Direito. Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia. Menggugat Pelaku Kekerasan Timor Lorosae di Amerika Serikat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Direito. Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia. Menggugat Pelaku Kekerasan Timor Lorosae di Amerika Serikat"

Transkripsi

1 Yayasan HAK Jl. Gov. Serpa Rosa T-091, Farol Dili - Timor Lorosae Tel.: Fax.: direito@yayasanhak.minihub.org Letnan Jenderal Johny J. Lumintang, sekarang Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan Indonesia digugat di pengadilan di Amerika Serikat. Gugatan ter- Direito Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia Edisi April 2001 Menggugat Pelaku Kekerasan Timor Lorosae di Amerika Serikat Sidang pengadilan yang dilaksanakan Maret lalu dilangsungkan secara in absentia (tanpa dihadiri oleh tergugat). Bandit bersenjata anti-kemerdekaan beraksi di Dili. Foto kecil: Letnan Jenderal Lumintang Daftar Isi Direito Utama... Menggugat Pelaku Kekerasan Timor Lorosae Lorosae di Amerika Serikat Allan Nairn: Jenderal Lumintang, Murid Kesayangan Amerika Serikat 3 Info Hak Asasi Manusia... ETAN/US Mendukung Keadilan untuk Timor 4 InfoHukum... Mengapa Pengadilan Dilakukan di Amerika 5 Wawancara... Aniceto Neves: Memperjuangkan Rasa Keadilan 6 Opini... Mereka Datang untuk Memberikan Kesaksian 8 Serba Serbi... Pelatihan Masalah Seks dan Gender Pengurus Baru Koperasi Ukun Rasik An Kegiatan RR Baucau Bantuan untuk Korban Insiden Viqueque 10 Ami Lian... Kesempatan untuk Mendapatkan Keadilan Pemerintah Indonesia Menentang Pengadilan In-Absentia Bukti Pamungkas Tentang Kuasa Teror yang Direncanakan TNI Bukti-bukti Kejahatan Lumintang 12 Foto: Website Solidamor dan ETAN/US sebut diajukan atas nama enam orang Timor Lorosae, yang anggota keluarganya dibunuh dan harta bendanya dihancurkan, pada saat terjadinya kekerasan besar-besaran menyusul kemenangan pilihan merdeka pada Konsultasi Popular 30 Agustus Pihak penggugat diwakili oleh para pengacara dari organisasi Center for Constitutional Rights (CCR, Lembaga Hak-hak Konstitusional), New York dan Center for Justice and Accountability (CJA, Lembaga untuk Keadilan dan Pertanggungjawaban), San Francisco. Gugatan yang diajukan ke Pengadilan Distrik Columbia, ibukota AS Washington ini adalah kasus perdata untuk perbuatan eksekusi kilat, penyiksaan, perlakuan kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, kejahatan terhadap kemanusiaan, kematian tidak wajar, serangan dan pemukulan, sengaja menimbulkan tekanan perasaan. Penggugat pertama, seorang perempuan yang namanya disamarkan menjadi Jane Doe I, kehilangan seorang a- naknya karena dibunuh oleh tentara Indonesia. Pada 6 September, anak lakilaki yang namanya disamarkan menjadi John Doe I, itu ditembak di rumahnya. Sebelumnya anggota milisi berkali-kali mendatangi rumah keluarga mereka mengancam akan membersihkan kelompok pro-kemerdekaan. Penggugat kedua, seorang laki-laki, John Doe II, pada bulan September dihentikan oleh seregu tentara di Dili. Mereka kemudian menginterogasi, memukul dengan popor senapan, dan kemudian menendangnya sampai jatuh. Selanjutnya, ketika ia berusaha melarikan diri, tentara menembak pada kaki-

2 Editorial K ita tahu, proses peradilan atas kasus-kasus pelanggaran hak asasi yang berat sebelum dan sesudah Konsultasi Popular, 1999, berjalan sangat lamban. Terutama proses pembentukan pengadilan hak asasi manusia di Indonesia dan pengadilan di Timor Lorosae yang menyediakan panel khusus untuk kejahatan berat. Sangat banyak bukti untuk mengadili pelaku kejahatan berat itu. Begitu banyak bangunan hancur rata dengan tanah. Ribuan orang menjadi korban kekerasan dan puluhan ribu orang masih berada di Timor Barat. KPP- HAM Indonesia dan Komisi Penyelidik Internasional untuk Timor Lorosae telah membuat laporan tentang itu. Tetapi, mengapa semuanya berjalan lamban? Tak ada tanda-tanda akan dibentuknya pengadilan internasional untuk kejahatan tahun 1999 itu. Xanana Gusmao, di Universitas Colombia, AS belum lama ini malah mengatakan, rakyat Timor Lorosae tidak memprioritaskan pengadilan internasional karena banyak masalah yang lebih mendesak. Siapa yang dimaksudkan dengan rakyat Timor Lorosae itu? Pada saat ini memang kita semua membutuhkan beras, pendidikan, dan fasilitas dasar lainnya. Meskipun begitu, tidak berarti bahwa rakyat yang telah menjadi korban tak butuh keadilan. Sudah jelas kita tak mungkin mengharapkan peradilan di Indonesia. Organisasi-organisasi hak asasi manusia di Indonesia saja menuntut pembentukan pengadilan internasional. Sementara di sini, UNTAET seperti menutup mata dan telinga meskipun telah menerbitkan Regulasi No. 15/2000 tentang Pembentukan Panel Khusus untuk Kejahatan Berat. Berbicara hukum berarti berbicara tentang keadilan.rakyat Timor yang telah lama menjadi korban ketidakadilan tentu paham betul bahwa keadilan adalah kebutuhan pokok yang mendesak. Karena itu pengadilan untuk kejahatan berat 1999 harus menjadi prioritas sekarang juga. *** nya. Karena perawatan rumah sakit tidak memadai, ia kemudian mengalami infeksi. Akhirnya kakinya terpaksa diamputasi. John Doe III, seorang laki-laki pekerja hak asasi manusia, yang bersama penggugat keempat yang adalah ayahnya, John Doe IV, dan kakak laki-lakinya John Doe V mulai Februari 1999 berkali-kali mengalami ancaman dan pemukulan dari anggota Milisi MA- HIDI (Mati Hidup Demi Integrasi). Setelah Konsultasi Popular 30 Agustus, mereka bersembunyi. Tetapi setelah pengumuman hasil Konsultasi Popular, anggota-anggota milisi dan tentara berhasil menemukan mereka. John Doe V ditembak mati, sedang John Doe IV selamat meskipun luka-luka. Dasar gugatan mereka adalah Torture Victim Protection Act (Undang-undang Perlindungan Korban) tahun 1992 dan Alien Tort Claim Act (Undang-Undang Ganti Rugi Orang Asing) tahun Kedua undang-undang ini memberikan wewenang kepada pengadilan di AS untuk setiap gugatan perdata o- leh orang asing untuk kerugian saja, yang dilakukan melanggar hukum bangsa-bangsa atau suatu perjanjian Amerika Serikat. Berdasar undang-undang ini, orang bukan warga negara AS yang menjadi korban tindakan melanggar hukum oleh siapa saja, warga negara manapun, bisa mengajukan gugatan ganti rugi melalui pengadilan di AS. Syaratnya, pelakunya berada di AS ketika gugatan tersebut diterima pengadilan, kata John Miller. Hukum yang dianggap dilanggar oleh Lumintang, menurut surat gugatan mereka adalah Hukum kebiasaan internasional, Piagam PBB, Pernyataan Semesta tentang HAM (1948), Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (1966), Konvensi Menentang Penyiksaan, Hukum kebiasaan AS, Hukum Distrik Columbia, dan Hukum Timor Lorosae. Gugatan terhadap Lumintang disampaikan oleh para pengacara mereka kepada Pengadilan Distrik Columbia pada April Pada saat itu Letnan Jenderal Lumintang sedang berkunjung ke Amerika Serikat untuk mengikuti suatu seminar. Pengadilan pun mengeluarkan surat kepadanya memberitahukan adanya gugatan terhadap dirinya. Pengadilan kemudian menetapkan menggelar pengadilan pada Maret. Ada dua bukti kuat yang diajukan para pengacara. Pertama adalah selembar telegram yang dikirimkan oleh Jenderal Lumintang dalam kedudukan sebagai Wakil Kepala Staf TNI-AD kepada Panglima Kodam Udayana Mayor Jenderal Adam Damiri bertanggal 5 Mei Telegram ini memerintahkan: Persiapan rencana keamanan untuk mencegah perang saudara yang meliputi tindakan pencegahan (cipta kondisi), tindakan polisionil, tindakan represif/ koersif, dan rencana mundur/pengungsian bila opsi kedua dipilih. Bukti kedua adalah satu dokumen rahasia yang dikeluarkan Markas Besar TNI Angkatan Darat, dengan nomor pengesahan SK KASAD No. Skep/ 365/VI/1999 tanggal 30 Juni Surat ini ditandatangani Wakil KSAD Letnan Jenderal Johny Lumintang atas nama KASAD yang saat itu dijabat oleh Jenderal Subagyo Hadi Siswoyo. Dokumen berjudul Buku Petunjuk Pembinaan tentang Sandi Yudha TNI AD Nomor 43-B-01 memberi petunjuk tentang pembinaan pasukan Kopassus di bidang teknik dan taktik perang urat syaraf, propaganda, penculikan, teror, agitasi, sabotase, penyusupan, penyurupan, penyadapan, foto intelijen, dan operasi psikologi. Dalam kedudukannya sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Lumintang bersama-sama pejabat tinggi militer lainnya, membuat rencana menarik mundur tentara Indonesia dan memindahkan paksa ratusan ribu orang Timor Lorosae setelah Konsultasi Popular. Rencana ini kemudian menjadi kenyataan dengan terjadinya pembunuhan, pengrusakan, dan pengungsian paksa. Saat itu berlangsung pola pelanggaran hak asasi manusia berat dan pelanggaran terhadap hukum humaniter. *** Direito April

3 Allan Nairn: Direito Utama Jenderal Lumintang, Murid Kesayangan Amerika Pemerintah AS tahu rencana pembumihangusan oleh militer Indonesia, tetapi seperti pada Invasi 1975, mereka tak mencegahnya. Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan Indonesia Johny Lumintang yang digugat orang Timor Lorosae di pengadilan Amerika Serikat adalah perwira militer Indonesia didikan AS di bidang teror terhadap rakyat sipil. Demikian tulis Allan Nairn, seorang jurnalis yang mengkhususkan diri pada investigasi tentang keterlibatan Amerika Serikat membantu rezim diktator Dunia Ketiga. Menurut hasil investigasi Nairn, Lumintang dikirim oleh tentara Indonesia untuk mengikuti kursus International Defense Management (IDM, Managemen Pertahanan Internasional), yang merupakan bagian dari program IMET (International Military Education and Training, Pelatihan dan Pendidikan Militer Internasional) yang diselenggarakan oleh Departemen Pertahanan AS (yang dikenal dengan sebutan Pentagon). Lumintang mengikuti pendidikan ini dengan nomor siswa Setelah kembali ke Indonesia, Lumintang menduduki jabatan komando untuk dua daerah operasi militer, yaitu di Timor Lorosae dan Papua Barat. Di dua wilayah ini, dan terutama sekali di Timor Lorosae, tentara menjalankan o- perasi memelihara keamanan dengan melakukan penyiksaan, penculikan, pembunuhan, dan pengawasan menyeluruh yang sistematis terhadap penduduk sipil. Menjelang Konsultasi Popular, pada 30 Juni 1999 Lumintang mengesahkan dan menandatangani sebuah dokumen berisi petunjuk untuk operasi rahasia Kopassus. Dokumen berjudul Buku Petunjuk Pembinaan Sandi Yudha itu berisi menggariskan penyiapan pasukan Kopassus di bidang taktik dan teknik teror, penculikan, sabotase, penyamaran, infiltrasi, dan penyadapan. Menurut informasi yang diperoleh Allan Nairn dari jenderal-jenderal pejabat tinggi TNI, buku petunjuk ini masih digunakan dan kini diterapkan dalam operasi Kopassus di Papua Barat dan Aceh, serta dalam operasi intelijen memprovokasi kerusuhan di Ambon dan Kalimantan. Kopassus sendiri telah mendapatkan latihan dari Amerika Serikat dengan program JCET (Joint Combined Exchange and Training, Pelatihan dan Pertukaran Gabungan) yang diselenggarakan Pentagon. Mereka dilatih untuk bidang penghancuran, mata-mata, menembak jitu tingkat lanjutan, serangan darat, laut, dan udara, serta operasi psikologis. Pelatihan untuk operasi psikologis ini diselenggarkan setelah meletusnya Insiden 27 Juli Dalam kelanjutan Insiden 27 Juli, tim Kopassus menculik sejumlah aktivis pro-demokrasi yang sebagian di antaranya hilang hingga sekarang. Banyak kalangan menduga kuat bahwa pasukan Kopassus juga berada di balik Peristiwa Mei 1998 di mana lebih dari seribu orang mati dalam gedung-gedung yang dibakar oleh orang-orang tak dikenal, dan puluhan perempuan diperkosa. Pasukan Kopassus ini yang disaksikan oleh Allan Nairn mengarahkan pasukan milisi Aitarak di Dili melakukan aksi-aksi penyerangan terhadap sasaran sipil dan gedung-gedung di Dili. Allan Nairn memang berada di Timor Lorosae menjelang referendum 30 Agustus hingga ia ditangkap Tentara Indonesia di jalan di Kota Dili tanggal 14 September Dalam tahanan di markas Korem, Nairn menyaksikan pasukan Aitarak keluar markas militer tersebut untuk melakukan aksi-aksi biadabnya. Latihan JCET itu kemudian dihentikan pada 1998 setelah di AS terjadi protes dari masyarakat umum dan Kongres. Tetapi, menurut investigasi Nairn, latihan ini dilanjutkan lagi setelah Jenderal Soeharto mundur dari kekuasaan. Kali ini alasan Pentagon adalah di bawah pimpinan perwira moderat seperti Jenderal Lumintang, angkatan bersenjata Indonesia sedang bersungguhsungguh melakukan reformasi internal dan karena itu mereka berhak mendapatkan bantuan senjata dan keahlian dari AS. Lumintang sendiri memang telah lama menjadi murid kesayangan intelijen AS, dan telah dipromosikan oleh Departemen Pertahanan AS sebagai tokoh moderat Indonesia yang terkemuka. Prestasi Lumintang berikut ini menggambarkan seberapa jauh arti dari penilaian AS tersebut. Sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Lumintang berperan besar dalam pembumihangusan Timor Lorosae. Pada saat di New York, Menteri Luar Negeri Indonesia dan Portugal sedang menyelesaikan Kesepakatan 5 Mei, ia mengeluarkan telegram berisi perintah kepada para komandan di Timor Lorosae untuk melakukan persiapan rencana keamanan. Setelah terbukti mayoritas rakyat Timor Lorosae memilih merdeka, rencana ini menjadi kenyataan dengan terjadinya pembunuhan, penghancuran harta benda, dan pengungsian besarbesaran. Jenderal Lumintang adalah salah seorang yang memberi perintah bergerak kepada mereka. Perwira-perwira itu dan para sekutu asingnya harus diadili atas kejahatan mereka, tulis Allan Nairn. Para sekutu asing yang dimaksudkannya adalah para pejabat di Departemen Pertahanan dan Dinas Rahasia (CIA) Amerika Serikat! *** 3 Direito April 2001

4 Info HAM ETAN/US Mendukung Keadilan untuk Timor oleh Pamela Sexton * Direito April 2001 ETAN atau East Timor Action Network berperan penting dalam mengkoordinasikan dan mendukung gugatan hukum yang barubaru ini diajukan terhadap Jenderal Lumintang. Apa sebenarnya ETAN, dan apa strateginya untuk membantu Timor Lorosae mendapatkan keadilan? East Timor Action Netswork/US atau Jaringan Aksi Timor Lorosae/US adalah organisasi hak asasi manusia beranggotakan rakyat biasa yang bekerja bersolidaritas dengan rakyat Timor Lorosae. Sejak 1991, ETAN mendukung perjuangan keadilan dan penentuan nasib sendiri untuk Timor Lorosae. Didanai oleh sekelompok kecil aktivis rakyat, ETAN sekarang punya 27 cabang lokal di seluruh AS. Stafnya ada empat orang yang bekerja dengan ratusan relawan di seluruh AS. Rumusan misi ETAN sekarang menyatakan, ETAN mendukung martabat manusia untuk seluruh rakyat Timor Lorosae dengan memperjuangkan hak perempuan, demokrasi, pembangunan berkelanjutan, praktek lingkungan yang baik, dan keadilan sosial, hukum, dan ekonomi yang menyeluruh. Untuk mencapai tujuan ini, kami bekerja mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik pemerintah AS dan lembaga-lembaga internasional yang berhubungan dengan Timor Lorosae. Sejarah dukungan AS kepada invasi dan pendudukan ilegal Indonesia terhadap Timor Lorosae menggarisbawahi upaya ETAN untuk tercapainya pertanggungjawaban bagi mereka yang bertanggungjawab di dalam dan di luar negeri atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan sejak tahun Bagaimana suatu organisasi seperti ETAN bisa mempengaruhi kebijakankebijakan politik negeri terkaya di dunia itu? Apa strategi ETAN untuk mendukung tercapainya keadilan dan demokrasi di Timor Lorosae? Pendidikan adalah langkah pertama yang diperlukan. Sulitnya, sekalipun AS memberikan dukungan politik, militer, dan diplomatik kepada invasi dan pendudukan terhadap Timor Lorosae, kebanyakan orang di AS tidak tahu apaapa tentang sejarah ini. ETAN bekerja mendidik masyarakat umum dengan menyelenggarakan pidato keliling, yang dilakukan oleh aktivis-aktivis Timor Lorosae dan ETAN untuk memberikan informasi mengenai sejarah Timor Lorosae, keadaan yang sedang berlangsung, bagaimana hubungannya dengan warganegara AS dan apa yang bisa dilakukan orang biasa untuk membantu Timor Lorosae. Selain mendidik masyarakat umum, ETAN juga mendidik pejabat-pejabat pemerintah AS, para diplomat, media, dan berbagai organisasi keadilan sosial dan hak asasi manusia mengenai kasus Timor Lorosae yang khas. Pendidikan harus selalu terkait dengan tindakan. Apa yang harus dilakukan untuk menjamin keadilan? ETAN menyelenggarakan demonstrasi-demonstrasi umum untuk menarik perhatian media pada Timor Lorosae. ETAN juga mengkoordinasi upaya lobby di Washington, DC, kantor PBB di New York, dan kantor-kantor pemerintah daerah seluruh AS. ETAN mengorganisir kampanye menulis surat kepada pejabat pemerintahan; mengkoordinasi hari-hari nasional rakyat mengunjungi para wakil rakyat mendesak mereka mendukung peraturan hukum yang menjamin keadilan dan demokrasi untuk rakyat Timor Lorosae. ETAN memperjuangkan pertanggungjawaban hak asasi manusia, kembalinya pengungsi, dan proses rekonstruksi yang demokratis. ETAN mendesakkan pengadilan internasional kejahatan perang untuk Timor Lorosae yang akan meliputi kejahatan dari 1975 sampai 1999 dan yang akan menyelidiki peran pemimpin-pemimpin AS dalam kekejaman-kekejaman tersebut. Pada bulan April 2000 ETAN berhasil meminta pengiriman sebuah delegasi Kongres AS untuk mengunjungi kampkamp pengungsi di Timor Barat. Berdasarkan pengamatan di kamp-kamp tersebut, delegasi itu kembali ke AS dengan satu pesan bahwa AS perlu mendesak pemerintah Indonesia untuk menghentikan kekerasan TNI dan milisi serta disinformasi di kamp-kamp. ETAN mendukung kerja organisasiorganisasi lain yang tujuannya sama. La o Hamutuk, Institut Pemantauan dan Analisis Rekonstruksi Timor Lorosae, adalah salah satu organisasi seperti ini. Dibentuk pada bulan Mei 2000, La o Hamutuk mendukung proses yang transparan dan demokratik unuk transisi Timor Lorosae menuju kemerdekaan. ETAN juga mendukung organisasi Indonesia Human Rights Network yang dibentuk belum lama ini. Bulan Maret 2001, disidangkan gugatan hukum terhadap Jenderal Johny Lumintang karena perannya dalam pelanggaran hak asasi manusia yang berat di Timor Lorosae. Gugatan ini diajukan oleh organisasi Center for Constitutional Rights (CCR) New York, Center for Justice and Accountability (CJA) San Francisco, dan Biro Hukum Patton Bogs di Washington DC. Kelompokkelompok ini mempelajari kasus ini dari para aktivis ETAN dan memperoleh informasi dari ETAN untuk mendukung gugatan mereka. John Miller dari ETAN mengatakan, Semua cara yang ada harus digunakan untuk mendapatkan keadilan bagi Timor Lorosae. *Pamela Sexton adalah aktivis IFET (International Federation of East Timor)/ Federasi Internasional Timor Lorosae, yang sekarang berada di Timor Lorosae, bekerja untuk La o Hamutuk. 4

5 Sebuah pengadilan di Washington telah memeriksa bukti tentang peran langsung militer Indonesia dalam kampanye teror terhadap rakyat Timor Lorosae. Tiga orang Timor Lorosae menggugat ganti rugi dan denda dari Jenderal Lumintang atas penderitaan yang mereka alami tahun Lumintang adalah Wakil Kepala Staf TNI AD pada saat itu, dan sekarang Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan. Jenderal ini diberi surat gugatan sipil ketika mengunjungi AS satu tahun yang lalu, tetapi tidak datang unuk membela diri di pengadilan. Chomsky: Karena ada undang-undang di AS, yang telah berumur 250 tahun, yang menyatakan bahwa seorang asing bisa datang ke Pengadilan Federal di AS untuk mengajukan gugatan ganti rugi, atas perbuatan yang melanggar hukum bangsabangsa. Maksudnya, Anda hanya bisa mengajukan gugatan seperti ini kalau o- rang yang Anda gugat melakukan perbuatan yang melanggar norma-norma yang diakui secara universal, seperti norma menentang penyiksaan atau perbudakan. Ini adalah kasus perdata karena diajukan oleh orang yang dilukai, mengupayakan ganti rugi atas penderitaan yang dialaminya, dan ukakan tuntutan oleh negara yang mengupayakan pemberian hukuman berupa kurungan penjara atau denda. Radio Australia: Apakah tindakan hukum ini dilakukan di Amerika Serikat juga karena proses hukum seperti ini tidak bisa dilakukan di Indonesia sendiri? Chomsky: Mengapa Pengadilan Dilakukan di Amerika Serikat Tentu saja, ya. Saya pikir jika para penggugat percaya bahwa akan ada keadilan di Indonesia, dan kalau mereka aman pergi ke Indonesia, pengadilan di Indonesia lebih mereka inginkan. Radio Australia: Apa bukti bahwa Jenderal Lumintang terlibat langsung dalam kekejaman di Timor Lorosae? Chomsky: Ia adalah orang kedua di TNI AD dan tidak mungkin seorang pejabat militer tingkat tinggi tidak mengetahui tentang terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yang berat akibat aktivitas-aktivitas angkatan darat di Timor Lorosae, dan karena itu tidak bertanggungjawab memerintahkannya, atau mendukungnya, atau bahkan tidak menghentikannya. Juga ada dua bukti spesifik yang menghubungkannya dengan apa yang telah terjadi. Pertama adalah telegram yang dikirimkannya tanggal 5 Mei, hari ketika referendum diumumkan, yang mengindikasikan langkah-langkah yang harus diambil untuk antisipasi kalau rakyat memilih menolak otonomi dan karena itu memilih merdeka. Dan bukti kedua adalah sejenis manual perang rahasia yang ditandatanganinya, yang menguraikan berbagai macam teknik di antaranya adalah hal-hal seperti penculikan, agitasi dan teror dan ternyata itulah yang mereka lakukan. Radio Australia: Jenderal Lumintang tidak hadir di pengadilan. Ia tidak membela diri. Apakah ini tidak mengurangi nilai kasus ini? Chomsky: Tentu saja kami lebih suka kalau dia Info Hukum Radio Australia pada 30 Maret lalu mewawancarai Judith Chomsky, pengacara para penggugat. Mares dari Program Asia Pasifik bertanya, mengapa pengadilan dilakukan di Amerika Serikat. Berikut petikan wawancaranya. datang dan melakukan pembelaan diri yang menurutnya bisa dia lakukan untuk menjawab gugatan. Ketidakhadirannya tidak mengubah kenyataan bahwa ini adalah pengadilan yang bisa dipaksakan dan bahwa kalau ia nanti datang ke AS atau kalau kami bisa menentukan lokasi kekayaannya kami akan mengejarnya. Kami pasti berharap bisa memperoleh ganti rugi. Radio Australia: Tetapi kasus ini bukan untuk memperoleh ganti rugi kan? Chomsky: Sama sekali bukan. Kami khususnya meminta hukuman denda dan hukuman denda dimaksudkan untuk memberi isyarat kepada orang-orang yang akan berbuat melanggar hak asasi manusia bahwa ada harga yang harus mereka bayar, suatu peringatan agar mereka tidak mengulangi tindakan yang sama. Dan juga tingkat hukuman denda dianggap mencerminkan kemarahan moral terhadap jenis perbuatan, perbuatan jahat yang terbukti dilakukan. Radio Australia: Apakah mungkin ada banding untuk keputusan pengadilan? Chomsky: Saya kira sangat tidak mungkin, karena tergugat tidak datang membela diri dan kenyataannya bisa diperdepatkan bahwa ia melepaskan semua keberatan yang bisa dia ajukan karena tidak membela diri. Diperkirakan satu bulan setelah sidang, pengadilan menjatuhkan keputusan jumlah ganti rugi yang harus dibayar Lumintang.*** 5 Direito April 2001

6 Wawancara Aniceto Neves: Memperjuangkan Rasa Keadilan Proses peradilan atas kasus-kasus kekerasan 1999 berjalan sangat lamban. Terutama proses pembentukan pengadilan hak asasi manusia di Indonesia dan di Timor Lorosae. Padahal KPP- HAM Indonesia telah menyelesaikan laporan penyelidikan dan rekomendasinya lebih dari setuhun yang lalu. Demikian pula Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB. Sampai sekarang belum terlihat akan dibentuknya pengadilan internasional untuk kejahatan tahun Berikut ini hasil wawancara Direito dengan Aniceto Neves. Menurut jurnalis Allan Nairn, Johny Lumintang adalah murid kesayangan intelijen dan Departeman Pertahanan AS (Pentagon). Tentang persoalan ini saya tidak memberi kesaksian secara langsung di depan hakim. Tetapi dalam ceramah dan diskusi saya dengan kelompok-kelompok aktivis dan organisasi hak asasi manusia, termasuk Amnesty International, Indonesia Human Rights Network, pejabat pemerintah di State Department (Departemen Luar Negeri AS), dan sejumlah staf ahli Senat AS saya mengatakan bahwa pemerintah AS tidak dapat melepas tangan atas tindak kejahatan TNI sebagai institusi di Timor Lorosae. Sejak invasi 1975 pemerintah AS telah terlibat memberikan dukungan militer dan diplomatik kepada pemerintah Indonesia. Gugatan di pengadilan AS, berdasarkan UU Ganti Rugi Orang Asing 1789 adalah gugatan perdata. Apa bisa memenuhi rasa keadilan? Begini, persoalannya bukan pada pemerintah Indonesia harus memberi ganti rugi kepada korban dan keluarganya, tetapi lebih kepada penegakan hukum dan hak asasi manusia. Dalam kasus ini adalah hak keluarga korban, dalam arti ada proses hukum yang jelas terhadap orang yang bertanggungjawab atas terjadinya sebuah tindakan kejahatan, seperti perbuatan Lumintang. Sebuah proses yang tranparan dan demokratis itu dapat memberi rasa keadilan bagi korban dan keluarganya. Terlepas dari tuntutan ganti rugi dalam bentuk material. Gugatan di AS adalah langkah awal untuk membuktikan bahwa kekerasan-kekerasan sebelum dan setelah referendum 1999, bukanlah perbuatan satu dua oknum TNI dan milisi, tetapi suatu tindakan yang sistematis, meluas dan terencana oleh penanggungjawab keamanan, dalam hal ini TNI. Bagaimana prosesnya? Setelah laporan tiga kasus kami disampaikan kepada ETAN, ETAN menghubungi para pengacara dari CJA dan CCR, dan Gugatan di AS adalah langkah awal untuk membuktikan, bahwa kekerasan-kekerasan 1999 adalah suatu tindakan yang sistematis, meluas dan terencana... Direito Maret 2001 Biro Hukum Patton Bogs di Washington untuk mewakili korban dan keluarganya mengajukan gugatan hukum. Gugatan itu disampaikan kepada Pengadilan Distrik Columbia dan juga kepada Jenderal Lumintang. Pengadilan juga memberitahu Lumintang, bahwa dirinya dituntut oleh tiga orang korban dan keluarganya atas kejahatan yang terjadi di Timor Lorosae. Selanjutnya, pada bulan Januari 2001 Pengadilan Distrik Columbia menyetujui kasus tersebut untuk diproses di pengadilan. Pengacara dari CCR, Anthony DiCaprio selama enam hari mengunjungi Timor Lorosae untuk mengumpulkan informasi yang lengkap mengenai tiga kasus itu dengan menemui korban dan saksi-saksi, termasuk mengumpulkan bukti-bukti. Apa saja bukti-bukti itu? Buktinya adalah telegram Lumintang kepada Pangdam Udayana Adam Damiri, buku petunjuk operasi intelijen, dan bukti atas tiga korban (laporan pemeriksaan dokter, surat kematian dari CN- RT), dan keterangan saksi-saksi. Khusus keterangan para saksi ini, direkam dengan video karena mereka tidak bisa pergi ke AS. Bukti-bukti tersebut, termasuk video ditunjukkan kepada pengadilan. Kemudian, ETAN memfasilitasi satu orang korban dan dua keluarga korban untuk berangkat ke AS dalam rangka memberikan kesaksian langsung di hadapan pengadilan. Setelah itu...? Sidang pengadilan berlangsung selama tiga hari, 27 sampai 29 Maret Untuk memberikan kekuatan hukum a- tas gugatan tersebut, para pengacara telah menghadirkan empat orang saksi ahli di pengadilan. Mereka adalah Prof. Dr. Richard Tanter, yang sekarang menjadi guru besar di salah satu universitas di Jepang. Ia telah mengadakan penelitian yang mendalam tentang intelijen Indonesia. Saksi ahli kedua adalah ahli psikologi Dr. Estela Abosch, yang bekerja di sebuah klinik psikologi di Baltimore, Washington, DC. Saksi ahli ketiga adalah Arnold S. Kohen, seorang peneliti yang telah lama menggeluti masalah Timor Lorosae dan telah menulis buku bio- 6

7 grafi Uskup Belo. Saksi ahli keempat adalah Siem Thomas, seorang jurnalis freelance, berkewarganegaraan Inggris. Dia merekam rangkaian aksi bumi hangus selama bulan September 1999 melalui jaringan satelit. Di pengadilan, dia menunjukkan semua bukti tentang pembumihangusan seluruh wilayah Timor Lorosae berupa foto-foto berwarna seukuran kertas folio. Selain keterangan saksisaksi ahli, di depan hakim para pengacara dari CCR, CJA, dan Biro Hukum tersebut memberikan pertanyaan kepada satu orang korban dan dua keluarga korban tersebut. Pada akhir persidangan hakim Aaron Kay menyatakan, menerima bukti-bukti dan keterangan para saksi dan akan memberikan keputusan setelah satu bulan kemudian. Pengadilan itu tidak dihadiri oleh Johny Lumintang maupun pengacaranya, jadi diselenggarakan secara in absentia. Apakah pengadilan itu bisa memenuhi tuntutan Anda sebagai keluarga korban? Ya saya belum tahu apa keputusan hakim. Tetapi obsesi saya, jika kasus ini berhasil disidangkan di pengadilan AS dan memutuskan bahwa Johny Lumintang bersalah, itu telah memberikan rasa keadilan bagi kami sebagai keluarga korban. Terlepas dari berapa besar ganti rugi kepada saya. Yang paling penting adalah Johny Lumintang harus dinyatakan bersalah atas kejahatan di Timor Lorosae. Itu saja telah memberikan rasa keadilan bagi saya sebagai keluarga korban. Saya tidak bisa menghitung keadilan itu dalam bentuk materil. Walaupun kasus ini adalah kasus perdata, yang kalau tergugat dinyatakan bersalah maka akan dijatuhi hukuman denda dan ganti rugi. Sebagian pemimpin mengatakan kita tidak perlu lagi menuntut pengadilan untuk kekerasan Saya tidak sependapat dengan pendapat itu. Saya juga memahami, bahwa sekarang di Timor Lorosae banyak kebutuhan mendesak dalam masyarakat yang harus ditangani. Tetapi jangan lupa hal-hal mendesak itu adalah konsekuensi dari pelanggaran hak asasi manusia berat terhadap rakyat Timor Lorosae tahun Tengkorak korban kekerasan 1999 di Batugade Saya tetap berpendapat bahwa perlu segera dibentuk sebuah pengadilan internasional untuk menyelesaikan kasus pelanggaran berat tahun Kedua, di satu sisi saya memahami, bahwa proses ke arah itu membutuhkan sumberdaya yang banyak, tetapi harus ada proses yang diarahkan untuk mendukung pembentukan pengadilan internasional. Ini tidak saja untuk mengadili TNI dan milisi, tetapi juga merupakan syarat untuk terciptanya rekonsiliasi. Rekonsilitasi harus didasarkan pada rasa keadilan. Artinya keadilan bagi korban, keluarga korban, dan juga keadilan bagi pelaku. Keadilan bagi pelaku, untuk menghindari kesalahan penghukuman terhadap pelaku-pelaku pelanggaran hak a- sasi manusia, seperti para pelaku pelanggaran hak asasi manusia yang berat dihukum lebih ringan daripada pelaku pelanggaran kecil atau ringan. Ini juga untuk menghindari terjadinya balas dendam, karena orang berbuat sendirisendiri terhadap pelaku atau melakukan pengadilan jalanan. Wawancara Sejumlah organisasi hak asasi manusia di Jakarta juga menyerukan kepada masyarakat internasional, a- gar segera membentuk pengadilan internasional untuk Timor Lorosae. Apa komentar Anda? Seruan tentang pengadilan internasional itu dilakukan oleh banyak orang di Timor Lorosae, setelah UNTAET menjalankan misinya di Timor Lorosae. Di AS saya juga berbicara banyak tentang kebutuhan itu. Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh gerakan-gerakan solidaritas di AS seperti ETAN, Indonesia Human Rights Network, International Forum for Human Rights in Indonesia, dan juga aktivis hak asasi manusia dari Indonesia secara individu-individu yang sekarang bermukim di AS. Maka tepat sekali sikap dan seruan dari sejumlah organisasi hak asasi manusia itu dan memperkuat tuntutan dibentuknya pengadilan internasional untuk kejahatan berat di Timor Lorosae yang dilakukan TNI. Sebagian orang khawatir jika pelaku kejahatan 1999 diadili, pengungsi di Timor Barat takut pulang... Itu adalah pendapat yang pesimis. Pendapat seperti itu dikeluarkan oleh para pendukung otonomi termasuk yang sekarang berada di sini. Itu kampanye untuk menolak pengadilan internasional dan menuntut amnesti. Pengungsi yang sekarang masih berada di Timor Barat itu tidak tergantung pada proses hukum atas para pelaku yang sekarang ditahan di sini. Selama ini para pengungsi berada dalam pengawasan TNI dan milisi. Sebagian besar pengungsi adalah korban. Saya menghimbau rakyat Timor Lorosae untuk tidak percaya dengan omong kosong itu dan saya meminta kepada mereka yang sekarang berada di Timor Barat untuk segera pulang, termasuk yang terlibat agar kita dapat menyelesaikan persoalan pelanggaran hak asasi manusia tahun *** 7 Direito April 2001 Foto: FX Sumaryono

8 O p i n i Mereka Datang Untuk Memberikan Kesaksian Oleh John Miller * Empat belas ribu mil dari Dili, tiga orang Timor Lorosae berdiri di Washington, DC, untuk menyampaikan kepada sebuah pengadilan AS, penderitaan mereka dan rakyat Timor Lorosae karena perbuatan militer Indonesia. Mereka datang untuk memberi kesaksian, untuk kepentingan diri mereka sendiri dan anggota keluarga yang terbunuh, dalam gugatan hukum terhadap Letnan Jenderal Johny Lumintang dari Indonesia. Gugatan terhadap Jenderal Lumintang adalah tindakan hukum yang pertama yang dilakukan terhadap seorang komandan militer Indonesia atas terjadinya penghancuran sistematis setelah konsultasi rakyat 30 Agustus Jenderal Lumintang, yang tidak hadir untuk membela diri di pengadilan, tidak bisa diekstradisi atau dipenjara karena tindakan hukum ini adalah gugatan perdata, bukan proses pidana. Sidang yang dilakukan adalah untuk menentukan seberapa kerugian dalam hitungan uang yang harus dibayarnya. Tanggal Maret hakim yang memimpin sidang Aaron Kay memperoleh pendidikan yang luas mengenai Timor Lorosae yang berfokus pada peran militer Indonesia dalam sejarah tragis bangsa ini. Gugatan hukum itu, yang didasarkan pada undang-undang AS yang memungkinkan siapa saja untuk mengajukan gugatan atas perbuatan penyiksaan atau pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis, meskipun perbuatan itu dilakukan di luar wilayah AS. Ketika membuka sidang, pengacara Anthony DiCaprio dari Center for Constitutional Rights mengatakan kepada pengadilan bahwa hanya melalui kesaksian langsung hakekat sebenarnya dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan o- Memperingati korban-korban Invasi 1975 di Ponte Cais Dili Direito April 2001 Foto: C. Caminha leh militer Indonesia di Timor Lorosae bisa dimengerti secara lengkap. Perbuatan-perbuatan ini, yang meliputi kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan pelanggaran lainnya yang berat terhadap hak asasi manusia, dilakukan tidah hanya terhadap orangorang Timor Lorosae yang datang ke pengadilan ini tetapi juga terhadap seluruh penduduk Timor Lorosae. Kesaksian yang rinci dan sangat menyentuh hatinurani, yang kerap membuat para saksi dan pengunjung sidang meneteskan air mata, diberikan oleh para penggugat mengisahkan bagaimana para anggota keluarga mereka dibunuh, dipukuli oleh TNI, dipaksa meninggalkan kampung halaman, dan harta benda mereka dihancurkan. Yang memberikan kesaksian adalah seorang laki-laki yang kehilangan kakinya setelah ditembak oleh seorang tentara ketika kembali ke Dili dari persembunyian di Dare, dan seorang perempuan yang anak laki-lakinya dibunuh oleh tentara Indonesia setelah dipisahkan dari keluarganya pada hari pengumuman hasil referendum. Perempuan ini dan anggota keluarganya terpaksa mengungi ke Timor Barat. Ketika kembali, ternyata rumahnya telah hancur. Penggugat terakhir mengajukan gugatan atas nama ayahnya yang rumahnya dihancurkan dan saudara laki-lakinya disiksa secara kejam dan kemudian dibunuh oleh tentara setelah referendum. Hanya sedikit tulang, abu jenazah, dan dompet yang tersisa ketika mayatnya ditemukan. Saksi ahli, antara lain Profesor Richard Tanter, memberikan uraian tentang sejarah Timor Lorosae, menyoroti invasi dan pendudukan oleh Indonesia. Tanter menjelaskan secara rinci struktur komando angkatan darat Indonesia, serta tanggungjawab Lumintang dalam rantai komando. Tahun 1999, Lumintang adalah wakil kepala staf angkatan darat. Ia dilatih di AS dalam program IMET (International Military Education and Training) Departemen Pertahanan AS dan pernah menjadi komandan di Timor Lorosae. Tanter menyoroti bukti dua dokumen yang ditandatangani oleh Jenderal Lu- 8

9 mintang. Yang pertama, selembar telegram kepada komandan-komandan yang bertanggungjawab untuk wilayah Timor Lorosae bertanggal 5 Mei 1999 (hari ketika di New York, Indonesia, Portugal, dan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan menandatangani kesepakan penyelenggaraan konsultasi rakyat). Telegram ini berisi perintah untuk melaksanakan tindakan represif/koersif dan rencana pemindahan ke belakang/ pengungsian apabila opsi kedua menjadi pilihan. Dokumen kedua a- dalah petunjuk operasi rahasia Kopassus berjudul Buku Petunjuk Pembinaan tentang Sandi Yudha TNI AD, bertanggal Juni Dokumen ini menggariskan penggunaan teror, penculikan, sabotase, dan taktik-taktik teror terhadap musuh. Tanter menguraikan bagaimana kedua dokumen ini dan dokumen-dokumen lainnya serta kejadian-kejadian membuktikan peran militer dalam perencanaan, promosi, dan pelaksanaan penghancuran besar-besaran, pembunuhan, deportasi, pelanggaran-pelanggaran hak asasi lainnya yang terjadi selama dan setelah proses referendum. Ia kepada pengadilan mengatakan bahwa penyelidikan hak asasi manusia PBB dan Indonesia juga jelas menyebutkan bahwa penanggungjawab perbuatan penghancuran dan pelanggaran hak asasi manusia tersebut adalah militer Indonesia bukan gerombolan yang tak terorganisir dan tanpa disiplin. Meringkaskan kasus untuk Hakim Kay, pengacara Steven Schneebaum, mengatakan bahwa tergugat tidak harus melakukan pelanggaran hak asasi manusia dengan tangannya sendiri. Jenderal Lumintang, yang nyaris berada di puncak komando, kemungkinan mengesahkan apa yang merupakan kampanye terencana teror, intimidasi, penculikan, pembunuhan, pembakaran, perkosaan, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya. Ia telah membiarkan atau secara sadar mengabaikan dan karena itu harus dinyatakan bertanggungjawab. Ia mendesak dijatuhkan hukuman yang besar sebagai isyarat yang kuat tidak hanya untuk Jenderal Lumintang dan pejabatpejabat militer Indonesia lainnya, tetapi juga untuk setiap orang yang merasa bahwa mereka bisa bebas melakukan Korban kekerasan 1999 di Suai. Air mata mereka mungkin tak akan pernah mengering sebelum tercapainya keadilan Foto: C. Caminha O p i n i kejahatan yang serupa di negara-negara lain. Lumintang secara pribadi diberi pemberitahuan tentang gugatan ini pada 30 Maret 2000, ketika hendak meninggalkan Washington, DC. Hakim Gladys Kessler menetapkannya bersalah setelah tergugat tidak memberikan jawaban atas gugatan. Setelah kalah, sidang yang dilakukan adalah bagian dari proses menentukan jumlah kerugian berupa uang, sebagai ganti rugi atas penderitaan penggugat dan sebagai hukuman denda. Jenderal Lumintang, yang sekarang menjadi sekretaris jenderal Departemen Pertahanan, dilatih AS dalam program IMET. Program ini dibatasi oleh Kongres akibat desakan terus-menerus ETAN sejak tahun Para pendukung IMET berpendapat bahwa latihan ini menumbuhkan penghormatan pada hak asasi manusia. Gugatan seperti yang dilakukan terhadap Lumintang, berdasarkan prinsipprinsip hukum yang sama, telah berhasil dilakukan terhadap menteri pertahanan Guatemala, bekas pemimpin Bosnia Radovan Karadzic, dan Jenderal Sintong Panjaitan yang menjabat Pangdam Udayana pada saat peristiwa pembantaian Santa Cruz 12 November 1991 terhadap lebih dari 270 orang Timor Lorosae. Tahun 1992, sebuah pengadilan memutuskan ganti rugi $ 4 juta dan denda $ 10 juta untuk diserahkan kepada Helen Todd, ibu Kamal Bamadhaj, satusatunya orang bukan Timor Lorosae yang mati dalam peristiwa pembataian itu. Tetapi uang itu belum diterima dari Panjaitan. Gugatan terhadap Lumintang, seperti kasus Panjaitan, didasarkan pada Undang-Undang Ganti Rugi O- rang Asing, 1789 yang memungkinkan setiap orang, warganegara maupun bukan, untuk mengajukan gugatan atas tindakan yang dilakukan di luar wilayah AS yang melanggar hukum bangsa-bangsa dan perjanjian Amerika Serikat. Undang-Undang Perlindungan Korban Penyiksaan, 1992 memperkuat undang-undang tahun 1789 tersebut dan memberlakukannya untuk korban penyiksaan. Gugatan hukum hanya bisa dilakukan jika tergugatnya diberi surat gugatan ketika berada di AS. Pengacara kasus ini adalah CCR, CJA dan firma hukum Patton, Bogs. Sambil melanjutkan perjuangan untuk pembentukan pengadilan internasional, ETAN mendukung gugatan hukum ini sebagai salah satu cara untuk menjamin bahwa orang-orang yang menjadi pelaku penghancuran Timor Lorosae tahun 1999 diadili dan calon pelanggar hak asasi menjadi gentar. *** * Naskah asli berjudul Indonesian General on Trial in U.S. Court, diambil dari 9 Direito April 2001

10 Serba Serbi Pelatihan Masalah Gender dan Seks Concern Worlwide Lospalos pada 5 dan 6 April lalu menyelenggarakan pelatihan tentang gender dan seks. Namun, materi yang dibahas tidak hanya tentang gender dan seks. Yayasan HAK diundang untuk menjadi fasilitator selama dua hari dengan pembahasan soal bekerja di masyarakat dan bagaimana menjadi pendengar yang baik. Dua materi tersebut dibahas dalam hubungan dengan pelayanan pekerjaan yang dilakukan oleh NGO. Pada kesempatan kali ini, Yayasan HAK diwakili oleh Tito de Aquino dari Rumah Rakyat Baucau. Tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan partisipasi seluruh NGO terhadap masalah gender dan seks, begitu menurut Concern Worlwide Lospalos.*** Yayasan HAK bersama Fokupers membangun sebuah koperasi yang diberi nama Koperasi Ukun Rasik An, pada bulan November 1999 lalu. Ide itu bermula untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari seluruh staf Yayasan HAK dan Fokupers, kata Jose Luis, dari Yayasan HAK yang menjabat sebagai pengurus sementara. Setelah kembali dari pengungsian, Yayasan HAK dan Fokupers menerima begitu banyak bantuan logistik dari berbagai organisasi di Indonesia. Di antara mereka adalah Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRuK), Pokastim, dan Fortilos. Dalam perkembangannya, Koperasi Ukun Rasik An tidak saja memenuhi kebutuhan pekerja kedua NGO itu. Tetapi terbuka untuk siapa saja, sesuai Pengurus Baru Koperasi Ukun Rasik An dengan pengertian koperasi sebagai usaha bersama untuk kesejahteraan semua. Pada 7 April lalu, di Kantor Yayasan HAK diselenggarakan Rapat Umum Anggota untuk memilih pengurus baru periode Mei 2001-Mei 2002 dan pertanggungjawaban pengurus sementara. Setelah memilih pimpinan dan wakil sidang, anggota koperasi dibagi per kelompok untuk membahas rancangan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga. Terpilih sebagai pengurus harian adalah Jose Jaquelino (ketua), Maria Barreto (sekretaris), Silvina Soares Tou (bendahara), Abilio Amaral dan Helena de Araujo (anggota). Sementara Jose Luis terpilih sebagai ketua Dewan Pengawas dan Aniceto Guterres Lopes bersama Santina Amaral (anggota).*** Kegiatan RR Baucau Tanggal 5 dan 6 Maret lalu, Tito de Aquino dan Lino Lopes menandatangani surat kontrak dengan Radio Comunidade Lospalos (RCL). Program kerjasama antara RCL dan Yayasan HAK adalah Program Pendidikan Hukum dan Hak Asasi Manusia. Acara diskusi di radio itu dimulai pada 12 Maret. Pada diskusi perdana membahas masalah hukum dan penerapannya selama masa transisi dengan narasumber Basilio Sequiera, jaksa dan Domingos Monteiro, Kepala Kejaksaan Baucau. Pada 29 Maret Rumah Rakyat (RR) Baucau bekerjasama dengan Panitia Konferensi Pembangunan Berkelanjutan di Timor Lorosae menyelenggarakan workshop di Aula St. Yosep Baucau. Konferensi tersebut dihadiri oleh berbagai NGO, OMT, Gereja dan CNRT dari Baucau, Lospalos, dan Viqueque. *** Maaf... Pada Direito edisi No. 13/2001, 19 Maret lalu terdapat kesalahan. Dalam rubrik Serba Serbi: Investigasi RR Baucau tertulis:... karena kerjasama antara terdakwa dengan salah seorang jaksa. Seharusnya jaksa ditulis pengacara. Dengan ini kesalahan telah diperbaiki. Redaksi Bantuan untuk Korban Insiden Viqueque Gereja, CNRT dan UNTAET bertindak sebagai juru damai setelah terjadi konflik di Distrik Viqueque beberapa waktu lalu. Konflik di wilayah itu terjadi akibat perseterusan antara dua perguruan silat, yaitu Kera Sakti dan Setia Hati. A- kibat dari insiden itu dua pemuda tewas dan sejumlah penduduk memilih mengungsi karena merasa tidak aman. Ketika Yayasan HAK memberikan bantuan untuk keperluan sehari-hari untuk para korban, pada akhir Maret lalu, telah mencatat beberapa hal. Setelah terjadi insiden ada sejumlah penduduk yang mengungsi di gereja. Meskipun setiap malam ada CivPol dan PKF Batalyon Jordania yang menjaga, kami tetap saja takut. Karena masih saja ada orang yang terlibat dalam konflik berada di sekitar gereja, kata salah seorang pengungsi. Sampai dengan akhir Maret lalu, terdapat 38 rumah penduduk yang dibakar dan dihancurkan. Sementara 14 kepala keluarga yang rumahnya dibakar memilih tinggal di gunung. Anak-anak sekolah pun masih takut untuk pergi ke sekolah. Banyak pula pengungsi yang setiap hari menengok rumahnya sekadar untuk memberi makan pada binatang peliharaan mereka. Banyak pula di antara pengungsi, termasuk bayi dan anak-anak yang menderita pilek dan diare. *** Direito April

11 Kesempatan Untuk Mendapatkan Keadilan Ami Lian Surat gugatan juga mengutip laporan Komisi Penyelidik Pelanggaran Hak Asasi Manusia (KPP-HAM) yang menyatakan, terjadi pelanggaran yang berlangsung dalam bentuk intimidasi, perendahan martabat dan teror, pengrusakan harta benda, kekerasan terhadap kaum perempuan, dan pengusiran orang yang sistematis dan meluas. Juga ditemukan bukti mengenai terjadinya penghancuran bukti dan keterlibatan TNI dan milisi dalam kekerasan tersebut. Lumintang oleh para pengacara dituduh telah melakukan perbuatan-perbuatan yang merupakan bagian dari pola dan praktek pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis yang dirancang, diperintahkan, dilaksanakan, dan diarahkan dengan partisipasi tergugat dan dijalankan oleh personil militer yang bertindak dengan pengarahan, dorongan atau pengetahuan tergugat. Singkatnya, Johny Lumintang dianggap merupakan salah seorang yang bertanggungjawab atas terjadinya kekerasan di Timor Lorosae tahun Dalam gelombang kekerasan tersebut, para penggugat dan keluarganya telah mengalami pembunuhan kilat (summary killing), penderitaan fisik maupun mental yang luar biasa, perendahan martabat dan derajat, ketakutan yang sangat mendalam, penyiksaan, pemukulan dan serangan lainnya yang merupakan bagian dari kejahatan terhadap umat manusia (crimes against humanity), serta tekanan untuk menimbulkan penderitaan perasaan. Para penggugat dalam kasus ini sebenarnya terpaksa jauh-jauh pergi ke AS untuk mendapatkan keadilan. Mereka bersikap membantu ketika KPP- HAM dari Indonesia menjalankan penyelidikan, dan telah lebih dari setahun menunggu para pelaku kekerasan diadili. Proses di Indonesia dan di Timor Lorosae sangat lambat, sementara Dewan Keamanan PBB, tidak memperlihatkan gejala akan membentuk pengadilan internasional. Gugatan Alien Tort adalah salah satu celah dan merupakan kesempatan untuk mendapatkan keadilan bagi korban. *** Pemerintah Indonesia Menentang Pengadilan In-Absentia Pemerintah Indonesia menentang terhadap pengadilan in-absentia, Letnan Jenderal Johny Lumintang di pengadilan Distrik Washington, AS. Menteri Pertahanan Mahfud M.D. mengatakan, Masyarakat internasional sulit menerima penerapan ekstrateritorial hukum AS terhadap orang yang disangka melakukan pelanggaran hukum di negara lain dari penggugat yang mengaku sebagai korban dan bukan warganegara AS, kepada The Jakarta Post, (6/4). Pengadilan terhadap orang yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi di Timor oleh pengadilan HAM ad hoc yang didukung oleh Komisi Hak Asasi Manusia PBB sedang dijalankan. Berdasarkan 20 berita acara di Kantor Kejaksaan Agung, ia bukan tersangka. Pengadilan yang diselenggarakan a- tas inisiatif East Timor Action Network (ETAN) adalah kampanye untuk mendiskreditkan Indonesia. *** Bukti Pamungkas Tentang Kuasa Teror yang Direncanakan TNI Jenderaljenderal Indonesia merancang kampanye represi dan koersi di Timor dalam suatu upaya habis-habisan untuk mencegah wilayah ini memilih kemerdekaan. Demikian yang terungkap dari surat-surat rahasia militer yang diperoleh The Independent. Dokumen-dokumen ini, yang ditemukan dari gedung-gedung militer oleh para pekerja hak asasi manusia di Dili, memberikan bukti pamungkas pertama, bahwa selama beberapa bulan menjelang referendum PBB mengenai kemerdekaan Timor Lorosae, Agustus tahun lalu, tentara Indonesia melakukan upaya sistematis untuk menggagalkannya. Dokumen-dokumen ini memperlihatkan, bahwa tentara memasok senjatasenjata otomatis kepada kelompokkelompok milisi dan boneka-boneka Jakarta dalam pemerintahan lokal yang menggunakan senjata-senjata tersebut untuk melakukan pembunuhan-pembunuhan selama setengah tahun pertama dua tahun lalu. Bertentangan dengan kesepakatan yang ditandatangani oleh pemerintah mereka di PBB, para perwira di Dili meminta kapal angkatan laut untuk membagikan beras cuma-cuma agar mendukung Indonesia. Akhirnya, setelah menerima kemungkinan kalah, tentara menjalankan rencana untuk evakuasi paksa orang ke Timor Barat, setelah pengumuman hasil pemungutan suara, 78.5% rakyat memilih kemerdekaan. Dokumen-dokumen ini menyebutkan keterlibatan perwira di setiap tingkatan hirarki militer dan akan menambah tekanan bagi pengadilan kejahatan perang. Jenderal Indonesia yang paling berkuasa, Wiranto, terus-menerus menolak seruan pengunduran diri oleh Presiden Abdurrahman, dan meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perpecahan antara tentara dengan pemerintah sipil.*** 11 Direito April 2001

12 Ami Lian Bukti-bukti Kejahatan Lumintang Sidang untuk Kasus Lumintang telah diselenggarakan di ruang sidang Hakim Kessler, pada Gedung Pengadilan Federal AS, lantai 3, Constitution Ave., NW, Washington, DC. Pada hari Selasa, 28 Maret 2000, Jenderal Indonesia Johny Lumintang diberi tahu melalui surat, bahwa sebuah gugatan telah diajukan atas nama enam orang penggugat yang anggota keluarganya dibunuh, atau harta bendanya dihancurkan, atau dilukai, atau dipaksa meninggalkan rumah setelah pemungutan suara 30 Agustus 1999 mengenai kemerdekaan Timor Lorosae. Gugatan hukum ini diajukan oleh Center for Constitutional Rights yang berpusat di New York dan Center for Justice and Accountability yang berpusat di San Francisco. Bukti pertama adalah telegram yang ditandatangani oleh Jenderal Lumintang dan dikirimkan ke panglima militer daerah Mayor Jenderal Adam Damiri dan komandan-komandan lain beberapa jam sebelum dicapainya kesepakatan mengenai penyelenggaraan pemungutan suara mengenai status politik Timor Lorosae ditandatangani PBB pada 5 Mei. Telegram itu memerintahkan para komandan untuk merencanakan tindakan kalau rakyat Timor Lorosae memilih kemerdekaan. Telegram itu berbunyi: Persiapkan rencara keamanan untuk mencegah perang saudara yang meliputi tin- dakan pencegahan (menciptakan kondisi), tindakan polisionil, tindakan represif/koersif, dan rencana mundur/evakuasi kalau opsi kedua yang menang. Segera setelah pemungutan suara, rencana itu dijalankan dan ratusan ribu orang dipaksa meninggalkan rumah karena demi keamanan pergi ke Timor Barat atau pulaupulau lain Indonesia. Surat gugatan tersebut mengutip bukti kedua, yaitu buku petunjuk angkatan darat tahun 1999, yang juga ditandatangani oleh Lumintang.Buku tersebut menyatakan, pelaksana intelijen Kopassus dilatih di bidang propaganda, penculikan, teror, agitasi, sabotase, infiltrasi, operasi penyamaran, penyadapan telepon, intelijen fotografis, dan operasi psikologis. Pelaksana operasi Kopassus terlibat dalam penculikan aktivis-aktivis kemerdekaan Timor Lorosae sebelum dan sesudah pemungutan suara yang mayoritas memilih kemerdekaan. Kutipan dari halaman 35 buku petunjuk yang bertanda RAHASIA adalah: Latihan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan Sandi Yudha TNI- AD yang telah dimiliki dengan cara: a) Mempelajari teori Sandi Yudha TNI-AD di kelas-kelas yang dibuat dan disesuaikan dengan jadwal kegiatan masingmasing yang terdiri dari: 1).Taktik dan Teknik Perang Urat Syaraf 2) TT Propaganda 3) TT Penculikan 4) TT Teror 5) TT Agitasi 6) TT Sabotase 7) TT Infiltrasi 8) TT? 9) TT Penyadapan 10) TT Intelijen Fotografis 11) TT Operasi Psikologis b) Tes tertulis untuk menentukan seberapa jauh anggota telah menangkap pelajaran-pelajaran teori Sandi Yudha yang telah diberikan. c) Praktek lapangan oleh orang/kelompok untuk mempraktekkan teori dan pelajaran Sandi Yudha yang telah diberikan. 3) Penugasan. Semua personil Sandi Yudha TNI-AD punya kesempatan yang sama untuk menerima penugasan khusus di wilayah operasi ini. Penugasan di wilayah operasi akan mendapatkan sarana-sarana yang diperlukan untuk menguji kemampuan Sandi Yudha personil TNI-AD. Bukti-bukti ini yang dibawa East Timor Action Network (ETAN) untuk menggugat kejahatan Lumintang. *** Redaksi Direito Neves, Julio, NK, Lito, Caminha, TI, Moises, Oscar, Julito, Avan, Viana, Edio, Kopral. Diterbitkan atas dukungan:

AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS

AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS Tanggal Embargo: 13 April 2004 20:01 GMT Indonesia/Timor-Leste: Keadilan untuk Timor-Leste: PBB Berlambat-lambat sementara para pelaku kejahatan bebas berkeliaran Pernyataan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT

PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT TUNTUTAN KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN UNTUK MANTAN MENTERI PERTAHANAN INDONESIA, KOMANDAN MILITER TERTINGGI INDONESIA DAN GUBERNUR TIMOR LESTE Resolusi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Sepuluh Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Banyak kesalahpahaman terjadi terhadap Pengadilan Rakyat Internasional. Berikut sepuluh hal yang belum banyak diketahui

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi

Lebih terperinci

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia (Resolusi No. 39/46 disetujui oleh Majelis Umum pada 10 Desember 1984) Majelis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65 Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2000/14

REGULASI NO. 2000/14 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa- Bangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/14 10

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

Pengadilan Internasional bagi Timor-Leste: ide yang tak mau pergi

Pengadilan Internasional bagi Timor-Leste: ide yang tak mau pergi Pengadilan Internasional bagi Timor-Leste: ide yang tak mau pergi Patrick Walsh Austral Policy Forum 09-17B 27 Augustus 2009 Ringkasan: Patrick Walsh, Penasehat Senior untuk Sekretariat Teknik Paska-CAVR,

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2001/11

REGULASI NO. 2001/11 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsabangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2001/11 13

Lebih terperinci

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana.

Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana. Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana. Konstitusi adalah... hukum dasar suatu negara. Konstitusi adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan pada Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.293, 2014 POLHUKAM. Saksi. Korban. Perlindungan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5602) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah Rabu, 28 September 2016, Taryana Hassan, Direktur Riset Krisis dan Bencana di Lembaga Amnesty Internasional

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 3 Perbedaan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia? Menurut hukum internasional, kejahatan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) Tertanggal 16 Desember 1966, Terbuka untuk penandatanganan Ratifikasi dan Aksesi MUKADIMAH Negara-negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright (C) 2000 BPHN UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan pada Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

Tentang Pendirian Kantor Catatan Sipil demi Timor Lorosae

Tentang Pendirian Kantor Catatan Sipil demi Timor Lorosae PERSERIKATAN BANGSA-BANGS Administrasi Transisi Perserikatan Bang bangsa di Timor Lorosae UNTAET NATIONS UNIES Administration Transitoire des Natio Unies in au Timor Oriental UNTAET/REG/2001/3 16 March

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KETUA

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRASI TERKAIT LARANGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Telah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini?

Telah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini? Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus beraksi dalam beberapa bulan terakhir di Papua. Aparat keamanan dan kepolisian jadi sasaran, termasuk warga sipil. Sudah banyak korban yang tewas karenanya, termasuk

Lebih terperinci

UNTAET REGULASI NO. 2002/2 TENTANG PELANGGARAN KETENTUAN BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PRESIDEN PERTAMA

UNTAET REGULASI NO. 2002/2 TENTANG PELANGGARAN KETENTUAN BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PRESIDEN PERTAMA UNITED NATIONS United Nations Transitional Administration in East Timor NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2002/2 5 March 2002 REGULASI NO.

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNOFFICIAL TRANSLATION

UNOFFICIAL TRANSLATION UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN. MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN 26 Juni 2014 No Rumusan RUU Komentar Rekomendasi Perubahan 1 Pasal 1 Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan

UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan Ifdhal Kasim Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) A. Pengantar 1. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc untuk Timor Timur tingkat pertama telah berakhir.

Lebih terperinci

PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

RUU Perlindungan Korban dan Saksi Draft Sentra HAM UI dan ICW, Juni 2001 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

RUU Perlindungan Korban dan Saksi Draft Sentra HAM UI dan ICW, Juni 2001 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG !"#$%&'#'(&)*!"# $%&#'''(&)((* RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERLINDUNGAN KORBAN DAN SAKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 K 182 - Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak 2 Pengantar

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA Republik Indonesia dan Republik Rakyat China (dalam hal ini disebut sebagai "Para

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci