7). (2) Gangguan Perhatian Belajar yang baik adalah kegiatan belajar yang sepi dari gangguan. Gangguan adalah musuh utama dalam belajar, ketika siswa sedang belajar sekali waktu pasti akan menemui gangguan. Gangguan dapat datang dari diri siswa sendiri maupun dari lingkungan sekitar siswa. Gangguan ini dapat menyebabkan siswa sukar berkonsentrasi, sehingga merasa kesulitan dalam belajar (Djamarah, 2011, hlm.103). Lingkungan yang bising dengan suara televisi, radio atau tape recorder pada waktu belajar juga mengganggu siswa untuk berkonsentrasi pada belajarnya (Slameto, 2010, hlm.63). Siswa yang melakukan prokrastinasi mudah terganggu oleh kegiatan yang lebih menarik atau lebih menyenangkan. Alih-alih mengerjakan tugas yang lebih penting, siswa yang melakukan prokrastinasi cenderung untuk memilih menonton televisi, bermain, bahkan tidur (Mccloskey, 2011, hlm.7). Gangguan muncul saat siswa merasa terbebani dengan tugas sehingga membiarkan diri terganggu. Kemudian lari dari kenyataan bahwa siswa tidak bisa menyelesaikan tugasnya (Perry, 2006, hlm.76). Terlebih pada era teknologi sekarang ini, siswa memiliki cara-cara baru untuk menunda-nunda mengerjakan

26 11 tugas sekolahnya. Berselancar di dunia maya, bermain game dan media sosial seperti facebook, twitter dan lain lain, membuat perhatian siswa mudah teralihkan, awalnya memiliki niat untuk belajar hingga kehilangan komitmen untuk belajar ataupun mengerjakan tugas (Combs, 2013, hlm.5). Pemusatan perhatian diperlukan dalam belajar. Siswa yang tidak mampu memusatkan perhatian dalam belajar akan menghasilkan kesiasiaan. Hilangnya konsentrasi siswa disebabkan oleh buyarnya pusat perhatian siswa terhadap suatu obyek, sehingga pada akhirnya apa yang diinginkan siswa dari kegiatan belajar tidak didapatkan. Perlu disadari betapa pentingnya pemusatan perhatian dalam belajar. Tanpa pemusatan perhatian, motivasi yang besar pun tidak akan banyak dapat berbuat untuk membantu mengatasinya (Djamarah, 2011, hlm.97). (3) Faktor Sosial Sebagian orang melakukan prokrastinasi sebagai akibat gangguan aktivitas sosial untuk menunda-nunda dan bersenang-senang melakukan prokrastinasi dengan santai, mereka terlalu yakin jika menunda sekarang akan sukses nantinya (Burka dan Lenora, 2008, hlm.8). Faktor-faktor sosial seperti teman atau keluarga dapat membantu siswa agar terhindar dari perilaku prokrastinasi (Mccloskey, 2011, hlm.8). Dukungan orangtua diperlukan siswa untuk memberikan pengetahuan manajemen waktu belajar yang baik, tanpa memberikan tekanan atau paksaan untuk mencapai target tertentu yang harus dicapai siswa (Won, 2018, hlm.212). (4) Keterampilan Memanajemen waktu Waktu adalah tantangan besar bagi prokrastinator. Mereka asyik dengan waktu dan menganggap waktu bukan masalah sama sekali (Burka dan Lenora, 2008, hlm.193). Penelitian He, dkk (2017, hlm.22) menemukan banyak prokrastinator menghabiskan waktu dengan bermain internet, terutama sosial media. Semakin lama prokrastinator

27 12 bermain sosial media, semakin sering juga siswa menunda mengerjakan tugasnya. Manajemen waktu dimulai dengan menilai secara akurat berapa banyak waktu yang dimiliki untuk menyelesaikan berbagai hal seperti halnya mengestimasi berapa banyak waktu yang diambil untuk mengerjakan suatu tugas. Prokrastinator cenderung menipu diri dengan menganggap bahwa masih memiliki banyak waktu mengerjakan tugas sampai selesai (Basco, 2010, hlm.167). Lebih jauh lagi manajemen waktu meliputi bagaimana waktu digunakan, menetapkan prioritas, perencanaan dan penjadwalan untuk berkonsentrasi pada apa yang paling penting dilakukan untuk saat ini. Manajemen waktu yang lebih baik dapat menyediakan kesempatan waktu tambahan untuk melakukan suatu pekerjaan (Knaus, 2010, hlm.116). Jika seseorang dapat menetapkan tujuan yang realistis, memperkirakan waktu secara akurat dan memiliki komitmen yang tinggi untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, orang tersebut akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengendalikan kecenderungan dalam menunda-nunda tugas (Basco, 2010, hlm.167). Oleh karenanya manajemen waktu penting untuk menentukan keberhasilan. Dengan manajemen waktu yang baik, kegiatan dapat terjadwal secara sistematis dan semuanya terselesaikan secara rapi (Samadani,2014, hlm.69). (5) Inisiatif Diri Prokrastinasi dapat terjadi tidak hanya karena faktor sosial atau situasional saja tetapi juga karena sikap atau karakter personal seperti inisiatif diri dan takut gagal. Inisiatif diri identik dengan motivasi internal. Jika siswa kurang inisiatif, mereka tidak dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. (Mccloskey,2011, hlm. 9) Untuk memulai sebuah rencana tidak ada waktu yang benar-benar ideal. Sekarang adalah waktu yang sangat tepat untuk memulai melaksanakan apa yang diimpikan. Apabila siswa memberikan

28 13 kesempatan pada dirinya untuk menunda-nunda maka akan kehilangan semangat untuk selamanya (Munadi, 2005, hlm.183). (6) Kemalasan Scrhaw, Lori dan Theresa, (2007, hlm.19) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa malas sebagai salah satu penyebab utama siswa melakukan prokrastinasi. Malas dipandang sebagai konsekuensi dari kebosanan sehingga dapat memicu prilaku menunda-nunda. Suwarno dalam (Hanafiah dan Cucu, 2009, hlm.10-11) menambahkan bahwa malas belajar pada siswa disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah siswa tidak memiliki kebiasaan belajar yang teratur, siswa tidak mempunyai catatan pelajaran yang lengkap, tidak membuat PR, sering membolos dari sekolah dan seringkali lebih mengharapkan bocoran soal ulangan atau bahkan mencontek untuk mendapat nilai yang bagus. Sikap yang berharap nilai bagus tanpa adanya usaha seperti ini, timbul sebagai akibat motivasi belajar siswa yang rendah, sehingga menyebabkan gaya hidup yang mau banyak senang. 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu Prestatie yang memiliki arti hasil usaha. Berbeda dengan hasil belajar, prestasi belajar pada umumnya berkaitan dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar pada umumnya berkaitan dengan pembentukan watak siswa (Arifin, 2010, hlm.12). Prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar, maka prestasi belajar tidak dapat dipisah dengan kegiatan belajar sebab belajar merupakan suatu proses (Darmadi, 2017, hlm.295). Menurut Sinar (2018, hlm.20) prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dapat ditunjukan dengan kamampuan siswa menjawab soal-soal tes baik formatif maupun sumatif yang menyangkut tiga ranah afektif, kognitif dan psikomotorik yang di tuangkan dalam bentuk angka oleh guru.

29 14 Darmadi (2017, hlm.299) menambahkan prestasi merupakan tingkat pencapaian siswa dalam mengerjakan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi merupakan puncak kemampuan siswa dari proses-proses belajar. Bila proses-proses belajar seperti penerimaan, pengaktifan, prapengolahan, pengolahan, penyimpanan, pemanggilan untuk pembangkitan pesan serta pengalaman yang tidak baik. Siswa dapat memiliki prestasi yang rendah atau bahkan gagal dalam berprestasi (Dimyati dan Mudjiono, 2009, hlm.243). Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat dibandingkan dengan satu kriteria yang lain. b. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama antara lain: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan atau dapat dijadikan sebagai pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan. 4) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dari beberapa fungsi prestasi belajar di atas Cronbach dalam Arifin (2009, hlm.12-13) menambahkan bahwa kegunaan prestasi banyak ragamnya antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan untuk keperluan seleksi untuk kepentingan penjurusan, dan untuk menentukan kebijakan sekolah.

30 15 c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkahlaku siswa, dalam proses merubah tingkah laku terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan keseharian siswa (Sardiman, 2012, hlm.39). 1. Faktor Internal Faktor internal siswa terdiri dari keadaan jasmani (fisiologis) dan psikologis (tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi) 1) Faktor Fisiologis Faktor fisiologis mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari siswa. Kondisi fisik setiap orang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat belajar dengan waktu lama, ada juga siswa yang hanya dapat belajar beberapa jam saja. Kondisi fisik juga menyangkut kelengkapan dan kesehatan indra yang menunjang proses pembelajaran (Sukmadinata, 2009, hlm.162). Lemahnya kondisi fisik akan menurunkan kualitas belajar untuk menguasi materi pelajaran. Sehingga proses pembelajaran menjadi tidak optimal. Begitu juga dengan siswa berkebutuhan khusus yang memiliki kekurangan dalam keadaan fisiknya, sehingga memerlukan perlakuan khusus untuk mengoptimalkan proses pembelajaran (Helmawati, 2016, hlm.199). 2) Faktor Psikologis Faktor psikologis tidak kalah pentingnya dengan faktor fisiologis siswa (Sukmadinata, 2009, hlm.162). Faktor psikologis siswa menyangkut kondisi intelegensi, bakat, minat dan motivasi yang dimiliki siswa.

31 16 (1) Intelegensi Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang bersifat umum atau kemampuan berpikir seseorang yang dapat digunakan untuk menganalisis, memecahkan masalah, serta menarik kesimpulan ketika berhadapan dengan suatu stimulus (Helmawati, 2016, hlm.200). Intelegensi memiliki tiga jenis kecakapan yaitu: kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan dalam sistuasi yang baru dengan cepat dan efektif, kecakapan untuk menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif dan kecakapan untuk mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat (Slameto, 2010, hlm.56). Setiap siswa memiliki kelebihan tertentu yang berbeda dengan siswa lainnya, sehingga memungkinkan siswa yang memiliki kemampuan dalam suatu bidang tetapi kurang dalam bidang lainnya. Sebagai contoh siswa memiliki kelebihan dalam berhitung tetapi kurang dalam hal berkomunikasi. Namun, ada juga siswa yang memiliki kelebihan dalam beberapa kecerdasan sekaligus yang dikenal dengan istilah multitalenta (Helmawati, 2016, hlm.200). Dalam kondisi yang sama, intelegensi berdampak besar terhadap kemajuan belajar. Siswa yang tingkat intelegensinya lebih tinggi akan lebih mampu menghadapi masalah-masalah belajar dibandingkan dengan siswa yang memiliki intelegensi rendah (Slameto, 2010, hlm.56). (2) Sikap Sikap merupakan kecenderungan siswa dalam merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek (orang, barang dan sebagainya) baik secara positif maupun negatif. Sikap positif siswa dalam memandang pelajaran tentu saja akan berdampak positif terhadap peningkatan kemampuannya. Sebaliknya sikap tidak menyukai pelajaran akan berdampak negatif yang mengakibatkan

32 17 kurang optimalnya kemampuan yang dikeluarkan siswa untuk belajar (Helmawati, 2016, hlm ). (3) Bakat Merujuk definisi chaplin dalam (Helmawati, 2016, hlm.201) bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap siswa memiliki keunikan tersendiri pada bakatnya, walaupun antara satu siswa dengan siswa lainnya memiliki bakat yang sama pastinya mereka memiliki kemampuan pendalaman yang berbeda dalam mengembangkan bakatnya. Oleh karena itu guna mengoptimalkan bakat yang dimiliki siswa, guru hendaknya cermat dalam melihat potensi yang dimiliki siswa. Jika materi ajar yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka prestasi belajarnya akan lebih baik karena ia merasa senang proses pembelajaran yang sejalan dengan bakatnya, oleh karenanya pada pembelajaran selanjutnya siswa lebih giat lagi dalam belajar (Slameto, 2010, hlm.57-58). (4) Minat Ketertarikan yang tinggi atau keinginan yang kuat terhadap sesuatu merupakan definisi dari minat (Helmawati, 2016, hlm.201). Minat berdampak besar terhadap pembelajaran siswa, materi pelajaran yang tidak diminati siswa membuatnya tidak belajar dengan sungguh-sungguh (Slameto, 2010, hlm.57). Siswa yang memiliki minat tinggi dalam pelajaran tertentu akan lebih memusatkan perhatian dan waktu untuk lebih giat guna mencapai prestasi yang tinggi. Sebaliknya jika siswa merasa terpaksa dan memiliki minat yang rendah dengan mata pelajaran tertentu, siswa akan menghadapi banyak kendala sehingga proses belajarnya menjadi tidak optimal bahkan menghadapi kegagalan (Helmawati, 2016, hlm ).

33 18 (5) Motivasi Motivasi merupakan kondisi psikologis internal siswa yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa dikenal dengan motivasi intrinsik seperti perasaan senang terhadap materi pelajaran tertentu. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar dikenal dengan motivasi ekstrinsik, sebagian contohnya adalah pujian, hadiah, dan hukuman (Helmawati, 2016, hlm.202). Dalam proses belajar perlu diketahui apa yang menjadi motivasi siswa agar mampu belajar dengan baik. Motif-motif yang kuat agar siswa belajar dengan baik dapat ditanamkan dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang siswa untuk belajar, kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (Slameto, 2010, hlm.58). 2. Faktor Eksternal Keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa disebut dengan faktor eksternal siswa. Keadaan lingkungan terbagi menjadi dua katagori yaitu: lingkungan sosial dan lingkungan non sosial (Helmawati, 2016, hlm.202). 1) Lingkungan Sosial Siswa tidak lepas dari kodratnya manusia sebagai homo socius, yakni makhluk sosial yang membutuhkan interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu siswa pasti menerima dampak baik ataupun buruk ketika siswa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Djamarah, 2011, hlm ). Helmawati membagi lingkungan sosial menjadi tiga bagian yaitu: lingkungan sosial dalam keluarga, lingkungan sosial dalam sekolah dan lingkungan sosial dalam masyarakat. a. Keluarga Keluarga diakui peranannya dalam dunia pendidikan sebagai lembaga pendidikan informal luar sekolah. Peranan keluarga dalam

34 19 dunia pendidikan sangatlah penting, baik sesudah ataupun sebelum siswa memasuki lembaga pendidikan formal (sekolah), keluargalah yang membentuk karakter siswa yang giat dalam belajar di luar sekolah (Djamarah, 2011, hlm.241). Banyak hal yang di dapat siswa dari keluarga diantaranya yaitu belajar tentang nilai-nilai keyakinan, etika, norma-norma bertenggang rasa, saling menghormati dan menghargai (Helmawati, 2016, hlm.202). Keluarga yang harmonis tentunya akan lebih mudah mengkondisikan suasana rumah menjadi tempat belajar yang nyaman. Namun sebaliknya, apabila tidak ada keharmonisan dalam keluarga bahkan tidak peduli terhadap pendidikan anaknya tentunya hal ini akan menyebabkan sulitnya membentuk suasana yang nyaman untuk siswa belajar di luar sekolah (Djamarah, 2011, hlm.241). b. Sekolah Sebagai lembaga pendidikan yang menjadi rumah kedua tentunya sekolah memiliki dampak besar bagi siswanya. Apabila sekolah mampu menyediakan lingkungan yang kondusif, kreatif serta memiliki sarana dan prasarana yang memuaskan tentunya ketenangan dan kenyamanan dalam belajar akan didapatkan oleh siswa. Namun, bila sekolah tidak mampu menyediakan penunjang belajar bagi siswa maka wajarlah bermunculan siswa yang kesulitan dalam belajar (Djamarah, 2011, hlm ). Lingkungan sekolah dan keluarga hendaknya mampu menjadi mitra penting. Meski sekolah mampu mengawasi tingkah laku siswa ketika berada di sekolah, namun perilaku tersebut sangat mungkin lenyap apabila nilai-nilai yang diajarkan di sekolah tidak di dukung dari rumah (Lickona, 2013, hlm.49). c. Masyarakat Di luar lingkungan keluarga, lingkungan sekitar rumah memberikan pengaruh sosial pertama kepada siswa. Pada

35 20 lingkungan masyarakat siswa berkenalan dengan kelompok yang lebih besar dengan perilaku yang beraneka ragam (Nasution, 2016, hlm.155). Lingkungan masyarakat baik yang berasal dari temanteman siswa ataupun anggota masyarakat lainnya tidak kalah besar pengaruhnya. Apabila siswa bergaul dengan orang pandai, maka siswa tersebut bisa ikut pandai, tetapi apabila siswa bergaul dengan teman-teman yang melulu ke pesta, tempat-tempat permainan tanpa mengenal waktu sekolah, maka prestasi belajarnya akan terganggu (Thabrany, 1995, hlm.36) 2) Lingkungan Nonsosial a. Lingkungan Tempat Belajar Lingkungan tempat belajar yang bersih, luas serta memiliki ventilasi yang cukup berpengaruh pada kenyamanan siswa dalam belajar. Sebaliknya apabila lingkungan tempat siswa belajar kotor, sempit dan gelap membuat proses belajar siswa menjadi kurang optimal (Helmawati, 2016, hlm.203). b. Alat-alat Belajar Alat-alat belajar menjadi instrumen penting yang menunjang proses pembelajaran siswa. Siswa yang memiliki alat belajar dan siswa yang tidak memiliki alat belajar jika dibandingakan akan memiliki hasil yang berbeda. terlebih pelajaran yang diikuti siswa diiringi dengan praktik, ketiadaan alat-alat akan menghambat siswa menjadi anak yang terampil (Helmawati, 2016, hlm.204). c. Keadaan alam Kondisi cuaca mempengaruhi tekad siswa dalam belajar. Kondisi cuaca yang cerah tentunya akan menambah semangat belajar siswa. Sebaliknya kondisi cuaca yang gelap, hujan deras di pagi hari, banjir atau terjadinya bencana alam gunung meletus akan mengecilkan tekad dan semangat siswa dalam belajar (Helmawati, 2016, hlm.204).

36 21 d. Waktu Setiap anak memiliki waktu yang tepat dalam belajar bergantung pada kondisi psikologis siswa. Misalnya, waktu yang tepat untuk belajar di pagi hari karena kondisi fisik dan pikiran masih segar dan bersih. Selanjutnya, sore hari pada saat siswa istirahat dari rutinitas sekolah. Ada juga yang memiliki waktu belajar pada malam atau dini hari karena pada waktu itu tidak terlalu ramai (Helmawati, 2016, hlm.204). d. Cara untuk Mengevaluasi Prestasi Belajar Ranah Kognitif Prestasi adalah hasil pembelajaran yang diperoleh dari evaluasi pembelajaran. Setiap siswa memiliki ragam prestasi yang berbeda-beda, prestasi yang diperoleh siswa dari hasil pembelajaran dapat saja rendah, sedang ataupun tinggi (Helmawati, 2016, hlm.205). Kebanyakan guru lebih menitikberatkan evaluasi atau penilaian terhadap prestasi belajar pada ranah kognitif. Ranah kognitif dari prestasi belajar meliputi penguasan konsep, ide, pengetahuan faktual dan lain sebagainya yang berkenaan dengan keterampilan-keterampilan intelektual (Jufri, 2013, hlm.60) Ranah kognitif memiliki kategori umum diantaranya mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan berkreasi (Musfah, 2012, hlm.211). Tabel 2.1 Kategori Umum Ranah Kognitif Katagori Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Berkreasi Implikasi Kognitif Mengetahui dan mengingat konsep, fakta simbol dan prinsip Memahami Makna Menerapkan pengetahuan dalam situasi baru Mengeliminir masalah kompleks menjadi lebih sederhana Memanfaatkan gagasan yang sudah ada untuk mendapatkan gagasan baru Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan

37 22 Mengevaluasi prestasi siswa pada aspek kognitif dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan tes tulis maupun tes lisan. Tes lisan saat ini hampir tidak pernah digunakan karena membutuhkan waktu yang tidak sedikit akibat dari pelaksanaannya berhadapan langsung antara guru dan siswa sedangkan jumlah siswa di sekolah-sekolah semakin banyak, selain itu tes lisan juga tes lisan juga memiliki subjektivitas tinggi, soal yang diberikan oleh guru kadangkala berbeda tingkat kesukarannya antara siswa satu dengan siswa lainnya yang menyebabkan penilaian prestasi siswa menjadi kurang adil (Syah, 2014, hlm.152). Tes prestasi bertujuan untuk mengukur kemampuan baru dari hasil kegiatan belajar yang baru dijalani. Proses pembelajaran yang baru dijalani tentu saja dalam batas-batas bakat yang dimiliki murid atau pelajar yang bersangkutan. Kemampuan yang menjadi sasaran tes prestasi memiliki asal usul yang spesifik dan jelas. Dalam konteks pendidikan formal, tes prestasi lazim dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu untuk tingkat kelas tertentu pada jenjang pendidikan tertentu (Supratiknya, 2014, hlm.66) Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam tiga jenis yakni (1) Tes Formatif, (2) Tes Subsumatif, (3) Tes Sumatif (Suardi, 2018, hlm.198). (1) Tes Formatif Tes formatif digunakan untuk menilai satu atau beberapa pokok bahasan guna memperoleh gambaran tentang kemampuan siswa terhadap pokok bahasan tersebut, kemudian hasil tes ini dimanfaatkan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar bahan tersebut dalam waktu tertentu. (2) Tes Subsumatif Tes subsumatif digunakan untuk menilai sejumlah pelajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor. (3) Tes Sumatif

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : RESTY HERMITA NIM K4308111 FAKULTAS

Lebih terperinci

RATIH DEWI PUSPITASARI K

RATIH DEWI PUSPITASARI K HUBUNGAN ANTARA IQ, MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: RATIH DEWI PUSPITASARI K4308021

Lebih terperinci

: FETI UTAMININGSIH NIMK

: FETI UTAMININGSIH NIMK HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI KEMAMPUAN METAKOGNISI, KESIAPAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh : FETI UTAMININGSIH NIMK4308038 FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K KONTRIBUSI IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DAN EQ (EMOTIONAL QUOTIENT) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : SITI FATIMAH NIM

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMORI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI RANAH KOGNITIF SISWA SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMORI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI RANAH KOGNITIF SISWA SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMORI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI RANAH KOGNITIF SISWA SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : AFRISA MUSTIKA HABSARI NIM K4307002

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI 1 HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 2 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK N 1 PUNDONG BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK N 1 PUNDONG BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK N 1 PUNDONG BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : IMANDA KURNIA NISA NPM : 12144200011 PROGRAM

Lebih terperinci

: NOVITA TYAS SUVIANA NIM K

: NOVITA TYAS SUVIANA NIM K HUBUNGAN KAUSAL ANTARA MOTIVASI INTERNAL DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 1 CAWAS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : NOVITA TYAS SUVIANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS X SMA NEGERI I GODEAN, SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 TESIS Oleh : SULASTRI NPM. 122551400032

Lebih terperinci

: ANIS TRIANINGSIH K

: ANIS TRIANINGSIH K PENGARUH PRAKTIK KERJA INDUSTRI DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : ANIS TRIANINGSIH K7412023

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : CYNTHIA DEWI SUDARNO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

KEPUASAN PENGGUNA SISTEM INFORMASI AKADEMIK (SIAKAD ONLINE) DI FKIP UNS DAN PENGARUHNYA TERHADAP MANFAAT PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

KEPUASAN PENGGUNA SISTEM INFORMASI AKADEMIK (SIAKAD ONLINE) DI FKIP UNS DAN PENGARUHNYA TERHADAP MANFAAT PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN KEPUASAN PENGGUNA SISTEM INFORMASI AKADEMIK (SIAKAD ONLINE) DI FKIP UNS DAN PENGARUHNYA TERHADAP MANFAAT PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SKRIPSI Disusun oleh : DONA KRISTIAWAN K7408205 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT KEHADIRAN

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT KEHADIRAN HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT KEHADIRAN SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENJASORKES PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: M. YUSUF ARBIANSYAH K5612057 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

HUBUNGAN BIMBINGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh: FEBRY HELVITA SARI TAMBAT USMAN NAZARUDDIN WAHAB

HUBUNGAN BIMBINGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh: FEBRY HELVITA SARI TAMBAT USMAN NAZARUDDIN WAHAB 1 HUBUNGAN BIMBINGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL Oleh: FEBRY HELVITA SARI TAMBAT USMAN NAZARUDDIN WAHAB FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Lebih terperinci

Disusun oleh : Agung Hudi Kurniawan

Disusun oleh : Agung Hudi Kurniawan PENGARUH KEMAMPUAN KOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK MATA PELAJARAN PRODUKTIF ALAT UKUR SISWA KELAS X JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

: CANDRA WRI WANDANA K

: CANDRA WRI WANDANA K HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PADA POKOK BAHASAN ASAM BASA DAN GARAM KELAS VII SEMESTER GASAL SMP NEGERI 1 TASIKMADU TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

DWI AGUS SARWANA K

DWI AGUS SARWANA K PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KORESPONDENSI SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK N 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014/2015 DWI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO Al Khaleda Noor Praseipida 15010113140128 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro alkhaseipida@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K KEKUATAN DAN ARAH KEMAMPUAN METAKOGNISI, KECERDASAN VERBAL, DAN KECERDASAN INTERPERSONAL HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh : ISNAINI MARATUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR The influence of study motivation through students study achievement in student of class XI IPS at SMA Negeri 2 Metro Academic year 2012/2013 Mar atur

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI OLEH : AMY TRISNA RAHMAWATI

Lebih terperinci

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) DENGAN METODE PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL. Oleh:

HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL. Oleh: 1 HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL Oleh: NAYANK RAGILIA NAZARUDDIN WAHAB BAHARUDDIN RISYAK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMA NEGERI 6 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: LIA MAWARNI K8412040 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIMAN PONOROGO

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIMAN PONOROGO PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIMAN PONOROGO Oleh: INSANIA FARADISA NIM.13321722 Skripsi ini ditulis untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN2014/2015 SKRIPSI Oleh : RENNISA ANGGRAENI K8411061

Lebih terperinci

PENGARUH KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MAGELANG TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGARUH KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MAGELANG TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGARUH KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MAGELANG TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: TYAS SETIANI K7407149 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SMK WIKARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SMK WIKARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 i HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SMK WIKARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Oleh: MANGESTI ZAKI SOPHEIA PHILEIN NIM K8405023 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJARSISWA JURNAL. Oleh ERNILA INDAH FEBRIKA SUGIYANTO BAHARUDDIN RISYAK

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJARSISWA JURNAL. Oleh ERNILA INDAH FEBRIKA SUGIYANTO BAHARUDDIN RISYAK HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJARSISWA JURNAL Oleh ERNILA INDAH FEBRIKA SUGIYANTO BAHARUDDIN RISYAK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 HALAMAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Alfian Suhendro NIM

SKRIPSI. Oleh Alfian Suhendro NIM HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN JASMANI, KECERDASAN INTELEKTUAL, DAN PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS KHUSUS OLAHRAGA ANGKATAN 2010 SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMAMPUAN ANALISIS

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMAMPUAN ANALISIS KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI KOLOID DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: AZWAR ANNAS K3309021 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : DYAH KUSUMA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN SEJARAH DAN PERSEPSI TENTANG PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN KESADARAN SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN SEJARAH DAN PERSEPSI TENTANG PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN KESADARAN SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN SEJARAH DAN PERSEPSI TENTANG PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN KESADARAN SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: HANESWARY RETNO SETYOWATI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: NURYATI A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: NURYATI A PENGARUH KOMUNIKASI SEKOLAH DENGAN ORANG TUA DAN PERAN ORANG TUA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MUATAN MATEMATIKA SEMESTER GASAL PADA KELAS RENDAH DI SD NEGERI 1 JAGOAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1)

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1) Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 27-31 Info Artikel: Diterima14/02/2013 Direvisi 20/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN PERSEPSI PENGGUNAAN METODE DISKUSI DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FKIP UNS TAHUN 2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL Oleh RENANTI WIDYA DARA NAZARUDDIN WAHAB ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI DENGAN PRESTASI BELAJAR Ela Yunistia, Yon Rizal, Nurdin Pendidikan Ekonomi PIPS FKIP Unila Jl.Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro This study

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

: RISMAYA WINIASIH K

: RISMAYA WINIASIH K KONTRIBUSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN MEMORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X IPA SEMESTER 1 SMAN 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh : RISMAYA WINIASIH

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

: KASIH ERLIANA K

: KASIH ERLIANA K HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Skripsi Oleh : KASIH ERLIANA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER (LT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK LEMBAGA SOSIAL KELAS XII IPS 2 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

UPAYA PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UPAYA PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) BERBANTUAN MODUL PADA MATERI STOIKIOMETRI SISWA KELAS X-2 SMA ISLAM AHMAD YANI BATANG

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh REMILDA TRINORA RISWANDI ERNI MUSTAKIM

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh REMILDA TRINORA RISWANDI ERNI MUSTAKIM 1 HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL Oleh REMILDA TRINORA RISWANDI ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 2 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEAKTIFAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TURI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TURI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TURI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : AHMAD IRFAN NPM. 11144200108 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Lebih terperinci

PENGARUH KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN GAYA BELAJAR TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FE UNY SKRIPSI

PENGARUH KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN GAYA BELAJAR TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FE UNY SKRIPSI PENGARUH KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN GAYA BELAJAR TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FE UNY SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: Muhammad Fauzan K8412052 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

(Skripsi) OLEH: RESNAWATI

(Skripsi) OLEH: RESNAWATI HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN KELENGKAPAN SARANA BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PESISIR SELATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010 (Skripsi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA UD UL TESIS KURNIA FITROTIN S300110008 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

Oleh : Fitri Arif Kholidah A

Oleh : Fitri Arif Kholidah A PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING (PTK pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 7 Sukoharjo Tahun 2016/2017) Skripsi Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

Lebih terperinci

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PEMANFAATAN

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PEMANFAATAN PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS DI SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh : MARINA TRI HANDHANI K8409036

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : VERA IRAWAN WINDIATMOJO NIM K4308058

Lebih terperinci

Lilis Wijayanti B

Lilis Wijayanti B PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM PENGENDALIAN INTERN, DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan. Oleh: DEWANDA YOGI ANDWIKO

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan. Oleh: DEWANDA YOGI ANDWIKO PENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DENGAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH IDEAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 4 SUMBANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan mahasiswa sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh LU LUIN NUR HASANAH K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2013.

SKRIPSI. Oleh LU LUIN NUR HASANAH K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2013. PENERAPAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E DISERTAI DIAGRAM VEE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DI SMAN 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH K

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH K PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NEGERI

Lebih terperinci

FAKROR YANG MENYEBABKAN TURUNNYA PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO ARTIKEL. Oleh DESI RAHMAWATY LOKO NIM.

FAKROR YANG MENYEBABKAN TURUNNYA PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO ARTIKEL. Oleh DESI RAHMAWATY LOKO NIM. FAKROR YANG MENYEBABKAN TURUNNYA PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO ARTIKEL Oleh DESI RAHMAWATY LOKO NIM. 911 411 125 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Eva Ristiani, Erlina Rupaidah, Darwin Bangun Pendidikan Ekonomi PIPS FKIP Unila Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro This study

Lebih terperinci

PENGARUH MEMBACA TERHADAP PERBENDAHARAAN KATA DAN TINGKAH LAKU SISWA KELAS IV SD N 01 SELO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN

PENGARUH MEMBACA TERHADAP PERBENDAHARAAN KATA DAN TINGKAH LAKU SISWA KELAS IV SD N 01 SELO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN PENGARUH MEMBACA TERHADAP PERBENDAHARAAN KATA DAN TINGKAH LAKU SISWA KELAS IV SD N 01 SELO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN 2010/ 2011 Penelitian Untuk Skripsi S-1 Pendidikan Guru

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KDPK I PADA MAHASISWA PRODI D-IV BIDAN PENDIDIK REGULER STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012/2013

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KDPK I PADA MAHASISWA PRODI D-IV BIDAN PENDIDIK REGULER STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012/2013 HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KDPK I PADA MAHASISWA PRODI D-IV BIDAN PENDIDIK REGULER STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NISA RIZKI NURFITA 201210104311

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KALASAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

SKRIPSI Oleh : K

SKRIPSI Oleh : K digilib.uns.ac.id KETERKAITAN EQ ( Emotional Quotient ), POLA BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KIMIA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH PENGUASAAN MATA PELAJARAN PRODUKTIF PENGARUH PENGUASAAN MATA PELAJARAN PRODUKTIF DAN INFORMASI KERJA TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK N 1 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: RIZKY SHINTIA W K7412153

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk siap menjadi tenaga terampil dan pandai matematika melalui penerapan

BAB I PENDAHULUAN. untuk siap menjadi tenaga terampil dan pandai matematika melalui penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang telah berkembang pesat di negara-negara maju. Matematika dianggap penting karena menjadi dasar ilmu dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NUR LAILI KHUSNA NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M.TARUNA

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NUR LAILI KHUSNA NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M.TARUNA 1 HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL Oleh NUR LAILI KHUSNA NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M.TARUNA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KARAKTER KERJA KERAS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PEMBENTUKAN KARAKTER KERJA KERAS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PEMBENTUKAN KARAKTER KERJA KERAS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (Studi Kasus di kelas VII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

WARA KUSRINI NIM: S

WARA KUSRINI NIM: S HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PRESTASI BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 BOYOLALI TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci