Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
|
|
- Johan Kartawijaya
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GRAND DESIGN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAN INFRASTRUKTUR BERBASIS 5 (LIMA) WILAYAH ADAT DI PROVINSI PAPUA Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
2 MASALAH-MASALAH POKOK PEMBANGUNAN PAPUA 1. Masalah kemiskinan (absolut dan relatif) 2. Masalah kependudukan dan ketenagakerjaan (pertumbuhan alamiah, kesehatan, pendidikan, produk tivitas SDM rendah, dan pengangguran) 3. Masalah keterbatasan infrastruktur (fisik, ekonomi, dan sosial) 4. Masalah kelembagaan (aturan main & organisasi; formal dan informal)
3 FAKTA PAPUA POTENSI SUMBERDAYA ALAM SANGAT KAYA DAN KAYA AKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI FLORA JENIS, MAMALIA 164 JENIS, REPTIL/AMFIBI 329 JENIS, BURUNG 650 JENIS, IKAN AIR TAWAR 250 JENIS, IKAN LAUT 1200 JENIS, SERANGGA 150 JENIS YANG TERJADI KEMISKINAN KEBODOHAN KETERISOLASIAN KETERTINGGALAN KETERBELAKANGAN KETIDAKADILAN KEMATIAN Sumber: Pemda Papua, 2014
4 PENDEKATAN PEMBANGUNAN YANG BERSIFAT ENDOGENOUS pendekatan pembangunan berbasis lokal (endogenous development approach) berkembang pada awalnya di Eropa, Amerika Utara, dan Jepang pada pertengahan 1970-an upaya untuk menciptakan model pertumbuhan ekonomi berbasiskan komunitas (community-based economic growth) lebih bersifat bottom-up
5 PEMBANGUNAN YANG ENDOGENOUS DAN INSTITUSI Vásquez-Barquero (2005): pembangunan endogen berkaitan dengan proses akumulasi modal pada suatu wilayah tertentu (specific localities) dengan memperhatikan kapasitas wilayah dalam penyebaran inovasi ke seluruh sistem produksi lokal dan peran yang dimainkan oleh sistem inovasi lokal. Oleh karena itu, efisiensi penggunaan potensi lokal sangat ditentukan oleh bagaimana bekerjanya institusi. North (1990, 1994): proses pembangunan tidak terpisah dan memiliki akar kelembagaan dan budaya yang kuat. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi harus harus memperhatikan kekuatan sistem kelembagaan dari suatu wilayah.
6 PRINSIP IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN berorientasikan kepada komunitas (community oriented) berbasiskan pada sumberdaya komunitas (community s resourcesbased) dikelola komunitas (community managed)
7 METODOLOGI KONVENSIONAL Pola dan Struktur Perekonomian Regional-Tipologi Klasen Permintaan Agregat Regional Y=C+I+G+(X-M) Produksi Agregat Regional Y=ΣVA Stabilitas Perekonomian Regional Deflator PDRB Nominal/Riil Pergeseran Perekonomian - SS Sektor Basis - LQ k. Transfer Konsumen (TR) l. Pajak Konsumen (TA) Rumah Tangga Pemerintah / Internasional a. Output Barang dan Jasa b. Pengeluaran konsumsi Keseimbangan Makroekonomi Regional: Y C+I+G+(X-M) g. Pengeluaran Pemerintah (G) h. Pajak Produsen (TA) i. Transfer Produsen (TR) Produsen Angka Pemganda Output Regional 1/(1-c) Efisiensi Investasi Regional ICOR I/ΔY Kemiskinan Regional e. Tabungan (S) c. Balas jasa faktor produksi d. Faktor Produksi Bank f. Investasi (I) Kapasitas Keuangan Regional APBD/PDRB Pemerataan Pendapatan Sektoral Distribuasi Pendapatan Gini Ketenagakerjaan Regional Keterbukaan Ekonomi Regional (X+M)/Y
8 Transformasi Ekonomi Papua 25 PDRB Dengan Pertambangan Rp. Triliun Pertambangan & Penggalian Konstruksi Trasportasi & Komunikasi PDRB Tanpa Pertambangan Pertanian Jasa-Jasa PHR* Transformasi ditandai dengan semakin meningkatnya peran sektor ekonomi nonpertambangan Utilitas*** Industri Olahan KPJP** Catatan: Berdarkan Harga Konstan (ADHK=2000) * PHR : Perdagangan, Hotel, dan Resotran **KPJP : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ***Utilitas : Listrik, Gas, dan Air Bersih
9 Perspektif Swasta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Papua: pembangunan berbasis komoditas unggulan daerah - lima Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE) wilayah adat yakni KPE Anim Ha, KPE La Pago, KPE Mamta, KPE Saireri, dan KPE Mee Pago. Wilayah Adat Mee Pago dan La Pago komoditas unggulan: kopi, buah merah, tanaman pangan dan hortikultura, ternak dan makanan olahan berbahan baku daging. Wilayah Adat Anim Ha komoditas unggulan: berupa karet, sagu, tebu, padi, jagung, perikanan, ternak sapi, ayam dan olahan berbahan baku daging. Wilayah Adat Mamta komoditas unggulan: kelapa sawit, coklat, sagu, buah merah, ternak sapi, ayam dan pakan ternak. Wilayah Adat Saireri komoditas unggulan: berupa perikanan dan kelautan, kelapa, sagu dan pariwisata berbasis alam dan budaya.
10 PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS KOMODITAS WILAYAH ADAT (COMMODITY CULTURE AREA BASED DEVELOPMENT) A. KPE ANIM HA Sektor industri pariwisata budaya, pertanian & perkebunan terpadu, perikanan & peternakan B. KPE LA PAGO Sektor industri, pariwisata budaya & alam, perkebunan, peternakan & pertanian hortikultura C. KPE MAMTA Sektor industri, Perkebunan & pariwisata D. KPE SAERERI Sektor industri, pariwisata, jasa, perikanan & perkebunan E. KPE MEE PAGO Sektor pertambangan, industri & perkebunan 10
11 Pengembangan Wilayah Adat Ha Anim (Merauke, Asmat, Mappi, Boven Digul + Mimika) Kawasan Komoditas Unggulan Potensi lahan padi 48,3 ribu Ha (2011) Merauke Boven Digul Asmat Kawasan MIFEE (PADI ha); PERIKANAN ( ton), Minyak Kayu Putih, KELAPA, Peternakan Sapi ( ekor) KARET (1.318 Ha) PERIKANAN (5.899 ton), SAGU Mappi KARET (2.997 Ha) Mimika KEPITING, SAGU, PERIKANAN, DAN TAMBANG
12 Pengembangan Wilayah Adat Mamta (Kota & Kab. Jayapura, Keerom, Sarmi dan Mamb-Ra) Kawasan Komoditas Unggulan Keerom KELAPA SAWIT, KAKAO Jayapura (Kab/Kota) Sarmi KAKAO(13.342), DAN PARIWISATA KELAPA DALAM (361 Ha) Mamberamo Raya SAGU ( HA), PISANG
13 Pengembangan Wilayah Adat Lapago (Peg. Bintang, Jayawijaya, Lanny Jaya Yahukimo, Tolikara, Yalimo, Nduga) Kawasan Komoditas Unggulan Peg. Bintang Jayawijaya Lanny Jaya Yahukimo Tolikara Yalimo Nduga KOPI (434 Ha), UBI JALAR(13,332 HA) KOPI Ha), UBI JALAR ( ), BUAH MERAH, TERNAK BABI BUAH MERAH, KOPI (1.070 Ha), SARANG SEMUT KOPI (581 HA), UBI JALAR(81,891 HA00000), BUAH MERAH KOPI (246 Ha), BUAH MERAH GAHARU KOPI (306 HA)
14 Pengembangan Wilayah Adat Saireri (Biak Numfor, Kep. Yapen, Waropen, Supiori) Kawasan Komoditas Unggulan Biak Numfor Kopi (434 Ha), Kelapa Dalam (3.623 ha), Perikanan laut dalam, rumput laut Kep. Yapen Coklat (1.971 ha), Perikanan (6.618 ton), rumput laut Waropen Kelapa dalam (4.766 Ha) Supiori Perikanan (4.667 ton), Rumput Laut
15 Fakta, Strategi dan Cita-cita Setiap pengembangan produk harus dapat memberikan economic value created (surplus produsen dan surplus konsumen) Mengapa Propinsi Papua harus berpikir out of the box paradigma konvensional? Price, P A A Supply S, (MC) Supply S, (MC ) Papua Bangkit, Mandiri, Sej ahtera P* CS=WTP- P* E E Value-Created = CS+ PS PS=P*- MC Demand D, (WTP ) B Demand D, (WTP) Fakta: 7K B Endogenous Quantity, Q growth
16 7 Langkah Strategis 7. Penguatan kelembagaan 3. Penyelesaian aksebililitas wilayah antar moda transportasi dalam membangun pusat logistik Papua terutama antar pantai dan wilayah pegunungan untuk penurunan kemahalan harga 4. Membangun perwilayahan komoditas unggulan berbasis 5 wilayah untuk peningkatan ketahanan ekonomi/security income masyarakat Papua 5. Pengembangan SDM dan Iptek untuk mendorong peningkatan peningkatan nilai tambah ekonomi daerah berbasis 5 wilayah adat 6. Pembangunan kawasan industri untuk peningkatan nilai tambah produksi daerah dalam konsep tanam, petik, olah, jual di masing-masing wilayah adat 1. Penyelesaian sinkronisasi regulasi pusat dengan UUD OTSUS (perdasus dan perdasi) 2. Penyelesaian konflik Hak Tanah Ulaya dengan menjadikan tanah sebagai aset ekonomi masyarakat
17 KESIMPULAN 1. Provinsi Papua mengalami permasalahan 7K yaitu Kemiskinan, Kebodohan, Keterisolasian, Ketertinggalan, Keterbelakangan, Ketidakadilan, dan Kematian. Untuk itu, diperlukan langkah taktis yang terintegrasi di segala bidang supaya permasalahan tersebut dapat teratasi sehingga Papua mampu mencapai target pembangunan pada tahun Papua memiliki potensi yang besar, terutama sumber daya alam, yang dapat dikembangkan untuk memberikan eksternalitas positif bagi masyarakat lokal. Namun demikian, terjadi bottleneck di berbagai bidang pembangunan seperti SDM, infrastruktur, teknologi, maupun kelembagaan. Grand Design Percepatan Pembangunan Kawasan Papua berupaya menghasilkan dekripsi yang cukup lengkap mengenai kondisi Provinsi Papua untuk menghasilkan rekomendasi yang mampu mempercepat proses pembangunan di Provinsi Papua.
18 KESIMPULAN 3. Kawasan adat memiliki peran penting dalam pembangunan karena kebudayaan masyarakat setempat yang masih menjunjung tinggi adat istiadat lokal. Kesesuaian institusi formal dan informal menjadi dasar pelaksanaan proses pembangunan yang bermanfaat dan tepat sasaran. 4. Keunikan kondisi di Papua dibandingkan wilayah Indonesia lainnya, menyebabkan penggunaan indikator keberhasilan pembangunan konvensional perlu didukung dengan indikator pembangunan lainnya. 5. Akibat kondisi kehidupan masyarakat Papua yang sebagian besar masih subsisten, dan biaya transportasi yang mahal, jalan menuju perekonomian dengan mekanisme pasar masih membutuhkan waktu yang panjang. Perlu adanya perlakuan khusus, seperti proteksi dan intervensi/peran pemerintah.
19 REKOMENDASI 1. Penyelesaian masalah aksesibilitas antar wilayah moda transportasi dalam membangun pusat logistik di Papua. Untuk itu perlu dibangun berbagai fasilitas dan infrastruktur transportasi yang efisien, seperti kereta api, jalan, dan pelabuhan. 2. Terkait dengan rekomendasi di atas, untuk menekan indeks kemahalan konstruksi (IKK) di Pegunungan Tengah, perlu dibangun jalur kereta api yang menghubungkan Timika dengan wilayah Pegunungan Tengah 3. Pengembangan pariwisata (Danau Sentani, Pegunungan) masih memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan dan memberikan nilai tambah bagi rakyat Papua. 4. Membangun perwilayahan komoditas unggulan berbasis 5 wilayah adat untuk peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat papua. 5. Pengembangan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong peningkatan nilai tambah ekonomi daerah berbasis 5 wilayah adat. 6. Pembangunan kawasan industri untuk peningkatan nilai tambah produksi daerah dalam konsep tanam, petik, olah, jual di masing-masing 5 wilayah adat. Khusus untuk hasil pertambangan, potensi nilai tambah pertambangan di Timika dapat ditingkatkan dengan membangun smelter, pembangunan PLTA
20 REKOMENDASI 6. Untuk mendukung percepatan pembangunan di kawasan Papua perlu dilaksanakan capacity building yang komprehensif untuk lembaga pemerintah, masyarakat, dan adat. 7. Perlunya pendampingan pada kegiatan ekonomi rakyat yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat Papua. 8. Penyelesaian konflik hak tanah ulayat dengan menjadikan tanah sebagai aset ekonomi masyarakat adat. Perlu adanya peraturan agraria khusus untuk wilayah Papua. 9. Perlu adanya lembaga khusus yang dapat menjembatani permasalahan antar wilayah adat, terkait dengan hak ulayat. Dalam hal ini diperlukan kerja sama antara masyarakat adat dan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan hak wilayah adat di Papua. 10. Penetapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dapat mendorong pengembangan potensipotensi ekonomi yang ada di Papua. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengikutsertakan BUMN/BUMD dalam pemasaran hasil-hasil produk Papua di pasar yang lebih luas.
21 REKOMENDASI 11.Penyelesaian sinkronisasi regulasi pusat dengan daerah 12.Penguatan kelembagaan Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Papua (BP2KP) dalam rangka melancarkan program percepatan pembangunan berbasis wilayah adat.
22 No Wilayah Adat Matriks Kebutuhan Komoditas Unggulan Kebutuhan Komoditas Unggulan 1 Saireri Biak Numfor: Kopi (434 Ha), Kelapa Dalam (3.623 Ha), Perikanan Laut Dalam, Rumput Laut Kep. Yapen: Coklat (1.971 Ha), Perikanan (6.618 Ton), Rumput Laut Waropen: Kelapa Dalam (4.766 Ha) Supiori: Perikanan (4.667 Ton), Rumput Laut 2 Mamta Keerom: Kelapa Sawit, Kakao Jayapura (Kab/Kota): Kakao(13.342), Dan Pariwisata Sarmi: Kelapa Dalam (361 Ha) Mamberamo Raya: Sagu ( Ha), Pisang 3 Mipago Puncak Jaya: Kopi (334 Ha), Karet (334 Ha) Dogiyai: Kopi, Ubi Jalar Nabire: Jeruk, Ternak Babi Intan Jaya: Gaharu Paniai: Kopi(1.245 Ha), Ubi Jalar
23 Matriks Kebutuhan Komoditas Unggulan No Wilayah Adat Kebutuhan Komoditas Unggulan 4 Lapago Peg. Bintang: Kopi (434 Ha), Ubi Jalar(13,332 Ha) Jayawijaya: Kopi Ha), Ubi Jalar ( ), Buah Merah, Ternak Babi Lanny Jaya: Buah Merah, Kopi (1.070 Ha), Sarang Semut Yahukimo: Kopi (581 Ha), Ubi Jalar(81,891 Ha00000), Buah Merah Tolikara: Kopi (246 Ha), Buah Merah Yalimo: Gaharu Nduga: Kopi (306 Ha) 5 Haanim Merauke: Kawasan MIFEE (PADI Ha); PERIKANAN ( Ton), Minyak Kayu Putih, KELAPA, Peternakan Sapi ( Ekor) Boven Digul: KARET (1.318 Ha) Asmat: PERIKANAN (5.899 Ton), SAGU Mappi: KARET (2.997 Ha) Mimika: KEPITING, SAGU, PERIKANAN, DAN TAMBANG
24 Matriks Kebutuhan Program Komoditas Unggulan No Kawasan Adat Rencana Pengembangan SDM 1 Anim Ha Padi 1. Intensifikasi Dan Ekstensifikasi Sawah; 2. Peningkatan Sarana Dan Prasarana Produksi (Jalan Usahatani; Jalan Produksi; Sarana Pengairan/Irigasi) 3. Pembangunan Rice Mill Unit (Rmu); 4. Pengembangan Pemasaran (Regulasi Tata Niaga Beras); 5. Pengembangan Plta/Energi Terbarukan; 6. Pembinaan Dan Pendampingan; 7. Optimalisasi Kredit Usaha Tani/Skim Kredit; 8. Penyediaan Saprodi (Bibit; Pupuk; Obat-Obatan) 9. Pengembangan Balai Benih Padi; 10. Pemetaan Alih Fungsi Lahan Dan Pemetaan Hak Ulayat/Sertifikasi Hak Ulayat Pendukung : 1. Pembangunan Terminal Agribisnis Di Serapu 2. Pembangunan Pelabuhan Serapu; 3. Pengembangan Kawasan Terpadu Mandiri Salor; 4. Pembangunan Situ/Bendali/Embung; 5. Pembangunan Power Plann Energi Terbarukan;
25 No Kawasan Adat Matriks Kebutuhan Program Komoditas Unggulan Rencana Pengembangan SDM Anim Ha Karet : 1. Rehabilitasi; Intensifikasi Dan Ekstensifikasi Kebun; 2. Peningkatan Sarana Dan Prasarana Produksi (Jalan Usahatani; Jalan Produksi); 3. Pembangunan Industri Olahan Karet (Bahan Mentah S.D Bahan 4. Penguatan Kelembagaan Koperasi Pekebun Karet; 5. Pembangunan Balai Riset Dan Sertifikasi Produk Karet; 6. Pembangunan Pusat Kebun Bibit Karet; Pendukung : 1. Pemetaan Alih Fungsi Lahan; 2. Regulasi Tata Niaga Karet; 3. Pembangunan Plta/Energi Alternatif Lain; 4. Penyediaan Air Bersih; 5. Pengembangan Pelabuhan Ekspor Muara Digoel (Pulau Dua);
26 Matriks Kebutuhan Program Komoditas Unggulan No Kawasan Adat Rencana Pengembangan SDM 2 La Pago (Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Lanny Jaya, Yahukimo, Tolikara, Yalimo, Nduga) Kopi : 1. Rehabilitasi, Intensifikasi Dan Ekstensifikasi Kebun Kopi; 2. Pembentukan Badan Riset Kopi Daerah; 3. Sarana Dan Prasarana Pendukung; 4. Introduksi Teknologi Pengolahan (Kopi Bean; Bubuk; Packaging) 5. Fasilitasi Permodalan (Skim Kredit; Bumd/Bumn/Swasta) Dan Pasar; 6. Peningkatan Kapasitas Petani Kopi (Pembinaan Dan Pendampingan); 7. Pembangunan Sentra Industri Pengolahan Kopi 8. Pembinaan Dan Pendampingan; 9. Sertifikasi Informasi Geologis (Hak Pada Petani) Buah Merah: 1. Pembukaan Kebun Baru 2. Pembentukan Badan Riset Buah Surga Daerah; 3. Sarana Dan Prasarana Pendukung; 4. Introduksi Teknologi Pengolahan (Buah Surga : Juice; Cream; Sabun; Permen Dsb) 5. Fasilitasi Permodalan (Skim Kredit; Bumd/Bumn/Swasta) Dan Pasar; 6. Pelatihan Budidaya Buah Surga; 7. Pembangunan Sentra Industri Pengolahan Buah Surga; 8. Pembinaan Dan Pendampingan;
27 Matriks Kebutuhan Program Komoditas Unggulan No Kawasan Rencana Pengembangan SDM Adat 3 Mamta Kakao (Jayapura, 1. Rehabilitasi; Intensifikasi Dan Ektensifikasi Kebun Rakyat; Keerom, 2. Pembentukan Badan Riset Kakao Daerah; Sarmi, 3. Revitalisasi Kebun Bibit Kakao Besum Mamberam 4. Introduksi Teknologi Pengolahan (Fermentasi; Bubuk Coklat; Pasta) o Ra) 5. Fasilitasi Permodalan (Skim Kredit; Bumd/Bumn/Swasta) Dan Pasar; 6. Peningkatan Kapasitas Petani (Pembinaan Dan Pendampingan); 7. Pembangunan Sentra Industri Pengolahan Kakao Pariwisata Danau Sentani 1. Peningkatan Infrastruktur Jalan; Jalan Produksi; Jalan Usahatani Dan Transportasi Danau 2. Peningkatan Penyerapan Skim Kredit Usaha Tani 3. Pengembangan Plta ; 4. Penyediaan Air Bersih Di Kawasan Wisata; 5. Pemetaan Hak Ulayat Di Kawasan Pengembangan Kakao Dan Pariwisata Danau Sentani; 6. Penyelesaiaan Alih Fungsi Lahan; 7. Pengembangan Dan Peningkatan Blk; Smk Pertanian Dan Pariwisata
28 Matriks Kebutuhan Program Komoditas Unggulan No Kawasan Adat Rencana Pengembangan SDM 4 Saereri (Biak Numfor, Yapen, Waropen, Supiori) Pariwisata Maritim Dan Sejarah 1. Rencana Induk Pengambangan Pariwisata Maritim Dan Sejarah 2. Penataan Daerah Tujuan Obyek Wisata; 3. Promosi Dan Pemasaran Wisata; 4. Sarana Dan Prasarana Pendukung; 5. Pengembangan Kampung Wisata; 6. Pembinaan Dan Pendampingan; Perikanan Tangkap : 1. Penyediaan Armada Dan Sarana Tangkap 5-10 Gt; 2. Pembangunan Pelabuhan Pendaratan Ikan; Pasar Pelelangan Ikan; 3. Pengembangan Budidaya Ikan Hias; 4. Pembangunan Kawasan Industri Minapolitan; 5. Fasilitasi Permodalan (Perorangan/Kelompok/Koperasi); 6. Peningkatan Kapasitas Sdm (Aparatur Dan Nelayan) Sektor Pendukung : 1. Pembangunan Spbu Nelayan; 2. Penyediaan Listrik (Energi Alternatif/Terbarukan); 3. Pembangunan Sarana Air Bersih Dan Pengolahan Air Bersih
29 Matriks Kebutuhan Program Komoditas Unggulan No Kawasan Adat Rencana Pengembangan SDM 5 Mee Pago (Puncak Jaya, Nabire, Paniai, Dogiyai, Puncak, Mamberamo Tengah, Deyai, Intan Jaya) Kopi; Tanaman Pangan: 1. Rehabilitasi, Intensifikasi Dan Ekstensifikasi Kebun Kopi; 2. Pembentukan Badan Riset Kopi Daerah; 3. Sarana Dan Prasarana Pendukung; 4. Introduksi Teknologi Pengolahan (Kopi Bean; Bubuk; Packaging) 5. Fasilitasi Permodalan (Skim Kredit; Bumd/Bumn/Swasta) Dan Pasar; 6. Peningkatan Kapasitas Petani Kopi (Pembinaan Dan Pendampingan); 7. Pembangunan Sentra Industri Pengolahan Kopi 8. Pembinaan Dan Pendampingan; 9. Sertifikasi Informasi Geologis (Hak Pada Petani) Mendukung Ekspor Hortikultura : 1. Rehabilitasi, Intensifikasi Dan Ekstensifikasi Kebun; 2. Sarana Dan Prasarana Pendukung (Jalan Usaha Tani; Jalan Produksi; Pengarian Dsb; 3. Introduksi Teknologi Pengolahan Buah Dan Sayur 4. Fasilitasi Permodalan (Skim Kredit; Bumd/Bumn/Swasta) Dan Pasar; 5. Peningkatan Kapasitas Petani (Pembinaan Dan Pendampingan); 6. Pembangunan Sentra Industri Pengolahan Buah 7. Pembinaan Dan Pendampingan; 8. Fasilitasi Pemasaran;
30 Matriks Kebutuhan Program Komoditas Unggulan No Kawasan Adat Rencana Pengembangan SDM Mee Pago (Puncak Jaya, Nabire, Paniai, Dogiyai, Puncak, Mamberamo Tengah, Deyai, Intan Jaya) Pariwisata (Danau Paniai dan Wisata Pegunungan) 1. Peningkatan Infrastruktur Jalan dan Telekomunikasi; 2. Penyediaan Air Bersih Di Kawasan Wisata; 3. Pemetaan Hak Ulayat; 4. Pengembangan Dan Peningkatan BLK dan SMK Pariwisata
31 Matriks Kebutuhan Infrastruktur No Wilayah Adat Kebutuhan Infrastruktur 1 Saereri A. Memperpajang penyelesaian pembanunan tujuh ruas jalan penunjang Kawasan Ekonomi Teluk Youtefa (Saereri), yaitu: 1. ruas jalan Menawi-Sumberbaba, sepanjang 40 km; 2. ruas jalan Serui-Ansus, sepanjang 71,5 km; 3. ruas jalan Botawa-Sumiangga, sepanjang 21 km; 4. ruas jalan Koweda-Botawa, sepanjang 18 km; 5. ruas jalan Biak-Adibai-Marau/Bosnik, sepanjang 19,45 km; 6. ruas jalan Duber-Sorendoweri-Korido; 7. dan ruas jalan Serui-Menawi-Saubeba yang dibiyaia dari sumber dana APBN. B. Mempercepat penyelesaian pembangunan transportasi perhubungan darat, laut, dan udara, yang terdiri dari: 1. pengembangan Bandara Internasional Frans Kaisepo; 2. pengembangan Pelabuhan Internasional Biak; 3. pengembangan Bandara Botawa di Kabupaten Waropen; 4. dan pengembangan Bandara Kamanap di Serui. C. Mempercepat pembangunan infrastruktur air bersih, listrik, dan telekomunikasi, yaitu: 1. pengembangan air bersih DAS Biak Utara dan Supiori; 2. PLTA Supiori; 3. PLTA Urfu di Kabupaten Biak; 4. Sejumlah PLTS yang tersebar di berbagai tempat; 5. dan pengembangan telekomunikasi Palapa Ring.
32 Matriks Kebutuhan Infrastruktur No Wilayah Kebutuhan Infrastruktur Adat 2 Mamta A. Mempercepat penyelesaian pembangunan 8 ruas jalan penunjang Kawasan Ekonomi Jayapura (Mamta), yang terdiri dari: 1. ruas jalan Ring Road Jayapura, sepanjang 41 km; 2. ruas jalan Arso XIV-Sawia-Kwaja, sepanjang 60 km; 3. ruas jalan Berap-Nimbontong-Lereh-Tengon, sepanjang 82,56 km; 4. ruas jalan Kemiri-Dedapre, sepanjang 24 km; 5. ruas jalan Depapre-Bokrang yang dibiayai APBN; 6. dan ruas jalan Jayapura-Wamena-Mulia yang juga dibiayai APBN. B. Mempercepat pembangunan infrastruktur air bersih, listrik, dan telekomunikasi yang terdiri dari: 1. pengembangan air bersih Danau Sentani; 2. PLTA Mamberamo; 3. PLTA Genyem; 4. PLTA Hotekamp; 5. PLTS yang tersebar di berbagai tempat; 6. dan pengembangan telekomunikasi Palapa Ring. C. Mempercepat pembangunan transportasi perhubungan darat, udara, dan laut, yang terdiri dari: 1. pengembangan Bandara Internasional Sentani; 2. pengembangan Pelabuhan Peti Kemas Depapre; 3. pembangunan Terminal Tipe A di Kota Jayapura; 4. dan pengembangan Terminal Tipe B di Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, dan Kota Jayapura. Di wilayah ini, pengembangan infrastruktur menghadapi beberapa kendala, yaitu: 1. kontribusi dana APBN dan APBD provinsi untuk prasarana fisik sangat kecil sehingga pembangunannya menjadi lambat; 2. permasalahan hak ulayat yang menuntut penyelesaian segera; 3. dan peningkatan jalan menuju Pelabuhan Depepre yang sampai saat ini masih belum ada perkembangan.
33 Matriks Kebutuhan Infrastruktur No Wilayah Adat Kebutuhan Infrastruktur 3 Mipago dan Lapago A. Mempercepat pembangunan infrastruktur listrik, air bersih, dan telekomunikasi yang terdiri dari: 1. pengembangan air bersih DAS Baliem; 2. pengembangan energi listrik dengan mengembangkan PLA Urumuka, PLTA Baliem, PLTMH yang tersebar di berbagai tempat, dan PLTS yang tersebar di berbagai tempat; 3. dan pengembangan telekomunikasi Palapa Ring. B. Pembangunan transportasi perhubungan darat, udara, dan laut yang terdiri dari: 1. pengem bangan Bandara Internasional Moses Kilangin, 2. pengembangan Pelabuhan Pomako Timika; 3. pengembangan Bandara Wamena; 4. pengembangan Bandara Dekai; 5. pengembangan Dermaga Kenyam; 6. dan pengembangan Dermaga Suru-suru. C. Mempercepat penyelesaian lima ruas jalan menuju Kawasan Ekonomi Timika (Mipigo) yang terdiri dari: 1. ruas jalan Logistric Centre-Power Station, sepanjang 33 km; 2. ruas jalan Timika-Mapurujaya-Pomako yang dibiayaai dengan APBN; 3. ruas jalan Timika-Kapiraya, sepanjang 110 km; 4. ruas jalan Nabire-Waghete-Enarotali yang dibiyayai dengan APBN; 5. ruas jalan Timika-Potwayburu-Enarotali yang juga dibiayai dengan APBN. D. Mempercepat penyelesaian pembangunan enam ruas jalan menuju Kawasan Ekonomi Lapago (Jayawijaya) yang terdiri dari: 1. ruas jalan Pasir Putih-Nduga-Kenyam-Habema-Wamena, sepanjang 210 km; 2. ruas jalan Jayapura-Senggi-Tengon-Elelim-Wamena, sepanjang 576,17 km; 3. ruas jalan Waropko-Kawor-Iwur-Oksibil, sepanjang 275,6 Km; 4. ruas jalan Dekai-Oksibili yang dibiayai dengan APBN; 5. dan ruas jalan Jayapura-Wamena yang juga dibiayaai dengan APBN. E. Mempercepat daerah irigasi Nabire yang terdiri dari: 1. pengembangan jaringan irigasi, 2. dan pengembangan pertanian. Pembangunan renewable energy based industry seperti PLTA menjadi fokus utama dalam pengembangan infrastruktur energi. PLTA yang sedang dibangun adalah PLTA Genyem, PLTA Urumuka, dan PLTA Kapiraya. PLTA Urumuka berada di Sungai Urumuka di Distrik Mimika yang memanfaatkan sumber air dari Danau Paniai, Danau Tage, dan Danau Tigi.
34 Matriks Kebutuhan Infrastruktur No Wilayah Adat Kebutuhan Infrastruktur 4 Haanim A. Mempercepat penyelesaian pebangunan enam ruas jalan penunjang Kawasan Ekonomi Merauke (Haanim) yang terdiri dari: 1. ruas jalan Kuprik-Jagebob-Erambu, sepanjang 134 km; 2. ruas jalan Batas Kota Merakue-Kube-Bian-Okaba, sepanjang 68 km; 3. ruas jalan Okaba-Bade, sepanjang 170 km; 4. ruas jalan Lingkar Kimaam-Tabonji-Waan, sepanjang 300 km; 5. ruas jalan Merauke-Waropko yang dibiayaai dengan APBN; 6. dan ruas jalan Salor-Okaba-Bade yang juga dibiayaai dengan APBN. B. Mempercepat pembangunan transportasi perhubungan darat, udara, dan laut yng terdiri dari: 1. pengembangan Bandara Internasional Mopah; 2. dan pengembangan Pelabuhan Wanam. C. Mempercepat pembangunan jaringan irigasi rawa di Merauke yang terdiri dari: 1. pembangunan long storage, 2. dan pembangunan bendungan serta embung. C. Mempercepat pembangunan infrastruktur air bersih, listrik, dan telekomunikasi yang terdiri dari: 1. pengembangan air bersi di Kali Maro; 2. Pembangkit Listrik Tenaga Ombak; 3. PLTS Makro; 4. dan pengembangan Palapa Ring.
35 Matriks Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia No Kawasan Adat Rencana Pengembangan SDM 1 Anim Ha (Merauke, Boven Digul, Asmat, Mappi, Mimika) a. Pembinaan dan pendampingan petani dan peternak dalam hal memberikan pengetahuan dasar dan lanjut pengelolaan ternak dan tanaman pangan (khususnya padi) a. Tujuan: i. meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja petani dan peternak ii. mengurangi potensi gagal panen iii. meningkatkan hasil panen padi maupun hasil ternak b. Optimalisasi kredit usaha tani/ternak dengan pembinaan dan pendampingan petani dan peternak dalam hal memberikan pengetahuan dasar pengelolaan keuangan dan akuntansi a. Tujuan: i. Meningkatkan efektivitasn dan efisiensi kredit yang telah disalurkan ii. Mengurangi potensi kredit macet iii. Meningkatkan kesadaran penggunaan kredit dan mengarahkan penggunaan kredit untuk kepentingan produktif (usaha) c. Penyediaan dan Pengembangan SDM untuk Pengembangan Balai Benih Padi a. Pengiriman lulusan SLTA dari lima kabupaten wilayah adan Anim Ha untuk kuliah di Fakultas Pertanian untuk mendapatkan pengetahuan pembibitan dan pembenihan padi. b. Mengirimkan staf Balai Benih Padi untuk belajar/studi banding ke balai benih padi lain di Indonesia, termasuk balai benih padi tingkat ASEAN di Los Banos Filipina.
36 Matriks Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia No Kawasan Adat Rencana Pengembangan SDM Anim Ha (Merauke, Boven Digul, Asmat, Mappi, Mimika) d. Penyediaan dan Pengembangan SDM untuk Pusat Pembibitan Ternak Sapi a. Pengiriman lulusan SLTA dari lima kabupaten wilayah adan Anim Ha untuk kuliah di Fakultas Peternakan untuk mendapatkan pengetahuan pembibitan Ternak Sapi b. Mengirimkan staf Pusat Pembibitan Ternak Sapi untuk belajar/studi banding ke pembibitan ternak sapi lain di Indonesia dan dunia e. Penyediaan dan Pengembangan SDM untuk Klinik Hewan dan Laboratorium Serta Pos Inseminasi Buatan a. Pengiriman lulusan SLTA dari lima kabupaten wilayah adan Anim Ha untuk kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan untuk mendapatkan pengetahuan kedokteran hewan dan inseminasi buatan b. Mengirimkan staf Klinik Hewan dan Laboratorium Serta Pos Inseminasi Buatan untuk belajar/studi banding ke pembibitan ternak sapi lain di Indonesia dan dunia f. Peningkatan kapasitas petani dan peternak lewat pelatihan dan magang di peternakanpeternakan besar di Indonesia dan dunia (Australia dan New Zealand) a. Tujuan: i. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan praktis pengelolaan ternak dan peternakan, bukan sekedar teori, yang dapat segera diaplikasikan ii. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan praktis pengembangan kebun hijau sebagai sumber pakan ternak agar pengembangan peternakan diikuti dengan pengembangan produksi pakan ternak lokal sehingga peternak nantinya tidak tergantung dengan pakan ternak dari luar wilayah adat.
37 Matriks Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia No Kawasan Adat Rencana Pengembangan SDM Anim Ha (Merauke, Boven Digul, Asmat, Mappi, Mimika) g. Penguatan SDM koperasi di wilayah adat ini untuk mengelola hasil panen padi, ternak, maupun karet secara mandiri sehingga tidak tergantung dengan tengkulak ataupun rentenir a. Dilakukan dengan pengiriman SDM untuk kuliah di Fakultas Ekonomi di universitas terkemuka di Indonesia untuk belajar pengelolaan koperasi b. Dilakukan dengan pelatihan dan pemagangan SDM di Koperasi unggulan di Indonesia untuk mendapatkan pengalaman praktis, bukan hanya teori, yang dapat diaplikasikan segera h. Penyediaan dan pengembangan SDM lokal untuk Balai Riset dan Sertifikasi Produk Karet, dan Pusat Kebun Bibit Karet a. Pengiriman lulusan SLTA dari lima kabupaten wilayah adan Anim Ha untuk kuliah di ke Fakultas Pertanian untuk mendapatkan pengetahuan pengembangan kebun karet dan hasil kebun karet b. Mengirimkan staf Balai Riset dan Srtifikasi Produk Karet, dan Pusat Kebun Bibit Karet untuk belajar/studi banding/magang ke balai riset perkebunan lain di Indonesia i. Pembangunan dan peningkatan Balai Latihan Kerja di Marauke j. Pembangunan Politeknik Agroindustri di Timika
38 Matriks Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia No Kawasan Adat Rencana Pengembangan SDM 2 La Pago (Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Lanny Jaya, Yahukimo, Tolikara, Yalimo, Nduga) a. Penyediaan dan pengembangan SDM lokal untuk Badan Riset Kopi Daerah a. Pengiriman lulusan SLTA dari lima kabupaten wilayah adan La Pago untuk kuliah di ke Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian untuk mendapatkan pengetahuan pengembangan kebun kopi dan produk kopi, termasuk teknologi pengolahan kopi (coffee bean, bubuk, packaging) b. Mengirimkan staf Badan Riset Kopi Daerah untuk belajar/studi banding/magang ke balai riset perkebunan lain di Indonesia b. Pembinaan dan pendampingan petani kopi dan buah surga dalam hal memberikan pengetahuan dasar dan lanjut pengelolaan kebun kopi dan produk kopi, serta kebun buah surge dan produk buah surge. a. Tujuan: i. meningkatkan kapasitas petani kopi dan buah surga ii. meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja petani kopi dan buah surga iii. mengurangi potensi gagal panen kopi dan buah surga iv. meningkatkan hasil panen kopi dan buah surga
39 Matriks Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia No Kawasan Adat Rencana Pengembangan SDM La Pago (Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Lanny Jaya, Yahukimo, Tolikara, Yalimo, Nduga) c. Optimalisasi kredit usaha tani kopi dan buah surga dengan pembinaan dan pendampingan petani dalam hal memberikan pengetahuan dasar pengelolaan keuangan dan akuntansi Tujuan: i. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi kredit yang telah disalurkan ii. Mengurangi potensi kredit macet iii. Meningkatkan kesadaran penggunaan kredit dan mengarahkan penggunaan kredit untuk kepentingan produktif (usaha) d. Penyediaan dan pengembangan SDM lokal untuk Badan Riset Buah Surga a. Pengiriman lulusan SLTA dari lima kabupaten wilayah adan La Pago untuk kuliah di ke Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian untuk mendapatkan pengetahuan pengembangan kebun buah surga dan produk buah surga, termasuk teknologi pengolahan buah surga (es krim, jus, cream, sabun, permen dll) b. Mengirimkan staf Badan Riset Buah Surga untuk belajar/studi banding/magang ke balai riset perkebunan lain di Indonesia e. Pelatihan dan pengembangan serta pemberian teknologi tepat guna untuk budidaya buah surga dan kopi f. Pembangunan Politeknik Agroindustri Kopi dan Buah Merah di Wamena
Sejak tahun 2009, tingkat kemiskinan terus menurun namun pada tahun 2013 terjadi peningkatan.
Jiwa (Ribu) Persentase (%) 40 37.08 37.53 36.8 35 30 31.98 30.66 31.53 27.8 25 20 15 10 5 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2009, tingkat kemiskinan terus menurun namun
Lebih terperinciTEMA PEMBANGUNAN TPH DAN KOMODITAS UNGGULAN DI 5 WILAYAH PENGEMBANGAN
DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA, TAHUN 2016 TEMA PEMBANGUNAN TPH DAN KOMODITAS UNGGULAN DI 5 WILAYAH PENGEMBANGAN This image cannot currently be displayed. Wilayah Pembangunan Mamta
Lebih terperinciSeuntai Kata. Jayapura, Desember 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Ir. Didik Koesbianto, M.Si
Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan
Lebih terperinciProvinsi Kabupaten/kota Laki-laki Perempuan Total
Tabel 1. Perkiraan Jumlah Responden yang Mewakili Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Provinsi Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) (5) 01. Fakfak 10,747 6,081 16,828 02. Kaimana
Lebih terperinciPaparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015
Paparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba 1.
Lebih terperinciPEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PINGGIRAAN MELALUI SAGU
REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PINGGIRAAN MELALUI SAGU Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 9 November 2016 1 1. MENGHADIRKAN KEMBALI NEGARA UNTUK MELINDUNGI
Lebih terperinciMATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA
MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan
Lebih terperinciA. CABAI BESAR C. BAWANG MERAH
No. 44/08/94/ Th. III, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 Produksi Cabai Besar Sebesar 3.089 Ton, Cabai Rawit Sebesar 3.649 Ton, Dan Bawang Merah Sebesar 718
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jayapura, Januari Kepala Dinas, Ir. Semuel Siriwa, M.Si NIP
DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA, TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Tantangan pembangunan tanaman pangan dan hortikultura di Provinsi Papua adalah bagaimana memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
Lebih terperinciJumlah rumah tangga usaha pertanian di Papua Tahun 2013 sebanyak rumah tangga
Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Papua Tahun 2013 sebanyak 438.524 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Papua Tahun 2013 hanya 40 Perusahaan Jumlah perusahaan tidak berbadan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Tim Penyusun. Perwakilan BKKBN Provinsi Papua 2014
i KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas izin dan ridhonya sehingga penyusunan Pengembangan Model Solusi Strategik Penanganan Dampak Ancaman Disaster
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGALOKASIAN DANA OTONOMI KHUSUS KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA,
Lebih terperinciPotensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON
Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016
No. 25/05/94/ Th. II, 2 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016 Pada tahun 2016, IPM Papua mencapai 58,05. Angka ini meningkat sebesar 0,80 poin dibandingkan IPM Papua tahun 2015 yang sebesar
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 2008 OTONOMI KHUSUS. PEMERINTAHAN. PEMERINTAH DAERAH. Papua. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI PAPUA
Provinsi Papua 2015 ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI PAPUA 1. KINERJA PEMBANGUNAN WILAYAH 1 1.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA 1 1.2. KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA 4 2. ANALISIS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB 18 REVITALISASI PERTANIAN
BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR KOORDINASI STRATEGIS ASISTENSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT
2015 LAPORAN AKHIR KOORDINASI STRATEGIS ASISTENSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah terbesar dengan jumlah penduduk yang masih sedikit. Pemberlakuan Undang- Undang Desentralisasi
Lebih terperinciBAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015
BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan
Lebih terperinciRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi
Lebih terperinciDrg. Josef Rinta R, M.Kes.MH Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Drg. Josef Rinta R, M.Kes.MH Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Terbatasnya sistem transportasi terpadu yang menghubungkan antar pusat pelayanan Ada beberapa kabupaten pemekaran yang wilayahnya sebagian
Lebih terperinciLAMPIRAN II PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 65 Tahun 2011 TANGGAL : 20 September 2011
LAMPIRAN II PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 65 Tahun 2011 TANGGAL : 20 September 2011 RENCANA AKSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2011 2014 RENCANA AKSI
Lebih terperincisinergi program direktorat jenderal pengembangan daerah tertentu di wilayah papua
sinergi program direktorat jenderal pengembangan daerah tertentu di wilayah papua SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU Ir. R.r. AISYAH GAMAWATI, MSI RAPAT KONSULTASI REGIONAL BIDANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT PENGETAHUAN PAPUA PADA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAMPUNG DAN KESEJAHTERAAN
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa dengan telah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang
Lebih terperinciProyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Papua. UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK
Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Papua 2010-2020 BADAN PUSAT STATISTIK UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Papua ht t p:
Lebih terperinciBupati Murung Raya. Kata Pengantar
Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : DR.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 18 REVITALISASI PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN
BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan
Lebih terperinciLAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL.. INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM
LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL.. LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM - 1 - LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM
Lebih terperinciMENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.
MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr. ERZALDI ROSMAN V I S I 2017-2022 MISI PROVINSI TERKAIT PERTANIAN MISI 1 : MENGEMBANGKAN
Lebih terperinciPROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GAS RUMAH KACA
2 PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GAS RUMAH KACA 2.1. Profil dan Karakteristik Daerah Keadaan Geografis Provinsi Papua terletak antara 2º25-9 º lintang selatan dan 130º-14º bujur timur. Provinsi Papua
Lebih terperinciPAPUA BANGKIT, MANDIRI & SEJAHTERA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA KINERJA PAPUA BANGKIT, MANDIRI & SEJAHTERA PROVINSI PAPUA TAHUN - 2017 MISI 1 MEWUJUDKAN SUASANA AMAN, TENTRAM & NYAMAN BAGI SELURUH MASYARAKAT PAPUA DALAM KEDAULATAN NKRI ANGKA
Lebih terperinciREKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005
BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan
Lebih terperinciKEPALA DINAS BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN BIDANG TANAMAN PANGAN BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA BIDANG PETERNAKAN
DINAS PERTANIAN KEPEG DAN KEU TANAMAN PANGAN TANAMAN HORTIKULTURA PETERNAKAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN SARANA PRASARANA TANAMAN PANGAN SARANA PRASARANA TANAMAN HORTIKULTURA SARANA PRASARANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumberdaya Lokal Menuju Masyarakat Papua Sejahtera
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pengelolaan sumberdaya alam secara lestari dalam mendukung peningkatan perekonomian masyarakat sebagaimana penjabaran Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih periode
Lebih terperinciMATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU
MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan
Lebih terperinci5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi
Lebih terperinciJayapura, 30 Desember 2015 Kepala Dinas, Ir. SEMUEL SIRIWA, M.Si Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Intansi Pemerintah Instansi Pemerintah (LAKIN) disusun sebagai wujud pertanggungjawaban dan akuntabilitas instansi pemerintah yang disusun berdasarkan Instruksi Presiden
Lebih terperinciJayapura, 30 Desember 2015 Kepala Dinas, Ir. SEMUEL SIRIWA, M.Si Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas Rahmat-Nya sehingga Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Lebih terperinciPembangunan infrastruktur makro, dengan membagi Provinsi Papua menjadi 6(enam) kawasan pertumbuhan.
Pembangunan infrastruktur makro, dengan membagi Provinsi Papua menjadi 6(enam) kawasan pertumbuhan. Mengingat kondisi geografis Provinsi Papua, maka konsep pembangunannya melalui sistem cluster. Dalam
Lebih terperinciPROGRAM BALAI WILAYAH SUNGAI PAPUA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DI PAPUA TAHUN 2016
PROGRAM BALAI WILAYAH SUNGAI PAPUA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DI PAPUA TAHUN 2016 KEGIATAN FORUM SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SE PROVINSI PAPUA TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciCAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia DI PROVINSI PAPUA
CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia DI PROVINSI PAPUA disampaikan oleh : GUBERNUR PAPUA Disampaikan pada Acara Monitoring dan Evaluasi
Lebih terperinci3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis
3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan
Lebih terperinciVI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku
VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. Lakip Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Prov. Papua, Tahun
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Pertanian memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Sektor ini tidak saja sebagai peneydia pangan, tetapi juga sumber penghidupan bagi sebahagian
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006
KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan
Lebih terperinciMENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN
MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.07/2017 TENTANG PELAKSANAAN DANA ALOKASI UMUM DAN TAMBAHAN DANA ALOKASI KHUSUS FISH( PADA ANGGARAN
Lebih terperinciPERBANDINGAN ANTAR DAERAH
Perbandingan Antar Daerah/ Inter Regency Comparison 349 BAB 13 PERBANDINGAN ANTAR DAERAH Inter Regency Comparison Secara Regional, daerah di Provinsi Papua yang memiliki jumlah penduduk terbesar pada tahun
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciDisampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016
Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66
Lebih terperinciPROFIL PEMBANGUNAN PAPUA
1 PROFIL PEMBANGUNAN PAPUA A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Provinsi Papua terletak pada posisi2 o 25' LU - 9o LS dan 3 o 48' Lintang Selatan, serta 119 o 22' dan 124 o 22' Gambar 1. bujur Timur.
Lebih terperinciINDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166
INDEKS A adopsi teknologi 94, 100, 106, 111, 130, 171, 177 agregat 289, 295, 296, 301, 308, 309, 311, 313 agribisnis 112, 130, 214, 307, 308, 315, 318 agroekosistem 32, 34, 35, 42, 43, 52, 55, 56, 57,
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan serangkaian tahapan penelitian ini dapat dirumuskan beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Faktor - faktor penentu dalam pengembangan wilayah berbasis
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA 2014
OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Lebih terperinciDitulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16
KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciSAGU UNTUK KEMAJUAN INDONESIA. Prof. Dr. Ir. H. Mochamad Hasjim Bintoro, MAgr
SAGU UNTUK KEMAJUAN INDONESIA Prof. Dr. Ir. H. Mochamad Hasjim Bintoro, MAgr IMPOR BERAS NASIONAL 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Lebih terperinciMatriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah
Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2010-2015 MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah No Tujuan Indikator Kinerja Tujuan Kebijakan Umum Sasaran Indikator Sasaran Program Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciBAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2011
BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2011 8.1. Kondisi Wilayah Papua Saat Ini Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat secara tahunan (yoy) pada triwulan IV-2009 yang diprakirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI
RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor
Lebih terperinciBAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih
Lebih terperinciJayapura, 31 Desember 2014 Kepala Dinas, Ir. SEMUEL SIRIWA, M.Si Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkanke-hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karen aatas Rahmat-Nya sehingga Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA
PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA Strategi dan Program Prioritas Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Mahulu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lakin Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Prov. Papua, Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Sektor ini tidak saja sebagai peneydia pangan, tetapi juga sumber penghidupan bagi sebahagian
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17.A TAHUN 2014 TENTANG PENGALOKASIAN DANA TAMBAHAN INFRASTRUKTUR KEPADA KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciIndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat
Nomor : BRS-02/BPS-9415/Th. I, 28 Juni 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat 1. IPM pertama kali diperkenalkan oleh United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 1990
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA Lampiran : 1 (satu). DENGAN
Lebih terperinciSOSIALISASI PROGRAM/KEGIATAN BIDANG PRODUKSI TANAMAN PANGAN TA. 2016
SOSIALISASI PROGRAM/KEGIATAN BIDANG PRODUKSI TANAMAN PANGAN TA. 2016 BAHAN RAPAT FORUM SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SE PROVINSI PAPUA JAYAPURA, 06 08 MARET 2016 BIDANG PRODUKSI TANAMAN PANGAN
Lebih terperinciPemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat
Nomor : BRS-01/BPS-9415/Th. I, 26 April 2016 Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat 1. Jumlah rumah tangga hasil Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) tahun 2015 di Kabupaten
Lebih terperinciFUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.
30 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS PERTANIAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat berdasarkan asas otonomi
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman
Lebih terperinciPROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEEROM, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk mencapai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan
Lebih terperinciKEPALA BADAN BIDANG PAUD DAN PK-PLK SEKSI KURIKULUM SEKSI TENAGA PENDIDIK & KEPENDIDIKAN SEKSI SARANA PRASARANA U P T
104 105 LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KEPALA BADAN TK / SD SMP / SMA / SMK PAUD DAN PK-PLK PENDIDIKAN INFORMAL & FORMAL PEMUDA OLAH RAGA KURIKULUM
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015
No. 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015 IPM Provinsi Papua Tahun 2015 Hingga saat ini, pembangunan manusia di Provinsi Papua masih berstatus rendah yang ditunjukkan
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR PAPUA PADA FORUM SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SE PROVINSI PAPUA TANGGAL, 7 MARET 2016
SAMBUTAN GUBERNUR PAPUA PADA FORUM SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SE PROVINSI PAPUA TANGGAL, 7 MARET 2016 Yang kami hormati, Ketua Komisi II DPR Papua Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu Kementerian
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang
IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00
Lebih terperinciTabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun
Tabel 5. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 3-8 VISI MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SATUAN AWAL TARGET INDIKATOR 3 4 5 6 7 8 8 3 4 5 6 7 8 9 3 4 TERWUJUDNYA TEMANGGUNG
Lebih terperinciSelamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.
+ LAPORAN KEPALA DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA PADA ACARA FORUM SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SE PROVINSI PAPUA, TAHUN 2016 Jayapura, 7 Maret 2016 Yth. Bapak Gubernur
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung
Lebih terperinciEVALUASI KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN RONI KASTAMAN DISAMPAIKAN PADA ACARA DISEMINASI LITBANG BAPEDA KOTA BANDUNG 29 NOPEMBER 2016
EVALUASI KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN RONI KASTAMAN DISAMPAIKAN PADA ACARA DISEMINASI LITBANG BAPEDA KOTA BANDUNG 29 NOPEMBER 2016 ISSUE PEMBANGUNAN KOTA PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI PENGANGGURAN
Lebih terperinciMANAJEMEN AGRIBISNIS (TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA) PEMBANGUNAN EKONOMI ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN INDUSTRIALISASI
MANAJEMEN AGRIBISNIS (TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA) PEMBANGUNAN EKONOMI ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN INDUSTRIALISASI 1) Pertumbuhan Ekonomi 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN EKONOMI
Lebih terperinciPerkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1
BOX 1 LAPORAN HASIL PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2007 (BASELINE ECONOMIC SURVEY
Lebih terperinciTerwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani
VISI KEMENTERIAN PERTANIAN 2015-2019 Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Mengukur KESEJAHTERAAN PETANI EKONOMI Pendapatan, NTP, NTUP NON EKONOMI Terhormat Diperhatikan Dilindungi dibutuhkan
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,
Lebih terperinciBab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan
Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kami menyambut baik era pembangunan Indonesia Timur yang di mulai dari Tanah Papua. Sekian dan terima kasih Jayapura, Januari 2014
DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA, TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Tantangan pembangunan tanaman pangan dan hortikultura di Provinsi Papua adalah bagaimana memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
Lebih terperinci