BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis optimalisasi susu pasteurisasi pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memaksimumkan keuntungan yang diterima KPBS Pangalengan dari penjualan ketiga jenis susu pasteurisasi yaitu kemasan prepack, cup strawberry, dan cup cokelat yang dihasilkan KPBS selama periode 12 bulan. Optimalisasi produksi didasarkan pada metode penelitian yang didahului dengan penentuan variabel tujuan dilanjutkan dengan penentuan variabel kendala. Keputusan yang terbentuk pada model persamaan linear terdiri dari 36 variabel. Jumlah variabel keputusan tersebut didasarkan pada tiga jenis produk yang akan dioptimalkan yaitu susu pasteurisasi prepack, susu pasteurisasi cup strawberry, dan susu pasteurisasi cup cokelat selama periode analisis yaitu 12 bulan Menentukan Fungsi Tujuan Koefisien fungsi tujuan menunjukkan keuntungan yang diperoleh KPBS Pangalengan dari tiga jenis susu pasteurisasi yang diproduksi perbulannya. Nilai keuntangan diperoleh dari selisih penerimaan dengan biaya yang dibutuhkan yang rincian lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 untuk susu pasteurisasi prepack, Lampiran 8 untuk susu pasteurisasi cup strawberry, dan Lampiran 9 untuk susu pasteurisasi cup cokelat. Nilai keuntungan per liter dari masing-masing produk diperoleh dengan membagi nilai keuntungan perbulan dengan jumlah produk (dihitung dalam liter) yang dihasilkan selama satu bulan dalam periode amatan. Perkembangan nilai keuntungan penjualan susu pasteurisasi prepack, cup strawberry, dan cup cokelat di KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Tabel 4. 67

2 Tabel 4. Perkembangan Nilai Keuntungan Penjualan Susu Pasteurisasi Berdasarkan Jenis di KPBS Pangalengan Selama 12 Bulan No Tahun Bulan Nilai Keuntungan Per Liter (Rp) Prepack (X 1 ) Cup Strawberry (X 2 ) Cup Cokelat (X 3 ) Maret 1, , , April 1, , , Mei 1, , , Juni 1, , , Juli 1, , , Agustus 1, , , September 1, , , Oktober 1, , , November 1, , , Desember 1, , , Januari 1, , , Februari 1, , , Tabel 4 menunjukkan adanya selisih keuntungan dari penjualan susu pasteurisasi baik prepack, maupun cup strawberry, dan cup cokelat setiap bulannya selama periode 12 bulan, meskipun fluktuasinya tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan jumlah produk yang dijual yang berimplikasi pada perbedaan angka penjualan untuk ketiga jenis susu pasteurisasi, dan akhirnya berpengaruh terhadap perbedaan keuntungan dari ketiga jenis susu pasteurisasi selama periode amatan. Selain karena perbedaan jumlah susu pasteurisasi yang dijual, perbedaan nilai keuntungan perliter untuk ketiga produk juga disebabkan karena adanya perbedaan harga jual antar susu pasteurisasi kemasan prepack dengan susu pasteurisasi kemasan cup. Susu kemasan prepack berukuran 500 ml dijual dengan harga Rp 2,500 perkemasan atau setara dengan Rp 5,000 perliter. Sementara susu pasteurisasi kemasan cup berukuran 160 ml dijual dengan harga Rp 1,100 perkemasan atau setara dengan Rp 6,850 perliter. Penetapan perbedaan harga antar susu pasteurisasi kemasan prepack dan cup ini didasarkan pada perbedaan struktur biaya untuk memproduksi kedua jenis 68

3 produk. Selain susu segar susu pasteurisasi prepack hanya membutuhkan bahan tambahan berupa kemasan prepack. Sementara susu pasteurisasi kemasan cup membutuhkan beberapa bahan baku tambahan seperti gula rafinasi, cup, penutup kemasan cup, flavor, pewarna Ponceau 4R (untuk susu pasteurisasi cup strawberry) serta cokelat bubuk (untuk susu pasteurisasi cup cokelat). Untuk susu pasteurisasi cup manajemen KPBS Pangalengan belum menetapkan perbedaan harga jual. Susu pasteurisasi cup baik rasa strawberry maupun cokelat dijual dengan harga yang sama yaitu Rp 1,100 perkemasan. Padahal struktur biaya untuk kedua rasa berbeda. Susu pasteurisasi cup rasa cokelat memiliki struktur biaya yang lebih tinggi dibandingkan susu pasteursasi cup rasa strawberry karena susu pasteurisasi cup rasa cokelat membutuhkan bahan tambahan berupa cokelat bubuk dalam setiap produksinya. Selain itu kebutuhan gula rafinasi untuk produksi susu pasteurisasi cup cokelat lebih banyak dibandingkan kebutuhan gula rafinasi untuk produksi susu pasteurisasi cup strawberry dengan perbandingan kg untuk setiap liter susu pasteurisasi cup rasa cokelat, dan 0.06 kg gula rafinasi untuk setiap liter susu pasteurisasi cup rasa strawberry. Hal inilah yang menyebabkan susu pasteurisasi cup strawberry memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan susu pasteurisasi cup cokelat. Nilai keuntungan pada Tabel 4 merupakan koefisien dari variabel keputusan kombinasi produksi susu pasteurisasi. Susu pasteurisasi kemasan prepack disimbolkan oleh X 1, susu pasteurisasi cup strawberry disimbolkan oleh X 2, sementara susu pasteurisasi cup cokelat disimbolkan oleh X 3. Angka satu, dua, sampai dua belas yang terdapat setelah angka satu, dua dan tiga yang melambangkan jenis produk susu pasteurisasi secara berurutan melambangkan waktu produksi yang dimulai dari angka satu untuk bulan Maret dan diakhiri dengan angka dua belas untuk bulan Februari. Sebagai contoh produksi susu pasteurisasi prepack pada bulan Maret disimbolkan dengan X 11, produksi susu pasteurisasi cup strawberry pada bulan Maret disimbolkan dengan X 21, produksi susu pasteurisasi cup cokelat pada bulan Maret disimbolkan dengan X 31. Berdasarkan perkembangan keuntungan untuk ketiga jenis produk selama 12 bulan seperti yang tercantum pada Tabel 4 serta formulasi persamaan fungsi 69

4 tujuan pada metode penelitian dapat diperoleh model fungsi tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Max Z = X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Menentukan Fungsi Kendala Kendala merupakan faktor pembatas bagi manajemen sebuah perusahaan dalam mengambil keputusan produksi. Dalam optimalisasi produksi kendala yang dimaksud biasanya berupa ketersediaan sumberdaya yang dimiliki perusahaan yang membatasi perusahaan dalam melakukan produksi. Pada penelitian ini sumberdaya yang akan dijadikan variabel kendala dalam perumusan model LP antara lain adalah bahan baku utama berupa susu segar (BB), tenaga kerja langsung (TKL), mesin packaging (PKG), serta bahan baku tambahan berupa kemasan prepack (KP), kemasan cup strawberry (KCS), kemasan cup cokelat (KCC) serta penutup kemasan cup strawberry (LCS), penutup kemasan cup cokelat (LCC), job order prepack (JOP), job order cup strawberry (JOCS), dan job order cup cokelat (JOCC). Sumberdaya-sumberdaya tersebut sengaja dipilih menjadi variabel kendala karena pada keadaan aktual memang sumberdayasumberdaya tersebutlah yang menjadi constrain (batasan) bagi manajemen dalam mengambil keputusan produksi, baik dilihat dari kemudahan memperolehnya di pasar maupun kontribusi penggunaan sumberdaya-sumberdaya tersebut terhadap biaya produksi susu pasteurisasi Kendala Ketersediaan Bahan Baku Susu Segar Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi susu pasteurisasi baik prepack maupaun cup rasa strawberry dan cup rasa cokelat adalah susu segar. 70

5 Bahan baku susu segar dipasok tunggal dari 7,034 orang peternak anggota KPBS Pangalengan yang berada di tiga Kecamatan dan tersebar di 21 Desa di Kabupaten Bandung (KPBS, 2009). Manajemen MT KPBS Pangalengan mengalokasikan sekitar 10 persen dari total susu segar yang diterima di MT untuk diolah menjadi susu pasteurisasi. Ketersediaan susu segar sebagai bahan baku utama susu pasteurisasi di KPBS Pangalengan selama periode 12 bulan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kebutuhan Susu Segar Berdasarkan Jenis Susu Pasteurisasi, serta Ketersediaan Susu Segar di KPBS Pangalengan Selama 12 Bulan Jenis Susu Pasteurisasi Waktu Prepack Cup Strawberry Cup Cokelat Jumlah Ketersediaan (liter) (liter) (liter) (liter) (liter) Maret 95,072 20,600 21, , , April 95,412 20,300 21, , , Mei 101,451 23,100 23, , , Juni 102,149 24,400 26, , , Juli 117,993 22,810 27, , , Agustus 122,266 19,800 20, , , September 95,700 20,000 18, , , Oktober 104,396 28,500 31, , , November 94,301 22,650 24, , , Desember 103,042 25,750 27, , , Januari 92,456 23,450 22, , , Februari 91,413 17,531 16, , , Total Produksi 1,317, , , ,913, ,221, Tabel 5 menunjukkan kebutuhan serta ketersediaan susu segar untuk memproduksi susu pasteurisasi prepack, cup strawberry, dan cup cokelat. Nilai koefisien pada fungsi kendala ketersediaan bahan baku utama berupa susu segar diperoleh dengan cara membandingkan penggunaan susu segar dengan setiap liter susu pasteurisasi yang dihasilkan. Dari perhitungan diperoleh, untuk menghasilkan satu kemasan prepack berukuran 500 ml dibutuhkan 500 ml susu segar begitupun untuk menghasilkan 160 ml susu kemasan cup baik rasa strawberry maupun cokelat dibutuhkan susu segar dengan ukuran yang sama yaitu 71

6 160 ml, sehingga koefisien fungsi kendala bahan baku utama untuk masingmasing produk adalah satu. Nilai sebelah kanan (RHS) kendala diperoleh dari jumlah susu segar yang dialokasikan manajemen KPBS Pangalengan untuk diolah menjadi susu pasteurisasi tiap bulannya. Perumusan model pertidaksamaan fungsi kendala bahan baku susu segar selama periode amatan adalah sebagai berikut: bb_1)x11 + X21 + X31 <= bb_2)x12 + X22 + X32 <= bb_3)x13 + X23 + X33 <= bb_4)x14 + X24 + X34 <= bb_5)x15 + X25 + X35 <= bb_6)x16 + X26 + X36 <= bb_7)x17 + X27 + X37 <= bb_8)x18 + X28 + X38 <= bb_9)x19 + X29 + X39 <= bb_10)x110 + X210 + X310 <= bb_11)x111 + X211 + X311 <= bb_12)x112 + X212 + X312 <= Kendala Ketersediaan Bahan Tambahan Bahan tambahan yang dimasukan ke dalam model adalah kemasan prepack, kemasan cup baik untuk cup strawberry maupun cup cokelat, serta penutup kemasan cup baik penutup kemasan cup strawberry maupun penutup kemasan cup cokelat. Bahan baku tambahan tersebut sengaja dipilih menjadi variabel kendala karena memang keberadaannya merupakan pembatas bagi KPBS Pangalengan dalam melakukan pengolahan susu pasteurisasi. Selain ketersediaannya yang terbatas di pasar karena dipasok tunggal dari distributor di Jakarta, kontribusi bahan baku tambahan tersebut ke dalam biaya produksi juga relatif tinggi mengingat untuk tiap kali pemesanan KPBS melakukan pembelian dalam jumlah besar demi menjaga ketersediaan di gudang serta menghemat biaya pengiriman Kendala Ketersediaan Kemasan Prepack Kemasan prepack yang digunakan sebagai bahan tambahan susu pasteurisasi prepack berbentuk roll. Satu roll kemasan prepack sepanjang 500 m 72

7 dapat menghasilkan 2,500 bungkus susu pasteurisasi prepack. Penggunaan kemasan prepack adalah sebesar 0.4 m untuk setiap liter susu pasteurisasi tanpa rasa (kemasan prepack). Koefisien kemasan prepack diperoleh dengan cara membandingkan penggunaan kemasan prepack dengan jumlah susu yang dihasilkan tiap bulannya. Dari perhitungan diperoleh nilai koefisien kemasan prepack sebesar Sementara nilai ketersediaan (RHS) kendala diperoleh dengan mengitung nilai persediaan ditambah dengan sepuluh persen dari total penggunaan kemasan prepack pada periode waktu tertentu. Hal ini dilakukan untuk membuat model sedemikian rupa sehingga dapat mengambarkan kondisi aktual. Karena pada kenyataannya KPBS Pangalengan tidak menerapkan manajemen persediaan perbulan untuk semua bahan tambahan. Di awal tahun manajemen KPBS Pangalengan melakukan pembelian dalam jumlah yang besar untuk persediaan dalam waktu yang tidak ditentukan. Jika pada bulan-bulan tertentu persediaan kemasan prepack serta bahan tambahan lainnya mulai menipis, manajemen baru melakukan pembelian ulang dengan jumlah yang tidak ditentukan oleh waktu. Penggunaan serta ketersediaan kemasan prepack di KPBS Pangalengan selama periode 12 bulan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Produksi Susu Pasteurisasi Prepack, Penggunaan, Ketersediaan serta Nilai Koefisien Kemasan Prepack di KPBS Pangalengan Selama 12 Bulan. Waktu Produksi (liter) Penggunaan Prepack (roll) Ketersediaan Prepack (roll) Koefisien (roll/liter) Maret 95, April 95, Mei 101, Juni 102, Juli 117, Agustus 122, September 95, Oktober 104, November 94, Desember 103, Januari 92, Februari 91,

8 Dari Tabel 6 dapat diformulasikan fungsi kendala ketersediaan kemasan prepack di KPBS Pangalengan selama 12 bulan adalah sebagai berikut: kp_1)0.0008x11 <= 84 kp_2)0.0008x12 <= 84 kp_3)0.0008x13 <= 89 kp_4)0.0008x14 <= 90 kp_5)0.0008x15 <= 104 kp_6)0.0008x16 <= 108 kp_7)0.0008x17 <= 84 kp_8) x18 <= 92 kp_9)0.0008x19 <= 83 kp_10)0.0008x110 <= 91 kp_11)0.0008x111 <= 81 kp_12)0.0008x112 <= Kendala Ketersediaan Kemasan Cup Berbeda dengan kemasan prepack kemasan cup baik cup strawberry maupun cup cokelat berbentuk satuan cup, berukuran 160 ml. Untuk memproduksi susu pastrurisasi sebanyak satu liter dibutuhkan 6.25 cup baik untuk susu pateurisasi strawberry maupun cokelat. Sehingga koefisien kemasan cup memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 6.25 cup persatu liter susu pasteurisasi yang dihasilkan. Sama halnya dengan kemasan prepack ketersediaan kemasan cup juga diperoleh dengan menjumlahkan keperluan pada kondisi aktual ditambah 20 persen dari kebutuhan pada kondisi aktual. Nilai penggunaan, serta ketersediaan kemasan cup baik cup strawberry maupun cup cokelat dapat dilihat pada Tabel 7. 74

9 Tabel 7. Penggunaan, serta Ketersediaan Kemasan Cup Strawberry, dan Kemasan Cup Cokelat di KPBS Pangalengan Selama 12 Bulan Waktu Penggunaan Cup Straw (Pcs) Ketersediaan Cup Straw (Pcs) Penggunaan Cup Cokelat (Pcs) Ketersediaan Cup Cokelat (Pcs) Maret 128, , , ,875 April 126, , , ,250 Mei 144, , , ,425 Juni 152, , , ,375 Juli 142, , , ,875 Agustus 123, , , ,750 September 125, , , ,125 Oktober 178, , , ,625 November 141, , , ,375 Desember 160, , , ,625 Januari 146, , , ,375 Februari 109, , , ,093 Berdasarkan informasi yang terdapat pada Tabel 7 serta uraian sebelumnya dapat dirumuskan formulasi kendala ketersediaan untuk kemasan cup strawberry adalah sebagai berikut: kcs_1)6.25x21 <= kcs_2)6.25x22 <= kcs_3)6.25x23 <= kcs_4)6.25x24 <= kcs_5)6.25x25 <= kcs_6)6.25x26 <= kcs_7)6.25x27 <= kcs_8)6.25x28 <= kcs_9)6.25x29 <= kcs_10)6.25x210 <= kcs_11)6.25x211 <= kcs_12)6.25x212 <= Sementara formlasi variabel kendala untuk kemasan cup cokelat adalah sebagai berikut: 75

10 kcc_1)6.25x31 <= kcc_2)6.25x32 <= kcc_3)6.25x33 <= kcc_4)6.25x34 <= kcc_5)6.25x35 <= kcc_6)6.25x36 <= kcc_7)6.25x37 <= kcc_8)6.25x38 <= kcc_9)6.25x39 <= kcc_10)6.25x310 <= kcc_11)6.25x311 <= kcc_12)6.25x312 <= Kendala Ketersediaan Penutup Kemasan Cup Penutup kemasan cup hanya digunakan untuk produksi susu pasteurisasi cup baik rasa strawberry maupun rasa cokelat. Seperti kemasan prepack, penutup kemasan cup yang digunakan sebagai bahan tambahan susu pasteurisasi cup juga berbentuk roll. Satu roll penutup kemasan cup sepanjang 500 m dapat digunakan untuk 20,000 susu pasteurisasi cup. Dengan membandingkan penggunaan penutup kemasan cup dengan jumlah susu yang dihasilkan tiap bulannya maka diperoleh nilai koefisien penutup kemasan cup sebesar roll penutup kemasan cup untuk setiap liter susu pasteurisasi baik untuk kemasan cup strawberry maupun kemasan cup cokelat. Sementara nilai ketersediaan (RHS) kendala diperoleh dengan menghitung nilai persediaan ditambah dengan 20 persen dari total penggunaan penutup kemasan cup pada periode waktu tertentu selama analisis. Penggunaan serta ketersediaan penutup kemasan cup untuk kemasan cup strawberry dan kemasan cup cokelat di KPBS Pangalengan selama periode 12 bulan dapat dilihat pada Tabel 8. 76

11 Tabel 8. Penggunaan, serta Ketersediaan Penutup Kemasan Cup Strawberry, dan Penutup Kemasan Cup Cokelat di KPBS Pangalengan Selama 12 Bulan Waktu Penggunaan Penutup Kemasan Cup Straw (roll) Ketersediaan Penutup Kemasan Cup Straw (roll) Penggunaan Penutup Kemasan Cup Cokelat (roll) Ketersediaan Penutup Kemasan Cup Cokelat (roll) Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Dari Tabel 8 serta keterangan pada penjelasan sebelumnya dapat diformulasikan fungsi kendala ketersediaan penutup kemasan cup strawberry selama 12 bulan adalah sebagai berikut: lcs_1) x21 <= 7.73 lcs_2) x22 <= 7.61 lcs_3) x23 <= 8.66 lcs_4) x24 <= 9.15 lcs_5) x25 <= 8.55 lcs_6) x26 <= 7.43 lcs_7) x27 <= 7.50 lcs_8) x28 <= lcs_9) x29 <= 8.49 lcs_10) x210 <= 9.66 lcs_11) x211 <= 8.79 lcs_12) x212 <=

12 Sementra formlasi variabel kendala untuk penutup kemasan cup cokelat adalah sebagai berikut: lcc_1) x21 <= 8.04 lcc_2) x22 <= 7.91 lcc_3) x23 <= 8.92 lcc_4) x24 <= 9.77 lcc_5) x25 <= lcc_6) x26 <= 7.84 lcc_7) x27 <= 7.11 lcc_8) x28 <= lcc_9) x29 <= 9.32 lcc_10) x210 <= lcc_11) x211 <= 8.57 lcc_12) x212 <= Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja Langsung (TKL) Tenaga kerja langsung (TKL) dalam produksi susu pasteurisasi adalah orang-orang yang terlibat secara langsung dalam kegiatan produksi susu pasteurisasi baik prepack maupun cup. Jumlah TKL pada KPBS Pangalengan selama periode amatan sebanyak 13 orang, dimana 11 orang aktif bekerja setiap harinya dengan jadwal libur bergilir setiap satu minggu sekali. Tiga belas orang tenaga kerja tersebut terbagi menjadi beberapa bagian yaitu: dua orang di penerimaan susu, delapan orang di proses bagian dalam, dua orang di bagian pengemasan, serta satu orang kepala bagian proses yang bertugas mengawasi setiap tahapan proses dimulai dari penerimaan sampai pengemasan. Lamanya jam kerja TKL adalah delapan jam sehari. Jumlah hari orang kerja per periode (satu bulan) pada KPBS Pangalengan adalah hari. KPBS Pangalengan berproduksi setiap hari dalam satu tahun dengan jadwal libur bergilir antar para karyawannya. Ketersediaan dan nilai koefisien TKL untuk proses produksi susu pasteurisasi prepack dapat dilihat pada Tabel 9. 78

13 Tabel 9. Ketersediaan, serta Nilai Koefisien TKL untuk Produksi Susu Pasteurisasi Prepack, di KPBS Pangalengan Selama 12 Bulan Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Produksi (liter) 95,072 95, , , , ,266 95, ,396 94, ,042 92,456 91,413 Jumlah TKL (orang) Jam kerja/hari Jumlah harian kerja (hari) Ketersediaan (jam) Koefisien (jam/liter) , , , , , , , , , , , , Tabel 9 menunjukkan nilai koefisien setiap bulan terdapat perbedaan meskipun nilai perbedaannya relatif kecil, dan bahkan ada bulan-bulan tertentu yang memiliki nilai koefisien yang sama. Perbedaan nilai koefisien ini disebabkan karena adanaya fluktuasi jumlah susu pasteurisasi prepack yang diproduksi serta ketersediaan jam kerja tiap bulannya. Nilai koefisien jam kerja langsung diperoleh dari hasil pembagian antara jumlah ketersediaan jam kerja dengan jumlah produksi susu pasteurisasi prepack tiap bulannya. Semakin kecil jumlah susu pasteurisasi yang diproduksi maka akan semakin besar nilai koefisiennya begitu juga sebaliknya. Sementara semakin besar nilai ketersediaan tenaga kerja maka akan semakin besar pula nilai koefisien kendala tenaga kerja langsungnya (Ceteris Paribus). Nilai koefisien kendala TKL untuk susu pasteurisasi kemasan prepack (X 1 ) mencapai angka tertinggi pada bulan Januari yaitu sebesar 0.30 dan mencapai angka terendah pada bulan Agustus yaitu sebesar Angka tertinggi terjadi pada bulan Januari karena pada bulan ini produksi susu pasteurisasi prepack rela 79

14 tif lebih rendah dari bulan yang lainnya, sementara ketersediaan jam tenaga kerja pada bulan Januari cukup besar. Angka koefisien terendah terjadi pada bulan Agustus, karena pada bulan ini produksi susu pasteurisasi prepack mencapai angka tertingginya yaitu sebesar 122, liter. Ketersediaan dan nilai koefisien jam tenaga kerja langsung (TKL) untuk proses produksi susu pasteurisasi cup dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Ketersediaan, serta Nilai Koefisien TKL untuk Produksi Susu Pasteurisasi Cup Strawberry dan Cup Cokelat di KPBS Pangalengan Selama 12 Bulan Waktu Jumlah TKL (orang) Jam kerja/ hari Jumlah harian kerja (hari) Ketersediaan (jam) Produksi Cup Strawberry Produksi Cup Cokelat Koef Cup Strwbry Koef Cup Cokelat Mar ,728 20,600 21, Apr ,640 20,300 21, Mei ,728 23,100 23, Jun ,640 24,400 26, Jul ,728 22,810 27, Ags ,728 19,800 20, Sep ,640 20,000 18, Okt ,728 28,500 31, Nov ,640 22,650 24, Des ,728 25,750 27, Jan ,728 23,450 22, Feb ,464 17,531 16, Nilai koefisien kendala ketersediaan TKL untuk produksi susu pasteurisasi cup baik rasa strawberry maupun rasa cokelat lebih berfluktuasi dibandingkan dengan nilai koefisien kendala ketersediaan TKL untuk produksi susu prepack. Koefisien tertinggi baik untuk susu pasteurisasi cup strawberry maupun cokelat terjadi pada bulan Februari. Hal ini disebabkan karena produksi susu pasteurisasi cup baik strawberry maupun cokelat mencapai angka paling rendah pada bulan Februari. Sementara koefisien kendala TKL baik untuk susu pasteurisasi cup strawberry maupun cokelat mencapai angka terendah pada bulan Oktober dimana 80

15 pada bulan ini kedua jenis produk mencapai angka produksi tertingginya yaitu 8,500 liter untuk susu pasteurisasi cup strawberry dan 31,150 liter untuk susu pasteurisasi cup cokelat. Jumlah keseluruhan ketersediaan jam kerja TKL untuk memproduksi susu pasteurisasi di KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Ketersediaan Jam Kerja TKL untuk Produksi Susu Pasteurisasi Prepack, Cup Strawberry, dan Cup Cokelat di KPBS Pangalengan Selama 12 bulan. Waktu Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Ketersediaan Prepack (jam) Ketersediaan Cup Strawberry (jam) Ketersediaan Cup Cokelat (jam) Total Ketersediaan (jam) 2,728 2,728 2,728 8,184 2,640 2,640 2,640 7,920 2,728 2,728 2,728 8,184 2,640 2,640 2,640 7,920 2,728 2,728 2,728 8,184 2,728 2,728 2,728 8,184 2,640 2,640 2,640 7,920 2,728 2,728 2,728 8,184 2,640 2,640 2,640 7,920 2,728 2,728 2,728 8,184 2,728 2,728 2,728 8,184 2,464 2,464 2,464 7,392 Sama halnya dengan formulasi kendala bahan baku tambahan, karena pada penelitian ini model LP diformulasi sedemikian rupa sehingga keluarannya dapat menghasilkan nilai primal yang mendekati kondisi aktual. Maka, ketersediaan jam kerja TKL juga mengalami modifikasi dengan menambah serta mengurangi ketersediaan jam kerja TKL pada bulan-bulan tertentu. Ketersediaan jam TKL pada model serta perbandingan perbedaan dengan perhitungan aktual dapat dilihat pada Tabel

16 Tabel 12. Perbandingan Ketersediaan Jam Kerja TKL Berdasarkan Perhitungan dengan Ketersediaan Pada Formulasi Kendala di KPBS Pangalengan Waktu Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Ketersediaan Berdasarkan Perhitungan Ketersediaan Pada Formulasi Kendala 8,184 8,201 7,920 7,949 8,184 8,209 7,920 7,874 8,184 8,380 8,184 8,140 7,920 7,897 8,184 8,192 7,920 7,925 8,184 8,148 8,184 8,078 7,392 7,399 Perbedaan Ketersediaan Berdasarkan Perhitungan dengan Ketersediaan Dalam Model (%) Berdasarkan informasi yang terdapat pada Tabel 12 serta uraian di atas, maka formulsi fungsi kendala untuk ketersediaan jam TKL adalah sebagai berikut: tkl_1)0.029x X X31 <= 8201 tkl_2)0.028x X X32 <= 7949 tkl_3)0.027x X X33 <= 8209 tkl_4)0.026x X X34 <= 7874 tkl_5)0.023x X X35 <= 8380 tkl_6)0.022x X X36 <= 8140 tkl_7)0.028x X X37 <= 7897 tkl_8)0.026x X X38 <= 8192 tkl_9)0.028x X X39 <= 7925 tkl_10)0.026x X X310 <= 8148 tkl_11)0.030x X X311 <= 8078 tkl_12)0.027x X X312 <=

17 Kendala Ketersediaan Mesin Packaging Pada penelitian ini mesin yang dipilih menjadi salah-satu kendala dalam model LP adalah mesin packaging. Mesin packaging dipilih menjadi kendala karena pada kondisi aktual mesin packaging memiliki nilai persentase penggunaan tertinggi yaitu sebesar persen untuk penggunaan mesin packaging prepack dan persen untuk penggunaan mesin packaging cup. Sementara mesin lain yang juga digunakan untuk produksi susu pateurisasi pada kondisi aktual penggunaannya masih relatif di bawah kapasitas yang dimiliki. KPBS Pangalengan memiliki dua unit mesin packaging untuk susu pasteurisasi prepack serta masing-masing satu unit mesin packaging untuk susu pasteurisasi cup strawberry dan cup cokelat. Ketersediaan jam kerja mesin packaging diperoleh dengan mengalikan jumlah unit mesin packaging, dengan jumlah jam kerja perhari dan jumlah hari kerja perbulan selama periode amatan. Koefisien kendala ketersediaan mesin packaging diperoleh dari pembagian nilai ketersediaan dengan jumlah susu pasteurisasi yang dihasilkan pada periode tertentu. Ketersediaan dan koefisien jam kerja mesin packaging untuk susu pasteurisasi prepack dapat dilihat pada Tabel

18 Tabel 13. Ketersediaan serta Nilai Koefisien Mesin Packaging untuk Produksi Susu Pasteurisasi Prepack di KPBS Pangalengan Selama 12 bulan Waktu Produksi Jumlah Mesin Kapasitas (liter/jam) Jam Kerja Perhari Jumlah Hari Ketersediaan (jam) Koefisien (jam/liter) Maret 95, , April 95, , Mei 101, , Juni 102, , Juli 117, , Agustus 122, , September 95, , Oktober 104, , November 94, , Desember 103, , Januari 92, , Februari 91, , Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai koefisien untuk kendala ketersediaan mesin packaging prepack berbeda-beda. Koefisien tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 3.22, hal ini disebabkan karena pada bulan Januari produksi susu pasteurisasi prepack relatif rendah sementara ketersediaan jam mesin packaging relatif tinggi. Koefisien terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 2.43, pada bulan Agustus produksi susu pasteurisasi mencapai angka tertinggi yaitu 122, liter. Sementara produksi, kapasitas, ketersediaan serta koefisien untuk mesin packaging cup selama 12 bulan dapat dilihat pada Tabel

19 Tabel 14. Ketersediaan serta Nilai Koefisien Mesin Packaging untuk Produksi Susu Pasteurisasi Cup Strawberry, dan Cup Cokelat di KPBS Pangalengan Selama 12 Bulan Waktu Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Jumlah HOK Kapasitas Ketersediaan Produksi Produksi Koef Mesin (jam) (liter/jam) (jam) CS CC CS Koef CC , ,650 20,600 21, , ,048 20,300 21, , ,650 23,100 23, , ,048 24,400 26, , ,650 22,810 27, , ,650 19,800 20, , ,048 20,000 18, , ,650 28,500 31, , ,048 22,650 24, , ,650 25,750 27, , ,650 23,450 22, , ,845 17,531 16, Tabel 14 menunjukkan nilai koefisien kendala ketersediaan mesin packaging untuk produksi susu pasteurisasi cup baik rasa strawberry maupun rasa cokelat lebih berfluktuasi dibandingkan dengan nilai koefisien kendala ketersediaan mesin packaging untuk produksi susu prepack. Koefisien tertinggi baik untuk susu pasteurisasi cup strawberry maupun cokelat terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar untuk susu pasteurisasi cup strawberry, serta untuk susu pasteurisasi cup cokelat. Tingginya nilai koefisien ini disebabkan karena produksi susu pasturisasi cup baik strawberry maupun cokelat mencapai angka paling rendah pada bulan Februari. Sementara koefisien kendala ketersediaan mein packaging baik untuk susu pasteurisasi cup strawberry maupun cokelat mencapai angka terendah pada bulan Oktober dimana pada bulan ini kedua jenis produk mencapai angka produksi tertingginya yaitu 28,500 liter untuk susu pasteurisasi cup strawberry dan 31,150 liter untk susu pasteurisasi cup cokelat. 85

20 Jumlah keseluruhan ketersediaan jam kerja mesin packaging untuk memproduksi susu pasteurisasi di KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Jumlah Ketersediaan Jam Kerja Mesin Packaging untuk Produksi Susu Pasteurisasi Prepack, Cup Strawberry, dan Cup Cokelat di KPBS Pangalengan Selama 12 bulan. Waktu Ketersediaan Prepack (jam) Ketersediaan Cup Strawberry (jam) Ketersediaan Cup Cokelat (jam) Total Ketersediaan (jam) Maret 297, , , ,899 April 288, , , ,096 Mei 297, , , ,899 Juni 288, , , ,096 Juli 297, , , ,899 Agustus 297, , , ,899 September 288, , , ,096 Oktober 297, , , ,899 November 288, , , ,096 Desember 297, , , ,899 Januari 297, , , ,899 Februari 268, , , ,490 Sama halnya dengan formulasi kendala ketersediaan jam kerja TKL, ketersediaan jam kerja mesin packaging juga mengalami modifikasi dengan menambah serta mengurangi ketersediaan jam kerja TKL pada bulan-bulan tertentu. Perubahan ini dilakukan untuk membuat model yang dapat mengambarkan kondisi aktual KPBS dalam memproduksi susu pasteurisasi. Ketersediaan jam kerja mesin packaging pada model serta perbandingan perbedaan dengan perhitungan aktual dapat dilihat pada Tabel

21 Tabel 16. Perbandingan Ketersediaan Jam Kerja Mesin Packaging Berdasarkan Perhitungan dengan Ketersediaan Pada Formulasi Kendala di KPBS Pangalengan Selama 12 bulan Waktu Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Total Ketersediaan (jam) Ketersediaan Pada Formulasi Kendala Perbedaan Ketersediaan Berdasarkan Perhitungn Dengan Ketersediaan Dalam Model (%) 830, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Berdasarkan uraian di atas maka formulsi fungsi kendala untuk ketersediaan jam mesin packaging adalah sebagai berikut: pkg_1)3.13x X X31 <= pkg_2)3.02x X X32 <= pkg_3)2.93x X X33 <= pkg_4)2.82x X X34 <= pkg_5)2.52x X X35 <= pkg_6)2.43x X X36 <= pkg_7)3.01x X X37 <= pkg_8)2.85x X X38 <= pkg_9)3.05x X X39 <= pkg_10)2.89x X X310 <= pkg_11)3.22x X X311 <= pkg_12)2.94x X X312 <=

22 Kendala Job Order Perumusan kendala job order digunakan untuk mengetahui batasan produksi yang harus dihasilkan oleh KPBS untuk memenuhi pesanan dari distributor. Jumlah permintaan dari distributor selama 12 bulan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Jumlah Permintaan Distributor Terhadap Susu Pasteurisasi Prepack, Cup Strawberry, dan Cup Cokelat Melalui Sistem Job Order di KPBS Pangalengan Selama 12 Bulan Waktu JO Prepack (liter) JO Cup Strawberry (liter) JO Cup Cokelat (liter) Maret 95, ,600 21,450 April 95, ,300 21,100 Mei 101, ,100 23,790 Juni 102, ,400 26,050 Juli 117, ,810 27,450 Agustus 122, ,800 20,900 September 95, ,000 18,950 Oktober 104, ,500 31,150 November 94, ,650 24,850 Desember 103, ,750 27,950 Januari 92, ,450 22,850 Februari 91, ,531 16,279 Tabel 17 menunjukkan jumlah pesanan susu pasteurisasi baik prepack maupun cup mencapai angka terendah pada bulan Februari yaitu sebesar 91, liter untuk susu pasteurisasi prepack, 17, liter untuk susu pasteurisasi cup strawberry, serta 16, untuk susu pasteurisasi cup cokelat. Hal ini disebabkan karena Bulan Februari memiliki jumlah hari yang paling sedikit dibandingkan dengan bulan lainnya, sehingga waktu distributor melakukan pesanan serta KPBS berproduksi pun lebih sedikit dibandingkan bulan lainnya. Permintaan susu pasteurisasi prepack mencapai angka tertinggi pada bulan Agustus yaitu sebesar 122, liter, sementara susu pasteurisasi cup baik strawberry maupun cokelat mencapai angka tertinggi pada bulan Oktober. Hal ini diduga terjadi karena bulan Oktober terdapat libur panjang Idul Fitri sehingga 88

23 meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke wilayah Bandung dan sekitarnya (tempat distributor berada). Jumlah pesanan menunjukkan nilai ketersediaan (RHS) kendala Job order pada model LP. Berdasarkan informasi pada Tabel 17 serta uraian di atas, maka fungsi kendala job order untuk produksi susu pasteurisasi dapat disusun sebagai berikut c. JO Prepack X11 >= X12 >= X13 >= X14 >= X15 >= X16 >= X17 >= X18 >= X19 >= X110 >= X111 >= X112 >= b. JO Cup Strawberry X21 >= X22 >= X23 >= X24 >= X25 >= X26 >= X27 >= X28 >= X29 >= X210 >= X211 >= X212 >= a. JO Cup Cokelat X21 >= X22 >= X23 >= X24 >= X25 >= X26 >= X27 >= X28 >= X29 >= X210 >= X211 >= X212 >= Keluaran Model Linear Programming (LP) Pada penelitian ini model LP diformulasikan untuk dapat menghasilkan nilai primal yang mendekati kondisi produksi aktual. Kombinasi produksi aktual dari ketiga produk dijadikan pembatas dalam model. Hal ini dilakukan agar analisis terhadap hasil keluaran model dapat lebih bermakna, karena memang mengambarkan keadaan produksi yang sesunguhnya. Perbandingan kombinasi produksi susu pasteurisasi pada keadaan aktual dengan hasil olahan model pada kondisi model mendekati aktual, dapat dilihat pada Lampiran 10. Analisis hasil keluaran model pada penelitian ini akan lebih di titik beratkan pada analisis nilai dual untuk melihat alokasi penggunaan sumberdaya (khususnya bahan baku susu segar) pada kondisi aktual, serta mengetahui sumberdaya yang menjadi kendala bagi KPBS Pangalengan dalam memanfaatkan susu segar menjadi susu pasteurisasi; analisis sensitivitas untuk mengetahui selang kepekaan ketersediaan sumberdaya pada kondisi aktual; serta analisis pasca optimal untuk mengetahui perubahan apa saja yang harus dilakukan KPBS agar pemanfaatan susu segar 89

24 menjadi susu pasteurisasi dapat ditingkatkan, serta dampak negatif sistem job order dapat dihilangkan Penggunaan Sumberdaya Analisis dual price (harga bayangan) memberikan informasi terkait dengan ketersediaan serta penggunaan sumberdaya dengan melihat nilai slack atau surplus serta harga bayangannya. Nilai sumberdaya yang terbatas dinyatakan dengan nilai slack/surplus yang sama dengan nol. Kendala yang memiliki nilai slack/surplus sama dengan nol biasanya akan memiliki harga bayangan, kendala seperti ini sering disebut kendala aktif. Sebaliknya, kendala yang memiliki harga bayangan sama dengan nol biasanya akan memiliki nilai slack/surplus, kendala seperti ini disebut kendala pasif karena pengurangan atau penambahan ketersediaan kendala selama masih berada dalam selang yang diperbolehkan tidak akan mempengaruhi nilai keuntungan optimal perusahaan. Nilai slack atau surplus menunjukkan penggunaan sumberdaya untuk menghasilkan kombinasi produksi pada keadaan optimal. Dari nilai slack/surplus dapat diketahui pada kondisi optimal berapa jumlah sumberdaya yang sebenarnya dibutuhkan dan benar-benar termanfaatkan untuk memproduksi kombinasi produk tertentu. Sumberdaya yang memiliki nilai slack/surplus yang besar dapat direalokasi untuk menghemat biaya pembelian. Pengurangan ketersediaan sumberdaya yang memiliki slack/surplus tidak akan mengubah kondisi optimal selama masih dalam rentang yang diizinkan yang dapat dilihat pada hasil analisis sensitivitas model. Harga bayangan merupakan harga sumberdaya yang menunjukkan besarnya pengaruh pengurangan atau penambahan ketersediaan sumberdaya terhadap nilai fungsi tujuan. Harga bayangan yang positif pada sumberdaya terbatas menunjukkan bahwa setiap penambahan ketersediaan sumberdaya sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar harga bayangannya tersebut. Harga bayangan negatif pada sumberdaya terbatas menunjukkan bahwa sebenarnya ketersediaan kendala pada formulasi model mengalami kelebihan, sehingga penurunan ketersediaan kendala sebesar satu satuan akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar harga bayangannya itu. 90

25 Secara umum harga bayangan dapat digunakan untuk mengambarkan berapa potensi keuntungan yang dapat diraih perusahaan dengan menambah ketersediaan sumberdaya yang memiliki harga bayangan positif serta mengurangi ketersediaan sumberdaya yang memiliki harga bayangan yang negatif. Analisis harga bayangan pada penelitian ini dilakukan untuk melihat pemanfaatan bahan baku susu segar serta sumberdaya lainnya yang digunakan untuk memproduksi susu pasteurisasi pada kondisi model aktual Penggunaan Bahan Baku Susu Segar Manajemen KPBS Pangalengan mengalokasikan sekitar 10 persen susu segar untuk diolah menjadi susu pasteurisasi. Angka ini memang kecil dibandingkan dengan susu segar yang tidak diolah (langsung dikirim ke IPS), padahal kapasitas mesin untuk mengolah susu pasteurisasi di KPBS jauh lebih besar dari produksi pada kondisi aktual. Adanya sistem produksi berdasarkan pesanan bahkan membuat KPBS berproduksi jauh di bawah kapasitasnya. Perbandingan pemanfaatan susu segar di KPBS Pangalengan selama kurun waktu 12 bulan dapat dilihat pada Tabel

26 Tabel 18. Pemanfaatan Susu Segar Menjadi Susu Pasteurisasi di KPBS Pangalengan Pada Kondisi Model Aktual Waktu Alokasi Susu Segar Untuk Susu Pasteurisasi Pemanfaatan Susu Segar Pada Kondisi Aktual Persentase Terhadap Alokasi (%) Maret 255, , April 262, , Mei 273, , Juni 261, , Juli 278, , Agustus 279, , September 248, , Oktober 278, , November 270, , Desember 280, , Januari 282, , Februari 250, , Rata-rata 268, , Penggunaan susu segar pada kondisi aktual diperoleh dari perhitungan susu segar yang dialokasikan untuk pengolahan susu pasteurisasi dikurangi dengan nilai slack/ surplus yang tertera pada analisis harga bayangan model LP. Sementara persentase pemanfaatan susu segar diperoleh dari pembagian penggunaan susu segar pada kondisi aktual dengan jumlah susu segar yang dilokasikan manajemen tiap bulannya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi saat ini menurut model LP, KPBS Pangalengan rata-rata baru memanfaatkan 54.8 persen dari total susu segar yang dialokasikan untuk susu pasteurisasi. Ini berarti sekitar 45.2 persen susu segar yang dialokasikan untuk susu pasteurisasi tidak terolah. Jika KPBS Pangalengan mampu memanfaatkan seluruh susu segar yang telah dialokasikan untuk pengolahan susu pasteurisasi maka, KPBS Pangalengan akan memperoleh peningkatan keuntungan sebesar persen dari keuntungan pada kondisi model aktual. Pemanfaatan susu segar menjadi susu pasteurisasi menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Pemanfaatan tertinggi terjadi di bulan Juli dengan persentase 92

27 pemanfaatan sebesar persen, hal ini terjadi karena pada bulan Juli terdapat libur panjang sekolah sehingga diduga berpengaruh pada peningkatan permintaan susu oleh konsumen pada agen-agen penjualan akibat meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke wilayah Bandung dan sekitarnya (tempat distributor berada). Sementara pemanfaatan susu segar menjadi susu pasteurisasi mencapai angka terendah pada bulan Januari yaitu sebesar persen. Pada bulan Januari alokasi susu segar untuk di olah menjadi susu pasteurisasi mencapai angka paling tinggi dibandingkan bulan lainnya sehingga persentase pemanfaatannya pun menjadi lebih kecil dibandingkan dengan persentase pemanfaatan pada bulan lainnya Penggunaan Bahan Tambahan Lainnya Selain pemanfaatan susu segar, analisis harga bayangan juga menunjukkan alokasi penggunaan sumberdaya lain yang dimasukan menjadi kendala dalam model seperti kemasan prepack, kemasan cup strawberry, kemasan cup cokelat, penutup kemasan cup strawberry, penutup kemasan cup cokelat, TKL, serta mesin packaging. 1) Kemasan Prepack Penggunaan kemasan prepack pada kondisi model aktual lebih sedikit dibandingkan dengan ketersediaannya, sehingga terdapat persediaan berlebih yang dalam model ditunjukan oleh nilai slack/surplus yang positif dengan rataan kelebihan sebesar roll. Secara rinci hasil analisis harga bayangan penggunaan bahan tambahan kemasan prepack untuk produksi susu pasteurisasi kemasan prepack dapat dilihat pada Tabel

28 Tabel 19. Hasil Analisis Penggunaan Bahan Tambahan Kemasan Prepack di KPBS Pangalengan Pada Kondisi Model Aktual Waktu Slack/ Surplus Harga Bayangan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Rata-rata Adanya nilai slack/surplus pada kendala ketersediaan kemasan prepack tiap bulannya menunjukkan bahwa pada kondisi aktual kemasan prepack merupakan kendala berlebih dan tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan apabila terjadi penambahan atau pengurangan ketersediaan dalam selang yang diperbolehkan. Nilai kelebihan tertinggi terjadi pada bulan Agustus, disebabkan karena pada bulan ini produksi susu pasteurisasi prepack relatif lebih kecil dibandingkan bulan lainnya dengan ketersediaan kemasan prepack yang sama, sehingga terdapat persediaan kemasan prepack yang cukup besar pada bulan tersebut. Selama ini belum ada kebijakan dari perusahaan untuk memanfaatkan sumberdaya yang berlebih, sehingga kelebihan atau penumpukan persediaan di gudang sering terjadi. 2) Kemasan Cup Strawberry Berdasarkan hasil analisis harga bayangan, penggunaan kemasan cup strawberry sebagai bahan baku tambahan untuk memproduksi susu 94

29 pasteurisasi cup rasa strawberry dalam model LP termasuk kendala berlebih. Sama halnya dengan kemasan prepack penggunaan kemasan cup pada kondisi model aktual lebih sedikit dibandingkan dengan nilai ketersediaannya. Hasil analisis harga bayangan penggunaan bahan tambahan kemasan cup strawberry dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil Analisis Penggunaan Bahan Tambahan Kemasan Cup Strawberry di KPBS Pangalengan Pada Kondisi Model Aktual Waktu Slack/ Surplus Harga Bayangan Maret 25, April 25, Mei 28, Juni 30, Juli 28, Agustus 24, September 25, Oktober 35, November 28, Desember 32, Januari 29, Februari 21, Rata-rata 28, Dari Tabel 20 dapat dilihat, nilai kelebihan terbesar ditunjukkan pada bulan Oktober yaitu sebesar 35, Pcs, sementara nilai kelebihan terendah ditunjukan pada bulan Februari dengan nilai kelebihan sebesar 21, Pcs. 3) Kemasan Cup Cokelat Hasil analisis harga bayangan juga menunjukkan adanya nilai surplus pada penggunaan bahan baku tambahan kemasan cup cokelat. 95

30 Hasil analisis harga bayangan penggunaan bahan baku tambahan kemasan cup cokelat dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Analisis Penggunaan Bahan Tambahan Kemasan Cup Cokelat di KPBS Pangalengan Pada Kondisi Model Aktual Waktu Slack/ Surplus Harga Bayangan Maret 26, April 26, Mei 29, Juni 32, Juli 34, Agustus 26, September 23, Oktober 38, November 31, Desember 34, Januari 28, Februari 20, Rata-rata 29, Sama halnya dengan ketersediaan kendala kemasan cup strawberry, hasil analisis harga bayangan menunjukkan bahwa ketersediaan kemasan cup cokelat mengalami kelebihan paling besar pada bulan Oktober yaitu sebesar Pcs. Hal ini disebabkan karena ketersediaan kemasan baik cup strawberry maupun cup cokelat pada bulan Oktober memiliki angka tertinggi dibandingkan ketersediaan kemasan cup pada bulan lainnya. Angka ketersediaan terendah untuk kemasan cup cokelat juga dicapai pada bulan Februari dimana ketersediaan kemasan cup cokelat juga memiliki angka terendah pada bulan Februari sehingga selisih ketersediaan dengan penggunaan pada kondisi aktual mencapai nilai terendah pada bulan Februari. 96

31 4) Penutup Kemasan Cup Strawberry Hasil analisis harga bayangan juga menunjukkan bahwa ketersediaan penutup kemasan cup strawberry mengalami kelebihan di setiap bulan selama periode amatan. Kelebihan ini ditunjukan oleh nilai slack dan surplus yang positif. Slack/surplus yang positif juga menunjukkan bahwa pada kondisi aktual ketersediaan penutup kemasan cup strawberry bukan merupakan kendala bagi KPBS Pangalengan dalam berproduksi. Hasil analisis harga bayangan penggunaan bahan baku tambahan penutup kemasan cup strawberry dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Analisis Penggunaan Bahan Tambahan Penutup Kemasan Cup Strawberry di KPBS Pangalengan Pada Kondisi Model Aktual Waktu Slack/ Surplus Harga Bayangan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Rata-rata Nilai rataan kelebihan untuk kendala penutup kemasan cup strawberry sebesar roll penutup kemasan cup strawberry atau setara dengan 27, cup susu pasteurisasi cup strawberry. Kelebihan ketersediaan penutup kemasan cup strawberry mencapai angka paling besar juga pada bulam Oktober yaitu sebesar roll. Hal ini disebabkan karena ketersediaan penutup kemasan cup strawberry pada bulan Oktober memiliki angka tertinggi dibandingkan ketersediaan penutup kemasan cup strawberry pada bulan lainnya. Angka ketersediaan 97

32 terendah untuk penutup kemasan cup strawberry juga dicapai pada bulan Februari dengan angka kelebihan sebesar roll. 5) Penutup Kemasan Cup Cokelat Tak berbeda jauh dengan kendala ketersediaan penutup kemasan cup strawberry, hasil analisis harga bayangan juga menunjukkan bahwa kendala ketersediaan penutup kemasan cup cokelat juga mengalami kelebihan di setiap bulan produksi selama periode amatan. Persentase rataan kelebihan ketersediaan penutup kemasan cup cokelat bahkan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengna kelebihan ketersediaan kendala lainnya, dengan persentase rataan kelebihan sebesar persen. Hasil analisis harga bayangan penggunaan bahan baku tambahan penutup kemasan cup cokelat dapat dilihat pada Tabel 23 Tabel 23. Hasil Analisis Penggunaan Bahan Tambahan Penutup Kemasan Cup Cokelat di KPBS Pangalengan Pada Kondisi Model Aktual Waktu Slack/ Surplus Harga Bayangan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Rata-rata Berbeda dengan penutup kemasan cup strawberry, kelebihan ketersediaan penutup kemasan cup cokelat mencapai angka paling besar pada bulan Juli yaitu sebesar roll. Hal ini disebabkan karena ketersediaan penutup kemasan cup cokelat pada bulan Juli memiliki angka 98

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di milk treatment (MT) Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, jalan Raya Koperasi No.1 Pangalengan, Kab.

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Denah Pabrik MT KPBS Pangalengan

Lampiran 1. Denah Pabrik MT KPBS Pangalengan Lampiran 1. Denah Pabrik MT KPBS Pangalengan 140 Lanjutan Lampiran 1. Keterangan: 1. Milk Reception Scale 2. Milk Reception Vat 3. Prepack Machine 4. Auto Cup Sealling Machine 5. Lempeng Penukar Panas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rinadya Yoghurt yang berlokasi di Bukit Asri Ciomas Blok A5 No. 9, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BAB I. PENDAHULUAN.  [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Marbella Bakery merupakan salah satu produsen roti di Jakarta Timur khususnya di sekitar kelurahan Pekayon. Usaha ini didirikan oleh Bapak J. Hoeru

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) yang berlokasi di Jalan KH Abdul Hamid Km 3, Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendistribusian adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen sehingga penggunaannya

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING VII ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING 7.1. Penentuan Model Linear Programming Produksi Tempe Dampak kenaikan harga kedelai pada pengrajin tempe skala kecil, menengah, dan besar dianalisis dengan menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina PTPN IV Medan, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Rancamaya yang berlokasi di Jl. Raya Rancamaya Rt 01/01, Kampung Rancamaya Kidul, Desa Rancamaya,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2010. Lokasi penelitian berada di PT Perikanan Nusantara Cabang Benoa, Bali (Peta lokasi kantor PT Perikanan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Cimory adalah perusahaan pengolaan susu segar yang memiliki prospek yang potensial di dalam menyediakan aneka hidangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Operation Research (OR) digunakan dalam penyelesaian masalahmasalah manajemen untuk meningkatkan produktivitas, atau efisiensi. Metode dalam Teknik

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perumusan Fungsi Tujuan Berdasarkan metode penelitian, perumusan model program linear didahului dengan penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kendala. Fungsi tujuan

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill Petunjuk Sitasi: Pasaribu, M. F., & Puspita, R. (2017). Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI KPBS PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI KPBS PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI KPBS PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT SKRIPSI MAWAR KHARISMA WARDHANI H34060169 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Koperasi Dalam Perkembangan Agribisnis Persusuan Koperasi memiliki peran penting bagi perkembangan agribisnis persusuan di beberapa negara di dunia termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia Industri pengolahan susu baik berskala kecil maupun berskala besar memiliki peranan penting dan strategis bagi perkembangan agribisnis

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU Akhmad Sarifudin, Djaimi Bakce, Evy Maharani Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 085271968335; Email: akhmad_agb08@yahoo.com ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V Pangkat/Gol. : Perguruan Tinggi : Universitas Ahmad Dahlan Jabatan Fungsional : Bulan : Januari 2014 No. HARI TANGGAL DATANG PULANG. DATANG PULANG 1 Rabu 01-Jan-14 Libur Libur Libur 2 Kamis 02-Jan-14 1.

Lebih terperinci

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL 7.1 Keputusan Produksi Aktual Keputusan produksi aktual adalah keputusan produksi yang sudah terjadi di P4S Nusa Indah. Produksi aktual di P4S Nusa Indah pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia 46 BAB IV PEMBAHASAN MASALAH 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia PT Indomo mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi peralatan rumah tangga salah satu produk

Lebih terperinci

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah No. 10/11/62/Th. XI, 1 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah Selama September 2017, TPK Hotel Berbintang Sebesar 58,44 persen

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM

VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM 6.1 Perumusan Model Untuk merumuskan model interger programming, tahap awal yang dilakukan adalah merumuskan fungsi

Lebih terperinci

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK 7.1. Pola Usahatani Pola usahatani yang dimasukkan dalam program linier sesuai kebiasaan petani adalah pola tanam padi-bera untuk lahan sawah satu

Lebih terperinci

VI ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VEGA PADA PT GODONGIJO ASRI

VI ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VEGA PADA PT GODONGIJO ASRI VI ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VEGA PADA PT GODONGIJO ASRI 6.1 Perumusan Model Analisis optimalisasi produksi tanaman hias untuk VEGA pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ

OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ NINA HAIRIYAH Jurusan Teknologi Industri

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.48/08/35/Th. X, 1 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI Selama bulan Juni jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK Hotel Berbintang di Jawa Timur masing-masing

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013 5 Jan Jul 2 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.49/8/35/Th. XI, 1 Agustus 213 PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 213 Selama bulan Juni 213 jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK hotel berbintang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan. V-21 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur di Indonesia semakin pesat, masing-masing perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.62/10/35/Th. X, 1 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS Selama bulan Agustus jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK Hotel Berbintang di Jawa Timur masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam sebuah organisasi, setiap organisasi akan selalu meningkatkan kualitas sumber dayanya agar kinerjanya memuaskan.

Lebih terperinci

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS SEMESTER I-2017 Group Penanganan Premi Penjaminan Daftar Isi Daftar Isi... 1 Daftar Tabel dan Gambar...2 Keterangan... 3 I. Jumlah BPR dan BPRS... 4 II. Total

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016 No.09/02/Th.VII, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang di Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Desember 2016 tercatat

Lebih terperinci

Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa

Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa JAS Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) e-issn :2581-0227 http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/jas/index Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persediaan merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan manufaktur. Tanpa tersedianya persediaan, maka perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/11/81/Th. VII, 1 November 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU SEPTEMBER TPK HOTEL BINTANG SEPTEMBER MENCAPAI 29,30 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk meningkatkan persaingan dalam dunia industri, setiap perusahaan harus mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan operasionalnya. Salah

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Sep-10 Okt-10 Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Edisi : 9/AYAM/TKSPP/ Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar domestik

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/01/81/Th. VIII, 3 Januari 2017 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU NOVEMBER TPK HOTEL BINTANG NOVEMBER MENCAPAI 38,23 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. produk, yaitu Kain Grey dan Kain Cambric. Pada 1999, PC GKBI dapat memproduksi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. produk, yaitu Kain Grey dan Kain Cambric. Pada 1999, PC GKBI dapat memproduksi BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Perusahaan Perjalanan lahirnya Pabrik Cambric Gabungan Koperasi Batik Indonesia (PC GKBI) tidak terlepas dari sejarah kesenian ukir dan gambar yang mulai memasuki

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.57/09/35/Th. X, 3 September PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI Selama bulan Juli jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK Hotel Berbintang di Jawa Timur masing-masing

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah No. 10/10/62/Th. XI, 2 Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah Selama

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN Kelancaran atau keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN OPTIMASI PENGADAAN SAYURAN ORGANIK. : Optimasi Pengadaan Sayuran Organik

PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN OPTIMASI PENGADAAN SAYURAN ORGANIK. : Optimasi Pengadaan Sayuran Organik LAMPIRAN 98 99 Lampiran 1. Panduan Wawancara PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN OPTIMASI PENGADAAN SAYURAN ORGANIK Nama Mahasiswa : Prestilia Ningrum NPM : 150310080098 Jurusan Hal Sumber Informasi : Agribisnis

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY Gambaran Umum Kelistrikan Produksi Listrik Persentase (%) Grafik Persentase Tingkat Pertumbuhan Produksi Listrik (KWh) 020 018 016 014 012 010 008 006 004 002 000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, %

BAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, % 36 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Sistem Pembagian Keuntungan Bagi Hasil deposito Syariah (Mudharabah) Pada Bank BTN Unit Usaha Syariah besar kecilnya pendapatan yang diperoleh nasabah dari deposito bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau berwirausaha. Kepuasan konsumen merupakan salah satu fokus utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau berwirausaha. Kepuasan konsumen merupakan salah satu fokus utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terakhir ini, tingkat kebutuhan hidup semakin meningkat. Sedangkan lowongan pekerjaan yang tersedia semakin berkurang dan sangat terbatas.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) Oleh : SIESKA RIDYAWATI A14103047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan produksi pada perusahaan manufaktur merupakan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan produksi pada perusahaan manufaktur merupakan aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan produksi pada perusahaan manufaktur merupakan aktivitas yang sangat penting dalam menentukan kontinuitas operasional produksi. Di dalam praktek, manajer

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun Cacth (ton) 46 4 HASIL 4.1 Hasil Tangkapan (Catch) Ikan Lemuru Jumlah dan nilai produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru yang didaratkan di PPP Muncar dari tahun 24 28 dapat dilihat pada Gambar 4 dan

Lebih terperinci

BAB PEN EN A D HU LU N 1.1 Lat L ar B l e ak G mb m ar 1.1

BAB PEN EN A D HU LU N 1.1 Lat L ar B l e ak G mb m ar 1.1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, serta sistematika penulisan dalam laporan penelitian. 1.1 Latar Belakang Industri Air Minum Dalam Kemasan

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP IMPORTASI ZONA BASED DAN KELEMBAGAANNYA. Pada Forum D i s k u s i Publik ke-15

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP IMPORTASI ZONA BASED DAN KELEMBAGAANNYA. Pada Forum D i s k u s i Publik ke-15 IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP IMPORTASI ZONA BASED DAN KELEMBAGAANNYA D i s a m p a i k a n Oleh : D I R E K T U R J E N D E R AL P E R D AG AN G AN L U AR N E G E R I Pada Forum D i s

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, serta harga yang tepat untuk memuluskan pelaksanaan organisasi. Berbagai bisnis perlu

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TANJUNGPINANG PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA TANJUNGPINANG SEPTEMBER 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Tanjungpinang pada bulan 2016 mencapai

Lebih terperinci

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS SEMESTER II-2016 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Daftar Isi Daftar Isi... 1 KETERANGAN... 2 I.

Lebih terperinci

Tingkat konsumsi rumah tangga pada bulan Maret 2013 Maret 2013 relatif stabil. Hal ini tercermin dari Indeks

Tingkat konsumsi rumah tangga pada bulan Maret 2013 Maret 2013 relatif stabil. Hal ini tercermin dari Indeks PESIMIS OPTIMIS Maret 2013 Tingkat konsumsi rumah tangga pada bulan Maret 2013 relatif stabil. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tidak mengalami perubahan dibandingkan bulan sebelumnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS Juni 2016 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Daftar Isi Daftar Isi... 1 KETERANGAN... 2 I. Total Simpanan...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu faktor pendukung yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu faktor pendukung yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan suatu faktor pendukung yang sangat mempengaruhi sebuah organisasi ataupun lembaga. Suatu lembaga atau organisasi tidak akan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) o. 04/04/62/Th. I, 2 Juni 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) Selama, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 96,92 Persen No. 03/05/62/Th.X, 2 Mei Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. CV. JOGI CITRA MANDIRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. CV. JOGI CITRA MANDIRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi 3.1.1 Analisa Kondisi Perusahaan saat ini CV. JOGI CITRA MANDIRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri parfum. Merek parfum

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. optimasi biaya produksi pada home industry susu kedelai Pak Ahmadi

BAB IV PEMBAHASAN. optimasi biaya produksi pada home industry susu kedelai Pak Ahmadi BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan tentang penerapan model nonlinear untuk optimasi biaya produksi pada home industry susu kedelai Pak Ahmadi menggunakan pendekatan pengali lagrange dan pemrograman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Aktivitas Perusahaan Lotte Mart adalah sebuah hypermarket di Asia yang menjual berbagai bahan makanan, pakaian, mainan, elektronik, dan barang lainnya. membuka cabang

Lebih terperinci

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU e-j. Agrotekbis 5 (1) : 36-45, Februari 217 ISSN : 2338-311 MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU Maximization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi ketatnya persaingan industri retail yang menjual produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG), pengelola dituntut untuk mengoperasikan retail secara efektif

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal PEMBAHASAN Kriteria Mutu Buah Sebagai Dasar Sortasi TBS Tandan buah segar yang diterima oleh pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/7/Th. IV, 1 Juli 216 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 215 PRODUKSI PADI TAHUN 215 NAIK 28,8 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 215 sebanyak 2,33 juta ton gabah

Lebih terperinci

Mei Divisi Statistik Sektor Riil 1. Metodologi PESIMIS OPTIMIS

Mei Divisi Statistik Sektor Riil 1. Metodologi PESIMIS OPTIMIS PESIMIS OPTIMIS Mei 2012 Pasca penundaan kenaikan harga BBM, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Mei 2012 mulai meningkat dari 102,5 menjadi 109,0 atau meningkat sebesar 6,5 poin. Persepsi mengenai

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan CV. Mitra Abadi Teknik merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan dan manufaktur untuk peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dianggap sebagai perusahaan yang berkembang maju. Suatu perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan juga mampu

BAB I PENDAHULUAN. dapat dianggap sebagai perusahaan yang berkembang maju. Suatu perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan juga mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan tersebut untuk beradaptasi dengan kebutuhan konsumen akan produk yang dihasilkan dan juga kemampuan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Survei Konsumen Mei 2015 (hal. 1) Survei Penjualan Eceran April 2015 (hal. 13) PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 Alamat Redaksi :

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.205/10/21/Th. V, 1 Oktober PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Provinsi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. = tujuan atau target yang ingin dicapai. = jumlah unit deviasi yang kekurangan ( - ) terhadap tujuan (b m )

BAB III PEMBAHASAN. = tujuan atau target yang ingin dicapai. = jumlah unit deviasi yang kekurangan ( - ) terhadap tujuan (b m ) BAB III PEMBAHASAN A. Penyelesaian Perencanaan Produksi dengan Model Goal Programming Dalam industri makanan khususnya kue dan bakery, perencanaan produksi merupakan hasil dari optimisasi sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk memberikan desain interior yang baik bagi rumah serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk memberikan desain interior yang baik bagi rumah serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri mebel merupakan salah satu sektor industri yang terus berkembang di Indonesia. Pada era sekarang, mebel kayu telah menjadi kebutuhan wajib yang diperlukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA JANUARI 2016

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA JANUARI 2016 No.16/03/Th.VII, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA JANUARI 2016 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang di Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Januari 2017 tercatat 30,92

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN Februari 2015 SURVEI PENJUALAN ECERAN Survei Penjualan Eceran mengindikasikan bahwa secara tahunan penjualan eceran pada Februari 2015 mengalami akselerasi. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK

LAPORAN KEGIATAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK LAPORAN KEGIATAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK 1. Kebijakan Pelayanan Informasi Publik Untuk melaksanakan amanat Undang-Undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU e-j. Agrotekbis 4 (2) :217-226, April 216 ISSN : 2338-311 MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU Maximization

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan selalu berusaha untuk mendapatkan laba yang maksimal. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang kompleks dalam mengambil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) o. 04/04/62/Th. I, 2 Juni 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) Selama Juni 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 98,12 Persen No. 03/07/62/Th.X, 1 Juli 2016 Nilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/01/62/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama November, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 15.421 Orang dan 134.810 Orang.

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN. Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN. Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2 PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2009

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 159/02/21/Th. V, 1 Februari 2010 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung

Lebih terperinci